• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Risiko Berkelanjutan Pada Rantai Pasok Buah Pepaya Callina dan buah Naga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Risiko Berkelanjutan Pada Rantai Pasok Buah Pepaya Callina dan buah Naga"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN RISIKO BERKELANJUTAN PADA RANTAI

PASOK BUAH PEPAYA CALLINA DAN BUAH NAGA

NADYA MEGAWATI RACHMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Risiko Berkelanjutan Pada Rantai Pasok Pepaya Callina dan Buah Naga adalah benar hasil karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir dari skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

(4)

ABSTRAK

NADYA MEGAWATI RACHMAN. Manajemen Risiko Berkelanjutan Pada Rantai Pasok Pepaya Callina dan buah Naga. Dibimbing oleh ALIM SETIAWAN SLAMET dan ABDUL BASITH.

Pepaya Callina dan buah Naga merupakan dua jenis buah tropika yang mempunyai prospek gemilang untuk dikembangkan di Indonesia. Namun tingginya tingkat impor, serta jaminan kontinuitas pasokan yang belum stabil mengindikasikan terdapat risiko dalam setiap anggota rantai pasokan pada masing-masing komoditas buah. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menguraikan jenis risiko pada rantai pasok Pepaya Callina dan buah Naga. 2) Mengukur risiko pada setiap anggota rantai pasok dengan dalam manajemen rantai pasok Pepaya Calina, dan dibandingkan dengan tingkat risiko dalam rantai pasok buah Naga 3) Merumuskan konsep pengendalian risiko pada rantai pasok dengan pendekatan Sustainable Risk Management. Data primer diperoleh dari hasil pengisian kuisioner ANP dan FMEA oleh pakar. Hasil Penelitian menunjukan bahwa risiko yang teridentifikasi pada kedua rantai pasok adalah risiko kualitas, produksi, harga, pasokan, transportasi dan lingkungan. Berdasarkan hasil ANP, hasil penilaian prioritas dari aktor kedua rantai pasok, petani merupakan aktor yang memiliki bobot paling tinggi. Risiko yang memiliki prioritas terbesar adalah risiko produksi pada Pepaya Callina, sedangkan pada buah Naga adalah risiko pasokan. Kata Kunci : ANP, FMEA, Risiko, Manajemen Rantai Pasok.

ABSTRACT

NADYA MEGAWATI RACHMAN. Sustainable Risk Management in Papaya Callina and Dragon Fruit Supply Chain. Supervised by ALIM SETIAWAN SLAMET and ABDUL BASITH.

Papaya Callina and Dragon fruit are two kinds of tropical fruit which have a bright prospect in Indonesia. High rate of fruit import in Indonesia and unstable supply continuity assurance, indicate that there is a risk in each fruit supply chain member. The purpose of this research are 1) Elaborate the kinds of risk in Papaya Calina and Dragon Fruit Supply Chain. 2) Measure the risk of each supply chain member in Papaya Callina and compare it with the risk rate in the Dragon Fruit’s Supply Chain. 3) Applied Sustainable Risk Management Approach for Tropical Fruit Supply Chain. Primary data were obtained from the results of ANP and FMEA questionnaire by experts. The result of the research, shows risk which has been identified are quality, production, price, supply, transportation and environment risks. Based on Analytical Network Process, in both fruit chain, farmers are the actor of supply chain who has highest score on priority assesment. The highest priority risk is production risk in Papaya Callina, and supply risk in Dragon Fruit’s Supply Chain.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

MANAJEMEN RISIKO BERKELANJUTAN PADA RANTAI

PASOK BUAH PEPAYA CALLINA DAN BUAH NAGA

NADYA MEGAWATI RACHMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Manajemen Risiko Berkelanjutan Pada Rantai Pasok Buah Pepaya Callina dan buah Naga

Nama : Nadya Megawati Rachman NIM : H24100053

Disetujui oleh

Alim Setiawan S. S.TP, MSi Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdul Basith, MS Pembimbing II

Dr. Mukhammad Najib, S.TP, MM Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah risiko rantai pasok pada buah tropika di Indonesia, dengan judul Manajemen Risiko Berkelanjutan Pada Rantai Pasok Buah Pepaya Callina dan buah Naga.

Terima kasih penulis ucapkan serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Alim Setiawan, S.TP, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Abdul Basith, MS.atas bimbingannya yang telah banyak memberikan inspirasi dan pencerahan dalam setiap diskusi singkat namun melekat. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen penguji Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. atas masukan yang diberikan, sehingga menjadi suatu pembelajaran yang berharga bagi penulis. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Gunung Soetopo dan Ibu Elly Mulyati beserta seluruh keluarga di Sabila Farm (Josseph, Aji, Dhannes, Dian, Sessilia, Asiah, Ririn dan teman-teman) - Yogyakarta, Prof. Sobir, PhD. Bapak Naekman Naibaho, SP. MSi. dan Bapak Hudori, SP. beserta seluruh staff di Pusat Kajian Hortikultura IPB, serta semua pihak yang telah membantu penulis pada saat pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah Abdul Rohmat dan Ibu Heni Heryati tercinta, dan juga adik-adik tersayang Widya Riski Febrianti dan Fathya Zahra Aulia atas keajaiban serta doa dan kasih sayang yang selalu diberikan kepada penulis.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada saudara Uzman Hilvan Mahani beserta keluarga atas berjuta semangat, canda tawa, serta dukungan yang diberikan kepada penulis dalam masa studi dan menyelesaikan tugas akhir. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman seperjuangan dalam menempuh program Fast Track di Departemen Manajemen, Sonia Pratiwi Lubis beserta seluruh keluarga Pasca Sarjana Ilmu Manajemen. Juga, penulis berterimakasih kepada sahabat yang luar biasa Siti Chaakimah yang memberikan burning desire kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir, kepada keenam sahabat tersayang “Genggong” (Dimas, Rian, Ivan, Puji, Nofrida dan Fitriah) yang memberikan warna lika-liku kehidupan, sebuah cerita cinta, cita-cita dan persahabatan yang menjadi suatu kenangan yang akan di rindukan,kisah suka dan duka dalam berjuang menyelesaikan studi.

Semoga karya Ilmiah ini bermanfaat untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Bogor, 27 Juni 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

METODOLOGI PENELITIAN 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 6

Jenis dan Metode Pengumpulan Data 6

Metode Pengambilan Sampel 6

Pengolahan dan Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Sabila Farm 9

Manajemen Risiko Rantai Pasok 11

Identifikasi Risiko Rantai Pasok Pepaya Callina dan buah Naga 12

Analisis Risiko Rantai Pasok 21

Evaluasi Risiko Rantai Pasok 24

Pengendalian Risiko dengan pendekatan Sustainable Risk Management 25

SIMPULAN DAN SARAN 30

Simpulan 30

Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Komoditas Buah Dengan Nilai Impor Tertinggi di Indonesia 2 Tabel 2 Nilai intensitas kepentingan dalam perbandingan berpasangan 7

Tabel 3 Kategori Risiko berdasarkan WRPN 9

Tabel 4 Ketentuan kelas buah 13

Tabel 5 Ketentuan toleransi mutu buah 13

Tabel 6 Perbandingan margin harga pada rantai pasok Pepaya Callina 16 Tabel 7 Perbandingan margin harga pada rantai pasok buah Naga 16 Tabel 8 FMEA Rantai pasok Pepaya Callina hasil penilaian pakar 21 Tabel 9 Hasil perhitungan ANP dan WRPN pada Pepaya Callina 22 Tabel 10 FMEA Rantai pasok buahNaga hasil penilaian pakar 23 Tabel 11 Hasil perhitungan ANP dan WRPN pada buah Naga 24 Tabel 12 Hasil Evaluasi Risiko Rantai Pasok 24 Tabel 13 Rekomendasi langkah-langkah strategis 29

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Data Konsumsi Buah Per Kapita Kg/Tahun (SUSENAS-PKHT

2013) 1

Gambar 2. Tren Nilai ekspor-impor Buah Pepaya Indonesia (Dirjen

Hortikultura, 2014) 3

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian 5

Gambar 4. Supermatrix (Saaty, 2005) 7

Gambar 5. Buah dan Pohon Pepaya Callina (IPB-9) (Sabila Farm, 2014) 10 Gambar 6. buah Naga dan keempat jenisnya (Sabila Farm, 2014) 10 Gambar 7. Rantai Pasok Produk Pepaya Callina dan buah Naga (Sabila

Farm, 2014) 11

Gambar 8. Struktur ANP diolah dari Saaty, 2005 12 Gambar 9. Data Volume dan Nilai Ekspor-Impor Buah Pepaya Indonesia

(Dirjen Holtikultura 2014) 14

Gambar 10.Data Produksi Buah Pepaya Nasional (Kementrian Pertanian

2014) 15

Gambar 11.Data Volume dan Nilai Ekspor-Impor buah Naga Indonesia

(Dirjen Holtikultura 2014) 15

Gambar 12. Hasil Perbandingan bobot risiko antar aktor pada anggota rantai

pasokan Pepaya 20

Gambar 13. Hasil perbandingan bobot risiko antar aktor yang terlibat dalam

rantai pasokbuah Naga 20

Gambar 14.Hasil Perbandingan berpasangan berpasangan antar aktor pada anggota rantai pasokan Pepaya Callina (a) dan buah Naga (b) 21 Gambar 15. Contoh Model Kemitraan dalam Manajemen Rantai Pasok

(PKHT, 2013) 28

DAFTAR LAMPIRAN

Kuisioner ANP 35

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa, dikaruniai iklim tropis. Berdasarkan data Pusat Kajian Hortikultura Tropika (2013), Indonesia mempunyai 3000 jenis buah-buahan yang tersebar di seluruh Nusantara. Rata-rata konsumsi buah di Indonesia periode tahun 2005-2011 mencapai 28.71 kg/kapita/tahun dengan kisaran 23.56 hingga 31.93 kg/kapita/tahun. Salah satu buah tropika yang sejak dahulu hingga kini banyak diminati konsumen, hingga terkenal dengan istilah buah meja adalah Pepaya. Pepaya juga sering dinamakan sebagai the health fruit of angels, karena rasanya dikatakan sebagai rasa surga dan sangat bermanfaat untuk kesehatan (Sobir 2010). Data Konsumsi Buah Per Kapita disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1Data Konsumsi Buah Per Kapita Kg/Tahun (SUSENAS-PKHT 2013)

Berdasarkan data tersebut, Pepaya merupakan buah yang paling sering dikonsumsi setelah pisang, dengan nilai rata-rata konsumsi 2.52 Kg per kapita setiap tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Pepaya merupakan salah satu buah yang sering dicari oleh konsumen. Seiring dengan berjalannya waktu, penelitian terus dilakukan untuk menghasilkan varietas unggul dari Pepaya. IPB-9 yang dikenal dengan nama Pepaya Callina merupakan salah satu jenis pepaya varietas unggul yang ditemukan oleh Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. dari Intitut Pertanian Bogor melalui Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) Buah.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2005

2008

2011

(12)

2

Selain pepaya, buah yang dianggap profitable dan mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan, yang tergolong new comers di Indonesia adalah buah Naga (Hylocereus sp.) buah Naga mempunyai prospek yang cukup baik di Indonesia, karena buah Naga yang dijual di pasaran didominasi buah Naga impor. Iklim Indonesia yang tropis dan mempunyai intensitas cahaya matahari yang cukup baik memungkinkan buah Naga dapat berbuah sepanjang tahun. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata buah ini banyak memiliki khasiat seperti menguatkan fungsi ginjal, meningkatkan ketajaman mata, menstabilkan kadar gula darah, menguraikan kolesterol, keputihan dan sebagai anti oksidan (Paull 2002). Pada umumnya, buah Nagapembudidayaannya dilakukan dengan cara stek atau penyemaian biji. Tanaman akan tumbuh subur jika media tanam porous (tidak becek), kaya akan unsur hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara 38-40°C. Jika perawatan cukup baik, tanaman akan mulai berbuah pada umur 11-17 bulan (Jaya 2010).

Buah yang kaya manfaat kesehatan ini, pada tahun 2013 telah diimpor Indonesia sebanyak 13 192 Ton dengan nilai 10 850 973.00 US$, atau menempati urutan ketujuh nilai impor tertinggi dari keseluruhan komoditas buah yang diimpor. Berdasarkan informasi yang terdapat dalam situs Kementrian Pertanian, Luas kebun buah Naga Indonesia yang kini dimiliki oleh Indonesia, hanya mencapai 300 ha. Negara pemasok utama buah Naga hingga saat ini adalah Vietnam yang memiliki luas lahan kebun buah Naga 12 000 ha yang mampu menghasilkan 220 000 ton buah Naga setiap tahunnya (New Zealand Government 2013), kini Vietnam telah berekspansi hingga ke Pasar Cina, Pasar Eropa hingga ke Timur Tengah dengan keuntungan 50-70 juta VND/ha atau sekitar 25-35 Juta Rupiah/ha. Data mengenai komoditas buah dengan nilai impor tertinggi tersedia pada Tabel 1.

Tabel 1 Komoditas Buah Dengan Nilai Impor Tertinggi di Indonesia Peringkat Buah Nilai Impor (US$)

1 Apel 179 118 885.00 2 Jeruk 142 628 743.00 3 Anggur 111 795 992.00 4 Pir 109 262 327.00 5 Lengkeng 67 152 234.00 6 Kurma 37 494 830.00 7 Buah Naga 10 850 973.00 8 Kiwi 9 116 772.00 9 Durian 7 272 665.00 10 Rasberry 2 344 572.00

Sumber : Data Ekspor Impor BPS yang diolah Dirjen Holtikultura 2014

(13)

3 Sementara itu, komoditas Pepaya, pada tahun 2012 mengalami penurunan yang signifikan. Berdasarkan Data Ekspor Impor BPS yang diolah Dirjen Holtikultura 2012, perkembangan ekspor buah pepaya pada tahun 2011 mencapai nilai 514 670 US$ dan nilai impornya mencapai 147 641 US$, namun pada tahun 2012, nilai ekspor hanya mencapai 22 101 US$ dan nilai impornya lebih tinggi, yaitu 70 241 US$. Tren nilai ekspor-impor Buah Pepaya Indonesia, disajikan dalam bentuk grafik dalam Gambar 2.

Gambar 2 Tren Nilai ekspor-impor Buah Pepaya Indonesia (Dirjen Hortikultura 2014)

Berdasarkan keunggulan dan tingginya tingkat permintaan dari kedua komoditas tersebut, dapat dikatakan bahwa kedua komoditas ini sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Namun, sayangnya kedua komoditas belum dapat memberikan jaminan kesinambungan atas kualitas produk, jumlah pasokan minimum, hingga ketepatan waktu penyampaian. Hal ini berdampak pada kemampuan daya saing dari komoditas buah unggulan Indonesia yang belum stabil. Hal tersebut menjadi suatu indikasi bahwa terdapat risiko yang terjadi dalam setiap anggota rantai pasok pada kedua komoditas buah. Produk pertanian yang bersifat mudah rusak, proses penanaman, pertumbuhan dan pemanenan yang tergantung pada iklim,musim dan keterampilan dalam budidaya, serta hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, menyebabkan rantai pasok produk pertanian bersifat probabilistik, dinamis dan rentan terhadap gangguan. Keberlanjutan pasokan menjadi hal yang sangat penting, mengingat tingginya respon pasar terhadap komoditas buah tropika. Risiko Pengendalian terhadap risiko yang terjadi dalam rantai pasok mutlak diperlukan agar mampu memenuhi kualitas dan kuantitas yang diharapkan oleh konsumen. Risiko yang terjadi pada rantai pasok Pepaya Callina dan buah Naga meliputi risiko yang terjadi mulai dari proses produksi yang dilakukan oleh petani hingga buah tersebut sampai ke tangan konsumen. Risiko yang terjadi menimbulkan kerugian tersendiri bagi masing-masing anggota rantai pasok. Secara finansial, biaya investasi dan pemeliharan yang cukup tinggi dalam membudidayakan kedua komoditas buah tentu harus diimbangi dengan menghasilkan tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang secara umum terjadi adalah serangan hama dan penyakit yang menimbulkan gagal panen pada kedua komoditas buah.

Tujuan manajemen risiko adalah minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan, ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian, manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya

(14)

4

tidak akan terjadi (Simanjuntak 2013). Dengan menggabungkan manajemen rantai pasok dan manajemen risiko yang berkelanjutan, maka diharapkan tantangan bisnis masa depan berupa ketidakpastian bisnis dapat ditangani dengan baik, dengan cara mengelola dan mengurangi risiko dalam rantai pasok, sehingga dapat menghasilkan rantai pasok yang tangguh.

Perumusan Masalah

Dalam menghasilkan buah yang berkualitas, diperlukan suatu kegiatan pengendalian yang terintegrasi mulai dari hulu hingga ke hilir. Penelitian ini berusaha untuk menjawab beberapa permasalahan yang berkaitan dengan manajemen risiko pada rantai pasok Pepaya Callina dan risiko rantai pasok buah Naga sebagai pembanding, yaitu: 1) Risiko-risiko apa saja yang dapat terjadi pada kegiatan rantai pasok? 2) Pada anggota rantai pasok dan pada komoditas mana terletak risiko yang memiliki bobot tertinggi? 3) Bagaimana konsep pengendalian risiko pada rantai pasok dengan pendekatan sustainable risk management?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengidentifikasi dan menganalisis jenis risiko pada rantai pasok Pepaya Callina danbuah Naga. 2) Mengukur risiko pada setiap anggota rantai pasok dengan dalam manajemen rantai pasok Pepaya Calina, dan dibandingkan dengan tingkat risiko dalam rantai pasok buah Naga 3) Merumuskan konsep pengendalian risiko pada rantai pasok dengan pendekatan sustainable risk management.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menangani risiko rantai pasok, mengetahui sumber risiko dan dampak risiko yang ditimbulkannya, mengukur tingkat kejadian risiko dan dampaknya terhadap kinerja rantai pasok secara keseluruhan, serta sebagai salah satu alternatif solusi bagi setiap stakeholder dalam penanganan risiko rantai pasok yang berkelanjutan.

Ruang Lingkup Penelitian

Anggota rantai pasok yang dikaji dalam penelitian ini anggota primer yaitu petani, pedagang pengumpul, pedagang besar dan perusahaan retail yang menjual pepaya kepada konsumen. Risiko yang dikaji adalah berbagai macam risiko operasional, karena berhubungan langsung dengan proses rantai pasok Pepaya Callina dan buah Naga.

METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Pemikiran Penelitian

(15)

5 dipenuhi secara optimal. Hal tersebut diindikasikan dengan tingginya nilai impor dibandingkan dengan nilai ekspor dari masing-masing komoditas buah. Alat analisis yang digunakan dalam menilai risiko pada Rantai Pasok Produk buah Naga dan Pepaya Callina adalah ANP dan FMEA untuk melihat prioritas dari berbagai macam kemungkinan risiko yang terjadi dan menentukan langkah mitigasi dengan pendekatan sustainable risk management. Dengan konsep sustainable risk management diharapkan produsen komoditas buah tropika diharapkan dapat meningkatkan daya saing komoditas tersebut secara berkelanjutan, serta berkurangnya nilai impor dari komoditas hortikultura yang sebenarnya mampu untuk diproduksi dan dikembangkan di Negeri sendiri. Diagram alir penelitian selengkapnya disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Diagram Alir Penelitian

Permintaan konsumen yang tidak terpenuhi secara optimal terhadap komoditas Buah, dengan indikasi nilai impor buah

yang tinggi.

Identifikasi faktor dan sumber risiko di setiap anggota rantai pasok pada komoditas buah tropika ( Studi Kasus : Pepaya Callina dan buah Naga)

Pembobotan dan perbandingan risiko dalam setiap rantai pasok

Penilaian tingkat keparahan, tingkat kejadian dan kemampuan untuk

mendeteksi risiko

Analitycal Network Process (ANP)

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Integrasi ANP dan Weighted FMEA

Mengetahui jenis dan letak risiko yang dominan terjadi pada masing-masing rantai pasokan

Rekomendasi langkah-langkah strategis mitigasi risiko dengan pendekatan

Sustainable Risk Management pada rantai pasok buah Tropika Indonesia

(16)

6

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Januari – April 2014. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara pakar yang bergerak di bidang Pepaya Callina dan buah Naga, Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB serta Sabila Farm - Yogyakarta.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur, jurnal ilmiah, laporan kajian terdahulu yang relevan serta dari berbagai sumber, seperti Biro Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Pusat Kajian Hortikultura dan Pihak-pihak lain yang relevan. Sedangkan data primer diperoleh melalui beberapa cara yaitu obeservasi lapangan, pengisian dua jenis kuisioner, yaitu kuisioner ANP dan FMEA yang terlampir pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Struktur hierarki yang terdapat dalam kuisioner dinilai oleh beberapa ahli dalam bidang Pepaya Callina dan Buah Naga (Akademisi : Seorang Professor yang ahli dalam bidang Hortikultura, Peneliti : dua orang peneliti dari Pusat Kajian Hortikultura, dan Praktisi :pemilik usaha budidaya Pepaya Callina dan buah Naga, Petani Pepaya Callina dan Manajer Pasokan dari salah satu Wholesaler dan Retail di Kota Bogor).

Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel berdasarkan non probability sampling dimana pengumpulan informasi dan pengetahuan dari pakar menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan pakar yang dilibatkan dalam penelitian. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menentukan pakar adalah kesesuaian pendidikan pakar, pengalaman pakar dan track record kepakarannya.

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Deskriptif

Analisis ini merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Aini 2013). Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang diselidiki. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode ini, sehingga dapat diperoleh gambaran karakteristik responden, aspek-aspek yang terkait dengan risiko operasional yang terjadi pada rantai pasok Pepaya Callina dan dibandingkan dengan buah Naga.

Analytical Network Process (ANP)

(17)

7 manajerial. Kriteria penilaian dalam perbandingan yang dilakukan secara berpasangan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2Nilai intensitas kepentingan dalam perbandingan berpasangan

Sumber : Saaty (2005)

Eigen Vector kemudian dihitung dari semua matris perbandingan ang menggambarkan kontribusi atau pengaruh pada setiap cluster, hingga terbentuk sebuah cluster matrix. Setelah semua perbandingan berpasangan selesai dibuat, maka vektor bobot prioritas (w) dihitung dengan rumus persamaan (1) :

��= �max�... (1)

Unweighted super matriks dibuat dengan cara memasukan semua eigen vektor yang telah dihitung pada tahap sebelumnya kedalam sebuah supermatriks. Membuat weighted super matriks dengan cara melakukan perkalian setiap isi weighted super matriks terhadap matriks perbandingan kriteria (cluster matriks). Konsep super matriks hampir sama dengan proses rantai markov. Untuk mendapatkan suatu nilai prioritas, vektor prioritas lokal dimasukan dalam kolom yang sesuai dari cluster matriks. Setiap matriks merupakan hubungan antara dua Cluster dalam berkontribusi untuk menjawab pertanyaan yang diinginkan. (Gorener 2012). Super matriks digambarkan dalam Gambar 4.

Gambar 4 Supermatrix (Saaty 2005) Intensitas

Kepentingan

Penjelasan

1 Kedua kriteria mempunyai kontribusi yang sama dalam mencapai tujuan 3 Berdasarkan pengalaman dan penilaian terdapat salah satu faktor yang

sedikit lebih berpengaruh daripada yang lain

5 Berdasarkan pengalaman dan penilaian terdapat salah satu faktor yang lebih kuat pengaruh daripada yang lain

7 Faktor tersebut sangat kuat berpengaruh dan mendominasi dibandingkan yang lain

9 Faktor tersebut mutlak mempunyai pengaruh yang paling kuat diantara faktor yang lain

(18)

8

Dalam memeriksa konsistensi, rasio inconsistensy maksimal adalah 0.1. Jika lebih dari 0.1 maka data dianggap tidak konsisten, sehingga harus dilaksanakan revisi pendapat. Cara menghitung Consistensy Index (CI) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2) :

��

=

�max −�

�−1 ...(2) Dalam penelitian ini, digunakan software Superdecison 2.2.6 sebagai alat bantu dalam menyelesaikan perhitungan ANP. Angka-angka yang diperoleh dari hasil kuesioner masing-masing responden berupa pendapat mengenai interaksi saling ketergantungan antar elemen pada masing-masing cluster diturunkan menjadi suatu supermatriks. Dari super matriks tersebut akan didapatkan hasil akhir yang akan menunjukan elemen mana yang lebih besar kontribusinya berdasarkan bobot yang telah ditentukan sebelumnya.

Weighted Failure Mode Analysis (WFMEA)

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah sebuah teknik menganalisa yang mengkombinasikan antara teknologi dan pengalaman dari orang dalam mengidentifikasi penyebab kegagalan dari produk atau proses dan perencanaan untuk penghilangan penyebab kegagalannyan (Huang et al. 2011). Proses detail melakukan FMEA dapat dibagi menjadi beberapa langkah sebagai berikut (Badariah 2011):

1. Identifikasi fungsi sistem atau proses dan bentuk sebuah struktur hierarki, dengan membagi sistem atau proses menjadi beberapa subsistem atau fungsi proses.

2. menentukan mode kegagalan dari setiap komponen dan dampaknya. Memberikan nilai tingkat keparahan/severity (S) dari masing-masing mode kegagalan masing-masing sesuai dengan efek pada sistem.

3. Menentukan penyebab kegagalan dan memperkirakan kemungkinan setiap kegagalan terjadi. Tentukan tingkat terjadinya/occurence (O) dari masing-masing mode kegagalan sesuai dengan kemungkinan terjadinya.

4. Identifikasi pendekatan untuk mendeteksi kegagalan dan mengevaluasi kemampuan sistem untuk mendeteksi kegagalan sebelum kegagalan terjadi. Tentukan tingkat deteksi/detection (D) dari masing-masing mode kegagalan.

5. Menurut Chen (2007), penilaian FMEA secara umum dilakukan dengan menggunakan nomor prioritas risiko/risk priority number (RPN). RPN adalah hasil perkalian dari peringkat keparahan/severity (S), kejadian/occurrance

(O), dan deteksi/detection (D) yang dihitung dengan persamaan (3).

RPN = S x O x D………..……… (3)

(19)

9

WRPNn = Si x Oi x Di x f(Wi) = RPNn x f(Wi) ……… (4) Tabel 3Kategori Risiko berdasarkan WRPN

Sumber : The Chatered Quality Institute

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sabila Farm

Sabila Farm merupakan perkebunan yang terletak di kaki Gunung Merapi di Kaliurang, Yogyakarta dengan ketinggian 500 meter diatas permukaan laut. Bapak Gunung Soetopo dan istrinya Ibu Elly Mulyati merupakan pemilik dari Sabila Farm. Keduanya merupakan alumni dari Institut Pertanian Bogor. Sabila Farm merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi komoditas hortikultura, khususnya buah. Buah yang di produksi di Sabila Farm diantaranya adalah Pepaya Calina, buah Naga, Sarikaya, Sirsak, dan Jambu Kristal. buah Naga dan Pepaya Callina mulai ditanam pada tahun 2005. Jenis buah Naga yang dibudidayakan adalah buah Naga Merah dan buah Naga Putih. Sabila Farm terdiri atas 3 kebun, yaitu SF 1 (Sabila Farm 1) yang berlokasi di Dusun Kertodadi Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang dibangun sejak tahun 2005 dan SF 2 serta SF 3 yang berlokasi di Dusun Wonogiri Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman, Yogyakarta, yang masing-masing dibangun pada tahun 2010 dan 2012.

Sabila Farm merupakan salah satu perintis dari penanaman komersial buah Naga di Indonesia. Sabila Farm sering mengikuti ajang kontes dan pameran buah tropika di tingkat Internasional, serta telah menjalin kerjasama dengan kementrian pertanian di Yordania. Selain itu, Sabila Farm juga menyediakan jasa pelatihan tentang pertanian. Tidak hanya belajar dikelas, peserta pelatihan juga melaksanakan praktik langsung di kebun. Materi yang disampaikan diantaranya adalah : Bertani secara organik, Budidaya buah Naga, Budidaya Pepaya Callina, Budidaya Sirsak, Budidaya Sarikaya, Manajemen Pertanian, serta Pemasaran produk pertanian. Visi dari Sabilla Farm adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas komoditas buah tropika dan meingkatkan pengetahuan masyarakan mengenai pertanian. Misi dari Sabila Farm adalah memperluas lahan untuk menanam komoditas buah unggulan, mengaplikasikan teknologi budidaya dan pasca panen secara tepat dan handal, serta mengadakan pelatihan untuk masyarakat dan memfasilitasi penelitian untuk berperan serta dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian di Indonesia.

Nilai Output Kategori Resiko Pengendalian resiko 1-50 Sangat Rendah Menerima

50-100 Rendah Menerima

(20)

10

Pepaya Callina

Pepaya memiliki berbagai macam keunggulan, diantaranya mampu berbuah sepanjang tahun, tidak membutuhkan lahan yang luas dan cepat berproduksi. Pepaya Callina termasuk pepaya favorit konsumen di kelasnya. Selain itu, keseragaman bentuk dan ukuran buah juga merupakan keunggulan dari varietas IPB-9. Ketika tinggi pohon Pepaya Callina belum mencapai satu meter, usianya baru 8 bulan, pohon Pepaya Callina sudah bisa menghasilkan puluhan buah lezat siap panen dan siap dipasarkan. Daging buah berwarna jingga kemerahan dan bertekstur renyah dengan rasa yang cukup manis. Pepaya Callina berbunga pada umur empat bulan setelah bibit dipindahkan ke lahan, sedangkan buahnya dapat dipanen pada umur 180 hari setelah berbunga (Sujiprihati et al. 2010). Buah dan Pohon dari Pepaya Callina dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5.Buahdan Pohon Pepaya Callina (IPB-9) (Sabila Farm 2014)

Buah Naga

Buah Naga berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Tiga spesies buah Naga yang umum terdapat di Indonesia adalah buah Naga merah dengan daging buah putih (Hylocereus undatus), buah Naga kulit merah dengan daging buah merah (Hylocereus polyhirzus). Dua spesies lainnya yang dijumpai dalam jumlah yang relatif sedikit adalah buah Naga kulit merah dengan daging buah merah keunguan (Hylocereuscostaricencis) dan buah Naga kuning (Celenicerius megalanthus) yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Hylocereus undatus Hylocereus polyhirzus

Celenicerius megalanthus Hylocereus costaricencis

(21)

11 Manajemen Risiko Rantai Pasok

Manajemen rantai pasok (supply chain management) produk pertanian mewakili pengelolaan keseluruhan proses produksi hingga distribusi produk sampai ditangan konsumen. Selain lebih kompleks, rantai pasok produk pertanian juga bersifat probabilistik dan dinamis. Hal ini terjadi karena produk pertanian bersifat mudah rusak, proses penanaman, pertumbuhan dan pemanenan tergantung musim, hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, dan produk pertanian bersifat kamba sehingga produk pertanian sulit untuk ditangani (Marimin dan Maghfiroh 2010). Risiko didefinisikan sebagai hasil dari kejadian yang berpengaruh negatif yang mempunyai kemungkinan terjadi dan menghasilkan sejumlah kerusakan (March and Shapira 1987). Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan. Risiko rantai pasok dapat didefinisikan sebagai: kerusakan yang mempunyai kemungkinan terjadi yang disebabkan oleh suatu kejadian dalam sebuah perusahaan pada rantai pasok atau lingkungannya sehingga menimbulkan pengaruh negatif terhadap proses bisnis pada lebih dari satu perusahaan dalam rantai pasok (Kersten, Hohrath, dan Böger 2007).

Rantai Pasok Pepaya Callina dan buah Naga

Struktur rantai pasok Pepaya Callina, buah Naga dan produk pertanian pada umumnya memiliki keunikan karena tidak selalu mengikuti urutan supplier-manufaktur-distributor-retail-pelanggan. Petani dapat langsung menjual hasil pertaniannya ke pasar selaku retail, sehingga telah memutus rantai pelaku tengkulak, manufaktur, dan distributor. Manufaktur juga tidak harus memasok produk lewat distributornya ke retail, tapi bisa langsung ke pelanggan. Pelanggan di sini biasanya merupakan pelanggan besar, seperti hotel, rumah sakit atau restoran. Gambaran rantai pasok Pepaya Callina dan buah Naga dapat dilihat pada Gambar 7.

Keterangan :

Aliran produk Aliran uang Aliran informasi

Gambar 7 Rantai Pasok Produk Pepaya Callina dan buah Naga

Peran Petani adalah sebagai produsen dari kedua komoditas buah, aktifitas yang dilakukan mencakup seluruh kegiatan produksi hingga pasca panen. Petani harus mempunyai pengetahuan dan menguasai teknik budidaya masing-masing komoditas buah. Risiko yang sering dialami oleh Petani pada kedua komoditas buah tersebut adalah serangan hama dan penyakit dari tanaman, atau tidak

Petani

Pengumpul

Pedagang

(22)

12

berbuahnya tanaman karena terdapat suatu penyebab, misalnya kekurangan unsur hara atau faktor lingkungan seperti kondisi tanah, intensitas cahaya matahari dan musim yang sedang berlangsung. Risiko yang sering dihadapi oleh pedagang pengumpul atau kolektor adalah rendahnya mutu buah, atau ketidakseragaman kualitas dari buah. Dari sisi distributor (pedagang besar dan pengecer) risiko yang dihadapi adalah turunnya mutu buah karena penyimpanan dan risiko karena pengangkutan di samping kendala transportasi dan distribusi ke pihak konsumen.

Identifikasi Risiko Rantai Pasok Pepaya Callina dan buah Naga

Berdasarkan hasil studi literatur dan penelitian sebelumnya, serta hasil diskusi dengan beberapa pakar maka diperoleh kerangka ANP untuk mengidentifikasi risiko rantai pasok komoditas Pepaya Callina dan buah Naga. Struktur ANP tersebut dapat diperlihatkan pada Gambar 8.

Gambar 8 Struktur ANP diolah dari Saaty (2005) Struktur ini terdiri dari 3 cluster:

1. Cluster Masalah : Permasalahan manajemen risiko rantai pasok Pepaya Callina dan Buah Naga yang menjadi perhatian dalam kajian ini adalah: Peningkatan kualitas, peningkatan produktivitas, jaminan kontinuitas pasokan, serta peningkatan pendapatan.

2. Cluster Risiko : Alternatif faktor risiko yang teridentifikasi dari hasil interview mendalam dengan pakar dan hasil studi literaturadalah risiko kualitas, produksi, harga, pasokan, transportasi dan lingkungan.

3. Cluster Aktor : Aktor yang berperan dalam rantai pasok terdiri dari: Petani, Pedagang Pengumpul, Pedagang Besar, dan Pengecer

Permasalahan Manajemen Risiko Rantai Pasok Pepaya dan buah Naga

a. Peningkatan Kualitas

Produsen harus menghasilkan buah yang sesuai dengan standar yang diakui oleh semua pihak untuk menjamin kepuasan konsumen. Untuk mengukur kualitas dari buah segar, standar yang dapat digunakan adalah Standar Nasional Indonesia

(23)

13 pada tingkat nasional, ASEAN Standard pada tingkat Asia Tenggara, dan CODEX Alimentarius Standard untuk perdagangan internasional.

Saat ini ketiga standar tersebut telah diharmonisasikan sehingga buah yang memenuhi kriteria SNI diharapkan sudah memenuhi ASEAN Standard dan CODEXAlimentarius Standard. Untuk perdagangan buah, standar minimum yang dituntut sebagai berikut (Sobir 2013) :

1. Buah utuh dengan penampilan buah segar dan padat (firm) 2. Bebas dari aroma dan rasa asing

3. Layak konsumsi

4. Bersih, bebas dari benda-benda asing yang tampak 5. Bebas dari hama dan penyakit dan Bebas dari memar 6. Bebas dari kerusakan akibat kenaikan suhu

7. Bebas dari kelembapan lingkungan yang abnormal 8. Panjang tangkai buah tidak lebih dari 3 cm

Berdasarkan mutunya, buah pepaya yang diperdagangkan segar dibagi menjadi 3 kelas, yaitu kelas super, kelas A dan kelas B. Pembagian kelas ini didasarkan pada kualitas buah yang disesuaikan dengan ciri masing-masing varietas dan banyaknya kerusakan yang terdapat pada buah tersebut. Ketentuan kelas buah pepaya disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Ketentuan kelas buah

Kelas Kriteria Mutu

Super Buah dengan mutu paling baik, yaitu mencerminkan ciri varietas atau tipe komersial, bebas dari kerusakan, kecuali kerusakan sangat kecil yang tidak mempengaruhi mutu dan penampilan buah secara umum.

A Buah bermutu baik , yaitu mencerminkan ciri varietas atau tipe komersial dengan kerusakan kecil yang diperbolehkan sebagai berikut :

-Sedikit penyimpangan dan kerusakan pada bentuk buahseperti memar akibat benturan, terbakar sinar matahari, atau kena getah.

-Total kerusakan tidak lebih dari 10% dari luas permukaan kulit dan tidak mempengaruhi daging buah.

B Buah bermutu baik, yaitu mencerminkan ciri varietas atau tipe komersial dengan kerusakan yang diperbolehkan sebagai berikut :

-Penyimpangan pada bentuk dan warna

-Kerusakan di kulit buah, seperti memar akibat benturan, terbakar sinar matahari dan atau kena getah.

-Sedikit bekas serangan hama dan penyakit.

-Total kerusakan maksimum 15% dari luas permukaan kulit dan tidak mempengaruhi daging buah.

Sumber : Sobir 2013

Berdasarkan Tabel 4, ternyata terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan predikat kelas buah dengan kualitas prima. Terdapat pula batas toleransi kelas mutu buah yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Ketentuan toleransi mutu buah

Kelas Kriteria Mutu

(24)

14

A Batas toleransi mutu kelas A yang diperkenankan tidak memenuhi ketentuan mutu, yakni maksimum 10% dari jumlah atau bobot buah, tetapi masih termasuk dalam kelas B.

B Batas toleransi mutu kelas B yang diperbolehkan tidak memenuhi ketentuan mutu, yakni maksimum 10% dari jumlah atau bobot buah, tetapi masih memenuhi persyaratan minimal.

Sumber : Sobir 2013

Khusus untuk buah Naga, klasifikasi kelas ditambahkan dengan kriteria bobot buah, yaitu kelas super dengan bobot lebih dari 0.7 kg, kelas A dengan bobot 0.5 kg – 0.7 kg, dan kelas B 0.35 kg – 0.5 kg dengan kadar gula 10°-11° brix.

b. Peningkatan Produktivitas

Peluang pasar, baik untuk buah pepaya maupun buah Naga masih terbuka lebar, mengingat suplainya saat ini terbilang kurang, terutama buah Naga yang belum banyak dibudidayakan. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi buah dan sayur untuk kesehatan menjadi salah satu indikasi bahwa seiring dengan berjalannya waktu permintaan akan terus bertambah dan bertambah. Lingkungan tropis juga memberikan keuntungan tersendiri bagi pertumbuhan dan perkembangan buah Naga dan Pepaya Calllina. Saat ini masih terdapat 12.4 juta hektar lahan yang belum dimanfaatkan termasuk lahan sub optimal (Kementrian Pertanian 2009).

c. Jaminan Kontinuitas Pasokan

Jaminan kontinuitas pasokan dipengaruhi oleh ketersediaan dan waktu panen dari buah.Pepaya merupakan salah satu dari komoditas yang mulai dari tahun 2013 dilarang untuk diimpor oleh pemerintah.Kebijakan tersebut tertulis dalam Peratuan Menteri Pertanian No. 60 Tahun 2012 tentang Rekomendasi Impor Hortikultura dan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 60 tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Terdapat 6 jenis buah yang dilarang untuk diimpor ke Indonesia dan salah satunya yaitu buah pepaya.Hal tersebut perlu diimbangi dengan jaminan kontinuitas pasokan dari sentra-sentra produksi pepaya dalam negeri, dan menjadi peluang yang sangat besar bagi petani pepaya untuk terus mengembangkan kualitas serta kuantitas dari Pepaya lokal untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Data volume dan nilai ekspor-impor buah pepaya, disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 9.

(25)

15 Dari Gambar 9, kita dapat melihat bahwa nilai dan Volume Pepaya yang diimpor pada tahun 2012 masih sangat tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor dari komoditas Pepaya. Larangan impor pada tahun 2013 direspon positif oleh Petani Pepaya dengan menunjukan tingkat produksi yang meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Data mengenai produksi Pepaya di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Data Produksi Buah Pepaya Nasional (Departemen Pertanian 2014)

Peningkatan produksi belum cukup mampu untuk meningkatkan nilai ekspor secara signifikan antara sebelum dan sesudah kebijakan tersebut berlaku. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya peningkatan produktivitas dan kualitas dari Pepaya Callina ini, agar kontinuitas pasokan tetap terjaga serta menghasilkan surplus yang lebih banyak untuk meningkatkan jumlah ekspor dari Pepaya.

Berbeda dengan kondisi komoditas buah Naga yang masih tergolong baru dibudidayakan oleh Petani Indonesia, impor masih mendominasi hingga 60-80% untuk memasok permintaan konsumen dalam negeri. Walaupun belum memenuhi kebutuhan dalam negeri, buah Naga juga telah diekspor ke mancanegara, walaupun masih dengan jumlah yang sangat terbatas. Data mengenai volume serta nilai ekspor dan impor buah Naga disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11 Data Volume dan Nilai Ekspor-Impor buah Naga Indonesia (Departemen Pertanian 2014)

Dapat dilihat pada Gambar 11, terlihat perbedaan yang sangat signifikan antara volume dan nilai ekspor dengan volume dan nilai impor. Volume impor lebih tinggi dibandingan dengan ekspor. Hal tersebut menggambarkan bahwa produksi buah Naga Indonesia masih sangat minim, jauh dari tingkat permintaan konsumen, baik dalam negeri maupun luar negeri.

(26)

16

d. Peningkatan Pendapatan

Permasalahan peningkatan pendapatan dalam rantai pasok Pepaya Callina dapat dilihat dari persentasi margin yang didapatkan oleh masing-masing anggota rantai pasokan. Perbandingan margin harga pada rantai pasok Pepaya Calina disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Perbandingan margin harga pada rantai pasok Pepaya Callina (Rupiah). Buah Pepaya

Callina

Petani Pengumpul Pedagang Besar

Retail

Biaya/Kg 875 2750 5250 7000

Harga Jual/Kg 2 500 5 000 7 000 12000

Margin/Kg 1 625 2 250 1 750 5000

% Margin Total 15.29% 21.17% 16.47% 47.05%

Dapat dilihat dari Tabel 6, pada rantai pasokan Pepaya Callina margin yang diterima oleh petani hanya sebesar 15.29% dari margin total, sementara yang diterima oleh retail cukup tinggi yaitu sebesar 47.05%. Hal tersebut mengindikasikan permasalahan peningkatan pendapatan yang cenderung tidak merata. Terjadi kesenjangan pendapatan antara pihak retail dan petani sebagai produsen dari komoditas buah Pepaya.

Sementara itu, perbandingan margin harga pada rantai pasok buah Naga dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Perbandingan margin harga pada rantai pasok buah Naga (Rupiah).

Buah Naga Petani Pengumpul Pedagang

Besar Retail

Biaya/Kg 5 150 15250 20250 26000

Harga Jual 15000 20 000 26 000 38000

Margin 9 850 4 900 5 750 12 000

% Margin Total 30.30% 15.07% 17.69% 36.92% Berdasarkan data pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa pendapatan masing-masing anggota rantai pasok pada buah Naga cenderung lebih merata dibandingkan dengan Pepaya Callina. Jika dilihat dari harga jual dan permintaan yang cukup tinggi, komoditas buah Naga memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan pada masing-masing anggota rantai pasok. Berbagai macam risiko pada rantai pasokan yang menyebabkan kualitas dan kuantitas buah-buahan di Indonesia belum sepenuhnya sesuai dengan preferensi konsumen dan jumlahnya belum dapat memenuhi kebutuhan dari pasar. Sehingga, hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota rantai pasok .

(27)

17

Gambar 12 Hasil perbandingan bobot masalah rantai pasok

Hasil pengolahan prioritas pada Gambar 12, menunjukan bahwa peningkatan pendapatan di setiap anggota rantai pasok merupakan prioritas utama dalam permasalahan rantai pasok Pepaya Callina, yaitu sebesar 0.371. Sedangkan, pada rantai pasok buah Naga, permasalahan utama yang menjadi prioritas adalah jaminan kontinuitas pasokan, dengan nilai bobot prioritas permasalahan sebesar 0.331.

Faktor Risiko dalam Rantai Pasok

Berdasarkan penelitian terdahulu serta melalui observasi dan diskusi dengan pakar, pada penelitian ini di identifikasi terdapat enam jenis risiko, yaitu :

1. Risiko kualitas, merupakan risiko yang diakibatkan oleh kesalahan atau kurangnya pengetahuan tentang teknik budi daya serta pemeliharaan buah, dan penanganan pasca panen yang tidak sesuai prosedur.

2. Risiko produksi, merupakan risiko yang diakibatkan oleh proses produksi buah, mulai dari pemilihan benih hingga pembudidayaan, lokasi penanaman (terkait cuaca, iklim, pH, altitude, suhu, angin, curah hujan dan kelembapan), serangan dari hama dan penyakit, penentuan waktu tanam dan penyediaan benih yang menyebabkan berkurangnya jumlah buah yang dihasilkan.

3. Risiko harga, diakibatkan oleh fluktuasi harga yang dipengaruhi oleh harga produk pesaing, kondisi pasokan, dan nilai tukar rupiah.

4. Risiko pasokan, diakibatkan oleh keberagaman mutu pasokan, loyalitas pemasok, waktu panen, dan yang berpengaruh terhadap jumlah ketersediaan pasokan.

5. Risiko transportasi, risiko yang diakibatkan oleh infrastruktur yang belum memadai, jarak angkut yang jauh, kondisi dan jenis kemasan, serta penentuan tata letak penyimpanan buah dalam kendaraan.

6. Risiko lingkungan, yaitu risiko yang diakibatkan oleh bencana alam, kebijakan pemerintah, kondisi sosial, budaya, dan politik.

Hasil pengolahan data yang didapatkan berdasarkan hasil survei pakar dengan menggunakan kuisioner ANP untuk mengetahui risiko yang menjadi prioritas utama pada masing-masing rantai pasok disajikan pada Gambar 12.

0.0 0.1 0.2 0.3 0.4

Jaminan Kontinuitas Peningkatan Kualitas Peningkatan Pendapatan Peningkatan Produktivitas

Buah Naga

(28)

18

Gambar 13Hasil perbandingan bobot risiko rantai pasok

Hasil pengolahan untuk mengetahui prioritas dan risiko yang paling berpengaruh secara keseluruhan, pada Pepaya Callina adalah risiko produksi, dengan nilai prioritas tertinggi yaitu sebesar 0.225, sementara pada rantai pasok buah Naga, risiko yang memiliki nilai prioritas tertinggi adalah risiko pasokan dengan nilai 0.200.

Pepaya Callina menuntut penanganan penyakit antraknosa yang lebih intensif. Penyakit antraknosa merupakan penyakit yang disebabkan oleh cendawan (Colletotrichum goleosporoides). Serangan antraknosa menyebabkan kerusakan berat di buah muda, daun tua, pelepah daun, bahkan batang tanaman. Akibatnya, pepaya gagal panen bahkan mati. Penyakit tersebut sangat mudah menular dari satu kebun ke kebun lain, sehingga menyebabkan hasil produksi turun drastis. Jika produksinya rendah, maka jumlah pasokan akan berkurang dan jumlah keuntungan yang diterima oleh setiap rantai pasok akan menurun.

Secara umum, buah Naga merupakan salah satu tanaman yang tidak rentan terhadap serangan hama atau penyakit. Selain kulitnya yang tebal yang mampu melindungi buah serta tekstur sulur yang berduri, menjadi pertahanan yang cukup ampuh untuk serangan hama. Namun, karena permintaan terhadap buah Naga cukup banyak, namun yang membudidayakan masih sedikit, hal tersebut menjadikan risiko pasokan menjadi prioritas utama. Karena penyebab utama dari tidak tersedianya jaminan atas kontinuitas pasokan yang stabil adalah jumlah pasokan yang tidak memadai.

Analisis Risiko Anggota Rantai Pasok

Analisis risiko rantai pasok membantu untuk memahami posisi anggota pada rantai pasok untuk meningkatkan keunggulan kompetitif. Risiko diidentifikasi berdasarkan penilaian pada perbandingan berpasangan antara alternatif risiko terhadap masing-masing anggota rantai pasok.

0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25

Risiko Harga Risiko Kualitas Risiko Lingkungan Risiko Pasokan Risiko Produksi Risiko Transportasi

Pepaya Callina

(29)

19 a. Petani

Hasil pengolahan prioritas risiko pada Petani Pepaya Callina dan Petani buah Naga adalah risiko produksi, dengan nilai prioritas paling tinggi yaitu, sebesar 0.323 untuk pepaya Callina dengan nilai CI sebesar 0.06148 (penilaian konsisten, karena nilai CI < 0.1) dan sebesar 0.290 pada buah Naga (CI=0.0689). Petani selaku produsen dari Pepaya Callina dan buah Naga memiliki peran yang sangat signifikan terhadap kualitas dan produktivitas dari komoditas buah yang dihasilkan.Teknik produksi yang baik mulai dari penentuan lokasi tanam, pemilihan benih hingga perlakuan pasca panen sangat menentukan kualitas dan produktivitas dari komoditas buah tersebut. Kualitas dan produktivitas berpengaruh terhadap harga serta tingkat permintaan buah.

b. Pedagang Pengumpul

Dari sudut pandang Pedagang Pengumpul, baik pada buah Naga maupun Pepaya Callina, risiko harga merupakan risiko yang paling berpengaruh. Bobot dari masing-masing risiko tersebut adalah 0.247 (CI=0.0346) untuk Pepaya Callina dan 0.275 (CI=0.06099) untuk buah Naga. Sebagai agen atau penyedia akses dari petani kepada pasar yang lebih luas, risiko yang dihadapi oleh pedagang pengumpul adalah risiko harga. Harga tersebut harus disesuaikan dengan keinginan petani, serta permintaan atau kontrak dengan pasar atau pedagang besar.

c. Pedagang Besar

Dari sudut pandang pedagang besar, baik pada buah Naga maupun pada Pepaya Callina risiko pasokan mempunyai bobot yang paling besar yaitu 0.212 (CI=0.0403) untuk Pepaya Callina dan 0.321 (CI=0.0315) untuk Pedagang Besar buah Naga. Risiko pasokan merupakan risiko yang paling berpengaruh terhadap ketersediaan komoditas buah untuk memenuhi volume pasokan, spesifikasi dan keseragaman dari kualitas buah, serta waktu pemenuhan dan pengiriman pasokan.Hubungan dengan pedagang pengumpul juga harus diperhatikan oleh pedagang besar dalam meminimalisir risiko pasokan yang mungkin terjadi.

d. Pengecer (Retailer)

(30)

20

Gambar 14 Hasil Perbandingan bobot risiko antar aktor pada anggota rantai pasokan Pepaya Callina

Gambar 14 menunjukan bahwa di dalam masing-masing anggota rantai pasok Pepaya Callina, pasti terdapat risiko yang dominan yang mungkin terjadi. Seperti yang telah diuraikan diatas, risiko dengan bobot prioritas paling tinggi pada komoditas Pepaya Callina adalah risiko produksi. Risiko produksi paling dominan terjadi pada anggota rantai pasok yang memproduksi komoditas tersebut, yaitu petani.

Sementara itu, hasil perbandingan berpasangan antara aktor dan risiko pada rantai pasok buah Naga, dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Hasil perbandingan bobot risiko antar aktor yang terlibat dalam rantai pasok buah Naga

Pada perbandingan berpasangan antar aktor anggota rantai pasok dan risiko pada buah Naga juga terlihat bahwa masing-masing anggota rantai pasok mempunyai suatu risiko dominan yang harus ditanggung. Risiko pasokan,

(31)

21 sebagai risiko dengan prioritas tertinggi pada buah Naga menjadi risiko yang dominan bagi pengumpul, pedagang besar dan pengecer.

Walaupun setiap anggota rantai pasok mempunyai beban risiko yang harus ditanggung, tetapi nilai beban risiko yang dipikul oleh masing-masing anggota rantai pasok tidak menyebar secara merata. Hasil pengolahan data mengenai prioritas aktor pada anggota rantai pasok buah Pepaya Callina dan buah Naga disajikan dalam Gambar 16.

Gambar 16. Hasil Perbandingan berpasangan berpasangan antar aktor pada anggota rantai pasokan

Dapat disimpulkan bahwa dalam rantai pasok kedua komoditas tersebut, petani mempunyai kecenderungan menanggung risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktor yang lain. Sesuai dengan konsep high risk high return, seharusnya petani medapatkan margin terbanyak dari keseluruhan anggota rantai pasok. Di Indonesia belum banyak lembaga yang menyediakan jasa asuransi di dalam bidang pertanian, hingga seringkali hanya petani yang harus menanggung kerugian akibat gagal panen.

Analisis Risiko Rantai Pasok

Analisis risiko dilakukan untuk membedakan risiko minor yang dapat diterima dari risiko mayor, dan untuk menyediakan data yang akan membantu tahap evaluasi dan pengendalian risiko. Tahap penilaian risiko dibantu dengan metode Weighted Failure Mode and Effects Analysis (WFMEA). Tiga komponen severity, occurence, dan detection dikalikan dengan bobot risiko, dihasilkan nilai Weighted Risk Priority Numbers (WRPN) (Surendro dan Yaumi 2012). Hasil penilaian risiko dari pendapat para pakar dengan menggunakan FMEA untuk Pepaya Callina dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 FMEA Rantai pasok Pepaya Callina hasil penilaian pakar

(32)

22

Transportasi Kerusakan Infrastruktur 5 5 3 75

Jarak Angkut 4 2 3 24

Hasil pengolahan data dengan menggunakan FMEA, pada rantai pasok Pepaya Calina menunjukan bahwa pada risiko produksi, elemen dengan nilai Risk Priorty Number (RPN) tertinggi adalah pengetahuan dan teknik budidaya yang rendah. Pada risiko produksi, elemen dengan RPN tertinggi adalah serangan hama dan penyakit tanaman. Pada risiko harga, produk pesaing merupakan elemen yang memiliki nilai RPN tertinggi. Pada risiko pasokan, keberagaman mutu pasokan mempunyai RPN tertinggi. Pada risiko Transportasi penentuan tata letak penyimpanan buah dalam kendaraan, menjadi elemen yang memiliki RPN tertinggi. Sedangkan, pada risiko lingkungan kebijakan pemerintah merupakan elemen yang memiliki RPN tertinggi. Hasil perhitungan ANP kemudian diintegrasikan dengan hasil FMEA yang menghasilkan nilai WRPN (Weighted Risk Priority Number). Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil perhitungan ANP dan WRPN pada Pepaya Callina

(33)

23 Berdasarkan hasil perhitungan sebelum dan sesudah terbobot, risiko produksi, kualitas, pasokan dan lingkungan mempunyai peringkat yang sama yaitu penempati peringkat 1, 2, 3 dan 6. Sedangkan untuk urutan risko yang lain mengalami perbedaan antara hasil perhitungan sebelum dan setelah terbobot, yaitu perbedaan urutan risiko harga dan risiko transportasi.

Sementara itu, hasil perhitungan FMEA pada risiko rantai pasok buah Naga disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10 FMEA Rantai pasok buah Naga hasil penilaian pakar Faktor

Kualitas Rendahnya mutu benih/Stek buah

Naga 8 5 6 240

Transportasi Kerusakan Infrastruktur 5 4 6 72

Kondisi dan Jenis Kemasan 4 3 4 48

(34)

24

Hasil perhitungan ANP kemudian diintegrasikan dengan hasil FMEA yang menghasilkan nilai WRPN (Weighted Risk Priority Number). Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11Hasil perhitungan ANP dan WRPN pada buah Naga

Risiko ANP (W) Peringkat RPN Peringkat WRPN Peringkat

Kualitas 0.196 2 630 2 123.48 2

Produksi 0.170 3 562 3 95.54 3

Harga 0.163 4 505 4 82.31 4

Pasokan 0.200 1 800 1 160.00 1

Transportasi 0.137 5 280 5 38.36 5

Lingkungan 0.135 6 170 6 22.95 6

Berdasarkan hasil perhitungan sebelum dan sesudah terbobot, pada komoditas buah Naga, peringkat prioritas risiko antara sebelum dan sesudah terbobot sama. Pada kedua komoditas, risiko kualitas mendapatkan urutan prioritas kedua. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan kualitas, baik untuk komoditas Pepaya Callina maupun buah Naga perlu ditingkatkan agar mampu bersaing dengan kompetitor. Pembobotan dengan menggunakan ANP telah memberikan penjelasan, resiko mana yang paling berpengaruh dan FMEA menjabarkan tingkat keparahan, tingkat kejadian dan tingkat kesulitan untuk dideteksi gejala risikonya.

Evaluasi Risiko Rantai Pasok

Evaluasi Risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang digunakan. Hasil evaluasi risiko disajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12 Hasil Evaluasi Risiko Rantai Pasok

Berdasarkan kategori risiko, pada rantai pasok Pepaya Callina dapat disimpulkan bahwa yang termasuk kategori risiko sangat rendah yaitu risiko harga, risiko lingkungan dan risiko transportasi. Risiko pasokan termasuk dalam kategori risiko rendah. Risiko kualitas dan risiko produksi termasuk kategori risiko tinggi. Sedangkan pada risiko rantai pasok buah Naga, risiko pasokan termasuk dalam kategori risiko tinggi. Risiko kualitas termasuk dalam kategori risiko menengah.

Komoditas Jenis Risiko WRPN Kategori Risiko Pengendalian Pepaya Callina Risiko Kualitas 150.48 Tinggi Mitigasi

Risiko Produksi 170.10 Tinggi Mitigasi Risiko Harga 31.50 Sangat rendah Menerima Risiko Pasokan 82.83 Rendah Menerima Risiko Transportasi 49.81 Sangat rendah Menerima Risiko Lingkungan 15.66 Sangat rendah Menerima Buah Naga Risiko Kualitas 123.48 Menengah Menghindari

Risiko Produksi 95.54 Rendah Menerima

Risiko Harga 82.31 Rendah Menerima

(35)

25 Risiko produksi dan harga termasuk dalam kategori risiko rendah. Risiko transportasi dan risiko lingkungan termasuk dalam kategori sangat rendah.

Pengendalian Risiko dengan pendekatan Sustainable Risk Management

Sustainable Risk Management, merupakan metode dalam pengendalian resiko yang ditempuh dengan 3 aspek pendekatan, yaitu : (1) Ekonomi, (2) Lingkungandan (3) Sosial. Sustainable berarti suatu jaminan akan keberlangsungan dari keberhasilan atau kesuksesan yang telah terjadi, dan kesuksesan hari ini tidak menyebabkan akibat yang buruk dimasa yang akan datang (Craig Freis et al. 2013).

Memang diakui bahwa konsep keberlanjutan merupakan konsep yang sederhana namun kompleks, sehingga pengertian keberlanjutan pun sangat multidimensi dan multi-interpretasi. Menurut Schoenherr (2011), konsep keberlanjutan ini paling tidak mengandung dua dimensi, yaitu pertama adalah dimensi waktu karena keberlanjutan merupakan konsep menyangkut apa yang akan terjadi di masa mendatang. Kedua adalah dimensi interaksi antara sistem ekonomi, sistem sosial dan sistem lingkungan. Jika konsep tersebut diterapkan dalam pertanian, seperti komoditas hortikultura, dapat diterjemahkan sebagai suatu pengelolaan sumberdaya yang optimal untuk memenuhi permintaan pasar, sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Konsep pengendalian risiko yang berkelanjutan pada rantai pasok komoditas pertanian, khususnya buah tropika dapat diterapkan dengan memperhatikan ketiga aspek tersebut.

1. Pengendalian Risiko dengan Pendekatan Ekonomi

Pada rantai pasok buah Naga dan Pepaya Callina, teridentifikasi terdapat enam jenis risiko yang berpotensi terjadi dalam anggota rantai pasok. Risiko dengan nilai WRPN tertinggi adalah risiko produksi untuk Pepaya Callina dan risiko pasokan pada buah Naga. Pada kedua komoditas tersebut, aktor yang paling banyak menanggung risiko dalam suatu rantai pasok adalah Petani. Petani merupakan produsen dari komoditas pertanian, yang memiliki tanggung jawab dan kontribusi paling besar dalam pengendalian risiko. Gittinger (1986) mengilustrasikan bahwa untuk melaksanakan suatu mitigasi risiko dan permasalahan dalam rantai pasok produk pertanian secara berkelanjutan dari sisi kelayakan ekonomi, setidaknya harus memenuhi 3 indikator yaitu :

a. Produktivitas

(36)

26

tidak terjadi gejolak sosial sehingga akan mengganggu stabilitas dan keseimbangan yang ada. Faktor sosial dan ekologi menjadi pertimbangan utama untuk menjaga keberlanjutan produksi komoditas buahyang diharapkan.

b. Stabilitas dan Sustainabilitas

Stabilitas dari suatu sistem rantai pasok dalam pertanian menggambarkan fluktuasi produksi hasil panen setiap waktu yang disebabkan oleh perubahan agrosistem atau serangan hama dan penyakit tanaman. Jika tidak ada serangan hama dan penyakit tanaman, biasanya terjadi berbagai macam risiko produksi atau risiko kualitas yang bersifat mengejutkan. Sustainabilitas merupakan gambaran ketahanan sistem budidaya pertanian terhadap perubahan lingkungan atau ekonomi.Selain perubahan yang bersifat mengejutkan, terdapat pula perubahan yang sifatnya menekan secara perlahan. Perubahan yang bersifat menekan memiliki ciri-ciri: sifatnya kecil, meningkat, memberikan efek pasti, dan terjadi akumulasi akibat yang ditimbulkannya, misalnya proses berkurangnya kualitas tanah, menurunnya produktivitas dari setiap pohon, atau menurunnya permintaan dari komoditas pertanian.

Perubahan yang bersifat mengejutkan memiliki ciri-ciri bersifat tak terduga, dengan akibat perubahan yang sangatberarti, misalnya terjadinya krisis ekonomi akan mengakibatkan peningkatan harga input pertanian (seperti: saprotan misal pupuk dan pestisida) meningkat secara tajam, atau terjadi kelangkaan pasokan karena terjadi gagal panen. Masing-masing anggota rantai pasok harus mampu menjaga stabilitas dan sustainabilitas dari keberlangsungan kegiatan pasokan, terutama petani yang menjadi pemeran utama dalam menyediakan komoditas buah dengan kuantitas dan kualitas sesuai dengan preferensi konsumen. Keseimbangan antara kurva supply dan demmand juga merupakan salah satu unsur yang harus dipenuhi untuk menciptakan suatu rantai pasok yang stabilitas pasokannya terjaga serta berkelanjutan, baik dari potensi permintaan pasar atau dari sisi kapasitas dalam memenuhi target produksi yang diinginkan.

c. Ekuitabilitas

(37)

27 Dengan mengetahui nilai dari NPV, dapat ditentukan bahwa usaha pertanian tersebut menghasilkan keuntungan atau tidak dalam jangka waktu tertentu. IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu usaha pertanian jika setiap benefit bersih yang diwujudkan (setiap Bt (benefit pada periode t) –Ct (biaya yang dikeluarkan pada periode t) yang bersifat positif) secara otomatis digunakan lagi dalam tahun berikutnya. Sedangkan Net B/C merupakan perbandingan di mana pembilangnya terdiri dari present value dari total biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih dari benefit kotor (Nurmalina 2010).

Selain perhitungan kriteria investasi juga perlu dilakukan analisis tentang jangka waktu pengembalian modal (payback period). Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat suatu investasi bisa mengembalikan modal. Bila periode payback ini lebih pendek daripada yang disyaratkan, maka usaha pertanian dikatakan menguntungkan. Namun bila lebih lama, maka usaha pertanian dinilai tidak menguntungkan (Kadariah et al. 1999). Penilaian kriteria investasi serta penilaian payback period telah dilakukan pada kedua komoditas buah, telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Hasil penilaian kriteria investasi menunjukan baik pada usaha tani Pepaya Callina maupun buah Naga layak untuk dijalankan.

Selanjutnya dilakukan analisis kepekaan (sensitivity) yang dapat menjelaskan pada skala mana suatu usahatani lebih mampu bertahan terhadap berbagai perubahan yang tidak menguntungkan, seperti adanya penurunan produksi, kenaikan biaya produksi, dan penurunan harga komoditas pertanian. Tingkat sensitivitas ini disesuaikan dengan kondisi usahatani di daerah penelitian dan informasi dari petani tentang perubahan harga input, harga output, dan hasil panen. Pada komoditas rantai pasokan buah tropika, dalam kasus ini buah Naga dan Pepaya Callina penurunan produksi sangat berpengaruh terhadap perubahan nilai kriteria investasi, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua usaha tersebut sensitif terhadap perubahan tingkat produksi yang dihasilkan.

2. Pengendalian Risiko Dengan Pendekatan Sosial

(38)

28

Keterangan :

Aliran produk Aliran uang Aliran informasi

Gambar 17Contoh Model Kemitraan dalam Manajemen Rantai Pasok (PKHT 2013)

Gambar 17 menunjukkan bahwa dalam sebuah rantai pasok komoditas buah, terdapat pihak-pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi kebutuhan konsumen akhir terhadap pepaya. Pada model rantai pasok tersebut terdapat tiga aliran yaitu aliran produk, aliran uang dan aliran informasi. Kondisi sampai saat ini menunjukkan bahwa sebagian besar rantai pasok produk pertanian di Indonesia hanya terdapat aliran produk secara fisik dan aliran uang yang berjalan, sementara aliran informasi untuk dua arah belum terjadi.

Selain hal tersebut, pada umumnya rantai pasok buah di Indonesia belum didesain sesuai dengan lingkup supply chain management. Seperti misalnya dalam perencanaan produksi dan distribusi dalam setiap lini lembaga pemasaran belum melibatkan semua pihak. Proses pegambilan keputusan terhadap jumlah buahyang akan dibeli maupun dijual oleh setiap pelaku bisnis pemasaran berdasarkan atas kondisi permintaan pada saat itu. Hal tersebut diduga menyebabkan jumlah permintaan buah seringkali tidak dapat dipenuhi sepenuhnya karena terbatasnya produksi komoditas buah yang dihasilkan petani. Ketika produksi buah terbatas, pedagang pengumpul mengambil hasil produksi seadanya, sesuai dengan yang dihasilkan petani (Firdaus et al. 2013).

Berdasarkan pada uraian tersebut maka sangat penting melakukan inisiasi kemitraan untuk mendukung manajemen rantai pasok pada usaha Pepaya Callina dan buah Naga. Asosiasi ritel modern akan membantu petani dan kelompok tani dalam mendapatkan akses ke supermarket. Demikian pula distributor buahakan melakukan kemitraan dengan kelompok tani untuk memudahkan dalam pengelolaan produksi dan distribusi dari kedua komoditas buah. Risiko pasokan

Pengecer Petani

Pedagang Pengumpul

Supermarket

Konsumen

Grower Bibit

PKHT IPB

Asosiasi Ritel Modern

(39)

29 sebagai salah satu faktor risiko dalam rantai pasok, dapat ditanggulangi dengan membuat sebuah model kemitraan yang kuat.

3. Pengendalian Risiko Dengan Pendekatan Lingkungan

Beberapa penelitian telah mempertimbangkan konsep keberlanjutan ekologi sebagai kerangka kerja untuk mempelajari praktek manajemen baik dalam konteks operasional ataupun strategis. Konsep pendekatan lingkungan yang dapat diterapkan unuk mengatasi risiko dalam rantai pasok Pepaya Callina dan buah Naga dapat dilakukan dengan konsep Green Supply Chain, yaitu sebuah konsep rantai pasok yang mengacu pada inovasi dalam manajemen rantai pasok dengan mempertimbangkan aspek lingkungan. Menurut Srivastava (2007), GSCM mencakup berbagai kegiatan seperti ‘green design’, ‘green sourcing/procurement’, ‘green operations’ atau ‘green manufacturing’, ‘green distribution, logistic/ marketing’ dan ‘reverse logistics’. Ditambahkan oleh (Hervani et al. 2005), konsep the green supply chain mencakup seluruh tahapan dalam siklus hidup produk, mulai dari penyediaan bahan baku, bagian akhir dari produksi, distribusi, dan penggunaan produk oleh konsumen sampai kepada bagian akhir dari produk tersebut yaitu pembuangan (limbah yang dihasilkan).

Green Supply Chain Management (GSCM) dapat diaplikasikan pada rantai pasok Pepaya Callina dan buah Naga sebagai nilai tambah dari rantai nilai yang terdapat dalam masing-masing anggota rantai pasok, mulai dari proses produksi, pengelolaan pasca panen hingga pemasaran. Dengan menerapkan konsep GSCM, diharapkan dapat mengurangi tingkat kejadian dari keenam risiko pada rantai pasok.

Implikasi Manajerial

Implikasi manajerial dari sustainable risk management pada rantai pasok buah tropika di Indonesia adalah upaya pengendalian risiko yang bertujuan untuk menjawab berbagai permasalahan yang dialami oleh masing-masing anggota pada rantai pasok buah tropika dengan studi kasus Pepaya Calllina dan buah Naga. Beberapa rekomendasi langkah-langkah strategis pengendalian risiko yang dapat diimplementasikan, antara lain dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Rekomendasi langkah-langkah strategis dalam pengendalian risiko Permasalahan Risiko Implikasi Manajerial Aktor

(40)

30

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Rantai pasok Pepaya Callina dan buah Naga, secara umum terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, serta pengecer. Risiko yang teridentifikasi pada rantai pasok Pepaya Callina dan buah Naga yaitu risiko kualitas, produksi, harga, pasokan, transportasi dan lingkungan.

Berdasarkan hasil ANP, hasil penilaian prioritas dari aktor rantai pasok, baik pada komoditas Pepaya Callina maupun buah Naga, petani merupakan aktor yang memiliki bobot paling tinggi dalam proses manajemen risiko pada rantai pasok dengan bobot 0.376 pada rantai pasok Pepaya Callina dan 0.394 pada rantai pasok buah Naga. Risiko yang memiliki prioritas terbesar adalah risiko produksi (0.225) pada Pepaya Callina, sedangkan pada buah Naga adalah risiko pasokan (0.200). Pembobotan ANP dan integrasi FMEA menunjukkan hasil yang mempertimbangkan hubungan kepentingan alternatif dengan rencana mitigasi pada tiap anggota rantai pasok. Berdasarkan hasil WFMEA pada Pepaya Callina,

Permasalahan Risiko Implikasi Manajerial Aktor

c. Inisiasi pembentukan dan

(41)

31 risiko produksi tetap menempati urutan pertama dengan WRPN 170.1 dan risiko pasokan pada buah Naga juga tetap menempati urutan pertama dengan WRPN 160.

Hasil Pengendalian risiko utamanya difokuskan terhadap upaya peningkatan kualitas dan produktivitas yaitu dengan menggunakan konsep sustainable risk management, yang menekankan pada tiga aspek, yaitu dengan pendekatan ekonomi, sosial dan lingkungan. Dari sisi ekonomi, terdapat 3 indikator yang harus terpenuhi yaitu produktivitas, stabilitas dan sustainabilitas serta ekuitabilitas. Dari aspek pendekatan sosial, konsep sustainable risk management dapat dicapai dengan model kemitraan dalam manajemen rantai pasok, disertai dengan pemberdayaan petani dan kelompok tani dengan pelatihan, pembinaan dan pendampingan teknologi budidaya. Dari segi lingkungan, model kemitraan tersebut dapat diperkaya dengan pelaksanaan konsep Green Supply Chain Management yang dapat memberikan nilai tambah pada setiap anggota rantai pasok.

Saran

Saran yang dapat penulis berikan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan mengkaji pengaruh risiko terhadap performance (kinerja) masing-masing anggota rantai pasok. Sehingga dapat dibuat Risk and Performance Supply Chain Sustainability Index sebagai indikator yang dapat digunakan oleh berbagai macam produk pertanian.

2. Penelitian juga dapat berlanjut pada rancangan sistem penunjang keputusan risiko untuk membuat pemodelan komputasi manajemen risiko untuk produk pertanian. Lembaga Asuransi Pertanian, bisa menjadi suatu solusi sebagai suatu lembaga yang mengeluarkan asuransi terhadap produk-produk pertanian, sehingga risiko on farm dapat ditanggulangi dengan baik, dan beban risiko yang harus diterima oleh Petani menjadi berkurang (Transfer Risk), serta tidak terjadi kesenjangan antara margin yang diterima antara satu rantai pasok dengan anggota rantai pasok yang lain.

Gambar

Gambar 1Data Konsumsi Buah Per Kapita Kg/Tahun (SUSENAS-PKHT 2013)
Gambar 2 Tren Nilai ekspor-impor Buah Pepaya Indonesia (Dirjen Hortikultura 2014)
Gambar 3 Diagram Alir Penelitian
Tabel 2Nilai intensitas kepentingan dalam perbandingan berpasangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Indokom Samudra Persada menyadari bahwa penerapan manajemen rantai pasok dalam ketersediaan bahan baku sangat berperan untuk menanggapi permintaan konsumen yang

Peubah ini pada analisis model optimasi dan manajemen risiko yang mengguna- kan AHP (Analisi Hirarki Proses) merupakan peubah yang diprioritaskan sehingga memperbai-

negatif terhadap perusahaan. Namun selain itu risiko pasar juga dipengaruhi oleh penurunan permintaan terhadap output perusahaan, mutu produk yang tidak

Peubah ini pada analisis model optimasi dan manajemen risiko yang mengguna- kan AHP (Analisi Hirarki Proses) merupakan peubah yang diprioritaskan sehingga memperbai-

Jenis kelapa sawit akan mempengaruhi kuantitas dan keunggulan pada minyak kelapa sawit (CPO) yang dimaksud adalah jumlah komposisi kandungan minyak yang terdapat

Menurut Cahyono (2010) keunggulan kompetitif dari supply chain management adalah bagaimana ia mampu mengelola aliran barang atau produk dalam suatu rantai pasokan

Model yang telah jelaskan dalam makalah ini fokus menilai risiko berbasis kinerja rantai pasok minyak sawit mentah berkelanjutan di Indonesia pada tingkat

Bapak dan Ibu Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan pendidikan dan informasi yang sangat berarti