Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun oleh: YANI
NIM: 1110011000070
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
iii
bekerjasama dengan orang lain, membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain, sedangkan kecerdasan intrapersonal ini merupakan kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan diri); kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan, serta kemampuan berdisplin diri, memahami dan menghargai diri. Andaikan para pendidik di sekolah mampu menggali dan mengembangkan serta mengarahkan anak didik mereka sesuai dengan kecerdasan-kecerdasan yang dimilikinya maka peluang keberhasilan anak didik akan lebih besar karna guru sangat berperan dalam mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki anak didiknya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya guru mengembangkan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal siswa dalam pembelajaran PAI.. Penelitian ini dilakukan di MAN 4 Jakarta, dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data diperoleh melalui melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
iv
others, distinguish the moods, intentions, motivations and feelings of others, while the intrapersonal intelligence is the ability to understand themselves and to act on that understanding. This intelligence includes the ability to understand oneself accurate (strengths and limitations); awareness of the moods, intentions, motivations, temperament, and desires, as well as the ability to self disciplined, understand and appreciate themselves. Suppose the educators at the school is able to explore and develop and direct their students according to its intelligences then the chances of success of the students will be greater because the teacher was instrumental in developing intelligences owned protege.
The purpose of this study was to determine teachers' efforts to develop interpersonal and intrapersonal intelligence students in learning PAI .. This research was conducted in MAN 4 Jakarta, using a qualitative approach to generate descriptive data in the form of words written or spoken of the people and behaviors that can observed. Data obtained through observation, interviews, and documentation.
v
memberikan limpahan rahmat, karunia dan kebaikan, petunjuk serta kekuatan
sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi
dengan judul Upaya guru mengembangkan kecerdasan interpersonal dan
intrapersonal siswa dalam pembelajaran PAI.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak. Seiring dengan selesainya skripsi ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. Hj. Nurlena Rifa’I, MA., Ph. D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI), dan Hj. Marhamah Shaleh, Lc, MA sebagai Sekertaris Jurusan
Pendidikn Agam Islam (PAI).
3. Bapak Yudhi Munadi, MA selaku dosen pembimbing skripsi, penulis
ucapkan terimakasih yang tak terhingga atas saran, kritik dan masukan yang
telah mengarahkan dengan sabar dan penuh harapan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen FITK yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya
kepada penulis, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.
5. Dra. Nurlaelah, M.Pd, Kepala Sekolah MAN 4 Jakarta, dewan guru serta
seluruh staf karyawan MAN 4 Jakarta yang telah memberikan izin penulis
untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, sehingga dapat
terselesaikannya skripsi ini.
6. Seluruh guru PAI MAN 4 Jakarta, yang telah meluangkan waktunya untuk
diwawancari dan bekerja sama dalam pelaksanaan penelitian ini.
vi
satu wujud terimakasih ananda kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.
9. Saudara kandungku yang terkasih Ade wacih kurniasih, Irfan Maulana, Ade
Sania Putri yang tak pernah bosan memotivasi dan mendoakan serta
membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada calon sumamiku Wisna Ramdani yang selalu mendoakan,
menyemangati, dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih atas segala doa, nasehat, kasih sayang dan pengorbanan yang
diberikan.
11. Kepada sahabat-sahabatku Sofi Roziqoh , Siti Suci Lestari, Nur Hamimah
hayati, Sulas Fadhliati, Siti Lupiah, Siti Maeraroh,Albert ferdinan dan semua
keluarga P20AI, yang tidak henti-hentinya memberikan semangat dan rasa
kekeluargaan yang erat, yang selalu indah untuk dikenang dan tidak bisa
penulis lupakan dalam menggapai semua cita-cita kita ini. Terimakasih
kepada semuanya. Semoga Allah selalu memberikan kebahagian untuk kita
semua.
12. Teman-teman angkatan 2010 yang telah mengajarkan penulis arti sebuah
persahabatan dan kedewasaan dalam berfikir.
13. Kepada teman-teman kosanku nuy, ela, dan rara yang selalu menyemangati
dan mendoakanku
14. Seluruh pihak yang tidak disebutkan namanya satu persatu, namun tidak
mengurangi rasa terimakasih dan penghargaan penulis kepadanya.
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat
imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin.Penulis berharap semoga ini
vii
Jakarta, 9 Januari 2015
Penulis
viii
ABSTRAK ………... iii
KATA PENGANTAR ………. v
DAFTAR ISI ……… viii
DAFTAR LAMPIRAN………. x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……… 1
B. Identifikasi Masalah……… 5
C. Pembatasan Masalah………... 5
D. Rumusan Masalah……… 6
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil penelitian……… 6
BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pengembangan Kecerdasan Interpersonal………… 7
1. Pengertian Pengembangan Kecerdasan... 7
2. Pengertian Kecerdasan Interpersonal………... 9
3. Strategi Pengajaran Untuk Kecerdasan Interpersonal….... 11
4. Cara Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal……….. 13
5. Indikator Kecerdasan Interpersonal………. 15
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan…………. 16 7. Pentingnya Kecerdasan Interpersonal………. 17
B. Konsep Kecerdasan Intrapersonal……….. 18
1. Pengertian Kecerdasan Intrapersonal………... 18
2. Strategi Pengajaran Untuk Kecerdasan Intrapersonal……. 19
ix
1. Pengertian pembelajaran………. 25
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam………. 26
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam……….. 28
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam……… 30
5. Fungsi Pendidikan Agama Islam……….. 31
D. Penelitian Yang Relevan……… 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………. 34
B. Latar Penelitian……… 34
C. Metode Penelitian……… 35
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data... 37
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Penelitian……….. 39
F. Analisis Data………... 40
BAB IX HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MAN 4 Jakarta... 43
B. Deskripsi Data... 48
C. Pembahasan... 49
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan... 63
B. Implikasi... 64
C. Saran ... 64
x
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : Pedoman Wawancara Guru
LAMPIRAN 2 : Pedoman Wawancara Siswa
LAMPIRAN 3 : SILABUS
LAMPIRAN 4 : RPP
LAMPIRAN 6 : Uji Referensi
LAMPIRAN 7 : Surat Bimbingan Skripsi
LAMPIRAN 8 : Permohonan Izin Penelitian
1
A.
Latar Belakang
Begitu istimewa dan beragamnya kecerdasan manusia, dan begitu banyak
pula sisi-sisi lainnya yang belum terkuak. Menurut Howard Gardner dalam
bukunya Hamzah B. Uno bahwa Manusia memiliki kecerdasan-kecerdasan
yang beragam di antaranya kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa,
kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik,
kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan naturalis.1 Jika
kecerdasan-kecerdasan tersebut digali secara terus menurus dengan cara yang
tepat , maka akan muncul manusia-manusia yang unggul pada masing-masing
di bidangnya.
Sayangnya, sistem budaya, pendidikan, dan persekolahan kita selama ini
masih belum begitu memperhatikan jenis-jenis kecerdasan yang lain selain IQ.
Padahal manusia pada dasarnya selalu bersifat terbuka untuk cerdas, sesuai
dengan pilihan dan lingkungannya. Mereka berpikir, berimajinasi, merasa dan
memaknai suatu realitas dan tindakannya dengan cara yang tidak mungkin
semuannya sama.2 Masih banyak orang yang tidak menyadari akan kecerdasan
yang dimilikinya yang sebenarnya mereka mempunyai banyak ragam
kecerdasan selain kecerdasan intelektual.
Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai
modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan
dikembangkan serta dipupuk secara efektif melalui strategi pendidikan dan
pembelajaran yang terarah dan terpadu, yang dikelola secara serasi dan
1 Hamzah B. Uno dan Misri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, (Jakarta: bumi Aksara, 2009), h. 11
seimbang dengan memperhatikan pengembangan potensi peserta didik secara
utuh dan optimal.3
Oleh karena itu di sini pengelola pendidikan khususnya guru berperan
penting dalam membantu mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang
dimiliki anak didiknya. Jika guru mampu menggali dan mengarahkan anak
didiknya sesuai dengan kecerdasan-kecerdasan yang mereka miliki, tentu saja
peluang keberhasilan akan sangat besar.
Oleh karena itu, strategi manajemen pendidikan perlu secara khusus
memperhatikan pengembangan potensi peserta didik yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa, karena Tugas pendidik memfasilitasi
siswa agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi.
Namun pemahaman pendidik tentang karakteristik individu siswanya pada
umumnya masih kurang, sehingga sering muncul keluhan pendidik, siswa sulit
memahami pelajaran, bahkan suatu hal yang ironis menganggap siswanya
bodoh
Tidak ada anak bodoh, yang ada anak yang menonjol pada satu atau
beberapa jenis kecerdasan. Dengan demikian, dalam menilai dan menstimulasi
kecerdasan anak, orang tua dan guru selayaknya dengan jeli dan cermat
merancang sebuah motede khusus yang dapat membantu merangsang potensi
kecerdasan ganda anak tersebut.4 Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kecerdasan anak, sehingga kecerdasan mereka dapat berkembang sesuai
dengan kecerdasan yang mereka miliki.
Akan tetapi strategi pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah selama ini
masih bersifat masal, yang memberikan perlakuan dan layanan pendidikan
yang sama kepada semua peserta didik. Padahal, mereka berbeda tingkat
kecakapan, kecerdasan, minat, bakat, dan kreativitasnya.
Oleh karena itu pemahaman karakteristik siswa harus diketahui oleh
pendidik sehingga dalam belajar, pendidik harus dapat memfokuskan siswanya
3 Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 2
agar melibatkan pikirannya, karena dalam pikiran tersebut ada kecerdasan,
dimana setiap individu memiliki bermacam-macam kecerdasan atau
kecerdasan ganda, yakni bukan hanya kecerdasan IQ yang dimiliki individu.
Undang-undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003, telah menjelaskan tentang SISDIKNAS bab II pasal 3 (Dasar, Fungsi dan Tujuan) yaitu: Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. 5
Pendidikan bertujuan untuk menciptakan manusia yang cerdas, cakap dan
kreatif. Karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk membantu
manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala
perubahan dan permasalahan yang dihadapinya. Namun suatu perkembangan
dan kemajuan seseorang tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan
kecerdasan intelektual yang mengandalkan kemampuan berlogika semata.
Akan tetapi masih banyak dari kita yang mengidentikkan kecerdasan
dengan IQ (Intelligence Quotient) atau menghubung-hubungkan kecerdasan
seseorang dengan siswa yang hanya cerdas dalam hal intelektualnya. Padahal
keberhasilan dalam kehidupan tidak hanya ditentukan oleh IQ saja. Namun
masih banyak kecerdasan-kecerdasan lain yang dapat menunjang keberhasilan
seseorang.
Menurut Howard Gardner dalam bukunya Hamzah B. uno yang berjudul mengelola kecerdasan dalam pembelajaran menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang akurat dalam meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang. Dan kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetis, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.6
Berbagai pengalaman menunujukan, banyak anak yang berhasil di sekolah
atau tergolong anak pandai dan juara kelas, ternyata tidak berhasil dalam
5 Undang-undang SISDIKNAS, (Bandung: FOKUSMEDIA, 2009) Bab. II, h. 5-6.
kehidupan. Sebaliknya, anak yang memiliki kecerdasan interpersonal ia tidak
terlalu pandai, tapi karena memiliki kemampuan sosial yang baik dan dapat
berinteraksi dengan sesamanya dan pandai bekerjasama, ia lebih berhasil dalam
mengarungi hidup masyarakat.
Ada seorang siswa di dalam kelasnya, sebenarnya ia pintar atau bisa
dikatakan ia mempunyai potensi yang cukup baik. Namun di sisi lain, ia tidak
mempunyai keberanian misalnya dalam berdiskusi, atau dalam setiap kegiatan
yang membuatnya lebih terlihat kreatif, sehingga potensi yang ia miliki bisa
terasah dengan baik. Dari sini bisa terlihat bahwa pentingnya kecerdasan
intrapersonal dan interpersonal bagi seseorang. Jika seorang siswa memliki
kecerdasan intrapersonal, ia akan mampu mengali segala kekurangan dan
kelebihan yang ia miliki, dan bagi siswa yang memiliki kecerdasan
interpersonal ia akan mampu bekerja sama dengan orang lain dan mampu
berinteraksi dengan baik.
Akan tetapi siswa sering kali tidak menyadari akan kecerdasan
interpersonal dan intrapersonal yang dimilikinya. Oleh karena itu disini
seorang guru berperan penting untuk membantu mengembangkan kecerdasan
interpersonal dan intrapersonal yang siswa miliki.
Dalam pembelajaran, guru sebagai pendidik berinteraksi dengan peserta
didik yang mempunyai potensi beragam. Dalam konteks ini guru lebih
berperan sebagai fasilitator daripada pengarah yang menentukan
segala-galanya bagi peserta didik. Guru harus lebih terbuka menerima
gagasan-gagasan peserta didik dan lebih berusaha menghilangkan ketakutan dan
kecemasan peserta didik yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah
secara kreatif. Tugas guru adalah mengembangkan potensi peserta didik
menjadi kemampuan yang maksimal.7
Pendidikan Agama Islam seyogyanya dapat mengembangkan
kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki anak didiknya secara optimal, bukan hanya
kecerdasan intelektualnya saja yang dikembangkan khususnya kecerdasan
interpersonal dan kecerdasan intrapersonal, karena dengan kecerdasan
interpersonal siswa bisa mempunya sifat sosial yang tinggi karena manusia
sebagai makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan sesamanya dan bisa
menumbuhkan rasa kasih sayang kepada sesama dan berprilaku baik dengan
sesamanya. Sedangkan dengan kecerdasan intrapersonal siswa dapat
mengintropeksi diri, khususnya dapat lebih menghayati keimanannya terhadap
Tuhannya. Jadi guru pendidikan agama islam sangat dituntut untuk dapat
mengembangkan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
pengamatan tentang: UPAYA GURU MENGEMBANGKAN KECERDASAN
INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL SISWA DALAM
PEMBELAJARAN PAI.
B.
Identifikasi Masalah
1. Minimnya kesadaran siswa akan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal
yang dimiliki.
2. Kebanyakan guru Pendidikan Agama Islam hanya mengedepankan pada
pembinaan kecerdasan intelektual saja tanpa memperhatikan
kecerdasan-kecerdasan yang lainnya khususnya kecerdasan-kecerdasan interpersonal dan
intrapersonal.
3. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan siswa khususnya
kecerdasan interpersonal dan intrapersonal.
C.
Pembatasan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka lingkup masalah yang akan dibahas
hanya dibatasi pada kajian: “UPAYA GURU MENGEMBANGKAN
KECERDASAN INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL SISWA
D.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya guru PAI mengembangkan kecerdasan interpersonal dan
intrapersonal siswa.
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kecerdasan interpersonal
dan intrapersonal
E.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui upaya guru PAI mengembangkan kecerdasan
interpersonal dan intrapersonal siswa.
b. Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
kecerdasan interpersonal dan intrapersonal
2. Manfaat Hasil penelitian
a. Bagi siswa, agar siswa dapat menyadari dan mengembangkan
kecerdasan interpersonal dan intrapersonal yang dimilikinya.
b. Bagi guru, dapat dijadikan bahan masukan dalam rangka meningkatkan
atau mengembangkan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswanya
khususnya kecerdasan interpersonal dan intrapersonal.
c. Bagi sekolah, dapat menambah pengetahuan tentang kecerdasan
majemuk yang perlu dikembangkan selain kecerdasan intelektual dan
menambah pengetahuan untuk mengembangkan kecerdasan majemuk
yang dimiliki siswanya.
7
A.
Konsep Pengembangan Kecerdasan Interpersonal
1.
Pengertian Pengembangan Kecerdasan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang paling cerdas karna
Allah telah menganugrahkan kecerdasan kepada setiap manusia. Dengan
kecerdasan itu mereka dapat melengkapi kehidupannnya. Namun
kecerdasan itu harus dilatih agar bisa tampil keluar, serta dilihat oleh orang
lain. Seseorang yang cerdas, maka ia bisa menjadi manusia seutuhnya.
Dalam Kamus Besar Indonesia, “pengembangan” berarti proses, cara,
perbuatan mengembangkan.1
Psikolog kognitif, Howard Gardner dari Harvard, melihat bahwa ada
banyak kecerdasan, bukan hanya satu, dan menjelaskan bahwa kecerdasan
adalah pengetahuan atau kemampuan untuk mengemas satu produk atau
menggunakan suatu keterampilan dalam suatu cara yang dinilai oleh satu
atau lebih kebudayaan.2
Beberapa ahli mendeskripsikan “kecerdasan sebagai kemampuan
untuk menyelesaikan masalah, ahli lain mendeskripsikannya sebagai
kapasitas beradaptasi dan belajar dari pengalaman. Ahli lain berpendapat
bahwa kecerdasan meliputi karakteristik seperti kreativitas dan keahlian
interpersonal”.3
Menurut Howard Gardner dalam buku yang ditulis oleh Eric Jensen
yang berjudul memperkaya otak cara memaksimalkan potensi setiap
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 538
2 Eric Jensen, Memperkaya Otak Cara Memaksimalkan Potensi Setiap Pembelajaran, (Indeks, 2008), cet 2, h.25-26
pembelajaran: kecerdasan anak bukan hanya berdasarkan pada skor
standar semata (tes IQ), melainkan dengan ukuran [1] kemampuan
menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan individu, [2]
kemampuan mengasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, [3]
kemampuan menciptakan sesuatu atau memberikan penghargaan dalam
budaya seseorang.4
Menurut Herbert dalam buku yang ditulis oleh Yatim Riyanto
“intelegensi adalah kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda dari kemampuan yang diperoleh melalui belajar”.
Menurut pendapat Binet dalam bukunya Yatim Riyanto “intelegensi
merupakan kemampuan yang diperoleh melalui keturunan, kemampuan
yang dimiliki dan diwarisi sejak lahir dan tidak terlalu banyak dipengaruhi
oleh lingkungan. Dalam batas-batas tertentu lingkungan turut berperan
dalam pembentukkan kemampuan intelegensi”.5
Menurut M. Alisuf Sabri, “Intellegensi merupakan suatu kemampuan
umum individu yang menunjukkan kualitas kecepatan, ketepatan dan
keberhasilannya dalam bertindak/berbuat atau memecahkan masalah yang
dihadapi”.6
William Stern dalam bukunya Abu Ahmadi dan Widodo supriyono,
“Intellegensi ialah suatu daya jiwa untuk mendapat menyesuaikan diri
dengan cepat dan tepat di dalam situasi baru’.7
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan yang dimiliki
4 Eric Jensen,Memperkaya Otak Cara Memaksimalkan Potensi Setiap Pembelajaran, (Indeks, 2008), cet 2, h. 42
5 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 219-220
6 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2006), h. 112
seseorang dalam memecahkan masalah secara cepat dan tepat, makin
tinggi kecerdasaan seseorang maka akan semakin cepat dan semakin tepat
juga dalam memecahkan masalah. Jadi pengembangan kecerdasan adalah
cara mengembankan kemampuan yang dimiliki individu yang
menunjukkan kualitas kecepatan, ketepatan dan keberhasilannya dalam
bertindak memecahkan masalah yang dihadapi”
2.
Pengertian Kecerdasan Interpersonal
Menurut May Lwin, “Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan
untuk berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Kecerdasan ini
adalah kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan,
temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain dan
menanggapinya secara layak”.8
Menurut Thomas Armstrong, kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara gerak-isyarat; kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal; dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu (misalnya, mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan
tertentu).9
Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk
peka terhadap perasaan orang lain. Orang yang mempunyai kecerdasan
interpersonal dapat dengan mudah berinteraksi dengan orang lain sehingga
mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan ini
juga dapat disebut sebagai kecerdasan sosial, yang mempunyai
kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, dan juga
memiliki kemampuan seperti memimpin, mengorganisasi, menangani
8 May Lwin et. All, How to Multiply Your Child’s Intelligence-Cara Mengembangkan Komponen Kecerdasan, Berbagai, (Jakarta: Indeks, 2008), cet. 2, h. 197
perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain,
dan sebagainya.10
Menurut Thomas Armstrong, “kecerdasan interpersonal adalah
kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain”.11
Menurutnya orang yang mempunyai kecerdasan interpersonal ini
dapat bekerja sama dengan baik dan orang yang mempunyai kecerdasan
ini dapat dengan mudah mengajak sekelompok orang untuk mencapai
suatu tujuan yang sama.
Kecerdasan inilah yang memungkinkan kita untuk membangun
hubungan dengan masyarakat. Adapun kecerdasan interpersonal bukan
sesuatu yang dibawa sejak lahir, akan tetapi sesuatu yang harus
dikembangkan melalui pembinaan dan pengajaran, sama seperti
kecerdasan lainnya. Karena itu, waktu terbaik untuk mulai membangun
kecerdasan interpersonal adalah ketika muda.
Mereka yang memiliki kecerdasan ini biasanya memiliki keterampilan
intuitif yang kuat. Mereka pintar membaca suasana hati, temperamen,
motivasi, dan maksud orag lain. 12
Maka dengan demikian dapat disimpulkan kecerdasan interpersonal
adalah kemampuan seseorang dalam bersosialisasi dengan lingkungannya
dan kemampuan bekerja sama yang baik dengan orang lain, orang yang
mempunyai kecerdasan interpersonal ini sangat menyadari bahwa dia tidak
dapat hidup sendiri dan menyadari bahwa ia memperlukan bantuan orang
lain.
10 Hamzah B. Uno dan masri kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pemebelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet pertama, h. 13
3.
Stragegi Pengajaran Untuk Kecerdasan Interpersonal
Beberapa siswa membutuhkan kesempatan untuk melemparkan
gagasan kepada orang lain agar dapat belajar secara optimal di kelas.
Pelajar yang bersifat sosial ini paling merasakan manfaat dari belajar
kelompok. Namun, karena semua siswa memiliki derajat kecerdasan
interpersonal yang berbeda-beda, pendidik perlu mengetahui pendekatan
dan pengajaran yang melibatkan interaksi antar siswa.
Strategi-strategi berikut ini dapat membantu guru menyentuh
kebutuhan siswa akan kebersamaan dan hubungan dengan orang lain.
a. Berbagi Rasa dengan teman Sekelas.
Mungkin berbagi rasa adalah strategi kecerdasan majemuk yang paling
mudah diterapkan.Yang anda harus lakukan hanyalah mengatakan
kepada siswa “Berbaliklah kearah teman di sebelahmu dan mulailah
bercerita. Tentang….” Titik disini dapat diisi dengan topik apapun.
Anda dapat meminta siswa mengolah materi yang baru saja diajarkan di
kelas. Atau Anda ingin memulai pelajaran dengan cara berbagi rasa ini
untuk membuka apa yang sudah diketahui siswa tentang topik yang
sedang dipelajari.
b. Kerja Kelompok.
Pembentukan kelompok kecil untuk mencapai tujuan pengajaran umum
adalah komponen utama model belajar kelompok. Kelompok ini efektif
jika terdiri atas tiga sampai delapan orang. Siswa-siswi dalam kelompok
ini dapat mengerjakan tugas belajar dengan bermacam-macam cara.
Kelompok dapat mengerjakan tugas tertulis secara kolektif misalnya
dengan setiap anggota menyumbangkan gagasan. Mereka juga dapat
c. Simulasi.
Simulasi melibatkan sekelompok orang yang secara bersama-sama
menciptakan lingkungan “serba seadanya”. Tatanan sementara ini mempersiapkan suasana untuk kontak yang lebih langsung dengan
materi yang dipelajari. Misalnya, siswa yang mempelajari periode
sejarah tertentu menggunakan kostum periode tersebut, mengubah
ruang kelas seperti pada zaman tersebut.13
d. Interaksi interpersonal
Diberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan
tamennya dalam proses pembelajaran.
e. Mengajari teman sekelas
Istilah ini sama dengan tutor sebaya dimana salah satu siswa menjadi
tutor dan pasanganya yang mendengarkan.14
Oleh karena itu guru sebagai pendidik harus pandai-pandai memilih
strategi pembelajaran, karna jika penggunakaan strategi kurang tepat itu
akan membuat bosan siswa dalam belajar, karna setiap siswa memiliki
cara belajar yang berbeda-beda. Bagi siswa yang memiliki kecerdasan
interpersonalnya tinggi strategi yang telah disebutkan di atas dapat
digunakan guru untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa,
dimana guru memberikan waktu ke kepada siswa untuk melemparkan
gagasannya dan berinteraksi antara guru dengan siswa serta antara siswa
dengan siswa.
13 Hamzah B. Uno dan masri kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pemebelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet pertama, h. 144-148
4.
Cara Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal
Contoh dalam dunia pendidikan, berilah kartu nama kepada teman atau
kerabat baru
b. Tetapkan untuk mengenal teman baru setiap harinya (atau dalam
seminggu).
c. Bergabunglah dengan kelompok relawan atau kelompok yang
berorientasi memberikan pelayanan.
Contoh dalam dunia pendidikan, bergabunglah dengan kelompok teman
yang suka mengadakan kegiatan sosial.
d. Luangkan waktu selama 15 menit setiap hari untuk mempraktekan
mendengarkan secara aktif dengan pasangan hidup atau sahabat dekat.
e. Selenggarakan sebuah pesta dan undanglah sekurang-kurangnya tiga
orang yang tidak begitu Anda kenal.
f. Hadirilah sebuah sesi psikoterapi kelompok atau sesi terapi keluarga
secara teratur.
g. Ambil peran kepemimpinan dalam kelompok Anda, baik di tempat
kerja atau di lingkungan permukiman.
Contoh dalam dunia pendidikan, ambil peran sebagai pemimpin kelas
atau pemimpin yang ada di lingkungan sekolah seperti OSIS.
h. Buatlah kelompok pendukung sendiri.
i. Ikuti sebuah kursus diperguruan tinggi setempat mengenai keterampilan
komunikasi antarpribadi.
j. Bekerjasamalah dengan satu orang atau lebih dalam sebuah program
berdasarkan kesamaan minat.
l. Berkomunikasilah dengan orang lain melalui jaringan komputer buletin
elektronik.
m. Adakan sesi sumbang saran secara berkelompok di tempat kerja Anda.
n. Ikuti retret pasangan suami-istri.
o. Kuasai seni perilaku sosial yang wajar dengan membaca buku tentang
sopan santun dan bahaslah hal ini dengan seorang yang Anda anggap
pandai bersosialisasi.
p. Mulailah percakapan dengan orang-orang di tempat umum.
q. Mulailah untuk menyurati orang-orang dalam sebuah jaringan kerja di
seluruh negeri bahkan dunia secara teratur.
r. Hadirilah reuni keluarga, sekolah, atau yang berkaitan dengan
pekerjaan.
s. Mainkan pertandingan luar rumah yang tidak kompetitif atau kooperatif
bersama keluarga dan teman.
t. Berkenalanlah dengan anggota masyarakat kebudayaan “Kami” dan terapkan sifat-sifat terbaik dari gaya pergaulannya ke dalam hidup Anda
sendiri.
u. Bergabunglah dengan kelompok yang bertujuan membantu Anda
bertemu dengan orang-orang baru.
v. Tawarkan diri Anda untuk mengajar, membimbing, atau membina
orang lain melalui organisasi sukarela atau tidak resmi.
w.Luangkan waktu selama 15 menit setiap hari selama satu atau dua
minggu untuk mengamati cara orang berinteraksi di tempat umum.
x. Renungkan hubungan Anda dengan sekitar Anda, meluas hingga
masyarakat dan negeri Anda, dan apa akhirnya mencakup seluruh
planet.
y. Pelajarilah kehidupan orang terkenal yang mahir bersosialisasi (para
dermawan, pengacara, politikus, pekerja sosial) melalui riwayat hidup,
film, dan media lain, kemudian belajarlah mengikuti contoh mereka.15
Cara-cara di atas dapat membantu kita mengembangkan kecerdasan
interpersnol kita. Dengan cara-cara itu kecerdasan yang kita miliki akan
berkembang dengan baik.
5.
Indikator kecerdasan Interpersonal
Berikut ini indikator kecerdasan interpersonal yang tinggi:
a. Berteman dan berkenalan dengan mudah
b. Suka berada di sekitar orang lain.
c. Ingin tahu mengenai orang lain dan ramah terhadap orang asing
d. Menggunakan bersama mainannya dan berbagi permen dengan
teman-temannya.
e. Mengalah kepada anak-anak lain.
f. Mengetahui bagaimana menunggu giliran selama bermain.16
g. Suka menolong orang lain
h. Tidak egois
i. Mengenali perasaan dan emosi orang lain
j. Mengetahui kebutuhan orang lain
k. Mampu membuat hubungan yang tepat dengan orang lain
l. Mampu memahami sudut pandang dan sikap orang lain.17
16 May Lwin et. All, How to Multiply Your Child’s Intelligence-Cara Mengembangkan Komponen Kecerdasan, Berbagai, (Jakarta: Indeks, 2008), cet. 2, h. 205
6.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan seseorang
sudah tentu setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, dan
kecerdasan itu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Faktor Hereditas
Faktor ini ditentukan oleh sifat-sifat yang dibawa sejak lahir, batas
kecakapan atau kecerdasan seseorang dalam memecahkan suatu
masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.
b. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Keluarga
Peran keluarga dalam perkembangan kecerdasan anak sangat
besar, seperti kultur dalam keluarga, tingkat pendidikan orang tua,
tingkat ekonomi, dan realita kehidupan.
2) Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal sebagai
tempat pengembangan kepribadian anak secara menyeluruh. Dari
sekolah, anak akan mendapatkan pengetahuan, teman, dan
pengalaman.
c. Faktor Gizi
Seperti halnya tumbuhan, otak pun membutuhkan nutrisi dan gizi
yang tepat dalam bekerja. Otak bekerja tanpa henti, maka nutrisi yang
sangat dibutuhkan sangat banyak jika otak kekurangan gizi maka otak
tidak akan bekerja secara maksimal.
d. Faktor kebebasan
Kadang orang sering mengatakan belajar yang baik adalah belajar
yang tanpa ada tekanan. Dengan membebaskan anak menggunakan
baik sehingga hasilnya pun dapat memuaskan karna ia belajar dengan
kecerdasan yang disukainya.
7.
Pentingnya Kecerdasan Interpersonal
Kita semua tahu bahwa memiliki persahabatan yang kuat akan
membantu kita dalam kehidupan pribadi maupun profesional kita. Akan
tetapi, banyak orang gagal menyadari betapa penting sebenarnya „cerdas bermasyarakat’ itu. Ada beberapa alasan penting mengapa memiliki kecerdasan interpersonal tingkat tinggi bukan hanya penting tetapi juga
merupakan dasar bagi kesejahteraan anak Anda, khususnya ketika dia
menjadi orang dewasa.
Di bawah ini beberapa alasan mengapa Anda mengkin ingin memulai
berusaha mengembangkan kecerdasan interpersonal anak Anda.
a. Untuk menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial dan mudah
menyesuaikan diri.
Kurangnya kecerdasan interpersonal adalah salah satu akar penyebab
tingkah laku yang tidak diterima secara sosial. Orang-orang yang
kecerdasan interpersonal yang rendah cenderung tidak peka, tidak
peduli, egois dan menyinggung perasaan orang lain. Salah satu hal
yang dapat Anda lakukan untuk memastikan bahwa anak Anda tumbuh
menjadi anak yang mudah menyesuaikan diri secara sosial adalah
mengajarkan kecerdasan bermasyarakat yang benar.
b. Menjadi berhasil dalam pekerjaan.
Semua orang tua menginginkan anak-anak mereka tumbuh menjadi
orang yang berkarir yang berhasil dan menjanjikan. Sebagai akibatnya,
banyak orang tua seperti ini cenderung menekankan pada anak mereka
agar mendapatkan nilai yang baik dan memenangkan beasiswa yang
bergengsi. Sebenarnya, banyak orang yang cerdas secara teknis tidak
pernah mencapai tataran tinggi dalam karirnya karena mereka kurang
mampu bergaul secara baik dengan orang lain, sedangkan orang yang
karena mereka mampu mengetahui orang yang tepat dan memanfaatkan
keterampilan kerjasama mereka.
c. Demi kesejahteraan Emosional dan fisik.
Anda pasti pernah mendengar ungkapan, „No man is an island’ (Tidak
ada orang dapat hidup sendirian), sesungguhnya, orang memerlukan
orang lain agar mendapatkan kehidupan seimbang secara emosional dan
fisik.18
Manusia sebagai makhluk sosial, mereka membutuhkan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. Untuk mendukung terjalinnya
hubungan yang baik kecerdasan interpersonal menjadi sangat penting
dimiliki setiap individu. Kecerdasan ini sangat penting karna pada
dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri.
B.
Konsep Kecerdasan Intrapersonal
1.
Pengertian Kecerdasan Intrapersonal
Thomas Armstrong mendefinisikan Kecerdasan Intrapersonal adalah
kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman
tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat
(kekuatan dan keterbatasan diri); kesadaran akan suasana hati, maksud,
motivasi, temperamen, dan keinginan, serta kemampuan berdisplin diri,
memahami dan menghargai diri.19
Kecerdasan intrapersonal menunujukan kemampuan seseorang untuk
peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk
menggali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya
sendiri. Peserta didik semacam ini sering melakukan intropeksi diri,
mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk
18 May Lwin et. All, How to Multiply Your Child’s Intelligence-Cara Mengembangkan Komponen Kecerdasan, Berbagai, (Jakarta: Indeks, 2008), cet. 2, h. 198-202
memperbaiki diri. Beberapa di antaranya cenderung menyukai kesunyian
dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri.20
Sedangkan menurut May lwin beserta kawan-kawannya, kecerdasan
intrapersonal adalah kecerdasan mengenai diri sendiri. Kecerdasan ini
adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab
atas kehidupannya sendiri. Orang-orang yang berkecerdasan
intrapersonalnya tinggi cenderung menjadi pemikir yang tercermin pada
apa yang mereka lakukan dan terus menerus membuat penilaian-diri.
Mereka selalu bersentuhan dengan pemikiran, gagasan dan impian mereka
dan mereka juga memiliki kemampuan untuk mengarahkan emosi mereka
sendiri sedemikian rupa untuk memperkaya dan membimbing kehidupan
mereka sendiri.21
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
intrapersonal adalah suatu kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam
mengenali dirinya sendiri, orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal
ia mampu memotivasi dirinya sendiri dan ia mengetahui kelemahan dan
kelebihan yang dimilikinya, ia pun memiliki kemandirian serta keyakinan
yang kuat untuk mencapai tujuan hidupnya.
2.
Strategi Pengajaran untuk Kecerdasan Intrapersonal
Sebagian besar siswa menghabiskan waktu di kelas selama enam jam
sehari, enam hari setiap minggu bersama tiga puluh sampai empat puluh
orang lain. Bagi individu yang kecerdasan intrapersonalnya sangat kuat
berkembang suasana yang sangat sosial ini akan sangat menakutkan.
Karena itu, guru perlu menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
menikmati dirinya sendiri sebagai pribadi yang otonom yang memiliki
20 Hamzah B. Uno dan masri kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pemebelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet pertama,h. 14
sejarah hidup yang unik dan rasa individualis yang mendalam setiap
harinya.
Strategi berikut ini akan membantu mencapai tujuan tersebut dengan
cara yang sedikit berbeda.
a. Sesi refleksi satu menit. Selama pelajaran diskusi, penelitian atau
kegiatan yang lain sebaiknya mendapatkan waktu “jeda” yang cukup
untuk mengawas diri atau merenung. Sesi refleksi satu menit
memberikan waktu bagi para siswa untuk mencerna informasi yang
mereka terima, atau menghubungkan informasi dengan
peristiwa-peristiwa dalam kehidupan mereka sendiri.22
b. Belajar Mandiri atau Mandiri
Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengerjakan tugasnya
secara mandiri.
c. Game dan kegiatan individual
Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan kegiatan nya
sendiri.23
Oleh karena itu guru sebagai pendidik harus pandai-pandai memilih
strategi pembelajaran, karna jika penggunakaan strategi kurang tepat itu
akan membuat bosan siswa dalam belajar, karna setiap siswa memiliki
cara belajar yang berbeda-beda oleh karena itu seorang guru harus
mengetahui karakteristik yang dimiliki siswanya.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bagi siswa yang memiliki
kecerdasan intrapersonal yang tinggi jika terlalu lama di dalam kelas
suasana yang sangat sosial ini akan sangat menakutkan. Karena itu, guru
perlu menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menikamti dirinya
22 Hamzah B. Uno dan masri kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pemebelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet pertama,h.149
sendiri memberikan waktu untuk mereka mengerjakan tugas secara
mandiri. Cara ini bisa dilakukan dengan strategi yang telah disebutkan di
atas.
3.
Cara Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal
Ada 25 cara untuk mengembangkan kecerdasan intrapersonal menurut
Thomas Armstrong.
a. Datangi bimbingan individu atau jalani psikoterapi
Contoh dalam dunia pendidikan, datangi guru bimbingan konseling
b. Pelajari “Peta diri” dalam sosiologi dunia barat/filosofi Timur. Contoh pelajari catatan diri sendiri
c. Belajarlah bermeditasi.
Contoh belajarlah untuk intropeksi diri
d. Dengarkan kaset dan video tentang motivasi.
e. Tuliskan autobiografi Anda.
f. Ciptakan ritual pribadi atau ritual perjalanan hidup Anda.
g. Rekam dan tafsirkan mimpi Anda secara teratur.
h. Bacalah buku self-help.
i. Tentukan tempat yang tenang di rumah Anda untuk melakukan
intropeksi.
j. Belajarlah sesuatu yang baru, misalnya keterampilan, bahasa, atau
kumpulan pengetahuan dalam bidang yang Anda minati secara
otodidak.
k. Mulailah bisnis Anda sendiri.
l. Kembangkan hobi atau minat yang membuat Anda berbeda dari orang
banyak.
m.Ikutilah pelajaran tentang latihan bersikap tegas atau pengembangan
n. Ikuti serangkaian tes yang dirancang untuk menilai kekuatan dan
kelemehan khusus Anda dalam berbagai bidang.
o. Tentukan sasaran jangka pendek dan jangka panjang Anda dan
kemudian tindaklanjuti rencana itu.
p. Hadirilah seminar yang dirancang untuk mengajar Anda mengenal diri
atau “diri” sendiri.
q. Buatlah buku atau catatan harian untuk merekam gagasan, perasaan,
sasaran, dan kenangan Anda.
r. Amatilah biografi dan autobiografi orang besar yang memiliki
kepribadian hebat.
s. Libatkan diri Anda dalam perilaku yang meningkatkan harga diri
sehari-hari.
t. Ikuti doa di rumah ibadah secara teratur.
u. Lakukan sesuatu yang menyenangkan diri Anda sekurang-kurangnya
satu kali.
v. Caritahu mana “mitos” pribadi Anda dan hayatilah.
w.Sediakan cermin untuk mengamati ekspresi Anda dalam keadaan batin
atau keadaan pikiran yang berbeda-beda.
x. Luangkan waktu sepuluh menit setiap petang untuk meninjau kambali
secara mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang Anda alami
hari itu.
y. Luangkan waktu dengan orang yang mempunyai rasa diri yang kuat dan
wajar.24
25 cara di atas adalah cara yang dapat membantu mengembangkan
kecerdasan intrapersonal, jika kita menggunakan cara-cara tersebut
kecerdasan intrapersonal yang kita miliki akan berkembang dengan baik.
4.
Indikator kecerdasan Intrapersonal
Adapun indikator kecerdasan intrapersonal diantaranya yaitu:
a. Senang bekerja sendiri dan cukup mandiri.
b. Memiliki keyakinan yang tinggi.
c. Memiliki kendali yang baik .
d. Termotivasi sendiri dalam mengejar cita-citanya.
e. Dapat mengintropeksi kesalahannya sendiri.25
f. Merasakan jati diri
g. Merasa istimewa dan unggul
h. Memahami apa yang ada di balik perasaan Anda
i. Mampu mengendalikan emosi
j. Mampu menghadapi kegagalan
k. Mampu melawan kecerobohan.26
Jika dalam diri kita terdapat indikator-indikator yang ada di atas
berarti kita mempunyai kecerdasan intrapersonal.
25 May Lwin et. All, How to Multiply Your Child’s Intelligence-Cara Mengembangkan Komponen Kecerdasan, Berbagai, (Jakarta: Indeks, 2008), cet. 2, h. 240
5.
Pentinga Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal tidak hanya penting bagi mereka yang
berjuang untuk menjadi pemimpin dan atasan, tetapi pada dasarnya
penting bagi setiap orang yang ingin menguasai kendali atas kehidupannya
dan karena itu mencapai keberhasilan dan keamanan. Dari sinilah maka
kecerdasan ini kadang-kadang dikenal sebagai kecerdasan penguasaan diri.
Berikut ini beberapa alasan mengapa penting bagi setiap orang untuk
menjadi cerdas diri.
a. Mengembangkan pemahaman yang kuat mengenai diri yang
membimbingnya kepada kestabilan Emosi.
Orang-orang dengan pemahaman yang lemah terhadap diri sendiri
cenderung dengan mudah menjadi tidak stabil secara emosional di
bawah tekanan atau penderitaan. Karena itu mereka tidak dapat
mengatasi banyak tantangan hidup, memilih untuk menderita tekanan
emosional dan menyerah dengan mudah. Jika anak Anda tidak belajar
bagaimana mengembangkan pemahaman yang kuat mengenai diri, dia
juga akan mudah terkena kritik, kesepian dan kejemuan.
b. Mengendalikan dan mengarahkan emosi
Yang lebih sering terjadi, yang menghalangi kita mengambil tindakan
dalam kehidupan kita dan mewujudkan impian kita adalah
ketidakmampuan kita mengendalikan dan mengarahkan emosi kita.
Orang-orang yang tidak pernah belajar untuk mengarahkan emosi
mereka akan merasa sangat terikat oleh perasaan ini. Mereka
mengetahui bahwa mereka harus menemukan suatu pekerjaan yang
lebih baik tetapi mereka terhambat oleh ketakutan akan penolakan dan
kegagalan. Orang-orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang
tinggi memiliki suatu pemahaman yang dalam mengenai perasaan
mereka dan dapat mengarahkan emosi tersebut sedemikian rupa
c. Mengatur dan memotivasi diri
Bukanlah lebih sering bahwa penundaan penyelesaian tugas
menghambat kita untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dalam
kehidupan? Biasanya, apa yang membedakan orang-orang yang berhasil
dengan yang lainnya adalah kemampuan mereka untuk memotivasi diri
mereka dan orang lain untuk melakukan hal-hal yang harus dilakukan.
Sebaiknya, orang-orang dengan kecerdasan intrapersonal yang rendah
harus bersandar pada orang lain untuk memotivasi mereka.
d. Bertanggug jawab atas kehidupan diri sendiri.
Orang-orang dengan kecerdasan-diri yang tinggi cenderung
bertanggung jawab dan menjadi pemilik kehidupan mereka sendiri.
Mereka merasa bertanggung jawab atas akibat dari apa yang mereka
hasilkan. Ketika ada hal-hal yang tidak beres, mereka cepat mengambil
tanggung jawab. Mereka adalah orang-orang yang selalu merasa bahwa
mereka mengendalikan kehidupan mereka sendiri.Sebaliknya,
orang-orang yang dengan kecerdasan intrapersonal rendah umumnya
cenderung mengambil peran sebagai korban.27
C.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan terjemah dari kata instruction yang dalam
bahasa Yunani disebut instruction atau intruere yang berarti
menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui
pembelajaran.28
27 May Lwin et. All, How to Multiply Your Child’s Intelligence-Cara Mengembangkan Komponen Kecerdasan, Berbagai, (Jakarta: Indeks, 2008), cet. 2, h.234-236
Pembelajaran pada prinsipnya merupakan proses pengembangan
keseluruhan sikap kepribadian khususnya mengenai peserta didik melalui
berbagai interaksi dan pengalaman belajar.29
Menurut Wina Sanjaya, “Pembelajaran adalah sebagai proses
kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan
sumber yang ada baik potensi yang bersumber dalam diri siswa itu sendiri
seperti minat, bakat dan kemampuan dasar termasuk gaya belajar sebagai
upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu”.30
Sedangkan menurut Gagne dan Briggs dalam bukunya Bambang
Warsita, “pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajaran peserta didik, yang berisi serangkain peristiwa
yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang sifatnya
internal”.31
Andayani yang berjudul “Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi”
menyebutkan pendidikan agama islam adalah suatu usaha untuk membina
dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam
29 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013), h. 100
30 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group), hal. 26
secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.32
Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk
menghormati penganut lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar
umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Tayar Yusuf dalam bukunya Abdul Majid dan Dian
Andayani yang berjudul Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
mengartikan “pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua
untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa
kepada Allah SWT”. 33
Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai mata pelajaran yang
seharusnya dinamakan “Agama Islam”, karena yang diajarkan adalah
agama islam bukan pendidikan agama islam. Nama kegiatannya atau
usaha-usaha dalam mendidikkan agama islam disebut sebagai pendidikan
agama islam. Kata “pendidik” ini ada dan mengikuti setiap mata
pelajaran.34
Dalam hal ini PAI sejajar atau sekatagori dengan pendidikan IPS/IPA
dan lain-lainnya (nama mata pelajaran adalah Matematika atau IPS/IPA
dan lain-lain), pendidikan olahraga (nama mata pelajarannya adalah
olahraga), pendidikan Biologi (nama mata pelajarannya dalah Biologi) dan
seterusnya. Sedangkan pendidikan agama islam adalah nama sistem, yaitu
sistem pendidikan yang islami, yang memiliki komponen-komponen yang
32 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),cet. 3, h. 130
33 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),cet. 3, h. 131
secara keseluruhan mendukung terwujudnya sosok muslim yang
diidealkan. Pendidikan Islam ialah pendidikan yang teori-teorinya disusun
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.35
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.36
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pendidikan agama islam
adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan pendidik dalam
menyiapkan peserta didik untuk memahami dan mengamalkan ajaran
islam dan berprilaku sesuai dengan ajaran agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, atau pelatihan. Sehingga menjadi umat yang taat
akan ajaran agama.
3.
Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam di sekolah/ madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.37
35 Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 163
36Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),cet. 3, h. 132
Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, serta pengalaman
peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
tinggi. 38
Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak
ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama
islam, yaitu: (1) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama
islam; (2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan
peserta didik terhadap ajaran agama islam; (3) dimensi penghayatan atau
pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran
islam; dan (4) dimensi pengalamnnya, dalam arti bagaimana ajaran islam
yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau internalisasi oleh peserta
didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk
menggerakan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya
dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.39
Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam bertujuan
membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan
berakhlak mulia.Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral
sebagai perwujudan dari pendidikan agama.Serta dapat mengamalkan
nilai-nilai keagamaan kedalam kehidupan sehari-hari.
38 Muhaimin, Pengembangan Kurukulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2011), h. 135
4.
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Sebagaimana diketahui , bahwa inti ajaran Islam meliputi: (a) masalah
keimanan; (b) masalah keislaman (syari’ah); dan (c) masalah ihsan
(akhlak), yang kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum
Islam (tarikh), sehingga secara berurutan : (a) ilmu tauhid/keimanan; (b)
ilmu fiqih; (c) al-Qur’an; (d) al-Hadits; (e) akhlak; (f) tarikh Islam.40
Mata pelajaran pendidikan agama Islam itu secara keseluruhannya
dalam ruang lingkup Al-qur’an dan al-hadis, keimanan, akhlak,
fiqih/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup
pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan
dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri,
sesama Manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun
minallah wa hablun minannas).41
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya
ruang lingkup pendidikan agama islam berpusat pada sumber utama ajaran
Islam, yakni al-Qur’an dan as-Sunnah, sebagaimana firman Allah dalam
surat al-Baqarah ayat 2 dan al-Isra’ ayat 9:
“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah:2).42
40 Zuhairini, dan abdul ghofur, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UM Press, 2004), h. 48
41Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),cet. 3,h. 131
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang
mengerjakan amal sholeh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”.
(Q.S. Al-Israa’: 9).43
Dengan demikian, as-Sunnah berfungsi sebagai penjelas terhadap
al-Qur’an dan sekaligus dijadikan sebagai sumber pokok ajaran Islam serta
dijadikan pijakan atau landasan dalam lapangan pembahasan Pendidikan
Agama Islam.
Dari kedua sumber tersebut, baik pada jenjang pendidikan dasar
maupun menengah kemampuan yang diharapkan adalah sosok siswa yang
beriman dan berakhlak. Hal tersebut tentunya selaras dengan tujuan
Pendidikan Agama Islam seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu sosok
siswa yang secara terus menenus membangun pengalaman belajarnya, baik
pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
5.
Fungsi Pendidikan Agama Islam
Dijelaskan oleh Abdul Majid dan Dian Andayani bahwa kurikulum
pendidikan agama islam untuk sekolah/madrasah berfungsi, yaitu
“Pengembangan, Penanaman nilai, Penyesuaian mental, Perbaikan,
pencegahan, dan Penyaluran”.44
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta
didik kepada Allh SWT yang telah ditanamkan dalam kehidupan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban mananamkan
keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam
keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut
dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar
43Al-Qur’an dan Terjemah , (Bandung: CV.J –Art, 2005), h. 284
keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian
hidup di dunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelamahan peserta didik dan keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi
orang lain.
D.
Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang kecerdasan interpersonal pernah dilakukan oleh Sofyan
Adenansi yang berjudul Upaya Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Siswa
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Berdasarkan hasil penelitian ini
dapat diketahui bahwa guru membuat perencanaan pembelajaran berupa,
silabus, RPP dan menggunakan metode, strategi, serta media yang relevan
guna mengembangkan kecerdasan interpersonal. Kecerdasan interpersonal
dapat berkembang dalam pembelajaran PAI dengan cara menggunakan
metode, strategi, serta media yang relevan dengan materi yang diajarkan.
Perbedaannya skripsi ini hanya menjelaskan kecerdasan interpersonal saja.45
Selain itu penelitan juga pernah dilakukan oleh Wafa Zahruddin yang
berjudul Peranan ESQ terhadap Kecerdasan Intrapersonal Siswa. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwanya training ESQ berperan dalam
meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa. Perbedaannya adalah skripsi ini
hanya membahas tentang kecerdasan intrapersonal saja dan jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian lapangan.46
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Siti Khoirunnisa dengan judul
skripsi “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Kecerdasan Emosional Siswa di SMA MARTIA BHAKTI BEKASI”, tujuan penelitian ini
untuk mengetauhi peranan guru pendidikan agama islam dalam membina
kecerdasan emosional siswa, kecerdasan emosional adalah bagian dari
kecerdasan interpersonal dan intrapersonal siswa dimana hasil penelitian
disimpulkan bahwa peranan guru pendidikan agama islam terhadap pembinaan
kecerdasan emosional siswa di SMA MARTIA BHAKTI BEKASI dengan
katagori baik.47
Dari ketiga judul tersebut ada persamaan dan perbedaan dengan judul yang
peneliti teliti diantaranya adalah sebagai berikuti:
1. Persamaan dan perbedaannya yaitu: dari hasil yang diperoleh dari judul
yang pertama sama-sama menjelaskan kecerdasan interpersonal akan tetapi
perbedaannya adalah judul ini tidak menjelaskan kecerdasan
intrapersonalnya sedangkan peneliti menjelaskan dua macam kecerdasan itu.
2. Persamaan dan perbedaannya yaitu: judul ini dan judul yang peneliti teliti
sama-sama menjelaskan kecerdasan intrapersonal adapun perbedaannya
judul ini hanya menjelaskan kecerdasan intrapersonal saja.
3. Persamaan dan perbedaannya yaitu judul ini sama-sama menjelaskan
tentang kecerdasan emosional dimana kecerdasan intrapersonal dan
interpersonal adalah bagian dari kecerdasan emosional.
46 Wafa Zahruddin Thohir, Peranan training ESQ Terhadap Kecerdasan Intrapersonal Siswa,
skripsi S1 Jurusan PAI UIN Jakarta, (Jakarta: Perpustakan UIN Jakarta, 2012), h. 65
34
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian yang dijadikan objek adalah MAN 4 Jakarta berada
dekat Tol Pondok Pinang.
Penelitian ini dilaksanakan di semester ganjil selama dua bulan yang
dimulai dari bulan Oktober-November.
MAN 4 Jakarta adalah lokasi yang dipilih, karena lokasinya sangat
strategis dan jaraknya tidak terlalu jauh dengan UIN syarif Hidayatullah,
selain itu, sekolah ini adalah salah satu sekolah yang terbaik di Jakarta dan
MAN 4 Jakarta memiliki banyak kegiatan interaksi sosial yang positif
B.
Latar Penelitian
Madrasah ALiyah 4 Jakarta berada di dekat tol pondok pinang lokasi
yang sangat terjangkau dan sangat strategis, untuk sampai ke MAN 4 bisa di
tempuh dengan mengendarai sepeda motor, angkot, busway untuk yang
jaraknya jauh dari sekolah bahkan bisa juga berjalan kaki untuk siswa yang
rumahnya dekat dengan sekolah. Kualitas MAN 4 Jakarta selalu meningkat
mulai dari sarana prasarana, jumlah guru bahkan jumlah murid.
Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta adalah lembaga pendidikan formal dan
lembaga pendidikan tingkat SLTA yang berwawasan global dengan ciri khas
keislaman. MAN 4 Jakarta mengacu pada kebutuhan nasional akan sumber
daya manusia yang unggul dalam penguasaan IPTEK dan dibekali dengan
iman dan takwa.
Dan pada tahun 2008 MAN 4 Jakarta menjadi madrasah berstandar
nasional, seiring dengan perkembangan dunia pendidikan dan UU sistem
pendidikan nasional, maka pada tahun 2010 MAN 4 Jakarta ditetapkan
sebagai rintisan madrasah bertaraf internasional sesuai surat keputusan kepala