TENTANG JOKO WIDODO DI MEDIA MASSA
(Analisis Isi Pada Pemberitaan Jawa Pos Edisi 16 Oktober Sampai 25 Januari 2013)
SKRIPSI
Disusun oleh:
PUTRI INTAN PERMATA SARY
NIM. 08220326
Dosen Pembimbing:
1. Dr. Drs. H. Muslimin Machmud, M.Si 2. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Putri Intan Permata Sary
NIM : 08220326
Konsentrasi : Jurnalistik
Judul Skripsi : Kecenderungan Isi Pemberitaan Tentang Joko Widodo Di Media Massa (Analisis Isi Pada Pemberitaan Jawa Pos Edisi 16 Oktober sampai 25 Januari 2013)
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Dan dinyatakan LULUS Pada hari : Sabtu
Tanggal : 5 Oktober 2013 Tempat : Ruang 605
Mengesahkan, Dekan Fisip Umm
Dr. Asep Nurjaman, MSi
Dewan Penguji :
1. Nurudin, S. Sos., M.Si penguji 1 ( )
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji Syukur Hamba persembahkan kehadirat Allah SWT, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penysunan skripsi ini dengan baik. ”Alhamdulillah”. Setelah melalui proses yang panjang antara pencarian waktu, inspirasi, semangat, dan kesabaran hingga akhirnya penulis dapat menuliskan kata pengantar.
Skripsi ini berjudul: Kecenderungan Isi Pemberitaan Tentang Joko Widodo Di Media Massa (Analisis Isi Pada Pemberitaan Jawa Pos Edisi 16
Oktober sampai 25 Januari 2013) yang mana skripsi ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana (S-1) pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhamamdiyah Malang. Berbagai hambatan dan kesulitan yang timbul dalam penyelesaian Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan serta motifasi dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan ”Terima kasih” yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Drs. H. Muslimin Machmud, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I, penulis ucapkan terima kasih telah memberikan bimbingan dan masukan bagi penulis. 2. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II, penulis ucapkan
terima kasih atas diskusi, masukan dan bimbingan bagi penulis.
3. Seluruh jajaran Dosen jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UMM yang dengan ikhlas mengamalkan dan membagi ilmunya.
4. Kedua Orang Tua-ku yang telah memberikan bantuan baik moril dan spirituil, serta bimbingan jalan masa depan ku atas segala dukungan dan kasih sayangnya, dan do’a yang tiada hentinya.
5. Teman-teman yaitu Dewi,Silfi,Dian,Hany,Gita yang bersedia membantu saya dalam melakukan penelitian ini.
6. Dan tentunya special untuk Rizky yang selalu setia memberi support agar tugas ini cepat terselesaikan..
tulisan ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pihak yang memerlukannya, serta penulis mengharapkan kepada siapa saja untuk memberikan saran dan kritikan, karena penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan.
Halaman Persetujuan Ujian Skripsi ……… i
Lembar Pengesahan ……… ii
Lembar Pernyataan Orisinilitas ……… iii
Kata Pengantar ……… iv
Abstrak ……… vi
Daftar Isi ……… vii
Daftar Tabel ……… ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1
B. Rumusan Masalah ……… 3
C. Tujuan Penelitian ……… 3
D. Kegunaan Penelitian ……… 4
E. Tinjauan Pustaka ……… 4
1. Surat Kabar Sebagai Media Massa ..……… 4
2. Karya Jurnalistik ……… 6
3. Pengertian Berita ……… 11
4. Komponen Berita ………...14
5. Obyektivitas Berita ..……… 15
6.Peran Wartawan Dalam Media Beserta Tugasnya ...19
7. Analisis Isi ...20
F. Kategorisasi ……… 22
G. Metode Penelitian ……… 23
1. Tipe Penelitian ……… 23
2. Ruang Lingkup Penelitian ……… 23
3. Unit Analisis dan Satuan Ukur ……… 24
4. Teknik Pengumpulan Data ……… 24
5. Reliabilitas ……… 25
BAB II OBYEK PENELITIAN
A. Harian Jawa Pos ……… 29
1. Sejarah Berdirinya Harian Jawa Pos ……… 29
2. Perkembangan SuratKabar Harian Jawa Pos ……… 30
3. Visi dan Misi Jawa Pos ……… 31
4. Pendirian Radar di Berbagai Kota ……… 32
B. Sekilas Joko Widodo ……… 33
BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Uji Reliabilitas ……… 39
1. Uji Reliabilitas Peneliti dan Koder 1 ……… 39
2. Uji Reliabilitas Peneliti dan Koder 2 ……… 46
B. Analisis Isi DanKatagori Tema Pesan ....……… 53
1. Pribadi Joko Widodo ……… 53
2. Aktivitas Joko Widodo ……… 60
3. Kebijakan-kebijakan Joko Widodo ……… 65
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ……… 72
B. Saran ……… 73
Bulaeng, Andi, 2004, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta.
D.Ambarita, Domura,dkk, 2012, Jkowi Spirit Bantaran Kali Anyar. Penerbit Elix Media Komputindo.
Djuroto Totok, 2000, “Manajemen Penerbitan Pers”, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Effendy, Onong Uchjana, 2000, “Ilmu Komunikasi” Teori dan Praktek, PT. Rosdakarya, Bandung.
Flournoy, D. Michael, 1989, Analisa isi suratkabar Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Krippendorff, 1999, Analisis Isi; pengantar teori dan metodologi, Rajawali pers, Jakarta.
Liliweri, Alo, 1997, Memahami Peran Komunikasi Massa, CV. Citra Adtya Bakti, Bandung.
McQuail, D. 2004. Mass Communication Theory. Sage, London, English.
Pareno, Sam Abede, 2002, Kuliah Komunikasi, Penerbit Papyrus, Surabaya.
Putranto, Agus, 2004, Metode Penelitian Komunikasi, Analisis Isi: Suatu Pengantar Dalam Praktek, Penerbit Gitanyali, Yogyakarta.
Rakhmat, Jalaluddin. 2000, Metode Penelitian Komunikasi, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.
Santana K, Septiawan. 2004. Jurnalisme Investigasi. Cetakan Kedua. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Shoemaker, Pamela, & Stephen D.Reese, 1996. Mediating The Message, Long Man, New York.
Siregar, Ashadi, 2001, Sketsa – Sketsa Media Massa, Penerbit Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta.
Siahaan, Hotman M, 2001, Pers yang Gamang, Edisi Kedua, Penerbit LSPS – ISAI, Jakarta.
Wimmer. Roger D & Joseph R. Dominick. 2003, Mass Media Research An Introduction, USA : Wadsworth/Thomson Learning.
Winarni, 2003, Komunikasai Massa: Suatu Pengantar, Penerbit UMM Press, Malang.
Yudhapramesti, Pandan. 2007. Citizen Journalism Sebagai Media Pemberdayaan Warga dalam Jurnal Observasi: Mengamati Fenomena Citizen Journalism.
Non buku :
- http://rifanbukhori1.wordpress.com/2013/01/24/definisi-media-sosial/(diunduh pada tanggal 16 Januari 2013 pukul 19.45 wib).
- http://id.wikipedia.org. (diunduh pada tanggal 16 Januari 2013 pukul 20.30 wib).
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media massa membuat informasi bagi masyarakat, tetapi dengan informasi
tersebut media juga akan mempengaruhinya. Secara tidak langsung media telah
menciptakan suatu agenda seolah-olah menyiarkan sesuatu yang cocok dengan
selera khalayaknya, seperti yang dikatakan Agee, Ault dan Emery (Winarni, 2003:
95) mengacu pada “kemampuan media untuk menyeleksi dan mengarahkan
perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu”. Media memberikan
tekanan pada suatu peristiwa, mengatakan kepada kita apa yang penting dan apa
yang tidak sehingga media tersebut akan mempengaruhi khalayak untuk
menganggapnya penting. Koran lebih efektif dalam menata agenda dibandingkan
dengan media massa yang lain.
Salah satu media massa yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat adalah
koran. Dimana perkembangan media massa itu sendiri diawali oleh pers (dalam
arti luas dimaknai sebagai media massa, sedang dalam arti sempit dimaknai
sebagai persuratkabaran) baru kemudian diikuti oleh radio, televisi, selanjutnya
film dan internet. Di Indonesia sendiri media massa mengalami perkembangan
yang sangat cepat ketika runtuhnya Orde Baru dan memasuki era Reformasi.
Kegiatan jurnalistik menggunakan bahasa sebagai bahan baku memproduksi
pesan lewat news maupun views. Bagi media, bahasa bukan sekedar alat
komunikasi untuk menyampaikan fakta, informasi dan opini, namun juga
menentukan gambaran atau citra tertentu yang hendak ditanamkan kepada publik.
Dalam dunia jurnalistik di media ada istilah pers. Pers dalam arti kata luas adalah
2
2
maupun dengan media elektronik. Pers juga bisa diartikan dengan kegiatan yang
berhubungan dengan menghimpun berita, baik oleh wartawan media elektronik.
Menurut kamus bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwodarminto, “berita”
berarti kabar atau warta, yang dapat didefinisikan berita menjadi “laporan
mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat”. Jadi berita dapat dikaitkan
dengan kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi. (Totok; 2000 : 46)
Mengenai pemberitaan yang yang sedang terjadi dan hangat dibicarakan
oleh masyarakat luas saat ini adalah berita pesona seorang Joko Widodo. Pada
pemberitaan di media massa, masyarakat mengelu-elukannya di setiap kunjungan
Jokowi ke lapangan. Jokowi menjadi harapan akan pemimpin sejati yang
mengayomi masyarakat.
Joko widodo menjauhkan diri dari birokrasi yang rumit dan protokoler
yang kaku serta segala aturan dan ketentuan yang dapat menciptakan jarak antara
dirinya dan rakyat yang dipimpinnya. Joko widodo mau terjun langsung turun
kebawah melihat realitas masyarakat yang ada,namun tidak hanya
melihat,jokowidodo pun memberikan solusi dengan cara berdiskusi dengan
masyarakat.Joko widodo mengungkapkan program pertama yang akan dikebut
adalah urusan kesehatan dan pendidikan.program penerbitan kartu sehat yang dia
dengung-dengungkan saat kampanye lalu akan segera direalisasikan. Dengan
kartu tersebut,jokowidodo yakin akses kesehatan berkualitas bakal terbuka untuk
seluruh warga Jakarta.Joko widodo juga berjanji kebiasaan blusukan ke
kampung-kampung seperti saat kampanye tetap dipertahankan. Joko widodo yang simpatik
dan kerap kali mengunjungi rakyat kecil yang menjadi daya tarik. Kehadiran Joko
widodo bersama gaya sederhana yang dibawakannya selalu mencuri
Dari latar belakang di atas maka peneliti ingin mengambil judul:
Kecenderungan Pemberitaan tentang Joko Widodo Di Media Massa (Analisis Isi
pada Pemberitaan Jawa Pos edisi edisi 16 Oktober 2012 sampai 25 Januari 2013).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasikan rumusan
masalah yaitu bagaimana kecenderungan pemberitaan tentang Jokowi di Media
Massa Jawa Pos edisi 16 Oktober 2012 sampai 25 Januari 2013?
C. Tujuan Penelitian
Dari pokok-pokok rumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti
maka bisa dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana kecenderungan pemberitaan tentang Joko Widodo di Media Massa
Jawa Pos edisi 16 Oktober 2012 sampai 25 Januari 2013.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Akademik
Pada penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah kajian
pembelajaran terhadap penulisan berita Jokowi. Selain itu juga
memberikan masukan dan sumbangan pemikiran tentang studi jurnalistik
khususnya, dan ilmu komunikasi pada umumnya.
2. Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis adalah dapat memberikan sumbangan yang bermakna
bagi pihak yang berkecimpung dalam dunia pers, terutama dalam
4
4
A. Tinjauan Pustaka
E.1. Surat Kabar Sebagai Media Massa
Pengertian media secara umum yaitu suatu alat/sarana untuk
menyampaikan pesan atau informasi. Media adalah peralatan di mana isi
komunikasi disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Media
massa pada dasarnya memiliki fungsi tertentu dalam masyarakat.
Beberapa fungsi atau media yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :
1. Media memberikan informasi dan membantu kita untuk mengetahui secara
jelas segala bentuk tentang dunia dan sekelilingnya kemudian menyimpannya
dalam ingatan kita. Sejak awal media massa melakukan tugas untuk
mengumpulkan kemudian membagi informasi yang diinginkan oleh masyarakat
pada umumnya.
2. Media massa membantu menyusun agenda, menyusun jadwal setiap hari
berdasarkan informasi yang diberikannya.
3. Media massa membantu untuk berhubungan dengan berbagai kelompok
masyarakat lain, diluar masyarakat kita. (Liliweri; 1997 : 42)
Pentingnya penggunaan media massa secara umum dalam dewasa
ini, karena antara lain :
1. Dengan adanya media massa terjadi perubahan ditengah-tengah
masyarakat baik positif maupun negatif.
2. Melalui media massa, komunikan (khalayak) dapat mempelajari sesuatu
yang salah.
3. Pesan yang disampaikan media massa terkadang kurang dipahami/terjadi
kekaburan pesan, oleh sebab itu perlu seorang komunikator yang mempunyai
keahlian mengatahui metode atau cara agar pesan yang disampaikan dapat
4. Masyarakat Indonesia belum secara menyeluruh mempunyai media massa
khususnya daerah pedalaman yang sulit dijangkau, oleh sebab itu perlu
ditingkatkan penjumlahannya atau pemrosesannya. (Liliweri; 1997 : 86 - 87)
Berkaitan dengan media massa, salah satu unsur utama sebagai
pendukung sekaligus sebagai sumber atau proses penyusunan dan
pembuatan sampai kepada proses penyebaran secara umum, tidak lain
adalah PERS yang disebut sebagai media cetak. Pers merupakan mata
rantai yang utama bagi media massa dalam menyebarkan informasi
terutama media cetak. Dengan adanya pers, maka media massa tersebut
dapat menjalankan fungsinya dengan baik, sebab media massa memuat
segala sumber informasi yang merupakan hasil liputan atau temuan
melalui wartawan atau sumber-sumber informasi secara langsung maupun
tidak secara langsung oleh jaringan pers.
E.2. Karya Jurnalistik
Jurnalisme sebagai keseluruhan proses pengumpulan fakta,
penulisan, penyuntingan dan penyiaran berita. Keseluruhan proses tadi
adalah penting tetapi pengumpulan fakta merupakan bagian yang lebih
penting. Proses pengumpulan fakta, wartawan tidak hanya merekonstruksi
realitas yang ada tetapi juga mesti menginterpretasi realitas sosial tersebut.
Khalayaklah yang berhak menginterpretasikan berita dan memberinya
konteks tertentu.
Menurut MacDougall dalam buku Jurnalistik Teori dan Praktik
bahwa Journalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta,
6
6
publisistik. Aktivitas utama dalam jurnalisme adalah pelaporan kejadian
dengan menyatakan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana
(dalam bahasa Inggris dikenal dengan 5W+1H) dan juga menjelaskan
kepentingan dan akibat dari kejadian atau trend (Santana K., 2005:4).
Wartawan haruslah mampu merangsang khalayak untuk melakukan
kedua hal di atas dengan menyiarkan berita-berita yang memiliki nilai
sosial, dan menguntungkan kepentingan umum. Nilai sosial memenuhi
apabila mampu mengakomodasikan kepentingan dari masyarakat. Berita
akan memenuhi kepentingan masyarakat apabila berita tersebut tidak
mendikte khalayak, sehingga khalayak tidak mendapatkan gambaran yang
tuntas dari permasalahan yang diangkat, seolah-olah khalayak dipaksa
untuk mengikuti satu pendapat saja.
Good Journalism menurut Leonard Downie JR., dan Robert G.
Kaiser ialah kegiatan dan produk jurnalistik dapat mengajak kebersamaan
masyarakat di saat krisis. Berbagai informasi dan gambaran krisis, yang
terjadi dan disampaikan mesti menjadi pengalaman bersama. Ketika
sebuah kejadian yang merugikan masyarakat terjadi, sebuah media
memberi sesuatu yang dapat dipegang oleh masyarakat. Sesuatu itu ialah
fakta-fakta, juga penjelasan dan ruang diskusi, yang menolong banyak
orang terhadap sesuatu yang tidak terduga kejadiannya. Sedangkan Bad
Journalism ialah media yang kurang cakap melaporkan pemberitaan yang
penting diketahui masyarakat. Media yang memberitakan suatu peristiwa
secara dangkal, sembrono, dan tidak lengkap, sering disebut tidak akurat
dan tidak cover both sides. Ini berbahaya bagi masyarakat karena ketidak
lengkapan informasi yang didapatnya (Santana K., 2005:4).
1. Citizen Journalism
Citizen Journalism yang juga dikenal dengan nama lain seperti
participatory journalism atau grassroot journalism adalah jurnalisme
orang biasa. Seseorang tanpa memandang latar belakang pendidikan
dan keahlian, dapat merencanakan, menggali, mengolah, dan
mempresentasikan informasi berupa tulisan, gambar, foto, tuturan
(laporan lisan), video, dll., dalam citizen journalism (Yudhapramesti,
2007:33).
Fenomena citizen journalism yang antara lain ditandai dengan
berkembangnya komunitas blog, sebuah paradigma baru di abad
teknologi komunikasi, telah membawa gairah tersendiri. Siapapun
tidak pernah membayangkan sebelumnya saat awal komunitas ini
muncul.
Saat ini setiap pengguna internet pada dasarnya bisa menciptakan
media tersendiri. Mereka dapat melakukan semua fungsi jurnalistik
sendiri, mulai dari merencanakan liputan, meliputi, menuliskan hasil
liputan, mengedit tulisan, memuatnya dan menyebarkan di berbagai
situs internet atau di weblog yang tersedia gratis. Artinya, semua orang
yang memiliki akses terhadap internet sebenarnya bisa menjadi
“jurnalis dadakan”, meski tentu saja kualitas jurnalistik mereka masih
bisa diperdebatkan.
Aktivitas citizen journalism tidak terkait secara profesi dengan
medianya. Tanggung jawab moral dan etika praktik citizen journalism
atau jurnalisme orang biasa secara implisit berada pada para pelaku dan
peminatnya. Citizen journalism atau sering juga orang mendefinisikan
8
8
media cyber. Kehadiran blog menjadikan internet benar-benar
diperhitungkan di dunia media (Yudhapramesti, 2007:33).
2. Yellow Journalism
Yellow Journalism atau pers kuning adalah jurnalisme yang
menyajikan berita terkemuka yag tidak peting. Dengan ekstensi
"Yellow Journalism" digunakan saat ini sebagai merendahkan untuk
mengutuk setiap jurnalisme yang memperlakukan berita dengan cara
yang tidak profesional atau tidak etis.
Frank Luther Mott mendefinisikan jurnalisme kuning dalam lima
karakteristik:
a. Menakut-nakuti berita utama dicetak besar
b. Penggunaan gambar mewah, atau gambar ilustrasi
c. Penggunaan wawancara palsu, berita utama yang menyesatkan
d. Penekanan pada suplemen Minngu penuh warna, biasanya dengan
strip komik
e. dramatis simpati dengan “underdog” melawan sistem.
1. Jurnalistik Sastrawi
Jurnalistik Sastrawi adalah suatu aliran jurnalistik yang dipelopori oleh
jurnalis-novelis, Tom Wolfe. Aliran ini menggunakan konstruksi situasi
demi situasi, reportase yang mendalam, menggunakan sudut pandang
orang ketiga, serta penuh dengan detail-detail sangat berbeda dari
kebanyakan reportase.
Dalam jurnalisme biasa 5W+1H merupakan arti dari Who (siapa), What
(apa), Where (dimana), When (kapan), Why (mengapa), dan How
(bagaimana). Namun jurnalisme sastrawi mengubah who menjadi
kronologi, why menjadi motif, dan how menjadi narasi. Maka dari itu
jurnalisme sastrawi lebih menyerupai novel daripada reportase biasa,
tetapi tetap berpegang teguh pada fakta. Akibatnya, reportase
jurnalisme sastrawi selalu membutuhkan banyak halaman (Putra:
Jurnalisme Sastrawi, diakses pada 5 Maret 2010 pukul 19.10 WIB).
2. Multikultur Jurnalisme
Multikultur jurnalisme merupakan suatu aliran yang ada di dalam
jurnalistik, sedangkan multicultural sendiri ialah keberagaman budaya.
Jadi yang dimaksud multiculture dalam jurnalistik adalah berbagai
macam cara pandang yang digunakan oleh pers dalam penyampaian
berita baik itu dari segi keberagaman ras, etnis, agama, dan ideologi di
dalam jurnalistik.
Multicultural dapat dijadikan acuan atau literatur perkembangan
pemikiran para jurnalis sehingga berita yang disampaikan tidak terpaku
pada suatu paradigma yang ada. Para jurnalis harus memanfaatkan
multicultural yang ada agar bahan untuk berita yang bisa disampaikan
bisa beragam dan mudah dicerna oleh masyarakat.
Para wartawan menciptakan lingkungan multicultural yang lebih
bermutu secara intelektual ketimbang yang seragam. Lingkungan itu
(multicultural) digunakan untuk menciptakan metode yang dapat
menghasilkan liputan yang baik dan kaya warna. Kesadaran akan
multicultural berlaku bagi orang media untuk menyampaikan
informasi yang ditujukan ke ruang sosial publik. Konflik akan muncul
dan mendominasi ruang publik manakala multicultural berlangsung
10
10
Kesadaran akan kondisi multicultural ini tidak semata-mata berlaku
bagi orang media saja. Media massa berhubungan dengan informasi
yang ditujukan pada khalayak. Pendekatan-pendekatan multicultural
dapat dijadikan dasar orientasi bagi banyak pihak, misalnya institusi
sosial, institusi pendidikan, bisnis, dll. Kesadaran akan multicultural
juga membawa kesadaran akan kemungkinan timbulnya konflik, sebab
kondisi multicultural ini sangat rentan hadirnya perbedaan persepsi.
Kurang sadarnya seseorang akan perbedaan justru akan membuat
semakin curam jurang yang tercipta.
Dalam kondisi yang demikian pers bertindak sebagai inspirasi untuk
memandang keberagaman budaya sebagai suatu hal yang tidak
sepantasnya dijadikan poin kesenjangan. Dalam suatu Negara yang
berpenduduk heterogen dan terdiri dari berbagai jenis budaya, pers
memegang peranan penting dan akan menjalankan fungsi sebagai
lembaga atau institusi sosial dengan pendekatan-pendekatan
keberagaman (multikultur).
E.3. Pengertian Berita
Berita terdiri dari fakta-fakta, tetapi tidaklah semua fakta disebut
berita. Berita biasanya tentang sesuatu yang dapat memunculkan opini
public atau yang hangat dibicarakan oleh khalayak. Tetapi tidak semua
mempunyai nilai berita yang menarik perhatian orang lain. Berita adalah
apa yang berlaku dalam dunia dalam sehari, berjuta-juta berita, peristiwa
dan kejadian yang ada di dunia. Tetapi hanya sebagian saja kejadian atau
Dari definisi-definisi sebuah berita para ahli tidak ada yang
memberikan kesepakatan mengenai definisi sebuah berita. Tetapi definisi
berita menunjukkan bahwa berita itu harus tepat, adil, seimbang dan
obyektif dalam penyampaian pesannya, serta mempunyai nilai-nilai
tertentu berlandaskan kriteria tertentu seperti nyata, adanya unsur
penonjolan, kesamaan, kecepatan, diminati khalayak, mempunyai konflik
dan kelayakan. (Wahyudi; 1999 : 14)
Agar sesuatu peristiwa atau kejadian bisa dikatakan sebagai
sesuatu berita maka paling tidak harus memenuhi syarat pokok yaitu :
1. Faktual
Artinya berita harus berdasarkan fakta yang terjadi, benar dan bukan
khayalan atau asumsi-asumsi yang belum terbukti kebenarannya.
2. Aktual
Artinya berita sedapat mungkin harus disuguhkan secepat mungkin
sehingga pembaca bisa mengetahui dengan cepat segala sesuatu yang
terjadi. Jika suatu kejadian sudah terlalu lama dianggap sudah basi dan
tidak layak lagi disuguhkan sebagai berita.
3. Menarik
Artinya berita harus bisa membuat orang tertarik untuk melihat dan
kemudian membacanya. Walaupun ada unsur peristiwa baru yang
begitu menakjubkan, aneh dan luar biasa. (Wahyudi; 1999 : 15)
Untuk mengungkap sebuah berita maka didasarkan pada sebuah
peristiwa atau kasus yang pertama kali terjadi, sesuai dengan fakta,
memberikan daya tarik pembaca, serta harus didasarkan pada beberapa
12
12
1. Informasi rutin (Routine Information) yaitu saluran rutin yang diberikan
oleh pemerintah dan pemimpin-pemimpin politik yang kerap kali mempengaruhi
focus berita.
2. Laporan pengamatan wartawan (First-Hand Report) yaitu tulisan dari hasil
investigasi dari seorang wartawan.
3. Informal yaitu sumber-sumber lain yang berhubungan dengan
pemberitaan. Dari laporan pengamatan wartawan dan sumber informal ini
biasanya berita yang disajikan dirasa lebih baik dalam melaporkan fakta-fakta
yang jitu, jujur, dan tanpa bias. (Wahyudi; 1999 : 16)
Sedangkan menurut Herbert Strenz, membagi sumber berita
menjadi dua jenis yaitu:
1. Sumber berita konvensional, sumber berita ini diantaranya adalah dari
pejabat-pejabat pemerintah, sumber-sumber promosi, hadir dalam berbagai
macam peristiwa yang bernilai berita dan menggunakan catatan publik.
2. Sumber berita non-konvensional di peroleh dengan cara “wartawan
ketepatan” (precision journalism), atau informasi yang diperoleh dari kaum
minoritas dan kaum yang terlucuti haknya atau bahkan seorang teoritis sebagai
sumber berita. (Wahyudi; 1999 : 16)
Berita di dalam sebuah media massa dapat pula dikatakan sebagai
unsur pesan, oleh sebab itu pesan yang harus dirancang sedemikian rupa
sehingga menarik perhatian khalayak. Untuk memperoleh pesan yang
efektif, seperti pendapat yang dikemukakan oleh Wilbur Schram dalam
bukunya Onong U. Effendy yaitu mengemukakan apa yang dinama “The
Condition of Success in Communication” yang secara ringkas antara lain :
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang yang ditujukan kepada
pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama
dapat dimengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan, dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4. Pesan hendaknya menyarankan satu jalan untuk memperoleh kebutuhan
tadi, yang layak bagi situasi kelompok, tempat sasaran berada saat ia digerakkan
untuk memberikan tanggapan yang dikehendakinya. (Effendy; 2000 : 41-42)
E.4 . Komponen Berita
Dalam fungsinya sebagai penyedia berita, media massa tidak
mungkin menyajikan seluruh realita sosial dalam medium yang terbatas,
sehingga ada proses (setting) yang perlu diagendakan secara selektif ketika
para editor memilih berita mana saja yang akan disajikan dan dimuat ke
dalam media tersebut. (Pareno; 2002 : 122-136)
Unsur-unsur Berita khususnya bagian tubuh berita dan teras (bila
ada) diharapkan hanya mengandung unsur yang berupa fakta,
unsur-unsur faktual, dengan meminimalkan unsur-unsur-unsur-unsur non-faktual yang berupa
opini. Apa yang disebut sebagai “fakta” di dalam kerja jurnalistik terurai
menjadi enam unsur yang biasa diringkas dalam sebuah rumusan klasik
5W + 1H. (1) What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa? (2) Who -
siapa yang terlibat di dalamnya? (3) Where - di mana terjadinya peristiwa
itu? (4) When - kapan terjadinya? (5) Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
(6) How - bagaimana terjadinya? (7) What next - terus bagaimana?
Unsur 5W+1H (What = apa yang terjadi, Who = siapa yang terlibat
14
14
Where = di mana, dan How = bagaimana proses kejadiannya), yakni
formula “Who does what, when, where, why, and how”. Siapa melakukan
apa, kapan, di mana, kenapa, dan bagaimana.
Contohnya, mari kita edit atau susun ulang berita di atas,
disesuaikan dengan formula 5W+1H. Hasilnya seperti ini:
PT Romel Jayaperkasa melaksanakan Business Meeting (Pertemuan
Bisnis) di Hotel A Jakarta, Senin (12/1). Acara bertajuk “Dampak Krisis
Ekonomi Global Terhadap Industri di Indonesia” itu dihadiri oleh Dirut,
Kepala Dishub, Kepala Bank X, Ketua Gapensi, Ketua Asosiasi Kawasan
Berikat, Dinas Perindag, Dir. PTPNI, Ketua Wilayah Karantina, serta
perwakilan instansi pemerintah dan BUMN. Turut hadir 75 tamu undangan
terdiri atas para pengusaha ekspor-import Indonesia.
Uraian unsur 5W+1H:
WHO = PT Romel Jayaperkasa
WHAT = melaksanakan Business Meeting
WHERE= di Hotel A Jakarta
WHEN = Senin (12/1)
WHY = (tujuan acara, mengapa acara itu digelar, belum dimasukan)
HOW = Acara bertajuk “Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap
Industri di Indonesia” itu dihadiri .. dst.
Berita yang lengkap mengandung 6 unsur tersebut. Dalam praktik
sehari-hari, ada juga berita yang tidak memuat seluruh unsur tersebut. Hal
itu mungkin saja terjadi, karena keterbatasan ruang atau keterbatasan
waktu, sehingga unsur yang paling menonjol sajalah yang dimuat.
Dari 6 unsur tersebut, yang mana harus ditonjolkan merupakan
ditonjolkan (istilah dalam dunia pers: “lead”) tergantung dari si pembuat
berita dan redakturnya. Unsur lain yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan berita adalah harus relevan, hangat, eksklusif, ada tujuannya,
unik, trendy, prestisius, dramatik, jenaka, memiliki dimensi human
interest, magnitude, gaya bahasa, desain dan tataletak yang menarik, foto
atau karikatur yang menarik. Lalu disesuaikan dengan watak dan kapasitas
media yang bersangkutan, karena ada perbedaan antara media cetak
dengan media eletronik.
E.5. Obyektivitas Berita
McQuail (2004 : 129) mengatakan bahwa objektivitas pada
umumnya berkaitan dengan berita dan informasi. Objektivitas merupakan
nilai sentral yang mendasari disiplin profesi yang dituntut oleh para
wartawan sendiri. Dengan demikian, objektivitas diperlukan untuk
mempertahankan kredibilitas. Siahaan (2001 : 100) mengatakan bahwa
objektivitas pemberitaan adalah penyajian berita yang benar, tidak
berpihak, dan berimbang. Proses pembentukan berita, sebaliknya adalah
proses yang rumit dan banyak faktor yang berpotensi untuk
mempengaruhinya. Mengapa ruang pemberitaan (news room) tidak
dipandang sebagai ruang hampa? Karena banyak kepentingan dan
pengaruh yang dapat mengintervensi media, sehingga niscaya akan terjadi
pertarungan dalam memaknai realitas dalam presentasi media.
Apa yang disajikan media, pada dasarnya adalah akumulasi dari
pengaruh yang beragam. Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,
16
16
keputusan dalam ruang pemberitaan. Mereka mengidentifikasi ada empat
faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi.
- Pertama faktor individual. Faktor ini berhubungan dengan
latar belakang profesional dari pengelola media. Level individual
melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola
media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada
khalayak.
- Kedua, level rutinitas media yang berhubungan dengan
mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya
mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang disebut berita, apa
ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita. Ukuran
tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi
prosedur standar bagi pengelola media yang ada di dalamnya.
- Ketiga, level organisasi yang berhubungan dengan struktur
organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan.
Pengelola media dan wartawan bukan orang yang tunggal yang ada
dalam organisasi berita, ia sebaliknya hanya bagian kecil dari
organisasi media itu sendiri.
- Keempat, level ekstramedia. Level ini berhubungan dengan
faktor lingkungan di luar media. Ada beberapa faktor yang termasuk
dalam lingkungan di luar media, pertama sumber berita, kedua sumber
penghasilan media.
Siregar (2001 : 66) mengatakan bahwa untuk mengukur
objektivitas pemberitaan pada dasarnya menakar sejauh mana wacana
fakta sosial identik dengan wacana fakta media. Sebab berita adalah fakta
fakta social itulah yang ditampilkan di media cetak. Motif khalayak
menghadapi media cetak adalah untuk mendapatkan fakta sosial.
Siahaan mengatakan bahwa untuk mengukur objektivitas
pemberitaan adalah melalui dimensi factuality. Dimensi factuality
memiliki dua sub dimensi, yakni truth dan relevance. Sub dimensi truth
adalah tingkatan kebenaran atau keterandalan (reliabilitas) fakta yang
disajikan, ditentukan oleh factualness (pemisahan yang jelas antara fakta
dan opini), dan accuracy (ketepatan data yang diberitakan, seperti jumlah
tempat, waktu, nama dan sebagainya). Sedangkan sub dimensi relevance
mensyaratkan perlunya proses seleksi menurut prinsip kegunaan yang
jelas, demi kepentingan khalayak. Relevance atau tidaknya aspek- aspek
yang diberitakan bisa ditentukan berdasarkan salah satu atau kombinasi
empat kriteria, yakni normative standards, journalistic, audience, dan real
world indicators. (Siahaan, 2001 : 64-65)
E.6. Peran Wartawan dalam Media beserta Tugasnya
Dalam media massa, peran wartawan sangatlah penting. Hal ini
dikarenakan wartawan adalah sebagai pencari berita, jadi ketika dalam
sebuah media tidak ada wartawan, maka media tersebut tidak akan berarti.
Wartawan sendiri memiliki tugas sebagai pencari berita, setelah wartawan
mencari berita, wartawan juga dituntut untuk bisa menulis. Tulisan inilah
yang nantinya dimuat di dalam media. Dalam menuliskan sebuah berita,
antara wartawan yang satu dengan wartawan yang lain pastilah berbeda.
Perbedaan ini dikarenakan dipengarui oleh berbagai macam faktor,
antara lain:
18
18
2. Tingkah laku
3. Nilai
4. Kepercayaan personal, dan
5. Aturan dan etika professional (Shoemaker dan Reese, 1996:63)
Tetapi wartawan selain sebagai pencari berita, wartawan juga
berperan sebagai pembaca berita. Di sini wartawan juga diposisikan
sebagai pembaca berita yang mana wartawan akan menganggap apa yang
dianggap penting oleh media maka akan dianggap penting pula oleh
khalayak, seperti yang tertera dalam teori Agenda Setting.
E.7. Analisis Isi
Ada banyak definisi dari analisis isi. Walizer dan Wienir (1978)
mendefinisikan prosedur sistematis dirancang untuk memeriksa isi dari
informasi yang dicatat ; Krippendorf (1980) mendefinisikan sebagai teknik
penelitian untuk membuat referensi yang valid dari data sesuai konteks.
Kerlinger (2000) definisi analisis isi adalah metode belajar dan
menganalisis komunikasi secara sistematis, obyektif, dan kuantitatif cara
untuk tujuan mengukur variabel. (Wimmer & Dominick, 2003 : 141)
Beberapa penelitian terbaru telah mengkatalogkan karakteristik isi
komunikasi pada titik waktu. Studi ini menunjukkan analisis isi digunakan
dengan cara deskriptif tradisional : untuk mengidentifikasi apa yang ada.
Salah satu keuntungan analisis isi adalah potensinya untuk
mengidentifikasi perkembangan dari waktu ke waktu dengan periode yang
lama. Studi-studi analisis isi juga padat berkaitan dengan studi deskriptif
yang dapat digunakan untuk mempelajari perubahan sosial. Misalnya,
diukur dengan penelitian dari surat kepada editor atau editorial surat kabar.
pernyataan tentang nilai-nilai apa yang dinilai penting oleh masyarakat
dapat disimpulkan dari studi tentang buku nonfiksi pada daftar buku
terlaris di berbagai waktu. Greenberg dan Worrell (2007), misalnya,
menganalisis perubahan susunan demografis karakter dalam program
jaringan siaran ' yang ditayangkan 1993-2004 (Wimmer & Dominick,
2003 : 142)
Berbagai batasan yang telah diberikan untuk mengungkapkan
pengertian content analysis. Barelson mendefinisikan sebagai suatu teknik
penelitian yang obyektif, sistematik, dan menggambarkan secara
kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Ahli lain mengatakan
bahwa content analysis adalah suatu tahap dari pemprosesan informasi
yang menyangkut isi-isi komunikasi yang ditransformasikan melalui
aplikasi yang sistematik dan obyektif menuntut ketentuan kategorisasi
kedalam data yang dapat diinterpretasikan dan dibandingkan (Paisley in
press). (Bulaeng, 2004: 164)
Menurut pendapat Frey, tujuan utama dari penelitian dengan teknik
analisis isi adalah mendiskripsikan karakteristik pesan yang ada dalam
ranah publik dengan perantaraan pers (Putranto, 2004:146). Isi pernyataan
komunikasi atau bisa disebut pesan, merupakan gagasan atau ide yang
disampaikan komunikan kepada komunikator untuk tujuan tertentu. Dan
media, dalam memproduksi ataupun menyeleksi pesan yang ingin
disampaikan pada khalayak juga tidak pernah lepas dari nilai-nilai yang
dibelanya.
Hal ini menjadi pertimbangan ketika tulisan yang dipesan oleh
20
20
Logikanya, jika tulisan tersebut tidak sejalan dengan visi dan misi atau
preferensi nilai yang diemban media tersebut, maka tidak akan dimuat di
dalam lembaran media cetak tersebut. Preferensi nilai adalah unsur
kontribusi yang menentukan watak dan kepribadian suatu media. Bahasa,
baik pilihan kata maupun struktur gramatika, dipahami sebagai pilihan,
yang mana dipilih oleh seseorang atau media untuk diungkapkan dengan
membawa makna ideologi tertentu.
A. Kategorisasi
Mengingat dalam penelitian ini menggunakan metode analisi isi maka
validitas metode dan hasil-hasilnya sangat bergantung pada kategori-kategorinya.
Menurut Guido H. Stempel, untuk menciptakan kategori-kategori ada tiga hal
untuk diperhatikan. Kategori harus relevan dengan tujuan studi atau penelitian
yang sedang dijalani. Kategori hendaknya fungsional dan sistem kategorinya
harus dapat dikendalikan (Flournoy, 1989 : 25). Jadi untuk mencapai tujuan
tersebut tentang hubungan kefungsionalan dan keterkaitan tersebut, maka kategori
dibuat sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk
mengetahui bagaimana kategori pengukuran penelitian dilakukan berdasarkan
pada pendekatan melalui kemunculan pesan. Maka kategori yang akan diteliti
adalah:
a. Pribadi Jokowi :
1. Bijaksana
2. Rendah Hati
3. Sederhana
b. Aktivitas Jokowi :
2. Privasi
c. Kebijakan-kebijakan Jokowi :
1. Rombak Birokrasi
2. Tata Kota
3. Pendidikan
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Alasan
menggunakan analisis isi karena akan diperoleh suatu hasil atau pemahaman
terhadap berbagai isi pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa atau
sumber informasi yang lain secara obyektif dan sistematis (Krippendorff, 1999:
15).
G.1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan
melukiskan secara sistematis fakta atau karasteristik tertentu secara faktual
dan cermat. Dengan kata lain penelitian deskriptif tidak mencari atau
menjelaskan hubungan antar variabel (Rahmat, 2000 : 24). Artinya dalam
penelitian ini memaparkan apa yang sudah tertulis dalam tulisan kolom
tersebut. Sedangkan pendekatan kuantitatif yaitu dengan mencatat
bilangan-bilangan dengan merujuk pada frekuensi untuk melukiskan jenis
isi yang didefinisikan.
22
22
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah kecenderungan
Pemberitaan tentang Jokowi Di Media Massa Jawa Pos Edisi 16 Oktober
Sampai 25 Januari 2013.
G.3. Unit Analisis dan Satuan Ukur
Yang dimaksud unit analisis dari penelitian ini adalah tiap paragraf
yang ada dalam berita Jokowi. Sedangkan satuan ukurnya ialah frekuensi
kemunculan tema pesan per paragraf dalam berita Jokowi dengan
menganalisa untuk melihat struktur dan isi pesan yang terkandung
didalamnya selama Edisi 16 Oktober Sampai 25 Januari 2013.
G.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah data dari berita Jokowi di Jawa Pos, yang diperoleh dengan cara
penjurnalan. Adapun cara menjaring data primer ini dilakukan dengan 4
cara :
1. Para pengkoder terlebih dahulu memahami isi tema dan struktur
penulisannya
2. Mengelompokkan setiap naskah tulisan atau judul tulisan dalam
struktur kategori yang sudah ditetapkan.
3. Memasukkan data kedalam lembar tabel (coding sheet)
4. Menganalisa data yang dikategorikan
Tema Pesan Penelit
i KoderI Koder II
a. Pribadi Jokowi
b. Aktivitas Jokowi
c. Keluarga Jokowi
d. Kebijakan-kebijakan
Jokowi
G. 5. Reliabilitas
Setiap penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang baik
memerlukan unsur reliabilitas. Uji reliabilitas diperlukan terutama
berkaitan dengan ketepatan alat ukur atau kategori. Untuk menguji
reliabilitas maka dapat dilakukan dengan perhitungan reliabilitas antar
pengkoding atau intercoder reliability (derajat kesesuaian persepsi antar
pelaku koding terhadap unit analisis yang diteliti (Putranto 2004 : 155).
Maka dalam melakukan uji reliabilitas ini peneliti melibatkan dua orang
sebagai pengkoding (coder) antara lain: Ganda Indranata dan Hendi Budi
Y. yang keduanya ialah praktisi media dan kredibilitasnya sangat
diperlukan dalam menginterpretasikan suatu pesan dalam naskah
jurnalistik. Reliabilitas dalam penelitian ini merupakan indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur (kategorisasi) dapat
dipercaya atau diandalkan bila dipakai lebih dari satu kali untuk mengukur
gejala yang sama.
Uji reliabilitas dilakukan dengan melakukan dokumentasi terlebih
dahulu pada saat pengumpulan data dan kemudian memasukkannya
kedalam lembaran koding sesuai dengan kategorisasi yang telah
ditentukan. Kemudian pada pengkodingan, peneliti menggunakan coders
24
24
sama dilakukan oleh peneliti. Dari kedua hasil uji reliabilitas ini akan
diketahui berapa yang disetujui, bersama peneliti dengan pengkoding.
Dengan melakukan uji reliabilitas tersebut, maka akan diketahui
nilai kesepakatan antara peneliti dan koder. Adapun tingkat kesepakatan
peneliti dan koder dapat dihitung dengan formulasi reliabilitas yang dibuat
oleh Wimmer & Dominick (2003 : 157) yaitu :
C.R = 2 M N1 + N2
Keterangan :
C.R : Coeficient Relibiality
M : Jumlah pernyataan yang disetujui oleh peneliti dan koder
N1, N2 : Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode
Kemudian kesepakatan dari hasil penilaian para koder di uji lagi
menggunakan rumus scott Pi (Wimmer & Dominick, 2003 : 157) sebagai
berikut:
Pi = % Observed Agreement - % Expected Agreement 1 - % Expected Agreement
Keterangan:
Pi = Indeks Reliability
Observed Agreement = Persetujuan yang diketemukan
Expected Agreement = Persetujuan yang diharapkan, yaitu proporsi dari
jumlah pesan yang diharapkan.
Setelah diperoleh indeks rumus scott diatas, tahap berikutnya tingkat
kesepakatan dari para coder tersebut jika perlu dapat pula dikonfirmasikan dengan
ketentuan besaran koefisien korelasinya. Penafsiran akan besarnya koefisien
0% - 20% : korelasi kesepakatan rendah sekali / sangat lemah
21%- 40% : korelasi kesepakatan yang rendah tetapi ada / lemah
41%- 70% : korelasi kesepakatan sedang / cukup kuat
71%- 90% : korelasi kesepakatan yang tinggi / kuat
91%- 100% : korelasi kesepakatan yang tinggi sekali / sangat kuat
G.6 Analisis Data
Dalam teknik analisa data pada penelitian ini, pertama-tama dilakukan
analisis secara deskriptif agar memperoleh gambaran atau pengertian yang
bersifat umum dan relatif menyeluruh tentang apa yang mencakup
permasalahan yang diteliti (Rakhmat, 2000 : 24). Dengan cara menyusun dan
mengolah data ke dalam tabel frekuensi yang dihitung berdasarkan frekuensi
kemunculan tema. Kemudian menggunakan analisis secara induktif sebagai
metode yang dimaksudkan untuk menarik kesimpulan dari sekumpulan data yang
telah disusun dan diolah sebelumnya. Untuk mendiskripsikan kesimpulan dari
penelitian ini yaitu kecenderungan tema dan sasaran pesan feature, peneliti harus
membuat ukuran kecenderungan memusat dengan cara mencari nilai rata-rata dan
diprosentasekan menurut kategori-kategorinya. Selanjutnya disajikan dengan data
untuk dapat diinterpretasikan dan lebih mudah dibaca. Dalam teknik analisa data
ini juga akan melalui proses pengolahan data sebelum dibuat tabel frekuensi.
Adapun proses pengolahan data (deskriptif) dan penarikan kesimpulannya
(Induktif) melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengkategorikan tema pesan per paragraf dalam berita Jokowi dengan
menganalisa untuk melihat struktur dan isi pesan yang terkandung didalamnya
26
26
2. Data yang sudah terkumpul dimasukkan dalam lembar coding yang sesuai
dengan kategori-kategorinya dalam bentuk distribusi frekuensi. Kemudian data
dihitung dengan menggunakan satuan kalimat dan paragraf serta menghitung
tema-tema pada paragraf tersebut.
3. Menganalisa data dari tabel frekuensi sesuai dengan kategori yang disusun dan
kemudian mengukur dengan ukuran kecenderungan memusat untuk mencari
kecenderungan tema pesan dan sasaran kolom dengan nilai reliabilitas.
Setelah didapat mean dan prosentase kemunculan, kemudian dibuat tabel
dan diterjemahkan secara deskriptif untuk menarik kesimpulan kecenderungan.
Melakukan pencatatan terhadap beberapa permasalahan untuk mempertegas dan