• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan aktivitas fisik dan kejadian penyakit jantung koroner di Indonesia: analisis data Riskesdas tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan aktivitas fisik dan kejadian penyakit jantung koroner di Indonesia: analisis data Riskesdas tahun 2013"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

JANTUNG KORONER DI INDONESIA: ANALISIS DATA

RISKESDAS TAHUN 2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

Oleh:

Kemal Al fajar

1111101000028

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang dajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 Juni 2015

(3)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT EPIDEMIOLOGI

Skripsi, 24 Juni 2015

Kemal Alfajar, NIM: 1111101000028

Hubungan aktivitas fisik dan kejadian penyakit jantung koroner di Indonesia: analisis data Riskesdas tahun 2013

xiii + 65 halaman, 7 tabel, 3 bagan + 2 lampiran

ABSTRAK

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi dan mengalami peningkatan angka kejadian di negara berkembang, seperti di Indonesia. PJK dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus serta gaya hidup tidak sehat. Aktivitas fisik diketahui dapat mencegah terjadinya PJK. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan aktivitas fisik dan PJK di Indonesia. Studi cross-sectional dengan menganalisis data sekunder dari 722329 sampel Riskesdas 2013 untuk melihat efek proteksi dan perbedaan risiko PJK pada individu yang beraktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi menurut karakteristik individu (jenis kelamin, usia, status dan durasi merokok, obesitas, riwayat penyakit penyerta jantung koroner). Aktivitas fisik sedang (OR 0,38 95% CI 0,32-0,45) dan tinggi (OR 0,40 95% CI 0,36-0,43) memberikan efek protektif terhadap PJK. Risiko PJK dari individu yang beraktivitas fisik sedang dan tinggi serta berusia lanjut (>50 tahun), pernah merokok, durasi merokok >22 tahun. Sedangkan risiko PJK dari riwayat Hipertensi dan Diabetes Mellitus lebih rendah pada individu dengan aktivitas fisik tinggi. Hasil analisis ini menunjukan individu yang rutin beraktivitas fisik cenderung memiliki risiko yang lebih rendah terhadap PJK meskipun memiliki faktor risiko PJK lainnya.

(4)

PUBLIC HEALTH DEPARTMENT EPIDEMIOLOGY CONCENTRATION Undergraduate Thesis, 24th June 2015

Kemal Alfajar, SIN: 1111101000028

Physical Activity and Coronary Heart Disease in Indonesia: 2013 Riskesdas Data Analysis

xiii + 65 pages, 7 tables, 3 figures + 2 attachments

ABSTRACT

Coronary heart disease (CHD) is the most common cardiovascular disease which the case has

increased in developing countries including Indonesia. CHD caused by several risk factors such as

Hypertension, Diabetes Mellitus and also unhealthy lifestyles. Physical activity (PA) is known as a

preventive strategy against CHD. This study aims to investigate association between PA and CHD in

Indonesia. A cross-sectional study using 722329 samples of 2013 Riskesdas to investigate protective

effects of PA against CHD and also the CHD risk based on individual characteristics (sex, age, smoking

status and duration, obesity and history of CHD comorbidities) among individual with low, moderate

and high PA level. The individual with moderate PA level has CHD risk 62% lower (OR 0.38 95%CI

0.32-0.45) and the individual with high PA level has CHD risk 60% lower (OR 0.40 95% CI 0.36-0.43)

than the individual with low PA level. The individual with high PA level has lower CHD risks of age

>50 years, former smoker, >22 years smoking duration and history of Hypertension and Diabetes

Mellitus than the individual with only low PA level. These findings show that individual with regular PA

tends to have lower risk of CHD even if the individual has another risk factor of CHD.

(5)

Judul Skripsi

Hubungan Aktivitas Fisik dan Penyakit Jantung Koroner di Indonesia:

Analisis Data Riskesdas tahun 2013

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh

Kemal Al fajar

NIM 1111101000028

Pembimbing I Pembimbing II

Hoirun Nisa, Ph.D NIP. 197904272005012005

Riastuti Kusumawardani, M.KM NIP. 198005162009012005

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

(6)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Juli 2015

Mengetahui

Penguji I

Yuli Amran, S.KM, M.KM 198005062008012015

Penguji II

dr. Yuli Prapanca Satar, MARS NIP. 195307301980111001

Penguji III

(7)

Data Pribadi

Nama : Kemal Al fajar

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Desember 1993

Jenis Kelamin : Laki-laki

No. Telepon : 0857-1077-1749

Email : kemal.alfajar@gmail.com

Alamat : Jl. Elpiji Raya L24 No. 3, Komplek Pertamina, Pondok Ranji, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan

Riwayat Pendidikan

Formal

: Epidemiologi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kedokteran Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2011 – 2015)

SMAN 4 Kota Tangerang Selatan (2008 – 2011) SMPN 4 Ciputat (2005 – 2008)

(8)

Segala Puji bagi Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga proses

penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi S1 Kesehatan Masyarakat di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Judul skripsi ini adalah Hubungan Aktivitas Fisik dan Penyakit Jantung

Koroner di Indonesia: Analisis Data Riskesdas tahun 2013.

Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada Ibu Hoirun Nisa dan Ibu

Riastuti Kusumawardani selaku dosen pembimbing yang selalu mengarahkan dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini, serta semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan dan penyelesaian penulisan skripsi ini.

Permohonan maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun penyusun harapkan untuk dapat melakukan penelitian

yang lebih baik lagi. Semoga skripsi bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Jakarta, 24 Juni 2015

(9)

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Indeed with hardship (will be) ease. For indeed with hardship (will be) ease”

(Q.S. 94: 5-6)

“All parts of the body which have a function if used in moderation and

exercised in labors in which each is accustomed, become thereby healthy,

well developed and age more slowly; but if unused and left idle they become

liable to disease, defective in growth and age quickly.”

(Hippocrates. 450 B.C.)

This work is dedicated to my mother, my father, and my sister for without their supports and prayers

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Pertanyaan Penelitian ... 4

D.Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A.Penyakit Jantung Koroner ... 7

B. Aktivitas Fisik ... 9

C. Karakteristik individu ... 11

D.Kerangka Teori ... 19

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20

A.Kerangka Konsep ... 20

B. Definisi Operasional ... 22

BAB IV METODE PENELITIAN ... 24

A.Desain Penelitian ... 24

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 24

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

D.Metode Pengumpulan Data ... 28

E. Pengukuran Variabel Penelitian ... 28

(11)

H.Analisis Data ... 34

BAB V HASIL ... 37

A.Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Aktivitas Fisik ... 37

B. Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik Individu ... 37

C. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner ... 40

D.Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik individu . 40 BAB VI PEMBAHASAN ... 45

A.Keterbatasan Penelitian... 45

B. Frekuensi Penyakit Jantung Koroner berdasarkan Aktivitas Fisik ... 47

C. Frekuensi Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik Individu ... 48

D.Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner ... 52

E. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik individu . 54 BAB VII PENUTUP ... 60

A.Simpulan ... 60

B.Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(12)

4.1 Distribusi Jumlah Sampel Berdasarkan Variabel Penelitian…………..………. 26

4.2 Kekuatan Uji Variabel Penelitian………..……….. 28

4.3 Perhitungan Skor MET berdasarkan Jenis Aktivitas Fisik………..… 29

5.1 Frekuensi PJK menurut Aktivitas Fisik……….……….. 37

5.2 Frekuensi PJK menurut Karakteristik Individu………... 38

5.3 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK ………...…. 41

(13)

2.1 Kerangka Teori………...………..… 19

3.1 Kerangka Konsep………..………..……. 21

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi (43% dari total penyakit kardiovaskuler)

dan menyebabkan kematian tertinggi secara global. Angka kematian akibat PJK di dunia sebanyak 7,4 juta dan terus mengalami peningkatan (WHO, 2012). Hingga pada tahun 2030, diperkirakan angka kematian akibat PJK mencapai 23,3

juta secara global (Mathers & Loncar, 2006).

Menurut WHO (2012), kejadian PJK meningkat di negara berkembang dengan pendapatan menengah dan rendah, salah satunya di Indonesia. Pada tahun

2010, PJK merupakan penyebab kematian tertinggi ke-enam dengan proporsi 4% dari seluruh kematian di Indonesia (CDC, 2013). Berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi PJK menurut hasil wawancara terdiagnosis dokter sebesar 0,5%, dan berdasarkan diagnosis dokter dan/atau gejala sebesar 1,5% (Kemenkes RI, 2013).

Pada umumnya faktor risiko PJK dipengaruhi oleh merokok, obesitas, kurang aktivitas fisik dan tekanan darah tinggi atau hipertensi (WHO, 2011). Melakukan

aktivitas fisik dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan meningkatkan kesehatan jantung (Ignarro et al., 2007). Oleh karena itu, beraktivitas fisik secara rutin dapat menurunkan risiko PJK (Sofi et al., 2007; Sattlemair et al., 2011;

(15)

Berdasarkan hasil penelitian oleh Reiner, dkk (2013), aktivitas fisik

menunjukan hubungan terbalik terhadap risiko kejadian penyakit jantung koroner (PJK). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian analisis data sekunder di Negara

Lithuania, yang menunjukan bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan risiko morbiditas dan mortalitas akibat PJK sebesar 25% dan 21% pada laki-laki dan perempuan (Tamosiunas et al., 2014). Penelitian lainnya oleh Li dan Siegrist

(2012), juga menunjukan hal serupa, dimana penurunan risiko PK pada laki-laki lebih besar dibandingkan pada perempuan (Li & Siegrist, 2012).

Penelitian lainnya oleh Mora, dkk (2007) yang menunjukan aktivitas fisik dengan kategori tingkat intensitas sedang hingga tinggi dapat menurunkan risiko segala penyakit kardiovaskuler termasuk PJK. Dengan mengontrol variabel

indeks masa tubuh, status hipertensi dan diabetes mellitus penurunan risiko sebesar 27% dan 41% (Mora et al., 2007). Selain itu, beraktivitas fisik pada tingkatan sedang juga diketahui sudah dapat menurunkan risiko terhadap PJK.

(Sattlemair et al., 2011; Sofi et al., 2007).

Meskipun demikian mekanisme penurunan risiko PJK bergantung pada

intensitas dari aktivits fisik, seperti kecukupan hari dan jenis aktivitas fisik yang dilakukan (Carnethon, 2009). PJK disebabkan gaya hidup tidak sehat yang merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko seperti perilaku

merokok, obesitas, tekanan darah tinggi serta riwayat penyakit penyerta individu seperti diabetes mellitus (DM) dan hipertensi sangat berpengaruh dalam

(16)

Indonesia merupakan negara berkembang yang berpotensi mengalami

peningkatan kasus penyakit jantung koroner. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, diperkirakan prevalensi penyakit jantung koroner nasional dengan diagnosis

tenaga kesehatan sebesar 0,5%. Selain itu diketahui proporsi aktivitas fisik yang mencukupi hanya sebesar 73,9% (Kemenkes RI, 2013). Maka terdapat sekitar 26,1% penduduk yang kurang beraktivitas fisik sehingga berisiko mengalami

PJK. Terlebih lagi terdapat 22 provinsi dengan proporsi aktivitas fisik kurang berada di atas rata-rata Indonesia (Kemenkes RI, 2013). Riskesdas merupakan

penelitian survei komunitas dengan skala nasional dengan pengukuran penyakit tidak menular serta perilaku individu yang mempengaruhinya. Hal tersebut memungkinkan peneliti untuk melihat efek proteksi aktivitas fisik terhadap PJK

di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan aktivitas fisik dan kejadian PJK di Indonesia tahun 2013 dengan menganalisis

data Riskesdas tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi dan mengalami peningkatan angka kejadian di negara

berkembang, seperti di Indonesia. Kurang beraktivitas fisik merupakan faktor risiko PJK. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, sebesar 26,1% individu di Indonesia memiliki pola aktivitas fisik yang kurang. Hal ini menunjukan

(17)

faktor risiko PJK seperti perilaku merokok, obesitas dan penyakit penyerta

jantung koroner. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian PJK di Indonesia tahun 2013 dengan menganalisis data

sekunder Riskesdas tahun 2013.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah frekuensi PJK menurut aktivitas fisik di Indonesia tahun 2013? 2. Bagaimanakah frekuensi PJK menurut karakteristik individu (jenis kelamin,

usia, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh, riwayat hipertensi,

diabetes mellitus dan stroke) di Indonesia tahun 2013?

3. Bagaimanakah hubungan tingkat aktivitas fisik dengan kejadian PJK di Indonesia tahun 2013?

4. Bagaimanakah hubungan aktivitas fisik dengan kejadian PJK menurut karakteristik individu (jenis kelamin, usia, status merokok, durasi merokok,

indeks masa tubuh, riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan stroke) di Indonesia tahun 2013?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dan kejadian PJK di Indonesia tahun

(18)

2. Tujuan Khusus

1) Diketahuinya frekuensi kejadian PJK menurut aktivitas fisik di Indonesia tahun 2013.

2) Diketahuinya frekuensi kejadian PJK menurut karakteristik individu (jenis kelamin, usia, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh, riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan stroke) di Indonesia tahun 2013.

3) Diketahuinya hubungan tingkat aktivitas fisik individu dengan kejadian PJK di Indonesia tahun 2013.

4) Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan kejadian PJK menurut karakteristik individu (jenis kelamin, usia, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh, riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan

stroke) di Indonesia tahun 2013.

E. Manfaat Penelitian

a. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Hasil penelitian diharapkan bisa menjadi bahan rekomendasi terkait

kecukupan tingkat aktivitas fisik yang diperlukan sebagai upaya pengendalian Penyakit Jantung Koroner di Indonesia.

b. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

(19)

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam penelitian selanjutnya terkait manfaat aktivitas fisik dengan kejadian Penyakit

Jantung Koroner, khususnya pada populasi studi di Indonesia.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian epidemiologi analitik dengan desain penelitian cross-sectional

bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Indonesia pada tahun 2013. Penelitian ini merupakan analisis lanjut data sekunder Riskesdas tahun 2013. Variabel dalam penelitian ini meliputi

riwayat diagnosis jantung koroner, aktivitas fisik, jenis kelamin, usia, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh, riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan stroke. Analisis lanjut univariat dan bivariat akan dilaksanakan pada

(20)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Jantung Koroner

1. Definisi

Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau dikenal juga sebagai Ischaemic Heart Disease merupakan penyakit yang disebabkan penyumbatan salah satu atau beberapa pembuluh darah yang menyuplai aliran darah ke otot jantung.

Pada umumnya manifestasi kerusakan dan dampak akut sekaligus fatal dari PJK disebabkan gangguan pada fungsi jantung (WHO, 2012).

PJK ditandai dengan adanya gejala infark miokard dan/atau angina pektoris pada individu. Gejala infark miokard merupakan gejala akut akibat kekurangan oksigen yang menyebabkan nyeri subternal dan dapat

menyebabkan kematian secara mendadak, sedangkan angina pektoris merupakan nyeri sesaat akibat aritmia dari peningkatan aliran darah pada otot

jantung yang mengalami penyumbatan (Naga, 2012).

2. Patofisiologi

Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada pembuluh darah dan dapat mulai terjadi saat seseorang masih muda.

(21)

pada dinding arteri. Kondisi ini berlanjut hingga bertahun-tahun dan

menyebabkan plak yang menyumbat arteri sehingga aliran darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah sehingga timbul gejala PJK dalam

waktu yang cukup lama (WHO, 2011; WHO, 2012).

Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh penumpukan lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam

pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi dan pendarahan di

bagian dalam pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan klot darah. Pada akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari PJK berupa serangan jantung (Naga, 2012). Berdasarkan perkembangannya, PJK merupakan penyakit

kronis yang memerlukan waktu yang cukup lama hingga menimbulkan gejala akibat kerusakan pada pembuluh darah.

Patofisiologi PJK pada umumnya disebabkan penumpukan lemak atau

LDL di pembuluh darah. Tetapi kondisi ini dipicu dari beberapa gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik, merokok, pola makan tidak

sehat dan obesitas (WHO, 2011). Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan PJK dan merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi (WHO, 2011). Oleh karena itu,

(22)

B.

Aktivitas Fisik

Kurang beraktivitas fisik merupakan faktor risiko terhadap PJK,

sebaliknya beraktivitas fisik cukup secara teratur dapat menurunkan risiko PJK. Secara substansial, beraktivitas fisik secara rutin dapat menurunkan risiko PJK dengan cara meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah (Reddigan et

al., 2011; Ignarro et al., 2007). Aktivitas fisik diketahui dapat mempengaruhi mekanisme metabolisme tubuh serta meningkatkan kadar high-density lipoprotein (HDL) dan dapat menurunkan kadar LDL (low-density lipoprotein)

dalam tubuh, meningkatkan metabolisme glukosa dengan cara meningkatkan sensitivitas insulin serta menurunkan kadar lemak berlebih dan tekanan darah

tinggi (Reddigan et al., 2011; Mora et al., 2007). Meskipun begitu, manfaat dari aktivitas fisik dipengaruhi oleh durasi dan frekuensi dari aktivitas fisik itu sendiri

(Carnethon, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian prospektif oleh Mora, dkk (2007), aktivitas fisik dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 41% (HR 0.59

95% CI 0.49–0.71). Aktivitas fisik menunjukan signifikansi dalam menurunkan risiko penyakit jantung koroner (Ptrend=0.05) (Mora et al., 2007). Penelitian oleh Sofi, dkk (2007) menunjukan penurunan risiko PJK pada individu yang

beraktivias fisik pada tingkat intensitas tinggi dan sedang sebesar 27% (0.73, 95% CI 0.66–0.80) dan 12% (0.88, 95% CI 0.83–0.93). Hasil penelitian ini

(23)

penelitian lainnya juga menunukan perbedaan penurunan risiko pada laki-laki

dan perempuan. Hasil penelitian oleh Li dan Siegrist (2007), menunjukan aktivitas fisik menurun risiko penyakit kardiovaskuler sebesar 24% (RR=0.76, 95% CI 0.70–0.82, p < 0.001) pada laki-laki dan pada perempuan sebesar 27%

(RR=0.73, 95% CI 0.68–0.78, p < 0.001).

Selain itu, penurunan risiko juga diperkuat oleh hasil review dari 23

penelitian observasional (20 diantara penelitian prospektif) yang menunjukan

penurunan risiko aktivitas fisik terhadap kejadian PJK. Tetapi hanya 15

diantaranya menunjukan hubungan dosis respon (Carnethon, 2009). Temuan ini

menunjukan efek dari mekanisme kardioprotektif aktivitas fisik dengan

intensitas sedang menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler. Kurangnya

aktivitas fisik merupakan penyebab utama dari kejadian penyakit jantung

koroner.

Berdasarkan jenisnya, aktivitas fisik dibedakan menjadi:

1. Aktivitas Fisik Berat

Jenis aktivitas fisik berat adalah jenis kegiatan yang secara terus menerus melakukan kegiatan fisik minimal 10 menit sampai meningkatnya denyut

nadi dan napas lebih cepat dari biasanya (misalnya menimba air, mendaki gunung, lari cepat, menebang pohon, mencangkul, dll). Skor MET aktivitas

(24)

2. Aktivitas Fisik Sedang

Jenis Aktivitas fisik sedang merupakan jenis kegiatan aktivitas fisik dengan peningkatan denyut nadi dan napas yang lebih rendah dari aktivitas fisik

berat, jenis aktivitas fisik sedang seperti menyapu, mengepel, berjalan kaki, dll (Kemenkes RI, 2013). Skor total MET aktivitas fisik sedang dikalikan bobot (MET value) sebesar 4 kalori (IPAQ, 2005).

3. Aktivitas Fisik Ringan

Aktivitas fisik ringan merupakan jenis aktivitas fisik yang tidak termasuk

jenis aktivitas fisik sedang dan/atau maupun aktivitas fisik berat. (Kemenkes RI, 2013).

Jenis aktivitas fisik atau kegiatan yang dilakukan akan menentukan kecukupan

tingkat aktivitas fisik individu, sehingga berpengaruh terhadap efek proteksi atau penurunan risiko terhadap PJK. Namun mekanisme penurunan risiko ini juga

dipengaruhi faktor risiko lainnya seperti umur jenis, kelamin, kebiasaan merokok, obesitas, serta riwayat penyakit penyerta jantung koroner pada

individu (Sofi et al., 2007; Li & Siegrist, 2012).

C. Karakteristik individu

Variabel yang termasuk dalam karakteristik individu merupakan variabel yang

(25)

1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin seseorang akan berpengaruh pada kejadian PJK, baik dari efek proteksi aktivitas fisik terhadap PJK maupun faktor risiko PJK

lainnya. Perbedaan pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian PJK dipengaruhi kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan pada laki-laki dan perempuan. Penelitian oleh Mora (2012), menunjukan bahwa penurunan

risiko PJK dengan beraktivitas fisik pada perempuan dan laki-laki sebesar 10 hingga 20 persen dan 20 hingga 30 persen. Hasil ini menunjukan penurunan

risiko PJK dengan beraktivitas fisik lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan (Mora et al., 2007).

Berdasarkan faktor risiko lainnya, terdapat perbedaan risiko PJK pada

laki-laki dan perempuan. Laki-laki lebih berisiko terkena PJK karena usia lanjut dan penyakit penyerta (Huxley et al., 2006). Sedangkan perempuan

lebih berisiko terkena PJK akibat faktor gaya hidup seperti perilaku merokok (Huxley & Woodward, 2011).

2. Usia

Usia merupakan faktor risiko penting pada kejadian PJK. Hal ini disebabkan perkembangan PJK dapat dimulai saat individu masih muda dan

(26)

berusia 15 – 20 tahun dan terus meningkat hingga kelompok usia 80 tahun

(CDC, 2013).

Usia munculnya gejala PJK bergantung pada faktor risiko yang

dimiliki pada individu dan pada umumnya gejala PJK dialami oleh individu berusia lanjut. Hasil penelitian oleh Jones (2006) menunjukan bahwa usia lanjut atau berusia >50 tahun meningkatkan risiko PJK pada laki-laki sebesar

51,7% (95% CI 49,3% - 54,2%) dan pada perempuan 39,2% (95% CI 37% - 41,4%). Individu yang tidak memiliki faktor risiko terhadap PJK selama 50

tahun pada masa hidupnya memiliki risiko yang sangat rendah terkena PJK (Lloyd-Jones et al., 2006).

3. Merokok

Perilaku merokok merupakan faktor risiko yang dapat dihindari dan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kejadian PJK. Merokok

merupakan penyebab dari 10% kasus PJK (WHO, 2011). Dampak merokok terhadap penderita PJK salah satunya penurunan angka harapan hidup dibandingkan individu yang tidak merokok (Huxley & Woodward, 2011).

Individu yang merokok berisiko terkena PJK 25% lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok sama sekali (RR 1,25% 95% CI 1,12 – 1,39, p<0001) (Huxley & Woodward, 2011). Pada penelitian lainnya

(27)

terkena PJK (RR 1,84 95% CI 1,57 – 2,17) dan individu yang sudah berhenti

merokok lebih berisiko mengalami PJK sebesar 12% (RR 1,12 95% CI 1,00-1,27) dibandingkan yang tidak pernah merokok sama sekali. Meskipun

demikian peneliti juga menyatakan bahwa lama merokok juga mempengaruhi risiko PJK akibat merokok (Glynn & Rosner, 2005).

4. Indeks Masa Tubuh (IMT)

Indeks masa tubuh (IMT) merupakan indeks sederhana perbandingan

berat dan tinggi badan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasi berat badan kurang, lebih dan obesitas pada individu (WHO, 2006). Nilai IMT besifat independen terhadap jenis kelamin dan usia. Namun, skala IMT dapat

berbeda pada beberapa populasi. IMT pada populasi di Indonesia dimodifikasi untuk penyesuaian, sehingga nilai IMT untuk Indonesia adalah sebagai

berikut (Kemenkes RI, 2013):

a. Berat Badan Kurang : IMT <18,5 b. Normal : IMT 18,5 – 25,0 c. Berat Badan Lebih : IMT 25,1 – 27,0 d. Obesitas : IMT >27,0

IMT merupakan salah satu karakteristik individu yang penting dalam

kejadian PJK. Berdasarkan penelitian sebelumnya, risiko PJK ditemukan lebih besar pada individu dengan IMT kurang dan lebih atau gemuk serta pada individu yang mengalami obesitas. Penelitian oleh Suastika, dkk (2011)

(28)

Selain itu, risiko PJK juga ditemukan pada setiap pertambahan IMT.

Berdasarkan hasil penelitian oleh Labounty, dkk (2013) menunjukan kenaikan IMT sebesar 5 kg/m2 akan meningkatkan risiko PJK sebesar 1,25 kali (OR

1.25 95%CI 1.20-1.30). Hasil ini menunjukan bahwa pertambahan berat badan akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian akibat PJK karena terjadi peningkatan keparahan PJK sesuai dengan pertambahan IMT

(Labounty, et al., 2013).

Selain IMT kurang dan lebih, obesitas merupakan faktor penting

dalam kesakitan ataupun kematian akibat PJK. Obesitas mempengaruhi perkembangan PJK secara langsung maupun tidak langsung. Obesitas berdampak pada faktor metabolism tubuh seperti peningkatan tekanan darah,

peningkatan kadar kolesterol dan resistensi insulin yang merupakan faktor risiko dari PJK (WHO, 2011; Villareal et al., 2006). Berdasarkan hasil penelitian, obesitas memiliki hubungan positif terhadap peningkatan risiko

PJK pada individu yang mengalami Obesitas (RR 3,44 95% CI 2,81-4,21) (Li et al., 2006). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Jones, (2006) yang

menemukan bahwa Obesitas meningkatkan risiko PJK pada laki-laki dan perempuan sebesar 41% dan 21%. Peningkatan risiko PJK akibat Obesitas lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki (Lloyd-Jones et al.,

(29)

5. Riwayat Penyakit Penyerta Jantung Koroner

Penyakit penyerta jantung koroner merupakan penyakit yang terdapat pada individu yang menderita PJK dan dapat mempengaruhi patofisiologi PJK pada

individu. Penyakit penyerta dapat berupa tekanan darah tinggi (Hipertensi), Diabetes Mellitus dan penyakit Stroke.

a. Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan faktor risiko PJK.

Hipertensi juga dapat dipicu oleh faktor risiko PJK lainnya sehingga dapat meningkatkan risiko kejadian PJK. Peningkatan tekanan darah merupakan faktor risiko PJK yang dapat memicu atau mempercepat perkembangan

PJK pada individu (WHO, 2011). Berdasarkan hasil beberapa penelitian, hipertensi berpengaruh positif terhadap kejadian PJK (OR 7,8 95% CI 7,5

– 8,1). Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko terkena PJK hingga 81% (RR 1,81 95% CI 1,65 – 1,97) dibandingkan individu yang tidak memiliki tekanan darah tinggi (Huxley et al., 2006) (Glynn & Rosner, 2005).

b. Diabetes Mellitus (DM)

Diabetes Mellitus adalah kondisi sindrom metabolik yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal (>7 mmol/l atau 126 mg/dl). DM disebabkan gangguan metabolisme

glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif (Kemenkes RI, 2013). Peningkatan gula darah atau kondisi hiperglikemia

(30)

hingga tiga kali lipat dibandingkan individu yang tidak menderita DM

(WHO, 2011).

Hasil penelitian oleh Glynn (2005) menunjukan penyakit DM

secara signifikan meningkatkan risiko PJK sebanyak 1,4 kali (RR 2,44 95% CI 2,07 – 2,88) (Glynn & Rosner, 2005). Penelitian lainnya juga menunjukan peningkatan risiko PJK pada penderita DM sebesar 2,5 kali

(OR 3,5 95% CI 2,7 – 4,53) (Huxley et al., 2006). Hal ini konsisten dengan hasil penelitian oleh Capewell (2010) yang juga menunjukan

peningkatan risiko PJK pada penderita DM dengan usia >55 tahun sebesar 1,6 kali (OR 2,66 99% CI 2,04 – 3,46) (Capewell et al., 2010).

c. Penyakit Stroke

Stroke merupakan penyakit penyerta dari PJK yang disebabkan

oleh aterosklerosis yang dipicu faktor risiko saat individu masih muda dan berlanjut dalam waktu yang lama. Penyakit stroke ditandai dengan adanya perdarahan pada pembuluh darah yang disebabkan tekanan darah tinggi

dan aterosklerosis. Pada umumnya faktor risiko Stroke dan PJK disebabkan oleh faktor risiko yang hampir sama, diantaranya kurang

beraktivitas fisik, obesitas, merokok dan tekanan darah tinggi (WHO, 2011) (Liu, et al, 2007).

Penelitian oleh Raso, dkk (2006) menunjukan individu yang

(31)

dibandingkan individu yang sehat atau tidak mengalami ateroskelrosis

(HR 1.22 95% CI 0.55-2.70). Sedangkan kondisi aterosklerosis meningkatkan risiko PJK 72% lebih tinggi dibandingkan individu yang

sehat (HR 1.72 95% CI 0.91-3.24) (Mattace-Raso et al., 2006).

Faktor risiko stroke berkontribusi dalam meningkatkan tekanan darah dan kadar kolesterol sehingga menyebabkan aterosklerosis. Proses

penyumbatan pembuluh darah dimulai dengan peningkatan tekanan darah akibat tingginya kolesterol dalam darah sehingga kecepatan aliran darah

meningkat, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerosis. Pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis dapat menyebabkan thrombus di bagian dalam pembuluh

darah dan dapat menyebabkan penyumbatan aliran darah (Naga, 2012; Liu, et al, 2007). Apabila terjadi penyumbatan pada pembuluh darah

(32)

D. Kerangka Teori

Manfaat aktivitas fisik dalam menurunkan risiko Penyakit Jantung Koroner

berdasarkan hasil penelitian oleh Reddigan, dkk (2011)1, Ignarro, dkk (2007) 2, Sofi, dkk (2007) 3, Li dan Siegrist (2012) 4 serta Mora, dkk (2007) 5.

Aktivitas Fisik

Mendorong metabolisme tubuh; meningkatkan sirkulasi

darah & oksigen dalam tubuh.

1,2

Mendorong penurunan massa tubuh5 Menurunkan Tekanan Darah5 Meningkatkan Sensitivitas Insulin1 Menurunkan Oksidasi kolesterol Low Density Lipoprotein 1

Menurunkan Risiko Obesitas5 Menurunkan Risiko Tekanan Darah Tinggi5 Menurunkan kadar gula darah dan risiko Diabetes1 Menurunkan Risiko penumpukan kolesterol di pembuluh darah dan aterosklerosis 1

Mekanisme

efek proteksi

aktivias fisik

terhadap PJK

juga

dipengaruhi

faktor risiko

PJK, yaitu

usia, jenis

kelamin,

perilaku

merokok

3,4,5

Penurunan Risiko Penyakit Jantung Koroner

(33)

20

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Manfaat aktivitas fisik terhadap penurunan risiko PJK dipengaruhi oleh

intensitas aktivitas fisik yang dilakukan oleh individu. Intensitas aktivitas fisik dalam penelitian ini diukur berdasarkan standar IPAQ (2005) dengan melihat kecukupan skor MET dan hari beraktivitas fisik dalam satu minggu. Hasil

pengukuran aktivitas fisik dikategorikan kedalam kategori tingkat aktivitas rendah, sedang dan tinggi.

Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui risiko dari karakteristik individu terhadap kejadian PJK pada individu yang beraktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi. Variabel karakteristik individu yang diteliti dalam

penelitian ini yaitu umur, jenis kelamin, perilaku merokok dan indeks masa tubuh, serta riwayat penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes mellitus dan stroke.

Penyakit penyerta diteliti karena mempengaruhi patofisiologi PJK. Kerangka konsep penelitian berdasarkan variabel dari beberapa penelitian sebelumnya oleh Mora, dkk (2007), Sofi, dkk (2007), Li & Siergist (2011) dan Reddigan, dkk

(34)

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Variabel

Dependen:

Penyakit Jantung Koroner:

1.

Non-PJK

2.

PJK

Variabel Karakteristik Individu:

1. Jenis Kelamin 2. Usia

3. Status Merokok 4. Durasi Merokok 5. Indeks Masa Tubuh

6. Riwayat Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

7. Riwayat Diabetes Mellitus (DM) 8. Riwayat Stroke

Variabel Independen:

Aktivitas Fisik:

1. Rendah

2. Sedang

3. Tinggi

Keterangan:

Analisis Variabel Utama untuk melihat hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian PJK.

(35)

22

B.

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur 1 Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Status diagnosis Penyakit Jantung Koroner individu oleh dokter atau tenaga kesehatan berdasarkan hasil wawancara saat Riskesdas tahun 2013.

Kuesioner Individu Riskesdas

(B21)

Status Penyakit Penyakit Jantung Koroner (PJK):

1. Non-PJK 2. PJK

Nominal

2 Aktivitas Fisik

Kategori aktivitas Fisik yang dibagi menjadi tiga tingkat intesitas aktivitas fisik berdasarkan standar IPAQ (2005):

Tingkat Aktivitas Fisik Tinggi: skor total MET individu sebesar >3000 MET dan >7 hari/minggu beraktivitas fisik.

Tingkat Aktivitas Fisik Sedang: skor total MET individu >600 MET menit/minggu dan >5 hari/minggu beraktivitas fisik. Tingkat Aktivitas Fisik Rendah apabila tidak melakukan aktivitas fisik atau tidak memenuhi kriteria Tingkat Aktivitas Fisik Sedang maupun Tinggi.

Kuesioner Individu Riskesdas dengan bantuan

kartu peraga (B16 – B21)

Tingkat Aktivitas Fisik: 1. Rendah

2. Sedang 3. Tinggi

Ordinal

3 Jenis Kelamin

Jenis kelamin individu berdasarkan kartu keluarga dan pengamatan ciri-ciri fisik individu.

Kuesioner Rumah Tangga Riskesdas (IV) Jenis Kelamin: 1. Laki-laki 2. Perempuan Ordinal

4 Usia

Usia individu mulai sejak lahir hingga sampai usia ulang tahun terakhir pada saat menjadi responden Riskesdas tahun 2013.

Kuesioner Rumah Tangga Riskesdas (IV)

Usia individu dalam satuan Tahun

Rasio

5 Status Merokok

Status merokok individu selama satu bulan terakhir.

Merokok apabila merokok setiap hari atau kadang-kadang. Pernah merokok apabila tidak merokok tetapi pernah merokok sebelumnya. Tidak merokok apabila responden tidak pernah merokok.

Kuesioner Individu Riskesdas

(G05)

Status Merokok:

1. Tidak Merokok 2. Pernah Merokok 3. Merokok

(36)

23

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

6 Durasi Merokok

Lama kebiasaan merokok ditentukan berdasarkan umur responden merokok pertama kali hingga umur pada saat berhenti atau umur saat menjadi responden Riskesdas 2013 dalam satuan tahun.

Kuesioner Individu Riskesdas (G06 & G07)

Durasi merokok responden

dalam satuan tahun Rasio

7 Indeks Masa

Tubuh

Hasil perhitungan berat badan dibagi dengan pangkat dua tinggi badan (Kg/m2) yang dibagi menjadi empat kategori; kurang, normal, lebih dan obesitas menurut standar Kementerian Kesehatan RI.

Kuesioner Individu (K01 & K02)

Indeks Masa Tubuh (Kemenkes RI, 2013):

1. Kurang (Indeks Masa Tubuh <18,5 kg/m2) 2. Normal (Indeks Masa

Tubuh 18,5-25,0 kg/m2) 3. Lebih (Indeks Masa Tubuh

25,1-27,0 kg/m2) 4. Obesitas (Indeks Masa

Tubuh >27,0 kg/m2)

Ordinal 8 Riwayat Penyakit Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Status diagnosis riwayat tekanan darah tinggi pada individu >15 tahun oleh tenaga kesehatan berdasarkan hasil wawancara saat Riskesdas tahun 2013

Kuesioner Individu (B18)

Riwayat Penyakit Hipertensi: 1. Tidak Hipertensi

2. Hipertensi Ordinal 9 Riwayat penyakit Diabetes Mellitus

Status diagnosis riwayat Diabetes Mellitus pada individu >15 tahun oleh tenaga kesehatan berdasarkan hasil wawancara saat Riskesdas tahun 2013

Kuesioner Individu (B12)

Riwayat Penyakit Diabetes Mellitus:

1. Tidak Diabetes Mellitus 2. Diabetes Mellitus

Ordinal

10

Riwayat Penyakit Stroke

Status diagnosis riwayat Penyakit Stroke pada individu >15 tahun oleh tenaga kesehatan berdasarkan hasil wawancara saat Riskesdas tahun 2013.

Kuesioner Individu (B31)

Riwayat Penyakit Stroke: 1. Tidak Stroke

(37)

24

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian epidemiologi analitik dengan desain cross-sectional untuk melihat hubungan

aktivitas fisik dan kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK). Desain cross-sectional dipilih karena pengukuran variabel aktivitas fisik, variabel PJK dan variabel karakteristik individu diukur dalam satu waktu. Data setiap variabel dalam penelitian ini merupakan data sekunder

dari hasil pengukuran saat Riskesdas tahun 2013.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini merupakan analisis lanjut data sekunder skala nasional yang berasal dari 33 provinsi di Indonesia yang dikumpulkan saat Penelitian Riskesdas pada tanggal 1 Mei – 30

Juni 2013. Analisis lanjut dilaksanakan pada bulan April hingga Mei tahun 2015.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Sampel dalam Riskesdas 2013 dipilih secara bertahap dengan desain sampel yang dibedakan menurut domain estimasi tingkat nasional, provinsi dan kabupaten. Kerangka sampel Riskesdas 2013 terdiri dari dua jenis, yaitu kerangka sampel untuk penarikan sampel

tahap pertama dan kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap kedua (Kemenkes RI, 2013).

a. Kerangka sampel pemilihan tahap pertama adalah daftar primary sampling unit (PSU) dalam master sampel. Jumlah PSU dalam master sampel adalah 30.000 yang dipilih secara probability proportional to size (PPS) dengan jumlah rumah tangga hasil sensus

(38)

b. Kerangka sampel pemilihan tahap kedua adalah seluruh bangunan sensus yang

didalamnya terdapat rumah tangga biasa tidak termasuk institutional household

(panti asuhan, barak polisi/militer, penjara, dsb) hasil pencacahan lengkap.

(Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, secara nasional terdapat 11.986 blok sensus dengan response rate 99.9%. Sampel Rumah Tangga yang berhasil dikunjungi

sebanyak 294.959 dengan response rate 98.3%. Sedangkan jumlah Anggota Rumah Tangga yang didata sebanyak 1.027.763 individu dengan response rate sebesar

93.0% (Kemenkes RI, 2013).

Populasi dalam penelitian ini adalah individu yang berusia >15 tahun dan menjadi responden Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013. Individu dengan usia >15 tahun

dipilih karena memiliki risiko terhadap Penyakit Jantung Koroner. Maka sampel atau data individu yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan individu yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Individu yang menjadi responden dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, maka

terdapat sebanyak 1.027.763 individu yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.

b. Kriteria Eksklusi

Individu yang berusia <15 tahun saat menjadi responden dalam Riset Kesehatan

(39)

Bagan 4.1. Alur Pemilihan Sampel

Penelitian ini menggunakan keseluruhan responden Riskesdas tahun 2013 yang berusia >15 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 722329 individu. Setelah dilakukan cleaning data terdapat sampel dengan pengukuran variabel yang tidak

[image:39.612.142.534.87.272.2]

lengkap. Sampel tersebut akan tetap dianalisis untuk melihat hubungan aktivitas fisik dengan kejadian PJK. Distribusi sampel setiap variabel diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Sampel Berdasarkan Variabel Penelitian

No Variabel Total

Sampel Jumlah Sampel yang dapat dianalisis Jumah Sampel yang tidak dapat dianalisis Keterangan

1 Penyakit Jantung

Koroner (PJK) 722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis 2 Aktivitas Fisik 722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis 3 Jenis Kelamin 722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis

4 Usia 722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis

5 Status Merokok 722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis

6 Durasi Merokok 258.031

(perokok) 223.657 34.374

Terdapat individu yang merokok tanpa diketahui umur pertama merokok dan/atau umur saat berhenti merokok

7 Indeks Masa

Tubuh 722.329 712.580 9.749

Terdapat sampel tanpa pengukuran tinggi dan/atau berat badan

8

Riwayat penyakit Tekanan darah tinggi (Hipertensi)

722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis

9 Riwayat penyakit

Diabetes Mellitus 722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis

10 Riwayat Penyakit

Stroke 722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis

Responden Riskesdas tahun 2013

n = 1.027.763

Responden berusia <15 tahun n =305.434

Memenuhi Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitian

(40)

Berdasarkan jumlah sampel yang tersedia untuk dianalisis, maka dapat dihitung

kekuatan uji (1-β) pada setiap variabel. Perhitungan kekuatan uji berdasarkan rumus besar sampel uji hipotesis pada 2 proporsi (two tail), sebagai berikut:

� =

��1−

2�2��(1− ��) +�1−���1(1− �1) +�2(1− �2�

2

(�1− �2)2

Keterangan:

Z1-α/2 : Nilai Z pada derajat kepercayaan 95% ( 1,96) Z1-β : Nilai Z dari kekuatan uji

P1 : Proporsi individu yang terekspos faktor risiko PJK pada penderita PJK P2 : Proporsi individu yang tidak terekspos faktor risiko PJK pada penderita

PJK

� : �1+�2 2

Perhitungan kekuatan uji (1-β) setiap variabel penelitian menggunakan aplikasi Sampel Size 2.0 pada sistem operasi Windows. Kekuatan uji dari setiap variabel

[image:40.612.122.545.170.719.2]

penelitian diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.2 Kekuatan Uji Variabel Penelitian

No Variabel Besar

Sampel P1 P2

Peneliti Sebelumnya

Kekuatan Uji (1-β)

1 Penyakit Jantung

Koroner (PJK) 722.329 0,05 0,95

Kementerian Kesehatan RI, (2013)

99%

2 Aktivitas Fisik 722.329 0,27 0,73 Mora, dkk

(2007) 99%

3 Jenis Kelamin 722.329 0,51 0,49

Kementerian Kesehatan RI, (2013)

99%

4 Usia 722.329 0,51 0,49 Llyod-Jones, dkk

(2006) 99%

5 Status Merokok 722.329 0,409 0,591 Glynn & Rosner

(41)

No Variabel Besar

Sampel P1 P2

Peneliti Sebelumnya

Kekuatan Uji (1-β)

6 Durasi Merokok 223.657 0,409 0,591 Glynn & Rosner

(2005) 99%

7 Indeks Masa Tubuh 712.580 0,418 0,582 Llyod-Jones, dkk

(2006) 99%

8

Riwayat penyakit Tekanan darah tinggi (Hipertensi)

722.329 0,47 0,53 Xu, dkk (2006) 99%

9

Riwayat penyakit Diabetes Mellitus (DM)

722.329 0,70 0,30 Xu, dkk (2006) 99%

10 Riwayat Penyakit

Stroke 722.329 0,06 0,994 Raso, dkk (2006) 99%

D. Metode Pengumpulan Data

Saat pelaksanaan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, data dikumpulkan melalui wawancara dan pengukuran oleh enumerator Riskesdas. Entri data dilakukan

di lokasi pengumpulan setelah data dikumpulkan agar masalah data dapat segera dituntaskan sebelum dikirimkan ke penanggung jawab Riskesdas pada tingkat

Kabupaten/Kota (Kemenkes RI, 2013). Selanjutnya dalam penelitian ini data dari beberapa variabel penelitian diberikan kode yang baru pada setiap kategori pada

variabel untuk analisis penelitian.

E. Pengukuran Variabel Penelitian

Pengukuran variabel dalam penelitian ini berdasarkan hasil pengukuran responden oleh enumerator saat pelaksanaan Riskesdas tahun 2013. Beberapa diberikan kode ulang untuk keperluan analisis lanjut data sekunder Riskesdas tahun 2013. Berikut

(42)

1. Variabel Penyakit Jantung Koroner

Variabel Penyakit Jantung Koroner (PJK) diukur berdasarkan hasil wawancara terkait riwayat Diagnosis PJK individu saat menjadi responden Riskesdas tahun 2013.

2. Variabel Aktivitas Fisik

Variabel aktivitas fisik diperoleh dengan wawancara untuk mengukur skor MET

(metabolic equivalent) dari jenis aktivitas fisik berat dan sedang yang dilakukan oleh individu. Berdasarkan standar International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) tahun 2005 nilai MET untuk masing-masing kategori aktivitas fisik berat

dan sedang adalah 8 dan 4. Total MET diperoleh dengan mengalikan antara jumlah menit beraktivitas dalam seminggu, dengan jumlah hari beraktivitas, dan

[image:42.612.142.543.368.602.2]

nilai MET untuk masing-masing kategori aktivitas. Dalam penelitian ini perhitungan skor berdasarkan jenis aktivitas fisik berat dan sedang diukur berdasarkan tabel berikut:

Tabel 4.3

Perhitungan Skor MET berdasarkan Jenis Aktivitas Fisik Jenis

Aktvitas Fisik

Perhitungan Aktivitas Fisik MET value

Berat Durasi beraktivitas (menit/hari) x

Jumlah Hari Beraktivitas dalam

Seminggu

x 8

Sedang 4

Ringan Tidak termasuk jenis aktivitas fisik berat maupun sedang

Skor total aktivitas fisik diperoleh dari akumulasi skor akhir MET jenis akitivitas

(43)

Skor total hasil perhitungan dikategorikan kedalam tiga kategori tingkat aktivitas

fisik:

a. Tinggi, apabila individu memenuhi skor total aktivitas fisik MET >3000 dengan total jumlah hari beraktivitas fisik sebanyak >7 hari/minggu

b. Sedang, apabila individu memenuhi skor total aktivitas fisik MET >600 dengan total jumlah hari beraktivitas fisik sebanyak >5 hari/minggu

c. Rendah, apabila aktivitas fisik oleh individu tidak memenuhi kriteria tingkat aktivitas fisik tinggi dan/atau tingkat aktivitas fisik rendah (IPAQ, 2005)

3. Variabel Jenis Kelamin

Pengukuran variabel jenis kelamin berdasarkan hasil wawancara saat pelaksanaan Riskesdas tahun 2013 yang dilakukan dengan menggunakan metode wawancara

dan validasi dengan kartu identitas responden.

4. Variabel Usia

Variabel usia diukur berdasarkan hasil wawancara responden saat pelaksanaan

riskesdas tahun 2013. Kemudian data usia dikategorikan menjadi dua kategori umur berisiko PJK berdasarkan penelitian sebelumnya, yaitu <50 tahun dan > 50

tahun.

5. Variabel Status Merokok

Status merokok individu diukur berdasarkn hasil wawancara saat pelaksanaan

Riskesdas tahun 2013. Pengukuran status merokok dalam penelitian ini berdasarkan kategori status merokok yang diukur saat pelaksanaan Riskesdas

(44)

merokok (apabila responden sudah tidak merokok, tetapi pernah merokok

sebelumnya, dan tidak merokok (apabila responden mengaku belum pernah merokok sebelumnya).

6. Variabel Durasi Merokok

Durasi merokok merupakan waktu lama merokok individu dalam satuan tahun yang diukur berdasarkan selisih usia berhenti merokok atau usia saat menjadi

responden Riskesdas tahun 2013 dan masih merokok dikurangi dengan usia mulai merokok. Individu yang merokok tetapi tidak dapat mengingat kapan mulai dan berhenti merokok tidak dihitung durasi merokoknya.

7. Variabel Indeks Masa Tubuh

Variabel indeks masa tubuh diukur berdasarkan hasil pengukuran berat dan tinggi

badan saat pelaksanaan Riskesdas tahun 2013. Pengukuran menggunakan timbangan berat badan CAMRY dan pengukur tinggi badan (Kemenkes RI, 2013). Perhitungan indeks masa tubuh (IMT) dengan membagi berat badan dalam

kilogram dan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Kg/m2). Hasil dari pengukuran ini berupa kategori IMT; kurang apabila IMT<18,5, normal apabila

IMT 18,5-25,0, gemuk apabila 25,1-27,0 dan obesitas apabila IMT >27,0 (Kemenkes RI, 2013).

8. Variabel Penyakit Penyerta

Terdapat tiga variabel penyakit penyerta yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi), Diabetes Mellitus dan Stroke. Pengukuran

(45)

masing-masing penyakit penyerta yang dilakukan saat pelaksanaan Riskesdas

tahun 2013.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan Kuesioner Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Kuesioner Riskesdas tahun 2013 memiliki beberapa variabel yang akan

dianalisis lanjut, yaitu status diagnosa PJK, aktivitas fisik, usia, jenis kelamin, status merokok, usia saat mulai dan berhenti merokok, pengukuran tinggi dan berat badan,

riwayat hipertensi serta riwayat penyakit Diabetes Mellitus dan Stroke.

G. Manajemen Data

Sebelum manajemen data dilakukan oleh peneliti, kegiatan pengelolaan data dan pembuatan dataset dilakukan oleh Litbangkes Kementerian Kesehatan RI terlebih

dahulu. Alur manajemen data pada penelitian ini dipaparkan sebagai berikut:

1. Manajemen data Riskesdas tahun 2013 oleh Litbangkes Kemenkes RI

Kegiatan manajemen data dilakukan melalui dua tahap, yaitu (Kemenkes RI,

2013):

Tahap 1 dilaksanakan di kabupaten/kota, meliputi kegiatan: 1) Pengumpulan Data

2) Receiving (penerimaan) dan batching (pembukuan) 3) Kontrol kualitas data

4) Entry Data

5) Pengiriman Data Elektronik

(46)

3) Penggabungan data Provinsi 4) Cleaning data Provinsi 5) Penggabungan data nasional 6) Cleaning Data Nasional 7) Imputasi

8) Pembobotan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) 9) Penyimpanan data Elektronik

2. Manajemen data Riskesdas tahun 2013 oleh Peneliti

Berikut beberapa kegiatan yang dilakukan setelah menerima dataset Riskesdas tahun 2013 sebelum melakukan analisis data lebih lanjut:

1) Pemeriksaan data Riskesdas tahun 2013.

2) Pengkodean data (coding) dilakukan pada setiap variabel dalam dataset untuk keperluan analisis data dengan menyesuaikan kategori atau kode awal yang

dikumpulkan saat pelaksanan Riskesdas tahun 2013. Sedangkan pada hasil pengukuran yang tidak dapat dianalisis karena responden tidak dapat

memberikan informasi, seperti pada pengukuran antropometri untuk variabel Obesitas dan umur pertama kali dan/atau terakhir merokok untuk durasi merokok, maka variabel tersebut diberikan kode/kategori “tidak berlaku”.

3) Pengkodean data khususnya dilakukan pada variabel aktivitas fisik yang dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

i. menentukan kategori aktivitas fisik berat, sedang dan ringan ii. perhitungan MET pada jenis aktivitas berat dan sedang

iii. perhitungan total hari dalam seminggu melakukan aktivitas fisik

(47)

4) Mempersiapkan dataset untuk dianalisis menggunakan software pengolah data

dan pengolah angka.

H. Analisis Data

Pada umumnya analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan tabulasi silang (crosstab) variabel karakteristik individu dan aktivitas fisik terhadap

kejadian PJK. Berikut merupakan uraian analisis data dalam penelitian ini:

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan pada semua variabel penelitian untuk melihat frekuensi (jumlah dan proporsi) dari setiap variabel penelitian terhadap variabel

PJK. Hasil dari analisis disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dalam tabel silang (2x2) dengan total pada masing-masing kolom. Hal ini bertujuan untuk melihat perbedaan proporsi variabel aktivitas fisik dan karakteristik individu pada

kelompok PJK dan Non-PJK.

2. Uji Bivariat

Terdapat 2 (dua) uji bivariat yang digunakan, yaitu:

a. Uji Mann-Whitney

Uji Mann-Whitney merupakan uji non-parametrik terhadap dua kelompok

independen dan terdapat variabel dengan data numerik yang tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas data numerik, variabel

umur dan durasi merokok tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu, uji Mann-Whitney bertujuan untuk melihat hubungan dari variabel numerik seperti pada variabel umur dan durasi merokok terhadap kejadian PJK dengan

(48)

b. Uji Chi-Square

Uji Chi-square merupakan uji non-parametrik yang digunakan untuk melihat hubungan data kategorik pada variabel aktivitas fisik dan variabel karakteristik individu dengan variabel PJK. Hasil analisis berupa p-value

masing-masing variabel kategorik terhadap kejadian PJK.

3. Odds Ratio (OR) dan 95% Confidence Interval (CI)

Dalam penelitian ini, OR dan 95% CI dihasilkan dengan perhitungan tabel silang (2x2) untuk melihat risiko antara variabel aktivitas fisik dan karakteristik individu terhadap kejadian PJK. Berikut merupakan contoh skema analisis untuk

mengetahui OR dan 95% CI antara variabel aktivitas fisik dan PJK: Analisis Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK

Tingkat Aktivitas Fisik Status PJK OR (95% CI) Non-PJK PJK

1. Rendah A B 1.00 (Referent)

2. Sedang C D OR1

3. Tinggi E F OR2

Kategori pertama (aktivitas fisik rendah) merupakan pembanding (referent) dalam analisis ini, sehingga hasil analisis berupa OR dan 95% CI dari setiap kategori

kedua (aktivitas fisik sedang) dan kategori ketiga (aktivitas fisik tinggi) dari variabel aktivitas fisik dan terhadap variabel PJK. Analisis ini juga berlaku pada

(49)

4. Analisis Stratifikasi

Analisis stratifikasi merupakan metode analisis untuk mengendalikan variabel confounding pada hubungan antara dua variabel. Analisis stratifikasi

dilakukan dengan cara mengkelompokan analisis antar variabel ke dalam stratum kategori dari variabel confounding. Dalam penelitian ini, analisis stratifikasi

bertujuan untuk melihat perbedaan risiko terhadap PJK dari variabel karakteristik individu pada masing-masing tingkat aktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi.

Analisis Stratifikasi pada Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Karakteristik Individu

Variabel Karakteristik Individu

Non-PJK PJK OR (95% CI)

Aktivitas Fisik Rendah

Kategori 1 A B 1.00 (Ref.)

Kategori 2 C D OR1

Kategori 3 E F OR2

Aktivitas Fisik Sedang

Kategori 1 G H 1.00 (Ref.)

Kategori 2 I J OR3

Kategori 3 K L OR4

Aktivitas Fisik Tinggi

Kategori 1 M N 1.00 (Ref.)

Kategori 2 O P OR5

Kategori 3 Q R OR6

Risiko PJK dari analisis stratifikasi dinyatakan dalam odds ratio (OR) dari

hubungan variabel karakteristik individu dengan kejadian PJK pada masing-masing tingkat aktivitas fisik. Kategori variabel karakteristik individu yang pertama atau kategori yang dianggap tidak berisiko terhadap PJK digunakan

sebagai pembanding (referent) dalam menghasilkan OR. Berdasarkan hasil analisis stratifikasi dapat ditarik kesimpulan apakah kelompok individu dengan

(50)

37

BAB V

HASIL

A. Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Aktivitas Fisik

Berikut merupakan tabel 5.1 yang menunjukan masing-masing frekuensi aktivitas fisik

[image:50.612.88.543.184.489.2]

pada kelompok Non-PJK dan PJK. Terdapat perbedaan signifkan proporsi aktivitas fisik pada kelompok PJK dan Non-PJK (p=0.000).

Tabel 5.1

Frekuensi PJK menurut Aktivitas Fisik

Tingkat Aktivitas Fisik: Non-PJK PJK p value

n % n %

1. Rendah 459956 64.04 3336 82.03

0.000

2. Sedang 49129 6.84 134 3.29

3. Tinggi 209177 29.12 597 14.68

Total 718262 100.00 4067 100.00

Aktivitas fisik rendah memiliki proporsi terbesar pada kelompok PJK dan Non-PJK.

Meskipun demikian, proporsi aktivitas fisik rendah pada kelompok PJK (82,03%) lebih besar dibandingkan dengan kelompok Non-PJK (64,04%). Proporsi aktivitas fisik sedang dan tinggi pada kelompok PJK (3,29% dan 14,68%) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok

Non-PJK (6,84% dan 29,12%).

B. Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik Individu

Tabel 5.2 menunjukan perbedaan proporsi variabel karakteristik individu pada kelompok PJK dan Non-PJK yang signifikan (p=0,000). Proporsi perempuan lebih besar pada

kelompok PJK (56,48%) dibandingkan pada kelompok Non-PJK (51,82%). Proporsi laki-laki lebih besar pada kelompok Non-PJK (48,18%) dibandingkan pada kelompok PJK

(51)
[image:51.612.112.505.96.722.2]

Tabel 5.2

Frekuensi PJK menurut Karakteristik Individu

Variabel Karakteristik Individu Non-PJK PJK p value

n % n %

Jenis Kelamin

1. Laki-laki 346053 48.18 1770 43.52

0.000

2. Perempuan 372209 51.82 2297 56.48

Total 718262 100.00 4067 100.00

Usia Individu (tahun) x฀ SD x฀ SD

39,8 +16,1 55,2 +13,6 0.000

Total 718262 100.00 4067 100.00

Kategori Usia Individu

1. 15 – 26 tahun 173975 24.22 98 2.43

0.000

2. 27 – 38 tahun 181732 25.30 355 8.75

3. 39 – 50 tahun 179392 24.97 978 24.00

4. >50 tahun 183163 25.51 2636 64.82

Total 718262 100.0 4067 100.0

Status Merokok

1. Tidak Merokok 461460 64.26 2658 65.36

2. Pernah Merokok 31998 4.46 767 18.86 0.000

3. Merokok 224624 31.28 642 15.79

Total 718082 100.00 4067 100.00

Durasi Merokok (tahun) x฀ SD x฀ SD

22,3 +14,4 31.3 +15,2 0.000

Total (perokok) 222417 100.00 1240 100.00

Kategori Durasi Merokok

1. 0 tahun (tidak merokok) 461460 64.26 2658 65.36

2. 1 – 21 tahun merokok 115080 16.03 343 8.43 0.000 3. >22 tahun merokok 107337 14.95 897 22.06

4. Tidak Berlaku 34205 4.76 169 4.16

Total 718082 100.00 4067 100.00

Indeks Masa Tubuh

1. Kurang (IMT <18,5) 90410 12.58 415 10.20

0.000 2. Normal (IMT 18,5-25,0) 440720 61.36 1920 47.21

3. Lebih (IMT 25,1-27,0) 77490 10.79 535 13.15 4. Obesitas (IMT >27,0) 100030 13.92 1060 26.06

5. Tidak Berlaku 9612 1.35 137 3.37

Total 718262 100.00 4067 100.00

Riwayat Hipertensi

1. Tidak Hipertensi 650037 90.50 1933 47.53

0.000

2. Hipertensi 68225 9.50 2134 52.47

Total 718262 100.00 4067 100.00

Riwayat Diabetes Mellitus (DM)

1. Tidak Diabetes Mellitus 706083 98.30 3529 86.77

0.000

2. Diabetes Mellitus 12179 1.70 538 13.23

Total 718262 100.00 4067 100.00

Riwayat Stroke

1. Tidak Stroke 712669 99.22 3773 92.77

0.000

2. Stroke 5593 0.78 294 7.23

(52)

Kelompok PJK memiliki rata-rata umur yang lebih tua (55,2 tahun) dibandingkan

kelompok Non-PJK (39,8 tahun). Sebagian besar penderita PJK berusia >50 tahun (64,84%). Proporsi usia 15-26 tahun, 27-38 tahun dan 39-50 tahun cenderung lebih besar pada

kelompok Non-PJK, hanya proporsi usia >50 tahun yang lebih besar pada kelompok PJK.

Proporsi individu yang pernah merokok lebih tinggi pada kelompok PJK (18,86%) dibandingkan Non-PJK (4,46%). Rata-rata durasi merokok kelompok PJK (31,3 tahun) lebih

lama dibandingkan kelompok Non-PJK (22,3 tahun). Proporsi individu yang merokok >22 tahun pada kelompok PJK (23%) lebih besar dibandingkan kelompok Non-PJK (15,7%).

Berdasarkan indeks masa tubuh (IMT), proporsi IMT kurus dan normal paling besar pada

kelompok Non-PJK (12,58% dan 61,36%) dibandingkan kelompok PJK (10,20% dan 47,21%). Sebaliknya, proporsi IMT lebih dan obesitas lebih besar pada kelompok PJK

(13,15% dan 26,06%) dibandingkan dengan pada kelompok Non-PJK (10,79% dan 13,92%).

Proporsi individu dengan Hipertensi pada kelompok PJK (52,47%) lebih besar dibandingkan pada kelompok Non-PJK (9,50%). Begitu juga dengan proporsi penderita

(53)

C. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner

Hasil analisis pada tabel 5.3 menunjukan individu yang beraktivitas fisik dengan intensitas sedang maupun tinggi memiliki risiko terhadap PJK yang lebih rendah

[image:53.612.116.510.179.304.2]

dibandingkan individu hanya beraktivitas fisik dengan intensitas rendah. Tabel 5.3

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK

Tingkat Aktivitas Fisik Kejadian PJK

OR 95% CI

1. Rendah 1.00 (Referent)

2. Sedang 0.38 (0.32-0.45)

3. Tinggi 0.40 (0.36-0.43)

Individu dengan tingkat aktivitas fisik sedang memiliki risiko 62% lebih rendah untuk terkena PJK, sedangkan individu dengan tingkat aktivitas fisik tinggi memiliki risiko 60% lebih rendah untuk terkena PJK. Efek proteksi terhadap PJK lebih besar pada tingkat

aktivitas fisik sedang dibandingkan tingkat aktivitas fisik tinggi.

D. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik individu

Tidak ada perbedaan risiko PJK yang signifikan antara laki-laki dan perempuan pada tingkat aktivitas fisik rendah dan sedang. Meskipun demikian, perempuan lebih berisiko

mengalami PJK 1,60 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada tingkat aktivitas fisik tinggi. Hal ini menunjukan bahwa perempuan lebih berisiko terkena PJK dibandingkan

laki-laki. Secara keseluruhan, individu yang berusia >26 tahun lebih berisiko terhadap PJK dibandingkan individu berusia <26 tahun, sehingga semakin tua usia individu maka semakin besar risiko terhadap PJK. Namun, risiko PJK lebih rendah pada individu berusia

(54)
[image:54.612.69.548.98.724.2]

Tabel 5.4

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK menurut Karakteristik individu

Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Jenis Kelamin

Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

Rendah Laki-laki 174955 1360 1.00 (Referent) 176315 38.12

Perempuan 285001 1976 0.91 (0.80-0.96) 286977 61.88

Sedang Laki-laki 34529 89 1.00 (Referent) 34618 70.29

Perempuan 14600 33 0.89 (0.57-1.29) 14633 29.71

Tinggi Laki-laki 136569 321 1.00 (Referent) 136890 65.31

Perempuan 72608 276 1.60 (1.42-1.91) 72884 34.69

Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Usia Individu

Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

Rendah

15 – 26 tahun 129800 76 1.00 (Referent) 129876 28.03

27 – 38 tahun 108402 252 3.97 (3.07-5.13) 108654 23.45 39 – 50 tahun 101235 729 12.30 (9.71-15.58) 101964 22.01 >50 tahun 120519 2279 32.30 (25.69-40.59) 122798 26.51

Sedang

15 – 26 tahun 10547 4 1.00 (Referent) 10551 21.68

27 – 38 tahun 13391 22 4.33 (1.49-12.57) 13413 27.56

39 – 50 tahun 13652 49 9.46 (3.41-26.23) 13701 28.15

>50 tahun 10939 59 14.22 (5.16-39.16) 10998 22.60

Tinggi

15 – 26 tahun 33628 18 1.00 (Referent) 33646 16.04

27 – 38 tahun 59339 81 2.55 (1.53-4.25) 59420 28.33

39 – 50 tahun 64505 200 5.79 (3.58-9.38) 64705 30.85

>50 tahun 51705 298 10.77 (6.69-17.33) 52003 24.79

Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Status Merokok

Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

Rendah

Tidak Merokok 341128 2273 1.00 (Referent) 343401 74.0

Pernah Merokok 19848 650 4.89 (4.50-5.37) 20498 4.40

Merokok 98980 413 0.61 (0.53-0.69) 99393 21.60

Sedang

Tidak Merokok 22369 60 1.00 (Referent) 22429 45.59

Pernah Merokok 2301 25 4.10 (2.54-6.47) 2326 4.71

Merokok 24459 49 0.71 (0.51-1.09) 24508 49.70

Tinggi

Tidak Merokok 98143 325 1.00 (Referent) 98468 46.91

Pernah Merokok 9849 92 2.81 (2.24-3.56) 9941 4.69

Merokok 101185 180 0.52 (0.43-0.71) 101365 48.30

Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Durasi Merokok

Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

Rendah

0 tahun / tidak merokok 341128 2273 1.00 (Referent) 343401 76.80 1-21 tahun merokok 54778 247 0.72 (0.56-0.79) 55025 12.29 >22 tahun merokok 48009 684 2.12 (2.01-2.34) 48693 10.91

Sedang

0 tahun / tidak merokok 22369 60 1.00 (Referent) 22429 49.07 1-21 tahun merokok 12384 19 0.60 (0.40-0.90) 12403 27.10 >22 tahun merokok 10760 44 1.53 (1.11-2.23) 10804 23.73

Tinggi

(55)

Hubungan aktivitas fisik dengan PJK menurut Indeks Masa Tubuh

Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

Rendah

Kurang (IMT <18,5) 62028 335 0.95 (0.84-1.07) 62363 13.70

Normal (IMT 18,5-25,0) 266610 1519 1.00 (Referent) 268129 58.90

Lebih (IMT 25,1-27,0) 51269 457 1.56 (1.41-1.74) 51726 11.36

Obesitas (IMT >27,0) 72151 894 2.17 (2.00-2.36) 73045 16.04

Sedang

Kurang (IMT <18,5) 5488 13 1.06 (0.59-1.92) 5501 11.26

Normal (IMT 18,5-25,0) 33254 74 1.00 (Referent) 33328 68.24

Lebih (IMT 25,1-27,0) 4842 12 1.11 (0.60-2.05) 4854 9.94

Obesitas (IMT >27,0) 5120 35 3.07 (2.05-4.60) 5155 10.56

Tinggi

Kurang (IMT <18,5) 22894 67 1.26 (0.97-1.64) 22961 11.01

Normal (IMT 18,5-25,0) 140856 327 1.00 (Referent) 141183 67.72

Lebih (IMT 25,1-27,0) 21379 66 1.33 (1.02-1.73) 21445 10.29

Obesitas (IMT >27,0) 22759 131 2.48 (2.02-3.04) 22890 10.98 Hubungan aktivitas fisik dengan PJK menurut Riwayat Hipertensi

Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

Rendah Tidak Hipertensi 410796 1530 1.00 (Referent) 412326 89.0

Hipertensi 49160 1860 10.16 (9.49-10.88) 51020 11.0

Sedang Tidak Hipertensi 45904 76 1.00 (Referent) 45980 93.34

Hipertensi 3225 58 10.86 (7.70-15.32) 3283 6.66

Tinggi Tidak Hipertensi 193337 327 1.00 (Referent) 193664 92.32

Hipertensi 15840 270 10.08 (8.57-11.85) 16110 7.68

Hubungan aktivitas fisik dengan PJK menurut Riwayat Diabetes Mellitus (DM)

Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

Rendah Tidak Diabetes Mellitus 450253 2846 1.00 (Referent) 453099 97.80 Diabetes Mellitus 9703 490 7.99 (7.24-8.81) 10193 2.20 Sedang Tidak Diabetes Mellitus 48675 123 1.00 (Referent) 48798 99.06

Diabetes Mellitus 454 11 9.59 (5.14-17.89) 465 0.94

Tinggi Tidak Diabetes Mellitus 207155 560 1.00 (Referent) 207715 99.02 Diabetes Mellitus 2022 37 6.77 (4.84-9.47) 2059 0.98

Hubungan aktivitas fisik dengan PJK menurut Riwayat Penyakit Stroke

Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

Rendah Tidak Stroke 454978 3070 1.00 (Referent) 458048 98.89

Stroke 4978 266 7.89 (7.10-8.89) 5

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Sampel Berdasarkan Variabel Penelitian
Tabel 4.2 Kekuatan Uji Variabel Penelitian
Tabel 4.3 Perhitungan Skor MET berdasarkan Jenis Aktivitas Fisik
Tabel 5.1 Frekuensi PJK menurut Aktivitas Fisik
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor risiko (obesitas, hipertensi, aktifitas fisik, merokok, tipe perilaku, dan stres) dan karakteristik penderita

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Orang Dewasa Di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2007).. Analisis Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan Dengan

bahwa mayoritas masyarakat penderita stroke di Sulawesi Selatan dengan status merokok adalah laki-laki (97,4%) oleh karena itu, individu dengan jenis kelamin

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan saran untuk masyarakat ialah pasien penyakit jantung koroner yang memiliki faktor risiko hipertensi hendaknya melakukan latihan

v HUBUNGAN OBESITAS DAN OBESITAS SENTRAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA INDIVIDU USIA 25-44 TAHUN DI INDONESIA: ANALISIS DATA RISKESDAS 2018 Rumaisyah Abstrak Prevalensi

HUBUNGAN OBESITAS DAN OBESITAS SENTRAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA INDIVIDU USIA 25-44 TAHUN DI INDONESIA: ANALISIS DATA RISKESDAS 2018 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu

64 Rumaisyah, 2023 HUBUNGAN OBESITAS DAN OBESITAS SENTRAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA INDIVIDU USIA 25-44 TAHUN DI INDONESIA: Analisis Data RISKESDAS 2018 UPN Veteran Jakarta,

Aktivitas fisik yang kurang dapat memicu pertambahan berat badan sehingga mengalami obesitas yang dapat meningkatkan risiko diabetes mellitus, sedangkan orang dengan pendi- dikan tinggi