SEBAGAI IBU RUMAH TANGGA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
KHODIJAH AWALIYAH NIM : 1110051000182
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
SEBAGAI IBU RUMAH TAI{GGA
Skripsi
Diaj ukan Untuk Memenuh i Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana llmu Komunikasi Islam (S.Kom.l)
Oleh:
KHODIJAH AWALIYAH
NIM
:
I110051000182DiBawah Bimbingan
JURUSAI\
KOMUNIKASI
DANPENYIARAN
ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
DANILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM
NEGERISYARIF
HIDAYATULLAH
JAKAR.TA
1435 Ht2014
M
Eurqurrqure6
100I€0166I rzz0696l'dIN
ffi
\-7
'11r[nEue6
'eloEEuy
900I€0z66rsIs0€96I'drN
@
:W
{eS
eloEEuy de>1Euerery"n1e)qusobeuny4l Euep;g
yIOZ snlsn?V gZ'ep>Ief
'IIIslsI uererr{ue4
u€p
r$lllmuo)
IPnIS werEor4 eped (r'uro)'S) Iuels1 Ise>lluntuo) euehus ruleE qeloredrueru lere.& n1€s qel?s teEeqes stulrellp tlulel 1uIIsdpls
7197 snlsnEy97
pfl?w1 epud ege4e1 qqpp,(eplH JIrefSNIn
Ise{lunwo) u€p q"l'r)eonurll
selln>I€C qesobeunl4l 8ueprs ruel€p ue>lln1p qepns ..u88uu1 quungnq1 le8uqas pu^aurl
uqq
r1gd14 quzpulsn qu,ra{€O uuuured" lnpnfteq Isdlqs r00rt0086r6rr06n6100zz1600z0190€86l'dIN
eloEEuy de>16uerery slreue{es
Dengan ini saya menyatakan bahwa
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu pernyataan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini sudah saya cantumkan
sesuai dengan keterangan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatulla Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bukan hasil karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 18 Agustus 2014
i
Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga
Ibu adalah sebagai tiang rumah tangga amatlah penting bagi terselenggaranya rumah tangga yang sakinah. Seorang ibu rumah tangga mempunyai peranan yang sangat besar di dalam kehidupan keluarganya. Ustadzah
Pipik adalah istri dari da’i Ustadz Jefri Al Buchori memiliki andil dalam kesuksesan karir suaminya dalam berdakwah. Setelah suaminya meninggal dunia Ustadzah Pipik di amanah kan empat anak-anaknya dan menjadi orang tua tunggal yang mengatur serta mengurus rumah tangga serta mengajarkan anak-anaknya berbagai macam ilmu pengetahuan terutama ilmu agama.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati saat mendampingi suami ? Seperti apakah peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai Ibu rumah tangga setelah meninggalnya suami?
Kemudian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peranan Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga dan untuk mengetahui seperti apakah peranan Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai Ibu rumah tangganya. Karena dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana peranan dakwah Ustadzah Pipik sebagai seorang ibu rumah tangga, peneliti disini ingin mengetahui secara mendalam kegiatan yang dilakukan Ustadzah Pipik. melalui observasi melihat pada realita yang dilakukan peneliti. Dan juga menggunakan wawancara langsung terhadap Ustadzah Pipik Dian Irawati. Subjek penelitian ini adalah keluarganya dari Ustadzah Pipik Dian Irawati. Namun peneliti ingin memfokuskan pada permasalahan peranan dakwah Ustadzah Pipik sebagai Ibu rumah tangga.
Menurut Gross Masson dan A. W. Mc Eachern sebagaimana dikutip oleh David Barry mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenalkan pada individu yang menempatkan kedudukan sosial tertentu. Si sini peneliti mengkaitkan metode peranan, karena peneliti ingin mengetahui peranan ustadzah Pipik sebagai ibu rumah tangga dilihat dari segi kedudukan sosialnya ia sebagai seorang ibu rumah tangga.
Dari sini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga memiliki peranan yang sangat penting dalam mendampingi suami serta kesuksesan dakwah suaminya. Ustadzah Pipik juga memiliki peranan yang sangat penting dalam mendakwahi keluarga terutama anak-anaknya karena seorang ibu merupakan madrasah bagi anak-anaknya.
ii
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat serta hidayahnya
yang telah di berikannya kepada peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga”. Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada baginda nabi besar kita yang membawa kita kepada peradaban
jahiliyah menuju kepada cahaya terang benderang seperti sekarang ini yaitu nabi
Muhammad SAW, dan para keluarganya, sahabatnya, serta mereka yang
menegakan agama Islam.
Dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa selesainya skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah
peneliti untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan tak terhingga
kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Dr. Suparto M.Ed selaku Pudek I, Drs. H. Jumroni, M.Si selaku
Pudek II, dan Dr. H. Sunandar selaku Pudek III.
2. Rachmat Baihaky, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Fita Fathurohmah, M.Si Selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
iii
memberikan banyak ilmu dan meluangkan waktunya untuk saya dalam
mengerjakan skripsi, sehingga skripsi dapat terselesaikan.
4. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Pepustakaan Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan kemudahan kepada
peneliti.
5. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu, mudah-mudahan ilmunya
menjadi bermanfaat.
6. Ayahanda tercinta Bpk. H. Toing, dan Ibundaku tercinta Ibu Hj. Armih yang
selama hidupnya telah banyak memberikan seluruh kasih sayang dan doanya,
serta membantu dalam penulisan skripsi, baik berupa moril maupun materil
yang tak henti-hentinya hingga sampai sekarang.
7. Buat Kakak-kakakku tersayang Aman, S.Pd.I, Aminah, SH.I, Arsiah, Anita
yang telah memberikan dukungan dan partisifasinya dalam penulisan skripsi
dan tidak henti-hentinya selalu mendoakan dan memberikan dukungannya
dalam penulisan skripsi saya.
8. Adik-adikku tersayang Ilham Syah dan Muhammad Afif Fadly yang telah
memberikan motivasi yang tak henti-hentinya selama penulisan skripsi.
9. Buat tersayang Hendrik yang telah memberikan motivasinya dan memberikan
dukungannya berupa moril dan tenaganya dalam penulisan skripsi.
10.Para sahabat-sahabatku yang tercinta, teman-teman seperjuangan KPI F
angkatan 2010/2011 dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya
iv terselesaikan.
Akhirnya kontribusi saran dan kritik Anda pembaca, semoga menjadi
kebaikan untuk penulis dalam mengembangkan ilmu ke depan, serta menjadi amal
kebaikan di akhirat kelak.
Jakarta, 18 Agustus 2014
Penulis,
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 4
D. TinjauanPustaka ... 5
E. Metode Penelitian... 7
F. Sistematika Penulisan... 11
BAB II : TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Peranan……… 12
B. Pengertian Dakwah ... 14
C. Unsur-unsur Dakwah ... 16
D. Bentuk-bentuk Dakwah ... 23
E. Pengertian Ibu ... 24
F. Konsep Rumah Tangga Dalam Islam……… 27
BAB III : PROFIL USTADZAH PIPIK DIAN IRAWATI A. Riwayat Hidup Ustadzah Pipik Dian Irawati ... 32
vi
A. Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai
Ibu Rumah Tangga Saat Mendampingi Suami ... 41
B. Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai
Ibu Rumah Tangga Setelah Meninggalnya Suami ... 48
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran-saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah1 artinya agama yang selalu mendorong
pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah dengan kata
lain bahwa dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan
agama Islam, tidak dapat dibayangkan apabila kegiatan dakwah mengalami
kelumpuhan yang disebabkan oleh berbagai faktor terlebih pada era
globalisasi sekarang ini. Kegiatan dakwah merupakan aktivitas yang tidak
pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus
melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya. Tujuan
dakwah Islam adalah mendorong dan mengharapkan potensi fitri manusia agar
eksistensi mereka punya makna di hadapan tuhan dan sejarah. Tugas dakwah
adalah tugas umat secara keseluruhan bukan hanya tugas kelompok tertentu
umat Islam.2
Dakwah pada hakikatnya merupakan upaya untuk mempengaruhi
kepribadian baik secara individual maupun kolektif. Dan dakwah pun dapat
dilakukan dengan bil lisan yang lebih banyak memfokuskan pada penekanan
informasi persuasif dan dakwah bil hal yang lebih menekankan kepada hal-hal
yang bersifat praktis yang mampu merangsang agar mad’unya lebih cepat
melakukan perubahan dalam kegiatan sehari-hari. Salah satu faktornya adalah
penyampaian dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, mudah
1
M. Amin Mansyur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta:Al-Amin Press, 1997), h.8
2Syafi’
dipahami dan diserap oleh mad’u dengan tujuan agar dakwah yang
disajikannya tidak menjenuhkan dan hambar yang mudah di abaikan.3
Kegiatan dakwah pun tidak hanya dipahami sebagai proses
penyampaian ajaran Islam melalui mimbar, akan tetapi melahirkan kesadaran
bahwa masyarakat sebagai sasaran atau objek dakwah (mad’u) tidak bersifat pasif dan dianggap tidak memiliki pemahaman dan harapan terhadap kegiatan
dakwah, yang menyebabkan para pelaku (da’i) merasa bebas menyampaikan
apapun sesuai dengan keyakinan.4
Pria dan wanita merupakan makhluk yang melengkapi satu sama lain
dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Adanya perbedaan yang
mendasar dalam peranan dan tujuan mereka, maka dapatlah diketahui bahwa
pria dan wanita mempunyai perbedaan satu sama lain baik dalam watak atau
perangai maupun dalam bentuk tubuh, yang mana masing-masing dilengkapi
dengan apa yang secara semestinya dapat melengkapi peranan penting antara
pria dan wanita. Mereka masing-masing memperoleh bagian dari apa yang
diusahakannya, termasuk di dalamnya mengenai tanggung jawab
masing-masing. Oleh karena itu sebagai manusia yang mengaku beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya, mereka tidak diperbolehkan ada rasa iri satu sama lainnya.
Dalam sebuah rumah tangga, biasanya ada peran-peran yang
dilekatkan pada para anggotanya, seperti seorang suami berperan sebagai
kepala rumah tangga, sedangkan seorang istri berperan sebagai seorang ibu
rumah tangga. peran-peran tersebut muncul biasanya karena ada pembagian
3
Djamal Abidin ASS, Komunikasi dan Bahasa Dakwah (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), cet. ke-1, h. 1.
4
tugas di antara mereka di dalam rumah tangga. seorang suami berperan
sebagai kepala rumah tangga oleh karena ia mendapat bagian tugas yang lebih
berat, yakni mencari nafkah untuk seluruh anggota rumah tangga. disamping
itu, ia sebagai kepala rumah tangga juga diberi tanggung jawab untuk
melindungi dan mengayomi rumah tangganya, sehingga rumah tangga tersebut
dapat berjalan sesuai dengan nilai-nilai Islam.5
Wanita mempunyai peranan tertentu yang berbeda dengan kaum pria,
seperti mengandung, menyusui, yang jelas-jelas memerlukan kelengkapan
emosional sekaligus intelektual tertentu agar membuat wanita siap dan dapat
menjalankan tugasnya yang paling sulit ini.6
Kepemimpinan dan fungsi keluarga itu lebih banyak dilakukan oleh
pihak istri dengan kelembutannya seorang istri sebagai ibu rumah tangga
dapat berperan sebagai faktor penyeimbangan suami dalam kehidupan seperti
mengatur urusan rumah tangga, memasak, mengasuh, mendidik anak-anak,
menyiapkan keperluan suami maupun anak-anaknya dan sebagainya.7
Karena seorang ibu adalah panutan buat anak-anaknya menjadi pribadi
yang lebih baik. Ustadzah Pipik Dian Irawati adalah istri dari seorang da’i muda Ustadz Jefri Al Buchori. Perannya Ustadzah Pipik saat mendampingi
suami dalam keadaan susah maupun senang dan dalam keadaan apapun selalu
ada untuk suaminya. Setelah suaminya meninggal dunia Ustadzah Pipik Dian
Irawati berperan sebagai kepala rumah tangga. Disamping kesibukannya
sebagai pendakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati tidak melupakan perannya
5
Ratna Batara Munti, Perempuan Sebagai Kepala Rumah Tangga (Jakarta: Lembaga Kajian Agama, 1999), h. 6.
6
Rafuidin, Menjadi Wanita Idaman (Jakarta: Al-Kautsar Prima, 2010), cet. ke-1 h. 7. 7
sebagai ibu rumah tangga dalam mengurusi anak-anaknya. Didalam mengatur
rumah tangganya. Tentu ia ada suatu hambatan, apalagi ditambah aktivitas
dakwahnya yang sangat padat.
Melihat latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat
dalam sebuah penelitian yang berjudul “PERANAN DAKWAH USTADZAH PIPIK DIAN IRAWATI SEBAGAI IBU RUMAH
TANGGA”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas maka peneliti
membuat batasan yang akan diteliti, yaitu peneliti hanya berfokus pada
Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan di atas, maka pokok permasalahannya
dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu
rumah tangga pada saat mendampingi suami?
b. Seperti apakah peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai
ibu rumah tangga setelah meninggal suami?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan sebagai :
1. Untuk mengetahui peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai
2. Untuk mengetahui peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai
ibu rumah tangga setelah meninggalnya suami.
Sedangkan manfaat penelitian ini dilakukan sebagai berikut :
1. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dibidang
studi Dakwah dan Ilmu Komunikasi mengenai peranan dakwah serta dapat
menjadi referensi atau perbandingan bagi studi-studi yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan praktisi dakwah
dalam melakukan peranan dakwah dan memberikan sumbang saran
kepada praktisi di bidang kelembagaan agama.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum menentukan judul skripsi dan mengadakan penelitian lebih
lanjut, penulis telah melakukan tinjauan pustaka di Perpustakaan Fakultas
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi dan di Perpustakaan Utama Universitas Islam
Negeri Jakarta. Maksud dan tujuan pustaka ini antara lain untuk menghindari
kesamaan dalam penelitian.
Walaupun ada beberapa skripsi yang membahas tentang rumah tangga,
tetapi Subjek dan Formatnya berbeda, dan penelitian tidak menemui skripsi
yang membahas tentang skripsi yang peneliti akan tulis skripsi itu antara lain.
1. Leni Widia mahasiswa UIN Jakarta dalam skripsinya yang berjudul
“Peranan Suami Dalam Membina Rumah Tangga Sakinah”.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah suami adalah
yang bermacam-macam terhadap keluarganya, dirinya dan agamanya
yang ia letakan secara seimbang. Tanggung jawab suami dalam Islam
memiliki cangkupan yang sangat luas meliputi tanggung jawab terhadap
agama, diri, istri, anak, keluarga, harta, ilmunya dan pekerjaan. Seorang
suami yang sholeh pasti tahu peranannya, yang menjadi kewajibannya
dan sangat menentukan akan terwujudnya rumah tangga yang sakinah,
sehingga ia bertanggung jawab terhadap apa yang telah menjadi
tugasnya, maka suami akan memimpin, mendidik dan memberikan
teladan bagi anak-anaknya dalam segala hal.8
2. Ela Yulia Mahasiswa UIN Jakarta dalam skripsinya yang berjudul
“Peranan Istri Dalam Pendidikan Keluarga Sakinah”. Permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini adalah istri adalah pemimpin dalam rumah
tangga. orang yang selalu disorot dalam kehidupan rumah tangga adalah
seorang istri, karena dia memang dianggap sebagai orang yang paling
bertanggung jawab tentang kehidupan didalam rumah tangga. istri dapat
mengerjakan apa yang tidak dapat (sempat) dikerjakan oleh suami,
seperti mengatur rumah tangga, memasak, mengasuh, mendidik
anak-anak, menyiapkan keperluan suami maupun anak-anaknya. keistimewaan
yang dimiliki seorang istri lebih mendukung, tugasnya sebagai pemberi
rasa damai dan tenang kepada suami serta lebih mendukung fungsinya
dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya.9
8
Leni Widia, Peranan Suami Dalam Membina Keluarga Sakinah (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007)
9
3. Lailatul Furqoniyah UIN Jakarta dalam sripsinya yang berjudul “Konsep Keluarga Sakinah Menurut Keluarga Single Parent (Studi Kasus di Desa
Gumeng Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik)”. Permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini adalah mengulas tentang konsep keluarga
sakinah menurut keluarga single parent di Desa Gumeng Kecamatan
Bungah Kabupaten Gresik berserta hambatan-hambatannya di hadapi
oleh seorang single parent dalam membentuk keluarga sakinah.10
Judul penelitian di atas merupakan beberapa judul tentang “Keluarga” yang ada di Perpustakaan baik Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta atau Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Semua
judul tersebut membahas tentang Peranan Rumah Tangga, yang membedakan
dengan penelitian ini yaitu terletak pada subjek dan objeknya dan tidak
ditemukan judul skripsi yang membahas tentang peranan dakwah Ustadzah
Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga.
E. Metode Penelitian
Pada penyusunan skripsi ini penulis akan membagi kedalam beberapa bagian
yaitu :
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif analisis, yakni penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik, dan dengan cara
10
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.11
Dalam buku Metodelogi Penelitian Kualitatif karya Lexy J.
Moelong terhadap pendapat yang dikemukakan oleh Bogdan dan Tylor.
“Metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati”. 12
Pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu
bersifat luwes atau fleksibel, tidak terlalu rinci, tidak lazim
mengidentifikasi suatu konsep, serta memberikan kemungkinan
perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar,
menarik, dan unik bermakna dilapangan.13
Pertimbangan penulis menggunakan pendekatan kualitatif, karena
penulis bermaksud meneliti secara mendalam, menyajikan data secara
akurat, dan menggambarkan kondisi sebenarnya secara jelas.
Selain itu, melalui pendekatan kualitatif ini penulis berharap dapat
menggambarkan dan menganalisis Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian
Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga.
2. Sumber Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah semua orang yang terlibat
dalam memberikan informasi baik tentang subjek maupun objek dalam
penelitian ini.
11
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h. 6.
12
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 4.
13
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Ustadzah Pipik Dian Irawati,
Anaknya Muhammad Abizar Al-Ghifari objek dalam penelitian ini adalah
peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai bulan
Agustus 2014, dari mulai mengurusi perizinan sampai tahap pengumpulan
data yang dilakukan secara insidental (sesuai dengan keperluan dalam
melengkapi data).
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Metode observasi yaitu untuk memperoleh dan mengumpulkan data
dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung dilapangan
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena yang
diselidiki.14 Observasi yang dilakukan adalah untuk mendapatkan data
yang berkaitan dengan penelitian dalam pencatatan apa yang bisa
dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, diraba oleh tangan dan
kemudian peneliti tuangkan dalam penelitian ini.
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara
14
pewawancara dengan orang yang diwawancarai.15 Penulis
mengadakan wawancara langsung dengan Ustadzah Pipik Dian
Irawati anaknya bernama Muhammad Abizar Al-Ghifari.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pencarian sumber data berupa catatan-catatan
resmi tentang Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai
Ibu Rumah Tangga yang berupa catatan, transkip, buku dan foto-foto
yang menyangkut dengan penelitian guna mendukung data penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Data-data yang terkumpul melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi dikumpulkan dan dianalisis dengan landasan teori
mengenai strategi komunikasi yang akan penulis gunakan. Nantinya
akan digunakan untuk menjadi acuhan pada saat menganalisis data. Fase
ini merupakan proses penyederhanaan bentuk data agar mudah dibaca
dan dipahami. Setelah itu menganalisis data dengan menyusun kata-kata
kedalam tulisan yang lebih luas. Informasi dan keterangan yang
ditemukan dalam penelitian ini adalah menggunakan filed research
(penelitian lapangan) dengan menggunakan deskriptif (menggunakan
data kualitatif).16
7. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku
pedoman akademik yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2010.
15
Moh. Nazim, Metode Penelitian (Bandung: Galia Indonesia, 1999), h. 234.
16
F. Sistematika Penulisan
Untuk ketertiban pembahasan serta untuk mempermudah analisis materi
dalam penulisan penelitian, maka penulis menjelaskan dalam sistematika
penulisan. Penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab, setiap bab
dirinci dalam beberapa sub bab sebagai berikut :
Bab I: Pendahuluan, Yang meliputi: latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metode penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II: Tinjauan Teoritis tentang pengertian metode yang meliputi Pengertian peranan, Pengertian dakwah, Unsur-unsur dakwah, Bentuk-bentuk
dakwah, Pengertian ibu, Konsep rumah tangga dalam Islam
Bab III : Pembahasan mengenai profil Riwayat Hidup Ustadzah Pipik Dian Irawati, Gambaran umum tentang Rumah Tangga Ustadzah Pipik Dian
Irawati.
Bab IV : Pembatasan mengenai Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga Saat Mendampingi Suami, Peranan
Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga Setelah
Meninggalnya Suami.
12
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Peranan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata peranan berarti bagian dari
tugas utama yang harus dilaksanakan.1 Bisa jadi suatu yang jadi bagian atau
memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa.2
Dalam kamus populer, peran diartikan sebagai fungsi, kedudukan atau bagian
dari kedudukan, seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena
dia (orang tersebut) mempunyai status dalam masyarakat, walaupun
kedudukannya ini berbeda antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi
masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya. Menurut Soejono
Soekanto, “pesan dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.”3
Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan sebuah
perpaduan berbagi teori orientasi maupun disiplin ilmu yang pada dasarnya
tidak bisa dipisahkan dengan status kedudukan, walaupun keduanya berbeda,
akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya,
karenanya peranan diibaratkan dua sisi mata uang yang berbeda akan tetapi
kelekatannya sangat terasa sekali.4
1
Muhammad Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern (Jakarta: Pustaka Amani,
2002), h. 304.
2
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 667.
3
Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. ke-1,
h. 667.
4
Sarlito Wirawan Saryono, Teori Psikologi Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Sedangkan menurut Gross Masson dan A. W. Mc Eachern sebagaimana
dikutip oleh David Barry mendefinisikan peran sebagai seperangkat
harapan-harapan yang dikenalkan pada individu yang menempatkan kedudukan sosial
tertentu.5
Menurut David Berry harapan-harapan tersebut merupakan
imbangan-imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan
peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma masyarakat. Artinya diwajibkan
untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam
pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya.
Sarlito Wirawan juga mengemukakan hal yang sama bahwa “harapan
tentang peran adalah harapan lain pada umumnya tentang perilaku-perilaku
yang pantas yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai
peran tertentu”.6
Dari pengertian di atas dapat dikatakan, apabila seseorang atau kelompok
berperan, telah menjalankan perannya ketika menduduki karakterisasi (posisi)
dalam struktur sosial. Juga dikatakan menjalankan peranan manakala ia
menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya, seperti peranan
seorang ibu terhadap anaknya, yaitu bagaimana seseorang yang berstatus
sebagai ibu menjalankan hak dan kewajibannya antara lain bagaimana
mengajari, membimbing, dan mengawasi anaknya.
5
N. Gross, W. S. Masson, A. W. Mc Eachern. Exploritation In Role Analiysis, dalam
David Barry, Pokok-Pokok Pikiran Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), cet. ke-3,
h. 99.
6
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori Psikologi Sosial (Jakarta: CV Rajawali, 1995), cet.
B. Pengertian Dakwah
Secara umum masyarakat mengartikan dakwah dikaitkan dengan agama
Islam. Kata dakwah tersebut sesuai dengan arti dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, bahwa dakwah berarti penyiaran, propaganda. Penyiaran agama
dikalangan masyarakat dan pengembangannya seruan untuk memeluk dan
mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.7 Dengan demikian dakwah
artinya seruan, ajakan, atau panggilan. Mendakwahkan sesuatu keyakinan
artinya mempropogandakan sesuatu keyakinan. Sedangkan dakwah Islamiyah
artinya menyampaikan umat manusia agar menerima dan mempercayai
keyakinan dan pandangan hidup Islam.8
Dakwah sendiri dapat ditinjau dari dua aspek, dari aspek etimologi dan
aspek terminologis. Secara etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab
merupakan bentuk masdar dari kata kerja (fi’il) yaitu : da’a. yad’u, da’watan
yang berarti menyeru, memanggil dan mengajak.9 Kemudian kata jamak yaitu
da’watan yang artinya ajakan, seruan, undangan atau panggilan.10
Kata dakwah juga berarti do’a (al-du’a), yakni harapan, permohonan kepada Allah SWT atau seruan (al-mid’a). Doa atau seruan pada sesuatu
berarti dorongan atau ajakan untuk mencapai sesuatu itu agar semuanya
tercapai. Dakwah dalam arti do’a ini terbaca jelas dalam ayat ini11
7
Departemen Pendidikan dan Budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998), h. 181.
8
Isa Anshary, Mujahid Dakwah (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), h. 17.
9
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah
Penafsiran Al-Qura’an, 1990), h. 127.
10
Ahmad Ghulusy, Al- Dakwahal-Islamiyah ( Kairo: Dar Al-Kitab, 1987), h. 9.
11
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta: PT. Penamadani Jakarta,
Artinya : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S Al -Baqarah : 186)
Secara terminologis (istilah), para pakar memiliki pengertian yang
berbeda-beda dalam mengartikan apa itu dakwah. Namun pada dasarnya
mereka memiliki dasar yang sama yaitu : “Menyerukan agar umat Islam
melakukan perbuatan amar ma’aruf dan menjauhkan yang munkar”.
Menurut M. Nasarudin Latif dalam bukunya Teori dan Praktek Dakwah
Islamiah menyatakan bahwa dakwah : “Berarti sikap usaha atau aktivitas baik lisan maupun tulisan yang bersikap menyeru, memanggil manusia untuk
mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari’at serta
akhlak Islamiyah”.12
Sementara itu Prof. Dr. Quraisy Syihab mendefinisikan dakwah sebagai
seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situasi tertentu
kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun
masyarakat dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan ajaran Islam
secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.13
Ibnu Taimiyah dakwah merupakan suatu proses usaha untuk mengajak
agar orang beriman kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah
12
Nasarudin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah (Jakarta: Firma Dara, 1997),
hal. 11.
13
Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qura’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
diberitakan oleh rasul serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah
seakan-akan melihat-Nya.14
Berdasarkan pendapat di atas, maka dakwah Islam dapat diberi
pengertian mengajak umat manusia supaya masuk kejalan Allah SWT (Sistem
Islam) secara menyeluruh baik dengan perbuatan sebagai ikhtiar seorang
muslim dalam mewujudkan ajaran Islam menjadi kenyataan dalam kehidupan
pribadi, keluarga, jama’ah dan umat dalam semua segi kehidupan. Dengan
harapan dapat menyelamatkan dan membahagiakan manusia baik di dunia
maupun di akhirat.15
Sistematis dalam hal ini ditandai dengan interaksi unsur-unsur utama
dakwah yang saling berkaitan satu sama lainnya dan tidak boleh terpisahkan.
Sehingga dakwah bertujuan untuk memberi tahu dan memberi pemahaman
apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh Allah. Tujuan dakwah
tidak hanya terbatas pada penyampaian perintah dan larangan Allah saja,
tetapi juga meliputi segala hal yang dibutuhkan dalam menunaikan dakwah,
misalnya sarana, prasarana, cara penyampaian dakwah dilingkungan
masyarakat.
C. Unsur-unsur Dakwah
Agama Islam dapat bertahan sampai saat ini berkat adanya kegiatan
dakwah. Dakwah merupakan suatu proses, sehingga memerlukan unsur-unsur
dakwah dengan tujuan agar tidak menemui kesalahan dalam pelaksanaannya.
Adapun unsur-unsur dakwah ialah :
14
Munir Samsul Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), cet. ke-1, h. 5.
15
1. Subyek dakwah atau Da’i
Subjek dakwah (da’i) yaitu orang atau sekelompok orang yang
melaksanakan tugas dakwah, da’i sebagai pelaku dakwah atau pelaksana
dakwah. Juru dakwah menurut A. Hasjmy dalam bukunya Dustur Dakwah
Menurut al-Qur’an adalah penasehat, para pemimpin dan pemberi ingat, yang memberi nasihat dengan baik, mengarang dan berkhutbah,
memusatkan kegiatan jiwa raganya dalam membicarakan tentang kampung
akhirat untuk melepaskan orang-orang yang karam dalam gelombang
dunia.16
Dengan pendidikan yang khusus tentang penguasaan ilmu agama
yang luas dan dalam seorang da’i juga harus mempunyai ilmu pengetahuan yang universal yaitu mengenal ilmu-ilmu lain. Dalam abad teknologi
modern ini berkembangnya isu-isu hangat di masyarakat, maka dengan
menguasai teknologi dapat digunakan cara untuk menompang materi
dakwah yang disampaikan supaya tidak kering dan kaku. Selain itu da’i harus benar-benar mendalami ilmu mengenai ushul (pokok) dan furu’ (cabang) Islam, sehingga apabila ia berdakwah benar-benar memahami
hakikat risalah yang sempurna. Bahwa Islam adalah hubungan dengan
Tuhan yang membimbing mukmin dalam seluruh aspek kehidupannya.
Di dalam pendakwah terletak inti dari gerakan dakwah Islam yang
jiwanya terisi dengan kebenaran, kesadaran, kemauan, keberanian, tegas
dan semangat untuk siap menegakkan amar ma’ruf nahi munkardan orang
lain dapat mengambil manfaat darinya. Seorang juru dakwah juga harus
16
Siti Uswatun Hasanah, Berdakwah Dengan Jalan Debat Antara Muslim Dan Non
bertauhid dengan sempurna artinya mengenal Tuhannya sebagai Sang
Pencipta dengan kekuasaan yang mutlak. Seorang juru dakwah harus
berakhlak karimah, karena merupakan cerminan bagi orang yang di
dakwahi.17
Secara umum dapat dikatakan bahwa da’i adalah pelaksana dalam berdakwah atau da’i adalah manusia baik laki-laki maupun perempuan yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran Islam
ditengah-tengah kehidupan manusia serta menjadi panutan atau tempat orang
mencontoh cara hidup yang Islami dan menjadi penyejuk di tengah
kehidupan umat, justru itu tidak semua orang (umat Islam) dapat dikatakan
da’i, karena begitu besar tanggung jawabnya.
2. Objek Dakwah atau Mad’u
Mad’u dalam arti isim maf’ul dari da’a berarti orang yang mengajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Mad’u adalah obyek sekaligus subyek
dalam dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. Siapapun mereka,
laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru
lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam
dakwah Islam.18
Mad’u (objek dakwah) yaitu masyarakat sebagai penerima dakwah.
Masyarakat baik individu maupun kelompok sebagai objek dakwah,
memiliki strata dan tingkatan yang berbeda-beda.19
17
Faizah dan Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta : Kencana, 2006), hal. 197.
18
Cahaya Takariawan, Prinsip-PrinsipDakwah (Yogyakarta: Izzam Pustaka, 2005), cet.
ke-4, h. 25.
19
Mad’u (objek dakwah) adalah manusia, baik seseorang atau lebih
yaitu masyarakat. Pemahaman mengenai masyarakat itu biasa beragam,
tergantung dari cara memandangnya.20
Mad’u dapat disebut sebagai obyek atau sasaran dakwah, yaitu orang -orang yang di seru, di panggil atau di undang. Maksudnya ialah -orang
yang di ajak ke dalam Islam atau sesuai dengan ajaran Islam sebagai
penerima dakwah.21
Menurut Asmani Syukir, menjelaskan bahwa, yang di maksud dengan
objek dakwah adalah masyarakat luas, yang merupakan salah satu unsur
terpenting di dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting perannya
dibadingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain.22
Menurut peneliti dari beberapa pendapat tentang pemaparan objek
dakwah adalah setiap seorang da’I wajib mengajak manusia kepada jalan yang benar yang dapat menyakinkan dan meluruskan agama Islam yang
yang hakiki (sebenar-benarnya).
3. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta”
(melalui) dan “hodos” (jalan cara). Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan.23
20
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), cet. ke-1,
h. 35.
21
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakah Di Indonesia
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. ke-1, h. 34.
22
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
h. 66.
23
Munzier Saputra, Harjani Hefni, Metode Dakwah (Jakarta: Kecana, 2003), cet. ke-1,
Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya
jalan dan dalam bahasa Arab disebut thariq.24
Metode dakwah merupakan cara-cara penyampaian dakwah, baik
terhadap individu, kelompok atau masyarakat luas agar pesan-pesan
dakwah itu mudah diterima. Metode dakwah harus tepat dan sesuai dengan
situasi dan kondisi mad’u sebagai penerima pesan dakwah, dimana
penerapan metode dakwah harus mendapat perhatian yang utama dari pada
da’i
Sehingga metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan
oleh seorang da’i kepada mad’u yang telah diatur melalui proses
pemikiran untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih
sayang.
4. Media Dakwah
Media berawal dari kata “median” yang berasal dari bahasa latin
yang artinya perantara. Pengertian media secara istilah adalah segala
sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai
tujuan tertentu.25
Media dakwah adalah perantara yang digunakan untuk
menyampaikan atau menyalurkan materi dakwah.26 Dewasa ini, jenis-jenis
media atau sarana dakwah sangat banyak jumlahnya antara lain radio,
televisi, video, rekaman, surat kabar, tabloid, majalah dan bahkan melalui
media internet. Media dakwah merupakan saran untuk menyampaikan
pesan agama dengan mendayagunakan alat-alat temuan teknologi modern
yang ada pada zaman ini. Dengan begitu banyak media dakwah yang
24
Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet, ke-1, h. 35.
25
Ahmad Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, hal. 165.
26
tersedia. Maka seorang da’i memilih salah satu atau beberapa media saja
sesuai dengan tujuannya dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
Media dakwah Islam adalah saran atau prasarana yang membantu
subjek dakwah atau da’i dan da’iyyah dalam memberikan dan
menyampaikan pesan dakwahnya secara efektif dan efisien. Dengan
demikian media dakwah sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dakwah
yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa orang, materi,
tempat kondisi tertentu dan sebagainya.
Fungsi media massa dalam dakwah untuk memberikan informasi,
pendidikan, hiburan dan mempengaruhi para mad’u. Media dakwah juga merupakan hal yang sangat penting dalam proses dakwah, untuk
menentukan keberhasilan dakwah itu sendiri kepada masyarakat.
5. Tujuan Dakwah
Didalam kehidupan perubahan akan selalu terjadi, pasang surut
kehidupan makanan setiap hari, hidup bagaikan roda yang berputar selalu
berganti demikian juga iman dan taqwa seseorang selalu mengalami naik
turun, adakalahnya iman seseorang dapat mempertahankan kadar
keimanannya.
Wardi Bahtiar mengungkapkan tujuan dakwah adalah mencapai
masyarakat yang adil dan makmur serta ridha Allah SWT.27 Sedangkan
menurut Tarmizi Taher bahwa hakikat tujuan dakwah adalah
mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan
manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mengamalkan ajaran
Islam sehingga menjadi orang baik.28
27
Wardi Bahtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 37.
28
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa hakikatnya tujuan dakwah
adalah adanya perubahan yang positif pada seseorang dari buruk kearah
yang baik dan dari baik kearah yang lebih baik.
Dakwah yang dilaksanakan harus mempunyai tujuan tertentu.
Tujuan ini dapat dirumuskan sedemikian rupa sehingga jelas apa yang
hendak dicapai. Di dalam proses dakwah, tujuan adalah merupakan salah
satu faktor yang sangat penting. Dengan tujuan itulah dapat di rumuskan
suatu landasan tindakan dalam pelaksanaan dakwah.29
Dakwah merupakan usaha memindahkan umat situasi negatif ke
situasi positif, seperti dari situasi kekufuran kepada keimanan, dari
kemelaratan kepada kemakmuran, dari perpecahan kepada persatuan, dari
kemaksiatan kepada ketaatan untuk mencapai ridho Allah SWT.
Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai
satu diperoleh dari keseluruhan tindakan dakwah. Untuk mencapai tujuan
utama inilah, penyusunan semua rencana dan tindakan dakwah harus
ditunjukan dan diarahkan. Dengan kata lain tujuan dakwah bukan
memperbanyak pengikut tetapi memperbanyak orang yang sadar akan
kebenaran Islam dan mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar.
Dan titik tujuan dakwah, yaitu memberi peringatan kepada umat
manusia agar mengambil segala ajaran Allah yang terkandung dalam
Al-Qur’an menjadi jalan hidupnya.30
Pada hakikatnya tujuan dakwah adalah untuk mengajak manusia
berlomba-lomba dalam menunaikan kewajiban dan saling menjaga dan
29
Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: PT Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. ke-3, h. 3.
30
A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1994), cet.
menghormati hak sesama sehingga terbentuk keadilan dan kestabilan di
dalam masyarakat. Selain itu juga dakwah Islam memiliki tujuan agar
supaya timbul dalam diri umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai
ajaran Islam serta pengalaman terhadap agama yang ikhlas.
D. Bentuk-bentuk Dakwah
Menurut para pelaku dakwah, dakwah Islam merupakan operasionalisasi
yang dilakukan, sehingga ada tiga kategori di dalamnya, yaitu:31
1. Bil Lisan
Dakwah bil lisan, adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah
melalui lisan, dapat berupa ceramah, diskusi, khutbah, brain stroming dan
sebagainya.
2. Bil Qolam
Dakwah bil qolam, adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah
melalui tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar, sepanduk,
pamphlet, bulletin dakwah dan lain sebagainya.
3. Bil Hal
Dakwah bil hal, adalah dakwah melalui perbuatan yang nyata perilaku atau
sopan santun sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, mencari
nafkah dengan tekun, sabar, kerja sama dan saling tolong menolong
sesama manusia. Islam memerintahkan manusia agar dapat mencontoh
(teladan) dari para ahlil fikr (orang-orang yang berfikir), ahli kebenaran
dan mereka yang berkaidah lurus.32
31
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 34.
32
Sebagai da’i dan da’iyyah yang mempunyai misi ajaran kepada Islam
kepada manusia, dan juga berkewajiban meneladani sifat-sifat dan kepribadian
Rasulullah SAW.
Pada dasarnya dakwah inilah yang lebih efektif dan mengena pada
sasaran dibanding dengan bentuk-bentuk dakwah yang lainnya. Tetapi sampai
detik ini umat Islam masih kurang memperhatikan efektivitas dari dakwah bil
hal ini dan masih menganggap bahwa dakwah bil lisan lebih efektif.
E. Pengertian Ibu
Ibu adalah sebagai "tiang rumah tangga" amatlah penting bagi
terselenggaranya rumah tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan
bahagia, karena di atas yang mengatur, membuat rumah tangga menjadi surga
bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi bagi
suaminya. Untuk mencapai ketentraman dan kebahagiaan dalam keluarga
dibutuhkan istri yang shalehah, yang dapat menjaga suami dan anak-anaknya,
serta dapat mengatur keadaan rumah sehingga tempat rapih, menyenangkan,
memikat hati seluruh anggota keluarga.
Menurut Baqir Sharif al-Qarashi bahwa para ibu merupakan
sekolah-sekolah paling utama dalam pembentukan kepribadian anak, serta saran, untuk
memenuhi mereka dengan berbagai sifat mulia, sebagaimana sabda Nabi
Muhammad SAW. yang artinya: "Surga di bawah telapak kaki ibu",
menggambarkan tanggung jawab ibu terhadap masa depan anaknya.
Dari segi kejiwaan dan pendidikan, sabda Nabi di atas ditunjukan kepada
para orang tua khususnya para ibu, harus bekerja keras mendidik anak dan
berbagai perilaku terpuji serta tujuan-tujuan mulia, adapun tugas-tugas para
ibu mendidik anak-anaknya yaitu :
1. Para ibu harus membiasakan perbuatan-perbuatan terpuji pada anak.
2. Para ibu harus memperingatkan anak-anak mereka akan segala kejahatan
dan kebiasaan buruk, perilaku yang tidak sesuai dengan kebiasaan sosial
dan agama.
3. Para ibu harus memiliki kesucian dan moralitas sebagai jalan pendidikan
untuk putra-putri mereka.
4. Para ibu jangan berlebihan dalam memanjakan anak.
5. Para ibu harus menanamkan pada anak rasa hormat pada ayah mereka.
6. Para ibu jangan pernah menentang suami, sebab akan menciptakan aspek
kebencian dengan kedengkian satu sama lain.
7. Para ibu harus memberi tahukan pada kepala keluarga setiap
penyelewengan tingkah laku anak-anak mereka.
8. Para ibu harus melindungi anak dari hal-hal buruk menggoda serta
dorongan-dorongan perilaku anti sosial.
9. Para ibu harus menghilangkan segala ajaran atau metode yang dapat
mencederai kesucian serta kemurnian atau meruntuhkan moral dan etika.
10.Para ibu harus memelihara kesucian dan perilaku terpuji.33
Ibu adalah orang yang telah mengandung anaknya selama 9 bulan,
melahirkan dan merawat anaknya dari bayi sampai benar dan telah
mencurahkan segala kasih sayangnya untuk anaknya. ibu juga yang telah
memberi dorongan untuk melakukan segala hal dan selalu mendoakan
anaknya. ibu juga seseorang yang istimewa yang harus dihormati, dan sayangi.
33
Tentunya tanpa ibu kita tidak akan pernah bisa hidup didunia ini. Teman Nabi
Muhammad pernah bertanya kepada beliau “saya yang pertama harus saya hormati?” dan Nabi Muhammad menajwab “ibumu” sampai tiga kali ia
bertanya dan jawabannya sama, baru yang ke empatnya Nabi menajwab
“Ayahmu”.
Seorang ibu melahirkan anaknya ke dunia dengan susah payah, rasa sakit
yang luar biasa dan dengan pengorbanan hidupnya. Ketika anaknya lahir ke
dunia. Beliau menyusui bayinya hingga berumur 2 tahun dan memberikan
makanan tambahan, beliau rela mengorbankan waktunya untuk mengajari,
membimbing dan memberikan anaknya bekal untuk masa depannya. Sang ibu
selalu berharap dalam hati agar anaknya bisa hidup dengan baik di dunia dan
menjadi anak berbakti. Peranan ibu lebih dominan dari pada peranan bapak
dalam keluarga, bila dilihat dari sisi pendidikan. Sebab ibu lebih banyak
menyertai anaknya, pengaruhnya telah umum dan luas.
Seorang penyihir pernah berkata “ibu laksana sekolahan. Bila kau persiapkan, maka kau telah persiapkan satu bangsa yang baik pangkalnya”.34
Islam telah berpesan melalui al-Qur’an dan sunnah tentang kedudukan orang tua. Terlebih khusus lagi, adanya penekanan untuk senantiasa berbuat
baik kepada ibu. Allah berfirman :
34Al-Tahir, Al-Hada, Wanita Dalam Syariat dan Masyarakat (Jakarta: Pustaka
Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.(Q.S. al-Isra :23)35
Ada satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh seorang ibu kapan
pun juga, yaitu ia tetap sebagai seorang istri dari suaminya, baik yang
sebelum maupun setelah memiliki anak. Kehidupan rumah tangga suami
istri memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kejiwaan dan perasaan
emosinal anak-anak.
F. Konsep Rumah Tangga Dalam Islam
Pernikahan salah satu ketentuan Allah yang umum berlaku pada semua
makhluk baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan Allah tidak mau
menjadikan manusia itu seperti makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti
nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betinanya secara anarki, dan
tidak ada satu aturan. Akan tetapi, demi menjaga kehormatan dan martabat
kemuliaan manusia. Allah adakan hukum sesuai dengan martabatnya.
Sehingga hubungan laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan
berdasarkan saling ridha meridhai, dihadiri para saksi yang menyaksikan
kedua pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat.36
Perkawinan dan sudut pandang Islam merupakan sistem peraturan dari
Allah SWT yang mengandung karunia yang besar dan hikmah yang agung.
Melalui perkawinan dapat diatur hubungan laki-laki dan wanita (yang secara
fitrahnya saling tertarik) dengan aturan yang khusus. Dari hasil pertemuan ini
35
Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ibu Ideal (Jakarta: Pustaka al-Kautsar 2003), h.7.
36
juga akan berkembang jenis keturunan sebagai salah satu tujuan dari
perkawinan tersebut. Dari perkawinan itu pulalah terbentuk keluarga yang
diatasnya didirikan peraturan hidup khusus dan sebagai konsekuensi dari
sebuah perkawinan.
Rumah tangga atau keluarga adalah suatu struktur dalam masyarakat
yang bersifat khusus, satu sama lain saling mengikat. Dalam sebuah negara
rumah tangga itu ibarat sebuah bibit tanaman. Jika bibit tanamannya baik dan
sehat akan tumbuh menjadi pohon yang berdaun rindang dan berbuah lebat.
Rumah tangga muslim yang mampu merencanakan sinar Islam. Pastilah anak
melahirkan sebuah negara yang benar-benar adil, makmur, dengan ridha Allah
SWT.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat
diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai
macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengertian lain ibu rumah tangga
merupakan seorang istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan
dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor).
Islam membangun pondasi rumah tangga yang sakinah, mengikatnya
dengan atas yang kuat dan sangat kokoh sehingga menggapai awan dan
bintang-bintang. Jika bintang-bintang adalah perhiasan langit. Maka rumah
tangga adalah perhiasan sebuah masyarakat, karena pada rumah tangga ada
suatu keindahan, kebanggaan, pertumbuhan yang menyenangkan,
kebersamaan dengan orang-orang tercinta sehingga Allah SWT. Mewariskan
manusia atau sebaliknya dari keluarga juga penderitaan berkepanjangan yang
tiada bertepi yang di ujikan Allah kepadanya.37
Struktur rumah tangga dapat terbangun melalui hubungan darah
ataupun pernikahan. Menurut ajaran Islam, pernikahan itu mengandung
tanggung jawab dan sekaligus ras saling memiliki dan saling berharap.
Disamping terikat menurut hukum Islam, juga terjalin dalam ikatan batin.38
Berhasil atau gagalnya pendidikan keluarga dalam Islam sepanuhnya
bergantung pada kemampuan kita memahami sebagaimana pandangan Islam
terhadap manusia dan nilai kemanusiaannya. 39
Keluarga dalam Islam merupakan komunitas ideal pertama bagi
manusia muslim untuk membentuk masyarakat yang diridhai Allah. Di dalam
Islam, keluarga menempati posisi dasar pembentukan insan yang sempurna.
Bila memandang unsur pengelolaan yang baik dan adil atau amanah yang
harus dijaga dan istri memperlakukan suami sebagai amanah yang harus
dimuliakan serta keduanya melaksanakan amanah untuk membesarkan dan
mengasuh anak-anaknya untuk menjadi hamba-hamba Allah. Rumah tangga
adalah amanah bersama. Titik ini semestinya menjadi acuan awal ketika
menempati masalah rumah tangga sebagai sentral pembinaan umat. Biasanya
masalah-masalah yang timbul dalam keluarga karena masing-masing pihak
tidak bisa memenuhi amanah tersebut.
Menurut konsep Islam pembentukan keluarga dilakukan lembaga
pernikahan. Keluarga dapat diwujudkan apabila fasilitas kehidupan dan
37
Abdul Hamid Kimid, Konsep Rumah Tangga (Bandung: Mizan,1992) h. 20.
38
Anshari Thayib, Struktur Rumah Tangga Muslim (Surabaya: Risalah Gusti, 1992), h.1.
39
Shodiq Ihsan, Keluarga Muslim Dalam Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994),
kebutuhan hidup keluarga, baik lahir dan batin dapat terpenuhi secara baik.
Dalam upaya mewujudkan keluarga yang bahagia manusia dapat menempuh
dan mengupayakan melalui usaha lahiriyah dalam bentuk perencanaan yang
matang dan persiapan yang mantap, menempuh prinsip monogami, dan
melalui keluarga berencana. Menurut konsep Islam bekal utama yang harus
dijadikan modal dalam upaya mewujudkan keluarga yang bahagia ialah iman
yang kokoh, akhlak yang mulia dan ketaqwaan yang tinggi.40
Keluarga yang Islami mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dibentuk lewat akad pernikahan menurut ajaran Islam.
2. Yang dinamakan keluarga sekurang-kurangnya terdiri dari seorang
laki-laki yang berstatus sebagai suami dan seorang perempuan yang berstatus
sebagai istri.. Ini adalah keluarga pokok yang dapat menjadi keluarga inti
jika ditambahi anak-anak.
3. Dalam keluarga Islam, terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang dianut.
Nilai dan norma ini bersumber dari ajaran Islam.
4. Setiap anggota keluarga memiliki hak dan kewajiban dengan status dan
kedudukannya, menurut ajaran Islam, tujuan pembentukan keluarga Islam
ialah kebahagiaan dan ketentraman hidup berumah tangga dalam rangka
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Jadi rumah tangga Islam adalah rumah tangga yang didalamnya ditegakan
adab-adab Islam, baik yang menyangkut indvidu maupun keseluruhan anggota
rumah tangga. rumah tangga Islami adalah sebuah rumah tangga yang
didirikan di atas landasan ibadah. Mereka bertemu dan berkumpul karena
40
Ibrahim Husen, Membina Keluarga Bahagia (Jakarta: Pustaka Antara PT (Anggota
Allah saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Karena
kecintaan mereka kepada Allah serta teladan yang menjadi panutan dan
dambaan umat. Mereka betah tinggal di dalamnya karena kesejukan iman dan
kekayaan rohani.
Rumah tangga Islami adalah rumah yang didalamnya terdapat sakinah,
mawaddah dan warahmah (perasaan cinta dan kasih sayang). Perasaan itu
senantiasa melingkupi suasana rumah tangga setiap harinya. Seluruh anggota
keluarga merasakan suasana surga didalamnya . inilah ciri khas rumah tangga
Islami. Mereka berserikat dalam rumah tangga itu untuk berkhitmat pada
aturan Allah SWT. Mereka bergaul dan bekerja sama didalamnya untuk saling
menguatkan dalam beribadah kepada Allah.41
Tidak dapat diragukan lagi bahwa rumah tangga Islami itu
muntiara-muntiara masyarakat yang baik. Oleh karena itu, haruslah sungguh-sungguh
memelihara syariat yang mengatur soal akad nikah perkawinan menurut Islam
itu, karena betul-betul tidak ada cacat celanya, jauh dari perbuatan sia-sia,
mengukuhkan hubungan kasih sayang dan ketenangan jiwa suami istri dalam
rumah tangga itu, inilah salah satu tanda kesempurnaan kodrat Tuhan.42
41
Cahyadi Takariawan, Pernik-Pernik Rumah Tangga Islam (Jakarta: Intermedia, 2008),
h. 21.
42
Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Etika Dalam Rumah Tangga (Surabaya: PT
32
PROFIL USTADZAH PIPIK DIAN IRAWATI
A. Profil Ustadzah Pipik Dian Irawati
Ustadzah Pipik memiliki nama lengkap Pipik Dian Irawati. Wanita
kelahiran Semarang 26 November 1977 ini memiliki paras yang begitu cantik
yang dibaluti dengan jilbab semakin membuat ia tampak begitu anggun dan
cantik. Ustadzah Pipik Dian Irawati lebih dikenal dengan sapaan Ummi.
Ustadzah Pipik Dian Irawati merupakan anak bungsu dari enam bersaudara 4
perempuan 2 laki-laki dari pasangan H. Imam Martono bin Mardjani dengan
Hj. Riyanti. Pada usia 12 tahun ibu dari Ustadzah Pipik Dian Irawati
meninggal dunia.1
Pendidikan Ustadzah Pipik Dian Irawati berawal di kota Semarang yaitu
di SD Widosari di Semarang lanjut ke SMP dan SMA Mataram di Semarang.
Sekitar tahun 1996 Ustadzah Pipik melanjutkan kuliah bagian Manajemen
Informasi tetapi tidak sampai setahun karena ada panggilan kerja sebagai
model di salah satu model sampul dimajalah Aneka pada tahun 1995-1996.
Selain belajar di pendidikan formal beliau juga pernah belajar di sekolah
informal yaitu di Pendidikan Mubaligh Al Azhar. Dari pengalaman
pendidikan di PMA inilah beliau mulai belajar menjadi seorang pendakwah. 2
Pada saat Ustadzah Pipik masih menjadi model majalah Aneka Ustadzah
Pipik Dian Irawati mengaku memiliki kebiasaan yang kurang baik. Istri
1
Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei
2014.
2
Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei
almarhum Uje itu senang keluar masuk dunia malam, diskotik atau dugem.
Kondisi seperti ini dianggapnya sebagai masa kegelapan dalam masa
hidupnya.3
Perubahan hidup Ustadzah Pipik terjadi ketika Uje membawanya
bertemu dengan ibunya, Umi Tatu. Ketika itu Uje menggambarkan soal
keseriusan hubungannya dengan Ustadzah Pipik. Umi Tatu pun memberi restu
kepada mereka berdua untuk menikah. Meski awalnya berat hati, Ustadzah
Pipik mengikuti saran Umi Tatu.
Sebelum menikah Ustadzah Pipik belum mengenakan Hijab setelah
menikah Ustadzah Pipik mulai mengenakan hijab karena tuntutan dari ibunda
Uje yaitu Umi Tatu, karena dilingkungan keluarga suami Ustadzah Pipik
begitu sangat agamis sekali. Dari sinilah Ustadzah Pipik mulai merubah
penampilannya yang biasa mengenakan baju seksi hingga sampai mengenakan
pakaian yang menutupi auratnya sampai sekarang. Ustadzah Pipik mulai
istiqomah untuk terus mengenakan hijabnya sampai sekarang. 4
Pertemuan dengan Ustadz Jefri Al Buchori dengan Ustadzah Pipik Dian
Irawati pertama kali saat sedang menyantap nasi goreng di Menteng tahun
1996-1997. Waktu itu Ustadzah Pipik Dian Irawati bersama Gugun Gondrong
lagi di dalam mobil yang memperkenalkan sebagai adik Gugun Gondrong.
Sebetulnya pada waktu itu Ustadzah Pipik juga ingin berkenalan dengan
Ustadz Jefri Al Buchori, yang dikenalnya sebagai pemain sinetron
“Kerinduan” dan kebetulan Ustadzah Pipik menyukainya. Mungkin karena
3
Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei
2014.
4
Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Jum’at 04 Juli
Gugun paham dengan tingkah laku Ustadz Jefri Al Buchori, maka Gugun pun
menolak keinginan Ustadzah Pipik. Tetapi karena mungkin sudah jodoh,
Allah kembali mempertemukan Ustadz Jefri Al Buchori dengan Ustadzah
Pipik. Pada saat buka puasa dirumah Pontjo Sutowo, saat itulah perkenalan
antar dua insan itu terjadi, mulai dekat hingga akhirnya bertukar nomor
telepon.5
Pada saat pertama kali keluar bareng, waktu itu Ustadz Jefri Al-Buchori
hanya mengenakan jins dan sepatu boots serta uang Rp. 50 ribu didompet, lalu
mereka naik taksi untuk nonton film. Dan selama dibioskop, mereka hanya
membisu dan menonton sendiri-sendiri. Karena memiliki kesamaan hobi yang
sama yaitu makan dan nonton, akhirnya Ustadz Jefri Al Buchori dan Ustadzah
Pipik sering keluar bareng walau banyak teman-teman Ustadz Jefri Al Buchori
yang mencibir dan tidak habis mengapa Ustadzah Pipik mau-maunya
berpacaran dengan Ustadz Jefri Al Buchori.
Karena keduanya memiliki kesibukan masing-masing, terutama Ustadzah
Pipik yang sibuk untuk keluar kota karena tuntutan profesinya sebagai seorang
model inilah yang membuat mereka jarang bertemu, bahkan sempat putus lalu
pertemukan lagi. Akhirnya, untuk menghindari maksiat Ustadz Jefri Al
Buchori dan Ustadzah Pipik menikah dibawah tangan tahun 1999, lalu mereka
tinggal dirumah ibunda Ustadz Jefri Al Buchori, sekitar 4-5 bulan kemudian
baru mereka menikah secara resmi di Semarang pada tanggal 7 September
1999. Pernikahan keduanya kemudian dikaruniai empat orang anak, Adiba
5
Yusuf Mansur, Siapa Penerus Saya ?Memoar Kehidupan Ustadz Jeffry Al Buchori
Khanza Az-Zahra, Muhammad Abidzar Al-Ghifari, Ayla Azuhro dan Attaya
Bilal Rizkillah.6
Awal-awal berat harus mereka lalui dalam menjalani biduk rumah tangga
dan hidup seadanya, Ibunda Ustadz Jefri Al Buchori lah yang membiayai
hidup mereka. Saat itulah Ustadz Jefri Al Buchori pun masih sempat kambuh,
hingga pernah ngebut depan Ustadzah Pipik, sampai pakai Uang Ustadzah
Pipik, untunglah sang istri begitu setia dan selalu mengingatkan Ustadz Jefri
Al Buchori untuk berubah.
Segala cara mereka lakukan berdua untuk bisa menghidupi biduk rumah
tangga yang baru dibangun, termasuk berdagang kue dengan dititipkan ke toko
yang ternyata malah tidak laku. Ustadz Jefri Al Buchori dan Ustadzah Pipik
sama-sama saling belajar menerima kelebihan dan kekurangan satu sama
lain.Pelan-pelan, hidup Ustadz Jefri