• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Stok Ikan Kembung Perempuan Rastrelliger brachysoma (Bleeker 1851) di Perairan Selat Sunda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Stok Ikan Kembung Perempuan Rastrelliger brachysoma (Bleeker 1851) di Perairan Selat Sunda"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN STOK IKAN KEMBUNG PEREMPUAN

Rastrelliger brachysoma

(Bleeker 1851) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

ICEN FRAGOLIA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kajian Stok Ikan Kembung Perempuan Rastrelliger brachysoma (Bleeker 1851) di Perairan Selat

Sunda” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir karya tulis ini.

Bogor, April 2015

(3)

ABSTRAK

ICEN FRAGOLIA. Kajian Stok Ikan Kembung Perempuan Rastrelliger

brachysoma (Bleeker 1851) di Perairan Selat Sunda. Dibawah bimbingan

ACHMAD FAHRUDIN dan MENNOFATRIA BOER.

Ikan kembung perempuan merupakan ikan pelagis kecil di perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten. Aktivitas penangkapan ikan hampir dilakukan setiap hari, sehingga dikhawatirkan terjadi penurunan stok. Oleh sebab itu dilakukan penelitian tentang kajian stok ikan kembung perempuan di perairan Selat Sunda guna mendapatkan alternatif pengelolaan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2014. Data primer yang dikumpulkan adalah panjang total, bobot basah, tingkat kematangan gonad (TKG), dan jenis kelamin. Ikan kembung perempuan betina memiliki nilai koefisien pertumbuhan 0.26 per tahun, lebih besar dari jantan 0.21 per tahun, sehingga ikan betina memiliki umur yang lebih panjang. Laju eksploitasi ikan kembung perempuan mencapai 80% yang mengindikasikan telah terjadi over eksploitasi di perairan Selat Sunda.

Kata kunci: Ikan kembung perempuan, PPP Labuan, Selat Sunda, kajian stok ikan

ABSTRACT

ICEN FRAGOLIA. Stock Assesment of Short Mackerel Rastrelliger

brachysoma (Bleeker 1851) In The Sunda Strait. Supervised by AHCMAD

FAHRUDIN and MENNOFATRIA BOER.

Short mackerel is a pelagic fish in the Sunda Strait landed in PPP Labuan, Banten. Fishing activities almost done every day, so it is feared a decline in the stock, therefore conducted study about asses the short mackerel stocks in Labuan to get a proper alternative continuity management. The study was conducted from June to October 2014. Primary data collected were the total length, wet weight, gonad maturity and sex. Short mackerel fish female have a growth coefficient (K) is 0.26 per year and is taller than 0.21 per year, so females have a longer life. The rate of exploitation of short mackerel fish to 80% that indicated short mackerel in Sunda Strait have over exploited.

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

KAJIAN STOK IKAN KEMBUNG PEREMPUAN

Rastrelliger brachysoma

(Bleeker 1851) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Kajian Stok Ikan Kembung Perempuan Rastrelliger

brachysoma (Bleeker 1851) di Perairan Selat Sunda

Nama Mahasiswa : Icen Fragolia

NIM : C24110023

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA

Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui:

Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini ialah Kajian Stok Ikan Kembung Perempuan

Rastrelliger brachysoma (Bleeker 1851) di Perairan Selat Sunda.

Kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan karya ilmiah ini, terutama kepada:

1 IPB yang telah memberikan kesempatan untuk studi.

2 Bidik Misi yang telah memberikan beasiswa selama studi di IPB.

3 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), DIPA IPB Tahun Ajaran 2014, kode Mak: 2014. 089. 521219, Penelitian Dasar untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitan dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB dengan judul

“Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Sumber daya Ikan Ekologis dan Ekonomis Penting di Perairan Selat Sunda, Provinsi Banten” yang

dilaksanakan oleh Prof Dr Ir Mennofatria Boer DEA (sebagai ketua peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia MSi (sebagai anggota peneliti).

4 Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc selaku dosen pembimbing akademik. 5 Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi dan Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA

selaku dosen pembimbing skripsi.

6 Taryono Kodiran, Spi, MSi selaku dosen penguji tamu

7 Ali Mashar, Spi, MSi selaku komisi pendidikan Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

8 Staf tata usaha Departemen Manajemen Sumber daya Perairan

9 Papa, mama serta keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan kasih sayangnya

10 Tim Penelitian BOPTN 2014 Labuan atas bantuan dan kerja samanya. 11 Keluarga besar MSP angkatan 48 dan teman-teman semuanya.

12 Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

Demikian Karya Ilmiah ini disusun, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2015

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pemikiran 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Pengumpulan Data 2

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 14

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 21

(8)

DAFTAR TABEL

1 Penentuan TKG secara morfologi (Cassie 1956 in Effendie 2002) 4 2 Rasio kelamin ikan kembung perempuan berdasarkan waktu

pengambilan contoh 10

3 Parameter pertumbuhan ikan kembung perempuan di Selat Sunda 13 4 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung perempuan 13 5 Perbandingan mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung

perempuan 16

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi pengambilan contoh PPP Labuan, Banten 3 2 Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) 9 3 Hasil tangkapan ikan di PPP Labuan tahun 2013 10 4 Grafik tingkat kematangan gonad ikan kembung perempuan betina (a),

jantan (b) 11

5 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan betina (a)

dan jantan (b) 12

6 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung perempuan betina dan jantan 12 7 Sebaran frekuensi ikan kembung perempuan dengan program

ELEFAN ikan kembung perempuan betina (a) dan jantan (b) 13 8 Grafik hubungan upaya dan ln CPUE model Fox 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sebaran frekuensi panjang 21

2 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan betina 22 3 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan jantan 22 4 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung perempuan betina 23 5 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung perempuan jantan 24 6 Proses menentukan mortalitas total (Z) berdasarkan kurva yang

dilinearkan berdasarkan data panjang 25

7 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung perempuan betina 27 8 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung perempuan jantan 28

9 Model surplus produksi 29

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan terletak di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. PPP Labuan berkembang pesat dengan potensi pendaratan ikan yang besar dan memiliki tiga tempat pelelangan ikan (TPI) meliputi TPI 1, TPI 2, dan TPI 3. Nelayan PPP Labuan melakukan kegiatan penangkapan berbagai jenis ikan pelagis, demersal dan karang di sekitar Pulau Panaitan, Pulau Krakatau, dan Pulau Sebesi. Ikan yang didaratkan di PPP Labuan sebagian besar berasal dari perairan Selat Sunda. Penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap meliputi payang, dogol, bagan rakit, bagan tancap, dan pukat cincin.

Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) merupakan salah satu jenis ikan pelagis kecil yang didaratkan di PPP Labuan. Menurut Zulbainarni (2010) in Permatachani (2014) sekitar 63% sumber protein hewani yang dikonsumsi masyarakat Indonesia berasal dari ikan, terutama ikan pelagis kecil. Ikan kembung perempuan adalah salah satu jenis ikan pelagis yang paling banyak dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai olahan seperti pindang atau dijual dalam bentuk segar. Hal tersebut menyebabkan daya tarik bagi nelayan untuk mengeksploitasi ikan kembung perempuan.

Pola pengelolaan yang kurang tepat terhadap sumber daya ikan kembung perempuan menjadi salah satu faktor terjadinya degradasi lingkungan yang menjadi penyebab menurunnya hasil tangkapan. Disamping itu terdapat fenomena yang muncul bahwa dengan hasil tangkapan ikan berukuran relatif lebih kecil mengindikasikan tingkat regenerasi ikan tidak sebanding dengan tingkat eksploitasi yang terjadi. Menurut KKP (2012) in Prahadina (2013) hampir seluruh ikan pelagis yang berada di perairan Selat Sunda mengalami penurunan, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji stok sumber daya ikan kembung perempuan di perairan Selat Sunda guna memperoleh usulan rencana pengelolaan yang lebih tepat dan berkelanjutan.

Kerangka Pemikiran

(10)

2

overfishing. Mortalitas alami dan penangkapan ikan berperan penting dalam

kelangsungan sumber daya, sehingga akan menyebabkan pertumbuhan dan rekruitmen ikan kembung perempuan terganggu.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji dinamika stok ikan kembung perempuan di perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dinamika stok ikan kembung perempuan dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan usulan pengelolaan sumber daya ikan kembung perempuan yang tepat dan berkelanjutan.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (Gambar 1). Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2014. Pengambilan contoh ikan kembung perempuan dilakukan pada pagi dan siang hari dengan mengunjungi tempat pelelangan ikan (TPI).

Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian adalah data primer dan sekunder. Data primer meliputi panjang total, bobot basah, TKG, dan jenis kelamin dengan menggunakan penggaris dengan skala terkecil 0.5 mm, timbangan dengan skala terkecil 5 gram, alat bedah, dan ikan kembung perempuan (Rastrelliger

brachysoma). Contoh ikan kembung perempuan diambil secara acak sebanyak 120

(11)

3 Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Data sekunder diperoleh dari tempat pelelangan ikan (TPI) Labuan, Banten meliputi data produksi dan upaya tangkapan dari tahun 2003 sampai dengan 2013.

Gambar 1 Lokasi pengambilan contoh PPP Labuan, Banten

Analisis Data

Identifikasi Ikan

Identifikasi digunakan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Ikan kembung perempuan dilakukan identifikasi dengan urutan sebagia berikut:

a. Ikan kembung perempuan yang masih segar disiapkan b. Sirip-sirip ikan direnggangkan, kemudian di gambar.

c. Memeriksa posisi bagian tubuh ikan, dan dilakukan identifikasi menggunakan buku Hasanudin Saanin 1984.

Rasio kelamin

Rasio kelamin adalah proporsi kelamin jantan dan betina dalam suatu populasi. Rasio jantan dan betina dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

P % = x 100 (1)

(12)

4

χ2 =

(oi - ei )

ei (2)

χ2 adalah peubah acak yang sebaran penarikan contohnya menghampiri sebaran

Chi-square, oi adalah frekuensi ikan jantan dan ikan betina yang teramati dan ei

frekuensi harapan ikan jantan dan betina.

Tingkat kematangan gonad ( TKG )

Menurut Effendie (2002) ada dua cara penentuan TKG, yaitu secara histologis dan morfologis. Cara histologis adalah pengamatan di laboratorium dan morfologis adalah pengamatan di laboratorium dan lapangan. Penentuan tingkat kematangan gonad ikan layur ditentukan secara morfologi menggunakan klasifikasi dari modifikasi Cassie pada Tabel 1.

Tabel 1 Penentuan TKG secara morfologi (Cassie 1956 in Effendie 2002)

TKG Betina Jantan

I Ovari seperti benang, panjangnya

sampai ke depan rongga tubuh, serta permukaannya licin

Testis seperti benang,warna jernih, dan ujungnya terlihat di rongga tubuh

II Ukuran ovari lebih besar. Warna ovari kekuning-kuningan, dan telur belum terlihat jelas

Ukuran testis lebih besar pewarnaan seperti susu

III

Ovari berwarna kuning dan secara morfologi telur mulai terlihat

Permukaan testis tampak bergerigi, warna makin putih dan ukuran makin telur sisa terdapat didekat pelepasan

Testis bagian belakang kempis dan dibagian dekat pelepasan masih berisi

Ukuran pertama kali matang gonad

Metode yang digunakan untuk menduga ukuran rata-rata ikan kembung perempuan yang pertama kali matang gonad adalah metode Spearmen-Karber yang menyatakan bahwa logaritma ukuran rata-rata mencapai matang gonad (Udupa 1986), dengan rumus sebagai berikut:

m= �� +�− � ∑� (3)

M= antilog m

(13)

5

Antilog (m ±1,96√� ∑ � � �

��− (4)

m adalah log panjang ikan rata-rata pada saat kematangan gonad, adalah log nilai tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah matang gonad, x adalah log pertambahan panjang pada nilai tengah, adalah proporsi ikan matang gonad pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan pada selang panjang ke-i, adalah jumlah ikan pada kelas panjang ke-i, adalah 1 – pi , dan M adalah panjang ikan rata-rata mencapai matang gonad sebesar antilog m.

Sebaran frekuensi panjang

Data panjang total ikan kembung perempuan yang diperoleh dari pengambilan contoh sebaran frekuensi panjang melalui:

a Menentukan jumlah selang kelas b Menentukan lebar selang kelas

c Menentukan frekuensi kelas dan frekuensi masing-masing kelas dengan memasukkan panjang tiap ikan contoh pada selang kelas yang telah ditentukan sebelumnya.

Sebaran frekuensi panjang digunakan untuk melihat pola penyebaran ukuran panjang ikan kembung perempuan betina dan jantan. Sebaran frekuensi panjang ikan ditentukan dalam selang kelas panjang yang sama. Kemudian diplotkan dalam sebuah grafik, sehingga dapat diduga pergeseran kelompok umur dalam sebaran kelas panjang antar pengambilan contoh.

Parameter pertumbuhan

Pendugaan parameter pertumbuhan menggunakan program FISAT (

FAO-ICLARM Stock Assesment Tools) II versi 1.2.2 dengan metode ELEFAN I

(Electronic Length-Frequency Analysis). Pendugaan terhadap nilai t0 (umur teoritik

ikan pada saat panjang sama dengan nol) diperoleh melalui persamaan Pauly (1983)

in Sparre dan Venema (1999), yaitu:

log (-t0) = 0.3922 – 0.2752 logL∞– 1.038 logK (45) (5) Lt adalah panjang ikan pada saat umur t (mm), L∞ adalah panjang asimtotik ikan (mm), K adalah koefisien laju pertumbuhan (mm per satuan waktu), t adalah umur ikan, t0 adalah umur ikan pada saat panjang sama dengan nol.

Hubungan panjang bobot

Analisis hubungan panjang bobot masing-masing spesies ikan digunakan rumus sebagai berikut (Effendie 1979):

(14)

6

W adalah bobot (gram), L adalah panjang total ikan (mm), α dan β adalah koefisien

pertumbuhan bobot. Nilai α dan β diduga dari bentuk linier persamaan di atas, yaitu,

log W = log a + b log L (7)

Parameter penduga a dan b diperoleh dengan analisis regresi dengan log W sebagai y dan log L sebagai x, sehingga diperoleh persamaan regresi:

yi= β0+ β1xi + εi (8)

Sebagai model observasi dan

i = b0+b1xi (9)

Konstanta b1 dan b0 diduga dengan:

b1 = ∑ xiyi Hubungan panjang dan bobot dapat dilihat dari nilai konstanta b (sebagai penduga tingkat kedekatan hubungan kedua parameter) yaitu dengan hipotesis:

1. H0: b = 3, dikatakan memiliki hubungan isometrik (pola pertumbuhan bobot sebanding pola pertumbuhan panjang)

2. H1: b ≠ 3, dikatakan memiliki hubungan allometrik (pola pertumbuhan bobot

tidak sebanding pola pertumbuhan panjang)

a. Bila b > 3, allometrik positif (pertambahan bobot lebih dominan) b. Bila b < 3, allometrik negatif (pertambahan panjang lebih dominan). Selanjutnya untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik uji sebagai berikut:

t

hitung

= |

b-3

Sb

|

(12)

Sb adalah galat baku dugaan b1 atau b yang diduga dengan:

Sb = s

2

∑ni=1xi2-1n(∑ni=1xi)2 (13)

(15)

7 gagal tolak atau terima hipotesis nol (H0) dengan pola pertumbuhan isometrik (Walpole 1993).

Mortalitas dan laju eksploitasi

Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan berdasarkan data komposisi panjang (Sparre dan Venema 1999) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan berdasarkan data komposisi panjang sedemikian sehingga diperoleh hubungan:

lnC L1,L2

∆t L1,L2 = h - Z t

L1+L2

2 (14)

Persamaan diatas diduga melalui persamaan regresi linear sederhana y = b0 + b1x dengan y =ln∆t LC L1,L2

1,L2 sebagai ordinat, x = t

L1+L2

2 sebagai absis, dan Z = -b (Lampiran 6). Mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999) sebagai berikut:

ln M = (-0,0152 - 0,279 ln L+ 0,6543 ln K + 0,463 ln T ) (15)

M adalah mortalitas alami, L∞ adalah panjang asimtotik pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy (mm), K adalah koefisien pertumbuhan pada persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy, t0 adalah umur ikan pada saat panjang 0, dan T adalah rata-rata suhu permukaan air (oC).

Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999) menyarankan untuk memperhitungkan jenis ikan yang memiliki kebiasaan menggerombol ikan dikalikan dengan nilai 0,8, sehingga untuk spesies yang menggerombol seperti ikan layur nilai dugaan menjadi 20% lebih rendah:

M = 0,8 e(-0,0152 - 0,279 ln L + 0,6543 ln K + 0,463 ln T) (16)

Mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan:

F = Z - M (17)

Laju eksploitasi (E) ditentukan dengan membandingkan laju mortalitas penangkapan (F) dengan laju mortalitas total (Z) (Pauly 1984):

(16)

8

Model produksi surplus

Model produksi surplus dipergunakan untuk menganalisis hasil tangkapan

(catch) dan upaya (effort) dalam pendugaan potensi ikan kembung perempuan.

Model produksi surplus dikembangkan oleh Schaefer dan Fox. Model tersebut dapat digunakan apabila hasil tangkapan catch per unit effort (CPUE) diketahui dengan baik.

Menurut Sparre dan Venema (1999) tingkat upaya penangkapan optimun (fMSY) dan tangkapan maksimum lestari (CMSY) dapat dihitung melalui persamaan: Ct

ft = a - bft dan ln

Ct

ft = a - bft (19)

masing-masing untuk model Schaefer dan model Fox, sehingga diperoleh dugaan fMSY untuk model Schaefer dan model Fox masing-masing:

fMSY = 2ba dan fMSY= 1b (20)

Serta CMSY masing-masing untuk model Schaefer dan model Fox, yaitu: CMSY= a

2

4b dan CMSY= 1 b e(a

-1) (21)

Model yang akan digunakan adalah model yang memiliki nilai determinasi (R2) yang paling tinggi. Nilai Potensi Lestari (PL), jumlah tangkapan yang diperbolehkan atau Total Allowable Catch (TAC), dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan dapat ditentukan dengan analisis produksi surplus berdasarkan prinsip kehati-hatian Syamsiah (2010 in Prahadina 2013):

PL = 90% x CMSY (22)

TAC = 80% x PL (23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Identifikasi ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)

(17)

9 perempuan (Rastrelliger brachysoma) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Parcomorphy Sub ordo : Scombroidea Famili : Scombridae Genus : Rastrelliger

Spesies : Rastrelliger brachysoma (Bleeker, 1851) Nama umum : Short Mackerel

Nama Lokal : Kembung Perempuan (Jakarta)

Gambar 2 Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) Dokumentasi: Koleksi pribadi

Ikan kembung perempuan memiliki ciri-ciri bentuk tubuh pipih dengan bagian dada lebih besar, bagian tubuh yang lain ditutupi oleh sisik yang berukuran kecil dan tidak mudah lepas, warna tubuh biru kehijauan di bagian punggung dengan titik gelap atau totol-totol hitam di atas garis rusuk sedangkan bagian bawah tubuh berwarna putih perak (Anwar 1970 in Ruswahyuni 1979).

Kondisi sumber daya ikan kembung perempuan di PPP Labuan, Banten

(18)

10

yang banyak digunakan untuk menangkap ikan kembung perempuan adalah purse seine.

Gambar 3 Hasil tangkapan ikan di PPP Labuan tahun 2013 Sumber: DKP 2013

Menurut DKP Kabupaten Pandeglang (2013) ikan kembung perempuan memiliki persentase sebesar 7% dari total penangkapan ikan yang sering didaratkan di PPP Labuan. Ikan kembung terdiri atas tiga jenis, yaitu ikan kembung lelaki, ikan kembung perempuan, dan ikan kembung. Ketiga ikan kembung tersebut berasal dari genus yang sama, yaitu Rastrelliger. Harga ikan kembung perempuan relatif mahal berkisar Rp 24000 sampai dengan Rp 35000 per kilogram. Hal tersebut sebagai salah satu daya tarik bagi nelayan dalam melakukan penangkapan ikan kembung perempuan.

Rasio kelamin

Rasio kelamin ikan kembung perempuan dilakukan analisis menggunakan uji

chi-square didapatkan proporsi kelamin ikan kembung perempuan betina dan

jantan tidak seimbang pada setiap pengambilan contoh. Secara keseluruhan rasio ikan kembung perempuan terdapat pada Tabel 1.

Tabel 2 Rasio kelamin ikan kembung perempuan berdasarkan waktu pengambilan contoh

Waktu Pengambilan Contoh N Jumlah Rasio

Betina Jantan Uji Chi-square

(19)

11

Tingkat kematangan gonad

Perkembangan gonad merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada gonad, sehingga dengan ciri-ciri perubahan tersebut bisa ditentukan TKG ikan. Informasi mengenai ikan akan memijah, mulai memijah, dan sudah selesai memijah dapat diketahui dari tingkat kematangan gonad (Effendie 2002). Tingkat kematangan gonad ikan kembung perempuan pada setiap pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 4 Grafik tingkat kematangan gonad ikan kembung perempuan betina (a), jantan (b)

Ikan kembung perempuan betina memiliki paling banyak TKG IV pada bulan Juni serta TKG I dan II pada bulan September sampai dengan Oktober. Sedangkan ikan kembung perempuan jantan memilki paling banyak TKG IV pada bulan Juni dan TKG I pada bulan Juli sampai dengan Oktober. Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung perempuan betina dan jantan berturut-turut sebesar 206 mm dan 210 mm.

Hubungan panjang dan bobot

Analisis pola pertumbuhan menggunakan data panjang dan bobot. Persamaan hubungan panjang dan bobot ikan yang dihasilkan dari perhitungan dimanfaatkan untuk menjelaskan pola pertumbuhannya. Hubungan panjang bobot ikan kembung perempuan betina dan jantan berturut-turut W = 0.000002L3.3331 dan W = 0.000005L3.1192 (Gambar 4). Selanjutnya hasil uji t (Lampiran 2) ikan kembung perempuan betina memiliki pola pertumbuhan allometrik positif, yaitu penambahan

(20)

12

bobot lebih dominan daripada panjang dan ikan kembung perempuan jantan memiliki pola pertumbuhan isometrik, yaitu pertambahan bobot sejalan dengan pertambahan panjang.

Gambar 5 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan betina (a) dan jantan (b)

Gambar 6 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung perempuan betina dan jantan

Parameter pertumbuhan

Pertumbuhan suatu individu merupakan pertambahan bobot atau panjang dalam satuan waktu, sedangkan pertumbuhan dalam populasi dinyatakan dalam jumlah individu yang bertambah (Effendie 2002). Hasil analisis pertumbuhan ikan

(21)

13 kembung perempuan betina dengan metode ELEFAN pada software FISAT (Tabel 2) diperoleh nilai K sebesar 0.26 per tahun dan L∞ sebesar 252.53 mm dan t0 -0.30 per tahun. Ikan kembung perempuan jantan (Tabel 2) diperoleh nilai K sebesar 0.21 per tahun dan L∞ sebesar 347.03 mm, serta nilai t0 sebesar -0.39 per tahun. Tabel 3 Parameter pertumbuhan ikan kembung perempuan di Selat Sunda

Contoh Ikan Parameter Pertumbuhan (per tahun)

K L∞ (mm) t0

Betina 0.26 252.53 -0.30

Jantan 0.21 347.03 -0.39

(a) (b)

Gambar 7 Sebaran frekuensi ikan kembung perempuan dengan program ELEFAN ikan kembung perempuan betina (a) dan jantan (b)

Sebaran frekuensi menggunakan metode ELEFAN dapat dilihat pada (Gambar 6) yang menunjukkan pergeseran kelompok umur pada setiap pengambilan contoh.

Mortalitas dan laju eksploitasi

Mortalitas total merupakan hasil penjumlahan laju mortalitas penangkapan (F) dan laju mortalitas alami (M) (King 1995). Berdasarkan Tabel 3 mortalitas alami ikan kembung perempuan betina dan jantan yaitu sebesar 0.3365 dan 0.3080. Nilai mortalitas tangkapan ikan kembung perempuan betina dan jantan sebesar 2.1676 dan 2.7639. laju eksploitasi ikan kembung perempuan betina dan jantan sebesar 0.8655 per tahun dan 0.8997 per tahun, diduga ikan kembung perempuan sudah mengalami over eksploitasi.

Tabel 4 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung perempuan

Parameter Nilai (Per tahun)

Betina Jantan

Mortalitas total (Z) 2.5042 3.0719

Mortalitas alami (M) 0.3369 0.3080

Mortalitas tangkapan (F) 2.1676 2.7639

(22)

14

Model surplus produksi

Analisis dilakukan dengan menggunakan dua model yaitu Schafer dan Fox (Lampiran 9) untuk mendapatkan nilai MSY. Hasil analisis ikan kembung perempuan memiliki MSY sebesar 889.92 ton per tahun dan fMSY sebesar 37786 trip per tahun. Nilai potensi lestari (PL) ikan kembung perempuan sebesar 800.92 ton per tahun dengan upaya sebesar 34007 trip per tahun dan jumlah tangkap yang diperbolehkan (JTB) sebesar 640.73 ton per tahun dengan 30228 trip per tahun

Gambar 8 Grafik hubungan upaya dan ln CPUE model Fox

Pembahasan

Perbandingan kelamin ikan kembung perempuan betina dan jantan setelah dilakukan uji Chi-square diperoleh proporsi kelamin yang tidak seimbang. Menurut Ismen (2005) perbedaan pada rasio kelamin terjadi karena adanya perbedaan panjang, dan kematangan seksual. Nikolsky (1963) menyatakan bahwa perbedaan ukuran dan jumlah salah satu jenis kelamin dalam populasi disebabkan perbedaan pola pertumbuhan, perbedaan umur pertama kali matang gonad, bertambahnya jenis ikan baru pada suatu populasi ikan yang sudah ada, dan perbedaan jumlah ikan jantan dan betina yang tertangkap oleh nelayan disebabkan pola tingkah laku migrasi ikan, baik untuk memijah ataupun mencari makan.

Ukuran pertama kali matang gonad betina dan jantan berturut-turut sebesar 206 mm dan 210 mm. Ikan kembung perempuan betina dan jantan sebagian besar banyak yang tertangkap pada ukuran yang lebih kecil dari ukuran pertama kali matang gonad. Penangkapan yang terus dilakukan tanpa memperhatikan kelangsungan sumber daya menyebabkan penurunan stok di alam. Menurut Prahadina (2014) proses penangkapan ikan kembung seharusnya memperhatikan ukuran pertama kali matang gonad, panjang ikan yang ditangkap sebaiknya lebih dari ukuran pertama kali matang gonad. Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung perempuan jantan lebih besar dibandingkan ikan kembung perempuan

ln CPUE = -3E-05effort + 4.1592 R² = 0.9966

0 10000 20000 30000 40000 50000

(23)

15 betina. Ukuran pertama kali matang gonad merupakan informasi yang sangat penting bagi indikator ketersedian stok reproduktif. Menurut Najamuddin et al. (2004), ukuran pertama kali matang gonad dan rasio kelamin dapat dijadikan indikator untuk menentukan ikan yang siap untuk ditangkap dengan menggunakan alat tangkap yang selektif.

Berdasarkan grafik tingkat kematangan gonad (Gambar 3) ikan kembung perempuan betina dan jantan yang tertangkap paling banyak memiliki TKG I pada bulan Juli sampai dengan Oktober, TKG 4 pada bulan Juni. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ikan kembung perempuan betina dan jantan di Selat Sunda telah mengalami growth overfishing, yaitu penangkapan yang dilakukan sebelum ikan tumbuh mencapai ukuran pertama kali matang gonad, dan recruitment

overfishing, yaitu penangkapan pada induk ikan yang belum melakukan pemijahan.

Menurut (Prahadina 2014) penelitian di lokasi yang sama menyatakan TKG ikan kembung perempuan jantan dan betina lebih banyak tertangkap pada TKG I dan II. Menurut Boer dan Aziz (2007) ikan yang masih muda tidak boleh ditangkap karena ikan-ikan tersebut tidak dapat memijah dan berkembang biak.

Berdasarkan (Gambar 4) persamaan ikan kembung perempuan betina dan jantan W = 0.000002L3.3331 dan W = 0.0000002L3.1192, dilakukan uji t dengan kesimpulan bahwa ikan kembung perempuan betina memiliki pola pertumbuhan allometrik positif, yaitu pertumbuhan bobot lebih dominan dibandingkan pertumbuhan panjang dan ikan kembung perempuan jantan memiliki pola pertumbuhan isometrik, yaitu penambahan bobot sejalan dengan panjang. Hal tersebut terlihat dari bentuk tubuh ikan kembung perempuan yang pipih dan besar dibagian dada. Menurut Rahman et al. (2012) perbedaan pola pertumbuhan dapat disebabkan karena adanya perbedaan tahap perkembangan gonad dan makanan.

Ikan kembung perempuan betina banyak terdapat pada selang kelas 226-235 mm dan jantan 126-135 mm. Perbedaan ukuran dan jumlah dalam populasi disebabkan adanya perbedaan pola pertumbuhan dan bertambahnya jenis ikan baru pada suatu populasi ikan yang sudah ada (Fandri 2012). Menurut Effendie (2002), faktor luar utama yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah perbedaan suhu dan ketersediaan makanan.

Pertumbuhan adalah penambahan panjang dan bobot pada satuan waktu. Hasil analisis parameter pertumbuhan ikan kembung perempuan betina dan jantan menggunakan metode Elefan K sebesar 0.26 per tahun dan L∞ sebesar 252.53 mm dan pertumbuhan ikan kembung perempuan jantan diperoleh nilai K sebesar 0.2 Per tahun dan L∞ sebesar 347.03 mm, sehingga jika dibandingkan ikan kembung perempuan jantan memiliki nilai panjang asimtotik lebih besar dibandingkan ikan kembung perempuan betina, diduga karena perbedaan jumlah contoh yang diambil dan faktor lingkungan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan kembung perempuan. Ikan kembung perempuan yang berumur muda akan cepat mengalami pertumbuhan dibandingkan dengan ikan berumur tua cenderung lambat. Menurut Sparre dan Venema (1999) koefisien pertumbuhan (K) didefinisikan sebagai parameter yang menyatakan kecepatan kurva pertumbuhan dalam mencapai panjang asimtotiknya (L∞). Nilai koefisien pertumbuhan yang tinggi membuat ikan semakin cepat mencapai panjang asimtotik dan berumur pendek, sebaliknya ikan yang memiliki koefisien pertumbuhan rendah umurnya semakin lama.

(24)

16

ikan kembung perempuan betina dan jantan berturut-turut sebesar 0.3365 dan 0.3080 per tahun. Menurut Effendie (2002) salinitas berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan kembung perempuan di perairan, sehingga mempengaruhi laju mortalitas alami. Mortalitas penangkapan (F) ikan kembung perempuan betina dan jantan berturut-turut sebesar 2.1676 dan 2.7639 per tahun. Kematian akibat penangkapan dipengaruhi oleh aktivitas alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan penangkapan yang dilakukan secara terus-menerus.

Laju eksploitasi (E) didefinisikan sebagai bagian sekelompok umur yang ditangkap selama ikan tersebut hidup. Menurut Gulland (1971) stok yang dieksploitasi optimal sama dengan 0.5. Laju eksploitasi ikan kembung perempuan betina dan jantan (Tabel 3) lebih besar dari 0.5 yang artinya ikan kembung perempuan di Selat Sunda sudah mengalami eksploitasi berlebih. Laju eksploitasi pada penelitian di lokasi yang sama (Tabel 4) menunjukan terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya.

Tabel 5 Perbandingan mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung perempuan

Penelitian Lokasi Jenis

Kelamin

Model sumber daya berfungsi untuk menduga hasil tangkapan maksimum lestari dan upaya tangkapan lestari. Analisis potensi model sumber daya tahun 2003 sampai dengan 2013 dilakukan dengan model Fox, nilai fMSY sebesar 37786 trip per tahun dan MSY sebesar 889.92 ton per tahun, dengan R2 sebesar 0.9967. Analisis Ln CPUE yang semakin menurun diakibatkan oleh upaya penangkapan yang semakin besar di setiap tahunnya. Penangkapan ikan kembung perempuan yang terus terjadi tanpa memperhitungkan keberlangsungan sumber daya menyebabkan pernurunan stok di alam, bahkan terjadinya kepunahan. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian terdahulu terhadap ikan kembung perempuan di lokasi yang sama (Prahadina 2014) yang mana trend CPUE yang menurun merupakan indikasi bahwa tingkat eksploitasi sumber daya ikan kembung apabila terus dibiarkan akan mengarah kepada suatu keadaan yang disebut overfishing. Menurut Badrudin et al. (2010), CPUE merupakan salah satu indeks kelimpahan stok dan merupakan salah satu indikator bagi status pemanfaatan serta indikator keberlanjutan pengembangan perikanan laut.

(25)

17 TKG IV ikan kembung perempuan pada bulan Juni paling banyak tertangkap, yaitu terjadinya pemijahan, sehingga diharapkan pada bulan Juni dilakukan pengurangan upaya penangkapan agar ikan kembung perempuan tetap lestari.

Menyusun usulan rencana pengelolaan ikan kembung perempuan di Selat Sunda mengacu pada pemanfaatan sumber daya perikanan yang harus seimbang dengan daya dukungnya, sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat secara terus menerus. Menurut Widodo dan Nurhakim (1998), tujuan utama pengelolaan perikanan adalah menjamin produksi yang berkelanjutan dari waktu ke waktu dari berbagai stok ikan (resource conservation), terutama melalui berbagai tindakan pengaturan (regulations) dan pengkayaan (enhancement) yang meningkatkan taraf kehidupan. Berdasarkan analisis ikan kembung perempuan mengalami overfishing,

yaitu upaya penangkapan lebih besar dibandingkan dengan hasil tangkapan. Ekspolitasi ikan kembung perempuan diharapkan dapat dikurangi pada bulan Juni ,dikarenakan pada bulan tersebut ikan kembung perempuan masih memiliki TKG IV dikhawatirkan jika terjadi eksploitasi lebih akan mengancam keberlangsungan induk ikan untuk memijah. Ikan kembung perempuan yang ditangkap harus sudah melewati ukuran pertama kali matang gonad. Menurut Prahadina (2014) aktivitas penangkapan ikan kembung perlu dikontrol dan dijaga secara baik agar memberikan kesempatan untuk memijah terlebih dahulu kepada ikan kembung sebelum tertangkap agar tidak mengganggu proses rekruitmen individu baru di daerah penangkapan.

Usulan pengelolaan lain yang dapat dilakukan adalah dengan aturan pembatasan atau larangan waktu penangkapan ketika terjadi musim pemijahan pada bulan Juni. Hal tersebut dilakukan guna memberikan kesempatan ikan kembung perempuan untuk melakukan reproduksi atau berkembang biak. Usulan pengelolaan yang dapat dilakukan selanjutnya adalah kerjasama antara pemerintah dengan nelayan, agar mendapat kebijakan yang tepat dan menghindarkan konflik yang mungkin terjadi. Menurut Widodo dan Nurhakim (2006) pengintegrasian perikanan kedalam pengelolaan pesisir penting dilakukan karena wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat rapuh dengan berbagai kepentingan yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya sehingga cenderung menyulut konflik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(26)

18

mortalitas penangkapan lebih besar dibandingkan dengan mortalitas alami, diduga ikan kembung perempuan di Selat Sunda mengalami overfishing.

Saran

Pemerintah diharapkan memberikan sosialisasi kepada nelayan dan masyarakat disekitar PPP Labuan agar melakukan pengurangan upaya penangkapan sampai jumlah tangkap yang diperbolehkan dan pembatasan pada musim pemijahan, yaitu bulan Juni.

DAFTAR PUSTAKA

Atmadja SB, Nugroho D, Suwarso, Hariati T, Mahisworo. 2003. Pengkajian stok ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Laut Jawa [Review of the fish stocks and fishery of the Java Sea Fishery Management Area]. In: Widodo J,Wiadnya NN, Nugroho D.(Eds). Prosiding forum pengkajian stok ikan laut 2003. Jakarta, 23-24 Juli 2003 PUSRIPTBRKP. Jakarta (ID): Departemen Kelautan dan perikanan. hlm 67-90.

Badrudin, Aisyah, Wiadnyana NN. 2010. Indeks kelimpahan stok dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan demersal di WPP Laut Jawa. Jakarta (ID): Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Boer M dan Aziz KA. 2007. Rancangan Pengambilan Contoh Upaya Tangkap dan Hasil Tangkap untuk Pengkajian Stok Ika. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan

Perikanan IndonesiaJilid 14. Nomor I: 67-71.

Direktorat Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumber

Perikanan Laut. Bagian I : Jenis-jenis ikan Ekonomis Penting. Jakarta (ID):

Departemen Pertanian Hlm 124-125.

Direktorat Kelautan dan Perikanan. 2013. Data Draf DKP tahun 2003 sampai dengan 2013

Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara.

Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Cetakan pertama. Bogor (ID): Yayasaan Dewi Sri.

Fandri D. 2012. Pertumbuhan dan reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger

kanagurta Cuvier 1817) di Selat Sunda. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Gulland JA. 1971. The fish resources of the ocean. West By fleet, Surrey. Fishing

News for FAO. Revised edition of FAO Fish. FAO. 425 hlm.

Ismen A. 2005. Age, growth and reproduction of the Goldband Goatfish, Upeneus

moluccensis (Bleeker 1855) in Iskenderun Bay, the Eastern Mediterranean.

(27)

19 King M. 1995. Fisheries biology, assessment, and management. London (ID):

Fishing News . hlm 341.

Najamuddin, Mallawa A, Budiman, Indar MYN. 2004. Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan layang deles (Decapterus macrosoma

Bleeker). Jurnal sains dan teknologi. Nomor 1:1-8.

Nikolsky GV. 1969. The ecology of fishes. New York (ID): Academic Press. hlm 325.

Pauly D. 1984. Fish population dynamics in tropical waters: a manual for use with programmable calculators. Filipina(ID): ICLARM. hlm 325.

Permatachani A. 2014. Kajian Stok Ikan Kembung Lelaki Rastrelliger kanagurta

(Cuvier 1816) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Prahadina DV. 2013. Kajian Stok Ikan Kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta

Cuvier 1817) di perairan Teluk Banten, yang didaratkan di PPN Karangantu, Banten. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Prahadina DV. 2014. Pengelolaan Perikanan Kembung (Genus: Rastrelliger) di Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan Banten. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rahman MM, Hosssain MY, Hossain MA, Ahamed F, Ohtomi . 2012. Sex ratio, length-frequency distribution and morphometric relationship of length length and length-weight for spiny eel, Macrognathus aculeatus in the Ganges River, NW Bangladesh. World Journal of Zoology. Nomor 7: 338-346.

Ruswahyuni, 1979. Makanan alami ikan kembung perempuan berdasarkan kelas ukuran panjang total dan tingkat kematangan gonad di sekitar perairan Jepara. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta (ID): Bina Cipta. Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok ikan Tropis buku manual

(edisi terjemahan). Kerjasama Organisasi Pangan, Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta (ID): Pusat penelitian dan pengembangan perikanan. hlm 438.

Steel RGD, Torrie JH. 1980. Principles and procedure of statistic : a biologicall

approach. New York (ID): Mic Grow Hill Company, Inc.

Syamsiyah NN. 2010. Studi dinamika stok ikan biji nangka (Upeneus sulphureus

Cuvier 1829) diperairan Utara Jawa yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Kabupaten Lamongan, Provinsi JawaTimur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Udupa KS. 1986. Statistical method of estimating the size at first maturity in fishes. University of Agricultural Sciences. India (ID): College of fisheries, Mangalore.

Widodo J, Nurhakim S, 1998. Konsep Pengelolaan Sumber daya Perikanan. Disampaikan dalam Training of Trainers on Fisheries Resource Management. 28 Oktober s/d 2 November 2002. Hotel Golden Clarion. Udupa KS. 1896. Statistical method of estimating the siza at first of fishes. Fishbyte. hlm 8-1

Widodo J, Nurhakim S. 2006. Pengelolaan sumber daya perikanan laut.

(28)

20

(29)

21

LAMPIRAN

Lampiran 1 Sebaran frekuensi panjang (mm)

Analisis ikan kembung perempuan dilakukan dengan melakukan miscrosoft excel, didapatkan nilai selang kelas bawah (SKB), selang kelas atas (SKA), selang kelas (SK) dengan interval kelas sebesar 10 mm, BKB (batas kelas bawah), BKA (batas kelas atas), BK (batas kelas) dengan setengan nilai standar terkecil sebesar 0.5 mm, dan xi (nilai tengah) sehingga didapatkan:

SKB SKA SK BKB BKA BK xi Betina Jantan

(30)

22

Lampiran 2 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan betina

Sb 0.1052

thit 3.1642

ttab 2.3226

thit > ttab maka tolak H0 b tidak sama dengan 3 (allometrik positif)

Lampiran 3 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan jantan

Sb 0.0677

thit 1.7606

ttab 2.2470

(31)

23 Lampiran 4 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung perempuan betina

SKB SKA Xi Pi 1-Pi(Qi) x(i+1)-xi

96 105 2.0022 0.0000 1.0000 0.0412

106 115 2.0434 0.0000 1.0000 0.0376

116 125 2.0810 0.0000 1.0000 0.0346

126 135 2.1156 0.0000 1.0000 0.0321

136 145 2.1477 0.0000 1.0000 0.0299

146 155 2.1775 0.0000 1.0000 0.0279

156 165 2.2055 0.0000 1.0000 0.0262

166 175 2.2317 0.0000 1.0000 0.0248

176 185 2.2565 0.0000 1.0000 0.0234

186 195 2.2799 0.0000 1.0000 0.0222

196 205 2.3021 0.0000 1.0000 0.0211

206 215 2.3233 1.0000 0.0000 0.0202

216 225 2.3434 0.8333 0.1667 0.0193

226 235 2.3627 0.8000 0.2000 0.0184

236 245 2.3811 1.0000 0.0000 0.0177

246 255 2.3988 0.0000 1.0000 0.0170

256 265 2.4158 0.0000 1.0000 0.0164

266 275 2.4322 0.0000 1.0000 0.0158

276 285 2.4479 0.0000 1.0000 0.0152

286 295 2.4631 0.0000 1.0000 0.0147

296 305 2.4778 0.0000 1.0000 0.0142

306 315 2.4921 0.0000 1.0000 0.0138

316 325 2.5058 0.0000 1.0000 0.0133

326 335 2.5192 0.0000 1.0000 0.0129

336 345 2.5321 0.0000 1.0000 0.0000

Total 3.6333 -2.6333 0.53

Rata-rata 0.1453 0.8546 0.0212

Ukuran pertama kali matang gonad (mm) 206.39 M = antilog (m) = antilog [Xk +

(

�) –(X ∑pi)]

(32)

24

Lampiran 5 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung perempuan jantan

SKB SKA Xi Pi 1-Pi(Qi) x(i+1)-xi

96 105 2.0022 0.0000 1.0000 0.0412

106 115 2.0434 0.0000 1.0000 0.0376

116 125 2.081 0.0000 1.0000 0.0346

126 135 2.1156 0.0000 1.0000 0.0321

136 145 2.1477 0.0000 1.0000 0.0299

146 155 2.1775 0.0127 0.9873 0.0279

156 165 2.2055 0.0000 1.0000 0.0262

166 175 2.2317 0.0000 1.0000 0.0248

176 185 2.2565 0.0000 1.0000 0.0234

186 195 2.2799 0.0000 1.0000 0.0222

196 205 2.3021 0.1000 0.9000 0.0211

206 215 2.3233 0.0000 1.0000 0.0202

216 225 2.3434 1.0000 0.0000 0.0193

226 235 2.3627 0.9231 0.0769 0.0184

236 245 2.3811 1.0000 0.0000 0.0177

246 255 2.3988 1.0000 0.0000 0.0170

256 265 2.4158 0.0000 1.0000 0.0164

266 275 2.4322 0.0000 1.0000 0.0158

276 285 2.4479 0.0000 1.0000 0.0152

286 295 2.4631 0.0000 1.0000 0.0147

296 305 2.4778 0.0000 1.0000 0.0142

306 315 2.4921 0.0000 1.0000 0.0138

316 325 2.5058 0.0000 1.0000 0.0133

326 335 2.5192 0.0000 1.0000 0.0129

336 345 2.5321 0.0000 1.0000 0.0000

Total 4.0357 20.9643 0.5299

Rata-rata 0.1614 0.8386 0.0212

Ukuran pertama kali matang gonad 210.7934 M = antilog (m) = antilog [Xk +

(

�) –(X ∑pi)]

(33)

25 Lampiran 6 Proses menentukan mortalitas total (Z) berdasarkan kurva yang

dilinearkan berdasarkan data panjang

Berdasarkan persamaan tangkap atau persamaan Baranov (Sparre an Venema 1999), tangkapan antara waktu t1 dan t2 sama dengan:

C (t1,t2) = �

� (N (t1)- N(t2)) (1.1)

N (t1) adalah banyaknya ikan pada saat t1, N(t2) adalah banyaknya ikan pada saat t2, F adalah mortalitas penangkapan, dan Z adalah mortalitas total. Fraksi ikan yang mati akibat penangkapan, �

� disebut laju eksploitasi. Oleh karena itu

N (t2) = N(t1) e –Z (t1-t2) (1.2)

Persamaan Baranov di atas dapat ditulis menjadi: C (t1,t2) = N (t1) �

� (1-e

-Z(t1-t2) (1.3)

N (t1) =N(Tr) e-Z(t1-t2) (1.4)

Sehingga

C (t1,t2) = N(Tr) e-Z(t1-t2)�

� (1 – e

-Z(t1-t2) (1.5)

N (Tr) adalah rekruitmmen. Selanjutnya dengan menggunakan logaritma di kiri dan kanan persamaan (1.5) diperoleh:

lnC (t1,t2) = d-Zt1 + ln ( 1- e-Z(t1-t2)) (1.6)

d = lnN(Tr) +ZTr = ln�

� (1.7)

Jika t2 – t1 = t3 – t2 = …. = suatu konstanta dengan satuan waktu yang diperoleh konstanta baru

g = d +ln(1- e-Z(t1-t2)) (1.8)

sehingga persamaan (1.8) dapat ditulis menjadi

lnC(t1,t2) g – Zt1 (1.9)

atau

(34)

26

Lampiran 6 (lanjutan)

menurut Van Sickle (1977) in Sparred an Venema (1999) cara lain dapat ditempuh untuk menyelesaikan (1.6) melalui:

ln(1 – e-x) ≈ ln(X) - � (1.11)

untuk X yang bernillai kecil (X< 1.0), sehingga

ln(1 – e-Z(t1-t2) - � −� (1.12)

dan persamaa (1.6) dapat ditulis ln � � −�

� −� = h – Z(t1 - Z (t1 – t2) (1.13)

atau ln� � +∆�

∆� = h – Z(t + ∆t) (1.14)

selanjutnya, bentuk konversi data panjang menjadi data umur dengan menggunakan persamaan Von Bertallanfy

t(L) = t0 – (

� ln (1- ∞)) (1.15)

Notasi tangkapan C(t1,t2) dapat diubah menjadi C(L1,L2) atau

C(t,t+∆t) = C (L1,L2) (1.16)

dan

∆t = t(L2) – t(L1) = ( ln ( ∞−

∞− )) (1.17)

Bagian (t + ∆t) pada persamaan 1.14 dapat dikonversikan kedalam notasi L1 dan L2 sehingga:

T(L1) + ∆t) ≈ ( + ) = t0 –(

� ln ( 1 - +

∞ ))) (1.18)

Sehingga ln� ,

∆� , = h – Zt ( +

(35)

27 Lampiran 6 (lanjutan)

yang membentuk persamaan linear dengan y = ln� ,

∆� , sebagai ordinat dan x = +

sebagai absis, dengan koefisien kemiringan persamaan, yaitu Z Lampiran 7 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung perempuan betina

SB SA Xi C(l1,l2) t(L1) ∆t t(L1/L2)/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)

E (laju eksploitasi) 0.8655

Z (total) 2.5042

L∞ (panjang asimtotik) 252.5300

to pauly -0.3003

1/k 3.8461

(36)

28

Lampiran 8 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung perempuan jantan

SB SA Xi C(l1,l2) t(L1) ∆t t(L1/L2)/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)

E (laju eksploitasi) 0.8997

Z (total) 3.0719

L∞ (panjang asimtotik) 347.0300

to pauly -0.30035

1/k 3.8462

(37)

29

Lampiran 9 Model surplus produksi

a. Standarisasi alat tangkap ikan kembung (Genus: Rastrelliger spp.)

ALAT TANGKAP C (ton) E (trip) CPUE (ton/trip) FPI

b. Data produksi dan upaya ikan kembung perempuan

Setelah dilakukan proporsi tangkapan ikan kembung perempuan sebesar 40% dari ikan kembung lelaki 35% dan ikan kembung 25% didapatkan sebagai berikut:

Tahun Produksi (kg) Upaya (Trip) CPUE LN CPUE fMSY (trip per tahun) 37786

R2 0.9966

Potensi lestari (ton per tahun 800.92

(38)

30

Lampiran 10 Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian

Gambar 1.1 penggaris (cm) Gambar 1.2 Kamera digital

Gambar 1.3 Alat bedah ikan Gambar 1.4 Timbangan (gram)

(39)

31

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1 Lokasi pengambilan contoh PPP Labuan, Banten
Tabel 1  Penentuan TKG secara morfologi (Cassie 1956 in Effendie 2002)
Gambar 2 Ikan kembung perempuan ( Rastrelliger brachysoma) Dokumentasi: Koleksi pribadi
Gambar 3 Hasil tangkapan ikan di PPP Labuan tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

rintangan yang harus dihadapi oleh pasangan suami istri banyak anak dalam melakukan.. komunikasi

melengkapi kebutuhan, memprioritaskan kebutuhan Selain itu, penulis menganalisa teknologi yang cocok digunakan untuk permasalahan yang ada. Penulis juga mengestimasikan

Ada pun beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan atau memperbaiki penyalahkaprahan makna kata tersebut, antara lain (a) mewajibkan redaktur dan

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh laboratorium kimia maya terhadap prestasi belajar siswa di Universitas Muhammadiyah Malang unit kursus yang

Berdasarkan gambar 7 tersebut menunjukan bahwa pada penilaian rata – rata dari kedua guru pada aspek pembelajaran memperoleh hasil persentase 89,55%, dan aspek isi memperoleh

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka hasil penilaian anak dalam menggunakan aplikasi yang telah dibuat, dapat dilihat pada Tabel 3. Berikut perhitungan

Hasil penelitian yang diperoleh berupa (1) bentuk partikel bahasa Jawa yang dipakai oleh masyarakat Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati terdapat delapan belas bentuk

, 2011), Effective tax rate sering digunakan sebagai salah satu acuan para pembuat keputusan dalam membuat suatu kebijakan perusahaan dan membuat kesimpulan