TRANSKRIP WAWANCARA MATA NAJWA Eps. “PEJABAT KEKINIAN”
Rabu, 9 Maret 2016
OPENING
Selamat datang di Mata Najwa. Saya Najwa Shihab, tuan rumah Mata Najwa.
Menjadi pejabat hari ini memang mesti menyesuaikan diri dan kondisi.
Piawai memanfaatkan media sosial sebagai alat paling actual agar sosok dapat terus dijual.
Tapi kerja sebenar-benarnya butuh pembuktian, menghasilkan karya nyata tak sekedar duduk
manis di belakang meja.
Jika pemimpin mau menyerap aspirasi, tentu rakyat juga yang akan mengapresiasi.
Karena menjadi gaul saja tidak mencukupi, kepemimpinan harus tahan banting dan uji.
Inilah Mata Najwa, PEJABAT KEKINIAN.
SEGMEN 1
Najwa Shihab : Pemirsa, ia adalah Walikota paling eksis di media sosial seperti Twitter, Facebook dan juga Instagram. Followers Twitter-nya 1,3 juta. Ia juga memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi dengan warga.
--- VT ---
---
Najwa Shihab : Telah hadir di studio Mata Najwa, Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Selamat malam, Kang Emil. Terima kasih sudah hadir di Mata Najwa.
Ridwan Kamil : Selamat malam, mbak Nana.
Najwa Shihab : Pejabat Kekinian, itu topik Mata Najwa malam ini. Dan saya mengundang Anda, kang Emil. Bicara soal kekinian, yang jelas yang paling kini. Yang paling banyak dibahas orang adalah ketika minggu lalu kang Emil konferensi pers, memutuskan tidak akan maju bertarung di Pilkada DKI. Seberapa sulit sesungguhnya, jujur malam ini, setelah seminggu lewat, kang Emil sampai di keputusan itu?
Ridwan Kamil : Betul. Ya saya gak bisa memutuskan hal-hal besar dengan secepat kilat, ya. Saya harus berhitung, saya harus bertanya dan saya harus menghormati aspirasi. Jadi waktu digadang-gadang menjadi calon Gubernur DKI, undangan banyak sekali, dari warga-warga Jakarta, organisasi kemasyarakatan dan tokoh-tokohnya, Pak Presiden, Pak Prabowo, Ketua DPR, MPR, DPD yang menunjukkan antusiasme nasional itu luar biasa.
Najwa Shihab : Membuat ge-er, kang?
Ridwan Kamil : Ge-er ada. Tapi ge-ernya juga kalkulatif ya, karena hasil survey yang masuk ke saya itu ‘kan saya di bawah Pak Ahok dan gak terlalu susah untuk ngejar. Karena saya ‘kan belum buat pengumuman lah ya. Dulu waktu saya di Bandung, itu mulainya hanya 6% tapi dengan teknik macam-macam, kreativitas macam-macam berakhir 45%. Jadi saya tidak khawatir urusan itu. Hanya pr dan masalah terbesar itu waktu saya bertanya ke warga Bandung, nah hampir 90% hasilnya menyatakan warga Bandung tidak rela saya pergi sebelum menyelesaikan masa jabatan.
Najwa Shihab : Jadi pertimbangan utama itu?
Ridwan Kamil : Iya. Puncaknya, saya berdiskusi dengan keluarga. Bagaimanapun saya manusia berkeluarga yang jatuh bangun saya ada juga dukungan dari mereka, terutama ibu saya dan sebagainya. Dan kesimpulannya sama, saya ini baru memulai jadi jabatan yang melayani publik
pertama. Kesimpulannya, saya melakukan keputusan akal sehat. Akal sehat saya mengatakan seperti itu.
Najwa Shihab : Tapi kang Emil, saya ingat, saya menonton konferensi pers kang Emil ketika itu. Dan ada kalimat yang membuat saya bertanya-tanya, khususnya kalimat ini. Kita dengarkan cuplikan ketika kang Emil konferensi pers soal keputusannya tidak maju di Jakarta, berikut ini.
--- Cuplikan konferesi pers Ridwan Kamil ---
Ridwan Kamil : Saya maju ke Jakarta, tapi tidak sekarang. Alias saya tidak akan maju menjadi calon Gubernur DKI di 2017. Pertimbangan besar saya hanya satu, tugas saya belum selesai di periode pertama.
---
Najwa Shihab : Kalimat awal, “maju di Jakarta tapi tidak sekarang.” Itu artinya kapan? Itu artinya menunggu apa? Berarti sekarang lagi mengumpulkan bekal politik?
Ridwan Kamil : Saya dulu sebelum jadi Walikota Bandung, saya itu Arsitek. 80% proyek saya di Jakarta. Saya dulu itu Penasihat Gubernur, dari zaman Pak Fauzi Bowo untuk bidang arsitektur. Jadi semua bangunan-bangunan besar yang masuk ke Jakarta diperiksa oleh saya dan tim. Saya tuh hafal Jakarta. Saya punya karyawan Tukang Ojek dulu sebelum ada Gojek. Itu menunjukkan bahwa sebenarnya saya hafal Jakarta. Tapi poinnya itu. Kalau pertanyaan tadi…
Najwa Shihab : Tidak sekarang itu maksudnya menunggu tahun 2017?
Ridwan Kamil : Artinya, kalau tugas saya di Bandung sudah selesai, kesempatan itu datang lagi pasti dengan mudah saya ambil keputusan iya. Karena Jakarta dan Bandung ini problemnya sama. Mirip-miriplah.
Najwa Shihab : Dengan skala yang berbeda?
Ridwan Kamil : Ya, dengan skala yang berbeda. Kami (Bandung) penduduknya 2,4 juta, Jakarta mungkin lebih di atas 9 juta. Cuma 60% warga Bandung itu di bawah 40 tahun usianya, bedanya itu. Maka dominasinya belum menikah alias jomblo, ya faktual itu.
Najwa Shihab : Karenanya, Walikota Bandung merangkap jadi Bapak Jomblo Nasional karena itu?
Najwa Shihab : Kang Emil, tapi saya ingin tanya ambisi politik untuk jabatan publik yang lebih tinggi itu Anda miliki?
Ridwan Kamil : Jadi gini, alasan pertama saya jadi Walikota Bandung itu 80% karena saya kesal. Saya dulu Arsitek, saya kerjain proyek di Cina, di Timur-Tengah, jadi Penasihat Walikota sana-sini, eh kota sendiri berantakan. Jadi motivasinya itu. Bahwa nanti setelah saya menunjukkan kinerja ada karir terbuka, naik ke atas atau balik lagi jadi Arsitek bukan sesuatu hal yang menakutkan.
Najwa Shihab : Tapi berarti jawabannya iya? Mungkin saja ada ambisi politik lebih selain
menjadi Walikota?
Ridwan Kamil : Jawabannya betul nanti menjelang akhir, baru saya bisa melihat peta itu serealistis apa.
Najwa Shihab : Baik. Kalau bicara politik, Anda Kang Emil merasa kedekatan politik dengan partai politik mana ya, Kang? Apakah dengan Gerindra yang waktu itu mengusung? Atau dengan PKS?
Ridwan Kamil : Secara komunikasi, karena di Bandung waktu itu saya diusung Gerindra-PKS, tentunya dua partai ini yang paling intens. Tapi karena saya ini Dosen ITB yang sedang cuti dari jabatan, maka saya tidak boleh menjadi anggota partai kecuali keluar dari PNS. Maka sekarang saya belum anggota partai. Tetapi kalau dari komunikasi, sudah sewajarnya karena dua partai ini
yang mendukung saya di Bandung.
Najwa Shihab : Karena kemudian menarik ketika Wakil Ketua Umum Gerindra misalnya membicarakan karir politik Ridwan Kamil. Saya bacakan, katanya alternatifnya ada 2 setelah ini, karir politik Anda Kang Emil, apakah menjadi Gubernur Jawa Barat atau justru menghadapi Pilpres 2019 mendampingi Prabowo Soebiyanto.
Ridwan Kamil : Ya spekulasi orang ‘kan macam-macam ya? 2017 saja tidak terlalu saya fokuskan, 2018 masih jauh, apalagi 2019?
Najwa Shihab : Yang bicara Wakil Ketua Umum Partai.
Najwa Shihab : Kalau sekarang belum terlalu kepengen. Tapi Kang Emil, pilihan-pilihan itu menjadi sesuatu yang Anda bayangkan?
Ridwan Kamil : Pilihan itu semua saya hitung sekarang. Lanjut Walikota Bandung positifnya gimana negatifnya gimana. Jika lanjut Gubernur Jawa Barat, jika 2019 tiba-tiba ada takdir Tuhan yang melamar saya, itu sedang saya hitung. Tapi tidak saya jadikan ambisius, karena saya ini pakai filosofi air aja ngalir nanti ketemu bentuknya. Nanti jadi cangkir, jadi kotak, jadi apa, menjelang akhir-akhir.
Najwa Shihab : Tapi mau kalau diajak jadi Wapresnya Pak Prabowo?
Ridwan Kamil : Kenapa tidak? Tidak menutup kemungkinan.
Najwa Shihab : Kalau Wapresnya Pak Jokowi?
Ridwan Kamil : Kenapa tidak juga?
Najwa Shihab : Mau yang mana?
Ridwan Kamil : Nunggu menjelang-menjelang aja.
Najwa Shihab : Gak mau jawab. Setelah pariwara, kita akan kembali sama Kang Ridwan Kamil, Pejabat Kekinian.
SEGMEN 2
Najwa Shihab : Terima kasih, Anda terus di Mata Najwa. Saya masih bersama Walikota
Bandung, Ridwan Kamil. Kang Emil 2,5 tahun jadi Walikota, apa yang menurut Anda paling menantang selama Anda menduduki posisi ini setelah sebelumnya tidak ada pengalaman di birokrasi sama sekali?
Ridwan Kamil : Adalah mereformasi birokrasi. Karena saya Arsitek, jadi kalau urusan fisik tata kota itu keseharian saya. Makanya quick clean saya, project yang skala pendek. Kalo soal lampu taman itu bukan hal yang susah, tapi yang susah itu merubah birokrasi. Saya lakukan dua hal. Pertama merubah gaya pimpinan. Yang saya lakukan yang namanya “imadia mangun karso” artinya kepemimpinan di tengah (leadership in the middle) saya banyak turun 50 % dilapangan,
mengajak birokrasi berubah, melelahkan tapi alhamdulilah hasilnya memuaskan. Yang kedua saya lakukan adalah going digital, mengunci melawan korupsi dengan online. Misalnya perijinan
alhamdulilah 2013 saya menjabat, ranking kinerja birokrasi kita ratusan diatas 200 dari 500 kota, Desember kemarin kita ranking satu, satu-satunya kota yang nilainya 80 adalah kota Bandung. Ini menyemangati saya bahwa perubahan bisa, bahwa yang dulunya pesimis bisa menjadi sesuatu yang berprestasi. Setelah 17 tahun ga dapat adipura kan kayak nunggu jodoh, setiap lebaran ga datang – datang, setelah 17 tahun kangennya seperti apa, nah tiba-tiba selama 2 tahun kami rubah. Warga Bandung sekarang saya rubah pola pikirnya. Kalau ada sampah pasti dipungut, makanya kami ada gerakan pungut sampah setiap Senin, Rabu, Jumat, peraturan denda-denda saya tegakkan, infrastruktur saya naikkan dan seterusnya. Saya mengayom 1500
tukang gorong-gorong baru dan tukang sampah baru, kemudian saya sebarkan ke kelurahan-kelurahan dengan konsep desentralisasi. 17 tahun alhamdulilah targetnya tahun ini dapat adipura, Tuhan menakdirkan tahun lalu dapat adipura. Jadi poinnya mereformasi di Indonesia butuh pemimpin yang ada di lapangan. Butuh pemimpin yang ada ditengah-tengah pasukan.
Najwa Shihab : itu yang anda temukan ya ?
Ridwan Kamil : itu kuncinya.
Najwa Shihab : dan itu anda terapkan..
Najwa Shihab : Kang Emil, ada yang menarik yang juga kekinian dari kota Bandung, adalah ketika anda membuat pengumuman mengajak orang – orang menjadi Walikota. Kita lihat informasinya berikut ini.
(pemutaran cuplikan video pengumuman mengajak orang menjadi Walikota)
Najwa Shihab : ok cita-citanya apa Kang Emil ? apa maksud dan tujuan cita-citanya mencari teman untuk menemani sehari-hari?
Ridwan Kamil : nilai paling hebat orang Indonesia, khususnya orang Bandung adalah kolaborasi semangat ingin berbagi. Waktu KAA tahun lalu saya minta relawan 3000 yang daftar 15000. Jadi saya sedang memanen nilai-nilai pancasila orang-orang Bandung yaitu berbagi untuk kepentingan kotanya. Tapi kan jaman canggih ga bisa hanya pengumuman lewat surat, saya bikin kayak Facebook. Jadi masuk akunnya daftar dulu tiap hari posting ide. Nanti ide yang paling keren kan untuk kota Bandung, karena ga semua ide harus dari Walikota. Ide juga bisa dari warga.
Ridwan Kamil : lebih dari 300an ide. Jadi malam ini nanti kita pilih. Kita pilih dua 1 di malam ini dan satunya sekitar tanggal 15 nanti.
Najwa Shihab : bisa di pilih malam ini, bisa dipilih di Mata Najwa. Ok jadi yang terpilih ini akan menjadi Walikota sehari?
Ridwan Kamil : Jadi dia akan nemanin saya
Najwa Shihab : jadi ajudan dong maksudnya?
Ridwan Kamil : Nggak maksudnya ikutan berdiskusi ikut ngambil keputusan.
Najwa Shihab : ok tapi bukan di suruh- suruh kan ?
Ridwan Kamil : semua boleh berbagi kecuali istri ga boleh.
Najwa Shihab : ok, kan udah ngasih ide nih, tugasnya apa nih sebagai Walikota sehari?
Ridwan Kamil : nah ini artinya dia akan mengeksekusi gagasannya itu. Saya sedang melatih warga, your city is your responsibility. Kota mu tanggung jawab kamu bukan tanggung jawab pemerintah. Yang merubah dunia ini ada 4. Yang pertama pemerintah dengan political power, pebisnis dengan capital power, civil society dengan social power, yang keempat media dengan information power. Jadi sekarang saya sedang melatih civil society supaya bertanggung jawab, punya masalah kasih gagasan dong jagan diam.
Najwa Shihab : jadi cuman sehari nih nemenin Kang Emil?
Ridwan Kamil : ya kalo 2 hari kasian dianya juga
Najwa Shihab : sehari digaji nggak ?
Ridwan Kamil : saya kan punya uang operasional, nanti saya tanya ke dia butuh duit nggak?
Najwa Shihab : jadi boleh ya saya minta diumumkan dong?
Ridwan Kamil : boleh, oleh tim juri saya sudah pilih satu
(pengumuman pEmilihan warga yang akan menemani Ridwan Kamil sebagai Walikota sehari) Najwa Shihab : Kang Emil ini keaktifan anda di media sosial apakah lewat Twitter, Facebook, lewat Instagram ketika kemarin mengumumkan jadi atau tidaknya ikut DKI juga anda umumkan lewat berbagai media sosial. Kita ada cuplikan berbagai aktifitas Ridwan Kamil di media sosial,
berikut ini.
Najwa Shihab : dari mulai ngomongin jomblo, ngomongin macam-macam, itu chanel-chanelnya dibagi seperti apa, apa ada yang khusus Instagram atau apa?
Ridwan Kamil : semua saya pegang sendiri, karena sebelum saya jadi Walikota saya sudah terbiasa multi-tasking, kerjaan beres, media sosial juga beres. Jadi Walikota juga sama, ada waktu kosong saya bisa media sosial, di jalan tol juga saya bisa.
Najwa Shihab : Kang Emil kenapa menjelaskan ini? Apa karena banyak yang protes kok kayaknya ngetweet melulu gitu ?
Ridwan Kamil : nah saya ingin ngasih tau ya bahwa kalo pejabat banyak aktif di media sosial bukan berarti produktifitasnya rendah, atau pejabat yang tidak punya media sosial produktifitasnya lebih tinggi. Ukurannya nanti di akhir tahun serapan anggarannya berapa, ukuran kinerja birokrasi, jadi duanya bisa dilakukan. Saya ingin membuktikan kalo dua-duanya itu bisa dilakukan bersamaan.
Najwa Shihab : jadi anda memanfaatkannya untuk apa saja?
Ridwan Kamil : saya mengkhususkannya untuk good news, jadi saya gak akan galau-galau yang lebay gitu ya. Jadi intinya saya selalu positif news. Dan yang menarik temuannya satu, contoh ya kalau saya posting serius yang komen dikit. Ni contohnya kalau saya posting “hei warga Bandung tahun ini kita menang adipura” yang komen cuman 500 tapi kalau saya posting “hei jomblo-jomblo marilah kita menikah sebelum terlambat”, yang komen 5000. Jadi kesimpulan
saya pesan serius harus dibungkus dengan tata bahasa tata bahasa yang santai dan humoris, itu ciri orang Indonesia.
Najwa Shihab : tapi anda merasakan betul manfaat menggunakan media sosial paling tidak untuk berkomunikasi menampung aspirasi ?
Ridwan Kamil : oh banyak sekali, komplain warga sekarang bisa ditampung di media sosial. Sekarang Bandung adalah salah satu kota pertama yang dinas-dinasnya harus punya Twitter. Sebelum dinasnya menggunakan Twitter, itu komplainnya ke saya ribuan. Sekarang sudah terdistribusi dengan baik. Setiap komplain ada media sosialnya jadi saya bisa cek kalau keefektifan ini menunjukan kalau berinovasi memanage kota atau negara ini dengan komunikasi yang interaktif itu jauh lebih efektif. Mending punya pejabat yang mudah dihubungi atau pejabat yang susah dikontak atau dihubungi
Ridwan Kamil : modal jempol aja.
Najwa Shihab : berikut kita lihat apa tanggapan warga tentang sosok Ridwan Kamil, atau Kang Emil, kita lihat cuplikannya.
(pemutaran video cuplikan )
SEGMEN 3
Najwa Shihab : pemirsa mari kita ke Jawa Tengah. Ada Gubernur yang kerap menyita perhatian dengan gayanya yang dekat dengan warga. Media sosial ia jadikan salah satu sarana.
(cuplikan video tentang Ganjar Pranowo saat melakukan sidak pada beberapa instansi di Jawa Tengah, serta keterlibatannya di tengah masyarakat Jawa Tengah).
Najwa Shihab : Pemirsa telah hadir di studio Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah. Selamat malam Mas Ganjar, terimakasih sudah bergabung di Mata Najwa. Bagaimana kabarnya mas, Sehat – sehat ?
Ganjar Pranowo : selamat malam mba Nana, Alhamdulilah sehat.
Najwa Shihab : tadi pagi sempat melihat kemeriahan gerhana secara langsung, atau di televisi ?
Ganjar Pranowo : sempat melihat di pondok pesantren Assallam di Solo, pagi ngintip dulu disana, pagi bareng-bareng jam 6, ramai, anak-anak pada ngeliat semua.
Najwa Shihab : terus habis itu ?
Ganjar Pranowo : habis itu naik sepeda dari solo ke Tawang Mangu.
Najwa Shihab : berapa jauh itu mas ?
Ganjar Pranowo : 60 kilo ada
Najwa Shihab : sudah biasa ya mas ?
Ganjar Pranowo : oh biasa itu, dulu di Bandung sama Kang Emil ya kan, itu kurang lebih 20 kilo ya ?
Ridwan Kamil : iya , kurang lebih 20 kilo.
Najwa Shihab : itu siapa yang bonceng ?
Najwa Shihab : oh masing – masing sendiri ? kirain ada yang bonceng. Tapi yang jelas ini menarik. Pejabat Kekinian. Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil. Ganjar Pranowo dengan sejak awal selalu aktif di media sosial, tapi saya ingin bahas, terakhir bertemu di balai kota kan ?
Ridwan Kamil : Iya betul, bertiga sama pak Ahok.
Najwa Shihab : ini ada cuplikan, dimana terakhir kali Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo dan pak Ahok bertemu.
Ridwan Kamil : dan kami bertiga bersahabat.
Najwa Shihab : sudah ada kode – kode bersahabat. Berikut kita lihat cuplikannya
(cuplikan video pertemuan Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo dan Ahok)
Najwa Shihab : saling mendukung, tidak ada unsur kompetisi sama sekali ? saya membayangkan pemimpin daerah itu saling mendukung tapi harus ada kompetisi sama sekali kalau daerah saya itu harus lebih baik, saya harus lebih menonjol, saya harus lebih merakyat, Mas Ganjar ?
Ganjar Pranowo : iya lah, kita ngobrol sebelumnya ya, tapi rahasia ya.
Najwa Shihab : apa yang rahasia? Saya mau tau yang rahasia.
Ganjar Pranowo : Nggak, masa rahasia diomongin ? jadi di dalam, kita sebelumnya bicara, share apa yang sebelumnya menjadi pengalaman masing – masing. Ya pengalaman Bandung sebagai kota, pengalaman Jakarta yang istilah saya Jakarta itu bukan Gubernur ya, tapi Walikota besar. Gubernur enggak, jadi Walikota tapi besar.
Najwa Shihab : ini kayaknya merendahkan posisi Gubernur Jakarta.
Ganjar Pranowo : tidak dong, kan dia khusus undang – undangnya. Tidak merendahkan justru meninggikan.
Najwa Shihab : ini kalo politisi yang ngomongnya gitu.
Ganjar Pranowo : nggak, ini kan Walikota besar, jadi meninggikan dan membesarkan. Kalau saya kan nggak. Kang Emil berapa penduduk ?
Ridwan Kamil : 2, 6 jutalah.
Ganjar Pranowo :2,6 juta, luar biasa. Kalau pak Ahok berapa ?
Ridwan Kamil : diatas 10
Ganjar Pranowo : Diatas 10, luar biasa
Ganjar Pranowo : cuman 35 juta
Najwa Shihab : 35 juta, hahaha, ini saya membacanya, ini berarti masalah Jawa Tengah dibandingkan dengan masalah Kota Bandung atau dibandingkan dengan Jakarta, itu lebih besar masalah yang dihadapi Ganjar Pranowo, itu kan maksudnya?
Ganjar Pranowo : kan kelihatan rambut saya sampai ubanan ginikan ? ini ada teman – teman dari Jawa Tengah juga melihat. Kita mikir setiap hari ada persoalan, uban tumbuh 13, satu selesai tumbuh 13. Tapi kita belajar dari teman- teman yang punya nilai kompetisi untuk memperbaiki republik itu kan baik kan. Kita melihat pengalaman teman – teman dan kemudian kita berbagi.
Itu sebelum kita bertiga diluar kan kita ngobrolin soal itu .
Najwa Shihab : soal itu ? jadi Rahasianya itu ? tapi yang tadi menarik di awal ketika kang Emil bilang, apapun yang di sampaikan di media sosial, itu semua kutiplabel.
Ridwan Kamil : ya fenomena ini terjadi setahunanlah. Jadi dulu ngasi informasi ada press release, ada press conferrence, wawancara di radio, di koran. Sekarang kita ngetweet atau posting di Facebook dikutip juga sebagai berita. Nah fenomena baru ini kami sebagai pejabat publik kami berhati-hati, makanya seiap ngasi tweet, itu pasti akan dikutip. Jadi dengan kesadaran, kita tau konsekuensi.
Najwa Shihab : tapi itu berarti jaminan bahwa apa yang keluar di media sosial yang dipegang oleh Ganjar Pranowo, akunnya Ridwan Kamil, itu memang murni ?
Ridwan Kamil : betul.
Ganjar Pranowo : Maksudnya Gimana Mba Nana?
Najwa Shihab : maksudnya bukan titipkan di ajudan atau siapa misalnya?
Ganjar Pranowo : Gak lah, ajudan saya ga bisa pakai Twitter.
Najwa Shihab : hahah, malah lebih canggih Gubernurnya ya.
Ganjar Pranowo : oh iya dong, kalau kita gak lebih canggih kita gak kepilih ya ?
Najwa Shihab : tapi saya orangnya butuh pembuktian, bahwa itu bukan admin, tapi itu betul-betul jempol sendiri. Inikan lagi live di Mata Najwa, jadi saya mau bukti dong live tweet di Mata
Najwa Boleh nggak ?
Ganjar Pranowo : ehh nantang ini
Ridwan Kamil : oke, terus dikirim ?
Najwa Shihab : iya nanti dikirim ke akun Mata Najwa, jadi ada interaksi, jadi pemirsa Mata Najwa juga melihat dan mention dari foto selfie ini, apasih yang kira-kira ada saling mendukungnya atau ada unsur kompetisinya. Bagaimana ?
Ganjar Pranowo : oke tapi ini background nya dimana nih
Najwa Shihab : oke bisa disini aja Mas Ganjar.
(Adegan selfie)
Najwa Shihab : oke sudah selesai, jadi tolong di tweet ke akun Mata Najwa, jadi siapapun yang menyaksikan Mata Najwa malam hari ini silahkan langsung ke akun Twitter Mata Najwa sehingga dapat menilai dengan apa yang terlintas di dalam benak anda tentang kedua pejabat ini, akan ada hadiah khusus dari Mata Najwa, kita break, kita kembali sesaat lagi.
SEGMEN 4
Najwa Shihab : pemirsa kita kembali ke Mata Najwa, masih dengan tema Pejabat Kekinian, disini saya ditemani dua orang pemimpin, ada Kang Emil Walikota Bandung, dan juga ada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Najwa Shihab : Mas Ganjar, Pejabat Kekinian. Apa hal atau isu kekinian yang menurut anda perlu diketahui orang tentang provinsi yang anda pimpin sekarang, Jawa Tengah?
Ganjar Pranowo : kalau kita melihat, kemarin sampai hari ini saya masih kecapekan karena banyak investor masuk ke Jawa Tengah, karena Jawa Tengah mungkin menjadi alternatif tempat yang bagus. Masyarakatnya oke. Biasanya tiap tahun ada demo buruh tapi tahun ini alhamdulilah gak ada. Teman – teman buruh di Jawa Tengah bilang “ Mas Ganjar saya kasi kado ya, soalnya tahun ini untuk pertama kali kita gak demo” begitu katanya. Yang kedua wisata ya. Wisata di tiap kabupaten – kota rata-rata punya potensi. Ada Karimun Jawa, ada Dieng, Borobudur gak perlu diomongin lagi kali ya, terus kemudian Sangiran yang sekarang lagi kita tata. Kebetulan kita kerja sama dengan Kementrian, dan ini yang mau coba kita dorong. Jadi masyarakat banyak
tanya ke saya via Twitter itu, infrasrtuktur dan angka kemiskinan di tiap kabupaten – kota dan kita masih punya 15 yang warnanya merah, sedangkan kabupaten – kota kita ada 35. Ini yang
Najwa Shihab : Mas pr besar itu tantangan. Kalo kita kaitkan dengan bagaimana gaya memimpin Ganjar Pranowo apakah di media sosial, apa di keseharian, seberapa jauh anda dikenal atau terkenal itu membantu anda dalam menjalankan tugas-tugas ini?
Ganjar Pranowo : dikenal atau tidak saya rasa itu bukan urusan ya. Kalau kemudian dalam konteks bekerja ya, saya meminta kepada SKPD saya, walaupun ini memang barang baru tapi biasanya birokrasi itu lebih kepada memakai baju safari, kemana- mana cacat karena gak bisa buka pintu sendiri, selalu minta dibukain, terus kalau datang di sambut rombongan, orang datang berbondong – bondong. Kalau saya nggak, saya bilang saya nggak mau dianterin, saya bilang saya mau sendiri. Nah ternyata ini merubah sikap, merubah perilaku, terus kemudian mereka mulai mengikuti gaya saya. Ketika mereka mengikuti gaya saya, harapan saya mereka lebih dekat dengan masyarakat dan mereka harus terlibat dengan segala persoalannya. Nah repotnya nanti kalu kita sudah berhubungan dengan kawan – kawan di kabupaten – kota. Kalau sudah begitu saya harus mau untuk membuka komunikasi, membuka ruang, membuka waktu untuk menyampaikan kepada mereka dan kita menunggu jawabannya. Supaya seluruh persoalan hari ini, misalnya Walikotannya Kang Emil, maka lapornya langsung Ke Kang Emil. Itu ada masyarakat yang bilang, lah pak saya mau ketemu Bupati, takut sama satpol PP, mau lewat medsos Bupatinya gaptek, lah paling gampang ketemu Gubernur.
Najwa Shihab : karena itulah, mengapa ketika waktu melantik Bupati, pesan anda seperti itu, seluruh Bupati harus punya akun media sosial?
Ganjar Pranowo : oh nggaklah gak harus
Najwa Shihab : oh jadi nggak harus ya ?
Ganjar Pranowo : ya kan waktu itu kan saya bilang saya menghimbau.
Najwa Shihab : Kenapa tidak diwajibkan saja ?
Ganjar Pranowo : begini, kita mengharuskan tapi juga jangan sampai menyiksa. Kadang – kadang mereka bisa berinovasi, punya gaya komunikasi yang berbeda.
Najwa Shihab : tapi apa iya pesan anda secara spesifik seperti itu ?
kemudian bisa membuka ruang komunikasi lebih banyak kepada masyarakat. Boleh pake radio, boleh pake televisi, terserah yang anda mau.
Najwa Shihab : termasuk mempublikasikan kegiatan di Youtube ya Mas Ganjar. Salah satunya yang menarik adalah ketika humas Jateng mengunggah video di Youtube, yang ini tentang Ganjar Pranowo.
Ganjar Pranowo : yang mana itu, ngeri nggak ?
Najwa Shihab : hahaha Yang ini, kita saksikan bersama
(cuplikan video Ganjar P ranowo menolong korban kecelakaan lalulintas)
Najwa Shihab : Mas Ganjar, itu belum lama ini kan ? belum lama ini dan sempat heboh ketika kecelakaan, dan anda kebetulan ada di jalanan, dan kemudian anda yang teriak- teriak agar ditolong. Jadi apapun yang melibatkan anda, termasuk terlibat menolong orang yang kecelakaan, anda upload ke media sosial?
Ganjar Pranowo : Gak lah , gak tau tuh yang masukin siapa?
Najwa Shihab : Yang memasukan Humas Pemprov Provinsi Jateng
Ganjar Pranowo : ya barangkali.
Najwa Shihab : tapi keterbukaan sampai segitunya ?
Ganjar Pranowo : gak lah, gak selalu. Kadang – kadang, nanti terlalu genit ya jika semua hal dimasukkan, saya juga gak mau. Cuman waktu itu memang ada teman-teman media yang kumpul komplit, terus kemudian pada saat saya lewat ada kecelakaan, sudah magap-magap gitu, ga ada yang nolongin, cuman teriak-teriak, saya buka jendela mobil, saya da da da da gitu, saya tanya apa itu? Ada kecelakaan pak, tolong dulu – tolong dulu pak, gitu. Terus saya lihat kok gak ada yang nolong, jadi saya berhenti. Saya gak sadar aja kalo ada yang merekam itu. Saya baru tau kalo ada itu.
Najwa Shihab : Baru tau ya ?
Ganjar Pranowo : iya, gara- gara Mata Najwa ini
SEGMEN 5
(Video cuplikan tanggapan warga atas kinerja Ganjar Pranowo)
Najwa Shihab : terimakasih, anda terus di Mata Najwa, malam ini saya bersama dua pejabat dan Pejabat Kekinian itu topik Mata Najwa malam hari ini ada Kang Emil dan Juga Mas Ganjar Pranowo. Saya akan perkenalkan dua orang teman saya malam hari ini yang saya ingin minta komentar mereka tentang dua sosok pejabat ini. Ada direktur eksekutif CSAF mas Philip Timoti, selamat malam terimakasih sudah hadir di Mata Najwa dan kemudian ada direktur Komunikasi Indonesia Indikator, Rustika Herlambang, Mba Tika. Selamat malam, terimakasih sudah hadir di
Mata Najwa.
Najwa Shihab : saya mau ke Mba Tika dulu. Pejabat Kekinian. Apa sih yang kekinian dari kedua Pejabat Kekinian kita ini ?
Tika Herlambang : Ya Pejabat Kekinian. Pertama, Mas Ridwan Kamil dan Mas Ganjar memiliki satu fenomena yang cukup menarik. Yang kedua, keduanya adalah orang yang sangat sadar dengan media, berikutnya keduanya bisa menggunakan media sebagai sarana untuk berpartisipasi atau mengajak partisipasi masyarakat. Yang ketiga Mas Ganjar dan pak Ridwan Kamil itu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik di depan publik.
Najwa Shihab : Pemimpin sadar media itu penting nggak mba Tika ? ini dua-duanya sangat sadar media ?
Tika Herlambang : Betul, sangat sadar media dan jangkauan pemberitaannya tidak hanya di wilayah mereka tapi sudah be on the region, jadi kalau mereka mau naik pangkat atau naik tingkat, nah mereka sudah punya potensi disitu.
Najwa Shihab : jadi misalnya Kang Emil tidak hanya ngetop di Bandung Jawa Barat,tapi juga di luar. Mas Ganjar juga seperti itu.
Tika Herlambang : Demikian juga. Jadi keduannya memiliki jangkauan persebaran berita sehingga daerah – daerah lain suka mengutip atau mengintip apa yang dilakukan oleh Ridwan Kamil, apa yang dilakukan Mas Ganjar, menirunya atau membicarakannya di daerah sana,
pemberitaan negatifnya kecil dibandingkan dengan pemberitaan lainnya, itu dia media genik kalau menurut saya.
Najwa Shihab : tapi secara politik kan itu bisa serba salah kan. Pejabat kalau dianggap terlalu media genik bisa dianggap wah pencitraaan, bisa dianggap jagonya pencitraan. Jadi bisa serba salah kemudian bisa juga bagaimana yang ini memang kerja, yang ini memang kepentingan media. Bagaimana kalo menurut Mas Philip?
Philip Timoti : ah kalau saya lihat sebenarnya begini, pada akhirnya kinerja yang menentukan, tadi Kang Emil udah bilang. Tapi yang menarik sebetulnya, tadi mereka bilang mau bekerja
sama tapi media sosial itu sebetulnya membuat mereka ini berkompetisi. Karena rakyatnya membandingkan. Orang di sekitar Surabaya pasti membandingkan. Kok kota saya nggak seperti kotanya Ibu Risma, misalnya seperti itu. Atau kota Jakarta misalnya melihat Kang Emil ramah tamah, tapi orang Bandung melihat Kang Emil kurang keras, misalnya dibandingin dengan Pak Ahok. Pada akhirnya melalui media sosial sebenarnya mereka saling berkompetisi. Dan menurut saya yang penting, kedepan ini pimpinan kita akan datang dari daerah-daerah. Pak Jokowi sudah memulai, kemudian sekarang kita punya banyak pemimpin daerah yang bagus-bagus sehingga kira-kira 5-10 tahun lagi kalo Pilpres kita sudah punya banyak calon –calon dari Walikota, Gubernur dari daerah karena sekarang eranya itu era pelayanan publik, jadi orientasinya udah pelayanan publik, bukan lagi urusan politik yang tinggi. Orang mau liat apakah hari ini jauh lebih baik atau tidak, dan dua orang ini saya pikir mudah-mudahan atau kapan dapat bertarung di level yang lebih tinggi.
Najwa Shihab : satu pertanyaan lagi untuk mas Philip. Tadi di awal disebutkan bahwa saling mendukung. Tapi anda membaca tidak, adanya unsur persaingan diantara pemimpin-pemimpin ini?
Phiplip Timoti : ada dong, mereka pasti berkompetisi kok. Karena politisi itu tujuannya kalau karir ya, pasti ingin menjadi Presiden, nggak ada poitisi yang bilang “ah saya karirnya cukup segini aja, atau sampai di sini aja” yang jelas mau jadi Presiden. Tapi itu baik ya bukan hal yang buruk. Yang jelas mereka harus membutikan di daerah masing – masing. Tadi Kang Emil juga saya kira dah bilang kalu takdirnya harus ke sana ya pasti akan maju dan itu di buka, gak
malu-malu kayak yang lain.
Philip Timoti : Kalau Mas Ganjar mungkin bisa ditanya sekarang.
Ganjar Pranowo : Malu dong , masih malu
Ridwan Kamil : kalo dia malu – maluin
Najwa Shihab : tapi sangat sah dan sangat wajar kalau punya ambisi politk lebih ?
Philip Timoti : kalo misalnya yang bertarung orang-orang baik, yang untung kan rakyat seperti kita kan. Karena kita akan memilih dari antara yang baik – baik.
Najwa Shihab : kita akan break setelah pariwara, tetaplah di Mata Najwa.
SEGMEN 6
Najwa Shihab : terimakasih anda masih di Mata Najwa. Tadi sebelum headline news, kita udah selfie bareng-bareng, sudah di tweet di akun Mata Najwa. Udah banyak yang retweet ya kang ? Ridwan Kamil : 4200an retweet
Najwa Shihab : ini bukti bahwa memang eksisnya maksimal sekali ya Kang ?
Ridwan Kamil : 4200an retweet dan 4300 like.
Ada beberapa kita bisa tunjukan ga apa komentar orang – orang soal yang tadi.
(cuplikan komentar orang tentang foto selfie )
Najwa Shihab : emang orang – orang Indonesia kalau di kasih sesuatu kayak gini cepat banget kreatifnya ya mas Ganjar ?
Ganjar Pranowo : oh iya. Jadi fenomena-fenomena yang muncul itu. Ternyata partisipasi masyarakat terhadap apa yang keluar di media, khususnya media sosial kan gratis ya, dan itu sangat tinggi sekali antusiasmenya. Maka kemudian kalau kita menggunakan itu sebagai pejabat publik, itu kita bisa merespon sebuah peristiwa dengan kejujuran, kecuali haters. Tapi kalo seperti ini artinya dari yang istilahnya jadul kemudian bergeser ke era digital, masyarakat sudah dengan ikhlas untuk ikut begitu.
Najwa Shihab : ada beberapa kutipan bagaimana Ganjar Pranowo menggunakan media sosial Twitter, kita lihat berikut ini
Najwa Shihab : dari apa yang anda lakukan ini, apa hal yang paling efektif, atau bukti yang paling efektif ketika anda menggunakan media sosial ini, dalam menangani persoalan-persoalan publik lewat saluran – saluran seperti ini?
Ganjar Pranowo : Oh banyak. Kalo kasus yang terjadi saya pernah copot orang karena di Samsat dia minta duit sama masyarakat dan ada yang lapor dan masyarakatnya pintar kemudian lapor “pak ini kami dimintain duit” kalo memang kamu dimintain duit coba fotoin orangnnya. Kemudian difotokan tapi mungkin fotonya dari bawah, kemudian saya terima fotonya. Saya kontak pimpinannya kemudian pimpinannya bilang “ ya siap pak “ kemudian di copot orangnya. Lalu ibu-ibu katanya diusir dari rumah anaknya, dia tidur di pos ronda, tidak lebih dari dua jam sudah diambil terus ke resos. Ada orang yang kena kanker di tangannya segede bola gak diambil, saya telpon sama Bupatinya dan sangat menyebalkan karena Bupatinya bilang, “siap pak, mohon petunjuk” ,lah hari gini kok mohon petunjuk.
Najwa Shihab : Bupati mana tuh Mas kalau boleh tau
Ganjar Pranowo : ada deh, mau tau aja.
Najwa Shihab : sebut dong kalau menyebalkan
Ganjar Pranowo : jangan-jangan, kan kasian. Jadi lanjutnya saya jemput, saya bawa kerumah sakit dan minta untuk diselesaikan. Jadi banyak masalah dapat terselesaikan, termasuk tadi komplain-komplain jalan rusak, pungutan disekolah, banyak laporan BPJS, PLN knapa listrik
saya mati, PDAM dan lain-lain.
Najwa Shihab : hal – hal keseharian yang di tangani ?
Ganjar Pranowo : rakyat itu permasalahannya yang keseharian, kecuali yang elite
Najwa Shihab : kecuali elite ya. Dan rata – rata yang mengadu ke Walikota, Gubernur, memang orang –orang yang membutuhkan jawaban keseharian secara real. Kita kasih tepuk tangan untuk Ganjar Pranowo. Saya minta komentar Kang Emil sekarang, apa yang paling real nih ?
lebih rileks, karena semua dinas saya udah melek media sosial, dan saya bikin budaya baru kalo kerja harus pake foto, before and after .
Najwa Shihab : oke. Kang Emil itu kemaren sempat ada yang heboh kan yang melibatkan kang Emil dengan pemkot Surabaya. Sempat ada yang heboh, yang ramai di media sosial, kita lihat berikut ini
(cuplikan video)
Najwa Shihab : katanya telalu baper, bawa- bawa perasaan saat berurusan dengan pemkot Surabaya. Oke saya akan minta apa tanggapan kang Emil, tapi setelah yang satu ini, tetaplah di Mata Najwa, Pejabat Kekinian.
Najwa Shihab : Pejabat Kekinian, kang Emil betul kemaren itu terlalu baper, bawa perasaaan ?
Ridwan Kamil : gini ya dalam perspektif kita ya, menyelesaikan masalah itu bisa multi platform. Bisa via telpon, via fax surat menyurat, bisa juga dengan media sosial. Kan tadi udah banyak disampaikan, kita banyak menyelesaikan masalah dengan secuil, satu paragraph, selesai urusan.
Najwa Shihab : atau jangan –jangan menciptakan masalah baru dan yang kemaren itu malah masalah baru ?
Ridwan Kamil : kalau masalah baru, itu persepsi. Jadi ada pihak –pihak yang tidak terbiasa melihat cara penyampaian komunikasi, penyampaian solusi dengan cara seperti ini, jadi saya terima. Tapi ternyata persepsinya berbeda, di forum ini saya minta maaf, karena bonek – viking
ini bersaudara, tetap harus dipertahankan.
Najwa Shihab : oke, jadi ini hanya kesalahpahaman ?
Ridwan Kamil : iya betul, tapi tidak mengurangi faktanya.
Najwa Shihab : mba Tika saya tau lembaga anda punya semacam rapot begitu. Bagaimana rapot dua Pejabat Kekinian kita ini kalau kita liat dari segi penggunaan media sosial dan kemanfaatannya untuk publik, jadi tidak hanya sebatas untuk eksis tapi untuk publik.
Tika Herlambang : ok ya, jadi kalau kita mau tau juara ngetweet diantara mas Ganjar dan Kang Emil, yang menang adalah mas Ganjar, karena dalam satu bulan, bulan Februari yang 29 hari saja mas Ganjar melakukan lebih dari 2000 postingan Twitter.
Tika Herlambang : iya 2000 tweet, tapi untuk respon terhadap postingan lebih banyak didapatkan Ridwan Kamil dengan 118.000 lebih respon dalam sebulan. Dari setiap postingan, 21% postingan Ganjar Pranowo tentang pilkada DKI Jakarta, dan untuk hal yang sama diungguli oleh Ridwan Kamil dengan 64,3%. Dilihat dari jenis kelamin para perespon, postingan Ridwan Kamil direspon oleh 56% dan 44% perempuan sedangkan Ganjar Pranowo direspon oleh 61% laki-laki dan 39% perempuan
Ganjar Pranowo : tapi ini ga ada hubungan sama LGBT ya
Tika Herlambang : Dilihat dari usia para perespon, postingan Ridwan banyak di respon oleh
pengguna Twitter dengan usia 26-35 tahun.
Najwa Shihab : Oke mba Tika waktunya sudah selesai, nanti kalu untuk lebih detailnya saya bisa mempertemukan bersama mas Ganjar dan Kang Emil untuk hasil lebih lanjut.
CLOSING
Najwa Shihab : Kang Emil trimakasih sudah hadir di Mata Najwa, Mas Ganjar trimakasih sudah mau hadir, dan terimakasih paling besar adalah untuk anda yang sudah menyaksikan Mata Najwa malam hari ini. Saya Najwa Shihab undur diri, selamat malam dan sampai jumpa.
CATATAN NAJWA
Pejabat masa kini harus siap menghadapi kritik dan cercaan sana sini.
Karena arus informasi mengalir dengan kencang, interaksi pun menjadi lebih gampang.
Apalagi sekarang zamannya digital, kurang lengkap jika tidak eksis di media sosial.
Kerja dan hasil karya cepat disosialisasikan, kritik dan keluhan dapat langsung disampaikan.
Persoalan riil bisa langsung ditanggapi, birokrasi dipaksa sigap memberi solusi.
Pejabat lebih mudah dijangkau rakyat seakan-akan nyaris tanpa sekat.
Tak salah juga menjadi terkenal, jika diimbangi dengan kerja yang total.
Kini tinggal mengutamakan realisasi, membuktikan semua janji dan kerja tanpa basa basi.