• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

SEBAGAI IBU RUMAH TANGGA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

KHODIJAH AWALIYAH NIM : 1110051000182

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

SEBAGAI IBU RUMAH TAI{GGA

Skripsi

Diaj ukan Untuk Memenuh i Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana llmu Komunikasi Islam (S.Kom.l)

Oleh:

KHODIJAH AWALIYAH

NIM

:

I110051000182

DiBawah Bimbingan

JURUSAI\

KOMUNIKASI

DAN

PENYIARAN

ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

DAN

ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKAR.TA

1435 Ht2014

M

(3)

Eurqurrqure6

100I€0166I rzz0696l'dIN

ffi

\-7

'11r[nEue6

'eloEEuy

900I€0z66rsIs0€96I'drN

@

:W

{eS

eloEEuy de>1Euerery"n1e)

qusobeuny4l Euep;g

yIOZ snlsn?V gZ'ep>Ief

'IIIslsI uererr{ue4

u€p

r$lllmuo)

IPnIS werEor4 eped (r'uro)'S) Iuels1 Ise>lluntuo) euehus ruleE qeloredrueru lere.& n1€s qel?s teEeqes stulrellp tlulel 1uI

Isdpls

7197 snlsnEy

97

pfl?w1 epud ege4e1 qqpp,(eplH JIrefS

NIn

Ise{lunwo) u€p q"l'r)eo

nurll

selln>I€C qesobeunl4l 8ueprs ruel€p ue>lln1p qepns ..u88uu1 quung

nq1 le8uqas pu^aurl

uqq

r1gd14 quzpulsn qu,ra{€O uuuured" lnpnfteq Isdlqs r00rt0086r6rr06n6

100zz1600z0190€86l'dIN

eloEEuy de>16uerery slreue{es

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu pernyataan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini sudah saya cantumkan

sesuai dengan keterangan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatulla Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bukan hasil karya asli saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 18 Agustus 2014

(5)

i

Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga

Ibu adalah sebagai tiang rumah tangga amatlah penting bagi terselenggaranya rumah tangga yang sakinah. Seorang ibu rumah tangga mempunyai peranan yang sangat besar di dalam kehidupan keluarganya. Ustadzah

Pipik adalah istri dari da’i Ustadz Jefri Al Buchori memiliki andil dalam kesuksesan karir suaminya dalam berdakwah. Setelah suaminya meninggal dunia Ustadzah Pipik di amanah kan empat anak-anaknya dan menjadi orang tua tunggal yang mengatur serta mengurus rumah tangga serta mengajarkan anak-anaknya berbagai macam ilmu pengetahuan terutama ilmu agama.

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati saat mendampingi suami ? Seperti apakah peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai Ibu rumah tangga setelah meninggalnya suami?

Kemudian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peranan Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga dan untuk mengetahui seperti apakah peranan Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai Ibu rumah tangganya. Karena dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana peranan dakwah Ustadzah Pipik sebagai seorang ibu rumah tangga, peneliti disini ingin mengetahui secara mendalam kegiatan yang dilakukan Ustadzah Pipik. melalui observasi melihat pada realita yang dilakukan peneliti. Dan juga menggunakan wawancara langsung terhadap Ustadzah Pipik Dian Irawati. Subjek penelitian ini adalah keluarganya dari Ustadzah Pipik Dian Irawati. Namun peneliti ingin memfokuskan pada permasalahan peranan dakwah Ustadzah Pipik sebagai Ibu rumah tangga.

Menurut Gross Masson dan A. W. Mc Eachern sebagaimana dikutip oleh David Barry mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenalkan pada individu yang menempatkan kedudukan sosial tertentu. Si sini peneliti mengkaitkan metode peranan, karena peneliti ingin mengetahui peranan ustadzah Pipik sebagai ibu rumah tangga dilihat dari segi kedudukan sosialnya ia sebagai seorang ibu rumah tangga.

Dari sini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga memiliki peranan yang sangat penting dalam mendampingi suami serta kesuksesan dakwah suaminya. Ustadzah Pipik juga memiliki peranan yang sangat penting dalam mendakwahi keluarga terutama anak-anaknya karena seorang ibu merupakan madrasah bagi anak-anaknya.

(6)

ii

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat serta hidayahnya

yang telah di berikannya kepada peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga”. Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam senantiasa

tercurahkan kepada baginda nabi besar kita yang membawa kita kepada peradaban

jahiliyah menuju kepada cahaya terang benderang seperti sekarang ini yaitu nabi

Muhammad SAW, dan para keluarganya, sahabatnya, serta mereka yang

menegakan agama Islam.

Dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa selesainya skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah

peneliti untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan tak terhingga

kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Dr. Suparto M.Ed selaku Pudek I, Drs. H. Jumroni, M.Si selaku

Pudek II, dan Dr. H. Sunandar selaku Pudek III.

2. Rachmat Baihaky, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam dan Fita Fathurohmah, M.Si Selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

(7)

iii

memberikan banyak ilmu dan meluangkan waktunya untuk saya dalam

mengerjakan skripsi, sehingga skripsi dapat terselesaikan.

4. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Pepustakaan Fakultas Dakwah

dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan kemudahan kepada

peneliti.

5. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu, mudah-mudahan ilmunya

menjadi bermanfaat.

6. Ayahanda tercinta Bpk. H. Toing, dan Ibundaku tercinta Ibu Hj. Armih yang

selama hidupnya telah banyak memberikan seluruh kasih sayang dan doanya,

serta membantu dalam penulisan skripsi, baik berupa moril maupun materil

yang tak henti-hentinya hingga sampai sekarang.

7. Buat Kakak-kakakku tersayang Aman, S.Pd.I, Aminah, SH.I, Arsiah, Anita

yang telah memberikan dukungan dan partisifasinya dalam penulisan skripsi

dan tidak henti-hentinya selalu mendoakan dan memberikan dukungannya

dalam penulisan skripsi saya.

8. Adik-adikku tersayang Ilham Syah dan Muhammad Afif Fadly yang telah

memberikan motivasi yang tak henti-hentinya selama penulisan skripsi.

9. Buat tersayang Hendrik yang telah memberikan motivasinya dan memberikan

dukungannya berupa moril dan tenaganya dalam penulisan skripsi.

10.Para sahabat-sahabatku yang tercinta, teman-teman seperjuangan KPI F

angkatan 2010/2011 dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya

(8)

iv terselesaikan.

Akhirnya kontribusi saran dan kritik Anda pembaca, semoga menjadi

kebaikan untuk penulis dalam mengembangkan ilmu ke depan, serta menjadi amal

kebaikan di akhirat kelak.

Jakarta, 18 Agustus 2014

Penulis,

(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 4

D. TinjauanPustaka ... 5

E. Metode Penelitian... 7

F. Sistematika Penulisan... 11

BAB II : TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Peranan……… 12

B. Pengertian Dakwah ... 14

C. Unsur-unsur Dakwah ... 16

D. Bentuk-bentuk Dakwah ... 23

E. Pengertian Ibu ... 24

F. Konsep Rumah Tangga Dalam Islam……… 27

BAB III : PROFIL USTADZAH PIPIK DIAN IRAWATI A. Riwayat Hidup Ustadzah Pipik Dian Irawati ... 32

(10)

vi

A. Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai

Ibu Rumah Tangga Saat Mendampingi Suami ... 41

B. Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai

Ibu Rumah Tangga Setelah Meninggalnya Suami ... 48

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran-saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah1 artinya agama yang selalu mendorong

pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah dengan kata

lain bahwa dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan

agama Islam, tidak dapat dibayangkan apabila kegiatan dakwah mengalami

kelumpuhan yang disebabkan oleh berbagai faktor terlebih pada era

globalisasi sekarang ini. Kegiatan dakwah merupakan aktivitas yang tidak

pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus

melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya. Tujuan

dakwah Islam adalah mendorong dan mengharapkan potensi fitri manusia agar

eksistensi mereka punya makna di hadapan tuhan dan sejarah. Tugas dakwah

adalah tugas umat secara keseluruhan bukan hanya tugas kelompok tertentu

umat Islam.2

Dakwah pada hakikatnya merupakan upaya untuk mempengaruhi

kepribadian baik secara individual maupun kolektif. Dan dakwah pun dapat

dilakukan dengan bil lisan yang lebih banyak memfokuskan pada penekanan

informasi persuasif dan dakwah bil hal yang lebih menekankan kepada hal-hal

yang bersifat praktis yang mampu merangsang agar mad’unya lebih cepat

melakukan perubahan dalam kegiatan sehari-hari. Salah satu faktornya adalah

penyampaian dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, mudah

1

M. Amin Mansyur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta:Al-Amin Press, 1997), h.8

2Syafi’

(12)

dipahami dan diserap oleh mad’u dengan tujuan agar dakwah yang

disajikannya tidak menjenuhkan dan hambar yang mudah di abaikan.3

Kegiatan dakwah pun tidak hanya dipahami sebagai proses

penyampaian ajaran Islam melalui mimbar, akan tetapi melahirkan kesadaran

bahwa masyarakat sebagai sasaran atau objek dakwah (mad’u) tidak bersifat pasif dan dianggap tidak memiliki pemahaman dan harapan terhadap kegiatan

dakwah, yang menyebabkan para pelaku (da’i) merasa bebas menyampaikan

apapun sesuai dengan keyakinan.4

Pria dan wanita merupakan makhluk yang melengkapi satu sama lain

dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Adanya perbedaan yang

mendasar dalam peranan dan tujuan mereka, maka dapatlah diketahui bahwa

pria dan wanita mempunyai perbedaan satu sama lain baik dalam watak atau

perangai maupun dalam bentuk tubuh, yang mana masing-masing dilengkapi

dengan apa yang secara semestinya dapat melengkapi peranan penting antara

pria dan wanita. Mereka masing-masing memperoleh bagian dari apa yang

diusahakannya, termasuk di dalamnya mengenai tanggung jawab

masing-masing. Oleh karena itu sebagai manusia yang mengaku beriman kepada Allah

dan Rasul-Nya, mereka tidak diperbolehkan ada rasa iri satu sama lainnya.

Dalam sebuah rumah tangga, biasanya ada peran-peran yang

dilekatkan pada para anggotanya, seperti seorang suami berperan sebagai

kepala rumah tangga, sedangkan seorang istri berperan sebagai seorang ibu

rumah tangga. peran-peran tersebut muncul biasanya karena ada pembagian

3

Djamal Abidin ASS, Komunikasi dan Bahasa Dakwah (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), cet. ke-1, h. 1.

4

(13)

tugas di antara mereka di dalam rumah tangga. seorang suami berperan

sebagai kepala rumah tangga oleh karena ia mendapat bagian tugas yang lebih

berat, yakni mencari nafkah untuk seluruh anggota rumah tangga. disamping

itu, ia sebagai kepala rumah tangga juga diberi tanggung jawab untuk

melindungi dan mengayomi rumah tangganya, sehingga rumah tangga tersebut

dapat berjalan sesuai dengan nilai-nilai Islam.5

Wanita mempunyai peranan tertentu yang berbeda dengan kaum pria,

seperti mengandung, menyusui, yang jelas-jelas memerlukan kelengkapan

emosional sekaligus intelektual tertentu agar membuat wanita siap dan dapat

menjalankan tugasnya yang paling sulit ini.6

Kepemimpinan dan fungsi keluarga itu lebih banyak dilakukan oleh

pihak istri dengan kelembutannya seorang istri sebagai ibu rumah tangga

dapat berperan sebagai faktor penyeimbangan suami dalam kehidupan seperti

mengatur urusan rumah tangga, memasak, mengasuh, mendidik anak-anak,

menyiapkan keperluan suami maupun anak-anaknya dan sebagainya.7

Karena seorang ibu adalah panutan buat anak-anaknya menjadi pribadi

yang lebih baik. Ustadzah Pipik Dian Irawati adalah istri dari seorang da’i muda Ustadz Jefri Al Buchori. Perannya Ustadzah Pipik saat mendampingi

suami dalam keadaan susah maupun senang dan dalam keadaan apapun selalu

ada untuk suaminya. Setelah suaminya meninggal dunia Ustadzah Pipik Dian

Irawati berperan sebagai kepala rumah tangga. Disamping kesibukannya

sebagai pendakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati tidak melupakan perannya

5

Ratna Batara Munti, Perempuan Sebagai Kepala Rumah Tangga (Jakarta: Lembaga Kajian Agama, 1999), h. 6.

6

Rafuidin, Menjadi Wanita Idaman (Jakarta: Al-Kautsar Prima, 2010), cet. ke-1 h. 7. 7

(14)

sebagai ibu rumah tangga dalam mengurusi anak-anaknya. Didalam mengatur

rumah tangganya. Tentu ia ada suatu hambatan, apalagi ditambah aktivitas

dakwahnya yang sangat padat.

Melihat latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat

dalam sebuah penelitian yang berjudul “PERANAN DAKWAH USTADZAH PIPIK DIAN IRAWATI SEBAGAI IBU RUMAH

TANGGA”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas maka peneliti

membuat batasan yang akan diteliti, yaitu peneliti hanya berfokus pada

Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan di atas, maka pokok permasalahannya

dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu

rumah tangga pada saat mendampingi suami?

b. Seperti apakah peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai

ibu rumah tangga setelah meninggal suami?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan sebagai :

1. Untuk mengetahui peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai

(15)

2. Untuk mengetahui peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai

ibu rumah tangga setelah meninggalnya suami.

Sedangkan manfaat penelitian ini dilakukan sebagai berikut :

1. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dibidang

studi Dakwah dan Ilmu Komunikasi mengenai peranan dakwah serta dapat

menjadi referensi atau perbandingan bagi studi-studi yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan praktisi dakwah

dalam melakukan peranan dakwah dan memberikan sumbang saran

kepada praktisi di bidang kelembagaan agama.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum menentukan judul skripsi dan mengadakan penelitian lebih

lanjut, penulis telah melakukan tinjauan pustaka di Perpustakaan Fakultas

Dakwah Dan Ilmu Komunikasi dan di Perpustakaan Utama Universitas Islam

Negeri Jakarta. Maksud dan tujuan pustaka ini antara lain untuk menghindari

kesamaan dalam penelitian.

Walaupun ada beberapa skripsi yang membahas tentang rumah tangga,

tetapi Subjek dan Formatnya berbeda, dan penelitian tidak menemui skripsi

yang membahas tentang skripsi yang peneliti akan tulis skripsi itu antara lain.

1. Leni Widia mahasiswa UIN Jakarta dalam skripsinya yang berjudul

“Peranan Suami Dalam Membina Rumah Tangga Sakinah”.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah suami adalah

(16)

yang bermacam-macam terhadap keluarganya, dirinya dan agamanya

yang ia letakan secara seimbang. Tanggung jawab suami dalam Islam

memiliki cangkupan yang sangat luas meliputi tanggung jawab terhadap

agama, diri, istri, anak, keluarga, harta, ilmunya dan pekerjaan. Seorang

suami yang sholeh pasti tahu peranannya, yang menjadi kewajibannya

dan sangat menentukan akan terwujudnya rumah tangga yang sakinah,

sehingga ia bertanggung jawab terhadap apa yang telah menjadi

tugasnya, maka suami akan memimpin, mendidik dan memberikan

teladan bagi anak-anaknya dalam segala hal.8

2. Ela Yulia Mahasiswa UIN Jakarta dalam skripsinya yang berjudul

“Peranan Istri Dalam Pendidikan Keluarga Sakinah”. Permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini adalah istri adalah pemimpin dalam rumah

tangga. orang yang selalu disorot dalam kehidupan rumah tangga adalah

seorang istri, karena dia memang dianggap sebagai orang yang paling

bertanggung jawab tentang kehidupan didalam rumah tangga. istri dapat

mengerjakan apa yang tidak dapat (sempat) dikerjakan oleh suami,

seperti mengatur rumah tangga, memasak, mengasuh, mendidik

anak-anak, menyiapkan keperluan suami maupun anak-anaknya. keistimewaan

yang dimiliki seorang istri lebih mendukung, tugasnya sebagai pemberi

rasa damai dan tenang kepada suami serta lebih mendukung fungsinya

dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya.9

8

Leni Widia, Peranan Suami Dalam Membina Keluarga Sakinah (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007)

9

(17)

3. Lailatul Furqoniyah UIN Jakarta dalam sripsinya yang berjudul “Konsep Keluarga Sakinah Menurut Keluarga Single Parent (Studi Kasus di Desa

Gumeng Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik)”. Permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini adalah mengulas tentang konsep keluarga

sakinah menurut keluarga single parent di Desa Gumeng Kecamatan

Bungah Kabupaten Gresik berserta hambatan-hambatannya di hadapi

oleh seorang single parent dalam membentuk keluarga sakinah.10

Judul penelitian di atas merupakan beberapa judul tentang “Keluarga” yang ada di Perpustakaan baik Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta atau Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Semua

judul tersebut membahas tentang Peranan Rumah Tangga, yang membedakan

dengan penelitian ini yaitu terletak pada subjek dan objeknya dan tidak

ditemukan judul skripsi yang membahas tentang peranan dakwah Ustadzah

Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga.

E. Metode Penelitian

Pada penyusunan skripsi ini penulis akan membagi kedalam beberapa bagian

yaitu :

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif analisis, yakni penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik, dan dengan cara

10

(18)

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.11

Dalam buku Metodelogi Penelitian Kualitatif karya Lexy J.

Moelong terhadap pendapat yang dikemukakan oleh Bogdan dan Tylor.

“Metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati”. 12

Pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu

bersifat luwes atau fleksibel, tidak terlalu rinci, tidak lazim

mengidentifikasi suatu konsep, serta memberikan kemungkinan

perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar,

menarik, dan unik bermakna dilapangan.13

Pertimbangan penulis menggunakan pendekatan kualitatif, karena

penulis bermaksud meneliti secara mendalam, menyajikan data secara

akurat, dan menggambarkan kondisi sebenarnya secara jelas.

Selain itu, melalui pendekatan kualitatif ini penulis berharap dapat

menggambarkan dan menganalisis Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian

Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga.

2. Sumber Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah semua orang yang terlibat

dalam memberikan informasi baik tentang subjek maupun objek dalam

penelitian ini.

11

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h. 6.

12

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 4.

13

(19)

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Ustadzah Pipik Dian Irawati,

Anaknya Muhammad Abizar Al-Ghifari objek dalam penelitian ini adalah

peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai bulan

Agustus 2014, dari mulai mengurusi perizinan sampai tahap pengumpulan

data yang dilakukan secara insidental (sesuai dengan keperluan dalam

melengkapi data).

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Metode observasi yaitu untuk memperoleh dan mengumpulkan data

dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung dilapangan

secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang muncul dan

mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena yang

diselidiki.14 Observasi yang dilakukan adalah untuk mendapatkan data

yang berkaitan dengan penelitian dalam pencatatan apa yang bisa

dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, diraba oleh tangan dan

kemudian peneliti tuangkan dalam penelitian ini.

b. Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara

14

(20)

pewawancara dengan orang yang diwawancarai.15 Penulis

mengadakan wawancara langsung dengan Ustadzah Pipik Dian

Irawati anaknya bernama Muhammad Abizar Al-Ghifari.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu pencarian sumber data berupa catatan-catatan

resmi tentang Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai

Ibu Rumah Tangga yang berupa catatan, transkip, buku dan foto-foto

yang menyangkut dengan penelitian guna mendukung data penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Data-data yang terkumpul melalui observasi, wawancara, dan

dokumentasi dikumpulkan dan dianalisis dengan landasan teori

mengenai strategi komunikasi yang akan penulis gunakan. Nantinya

akan digunakan untuk menjadi acuhan pada saat menganalisis data. Fase

ini merupakan proses penyederhanaan bentuk data agar mudah dibaca

dan dipahami. Setelah itu menganalisis data dengan menyusun kata-kata

kedalam tulisan yang lebih luas. Informasi dan keterangan yang

ditemukan dalam penelitian ini adalah menggunakan filed research

(penelitian lapangan) dengan menggunakan deskriptif (menggunakan

data kualitatif).16

7. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku

pedoman akademik yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2010.

15

Moh. Nazim, Metode Penelitian (Bandung: Galia Indonesia, 1999), h. 234.

16

(21)

F. Sistematika Penulisan

Untuk ketertiban pembahasan serta untuk mempermudah analisis materi

dalam penulisan penelitian, maka penulis menjelaskan dalam sistematika

penulisan. Penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab, setiap bab

dirinci dalam beberapa sub bab sebagai berikut :

Bab I: Pendahuluan, Yang meliputi: latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metode penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II: Tinjauan Teoritis tentang pengertian metode yang meliputi Pengertian peranan, Pengertian dakwah, Unsur-unsur dakwah, Bentuk-bentuk

dakwah, Pengertian ibu, Konsep rumah tangga dalam Islam

Bab III : Pembahasan mengenai profil Riwayat Hidup Ustadzah Pipik Dian Irawati, Gambaran umum tentang Rumah Tangga Ustadzah Pipik Dian

Irawati.

Bab IV : Pembatasan mengenai Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga Saat Mendampingi Suami, Peranan

Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga Setelah

Meninggalnya Suami.

(22)

12

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Peranan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata peranan berarti bagian dari

tugas utama yang harus dilaksanakan.1 Bisa jadi suatu yang jadi bagian atau

memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa.2

Dalam kamus populer, peran diartikan sebagai fungsi, kedudukan atau bagian

dari kedudukan, seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena

dia (orang tersebut) mempunyai status dalam masyarakat, walaupun

kedudukannya ini berbeda antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi

masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya. Menurut Soejono

Soekanto, “pesan dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.”3

Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan sebuah

perpaduan berbagi teori orientasi maupun disiplin ilmu yang pada dasarnya

tidak bisa dipisahkan dengan status kedudukan, walaupun keduanya berbeda,

akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya,

karenanya peranan diibaratkan dua sisi mata uang yang berbeda akan tetapi

kelekatannya sangat terasa sekali.4

1

Muhammad Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern (Jakarta: Pustaka Amani,

2002), h. 304.

2

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 667.

3

Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. ke-1,

h. 667.

4

Sarlito Wirawan Saryono, Teori Psikologi Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

(23)

Sedangkan menurut Gross Masson dan A. W. Mc Eachern sebagaimana

dikutip oleh David Barry mendefinisikan peran sebagai seperangkat

harapan-harapan yang dikenalkan pada individu yang menempatkan kedudukan sosial

tertentu.5

Menurut David Berry harapan-harapan tersebut merupakan

imbangan-imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan

peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma masyarakat. Artinya diwajibkan

untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam

pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Sarlito Wirawan juga mengemukakan hal yang sama bahwa “harapan

tentang peran adalah harapan lain pada umumnya tentang perilaku-perilaku

yang pantas yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai

peran tertentu”.6

Dari pengertian di atas dapat dikatakan, apabila seseorang atau kelompok

berperan, telah menjalankan perannya ketika menduduki karakterisasi (posisi)

dalam struktur sosial. Juga dikatakan menjalankan peranan manakala ia

menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya, seperti peranan

seorang ibu terhadap anaknya, yaitu bagaimana seseorang yang berstatus

sebagai ibu menjalankan hak dan kewajibannya antara lain bagaimana

mengajari, membimbing, dan mengawasi anaknya.

5

N. Gross, W. S. Masson, A. W. Mc Eachern. Exploritation In Role Analiysis, dalam

David Barry, Pokok-Pokok Pikiran Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), cet. ke-3,

h. 99.

6

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori Psikologi Sosial (Jakarta: CV Rajawali, 1995), cet.

(24)

B. Pengertian Dakwah

Secara umum masyarakat mengartikan dakwah dikaitkan dengan agama

Islam. Kata dakwah tersebut sesuai dengan arti dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, bahwa dakwah berarti penyiaran, propaganda. Penyiaran agama

dikalangan masyarakat dan pengembangannya seruan untuk memeluk dan

mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.7 Dengan demikian dakwah

artinya seruan, ajakan, atau panggilan. Mendakwahkan sesuatu keyakinan

artinya mempropogandakan sesuatu keyakinan. Sedangkan dakwah Islamiyah

artinya menyampaikan umat manusia agar menerima dan mempercayai

keyakinan dan pandangan hidup Islam.8

Dakwah sendiri dapat ditinjau dari dua aspek, dari aspek etimologi dan

aspek terminologis. Secara etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab

merupakan bentuk masdar dari kata kerja (fi’il) yaitu : da’a. yad’u, da’watan

yang berarti menyeru, memanggil dan mengajak.9 Kemudian kata jamak yaitu

da’watan yang artinya ajakan, seruan, undangan atau panggilan.10

Kata dakwah juga berarti do’a (al-du’a), yakni harapan, permohonan kepada Allah SWT atau seruan (al-mid’a). Doa atau seruan pada sesuatu

berarti dorongan atau ajakan untuk mencapai sesuatu itu agar semuanya

tercapai. Dakwah dalam arti do’a ini terbaca jelas dalam ayat ini11

7

Departemen Pendidikan dan Budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 1998), h. 181.

8

Isa Anshary, Mujahid Dakwah (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), h. 17.

9

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah

Penafsiran Al-Qura’an, 1990), h. 127.

10

Ahmad Ghulusy, Al- Dakwahal-Islamiyah ( Kairo: Dar Al-Kitab, 1987), h. 9.

11

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta: PT. Penamadani Jakarta,

(25)















Artinya : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S Al -Baqarah : 186)

Secara terminologis (istilah), para pakar memiliki pengertian yang

berbeda-beda dalam mengartikan apa itu dakwah. Namun pada dasarnya

mereka memiliki dasar yang sama yaitu : “Menyerukan agar umat Islam

melakukan perbuatan amar ma’aruf dan menjauhkan yang munkar”.

Menurut M. Nasarudin Latif dalam bukunya Teori dan Praktek Dakwah

Islamiah menyatakan bahwa dakwah : “Berarti sikap usaha atau aktivitas baik lisan maupun tulisan yang bersikap menyeru, memanggil manusia untuk

mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari’at serta

akhlak Islamiyah”.12

Sementara itu Prof. Dr. Quraisy Syihab mendefinisikan dakwah sebagai

seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situasi tertentu

kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun

masyarakat dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan ajaran Islam

secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.13

Ibnu Taimiyah dakwah merupakan suatu proses usaha untuk mengajak

agar orang beriman kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah

12

Nasarudin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah (Jakarta: Firma Dara, 1997),

hal. 11.

13

Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qura’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam

(26)

diberitakan oleh rasul serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah

seakan-akan melihat-Nya.14

Berdasarkan pendapat di atas, maka dakwah Islam dapat diberi

pengertian mengajak umat manusia supaya masuk kejalan Allah SWT (Sistem

Islam) secara menyeluruh baik dengan perbuatan sebagai ikhtiar seorang

muslim dalam mewujudkan ajaran Islam menjadi kenyataan dalam kehidupan

pribadi, keluarga, jama’ah dan umat dalam semua segi kehidupan. Dengan

harapan dapat menyelamatkan dan membahagiakan manusia baik di dunia

maupun di akhirat.15

Sistematis dalam hal ini ditandai dengan interaksi unsur-unsur utama

dakwah yang saling berkaitan satu sama lainnya dan tidak boleh terpisahkan.

Sehingga dakwah bertujuan untuk memberi tahu dan memberi pemahaman

apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh Allah. Tujuan dakwah

tidak hanya terbatas pada penyampaian perintah dan larangan Allah saja,

tetapi juga meliputi segala hal yang dibutuhkan dalam menunaikan dakwah,

misalnya sarana, prasarana, cara penyampaian dakwah dilingkungan

masyarakat.

C. Unsur-unsur Dakwah

Agama Islam dapat bertahan sampai saat ini berkat adanya kegiatan

dakwah. Dakwah merupakan suatu proses, sehingga memerlukan unsur-unsur

dakwah dengan tujuan agar tidak menemui kesalahan dalam pelaksanaannya.

Adapun unsur-unsur dakwah ialah :

14

Munir Samsul Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), cet. ke-1, h. 5.

15

(27)

1. Subyek dakwah atau Da’i

Subjek dakwah (da’i) yaitu orang atau sekelompok orang yang

melaksanakan tugas dakwah, da’i sebagai pelaku dakwah atau pelaksana

dakwah. Juru dakwah menurut A. Hasjmy dalam bukunya Dustur Dakwah

Menurut al-Qur’an adalah penasehat, para pemimpin dan pemberi ingat, yang memberi nasihat dengan baik, mengarang dan berkhutbah,

memusatkan kegiatan jiwa raganya dalam membicarakan tentang kampung

akhirat untuk melepaskan orang-orang yang karam dalam gelombang

dunia.16

Dengan pendidikan yang khusus tentang penguasaan ilmu agama

yang luas dan dalam seorang da’i juga harus mempunyai ilmu pengetahuan yang universal yaitu mengenal ilmu-ilmu lain. Dalam abad teknologi

modern ini berkembangnya isu-isu hangat di masyarakat, maka dengan

menguasai teknologi dapat digunakan cara untuk menompang materi

dakwah yang disampaikan supaya tidak kering dan kaku. Selain itu da’i harus benar-benar mendalami ilmu mengenai ushul (pokok) dan furu’ (cabang) Islam, sehingga apabila ia berdakwah benar-benar memahami

hakikat risalah yang sempurna. Bahwa Islam adalah hubungan dengan

Tuhan yang membimbing mukmin dalam seluruh aspek kehidupannya.

Di dalam pendakwah terletak inti dari gerakan dakwah Islam yang

jiwanya terisi dengan kebenaran, kesadaran, kemauan, keberanian, tegas

dan semangat untuk siap menegakkan amar ma’ruf nahi munkardan orang

lain dapat mengambil manfaat darinya. Seorang juru dakwah juga harus

16

Siti Uswatun Hasanah, Berdakwah Dengan Jalan Debat Antara Muslim Dan Non

(28)

bertauhid dengan sempurna artinya mengenal Tuhannya sebagai Sang

Pencipta dengan kekuasaan yang mutlak. Seorang juru dakwah harus

berakhlak karimah, karena merupakan cerminan bagi orang yang di

dakwahi.17

Secara umum dapat dikatakan bahwa da’i adalah pelaksana dalam berdakwah atau da’i adalah manusia baik laki-laki maupun perempuan yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran Islam

ditengah-tengah kehidupan manusia serta menjadi panutan atau tempat orang

mencontoh cara hidup yang Islami dan menjadi penyejuk di tengah

kehidupan umat, justru itu tidak semua orang (umat Islam) dapat dikatakan

da’i, karena begitu besar tanggung jawabnya.

2. Objek Dakwah atau Mad’u

Mad’u dalam arti isim maf’ul dari da’a berarti orang yang mengajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Mad’u adalah obyek sekaligus subyek

dalam dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. Siapapun mereka,

laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru

lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam

dakwah Islam.18

Mad’u (objek dakwah) yaitu masyarakat sebagai penerima dakwah.

Masyarakat baik individu maupun kelompok sebagai objek dakwah,

memiliki strata dan tingkatan yang berbeda-beda.19

17

Faizah dan Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta : Kencana, 2006), hal. 197.

18

Cahaya Takariawan, Prinsip-PrinsipDakwah (Yogyakarta: Izzam Pustaka, 2005), cet.

ke-4, h. 25.

19

(29)

Mad’u (objek dakwah) adalah manusia, baik seseorang atau lebih

yaitu masyarakat. Pemahaman mengenai masyarakat itu biasa beragam,

tergantung dari cara memandangnya.20

Mad’u dapat disebut sebagai obyek atau sasaran dakwah, yaitu orang -orang yang di seru, di panggil atau di undang. Maksudnya ialah -orang

yang di ajak ke dalam Islam atau sesuai dengan ajaran Islam sebagai

penerima dakwah.21

Menurut Asmani Syukir, menjelaskan bahwa, yang di maksud dengan

objek dakwah adalah masyarakat luas, yang merupakan salah satu unsur

terpenting di dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting perannya

dibadingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain.22

Menurut peneliti dari beberapa pendapat tentang pemaparan objek

dakwah adalah setiap seorang da’I wajib mengajak manusia kepada jalan yang benar yang dapat menyakinkan dan meluruskan agama Islam yang

yang hakiki (sebenar-benarnya).

3. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta

(melalui) dan “hodos” (jalan cara). Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai

suatu tujuan.23

20

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), cet. ke-1,

h. 35.

21

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakah Di Indonesia

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. ke-1, h. 34.

22

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),

h. 66.

23

Munzier Saputra, Harjani Hefni, Metode Dakwah (Jakarta: Kecana, 2003), cet. ke-1,

(30)

Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya

jalan dan dalam bahasa Arab disebut thariq.24

Metode dakwah merupakan cara-cara penyampaian dakwah, baik

terhadap individu, kelompok atau masyarakat luas agar pesan-pesan

dakwah itu mudah diterima. Metode dakwah harus tepat dan sesuai dengan

situasi dan kondisi mad’u sebagai penerima pesan dakwah, dimana

penerapan metode dakwah harus mendapat perhatian yang utama dari pada

da’i

Sehingga metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan

oleh seorang da’i kepada mad’u yang telah diatur melalui proses

pemikiran untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih

sayang.

4. Media Dakwah

Media berawal dari kata “median” yang berasal dari bahasa latin

yang artinya perantara. Pengertian media secara istilah adalah segala

sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai

tujuan tertentu.25

Media dakwah adalah perantara yang digunakan untuk

menyampaikan atau menyalurkan materi dakwah.26 Dewasa ini, jenis-jenis

media atau sarana dakwah sangat banyak jumlahnya antara lain radio,

televisi, video, rekaman, surat kabar, tabloid, majalah dan bahkan melalui

media internet. Media dakwah merupakan saran untuk menyampaikan

pesan agama dengan mendayagunakan alat-alat temuan teknologi modern

yang ada pada zaman ini. Dengan begitu banyak media dakwah yang

24

Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet, ke-1, h. 35.

25

Ahmad Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, hal. 165.

26

(31)

tersedia. Maka seorang da’i memilih salah satu atau beberapa media saja

sesuai dengan tujuannya dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Media dakwah Islam adalah saran atau prasarana yang membantu

subjek dakwah atau da’i dan da’iyyah dalam memberikan dan

menyampaikan pesan dakwahnya secara efektif dan efisien. Dengan

demikian media dakwah sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dakwah

yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa orang, materi,

tempat kondisi tertentu dan sebagainya.

Fungsi media massa dalam dakwah untuk memberikan informasi,

pendidikan, hiburan dan mempengaruhi para mad’u. Media dakwah juga merupakan hal yang sangat penting dalam proses dakwah, untuk

menentukan keberhasilan dakwah itu sendiri kepada masyarakat.

5. Tujuan Dakwah

Didalam kehidupan perubahan akan selalu terjadi, pasang surut

kehidupan makanan setiap hari, hidup bagaikan roda yang berputar selalu

berganti demikian juga iman dan taqwa seseorang selalu mengalami naik

turun, adakalahnya iman seseorang dapat mempertahankan kadar

keimanannya.

Wardi Bahtiar mengungkapkan tujuan dakwah adalah mencapai

masyarakat yang adil dan makmur serta ridha Allah SWT.27 Sedangkan

menurut Tarmizi Taher bahwa hakikat tujuan dakwah adalah

mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan

manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mengamalkan ajaran

Islam sehingga menjadi orang baik.28

27

Wardi Bahtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 37.

28

(32)

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa hakikatnya tujuan dakwah

adalah adanya perubahan yang positif pada seseorang dari buruk kearah

yang baik dan dari baik kearah yang lebih baik.

Dakwah yang dilaksanakan harus mempunyai tujuan tertentu.

Tujuan ini dapat dirumuskan sedemikian rupa sehingga jelas apa yang

hendak dicapai. Di dalam proses dakwah, tujuan adalah merupakan salah

satu faktor yang sangat penting. Dengan tujuan itulah dapat di rumuskan

suatu landasan tindakan dalam pelaksanaan dakwah.29

Dakwah merupakan usaha memindahkan umat situasi negatif ke

situasi positif, seperti dari situasi kekufuran kepada keimanan, dari

kemelaratan kepada kemakmuran, dari perpecahan kepada persatuan, dari

kemaksiatan kepada ketaatan untuk mencapai ridho Allah SWT.

Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai

satu diperoleh dari keseluruhan tindakan dakwah. Untuk mencapai tujuan

utama inilah, penyusunan semua rencana dan tindakan dakwah harus

ditunjukan dan diarahkan. Dengan kata lain tujuan dakwah bukan

memperbanyak pengikut tetapi memperbanyak orang yang sadar akan

kebenaran Islam dan mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar.

Dan titik tujuan dakwah, yaitu memberi peringatan kepada umat

manusia agar mengambil segala ajaran Allah yang terkandung dalam

Al-Qur’an menjadi jalan hidupnya.30

Pada hakikatnya tujuan dakwah adalah untuk mengajak manusia

berlomba-lomba dalam menunaikan kewajiban dan saling menjaga dan

29

Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: PT Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. ke-3, h. 3.

30

A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1994), cet.

(33)

menghormati hak sesama sehingga terbentuk keadilan dan kestabilan di

dalam masyarakat. Selain itu juga dakwah Islam memiliki tujuan agar

supaya timbul dalam diri umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai

ajaran Islam serta pengalaman terhadap agama yang ikhlas.

D. Bentuk-bentuk Dakwah

Menurut para pelaku dakwah, dakwah Islam merupakan operasionalisasi

yang dilakukan, sehingga ada tiga kategori di dalamnya, yaitu:31

1. Bil Lisan

Dakwah bil lisan, adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah

melalui lisan, dapat berupa ceramah, diskusi, khutbah, brain stroming dan

sebagainya.

2. Bil Qolam

Dakwah bil qolam, adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah

melalui tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar, sepanduk,

pamphlet, bulletin dakwah dan lain sebagainya.

3. Bil Hal

Dakwah bil hal, adalah dakwah melalui perbuatan yang nyata perilaku atau

sopan santun sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, mencari

nafkah dengan tekun, sabar, kerja sama dan saling tolong menolong

sesama manusia. Islam memerintahkan manusia agar dapat mencontoh

(teladan) dari para ahlil fikr (orang-orang yang berfikir), ahli kebenaran

dan mereka yang berkaidah lurus.32

31

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 34.

32

(34)

Sebagai da’i dan da’iyyah yang mempunyai misi ajaran kepada Islam

kepada manusia, dan juga berkewajiban meneladani sifat-sifat dan kepribadian

Rasulullah SAW.

Pada dasarnya dakwah inilah yang lebih efektif dan mengena pada

sasaran dibanding dengan bentuk-bentuk dakwah yang lainnya. Tetapi sampai

detik ini umat Islam masih kurang memperhatikan efektivitas dari dakwah bil

hal ini dan masih menganggap bahwa dakwah bil lisan lebih efektif.

E. Pengertian Ibu

Ibu adalah sebagai "tiang rumah tangga" amatlah penting bagi

terselenggaranya rumah tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan

bahagia, karena di atas yang mengatur, membuat rumah tangga menjadi surga

bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi bagi

suaminya. Untuk mencapai ketentraman dan kebahagiaan dalam keluarga

dibutuhkan istri yang shalehah, yang dapat menjaga suami dan anak-anaknya,

serta dapat mengatur keadaan rumah sehingga tempat rapih, menyenangkan,

memikat hati seluruh anggota keluarga.

Menurut Baqir Sharif al-Qarashi bahwa para ibu merupakan

sekolah-sekolah paling utama dalam pembentukan kepribadian anak, serta saran, untuk

memenuhi mereka dengan berbagai sifat mulia, sebagaimana sabda Nabi

Muhammad SAW. yang artinya: "Surga di bawah telapak kaki ibu",

menggambarkan tanggung jawab ibu terhadap masa depan anaknya.

Dari segi kejiwaan dan pendidikan, sabda Nabi di atas ditunjukan kepada

para orang tua khususnya para ibu, harus bekerja keras mendidik anak dan

(35)

berbagai perilaku terpuji serta tujuan-tujuan mulia, adapun tugas-tugas para

ibu mendidik anak-anaknya yaitu :

1. Para ibu harus membiasakan perbuatan-perbuatan terpuji pada anak.

2. Para ibu harus memperingatkan anak-anak mereka akan segala kejahatan

dan kebiasaan buruk, perilaku yang tidak sesuai dengan kebiasaan sosial

dan agama.

3. Para ibu harus memiliki kesucian dan moralitas sebagai jalan pendidikan

untuk putra-putri mereka.

4. Para ibu jangan berlebihan dalam memanjakan anak.

5. Para ibu harus menanamkan pada anak rasa hormat pada ayah mereka.

6. Para ibu jangan pernah menentang suami, sebab akan menciptakan aspek

kebencian dengan kedengkian satu sama lain.

7. Para ibu harus memberi tahukan pada kepala keluarga setiap

penyelewengan tingkah laku anak-anak mereka.

8. Para ibu harus melindungi anak dari hal-hal buruk menggoda serta

dorongan-dorongan perilaku anti sosial.

9. Para ibu harus menghilangkan segala ajaran atau metode yang dapat

mencederai kesucian serta kemurnian atau meruntuhkan moral dan etika.

10.Para ibu harus memelihara kesucian dan perilaku terpuji.33

Ibu adalah orang yang telah mengandung anaknya selama 9 bulan,

melahirkan dan merawat anaknya dari bayi sampai benar dan telah

mencurahkan segala kasih sayangnya untuk anaknya. ibu juga yang telah

memberi dorongan untuk melakukan segala hal dan selalu mendoakan

anaknya. ibu juga seseorang yang istimewa yang harus dihormati, dan sayangi.

33

(36)

Tentunya tanpa ibu kita tidak akan pernah bisa hidup didunia ini. Teman Nabi

Muhammad pernah bertanya kepada beliau “saya yang pertama harus saya hormati?” dan Nabi Muhammad menajwab “ibumu” sampai tiga kali ia

bertanya dan jawabannya sama, baru yang ke empatnya Nabi menajwab

“Ayahmu”.

Seorang ibu melahirkan anaknya ke dunia dengan susah payah, rasa sakit

yang luar biasa dan dengan pengorbanan hidupnya. Ketika anaknya lahir ke

dunia. Beliau menyusui bayinya hingga berumur 2 tahun dan memberikan

makanan tambahan, beliau rela mengorbankan waktunya untuk mengajari,

membimbing dan memberikan anaknya bekal untuk masa depannya. Sang ibu

selalu berharap dalam hati agar anaknya bisa hidup dengan baik di dunia dan

menjadi anak berbakti. Peranan ibu lebih dominan dari pada peranan bapak

dalam keluarga, bila dilihat dari sisi pendidikan. Sebab ibu lebih banyak

menyertai anaknya, pengaruhnya telah umum dan luas.

Seorang penyihir pernah berkata “ibu laksana sekolahan. Bila kau persiapkan, maka kau telah persiapkan satu bangsa yang baik pangkalnya”.34

Islam telah berpesan melalui al-Qur’an dan sunnah tentang kedudukan orang tua. Terlebih khusus lagi, adanya penekanan untuk senantiasa berbuat

baik kepada ibu. Allah berfirman :









34

Al-Tahir, Al-Hada, Wanita Dalam Syariat dan Masyarakat (Jakarta: Pustaka

(37)

Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.(Q.S. al-Isra :23)35

Ada satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh seorang ibu kapan

pun juga, yaitu ia tetap sebagai seorang istri dari suaminya, baik yang

sebelum maupun setelah memiliki anak. Kehidupan rumah tangga suami

istri memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kejiwaan dan perasaan

emosinal anak-anak.

F. Konsep Rumah Tangga Dalam Islam

Pernikahan salah satu ketentuan Allah yang umum berlaku pada semua

makhluk baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan Allah tidak mau

menjadikan manusia itu seperti makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti

nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betinanya secara anarki, dan

tidak ada satu aturan. Akan tetapi, demi menjaga kehormatan dan martabat

kemuliaan manusia. Allah adakan hukum sesuai dengan martabatnya.

Sehingga hubungan laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan

berdasarkan saling ridha meridhai, dihadiri para saksi yang menyaksikan

kedua pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat.36

Perkawinan dan sudut pandang Islam merupakan sistem peraturan dari

Allah SWT yang mengandung karunia yang besar dan hikmah yang agung.

Melalui perkawinan dapat diatur hubungan laki-laki dan wanita (yang secara

fitrahnya saling tertarik) dengan aturan yang khusus. Dari hasil pertemuan ini

35

Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ibu Ideal (Jakarta: Pustaka al-Kautsar 2003), h.7.

36

(38)

juga akan berkembang jenis keturunan sebagai salah satu tujuan dari

perkawinan tersebut. Dari perkawinan itu pulalah terbentuk keluarga yang

diatasnya didirikan peraturan hidup khusus dan sebagai konsekuensi dari

sebuah perkawinan.

Rumah tangga atau keluarga adalah suatu struktur dalam masyarakat

yang bersifat khusus, satu sama lain saling mengikat. Dalam sebuah negara

rumah tangga itu ibarat sebuah bibit tanaman. Jika bibit tanamannya baik dan

sehat akan tumbuh menjadi pohon yang berdaun rindang dan berbuah lebat.

Rumah tangga muslim yang mampu merencanakan sinar Islam. Pastilah anak

melahirkan sebuah negara yang benar-benar adil, makmur, dengan ridha Allah

SWT.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat

diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai

macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengertian lain ibu rumah tangga

merupakan seorang istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan

dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor).

Islam membangun pondasi rumah tangga yang sakinah, mengikatnya

dengan atas yang kuat dan sangat kokoh sehingga menggapai awan dan

bintang-bintang. Jika bintang-bintang adalah perhiasan langit. Maka rumah

tangga adalah perhiasan sebuah masyarakat, karena pada rumah tangga ada

suatu keindahan, kebanggaan, pertumbuhan yang menyenangkan,

kebersamaan dengan orang-orang tercinta sehingga Allah SWT. Mewariskan

(39)

manusia atau sebaliknya dari keluarga juga penderitaan berkepanjangan yang

tiada bertepi yang di ujikan Allah kepadanya.37

Struktur rumah tangga dapat terbangun melalui hubungan darah

ataupun pernikahan. Menurut ajaran Islam, pernikahan itu mengandung

tanggung jawab dan sekaligus ras saling memiliki dan saling berharap.

Disamping terikat menurut hukum Islam, juga terjalin dalam ikatan batin.38

Berhasil atau gagalnya pendidikan keluarga dalam Islam sepanuhnya

bergantung pada kemampuan kita memahami sebagaimana pandangan Islam

terhadap manusia dan nilai kemanusiaannya. 39

Keluarga dalam Islam merupakan komunitas ideal pertama bagi

manusia muslim untuk membentuk masyarakat yang diridhai Allah. Di dalam

Islam, keluarga menempati posisi dasar pembentukan insan yang sempurna.

Bila memandang unsur pengelolaan yang baik dan adil atau amanah yang

harus dijaga dan istri memperlakukan suami sebagai amanah yang harus

dimuliakan serta keduanya melaksanakan amanah untuk membesarkan dan

mengasuh anak-anaknya untuk menjadi hamba-hamba Allah. Rumah tangga

adalah amanah bersama. Titik ini semestinya menjadi acuan awal ketika

menempati masalah rumah tangga sebagai sentral pembinaan umat. Biasanya

masalah-masalah yang timbul dalam keluarga karena masing-masing pihak

tidak bisa memenuhi amanah tersebut.

Menurut konsep Islam pembentukan keluarga dilakukan lembaga

pernikahan. Keluarga dapat diwujudkan apabila fasilitas kehidupan dan

37

Abdul Hamid Kimid, Konsep Rumah Tangga (Bandung: Mizan,1992) h. 20.

38

Anshari Thayib, Struktur Rumah Tangga Muslim (Surabaya: Risalah Gusti, 1992), h.1.

39

Shodiq Ihsan, Keluarga Muslim Dalam Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994),

(40)

kebutuhan hidup keluarga, baik lahir dan batin dapat terpenuhi secara baik.

Dalam upaya mewujudkan keluarga yang bahagia manusia dapat menempuh

dan mengupayakan melalui usaha lahiriyah dalam bentuk perencanaan yang

matang dan persiapan yang mantap, menempuh prinsip monogami, dan

melalui keluarga berencana. Menurut konsep Islam bekal utama yang harus

dijadikan modal dalam upaya mewujudkan keluarga yang bahagia ialah iman

yang kokoh, akhlak yang mulia dan ketaqwaan yang tinggi.40

Keluarga yang Islami mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Dibentuk lewat akad pernikahan menurut ajaran Islam.

2. Yang dinamakan keluarga sekurang-kurangnya terdiri dari seorang

laki-laki yang berstatus sebagai suami dan seorang perempuan yang berstatus

sebagai istri.. Ini adalah keluarga pokok yang dapat menjadi keluarga inti

jika ditambahi anak-anak.

3. Dalam keluarga Islam, terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang dianut.

Nilai dan norma ini bersumber dari ajaran Islam.

4. Setiap anggota keluarga memiliki hak dan kewajiban dengan status dan

kedudukannya, menurut ajaran Islam, tujuan pembentukan keluarga Islam

ialah kebahagiaan dan ketentraman hidup berumah tangga dalam rangka

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Jadi rumah tangga Islam adalah rumah tangga yang didalamnya ditegakan

adab-adab Islam, baik yang menyangkut indvidu maupun keseluruhan anggota

rumah tangga. rumah tangga Islami adalah sebuah rumah tangga yang

didirikan di atas landasan ibadah. Mereka bertemu dan berkumpul karena

40

Ibrahim Husen, Membina Keluarga Bahagia (Jakarta: Pustaka Antara PT (Anggota

(41)

Allah saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling

menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Karena

kecintaan mereka kepada Allah serta teladan yang menjadi panutan dan

dambaan umat. Mereka betah tinggal di dalamnya karena kesejukan iman dan

kekayaan rohani.

Rumah tangga Islami adalah rumah yang didalamnya terdapat sakinah,

mawaddah dan warahmah (perasaan cinta dan kasih sayang). Perasaan itu

senantiasa melingkupi suasana rumah tangga setiap harinya. Seluruh anggota

keluarga merasakan suasana surga didalamnya . inilah ciri khas rumah tangga

Islami. Mereka berserikat dalam rumah tangga itu untuk berkhitmat pada

aturan Allah SWT. Mereka bergaul dan bekerja sama didalamnya untuk saling

menguatkan dalam beribadah kepada Allah.41

Tidak dapat diragukan lagi bahwa rumah tangga Islami itu

muntiara-muntiara masyarakat yang baik. Oleh karena itu, haruslah sungguh-sungguh

memelihara syariat yang mengatur soal akad nikah perkawinan menurut Islam

itu, karena betul-betul tidak ada cacat celanya, jauh dari perbuatan sia-sia,

mengukuhkan hubungan kasih sayang dan ketenangan jiwa suami istri dalam

rumah tangga itu, inilah salah satu tanda kesempurnaan kodrat Tuhan.42

41

Cahyadi Takariawan, Pernik-Pernik Rumah Tangga Islam (Jakarta: Intermedia, 2008),

h. 21.

42

Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Etika Dalam Rumah Tangga (Surabaya: PT

(42)

32

PROFIL USTADZAH PIPIK DIAN IRAWATI

A. Profil Ustadzah Pipik Dian Irawati

Ustadzah Pipik memiliki nama lengkap Pipik Dian Irawati. Wanita

kelahiran Semarang 26 November 1977 ini memiliki paras yang begitu cantik

yang dibaluti dengan jilbab semakin membuat ia tampak begitu anggun dan

cantik. Ustadzah Pipik Dian Irawati lebih dikenal dengan sapaan Ummi.

Ustadzah Pipik Dian Irawati merupakan anak bungsu dari enam bersaudara 4

perempuan 2 laki-laki dari pasangan H. Imam Martono bin Mardjani dengan

Hj. Riyanti. Pada usia 12 tahun ibu dari Ustadzah Pipik Dian Irawati

meninggal dunia.1

Pendidikan Ustadzah Pipik Dian Irawati berawal di kota Semarang yaitu

di SD Widosari di Semarang lanjut ke SMP dan SMA Mataram di Semarang.

Sekitar tahun 1996 Ustadzah Pipik melanjutkan kuliah bagian Manajemen

Informasi tetapi tidak sampai setahun karena ada panggilan kerja sebagai

model di salah satu model sampul dimajalah Aneka pada tahun 1995-1996.

Selain belajar di pendidikan formal beliau juga pernah belajar di sekolah

informal yaitu di Pendidikan Mubaligh Al Azhar. Dari pengalaman

pendidikan di PMA inilah beliau mulai belajar menjadi seorang pendakwah. 2

Pada saat Ustadzah Pipik masih menjadi model majalah Aneka Ustadzah

Pipik Dian Irawati mengaku memiliki kebiasaan yang kurang baik. Istri

1

Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei

2014.

2

Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei

(43)

almarhum Uje itu senang keluar masuk dunia malam, diskotik atau dugem.

Kondisi seperti ini dianggapnya sebagai masa kegelapan dalam masa

hidupnya.3

Perubahan hidup Ustadzah Pipik terjadi ketika Uje membawanya

bertemu dengan ibunya, Umi Tatu. Ketika itu Uje menggambarkan soal

keseriusan hubungannya dengan Ustadzah Pipik. Umi Tatu pun memberi restu

kepada mereka berdua untuk menikah. Meski awalnya berat hati, Ustadzah

Pipik mengikuti saran Umi Tatu.

Sebelum menikah Ustadzah Pipik belum mengenakan Hijab setelah

menikah Ustadzah Pipik mulai mengenakan hijab karena tuntutan dari ibunda

Uje yaitu Umi Tatu, karena dilingkungan keluarga suami Ustadzah Pipik

begitu sangat agamis sekali. Dari sinilah Ustadzah Pipik mulai merubah

penampilannya yang biasa mengenakan baju seksi hingga sampai mengenakan

pakaian yang menutupi auratnya sampai sekarang. Ustadzah Pipik mulai

istiqomah untuk terus mengenakan hijabnya sampai sekarang. 4

Pertemuan dengan Ustadz Jefri Al Buchori dengan Ustadzah Pipik Dian

Irawati pertama kali saat sedang menyantap nasi goreng di Menteng tahun

1996-1997. Waktu itu Ustadzah Pipik Dian Irawati bersama Gugun Gondrong

lagi di dalam mobil yang memperkenalkan sebagai adik Gugun Gondrong.

Sebetulnya pada waktu itu Ustadzah Pipik juga ingin berkenalan dengan

Ustadz Jefri Al Buchori, yang dikenalnya sebagai pemain sinetron

“Kerinduan” dan kebetulan Ustadzah Pipik menyukainya. Mungkin karena

3

Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei

2014.

4

Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Jum’at 04 Juli

(44)

Gugun paham dengan tingkah laku Ustadz Jefri Al Buchori, maka Gugun pun

menolak keinginan Ustadzah Pipik. Tetapi karena mungkin sudah jodoh,

Allah kembali mempertemukan Ustadz Jefri Al Buchori dengan Ustadzah

Pipik. Pada saat buka puasa dirumah Pontjo Sutowo, saat itulah perkenalan

antar dua insan itu terjadi, mulai dekat hingga akhirnya bertukar nomor

telepon.5

Pada saat pertama kali keluar bareng, waktu itu Ustadz Jefri Al-Buchori

hanya mengenakan jins dan sepatu boots serta uang Rp. 50 ribu didompet, lalu

mereka naik taksi untuk nonton film. Dan selama dibioskop, mereka hanya

membisu dan menonton sendiri-sendiri. Karena memiliki kesamaan hobi yang

sama yaitu makan dan nonton, akhirnya Ustadz Jefri Al Buchori dan Ustadzah

Pipik sering keluar bareng walau banyak teman-teman Ustadz Jefri Al Buchori

yang mencibir dan tidak habis mengapa Ustadzah Pipik mau-maunya

berpacaran dengan Ustadz Jefri Al Buchori.

Karena keduanya memiliki kesibukan masing-masing, terutama Ustadzah

Pipik yang sibuk untuk keluar kota karena tuntutan profesinya sebagai seorang

model inilah yang membuat mereka jarang bertemu, bahkan sempat putus lalu

pertemukan lagi. Akhirnya, untuk menghindari maksiat Ustadz Jefri Al

Buchori dan Ustadzah Pipik menikah dibawah tangan tahun 1999, lalu mereka

tinggal dirumah ibunda Ustadz Jefri Al Buchori, sekitar 4-5 bulan kemudian

baru mereka menikah secara resmi di Semarang pada tanggal 7 September

1999. Pernikahan keduanya kemudian dikaruniai empat orang anak, Adiba

5

Yusuf Mansur, Siapa Penerus Saya ?Memoar Kehidupan Ustadz Jeffry Al Buchori

(45)

Khanza Az-Zahra, Muhammad Abidzar Al-Ghifari, Ayla Azuhro dan Attaya

Bilal Rizkillah.6

Awal-awal berat harus mereka lalui dalam menjalani biduk rumah tangga

dan hidup seadanya, Ibunda Ustadz Jefri Al Buchori lah yang membiayai

hidup mereka. Saat itulah Ustadz Jefri Al Buchori pun masih sempat kambuh,

hingga pernah ngebut depan Ustadzah Pipik, sampai pakai Uang Ustadzah

Pipik, untunglah sang istri begitu setia dan selalu mengingatkan Ustadz Jefri

Al Buchori untuk berubah.

Segala cara mereka lakukan berdua untuk bisa menghidupi biduk rumah

tangga yang baru dibangun, termasuk berdagang kue dengan dititipkan ke toko

yang ternyata malah tidak laku. Ustadz Jefri Al Buchori dan Ustadzah Pipik

sama-sama saling belajar menerima kelebihan dan kekurangan satu sama

lain.Pelan-pelan, hidup Ustadz Jefri

Referensi

Dokumen terkait

Upaya lain yang dilakukan dosen STAI Al-Amin Dompu dalam menerapkan prinsip pendidikan kritis dalam pendidikan Islam di STAI Al-Amin Dompu adalah dengan cara

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi baik atau buruk pekerjaan seorang karyawan, menurut Ahmad, Ahmad, Shah (2010), beberapa faktor tersebut adalah kepuasan kerja yang

Gambar 3.7 Pie Chart hasil kuesioner awal pertanyaan keenam.... Gambar 3.8 Pie Chart hasil kuesioner awal

Hasil penelitian menunjukkan karakter tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur berbunga, umur panen, panjang malai, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa,

Berdasarkan nilai t-hitung hasil estimasi pada masing-masing variabel pada tingkat kepercayaan 95% (α= 5%) didapat bahwa Variabel harga gabah kering giling (GKG),

Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan

Akan tetapi, untuk memaksimalkan maksud dan kegunaan dari kata ganti yang ada (-nya dan tersebut). Mubazir bukan kalau ada kata ganti tetapi tidak dipakai? Ya

Hasil penelitian pengembangan ini berupa modul Angiospermae berbasis keterampilan proses. Dalam penyusunan modul ini ada beberapa tahapan yang dilakukan revisi dan