Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun Oleh:
MUHAMAD RIZAL
109051000116
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Maret 2013
i
Mata Najwa adalah program in depth talkshow unggulan Metro TV yang dipandu oleh jurnalis senior Metro TV, Najwa Shihab. Dalam setiap episodenya, Mata Najwa berusaha menyajikan tayangan yang kritis, berbobot dan selalu menghadirkan tokoh-tokoh utama (newsmakers). Program ini berhasil Mendapatkan sejumlah penghargaan, baik dari dalam, maupun luar negeri. Konsisten menghadirkan narasumber lingkar satu, yang menjadi pelaku langsung sebuah peristiwa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti Program Mata Najwa. Di satu sisi, program ini merupakan Talk Show Unggulan di Metro TV. Di sisi lain, bagaimana program ini menjaga konsistensinya dalam mengemas produksi untuk mempertahankan sebagai program unggulan.
Berdasarkan Konteks di atas, maka penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan; yaitu Bagaimana proses Produksi dan Format program Mata Najwa di Metro TV? Dengan demikian, penelitian ini memiliki tujuan: 1) untuk menjelaskan proses Pra dan proses produksi program Mata Najwa di Metro TV; 2) untuk menjelaskan Pasca dan Evaluasi Program Mata Najwa; 3) untuk menjelaskan Format Program Mata Najwa Episode Sengketa Iman di Metro TV.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, untuk memperoleh pemahaman tahapan Proses Produksi dan Format program Mata Najwa di Metro TV. Melalui pendekatan ini peneliti berusaha menjelaskan penjabaran Isi Meteri acara Mata Najwa untuk meluruskan berita masalah yang terjadi pada khalayak dan dengan demikian dilihat acara tersebut bisa memperkuat dan menambah teori lama tentang kelebihan dan kekurangan televisi. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara mendalam (in depth interview), observasi Partisipan dan dokumentasi dengan analisis data deskriptif.
Temuan penelitian ini adalah: 1) program Mata Najwa di Metro TV pada Tahap Pra produksi dan Proses Produksi Mata Najwa ada tiga bagian yaitu Penemuan Ide, Perencanaan, dan Persiapan. Penemuan Ide gagasan melihat hal yang terjadi pada masyarakat (Current Issue). Ada jenis dua berita yang dapat diangkat yaitu Pertama, sifatnya timely (kejadian baru-baru ini). Kedua, timeliness (paket atau tema-tema yang sifatnya bisa diputar kapan saja) biasanya mempunyai news value
tinggi. Keputusan akhir dari rapat redaksi Mata Najwa Episode Sengketa Iman ditentukan oleh eksekutif produser. 2) Setelah itu, melakukan riset beberapa hari dengan cara menelpon pra interview narasumber yaitu Ummi Kultsum, Rusdi Mathari, DR. Fuad Jabali dan Prof. Latief Wiyata. 3) Tahap Pasca dan evaluasi pada program Mata Najwa dilakukan proses akhir yaitu editing. 4) Format Acara pada Program mata najwa adalah talk show indept dibedah dengan perspektif tajam dan kritis serta ditunjang dengan filler-filler sidebar yang menarik. Selama ini, Kelebihan dan Kekurangan Televisi, menurut buku Badjuri, Adi. Jurnalsitik Televisi.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010 disandarkan pada empat Macam; 1) Cepat, dari segi waktu, cepat dalam menyebarkan berita ke masyarakat luas; 2) Kesan realistik : audio visual; 3) Relatif mahal; 4) Pembuatan iklan tv cukup lama.
Akhirnya penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa program Mata Najwa Episode Sengketa Iman dalam menentukan topik, segmentasi, narasumber dan alur cerita berita, keputusan akhir dari rapat redaksi ditentukan oleh eksekutif produser. Dengan demikian, Program mata Najwa Episode Sengketa Iman tidak mengikuti ketentuan tahapan produksi program televisi standart operasion procedure (SOP)
ii
ميحرلا نمحرلا ها مسب
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas
nikmat, hidayah, inayah, dan rahmat yang dilimpahkan kepada hamba-Nya yang
fana ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, dan kita para pengikutnya.
Skripsi berjudul “ANALISIS PROGRAM MATA NAJWA EPISODE
SENGKETA IMAN DI METRO TV”, dimaksudkan untuk mendeskripsikan
Proses Pra Produksi, Produksi, Pasca Produksi, mengevaluasi dan format
program Talk Show di televisi. Tulisan ini diharapkan dapat mengungkap suatu
temuan baru tentang tahan Proses Pra Produksi, Produksi, Pasca Produksi,
evaluasi dan Format televisi atau setidaknya memperkuat kelebihan dan
kekurangan televisi yang telah digulirkan oleh para peneliti sebelumnya. Penulis
ingin melihat sejauh mana televisi berperan dalam memberitakan program dengan
tayangan-tayangan positif yang memberikan pencerahan bagi khalayak luas.
Berkat kekuatan yang diberikan oleh Zat Yang Maha Rahman, Rahim, dan
Alim skripsi ini bisa terselesaikan. Usaha yang maksimal telah penulis lakukan
untuk menyelesaikan tugas akhir di Program Strata1 Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini dengan segala kekurangan serta
kelebihannya.
Penyelesaian penulisan ini tidak terlepas dari bimbingan dan arahan para
pembimbing; baik formal maupun informal, serta bantuan, kemudahan, dan
iii
kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya,
terutama kepada:
1. Prof. DR. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memperkenankan penulis menimba ilmu di kampus UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus sebagai promotor penulisan skripsi
ini.
2. Dr. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Pembantu Dekan Bidang Akademik, Pembantu Dekan Bidang
Administrasi Umum dan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Drs. Jumroni, MSi, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Umi Musyarofah MA, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini,
terutama dalam pengurusan nilai-nilai kuliah.
5. Dr. H. Sunandar, MA, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak henti-hentinya
meluangkan waktu, fikiran dan tenaga dalam memberikan arahan dan
bimbingan disela-sela kesibukan beliau.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu, pengalaman dan wawasan serta kontribusi yang tak ternilai
harganya. Semoga menjadi amal ibadah yang tak akan terputus. dan tidak lupa
pula kepada seluruh staff dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga
para staff perpustakaan Fakultas maupun Universitas yang telah memberikan
iv
7. Seluruh Crew “Mata Najwa” Metro TV, khususnya kepada Asvin Ellyana
selaku Produser I Mata Najwa, Ibu Dahlia Citra, selaku Produser II Mata
Najwa, Jati Savitri, selaku Produser II Mata Najwa, Steffani Fortunata,
selaku Staf Riset II dan Ryan Fatur, selaku Staf Produksi yang telah banyak
membantu dan mempermudah jalan penulis untuk melakukan penelitian di
program “Mata Najwa” di Metro TV ini, sehingga penulis mampu
menyelesaikannya dengan baik.
8. Ayahanda Bapak Nursan bin Samili serta Ibunda tercinta Roqoyah dengan
kasih sayangnya tak pernah kenal lelah dalam mendidik dan membesarkan
anak-anaknya dan selalu memberikan motivasi, doa dan seluruh
pengorbanannya baik moril maupun materil Sehingga penulis bisa seperti
sekarang ini. Jasa kalian tidak dapat terbayar oleh apapun. Bila Lautan
Menjadi Tinta untuk menulis Kertas tidak cukup untuk membalas Budi mu
Bapak dan Ibu.
Terima kasih Bapak, ibu…
9. Untuk semua saudara-saudaraku, kakak Roman Nurbawa dan adikku, Rano
Saefullah. Sahabat-Sahabatku di rumah Bang Iwan, Iwa, Rusli dan Inu.
Terima kasih atas semua dukungan kalian selama ini. Semoga hal baik yang
ada dalam diri penulis, bisa menjadi contoh yang baik pula untuk kalian,
khususnya untuk adik-adikku yang masih studi, semangat terus untuk jadi
yang sukses dunia akhirat. Amin...
10.Teman-teman seperjuangan KPI D angkatan 2009, Bintang Nurul Kawakib,
Reza Pahlefi Akbar, Yusuf Tadarusman, Arkho Anggadara, Rizki Maulana,
v
Achmad Nofal, Muhamad Rikza, M. Riza Akbar, Wahyu Eko Wibowo, Bayu
Noer Cahyo, Mahdi Musthaffa, Ryan Rifqi Nugroho, Noflim Trisna
Ayuningsih, Fajrin Dwi Ayu. F, Yulia Nurrohmah, Zakkiyah Al- Wahdah,
Muhamad Bushairi, Yudid Septiyarini, Muhamad Zidni Rizki, Nur
oktaviania, Dina Nurdian, Nur Fajrina, Hidayati Nurfajrina, Rizki Saputra ,
Agus Dwi Cahyono. terima kasih banyak selama ini telah memberikan
dukungan, doa, dan motivasi selama kita menjalani studi di kampus ini.
Semoga jalan hidup yang kita ambil, tidak akan memutuskan ikatan
silaturrahim kita selama ini dan selalu akan tetap baik selamanya. Amin.
11.Dan Teman-teman KKN SUKSES 2012, Farhan Hidayat, Zakky Yuda
Pratama, Nur Faizah, Ani Rikazah Haris, Abdul Rohim, Ishlah Zamani, Mega,
Nany, Dahlia, Aida, Melani, Husin, dan Deni yang telah memberikan hidup
ini menjadi berwarna. Semoga di masa depan menjadi orang-orang sukses.
Akhirnya penulis tutup kata pengantar ini dengan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya atas bantuan semua pihak yang tak mungkin sebutkan
nama satu per satu, serta mohon maaf bila skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Saran, masukan, dan kritik dari semua pihak sangat penulis
harapkan.Semoga Allah memberikan pahala sebagai bekal akhirat. Amin.
Jakarta, 07 Maret 2013
Penulis
vi
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Tinjauan Pustaka... 9
E. Metodologi Penelitian ... 10
F. Sistematika Penulis ... 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Program Televisi ... 17
1. Pengertian Program Televisi ... 17
2. Jenis-Jenis Program ... 19
3. Tahapan Produksi Program Televisi... 24
4. Pengaturan Penayangan Program... 37
B. Tinjauan Tentang Televisi... 42
1. Pengertian Televisi ... 42
2. Sejarah dan Perkembangan Televisi Indonesia ... 46
vii
1. Sejarah Berdiri Program Mata Najwa... 54
2. Biografi Najwa ShihabMetro TV... 56
3. Penghargaan Jurnalis Najwa Shihab... 57
4. Target Audience Program Mata Najwa... 58
B. Kategori Program Metro TV ... 59
1. Metro News ... 59
2. Metro Information Documentary ... 59
3. Metro Reality Show ... 60
4. Metro Talkshow ... 60
BAB IV ANALISIS PROGRAM MATA NAJWA DI METRO TV A. Pra dan Proses Poduksi Program Mata Najwa ... 61
1. Pra Produksi Program Mata Najwa ... 61
2. Proses Produksi Program Mata Najwa ... 64
B. Pasca dan Evaluasi Produksi Program Mata Najwa ... 73
1. Proses Pasca Produksi Program Mata Najwa... 73
2. Evaluasi Produksi Program Mata Najwa ... 75
C. Format dan Analisis Program Mata Najwa... ... 76
1. Format Episode Sengketa Iman ... 77
2. Analisis Episode Sengketa Iman ... 78
viii
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87
1
A. Latar Belakang Masalah
Televisi merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Dibandingkan
dengan media massa lainnya, seperti radio, surat kabar, majalah, dan sebagainya,
televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari
media dengan media gambar (audio visual). Penyampaian isi atau pesan juga
seolah-olah langsung antara komunikator (pembawa acara, pembaca berita, dan sebagainya)
dengan komunikan (pemirsa). Informasi yang disampaikan mudah dimengerti
karena jelas terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual.1
Televisi sebagai media massa keberadaannnya sangat dibutuhkan. Karena
televisi dengan bentuk audio-visualnya mempunyai kedudukan yang sangat penting
bagi kehidupan manusia dizaman global dan modern seperti sekarang ini.Urgensinya
adalah di samping sebagai penyampaian informasi (hiburan, bisnis, dan pendidikan)
juga bisa dipakai sebagai alat propaganda (politik).
Televisi mempunyai daya tarik yang kuat untuk menghibur khalayak karena
memiliki unsur-unsur kata-kata, musik, sound effect dan memiliki unsur visual berupa
gambar.2Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu
1
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi). (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Cet ke-1, h.v.
2
menimbulkan kesan yang mendalam bagi penonton.Segala sesuatu yang menjadi
keunggulan televisi tersebut bisa dinikmati dengan santai dirumah dengan aman dan
nyaman bersama seluruh keluarga.
Akhir-Akhir ini media televisi mempunyai kedudukan yang vital dan banyak
diminati masyarakat, bukan hanya di negara kita saja, tapi di negara-negara maju,
termasuk Amerika Serikat di dalamnya.3Jalaludin Rahmat mengatakan bahwa televisi
sudah menjadi agama masyarakat industri, artinya masyarakat sekarang sudah belajar
hidup dari televisi.Negara Amerika pernah menganggap bahwa televisi sebagai “the
Second Good” (tuhan kedua) tetapi sekarang televisi bukan tidak mungkin sudah
menjadi “The Firsh God” (tuhan pertama).Kalau kita lihat dari peran dan fungsi
televisi sebagai kotak ajaib, yang bisa membuat sesorang betah dihadapan pesawat
televisi sampai berjam-jam.
Televisi mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan media massa
lainnya. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio dan visual, berbeda dengan
radio yang hanya audio (melalui pendengaran) dan surat kabar yang bersifat visual
saja (melalui penglihatan). Televisi unggul dalam membangun daya tarik, persepsi,
perhatian dan imajinasi dalam mengkostruk realitas. Kedua, dilihat dari sisi aktualitas
peristiwa, televisi bisa lebih cepat memberi informasi kepada pemirsa dari pada surat
kabar, radio dan majalah.Ketiga, dari segi khalayak televisi menjangkau ratusan ribu
3
pemirsa.Kempat, efek kultural televisi lebih besar daripada efek yang dihasilkan
jenis-jenis media lainnya.4
Pertelevisian di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup
beberapa tahun belakangan ini.Awalnya, kita hanya memiliki satu stasiun televisi, itu
pun dimiliki oleh pemerintah, namanya Televisi Republik Indonesia (TVRI) pada
tahun 1989, lahirnya stasiun Televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia
(RCTI).Stasiun tersebut menjadi Televisi Swasta pertama di Indonesia.Stasiun
televisi yang berturut-turut lahir adalah Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi
Pendidikan Indonesia, Indosiar, dan Andalas Televisi (ANTV).Sejak era reformasi
bergulir Televisi swasta pun semakin ramai bermunculan ada Metro TV,
Transformasi Televisi (Trans TV), TV 7 yang kini menjadi Trans 7, Lativi yang
belakang menjadi TV One, Serta Global TV.
Secara umum, Stasiun Televisi kita terdiri atas Televisi Generalis dan Televisi
Spesialis.Televisi generalis menyajikan program atau acara yang beragam, mulai dari
sinetron, musik, film, acara anak-anak, hingga berita.Untuk televisi nasional, yang
termasuk dalam kategori televisi generalis adalah RCTI, SCTV, TPI, Indosiar,
ANTV, Trans 7, termasuk TVRI.Televisi spesialis menitik beratkan pada program
4
tertentu.Metro TV dan TV One adalah TV khusus yang cenderung atau
menspesialisasikan diri pada program berita.5
Dengan tumbuhnya dunia teknologi dan informasi yang diiringi dengan
banyaknya bermunculan stasiun-stasiun televisi baru baik stasiun televisi lokal
maupun nasional.Dunia pertelevisian Indonesia pun menjadi berkembang dengan
cepat baik dari teknologi maupun acara-acara yang disajikan.Pilihan program acara
dan segmentasi pemirsanya pun beragam, ada televisi yang mengkhususkan dirinya
dalam bidang hiburan anak, remaja ataupun umum.Namun ada juga televisi yang
hanya menayangkan edukasi dan informasi dimana itu semua merupakan syarat dasar
etika penyiaran yaitu penyiaran harus mengandung edukasi, informasi dan
hiburan.Salah satustasiun televisi swasta di Indonesia yang banyak menayangkan
edukasi dan informasi adalah Metro TV.
Metro TV adalah televisi yang mengkhususkan segmentasi penyiarannya
hanya pada informasi dan edukasi (walaupun ada sedikit hiburannya). Stasiun televisi
yang berdiri sejak 25 Nopember 2000 ini lebih banyak menayangkan berita,
informasi umum dan hal-hal yang berhubungan dengan edukasi. Tak heran jika
segmentasi pemirsanya jatuh pada kalangan masyarakat menengah ke atas, dimana
pemikiran masyarakat tersebut sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh bangsa
Indonesia ini. Masyarakat sudah pandai untuk memilah dan memilih mana yang baik
5
dan pantas untuk disaksikan.Berbeda dengan masyarakat menengah kebawah, yang
notabenya tidak memikirkan hal-hal demikian. Bahkan yang mereka butuhkan hanya
sekedar hiburan semata, seperti : tayangan infotainment,sinetron-sinetron, tayangan
musik, dan hiburan-hiburan lainnya.
Metro TV merupakan salah satu dari dua stasiun televisi swasta di Indonesia
seperti TV One yang juga menyajikan tayangan dan program-programnya yang
berfokus pada informasi dan edukasi. Salah satu acaranya di Metro TV yang
menyajikan edukasi adalah Mata Najwa. Acara yang disi oleh Najwa Shihab atau
yang akrab biasa dipanggil Nana ini seorang wartawan senior yang telah bergabung
sejak awal berdiri Metro TV sekitar 9 tahun silam,pembawa acara beritaMetro TV.
Antara lain menjadi anchor program berita Prime Time,Metro Hari Ini dan program
talk showToday's Dialogue. Ditantang mengawal sebuah talk show dengan
menggunakan nama pribadi, Mata Najwa.
Program Tersebut lebih mengedepankan karakter sebagai anchor. kharakter
khusus dalam memberikan pertanyaan kepada narasumber yaitu sangat kritis, dengan
cara bicara cepat, mengulik, dan selalu menggali lebih tajam. Gaya seperti itu yang
tampilkan di Mata Najwa yang sekaligus menjadi keseluruhan karakter program
ini.Salah satu ciri acara ini adalahOne on One yaitu dalam memberikan pertanyaan
tidak berbincang dengan lebih dari satu narasumber secara bersamaan berbeda
tetapi dalam pengemasan acara yang dinamis dan bisa diubah sesuai dengan situasi
dan kebutuhan yang terjadi dimasyarakat.
Oleh karena itu, program Mata Najwa masih bertahan hingga saat ini
ditengah-tengah masyarakat dan terus menghadapi persaingan program sejenis yang
tayang di Metro TV dengan melakukan perbandingan dengan setiap acara, membuat
evaluasi pada akhir produksi acara agar program ini sangat menarik untuk
masyarakat. Kemudian, evaluasi yang bagaimanakah membuat program Mata Najwa
masih bertahan selama ini?dan Apa format acaranya? Berdasarkan latar belakang
yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti “ANALISIS
PROGRAM MATA NAJWA EPISODE SENGKETA IMAN DI METRO TV.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Karena banyaknya efek yang ditimbulkan oleh suatu tayangan televisi, baik
itu yang berdampak positif maupun negatif.Kami selaku penulis tidak terjebak
dengan berbagai pandangan.Kami mengganggap tayangan Mata Najwa sangat
menarik, dari segi Informasidan Edukasi.Untuk lebih memfokuskan penelitian ini,
maka masalah hanya akan peneliti batasi pada program Mata Najwa yaitupada
2. Rumusan Masalah
Dengan demikian untuk lebih memperjelas penelitian ini maka penulis
merumuskan beberapa permasalahannya, yaitu :
a. Bagaimanakah proses Pra Produksi pada Program Mata Najwa di Metro TV
Episode Sengketa Iman tayang 5 September 2012?
b. Bagaimanakah proses Produksi pada Program Mata Najwa di Metro TV Episode
Sengketa Iman tayang 5 September 2012?
c. Bagaimanakah tahapan Proses Pasca dan Evaluasi pada Program Mata Najwa
Episode Sengketa Iman 5 September 2012?
d. Bagaimanakah Format Program Mata Najwa di Metro TV Episode Sengketa Iman
tayang 5 September 2012?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui proses Pra Produksi pada Program Mata Najwa di Metro
TV Episode Sengketa Iman Episode Sengketa Iman tayang 5 September 2012.
b. Untuk mengetahui proses Produksi pada Program Mata Najwa di Metro TV
c. Untuk mengetahui Tahapan Pasca dan evaluasi Produksi Program Mata Najwa
di Metro TV Episode Sengketa Iman tayang 5 September 2012.
d. Untuk mengetahui format Program Mata Najwa di Metro TV Episode
Sengketa Iman tayang 5 September 2012.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari Penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Secara Akademis
Penelitian ini diharapkan memberi masukan dalam segi keilmuan
komunikasi terutama dari peminat media studi tentang proses produksi
evaluasi program di media televisi bagi pengembangan ilmu pengetahuan
di bidang ilmu Komunikasi khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan baru untuk menambah
wawasan berbagai kalangan seperti teoritis, praktis, dan aktivis penyiaran
televisi yang pada umumnya bagi para pengelola stasiun televisi dijadikan
sebagai sarana alternatif untuk mempertahankan nilai-nilai agama secara
kreatifitas kepada anak muda untuk melakukan kegiatan yang positif melalaui
media massa.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skipsi ini, penulis mengadakan tnjauan
kepustakaan di perpustakaan yanga da difakultas Dakwah dan Komunikasi
maupun di Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut
pengamatan penulis dari observasi yang dilakukan, penulis hanya menemukan
penelitian ilmiah tentang :
1. “Analisis Program Kick Andy Di Metro TV” yang disusun oleh Agus
Isnaien NIM 206051003901. Penelitian berisi tentang pra produksi,
produksi dan pasca produksi. Yang membedakan dengan peneliti buat
yaitu dari segi tema acaranya, format acaranya, dan jam tayang acaranya.
2. “Analisis Program Tabir Sunnah Di Trans 7” yang disusun oleh Ais
Ramdhan Rasyid, Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2007. Adapun
permasalahan yang dibahas adalah mengenai desain program, pelaksanaan
program, dan evaluasi program Tabir Sunnah Di Trans TV.
3. “Analisis Program Just Alfin DI Metro TV” yang disusun oleh Dini
Nurdiyani, Mahasiswa Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi,
yang dibahas adalah mengenai Pra Produksi, pelaksaan proses produksi,
dan pasca produksi program Just Alfin Di Metro TV.
4. ”Analisis Produksi Program Drama Komedi Sitkom” OB” Office Boy di
RCTI disusun oleh Yofy Andres dengan NIM 203051001450,
penelitiannya berisi tentang program drama. Sitkom “OB” lahir dari ide
gagasan produser yang melihat adanya celah untuk menayangkan sebuah
program. Program Sitkom “OB” di harapkan dapat menghibur
penulisannya/ khalayak. Akhirnya peneliti dapat mengetahui bagaimana
proses produksi program Sitkom “OB” berhasil menarik perhatian
khalayak dan digemari oleh pemirsanya tanpa membedakan jenis kelamin,
usia , golongan, terbukti dengan sudah diproduksi/ditayangkan 450
episode program Sitkom “OB”. Yang membedakan dengan penelitian buat
yaitu dari segi temannya, format acaranya, jam tayang acaranya dan
penayangan acaranya.
E.Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk
memberikan gambaran secara umum dan mendetail dari hasil yang diperoleh setelah
melakukan pengamatan langsung dilapangan yang kemudian dianalisis.Penelitian
dapat dicapai dengan menggunakan cara-cara kuantitatif (statistik).Penelitian
kualitatif dapat menunjukan pada penelitian tenang masyarakat, sejarah, tingkah laku,
juga tentang fungsionalisasi organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan
kekerabatan.Beberapa data dapat diukur melalui data sensus, tetapi analisisnya adalah
analisis kualitatif.6
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah responden penelitian dan sumber data.Ia
menerangkan bahwa responden penelitian adalah orang yang dapat merespon,
memberikan informasi tentang data penelitian. Sementara Sumber data adalah
benda atau hal atau orang tempat peneliti mengamati, membaca, atau bertanya
tentang data.Maksudnya subjek penelitian adalah benda atau hal atau orang
tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang
dipermasalahkan7.Dalam penelitian ini terdapat subjek yang merupakan faktor
utama dalam menentukan hasil dari penelitian yaitu semua crew-crew yang
terkait langsung dalam program Mata Najwa. Subjek penelitian ini juga
merupakan orang-orang yang memberikan informasi dalam penelitian ini.
6
Anselm Strauss dan Julliet Corbit, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (Prosedur, Teknik, dan Teori Grounded). (Surabaya : PT Bina Ilmu Offset, 2007), h. 11
7
b. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah barang yang hendak diteliti oleh
peneliti8.Sedangkan objek dari penelitian yaitu proses pra produksi, produksi,
format acara dan pasca produksi program Mata Najwa di Metro TV.
3. Tempat dan waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di stasiun televisi Metro TV, Jalan Pilar
Mas Raya kav A-D.kedoya kebun jeruk jakarta barat.Di bagian produksi
program Mata Najwa.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi yaitu metode yang digunakan peneliti untuk mengamati atau
melakukan pengindraan langsung terhadap suatu kondisi, situasi, proses,
aktivitas dan perilaku yang dianggap peneliti dapat digunakan sebagai data
pelengkap.Observasi atau pengamatan langsung merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang sering digunakan untuk jenis penelitian kualitatif.9
Teknik yang digunakan adalah observasinya, sifatnya secara langsung dengan
melihat proses pra produksi, produksi dan pasca produksi.
8
Ibid, h. 29.
9
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin mendapatkan informasi dari orang lain dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyan berdasarkan tujuan tertentu.10 Data-data
yang diperoleh adalah dengan wawancarai eksekutif produser, produser dan
Presenter atau pihak-pihak yang terlibat didalam program Mata Najwa.
Penelitian melakukan wawancara secara tatap muka (face to face).Pedoman
wawancara yang digunakan adalah bentuk wawancara terstruktur, dalam hal
ini peneliti menyiapkan pertanyaan tertulis.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.Pengumpulan data ini diperoleh dari dokumen-dokumen
yang berupa cacatan formal, dan dengan mengumpulkan serta menelaah
beberapa literatur baik berupa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen yang
ada pada redaksi.Mempelajari bahan-bahan atau dokumen-dokumen yang ada,
yang berhubungan dengan penelitian.Tujuannya adalah guna melengkapi
sebuah penelitian.11 Untuk dokumentasi, penulis melakukan pengambilan data
yang diperoleh secara langsung datang ke Metro TV Program Mata Najwa,
10
Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya), (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), h.180
11
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertasi Contoh Praktis riset
Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta:
dan disana peneliti mendapatkan semua kebutuhan yang peneliti butuhkan,
mulai dari dokumen-dokumen tentang Metro TV Program Mata Najwa
sampai materi-materi yang peneliti butuhkan.
d. Teknik Analisa Data
Dari data-data yang dikumpulkan kemudian dianalisis, dan dari hasil
analisis didapatkan hal-hal yang dirasa kurang pas, kemudian peneliti kritisi.
Analisa yang digunakan penulis adalah analisa deskriptif yang
menggambarkan keadaan sebenarnya dan dianggap akurat serta
meruangkannya kedalam konteks penulisan karya ilmiah, dengan cara
merasakan, menerangkan, memberikan gambaran serta klasifikasi dan
mengintrepretasikan data-data yang terkupul secara apa adanya terlebih
dahulu, kemudian menarik kesimpulan atas permasalahan yang berkaitan
tersebut.
e. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi
dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
F. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam penulisan skipsi ini sistematis, untuk itu
penulis membaginya menjadi lima bab, yaitu tiap-tiap bab berisi sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Memuat tentang : latar belakang masalah, rumusan dan batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BABII :TINJAUAN TEORITIS
Merupakan uraian teori-teori yang menjadi landasan dalam
kerangka pemikiran dalam penelitian ini, berisi tentang ruang lingkup
program yang menjelaskan tentang program, jenis-jenis program,
pengaturan penayangan program, dan pengukuran kesuksesan
program. Lalu dijelaskan juga tentang ruang lingkup televisi yang
berisi tentang pengertian televisi, televisi sebagai alat komunikasi
massa, pengaruh televisi, dan kelebihan dan kekurangan media
televisi. yang terakhir berisi tentang ruang lingkup program televisi
yang menjelaskan tentang desain program televisi, pelaksanaan
BAB III : GAMBARAN UMUM STASIUN METRO TV
Pada bab ini memuat tentang subjek dan objek penelitian.
Dimana subjeknya adalah stasiun Metro TV terdiri dari : sejarah
berdirinya stasiun Metro TV; visi-misinya; struktur organisasinya;
serta program-programnya. Sedangkan objek penelitiannya adalah
program Mata Najwa di Metro TV, yang terdiri dari : desain program
Mata Najwa ; komponen penunjang produksi program Mata Najwa;
serta share and rating program Mata Najwa.
BAB IV : ANALISIS PROGRAM MATA NAJWA
Pada bab ini memuat tentang bagaimana proses produksi
program Mata Najwa Episode Sengketa Iman,tahapan dimulai dari
proses Pra Produksi, produksi, pasca produksi dan evaluasi produksi,
format acara danshare and rating.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini dimuat kesimpulan yang merupakan jawaban
terhadap rumusan permasalahan yang diajukan pada bab satu. Selain
itu untuk mengembangkan studi selanjutnya, penulis berusaha
memberikan saran kepada pihak-pihak yang terkait dengan
permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.Selain itu, diakhir skipsi
17 A. Ruang Lingkup Program Televisi
1. Pengertian Program
Menurut P.C.S Sutisna dalam bukunya pedoman praktis penulisan
skenario televisi dan video, mendefinisikan program televisi adalah bahan
yang telah disusun dalam satu format sajian dengan unsur video yang
ditunjang unsur audio yang secara teknis memenuhi persyaratan layak siar
serta telah memenuhi standar estetika dan artistik yang berlaku.1
Menurut kamus WJS Purwodarminto, pengertian program adalah
acara, sementara kamus Webster International volume 2 lebih merinci lagi,
yakni: program adalah suatu jadwal (schedule) atau perencanaan untuk
ditindaklanjuti dengan penyusunan “butir” siaran yang berlangsung sepanjang
siaran itu berada di udara.2
Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television
programming) diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi
dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical
programming) setiap harinya.
1
P.C.S. Sutisna, Pedoman Praktis Penulisan Skenario TV dan Video, (Jakarta: PT. Grasindo, 1993) Cet ke-1, h.9
2
Untuk menyusun program siaran diperlukan sistem pemrograman
siaran.Dengan sistem itu diharapkan acara-acara yang hadir di layar televisi
dapat membuat asik penonton, dapat disenangi penonton, bahkan bisa menjadi
panutan penonton.
Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk
memenuhi kebutuhan pemirsanya. Sedangkan menurut Omar Abidin Gilang,
program merupakan serangkaian acara atau sesuatu yang disiarkan dalam
berbagai bentuk penikmat oleh stasiun penyiaran.3
Program itu sendiri berasal dari bahasa inggris (programme) atau
program yang berarti acara atau rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia
tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah
“siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan
dalam berbagai bentuk.
Istilah program siaran dapat dianalogikan sebagai barang (goods) atau
pelayanan (services) yang dijual pada bentuk lain. Menurut John R. Bitner,
program atau kerap pula disebut dengan istilah acara adalah barang yang
dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mendengarnya.4
Dengan demikian pengertian program adalah segala hal yang
ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan
3
Omar Abidin Gilang dalam Moeryanto Gining Munthe, Media Komnikasi Radio, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996) h.62
4
audiencenya.Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat
audience tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran
apakah itu radio atau televisi.
2. Jenis-Jenis Program
Jenis Program TV Pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian besar
yaitu program hiburan (sinetron, film, music, dan lain-lain) dan program
informasi.Program informasi ditelevisi, sesuai dengan namanya, memberikan
banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap ssuatu
hal.Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk
memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien.Daya
tarik program ini adalah informasi, dan informasi itulah yang dijual kepada
audien.Dengan demikian, program informasi tidak hanya melalui program
berita di mana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk
penyajian informasi termasuk juga talk show(perbincangan) misalnya
wawancara dengan artis, orang terkenal atau dengan siapa saja.Program
informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu berita keras (hard
news) dan berita lunak (soft news)5.
5
a. Berita keras
Berita keras atau hard news adalah segala Informasi penting atau
menarik yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audien
secepatnya.Peran televisi sebagai sumber utama hard news bagi masyarakat
cenderung untuk terus meningkat.Media penyiaran adalah media yang paling
cepat dalam menyiarkan berita kepada masyarakat.Dalam berita-berita
mengenai konflik, televisi menjadi medium informasi yang paling
dipercaya.Hal ini disebabkan televisi menyajian gambar yang menjadi bukti
yang tak terbantahkan. Pada umumnya stasiun televisi menginvestasikan dana
dalam jumlah yang cukup besar untuk kegiatan pemberitaan dalam porsi
waktu siaran yang cukup besar. Dalam hal ini berita keras dapat dibagi ke
dalam beberapa bentuk berita yaitu: straight news, features, dan infotainment.
Straight News.Straight news berarti berita „langsung’ (Straight),
maksudnya suatu berita yang singkat (tidak detail) dengan hanya menyajikan
informasi terpenting saja 5W + 1H (who, what, where, when, why, dan how)
terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. Berita jenis ini sangat terikat waktu
(deadline) karena informasinya sangat cepat basi jika terlambat disampaikan
kepada audien.
Feature. Kita sering melihat suatu program berita menampilkan
tempat liburan yang menarik, berita semacam ini disebut feature.Dengan
demikian, feature adalah berita ringan namun menarik.Pengertian menarik
dsini adalah informasi yang lucu, unik, aneh, menimbulkan kekaguman, dan
sebagainya. Pada dasarnya berita-berita semacam ini dapat dikatakan sebagai
softnews karena tidak terlalu terkait dengan waktu penayangan, namun karena
durasinya singkat (kurang dari lima menit) dan ia menjadi bagian dari
program berita maka feature masuk ke dalam kategori hard news.
Infotainment.Kata infotainment berasal dari dua kata yaitu information
yang berarti informasi dan entertainment yang berarti hiburan, namun
infotainment bukanlah berita hiburan atau berita yang memberikan
hiburan.Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi mengenai
kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat (celebrity), dan karena
sebagaian besar dari mereka bekerja pada industri hiburan seperti pemain
film/sinetron, penyanyi dan sebagainya maka berita mengenai mereka disebut
juga dengan infotainment.Infotainment adalah salah satu bentuk berita keras
karena memuat informasi yang harus segera ditayangkan.Namun dewasa ini
infotainment disajikan dalam program berita sendiri yang terpisah dan khusus
b. Berita lunak
Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting dan
menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat
harus segara ditayangkan.6Berita yang masuk kategori ini ditayangkan pada
satu program tersendiri di luar program berita. Program yang masuk ke dalam
kategori berita lunak in adalah: magazine, current affair, documenter, dan talk
show.
Current Affair.Dari namanya, Pengertian current affair adalah
persoalan kekinian.Current affair adalah program yang menyajikan informasi
yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya namun
dibuat secara lengkap dan mendalam.Dengan demikian current affair, cukup
terikat dengan waktu dalam hal penanyangannya namun tidak seketat hard
news, batasnnya adalah bahwa selama isu yang dibahas masih mendapat
perhatian khalayak maka current affair dapat disajikan.
Magazine. Diberi namamagazine karena topik atau tema yang
disajikan mirip dengan topik-topik atau tema yang terdapat dalam suatu
majalah (magazine).Magazine adalah program yang menampilkan informasi
ringan namun mendalam atau dengan kata lainmagazine adalah future dengan
durasi yang lebih panjang magazine ditayangkan pada program tersendiri
6
yang terpisah dan program berita. Magazine lebih menekankan pada aspek
menarik suatu informasi ketimbang aspek pentingnya. Suatu program
magazine dengan durasi 30 menit atau satu jam dapat terdiri atas hanya satu
topic atau beberapa topik.
Documenter.Dokumenteradalah program informasi yang bertujuan
untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan menarik. Gaya
atau cara penyajian dokumenter sangat beragam dalam hal teknik
pengambilan gambar, teknik editing dan teknik pencitraannya, mulai dari
yang sederhana hingga yang tersulit. Suatu program dokumenter adakalanya
dibuat seperti membuat sebuah film sehingga sering disebut dengan film
dokumenter.
Talk Show.Program talk show atau pembincangan adalah program
yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik
tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host).Mereka yang
diundang adalah orang-orang yang berpengalaman langsung dengan peristiwa
atau topik yang diperbincangkan atau mereka yang ahli dalam masalah yang
3. Tahapan Produksi Program Televisi
Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser
professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan
pemikiran mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi (equipment),
biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan
pelaksanaan produksi.7
Berpikir tentang produksi program televisi bagi seorang produser
professional, berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi itu,
selain menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang bernilai, dan memiliki
makna.
Produksi yang bernilai atau berbobot hanya dapat diciptakan oleh
seorang produser yang memiliki visi.Namun, apakah visi itu tumbuh dari
suatu acuan mendalam yang bermuara pada orientasi, ideologi, religi, dan
pemikiran-pemikiran kritis atas sarana yang dipakai untuk menampilkan
materi produksi.Atau, visi itu sekedar mengikuti arus yang mengalir.
Bertolak dari dorongan kreativitas, seorang produser yang menghadapi
materi produksi akan membuat seleksi. Dalam seleksi ini intelektualitas dan
spiritualitas secara kritis menentukan materi mana yang diperlukan dan mana
yang tidak. Kemudian akan lahir ide atau gagasan. Dilengkapi dengan materi
atau bahan lain yang menunjang ide ini, akan tercipta konsep berupa naskah
7
untuk produksi. Naskah ini merupakan bahan dasar yang perlu dipirkan oleh
seorang produser ketika ia akan mulai berproduksi.
1. Materi Produksi
Bagi seorang produser, materi produksi dapat berupa apa saja.
Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia merupakan
bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu.
Suatu kejadian yang istimewa biasanya merupakan materi produksi
yang baik untuk program-program dokumenter atau sinetron.Tentu saja
kejadian itu masih harus dilengkapi dengan latar belakang kejadian dan
hal-hal lain yang perlu untuk menjadikan program itu sebuah program yang
utuh.Untuk itu, masih diperlukan riset yang lebih mendalam agar semua data
yang bersangkut-paut dengan materi hasil produksi itu lengkap.
Dari hasil riset materi produksi, muncul gagasan atau ide yang
kemudian akan diubah menjadi tema untuk program dokumenter atau sinetron
(film televisi). Mungkin juga gagasan itu langsung menjadi konsep
program.Tema ataupun konsep program kemudian diwujudkan menjadi
treatment.Treatment adalah langkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi
program.Oleh karena itu, treatment untuk setiap format program
berbeda-beda.
Dari treatment akan diciptakan naskah (script) atau langsung
sebetulnya sudah tampak ketika gagasan diwujudkan menjadi treatment.Dari
sinilah penyempurnaan konsep program dapat dilaksanakan sehingga
menghasilkan naskah atau program yang baik.
2. Sarana Produksi
Sarana produksi adalah sarana yang menjadi penunjang terwujudnya
ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi.Tentu saja diperlukan kualitas alat
standar yang mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus.
Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi,
yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara, dan unit
peralatan pencahayaan. Kualitas standar dari ketiga unit peralatan ini menjadi
pertimbangan utama seorang produser ketika ia mulai dalam perencanaan
produksinya. Selebihnya berfungsi sebagai peralatan penunjang
produksi.Seperti alat transportasi untuk produksi luar studio dan unit studio
dengan dekorasi untuk produksi dalam studio.
1. Biaya Produksi
Tidak terlalu sederhana merencanakan biaya untuk suatu program
produksi. Dalam hal ini, seorang produser dapat memikirkan sampai sejauh
mana produksi itu kiranya akan memperoleh dukungan financial dari suatu
pusat produksi atau stasiun televisi. Oleh karena itu, perencanaan budget atau
biaya produksi dapat didasarkan pada dua kemungkinan, yaitu:8
8
a. Financial Oriented
Perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada kemungkinan
keuangan yang ada.Kalau keuangan terbatas berarti tuntutan-tuntutan tertentu
untuk kebutuhan produksi harus pula dibatasi. Misalnya: tidak menggunakan
artis yang pembayarannya mahal, menggunakan lokasi shooting yang tidak
terlalu jauh, konsumsi yang tidak terlalu mewah. Segala sesuatunya didasari
atas kemungkinan keuangan.
b. Quality Oriented
Perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas tuntutan kualitas
hasil produksi yang maksimal.Dalam hal ini, tidak ada masalah
keuangan.Produksi dengan orientasi badget semacam ini biasanya produksi
prestige. Produksi yang diharapkan mendatangkan keuntungan besar, baik
dari segi nama maupun financial. Untuk menghasilkan kualitas yang paling
tinggi dari produksi itu, produser boleh melibatkan semua orang nomor satu
dibidangnya.
Menentukan biaya produksi suatu program televisi dengan video bagi
produser atau manager siapa pun merupakan hal yang rumit.Banyak faktor
tidak terduga yang sewaktu-waktu dapat terjadi.Oleh karena itu, membuat
perencanaan anggaran produksi seolah-olah mengharuskan mata dan pikiran
mungkin memerlukan biaya.Estimasi biaya yang tertera dalam rencana
anggaran, paling tidak dapat membuat batasan-batasan yang baik ketika
pelaksanaan produksi dan mencegah pemborosan.Bagaimanapun tidak ada
produksi yang ingin menderita kerugian dan menjadi macet karena kekeliruan
dalam melaksanakan rencana anggaran atau membuat estimasi biaya.
2. Organisasi Pelaksanaan Produksi
Suatu produksi program televisi melibatkan banyak orang, misalnya
para artis, crew, dan fungsionaris lembaga penyelenggara, polisi, aparat
setempat dimana lokasi shooting dilaksanakan, dan pejabat yang
bersangkut-paut dengan masalah perijinan.Supaya pelaksanaan shooting dapat berjalan
lancar, produser harus memikirkan juga penyusunan organisasi pelaksana
produksi yang serapi-rapinya.Dalam hal ini, produser dapat dibantu oleh
asisten produser atau sering disebut produser pelaksana atau production
manager.Ia mendampingi sutradara dalam mengendalikan organisasi.
Produser pelaksana membawahi bendahara dan kasir yang mengatur
keuangan dan membayar kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan. Sementara
itu, sekretariat mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan surat menyurat,
kontrak, dan perijinan. Tanggungjawab untuk pelaksanaan dari organisasi
yang bersifat lapangan ini dipikul oleh bagian yang disebut unit
manager.Bagian ini menanggung tugas dari dua sisi sekaligus; sisi organisasi
manager, misalnya perijinan, transportasi, konsumsi, dan akomodasi.Lokasi,
setting/dekorasi, property (perlengkapan), kostum dan make-up, pelaksanaan
lapangan berada dalam koordinasi unit manager, tetapi segi artistik
sepenuhnya di bawah tanggungjawab art designer atau art director.
Sutradara dibantu sepenuhnyaoleh art designer dan director of
photography (kamerawan).Sementara kamerawan membawahi bagian
pencahayaan (lighting) dan suara (sound).Sutradara adalah penanggungjawab
penuh suatu produksi.
Pelaksanaan produksi untuk produksi program televisi di studio
memiliki nama yang berbeda pula. Sutradara disebut pengarah program atau
Program Director (PD).Fungsi dan tugasnya mirip denga sutradara. Hanya ia
bekerja di belakang meja kontrol di ruang kontrol. Asisten sutradara disebut
Floor Director (FD) tugasnya membantu sutradara mengarahkan pemain dan
crew di dalam studio rekaman gambar. Pembantu pengarah program yang lain
adalah switcher. Ia bertugas membantu pengarah acara men-switch kamera
melalui tombol di meja kontrol. Pelaksana produksi lain sama dengan
pelaksana produksi shooting lapangan. Bedanya pada jumlah
kameramen.Dengan multikamera diperlukan dua sampai empat kamerawan
sekaligus.
Suatu produksi program televisi yang melibatkan banyak peralatan,
orang dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain memerlukan suatu
organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas
dan efisien.Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim
disebut standart operasion procedure (SOP), seperti berikut:9
a. Pra-Produksi (Perencanaan dan Persiapan)
Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan
rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah
beres. Tahap pra-produksi meliputi tiga bagian, sebagai berikut:
1) Penemuan Ide
Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau
gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah
mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset.
2) Perencanaan
Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule),
penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan crew.Selain estimasi
biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari
perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti.
3) Persiapan
9
Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat
menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi
peralatan yang diperlukan.
b. Produksi
Sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan
produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis, crew mencoba
mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script)
menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita.
Dalam pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shoot
yang akan diambil dalam adegan (scene). Berikut ini adalah beberapa posisi
kamera (camera position), yang apabila terangkaikan akan menjadi suatu
cerita yang hidup:10
1. Shoot jauh (long shoot)
Suatu pengambilan objek oleh kamera dari jarak yang jauhnya cukup
untuk dapat mengambil pemandangan yang lengkap dari suatu adegan.
2. Shoot dekat (close shoot)
Suatu pengambilan objek dari bahu ke atas. Close shoot dalam naskah
kamera disingkat CS.
3. Shoot agak dekat (medium shoot)
10
Suatu pengambilan objek oleh kamera dari dada ke atas.Dalam naskah
kamera istilah itu disingkat MCS.
4. Shoot sewajah (close-up)
Suatu pengambilan objek untuk menghasilkan gambar wajah
seseorang sebatas dagu ke atas.Istilah ini disingkat CU.
5. Shoot terdekat (big close-up)
Pengambilan sebuah objek secara khusus oleh kamera untuk
menampilkan salah satu bagian dari tubuh manusia atau suatu benda tertentu
sehingga tampak amat sangat jelas. Big close-up yang lazim disingkat BCU,
kadang-kadang disebut juga Extra close-up dan Extreme close-up. Dengan big
close-up dapat ditampilkan mata, hidung, bibir, dan lain-lain secara khusus
untuk memberikan kesan tertentu kepada pemirsa.
6. Shoot sedang (medium shoot)
Suatu pengambilan objek oleh kamera sebatas pinggang ke atas.Dalam
naskah kamera, shoot tersebut disingkat MS.
7. Shoot agak jauh (medium long shoot)
Suatu pengambilan objek oleh kamera sebatas lutut ke atas. Shoot
yang sering kali disingkat MLS ini dinamakan juga shoot lutut (knee shoot).
8. Shoot dua (two shoot)
Pengambilan objek oleh kamera yang menampilkan dua orang sebatas
9. Shoot kelompok (group shoot)
Pengambilan objek oleh kamera yang menampilkan sejumlah orang
sebatas dada ke atas.
10.Shoot udara (aerial shoot)
Pengambilan objek oleh kamera dari udara untuk menghasilkan suatu
pemandangan yang mengesankan.
11.Shoot lebar (wide shoot)
Pengambilan suatu objek yang tidak terlalu jauh, suatu pengambilan
gambar oleh kamera yang melingkupi area yang luas.
12.Shoot amat jauh (very long shoot)
Suatu pengambilan objek oleh kamera yang melingkupi area yang
amat luas dimana terdapat suatu objek.
Semua shoot yang dibuat dicatat oleh bagian pencatat shoot dengan
mencatat time code pada saat mulai pengambilan, isi shoot dan time code
pada akhir pengambilan adegan. Kode waktu (time code) adalah nomor pada
pita.Nomor itu berputar ketika kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar.
Catatan kode waktu ini nanti akan berguna dalam proses editing.
Biasanya gambar hasil shooting dikontrol setiap malam di akhir
shooting hari itu untuk melihat apakah hasil pengambilan gambar sungguh
baik.Apabila tidak maka adegan itu perlu diulang pengambilan gambarnya.
asli (original material/row foot-age) dibuat catatannya (logging) untuk
kemudian masuk dalam proses post production, yaitu editing.
b. Pasca-Produksi
Pasca-produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline,
editing online, dan mixing. Dalam hal ini, terdapat dua macam editing, yaitu:
pertama, yang disebut editing dengan teknik analog atau linier. Kedua, editing
dengan teknik digital atau non linier dengan computer.11
(1) Editing offline dengan teknik analog
Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yaitu
mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan
gambar. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing
kasar yang disebut editing offline (dengan copy video VHS supaya murah)
sesuai dengan gagasan yang ada dalam sinopsis dan treatment. Materi hasil
shooting langsung dipilih dan disambung-sambung dalam pita VHS. Sesudah
editing kasar ini jadi, hasilnya dilihat dengan seksama dalam screening.
Apabila masih perlu ditambah atau diedit lagi, pekerjaan ini dapat langsung
dikerjakan sampai hasilnya memuaskan.Sesudah hasil editing offline ini
dirasa pas dan memuaskan barulah dibuat editing script.Naskah editing ini
11
sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu
diisi dengan ilustrasi musik. Naskah editing ini formatnya sama dengan
skenario.
(2) Editing online dengan teknik analog
Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli.
Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat
berdasarkan catatan time-code dalam naskah editing. Demikian pula sound
asli dimasukkan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editing
online ini siap, proses berlanjut dengan mixing.
(3) Mixing (pencampuran gambar dengan suara)
Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah
direkam, dimasukkan ke dalam pita hasil editing online sesuai dengan
petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing.Keseimbangan
antara sound effect, suara asli, suara narasi dan musik harus dibuat sedemikian
rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar jelas.
(4) Editing offline dengan teknik digital atau non-linier
Editing non-linier atau editing digital adalah editing yang
menggunakan komputer dengan peralatan khusus untuk editing. Alat editing
Matrox – Canupus, dll. Tahapan pertama, yang harus dilakukan adalah
memasukkan seluruh hasil shoot (gambar) yang dalam catatan atau logging
memperoleh OK, ke dalam hardisk. Proses ini disebut capturing atau
digitizing, yaitu mengubah hasil gambar dalam pita menjadi file, yang ketika
diperlukan dapat dipanggil untuk disusun berdasarkan urutan yang diinginkan
sutradara. Sesudah tersusun baik baru diurutkan kemudian dipersatukan agar
shoot-shoot yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh, proses ini
disebut render. Setelah render dapat dilakukan screening. Apabila dalam
screening masih perlu koreksi, maka koreksi dapat dikerjakan dengan
menambah, mengurangi, atau menyisipi shoot yang diperlukan.
(5) Editing online dengan teknik digital
Editing online dengan teknik digital sebenarnya tinggal
penyempurnaan hasil editing offline dalam komputer, sekaligus mixing
dengan musik ilustrasi atau efek gambar (misalnya perlu animasi atau wipe
efek) dan suara (sound effect atau narasi) yang harus dimasukkan. Sesudah
semua sempurna, hasil online ini kemudian dimasukkan kembali dari file
menjadi gambar pada pita Betacam SP atau pita dengan kualitas broadcast
standart. Setelah program dimasukkan pita, boleh dikatakan pekerjaan selesai
4. Pengaturan Penayangan program
Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam menyiapkan program siaran
televisi, yakni:12
1) Pola siaran. Sebelum penata program menyusun acara siaran, terlebih
dahulu harus menyiapkan pola siaran. Pola kerja seorang penyusun
program atau programmer, yaitu programmer akan mengumpulkan
terlebih dahulu referensi-referensi yang diperlukan: kebijakan siaran
dari pimpinan stasiun televisi, persoalan sosial budaya yang
berkembang di tengah masyarakat, jangkauan siaran, hasil jajak
pendapat penonton, pemasok-pemasok program (rumah produksi,
distributor), dan tentunya analisis bahan siaran yang mengacu pada
kebijaksanaan umum siaran televisi.
Kebijaksanaan umum siaran televisi akan dilatarbelakangi oleh
keadaan negara masing-masing. Secara universal penyelenggaraan
siaran televisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mampu memberi informasi (informatif),
12
b. Mampu mendidik penonton (edukatif),
c. Mampu memengaruhi penonton (persuasif),
d. Mampu menghibur penonton (entertaining), dan
e. Mampu menakuti penonton.
Pola siaran selalu dijadikan awal atau dasar dalam menyusun program
siaran.Pola siaran merupakan pola penyusunan mata acara yang
memuat penggolongan, kelompok hari, waktu, dan frekuensi siaran
setiap mata acara dalam suatu periode tertentu, dan ini dijadikan
panduan dalam penyelenggaraan siaran.
Dilihat dari penggolongan penyelenggaraan siaran televisi,
penyelenggaraan siaran itu terdiri dari lima kategori, yakni:
1. Televisi yang berazaskan siaran umum (general television)
2. Televisi yang berazaskan siaran pendidikan (instructional TV /
educational TV)
3. Televisi bukan siaran (close circuit)
4. Televisi kabel/televisi berlangganan
5. Televisi pemberitaan
2) Arahan pola siaran. Untuk memolakan suatu acara siaran dibutuhkan
wawasan arahan penyiaran program. Dari arahan itu diharapkan akan
bersangkutan. Arahan penyiaran televisi juga dimaksudkan sebagai
rambu-rambu kebijakan pola siaran.
Di bawah ini ada delapan pedoman arahan penyiaran televisi, yaitu:
1. Penyiaran televisi diharapkan dapat menggalang dan
menyalurkan pendapat umum yang konstruktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk
menjaga kelestarian persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
2. Dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan kecerdasan
kehidupan bangsa.
3. Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa.
4. Dapat menangkal pengaruh buruk terhadap tata nilai
perikehidupan bangsa Indonesia yang beraneka ragam.
5. Dapat meningkatkan peranan bangsa dan negara di
tengah-tengah pergaulan antarbangsa dalam ikut melestarikan
ketertiban dunia.
6. Meningkatkan pembangunan watak, kepribadian bangsa,
harkat, dan martabat manusia.
7. Dapat menimbulkan kesadaran hukum dan terpeliharanya
ketertiban umum serta rasa kesusilaan.
8. Dapat meningkatkan upaya bagi suksesnya pembangunan
3) Perubahan pola acara. Pola acara siaran dapat diubah sesuai keadaan.
Kendati demikian, sebaiknya perubahan tidak sering dilakukan, karena
dapat mengurangi simpati penonton.
Secara teknik pelaksanaan, antara pola acara siaran dan pola
pemprograman siaran perlu dibedakan.Yang dimaksud dengan pola
acara siaran adalah urutan acara dalam hitungan setiap hari dan setiap
minggu.Sementara pola pemprograman lebih pada kebijakan siaran
secara umum dan menyeluruh.
Ada dua alasan mendasar mengapa ada perubahan pola acara.Pertama,
penempatan susunan acara harian dan mingguan ternyata tidak
tepat.Kedua, ada acara-acara tertentu yang berbenturan antara stasiun
yang satu dengan stasiun lainnya.
4) Bahan program. Bahan program siaran didapat dari budaya yang
dimiliki oleh manusia. Manusia bisa berpikir, punya akal, punya
peradaban, serta punya kepandaian. Mereka juga punya budaya, dan
dari budaya itulah program siaran televisi bisa dipetik.
Kelompok terkecil kehidupan manusia adalah keluarga.Kita bisa
mengambil butir-butir kehidupan keluarga bersangkutan.Ada tentang
keharmonisan keluarga, ada kegagalan kehidupan keluarga, juga ada
Kalau butir-butir kehidupan manusia memerlukan hiburan, sesuatu
yang rileks, maka seni suara, seni musik, seni tutur yang ringan, dan
komedi jadi bisa diketengahkan.
Manusia perlu hidup sehat, karena itu olahraga bisa menjadi suguhan
yang sangat menarik.Pendidikan formal juga sangat menarik
disuguhkan apabila bisa disusun secara menarik pula.Begitu juga
pendidikan nonformal.
5) Sistem penempatan program siaran. Yang dimaksud dengan sistem
penempatan program siaran, masing-masing adalah:
Program tahunan.Perencanaan program tahunan berpijak pada tahun
berlakunya manajemen stasiun televisi bersangkutan.Isi program
tahunan mengacu pada peristiwa-peristiwa penting setiap bulannya,
sehingga peristiwa penting itu bisa dijadikan sebagai panduan tema
siarannya.
Program pekanan atau mingguan.Yang dimaksud sebagai program
pekanan atau mingguan adalah susunan program siaran dalam setiap
minggunya.Atau lebih rinci lagi susunan mata acara dari Senin sampai
Minggu, konfigurasi acara harian dari menit ke menit, dan penggunaan
studio untuk penyelenggaraan operasional siaran – siaran langsung
pekanan adalah dari pola tahunan. Dengan dasar ini sistem penyiaran
akan berjalan berseiring dengan pelaksanaan di lapangan.
Program harian.Penyusunan program harian didasarkan pada berapa
banyak bahan siaran yang tersedia. Ketersediaan bahan ini bisa berupa
bahan jadi (istilahnya: completed program atau canned product), bisa
pula berupa bahan siaran yang harus diproduksi terlebih dahulu.
B. Tinjauan Tentang Televisi
1. Pengertian Televisi
Televisi secara etimologis berasal dari kata “tele” yang artinya jauh
dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh prinsip
radio dan penglihatannya oleh gambar13. Dengan demikian televisi yang
dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat
jauh disini yaitu dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat
(studio televisi) dan dapat dilihat dari tempat “lain” melalui sebuah perangkat
penerima (televisi set).14
Kata televisi terdiri dari kata ”tele” dan ”visi”. Tele dalam bahasa
Yunani mempunyai arti ”jarak” sedangkan Visi dalam bahasa Latin
13
Lathief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, Cet. ke-2, Firma Rimbow, Medan : 1989, hal. 221
14