• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Partisipasi Peternak Dalam Program Kpsbu Pelayanan Kesehatan Hewan Dan Inseminasi Buatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Partisipasi Peternak Dalam Program Kpsbu Pelayanan Kesehatan Hewan Dan Inseminasi Buatan"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PARTIPASI PETERNAK DALAM PROGRAM KPSBU

PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DAN INSEMINASI

BUATAN

(Kasus: Desa Sukajaya Kecamatan Lembang,

Kabupaten Bandung Barat)

MUFIDA BANNI ANDITA PUTRI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tingkat Partipasi Peternak dalam Program KPSBU Pelayanan Kesehatan Hewan dan Inseminasi Buatan (Kasus: Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Mufida Banni Andita Putri

(3)
(4)

ABSTRAK

MUFIDA BANNI ANDITA PUTRI. Tingkat Partisipasi Peternak dalam Program KPSBU Pelayanan Kesehatan Hewan dan Inseminasi Buatan. Dibawah bimbingan RILUS A KINSENG.

Sektor pertanian dan sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang penting dalam meningkatkan perekonomian, teknologi dan sosial khusunya bagi masyarakat petani dan peternak di pedesaan. Namun, partisipasi masyarakat pedesaan terhadap sektor tersebut masih minim karena adanya berbagai faktor seperti pendidikan, umur, dan pengalaman. Pemerintah berupaya untuk tetap dapat mempertahankan dan mengembangkan usaha peternakan, serta partisipasi masyarakat melalui berbagai program dan penyuluhan kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk: menganalisis tingkat partisipasi peternak dalam program KPSBU; mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi dalam pelaksanaan program pemerintah; dan mengetahui hubungan antara persepsi dengan tingkat partisipasi. Metode penelitian ini menggunakan sensus. Penelitian ini dilakukan di Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi peternak berada pada kategori tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi yaitu usia, jenis kelamin, lama pendidikan, dan jumlah ternak, intensitas sosialisasi KPSBU, frekuensi penyuluhan dan sikap. Kata kunci: masyarakat, partisipasi, program KPSBU, sikap.

ABSTRACT

MUFIDA BANNI ANDITA PUTRI. Level of participation in the livestock animal health care and artificial insemination of KPSBU Program by RILUS A KINSENG.

Agriculture and livestock sectors are one of the important sectors in improving the economy, and social technology especially for the farmers, ranchers in the countryside. However, the participation of the rural communities of the sector is still low due to various factors such as education, age, and experience. Government seeks to continue to maintain and develop the farm, as well as community participation through various programs and outreach to the community. This study aims to: analyze the level of farmer participation in government programs. Identify the factors that influence the level of participation in the implementation of government programs; and determine the effect between the perception and the level of participation .This study uses sensus methods. This research was conducted in the village Sukajaya, District Lembang, West Bandung Regency as a village that has been included in the program of the KPSBU program. The result showed that the level participation of farmers are at high category. Factor that influence the level of participation are ages, sex, total of livestock, educations, socialization KPSBU intensity, frecuency extension and attitude.

(5)
(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

TINGKAT PARTIPASI PETERNAK DALAM PROGRAM KPSBU

PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DAN INSEMINASI

BUATAN

(Kasus: Desa Sukajaya Kecamatan Lembang,

Kabupaten Bandung Barat)

MUFIDA BANNI ANDITA PUTRI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)

Disetujui oleh

Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, M.Sc Ketua Departemen

Tanggal Lulus: _____________________

Judul Skripsi : Tingkat Partisipasi Peternak dalam Program KPSBU Pelayanan Kesehatan Hewan Dan Inseminasi Buatan (Kasus: Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) Nama : Mufida Banni Andita Putri

(9)
(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tingkat Partisipasi Peternak dalam Program KPSBU Pelayanan Kesehatan Hewan dan Inseminasi Buatan (Kasus: Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten

Bandung Barat)” dengan baik dan tepat waktu. Penulisan skripsi ditujukan untuk

memenuhi syarat untuk penyelesaian sarjana di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan moral dan material dari berbagai pihak yang mendukung penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan curahan waktunya kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini, terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Saharuddin, M.Si sebagai dosen penguji utama dalam kelancaran sidang skripsi, dan Bapak Martua Sihaloho, SP, M.Si sebagai dosen penguji akademik dalam kelancaran proses sidang skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang tercinta yaitu Ibu Elly Herliasih dan Ayah Budi Setiawan serta kepada kakak-kakak dan adik penulis Almira Aliyanissa, Tanri Arrizasyifaa, Fakhri Rasyad, Aliyah Hani, Rizky Andhika, atas motivasi dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman terutama SKPM 48 atas kebersamaannya khususnya untuk Sheilla, Nur Khairina dan Farah sebagai sahabat bimbingan yang selalu memotivasi ketika rasa malas melanda, teman-teman satu perjuangan selama di SKPM 48 yaitu M. Zainun Nashori Ashar, Khalida N. Adilah, Marya Ulfa, Rielisa AP Hutagaol, Indah Erina, Fitri Rabbani, Nur Fitria, Nashrul Lathif, Rusyad, Hanif, Abdul Ghani, Iwan, Faizal, Nanda, Nerissa, Anca, Sophia, Yunita, Nafiah, Yayuk, Jilal, Muti, Ka Mona, GG, dan Pamaung 48 atas kesediaannya berbagi pengalaman dan memberikan saran-saran dalam penulisan skripsi ini.

Semoga penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(11)
(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 5

Partisipasi 5

Sikap 8

Program Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jabar 9

Kerangka Pemikiran 10

Hipotesis Penelitian 11

Definisi Operasional 11

PENDEKATAN LAPANG 17

Metode Penelitian 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Teknik Pengumpulan Data 18

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 19

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21

Kondisi Geografis 21

Kondisi Demografis 21

Kondisi sarana dan prasarana 22

Karakteristik responden 27

TINGKAT PARTISIPASI DAN SIKAP PETERNAK DALAM PROGRAM

KPSBU 31

(13)

Tingkat Partisipasi Peternak dalam Tahap Menikmati Hasil 33 Tingkat Partisipasi Peternak dalam Tahap Evaluasi 34

Sikap Peternak terhadap Program KPSBU 35

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN SIKAP DENGAN

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM KPSBU 37 Hubungan Antara Usia dengan Tingkat Partisipasi Peternak 37 Hubungan Lama Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Peternak 38 Hubungan Antara Jumlah Ternak dengan Tingkat Partisipasi Peternak 39 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Partisipasi 40 Hubungan Antara Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Peternak 41 Hubungan antara Sikap dengan Tingkat Partisipasi Peternak 42

SIMPULAN DAN SARAN 45

Simpulan 45

Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 51

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

1 Definisi operasional sikap 11

2 Definisi operasional karakteristik individu 12

3 Definisi operasional faktor eksternal 13

4 Defisini operasional tingkat partisipasi peternak pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi 14

5 Pelaksanaan penelitian Tahun 2015 18

6 Metode pengumpulan data 19

7 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin 21

8 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian 232

9 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur 232

10 Jumlah dan persentase sarana perumahan di Desa Sukajaya 243 11 Jumlah dan persentase sarana ekonomi di Desa Sukajaya 243 12 Jumlah dan persentase sarana kesehatan di Desa Sukajaya 254 13 Jumlah dan persentase sarana pendidikan di Desa Sukajaya 254 14 Jumlah dan persentase prasarana jenis air bersih yang digunakan

masyarakat di Desa Sukajaya 265

15 Jumlah dan persentase prasarana MCK di Desa Sukajaya 266 16 Jumlah dan persentase prasarana jaringan jalan di Desa Sukajaya 226 17 Jumlah dan persentase persampahan di Desa Sukajaya 22 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia 27 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin 27 20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah ternak 28 21 Jumlah dan persentase responden berdasarkan lama pendidikan 28 22 Jumlah dan Persentase Peternak Berdasarkan Tingkat Partisipasi

Peternak di Desa Sukajaya Tahun 2015 31

23 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi responden pada tahap

perencanaan 32

24 Jumlah dan persentase peternak dalam tahap pelaksanaan program 33 25 Jumlah dan persentase peternak dalam tahap menikmati hasil 34 26 Jumlah dan persentase peternak dalam tahap evaluasi program 34 27 Jumlah dan persentase responden berdasarkan sikap terhadap

program KPSBU 35

28 Jumlah dan persentase peternak menurut tingkat partisipasi dan usia

peternak 37

29 Jumlah dan persentase peternak menurut tingkat partisipasi dan lama

pendidikan 38

30 Jumlah dan persentase peternak menurut tingkat partisipasi dengan

jumlah ternak 39

31 Jumlah dan persentase peternak menurut jenis kelamin dan tingkat

partisipasi 40

32 Jumlah dan persentase peternak menurut faktor eksternal dan tingkat

partisipasi peternak 41

33 Jumlah dan persentase peternak menurut sikap dan tingkat

(16)
(17)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Lokasi Penelitian 52

2 Waktu Penelitian 53

3 Pengolahan data secara kuantitatif 54

4 Daftar Populasi Penelitian 58

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari 17.000 pulau besar dan kecil membentang dari Sabang sampai Merauke. Menurut BPS tahun 2014, Indonesia memiliki jumlah penduduk mencapai 252.124.458 jiwa. Jumlah penduduk yang banyak dapat menjadi potensi besar dalam proses pembangunan. Akan tetapi, dapat menjadi beban yang berat karena kebutuhan pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan yang paling mendesak adalah kebutuhan lapangan kerja baru yang banyak harus tersedia setiap tahunnya karena penduduk yang terus meningkat. Hal ini hanya akan dapat diatasi jika dapat dicapai dengan kemajuan pada beberapa bidang terutama pada bidang ekonomi, teknologi, dan sosial. Sektor pertanian dan sektor peternakan menjadi sektor yang penting di pedesaan dalam meningkatkan perekonomian, teknologi, dan sosial di pedesaan khusunya bagi masyarakat. Kondisi minimnya partisipasi peternak di pedesaan terhadap sektor pertanian dan peternakan disebabkan oleh berbagai faktor seperti pendidikan, umur, dan pengalaman. Sebagai salah satu usaha untuk tetap dapat mempertahankan dan mengembangkan usaha peternakan adalah adanya penyuluhan agar tingkat partisipasi peternak semakin meningkat. Partisipasi peternak dalam pengembangan peternakan di pedesaan meliputi pengetahuan, pemikiran, ikut merencanakan, melaksanakan, menikmati keberhasilan, dan menikmati hasil dari usaha yang dilakukan.

(20)

2

penghubung antara negara dan masyarakat agar pengelolaan barang-barang publik membuahkan kesejahteraan. Secara substantif, partisipasi itu menyangkut tiga hal, yaitu: (1) suara (voice); (2) akses; (3) kontrol. Pada pelaksanaan program pemerintah desa dibutuhkan partisipasi dari peternak desa karena untuk terciptanya pembangunan desa. Indonesia sebagai negara agraris, pemerintah memberikan program-program bagi para peternak untuk meningkatkan kesejahteraan dan keberlangsungan hidup mereka. Program-program KPSBU Jabar merupakan program-program yang dibuat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya anggota yang termasuk ke dalam anggota kelompok ternak. Salah satu programnya yaitu pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan untuk ternak sapi perah. Oleh karena itu, topik ini perlu untuk diteliti karena belum pernah ada peneliti yang meneliti tingkat partisipasi peternak di Desa Sukajaya.

Perumusan Masalah

Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimana tingkat partisipasi peternak dalam program KPSBU di Desa Sukajaya?

2) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi peternak dalam pelaksanaan program KPSBU di Desa Sukajaya?

3) Apa kaitan antara sikap masyarakat dengan tingkat partisipasi peternak dalam pelaksanaan program KPSBU di Desa Sukajaya?

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian sebagai berikut:

1) Menganalisis tingkat partisipasi peternak dalam program KPSBU Jabar. 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi peternak

dalam pelaksanaan program KPSBU Jabar.

(21)

3

Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Untuk melihat sejauh mana tingkat partisipasi khususnya peternak dalam pelaksanaan program yang direncanakan oleh KPSBU Jabar dan perusahaan swasta setempat. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dari peternak dalam pelaksanaan program tersebut guna dalam mencapai swasembada susu nasional.

2. Bagi akademisi penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat memperbaiki kelemahan - kelemahan dari penelitian ini. 3. Bagi instansi terkait penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi

(22)
(23)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini diuraikan pendekatan teoritis yang dirujuk dalam melakukan penelitian. Selanjutnya akan diuraikan mengenai kerangka pemikiran yang akan dilanjutkan dengan hipotesis penelitian, definisi operasional dan definisi konseptual.

Partisipasi Pengertian Partisipasi

Uphof et al. dalam Yulianti (2012) menyatakan bahwa proses partisipasi masyarakat dilihat dari proses perencanaan (pengambilan keputusan), pelaksanaan, penikmatan hasil, dan evaluasi. Soetrisno (1995) menyatakan bahwa partisipasi adalah kemauan masyarakat untuk mendukung secara mutlak program-program yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh pemerintah. Pengertian tersebut menimbulkan kesan bahwa ada subordinasi dalam suatu sistem, dimana perencana pembangunan yang dalam hal ini adalah pemerintah menjadi pihak yang menempati hirarki yang terendah. Hal ini menyebabkan adanya eksploitasi terhadap peternak dalam pelaksanaan pembangunan. Castillo (1983) menyatakan bahwa partisipasi adalah suatu pendekatan untuk pembangunan dengan melibatkan masyarakat untuk memperbaiki kehidupannya melalui pembangunan. Menurut Soekanto dalam Abdussamad (1991) partisipasi adalah kegiatan nyata masyarakat secara aktif yang dilandasi oleh sikap, kehendak, dan kesadaran untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, Mardikanto (1987) mengartikan partisipasi sebagai keikutsertaan seseorang atau kelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa masyarakat turut serta dalam suatu kegiatan berdasarkan keinginan dan kemauan atas inisiatif sendiri bukan karena paksaan dari pihak mana pun.

(24)

6

dirinya sendiri adalah penting dan bukan hanya ideologi demokratis. Hal ini disebabkan oleh suksesnya program lebih terjamin apabila masyarakat berkepentingan ikut ambil bagian dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Apabila benar-benar berdasarkan partisipasi rakyat, maka proses tersebut dapat mengembangkan keterampilan peternak dan memupuk rasa kekeluargaan.

Jenis Partisipasi

Cohen dan Uphoff dalam Nasdian (2003) membagi bentuk keterlibatan masyarakat yang menunjukkan adanya partisipasi dalam pembangunan, yaitu sebagai berikut:

1) Partisipasi dalam pembuatan keputusan, yaitu masyarakat terlibat dalam memutuskan program atau proyek apa yang cocok atau bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

2) Partisipasi dalam penerapan kegiatan, yaitu masyarakat ikut serta melaksanakan program atau proyek yang sudah ditetapkan oleh mereka sendiri.

3) Partisipasi dalam menikmati hasil, yaitu masyarakat ikut memanfaatkan hasil-hasil proyek yang telah mereka kerjakan.

4) Partisipasi dalam evaluasi, yaitu masyarakat ikut mengevaluasi dan menilai berhasil tidaknya sebuah program atau proyek yang mereka kerjakan. Berdasarkan pernyataan di atas, tipe-tipe partisipasi didasarkan atas tahap-tahap kegiatan, yang dapat digolongkan antara lain tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi. Bentuk sumbangan dapat digolongkan, antara lain pikiran, tenaga, waktu dan modal.

Simanjuntak dalam Fahrudin (2011) mengatakan bahwa sumbangan dalam berpartisipasi dapat dirinci menurut jenisnya, sebagai berikut:

1. Partisipasi buah pikiran, yang diberikan partisipai dalam ajang sono, pendapat, pertemuan atau rapat,

2. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipasi dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan kepada orang lain dan sebagainya.

3. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam bentuk uang atau materi sebagai modal pembangunan,

4. Partisipasi keterampilan dan kemahiran, yang diberikan seseorang untuk mendorong aneka ragam bentuk usaha dan industri.

Partisipasi sosial yang diberikan seseorang sebagai keguyuban misalnya turut arisan, koperasi, melayat, kondangan. Selain jenis partisipasi diatas, Uphoff dalam Nasution (2002) menambahkan tentang jenis-jenis partisipasi masyarakat yaitu:

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan 2. Partisipasi dan pelaksanaan

(25)

7 Dimensi Partisipasi

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan tidak hanya terbatas pada pelaksanaan kegiatan pembangunan saja, tetapi pada semua kegiatan pembangunan. Pamudji (1997) menyatakan bahwa ada empat indikator partisipasi masyarakat, yaitu: (1) partisipasi dalam merencanakan kegiatan yaitu keterlibatan dalam bentuk kehadiran, menyampaikan pendapat, dan pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan; (2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan yaitu keterlibatan dengan penyediaan dana, pengadaan sarana dan pengorbanan waktu, tenaga sejak persiapan pelaksana kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan pasca pelaksanaan kegiatan yang berupa pemeliharaan hasil-hasil kegiatan; (3) partisipasi dalam mengendalikan kegiatan yaitu keterlibatan warga dalam bentuk penyusunan pedoman pengendalian dan (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan yaitu keterlibatan peternak dalam bentuk pemanfaatan hasil kegiatan.

Sajogyo (1980) mengemukakan bahwa indikator partisipasi petani dalam kegiatan pembangunan pertanian adalah: (1) adanya peluang ikut menentukan kebijaksanaan pembangunan di tingkat desa atau kecamatan, terutama di bidang-bidang dimana peternak diharapkan ikut bekerja atau berusaha; (2) adanya peluang ikut melaksanakan rencana pembangunan; dan (3) adanya peluang ikut menilai hasil pembangunan sampai dimana hasil-hasil tersebut telah memperbaiki keadaan mereka menurut ukuran dan pengalaman mereka.

Faktor yang mempengaruhi partisipasi

Kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan kepeternakan tergantung pada berbagai faktor dan dari hasil penelitian yang dilakukan Angell yang dikutip oleh Soetarso (1979) ialah:

1. Umur, yaitu bahwa orang-orang yang berada dalam kelompok umur pertengahan lebih banyak mendukung keteraturan moral peternak daripada kelompok umur yang lain.

2. Pendapatan, yaitu bahwa keluarga-keluarga yang berpendapatan tinggi lebih besar partisipasinya dalam urusan-urusan kepeternakan.

3. Pekerjaan, orang-orang yang menduduki jabatan yang lebih tinggi, lebih besar pula partisipasinya.

4. Sekolah, lebih tinggi kelas yang dicapai, lebih besar pula partisipasinya. 5. Pemberian suara dalam pemilihan umum, orang-orang yang tidak

memberikan suara dalam pemilihan umum juga kurang menaruh minat pada bentuk-bentuk partisipasi lainnya.

6. Kebangsaan, orang-orang yang dilahirkan di luar negeri lebih besar partisipasinya daripada yang dilahirkan di dalam negeri.

7. Ras, orang negro cenderung lebih banyak berpartisipasi dari pada orang kulit putih.

(26)

8

siapnya kemampuan sumberdaya manusia terutama di lingkungan instansi pemerintah untuk menempatkan peternak sebagai subyek pembangunan. Selain itu ada hambatan yang muncul pada saat akan menumbuhkan partisipasi masyarakat (Somamihardja, 1997) yaitu: (1) budaya paternalistik, budaya manut, terserah bapak/ibu saja (pasif); dan (2) kebiasaan dilayani, kebiasaan memerintah, kebiasaan akan dituruti, tidak pernah dibantah. Terdapat hubungan antara faktor yang melekat pada individu (usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan) dengan tingkat kemampuan dan kemauan peternak untuk berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan. Kemampuan dapat diperoleh dari pengalaman sehari-hari khususnya yang berkaitan dengan pengalaman dalam peternakan yang mampu membentuk kemauan peternak untuk berpartisipasi. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi perilaku individu, makin tinggi pendidikan yang diperoleh seseorang selama hidupnya maka akan memberikan peningkatan kemampuan dan kemauan peternak untuk berpartisipasi. Tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi motivasi dari sasaran untuk berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan. Tingkat partisipasi peternak dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang dimiliki peternak yang berhubungan dengan partisipasinya dalam sebuah program. Penelitian yang dilakukan lebih menyoroti partisipasi peternak guna menemukan jawaban atas pertanyaan tentang bagaimana tingkat partisipasi peternak dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi peternak dalam suatu program yang dipengaruhi oleh faktor yang melekat dalam diri individu. Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal masyarakat yaitu penyuluhan.

Kartasapoetra (1991) menyatakan bahwa penyuluh dalam arti umum merupakan suatu ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu dan masyarakat agar dengan terwujudnya perubahan tersebut dapat tercapai apa yang diharapkan sesuai dengan pola atau rencananya. Penyuluhan dengan demikian merupakan suatu sistem pendidikan yang bersifat non formal atau suatu sistem pendidikan di luar sistem persekolahan yang biasa, dimana orang ditunjukkan cara-cara mencapai sesuatu dengan memuaskan sambil orang itu tetap mengerjakan sendiri. Sementara itu Samsudin dalam Sadly (2004), memberikan pengertian penyuluhan sebagai suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat non-formal untuk para masyarakat dan keluarganya di pedesaan. Menurut Sastraatmadja (1986), penyuluhan pertanian atau peternakan merupakan pendidikan non-formal yang ditujukan kepada petani atau peternak beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua tujuan utama yang diharapkan.

Sikap

(27)

9 dalam menentukan sikap seseorang terhadap suatu objek perlu untuk adanya pembatasan konsep sikap hanya pada aspek afektif saja. Karena pada akhirnya sikap hanya dilihat sebagai tindakan yang bukan merupakan aspek inti pada individu. Sikap tidak terbentuk dengan sendirinya karena dipengaruhi karakteristik yang ada dalam individu itu sendiri. Azwar (2005) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, serta faktor emosi dalam diri individu. Soebiyanto (1998) menyatakan bahwa karakteristik sosial-ekonomi seperti tingkat pendidikan, umur, kekosmopolitanan dan tingkat kemampuan ekonomi mempengaruhi masyarakat desa dalam menanggapi ide atau informasi terhadap suatu hal.

Program Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jabar KPSBU telah berdiri sejak tahun 1971 dan terus berupaya mencapai tujuan menjadi model koperasi dalam menyejahterakan anggota. Tujuan utama dari KPSBU adalah untuk menghasilkan Core Commodity yang unggul, yakni susu segar yang dihasilkan peternak sebagai produk bermutu tinggi di pasaran. Tahun 1980 produksi susu di Lembang adalah 2.840 Kg/hari dan 10 tahun setelahnya meningkat menjadi 41. 891 Kg/hari. Populasi sapi perah tahun 1980 sebanyak 800 ekor, dan 10 tahun setelahnya meningkat populasi sapi perahnya menjadi 7.026 ekor, dan terakhir dihitung tahun 2013 lalu populasi sapi perah di Lembang mencapai 16.799 ekor dan produksi susunya mencapai 109.500 Kg/hari. KPSBU menghadirkan beberapa produk dan pelayanan yaitu:

1. Pemasaran susu, koperasi mengumpulkan susu segar dari peternak untuk dikirimkan ke Industri Pengolahan Susu, yakni PT. Frisian Flag Indonesia dan PT. Danone Dairy Indonesia.

2. Pinjaman ke anggota, koperasi memberikan pinjaman tanpa bunga kepada anggota.

3. Waserda menyediakan barang kebutuhan rumah tangga dan kandang dan layanan antar ke rumah peternak.

4. Program kesehatan anggota, anggota mendapatkan pelayanan kesehatan melalui kerjasama dengan penyedia pelayanan kesehatan swasta.

5. Pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan untuk ternak sapi perah.

(28)

10

Tingkat partisipasi

peternak Program KPSBU Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan program KPSBU dimulai dari Desa Sukajaya, dan program pelayanan kesehatan hewan ini merupakan program yang paling lama sudah dijalankan dimulai dari tahun pertamanya berdiri KPSBU di Lembang. Pada pelaksanaan program untuk peternak dibutuhkan tingkat partisipasi dari para anggotanya. Tingkat partisipasi dari anggota berhubungan dengan karakteristik individu berupa jenis kelamin, usia, lama pendidikan dan jumlah ternak, selain karakteristik individu, tingkat partisipasi berhubungan pula dengan faktor eksternal berupa intensitas sosialisasi KPSBU dan frekuensi penyuluhan. Selain faktor eksternal dan karakteristik individu, sikap peternak terhadap program KPSBU berhubungan pula dengan tingkat partisipasi peternak dalam program. Sikap peternak mengenai program saling berhubungan pula dengan karakteristik individu dari peternak itu sendiri.

Ket:

: Hubungan

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Faktor eksternal: 1. Intensitas

sosialisasi KPSBU 2. Frekuensi

penyuluhan Karakteristik individu:

1. Jenis kelamin 2. Usia

3. Lama pendidikan 4. Jumlah ternak

Sikap peternak terhadap program

(29)

11 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga terdapat hubungan antara faktor eksternal berupa intensitas sosialisasi KPSBU dan intensitas penyuluhan dengan tingkat partisipasi 2. Diduga terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan karakteristik

individu

3. Diduga terdapat hubungan antara sikap dengan tingkat partisipasi.

Definisi Operasional

Rumusan definisi operasional untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sikap

Sikap menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kesiapan untuk bertindak (Rahmawati 2014). Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Definisi operasional sikap

Variabel Definisi Operasional Uraian Jenis data menggunakan skala likert yang terdiri dari lima tingkatan jawaban 1. Sangat setuju: skor 5

2. Setuju diberi: skor 4 3. Ragu-ragu: skor 3 4. Tidak setuju: skor 2 5. Sangat tidak setuju: skor 1

Responden diminta untuk memilih pilihan pada setiap pernyataan tentang sikap masyarakat terhadap program KPSBU. Pilihan jawaban tersebut mempresentasikan suatu skala yang mempunyai nilai positif, netral sampai negatif. Kemudian digolongkan secara ordinal menjadi: 1. Sikap postif, total skor 19-43 2. Sikap netral, total skor 44-68 3. Sikap negatif,total skor 69-95

Skor di atas diperoleh dari jumlah pernyataan pada kuisioner penelitian yang berjumlah 19 pernyataan.

(30)

12

2. Karakteristik individu

Karakteristik suatu sifat atau watak atau kepribadian yang khas dari seseorang dan respon terhadap program. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Definisi operasional karakteristik individu

Variabel Definisi operasional Uraian Jenis

data Usia Selisih antara tahun

responden dilahirkan

Faktor internal individu (usia) ini diberi skor berdasarkan data yang didapat di lapangan (dalam tahun). Kemudian digolongkan menjadi 3 kategori menurut Havigurst:

Jenis kelamin digolongkan menjadi dua kategori, yaitu:

Berdasarkan jumlah ternak yang diperoleh dari lapangan yang diberi kode, yaitu:

1. Peternak besar (lebih dari rata-rata jumlah ternak responden ditambah ½ SD (X≥x+ ½ SD): skor 3

2. Peternak sedang (sama dengan rata-rata jumlah ternak responden (X- ½ SD < X < X+ ½ SD): skor 2

3. Peternak kecil (kurang dari rata-rata jumlah ternak responden ditambah ½ SD (X≥x+ ½ SD): skor 1

(31)

13 3. Faktor eksternal

Faktor yang berasal dari luar individu peternak itu sendiri yaitu intensitas sosialisasi KPSBU dan tingkat implementasi penyuluhan. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Definisi operasional faktor eksternal

Variabel Definisi Operasional Uraian Jenis

data

Intensitas sosialisasi KPSBU diukur dengan menggunakan: 1. Tidak pernah skor 1 2. Jarang skor 2

3. Sering skor 3 4. Sering sekali skor 4

Skala

Intensitas penyuluhan diukur dengan menggunakan

1. Tidak pernah skor 1 2. Jarang skor 2

3. Sering skor 3 4. Sering sekali skor 4

(32)

14

4. Tingkat partisipasi

Definisi operasional Tingkat Partisipasi Arnstein (1969) melalui Tahapan Partisipasi Uphoff et al. (1979) yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Defisini operasional tingkat partisipasi peternak pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi

Tahapan Definisi operasional Indikator dan cara pengukuran Perencanaan Keikutsertaan

3. Dipaksa oleh penyelenggara: skor 2 4. Kesadaran sendiri: skor 3

Keaktifan dalam pertemuan:

1. Tidak memberikan pendapat: skor 1

2. Memberikan pendapat karena diminta oleh penyelenggara: skor 2 3. Memberikan pendapat atas inisiatif

sendiri: skor 3 1. Tidak memiliki peran: skor 1 2. Memiliki peran karena diminta oleh

penyelenggara: skor 2

3. Memiliki peran karena inisiatif sendiri: skor 3

Tidak kedudukan peran:

1. Lebih rendah dari penyelenggara: skor 1

2. Setara dengan penyelenggara: skor 2

3. Lebih tinggi dari penyelenggara: skor 3

Motivasi kehadiran: 1. Tidak hadir skor 0 2. Ikut-ikutan skor 1

(33)

15 Tahapan Definisi operasional Indikator dan cara pengukuran Menikmati

Hasil

Keikutsertaan

masyarakat dalam memanfaatkan dan menikmati hasil dari kegiatan program.

Peningkatan kualitas susu dan ternak setelah mengikuti program: hewan dan inseminasi buatan. Diukur melalui keikutsertaan dalam penyampaian kendala, kritik, saran, pembuatan laporan tentang program pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan.

Motivasi kehadiran: 1. Tidak hadir skor 0 2. Ikut-ikutan skor 1

(34)
(35)

17

PENDEKATAN LAPANG

Pendekatan lapang memuat informasi mengenai pendekatan penelitian yang digunakan ketika penelitian di lapangan. Pendekatan lapang terdiri dari metode penelitian, lokasi penelitian, dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data yang dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Metode penelitian menggambarkan pemilihan metode yang digunakan dalam penelitian. Lokasi dan waktu penelitian menginformasikan pemilihan lokasi dan waktu pelaksanaan penelitian. Teknik pengumpulan data menginformasikan pemilihan teknik yang digunakan dalam menggali data dan informasi baik melalui kuisioner ataupun wawancara terstruktur kepada responden dan informan. Teknik pengolahan dan analisis data memuat informasi mengenai cara pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan dan hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya. Penjelasan lebih lanjut mengenai bagian-bagian yang terdapat pada pendekatan lapang akan diuraikan pada subbab berikut.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian kuantitatif yang akan dilakukan dengan menggunakan penelitian sensus. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa yang berada di Lembang dan menjadi desa yang memiliki jumlah peternak terbanyak dibandingkan dengan desa lainnya yang berada di Lembang. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 30 orang. Teknik pemillihan responden dipilih berdasarkan 2 kelompok yang tergolong aktif di Desa Sukajaya. Oleh sebab itu, 2 kelompok ini yang dipilih dan diteliti. Jumlah anggota di 2 kelompok ini adalah 30 orang dan semuanya diambil sebagai responden. Ternyata, dari para anggota aktif KPSBU yang menjadi responden ini pun didapatkan bahwa tingkat keaktifan dari tiap anggota bervariasi. Pendekatan kuantitatif diharapkan mampu menjawab bagaimana tingkat partisipasi peternak dalam program KPSBU Jabar yang dilaksanakan di Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Data kualitatif dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap informan dan yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah para aparat desa, ketua kelompok ternak, serta masyarakat yang menjadi anggota KPSBU Jabar.

Lokasi dan Waktu Penelitian

(36)

18

Proses penelitian dimulai dari pembuatan proposal penelitian pada bulan Januari 2015. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan yang terhitung mulai Maret 2015. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi. Proses pelaksanaan penelitian lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Pelaksanaan penelitian Tahun 2015

Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

(37)

19

Tabel 6 Metode pengumpulan data

Teknik pengumpulan data Data yang dikumpulkan

Kuesioner (responden) 1. Tingkat partisipasi peternak dalam program KPSBU

2. Karakteristik individu peternak yang menjadi anggota aktif dalam KPSBU

3. Sikap peternak terhadap pelaksanaan program KPSBU di Desa Sukajaya

4. Faktor eksternal dari tokoh masyarakat yang mempengaruhi tingkat partisipasi peternak dalam program KPSBU

Wawancara mendalam 1. Permasalahan di Desa Sukajaya 2. Kondisi keanggotaan di KPSBU

3. Dukungan dari pemerintah untuk program dari KPSBU

4. Aspek yang dapat membantu peternak setelah mengikuti program KPSBU Observasi lapang 1. Aktivitas peternak

2. Aktivitas penyuluhan di Desa Sukajaya 3. Transparansi petinggi dalam program

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif menggunakan aplikasi

Microsoft Excell 2010 dan SPSS for windows 16.0. Data mengenai tingkat partisipasi akan diolah menggunakan metode uji beda dengan membandingkan peternak yang memiliki tingkat partisipasi yang rendah dan tinggi. Uji korelasi

(38)
(39)

21

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis

Desa Sukajaya berada dalam kawasan Kecamatan Lembang kurang lebih 4 km dari kantor Kecamatan Lembang, jarak dari Kabupaten Bandung Barat 10 km dan jarak dari kantor pemerintah provinsi 20 km. Desa Sukajaya berbatasan dengan:

1. Sebelah utara: berbatasan dengan Gunung Tangkuban Perahu

2. Sebelah timur: berbatasan dengan Desa Wisata Cikahuripan Kecamatan Lembang

3. Sebelah selatan: berbatasan dengan Desa Cihideung Kecamatan Parompong

4. Sebelah barat: berbatasan dengan Desa Cihideung Kecamatan Parompong Desa Sukajaya berada di ketinggian 1200 m, dengan peruntukkan lahan sebanyak 163 Ha adalah pertanian, 68 Ha pertanian tadah hujan, 11.218 Ha sawah yang tidak produktif, 96.745 Ha perkarangan bangunan dan halaman, kolam 2 Ha, dan tanah kas desa 1700 Ha.

Kondisi Demografis

Jumlah penduduk di Desa Sukajaya sebanyak 11.766 orang yang terdiri dari 5.997 orang laki-laki dan 5.769 orang perempuan. Jumlah RW di Desa Sukajaya sebanyak 15 RW. Jumlah penduduk terbanyak tersebar di RW 06 sebanyak 1.116 orang dan jumlah penduduk tersedikit berada di wilayah RW 15 sebanyak 352 orang dengan range atau selisih jumlah penduduk terbesar dan terkecil sebesar 764 orang. Keterangan lebih lanjut mengenai jumlah penduduk di Desa Sukajaya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin

RW Laki-laki Perempuan Jumlah

(40)

22

Tabel 8 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian

No Jenis sarana kesehatan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 531 19.0

Sumber: Monografi Desa Sukajaya tahun 2013

Tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Sukajaya memiliki mata pencaharian sebagai peternak yaitu sebanyak 746 orang atau dengan persentase sebesar 26.7 %. Kondisi tersebut terjadi karena lahan terluas di Desa Sukajaya dialokasikan untuk lahan peternakan. Ketiadaan penduduk yang memilih industri rumah tangga sebagai mata pencaharian di Desa Sukajaya karena minimnya kemandirian penduduk dalam mengolah hasil dari peternakan itu sendiri dan masih bergantung pada KPSBU. selanjutnya akan dijelaskan jumlah penduduk desa berdasarkan kelompok umur. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah penduduk Desa Sukajaya menurut kelompok umur

Usia (tahun) L P Jumlah

18-29 913 921 1834

30- 49 1791 1583 3374

≥50 989 952 1948

Total 3693 3456 7156

Sumber: monografi desa Sukajaya tahun 2013

Tabel 9 menunjukkan jumlah penduduk di Desa Sukajaya pada usia kerja. Jumlah penduduk sebanyak 7156 orang dengan total laki-laki sebanyak 3693 orang dan perempuan sebanyak 3456 orang. Data yang didapat dari pengamatan dan penelitian di lapang, di Desa Sukajaya masih banyak terdapat penduduk yang berusia ≥50 tahun dan masih bekerja sebagai peternak dan masih aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di desa.

Kondisi sarana dan prasarana

(41)

23 menjadikannya sumber daya yang penting. Beberapa sarana yang cukup penting dalam penanggulangan persoalan kemiskinan sudah tersedia di Sukajaya, namun belum semuanya terpenuhi. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengumpulan data yang telah dilakukan, Desa Sukajaya memiliki beberapa sarana mulai dari perumahan, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Berikut akan dipaparkan secara rinci mengenai masing-masing sarana. Kondisi sarana perumahan yang ada di Desa Sukajaya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah dan persentase sarana perumahan di Desa Sukajaya

No Jenis sarana perumahan Jumlah (KK) Persentase (%)

1 Rumah Permanen 4 657 74.0

2 Semi Permanen 1 250 19.9

3 Tidak Permanen 316 5.0

4 Tidak Layak 70 1.1

Total 6 297 100.0

Sumber: Monografi Desa Sukajaya Tahun 2013

Tabel 10 menunjukkan bahwa sarana perumahan di Desa Sukajaya didominasi oleh jenis sarana rumah permanen dengan jumlah 4.657 KK atau dengan persentase sebesar 74%. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, rumah yang dimiliki oleh penduduk sudah termasuk layak huni. Hal ini dapat dilihat dari dinding rumah yang sudah berupa tembok, lantai rumah sudah berupa lantai keramik, dan bagian depan rumah sudah dilindungi oleh pagar. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa terdapat jenis sarana rumah yang tidak layak huni dengan kondisi dinding berupa kayu dan lantai berupa semen biasa. Namun rumah dengan kondisi tidak layak huni ini hanya berjumlah sedikit yaitu 70 KK atau dengan persentase sebesar 1.1%. Sarana selanjutnya menjelaskan mengenai kondisi sarana ekonomi yang terdapat di Desa Sukajaya. Keterangan lebih lanjut mengenai kondisi ekonomi terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11 Jumlah dan persentase sarana ekonomi di Desa Sukajaya

No Jenis sarana ekonomi Jumlah (unit) Persentase (%)

1 Pabrik 0 0.0

2 Home/industry 15 100.0

3 Koperasi 0 0.0

Total 15 100.0

Sumber: Monografi Desa Sukajaya tahun 2013

(42)

24

susu (sabun susu, kaju, yoghurt, kerupuk susu, dan karamel). Kerajinan tangan (rajut, angklung). Sarana berikutnya yang akan dijelaskan adalah sarana kesehatan. Kondisi sarana kesehatan di Desa Sukajaya dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Jumlah dan persentase sarana kesehatan di Desa Sukajaya

No Jenis sarana kesehatan Jumlah Persentase (%)

1 Poliklinik 2 5.9

Sumber: Monografi Desa Sukajaya tahun 2013

Tabel 12 menunjukkan bahwa jenis sarana kesehatan terbanyak di Desa Sukajaya yaitu posyandu. Posyandu di Desa Sukajaya berjumlah 15 unit atau dengan persentase sebesar 44.1%. Hal tersebut terjadi karena dilihat dari jumlah dokter dan tenaga kerja kesehatan yang sangat minim yaitu hanya berjumlah 11 orang, sehingga tidak pula terdapatnya Rumah Sakit di Desa Sukajaya. Sarana yang akan dijelaskan selanjutnya adalah sarana pendidikan. Kondisi sarana pendidikan di Desa Sukajaya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Jumlah dan persentase sarana pendidikan di Desa Sukajaya

No Jenis sarana pendidikan Kondisi Jumlah Persentase (%)

Sumber: Monografi Desa Sukajaya tahun 2013

(43)

25

Kondisi Prasarana

Kondisi prasarana pendukung pergerakan sendi-sendi perkonomian serta sarana lainnya yang ada di desa Sukajaya cukup tersedia namun di beberapa bidang kondisi prasarana tersebut belum lengkap dan kurang terawat. Prasarana air bersih, mayoritas warga Desa Sukajaya memanfaatkan air dari mata air dikarenakan biaya yang terjangkau oleh masyarakat dibandingkan dengan menjadi pelanggan PDAM. Keterangan lebih lanjut mengenai prasarana air bersih akan dipaparkan pada Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah dan persentase jenis air bersih yang digunakan masyarakat di Desa Sukajaya

No Jenis prasarana air bersih Jumlah Persentase (%)

1 Sumur Pompa 20 6.0

Sumber: Monografi Desa Sukajaya tahun 2013

Tabel 14 menunjukkan bahwa jenis prasarana air bersih terbanyak yaitu sumur gali berjumlah 125 buah dengan persentase sebesar 37.4%. Hal tersebut menujukkan bahwa mayoritas warga Desa Sukajaya memanfaatkan air dari sumur gali. Kondisi tersebut terjadi karena biaya yang terjangkau oleh masyarakat dibandingkan dengan menjadi pelanggan PDAM. Prasarana yang akan dipaparkan selanjutnya adalah prasarana MCK. Keterangan lebih lanjut akan dijelaskan pada Tabel 15.

Tabel 15 Jumlah dan persentase prasarana MCK di Desa Sukajaya

No Jenis prasarana MCK Jumlah Persentase (%)

1 MCK 5 29.4

2 Jamban umum 12 70.6

Total 17 100.0

Sumber: Monografi Desa Sukajaya tahun 2013

(44)

26

Tabel 16 Jumlah dan persentase prasarana jaringan jalan di Desa Sukajaya No Jenis prasarana jaringan jalan Jarak (km) Persentase (%)

1 Jalan desa 5 25.0

2 Jalan gang 15 75.0

Total 20 100.0

Sumber: Monografi Desa Sukajaya tahun 2013

Tabel 16 menunjukkan bahwa jenis prasarana jaringan jalan terpanjang adalah jalan gang yaitu sepanjang 15 km dengan presentase 75%. Berdasarkan pengamatan, jalanan di Desa Sukajaya memang banyak yang lebih mudah dilalui melewati gang jika ingin pergi dari satu rumah ke rumah yang lain, sedangkan jalan desa hanya untuk dilalui oleh kendaraan-kendaraan besar saja seperti truk dan angkot. Kondisi prasarana yang akan dipaparkan selanjutnya adalah mengenai prasarana jaringan listrik.

Prasarana jaringan listrik di Desa Sukajaya hanya berupa jaringan listrik biasa, 100% penduduk di Desa Sukajaya sudah menggunakan jaringan listrik dan sudah tidak ada yang menggunakan alat penerangan lain. Kondisi prasarana yang akan dipaparkan selanjutnya adalah prasarana persampahan. Keterangan lebih lanjut mengenai kondisi prasarana persampahan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Jumlah dan persentase prasarana persampahan di Desa Sukajaya

No Jenis prasarana persampahan Keterangan Persentase (%)

1 TPA Tidak ada 0.0

2 Bak sampah sementara Ada 100.0

Sumber: Monografi Desa Sukajaya tahun 2013

Tabel 17 menunjukkan bahwa prasarana persampahan yang tersedia hanya bak sampah sementara dengan persentase 100%. Kondisi tersebut terjadi karena masyarakat lebih memilih untuk membuang sampah ke selokan, kebun, dibakar atau areal kosong. Kondisi yang akan dijelaskan selanjutnya adalah kondisi ekonomi di Desa Sukajaya. Mata pencaharian terbanyak di desa ini adalah peternak, buruh tani, dan petani dengan komposisi peternak sebanyak 746, buruh tani 790 dan petani 531.

(45)

27 yang khusus untuk para peternak di Kecamatan Lembang. Program pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan meliputi kegiatan berupa pembagian pakan untuk para hewan ternak yang dimiliki para anggota KPSBU, penyuluhan mengenai cara merawat hewan ternak, penyuluhan mengenai pemasaran hewan ternak, pertemuan untuk membicarakan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program, kegiatan inseminasi buatan dilakukan dengan para inseminator dan paramedis mendeteksi serta mendata sapi perah yang siap untuk bereproduksi. Program ini memiliki tenaga penyuluh khusus di setiap wilayah, Penyuluh melakukan penyuluhan mengenai program sebanyak 3x dalam setahun secara rutin. Pertemuan untuk membicarakan evaluasi program diadakan oleh para ketua kelompok ternak dan didampingi oleh tenaga penyuluh wilayah. Proses sosialisasi dilakukan oleh pemerintah melalui pertemuan-pertemuan dengan para ketua kelompok ternak di setiap RT di Desa Sukajaya.

Karakteristik responden

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai karakteristik responden yang dijadikan sebagai unit analisis pada penelitian ini. Karakteristik responden yang akan dijelaskan yaitu usia, jenis kelamin, jumlah ternak, dan lama pendidikan. Keterangan lebih lanjut mengenai karakteristik responden menurut usia dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia Usia (tahun) muda, sedang dan tinggi. kategori usia muda yaitu responden yang memiliki usia 18-29 tahun, kategori sedang yaitu responden yang memiliki usia 30-49 tahun dan tinggi yaitu responden yang memiliki usia >50 tahun. Pembagian 3 kategori tersebut bedasarkan data emik yaitu disesuaikan dengan kondisi di lapang. Mayoritas responden dalam penelitian ini berada pada kategori usia sedang/pertengahan yaitu 30-49 tahun sebanyak 20 orang dengan persentase sebesar 66.7%, sedangkan responden paling sedikit berada pada kategori usia muda yaitu 18-29 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 6.7%. Hal tersebut terjadi karena pada pemilihan responden dipilih secara acak tanpa melihat usia. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai jenis kelamin responden yang dijadikan dalam penelitian ini. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin

Jumlah dan persentase responden

N %

Laki-laki 27 90.0

(46)

28

Total 30 100.0

Tabel 19 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang dijadikan sebagai unit analisis dalam penelitian ini adalah laki-laki dengan jumlah sebanyak 27 orang dengan persentase sebesar 90%. Hal tersebut terjadi karena kebanyakan yang menjadi anggota aktif KPSBU adalah laki-laki sedangkan perempuan hanya membantu saja ketika proses perawatan hewan ternak yang dimiliki oleh responden. Responden perempuan hanya berjumlah 3 orang dengan persentase sebesar 10% terjadi karena 3 orang responden tersebut memiliki suami yang bukan seorang peternak. Selanjutnya akan dibahas mengenai karakteristik individu berdasarkan jumlah ternak. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah ternak Jumlah ternak

(ekor)

Jumlah dan persentase responden

N %

<5 11 36.7

5-7 14 46.7

≥8 5 16.7

Total 30 100.0

Tabel 20 menunjukkan bahwa terdapat 3 kategori jumlah ternak yaitu tinggi, sedang, rendah. Jumlah ternak dikatakan tinggi ketika responden memiliki ternak lebih dari 8 ekor, dikatakan sedang ketika responden memiliki ternak 5-7 ekor dan dikatakan rendah ketika responden memiliki ternak kurang dari 5 ekor. Pengkategorian tersebut didapatkan dari data emik yaitu disesuaikan dari data yang didapatkan di lapang. Responden yang dijadikan sebagai unit analisis dalam penelitian ini mayoritas tergolong responden yang memiliki jumlah ternak sedang yaitu sebanyak 14 orang dengan persentase sebesar 46.7%. Berdasarkan penelitian dan pengamatan di lapang, rata-rata anggota KPSBU memiliki ternak 5-7 ekor. Hal tersebut terjadi karena lahan di rumah para anggota memang hanya mampu menampung hingga 7 ekor hewan ternak saja, sedangkan responden yang termasuk ke dalam kategori jumlah ternak tinggi hanya 5 orang saja dengan persentase 16.7%. Hal tersebut terjadi karena lahan yang dimiliki oleh 5 responden tersebut memang luas dan dapat menampung hingga lebih dari 10 ekor hewan ternak, selain itu 5 orang responden yang tergolong kategori jumlah ternak tinggi tersebut merupakan ketua dari kelompok ternak di Desa Sukajaya dan memang sudah lebih dari 10 tahun berkecimpung di dunia peternakan. Selanjutnya, akan dibahas mengenai karakteristik responden berdasarkan lama pendidikan responden. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan lama pendidikan

(47)

29

(48)
(49)
(50)
(51)

TINGKAT PARTISIPASI DAN SIKAP PETERNAK DALAM

PROGRAM KPSBU

Tingkat partisipasi peternak dalam program pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan di desa Sukajaya secara umum tinggi, hal ini dikarenakan masyarakat desa Sukajaya secara umum mengikuti program dari KPSBU dan menjadi anggota aktif. Pada penelitian pengkategorian tingkat partisipasi anggota di Desa Sukajaya dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 12 Jumlah dan Persentase Peternak Berdasarkan Tingkat Partisipasi Peternak di Desa Sukajaya Tahun 2015

No Tingkat partisipasi peternak Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Tinggi 12 40.0

2 Sedang 9 30.0

3 Rendah 9 30.0

Jumlah 30 100.0

Data yang diperoleh pada Tabel 22 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi peternak secara umum berada dalam kategori tinggi dengan jumlah responden sebanyak 12 orang dengan persentase sebesar 40%. Tingkat partisipasi peternak yang tergolong tinggi dikarenakan peternak relatif sering memperoleh informasi mengenai program KPSBU Jabar. Hal ini dapat dilihat dari sosialisasi yang dilakukan oleh pihak KPSBU kepada peternak sehingga peternak memiliki pengetahuan mengenai program KPSBU yang dilaksanakan. Ternyata penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dumaria (2006) yaitu tingkat partisipasi peternak dalam suatu program cenderung tergolong rendah, sedangkan pada penelitian ini tingkat partisipasi peternak dalam program KPSBU cenderung tergolong tinggi. Tingginya tingkat partisipasi peternak dalam mengikuti program KPSBU dikarenakan peternak merasa program KPSBU banyak membantu responden dalam merawat hewan ternak mereka dari segi cara merawat hewan ternak yang baik, menjaga kesehatan hewan ternak, meningkatkan kualitas dan kuantitas daging dan susu dari hewan ternaknya masing-masing. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu informan pada penelitian ini yaitu ketua kelompok ternak di wilayah Desa Sukajaya yang memberikan pernyataan sebagai berikut.

“…Program KPSBU banyak memberikan keuntungan untuk peternak di Desa Sukajaya neng, soalnya dari dulu adanya KPSBU, program-program yang ada teh menyediakan banyak fasilitas sama keuntungan untuk peternak biar meningkat kuantitas sama kualitas ternak yang kita

miliki…” (Rsm, 39 thn)

Tingkat Partisipasi Peternak dalam Tahap Perencanaan Program

(52)

32

memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan usaha peternakannya. Peran peternak dalam perencanaan program KPSBU diukur dari unsur perencanaan seperti motivasi kehadiran dalam pertemuan dan keaktifan dalam pertemuan. Keterangan lebih lanjut mengenai tingkat partisipasi responden pada tahap perencanaan dapat dilihat pada tabel 23.

Tabel 13 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi responden pada tahap perencanaan

Tabel 23 menunjukkah bahwa ada 3 kategori tingkat partisipasi pada tahap perencaanaan yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Kategori rendah ketika hasil jawaban kuisioner responden mencapai skor 12-20, dikatakan sedang ketika mencapai skor 21-26, dan dikatakan tinggi ketika mencapai skor 27-36. Jumlah responden terbanyak dalam penelitian ini termasuk kategori tingkat partisipasi yang tinggi yaitu berjumlah 15 orang dengan persentase sebesar 50%. Hal tersebut terjadi karena dalam melaksanakan program, responden mengikuti tahap perencanaan program tanpa ada keterpaksaan dari pihak KPSBU. Responden memang menyadari perlunya mengikutsertakan diri pada tahap perencanaan program. Diikuti dengan perkataan salah satu responden berikut.

“…Saya mah kalau ada acara ngomongin rencana-rencana program ti KPSBU pasti ikut karena saya rasa saya bisa ngasih ide-ide buat KPSBU na. bisi weh teu sesuai sama masyarakat didieu. Da kan nu terangeun masyarakat dieu kumaha kondisina mah da ngan urang hungkul…” (Nnh,36 tahun).

“…Saya itu kalau ada acara ngomongin rencana-rencana program dari KPSBU pasti ikut soalnya saya rasa saya bisa ngasih ide-ide buat KPSBU nya, takutnya program yang dikasih tidak sesuai sama masyarakat di sini. Kan yang tau masyarakat disini gimana kan cuma kita aja yang tau…” (Nnh, 36 tahun).

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Bu Nnh menunjukkan bahwa tingkat partisipasi responden pada tahap perencanaan tergolong kategori tinggi karena para anggota menyadari betul kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat desa Sukajaya.

(53)

33 lebih lanjut mengenai jumlah dan persentase peternak dalam tahap pelaksaan program dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 14 Jumlah dan persentase peternak dalam tahap pelaksanaan program Kategori tingkat

Tabel 24 menunjukkan bahwa terdapat 3 kategori tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan program yaitu rendah, sedang dan tinggi. Responden termasuk ke dalam kategori tingkat partisipasi rendah ketika hasil jawaban kuisioner responden mencapai skor < 7, dikatakan sedang ketika hasil jawaban kuisioner responden mencapat skor 7-9, dan dikatakan tinggi ketika responden mencapai skor ≥ 9. Terlihat pada tabel 24, mayoritas responden berada pada kategori tingkat partisipasi rendah dalam tahap pelaksanaan yaitu sebanyak 16 responden dengan persentase sebesar 53.3%. Hal tersebut menjelaskan bahwa sebanyak 16 responden mengikuti program dalam tahap pelaksanaan bukan karena inisiatif sendiri tapi karena ikut melaksanakan berdasarkan yang dirancang oleh pihak KPSBU saja. Hal ini juga berkaitan dengan perkataan yang dikemukakan oleh salah satu responden dalam wawancara mendalam pada penelitian ini:

“…Aa mah ngga begitu tau mengenai program-program yang

dilaksanakan KPSBU, ya aa mah kalau ada program ikut-ikutan aja sama peternak yang lain. Lagipula mau ngasih ide apa atuh, da udah bagus pelaksanaan program KPSBU mah…” (Cng, 20 tahun).

”…Menurut saya mah saya ngga bisa ngasih ide apa-apa buat KPSBU pas pelaksanaan program, da saya mah cuma anggota yang mengikuti pelaksanaan program…” (Jjn, 32 tahun)

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Pa Cng dan Pa Jjn menunjukkan bahwa tingkat partisipasi peternak pada tahap pelaksanaan program tergolong rendah karena para anggota berfikir bahwa program-program yang sudah dirancang dan dilaksanakan oleh pihak KPSBU sudah bagus dan tidak perlu diberikan masukan-masukan lagi dari pihak anggota.

Tingkat Partisipasi Peternak dalam Tahap Menikmati Hasil

(54)

34

Tabel 15 Jumlah dan persentase peternak dalam tahap menikmati hasil Kategori tingkat

Tabel 25 menunjukkan bahwa terdapat 3 kategori tingkat partisipasi dalam tahap menikmati hasil program yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Kategori rendah ketika hasil jawaban kuesioner responden mencapai skor 4, dan kategori tinggi ketika mencapai skor 8. Tiga puluh responden dalam penelitian ini termasuk kedalam kategori tingkat partisipasi yang tinggi dengan persentase 100%. Hal tersebut terjadi karena seluruh responden ikut merasakan manfaat yang diberikan oleh program KPSBU untuk usaha peternakannya baik dari kualitas susu maupun kuantitas susu yang dihasilkan oleh hewan ternak. Ketiadaan responden yang termasuk kedalam tingkat partisipasi rendah dengan persentase sebesar 0%. Hal tersebut terjadi karena tidak ada responden yang tidak merasakan manfaat dari program KPSBU. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, berkaitan pula dengan perkataan yang dikemukakan oleh beberapa responden dalam penelitian ini:

“…Dari awal saya ikut program KPSBU, saya selalu merasa untung

soalnya jumlah ternak saya makin banyak. Udah gitu jumlah susu yang

dihasilkan sapi saya juga makin banyak…” (Pa Sgn, 45 tahun)

Tingkat Partisipasi Peternak dalam Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu dasar untuk penilaian dan tolak ukur keberhasilan suatu program yang telah dilaksanakan. Evaluasi berguna pula untuk perencanaan program yang lebih baik pada masa yang akan datang. Keterangan lebih lanjut mengenai tingkat partisipasi peternak dalam tahap evaluasi dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 16 Jumlah dan persentase peternak dalam tahap evaluasi program Kategori tingkat

(55)

35 Kategori rendah ketika hasil jawaban kuisioner mendapatkan skor 4, kategori rendah ketika responden mandapatkan skor 8 dan kategori tinggi ketika responden mencapai skor 12. Mayoritas responden termasuk ke dalam kategori tingkat partisipasi tinggi yaitu sebanyak 15 orang dengan persentase sebesar 50%. Hal tersebut terjadi karena para responden turut serta dalam mengevaluasi program karena inisiatif dari diri masing-masing dan bukan karena paksaan dari pihak KPSBU, sedangkan hanya ada 1 responden yang tergolong ke dalam kategori tingkat partisipasi sedang karena responden turut serta dalam mengevaluasi program bukan karena inisiatif dirinya melainkan karena ikut-ikutan anggota yang lain. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, berkaitan pula dengan perkataan yang dikemukakan oleh beberapa responden dalam penelitian ini:

“...Neng, saya merasa saya sebagai anggota punya hak untuk mengeluarkan unek-unek pada program ini. Makanya say amah kalau ada pertemuan dalam rangka mengevaluasi program ya saya merasa wajib ikut karena nantinya akan berguna juga untuk keberlangsungan hidup hewan ternak dan keluarga saya...” (Pa Ddr, 52 tahun.

“…Abdi mah neng lamun aya evaluasi-evaluasi kitu nya ngiringan weh sareng pun bapa da bap age pan anggota KPSBU…” (Cng, 20 tahun)

“…Saya mah neng kalau ada acara evaluasi-evaluasi program karena ikut sama bapak saya yang jadi anggota di KPSBU juga bukan karena maunya

saya…” (Cng, 20 tahun)

Sikap Peternak terhadap Program KPSBU

Sikap merupakan respon seseorang terhadap suatu program. Pada penelitian ini, sikap yang ingin dilihat adalah sikap peternak dalam merespon program KPSBU khususnya dalam program pelayanan kesehatan hewan ternak dan inseminasi buatan untuk ternak sapi perah di Desa Sukajaya. Secara umum, peternak di Desa Sukajaya memberikan respon positif terhadap program KPSBU. Sikap positif adalah ketika peternak memiliki skor (69-95), sikap netral ketika peternak memiliki skor (44-68), sedangkan untuk sikap negatif yaitu ketika peternak memiliki skor (69-95).Untuk lebih jelasnya, akan ditunjukkan pada Tabel 27.

Tabel 17 Jumlah dan persentase responden berdasarkan sikap terhadap program KPSBU

No Sikap peternak Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Positif 15 50.0

2 Netral 15 50.0

3 Negatif 0 0.0

Jumlah 30 100.0

(56)

36

persentase masing-masing kategori sebesar 50%. Sikap peternak yang tergolong kedalam kategori negatif sebesar 0% atau tidak terdapat responden yang memiliki sikap negatif terhadap program KPSBU Jabar. Sikap peternak yang tersebar dalam kategori netral hingga positif dapat didasarkan pada kebutuhan para peternak terhadap program KPSBU Jabar. Program ini dianggap sebagai penunjang dalam merawat dan memelihara hewan ternak yang mereka miliki. Hal inilah yang menyebabkan sikap peternak tidak ada yang negatif. Selain itu, para peternak merasa bahwa program tersebut adalah program yang memang dibutuhkan oleh para peternak di Desa Sukajaya umumnya dan khususnya bagi para peternak yang menjadi anggota aktif di Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Utara tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan yang dikemukakan oleh salah satu responden dalam wawancara mendalam pada penelitian ini.

”…Ah da neng, buat apa bapa ngga suka atau ngehujat-hujat Program koperasi. Da bapana ge butuh atuh sm programnya banyak manfaat ti program ieu teh. Susu sareng daging sapi perah bapa jadi meningkat tiap tahunna…” (Pa Atk. 49 tahun).

“…Neng,buat apa juga bapak tidak suka pada program dari KPSBU. Kan KPSBU menyediakan banyak fasilitas yang dibutuhkan oleh bapak. Susu sama daging sapi perah bapak jadi meningkat setiap harinya…” (Pa Atk, 49 tahun)

”…Peternak yang menjadi anggota aktif dalam koperasi ini sangat merespon positif terhadap program karena para anggota mendapatkan banyak fasilitas yang menunjang baik dari segi peminjaman modal, memberikan makan untuk hewan ternak dan pelayanan kesehatan untuk hewan ternak itu sendiri...” (Pa Dkdk, penyuluh).

(57)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN SIKAP

DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT

TERHADAP PROGRAM KPSBU

Bagian ini menguraikan hubungan antar variabel dengan menggunakan uji statistik Rank Spearman antara karakteristik individu, faktor eksternal, dan sikap peternak dengan tingkat partisipasi peternak dalam program KPSBU. Hasil uji statistik yang diperoleh menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi peternak dalam program KPSBU.

Hubungan Antara Usia dengan Tingkat Partisipasi Peternak

Peternak mempunyai kisaran umur antara 20-75 tahun. Itu artinya, responden yang dipilih sudah berada pada tahap usia kerja dan mampu untuk memiliki mata pencaharian sendiri. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel antara karakteristik individu dengan tingkat partisipasi. Keterangan lebih lanjut mengenai hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi akan dijelaskan pada Tabel 28.

Tabel 18 Jumlah dan persentase peternak menurut tingkat partisipasi dan usia peternak

Usia

Tingkat partisipasi peternak Total

Rendah Sedang Tinggi

n % N % n % N % responden berada pada usia 18-19 tahun, usia sedang pada usia 30-49 tahun, dan

usia tua pada usia ≥50 tahun. Tabel 28 menunjukkan pula tingkat partisipasi dari setiap kategori usia. Tingkat partisipasi 1 dikatakan rendah, 2 dikatakan sedang dan 3 dikatakan tinggi. Jumlah responden yang termasuk pada tingkat partisipasi rendah paling banyak terdapat pada kategori usia sedang yaitu sebanyak 4 responden, jumlah responden yang termasuk pada tingkat partisipai sedang paling banyak terdapat pada kategori usia sedang yaitu sebanyak 7 responden, dan jumlah responden pada kategori tingkat partisipasi tinggi yaitu termasuk ke dalam kategori usia sedang sebanyak 9 responden. Hasil pengujian uji statistik dengan

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran
Tabel 1 Definisi operasional sikap
Tabel 2 Definisi operasional karakteristik individu
Tabel 3 Definisi operasional faktor eksternal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pengabdian masyarakat memberikan hasil antara lain pemberdayaan Ekonomi Kelompok Tani di Desa Nyogan, Kabupaten Muaro Jambi melalui pemanfaatan lahan

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: Untuk menganalisis mengenai pelaporan PBB serta menganalisis kontribusi atas pembagian hasil PBB

Perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan dan diimplementasikan dalam bidang kesehatan, maka salah satu pemanfaatan perkembangan teknologi yaitu membuat bagan MTBS yang

Bab ini merupakan analisa hukum Islam terhadap praktik jual beli kambing bunting di Pasar Tamansari Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo yang meliputi analisa hukum

Ketika manusia itu dibenarkan maka ia memperoleh damai dengan Allah itu berarti ia tidak lagi hidup dalam dosa-dosanya, maka ia akan terbebas dan diselamatkan

Pada Anggaran Dasar Perusahaan yang dibuat dihadapan Sutjipto, S.H., notaris di Jakarta, dalam rangkan penyesuaian dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.40 tahun

Penelitian tersebut diperkuat dengan pemberian ekstrak daun katuk ke dalam ransum broiler sebesar 18 g/kg ransum mampu menurunkan akumulasi lemak pada perut.. Penelitian

memang lebih efektif untuk serangga hama yang berada di dalam tanah dan yang bersembunyi pada ba- gian tanaman selama siklus hidupnya.. Steiner- nema