• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.4. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis data pada tahapan awal yang digunakan adalah SCOR untuk mengklasifikasi aktivitas rantai pasok dengan cara memetakan aktivitas rantai pasok pada perusahaan berdasarkan lima proses inti yaitu, Plan, Source, Make, Deliver dan Return. Kemudian, melakukan proses

47

identifikasi risiko pada alur proses rantai pasok Nata De Coco, melalui observasi berdasarkan dimensi SCOR terhadap pemasok dan manufaktur, wawancara terkait proses, aktivitas, dan risiko rantai pasok dengan beberapa narasumber yang telah ditentukan., serta tinjauan SOP perusahaan. Hasil wawancara yang didapat dari beberapa narasumber dilakukan pengujian keabsahan data dengan Credibility (validitas internal). Salah satu cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian adalah dengan triangulasi. Triangulasi dalam pengujian ini dapat diartikan sebagai proses pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Triangulasi ini dapat dibagi kedalam tiga kategori, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Dalam penelitian ini, jenis triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber, yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang sama kepada beberapa narasumber untuk menemukan poin kunci terhadap indikator-indikator yang telah ditetapkan peneliti sebagai fokus penelitian ini (Sugiyono, 2014: 92).

Tahap selanjutnya digunakan metode analisis data HOR fase 1 untuk mengetahui nilai dari potensi risiko keseluruhan atau Agregate Risk Potential (ARPj). Data frekuensi atau peluang penyebab risiko (occurence) dan tingkat dampak kejadian risiko (severity) beserta data korelasi antar keduanya yang telah diperoleh dari kuesioner diinput ke dalam tabel HOR fase 1, seperti yang dapat dilihat pada tabel 1 Penyebab Risiko atau Risk Agent (Aj) ditempatkan pada sisi atas tabel, kejadian risiko atau Risk Event (Ei) ditempatkan pada sisi kiri tabel, nilai tingkat dampak kejadian risiko (severity) ditempatkan pada sisi kanan tabel, nilai frekuensi atau peluang penyebab risiko (occurence) diletakkan pada bagian

48

bawah Disamping itu, diukur potensi risiko rata-rata dari penyebab risiko yang bertujuan untuk mengetahui prioritas penyebab risiko yang akan ditentukan cara mitigasinya. Hasil dari pengukuran dan perhitungan tersebut menjadi bahan masukan model HOR 1. Pada penelitian ini akan dibuat tiga model HOR fase 1 dari masing-masing tingkatan anggota dalam rantai pasok yaitu pada tingkat pemasok, manufaktur dan konsumen.

Setelah didapatkan nilai ARPj dari masing-masing penyebab risiko (Aj), dilakukan perhitungan penyebab kejadian risiko dengan menggunakan alat analisis yaitu diagram pareto dengan perbandingan 80:20, sehingga diketahui penyebab-penyebab risiko yang memiliki pengaruh yang besar bagi perusahaan, guna menentukan strategi pencegahan risiko yang terjadi pada masing-masing proses. Masing-masing nilai ARPj akan dihitung kumulatif atau persentase pengaruh penyebab risiko (Aj) terhadap perusahaan. Penyebab risiko yang memiliki persentase kumulatif kurang dari 80% merupakan penyebab yang memiliki pengaruh yang besar dan akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan, dan dapat dirumuskan strategi untuk pencegahan risiko agar agen risiko tersebut tidak muncul di masa yang akan datang. Setelah didapat hasil prioritas penyebab risiko selanjutnya dilakukan penentuan strategi mitigasi yang dapat mencegah dampak dari kemungkinan risiko yang ditimbulkan. Setelah diketahui penyebab risiko yang paling berpengaruh pada proses rantai pasok Nata De Coco, dilakukan perumusan strategi mitigasi risiko proses rantai pasok Nata De Coco. Pada penelitian ini akan dibuat tiga model diagram pareto dari masing-masing tingkatan

49

anggota dalam rantai pasok yaitu pada tingkat pemasok, manufaktur dan konsumen.

Kemudian dilakukan pengukuran tingkat korelasi antara strategi mitigasi dengan agen atau penyebab risiko dan derajat kesulitan dari startegi mitigasi (Dk). Setelah itu, dihitung tingkat keefektifan strategi mitigasi (TEk) dan rasio tingkat keefektifan dan kesulitan (ETDk). Seluruh hasil perhitungan tersebut diatas menjadi masukan untuk tabel HOR fase 2. Pada penelitian ini akan dibuat tiga model HOR fase 2 dari masing-masing tingkatan anggota dalam rantai pasok yaitu pada tingkat pemasok, manufaktur dan konsumen.

3.4.1. HOR (House Of Risk)

Menurut Pujawan dan Geraldine (2009: 955), model House of Risk (HOR) didasarkan pada gagasan bahwa manajemen risiko proaktif berusaha untuk fokus pada tindakan preventif, yaitu mengurangi kemungkinan sumber risiko terjadi. Mengurangi terjadinya sumber risiko biasanya mencegah beberapa kejadian risiko terjadi. Dalam kasus seperti itu, perlu untuk mengidentifikasi kejadian risiko dan sumber risiko yang terkait. Biasanya satu sumber risiko (penyebab risiko) bisa mendorong lebih dari satu kejadian risiko. HOR menetapkan probabilitas untuk sumber risiko dan tingkat keparahan ke arah risiko.

Sejak satu sumber risiko bisa menginduksi sejumlah kejadian risiko, maka perlu kuantitas potensi risiko agregat sumber risiko dalam manajemen risiko

produksi. Jika Oj adalah probabilitas terjadinya sumber risiko j, Si adalah

50

sumber risiko j dan kejadian risiko i yang diartikan sebagai seberapa besar

kemungkinan sumber risiko j akan mendorong kejadian risiko i), maka ARPj

(potensi risiko agregat sumber risiko j) dapat dihitung sebagai berikut:

Keterangan:

ARPj = Agrerat Risk Potential j (Potensi Risiko Keseluruhan pada j)

Oj = Occurance level of risk j (tingkat kemunculan penyebab risiko pada j)

Si = Severity level of risk i (tigkat dampak suatu kejadian risiko pada i)

Rij = Hubungan (korelasi) antara sumber risiko j dengan kejadian risiko i

HOR diadaptasi dari model HOQ untuk menentukan sumber risiko harus diberikan prioritas untuk tindakan preventif. Rank A ditugaskan untuk setiap

sumber risiko berdasarkan besarnya nilai ARPj untuk setiap j. Oleh karena itu, jika

ada banyak sumber risiko, perusahaan dapat memilih terlebih dahulu beberapa dari mereka yang dianggap memiliki potensi besar untuk menginduksi kejadian risiko. Terdapat dua model HOR, keduanya didasarkan pada HOQ yang telah dimodifikasi: (1) HOR 1 digunakan untuk menentukan sumber risiko yang harus diprioritaskan untuk tindakan prefentif. (2) HOR 2 memprioritaskan tindakan yang dianggap efektif namun dengan biaya yang wajar dan sumber daya yang komitmen.

a. HOR I (House Of Risk I)

Dalam model ini menghubungkan suatu set kebutuhan (what) dan satu set tanggapan (how) yang menunjukkan satu atau lebih keperluan/kebutuhan. Derajat

51

tingkat korelasi secara khusus digolongkan : sama sekali tidak ada hubungan dengan memberi nilai (0), rendah (1), sedang (3) dan tinggi (9). Masing-masing kebutuhan mempunyai suatu gap tertentu untuk mengisi masing-masing tanggapan yang akan memerlukan beberapa sumber daya dan biaya.

Mengadopsi prosedur diatas maka HOR 1 dikembangkan melalui tahap - tahap berikut:

1. Mengidentifikasi kejadian risiko yang bisa terjadi pada setiap bisnis proses. Ini bisa dilakukan melalui mapping rantai pasok (plan, source, make, deliver

dan return) dan kemudian mengidentifikasi apa yang kurang/salah pada setiap

proses. Ackermann (2007) menetapkan cara sistematis untuk mengidentifikasi dan memperkirakan risiko. Contoh tabel 1 berikut, kejadian risiko diletakkan dikolom kiri ditunjukkan sebagai Ei.

2. Memperkirakan dampak dari beberapa kejadian risiko (jika terjadi). Dalam hal ini menggunakan skala 1 – 10 dimana 10 menunjukkan dampak yang ekstrim. Tingkat keparahan dari kejadian risiko diletakkan di kolom sebelah kanan dari tabel dan dinyatakan sebagai Si.

3. Identifikasi sumber risiko dan menilai kemungkinan kejadian tiap sumber risiko. Dalam hal ini ditetapkan skala 1-10 dimana 1 artinya hampir tidak pernah terjadi dan nilai 10 artinya sering terjadi. Sumber risiko (Risk agent) ditempatkan dibaris atas tabel dan dihubungkan dengan kejadian baris bawah dengan notasi Oj.

4. Kembangkan hubungan matriks. Keterkaitan antar setiap sumber risiko dan setiap kejadian risiko, Rij (0, 1, 3, 9) dimana 0 menunjukkan tidak ada

52

korelasi dan 1, 3, 9 menunjukkan berturut-turut rendah, sedang dan korelasi tinggi.

5. Hitung kumpulan potensi risiko (Aggregate Risk Potential of agent j=ARPj) yang ditentukan sebagai hasil dari kemungkinan kejadian dari sumber risiko j dan kumpulan dampak penyebab dari setiap kejadian risiko yang disebabkan oleh sumber risiko j seperti dalam persamaan diatas.

6. Buat ranking sumber risiko berdasarkan kumpulan potensi risiko dalam penurunan urutan (dari besar ke nilai terendah).

Tabel 2. Model HOR 1

Risk Agent (Aj) Severity of Risk Event (Si) Business Process Risk Event (Ei) A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 Plan E1 S1 E2 S2 Source E3 S3 E4 S4 Make E5 S5 E6 S6 Deliver E7 S7 E8 S8 Return E9 S9 E10 S10 Occurance of Agent j O1 O2 O3 O4 O5 O6 O7

Aggregate Risk Potential j AR

P1 AR P2 AR P3 AR P4 ARP 5 AR P6 AR P7 Priority Rank of Agent j

53

Keterangan:

4. Kejadian Risiko (Risk Event) = Ei

5. Penyebab Risiko (Risk Agent) = Aj

6. Tingkat Dampak (Severity) = Si

7. Tingkat Probabilitas (Occurence) = Oj

8. Tingkat Rata-rata Potensial Risiko (Aggregate risk Potential) = ARPj

9. Peringkat Prioritas Penyebab Risiko (Rank) = R

b. Diagram Pareto

Diagram pareto adalah alat yang sangat berguna apabila perusahaan perlu memisahkan antara hal yang penting dari hal yang tidak penting. Diagram pareto

merupakan diagram yang menerapkan prinsip bahwa 80% masalah

(ketidaksesuaian atau cacat) dikarenakan oleh 20% penyebab masalah. Diagram ini membantu untuk memprioritaskan suatu masalah dengan bentuk grafik grafik menurun dari kiri ke kanan berdasarkan banyaknya suatu kejadian. Alat ini penting dalam proses peningkatan kualitas (Kuswandi dan Mutiara, 2004:49).

Diagram Pareto bertujuan untuk menentukan strategi mitigasi yang dapat mencegah dampak dari kemungkinan risiko yang ditimbulkan. Penentuan strategi mitigasi dengan cara menentukan strategi mitigasi yang akan dilakukan untuk mencegah timbulnya agen atau penyebab risiko yang menjadi prioritas berdasarkan diagram pareto.

Konsep Pareto mengajarkan agar kita pandai menerapkan prinsip skala prioritas atau mendahulukan mana yang penting. Dalam kehidupan sehari-hari, analisa dan diagram pareto atau yang biasa disebut dengan diagram prioritas, digunakan dalam rangka memilih prioritas masalah yang dampaknya paling besar, yaitu kurang lebih 80%, yang disebabkan oleh kurang lebih 20% faktor penyebab.

54

Diagram pareto dapat digunakan untuk mencari 20% jenis kasus (misalnya, cacat, keluhan, masalah) yang merupakan 80% kecacatan dari keseluruhan proses produksi. Diagram pareto dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 6. Struktur Diagram Pareto Sumber : Kuswandi dan Mutiara, 2004:49

c. HOR II (House Of Risk II)

HOR 2 digunakan untuk menentukan tindakan / kegiatan yang pertama dilakukan, mempertimbangkan perbedaan secara efektif seperti keterlibatan sumber dan tingkat kesukaran dalam pelaksanaannya. Perusahaan perlu idealnya memilih satu tindakan yang tidak sulit untuk dilaksanakan tetapi bisa secara efektif mengurangi kemungkinan terjadinya sumber risiko.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Pilih/seleksi sejumlah sumber risiko dengan rangking prioritas tinggi yang mungkin menggunakan analisa pareto dari ARPj, nyatakan pada HOR yang kedua. Hasil seleksi akan ditempatkan dalam (what) di sebelah kiri dari HOR 2 seperti digambarkan dalam tabel 2.

Tingkat Tingkat persentase kumulatif

55

2. Identifikasi pertimbangan tindakan yang relevan untuk pencegahan sumber risiko. Catat itu adalah satu sumber risiko yang dapat dilaksanakan dengan lebih dari satu tindakan dan satu tindakan bisa secara serempak mengurangi kemungkinan kejadian lebih dari satu sumber risiko. Tindakan ini diletakkan dibaris atas sebagai “How” pada HOR 2.

3. Tentukan hubungan antar masing tindakan pencegahan dan masing-masing sumber risiko, Ejk. Nilai-nilainya (0, 1, 3, 9) yang menunjukkan berturut-turut tidak ada korelasi, rendah, sedang dan tingginya korelasi antar tindakan k dan sumber j. Hubungan ini (Ejk) dapat dipertimbangkan sebagai tingkat dari keefektifan pada tindakan k dalam mengurangi kemungkinan kejadian sumber risiko.

4. Hitung total efektivitas dari tiap tindakan sebagai berikut :

5. Perkirakan tingkat derajat kesulitan dalam melakukan masing-masing tindakan, Dk dan meletakkan nilai-nilai itu berturut-turut pada baris bawah total efektif. Tingkat kesulitan yang ditunjukkan dengan skala (seperti skala Likert atau skala lain), dan mencerminkan dana dan sumber lain yang diperlukan dalam melakukan tindakan tersebut. Hitung total efektif pada rasio kesulitan ETDk = TEk/Dk

6. Ranking prioritas masing-masing tindakan (Rk) dimana rangking 1 memberikan arti tindakan dengan ETDk yang paling tinggi.

56

Tabel 3. Model HOR 2

Preventive Action (PAk)

To be treated risk

agent (Aj)

PA1 PA2 PA3 PA4 PA5

Aggregate risk potentials (ARPj) A1 Matrix Corelations ARP1 A2 ARP2 A3 ARP3 A4 ARP4 A5 ARP5

Tek TE1 TE2 TE3 TE4 TE5

Dk D1 D2 D3 D4 D5

ETDk ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ETD5

Rank R1 R2 R3 R4 R5

Sumber: Pujawan dan Geraldin (2009) Keterangan:

1. Dk (degree of difficulty peforming action) = tingkat kesuliatan aksi mitagi

2. TEk (total effectiveness) = total keefektivan dari tiap aksi mitigasi

3. ETDk (effectiveness of difficulty ratio) = total kesulitan dan keefeectivan aksi

mitigasi

4. Ejk = hubungan antara tiap mitigasi dengan tiap sumber mitigasi

3.5. Definisi Operasinal 3.5.1. Istilah/pengertian

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam penelitian.

57

Sesuai dengan judul penelitian yaitu analisis risiko rantai pasok Nata De Coco di PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat, maka definisi yang perlu dijelaskan adalah: 1. Alur rantai pasok adalah kegiatan yang dilakukan PT. Daya Agro Mitra Mandiri yang meliputi alur material, informasi dan finansial dalam jaringan organisasi. Kegiatan tersebut dimulai dari pengrajin Nata De Coco lembaran sebagai pemasok bahan baku, manufaktur sebagai pengolah bahan baku menjadi produk jadi dan perusahaan pengolahan minuman sebagai konsumen. 2. Nata De Coco adalah produk olahan dari air kelapa yang mengalami proses

fermentasi pada perusahaan PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat.

3. Supply chain adalah kegiatan pengelolaan dalam rangka memperoleh bahan mentah menjadi barang dalam proses atau barang setengah jadi dan barang jadi kemudian mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi.

4. Risiko adalah kemungkinan terjadinya kejadian yang dapat menimbulkan kerugian dan ketidakpastian dari kegiatan usaha Nata De Coco.

5. Risiko rantai pasok adalah kejadian yang merugikan terkait dengan kegiatan rantai pasok yang dilakukan di PT. Daya Agro Mitra Mandiri Ciputat.

6. Mitigasi adalah upaya untuk mengurangi risiko yang terjadi pada rantai pasok

Nata De Coco.

7. Dampak risiko adalah kejadian merugikan yang ditimbulkan akibat terganggunya alur rantai pasok Nata De Coco.

8. Identifikasi risiko adalah tahapan awal yang dilakukan dalam penelitian untuk mengetahui kemungkinan risiko yang timbul dari aktivitas rantai pasok.

58

9. House of Risk 1 adalah metode untuk menentukan sumber risiko mana yang diprioritaskan untuk dilakukan tindakan pencegahan.

10. House of Risk 2 adalah untuk memberikan prioritas tindakan dengan mempertimbangkan sumber daya biaya yang efektif.

11. SCOR model adalah metode untuk memudahkan pada tahapan identifikasi risiko.

12. Diagram pareto adalah metode untuk mengevaluasi risiko produksi Nata De

59 BAB IV

Dokumen terkait