• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN

KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

KENAKALAN REMAJA

DHILLA ROYANTINA S300160043

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

brought to you by CORE

View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

(2)

ii

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN

KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

KENAKALAN REMAJA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Psikologi Dalam Ilmu Psikologi

DHILLA ROYANTINA S300160043

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2

(3)
(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : DHILLA ROYANTINA

NIM : S300160043

Program Studi : Magister Psikologi

Judul Tesis : HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN

KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

KENAKALAN REMAJA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tesis yang saya buat dan serahkan ini merupakan hasil karya saya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan yang semuanya telah saya jelaskan sumbernya. Apabila dikemudian hari terbukti dan dapat dibuktikan bahwa tesis ini hasil plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi apapun dari sekolah Pascasarjana dan atau gelar dan ijazah yang diberikan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta batal saya terima.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 3 Desember 2019 Yang menyatakan,

(Dhilla Royantina)

(5)

1

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN

KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

KENAKALAN REMAJA

ABSTRAKSI

Perilaku kecenderungan kenakalan remaja merupakan patologi sosial yang sering terjadi, pelaku kenakalan ini adalah remaja. Biasanya remaja ini mengaku dari keluarga yang tidak harmonis dan memiliki konsep diri rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keharmonisan keluarga dan konsep diri dengan kecenderungan kenakalan remaja. Populasi penelitian ini adalah remaja yang tinggal dan menetap di beberapa daerah rawan kenakalan remaja, antara usia 15-22 tahun. Dengan jumlah sampel 300 murid, ke 300 murid ini adalah remaja usia 15–22 tahun, yaitu siswa-siswi kelas XI dan XII dengan tehnik purposive sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen penelitian ada 3 skala yaitu skala kecenderungan kenakalan remaja, skala keharmonisan keluarga, skala konsep diri. Pengambilan data digunakan tryout terpakai. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi dengan bantuan komputer program SPSS versi 20.0 for windows. Hasil analisis data ditemukan bahwa (1) tidak ada hubungan keharmonisan keluarga dengan kecenderungan kenakalan remaja dengan nilai sig>0,05. Dengan demikian tidak ada hubungan keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja; (2) Tidak ada hubungan konsep diri dengan kecenderungan kenakalan remaja, dengan nilai sig>0,05. Dengan demikian tidak ada hubungan konsep diridengan kecenderungan kenakalan remaja. Kesimpulan pada penelitian ini adalah keharmonisan keluarga dan konsep diri tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kecenderungan kenakalan remaja.

Kata kunci: Kecenderungan Kenakalan Remaja, Keharmonisan Keluarga, Konsep Diri

ABSTRACTION

Tendency to juvenile delinquency behavior is a social pathology that often occ3urs, the perpetrators of this delinquency are teenagers. Usually these teen3agers claim to be from a family that is not harmonious and has a low self-concept. The purpose of this study was to determine the relationship of family harmony and self-concept with juvenile delinquency tendencies. The study population was adolescents who lived and settled in some areas prone to juvenile delinquency, between the ages of 15-22 years. With a sample size of 300 students, the 300 students are teenagers aged 15-22 years, namely students of class XI and XII it is using purposive sampling technique. The research method used is correlation with quantitative approaches. There are 3 research instruments, namely the scale of tendency to juvenile delinquency, the scale of family harmony, the

(6)

2

scale of self-concept. Retrieval of data used tryout used. The data analysis technique used is regression analysis with the help of a computer program SPSS version 20.0 for windows. The results of data analysis found that (1) there was no relationship of tendency to juvenile delinquency with family harmony with a value of sig>0,05. Thus there is no relationship of tendency to juvenile delinquency with family harmony; (2) There is no relationship of tendency to juvenile delinquency with self-concept, with a value of sig>0,05. Thus there is no relationship between tendency to juvenile delinquency with self-concept. The conclusion of this study is family harmony and self-concept do not have a significant relationship with tendency to juvenile delinquency.

Keywords: Tendency tojuvenile delinquency, Family harmony, Self-concept

1. PENDAHULUAN

Fase remaja adalah tahapan tumbuh kembang manusia yang merupakan masa dimana manusia atau remaja mencari jati diri sebagai sosok manusia yang memiliki fisik dan psikis juga pikiran. Juvenile delinquency ialah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/ kenakalan anak-anak muda, biasanya usia 12-18 tahun, merupakan gejalasakit (patologis), (Kartono, 2017). Menjadi tahu, dari kecil menjadi dewasa atau contoh dari kenakalan remaja adalah tawuran dan balap motor liar, seksbebas, napza. Hubungan keharmonisan keluarga dan konsep diri dengan kecenderungan kenakalan remaja sebagai mana penelitian (Oktaviani, Oktaviani, Desy., Lukmawati., 2018) menunjukkan apabila keharmonisan keluarga rendah kenakalan remaja semakin tinggi. Sedangkan (Setiono, 2011) mendefinisikan keharmonisan keluarga adalah perkembangan kepribadian sebagai interaksi antara anggota keluarga khususnya menurut sudut pandang psikologi perkembangan. Adapun (Feist, 2009) mendefinisikan konsep diri merupakan

(7)

3

sendiri. Hal ini dapat didiagnosis sebagai gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja (PPDGJ-III). Diantaranya adalah konvoi dengan membawa bom Molotov dan tawuran yang terjadi di Klaten. Kemudian adanya kejadian tawuran di Boyolali. Kejadian tawuran yang melibatkan murid SMA N 2 Cepu juga merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja yang marak terjadi. Kejadiannya tepatnya diluar jam sekolah dan terjadi antara perguruan silat di Cepu yang anggotanya adalah murid SMA N 2 Cepu. Sebagaimana terlihat pada tabel 1.1 kasus-kasus yang terjadi dapat dilihat, untuk itu berdasarkan tabel 1.1 nampak bahwa bentuk dari permasalahan kasus-kasus kecenderungan kenakalan remaja sebagai berikut adalah tersebut nilai yang tertinggi adalah kasus HP porno sebesar 48%, disusul merokok dan membolos masing-masing sebesar 20% dan kasus seks bebas sebesar 6% sama dengan kasus tawuran yaitu sebesar 6%. Kemudian (Purnamasari, 2017) menyebutkan bahwa di Jagakarsa, Jakarta Selatan, sekelompok remaja yang tergabung di geng motor sengaja membuat onar (selasa, 23/5/2017). Disusul kejadian tawuran antara siswa SMK Bina Kusuma dan Sadar Wisata Ruteng, kabupaten Manggarai, (Riskinayasari, 2015) yaitu konsep diri memiliki hubungan dengan kenakalan remaja, hal ini menurut Riskinayasari remaja nakal karena memiliki konsep diri rendah. Biasanya remaja tersebut cenderung berkelompok. (Muniriyanto dan Suharnan, 2014) menunjukkan konsep diri, dan kenakalan remaja ketiganya saling berhubungan.

(8)

4

Berdasarkan proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2013 jumlah penduduk Indonesia pada 2018 mencapai 265 juta jiwa (Bappenas, 2018). Data BNN tahun 2016, tercatat 27,32% pengguna narkoba di Indonesia berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Data tersebut didapat dari penelitian Puslitkes Universitas Indonesia (UI) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) pada 2016. Data mengenai KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) menurut data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) sepanjang tahun 2010-2017 memperlihatkan bahwa sedikitnya 22 orang perempuan perhari mengalami KTD (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), 2017). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan terdapat 2,4 juta kasus aborsi dilakukan oleh remaja siswa SMP dan SMA. Pada tahun 2016 (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2016) tercatat terdapat 8,3% remaja laki-laki dan 1% remaja perempuan secara aktif melakukan seks bebas diluar pernikahan. Selain itu, yang sangat mengkhawatirkan adalah tindakan-tindakan pidana seperti penganiayaan pencurian dan perampasan.

Tabel 1.1

Bentuk dan persentase kasus kenakalan di SMA N 2 Cepu Periode2018/2019

No Tindakan Nakal Jumlah Persentase

(100%) 1 Merokok 20% 2 Membolos 20% 3 SeksBebas 6% 4 Tawuran 6% 5 HP Porno 48% Total 100%

(9)

5

Dengan demikian rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah. Ada hubungan keharmonisan keluarga dan konsep diri dengan kecenderungan kenakalan remaja.

2. METODE PENELITIAN

Metode penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah remaja yang tinggal dan menetap di beberapa daerah ada kecenderungan kenakalan remaja, antara usia 15-22 tahun dengan sampel dari salah satu SMA sebanyak 300 siswa. Adapun jumlah seluruh siswa siswi SMA N 2 Cepu dapat dilihat pada tabel 2.1 dengan perincian masing-masing jumlah populasi yang didapatkan berbeda berdasarkan jumlah siswa dan siswi yang keluar maupun masuk ke SMA N 2 Cepu perbulannya yaitu pertahun 2019 sampai dengan tahun 2020.

(10)

6 Tabel 2.1

Populasi siswa-siswi SMA N 2 Cepu tahun 2019/2020

Kelas X Kelas XI Kelas XII

Kelas L P Tot al Kelas L P Tot al Kelas L P Tot al X-MIPA-1 9 27 36 XI-MIPA-1 17 19 36 XII- MIPA-1 13 23 36 X-MIPA-2 18 18 36 XI-MIPA-2 12 14 36 XII- MIPA-2 14 22 36 X-MIPA-3 12 22 34 XI-MIPA-3 12 16 30 XII- MIPA-3 14 22 36 X-MIPA-4 4 26 30 XI-MIPA-4 11 19 33 XII- MIPA-4 11 24 35

X-IPS-1 20 15 35 XI-IPS-1 11 21 32

XII-IPS-1 14 18 32

X-IPS-2 19 17 35 XI-IPS-2 10 22 32

XII-IPS-2 14 18 32 X-IPS-3 12 11 33 XI-IPS-3 0 11 11 XII-IPS-3 12 18 30 XI-IPS-4 1 29 30 XII-IPS-4 24 16 30

Total 239 Total 266 Total 267

Jumlah Keseluruhan Siswa: 809

Instrumen penelitian adalah skala kecenderungan kenakalan remaja, skala keharmonisan keluarga, skala konsep diri. Adapun definisi operasionalnya, kecenderungan kenakalan remaja adalah sekelompok remaja yang melanggar hukum dengan aspek-aspeknya yaitu melanggar aturan, membahayakan diri sendiri dan orang lain, korban materi, korban fisik. Keharmonisan keluarga,

(11)

7

adalah ikatan darah anggota keluarga dalam rumah dengan aspek-aspeknya terdiri atas religiusitas, kualitas kebersamaan antar anggota, saling menghargai antar anggota, adanya komunikasi yang baik antar anggota, rendahnya konflik, terakhir ikatan emosional kuat antara anggota keluarga. Dan konsep diri adalah individu dalam memandang dirinya sendiri dengan aspek-aspeknya yaitu diri fisik, diri psikis, diri sosial, diri moral, dan diri keluarga.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian hipotesis berdasarkan uji normalitas di atas karena tidak terbukti berdistribusi normal sehingga digunakan uji non-parametrik dengan metode korelasi rank Spearman-hadi (Widhiarso, 2010). Hasil pengujian dengan SPSS Windows versi 24.

Tabel 3.1 HasilPengujianKorelasi

Kecenderungan Keharmonisan Konsep Kenakalan Remaja Keluarga Diri

Kecenderungan Correlation 1.000 .098 .050

Kenakalan Coefficient

Remaja Sig. (2-tailed) .090 .388

N 300 300 300

a. Hubungan Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja

Hasil pengujian dengan korelasi terhadap hubungan keharmonisan keluarga dengan kecenderungan kenakalan remaja diketahui rx1y (hubungan

keharmonisan keluarga dengan kecenderungan kenakalan remaja) sebesar 0,098 dengan nilai (probabilitas) p>0,05 yaitu (0,090 >0,05) Sehingga

(12)

8

hipotesis minor yang menyatakan ada hubungan keharmonisan keluarga dengan kecenderungan kenakalan remaja ditolak (tidak diterima).

b. Hubungan Konsep Diri dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja

Hasil pengujian dengan korelasi terhadap hubungan konsep diri dengan kecenderungan kenakalan remaja diketahui rx2y sebesar 0,050 dengan

p>0,05 (0,388>0,05), Sehingga hipotesis minor yang menyatakan ada hubungan konsep diri dengan kecenderungan kenakalan remaja ditolak (tidak diterima).

Berdasarkan analisis deskriptif skala kecenderungan kenakalan remaja memiliki kategorisasi sedang, sedangkan persentase sedang mencapai nilai sebesar 58,33%. kecenderungan kenakalan remaja memiliki rata-rata sedang apabila variabel yang berhubungan dengan kecenderungan kenakalan remaja adalah keharmonisan keluarga dan konsep diri. Selain itu (Apostolopoulous, Athanasios., Loonnis., Michopoulos Loannisralambos Papageorgioce., Anthanasios Douzenis., 2018) menyebutkan juga, bahwa para napi di penjara biasanya adalah para orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian, tentunya dari pihak penjara dan staff memperlakukan napi ini dengan membedakan tingkatan kejahatan mereka dalam berbagai cluster sehingga penjahat dan kenakalan remaja seringkali disamakan dengan para pelaku kejahatan dipenjara. Dengan demikian banyak intervensi yang digunakan oleh psikolog klinis dalam menangani kecenderungan kenakalan remaja, diantaranya adalah poster-poster, remaja masjid, karang taruna, dan sebagainya.

(13)

9

Kategorisasi variabel keharmonisan keluarga dalam penelitian hubungan keharmonisan keluarga dan konsep diri dengan kecenderungan kenakalan remaja memiliki kategori sedang. Nilai persentase sebesar 93,66%. (Winarsih., Saragih Sahat., 2017) menunjukkan bahwa keharmonisan keluarga memiliki faktor lain selain kenakalan remaja dalam berhubungan dengan kenakalan remaja.

Kategori variabel konsep diri dalam penelitian hubungan keharmonisan keluarga dan konsep diri dengan kecenderungan kenakalan remaja adalah kategori sedang, adapun persentase nilai variabel konsep diri sebesar 84,6%. (Riskinayasari, 2015) menyebutkan remaja dengan konsep diri akan cenderung berperilaku nakal. Dengan demikian, kesimpulan hubungan keharmonisan keluarga dan konsep diri dengan kecenderungan kenakalan remaja adalah sedang, hal ini dikarenakan ketiga variabel tersebut memiliki kategorisasi sedang.

Berdasarkan analisis deskriptif hipotesis penelitian didapatkan pembahasan hipotesis penelitian sebagai berikut:

a. Hubungan Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja.

Hasil signifikansi didapatkan nilai signifikansi p>0,05 yaitu 0,090>0,05 dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja ditolak (tidak diterima) dengan hasil signifikansi hubungan keharmonisan keluarga dengan kecenderungan kenakalan remaja tidak signifikan. Dengan demikian variabel keharmonisan keluarga tidak memiliki hubungan dengan variabel kecenderungan kenakalan remaja, diketahui rxy sebesar 0,098 dapat diartikan bahwa, keharmonisan

(14)

10

keluarga tidak berhubungan dengan kecenderungan kenakalan remaja. Penelitian yang dilakukan oleh (Oktaviani, dkk., 2018) menyebutkan bahwa keharmonisan keluarga bukan satu-satunya yang berhubungan dengan kenakalan remaja, penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IX di MTs N 2 Palembang.

Dengan demikian hubungan keharmonisan keluarga dan kecenderungan kenakalan remaja tidak memiliki hubungan, artinya variabel kecenderungan kenakalan remaja memiliki variabel lain yang berhubungan dengan kecenderungan kenakalan remaja, misalnya emosi, agresi, atribut.

b. Hubungan Konsep Diri dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja.

Hasil signifikansi didapatkan bahwa p>0,05yaitu 0,388>0,05. Artinya hipotesis yang menyatakan ada hubungan konsep diri dengan kecenderungan kenakalan remaja ditolak (tidak diterima). Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan oleh (Riskinayasari, 2015) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara konsep diri dengan kenakalan remaja. Sehingga konsep diri dengan kecenderungan kenakalan remaja tidak memiliki hubungan.

4. PENUTUP

Tidak ada hubungan keharmonisan keluarga dengan kecenderungan kenakalan remaja. Dengan demikian dapat diartikan bahwa keharmonisan keluarga dengan kecenderungan kenakalan remaja tidak saling berhubungan. Kemudian, tidak ada hubungan konsep diri dengan kecenderungan kenakalan remaja. Dengan demikian dapat diartikan bahwa konsep diri dengan

(15)

11

kecenderungan kenakalan remaja tidak saling hubungan. Sehingga kecenderungan kenakalan remaja dan konsep diri memiliki faktor-faktor lain yang saling terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Apostolopoulos, Athanasios., Loonnis., Michopoulos Loannisralambos Papageorgioce., Anthanasios Douzenis. 2018. “Assosiasi Gangguan Kepribadian Skizofrenia dan Skizotipal dengan Kejahatan Kekerasan dan Pembunuhan di PenjaraYunani”. DOAJ (Directory Of Open Access Journals). Annals Of General Psychiatry. 17(1): 1-9. DOI 10.1186/s12991-018-0214-4. ISSN: 1744-859x (Online).

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2016. “Perilaku Seks Bebas Pada Remaja”. Jakarta: BKKBN.

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pustaka Setia. Feist, J. dan Feist G. J. 2009. Teori Kepribadian Edisi Tujuh (Terjemahan

Sjahputri: SP). Jakarta: Salemba Humanika.

Kartono, K. 2017. Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja. Cetakan ke-14. Jakarta: Rajawali Pers.

Kurniawan, Cahyadi., 2017. “Konvoi Bawa Molotov dan Senjata Tajam Resahkan Warga”, Koran Solo (SOLOPOLITAN), Hal. 5. Oktober 2017: Solo. Lestari, Sri. 2016. Psikologi Keluarga. Kencana: Jakarta.

Maslim, Rudi. 2018. PPDGJ-III. Cetakan terbaru. Jakarta, Atmajaya, Fakultas Kedokteran: PT Nuh Jaya-Jakarta.

Oktaviani, Desy., Lukmawati. (2018). Keharmonisan Keluarga dan Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas 9 MTs N 2 Palembang. Psikis: Jurnal Psikologi Islami. Vol. 4. No. 1. Juni: 52-60. ISSN: 2502-728X. E-ISSN: 2549-6468. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). 2015. Laporan Penyakit

Menular dan KTD pada Remaja. Semarang: PKBI Jateng.

Riskinayasari, Gilda. 2015. Kenakalan Remaja Ditinjau dari Konsep Diri dan Jenis Kelamin. Naskah Publikasi UMS.

Rodriquez, Antonio V., Manuel E. Steves., Juan Palomares. 2015. Kurikulum

(16)

12

Setiono, K. (2011). Psikologi Keluarga. Bandung: PT. Alumni.

Widhiarso, Wahyu. 2010. Uji Linearitas Hubungan. (Manuskrip). Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Winarsih., Saragih Sahat. 2017. Keharmonisan Keluarga, Konformitas Teman Sebaya dan Kenakalan Remaja. Persona. Jurnal Psikologi Indonesia. Volume 5 Nomor 01 Halaman 71-82.

Www.bappenas.go.id Www.bnn.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konformitas dengan kencenderungan perilaku kenakalan remaja.. Subjek dalam penelitian ini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara keharmonisan keluarga dengan perilaku merokok pada usia remaja.. Kata Kunci: Keharmonisan keluarga, perilaku

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJAi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keharmonisan keluarga dengan harga diri pada remaja, mengetahui tingkat keharmonisan keluarga

Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan Remaja Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 Geyer Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012. Program Studi Bimbingan

hipotesis yang diajukan teruji kebenarannya, kesimpulannya ada hubungan antara keharmonisan keluarga dengan resiliensi pada remaja di SMP 3 Pati.. Hal ini dapat diartikan

Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan positif yang signifikan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar remaja akhir sehingga hipotesis dalam penelitian ini ditolak..

Sejalan dengan keharmonisan keluarga, berdasarkan hasil penelitian diperoleh subjek memiliki tingkat kenakalan remaja terhadap remaja SMA di Kota Padang berada pada taraf rendah, hal