ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN KOSMETIK
YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Derajad Sarjana Ekonomi
Oleh
YuniSasmita
201010160311092
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
KATA PENGANTAR
Assalumu’alaikumWr. Wb.
Denganmemanjatkanpujisyukurkehadirat
Allah
SWT,
ataslimpahanrahmatdanhidayah-NYA penulisdapatmenyelesaikanskripsi
yang
berjudul:
“AnalisisKinerjaKeuangan
Perusahaan Kosmetik Yang Tercatat di
BEI”
.
SholawatsertasalamtetaptercurahkepadaBagindaRasulullah
Muhammad
SAW yang telahmemberikaninspirasidanteladanbagiumatnya.
Tulisaninimenyajikanpokok-pokokpembahasan
yang
meliputikinerjakeuanganperusahaandenganmenggunakanalatanalisis
Economic
Value
Added.
Maksuddantujuanskripsiiniadalahuntukmemenuhisalahsatusyaratgunamem
perolehgelarSarjanaEkonomipadaFakultasEkonomidanBisnisUniversitasMuhamm
adiyah Malang.
PenulisanSkripsiinitidakakanlancartanpaadanyabantuan,
dukungansertabimbingandaribeberapapihakbaiklangsungmaupuntidaklangsung
yang
sangatbesarartinya.
Olehkarenaitupenulisinginmenyampaikan
rasa
hormatdanterimakasihkepada:
1.
Dr. H. MuhadjirEffendy, M.AP selakuRektorUniversitasMuhammadiyah
Malang.
2.
Dr.
H.
Nazaruddin
M,
M.SiselakuDekanFakultasEkonomidanBisnisUniversitasMuhammadiyah
telahmemberikankesempatanbagipenulisuntukmengikutikegiatanperkuliahan
di FakultasEkonomidanBisnisUniversitasMuhammadiyah Malang.
3.
Dr.
H.
Marsudi,
M.M.
selakuKetua
Program
StudiJurusanManajemenFakultasEkonomidanBisnisUniversitasMuhammadiy
ah
Malang
ataskebijakandalampenyusunanmatakuliahsesuaikonsentrasipenjurusan.
4.
Prof. Dr. H. BambangWidagdo M,MdanDra. Hj. Erna RetnaRahadjeng
M.M.,AFP.selakudosenpembimbing
yang
telahbanyakmeluangkanwaktudantenagasertakesabarannyadalammemberikan
bimbingandanpengarahankepadapenulissehinggadapatterselesaikannyaskripsi
ini.
5.
Drs.
H.
Jihadi,
M.Si.
selakuDosenWalikelas
B
Angkatan
2010
JurusanManajemenFakultasEkonomidanBisnisUniversitasMuhammadiyah
Malang
yang
selamastudiselalumemberikanmotivasi,
arahandansemangatuntukselalumenjadilebihbaik.
6.
Kedua orang tuaku, Ayah dan Mama sertaKak Mel dan Bang Put, yang
telahmemberikandukunganbaiksecaramaterilmaupun
spiritual,
sertasegenapkasihsayangnya
yang
telahdiberikankepadasayaselamaini,
terimakasih
yang
takterhinggauntuksemuannya.
Semoga
Allah
senantiasamemberikanrahmatuntukmereka
7.
Moh.
Kasiraghi
yang
selalusetiamemberikanmotivasi,
dukungansertamendengarkankeluhkesahdalammenyelesaikanpenelitianini.
8.
Teman-temankos
22,
Lilik,
Dita,
Ida,
Dewi,
Meyyang
memberikansemangatdanbersediamenemanidalammenyelesaikanskripsiini.
9.
Pihak-pihaklain
yang
turutmembantuselesainyaskripsiini,
yang
tidakdapatpenulissebutkansatupersatu.
Tidakadagading
yang
takretak.Penulismenyadaribahwadalampenulisanskripsiinimasihterdapatbanyakke
kurangandankelemahannya, olehkarenaitupenulismengharapkan saran dankritik
yang sifatnyamembangun agar dapatlebihbaiklagi.
Besarharapanpenulisbahwaskripsiinidapatmemberikanmanfaatdanbergunaba
gisemuapihakdalammeningkatkankeilmuan.Akhir
kata
sayamengucapkanterimakasih yang sebanyak-banyaknyamudah-mudahan Allah
SWT senantiasamemberikankeberkahanbagisetiaplangkahkita.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Malang, Juli2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSRTAK
... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ... 1
B. RumusanMasalah ... 6
C. BatasanPenelitian ... 6
D. TujuandanManfaatPenelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PenelitianTerdahulu ... 9
B. Tinjauan
Pustaka... 10
C. KerangkaPikir ... 28
D. Hipotesis ... 29
B. Jenis Data danSumber Data ... 30
C. TeknikPengumpulan Data ... 31
D. PopulasidanSampel ... 31
E. DefinisiOperasional ... 32
F. TeknikAnalisaDatadanUjiHipotesis ... 34
BAB IV HASILDANPEMBAHASANPENELITIAN
A. GambaranUmum Perusahaan ... 39
B. Analisis Data ... 46
C. Pembahasan ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ... 66
B. SARAN ... 66
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel1 DataPenjualandanLabaBersih Perusahaan Kosmetik ... 2
Tabel 4.1 PemilihanKriteriaSampel ... 39
Tabel 4.2 LaporanKeuanganKonsolidasi PT MustikaRatuTbk ... 42
Tabel 4.3LaporanKeuanganKonsolidasi PT Martina BertoTbk ... 44
Tabel 4.4LaporanKeuanganKonsolidasi PT MandomindonesiaTbk ... 46
Tabel 4.5BiayaHutangSebelumPajak PT MustikaRatuTbk ... 47
Tabel 4.6BiayaHutangSebelumPajak PT Martina BertoTbk ... 47
Tabel4.7 BiayaHutangSebelumPajak PT Mandom Indonesia Tbk ... 48
Tabel 4.8BiayaHutangSesudahPajak PT MustikaRatuTbk... 48
Tabel 4.9BiayaHutangSesudahPajak PT Martina BertoTbk ... 49
Tabel 4.10BiayaHutangSesudahPajak PT Mandom Indonesia Tbk ... 49
Tabel 4.11 PerhitunganBiayaLabaDitahan ... 52
Tabel 4.12 ProporsiMasingMasing Modal PT MustikaRatuTbk ... 53
Tabel 4.13 ProporsiMasingMasing Modal PT Martina BertoTbk ... 54
Tabel 4.14 ProporsiMasingMasingModal PT Mandom Indonesia Tbk ... 54
Tabel 4.15PerhitunganBiaya Rata-rata Tertimbang (WACC)PerusahaanKosmetik
... 55
Tabel4.16PerhitunganNOPAT PTMustikaRatuTbk ... 57
Tabel4.18PerhitunganNOPAT PTMandom Indonesia Tbk ... 58
Tabel4.19PerhitunganBiaya Modal PT MustikaRatuTbk ... 58
Tabel4.20PerhitunganBiaya Modal PT Martina BertoTbk ... 59
Tabel4.21PerhitunganBiayaModal PT Mandom Indonesia Tbk ... 59
Tabel4.22PerhitunganEVA PT MustikaRatuTbk ... 60
Tabel4.23PerhitunganEVA PT Martina BertoTbk ... 61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1PerhitunganBiayaHutangSebelumPajak (Kd)
Lampiran 2PerhitunganTarifPajak (T)
Lampiran 3PerhitunganBiayaHutangSetelahPajak (Ki)
Lampiran 4 DaftarSukuBunga SBI
Lampiran 5Perhitungan Tingkat PengembalianPasar (Rm)
Lampiran 6Perhitungan Tingkat Pengembaliansaham (Ri)
Lampiran 7 PerhitunganEstimasi Beta
Lampiran 8 PehitunganBiayaModal Saham (Ks)
Lampiran 9 PerhitunganStruktur Modal
Lampiran 10 PerhitunganBiaya modal Rata-Rata Tertimbang (WACC)
Lampiran 11 PerhitunganNOPAT
DAFTAR PUSTAKA
Ariffudin, Agus. 2007.
PenilaianKinerjaKeuangan Perusahaan DenganMetode
EVA Dan MVA (StudiPada Perusahaan Otomotif Dan Komponennya Yang
Terdaftar Di BEJ
). Skripsi: UMM
Bringham, Eugene dan Houston, 2006.
Dasar-DasarManajemenKeuangan
.Edisi
11, Buku 1. Jakarta: SalembaEmpat.
Bringham, Eugene dan Houston, 2011.
Dasar-DasarManajemenKeuangan
.Edisi
11, Buku 2. Jakarta: SalembaEmpat.
Cooper, Donald dan Emory.1995.
MetodePenelitianBisnis
. Edisi 5.Jilid 1, Jakarta
:Erlangga
Husnan, SuaddanEnyPudjiastuti. 2004.
Dasar-DasarManajemenKeuangan
. Edisi
1, Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Kusuma,
Febriyanti
W.
2010.
AnalisisKinerjaKeuangan
Perusahaan
Telekomunikasi Yang Go Public
di BEI. Skripsi: UMM
Munawir, S. 2007.
Analisa Laporan Keuangan
. Edisi Keempat. Yogyakarta:
Liberty. Yogyakarta.
Sanusi, Anwar. 2011.
MetodologiPenelitianBisnis
. Jakarta: SalembaEmpat.
Sartono, Agus. 2010.
ManajemenKeuangan (TeoridanAplikasi)
. Yogyakarta:
BPFE.
Sutrisno, 2009.
ManajemenKeuanganTeori, KonsepdanAplikasi.
Edisiketujuh,
Yogyakarta: BPFE
Warsono,
1999,
ManajemenKeuangan,KeputusanKeuanganJangkaPanjang
.
EdisiKetiga,Buku 1. Malang :UMMPress Malang.
Warsono, 2003,
ManajemenKeuangan Perusahaan
, EdisiKetiga, CetakanPertama,
Malang.
Bagus, Denny (2009)” EVA sebagaikonseppengukurankinerjakeuangan” (online)
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/economic-value-added-eva-sebagai-konsep_28.html (diakses 22 desember 2013)
(COMPOSITE) idx : Jakarta Composite Index(IHSG)
http://www.duniainvestasi.com/bei/prices/stock (diakses 16 maret
2013)
Ipotnews (2012) “PasarKosmetik Indonesia 2012 DiperkirakanRp 12,2Triliun”
(online) https://www.ipotnews.com/(diakses 22 desember 2013)
Liestiyowati (2011) “IndahnyaBelajarAkuntansi” (online)
http://akuntansi.blogspot.com/2011/10/alat-ukur-kinerja-perusahaan-eva.html (diakses 16 Maret 2014)
Sahamok (2013) “Sub Sektor Kosmetik & Keperluan Rumah Tangga“ (online)
http://www.sahamok.com/emiten/sektor-industri-barang-konsumsi/sub-sektor-kosmetik-keperluan-rumah-tangga/ (diakses 22
desember 2013 )
Wibowopajak (2012)
“
Tarif PajakPPhPasal 25/29
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dunia kosmetik dan sejenisnya di Indonesia semakin
berkembang, ini mempengaruhi sektor kosmetik di Indonesia. Pertumbuhan
ini didorong oleh banyaknya permintaan dari konsumen yang semakin
meningkat. Pada saat ini masyarakat Indonesia semakin sadar untuk merawat
kecantikan dan penampilan menarik dengan produk kosmetik sebagai
penunjangnya. Semakin banyaknya permintaan masyarakat akan produk
kosmetik yang berkualitas membuat perusahaan kosmetik banyak melakukan
inovasi – inovasi untuk menarik konsumennya.
Berdasarkan riset data Pasar kosmetik di Indonesia pada 2012
diperkirakan tumbuh di atas 16,9% menjadi Rp 12,2 triliun dari proyeksi
tahun ini, menurut asosiasi industri. Kenaikan didorong peningkatan
penggunaan produk kosmetik di dalam negeri seiring naiknya daya beli
masyarakat. Wiyantono, Ketua Bidang Perdagangan Persatuan Perusahaan
Kosmetik Indonesia (Perkosmi), mengatakan proyeksi pertumbuhan pasar
kosmetik di Indonesia pada 2012 dibuat mengacu pada pertumbuhan rata-rata
pasar kosmetik nasional yang melebihi 15% dalam tiga tahun terakhir.
(www.ipotnews.com)
Perusahaan Kosmetik yang tergabung diantaranya adalah PT. Mustika
Ratu tbk (MRAT), PT. Martina Berto tbk (MBTO), PT. Mandom Indonesia
2
tingkat persaingan dalam pasar kosmetik di Indonesia mengalami peningkatan.
Dan para pelanggan kosmetik juga menikmati manfaat dari persaingan
tersebut. (www.sahamok.com)
Tabel 1. Data Penjualan dan Laba Bersih Perusahaan Kosmetik (Dalam Rupiah)
PT. Mustika Ratu tbk
Tahun Penjualan Persen (%) Laba Bersih Persen (%) 2010 369.366.074.883 24.418.796.930
2011 406.315.784.681 10% 27.867.834.532 14% 2012 458.197.338.824 13% 30.751.407.882 10% 2013 283.969.000.362 -38% 10.634.675.801 -65%
PT. Martina Berto
Tahun Penjualan Persen (%) Laba Bersih Persen (%) 2010 566.186.416.236 36.763.913.041
2011 648.375.230.795 15% 42.659.406.355 16% 2012 717.788.399.047 11% 45.523.078.819 7% 2013 486.228.049.368 -32% 29.950.810.152 -34%
PT. Mandom Indonesia
Tahun Penjualan Persen (%) Laba Bersih Persen (%) 2010 1.466.938.711.851 131.445.098.783
2011 1.654.617.098.358 13% 140.038.819.641 7% 2012 1.851.152.825.559 12% 150.373.815.969 7% 2013 1.560.074.001.392 -16% 162.219.200.602 8% Sumber: sahamok
Tabel 1.1 menunjukan dari setiap tahunnya perusahaan Kosmetik
mengalami peningkatan dalam penjualan dan laba bersihnya kecuali pada
tahun 2013 yang mengalami penurunan dikarenakan laporan keuangan yang
digunakan menggunakan laporan triwulan ke III. Pada perusahaan PT.
Mustika Ratu Tbk penjualan dari tahun 2010-2011 mengalami peningkatan
sebesar 10% dan pada tahun 2011-2012 penjualan meningkat sebesar 13%
serta pada tahun 2012-2013 penjualan menurun sebesar 38%. Sedangkan laba
bersih pada tahun 2010-2011 mengalami peningkatan sebesar 14% dan pada
3
tahun 2012-2013 laba bersih menurun sebesar 65%. Adanya peningkatan ini
dikarenakan semakin banyaknya minat konsumen terhadap produk-produk
yang dihasilkan PT. Mustika Ratu Tbk sehingga penjualan dan laba yang
dihasilkan meningkat tiap tahunnya.
Pada perusahaan PT. Martina Berto Tbk penjualan dari tahun 2010-2011
mengalami peningkatan sebesar 15% dan pada tahun 2011-2012 penjualan
meningkat sebesar 11% serta pada tahun 2012-2013 penjualan menurun sebesar
32%. Sedangkan laba bersih pada tahun 2010-2011 mengalami peningkatan
sebesar 16% dan pada tahun 2011-2012 laba bersih mengalami peningkatan
sebesar 7% serta pada tahun 2012-2013 laba bersih menurun sebesar 34%.
Adanya peningkatan ini dikarenakan semakin banyaknya minat konsumen
terhadap produk-produk yang dihasilkan PT. Martina Berto Tbk sehingga
penjualan dan laba yang dihasilkan meningkat tiap tahunnya.
Pada perusahaan PT. Mandom Indonesia Tbk penjualan dari tahun
2010-2011 mengalami peningkatan sebesar 13% dan pada tahun 2010-2011-2012
penjualan meningkat sebesar 12% serta pada tahun 2012-2013 penjualan
menurun sebesar 16%. Sedangkan laba bersih pada tahun 2010-2011
mengalami peningkatan sebesar 7% dan pada tahun 2011-2012 laba bersih
mengalami peningkatan sebesar 7% serta pada tahun 2012-2013 laba bersih
meningkat sebesar 8%. Sama halnya dengan PT. Martina Berto, adanya
peningkatan ini dikarenakan semakin banyaknya minat konsumen terhadap
produk-produk yang dihasilkan PT. Mandom Indonesia Tbk sehingga
4
Suatu perusahaan didirikan untuk mendapatkan keuntungan, disamping
kelangsungan hidup dan tanggung jawab sosial. Suatu perusahaan perlu
mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik yaitu dengan
mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
baik yang bersifat jangka panjang maupun jangka pendek. Manajemen
keuangan merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan yang turut
menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Dengan
manajemen keuangan, efisiensi perusahaan dapat mencapai tujuannya yang
dapat dilihat dari kinerja keuangannya.
Kinerja keuangan merupakan penentu ukuran-ukuran tertentu yang
dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba atau
sebagai prestasi yang dicapai oleh suatu perusahaan tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Dengan kinerja
keuangan, dapat membantu perusahaan menemukan kelemahan dan kekuatan
dalam kinerja perusahaan, sehingga dapat dibuat keputusan-keputusan penting
bagi kepentingan perusahaan dimasa yang akan datang.
Untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan dapat
digunakan alat analisis yang disebut analisis rasio keuangan. Untuk
melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio
keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan
mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja,
dalam laporan rugi-laba saja, atau pada neraca dan laporan rugi-laba. Setiap
analisis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap
5
Cara lain untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan adalah
analisis Economic Value Added (EVA). EVA dapat diterapkan pada semua
divisi yang ada di suatu perusahaan, dan biaya modal akan merefleksikan
resiko dari suatu unit bisnis. Untuk mengatasi kesulitan dalam pengukuran
kinerja perusahaan, analisis EVA dapat digunakan. Kelebihan dari analisis
tersebut adalah bahwa EVA mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan
perusahaan dengan cara mengurangi total biaya modal yang timbul sebagai
akibat yang dilakukan. EVA dapat mendorong perusahaan untuk
memperhatikan struktur modalnya. Analisis tersebut juga memiliki kelemahan
yaitu EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada tahun tertentu, proses
perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini
untuk perusahaan yang belum Go Publik sulit untuk di lakukan.
EVA merupakan indikator tentang adanya penambahan nilai dari satu
investasi. EVA yang positif menunjukkan tingkat pengembalian atas modal
yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal, hal ini berarti bahwa
perusahaan mampu menciptakan nilai tambah bagi pemilik perusahaan berupa
tambahan kekayaan. Sedangkan EVA yang negatif berarti total biaya modal
perusahaan lebih besar daripada laba operasi setelah pajak yang diperolehnya,
sehingga kinerja keuangan perusahaan tersebut tidak baik.
Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA merupakan
sistem yang disesuaikan dengan manajemen keuangan karena bertitik berat
pada nilai bagi investor. Menggunakan pendekatan EVA, para manajer akan
6
yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat
biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
Alasan pemilihan obyek penelitian pada perusahaan Kosmetik yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia, karena penjualan perusahaan Kosmetik
meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di
atas, penulis tertarik untuk melakukan pembahasan topik tersebut dalam
skripsi ini dengan judul ”Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Kosmetik
Yang Tercatat di BEI”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan
masalah yang diambil adalah:
1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan kosmetik yang tercatat di
BEI selama tahun 2010-2013?
2. Diantara perusahaan kosmetik yang tercatat di BEI, perusahaan
mana yang mempunyai Economic Value Added yang lebih besar?
C. Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini perlu dilakukan pembatasan agar pembahasan
tidak terlalu meluas dan sesuai dengan judul yang diambil. Adapun batasan
penelitiannya yaitu pada laporan keuangan tahun 2010-2013 perusahaan
Kosmetik yang tercatat di BEI, dan untuk menganalisis menggunakan analisis
7
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah
a. Mengetahui kinerja keuangan perusahaan kosmetik yang tercatat di
BEI selama tahun 2010-2013
b. Mengetahui perusahaan kosmetik yang memberikan Economic Value
Added yang lebih besar.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ditemukan dalam penelitian ini adalah:
a. Bagi Perusahaan Kosmetik
Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi serta perbaikan di masa yang akan datang bagi perusahaan
untuk menerapkan langkah - langkah yang harus diambil guna
mempertahankan atau meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
b. Bagi Investor Perusahaan Kosmetik
Bagi investor atau calon investor, informasi ini berguna untuk
memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan
sehingga dapat memberikan masukan kapan mereka akan melakukan
pengambilan keputusan investasi pada perusahaan kosmetik.
c. Bagi Kreditur Perusahaan Kosmetik
Diharapkan kreditur dapat mempertimbangkan dalam pemberian atau
penolakan permintaan kredit yang di ajukan perusahaan serta dapat dijadikan
8
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi yang
berguna untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang Economic
Value Added serta memberi masukan dalam melakukan penelitian -
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti terdahulu yang digunakan adalah penelitian yang dilakukan
oleh Febriyanti Kusuma W dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan
Perusahaan Telekomunikasi yang Go Publik di BEI”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan telekomunikasi yang
tercatat di BEI sehat dan memberikan nilai tambah ekonomis dan untuk
mengetahui perusahaan mana yang mempunyai kinerja paling baik. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode EVA.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa perusahaan telekomunikasi
yaitu PT. Indosat Tbk pada tahun 2006 memiliki EVA > 0, tahun 2007 dan
2008 EVA < 0. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dari tahun 2006-2008
memiliki nilai EVA > 0. PT. Bakrie Telecom Tbk tahun 2006-2007 memiliki
nilai EVA < 0 dan tahun 2008 memiliki nilai EVA > 0. Dari ketiga perusahaan
tersebut yang memiliki kinerja paling baaik adalah PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk.
Dalam penelitian ini memiliki kesamaan pada alat analisisnya yaitu
mengukur kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA. Perbedaan
dari penelitian ini adalah laporan keuangan yang digunakan peneliti terdahulu
10
bidang Telekomunikasi, sedangkan peneliti sekarang mengunakan tahun 2010
sampai 2013 pada perusahaan Kosmetik.
B. Tinjauan Teori
1. Pengertian Kinerja Keuangan
Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan adalah
prestasi yang dapat dicapai oleh perusahaan dibidang keuangan dalam
suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan.
Disisi lain kinerja keuangan menggambarkan kekuatan struktur keuangan
suatu perusahaan dan sejauh mana asset yang tersedia, perusahaan
sanggup meraih keuntungan. Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan
manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimilki perusahaan secara
efektif dan efisien.
Martono dan Harjito (2008:52) berpendapat bahwa kinerja
keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak
(stakeholders) seperti investor, kreditur, analis, konsultan keuangan,
pialang, pemerintah, dan pihak manajemen sendiri.
Berdasarkan definisi tersebut, maka kinerja perusahaan merupakan
sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu
dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan
hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan
kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati..
11
a. Mengetahui tingkat likuiditas yaitu kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih
b. Mengetahui tingkat leverage yaitu menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi baik jangka panjang maupun jangka pendek
c. Mengetahui tingkat profitabilitas yaitu menunjukkan kemampuan
sebuah perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu
d. Mengetahui tingkat aktivitas yaitu kemampuan sebuah perusahaan
untuk melakukan usahanya dengan stabil yang diukur melalui
kemampuannya mengukur efektivitas investasi dan sumber
ekonominya
2. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja menurut Robertson dalam Mahsun (2009 : 25)
merupakan suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan
sasaran yang telah ditentukan sebelumnya termasuk informasi atas:
efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa,
kualitas barang dan jasa seberapa jauh barang dan jasa diserahkan kepada
pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan, hasil kegiatan
dibandingkan dengan maksud yang diinginkan dan efektivitas tindakan
dalam mencapai tujuan.
Pengukuran kinerja perusahaan dipakai sebagai acuan untuk
mengambil keputusan dan mengevaluasi kinerja manajemen dan unit
masing-12
masing bagian nantinya akan memberikan kontribusi meningkatkan
kualitas kepuasan dan akuntabilitas terhadap keberhasilan perusahaan
dalam mencapai sasaran.
Manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut :
a. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan
membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan
membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya
memberi kepuasan kepada pelanggan.
b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian
dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.
c. Mengidentifikasi pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya
pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).
d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur
menjadi lebih konkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran
organisasi.
e. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan
memberi ”reward” atas perilaku yang diharapkan tersebut.
Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan
balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu
rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan
13
3. Economic Value Added (EVA)
Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart & Stern
seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun
1993 di Amerika Serikat. Menurut Stern Stewart, Economic Value Added
dihitung sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi beban biaya dari
modal dari seluruh modal untuk menghasilkan laba.
Laba operasi setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai
di dalam perusahaan, dan biaya modal diartikan sebagai pengorbanan yang
dikeluarkan dalam penciptaan tersebut. EVA yang menunjukan positif
menunjukan bahwa manjemen perusahaan berhasil meningkatkan nilai
perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen
keuangan yang memaksimalkan nilai perusahaan.
Brigham dan Houston (2006:69) EVA adalah suatu estimasi dari
laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang
bersangkutan. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya
dari seluruh modal, termasuk ekuitas. Berdasarkan definisi dapat
dijelaskan bahwa EVA adalah alat ukur kinerja untuk menganalisis
keuangan perusahaan untuk menilai profitabilitas yang realistis dari
operasi perusahaan dengan menggunakan biaya modal dalam
perhitungannya. Selain itu EVA juga mempertimbangkan dengan adil
harapan para investor melalui perhitungan biaya modal tertimbang dari
14
Setiap perusahaan tentunya menginginkan nilai EVA akan naik terus
menerus, karena EVA adalah tolak ukur fundamental dari tingkat pengembalian
modal (return of capital). Ada beberapa cara untuk meningkatkan nilai EVA
perusahaan yaitu (Widayanto dalam Arifudin (2007:16)):
1) Meningkatkan keuntungan (profit) tanpa menambah modal
2) Menurangi pemakaian modal.
3) Melakukan investasi pada proyek-proyek dengan tingkat
pengembalian tinggi.
Konsep ini tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan
perusahaan sejenis dalam industri dan tidak perlu membuat analisis
kecenderungan dengan tahin-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih
menekankan pada seberapa besar laba yang dihasilkan setelah dikurangi
dengan biaya modal rata-rata tertimbang.
a. Manfaat Economic Value Added
Manfaat yang diperoleh dari penerapann metode EVA didalam
suatu perusahaan menurut (Siddarta, 1997:12):
1) EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai penilaian kinerja
perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan
nilai (value creation).
2) Dengan EVA, para manajer akan berfikir dan juga bertindak
seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang
memaksimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan
15
3) EVA dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi proyek atau
kegiatan yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari
pada biaya modal.
b. Keunggulan dan kelemahan EVA
Keunggulan EVA antara lain:
1) EVA mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan
dengan cara mengurangi total biaya modal yang timbul sebagai
akibat yang dilakukan. Diperhitungkan biaya modal ini
menyebabkan manajemen perusahaan lebih memperhatikan
kepentingan investor yang mengharapkan pengembalian atas
modalnya.
2) EVA akan membantu mengurangi serendah mungkin konflik yang
umum terjadi antara pihak manajemen mengarahkan kegiatan
operasional perusahaan untuk menghasilkan EVA setinggi
mungkin agar para investor mendapatkan penghasilan maksimal.
3) EVA akan mendorong perusahaan untuk memperhatikan struktur
modalnya.
Kelemahan antara lain:
1) EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada tahun tertentu.
Nilai perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur
perusahaan. Dengan demikian bisa saja suatu perusahaan
mempunyai EVA positif tahun sekarang. Tetapi nilai perusahaan
16
2) Konsep EVA tergantung pada transparasi internal dalam
perhitungan EVA secara akurat tapi dalam kenyataannya seringkali
perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi
internalnya.
3) Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal
dan estimasi ini untuk perusahaan yang belum go publik sulit untuk
dilakukan dengan tepat. Untuk perusahaan yang sudah go publik
biaya modal atas ekuitas dapat diperkirakan dengan menggunakan
Capital Asset Pricing Model (CAPM).
c. Strategi Meningkatkan EVA
Menurut Amrullah yang dikutip oleh Arifudin (2007: 22) ada beberapa
strategi untuk meningkatkan EVA:
1) Strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan
keuntungan (Profitable Growth). Hal ini bisa dicapai dengan
menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan
tingkat pengembalian tinggi.
2) Strategi penciptaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi
dalam hal ini menaikkan keuntungan tanpa menggunakan
tambahan modal.
3) Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari
bisnis yang tidak menjanjikan (rationalize and exit unrewording
business).Hal ini berarti menarik modal yang tidak produktif dan
17
pengembalian yang rendah dan menghapus unit bisnis yang tidak
menjanjikan hasil.
d. Perhitungan EVA
EVA adalah suatu estimasi laba ekonomis yang benar atas
suatu bisnis selama tahun tertentu. EVA pada tahun tertentu
menunjukan tentang seberapa besar nilai bersih yang dapat diciptakan
oleh manajemen perusahaan dengan menggunakan semua sumber daya
yang dimilikinya, termasuk penggunaan atas semua sumber dana yang
ada, baik dari pemilik atau pemegang saham maupun krediur.
Rumus:
EVA = NOPAT – Biaya Modal Setelah Pajak
NOPAT = EBIT (1-T)
Dalam menghitung EVA ada beberapa langkah yang harus
dilakukan (Widayanto, 1993:53)
1) Menghitung biaya modal
Biaya modal yaitu semua biaya yang secara riil dikeluarkan oleh
perusahaan dalam rangka mendapatkan sumber dana atau modal.
Brigham dan Houston (2006:467) Biaya modal dalam penggunaannya
memiliki tiga tujuan, yaitu: (a) biaya modal adalah salah satu input
terpenting yang digunakan untuk menghitung nilai tambah ekonomi
(EVA) suatu perusahaan atau devisi. (b) Manajer mengestimasikan dan
menggunakan biaya modal ketika memutuskan apakah akan menyewa
18
pengaturan jasa-jasa monopoli yang diberikan oleh perusahaan listrik,
gas, dan telepon.
Warsono (2003:138) Biaya modal yang digunakan, baik untuk
perusahaan maupun proyek khusus, adalah biaya modal tertimbang.
Biaya modal rata-rata tertimbang ini memiliki beberapa komponen,
yaitu biaya utang (cost of debt), biaya saham preferen (cost of
preferred stock), dan biaya ekuitas (cost of common equity).
Biaya modal merupakan tingkat pengembalian yang di syaratkan
dari semua pembelanjanya. Biaya modal yang digunakan, baik untuk
perusahaan maupun proyek khusus, adalah biaya modal rata-rata
tertimbang. Menurut Martin dan Keown dalam Ariffudin (2007:23)
Faktor yang menentukan biaya biaya modal adalah keadaan umum
perkekonomian, keadaan pasar, keputusan operasional dan pembiayaan
perusahaan, dan besarnya pembiayaan.
Biaya modal rata-rata tertimbang mempunyai beberapa komponen,
yaitu:
a) Biaya Modal Hutang (Cost of Debt)
Biaya hutang menunjukkan seberapa besar biaya yang harus
ditanggung oleh perusahaan karena perusahaan menggunakan dana
yang berasal dari pinjaman. Biaya hutang dihitung berdasarkan tingkat
bunga yang dibayarkan kepada kreditur, biaya hutang dimaksudkan di
sini adalah hutang jangka panjang. Karena bunga dapat dibebankan
19
perlu disesuaikan dengan pajak. Biaya hutang dapat diformulasikan
sebagai berikut:
i. Biaya hutang sebelum pajak (before-tax cost of debet)
Biaya utang sebelum pajak yaitu biaya yang dapat
ditentukan dengan menghitung tingkat hasil internal (yield to
maturity) atas arus kas surat-surat obligasi. Kd merupakan suku
bunga atas utang baru suatu perusahaan atau komponen biaya
dariutang sebelum pajak. Sutrisno (2009:151) Biaya utang sebelum
pajak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Kd = x100%
Keterangan:
Kd = biaya hutang sebelum pajak
ii. Biaya hutang setelah pajak (after-tax cost of debet)
Biaya hutang setelah pajak yaitu biaya yang berkait dengan
utang baru, yang telah memperhitungkan dampak penghematan
pajak akibat adanya beban bunga. Dalam biaya hutang setelah
pajak perusahaan yang menggunakan sebagian sumber dananya
dari hutang akan terkena kewajiban membayar bunga. Beban
bunga akan menyebabkan pajak penghasilan berkurang yang
diminta oleh investor.
Warsono (2003:139) Biaya utang setelah pajak dapat
20
Ki = Kd (1 - T)
= PajakPenghasil an
Labasebelumpajak penghasilan x100%
Keterangan:
Ki = biaya hutang setelah pajak
Kd = biaya hutang sebelum pajak
T = tarif pajak efektif
b) Biaya Saham Preferen
Saham preferen mempunyai karakteristik kombinasi antara utang
dengan modal sendiri atau sham biasa. Salah satu ciri saham preferen
yang mempunyai utang adalah adanya penghasilan tetap bagi
pemegangnya. Pendapatan ini berupa dividen saham preferen. Saham
preferen tidak mempunyai jatuh tempo, sehingga dalam penilaiannya
mempunyai obligasi abadi. Untuk menentukan besarnya biaya saham
preferen, mendasarkan diri pada model penilaian saham preferen.
Biaya saham preferen adalah tingkat pengembalian yang diminta
oleh investor atas saham preferen perusahaan. Biaya saham preferen
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Brigham dan Houston
(2006:471)
Kp =
Keterangan : Kp = biaya saham preferen
Dp = Dividen sahan preferen
21
c) Biaya Modal Sendiri
Dalam membelanjai proyek, di samping dapat diperoleh dengan
penerbitan sekuritas utang, perusahaan dapat menggunakan dana yang
berasal dari pemegang saham biasa. Hal ini dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
i. Biasa Saham Biasa Baru
Dalam melaksanakan suatu proyek terkadang dibutuhkan dana
yang besar, sehingga dana yang bersumber dari utang, saham
preferen, dan laba yang ditahan tidak mencukupi. Untuk mengatasi
hal ini, emisi saham biasa baru dapat dijadikan sebagai
pembelanjaan alternatif tambahan. Biaya saham biasa baru dapat
diformulasikan sebagai berikut: (Warsono 1999:90)
Ke =
( )
+ g
Keterangan :
Ke = biaya ekuitas eksternal
D1 = dividen saham biasa
F = biaya pengambangan
g = tingkat pertumbuhan dividen
Po = harga pasar saham biasa
ii. Laba ditahan
Laba ditahan merupakan tingkat pengembalian yang
diminta oleh pemegang saham atas biaya perusahaan. Biaya modal
22
oleh perusahaan yang memperoleh dana dengan menjual saham
biasa atau menggunakan laba ditahan untuk investasi. Biaya modal
saham biasa atau biaya ekuitas (cost of equity atau ke) dapat
mengalami peningkatan secara internal dengan menahan laba atau
secara ekternal dengan menjual atau mengeluarkan saham biasa
baru. Perusahaan dapat membagikan laba setelah pajak yang
diperoleh sebagai dividen atau menahannya dalam bentuk laba
ditahan. Laba yang ditahan tersebut kemudian digunakan untuk
investasi (reinvestasi) di dalam perusahaan. Laba ditahan yang
digunakan untuk investasi kembali tersebut perlu diperhitungkan
biaya modalnya. Biaya laba ditahan dapat ditentukan dengan tiga
model yaitu:
i) Model Pertumbuhan Dividen
Warsono (2003:147) Pada model pertumbuhan deviden atau
ada yang menyebutnya dengan model arus kas diskonto
(discount cash flow/DCF), besarnya biaya laba ditahan
ditentukan dengan mengacu pada model penilaian saham biasa.
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ks = D1
Po+ g
Keterangan:
Ks = tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh investor
D1 = dividen yang diharapkan pada tahun pertama
23
ii) Model CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Pendekatan model CAPM menegaskan bahwa tingkat hasil
pengembalian atas saham biasa yang dibagikan oleh penanam
modal adalah tingkat bebes resiko ditambah dengan premi
resiko (premi resiko merupakan hasil pengembalian pasar
dikurangi tingkat bunga bebas resiko) dikalikan dengan beta
(resiko saham perusahaan).
Rumus: (Warsono 1999 : 88)
Ks = Rf + β (Rm - Rf)
Keterangan:
Ks = tingkat pengembalian yang diharapkan investor
Rf = tingkat bunga investasi yang diperoleh tanpa resiko
Rm = tingkat keuntungan rata-rata dari seluruh pasar ukuran
resiko dalam perusahaan
iii) Pendekatan Premi Resiko
Dalam model premi resiko ini besarnya tingkat pengembalian
yang disyaratkan oleh para pemegang saham biasa lebih tinggi
daripada tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh para
pemegang obligasi. Pendekatan premi resiko dapat
diformulasikan sebagai berikut: (Warsono 1999:89)
24
Keterangan:
Ks = biaya laba ditahan
Ki = biaya utang setelah pajak
RP = premi resiko
2) Struktur Modal
Warsono (2003:236) Struktur modal adalah merupakan
pertimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang
jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Sementara itu struktur
keuangan adalah pertimbangan antara total utang dengan modal sendiri.
Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain:
a) Laju pertumbuhan dan kemantapan penjualan dimasa yang akan
datang. Semakin tinggi pertumbuhan dan semakin stabil penjualan
dimasa yang akan datang, maka cenderung leverage semakin besar.
b) Struktur kompotitif dalam industri. Semakin kompotitif persaingan
dalam industrinya, semakin kecil kecenderungan perusahaan untuk
menggunakan utang jangka panjang dalam struktur modalnya.
c) Susunan aset dari perusahaan sendiri. Perusahaan yang semakin
besar asetnya berupa aset tetap (fixed asset) biasanya lebih banyak
menggunakan modal sendiri dalam struktur modalnya.
d) Resiko yang dihadapi perusahaan. Semakin besar resiko bisnis
yang dihadapi perusahaan, semakin kecil kecenderungan untuk
25
e) Status kendali dari pemilik dan manajemen. Dengan bertambahnya
saham biasanya yang beredar, kendali para pemilik (sebelumnya)
akan berkurang. Untuk mengantisipasi hal ini, biasanya untuk
menambah modal menggunakan leverage.
f) Sikap kreditur modal terhadap industri dan perusahaan. Semakin
baik persepsi para kreditur terhadap industri dan perusahaan,
semakin mudah perusahaan untuk mendapat utang.
g) Posisi pajak perusahaan. Alasan utama penggunaan utang adalah
bahwa bunga mengurangi pengeluaran pajak, sehingga semakin
besar tarif pajak yang diberlakukan terhadap perusahaan, maka
biaya utang efektif menjadi semakin rendah.
h) Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menerbitkan modal
dalam kondisi tidak baik.
i) Konservatisme atau agresivisme manajerial. Beberapa manajer
perusahaan yang agresif cenderung untuk menggunakan utang
dalam usaha untuk mendorong laba. Faktor ini tidak berpengaruh
terhadap struktur modal optimal aatu pemaksimuman nilai, tetapi
hal ini dapat berpengaruh manajer dalam menentukan struktur
modal sasaran.
3) Menghitung Biaya Rata-Rata Tertimbang (WACC)
Biaya rata-rata tertimbang adalah biaya modal yang diberikan
investor yang digunakan untuk mendanai proyek-proyek baru. Komponen
26
oleh investor dan dikenakan bunga, obligasi jangka panjang dan wesel
bayar bank. Tidak termasuk utang dan aktual karena pos-pos tersebut tidak
berasal dari investor (Brigham, 2011:23).
Biaya modal yang tepat digunakan dalam pembuatan keputusan
keuangan adalah biaya modal rata- rata tertimbang. Dasar pemikiran
penggunaan biaya modal rata-rata tertimbang adalah bahwa
masing-masing sumber pembelanjaan tidak sama. Untuk menghitung biaya modal
secara keseluruhan, maka harus mempertimbangkan bobot atau biaya
modal ini, semua tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh sumber
pembelanjaan dapat diakomodasi.
Brigham dan Houston (2006:484) biaya rata-rata tertimbang
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
WACC = Wd Kd (1 - T) + Wp Kp + Ws Ks
Keterangan:
WACC = biaya modal rata-rata tertimbang
Kd = biaya modal hutang
T = tingkat pajak
Wp = bobot saham preferen
Kp = biaya saham preferen
Ws = bobot ekuitas biasa
27
4) Menghitung NOPAT
NOPAT berarti laba bersih operasional setelah pajak. NOPAT
merupakan total jumlah selisih penghasilan dan beban bunga, laba/rugi
lain-lain yang terkait dengan operasional perusahaan, juga beban pajak
penghasilan. NOPAT juga dapat dihitung dengan prespektif operating.
NOPAT merupakan penyesuaian dari laba setelah pajak. Besar NOPAT ini
tidak memberikan dampak dari profitabilitas ataupun resiko bisnis.
Menurut Sartono (2001:100) NOPAT atau yang biasa dikenal
dengan laba operasi setelah pajak merupakan sejumlah laba perusahaan
yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki hutang dan
tidak memiliki asset finansial. Jika dua perusahaan memiliki utang yang
berbeda, dan juga jumlah pembayaran bunga, perusahaan tersebut
memiliki kinerja operasi yang sama tetapi berbeda pada penghasilan
bersih, maka perusahaan dengan lebih banyak utang akan memiliki net
income yang lebih kecil.
NOPAT dapat diformulasikan sebagai berikut:
NOPAT = EBIT (1-T)
5) Standar pengukuran EVA
Standar ukuran hasil pertimbangan dari analisis EVA menurut
Widayanto (1993:52) yaitu:
EVA > 0 : Maka manajemen telah memberikan nilai tambah ekonomis
28
EVA = 0 : Maka perusahaan memiliki titik EVA yang impas, karena
semua laba digunakan untuk membayar semua
EVA < 0 : Maka manajemen tidak memberikan nilai tambah ekonomis
ke dalam perusahaan karena laba yang tersedia tidak bisa
memenuhi harapan penyandang dana (terutama pemegang
saham)
[image:47.612.193.501.360.707.2]b. Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 1
29
Pada gambar 1 menunjukan bahwa perusahaan Kosmetik dalam
menganalisis kinerja perusahaan menggunakan analisis EVA. Dimana laba
bersih setelah pajak (NOPAT) dikurangi dengan biaya modal setelah pajak,
apakah nilai EVA ≥ 0 atau EVA ≤ dari 0. Jika EVA ≥ 0 maka perusahaan
dinyatakan sehat dan perusahaan telah memberi Economic Value Added ke
dalam perusahaan karena laba yang tersedia bisa memenuhi harapan investor.
Apabila EVA ≤ dari 0 maka perusahaan dinyatakan tidak sehat dan
perusahaan tidak memberikan Economic Value Added ke dalam perusahaan
karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan investor.Hal tersebut
dimaksudkan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan pada akhir periode.
c. HIPOTESIS
Berdasarkan latar belakang dan teori yang ada, maka hipotesis yang akan
diajukan untuk penelitian ini adalah:
a. Diduga kinerja keuangan perusahaan Kosmetik yang Go Publik di BEI pada
tahun 2010-2013 dapat memberikan Economic Value Added bagi investor.
b. Diduga PT. Mandom Indonesia, memberikan Economic Value Added