MITIGASI RISIKO PADA RANTAI PASOK NATA DE
COCO
(Studi Kasus Pada PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat)
SKRIPSI
Titus Vita Sari 1114092000072
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018/1440 H
MITIGASI RISIKO PADA RANTAI PASOK NATA DE
COCO
(Studi Kasus Pada PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat)
Titus Vita Sari 1114092000072
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018/1440
iii
CURRICULUM VITAE
Nama : Titus Vita Sari
Tempat, Tgl Lahir : Ngawi, 05 Juni 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Kawin
Alamat Sekarang : Jl Raden Fatah no.60 Rt.002/06 Kel.
Sudimara Barat, Kec. Ciledug – Kota Tangerang
Telephone : 08159413305 Email : titusvitasr@yahoo.co.id PENDIDIKAN
FORMAL : 2002 - 2008 SDN 05 SUDIMARA BARAT 2008 – 2011 SMPN 24 KOTA TANGERANG
2011 – 2014 SMAN 3 KOTA TANGERANG
2014 – 2018 UNIVERSITAS ISLAM NEGRI, Jl. Ir. H.
Djuanda No. 95, Ciputat, Tangerang Selatan
NON FORMAL :
2001 Boston Course Indonesia
2007 Kursus Bahasa Inggris di PEC
iv KEMAMPUAN
Microsoft Office Word, Exel and Power Point Bahasa Indonesia (Aktif), Inggris (Aktif) Marketing Product
PENGALAMAN ORGANISASI
2014 – 2015 Saman Agribisnis 2014 – 2015 Divisi Acara SAMFEST
PENGALAMAN KEPELATIHAN
2015 TOP (Training Organization Platform)
dengan tema “Running Organization Start Earlier” tanggal 3-5 April 2015
PENGALAMAN KERJA
2017 Praktek Kerja Lapang di PT INDOFOOD
v RINGKASAN
TITUS VITA SARI, Mitigasi Risiko Rantai Pasok Nata De Coco (Studi Kasus pada PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat). Di bawah bimbingan Akhmad Riyadi Wastra dan Nunuk Adiarni
PT Daya Agro Mitra Mandiri (PT DAMM) merupakan perusahaan pengolahan sari kelapa (dikenal dengan Nata De Coco). Perusahaan ini bekerjasama dengan beberapa perusahaan besar sehingga sangat membutuhkan manajemen risiko dalam rantai pasok untuk mencapai kepuasan pelangganya, Munculnya risiko-risiko pada rantai pasok Nata De Coco akan berdampak negatif terhadap perusahaan sehingga perlu dilakukan strategi penanganan risiko untuk dapat mengurangi dampak dari risiko yang ditimbulkan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Identifikasi risiko pada rantai pasok Nata De Coco (2) Pengukuran besaran risiko pada rantai pasok
Nata De Coco (3) Pemetaan risiko pada rantai pasok Nata De Coco (4) Penetapan
strategi mitigasi risiko pada rantai pasok Nata De Coco.
Data pada penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari wawancara mengenai informasi terkait untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh perusahaan dan pengamatan pelaksanaan aktivitas rantai pasok Nata De
Coco. Data sekunder didapat melalui penelusuran berbagai dokumen tertulis pada
perusahaan. Analisis digunakan dengan menggunakan model SCOR, house of risk 1 (HOR 1), diagram pareto, dan house of risk 2 (HOR 2). Serta dibantu dengan pengolahan data menggunakan software Excel 2007.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat 21 kejadian risiko pada tingkat pemasok, 35 kejadian risiko pada tingkat konsumen dan 10 kejadian risiko pada tingkat konsumen dan teridentifikasi 35 agen atau penyebab risiko pada tingkat pemasok, 44 agen atau penyebab risiko pada tingkat manufaktur dan 14 agen atau penyebab risiko pada tingkat konsumen. Berdasarkan tabel HOR Fase 1 diketahui agen atau penyebab risiko dengan nilai tertinggi yaitu 16 penyebab risiko pada tingkat pemasok, 23 penyebab risiko pada tingkat manufaktur dan 5 penyebab risiko pada tingkat konsumen. Berdasarkan prioritas penyebab risiko tersebut, maka diketahui terdapat 27 strategi mitigasi yang dapat direalisasikan untuk mereduksi penyebab risiko tersebut.
Kata Kunci : Strategi Penanganan Risiko, Nata De Coco, Diagram Pareto, Model SCOR, House Of Risk.
vi KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Puji syukur penulis ucapkan dan panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Strategi Penanganan Risiko Pada Rantai Pasok Nata De Coco
(Studi Kasus: PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat)” ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabat, dan kepada kita semua yang mengharapkan syafa’atnya di hari kiamat nanti.
Adapun tujuan dari penyusunan Skripsi ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi Strata-1 di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, yang telah memberikan segalanya dalam hidupku,
baik dorongan do’anya dan asuhanya selama ini. Semoga Allah SWT membalas dengan rahmat-Nya.
2. Saudara dan keluarga yang selalu memberikan dorongan semangat, do’a dan
vii
3. Bapak Dr. Ir. Akhmad Riyadi Wastra, S.IP, MM dan Ibu Dr. Nunuk Adiarni,
MM selaku dosen pembimbing 1 dan 2 yang telah membimbing penulis dengan baik dan banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku
Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah banyak membantu dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen, staff, dan karyawan Program Studi Agribisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu, pelajaran, dan kenangannya yang telah diberikan dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan.
6. Teman-teman agribisnis UIN Jakarta, khususnya angkatan 2014 yang telah
emberikan dukungan kepada penulis.
7. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu karena
keterbatasan yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan PKL ini.
8. Agastya Prinanda, terimakasih telah mengorbankan waktu dan tenaga untuk
memberi penulis semangat dan selalu mendukung serta memberikan motivasi dan perhatian kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik yang dapat membangun serta informasi yang berguna sangat kamu harapkan untuk menyempurnakan laporan Praktek Kerja
viii
Lapang. Besar harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca umumnya.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu
Tangerang, 23 November 2017
ix DAFTAR ISI
PERNYATAAN ……….… ii
CURICULUM VITAE ………..………. iii
RINGKASAN ………...……. iv
KATA PENGANTAR ...………...….… vi
DAFTAR ISI ……….………..……..… ix
DAFTAR TABEL ………...………..………... xii
DAFTAR GAMBAR ……….. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……….… xiv
BAB I PENDAHULUAN ………..………...……….…… 1 1.1 Latar Belakang ………...………..… 1 1.2 Rumusan Masalah ………..………..… 5 1.3 Tujuan Penelitian ………..………... 6 1.4 Manfaat Penelitian ………... 7 1.5 Batasan Masalah ……….…….… 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….……….. 9
2.1 Konsep Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Manageent) …………...… 9
2.1.1 Definisi Rantai pasok dan Manajemen Rantai Pasok …………...… 9
2.1.2 Tujuan dan Manfaat Manajemen Rantai Pasok ………..……..… 13
2.2 Konsep Manajemen Risiko ……….... 14
2.2.1 Definisi Risiko ………..……… 14
2.2.2 Definisi dan Proses Manajemen Risiko ……… 18
x
2.3 Manajemen Risiko Rantai Pasok ……….……….…. 24
2.4 Konsep Mitigasi Risiko ………...….. 25
2.5 Teknologi Pengolahan Produk Nata De Coco ………... 27
2.6 Konsep dan pengertian SCOR (Supply Chain Operations References) Model ………..……... 33
2.7 Penelitian Terdahulu ………..… 35
2.8 Kerangka Pemikiran ……….. 38
BAB III METODE PENELITIAN ………..………... 42
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ………...………..……….... 42
3.2 Jenis dan Sumber Data ………..………..……... 42
3.3 Metode Pengumpulan Data ………..…….. 43
3.4 Metode Analisis Data ………...…. 45
3.4.1 HOR (House Of Risk) ………..……….… 48
3.5 Definisi Operasional ……….………... 56
3.5.1 Istilah/pengertian ……….………….……… 56
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ……….. 58
4.1 Sejarah Perusahaan ………..………….…. 58
4.2 Visi dan Misi Perusahaan ……….…….… 59
4.3 Struktur Organisasi ……….……….…….. 60
4.4 Produk ……….……..…… 62
4.5 Ketenagakerjaam ……….….. 62
4.6 Pelanggan ………...……….... 63
4.7 Aktivitas Rantai Pasok ………...……….. 63
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ………..…. 66
5.1 Analisis Risiko Rantai Pasok Nata De Coco …………..…………...……… 66
5.1.1 Pemetaan Aktivitas Supply Chain ……….……… 66
5.1.2 Identifikasi Risiko Rantai Pasok Nata De Coco ……..…………..… 68
5.1.3 Identifikasi Kejadian Risiko (Risk Event) dan Penyebab Risiko (Risk Agent ……….………...…... 69
5.1.3.1 Identifikasi Kejadian Risiko (Risk Event) dan Penyebab Risiko (Risk Agent) Pada Tingkat Pemasok ………….…….. 71
5.1.3.2 Identifikasi Kejadian Risiko (Risk Event) dan Penyebab Risiko (Risk Agent) Pada Tingkat Manufaktur ……… 82
xi
5.1.3.3 Identifikasi Kejadian Risiko (Risk Event) dan Penyebab
Risiko (Risk Agent) Pada Tingkat Konsumen ……….… 99
5.2 Pengukuran Risiko ………... 105
5.2.1 Dampak Risiko (Severity) ………..…….…. 105
5.2.1.1 Dampak Risiko Pada Tingkat Pemasok ………...….. 106
5.2.1.2 Dampak Risiko Pada Tingkat Manufaktur ………..… 107
5.2.1.3 Dampak Risiko Pada Tingkat Konsumen.……..….…….… 109
5.2.2 Probabilitas Risiko (Occurrence) ………...………… 110
5.2.2.1 Probabilitas Risiko Pada Tingkat Pemasok ………..…………....…….. 110
5.2.2.2 Probabilitas Risiko Pada Tingkat Manufaktur …….………....….. 112
5.2.2.3 Probabilitas Risiko Pada Tingkat Konsumen ………....…. 114
5.2.3 Penilaian Tingkat Korelasi Antara Penyebab Risiko dengan Kejadian Risiko ………...………… 116
5.3 Pemetaan Risiko ……….………. 116
5.3.1 Pemetaan Risiko Pada Tingkat Pemasok ……….…… 117
5.3.2 Pemetaan Risiko Pada Tingkat Manufaktur ……….... 119
5.3.3 Pemetaan Risiko Pada Tingkat Konsumen ………...…... 121
5.4 Mitigasi Risiko ……….……… 123
5.4.1 Strategi Mitigasi Risiko ……….…….. 123
5.4.2 Penilaian Tingkat Kesulitan Strategi Mitigasi Risiko ………....…. 125
5.4.3 Penilaian Keefektifan Strategi Mitigasi Risiko …………..…….… 127
5.4.4 Penilaian Korelasi Strategi Mitigasi dengan Penyebab Risiko ….... 127
5.4.5 Prioritas Mitigasi Risiko ………..…… 128
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……….………..…… 139
6.1 Kesimpulan ………...………... 139
6.2 Saran ……….... 143
DAFTAR PUSTAKA ……….………..….. 145
xii DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Standar Mutu Nata Rebus ……… 32
2. Model HOR I ... 52
3. Model HOR 3 ... 56
4. Pemetaan Aktivitas Berdasarkan Model SCOR ……….……. 68
5. Daftar Kejadian Risiko dan Penyebab Risiko Berdasarkan Tingkatan Rantai pasok pada pemasok ………...…. 72
6. Daftar Kejadian Risiko dan Penyebab Risiko Berdasarkan Tingkatan Rantai pasok pada manufaktur ………..…………. 83
7. Daftar Kejadian Risiko dan Penyebab Risiko Berdasarkan Tingkatan Rantai pasok pada konsumen ………..…. 100
8. Penilaian Tingkat Dampak Kejadian Risiko (Severity) pada pemasok ………. 101
9. Penilaian Tingkat Dampak Kejadian Risiko (Severity) pada manufaktur……. .108
10. Penilaian Tingkat Dampak Kejadian Risiko (Severity) pada konsumen ….….. 110
11. Penilaian Tingkat Kemunculan Penyebab Risiko Tingkat Pemasok ……...….. 111
12. Penilaian Tingkat Kemunculan Penyebab Risiko Tingkat Manufaktur ……… 113
13. Penilaian Tingkat Kemunculan Penyebab Risiko Tingkat Konsumen ……..… 115
xiii DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Jumlah Produksi dan Permintaan Nata De Coco tahun 2017 ………….……….. 4
2. Jumlah Retur Produk Nata De Coco 2017 ………...…. 5
3. Basic Supply Chain Model ………... 10
4. Proses Manajemen Risiko ISO 31000:2009 ……….... 19
5. Skema ruang lingkup SCOR (Supply Chain Operations References) ….……… 34
6. Kerangka Konseptual Rantai Pasok Nata De Coco ……….… 41
7. Kerangka Operasional Rantai Pasok Nata De Coco ………..….. 42
8. Struktur Diagram Pareto ……….. 54
9. Alur Rantai Pasok PT. Daya Agro Mitra Mandiri ………...……… 65
10. Pemetaan Risiko Pada Tingkat Pemasok ………...………… 119
11. Pemetaan Risiko Pada Tingkat Manufaktur ………..……… 121
12. Pemetaan Risiko Pada Tingkat Konsumen ………...…. 123
13. HOR 2 Pada Rantai Pasok Nata De Coco Tingkat Pemasok ………...………. 132
14. HOR 2 Pada Rantai Pasok Nata De Coco Tingkat Manufaktur ……… 136
xiv DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1a Matriks Instrumen Penelitian Pemasok ……….… 152
1b Matriks Instrumen Penelitian Manufaktur ……….… 154
1c Matriks Instrumen Penelitian Konsumen ………..…….... 157
2a Kuesioner Penelitian HOR 1 (pemasok) ………...………. 159
2b Kuesioner Penelitian HOR 1 (Manufaktur) ……….….. 166
2c Kuesioner Penelitian HOR 1 (Konsumen) ………...……… 175
3a Kuesioner Penelitian HOR 2 (Pemasok) ………...……… 179
3b Kuesioner Penelitian HOR 2 (Manufaktur ……….... 182
3c Kuesioner Penelitian HOR 2 (Konsumen) ………...………. 186
4a Tabel HOR 1 Pada Proses Rantai Pasok Nata De Coco Tingkat Pemasok …... 189
4b Tabel HOR 1 Pada Proses Rantai Pasok Nata De Coco Tingkat Manufaktur .. 193
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rantai pasok (Supply Chain) merupakan keterlibatan berbagai pihak mulai dari hubungan hulu hingga ke hilir, dalam proses dan kegiatan yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa hingga sampai ke konsumen akhir. Ketika pengelolaan rantai pasok berlangsung efektif, perusahaan dapat meningkatkan kinerja organisasi dan memperoleh keunggulan kompetitif serta menambah efisiensi proses logistik perusahaan. Rantai pasok pada produk pertanian memiliki karakteristik yang khas yaitu mudah rusak, proses penanaman dan pemanenan tergantung pada iklim dan musim, hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi (Austin 1992; Brown 1994 dalam Marimin dan Maghfiroh, 2010). Rantai pasok produk pertanian melibatkan banyak pihak mulai dari petani, pengepul, manufaktur, distributor, retailer, hingga konsumen. Seluruh faktor tersebut membuat rantai pasok produk pertanian lebih kompleks dibanding rantai pasok pada umumnya.
Rantai pasok akan semakin kompleks saat pelaku masing-masing tahap rantai pasok mempunyai pelaku tambahan, misalnya petani mempunyai sub petani untuk memasok jenis produk dalam bentuk tertentu (Chopra and Meindl, 2007). Pelaku tersebut saling berintegrasi dalam aktivitas rantai pasok untuk mencapai tujuan dari rantai pasok secara keseluruhan. Dalam pencapaian tujuan dari rantai pasok yaitu pengiriman produk tepat waktu dan kualitas yang baik, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran aktivitas rantai pasok. Faktor-faktor tersebut
2
muncul karena adanya kondisi ketidakpastian terhadap aktivitas yang terjadi dan semakin kompleksnya pihak-pihak yang terlibat di dalam suatu aktivitas rantai pasok (Pujawan & Geraldine, 2009), sehingga menyebabkan munculnya risiko terhadap aktivitas rantai pasok.
Risiko merupakan kemungkinan situasi atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran sebuah organisasi atau individu (Riyadi dan Mahbubi, 2013). Oleh karena itu, adanya kemunculan risiko pada aktivitas rantai pasok dapat menyebabkan kerugian, sehingga risiko yang mungkin terjadi pada aktivitas rantai pasok perlu dikendalikan agar aktivitas yang dilakukan lebih efisien. Risiko-risiko yang dapat muncul dalam alur rantai pasok yaitu, risiko gangguan pasokan, risiko kebutuhan dan rencana pasokan, risiko harga pembelian, dan risiko proses yang tidak efisien (Poerwanto dkk, 2010). Perusahaan yang lebih berpeluang besar dalam menghadapi timbulnya risiko pada aktivitas rantai pasoknya ialah agroindustri dikarenakan pihak yang terlibat didalamnya lebih kompleks.
Agroindustri adalah kumpulan industri yang bergerak dalam bidang pengolahan produk pertanian. Salah satu agroindustri yang hasil produknya berpotensial dan berdaya saing tinggi adalah industri pengolahan kelapa yaitu
Nata De Coco. Nata De Coco adalah produk pangan bergizi tinggi yang
bermanfaat bagi pencernaan. Rasanya yang nikmat dan menyegarkan menjadikan
Nata De Coco digunakan sebagai campuran dalam hidangan pencuci mulut
3
memanfaatkanya. Hal tersebut mendorong banyak industri Nata De Coco yang berkembang di Indonesia.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumenya, diperlukan suatu pengelolaan rantai pasok pada industri Nata De Coco. Pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas rantai pasok industri Nata De Coco antara lain petani air kelapa, pengumpul, pengrajin Nata De Coco lembaran, manufaktur, distributor, retail dan konsumen. Dalam menjalani usaha Nata De Coco terdapat ketidakpastian atau risiko yang dapat menyebabkan gangguan pada aktivitas rantai pasoknya dikarenakan faktor-faktor seperti bahan baku yang digunakan bersifat mudah rusak dan musiman serta rantai pasoknya lebih kompleks.
Salah satu industri Nata De Coco yakni PT. Daya Agro Mitra Mandiri yang memperoleh pasokan bahan baku berupa Nata De Coco lembaran dan air kelapa dari sejumlah pemasok yang tersebar di berbagai wilayah indonesia. Nata De
Coco kemudian diproduksi menjadi bentuk sesuai spesifikasi konsumen.
Konsumen Nata De Coco umumnya perusahaan pengolahan minuman. Namun, dalam memenuhi permintaan konsumenya masih terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi kelancaran aktivitas rantai pasok perusahaan. faktor-faktor tersebut antara lain terdapat beberapa kejadian tidak terpenuhinya permintaan konsumen selama tahun 2017 sebagaimana gambar 1.
4
Gambar 1. Jumlah Produksi dan Permintaan Nata De Coco tahun 2017 Sumber: PT. Daya Agro Mitra Mandiri
Jumlah produksi yang dihasilkan berlebih sehingga mengalami proses penyimpanan digudang dan menyebabkan terjadinya beberapa kerusakan biologis karna sifat produk yang mudah rusak. Sedangkan permintaan konsumen terus mengalir dan tidak mampu dipenuhi karena sisa stock produk tidak dapat digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen bulan berikutnya sehingga berakibat tertundanya pemenuhan permintaan hingga satu bulan.
Kondisi tersebut jelas menunjukan beberapa kejadian ketidakmampuan pemenuhan jaminan pasokan pada pembeli. Selain itu, terdapat ketidaksesuaian mutu sehingga terjadi retur dalam beberapa bulan selama tahun 2017 sebagaimana pada gambar 2.
Gambar 2. Jumlah Retur Produk Nata De Coco 2017 Sumber: PT. Daya Agro Mitra Mandiri
20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 jumlah produksi (Kg) jumlah permintaan (Kg)
jumlah permintaan yang belum terpenuhi (Kg) 4% 14% 23% 6% 40% 22% 0% 10% 20% 30% 40% 50%
5
Risiko yang muncul pada aktivitas rantai pasok perusahaan dikarenakan adanya kondisi ketidakpastian dikhawatirkan dapat merugikan perusahaan karena tidak tercapainya pemenuhan kebutuhan dan kepuasan konsumen. Karenanya perlu dilakukan suatu manajemen risiko rantai pasok untuk mengatasi dan mencegah berbagai risiko yang berpotensi timbul. Penanganan risiko perlu ditangani dari masing-masing tingkat anggota dalam rantai pasok mulai dari pemasok, manufaktur dan konsumen. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Mitigasi Risiko Rantai Pasok Nata De
Coco (Studi Kasus Pada PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat)”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja risiko pada rantai pasok Nata De Coco di PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat?
2. Bagaimana pengukuran risiko pada rantai pasok Nata De Coco di PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat?
3. Bagaimana pemetaan risiko pada rantai pasok Nata De Coco PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat?
4. Bagaimana cara mitigasi risiko pada rantai pasok Nata De Coco PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat?
6 1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas yang telah diuraikan, maka tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi risiko pada rantai pasok Nata De Coco PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat.
2. Pengukuran besaran risiko pada rantai pasok Nata De Coco PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat.
3. Pemetaan risiko pada rantai pasok Nata De Coco PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat.
4. Mengetahui cara mitigasi risiko pada rantai pasok Nata De Coco PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan peneliti baik secara ilmiah maupun secara praktis, yaitu:
1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait dengan risiko rantai pasok yang harus dihadapi perusahaan serta memberikan informasi strategi dalam meminimalisir risiko perusahaan.
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan edukasi sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya, dan sumber informasi bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
7
3. Bagi penulis, penelitian ini memberikan pengetahuan dan menabah pengalam serta sebagai suatu sarana penerapan ilmu-ilmu yang terlah diperoleh selama perkuliahan.
4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan berguna dalam memberikan informasi terkait manajemen risiko pada rantai pasok dalam usaha sector agribisnis.
1.5. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya dan luasnya pembahasan serta agar tujuan pembahasan lebih terarah, maka dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada risiko yang dapat terjadi dalam aktivitas rantai pasok yang dilakukan oleh anggota rantai pasok dari pemasok, manufaktur hingga konsumen.
2. Penelitian dibatasi pada tahapan rantai pasok mulai dari hulu pemasok Nata
De Coco lembaran basah yang berdomisili di wilayah Jabodetabek,
manufaktur dan sampai hilir perusahaan pengolahan minuman sebagai konsumen yang berdomisili di wilayah Jabodetabek.
3. Pengambilan data dengan menggunakan observasi, wawancara dan kuisioner. 4. Identifikasi risiko menggunakan SCOR (Supply Chain Operations References)
dan analisis risiko dengan perhitungan nilai menggunakan metode HOR (House Of Risk)
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Konsep Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)
1.1.1. Definisi Rantai pasok dan Manajemen Rantai Pasok
Manajemen rantai pasok (supply chain management) merupakan isu yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Sebagai dasar untuk memahami mengenai bagaimana manajemen rantai pasok dilakukan, sebelumnya akan dijelaskan definisi rantai pasok.
Menurut Chopra and Meindl (2007:20), rantai pasok memiliki sifat yang dinamis namun melibatkan tiga aliran yang konstan, yaitu aliran informasi, produk dan uang. Disamping itu, Chopra and Meindl juga menjelaskan bahwa tujuan utama dari setiap rantai pasok adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan menghasilkan keuntungan.
Rantai pasok (Supply Chain) menurut Lu (2011:9) adalah sebuah kelompok dari partisipasi perusahaan yang saling terkait yang menambahakan nilai pada aliran dari perubahan input dari sumber asal mereka ke produk akhir atau jasa yang dituntut dari konsumen akhir yang dituju. Rantai pasok dibentuk dan hanya dapat dibentuk apabila adanya lebih dari satu perusahaan yang berpartisipasi.
Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Supply Chain adalah suatu kelompok atau rantai pasokan yang saling membentuk dari perubahan input dan mengirimkan produk hingga ke konsumen akhir yang dituju.
9
Gambar 1. Basic Supply Chain Model Sumber: Dr. Dawei Lu (2011:10)
Dr. Dawei Lu mengungkapkan adanya 4 dasar aliran dalam Supply Chain, yaitu: 1. Material Flow, Semua manufaktur memiliki rantai pasokan dari bahan baku
sebagai awal dari rantai pasokan untuk menjadi barang jadi pada akhir dari rantai pasokan.
2. Information Flow, Semua rantai pasokan memiliki dan menggunakan aliran
informasi. meskipun pada rantai pasokna tertadap banyak aliran informasi seperti informasi mengenai permintaan, informasi mengenai peramalan, informasi mengenai produksi dan penjadwalan serta design.
3. Finance Flow, Semua rantai pasokan memiliki aliran keuangan. Dan sudah
secara umum, bahwa aliran uang seperti aliran darah dalam sebuah rantai pasokan. Tanpa aliran keuangan sudah pasti rantai pasokan tidak akan berjalan.
4. Commercial Flow, bahwa aliran material yang melewati rantai pasokan dapat
berupa kepemilikannya dari satu perusahaan ke perusahaan lain, dari supplier kepada pembeli. Dimana,transaksi aliran komersial ini hanya akan dapat diambil dari rantai pasokan apabila terdapat lebih dari satu perusahaan.
Value Delivery
Supplier's
Supplier Supplier OEM Distributor Retailer Consumer
10
Setelah mengetahui beberapa definisi rantai pasok, maka selanjutnya akan dijelaskan definisi dari manajemen rantai pasok (supply chain management) itu sendiri. Seperti rantai pasok yang memiliki beberapa definisi, manajemen rantai pasok juga memiliki beberapa definisi.
Manajemen rantai pasok adalah hubungan timbal balik antara penyedia dan pelanggan untuk menyampaikan nilai-nilai yang sangat optimal kepada pelanggan dengan biaya yang cukup rendah namun memberikan keuntungan rantai pasok secara menyeluruh (Christopher, 2011:4). Fokus dari manajemen rantai pasok adalah manajemen hubungan untuk menciptakan hasil dan keuntungan optimal bagi seluruh pihak yang terdapat dalam mata rantai manajemen rantai pasok. Inovasi bisnis yang semakin berkembang dewasa ini menggambarkan manajemen rantai pasok secara lebih luas lagi dari sekedar mata rantai tapi juga sebagai sebuah jaringan.
Menurut Heizer dan Render (2010:451), manajemen rantai pasok yang mengikuti konsep manajemen rantai pasok yang benar dan baik akan dapat memberikan dampak peningkatan keunggulan kompetitif terhadap produk maupun pada sistem rantai pasokan yang dibangun perusahaan tersebut. Lebih lanjut Heizer dan Render (2010:453) menyatakan bahwa, perusahaan perlu mempertimbangkan masalah rantai pasokan untuk memastikan bahwa rantai pasokan mendukung strategi perusahaan. Hal tersebut didukung oleh pendapat Chopra and Meindl (2007:7) bahwa, desain rantai pasokan, perencanaan, dan keputusan operasi memberikan peranan yang penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi.
11
Menurut Austin (1992) dan Brown (1994) dalam Marimin dan Maghfiroh
(2010), manajemen rantai pasok pertanian berbeda dengan manajemen rantai
pasok produk manufaktur karena:
1. Produk pertanian bersifat mudah rusak.
2. Proses pananaman, pertumbuhan, pemanenan tergantung pada iklim dan musim.
3. Hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi. 4. Produk pertanian bersifat kamba sehingga sulit untuk ditangani.
Seluruh faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam desain manajemen rantai pasok produk pertanian karena kondisi rantai pasok produk pertanian lebih kompleks daripada rantai pasok pada umumnya. Selain lebih kompleks, manajemen rantai pasok produk pertanian juga bersifat probabilistik dan dinamis.
Manajemen rantai pasok menekankan lebih pada bagaimana perusahaan memenuhi permintaan konsumen tidak hanya sekedar menyediakan barang. Manajemen rantai pasok merupakan proses penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dan efektivitas dari persediaan, aliran kas dan aliran informasi. Aliran informasi merupakan aliran terpenting dalam pengelolaan rantai pasokan karena dengan adanya informasi maka pihak pemasok dapat menjamin ketersediaan material lebih tepat waktu, memenuhi permintaan konsumen lebih tepat waktu, memenuhi permintaan konsumen lebih cepat dengan kuantitas yang tepat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja rantai pasok secara keseluruhan (Anatan dan Ellitan, 2008:98).
12
1.1.2. Tujuan dan Manfaat Manajemen Rantai Pasok
Tujuan utama membangun manajemen rantai pasok untuk memperkuat hubungan baik antara manufaktur dengan pemasok dan saluran distribusinya. Artinya manufaktur perlu menyertakan mereka baik dalam resiko ataupun peluang bisnis dengan pembagian responbility sebagai sesama produsen. Manajemen rantai pasok, perusahaan akan lebih responsif dan kapabilitasnya memungkinkan untuk memenuhi permintaan konsumen. Manajemen rantai pasok tidak dapat berjalan secara terpisah, tetapi satu kesatuan sehingga akan menghasilkan sinergi. Rantai pasokan yang terpenting adalah saling berbagi informasi, oleh karena itu dalam aliran material, aliran informasi merupakan keseluruhan elemen dalam rantai yang perlu diintegrasikan (Anatan dan Ellitan, 2008:98). Manfaat dari manajemen rantai pasok menurut Chopra dan Meindl (2007:26) adalah :
1. Kepuasan pelanggan
Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dari aktivitas proses produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan. Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam konteks ini tentunya konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Pada proses pencapaian untuk menjadikan konsumen setia, maka terlebih
Dahulu konsumen harus puas dengan pelayanan yang disampaikan oleh perusahaan.
2. Meningkatkan pendapatan.
Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra perusahaan berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga produk-produk
13
yang dihasilkan perusahaan tidak akan terbuang percuma, karena diminati konsumen.
3. Menurunnya biaya.
Pengintegrasian aliran produk dari perusahaan kepada konsumen akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi.
4. Pemanfaatan asset semakin tinggi.
Aset terutama faktor manusia akan semakin terlatih dan terampil baik dari segi
pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga manusia akan mampu
memberdayakan penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang dituntut dalam pelaksanaan SCM.
5. Peningkatan laba.
Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia dan menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan laba perusahaan.
6. Perusahaan semakin besar.
Perusahaan yang mendapat keuntungan dari segi proses distribusi produknya lambat laun akan menjadi besar, dan tumbuh lebih kuat.
1.2. Konsep Manajemen Risiko
1.2.1. Definisi Risiko
Menurut Riyadi dan Mahbubi (2013:11), risiko adalah kemungkinan situasi atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran sebuah organisasi atau individu. Risiko adalah peluang atau kemungkinan terjadinya bencana atau kerugian. Risiko peluang terjadinya dapat diketahui, sedangkan
14
ketidakpastian terkait suatu keadaan yang hasil dan akibatnya tidak dapat diketahui, atau risiko keadaan dapat dibedakan diketahui atau tidaknya peluang kemunculan suatu kejadian. Implikasi risiko adalah menyebabkan kerugian finansial, menimbulkan kesulitan yang signifikan dan kehilangan kepercayaan dari konsumen.
Sedangkan berdasarkan ISO 31000:2009, risiko adalah effect of uncertainty on
objectives, atau dapat dikatakan bahwa risiko adalah efek yang muncul akibat
adanya ketidakpastian dalam tujuan. Tujuan – tujuan bisa juga ditujukan untuk tujuan – tujuan perusahaan maupun organisasi.
Menurut Kountur (2008:14) ada beberapa kategori berdasarkan sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan, dan bahkan kejadian yang terjadi, di antaranya:
1. Risiko dari Sudut Pandang Penyebab
Apabila dilihat dari sudut pandang penyebab terjadinya risiko terdapat dua macam, yaitu:
a. Risiko Keuangan
Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan, meliputi harga, tingkat bunga, dan mata uang asing.
b. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko yang disebabkan oleh faktor non- keuangan, meliputi manusia, teknologi dan alam. Sedangkan menurut Rivai (2013:252) risiko operasional adalah risiko kerugian yang disebabkan oleh kegagalan
15
sistem, kesalahan karena faktor manusia, maupun kelemahan prosedur operasional dalam suatu proses.
2. Risiko dari Sudut Pandang Akibat
Menyatakan bahwa terdapat dua kategori risiko jika dilihat dari akibat yang ditimbulkan, yaitu:
a. Risiko Murni
Risiko murni adalah apabila suatu kejadian berakibat hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan.
b. Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.
3. Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas
Menyatakan bahwa ada berbagai macam aktivitas yang dapat menimbulkan risiko. Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas sebanyak jumlah aktivitas yang ada. Sebagai contoh aktivitas pemberian kredit oleh bank. 4. Risiko dari Sudut Pandang Kejadian
Menyatakan bahwa umumnya terdapat beberapa kejadian dalam suatu aktivitas, sehingga kejadian adalah salah satu bagian dari aktivitas. Sebagai contoh risiko kebakaran termasuk kategori risiko operasional disebabkan oleh faktor operasional dan bukan faktor keuangan.
Harwood et al. dalam Riyadi dan Mahbubi (2013:47-48) menyatakan, sumber-sumber risiko pertanian dapat diklasifikasikan kedalam lima bagian yaitu: 1) Risiko pasar (market risk) yaitu risiko pergerakan harga yang berdampak
16
negatif terhadap perusahaan. Namun selain itu risiko pasar juga dipengaruhi oleh penurunan permintaan terhadap output perusahaan, mutu produk yang tidak sesuai, persaingan antar sesama produsen, kegagalan strategi pemasaran, kelemahan daya tawar perusahaan dibandingkan dengan pembeli.
2) Risiko produksi (yield risk) merupakan kegagalan yang terjadi dalam proses budidaya atau proses menghasilkan suatu komoditas oleh faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.
3) Risiko institusi (institutional risk) merupakan risiko yang disebabkan oleh perubahan kebijakan-kebijakan makro dan mikro oleh pemerintah atau lembaga pembuat kebijakan dalam bidang pertanian. Perubahan kebijakan ini dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan usaha perusahaan.
4) Risiko finansial (financial risk) merupakan bentuk-bentuk risiko yang dihadapi perusahaan terkait dengan bidang keuangan khususnya dalam hal permodalan. Jika perusahaan memiliki modal yang berasal dari pinjaman bank maka akan berhadapan dengan tingkat suku bunga kredit.
5) Risiko sumber daya manusia (personal risk), yaitu risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam melakukan kegiatan usaha.
Menurut Maman, dkk (2018) menjelaskan cakupan risiko dan keluasan dampak risiko yang meliputi:
17
Risiko fundamental akan menimbulkan dampak yang sangat luas. Risiko ini bisa disebabkan oleh faktor atau pihak tertentu seperti bencana alam, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya.
2. Risiko Individu (Individual Risk)
Risiko individu adalah berbagai macam kemungkinan yang terjadi di kehidupan sehari-hari yang dapat mempengaruhi kapasitas finansial seseorang, harta kekayaanya maupun risiko tanggung-jawab. Individual riskdapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu personal risk, property risk dan liability
risk. Dalam personal risksering kali dikaitkan dengan pengaruh suatu hal atau
kemungkinan-kemungkinan yang secara langsung akan berdampak pada individu tertentu, seperti finansial seseorang. Contoh risiko pribadi adalah cacat fisik, kehilangan pekerjaan, meninggal dunia dan lain sebagainya.
3. Risiko bisnis (business risk)
Risiko bisnis adalah risiko yang dihadapi oleh perusahaan atas kualitas dan keunggulan pada beberapa produk pasar yang dimiliki oleh perusahaan. Risiko seperti ini hadir karena adanya ketidakpastian dari aktivitas-aktivitas bisnis seperti inovasi teknologi serta desain produk dan pemasaran.
4. Risiko Strategi (strategic risk)
Risiko strategi muncul karena adanya perubahan fundamental pada lingkungan ekonomi atau politik. Risiko strategi sangat sulit untuk dihitung karena berhubungan dengan hal-hal makro di luar perusahaan, seperti kebijakan ekonomi, iklim politik dan lain-lain.
18
Risiko khusus adalah suatu risiko yang dampak maupun penyebabnya hanya mempengaruhi lingkungan lokal (pribadi) baik secara kuantitas maupun kualitas. Contohnya adalah pengangguran ataupun seorang pencuri. Ketika seseorang mencuri maka risiko yang ditimbulkan hanya mempengaruhi individu tersebut. 6. Risiko Tanggung-Gugat (liability risk)
Merupakan risiko tanggung-jawab yang harus kita berikan kepada pihak lain. Dengan kata lain, risiko ini untuk menanggung kerugian orang lain akibat ulah atau hal yang kita sebabkan. Misalnya, dalam peristiwa kecelakaan, ketika Anda menabrak orang lain maka ini disebut dengan risiko tanggung-gugat (liability
risk).
1.2.2. Definisi dan Proses Manajemen Risiko
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (Opportunity). Sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah risiko (Risk).
Pengertian manajemen risiko menurut Fahmi (2010:2) adalah suatu bidang ilmu yang membahas bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis.
19
Menurut Kountur (2008:22) manajemen risiko adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risikorisiko tertentu saja. Manajemen risiko merupakan cara atau langkah yang dapat dilakukan pengambil keputusan untuk menghadapi risiko dengan cara meminimalkan kerugian yang terjadi. Tujuan manajemen risiko adalah untuk mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko, sehingga laju organisasi bisa dikendalikan.
Menurut Djohanputro (2012:81) dalam pelaksanaan manajemen risiko, setiap pihak harus mempertimbangkan pihak-pihak berkepetingan atau
stakeholders maupun kondisi yang mempengaruhi organisasi, baik kondisi
internal maupun eksternal. Gambar 2. merupakan gambaran proses manajemen risiko menurut ISO 31000.
20
Gambar 2. Proses Manajemen Risiko ISO 31000:2009
Sumber: Djohanputro (2012:81)
Proses menurut versi ini merupakan sebuah siklus yang terdiri dari empat tahap utama, yaitu penetapan konteks, asesmen risiko, penanganan risiko, dan
monitoring dan review. Dalam prosesnya, manajemen risiko harus dijalankan
dengan melakukan komunikasi dan konsultasi dengan pihak-pihak
berkepentingan.
1. Penetapan Konteks
Penetapan konteks bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan sasaran organisasi, lingkungan dimana sasaran hendak dicapai, stakeholders yang berkepentingan, dan keberagaman kriteria risiko, dimana hal-hal ini akan
Penetapan Konteks Identifikasi Risiko Analisis Risiko Evaluasi Risiko Penanganan Risiko Komunikasi da n Konsult asi M o n it o rin g dan R ev iew Assesmen Risiko
21
membantu mengungkapkan dan menilai sifat dan kompleksitas dari risiko. Terdapat empat konteks yang perlu ditentukan dalam penetapan konteks, yaitu konteks internal, konteks eksternal, konteks manajemen risiko, dan kriteria risiko. a. Konteks internal memperhatikan sisi internal organisasi yaitu struktur
organisasi, kultur dalam organisasi, dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi.
b. Konteks eksternal mendefinisikan sisi eksternal organisasi yaitu pesaing, otoritas, perkembangan teknologi, dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi.
c. Konteks manajemen risiko memperhatikan bagaimana manajemen risiko diberlakukan dan bagaimana hal tersebut akan diterapkan di masa yang akan datang.
d. Konteks dalam pembentukan manajemen risiko organisasi perlu mendefinisikan parameter yang disepakati bersama untuk digunakan sebagai kriteria risiko.
1. Identifikasi risiko
Mengidentifikasi risiko apa saja yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi. Menurut Hallikas et al, (2004:45-55) fokus utama dari identifikasi risiko adalah mengenali ketidakpastian yang akan terjadi agar mengendalikan risiko secara proaktif. Risiko yang bersifat potensial harus
22
diidentifikasi, karena akan menyebabkan kesalahan arah dalam proses manajemen risiko dan menimbulkan tidak tepatnya atau tidak sesuainya strategi pengendalian risiko tersebut, sehingga menyebabkan kerugian yang besar. Menurut Djohanputro (2012:167-169), terdapat empat metode identifikasi risiko yang dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari keempat metode berikut atau dapat juga digunakan secara bersama-sama, agar saling melengkapi, yaitu:
a. Analisis Data Historis
Prinsip dari metode ini adalah menggunakan berbagai informasi atau data mengenal segala sesuatu yang pernah terjadi, baik data primer maupun data sekunder, untuk mengidentifikasi risiko. Rekaman data yang baik akan sangat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi risiko.
b. Pengamatan Survei
Bila tidak tersedia data historis atau bila ingin melengkapi informasi dapat melakukan investigasi pengamatan atau survei, on the spot. Melalui cara ini perusahaan dapat memperoleh data primer dan dapat merasa lebih yakin dengan informasi yang diperoleh.
c. Pendapat Ahli
Apabila kesulitan menemukan ketiga metode di atas perusahaan dapat bertanya kepada ahlinya. Pendapat ahli (expert opinion) dapat diperoleh dengan cara wawancara kepada satu orang, sekelompok orang atau melalui FGD (Focus Group Discussion). Kriteria yang dapat dijadikan ahli, pertama adalah secara rutin bergelut atau menangani obyek yang sering diidentifikasi risikonya.
23
2. Menganalisis risiko
Susilo (2010:136) menyatakan bahwa analisis risiko adalah upaya untuk memahami risiko lebih dalam. Hasil analisis risiko ini akan menjadi masukan bagi evaluasi risiko dan proses pengambilan keputusan mengenai perlakuan terhadap risiko tersebut. Proses analisis seringkali dimulai dengan pendekatan kualitatif sederhana guna memberikan pemahaman umum.
3. Mengevaluasi Risiko
Evaluasi risiko menurut Susilo (2010:167) adalah membantu proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil analisis risiko. Proses evaluasi risiko akan menentukan risiko-risiko yang memerlukan perlakuan dan bagaimana prioritas perlakuan atas risiko-risiko tersebut. Keputusan dalam mengevaluasi didasarkan pada peringkat risiko yang diperoleh dari hasil analisis risiko. Hasil analisis risiko menjadi masukan untuk dievaluasin lebih lanjut untuk
menyaring risiko-risiko tertentu untuk tidak ditindaklanjuti atau
diperlakukan khusus. 4. Perlakuan Risiko
Metode utama dalam menanggulangi risiko menurut Culp 14 (2001), IRM (2003) dan Chapman (2006) dalam Marimin dan Maghfiroh (2010:137), adalah: a. Menghindari risiko secara intuisi cara yang umum untuk mengindari risiko
adalah tidak mengambil tindakan yang akan berpotensi terjadinya risiko tersebut. Jadi, dapat dikatakan bahwa cara untuk menghindari risiko adalah dengan menghindari kegiatan atau aktivitas yang menyebabkan risiko tersebut terjadi.
24
b. Mitigasi atau eliminasi Risiko Mitigasi risiko merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya kejadian suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko.
c. Pengalihan Risiko merupakan pemindahan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui asuransi dengan membayar premi yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya risiko tesebut, atau melalui kontak dengan menyediakan kompensasi terhadap seluruh pelaku yang terpengaruh oleh risiko, dan melalui hedging. Hedging merupakan cara untuk memastikan ketersediaan suatu produk dimasa mendatang, dengan harga yang telah ditetapkan dari sekarang untuk melindungi penjual dan pembeli dari risiko kelangkaan maupun kelebihan suplai yang dapat membuat harga fluktuatif. d. Penyerapan dan Pengumpulan Risiko Ketika risiko tidak dapat dieliminasi,
dialihkan, dan dihindari, maka risiko tersebut harus diserap dan dianggap bagian penting dari aktivitas.
5. Komunikasi dan Konsultasi
Menurut Susilo (2010:81-82), konsep komunikasi risiko secara umum dapat dikatakan sebagai proses interaktif dalam tukar menukar informasi dan pendapat yang mencakup mengenai risiko dan pengelolaanya, sedangkan konsultasi dapat dijelaskan sebagai suatu proses komunikasi antara perusahaan dengan para pemangku kepentingan, mengenai isu tertentu terkait dengan pengambilan keputusan atau penentuan langkah tertentu dalam menangani suatu masalah. 6. Monitoring dan Review
25
kinerja aktual proses manajemen risiko dibandingkan dengan rencana atau harapan yang dihasilkan, sedangkan review adalah peninjauan atau pengkajian berkala atas kondisi saat ini dan dengan fokus tertentu.
1.2.3. Manfaat Manajemen Risiko
Menurut (Fahmi, 2010:3) Manajemen risiko memiliki manfaat yang baik untuk perusahaan, antara lain:
1. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati (prudent) dan selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
2. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-pengaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang.
3. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya dari segi finansial. 4. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum. 5. Dengan adanya konsep manajemen risiko (risk manajement concept) yang
dirancang secara detail maka artinya perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara berkelanjutan (suistainable).
1.3. Manajemen risiko rantai pasok
Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010:126), analisis risiko rantai pasok merupakan bagian dari manajemen rantai pasok yang harus dilakukan untuk
26
menghindari atau mengurangi terjadinya kegagalan berbisnis dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastiaan.
Manajemen risiko rantai pasok dapat diartikan sebagai pelaksanaan strategi untuk mengelola setiap hari risiko sepanjang rantai pasokan berdasarkan penilaian risiko secara terus menerus dengan tujuan mengurangi kerentanan dan menjamin kontinuitas (Wieland and Wallenburg, 2012:42). Sedangkan Menurut (Waters, 2007:234) manajemen risiko rantai pasok merupakan proses secara sistematis untuk identifikasi, analisa, dan terkait dengan risiko pada rantai pasok. Gangguan pada rantai pasokan bisa sangat merusak seluruh organisasi dan pada rantai pasokan yang lebih luas. Pengakuan ini mendorong lebih banyak manajer logistik memperkenalkan metode formal dalam manajemen risiko rantai pasok. Sifat kompleks dan beragam dari rantai pasokan membuatnya sangat rentan terhadap risiko.
Beberapa risiko tersebut datang dari eksternal rantai pasokan dan diluar kendali manajer, risiko lainnya dari internal organisasi dan itu di bawah kendali manajer. Karena risiko tersebut terkait ke sejumlah besar anggota rantai pasok yang berbeda, maka risiko di satu daerah dapat bertransmisi ke anggota rantai pasok lainnya atau peristiwa risiko kecil di salah satu daerah terpencil dapat tumbuh menjadi konsekuensi besar bagi daerah lainnya.
27 1.4. Konsep Mitigasi Risiko
Mitigasi risiko menurut (Kountur, 2008:121) merupakan penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Ada beberapa cara mitigasi yang dapat dilakukan, diantaranya:
1) Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat kena musibah, tidak akan menghabiskan semua asset yang dimiliki
2) Penggabungan (Merger) Jika diversifikasi dianjurkan untuk berpencar, di sini justru dianjurkan untuk bergabung atau merger, seperti risiko bersaing dapat diminimalkan dengan cara bersatu.
3) Pengalihan Risiko, Pengalihan risiko adalah mengalihkan risiko ke pihak lain sehingga bila terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung kerugiannya. Terdapat beberapa cara pengalihan risiko, yaitu:
b. Asuransi, mengasuransikan harta perusahaan yang dampak risikonya besar, berarti sudah mengalihkan dampak risiko tersebut kepada pihak asuransi. c. Leasing, cara di mana suatu asset digunakan, tetapi pemiliknya adalah pihak
lain. Jika terjadi sesuatu pada asset tersebut, maka pemiliknya yang adalah pihak lain yang menanggung kerugian atas asset tersebut.
d. Outsourcing, mentransfer kerugian ke pihak lain jika terjadi risiko dengan cara
outsource. Outsource merupakan cara di mana pekerjaan diberikan ke pihak
lain untuk mengerjakan, sehingga kita tidak menanggung kerugian seandainya pekerjaan yang dilakukan gagal.
28
e. Headging, cara pengurangan dampak risiko dengan cara mengalihkan risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian.
1.5. Teknologi Pengolahan Produk Nata De Coco
Nata De Coco merupakan hasil fermentasi air kelapa dengan bantuan mikroba
Acetobacter xylinum. Secara fisik, nata de coco bertekstur lembut, berkonsistensi tegar serta berwarna putih. Nata De Coco termasuk jenis makanan penyegar yang mengandung serat yang tinggi dengan kalori yang rendah, sehingga baik untuk perncernaan. Nata De Coco banyak dijadikan sebagai substitusi untuk pengalengan buah-buahan atau dikonsumsi dengan buah-buahan lainnya (Simanihuruk, 2013:8).
Alaban dalam Zaitun, 2004:9 menyatakan faktor-faktor yang berpengaruh pada pembuatan nata meliputi sumber gula, suhu fermentasi, tingkat keasaman medium, lama fermentasi dan aktivitas bakteri. Berikut proses pembuatan Nata
De Coco:
Menurut Rindit, 2002:42 alat yang digunakan dalam produksi Nata De Coco dikelompokan menjadi tiga berdasarkan kegunaanya, yaitu:
1. Kelompok alat untuk preparasi meliputi jerigen atau ember penutup, alat ukur, sendok, dandang, panci besar, saringan, pengaduk, kompor dan gayung. 2. Kelompok alat untuk fermentasi meliputi nampan plastic, rak-rak fermentasi
dan termometer ruang.
3. Kelompok alat untuk pascafermentasi meliputi ember besar (diameter 27 inchi), talenan, pisau stainless steel, dan alat pengemas.
29
Bahan yang digunakan dalam Nata De Coco antara lain Air kelapa, Gula pasir, Asam cuka (asam asetat), dan starter atau biakan bakteri Acetobacter. Sedangkan proses pembuatan Nata De Coco terdiri dari 2 tahap menurut Rindit:62, yaitu:
1. Pembuatan Nata De Coco
Nata yang dihasilkan dapat beragam kualitasnya tergantung air kelapa yang digunakan dan prosesnya. Air kelapa harus memenuhi standar kualitas bahan nata dan prosesnya dikendalikan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas Acetobacter Xylinum. Jika rasio antara karbon dan nitrogen diatur secara optimal dan prosesnya terkendali dengan baik, maka semua cairan akan berubah menjadi nata tanpa meninggalkan residu sedikitpun. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari Acetobacter Xylinum diantaranya adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, tingkat keasaman media, temperatur dan udara (oksigen). Bakteri Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun bakteri ini akan dapat tumbuh optimal pada pH 4,3. Suhu
yang ideal untuk pertumbuhan Acetobacter Xylinum adalah pada suhu 28-310C.
Berikut tahapan dalam pembuatan Nata De Coco:
a. Penyaringan 100 liter air kelapa dengan kain penyaring. Penyaringan ini
bertujuan untuk membebaskan air kelapa dari kotoran-kotoran yang tidak diinginkan.
b. Penambahan 100 gram gula pasir dan 500 gram ZA, kemudian dipanaskan
30
mikroorganisme yang mungkin akan mencemari produk yang akan dihasilkan.
c. Kemudian, dilakukan pendinginan pada suhu kamar. Setelah dingin, air
kelapa ditempatkan dalam wadah steril
d. Penambahan 50 mili liter asam cuka. Penambahan asam cuka berfungsi
untuk mengatur tingkat keasaman hingga diperoleh pH 4-5.
e. Penambahan bakteri starter dan diinkubasi (diperam) selama 2 minggu.
Pada pemeraman ini, wadah ditutup rapat dengan plastik. Suhu
pemeraman terbaik adalah suhu 30 0C.
f. Air kelapa yang telah menggumpal menghasilkan Nata De Coco yang
telah siap untuk dipanen.
Keluaran Nata De Coco pada tahapan ini ialah berupa Nata De Coco lembaran. Nata De Coco lembaran tersebut akan masuk pada tahapan berikutnya yaitu pemotongan dan pemberian rasa yang dilakukan oleh pihak pengolahan Nata De Coco selanjutnya.
2. Pemotongan dan pemberian rasa Nata De Coco
Nata De Coco lembaran yang diperoleh dari pemasok selanjutnya akan
dilakukan pengolahan lanjut untuk memperoleh bentuk Nata De Coco yang sesuai ukuran dan rasa sesuai dengan permintaan konsumen oleh manufaktur. Tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut:
a. Nata dipotong kecil-kecil berbentuk kubus, lalu ditiriskan
b. Nata yang telah dipotong kecil-kecil direndam dengan air bersih selama
31
c. Pemasakan nata kembali selama 10 menit, lalu ditiriskan. Pemasakan ini
bertujuan untuk menghilangkan asam, jika masih terasa asam setelah direndam selama 3 hari.
d. Apabila nata akan dimasak dengan campuran es buah, maka dapat
ditambah gula dan sirup sesuai selera untuk memperpanjang umur simpannya.
e. Pengemasan nata dapat dilakukan dengan memasukkan nata ke dalam
plastik dengan kondisi masih panas (mendidih) dengan perbandingan nata de coco dan cairan adalah 3 : 1 dan diusahakan tidak terdapat gelembung udara dalam kemasan agar mikroba aerob tidak memungkinkan untuk tumbuh, sehingga daya simpannya lebih lama.
f. Kemasan ditutup rapat dengan karet atau sealer. Kemasan merupakan
aspek penting dalam menghasilkan produk nata de coco untuk keperluan komersial. Dengan demikian, proses pengemasan perlu dilakukan secara teliti sehingga menghasilkan nilai tambah yang optimal dari manfaat dan tujuan pengemasan tersebut.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kerusakan pada Nata De Coco
Rindit, 2002:47-49 menjelaskan beberapa kerusakan yang terjadi pada Nata
De Coco. Kualitas Nata De Coco yang baik akan terpenuhi apabila air kelapa
yang digunakan memenuhi standar kualitas bahan nata dan prosesnya dikendalikan dengan cara yang benar berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas Acetobacter xylinum yang digunakan.
32
Air kelapa harus berasal dari kelapa yang masak optimal, sehingga rasio antara karbon dan nitrogen dapat diatur secara optimal.
Pada proses pemasakan (perebusan dan pencucian) nata mentah sangat mempengaruhi terhadap kualitas produk akhir yang akan dihasilkan. Tekstur nata yang sulit dikunyah dapat disebabkan dari proses pemasakan yang kurang optimal. Hal yang perlu diperhatikan pada pemasakan nata adalah suhu pemasakan, warna, rasa dan tingkat keasaman (pH) nata. Pemantauan batas kritis warna, bau, rasa dan penampakan nata dilakukan secara organoleptik. Syarat mutu nata rebus dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Standar Mutu Nata Rebus
Parameter Persyaratan
Ph 6.0 – 7.0
Bau Bebas bau busuk, tidak menyimpang
Warna Putih
Rasa Netral atau tidak asam
Sumber: SNI 01-4371-1996
Hal yang perlu diperhatikan pada proses pengisian dan penutupan kemasan adalah head space ≤ 10% berat nata pada kemasan. Apabila head space terlalu besar dapat menyebabkan terjadinya oksidasi sehingga umur simpannya turun. Selain itu, kebocoran seal dapat terjadi apabila proses penutupan kemasan kurang rapat. Kontaminan dari mikroba dapat mengkontaminasi produk saat proses pengisian dan penutupan kemasan. Sumber kontaminan dapat berasal dari udara atau pekerja. Kontrol terhadap suhu dan waktu pemanasan merupakan hal yang kritis dalam proses pasteurisasi untuk memperoleh kecukupan panas. Pada
33
umunya semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu pemanasan, maka semakin tinggi tingkat inaktivasi mikroba dan enzim-enzim, tetapi di sisi lain dapat menyebabkan tingginya kerusakan zat gizi dan terbentuknya tekstur serta cita rasa yang tidak disukai. Kombinasi suhu dan waktu pasteurisasi yang tepat akan meminimalkan bahaya / kerusakan pasteurisasi produk minuman Nata De Coco.
Suhu pasteurisasi dijaga pada suhu 85 0C selama 15 menit. Setelah dipasteurisasi,
produk segera didinginkan pada bak pendinginan untuk memberikan shock thermal bagi mikroba termofilik dan untuk menghindari terjadinya over cooking.
1.6. Konsep dan pengertian SCOR (Supply Chain Operations References) Model
Secara pengertian, SCOR Model adalah suatu model referensi proses yang dikembangkan oleh dewan rantai pasokan (Supply Chain Council) sebagai alat diagnosa manajemen rantai pasok. SCOR Model dapat digunakan untuk mengukur performa rantai pasokan perusahaan, meningkatkan kinerjanya dan mengomunikasikan kepada pihak-pihak yang terlibat didalamnya. SCOR merupakan alat manajemen yang mencakup mulai dari pemasoknya pemasok, hingga ke konsumenya. Cakupan (ruang lingkup) metode SCOR tersebut disajikan pada gambar 7 (Marimin dan Maghfiroh, 2010:144).
Metode SCOR merupakan metode sistematis yang mengombinasikan elemen-elemen seperti teknik bisnis, benchmarking, dan praktek terbaik (best
practice) untuk diterapkan di dalam rantai pasokan. Kombinasi dari
34
sebagai referensi untuk meningkatkan kinerja manajemen rantai pasokan perusahaan tertentu (Marimin dan Maghfiroh, 2010:145)
Gambar 3. Skema ruang lingkup SCOR (Supply Chain Operations References) Model SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi 5 proses inti yaitu
Plan, Source, Make, Deliver dan Return. Ke lima proses berfungsi sebagai berikut
(Pujawan dan Mahendrawathi, 2010:244) :
1. Plan (Perencanaan), yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan kapasitas dan melakukan penyesuaian supply chain plan dengan financial plan.
2. Source (Pengadaan), yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Proses ini mencakup kegiatan penjadwalan pengiriman dari supplier, menerima, mengecek dan memberikan otorisasi pembayaran barang yang dikirim supplier, memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier
35
dan sebagainya. Jenis proses bisa berbeda tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk stocked, make-to-order, atau engineer-to-order products. 3. Make (Produksi), yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku / komponen
menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan ini bisa dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok (make-to-stock), atas dasar pesanan (make-to-order). Proses yang terlibat di sini antara lain adalah penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi (work-in-process), memelihara fasilitas produksi dan sebagainya.
4. Deliver (Pengiriman), yaitu proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Biasanya meliputi order manajemen, transportasi dan distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi dan mengirim tagihan ke pelanggan.
5. Return (Pengembalian), yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian dan melakukan pengembalian.
1.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai rujukan peneliti dalam melakukan penelitian dengan metode analisis yang berbeda, diantaranya:
36
1. Murti (2014), dengan judul penelitian "Analisis Risiko Rantai Pasok Ayam Potong pada Restoran Cepat saji McDonald’s (Studi Kasus pada McDonald’s Kemang)”. Penelitian ini menggunakan metode House Of Risk (HOR) yang merupakan pengembangan dari metode Quality Function Deployment (QFD) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Pada penelitian ini ditentukan strategi pengelolaan risiko yaitu mitigasi dan akan ditentukan prioritas agen risiko yang akan dimitigasi. Hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat sembilan kejadian risiko pada tingkat pemasok, 10 kejadian risiko pada tingkat distribution center dan delapan risiko pada tingkat McDonald‟s dan teridentifikasi 41 agen atau penyebab risiko secara keseluruhan. Berdasarkan tabel HOR Fase 1 diketahui agen atau penyebab risiko dengan nilai tertinggi yaitu lima penyebab risiko pada tingkat pemasok, lima penyebab risiko pada tingkat distribution center dan tiga penyebab risiko pada tingkat McDonald‟s. Berdasarkan prioritas penyebab risiko tersebut, maka diketahui terdapat 26 aksi mitigasi yang dapat direalisasikan untuk mereduksi penyebab risiko tersebut.
2. Hafizha (2017) melakukan penelitian tentang “Mitigasi Risiko Produksi Susu Sapi Pada Peternakan Sapi Rakyat (Studi Kasus Pada Peternakan Mahesa Perkasa Farm, Kota Depok, Jawa Barat)”. Peternakan Mahesa Perkasa Farm merupakan salah satu peternakan sapi rakyat terbesar di Kecamatan Sawangan yang sangat membutuhkan manajemen risiko dalam memproduksi susu sapi. Munculnya risiko-risiko pada produksi susu sapi akan berdampak negatif terhadap peternakan dan banyak peternakan yang tidak mampu pulih secara
37
cepat dari dampak negatif tersebut. Maka, perlu dilakukan tindakan pencegahan risiko atau mitigasi untuk dapat mengurangi dampak dari risiko yang ditimbulkan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi risiko yang timbul pada saat proses produksi susu sapi pada Peternakan Mahesa Perkasa Farm. (2) Mengukur seberapa besar risiko produksi susu sapi pada Peternakan Mahesa Perkasa Farm. (3) Memetakan risiko produksi susu sapi pada Peternakan Mahesa Perkasa Farm. (4) Mengetahui cara mitigasi risiko produksi susu sapi pada Peternakan Mahesa Perkasa Farm. Analisis digunakan dengan menggunakan diagram tulang ikan, house of risk 1 (HOR 1), diagram pareto, dan house of risk 2 (HOR 2). Hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat 8 kejadian risiko pada tahap pemeliharaan sapi perah, 13 kejadian risiko pada tahap pemerahan susu sapi dan 3 kejadian risiko pada tahap pengemasan susu sapi dan teridentifikasi 50 agen atau penyebab risiko secara keseluruhan. Berdasarkan tabel HOR Fase 1 diketahui agen atau penyebab risiko dengan nilai tertinggi yaitu 9 penyebab risiko pada tahap pemeliharaan sapi perah, 17 penyebab risiko pada tahap pemerahan susu sapi dan 4 penyebab risiko pada tahap pengemasan susu sapi. Berdasarkan prioritas penyebab risiko tersebut, maka diketahui terdapat 21 strategi mitigasi yang dapat direalisasikan untuk mereduksi penyebab risiko tersebut.
3. Winanto, dkk (2017) melakukan penelitian tentang integrasi metode Fuzzy FMEA dan AHP dalam analisis dan mitigasi risiko rantai pasok bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, menentukan dan merumuskan strategi mitigasi risiko rantai pasok bawang merah menggunakan