• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila Berbasis Teknologi Bioflok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila Berbasis Teknologi Bioflok"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PEMELIHARAAN INDUK DAN LARVA IKAN NILA

BERBASIS TEKNOLOGI BIOFLOK

DIO RHEZA RIVANDI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila Berbasis Teknologi Bioflok” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Dio Rheza Rivandi

(4)

ABSTRAK

DIO RHEZA RIVANDI. Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila Berbasis

Teknologi Bioflok dibimbing oleh MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan JULIE EKASARI.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh pemeliharaan induk maupun larva dengan sistem bioflok terhadap kinerja produksi dan ketahanan larva ikan nila. Induk ikan nila dipelihara dengan dua sistem yang berbeda yaitu teknologi bioflok (BFT) dan kontrol (non-BFT). Larva yang dihasilkan dari masing-masing induk selanjutnya dipelihara dalam dua sistem yang berbeda (kontrol dan BFT) untuk melihat kinerja pertumbuhannya. Dengan demikian, uji pertumbuhan meliputi 4 perlakuan yaitu benih yang berasal dari induk yang dipeliharan dengan sistem BFT selanjutnya dipelihara dengan sistem BFT (BFT-BFT), benih Non-BFT dipelihara pada BFT (K-BFT), benih BFT dipelihara pada media Non-BFT (BFT-K), dan benih Non-BFT dipelihara pada media Non-BFT (K-K). Kisaran bobot dan panjang larva nila yang digunakan dalam uji pertumbuhan masing-masing adalah 20-22 mg dan 8,5-11,1 mm. Larva ikan dipelihara dalam wadah plastik yang berjumlah 16 buah dengan volume 2 L selama 14 hari. Uji stres salinitas dilakukan dengan merendam larva yang diambil dari masing-masing bak induk perlakuan ke dalam air laut bersalinitas 35 g/L

selama 1 jam. Hasil uji pertumbuhan menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan

induk dan metoda budidaya larva tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan bobot akhir larva. Sistem pemeliharaan induk dengan teknologi bioflok menghasilkan larva dengan kelangsungan hidup lebih tinggi (P<0,05) daripada larva yang dihasilkan dari sistem non-BFT, terlepas dari metode budidaya larva. Sementara hasil uji stres salinitas menunjukkan bahwa larva yang dihasilkan dari induk BFT lebih tahan terhadap uji salinitas.

(5)

ABSTRACT

DIO RHEZA RIVANDI. Biofloc-based Rearing on Broodstock and Larvae of

Nile Tilapia under guidance of MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan JULIE EKASARI.

The purpose of this study was to determine the influence of biofloc technology application on broodstock, growth performance and durability of larvae tilapia. Broodstock of tilapia reared with two different systems Bioflocs Technology (BFT) and non-BFT. The descendants from each broodstock subsequently maintained in two different systems (control and BFT) to examine its growth performance. The growth performance test devided into 4 treatment were BFT seeds reared by BFT system (BFT-BFT), Non-BFT seeds reared at BFT (K-BFT), BFT seeds reared in Non-BFT (BFT-K), and Non-BFT seeds reared in Non-BFT (KK). Tilapia larvae that used in each tank is about 20-22 mg and 8.5 to 11.1 mm. Totally, fish larvae reared in 16 tanks with 2 L volume for 14 days. Salinity stress test carried out by soaking larvae from each broodstock into salinity water 35 g/L for 1 hour. The test showed that the broodstock system and larvae had no significant effect on larval growth, final length and final weights. Biofloc technology produced larvae with higher survival (P < 0,05) than non-BFT system, regardless of the method of cultivation. While the salinity stress test results indicated that larvae produced from BFT is more resistant to environmental challenge.

(6)
(7)

PEMELIHARAAN INDUK DAN LARVA IKAN NILA

BERBASIS TEKNOLOGI BIOFLOK

DIO RHEZA RIVANDI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul skripsi : Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila Berbasis Teknologi Bioflok

Nama : Dio Rheza Rivandi

NIM : C14100067

Program studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi, M. Si Pembimbing I

Julie Ekasari, M. Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, M.Sc Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila Berbasis Teknologi Bioflok”. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung sejak bulan November 2013 hingga Maret 2014 yang dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas bantuan yang telah diberikan berbagai pihak khususnya kepada: 1. Ayahanda Arif Effendi, Ibunda Sri Wahyuni, serta kakak-adik tercinta Dexa

Rivandi dan Dea Rizki Amelinda atas do’a dan kasih sayangnya.

2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi M. Si selaku pembimbing I dan Ibu Julie Ekasari M. Sc sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama ini.

3. Bapak Dr. Alimudin selaku dosen penguji dan Bapak Rahman S. Pi M. Si selaku perwakilan Ketua Program Studi

4. Bapak Wasjan dan Mbak Retno di Laboratorium Nutrisi Ikan dan Kang Abe di Laboratorium Lingkungan atas bantuannya selama pelaksanaan penelitian. 5. Nutrikids serta rekan-rekan BDP 47 khususnya untuk Raja Efrianti, Endang

Saefudin, Bagus Mukmin, Haris Achmad Nugrahadi, Fendi Bayu Israwan, Riyan Maulana dan Wira Tri Barkah yang telah memberikan banyak bantuan dan kerja sama.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi.

Harapannya semoga skripsi ini dapat bermanfaatan untuk pengembangan ilmu akuakultur kedepannya.

Bogor, Agustus 2014

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE ... 2

Desain Penelitian ... 2

Pemeliharaan Induk ... 3

Uji Pemeliharaan Larva ... 3

Pengukuran Kualitas Air ... 4

Parameter Uji ... 5

Analisis Data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Hasil ... 6

Pembahasan ... 8

KESIMPULAN ... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 11

LAMPIRAN ... 14

(12)

DAFTAR TABEL

1 Analisis proksimat pakan larva dan induk ... 4

2 Kualitas air dalam pemeliharaan larva nila ... 4

DAFTAR GAMBAR 1 Grafik rancangan penelitian (uji pemeliharaan) ... 2

2 Bobot akhir rata-rata larva ikan nila (Oreochromis sp.) yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol ... 6

3 Panjang akhir rata-rata larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol ... 6

4 Laju pertumbuhan harian bobot larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol ... 7

5 Pertambahan panjang mutlak larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol ... 7

6 Kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol ... 8

7 Kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol pada perendaman dengan salinitas 35g/L selama 1 jam dan 24 jam setelah perendaman ... 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan molase ... 14

2 Analisis sidik ragam tingkat kelangsungan hidup ... 14

3 Analisis sidik ragam laju pertumbuhan harian bobot ... 15

4 Analisis sidik ragam pertambahan panjang mutlak ... 15

5 Analisis sidik ragam bobot akhir ... 16

(13)
(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Ikan nila adalah salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi (Fitzsimons dan Gonzales 2005), dimana kebutuhan benih maupun ikan konsumsi dari tahun ke tahun cenderung terus meningkat seiring dengan perluasan usaha budidaya. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014) produksi ikan nila mengalami peningkatan dari 567.078 ton pada tahun 2011 naik menjadi 1,1 juta ton pada tahun 2013. Namun peningkatan produksi ikan nila masih terhambat oleh beberapa kendala yang sampai saat ini masih belum teratasi salah satunya adalah masih rendahnya kualitas dan kuantitas benih. Menurut Sumantadina (1981), jaminan penyediaan benih ikan baik kualitas maupun kuantitas yang memadai merupakan salah satu syarat yang menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya ikan. Kualitas dan penanganan induk sangat penting dalam kaitannya untuk menghasilkan benih yang baik. Rocha (2008) menyatakan bahwa kualitas benih dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya nutrien induk dan faktor lingkungan.

De Schryver dan Verstraete (2009) menyatakan bahwa prinsip dasar teknologi bioflok (BFT) adalah asimilasi nitrogen anorganik oleh komunitas mikroba heterotrof dalam media budidaya. Biomasa mikroba tersebut selanjutnya dapat dimanfaatkan kembali oleh organisme budidaya sebagai sumber makanan. Dengan demikian akumulasi limbah nitrogen dapat diminimalkan dan pemanfaatan nutrien pakan dapat ditingkatkan. Konversi nitrogen anorganik menjadi bakteri heterotrof dapat dikontrol melalui penambahan karbon organik seperti molase dengan rasio karbon per nitrogen (C/N) tertentu. Pengaturan rasio C/N dalam pakan (10 sampai 20) dianjurkan dalam sistem bioflok (Asaduzzaman et al. 2008; Avnimelech 1999; Ballester et al. 2010; Hargreaves 2006). Penelitian Avnimelech (1999) menunjukkan bahwa pemberian karbohidrat berupa glukosa dan tepung tapioka dalam bak pemeliharaan ikan nila dengan kepadatan 80 ekor/ m3 dapat menurunkan konsentrasi total ammonium nitrogen (TAN) secara nyata. Selain meminimalkan limbah nitrogen yang berpotensi sebagai toksikan bagi organisme budidaya, penerapan teknologi bioflok diketahui membawa manfaat lain diantaranya sebagai sumber pakan, meningkatkan efisiensi pakan, dan mengontrol keberadaan bakteri patogen (Avnimelech 2007; Crab et al. 2007; Little 2008).

(16)

menunjukkan bahwa jumlah larva yang dihasilkan dari induk yang dipelihara dengan system BFT lebih tinggi daripada kontrol. Namun tidak diketahui apakah peningkatan jumlah larva ini hanya disebabkan oleh peningkatan aktivitas reproduksi atau juga didukung oleh kualitas larva yang lebih baik.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh pemeliharaan induk dan larva dengan sistem bioflok terhadap pertumbuhan dan ketahanan larva terhadap perubahan lingkungan.

METODE

Desain penelitian

Penelitian terdari dua tahap yaitu uji pertumbuhan dan uji stress terhadap salinitas tinggi. Variabel yang diuji pada penelitian ini adalah asal induk dan sistem pemeliharaan larva. Dua kelompok induk dipelihara dengan sistem berbeda, dengan teknologi bioflok dan kontrol tanpa bioflok. Sementara sistem pemeliharaan larva terdiri dari dua sistem yang sama seperti pemeliharaan induk yaitu sistem bioflok dan non-bioflok.

Perlakuan (dengan 4 ulangan) untuk uji pertumbuhan dalam penelitian ini disajikan pada gambar 1, meliputi:

Perlakuan BFT-BFT : benih dari induk bioflok dipelihara dengan media bioflok Perlakuan BFT-K : benih dari induk bioflok dipelihara dengan media

non-Gambar 1 Grafik Rancangan Penelitan (Uji Pemeliharaan)

Sementara pada uji salinitas, benih diambil langsung dari bak induk dan dibandingkan kelangsungan hidupnya setelah diuji pada salinitas tinggi.

(17)

3

Pemeliharaan Induk

Pemeliharan induk ikan nila diawali dengan kegiatan persiapan wadah. Wadah pemeliharaan induk yang digunakan berupa bak dengan ukuran 2 m x 3 m x 0.7 m sebanyak 2 unit yang diisi air dengan ketinggian 50 cm. Wadah perlakuan dilengkapi dengan instalasi aerasi berupa dengan 16 titik aerasi (3 L/menit per titik aerasi).

Induk ikan nila yang digunakan adalah ikan nila strain Nirwana berasal dari Balai Pengembangan Benih Ikan Air Tawar Wanayasa, Dinas Perikanan dan Kelautan, Provinsi Jawa Barat dengan bobot tubuh 243 ± 27 g. Induk terlebih dahulu diadaptasikan pada bak pemeliharaan hingga stabil dan sudah merespons pakan yang diberikan sebelum diberi perlakuan. Pada tiap unit penelitian dimasukkan induk dengan kepadatan 25 ekor/ bak dengan rasio jantan betina 1:4.

Pakan diberikan secara restricted dengan tingkat pemberian pakan 2.5% bobot biomassa per hari. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi pada pukul 09.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.00 Pakan induk yang diberikan yaitu pakan apung komersial dengan komposisi proksimat tertera pada tabel 1. Setelah diberi perlakuan keberadaan larva pada bak induk dicek setiap dua minggu sekali. Sumber karbon organik yang digunakan pada penelitian adalah molase dengan kadar C sebesar 53%. Penambahan molase pada media pemeliharaan berdasarkan perhitungan yang dilakukan Avnimelech (1999) (Lampiran 1). Hasil perhitungan didapat jumlah molase yang ditambahkan pada media pemeliharaan yaitu sebanyak 1 kali dari jumlah pakan yang diberikan. Penambahan molase pada bak induk dilakukan setiap 2 kali sehari 30 menit setelah pemberian pakan.

Pemeliharaan Larva

Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan larva pada penelitian ini adalah 16 unit wadah platik dengan volume 2 L. Masing-masing wadah diisi dengan 1.5 L air yang diambil dari bak induk sesuai dengan masing-masing perlakuan. Masing-masing wadah dilengkapi dengan instalasi aerasi. Dinding wadah dilapisi plastik berwarna hitam yang berfungsi untuk mengurangi stress pada larva.

(18)

Tabel 1 Analisis proksimat pakan larva dan induk

Komposisi Nutrien Pakan induk (%) Pakan Larva (%)

Protein 33,00 36,18 nitrit dan alkalinitas dilakukan pada akhir pemeliharaan (Tabel 2). Pengukuran TAN, nitrat dan nitrit dianalisis dengan metode standar APHA, sedangkan pengukuran oksigen terlarut (DO) dan pH dilakukan menggunakan alat DO-meter Lutron DO 5510 dan pH-meter Lutron pH 208. Hasil analisis kualitas air menunjukkan bahwa kisaran parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini berada pada kisaran batas toleransi bagi ikan nila walaupun pada beberapa parameter berada diluar nilai optimum yang ditetapkan.

Tabel 2 Kualitas air dalam pemeliharaan larva nila

Parameter Satuan Nilai terukur Nilai optimum

BFT Non-BFT

Wadah yang digunakan uji salinitas adalah wadah plastik dengan ukuran 2 L sebanyak 12 unit. Untuk masing-masing perlakuan induk dipakai 3 toples (kontrol) dan 3 toples (uji salinitas). Kontrol diisi air tawar (0 g/L) sedangkan untuk uji salinitas dipakai air laut dengan salinitas 35 g/L.

(19)

5

kelangsungan hidup dilanjutkan hingga 24 jam setelah dipindahkan ke dalam air tawar.

Parameter uji

Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup dihitung berdasarkan Zonneveld et al (1991) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Kelangsungan hidup = Kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan pada akhir pengamatan (ekor)

No = Jumlah ikan pada awal pengamatan (ekor)

Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian untuk bobot dan panjang larva dihitung berdasarkan Huisman (1987) dengan rumus sebagai berikut:

[√ ]

Keterangan:

LPH = Laju pertumbuhan harian (%)

Wt = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g/ekor) Wo = Bobotrata-rata pada awal pemeliharaan (g/ekor) t = Periode pemeliharaan (hari)

Pertumbuhan panjang mutlak

Pertumbuhan pada larva ikan nila dihitung berdasarkan pertumbuhan panjang mutlak dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 1997):

Pm = Lt – L0

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pertambahan panjang dan pertambahan bobot serta pertumbuhan larva untuk semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (Gambar 2 - 5) (P < 0,05).

Gambar 2 Bobot akhir rata-rata larva ikan nila (Oreochromis sp.) yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)

Gambar 3 Panjang akhir rata-rata larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)

(21)

7

Gambar 4 Laju pertumbuhan harian bobot larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)

Gambar 5 Pertambahan panjang mutlak larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol. Huruf yang sama di atas diagram batang menunjukkan tidak berbeda nyata (P < 0,05)

(22)

Gambar 6 Kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)

Hasil uji salinitas menunjukkan bahwa larva yang berasal dari induk bioflok lebih tahan terhadap perubahan salinitas daripada larva yang berasal dari induk kontrol (Gambar 7).

Gambar 7 Kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol pada perendaman dengan salinitas 35 g/L selama 1 jam dan 24 jam setelah perendaman. Huruf yang berbeda di atas diagram batang dengan pola yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)

Pembahasan

Laju pertumbuhan harian bobot dan pertambahan panjang mutlak menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa media pemeliharaan induk dan metode pemeliharaan larva tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan. Pada penelitian kali ini diduga pertumbuhan yang tidak nyata diakibatkan oleh kebutuhan nutrien yang dibutuhkan oleh larva yang sudah maksimal, sehingga kontribusi bioflok dalam hal ini tidak signifikan. Hal ini didukung oleh laju pertumbuhan larva yang

(23)

9

(2002) dan El-Sayed dan Kawanna (2004) yang menggunakan larva ikan nila dengan ukuran awal yang sama dengan kepadatan yang 3 kali lebih rendah.

Berdasarkan uji statistik terhadap nilai kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk yang dipelihara pada media bioflok berbeda nyata jika dibandingkan larva yang berasal dari kontrol. Sementara media pemeliharaan larva tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup larva. Hal ini sesuai dengan pernyataan Emerenciano et al. (2011) bahwa bioflok dapat berkontribusi sebagai sumber nutrien bagi induk yang dapat meningkatkan jumlah maupun kualitas telur. Menurut penelitian yang dilakukan McIntosh et al. (2000) kandungan protein pada media bioflok dapat mencapai 43%, lemak 12,5% dan kadar abu dapat mencapai 26,5%. Lemak diketahui sangat berpengaruh sebagai sumber energi untuk aktifitasreproduksi dan sebagai komponen sintesis membran (Kanazawa et al. 1979; Teshima dan Kanazawa 1983; Teshima et al. 1988). Kondisi nutrisi induk berpengaruh pada cadangan nutrisi dan energi yang tersedia bagi larva terutama pada stadia awal ketika larva belum dapat makan sendiri (Mokoginta 1992). Cadangan nutrisi dan energi yang tersedia bagi larva berperan penting terhadap daya tahan larva pada fase awal kehidupannya. Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa kontribusi bioflok pada nutrien induk juga berperan dalam peningkatan ketahanan larva sehingga tingkat kelangsungan hidup larva lebih tinggi daripada kontrol.

Kelangsungan hidup larva salah satunya ditentukan oleh daya tahan larva terhadap perubahan lingkungan. Salah satu metode yang digunakan untuk mengevaluasi daya tahan larva terhadap perubahan lingkungan adalah dengan uji salinitas (Lin et al. 2000). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelangsungan hidup pada uji salinitas larva menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa pada induk yang dipelihara dengan sistem bioflok menghasilkan larva yang lebih tahan terhadap perubahan salinitas. Pemanfaatan bioflok oleh induk nila diduga mampu meningkatkan kualitas dan kemampuan larva dalam menghadapi perubahan lingkungan. Gunasekera et al. (1995) yang menyatakan bahwa nutrisi induk, salah satunya tingkat protein, dapat mempengaruhi pertumbuhan oosit, kualitas telur dan larva pada ikan nila. Kontribusi nutrisi bioflok terutama lemak diduga mampu meningkatkan kemampuan sel dalam menghadapi perubahan lingkungan terutama perubahan salinitas yang drastis.

(24)

larva dapat mempercepat penyempurnaan organ-organ yang berperan dalam osmoregulasi sehingga lebih tahan terhadap perubahan salinitas.

KESIMPULAN

(25)

11

DAFTAR PUSTAKA

Avnimelech Y. 2007. Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge bio-flocs technology ponds. Aquaculture 264: 140-147.

Avnimelech Y. 1999. Carbon nitrogen ratio as a control element in aquaculture systems. Aquaculture 176: 227–235.

Asaduzzaman M, Wahab MA, Verdegem MCJ, Huque S, Salam MA, Azim ME, 2008. C/N ratio control and substrate addition for periphyton development jointly enhance freshwater prawn Macrobrachium rosenbergii production in ponds. Aquaculture 280: 117–123.

Ballester ELC, Abreu PC, Cavalli RO, Emerenciano M, Abreu L, Wasielesky W 2010. Effect of practical diets with different protein levels on the performance of Farfantepenaeus paulensis juveniles nursed in a zero exchange suspended microbial flocs intensive sistem. Aquaculture Nutrition 16: 163–172.

Boyd C, Zimmerman S. 2000. Grow-out systems –Water Quality and Soil Management. Freshwater Prawn Culture: The Farming of Macrobrachium rosenbergii. Oxford (UK): Blackwell Publishing Ltd.

Burford MA, Sellars MJ, Arnold SJ, Crocos PJ, Preston NP. 2004. Contribution of the natural biota associated with substrates to nutritional requirements of the post-larval shrim, Penaeus esculentus (Haswell), in high-density rearing sistems. Aquaculture Research 35: 508-515.

Crab R, Avnimelech Y, Defoirdt T, Bossier P, Verstraete W. 2007. Nitrogen removal techniques in aquaculture for a sustainable production. Aquaculture 270: 1-14.

Crab R, Defoirdt T, Bossier P, Verstraete W. 2012. Biofloc technology in aquaculture beneficial effects and future challenges. Aquaculture 357: 351-356.

Dabrowski K, Cierszko A. 2001. Ascorbic acid and reproduction in fish: endocrine regulation and gamete quality. Aquaculture Research 32: 623-638.

De Schryver P, Verstraete W. 2009. Nitrogen removal from aquaculture pond water by heterotrophic nitrogen assimilation in lab-scale sequencing batch reactors. Bioresource Technology 100: 1162-1167.

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara.

Ekasari J, Crab R, Verstraete W. 2010. Primary nutritional content of bio-flocs cultured with different organic carbon source and salinitiy. Hayati journal of Bioscience 17: 125-130.

Ekasari J, Zairin M, Putri DU, Sari NP, Surawidjaja EH,Bossier P. 2013. Biofloc-based reproductive performance of Nile tilapia Oreochromis niloticus L. broodstock. Aquaculture Research: 1-4

(26)

El-Sayed AFM, Kawanna M. 2004. Effects of photoperiod on the performance of farmed Nile tilapia (Oreochromis sp.): I. Growth, feed utilization efficiency and survival of fry and fingerlings. Aquaculture 231: 393-402.

Emerenciano M, Cuzon G, Goguenheim J, Gaxiola G. 2011.Floc contribution on spawning performance of blue shrimp Litopenaeus stylirostris. Aquaculture Research 19: 891-901

Fitzsimmons K, Gonzalez P. 2005. Over view of global trade and markets for tilapia – 2005. World Aquaculture 2005 Book of Abstracts, Bali, Indonesia. Gunasekera RM, Shim KF, Lam TJ. 1995. Effect of dietary protein level on

puberty, oosit growth and egg chemical composition in the tilapia, Oreochromis sp. (L.). Aquaculture 134: 169-183.

Hargreaves JA. 2006. Photosynthetic suspended-growth sistems in aquaculture. Aquacultural Engineering 34: 344–363.

Hepher B, PrugininY. 1981. Commercial fish farming: with special reference to fish

culture in Israel.John Wiley and Son. New York. 261 pp.

Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Departement of Fish Cultureand Fisheries. Wageningen Agricultural University.Wageningen. Netherlands.57-122 pp.

Kanazawa A, Teshima S, Ono K. 1979. Relationship between essential fatty acid requirements of aquatic animals and the capacity for bioconversion of linolnic acid to highly unsaturated fatty acids. Comparative Biochemistryand Physiology 63B: 295-298.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Rencana srategis kementrian kelautan dan perikanan 2010-2014. Jakarta.

Lawson TB. 1995. Fundamentals of Aquacultural Engineering. New York (US): Chapman & Hall.

Lin LY, Weng CF, Hwang PP. 2000. Effects of cortisol and salinity challenge on water balance in developing larvae of Tilapia (Oreochromis mossambicus). Chicago Journals 73: 8-10

Linan-Cabello MA, Paniagua-Michel J, Hopkins PM. 2002. Bioactive roles of caratenoids and retinoids in crustaceans. Aquaculture Nutrition 8: 299-309. Little DC, Azim ME. 2008. The biofloc technology (BFT) in indoor tanks: water

quality, biofloc composition, and growth and welfare of Nile tilapia (Oreochromis sp.). Aquaculture 283: 29-35.

McIntosh D, Samocha TM, Jones ER, Lawrenc AL, McKee DA, Horowitz S, Horowitz A. 2000. The effect of a bacterial supplement on the high-density culturing of Litopenaeus vannamei with low-protein diet in outdoor tank system and no water exchange. Aquculture Engineering 21: 215-227.

Mokoginta I. 1992. Essential fatty acid requirements of catfish (Clarias batracus Linn.) for broodstock development [Desertasi]. Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Popma TJ, Masser M. 1999. Tilapia: life history and biology. Southern Regional Aquaculture Center (USA): United States Department of Agriculture.

Rocha MJ. 2008. Fish Reproduction. California (USA): Science Publisher.

(27)

13

Santiago CB, Aldaba MB, Reyes OS. 1987. Influence of feeding rate and diet form on growth and survival of Nile Tilapia (Oreochromis sp.) fry. Aquaculture 64: 277-282.

Sumantadinata K. 1981. Pengembangbiakan Ikan-ikan di Indonesia. Bogor (ID): Sastra Huyada.

Suyanto. 1993. Nila. PT. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Tacon, A. 2000. Shrimp feeds and feeding regime in zero exchange outdoor tanks. Global Aquaculture Advocate 3 (2): 15-16

Teshima SI, Kanazawa A, Kushio S, Horinouchi K. 1988.Lipid metabolism in destalked prawn Penaeus japonicas I; induced maturation and accumulation of lipids in the ovaries.Nippon Suisan Gakkaishi 54: 1115-1122.

Teshima SI, Kanazawa A. 1983.Variation in lipid composition during the ovarian maturation of the prawn. Bull. Japan Society for the Science. Fish 49 (6): 957-962.

Xu WJ, Pan LQ. 2012. Effects of bioflocs on growth performance, digestive enzyme activity and body composition of juvenile Litopenaeus vannamei in zero-water exchange tanks manipulating C/N ratio in feed. Laboratory of Mariculture, Ministry of Education, Ocean University of China.

Zambonino-Infane JL, Cahu C. 1994. Development and response to a diet change of some digestive enzymes in sea bass (Dicetrarchus labrax) larvae. Fish Physiology and Biochemistry 12: 399-408.

(28)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Molase

Perhitungan jumlah molase mengacu pada Avnimelech (1999). Catatan : 1. % Nitrogen pakan : 16%

2. % Nitrogen ekskresi nila : 75%

3. % C pakan : 38%

Asumsi : ∑ pakan/hari = A

 ∑ Nitrogen = ∑ pakan/hari x % Nitrogen pakan/hari x % Nitrogen ekskresi Jadi molase yang ditambahkan per hari yaitu 1,22 kali pakan.

Lampiran 2 Analisis sidik ragam tingkat kelangsungan hidup

Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 2455.344a 3 818.448 8.337 .003

Intercept 108900.000 1 108900.000 1109.348 .000

Larva .000 1 .000 .000 1.000

INDUK 2177.622 1 2177.622 22.183 .001

Larva * INDUK 277.722 1 277.722 2.829 .118

Error 1177.989 12 98.166

Total 112533.333 16

Corrected Total 3633.333 15

(29)

15

Lampiran 3 Analisis sidik ragam laju pertumbuhan harian bobot

Source

Corrected Total 64.950 15

a. R Squared = .290 (Adjusted R Squared = .112)

Lampiran 4 Analisis sidik ragam pertambahan panjang mutlak

(30)

Source

Corrected Total 64.950 15

a. R Squared = .039 (Adjusted R Squared = -.201)

Lampiran 5 Analisis sidik ragam bobot akhir

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 903.082a 3 301.027 .391 .761

Intercept 185856.048 1 185856.048 241.694 .000

INDUK 298.331 1 298.331 .388 .545

Larva 575.508 1 575.508 .748 .404

INDUK * Larva 29.244 1 29.244 .038 .849

Error 9227.688 12 768.974

Total 195986.819 16

Corrected Total 10130.771 15

(31)

17

Duncana LPH 4 98.8140

PERLAKUA N

4 104.7463

SR 4 108.1050

FCR 4 119.4450

Sig. .348

Lampiran 6 Analisis sidik ragam panjang akhir

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .046a 3 .015 1.337 .309

Intercept 43.484 1 43.484 3767.504 .000

INDUK .019 1 .019 1.680 .219

Larva .027 1 .027 2.323 .153

INDUK * Larva 7.656E-5 1 7.656E-5 .007 .936

Error .139 12 .012

Total 43.669 16

Corrected Total .185 15

a. R Squared = .250 (Adjusted R Squared = .063)

Larva N

Subset for alpha = 0.05 1

Tukey Ba LPH 4 1.575

PERLAKUAN 4 1.640

SR 4 1.652

FCR 4 1.727

Duncana LPH 4 1.575

PERLAKUAN 4 1.640

SR 4 1.652

FCR 4 1.727

(32)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surakarta tanggal 18 Agustus 1992 dari ayah Arif Effendi dan ibu Sri Wahyuni. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis mengawali pendidikan di SD Muhammadiyah I Surakarta pada tahun 1998-2001 dan dilanjutkan di SDN 2 Rawa Laut Bandar Lampung 2001-2004. SMP Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2004-2007. SMAN 2 Bandar Lampung 2007-2010. Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Talenta Mandiri Institut Pertanian Bogor (UTMI) pada tahun 2010.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi pengurus di Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) sebagai Anggota Divisi Kewirausahaan 2011/ 2012 dan 2012/ 2013, asisten Teknologi Produksi Plankton, Bentos dan Alga 2013/ 2014 dan Nutrisi Ikan 2013/ 2014. Penulis pernah mengikuti kegiatan IPB Goes to Field 2012 dan ditempatkan di Kabupaten Brebes. Lomba yang pernah dimenangkan penulis antara lain, pendanaan PKM-P DIKTI 2012 dan melaksanakan magang pada tahun 2011 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Praktik Lapang pada tahun 2013 di Kolam Percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dengan judul

“Pembenihan Ikan Patin Pangasius sp. di Kolam Percobaan Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor”.

Tugas Akhir dalam pendidikan tinggi sarjana diselesaikan oleh penulis dengan menyusun skripsi yang berjudul “Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan

Gambar

Gambar 2 Bobot akhir rata-rata larva ikan nila ( Oreochromis sp.) yang berasal
Gambar 5 Pertambahan panjang mutlak larva ikan nila yang berasal dari induk  dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini peneliti menyarankan kepada pihak Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh agar menambah tenaga perpustakaan guna untuk membenah dan memperbaiki

3.8 2010: “ Ta s aww u r Pembangunan Dalam al-Qur’an: Satu Pemikiran Awal”, kertas kerja yang dibentangkan dalam The 5 th ISDEV International Graduate Workshop (INGRAW

Dalam metode saldo menurun, biaya depresiasi dari tahun ketahun semakin menurun, hal ini terjadi karena perhitungan biaya depresiasi periodik didasarkan pada

Penelitian ini mendeskripsikan pengaruh kualitas tidur yang terdiri 7 komponen yang menggambarkan kualitas tidur subjektif meliputi, latensi tidur, durasi tidur,

[r]

Implementasi pendidikan karakter melalui budaya sekolah memiliki nilai-nilai karakter yang dapat ditanamkan pada siswa, meliputi; (a) nilai kedisplinan: kegiatan “Sarapan

97 Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat disampaikan sebagai berikut, yaitu: Untuk

Organisasi Lini dan Fungsional adalah organisasi yang masing-masing anggota mempunyai wewenang yang sama dan pimpinannya kolektif. Organisasi Komite lebih