• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSFER NITROGEN KACANG TANAH (Arachis hypogaea, L.) PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays, L.) YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA TUMPANGSARI DI LAHAN KERING UNGARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRANSFER NITROGEN KACANG TANAH (Arachis hypogaea, L.) PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays, L.) YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA TUMPANGSARI DI LAHAN KERING UNGARAN"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Dharend Lingga Wibisana 20120210119

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(2)

TRANSFER NITROGEN KACANG TANAH (Arachis hypogaea, L.) PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays, L.) YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA

TUMPANGSARI DI LAHAN KERING UNGARAN

SKRIPSI

Oleh :

Dharend Lingga Wibisana 20120210119

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(3)

ii

TRANSFER NITROGEN KACANG TANAH (Arachis hypogaea, L.) PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays, L.) YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA

TUMPANGSARI DI LAHAN KERING UNGARAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Oleh:

Dharend Lingga Wibisana 20120210119

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

iii

Skripsi yang berjudul

TRANSFER NITROGEN KACANG TANAH (Arachis hypogaea, L.) PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays, L.) YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA

TUMPANGSARI DI LAHAN KERING UNGARAN yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Dharend Lingga Wibisana 20120210119

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 2 Agustus 2016

Skripsi tersebut telah diterima sebagai syarat yang diperlukan guna memperoleh

derajat Sarjana Pertanian

Pembimbing Utama

Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. NIP. 19601120.198903.1.001

Anggota Penguji

Ir. Bambang Heri Isnawan, M.P. NIP. 19650814.199409.133.021

Pembimbing Pendamping

Ir. Titiek Widyastuti, M.S. NIP. 19580512.198603.2.001

Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

iv MOTTO

Maka Maha Ti ggi Allah Raja ya g se e ar

-benarnya, dan

janganlah kamu tergesa-

gesa e a a Al Qur’a se elu

disempurnakan mewahyukan kepadamu, dan katakanlah : Ya

Tuha ku, Ta ahka lah kepadaku il u pe getahua

(At Toha: 114)

“e aik

-baiknya manusia adalah seseorang yang berguna bagi

ora g lai

(Al-Hadist)

kerjaka lah suatu hal ya g dapat ka u lakuka sekara g da

jangan menunda-

u da pekerjaa terse ut

(Ayah)

erdoalah terle ih dahulu se elu elakuka suatu pekerjaa

dan ingatlah selalu siapa

pe ipta u

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbal’aalamieen, hanya karena kehendak-Mu ya Allah hamba dapat menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih atas segala kelancaran dan kemudahan yang Engkau berikan selama

proses penyusunan laporan skripsi.

Ayah dan ibunda tercinta, terima kasih atas do’a, bimbingan, pengorbanan dan

kasih sayang yang tiada henti dan ujungnya, telah kulaksanakan salah satu

amanahmu dan berikanlah ridhamu agar dapat sabar menjalankan hidup dan

meraih cita-cita.

Untuk kakakku dan adikku, terimakasih atas segala dukungannya dan bantuannya,

semoga selalu menjadi kebanggaan kedua orang tua kita.

Sahabat - sahabatku Agroteknologi 2012 yang telah membantuku dalam

menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas waktu, tenaga dan semangatnya dan

semoga persahabatan kita tidak akan pernah lekang ditelan zaman.

Untuk teman terdekat, terimakasih atas segala dukungan, motivasi dan

kesabarannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, semoga segala kebaikannya

diganjar dengan pahala oleh Allah SWT. Amin.

Almameter-ku, terimakasih telah mengizinkan aku untuk menuntut ilmu yang

(7)

vi

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan:

1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah

mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu,

saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah,

maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh Tim

Pembimbing,

4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka

5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang

telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan

norma yang berlaku di perguruan tinggi ini

Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT tidak ada sesembahan selain Dia yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penelitian ini

dapat berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam selalu

tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW, untuk keluarga, para sahabat, dan

seluruh pengikutnya hingga hari kiamat.

Skripsi yang berjudul “Transfer Nitrogen Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L.) Pada Tanaman Jagung (Zea mays, L.) yang Dibudidayakan Secara Tumpangsari di Lahan Kering Ungaran” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini, penulis banyak mendapat

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. selaku dosen pembimbing utama, yang telah

memberikan kepercayaan, pengetahuan, masukan dan bimbingan dengan

penuh kesabaran serta mengajarkan banyak hal dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Titiek Widyastuti, M.S. selaku pembimbing pendamping yang dengan

sabar memberikan bimbingan, masukan dan dukungan dalam penyusunan

skripsi ini.

3. Ir. Bambang Heri Isnawan, M.P. selaku penguji skripsi yang telah

(9)

viii

4. Ir. Sarjiyah, M.S. selaku dekan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta dan selaku dosen pembimbing akademik.

5. Dr. Innaka Ageng Rineksane, S.P., M.P. selaku ketua program studi/jurusan

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Ayah dan ibuku tercinta yang telah mengulurkan untaian doa, dan

memberikan cinta, kasih sayang, motivasi serta nasehatnya.

7. PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang telah memberikan bantuan dana dan

bimbingan dalam melaksanakan penelitian.

8. Semua laboran Agroteknologi UMY terimakasih banyak atas bantuannya

dalam menyediakan sarana dan prasarana penelitian.

9. Kakakku dan adikku tersayang yang senantiasa memberikan doa, dukungan

dan semangatnya dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Seluruh teman – teman Agroteknologi 2012-2014 yang tidak bisa disebut satu

per satu, tetaplah kompak dan semangat dalam menuntut ilmu.

Atas segala bantuan, doa dan dukungan yang telah diberikan semoga

mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari skripsi ini masih terdapat

kesalahan dan jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap semoga skripsi ini

membawa manfaat yang besar baik bagi penulis maupun pembaca

Yogyakarta, 31 Agustus 2016

(10)

ix

B. Tanaman Kacang Tanah ... 14

C. Lahan Kering ... 16

D. Tumpangsari ... 19

E. Transfer N Tanaman Kacang Tanah Kepada Tanaman Jagung dalam Sistem Tumpangsari ... 20

F. Hipotesis ... 21

III.TATA CARA PENELITIAN ... 22

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 22

C. Metode Penelitian ... 22

D. Cara Penelitian ... 23

E. Variabel Pengamatan ... 27

F. Analisis Data ... 35

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman ... 36

B. Akumulasi Pertumbuhan Tanaman... 43

C. Pertumbuhan Generatif Tanaman ... 58

D. Hasil dan Nilai Kesetaraan Lahan (NKL) ... 67

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(11)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data Produksi Jagung dan Kacang Tanah dalam 3 Tahun... 2

Tabel 2. Luas Lahan Kering yang Sesuai untuk Pertanian ... 17

Tabel 3. Rerata Tinggi Tanaman Jagung Hibrida dan Kacang Tanah. ... 36

Tabel 4. Jumlah Daun Tanaman Jagung dan Tanaman Kacang tanah ... 40

Tabel 5. Rerata Bobot Segar, Bobot Kering dan Luas Daun Tanaman Jagung dan Tanaman Kacang Tanah Minggu ke-3 ... 43

Tabel 6. Rerata Bobot Segar, Bobot Kering dan Luas Daun Tanaman Jagung dan Kacang Tanah Minggu ke-7... 47

Tabel 7. Rerata Bobot Segar, Bobot Kering dan Luas Daun Tanaman Jagung dan Kacang Tanah Minggu ke-13... 50

Tabel 8. Rerata Hasil Perhitungan ILD Tanaman Jagung dan Kacang Tanah... 52

Tabel 9. Rerata Perhitungan LPT Tanaman Jagung dan Kacang Tanah ... 54

Tabel 10. Rerata Perhitungan LAB Tanaman Jagung dan Kacang Tanah ... 56

Tabel 11. Rerata Jumlah Tongkol, Bobot Tongkol Berkelobot, Bobot Biji Kering, dan Bobot 100 Biji Kering Tanaman Jagung. ... 59

Tabel 12. Rerata Jumlah Polong, Bobot Polong Kering, dan Bobot 100 Biji Kering Tanaman Kacang Tanah ... 63

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tinggi Tanaman Jagung ... 38

Gambar 2. Tinggi Tanaman Kacang Tanah ... 39

Gambar 3. Jumlah Daun Tanaman Jagung ... 41

Gambar 4. Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah... 42

Gambar 5. Perhitungan LPT Tanaman Kacang Tanah ... 55

Gambar 6. Perhitungan LAB Pada Tanaman Kacang Tanah ... 58

Gambar 7. Bobot Biji Kering Tanaman Jagung ... 61

Gambar 8. Bobot Polong Kering Kacang Tanah ... 66

Gambar 9. Hasil Tanaman Jagung Hibrida ... 70

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian ... 77

Lampiran 2. Layout Penanaman dan Tanaman Sampel Mokultur Jagung ... 78

Lampiran 3. Layout Penanaman dan Tanaman Sampel Kc. Tanah Monokultur .. 79

Lampiran 4. Layout Penanaman Dan Tanaman Sampel Sistem Tumpangsari Kacang Tanah Dan Jagung ... 80

Lampiran 5. Perhitungan Pemupukan ... 81

Lampiran 6. Hasil Sidik Ragam Tanaman Jagung ... 83

Lampiran 7. Hasil Sidik Ragam Tanaman Kacang Tanah ... 88

Lampiran 8. Deskripsi Jagung Super Hibrida Varietas Bisi 18 ... 93

Lampiran 9. Deskripsi Kacang Tanah Varetas Gajah ... 94

(14)
(15)

xiii INTISARI

Penelitian yang berjudul “Transfer Nitrogen Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L.) Pada Tanaman Jagung (Zea mays, L.) yang Dibudidayakan Secara Tumpangsari di Lahan Kering Ungaran” telah dilaksanakan di Lahan Kering Kecamatan Ungaran, Jawa Tengah pada bulan Desember 2015 sampai April 2016.

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode eksperimental dengan faktor tunggal yang disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap. Perlakuan yang diujikan yaitu Jagung monokultur (J), Kacang tanah monokultur (K), Tumpangsari Jagung ditanam 2 minggu setelah tanam kacang tanah (TS 1), Tumpangsari kacang tanah ditanam 2 minggu setalah tanaman jagung (TS 2), dan Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah ditanam bersamaan (TS 3). Setiap perlakuan diulang 3 kali dalam blok.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya Transfer Nitrogen yang terjadi pada saat tanaman jagung memasuki pertumbuhan vegetatif maksimum. Perlakuan TS 2 merupakan waktu tanam terbaik dari perlakuan lainnya yang ditunjukkan dengan hasil 4,02 ton jagung per hektar.

(16)

xiv ABSTRACT

A research entitled "Transfer of Nitrogen from Peanut (Arachis hypogaea, L.) to Maize (Zea mays, L.) which planted with Intercropping" was conducted at dryland of Ungaran Central Java from December 2015 up to April 2016.

This research was done using an experimental method with single factor, arranged in completely randomized block design. The treatments were monoculture system of corn (J), monoculture system of peanut (K), Corn was planted two weeks after peanut (TS 1), peanut was planted two weeks after corn (TS 2), and corn and peanut were planted in intercropping system (TS 3). Each treatment was repeated 3 times.

The results showed that the transfer of nitrogen from peanuts to corn was occured when the corns were in the stage of maximum vegetative growth. In this research, Treatment TS 2 is the best planting time than other treatments as indicated by the results of 4.02 tonnes maize per hectare.

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan/pakan yang mencakup

kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung

mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan

makanan pokok pengganti beras. Sentra produkasi jagung di Indonesia berada di

Jawa (65%) dan sisanya (35%) tersebar di Lampung, sulawesi selatan, dan nusa

tenggara. Di pulau Jawa tanaman jagung banyak ditanam di lahan kering (77%)

dan hanya 23% di lahan sawah (Adi dan Widyastuti, 2001).

Produksi tanaman jagung tahun 2013 yaitu 18,511,853 ton per hektar

mengalami peningkatan produksi di tahun 2015 menjadi 20,666,702 ton per

hektar dalam Tabel 1. Peningkatan produksi tanamn jagung ini menunjukkan

bahwa tanaman jagung memiliki peran penting dalam memnuhi kebutuhan

masyarakat di Indonesia.

Tanaman jagung dalam pertumbuhan pada fase awal sampai masak

fisiologis (30-45 hari setelah berkecambah) membutuhkan Nitrogen sekitar

120-180 kilogram per hektar sedangkan N yang terangkut ke tanaman jagung hingga

panen sekitar 129-165 kg N per hektar dengan tingkat hasil 9,5 ton per hektar.

Nitrogen yang diserap pada tanaman tersebut merupakan hara esensial yang

berfungsi sebagai bahan penyusun asam-asam amino, protein dan khlorofil yang

penting dalam proses fotosintesis serta bahan penyusun komponen inti sel

(18)

2

Tabel 1. Data Produksi Jagung dan Kacang Tanah dalam 3 Tahun.

Negara

Produksi (Ton)

Jagung Kacang tanah

2013 2014 2015 2013 2014 2015

Indonesia 18,511,853 19,008,426 20,666,702 701,680 638,896 657,595 Sumber : bps.go.id, diakses 1 Juli 2015.

Untuk memenuhi kebutuhan Nitrogen pada tanaman jagung diperlukan

penanaman tanaman sela yang dapat menyediakan unsur Nitrogen dalam tanah

yaitu tanaman legum. Tanaman kacang tanah merupakan tanaman legum yang

dapat memfiksasi Nitrogen dalam tanah menjadi tersedia dalam tanah. Kacang

tanah merupakan bahan pangan yang sehat karena mengandung protein, niacin,

magnesium, vitamin C, mangan, krom, kolesterol yang rendah nilainya, asam

lemak tidak jenuh hingga 80%, dan juga mengandung asam linoleat sebanyak

40-45% (Astanto, 2005). Tanaman kacang tanah ini memiliki potensi besar untuk

menjadi salah satu primadona di antara tanaman pangan lainnya. Selain untuk

memenuhi kebutuhan pangan, tanaman ini banyak pula digunakan untuk pakan

dan bahan baku industri.

Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi kacang tanah pada tahun 2013 ke

tahun 2014 mengalami penurunan produksi yaitu 701.680 ton per hektar menjadi

638.896 ton per hektar dan di tahun 2015 mengalami peningkatan produksi

menjadi 657,595 ton per hektar.

Fase vegetatif tanaman kacang tanah dimulai sejak perkecambahan hingga

awal pembungaan, pada umur 26 hingga 31 hari setelah tanam, dan selebihnya

adalah fase reproduktif. Penandaan fase reproduktif didasarkan atas adanya bunga,

buah dan biji (Trustinah, 1993). Dalam fase vegetatif tersebut bintil akar sudah

(19)

Tanaman kacang tanah apabila selama pertumbuhan ternaungi mengganggu

efektifitas fiksasi N dalam bakteroid bintil akar, hal ini disebabkan berkurangnya

suplai fotosintat ke akar sebagai akibat rendahnya fotosintesis tanaman. Amin

(2007), melaporkan apabila tanaman ternaungi sejak awal fase reproduksi hingga

menjelang panen dapat berdampak pada penurunan hasil biji sebesar 45%.

Sehingga apabila tanaman kacang tanah ditumpangsarikan dengan tanaman

jagung, pertumbuhan tanaman kacang tanah dapat tereduksi akibat berkurangnya

radiasi yang diterima tanaman kacang tanah.

Fiksasi Nitrogen adalah proses diubahnya unsur Nitrogen dari atmosfer

menjadi amonium, bentuk ionik Nitrogen yang tersedia bagi tumbuhan tingkat

tinggi. Fiksasi N pada tanaman legum yang ditanam bersamaan dengan non legum

dapat berguna sebagai sumber N bagi tanaman non legum. Hal ini sesuai dengan

pendapat Reeves (1990) yang menyatakan bahwa transfer N sering dapat terlihat

dan penting pada kondisi ketersediaan N tanah yang rendah. Fujita et al., (1992)

menyatakan bahwa 24,9% dari N terfiksasi oleh Cowpea (Vigna unguiculata L.)

ditransfer ke jagung dan 10,4% N yang terfiksasi oleh kedelai ditransfer ke

tanaman jagung. Bakteri bintil akar dan mikoriza vesikula-arbuskula merupakan

organisme yang telah diketahui dapat mengadakan simbiosis dengan akar

tanaman. Sismbiosis bintil akar dengan akar tanaman akan menambat N dari

udara dalam tanah. Jumlah penambatan N melalui leguminosa di laporkan sebesar

80 – 140 kilogram per hektar per tahun (Rao, 1979).

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman sebab

(20)

4

merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan. Pada umumnya Nitrogen

diambil oleh tanaman dalam bentuk ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3-), tetapi

nitrat yang terserap segera tereduksi menjadi ammonium melalui enzim yang

mengandung molybdenum (Hary, 2008).

Penanaman tanaman jagung yang diberikan tanaman sela berupa tanaman

kacang tanah dibudidayakan secara tumpangsari. Sistem tanam tumpangsari

adalah salah satu sistem tanam di mana terdapat dua atau lebih jenis tanaman yang

berbeda ditanam secara bersamaan dalam waktu relatif sama atau berbeda dengan

penanaman berselang-seling dan jarak tanam teratur pada sebidang tanah yang

sama (Sarman, 2001).

Buhaira (2007), melaporkan bahwa penanaman kacang tanah di antara dua

baris jagung pada jarak 100 cm ternyata masih mampu memberikan hasil sebesar

2,93 ton per hektar polong kering. Penanaman kacang tanah yang

ditumpangsarikan dengan jagung dapat meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk

dan lahan, bila jarak dan waktu tanam diatur secara tepat. Sarman dan

Ardiyaningsih (2000) dalam Buhaira (2007), melaporkan bahwa dengan model

tanam jagung baris ganda dengan jarak tanam 140 cm antar baris ganda jagung x

40 cm dalam baris berpengaruh nyata terhadap hasil biji jagung, luas daun

tanaman kedelai dan bobot kering tanaman jagung. Sedangkan selama periode

pertumbuhan sampai panen, tanaman jagung lebih mampu bersaing atau agresif

dibandingkan dengan tanaman kedelai dengan model jarak tanam baris tunggal

(21)

B. Perumusan Masalah

Tanaman jagung dalam pertumbuhan pada fase awal sampai masak

fisiologis (30-45 hari setelah berkecambah) membutuhkan Nitrogen sekitar

120-180 kilogram per hektar sedangkan N yang terangkut ke tanaman jagung hingga

panen sekitar 129-165 kg N per hektar dengan tingkat hasil 9,5 ton per hektar.

Kebutuhan Nitrogen tanaman jagung dipenuhi oleh tanaman legum

khususnya tanaman kacang tanah yang dapat memfikasasi N dari udara dalam

tanah oleh akar tanaman kacang tanah. Fase vegetatif tanaman kacang tanah

dimulai sejak perkecambahan hingga awal pembungaan, pada umur 26 hingga 31

hari setelah tanam, dan selebihnya adalah fase reproduktif. Penandaan fase

reproduktif didasarkan atas adanya bunga, buah dan biji (Trustinah, 1993). Dalam

fase vegetatif tersebut bintil akar sudah mulai terbentuk dan sudah memasuki fase

fiksasi N dari udara dalam tanah. Dari uraian tersebut permasalahan paling utama

yang ingin di selesaikan adalah :

1. Adakah pengaruh Transfer Nitrogen tanaman kacang tanah kepada

tanaman jagung ?

2. Berapakah jarak waktu tanam yang tepat antara tanaman kacang tanah dan

(22)

6

C. Tujuan Penelitian

Menurut permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui adanya pengaruh Transfer Nitrogen tanaman kacang tanah

kepada tanaman jagung.

2. Mendapatkan jarak waktu tanam yang tepat antara tanaman kacang tanah

(23)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Jagung

Tanaman jagung termasuk tanaman semusim yang dalam taksonomi

tanaman mempunyai klasifikasi sebagai berikut: kingdom; Plantae

(tumbuh-tumbuhan), divisi; Spermatophyta (tumbuhan berbiji), sub divisio; Angiospermae

(berbiji tertutup), classis; Monocotyledone (berkeping satu), ordo; Graminae

(rumput-rumputan), familia; Graminaceae, genus; Zea, species: Zea mays, L.

Jagung varietas unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek,

tahan serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas

unggul ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: jagung hibrida dan varietas jagung

bersari bebas (BPP Teknologi, 2015). Populasi tanaman antara 66.600 – 70.000

tanaman per hektar, jarak tanam 75 cm x 40 cm, 2 tanaman/lubang atau 75 cm x

20 cm, 1 tanaman per lubang untuk musim hujan, 70 cm x 40 cm 2

tanaman/lubang atau 70 cm x 20 cm, 1 tanaman /lubang untuk musim kemarau

(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, 2013).

1. Iklim

a. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah

beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah.

Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50o LU hingga 0-40o

LS.

b. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan

curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase

(24)

8

air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim

kemarau. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar

matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan

terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan

tidak dapat membentuk buah.

c. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34o C, akan tetapi bagi

pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara

23-27o C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang

cocok sekitar 30o C.

d. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik

daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji

dan pengeringan hasil.

2. Media Tanam

a. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Supaya

pertumbuhan optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus.

b. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari

gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah

dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil

yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah

dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk

pertumbuhannya.

c. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara

(25)

adalah pH antara 5,6 - 7,5. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan

aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik.

d. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena

kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah

dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan

pembentukan teras terlebih dahulu.

3. Fase Pertumbuhan dan Perkecambahan

Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun

interval waktu antar tahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang

dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap

yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan

pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase

pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang

terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina

(silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3)

fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak

fisiologis (Mc Williams et al., 1999).

Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit

biji. Benih jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam

tanah meningkat >30% (Mc Williams et al., 1999). Benih jagung umumnya

ditanam pada kedalaman 5-8 cm. Bila kelembaban tepat, pemunculan

kecambah seragam dalam 4-5 hari setelah tanam. Semakin dalam lubang

(26)

10

kondisi lingkungan yang lembab, tahap pemunculan berlangsung 4-5 hari

setelah tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering, pemunculan

tanaman dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau lebih.

Keseragaman perkecambahan sangat penting untuk mendapatkan hasil

yang tinggi. Perkecambahan tidak seragam jika daya tumbuh benih rendah.

Tanaman yang terlambat tumbuh akan ternaungi dan gulma lebih bersaing

dengan tanaman, akibatnya tanaman yang terlambat tumbuh tidak normal dan

tongkolnya relatif lebih kecil dibanding tanaman yang tumbuh lebih awal dan

seragam. Setelah perkecambahan, pertumbuhan jagung melewati beberapa

fase berikut:

a. Fase V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5)

Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 10-18 hari

setelah berkecambah. Pada fase ini akar seminal sudah mulai berhenti

tumbuh, akar nodul sudah mulai aktif, dan titik tumbuh di bawah

permukaan tanah. Suhu tanah sangat mempengaruhi titik tumbuh. Suhu

rendah akan memperlambat keluar daun, meningkatkan jumlah daun, dan

menunda terbentuknya bunga jantan (Mc Williams et al., 1999).

b. Fase V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna 6-10)

Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 18 -35 hari

setelah berkecambah. Titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah,

perkembangan akar dan penyebarannya di tanah sangat cepat, dan

pemanjangan batang meningkat dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga

(27)

menyerap hara dalam jumlah yang lebih banyak, karena itu pemupukan

pada fase ini diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hara bagi tanaman

(Mc Williams et al. 1999).

c. Fase V11- Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun terakhir

15-18)

Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari

setelah berkecambah. Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan

kering meningkat dengan cepat pula. Kebutuhan hara dan air relatif sangat

tinggi untuk mendukung laju pertumbuhan tanaman. Tanaman sangat

sensitif terhadap cekaman kekeringan dan kekurangan hara. Pada fase ini,

kekeringan dan kekurangan hara sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan tongkol, dan bahkan akan menurunkan

jumlah biji dalam satu tongkol karena mengecilnya tongkol, yang

akibatnya menurunkan hasil (Mc Williams et al., 1999). Kekeringan pada

fase ini juga akan memperlambat munculnya bunga betina (silking).

d. Fase Tasseling (berbunga jantan)

Fase Tasseling biasanya berkisar antara 45-52 hari, ditandai oleh

adanya cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga

betina (silk/rambut tongkol). Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum rambut

tongkol muncul, di mana pada periode ini tinggi tanaman hampir mencapai

maksimum dan mulai menyebarkan serbuk sari (pollen). Pada fase ini

(28)

12

50% dari total bobot kering tanaman, penyerapan N, P, dan K oleh

tanaman masing - masing 60-70%, 50%, dan 80-90%.

e. Fase R1 (silking)

Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol

yang terbungkus kelobot, biasanya mulai 2-3 hari setelah tasseling.

Penyerbukan (polinasi) terjadi ketika serbuk sari yang dilepas oleh bunga

jantan jatuh menyentuh permukaan rambut tongkol yang masih segar.

Serbuk sari tersebut membutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk mencapai

sel telur (ovule), dan pembuahan (fertilization) akan berlangsung

membentuk bakal biji. Rambut tongkol muncul dan siap diserbuki selama

2-3 hari. Rambut tongkol tumbuh memanjang 2,5-3,8 cm/hari dan akan

terus memanjang hingga diserbuki. Bakal biji hasil pembuahan tumbuh

dalam suatu struktur tongkol dengan dilindungi oleh tiga bagian penting

biji, yaitu glume, lemma, dan palea, serta memiliki warna putih pada

bagian luar biji. Bagian dalam biji berwarna bening dan mengandung

sangat sedikit cairan. Pada tahap ini, apabila biji dibelah dengan

menggunakan silet, belum terlihat struktur embrio di dalamnya. Serapan N

dan P sangat cepat, dan K hampir komplit.

f. Fase R2 (blister)

Fase R2 muncul sekitar 10-14 hari seletelah silking, rambut tongkol

sudah kering dan berwarna gelap. Ukuran tongkol, kelobot, dan janggel

(29)

pati mulai diakumulasi ke endosperm, kadar air biji sekitar 85%, dan akan

menurun terus sampai panen.

g. Fase R3 (Masak Susu)

Fase ini terbentuk 18 -22 hari setelah silking. Pengisian biji semula

dalam bentuk cairan bening, berubah seperti susu. Akumulasi pati pada

setiap biji sangat cepat, warna biji sudah mulai terlihat (bergantung pada

warna biji setiap varietas), dan bagian sel pada endosperm sudah terbentuk

lengkap. Kekeringan pada fase R1-R3 menurunkan ukuran dan jumlah biji

yang terbentuk. Kadar air biji dapat mencapai 80%.

h. Fase R4 (dough)

Fase R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji

seperti pasta (belum mengeras). Separuh dari akumulasi bahan kering biji

sudah terbentuk, dan kadar air biji menurun menjadi sekitar 70%.

Cekaman kekeringan pada fase ini berpengaruh terhadap bobot biji.

i. Fase R5 (Pengerasan Biji)

Fase R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah silking. Seluruh biji sudah

terbentuk sempurna, embrio sudah masak, dan akumulasi bahan kering biji

akan segera terhenti dengan kadar air biji 55%.

j. Fase R6 (Masak Fisiologis)

Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65 hari setelah

silking. Pada tahap ini, biji-biji pada tongkol telah mencapai bobot kering

maksimum. Lapisan pati yang keras pada biji telah berkembang dengan

(30)

14

kehitaman. Pembentukan lapisan hitam (black layer) berlangsung secara

bertahap, dimulai dari biji pada bagian pangkal tongkol menuju ke bagian

ujung tongkol. Pada varietas hibrida, tanaman yang mempunyai sifat tetap

hijau (stay-green) yang tinggi, kelobot dan daun bagian atas masih

berwarna hijau meskipun telah memasuki tahap masak fisiologis. Pada

tahap ini kadar air biji berkisar 30-35% dengan total bobot kering dan

penyerapan NPK oleh tanaman mencapai masing-masing 100%.

B. Tanaman Kacang Tanah

Menurut BPP Teknologi (2015), kedudukan tanaman kacang tanah dalam

sistematika tumbuhan diklasifikasikan menjadi kingdom: Plantae atau

tumbuh-tumbuhan, divisi: Spermatophyta atau tumbuhan berbiji, sub divisi: Angiospermae

atau berbiji tertutup, klas: Dicotyledoneae, ordo: Leguminales, famili:

Papilionaceae, genus: Arachis, spesies: Arachis hypogeae, L.

Varietas-varietas kacang tanah unggul yang dibudidayakan para petani

biasanya bertipe tegak dan berumur pendek (genjah). Varietas unggul kacang

tanah ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Daya hasil tinggi.

b. Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari.

c. Hasilnya stabil.

d. Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun).

(31)

1. Syarat Tumbuh

a. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300

mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan

bunga tidak terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus

akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.

b. Suhu udara bagi tanaman kacang tanah tidak terlalu sulit, karena suhu

udara minimal bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar 28–32o C. Bila

suhunya di bawah 10o C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit

terhambat, bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang

kurang sempurna.

c. Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75 %.

Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu

tinggi di sekitar pertanaman.

d. Penyinaran sinar matahari secara penuh sangat dibutuhkan bagi tanaman

kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya

kacang.

2. Media Tanam

a. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah

yang gembur/bertekstur ringan dan subur.

b. Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah

pH antara 6,0–6,5.

c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan

(32)

16

sumber air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan

berserasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering,

baik bagi pertumbuhan kacang tanah.

3. Pertumbuhan Kacang Tanah

Pertumbuhan tanaman terdiri dari fase vegetatif dan fase reproduktif.

Fase vegetatif dimulai sejak perkecambahan sampai tanaman berbunga,

sedang fase reproduktif dimulai sejak timbulnya bunga pertama sampai

dengan polong masak, yang meliputi pembungaan, pembentukan polong,

pembentukan biji, dan pemasakan biji. Fase vegetatif pada tanaman kacang

tanah dimulai sejak perkecambahan hingga awal pembungaan, yang berkisar

antara 26 hingga 31 hari setelah tanam, dan selebihnya adalah fase

reproduktif. Penandaan fase reproduktif didasarkan atas adanya bunga, buah

dan biji (Trustinah, 1993).

C. Lahan Kering

Lahan kering merupakan salah satu agroekosistem yang mempunyai potensi

besar untuk usaha pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura (sayuran dan buah

buahan) maupun tanaman tahunan dan peternakan. Berdasarkan Atlas Arahan

Tata Ruang Pertanian Indonesia skala 1:1.000.000 (Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanah dan Agroklimat 2001), Indonesia memiliki daratan sekitar

188,20 juta hektar, terdiri atas 148 juta hektar lahan kering (78%) dan 40,20 juta

hektar lahan basah (22%).

Tidak semua lahan kering sesuai untuk pertanian, terutama karena adanya

(33)

dan berbatu, atau termasuk kawasan hutan. Dari total luas 148 juta hektar, lahan

kering yang sesuai untuk budi daya pertanian hanya sekitar 76,22 juta hektar

(52%), sebagian besar terdapat di dataran rendah (70,71 juta hektar atau 93%) dan

sisanya di dataran tinggi. Di wilayah dataran rendah, lahan datar bergelombang

(lereng < 15%) yang sesuai untuk pertanian tanaman pangan mencakup 23,26 juta

hektar. Lahan dengan lereng 15−30% lebih sesuai untuk tanaman tahunan (47,45

juta hektar). Di dataran tinggi, lahan yang sesuai untuk tanaman pangan hanya

sekitar 2,07 juta hektar, dan untuk tanaman tahunan 3,44 juta hektar (Tabel 2).

Tabel 2. Luas Lahan Kering yang Sesuai untuk Pertanian

Provinsi dan Negara

Dataran rendah (hektar) Dataran Tinggi (hektar)

Total

Sumatera 4,899,476 15,848,203 1,103,176 992,055 22,842,910

Jawa 925,412 3,982,008 200,687 484,960 5,593,067 Bali dan

Nusa tenggara

1,091,878 1,335,469 58,826 201,761 2,687,934

Kalimantan 10,180,151 14,340,956 592,129 389,521 25,502,757

Sulawesi 1,801,877 3,664,040 70,780 1,134,320 6,671,017 Maluku dan

Papua 4,360,318 8,282,809 43,094 233,981 12,920,202 Indonesia 23,360,112 47,453,458 2,068,692 3,346,598 76,217,887 Sumber : Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat (2001).

Pada umumnya lahan kering memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah,

terutama pada tanah-tanah yang tererosi, sehingga lapisan olah tanah menjadi tipis

dan kadar bahan organik rendah. Kondisi ini makin diperburuk dengan

terbatasnya penggunaan pupuk organik, terutama pada tanaman pangan semusim.

Di samping itu, secara alami kadar bahan organik tanah di daerah tropis cepat

(34)

18

didi dkk., 2002). Bahan organik memiliki peran penting dalam memperbaiki sifat

kimia, fisik, dan biologi tanah. Meskipun kontribusi unsur hara dari bahan organic

tanah relatif rendah, peranannya cukup penting karena selain unsur NPK, bahan

organik juga merupakan sumber unsur esensial lain seperti C, Zn, Cu, Mo, Ca,

Mg, dan Si (Didi dkk. 2002).

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanya tanah masam, yang dicirikan

oleh pH rendah (< 5,50), kadar Al tinggi, fiksasi P tinggi, kandungan basa-basa

dapat tukar dan KTK rendah, kandungan besi dan mangan mendekati batas

meracuni tanaman, peka erosi, dan miskin unsur biotik (Adiningsih dan Sudjadi

1993; Soepardi 2001). Dari luas total lahan kering Indonesia sekitar 148 juta ha,

102,80 juta ha (69,46%) merupakan tanah masam (Anny dkk., 2004). Tanah

tersebut didominasi oleh Inceptisols, Ultisols, dan Oxisols, dan sebagian besar

terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Papua.

Kecamatan Ungaran memiliki ketinggian tempat rata-rata 607 meter di atas

permukaan laut dengan curah hujan mencapai 2500 – 3000 mm per tahun. Jenis

tanah di Kecamatan Ungaran berjenis Latosol yang berwarna merah kecoklatan

(Badan Pusat Statistik, 2016). Latosol merupakan suatu jenis tanah yang terbentuk

pada daerah yang bercurah hujan sekitar 2000 sampai 4000 mm tiap tahun, bulan

kering lebih kecil tiga bulan dan tipe iklim A, B. Di Indonesia Latosol umumnya

terdapat pada bahan induk volkan baik berupa tufa volkan maupun batuan beku di

daerah tropika basah. Tanah Latosol tersebar pada daerah-daerah dengan

(35)

tahun dan bulan kering < 3 bulan, dijumpai pada topografi berombak hingga

bergunung, dengan vegetasi utama adalah hutan tropika lebat (Soepardi, 1983).

D. Tumpangsari

Pertanaman tumpangsari sebagai salah satu usaha intensifikasi yang

memanfaatkan ruang dan waktu, banyak dilakukan terutama pada pertanian lahan

sempit, lahan kering atau lahan tadah hujan. Sebagai salah satu sistem produksi,

tumpangsari diadopsi karena mampu meningkatkan efisiensi penggunaan faktor

lingkungan (seperti cahaya, unsur hara dan air), tenaga kerja, serta menurunkan

serangan hama dan penyakit dan menekan pertumbuhan gulma. Selain itu

pertanaman secara tumpangsari masih memberikan peluang bagi petani untuk

mendapatkan hasil jika salah satu jenis tanaman yang ditanam gagal (Agustina

dkk., 1989).

Sistem tanam tumpangsari adalah salah satu sistem tanam di mana terdapat

dua atau lebih jenis tanaman yang berbeda ditanam secara bersamaan dalam

waktu relatif sama atau berbeda dengan penanaman berselang-seling dan jarak

tanam teratur pada sebidang tanah yang sama (Sarman, 2001). Dikatakan oleh

Sarman (2001) bahwa kombinasi yang memberikan hasil baik pada tumpangsari

adalah jenis-jenis tanaman yang mempunyai kanopi daun yang berbeda, yaitu

jenis tanaman yang lebih rendah yang akan menggunakan sinar matahari lebih

efisien. Selanjutnya Waego (1990) mengatakan bahwa pemilihan jenis tanaman

yang ditumpangsarikan akan dapat meningkatkan produksi karena dengan

pemilihan tanaman yang tepat dengan habitus dan sistem perakaran yang berbeda

(36)

20

Menurut Sanchez (1976) dalam Buhaira (2007), kompetisi di antara

tanaman yang ditanam secara tumpangsari dapat terjadi pada bagian tajuk

(terutama cahaya) dan akar tanaman (terutama air dan hara). Kompetisi di atas dan

di dalam tanah saling mempengaruhi. Tanaman yang sangat ternaungi akan

mempunyai sistem perakaran lebih lemah bila dibandingkan tanaman yang

mendapat cahaya penuh. Selanjutnya dikatakan bahwa besarnya kompetisi ini

tergantung kepada lamanya kompetisi dan daya kompetisi dari masing - masing

tanaman yang di tumpangsarikan. Untuk meminimumkan kompetisi terhadap

cahaya matahari perlu dilakukan suatu cara sehingga hasil maksimal dalam sistem

tumpangsari dapat tercapai. Usaha untuk mengurangi kompetisi dalam

pemanfaatan cahaya matahari dapat dilakukan dengan pengaturan tanam.

E. Transfer N Tanaman Kacang Tanah Kepada Tanaman Jagung dalam Sistem Tumpangsari

Proses transfer N dari legum ke non legum belum diketahui dengan baik.

Fiksasi N pada tanaman legum yang ditanam bersamaan dengan non legum dapat

berguna sebagai sumber N bagi tanaman non legum. Hal ini sesuai dengan

pendapat Reeves (1990) yang menyatakan bahwa transfer N sering dapat terlihat

dan penting pada kondisi ketersediaan N tanah yang rendah. Transfer N terjadi

melalui ekskresi akar, pelindian N dari daun-daun yang jatuh dan ekskresi hewan

jika ada dalam sistem tanam tumpangsari, lewat jamur mikoriza.

Pelepasan N oleh sistem perakaran legum tidak secara sempurna diketahui,

tetapi ada indikasi bahwa N yang terfiksasi dilepaskan. Frey and Schuepp (1992)

(37)

ke jagung melalui mikoriza vesikula arbuskula. Dikatakan berat kering jagung

tidak dipengaruhi oleh mikoriza tetapi kandungan N cenderung lebih tinggi dalam

jagung yang terinfeksi mikoriza daripada jagung yang tidak terinfeksi. Jumlah

yang dapat ditransfer adalah kecil, dihitung kurang dari 4% dari N15 dalam

tanaman yang N15 terfiksasi. Dilaporkan oleh Ofusu-budu et al., (1990) bahwa

pelepasan bentuk Ureide oleh kedelai hanya 10%. Lebih lanjut ditulis Ureide juga

didapatkan dilepas oleh legum lain seperti siratro dan desmodium.

Pada pola tanam tumpangsari jagung dan rice bean (Vigna umbellata)

dengan kerapatan tanam 8 jagung dan 16 rice bean tiap m2 dan tingkat variasi

pemberian N telah diuji di Thailand bagian utara (Rakseem and Rerkasem, 1998

dalam Fujita et al., 1992). Kisaran pemberian N mulai dari 0 sampai dengan 200

kilogram N menghasilkan peningkatan secara nyata bahan kering, biji, hasil N

pada pola tanam campur jagung dan rice bean dibanding hasil monokultur.

F. Hipotesis

Perlakuan TS 1: Tumpangsari Jagung ditanam 2 minggu setelah tanam

Kacang Tanah menghasilkan pengaruh Transfer Nitrogen dari kacang tanah ke

jagung dan waktu tanam yang terbaik, karena tanaman kacang tanah dapat

menyuplai unsur Nitrogen dari hasil fiksasi N kepada tanaman jagung pada saat

(38)

22

III. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran

Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tinggi tempat lokasi penelitian lebih

kurang 607 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah Latosol. Penelitian

dilaksanakan dari bulan Desember 2015 sampai dengan bulan April 2016.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan adalah benih kacang tanah varietas Gajah, benih

jagung Super hibrida varietas Bisi 18, pupuk kandang, Urea, SP-36, KCl, pestisida

dan air. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang, cangkul, tugal, garu,

tali plastik, ember, gembor, oven, timbangan, timbangan elektrik, Leaf Area

Meter (LAM), kantong kain/plastik, ajir/patok, label, hand sprayer / sprayer semi

otomatis, dan alat tulis.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan rancangan

percobaan faktor tunggal yaitu pengaturan waktu tanam yang disusun dalam

Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 3 blok sebagai ulangan.

Perlakuan yang diujikan :

J : Jagung monokultur

T : Kacang tanah monokultur

(39)

TS 2 : Tumpangsari: Kacang Tanah ditanam 2 minggu setelah tanam Jagung

TS 3 : Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah ditanam bersamaan

Setiap blok terdiri 5 unit petak perlakuan sehingga terdapat 15 unit petak

perlakuan. Luasan setiap unit petak perlakuan 4 meter x 3 meter (seluas 12 m2).

Jumlah tanaman jagung dalam setiap unit petak perlakuan berjumlah 40 tanaman

sehingga terdapat 40 x 12 = 480 tanaman jagung (monokutur dan tumpangsari).

Sedangkan kacang tanah untuk monokultur setiap unit petak perlakuan berjumlah

120 tanaman sehingga terdapat 120 x 3 = 360 tanaman kacang tanah monokultur

dan untuk tanaman kacang tanah tumpangsari berjumlah 60 tanaman per unit

petak perlakuan sehingga terdapat 60 x 9 = 540 tanaman kacang tanah.

D. Cara Penelitian 1. Pengujian Daya Kecambah

Uji daya kecambah dimaksudkan untuk mengetahui kualitas daya

kecambah Benih Jagung hibrida dan kacang tanah varietas gajah hasil dari

seleksi benih dari kelompok atau satuan berat benih sehingga layak digunakan

dalam penanaman. Pengujian dilakukan dengan cara mengambil 25 benih

secara acak kemudian benih disemai pada petridish yang sudah diberikan

kapas atau kertas saring yang telah dibasahi dengan air dan dilakukan

sebanyak 3 ulangan. Kemudian diamati perkecambahannya setiap hari selama

7 hari dan kemudian dihitung daya kecambahnya, rumus perhitungan daya

kecambah menurut Rahbaniyah (1992):

(40)

24

Syarat benih dapat digunakan sebagai bahan tanam apabila memiliki daya

kecambah lebih dari 80%. Hasil uji daya kecambah benih Jagung hibrida

diperoleh sebesar 89 % sehingga benih layak digunakan sebagai bahan tanam.

Sedangkan hasil uji daya kecambah benih kacang tanah sebesar 98 % sehingga

benih layak digunakan sebagai bahan tanam.

2. Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan 2 minggu sebelum penanaman dilakukan.

Tahap awal dilakukannya pembentukan parit (jarak antar petak dan antar blok)

yang berfungsi untuk jalan drainase air dengan ukuran parit antar blok 60 cm

dan parit antar petak perlakuan 30 cm (Lampiran 1). Kemudian dilakukan

pencangkulan tanah sedalam 30 cm secara manual menggunakan cangkul.

Karena kondisi tanah yang keras diperlukannya pencacahan manual dengan

cangkul agar tanah lebih gembur. Tahap selanjutnya dilakukan pemupukan

dasar dengan dosis P2O5 100 kilogram / hektar, dosis K2O 100 kilogram /

hektar dan 1/3 dosis N 175 kilogram / hektar untuk petak perlakuan Jagung

monokultur dan tumpangsari, setara dengan pupuk SP 36 278 kilogram /

hektar, pupuk KCl 167 kilogram / hektar, dan pupuk urea 152 kilogram /

hektar. Sedangkan dalam petak perlakuan kacang tanah monokultur

menggunakan dosis P2O5 100 kilogram / hektar, K2O 100 kilogram / hektar,

dan dosis N 50 kilogram / hektar setara dengan pupuk urea 130 kilogram /

(41)

3. Penanaman

Penanaman Jagung dan kacang tanah dilakukan dengan menggunakan

tugal 1 minggu setelah persiapan lahan selesai. Penanaman perlakuan TS 1

yaitu jagung ditanam 2 minggu setelah kacang tanah. Selanjutnya TS 2,

jagung ditanam 2 minggu sebelum kacang tanah dan yang J, K, serta TS 3

yaitu jagung dan kacang tanah ditanam secara bersamaan (Lampiran 2, 3 dan

4). Kedalaman penanaman benih 3-5 centimeter dan setiap lubang tanam

diberi 2 butir benih. Ruang tanam jagung 75 cm x 40 cm sedangkan kacang

tanah menggunakan ruang tanam 25 cm x 40 cm namun dimulai dari baris

jagung yang pertama.

4. Pemeliharaan

a. Penyulaman dan Penjarangan

Penyulaman tanaman yang mati dan kerdil dilakukan 1 minggu

setelah tanam, begitu juga dengan penjarangan tanaman dilakukan saat

tanaman berumur 1 minggu setelah tanam. Penyulaman tanaman mati

menggunakan tanaman baru yang berumur sama diambil dari tanaman

yang setiap lubang tanam tumbuh 2 tanaman. Penjarangan dilakukan untuk

mendapatkan 1 tanaman perlubang tanam agar pertumbuhannya yang

maksimal. Tanaman yang dihilangkan dari lubang tanam dapat digunakan

untuk penyulaman tanaman yang tidak tumbuh atau mati

b. Pemupukan

Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pemupukan dasar dan

(42)

26

dilakukan dan dibentuk petak perlakuan dan pemupukan susulan dilakukan

setelah tanaman berumur 4 minggu dengan cara membuat lubang tanam di

dekat tanaman jagung. Dosis yang diberikan pemupukan susulan yaitu 2/3

bagian dari total kebutuhan pupuk.

c. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Pengendalian OPT yang dilakukan pada tanaman jagung berupa

pengendalian hama dan gulma. Pengendalian terhadap hama belalang

dilakukan dengan cara kimiawi menggunakan pestisida Decis (insektisida)

dengan dosis 30 ml per 15 liter air. Pengendalian semut dan rayap

menggunakan insektisida berbentuk granul yaitu furadan dengn dosis 5

gram per lubang tanam. Pengendalian terhadap gulma dilakukan dengan

cara penyiangan (pengendalian secara teknis). Sedamgkan selama

penelitian berlangsung tanaman kacang tanah tidak terserang organisme

pengganggu tanaman (OPT) sehingga tidak diperlukan pegendalian

menggunakan pestisida.

5. Panen dan Pengamatan Tanaman

Tongkol Jagung dipanen pada umur 95 hari, ketika ujung daun bagian

bawah tampak kuning, rambut jagung berubah menjadi coklat kering dan

tongkol sudah terisi penuh. Panen dilakukan pagi hari karena suhu udara

masih rendah. Kacang tanah dapat dipanen pada umur 90 hari, yaitu setelah

sebagian besar daun telah menguning dan rontok serta polong sudah terisi

(43)

Pengamatan pertumbuhan dan hasil panen jagung serta kacang tanah

meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tanaman dan akar, bobot

kering tanaman dan akar, jumlah tongkol, jumlah polong kacang, bobot

jagung dalam petak hasil, bobot polong kering kacang dalam petak hasil,

bobot 100 biji, kadar air, konversi hasil ke hektar dan perbandingan hasil

penanaman monokultur dengan tumpangsari.

E. Variabel Pengamatan 1. Pertumbuhan Vegetatif

Pengamatan dilakukan terhadap 5 tanaman sampel per petak perlakuan,

dimulai sejak tanaman barumur 1 minggu di lapangan sampai dengan panen.

a. Tanaman Jagung

i. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap 2 minggu sekali

mulai umur 1 minggu setelah tanam sampai tanaman berumur 90 hari

dengan cara mengukur tinggi dari leher akar sampai ujung daun yang

tertinggi dan dinyatakan dalam satuan cm.

ii. Jumlah Daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap 2 minggu sekali

mulai dari umur 1 minggu setelah tanam sampai tanaman berumur 90

hari dengan cara menghitung jumlah semua daun hijau dan kering

yang sudah membuka pada setiap tanaman dan dinyatakan dalam

(44)

28

iii. Luas daun (cm2)

Pengamatan luas daun dilakukan pada umur 3 minggu, 7

minggu dan 12 minggu setalah tanam untuk mengetahui pengaruh

waktu tanam yang di lakukan dengan cara mengukur luas daun

menggunakan alat LAM (Leaf Area Meter) dan dinyatakan dalam

satuan centimeter persegi (cm2).

iv. Bobot Segar Tanaman (gram)

Pengamatan bobot segar tanaman dilakukan pada saat tanaman

berumur 3 minggu, 7 minggu dan 12 minggu setalah tanam dengan

cara menimbang semua bagian tanaman sampel menggunakan

timbangan analitik dan di nyatakan dalam satuan gram.

v. Bobot Kering Tanaman (gram)

Pengamatan bobot kering tanaman dilakukan pada saat tanaman

berumur 3 minggu, 7 minggu dan 12 minggu setalah tanam dengan

cara menimbang semua bagian tanaman kacang tanah yang telah

dijemur di bawah sinar matahari terlebih dahulu kemudian setelah

kering, dioven hingga mencapai bobot konstan. Selanjutnya tanaman

yang telah dioven tersebut ditimbang menggunakan timbangan analitik

dan di nyatakan dalam satuan gram.

b. Tanaman Kacang Tanah

i. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap 2 minggu sekali di

(45)

cara mengukur tinggi dari leher akar sampai titik tumbuh maksimal

menggunakan penggaris dan dinyatakan dalam satuan cm.

ii. Jumlah Daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap 2 minggu sekali di

mulai dari umur 1 minggu setelah tanam sampai umur 90 hari dengan

cara penghitungan jumlah semua daun hijau dan kering yang sudah

membuka pada setiap tanaman dan dinyatakan dalam satuan helai.

iii. Luas daun (cm2)

Pengamatan luas daun dilakukan pada umur 3 minggu, 7

minggu dan 12 minggu setalah tanam untuk mengetahui pengaruh

waktu tanam yang di lakukan dengan cara mengukur luas daun

menggunakan alat LAM (Leaf Area Meter) dan dinyatakan dalam

satuan centimeter persegi (cm2).

iv. Bobot Segar Tanaman (gram)

Pengamatan bobot segar tanaman dilakukan pada saat tanaman

berumur 3 minggu, 7 minggu dan 12 minggu setalah tanam dengan

cara menimbang semua bagian tanaman sampel menggunakan

timbangan analitik dan di nyatakan dalam satuan gram.

v. Bobot Kering Tanaman (gram)

Pengamatan bobot kering tanaman dilakukan pada saat tanaman

berumur 3 minggu, 7 minggu dan 12 minggu setalah tanam dengan

cara menimbang semua bagian tanaman kacang tanah yang telah

(46)

30

kering, dioven hingga mencapai bobot konstan. Selanjutnya tanaman

yang telah dioven tersebut ditimbang menggunakan timbangan analitik

dan di nyatakan dalam satuan gram.

2. Pertumbuhan Generatif

a. Tanaman Jagung

i. Jumlah Tongkol per Tanaman (buah)

Pengamatan jumlah tongkol pertanaman dilakukan pada umur

90 hari dengan cara mengitung jumlah semua tongkol yang ada pada

setiap tanaman dan dinyatakan dalam satuan buah.

ii. Bobot Tongkol Berklobot (gram)

Pengamatan bobot tongkol berkelobot per tanaman dilakukan

pada umur 90 hari (setelah panen) dengan cara menimbang berat

tongkol yang sudah dipisahkan dari tanaman sampel dan masih

terbungkus klobot serta dinyatakan dalam satuan garam.

iii. Bobot Biji Kering (gram)

Pengamatan bobot biji kering dilakukan setelah dilaksanakannya

proses pengeringan dibawah sinar matahari dengan cara menimbang

semua biji pipil jagung yang ada dalam petak hasil dan dinyatakan

dalam satuan gram.

iv. Bobot 100 Biji (gram)

Pengamatan berat 100 biji dilakukan setelah dilakukan

pengeringan biji pipil jagung dibawah sinar matahari. Kemudian

dilakukan penimbangan 100 biji pipil jagung menggunakan timbangan

(47)

v. Hasil Tanaman (kilogram dan ton per hektar)

Hasil jagung hibrida diperoleh dengan memanen semua tongkol

yang ada dalam petak hasil dan dikeringkan di bawah sinar matahari

secara langsung. Setelah itu jagung dipisahkan dari tongkolnya dalam

bentuk biji kering dan ditimbang dalam satuan kilogram, selanjutnya

dikonversi ke satuan ton per hektar dengan rumus (Elkawakib dan

Ambo, 2010) :

100 – ka B W = --- x --- x 10 100 – 15 L

Keterangan :

W : berat biji kering kadar air 15 % (ton per hektar) Ka : Kadar air pada saat pengukuran (%)

B : Berat biji per petak hasil pada saat pengukuran (kg) L : luas petak hasil (m2)

10 : faktor peubah dari kilogram per meter2 ke ton per hektar

b. Tanaman Kacang tanah

i. Jumlah Polong per Tanaman (butir)

Pengamatan jumlah polong per tanaman dilakukan pada saat

tanaman mancapai pertumbuhan generatif maksimum (panen) dengan

cara menghitung jumlah semua polong yang ada setiap tanaman dan

dinyatakan dalam satuan butir. Selanjutnya polong dikeringkan

dibawah sinar matahari secara langsung.

ii. Bobot Polong Kering (gram)

Pengamatan ini dilakukan setelah panen dan telah selasai

dikeringkan dibawah sinar matahari secara langsung dengan cara

(48)

32

timbangan analitik dan dinyatakan dalam satuan gram, selanjutnya

dilakukan pengupasan kulit kacang tanah.

iii. Bobot 100 Biji (gram)

Pengamatan berat 100 biji dilakukan setelah dilakukan

pengeringan polong dibawah sinar matahari, kemudian biji dipisahkan

dari kulitnya untuk menghitung bobot 100 biji. Penimbangan 100 biji

kacang tanah menggunakan timbangan analitik dan dinyatakan dalam

satuan gram.

iv. Hasil Tanaman (kilogram dan ton per hektar)

Hasil kacang tanah diperoleh dari memanen semua polong yang

ada dalam petak hasil dan dikeringkan di bawah matahari secara

langsung. Selanjutnya hasil polong kering ditimbang dalam satuan

kilogram dan dikonversikan ke satuan ton per hektar pada kadar air 14

% dengan rumus (Elkawakib dan Ambo, 2010) :

100 – ka B W = --- x --- x 10 100 – 14 L Keterangan :

W : berat biji kering kadar air 14 % (ton per hektar) Ka : Kadar air pada saat pengukuran (%)

B : Berat biji per petak hasil pada saat pengukuran (kg) L : luas petak hasil (m2)

10 : faktor peubah dari kilogram per meter2 ke ton per hektar

3. Analisis Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

a. Indeks Luas Daun (cm2)

Pengamatan Indeks Luas Daun (ILD) dilakukan dengan cara

memanen tanaman korban pada saat tanaman berumur 3 mst (awal

(49)

Pengukuran diambil dari tiga tanaman sampel lalu dihitung luas daunnya

menggunakan leaf areameter, kemudian menurut Gardner dkk.,(1991)

dihitung dengan persamaan:

b. Laju Petumbuhan Tanaman (gram per cm2 per hari)

Pengamatan Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT) dilakukan dengan

cara memanen tanaman korban pada saat tanaman berumur 3 mst (awal

Vegetatif), 7 mst (Vegetatif Maksimum), 12 mst (Generatif Maksimum).

Kemudian tanaman korban dioven pada suhu  105 C selama 48 jam

sampai bobotnya konstan, kemudian menurut Gardner dkk.,(1991)

dihitung dengan persamaan :

LPT : Laju Pertumbuhan Tanaman; W1 : Bobot kering total pada waktu t1;

c. Laju Asimilasi Bersih (gram per cm2 per hari)

Pengamatan Laju Asimilasi Bersih (LAB) dilakukan dengan cara

(50)

34

Vegetatif), 7 mst (Vegetatif Maksimum), 13 mst (Generatif Maksimum).

Kemudian tanaman korban dioven pada suhu  105C selama 48 jam

sampai bobotnya konstan, kemudian menurut Gardner dkk.,(1991)

dihitung dengan persamaan :

Menurut Beets (1982), data hasil pengamatan juga dihitung Nisbah

Kesetaraan Lahan (NKL) yang merupakan suatu nilai yang digunakan

untuk mengetahui keuntungan sistem bertanam secara tumpangsari dengan

menggunakan persamaan berikut:

Yab Yba

Nilai Kesetaraan Lahan (NKL) : ---- + ---- Yaa Ybb

Keterangan:

(51)

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini di sidik ragam Analisis of Variance

(ANOVA) dengan taraf nyata α=5%. Apabila terdapat pengaruh yang signifikan

antar perlakuan yang dicobakan, maka dilakukan uji lanjutan menggunkan Uji

Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf α=5%. Hasil analisis

(52)

36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman 1. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur dan diamati untuk mengetahui proses

pertumbuhan vegetatif suatu tanaman. Hasil sidik ragam terhadap parameter

tinggi tanaman menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diaplikasikan

memberikan pengaruh yang sama pada tanaman jagung serta tanaman kacang

tanah (Lampiran 6.A.1 dan 7.A.2). Rerata parameter tinggi tanaman jagung

dan kacang tanah setiap perlakuan tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3. Rerata Tinggi Tanaman Jagung Hibrida dan Kacang Tanah.

Perlakuan

Tinggi Ttanaman (cm)

Jagung Umur 7 Minggu Kacang Tanah Umur 5 Minggu

J 121,83 -

K - 26,00

TS 1 131,40 29,93

TS 2 145,93 28,80

TS 3 116,53 23,53

Keterangan :

J : Jagung monokultur K : Kacang tanah monokultur

TS 1 : Tumpangsari jagung ditanam 2 minggu setelah tanam kacang tanah TS 2 : Tumpangsari kacang tanah ditanam 2 minggu setelah tanam jagung TS 3 : Tumpangsari jagung dan kacang tanah ditanam bersamaan

Hasil rerata pengamatan tinggi tanaman jagung berumur 7 minggu pada

Tabel 3 menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diaplikasikan

memberikan pengaruh sama. Hal tersebut terjadi karena pada saat tanaman

jagung berumur 7 minggu (49 HST) atau dalam fase pembentukan bunga

jantan (kondisi membutuhkan unsur N dalam jumlah tinggi), keberadaan

(53)

fase pembentukan biji penuh yang tidak membutuhkan unsur Nitrogen dalam

jumlah tinggi. Pada perlakuan TS 2, keberadaan tanaman kacang tanah

berumur 5 minggu (35 HST) atau pada fase pembentukan ginofor yang

membutuhkan unsur N sedikit. Sedangkan pada perlakuan TS 3, keberadaan

tanaman kacang tanah berumur 7 minggu (49 HST) atau pada fase

pembentukan polong penuh yang tidak membutuhkan unsur N dalam jumlah

tinggi. Sehingga unsur N yang dihasilkan oleh tanaman kacang tanah dapat

digunakan dalam pertumbuhan tanaman jagung namun tidak terhadap tinggi

tanaman melainkan dalam pertumbuhan generatif tanaman jagung

(pembentukan tongkol) karena pertumbuhan vegetatif tanaman jagung telah

berhenti sejak kemunculan bunga jantan pada tanaman jagung.

Gambar 1 menunjukkan bahwa semua perlakuan mengalami peningkatan

tinggi tanaman jagung yang relatif sama dari minggu ke-3 hingga minggu ke

7. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan vegetatif tanaman jagung tidak

dipengaruhi oleh unsur N yang seharusnya tersedia dalam tanah dari hasil

fiksasi bintil akar tanaman kacang tanah yang diduga penyebabnya adalah

kondisi tanah yang kurang gembur dan dukungan iklim lingkungan yang

kurang baik akan mengakibatkan gangguan dalam proses fotositesis tanaman

jagung sehingga pertumbuhan tinggi tanaman jagung kurang optimal antar

(54)

38

Gambar 1. Tinggi Tanaman Jagung Keterangan :

J : Jagung monokultur

TS 1 : Tumpangsari jagung ditanam 2 minggu setelah tanam kacang tanah TS 2 : Tumpangsari kacang tanah ditanam 2 minggu setelah tanam jagung TS 3 : Tumpangsari jagung dan kacang tanah ditanam bersamaan

Pada tanaman kacang tanah, rerata tinggi tanaman kacang tanah berumur

5 minggu pada Tabel 3 menunjukkan bahwa semua perlakuan yang

diaplikasikan memberikan pengaruh yang sama. Hal ini diduga keberadaan

tanaman kacang tanah pada perlakuan TS 1, TS2 dan TS 3 pada saat berumur

5 minggu ternaungi oleh tanaman jagung yang mengakibatkan terganggunya

penyerapan cahaya matahari pada proses fotosintesis dalam pertumbuhan

tinggi tanaman kacang tanah, sedangkan keberadaan tanaman kacang tanah

pada perlakuan K diduga karena penyerapan cahaya matahari yang penuh

akan mengakibatkan tanaman kacang tanah tumbuh kurang optimal karena

tanaman kacang tanah termasuk ke dalam golongan yang membutuhkan

(55)

Gambar 2. Tinggi Tanaman Kacang Tanah Keterangan :

K : Kacang tanah monokultur

TS 1 : Tumpangsari jagung ditanam 2 minggu setelah tanam kacang tanah TS 2 : Tumpangsari kacang tanah ditanam 2 minggu setelah tanam jagung TS 3 : Tumpangsari jagung dan kacang tanah ditanam bersamaan

Gambar 2 menunjukkan bahwa parameter tinggi tanaman kacang tanah

antar perlakuan relatif sama dari minggu ke-3 hingga minggu ke-7. Hal

tersebut diduga keberadaan tanaman kacang tanah mengalami penyerapan

cahaya matahari penuh dan ternaungi tanaman jagung yang menyebabkan

pertumbuhan tinggi tanaman atau pertumbuhan vegetatif tanaman kacang

tanah relatif sama antara sistem tanam pola tumpangsari dan sistem tanam

monokultur.

2. Jumlah Daun

Hasil sidik ragam terhadap parameter jumlah daun tanaman jagung dan

kacang tanah menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diaplikasikan

memberikan pengaruh yang sama (Lampiran 6.A.2 dan 7.A.2). Rerata

parameter jumlah daun tanaman jagung dan kacang tanah disajikan dalam

Gambar

Tabel 1. Data Produksi Jagung dan Kacang Tanah dalam 3 Tahun.
Tabel 2. Luas Lahan Kering yang Sesuai untuk Pertanian
Gambar 1. Tinggi Tanaman Jagung
Gambar 2. Tinggi Tanaman Kacang Tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahanuntuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan sehingga

Dengan demikian, model pendidikan ke- wirausahaan berbasis keterampilan khas lokal memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan kecakapan vokasional anak yang

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut: 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan wisata edukasi batik Lasem di kecamatan Lasem dengan pendekatan

Ragam tafsir bermunculan ke dalam tradisi keilmuan Islam -khususnya al-Qur’ān- sebenarnya berangkat dari asumsi bahwa mufassir atau si pembaca teks tidak diatur

Kondisi sosial masyarakat Jerman yang tercermin dalam drama Woyzeck karya Georg Büchner, antara lain (1) Penindasan, pemerintahan absolut yang menindas rakyat

Seperti halnya sistem manajemen lainnya, dalam menjalankan Total Quality Management , LTN-NU Jawa Timur perlu memiliki beberapa prinsip yang harus menjadi pedoman bagi setiap

Orang tua dryclean memilih mengasuhkan anak kepada orang lain dibanding mengasuh sendiri karena pekerjaan mereka tidak bisa ditangani orang lain dan harus