Latar Belakang
Akhir-akhir ini terjadi peningkatan kekerasan di masyarakat pada umumnya
seperti, perilaku agresi yang dilakukan remaja, baik verbal (berupa cacian atau hinaan)
atau non verbal (berupa perbuatan fisik). Salah satu contoh perilaku agresi pada remaja
adalah percekcokan antar remaja yang berujung perkelahian atau tawuran. Aksi
kekerasan yang dilakukan para remaja dapat terjadi di mana saja dan kapan saja di
lingkungan sekitar, di jalan, sekolah, lingkungan perumahan, di perdesaan maupun di
perkotaan.
Agresi sendiri merupakan fenomena yang dinamis dan beragam, karena
merupakan kompleksitas perilaku manusia (Gendreau & Archer, 2005; Lewis, 2005).
Agresi adalah perilaku yang menyebabkan pengalaman yang menyakitkan untuk orang
lain atau suatu tindakan yang merusak diri sendiri, orang lain dan barang-barang
(Tentama et al., 2012).
Berdasarkan laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia bahwa tawuran
pelajar semakin meningkat, berdasarkan data yang bersumber dari laporan masyarakat,
bidang data dan informasi pengaduan, pada tahun 2010 terdapat 128 kasus tawuran,
2011 terdapat 330 kasus tawuran, pada tahun 2012 terdapat 139 kasus tawuran, dan 147
tawuran dan 82 anak tewas (www.viva.news, 2013). Berbagai macam perilaku agresi pada remaja saat ini, seperti tawuran antar pelajar sedang marak diberbagai kota,
daerah, ataupun lingkungan sekitar yang sering tayang di media massa. Salah satu
faktor penyebabnya diawali dengan kemarahan yang menimbulkan percekcokan antar
remaja yang berujung dengan perkelahian.
Perilaku agresi yang dilakukan secara terang-terangan tersebut atau karena
adanya permusuhan, provokasi dan rasa marah merupakan salah satu bentuk agresi yang
didasarkan atas emosi negatif yang menghadirkan kekhawatiran di lingkungannya
(Bushman & Anderson, 2002; Boyd et al, 2008). Emosi dasar negatif merupakan suatu keadaan dalam diri seseorang yang dirasakan kurang menyenangkan sehingga
mempengaruhi sikap dan perilaku individu dalam berhubungan dengan orang lain
▸ Baca selengkapnya: pertanyaan tentang keharmonisan keluarga
(2)Menurut Barry & Lochman (2004), remaja yang berperilaku agresi
menunjukkan perilaku kekerasan yang berdampak pada perilaku anti sosial, melanggar
aturan norma dimasyarakat. Kondisi tersebut membuat remaja sering dianggap sebagai
hasil dari faktor keluarga yang membentuk kepribadian menjadi remaja yang
berperilaku agresi. Hal ini pada akhirnya dapat menganggu pola perkembangan remaja.
Pelaku tindakan agresi tersebut cenderung dihindari atau dikucilkan oleh
masyarakat. Akibatnya, remaja dapat mengalami gangguan psikis pada dirinya, seperti
berperilaku antisosial, yang pada akhirnya akan merugikan remaja sehingga dapat
menghambat tugas-tugas perkembangan pada masa remaja.
Praptiani (2011) menjelaskan, perilaku agresi terjadi karena individu
menanggapi adanya provokasi, serangan atau penghinaan yang diwujudkan dengan
tindakan untuk mempertahankan diri dengan kemarahan, maka perilaku agresi
merupakan perilaku yang merugikan orang lain.
Munculnya perilaku agresi dikalangan remaja saat ini dikarenakan kurangnya
pemahaman serta kesadaran remaja terhadap nilai-nilai moral yang baik dalam
berperilaku. Masa remaja merupakan masa kristis dimana remaja memerlukan
bimbingan dalam keseharian untuk mencapai tugas-tugas perkembangannya dengan
baik. Peran orangtua sebagai pendidik pertama bagi remaja memiliki pengaruh kuat
dalam mencapai kehidupan dan masa depannya. Kenyamanan didalam lingkungan
keluarga membawa dampak pada remaja untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya.
Keharmonisan dalam keluarga, adanya saling berinteraksi dengan baik dan
saling melengkapi sangat penting untuk mencapai kebermaknaan hidup remaja dalam
hubungan keluarga. Remaja yang terpenuhi kebutuhan secara psikologis serta mencapai
kebermaknaan hidup lebih kecil kecenderungan untuk berperilaku menyimpang.
Kebutuhan psikologis ini akan didapatkan remaja dari keluarga yang harmonis dan
sehat (Maria, 2007; Chuang, 2005).
Sebaliknya, ketidakharmonisan keluarga dapat mengganggu keseimbangan
psikologis remaja sehingga mengganggu pemahaman remaja untuk mengenali dirinya
kepribadian remaja yang berdampak pada tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma
dimasyarakat.
Dzuka & Dalbert (2007) menjelaskan, bahwa perilaku agresi termasuk perilaku
kenakalan yang dipicu oleh adanya tingkat keharmonisan keluarga yang rendah. Tidak
adanya kebahagiaan dalam keluarga berdampak pada pembentukan kepribadiannya,
karena ketidakharmonisan keluarga dapat memunculkan gejala psikis. Dukungan sosial
terutama keluarga dalam membangun keharmonisan keluarga memiliki efek positif
berdampak pada kesejahteraan remaja.
Kemampuan orangtua dalam mendidik anak memiliki peran penting dalam
mengendalikan tingkah laku anak, terutama memasuki masa remaja dimana remaja
berada dalam keadaan labil dan emosional serta merupakan masa transisi yang dapat
menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan perilaku agresi. Bila
remaja merasa tidak bahagia dipenuhi banyak konflik batin, baik konflik yang berasal
dari dalam dirinya, pergaulannya maupun keluarganya membuat remaja mengalami
frustasi yang memunculkan rasa amarah atau kelabilan emosional yang berujung pada
perilaku agresi.
Menurut Berkowitz (2003), perilaku agresi terjadi karena munculnya frustasi
yang menyebabkan kemarahan atau adanya kompetisi atau persaingan juga bisa
memunculkan perilaku agresi. Individu yang berperilaku agresi cenderung jarang
dikelilingi teman dan keluarga yang mencintainya. Di sini terjadi pembentukan konsep
diri, konsep diri sendiri sangat penting untuk tumbuh kembang remaja, karena memiliki
dampak persepsi remaja tentang diri mereka sendiri yang terlihat dari seluruh perilaku
sesuai dengan cara individu memandang dirinya sendiri (Sobur, 2003 Torregosa et al, 2011).
Masa remaja adalah tahap perkembangan ditandai oleh perubahan fisik, kognitif
dan sosial. Namun, perubahan selama masa remaja tidak hanya pengaruh sosial pada
perilaku remaja, tetapi juga dalam perjalanan perkembangan remaja dalam melihat,
memahami serta mempersepsikan diri mereka sendiri, yang biasa disebut dengan
konsep diri. Adanya dukungan khususnya keluarga atau kurangnya dukungan akan
Pemahaman remaja tentang dirinya merupakan hasil dari pembentukan
kepribadian yang berasal dari lingkungan tempat tinggalnya yaitu keluarga, sehingga
remaja yang mampu memahami serta mengintepretasi dengan baik setiap tingkah laku
yang muncul pada dirinya merupakan hasil dari pengasuhan. Terbentuknya konsep diri
yang tinggi membuat remaja menumbuhkan karakter serta perilaku yang baik di
lingkungannya sehingga remaja mampu berkembang dengan baik sesuai dengan
tugas-tugas perkembangannya.
Taylor et al. (2007), menjelaskan bahwa rendahnya konsep diri pada remaja mendukung kemungkinan lebih besar munculnya kekerasan atau perilaku agresi.
Remaja yang memiliki persepsi negatif tentang kemampuannya sendiri lebih besar
peluangnya memunculkan perilaku agresi. Dibandingkan remaja yang memiliki persepsi
lebih positif terhadap kemampuan dirinya.
Remaja yang memiliki konsep diri tinggi yang ditandai dengan kemampuan
bersosialisasi yang baik, memiliki kepercayaan diri, serta harga diri yang tinggi
cenderung berasal dari keluarga yang harmonis bagi dirinya karena adanya dukungan,
rasa aman dan kenyamanan dalam keluarganya sehingga berpengaruh pada perilaku
yang baik di lingkungannya. Sebaliknya, remaja dengan konsep diri yang rendah yang
ditandai dengan kurangnya kemampuan komunikasi, antisosial, harga diri yang rendah,
dan emosional karena adanya konflik batin di antara dirinya dan anggota keluarga
lainnya
Berdasarkan paparan di atas, ketidakharmonisan dalam keluarga dan konsep diri
rendah mengganggu perkembangan psikologis seseorang yang dapat memicu perilaku
agresi. Adapun rumusan masalah dalam latar belakang penelitian ini apakah terdapat
adanya hubungan persepsi keharmonisan keluarga, konsep diri, dan perilaku agresi
remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi
HUBUNGAN PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA,
KONSEP DIRI, DAN
PERILAKU AGRESI REMAJA
TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai
Derajat Magister Sains Psikologi
Diajukan Oleh:
Mayya Kholidah
NIM 201110440211018
PROGAM PASCASARJANA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan ridho
dan ma’unah-Nya akhirnya Skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan umat Islam, Nabi
besar Muhammad SAW, yang dengan jiwa sucinya penuh pengorbanan dan keihklasan
telah membimbing dan menuntun umatnya ke jalan yang penuh dengan cahaya ilmu
yang di Ridloi oleh Allah SWT. Penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul ‘’
Hubungan Persepsi Keharmonisan Keluarga, Konsep Diri, Dan Perilaku
Agresi Remaja
”. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan gelar
Magister Sains Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Penyelesaian Tesis ini atas bantuan banyak pihak baik moril maupun
materil yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Untuk itu
sebagai ungkapan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada yang terhormat BapakIbu:
1. Dr. Muhadjir Effendi., MAP. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang
2. Dr. Latipun.,M.Kes. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Malang, sekaligus sebagai Ketua Progam Studi Magister Psikologi.
3. Dr. Fattah Hanurawan.,M.Si. selaku dosen pembimbing I.
4. Yudi Suharsono., S.Psi. M.Si,Psi. selaku dosen pembimbing II.
5. Dr. Dyah Karmiyati.,M.Si selaku dosen penguji.
6. Dra. Cahyaning Suryaningrum.,M.Psi selaku dosen penguji.
7. Para dosen dan Pembina mata kuliah serta para staf administrasi dilingkungan
progam Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang atas pelayanan dan
8. Para guru serta siswa-siswi SMA Kemala Bhayangkari Gasum 3 Porong yang telah
memberikan informasi serta keediaan untuk memberikan izin untuk mengambil
subyek penelitian di sekolah. Percobaan I sebagai tempat penelitian dan
pengambilan data hingga penelitian ini selesai.
9. Aba dan ibu penulis yang dengan penuh kesabaran dan ikhlas telah mengasuh,
membesarkan dan membiayai baik materil maupun spirital serta mengalirkan
doa-doanya untuk kebahagian putrinya di dunia maupun di akhirat.
10.Saudara-saudara penulis (Mbak Senja, Mbak Niya dan de’ Arief yang tercinta) yang selalu memberi dorongan motivasi sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
11.Mas Ihsan yang senantiasa pengertian, sabar, baik memberi motivasi kepada penulis
sehingga dapat terselesaikan Tesis ini.
12.The chepitings (Pingkan, Ila, Dora, Shinta). Yang memberi motivasi, doa dan dukungan.
13.Ria dan Ratna, terima kasih dukungan dan motivasinya, serta sudah menjadi teman
terbaikq.
14.Seluruh mahasiswa magister psikologi Dwi, Bu Tanti, pak azis serta semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu-satu, yang telah memberikan
motivasi, dukungan, dan membantu terselesaikannya Tesis ini.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
terdapat banyak kekurangan dan kelemahan yang disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan penulis dan keterbatasan waktu. Untuk itu segala kritikan dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Malang, 22 Januari 2014
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
SURAT PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
INTISARI ... v
ABSTRACK ... vi
LATAR BELAKANG ... 1
KAJIAN PUSTAKA Hubungan Persepsi Keharmonisan Keluarga dan perilaku agresi ... 5
Hubungan Konsep Diri dan Perilaku Agresi ... 6
Hubungan Persepsi Keharmonisan Keluarga, Konsep Diri, dan Perilaku Agresi ... 8
METODE Subyek ... 9
Instrumen ... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Korelasi ... 10
Hasil Uji Regresi Berganda ... 11
Pembahasan ... 11
Simpulan ... 18
Implikasi ... 18
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Uji Korelasi ... 10
LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 25
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Persepsi Keharmonisan Keluarga ... 36
Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Keharmonisan Keluarga... 38
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Konsep Diri ... 39
Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas Konsep Diri ... 41
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas Perilaku Agresi ... 42
Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Perilaku Agresi ... 43
Lampiran 8. Hasil Uji Regresi Berganda ... 44
Daftar Pustaka
Ali, M. (2005). Impact of self-concept of disabled learners on inclusive physical education. Journal of Distance Education, 13 (4).
Anantasari. (2006). Menyikapi perilaku agresif anak. Jakarta: Kanisius
Anderson, C. A., & Bushman. B.J. (2002). Human agression. Annual Reviews of Psycology, 53,27-51.
Ayub, N. (2010). The relationship between self-concept andsatisfaction with life among adolescents. The International Journal of interdisciplinari Sosial Sciences, 5 (4),82-92.
Barry, T. D., & Lochman, J. E. (2004). Aggression in adolescents: Strategies for parents and educators. Journal of International Criminal Justice, 10, 189 – 207.
Barnow, S., Lucht, M. & Freyberger, H. (2005). Correlates of aggressive and delinquent conduct problems in adolescence. Aggressive Behavior, 24-39.
Berkowitz, L. (2003). Emotional behavior. (Terjemahkan oleh Hartantni Waro Susiatni). Jakarta : PPM.
Boyd, C., Young. A., Goldstein., Sara. E. (2008).Relational aggression at school: Associations with school safety and social climate. Journal Youth Adolescence,
37, 641–654
Buelga, S., Musitu. G., Murgui. S., & Pons. J. (2008). Reputation, loneliness, satisfaction with life and aggressive behavior in adolescence. The Spanish Journal of Psychology, 11 (1), 192-200.
Chang, L., Chang. C. M., Stewart. S. M., & Au. E. (2003). Life satisfaction, self-concept, and family relations in Chinese adolescents and children. International Journal of Behavioral Development, 27 (2), 182–189.
Chuang, C. Y. (2005). Effects of interaction pattern on family harmony and will being: test of international personaly theori and relational-models theory and confucian ethics. Journal Social Psikology, 8, 272-291.
Dariyo, A. (2004). Psikologi perkembangan remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.
Dayakisni, T., & Hudaniah. (2009). Psikologi sosial. Edisi Ketiga. Malang: UMM Press.
Denson, T. F., Dewall, C. T., Finkel. E. J. (2012). Self-control and aggression. Current directions in psychological science, 21(1), 20 –25.
Djamarah, S. B. (2004). Pola komunikasi orang tua & anak dalam keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Fatimah, E. (2006). Psikologi perkembangan. Jakarta: CV Pustaka Setia.
Gasa, V. (2012). Exploring the relationship between learners’ aggressive behaviour and disrupted family life. Anthropologist, 14 (3), 199-207.
Geen, R. G. (2001). Human aggression. 2 nd Edition. Open University Press, Great Britain.
Gendreau, P. L. & Archer, J. (2005). Subtypes of aggression in humans and animals. In Tremblay, R.E., Hartup, W.W. & Archer, J. (Eds.) Developmental Origins of Aggression. (pp. 25-46). Rockville, USA.
Goodwin, J. C. (2010). Research in psychology method and design. (Six Edition). 329-336.
Goleman, D. (2002).Kecerdasan emosional. (TerjemahanHermaya). Jakarta: PT. Gramedia.
Gove, M., Huang. C., & Hui. G. (2012). Confucianism and Chinese families: values and practices in education. International Journal of Humanities and Social Science. 2 (3), 10-14.
Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi perkembangan anak, remaja dan keluarga. Jakarta: PT. Gunung Mulia.
Hadi, S. (2000). Metodelogi research. Yogyakarta: Andi Offest.
Hassan, A., Yusoof. F., Alavi. (2012). The relationship between parental skill and family functioning to the psychological well-being of parents and children. International Conference on Humanity, History and Society. 1 (34), 152-158.
Hay, I., Ashman, A.F. & Ballinger, M. (2000). Investigating the factors that influence the formation of adolescents emotional stability and general self-concept. Self-Concept Theory, Research and Practice: Advances for the New Millennium. 263-270.
Henderson, C. E., Dakof. G.A., Schwartz. S. J., & Liddle. H.A. (2006). Family functioning, self-concept, and severity of adolescent externalizing problems.
Journal Child Family Student, 15, 721–731. http://www.lazuardibirru.org.page/2/#Uq0pofxxHtA.
http://article.wn.com/view/2012/09/28/Sultan_Tawuran_Pelajar_Akibat_Pembiaran/#/re lated_news
Hurlock, E. B. (2004). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Hook,T. L. (2007). The role of self-concept and narcisme in aggression. Disertation. University of Saska.
Kartono, K. (2000). Hygence mental. Jakarta: Mandar Maju.
Latipun., & Notosoedirjo, M. (2007). Kesehatan mental. Malang: UMM Press.
Lam, Fielding, McDowell, Johnston, Chan, & Leung, Lam. (2010). Perspectives on family health, happiness and harmony (3H) among Hong Kong Chinese people: a qualitative study. Healt Education Research, 26 (4), 664-674.
Lestari, S. (2012). Psikologi keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Lewis, D. O. (2005). Adult antisocial behaviour, criminality and violence. In Sadock B.J. & Sadock, V.A. (Eds.) Caplans & Sadock’s Comprehensive Textbook of
Psychiatry. pp. 2258-2272.
Lind, D. A., Marchal, W. G., & Wathen, S. A. (2008). Statistical Techniques in Business & Economics (13edition). USA: McGraw-Hill.
Lopez, E. E., Olaizola, J.H., Ferrer, B.M., & Ochoa, G.M. (2006). Aggressive and nonaggressive rejected student: An analysis of their differences. Psychology In The School, 43 (3), 387-394.
Lopez, E. E., Ochoa. M.G., Perez. M.S., & Ruiz. M.D. (2008). Adolescent aggression: Effects of gender and family and school environments. Journal of Adolescence,
31, 433–450.
Maria, U. (2007). Peran persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Tesis. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Marina. (2000). Hubungan antara tipe kepribadian introvert-ekstrovert dan tingkah laku penyalahgunaan heroin pada remaja. Jurnal Psikologi, 5, 1-3.
Muawanah, B. L., Suroso., & Pratikto. H. (2012). Kematanggan emosi, konsep diri, dan kenakalan remaja. Jurnal Psikologi Persona, 01 (01).
Myers, D. G. (2005). Social psychology. (8 ed.), McGraw Hill, New York.
Orpinas, P. & Frankwoski, R. (2001). The aggression scale : A self-report measure of aggressive behavior for young adolescents. Journal of Early Adolescence, 21 (1), 50-67.
Pakdemir., Kocoglu, M., & Gurkan, C. G. (2013). The effects of harmony of family, distributive justice, and role ambiguity on family member impediment: The mediating role of relationship conflict as an example of developing country turkey. Asian Social Science, 9 (9), 131-145.
Praptiani, S. (2012). Pengaruh kontrol diri terhadap agresivitas remaja. Tesis. Malang: Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.
Piers, E. V. (2002). Piers-Harris children's self-concept scale: Revised manual 2002. Los Angeles: WPS.
Rakhmad, J. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Ramirez, J. M, & Andreu, J. M. (2001). International review of social phsycolog.
aggression’s typologies (in press). Human aggression: Amultifaceted
Phenomenen.79-88.
Ramires, T., Izquerdo, T., Vicuna, A., Sanchez, M., Montero, M., & Moreno, P. (2013). Parental skills to promote learning in vulnerable contexts: An analysis from the
students’, parents and teachers perceptions. Paper Presented. 1-21.
Saad, H. M. (2003). Perkelahian pelajar: Potret siswa smu di dki Jakarta. Galang Press. Yogyakarta.
Sharma, A. (2012). Aggressive behavior in University Students: The role of family environment. Advances in Asian Social Science (AASS), 3 (1), 622-628.
Sobur, A. (2003). Psikologi umum. Bandung: PT Rosda karya.
Shek, D. T. L, & Kwok, S. Y. C. L (2008). Hopelessness, family functioning and suicidal ideation among Chinese adolescents in Hong Kong. The Open Family Studies Journal, 1, 49-55.
Taylor, L. D., Kean, P. D., & Malanchuk, O. (2007). Self-esteem, academic self-concept, and aggression at school. Aggressive Behavior. 33, 130–136.
Tailor, E., Shelley., Peplau, A., Letitia., Sears, O., David. (2012). Psikologi sosial. Edisi Kedua Belas. (Terjemahan oleh B. S. Wibowo Tri). Jakarta: Kencan Prenada Media.
Tentama, F. (2012). Perilaku anak agresif. Asesmen dan Intervensi, 6 (2), 162-232. Thomaes, S., & Bhusman, B. J. (2008). Mirror-mirror on the wall, who’s the most
aggressive of them all? narcissism, self-esteem, and aggression. USA. University of Michigan.
Tuttel, D., & Tuttel, N. (2004). Self-esteem and adjusting with blindness: The process of responding to life's demands. (3 Rd ed). Paper black.
Torregrosa, S., Maria., Ingles, J., Candido., Fernandes. G., & M. Jose. (2011). Aggressive behavior as a predictor of self-concept:A study with a sample of Spanish Compulsory SecondaryEducation Students. Journal of Psychosocial Intervention, 20, 201-212.
Trinidad, D. R., Chou, C. P., Johnson, C. A., Unger, J. B., & Li. Y. (2003). Family harmony as a protective factor against adolescent tobacco and alcohol use in Wuhan, China. Substance Use & Misuse, 38 (8), 1159–1171.
Winarsunu. T. (2010). Statistik psikologi penelitian. Malang: UMM. www.vivanews.com. (2013).
Yan. K., & Haihui. Z. (2005). A decade comparison: Self-concept of gifted and non gifted adolescents. International Education Journal, 6 (2), 224-231.
Yan. Y. M., & Yammi. (2006). Aggressive adolescents self-concept. Thesis. City University of Hongkong.
Yap. P. M. E. H., & Tan. B. H. (2011). Families’ experience of harmony and disharmony insystemic psychotherapy and its effects on family life. Journal of Family Therapy, 33, 302–331.
Yudha.T. P, & Christine. (2005).Hubungan antara kesesakan dan konsep diri dengan intensi perilaku agresi: Studi pada remaja di pemukiman kumuh kelurahan Angke Jakarta Barat. Jurnal Psikologi, 3 (1), 24-43.