• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Minuman Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Minuman Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN MINUMAN KOPI DENGAN PENAMBAHAN

EKSTRAK BIJI MAHONI (

Swietenia mahagoni

Jacq.) PADA

TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI ALOKSAN

NUR FITRIYANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian Minuman Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(3)

ABSTRAK

NUR FITRIYANI. Pemberian Minuman Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan. Di bawah bimbingan AHMAD SULAEMAN.

Penyakit degeneratif seperti diabetes membutuhkan pengobatan yang aman dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari status glukosa darah dan glikogen hati tikus Wistar yang diinduksi aloksan sebanyak 15 ekor yang dibagi dalam 3 kelompok, yaitu: (1) kelompok kopi mahoni diberikan minuman kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni, (2) kelompok kopi diberikan minuman kopi tanpa penambahan ekstrak biji mahoni, dan (3) kelompok kontrol tidak diberikan minuman kopi apapun. Kelompok kontrol menunjukkan perubahan kadar glukosa darah yang positif sedangkan kelompok kopi dan kopi mahoni menunjukkan hasil yang sebaliknya. Intervensi yang diberikan memberikan pengaruh yang nyata (p<0.05) terhadap kadar glukosa darah sewaktu tikus. Kadar glukosa darah sewaktu kelompok kontrol berbeda nyata (p<0.05) dengan kelompok kopi maupun kelompok kopi mahoni. Kelompok kopi tidak berbeda nyata (p>0.05) dengan kelompok kopi mahoni. Perlakuan yang diberikan selama 21 hari tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05) terhadap kadar glikogen hati tikus.

Kata kunci : kopi, ekstrak biji mahoni, kadar glukosa darah, kadar glikogen hati

ABSTRACT

Degenerative disease such as diabetics requires safe and long-term medical treatments. The aim of this study was to measure blood glucose and liver glycogen status of 15 alloxan-induced Wistar rats which allocated into three groups, namely: (1) mahagony coffee group which had an intervention of coffee beverage with addition of mahogany seed extract, (2) coffee group which had an intervention of coffee beverage without addition of mahogany seed extract, and (3) control group which had no intervention of any coffee beverage. After 21 days of intervention, blood glucose level of control group changed positively, whereas blood glucose level of coffee group and mahagony coffee group changed otherwise. The intervention had an significant difference (p<0.05) to blood glucose level of rats. Blood glucose level of control group was significant difference (p<0.05) with coffee group and mahagony coffee group Nonetheless, blood glucose level between coffee group and mahagony coffee group was no significant difference (p>0.05). Moreover, the 21 days of intervention was given no significant difference (p>0.05) to liver glycogen level.

(4)

PEMBERIAN MINUMAN KOPI DENGAN PENAMBAHAN

EKSTRAK BIJI MAHONI (

Swietenia mahagoni

Jacq.) PADA

TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI ALOKSAN

NUR FITRIYANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Pemberian Minuman Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan

Nama : Nur Fitriyani NIM : I141000132

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Ahmad Sulaeman, MS Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah Subhanahu wata‘ala atas limpahan rahmat, hidayah, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada suri tauladan kita Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam beserta keluarganya dan para sahabatnya. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini adalah uji in vivo minuman fungsional, dengan judul Pemberian Minuman Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan.

Banyak sekali bimbingan dan dukungan yang diterima penulis selama penelitian ini berlangsung sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. Drajat Martianto selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan bimbingan selama penulis berkuliah di Gizi Masyarakat IPB.

3. Ibu Dr. Katrin Roosita, SP, MSi selaku dosen pemandu seminar dan penguji sidang yang telah membantu dan memberikan banyak masukan serta saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Kedua orangtua tercinta (H. Ramli, MPd dan Sri Mulyati), adik-adik tersayang, serta seluruh keluarga atas kasih sayang, doa dan dukungan yang tidak henti selama penulis berkuliah hingga selesai.

5. Bapak Mashudi, Teh Santi, Ibu Titi, Ibu Rizki dan Mba Ine atas bantuannya selama proses penelitian di laboratorium Gizi Masyarakat, serta Bapak Subangkit dan Bapak Endang atas bantuannya selama proses pengamatan dan analisis tikus di Fakultas Kedokteran Hewan.

6. Para dosen pengawas PKM yang telah memberikan masukan dan perbaikan selama proses penelitian ini.

7. Mohammad Fajrin Aziz yang telah menemani, memberi dukungan serta semangat dalam semua proses penyelesaian tugas akhir ini.

8. Sahabat-sahabat tersayang yang telah memberikan bantuan dan motivasinya: Nandika Hidayati, Novi Luthfiana, Dessi Amelia, Marsitha Dewi, dan Miftachur Rizqi.

9. Rekan-rekan Gizi Masyarakat 47 atas bantuan, dukungan dan semangatnya, serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah membalas keikhlasan dan kebaikan mereka semua.

Penulis memohon maaf atas segala kekurangan ataupun kekhilafan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Januari 2015

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

Manfaat Penelitian 3

METODE 3

Waktu dan Tempat 3

Alat dan Bahan 3

Minuman Kopi Fungsional 4

Induksi Aloksan Tikus Percobaan 4

Pengukuran Glukosa Darah 5

Analisis Glikogen Hati 5

Histopatologi Pankreas 7

Pengolahan dan Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Kadar Glukosa Darah 8

Kadar Glikogen Hati 10

Gambaran Hispatologi Pankreas 12

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

(8)

DAFTAR TABEL

1 Kadar glukosa darah sewaktu ketiga kelompok 10

DAFTAR GAMBAR

1 Kurva standar glukosa 7

2 Grafik perubahan kadar glukosa darah sewaktu (GDS) 9

3 Grafik delta perubahan kadar glukosa darah 9

4 Hasil pengukuran kadar glikogen hati 11

5 Hispatologi pankreas tikus normal 12

6 Hispatologi pankreas tikus kelompok kontrol 12

7 Hispatologi pankreas tikus kelompok kopi mahoni 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil pengukuran kadar glukosa darah tikus 18

2 Delta perubahan kadar glukosa darah sewaktu tikus 19

3 Hasil pengukuran kadar glikogen hati tikus 19

4 Contoh perhitungan kadar glikogen hati 20

5 Contoh perhitungan dosis yang diberikan 20

6 Pengolahan data kadar glukosa darah tikus 21

7 Pengolahan data delta kadar glukosa darah sewaktu tikus 21

8 Pengolahan data kadar glikogen hati tikus 22

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Diabetes merupakan penyakit kronis tidak menular yang terus meningkat prevalensinya setiap tahun di seluruh dunia. Sebanyak 171 juta orang (2.8% penduduk dunia) mengidap diabetes pada tahun 2000 (Wild et al. 2004). Prevalensi diabetes melitus di dunia kini sudah mencapai 387 juta penduduk (International Diabetes Federation 2014). Prevalensi Diabetes, khususnya diabetes melitus, di Indonesia mencapai 2.1% dari 200 juta penduduk (Riskedas 2013) dan menjadikan Indonesia sebagai negara urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi di dunia. Daerah yang mempunyai penderita penyakit ini paling banyak di Indonesia adalah DI Yogyakarta dengan prevalensi mencapai 2,6% (Riskesdas 2013). Diet tinggi kalori, obesitas dan gaya hidup yang salah diduga menjadi penyebab meningkatnya angka prevalensi di seluruh dunia, demikian juga di wilayah Asia (Klein et al. 2007).

Diabetes ditandai dengan kondisi hiperglikemia yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kerusakan pembuluh darah pada berbagai organ tubuh. Selain hiperglikemia, diabetes dapat disebabkan oleh kelainan genetik, faktor lingkungan, gangguan sistem imunitas, dan kelainan aktivitas insulin. Diabetes dapat menimbulkan komplikasi metabolik akut dan jangka panjang. Komplikasi jangka panjang dapat merusak pembuluh darah kecil (mikroangiopati) maupun pembuluh darah besar (makroangiopati) (Price dan Wilson 2002). Penyakit ini juga dapat menurunkan harapan hidup, meningkatkan morbiditas secara signifikan, serta memperburuk kualitas hidup seseorang (WHO 2006).

Penyakit degeneratif seperti diabetes membutuhkan pengobatan yang aman dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Beberapa obat oral yang bersifat hipoglikemik seperti sulfonylurea dan biguanida, mempunyai efek samping yang signifikan dan tidak efektif dalam mengobati penderita diabetes kronis (Pari dan Saravanan 2004). Berbagai penelitian mengenai kandungan fitokimia di dalam beberapa tanaman menunjukkan bahwa zat-zat fitokimia tersebut mempunyai efek antidiabetes dan tidak menimbulkan efek samping yang signifikan (Rao et al. 2003).

Salah satu tanaman yang mempunyai potensi tersebut adalah Swietenia mahagoni atau dikenal sebagai pohon mahoni. Biji dari pohon mahoni ini memiliki banyak khasiat dan kegunaan, di antaranya adalah antiinflamasi, antitumor, dan antimalaria. Di Indonesia dan India, biji mahoni sering digunakan untuk pengobatan diabetes secara tradisional (Joshi 2000). Ekstrak biji mahoni juga terbukti dapat memperbaiki nilai urea serum, asam urat, kreatinin, kolesterol, trigliserida, dan lipoprotein pada tikus percobaan. Karenanya, ekstrak biji mahoni berpotensi sebagai treatment diabetes alami yang aman dan menjanjikan karena dapat menekan stress oksidatif dan hiperlipidemia (De et al. 2011). Penelitian terbaru oleh Febriyany (2014) juga membuktikan ektrak etanol biji mahoni mempunyai efek hipoglikemik pada tikus percobaan.

(10)

berbahan dasar kopi. Van Dam dan Hu (2005) menyatakan bahwa mengonsumsi kopi secara rutin dapat menurunkan resiko diabetes tipe 2. Resiko tersebut dapat diturunkan sebanyak 29% dengan meminum kopi 4-6 cangkir sehari. Anugrahati et al. (2010) juga melaporkan bahwa kopi dapat menghambat penyerapan glukosa karena mengandung asam klorogenik.

Penggunaan ekstrak biji mahoni sebagai tambahan dalam minuman kopi belum dikembangkan sehingga peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut. Hidayati (2014) telah mengembangkan produk minuman kopi dengan penambahan ekstrak etanol biji mahoni. Uji organoleptik kepada 30 panelis menunjukkan bahwa panelis dapat menerima minuman kopi dengan penambahan 100 mg serbuk ekstrak biji mahoni. Minuman tersebut mempunyai odor, warna, aroma kopi, aroma asing, rasa manis dan rasa just about right meskipun rasa pahit, mouthfeel, flavour dan after taste minuman kopi iniagak kuat.

Berbagai kesimpulan di atas diharapkan dapat meningkat dan tidak memiliki efek samping yang signifikan seperti penelitian-penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, minuman kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni menarik untuk diteliti, terutama melalui metode in vivo untuk mengetahui lebih jauh potensi yang terdapat dalam minuman kopi tersebut.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah: apakah minuman kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) dapat memberikan efek terhadap status glukosa darah dan glikogen hati pada tikus percobaan?

Tujuan Penelitian

Penelitian Pemberian Minuman Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan ini bertujuan untuk mempelajari penurunan kadar glukosa darah dan penelitian glikogen hati tikus percobaan yang diberi minuman kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. mengetahui penurunan kadar glukosa darah sewaktu tikus percobaan; 2. mengetahui peningkatan kadar glikogen hati tikus percobaan; dan 3. mengetahui gambaran histopatologi pankreas tikus percobaan secara

kualitatif.

Hipotesis

(11)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai efek positif minuman kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni terhadap kadar glukosa darah. Hasilnya diharapkan dapat dijadikan referensi treatment dan minuman fungsional untuk penderita Diabetes.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) tahun 2014 yang diketuai oleh Nur Fitriyani dan beranggotakan Nandika Hidayati, Novi Luthfiana Putri, dan Riza Septia Ullyana. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2014. Penelitian ini terdiri dari masa intervensi, analisis kadar glikogen hati tikus dan histopatologi pankreas tikus. Masa intervensi pada tikus terdiri dari seminggu masa adaptasi dan tiga minggu masa intervensi di Fasilitas dan Kandang Mencit dan Tikus, Unit Pengelola Hewan Laboratorium, Fakultas Kedokteran Hewan. Analisis kadar glukosa darah dilaksanakan selama masa intervensi setiap tiga hari. Analisis glikogen hati tikus dilaksanakan selama dua minggu di Laboratorium Biokimia Gizi, Fakultas Ekologi Manusia. Hispatologi pankreas dilaksanakan selama satu minggu di Laboratorium Patologi, Fakultas Kedokteran Hewaan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah minuman kopi dengan ekstrak biji mahoni (Hidayati 2014). Hewan uji yang digunakan untuk intervensi adalah 15 ekor tikus wistar putih jantan lepas sapih berusia 2-3 bulan dengan berat ± 150 g. Bahan dan alat yang digunakan untuk analisis glukosa darah adalah pisau cutter, Blood Glucose Test Meter AGM-2100 (GlucoDr, Korea Selatan), Blood Glucose Test Strip (GlucoDr, Korea Selatan).

(12)

Minuman Kopi Fungsional

Bahan intervensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah minuman kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni yang diformulasikan oleh Hidayati (2014). Minuman tersebut sudah melalui uji organoleptik pada 30 panelis semi-terlatih dan menggunakan 3 formula kopi dengan penambahan masing-masing 100 mg, 200 mg dan 300 mg serbuk biji mahoni. Bahan penyusun minuman kopi tersebut terdiri dari 3 gram serbuk kopi instan, 12 gram creamer nabati, 30 mg sukralosa, 100 mg garam dan serbuk ekstrak biji mahoni. Serbuk biji mahoni yang dipakai merupakan hasil ekstraksi dan maserasi etanol 96% biji mahoni dan pengeringan dengan menggunakan vaccum drying. Ekstraksi biji mahoni dengan metode maserasi etanol 96% memiliki daya hambat terhadap enzim α-glukosidase paling baik (Febriyany 2014). Hasil dari uji organoleptik menunjukkan bahwa formula yang terpilih adalah formula kopi dengan penambahan 100 mg ekstrak biji mahoni. Formula kopi terpilih ini dianjurkan untuk diminum dan dilarutkan dalam 200 ml air per takaran saji, serta hanya dikonsumsi satu kali dalam sehari.

Penyesuaian jumlah takaran saji bahan intervensi perlu dilakukan karena adanya berbagai perbedaan metabolisme dan ukuran tubuh antara manusia dengan tikus percobaan. Menurut Reagan-Shaw et al. (2007), luas permukaan tubuh (Body Surface Area/BSA) merupakan parameter biologi mamalia yang paling mendekati dengan kondisi keseluruhan tubuh mamalia. Dosis yang digunakan pada hewan merupakan perkalian antara faktor korelasi berdasarkan berat badan dan luas permukaan tubuh manusia (Km pada manusia = 37) dan dosis ekstrak pada manusia dibagi dengan faktor korelasi pada tikus (Km pada tikus = 6). Dosis minuman kopi yang diberikan pada manusia dianjurkan sejumlah 200 ml per hari atau mengandung 0.1 gram serbuk ekstrak biji mahoni sehingga terdapat ekstrak biji mahoni sebesar 4.452 mg/kg BB tikus dalam 1 ml minuman kopi intervensi. Perhitungan dan keterangan selengkapnya terdapat pada lampiran 4.

Induksi Aloksan Tikus Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 ekor tikus Wistar jantan berusia 3 bulan dan memiliki berat 150 ± 10 g. Tikus Wistar digunakan karena mudah ditangani dan keagresifan pejantannya relatif lambat berkembang. Tikus sudah dikondisikan sehat, bebas cacing dan mempunyai kadar glukosa darah normal. Metode dan kriteria hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini menyesuaikan metode penelitian yang dilakukan oleh De et al. (2011).

(13)

kedua disuntikkan 3 hari setelah dosis pertama diberikan. Induksi dengan pola yang kedua memberikan hasil glukosa darah yang lebih stabil dibandingkan dengan pola induksi pertama.

Tikus yang sudah mengalami kondisi hiperglikemia dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

1. Kelompok kopi mahoni yang diberikan minuman kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni,

2. Kelompok kopi yang diberikan minuman kopi tanpa penambahan ekstrak biji mahoni, dan

3. Kelompok kontrol tidak diberikan minuman kopi apapun.

Masing-masing kelompok tersebut berjumlah 5 ekor tikus percobaan menurut WHO (1993). Setiap kelompok diberikan pakan khusus penelitian secara ad libitum dan air minum tinggi gula agar kondisi hiperglikemia dapat dipertahankan.

Pengukuran Glukosa Darah

Intervensi dilaksanakan selama 21 hari dengan pengecekan kadar glukosa darah dilakukan setiap tiga hari selama masa intervensi. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui perubahan glukosa darah yang terjadi pada ketiga kelompok tikus percobaan. Tahapan pengambilan darah disesuaikan dengan metode yang dilakukan oleh paramedik, yaitu strip glukosa dibuka dari kemasan, strip glukosa kemudian dipasangkan pada glukometer, ekor tikus dilukai sedikit dengan menggunakan cutter, tetesan darah ditempatkan pada sensor yang terdapat pada strip glukometer, dalam hitungan sekitar 10 detik, hasil dari pengukuran dapat terbaca pada layar glukometer. Setelah intervensi selesai, semua tikus dimatikan dan dilakukan pengambilan organ hati dari masing-masing tikus untuk dianalisis lebih lanjut.

Analisis Glikogen Hati

Analisis kandungan glikogen hati tikus terdiri dari dua tahapan, yaitu ekstraksi hati tikus dan pengukuran kadar glukosa darah cara Folin-Wu (Soewoto et al. 2001). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perubahan metabolisme glukosa pada ketiga kelompok, terutama proses glikogenesis. Hati tikus yang sudah diambil sebelumnya dimasukkan dalam NaCl 0.9 g/dL dengan suhu 4oC untuk menjaga kesegaran hati.

Ekstraksi hati tikus

Hati tikus dikeluarkan dari larutan NaCl 0.9 g/dL dingin dan dikeringkan sebentar di atas kertas, kemudian ditimbang serta dicatat beratnya. Hati dilumatkan dengan menggunakan homogenizer dan ditambahkan 100 mL akuades. Lumatan hati dimasukkan ke dalam gelas piala dan dipanaskan hingga mendidih. Asam asetat sebanyak 5 ml ditambahkan ke dalam lumatan tersebut untuk mengendapkan protein. Campuran tersebut dididihkan dan terus diaduk hingga volume menyusut separuh dari volume semula.

(14)

ditambahkan ke dalam filtrat sebanyak 4 kali volume filtrat. Didiamkan selama semalam agar glikogen mengendap. Endapan glikogen dipisahkan dari filtrat menggunakan sentrifugator dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Endapan tersebut ditambahkan 10 ml akuades dan 10 tetes HCl pekat, lalu dididihkan selama 10 menit untuk menghidrolisis glikogen. Setelah larutan dingin, dinetralkan dengan NaOH dengan menggunakan pH meter sebagai pengukur pH larutan. Setelah pH yang diinginkan tercapai, larutan tersebut dipindahkan ke dalam labu takar dan ditambahkan akuades hingga tanda tera. Larutan ini dianalisis dengan menggunakan metode Folin-Wu.

Pengukuran kadar glukosa dengan cara Folin-Wu

Pengukuran kadar glukosa darah dengan cara Folin-Wu membutukan tiga jenis larutan, yaitu larutan blanko (larutan aquades), larutan standar (larutan dengan penambahan glukosa standar) dan larutan uji (larutan filtrat hasil ekstraksi jaringan hati). Ketiga jenis larutan tersebut dituangkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda masing-masing sebanyak 2 ml. Sebanyak 2 ml tembaga alkalis dicampurkan dengan baik ke dalam tabung reaksi. Tabung reaksi berisi campuran tersebut diletakkan di penangas air mendidih selama tepat 8 menit lalu didinginkan dalam es selama 3 menit. Asam fosfomolibdat sebanyak 2 ml dicampurkan dengan baik ke dalam tabung reaksi dan didiamkan selama 3 menit untuk melarutkan Cu2O. Larutan siap dibaca dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm.

Metode di atas disesuaikan dalam penelitian ini pada penggunaan standar glukosa. Konsentrasi larutan glukosa standar yang digunakan adalah 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5 mg/ml. Kurva standar glukosa akan terbentuk berdasarkan hasil absorbansi pada panjang gelombang (λ) 420 nm. Kurva standar tersebut digunakan sebagai acuan dalam perhitungan kadar glikogen hati agar hasil yang didapatkan sesuai dengan berbagai kondisi alat dan bahan yang dipakai selama analisis. Berikut adalah rumus regresi linier yang terbentuk dari kurva standar tersebut beserta kurva standar glukosa yang didapatkan.

y=ax+b Keterangan :

y : absorbasi larutan pada λ=420 nm

(15)

Gambar 1 Kurva standar glukosa

Masing-masing hati tikus memiliki berat, volume pengenceran dan hasil absorbansi yang berbeda. Oleh karena itu, kadar glikogen hati tikus dapat diolah dengan menggunakan rumus berikut.

Pankreas salah satu tikus pada kelompok kontrol dan kopi mahoni diambil secara acak untuk analisis histopatologi pankreas dengan metode embedding paraffin (Sainte-Marie 1962) dan pewarnaan Gomori Krom Alum Hematoksilin (Bencosme dan Liepa 1955). Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pankreas pada kedua kelompok tersebut.

Jaringan pankreas yang telah diambil langsung difiksasi dalam larutan Buffered Neutral Formalin (BNF) 10% kemudian dilakukan grossing jaringan setebal 2 cm. Jaringan didehidrasi dengan alkohol bertingkat dari 70%, 80%, 90% 96% dan absolut masing masing 2 jam dengan automatic tissue processor. Setelah itu, dilakukan clearing dengan xylene sebanyak 3 kali masing masing 40 menit dan dilanjutkan embedding paraffin selama 2 jam.

Jaringan yang telah di-embedding dalam blok parafin dipotong dengan mikrotom. Ketebalan potongan sebesar 4-5 mikrometer dan ditempelkan dalam glass object. Selanjutnya, disimpan dalam inkubator untuk deparafinisasi. Jaringan diclearing kembali dengan xylene 3 kali masing-masing selama 5 menit dan rehidrasi pada alkohol abolut, 96%, 80% dan 70 % masing-masing selama 3 menit. Kaca preparat direndam dalam DW selama 5 menit dan dilakukan pewarnaan krom alum hematoksilin selama 30 menit, safranin selama 15 menit dan orange G selama 5 menit. Setelah selesai, dilakukan dehidrasi kembali dengan

(16)

alkohol bertingkat dari 70%, 80%, 96% dan absolut. Clearing dilakukan kembali dengan xylene 3 kali masing-masing 5 menit. Glass object ditutup dengan permount/entellan dan cover glass. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali secara kualitatif.

Pengolahan dan Analisis Data

Hasil pengambilan data kadar glukosa darah dan glikogen hati diolah dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS ver. 16 For Windows. Kedua data tersebut dianalisis secara deskriptif dan statistik melalui sidik ragam ANOVA dan uji lanjut LSD untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan. Perbedaan data dilihat dari signifikansi pada P<0.05. Selain itu, data glukosa darah dianalisis menggunakan sistem regresi linear untuk mengetahui tren perubahan data sebelum dan sesudah perlakuan yang diberikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Glukosa Darah

Diabetes melitus merupakan sekumpulan penyakit yang memiliki berbagai tanda dan gejala namun semua bentuk diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan oleh kelainan pada produksi insulin, aktivitas insulin maupun keduanya. Hiperglikemia kronis dapat menyebabkan disfungsi dan kerusakan berbagai organ, seperti mata, ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh darah. Diabetes melitus mempunyai etiologi yang heterogen dan salah satunya adalah kerusakan sel beta pankreas (Nelms et al. 2010).

Ketiga kelompok tikus yang sudah disuntik dengan aloksan diharapkan mempunyai kondisi hiperglikemia atau diabetes tipe 1. Aloksan bersifat diabetogenik dan dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel beta pankreas dalam waktu yang relatif cepat. Substansi ini akan diserap dengan cepat oleh sel beta pankreas. Aloksan akan menimbulkan peningkatan sekresi insulin dengan ada atau tidaknya keberadaan glukosa. Jaringan atau organ yang lain seperti hati, mungkin akan menyerap aloksan tersebut namun jaringan-jaringan lain lebih resistan terhadap toksisitas dari aloksan. Kerja aloksan dalam merusak sel beta pankreas merupakan kumpulan dari berbagai proses seperti reaksi oksidasi, penghambatan proses glukokinase, pembentukan radikal bebas dan mengganggu homeostasis kalsium intraselular (Szkudelski 2001).

(17)

Gambar 2 Grafik perubahan kadar glukosa darah sewaktu (GDS)

Berdasarkan grafik di atas, kelompok kontrol menunjukkan perubahan yang positif terhadap kadar glukosa darah dengan persamaan regresi linear y= 3.003x + 369.6. Slope positif menunjukkan kelompok ini mengalami peningkatan kadar glukosa darah setelah diamati selama 21 hari. Kelompok kopi menunjukkan perubahan yang negatif dengan persamaan regresi linear y= -2.679x + 254.8. Kelompok kopi mahoni juga menunjukkan perubahan yang negatif dengan persamaan regresi linear y= -7.382x + 340.5. Slope negatif menunjukkan kedua kelompok ini mengalami penurunan kadar glukosa darah setelah diamati selama 21 hari, namun kelompok kopi mahoni memiliki penurunan yang lebih besar dibandingkan kelompok kopi. Besarnya perubahan tersebut dapat dilihat pada delta perubahan pada masing-masing titik pengukuran seperti pada gambar 3. Uji statistik ANOVA menunjukkan perubahan kadar GDS tidak signifikan (p=0.770) pada ketiga kelompok.

Gambar 3 Grafik delta perubahan kadar glukosa darah

1 2 3 4 5 6 7

Kontrol -6.2 21.6 23.2 17 -22.6 33.8 -20.8

Kopi -335.4 7.6 238.2 -80.2 -88.2 151.8 -172.4

Kopi mahoni -424.4 -3 139.8 -8.2 -114.8 98.2 -39.4

-500

Kontrol 370 363.8 385.4 408.6 425.6 403 436.8 416

Kopi 422.4 87 94.6 332.8 252.6 164.4 316.2 143.8

Kopi Mahoni 576.8 152.4 149.4 289.2 281 166.2 264.4 225

(18)

Hasil uji statistik menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar glukosa darah sewaktu tikus (p=0.000). Rata-rata kadar glukosa darah ketiga kelompok disajikan pada tabel 1.

Tabel 1 Kadar glukosa darah sewaktu ketiga kelompok Hari

perlakuan

Glukosa Darah Sewaktu (mg/dL) Kelompok

kontrol Kelompok kopi Kelompok kopi mahoni

0 370 422.4 576.8 Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf supersript yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05)

Hasil rata-rata pengukuran kadar GDS pada hari ketiga dan keenam intervensi terlihat mengalami penurunan pada kelompok kopi dan kelompok kopi mahoni. Penurunan ini juga terlihat pada penelitian Li et al. (2005). Intervensi ekstrak biji mahoni hari keempat dan keenam menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap kelompok kontrol yang diamati.

Hasil uji lanjut (LSD) menunjukkan bahwa kadar glukosa darah sewaktu kelompok kontrol berbeda nyata dengan kelompok kopi (p<0.05) maupun kelompok kopi mahoni (p<0.05). Kelompok kopi tidak berbeda nyata dengan kelompok kopi mahoni (p>0.05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pemberian minuman kopi dengan atau tanpa ekstrak biji mahoni memberikan pengaruh penurunan kadar glukosa darah pada tikus hiperglikemia namun perubahan kadar glukosa darah tersebut tidak signifikan.

Kadar Glikogen Hati

(19)

Ketiga kelompok tikus percobaan memiliki kadar glikogen yang berbeda seperti disajikan dalam grafik berikut ini.

Gambar 4 Hasil pengukuran kadar glikogen hati

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf supersript yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05)

Rata-rata dari kelompok kontrol, kopi dan kopi mahoni masing-masing adalah 1.063 mg/g, 0.967 mg/g, 2.318 mg/g. Kelompok kopi mahoni memperlihatkan sedikit peningkatan kadar glikogen hati. Peningkatan kadar glikogen hati ini diduga karena adanya penambahan ekstrak biji mahoni. Ekstrak biji mahoni juga meningkatkan kadar glikogen hati tikus secara signifikan dalam penelitian Maiti et al. (2008). De et al. (2011) juga menyebutkan bahwa regenerasi sel beta pankreas dapat meningkatkan kinerja insulin serum sehingga dapat menekan stress oksidatif, memperbaiki profil lipid, metabolisme protein dan meningkatkan kadar glikogen hati.

Hasil uji statistik data ketiga kelompok menggunakan ANOVA pada penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar glikogen hati (p>0.05). Hasil ini tidak sejalan dengan van Dam dan Hu (2005) yang menyebutkan bahwa asam klorogenik juga dapat menurunkan pelepasan glukosa hati dengan menghambat pembentukan glukosa-6-fosfat. Glukosa-6-fosfat memicu terjadinya glikogenolisis atau pelepasan glikogen hati dan otot menjadi glukosa darah. Penghambatan glukosa-6-fosfat dapat mempertahankan kadar glikogen hati maupun otot dengan tidak mengubah glikogen tersebut menjadi glukosa darah. Kondisi ini juga tidak sesuai dengan penelitian Shearer et al. (2003) yang menyebutkan bahwa quinida dalam kopi dapat meningkatkan sensitifitas insulin.

(20)

Gambaran Histopatologi Pankreas

Pankreas adalah organ kelenjar yang mempunyai fungsi eksokrin maupun endokrin. Salah satu fungsi endokrinnya adalah memproduksi hormon insulin pada sel beta pulau Langerhans. Insulin adalah hormon polipeptida yang mempunyai efek anabolik pada jaringan perifer serta meningkatkan uptake dari glukosa, sintesis protein, lipogenesis, sintesis glikogen dan pertumbuhan. Oleh karena itu, kerusakan pada sel beta pankreas dapat mempengaruhi fungsi insulin dan metabolisme zat gizi (Canagaratnam 2004). Preparat pankreas yang telah diamati menunjukkan gambaran hispatologi pada beberapa gambar berikut ini.

Gambar 5 Histopatologi pankreas tikus normal.

Keterangan : warna cokelat menunjukkan sel beta (panah hitam), sel alfa berwarna merah muda dan sel delta berwarna ungu.

Gambar 6 Histopatologi pankreas tikus kelompok kontrol.

Keterangan : warna cokelat menunjukkan sel beta (panah hitam), sel alfa berwarna merah muda dan sel delta berwarna ungu.

Gambar 7 Histopatologi pankreas tikus kelompok kopi mahoni.

Keterangan : warna cokelat menunjukkan sel beta (panah hitam), sel alfa berwarna merah muda dan sel delta berwarna ungu.

(21)

pankreas tikus yang diinduksi aloksan mengalami kerusakan dan dikarakterisasi dengan kondisi hiperglikemia. Kelompok tikus kopi mahoni mengalami regenerasi sel beta namun masih mengalami kerusakan pada pulau Langerhans yang membuat sebaran regenerasi sel beta tidak merata. Gambaran histopatologis pankreas ini juga ditemukan pada penelitian Suryani et al. (2013) dan De et al. (2011).

Suryani et al. (2013) membuktikan bahwa tikus yang diinduksi MLD-STZ dan diberikan ekstrak biji mahoni berbagai dosis menunjukkan adanya perbaikan gambaran histologis jaringan pankreas. Ekstrak biji mahoni dapat menekan ekspresi TNF-α. TNF-α merupakan salah satu agen inflamatori yang merusak sel beta pankreas pada diabetes tipe 1 sehingga sel-sel tersebut tidak dapat menghasilkan insulin secara optimal.

Jaringan pankreas yang membaik membuat produksi insulin meningkat. Insulin mengontrol kondisi glukosa melalui tiga mekanisme aksi kerja. Mekanisme pertama, insulin mengirimkan sinyal kepada sel jaringan perifer yang sensitif terhadap insulin, khususnya otot untuk meningkatkan pengambilan glukosa ke dalam jaringan. Mekanisme kedua, insulin akan bekerja di organ untuk melakukan proses glikogenesis (konversi glukosa menjadi simpanan glikogen). Mekanisme ketiga, insulin secara simultan akan menghambat sekresi glukagon dari sel alpha pankreas, sehingga akan memberikan sinyal kepada organ hati untuk memberhentikan proses produksi glukosa melalui jalur glikogenolisis (konversi glikogen menjadi glukosa) dan glukoneogenesis (konversi asam amino dan laktat menjadi glukosa) (Aronoff et al. 2004).

Ekstrak biji mahoni mengandung saponin, flavonoid, tetranortriterpenoid atau limonoid bernama Swietinine, Swietenolida, 8,30-epoxy-swietenine asetat, Swietenolide diasetat (Dutta et al. 2011). Sianturi (2001) juga melaporkan bahwa senyawa bioaktif ekstrak biji mahoni melalui tingkat toksisitas dengan media larva udang berpotensi sebagai obat. Dosis yang tinggi atau semakin banyak campuran bahan alami yang diintervensikan dapat memberikan efek yang tidak spesifik pada tikus percobaan karena komponen aktif di dalamnya dapat berinteraksi secara sinergis, aditif maupun antagonis. Hidayati (2014) melaporkan bahwa produk kopi yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai tingkat toksisitas yang cukup tinggi yaitu 347.097 ppm. Tingkat toksisitas yang diukur dengan menggunakan media larva udang tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam produk kopi ini yaitu fenolik, flavonoid, terpenoid, triterpenoid dan kafein, dimana pada kadar tertentu senyawa-senyawa tersebut memiliki potensi toksisitas serta dapat menyebabkan kematian larva.

(22)

agar dapat diserap oleh usus. Senyawa bioaktif dalam ektrak biji mahoni juga mempunyai daya hambat terhadap α-glukosidase (Febriyany 2014).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan kadar glukosa darah kelompok tikus yang diberi kopi dengan ekstrak biji mahoni tidak berbeda nyata dengan kelompok tikus yang diberi kopi saja. Selain itu, kadar glikogen hati tikus percobaan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada ketiga kelompok. Hal ini mungkin terjadi karena ekstrak biji mahoni yang ditambahkan hanya sebanyak 4.452 mg/kg BB tikus per hari. Menurut Suryani et al. (2013), dosis ekstrak metanol sebanyak 250 mg/kg BB tikus memberikan pengaruh optimal terhadap kadar insulin, ekspresi TNF-α dan kerusakan jaringan pankreas tikus hasil induksi MLD-STZ. Dosis 100 mg/kg BB tikus juga menunjukkan perbaikan jaringan pankreas tikus walaupun hasilnya kurang optimal.

Dosis ekstrak etanol 100 mg/kg BB tikus juga sudah mempunyai efek hipoglikemik pada tikus percobaan (Febriyany 2014). Penambahan ekstrak yang jauh lebih sedikit ini diduga mempengaruhi efek terhadap kadar glukosa darah tikus percobaan. Meskipun demikian, dosis ekstrak etanol biji mahoni di atas 250 mg/kg BB tikus mempunyai potensi nefrotoksik (Rasyad et al. 2012). Penambahan ekstrak biji mahoni ke dalam makanan dan minuman fungsional harus diperhatikan lebih lanjut agar tidak menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan serta memiliki cita rasa dan penampilan yang baik secara organoleptik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kadar glukosa darah tikus percobaan pada ketiga kelompok memiliki perubahan yang berbeda setelah 21 hari intervensi. Kelompok kontrol menunjukkan perubahan kadar glukosa darah yang positif sedangkan kelompok kopi dan kopi mahoni menunjukkan hasil yang sebaliknya. Intervensi yang diberikan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar glukosa darah sewaktu tikus. Kadar glukosa darah sewaktu kelompok kontrol berbeda nyata dengan kelompok kopi maupun kelompok kopi mahoni. Kelompok kopi tidak berbeda nyata dengan kelompok kopi mahoni. Perlakuan yang diberikan selama 21 hari tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar glikogen hati.

Saran

(23)

DAFTAR PUSTAKA

[AEKI] Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2005. Statistik Kopi 1998-2005. Jakarta (ID): Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia.

Anugrahati NA, Golden L, Kardono B. 2010. Potensi beberapa kopi lokal indonesia sebagai inhibitor alfa-glukosidase. JITP 8: 11-16.

Aronoff SL, Berkowitz K, Shreiner B, Want L. 2004. Glucose metabolism and regulation: Beyond insulin and glukagon. Diabetes Spectrum 17:183-190. Bait Y. 2010. Efektivitas pemberian seduhan teh hitam, teh hijau (Camelia

sinensis var. assamica), teh daun murbei (Morus kanva) dan campurannya dalam aktivitas hipoglikemik pada tikus (Rattus norvegicus) diabetes [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bencosme SA, Liepa E. 1955. Regional differences of the pancreatic islet. J Endocrinology 57:588-593.

Boggs DA, Rosenberg L, Ruiz-Narvaez EA, Palmer JR. 2010. Coffee, tea, and alcohol intake in relation to risk of type 2 diabetes in african american women. AJCN 92:960–966.

Canagaratnam M. 2004. One Stop Doc Gastrointestinal System. London (UK): Arnold.

De D, Chatterjee K, Ali KM, Bera TK, Ghosh D. 2011. Antidiabetic potentiality of the aqueous-methanolic extract of seed of Swietenia mahagoni (l.) jacq. in streptozotocin-induced diabetic male albino rat: a correlative and evidence-based approach with antioxidative and antihyperlipidemic activities. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine 2011:1-11

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dutta M, Raychaudhuri, Chakroborty R, Maji D. 2011. Role of diet and plants on diabetic patients: a critical appraisal. Sci Cult 77:115-122.

Febriyany V. 2014. Uji potensi inhibitor alfa-glukosidase dan hipoglikemik ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai kandidat obat antidiabetes [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[FSANZ] Food Standards Australia New Zealand. 2003. Erucic Acid In Food: a Toxicological Review and Risk Assessment. Technical Report Series No. 21. [Internet]. [diunduh 2014 September 18]. Tersedia pada: http://www.foodstandards.gov.au

Hidayati N. 2014. Pengembangan produk kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai alternatif minuman fungsional diabetisi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[IDF] International Diabetes Federation. 2014. Diabetes: facts and figures [Internet]. [diunduh 2015 Januari 3]. Tersedia pada: http://www.idf.org/diabetesatlas/worlddiabetesday/toolkit/gp/facts-figures Joshi S. 2000. Medical Plants. New Delhi (IN): Oxford and IBH Publishing. Klein G, Kim J, Himmeldirk K, Cao Y, Chen X. 2007. Antidiabetes and

(24)

Li DD, Chen JH, Chen Q. 2005. Swetenia mahagony extract shows agonistic avtivity to PPARγ and gives ameliorative effects on diabetic db/db mice. Acta Pharmacol Sinica 26: 220-222.

Maiti AS, Dewanjee. 2008. Hipoglycemic effect of Swietenia macrophylla seeds againts type II diabetes. Internal Journal of Green Pharmacy 2: 224-227. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 2003. Harper’s Illustrated

Biochemistry. New York (US): McGraw-Hill

Nelms MN, Sucher K, Lacey K, Roth SL. 2010. Nutrition Therapy and Pathophysiology. Wadsworth (US): Cengage Learning.

Pari L, Saravanan R. 2004. Antidiabetic effect of diasulin, a herbal drug, on blood glucose, plasma insulin and hepatic enzymes of glucose metabolism hyperglycaemic rats. Diabetes, Obesity and Metabolism 6:286-292.

Price SA, Wilson LM. 2002. Pathophysiology : Clinical Concepts of Disease Processes. Missouri (US): Mosby, Inc.

Rao BK, Sudarshan PR, Rajasekhar MD, Nagaraju N, Rao CA. 2003. Antidiabetic activity of Terminalia pallida fruit in alloxan induced diabetic rats. J Ethnopharmacol 85:169-172.

Rasyad AA, Mahendra P, Hamdani Y. 2012. Uji nefrotoksik dari ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) terhadap tikus putih jantan galur wistar. Jurnal Penelitian Sains 15: 79-82.

Reagan-Shaw S, Nihal M, Ahmad N. 2007. Dose translation from animal to human studies. FASEB J. 22 : 659-661.

Sainte-Marie G. 1962. A paraffin embedding technique for studies employing immunofluorescence. J Histochem Cytochem 10:250-256.

Shearer J, Farah A, de Paulis T, et al. 2003. Quinides of roasted coffee enhance insulin action in conscious rats. J Nutr 133:3529-3532.

Sianturi AHM. 2001. Isolasi dan fraksinasi senyawa bioaktif dari biji mahoni (Swietenia mahagoni Jaq.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soewoto H, Sadikin M, Wanandi SI, Retno D, Abadi P, Prijanti AR, Harahap IP,

Jusman SWA. 2001. Biokimia: Eksperimen Laboratorium. Jakarta (ID): Widya Medika.

Suarsana IN, Priosoeryanto BP, Bintang M, Wresdiyati T. 2010. Profil glukosa darah dan ultrastruktur sel beta pankreas tikus yang diinduksi senyawa aloksan. JITV 15:118-123.

Suryani N, Endang T, Aulanni'am. 2013. Pengaruh ekstrak metanol biji mahoni terhadap peningkatan kadar insulin, penurunan ekspresi TNF-A dan perbaikan jaringan pankreas tikus diabetes. Jurnal Kedokteran Brawijaya 3:137-145.

Szkudelski T. 2001. The mechanism of alloxan and streptozotocin action in B cells of the rat pancreas : minireview. Physiol Res 50:536-546.

van Dam RM, Hu FB. 2005. Coffee consumption and risk of type 2 diabetes: a systematic review. JAMA 294:97-104.

[WHO] World Health Organization. 1993. Research Guidelines for Evaluating the Safety and Efficacy of Herbal Medicines. Manila (PH): Regional Office for The Western Pacific.

(25)

Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. 2004. Global prevalence of diabetes: estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care 27:1047-1053.

(26)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil pengukuran kadar glukosa darah tikus

Tanggal Kelompok Kontrol Kelompok Kopi Kelompok Kopi mahoni

(27)

Tanggal Kelompok Kontrol Kelompok Kopi Kelompok Kopi mahoni

Lampiran 2. Delta perubahan kadar glukosa darah sewaktu tikus Delta Kontrol Kopi mahoni Kopi

Lampiran 3. Hasil pengukuran kadar glikogen hati tikus

Kode hati (g) Berat pengenceran Volume (ml)

Volume Analisis (ml)

Absorbansi Kadar glikogen hati (mg/g)

(28)

Lampiran 4. Contoh perhitungan kadar glikogen hati

Diketahui persamaan linear kurva standar glukosa : y = 1.720x + 0.027

Glikogen hati = . . × ×

= . . . ×

. ×

= 1.078 mg/g

Lampiran 5. Contoh perhitungan dosis yang diberikan Diketahui :

Massa jenis larutan ekstrak biji mahoni : 0.883 mg/ml Volume total larutan ekstrak biji mahoni : 627 ml Jumlah serbuk kering yang dihasilkan : 1278 g Jumlah serbuk yang ditambahkan per hari : 100 mg Berat badan rata-rata manusia dewasa Indonesia : 55 kg

Km : Faktor korelasi berdasarkan berat badan dan luas permukaan tubuh Km pada tikus : 6

Km pada manusia : 37

Dosis ekstrak per g serbuk = ∗

= . ∗ = 0.433 mg/g

Dosis ekstrak per hari pada manusia =

= . = 43.32 mg

Dosis ekstrak per kg BB manusia =

= . = 0.722 mg/kg

Dosis ekstrak per kg BB tikus = dosis ekstrak pada manusia ×

(29)

Lampiran 6. Pengolahan data kadar glukosa darah tikus

(30)
(31)

Lampiran 9. Dokumentasi penelitian

Gambar 1 Kelompok kontrol Gambar 2 Hasil pembacaan glukosa darah

Gambar 3 Larutan glikogen Gambar 4 Larutan analisis Folin-Wu sebelum proses sentrifuge

(32)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 April 1992 dari ayah Ramli dan ibu Sri Mulyati. Penulis merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara. Penulis menempuh pendidikan menengah di SMA Negeri 99 Jakarta pada tahun 2009. Penulis diterima untuk melanjutkan pendidikan tinggi di mayor Ilmu Gizi, Fakultas Ekologi Manusia, IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010. Penulis menerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2012-2014.

Selama perkuliahan, penulis aktif di klub Kulinari Himagizi 2011/2013 dan menjadi ketua divisi oriental pada tahun 2012/2013. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan seperti Writing Day FEMA, Nutrition Fair IPB dan MPD Gizi IPB. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Tingkat Persiapan Bersama (TPB) (2013) dan Patofisiologi Gizi (2014).

Gambar

Gambar 1 Kurva standar glukosa
Gambar 3 Grafik delta perubahan kadar glukosa darah
Gambar 4 Hasil pengukuran kadar glikogen hati
Gambaran Histopatologi Pankreas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah “Diduga kinerja keuangan pada PT.(Persero) Angkasa Pura 1 Bandara Adi Soemarmo Solo cukup baik dilihat dari rasio keuangan yang

Simpulan: Penambahan vitamin C 1x1000 mg/hari selama rawat inap tidak bermakna secara statistik terhadap penurunan kadar IL-6 plasma,, MDA plasma, dan lama rawat

Bagi pihak lain dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber. informasi dan dapat digunakan sebagai data sekunder bagi

PREDIKSI BANYAKNYA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SURAKARTA DENGAN MODEL REGRESI SPASIAL LAG.. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

[8] Freescale Semiconductor , “ Integrated Silicon Pressure Sensor On-Chip Signal.. Conditioned, Temperature Compensated and Calibrated ”, diunduh

Di terbitkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang mengamanatkan partisipasi dari masyarakat mulai dari

menunjukkan bahwa citra perusahaan dari perusahaan yang terkana permasalahan product recall berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen dan niat beli

karyawan yang mendasarkan pada komitmen berkelanjutan, selain itu karyawan yang mendasarkan pada komitmen normatif memiliki hubungan positif dengan kesejahteraan