S K R I P S I
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR:1/POJK.07/2013 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN PERBANKAN DI
INDONESIA
(Studi pada Bank Mandiri Cabang Komplek Cemara Asri)
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - tugas dan Memenuhi Syarat - syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum
OLEH :
DIMAS ADIPUTRA ARIEANDRA 110200035
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN ( Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang )
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR:1/POJK.07/2013 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN PERBANKAN DI
INDONESIA
(Studi pada Bank Mandiri Cabang Komplek Cemara Asri)
S K R I P S I
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH:
DIMAS ADIPUTRA ARIEANDRA 110200035
Mengetahui:
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Dr. Hasim Purba, SH.M.Hum NIP. 196603031985081002
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Sinta Uli, SH.,M.Hum Puspa Melati,SH., M.Hum
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
NAMA : DIMAS ADIPUTRA ARIEANDRA
NIM : 110200035
DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN DAGANG
JUDUL SKRIPSI : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA
KEUANGAN TERHADAP PERLINDUNGAN
KONSUMEN PERBANKAN DI INDONESIA (Studi
pada Bank Mandiri Cabang Komplek Cemara Asri)
Dengan ini menyatakan :
1. Skripsi yang saya tulis ini di atas adalah benar tidak merupakan jiplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.
2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah jiplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.
Medan, April 2015
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada nabi besar dan junjungan kita, Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan
rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini guna penyelesaian studi
untuk memperoleh gelar sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara. Adapun judul dari skripsi ini adalah TINJAUAN YURIDIS TERHADAP
PENERAPAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR:
1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA
KEUANGAN TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN PERBANKAN DI
INDONESIA (Studi pada Bank Mandiri Cabang Komplek Cemara Asri), yaitu
membahas tentang Kegiatan Bank khususnya Bank Mandiri yang di wakili Bank
Mandiri Cabang Komplek Cemara Asri dalam melayani nasabahnya yang
menjunjung tinggi perlindungan konsumen sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor : 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor
Jasa Keuangan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan kepada pihak yang
telah menjadi bagian penting selama penulis menjalani kehidupan perkuliahan di
Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara (USU), yaitu :
1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum USU Medan.
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum. Selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
3. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM. Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
USU.
4. Bapak Dr. OK. Saidin SH, M.Hum. Selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
USU. Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Dr. H. Hasim Purba, SH, M.Hum. Selaku Ketua Departemen
Keperdataan Fakultas Hukum USU
6. Ibu Sinta Uli, SH, M.Hum. Selaku ketua Ketua Program Kekhususan Perdata
Dagang Fakultas Hukum USU dan Dosen Pembimbing I dalam penulisan
skripsi ini yang penuh kesabaran membimbing penulis baik dalam studi
maupun dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu Puspa Melati,SH, M.Hum. Selaku dosen pembimbing II dalam penulisan
skripsi ini yang penuh kesabaran dan perhatian membimbing penulis baik
dalam studi maupun dalam menyelesaikan skipsi ini.
8. Bapak Ramli Siregar, SH, M.Hum. Selaku Dosen Akademik penulis.
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum USU yang telah mendidik dan
memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan di Fakultas
Hukum USU yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
10. Teristimewa, kedua orang tua penulis Bapak Arie Wishnu Gautama, SH,
M.Hum dan Ibu Sandra Kusharini yang telah banyak memberikan doa,
dukungan, semangat, tenaga, nasehat dan bimbingan kepada penulis selama
ini.
11. Pihak Bank Mandiri KCP Komplek Cemara Asri, Bapak Risdianto selaku
yang telah banyak membantu penulis dengan memberikan data yang
diperlukan dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Terhormat, Ustadz Dr.Sulaiman, Lc yang membimbing penulis dalam
mempelajari ilmu agama islam.
13. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan moril maupun
materiil, kakek dan nenek penulis Hj.Rosita Ekowati dan H.Soedjono (alm).
14. Teman Istimewa bagi penulis Sherly Rezeki Siregar yang selalu mendukung
penulis dan Ibu Ermalia Nasution dan Om Parlan yang memberikan nasehat
kepada penulis dalam berbagai hal.
15. Sahabat-sahabat yang telah mengisi hari-hari penulis Rudi Hartanto,
Muhammad Fathurahman , Astri Rahmadhani Sipahutar, dan Nabila Fadhlan,
kemudian teman - teman dari grup CIA yang menemani penulis walaupun
kadang tidak jelas, Ravicky, Mutiara, Faisal Dalimunthe, Meirani Purba,
Pudja Eka,Noviliana, Stephani kemudian Chritin,Via,Rika,Yusuf,Albert,
Junanda dan Pratiwi.
Penulis menyadari terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan dalam skripsi ini,
untuk itu diharapkan saran dan kritikan yang membangun. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca dan penegakan hukum di NKRI.
Medan, April 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………..……i
DAFTAR ISI……….……….…….iv
. ABSTRAK………..….vi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang………....1
B. Permasalahan………..………...….6
C. Tujuan Penulisan………...……….…...7
D. Manfaat Penulisan………..……….…….…...7
E. Metode Penulisan………...……….……8
F. Sistematika Penulisan………...………...11
G. Keaslian Penulisan………...12
BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA A. Pengertian Konsumen dan Perlindungan Konsumen………...14
B. Tujuan Perlindungan Konsumen dalam Undang - Undang Perlindungan Konsumen………...………...…22
C. Hak dan Kewajiban dalam Undang - Undang Perlindungan Konsumen...29
BAB III. PERANAN BANK DAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM KEHIDUPAN PERBANKAN A. Pengertian Bank dan Nasabah serta Hubungan Hukumnya dengan Bank………...………...…..41
B. Tugas Otoritas jasa Keuangan serta Implementasinya………...56
BAB IV. PENERAPAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN PADA BANK MANDIRI CABANG KOMPLEK CEMARA ASRI
A. Tanggung Jawab Bank Terhadap Perlindungan Konsumen Nasabah Bank
Mandiri Cabang Komplek Cemara Asri………...……68
B. Pelaksanaan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor : 1/POJK.07/2013
Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.………..…...76
C. Penyelesaian Sengketa yang Timbul Dalam Pelaksanaan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan...96
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………..…………...………….…105
B. Saran……….………...…108
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Dimas Adiputra Arieandra * Sinta Uli **
Puspa Melati ***
Adapun yang menjadi judul dari skripsi ini adalah Tinjauan Yuridis terhadap penerapan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor : 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen di Sektor Jasa Keuangan Terhadap Perlindungan Konsumen Perbankan di Indonesia (Studi pada Bank Mandiri Cabang Komplek Cemara Asri). Permasalahan yang di bahas dalam skripsi ini adalah Tanggung Jawab Bank terhadap perlindungan konsumen nasabah,pelaksanan dari POJK Nomor : 1/POJK.07/2013 Tentang PErlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan dan Penyelesian Sengketanya dan di lakukan penelitian pada Bank Mandiri Cabang Komplek Cemara Asri. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif-empiris, penelitian empiris dilakukan untuk memperoleh data primer dengan melakukan wawancara secara langsung kepada pihak Bank Mandiri KCP Komplek Cemara Asri sebagai pelaku usaha Perbankan. Penelitian normatif dilakukan dengan mengkaji peraturan perundang-undangan terkait serta penelitian kepustakaan dengan mempelajari buku-buku guna memperoleh data sekunder dan ensiklopedia sebagai bahan data tersier. Penerapan dari peraturan ini merupakan suatu hal yang harus di patuhi dan di pahami oleh tiap - tiap lembaga keuangan baik bank maupun non bank agar tetap menciptakan suasana kehidupan perbankan yang menjaga keamanan, kenyamanan dan kepercayaan nasabah selaku konsumen perbankan. Di perlukannya wadah yang jelas dalam masing - masing pelaku usaha jasa keuangan untuk menampung adanya pengaduan nasabah yang mengalami kerugian akibat kelalaian ataupun penyalahgunaan weweng yang di lakukan oleh pegawai maupun pengurus dari suatu lembaga keuagan. Adanya Peraturan ini dan beberapan peratura lainnya menjamin bahwa kewajiban suatu Bank untuk menyediakan suatu unit kerja khusus yang menangani pengaduan konsumen. Adanya pengaduan dapat di selesaikan baik melalui jalan di selesaikan dengan internal bank sampai dengan jalur non litigasi maupun litigasi.
Kata Kunci : Otoritas Jasa Keuangan,Perlindungan Konsumen, Nasabah
∗ Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ** Dosen Pembimbing I
ABSTRAK
Dimas Adiputra Arieandra * Sinta Uli **
Puspa Melati ***
Adapun yang menjadi judul dari skripsi ini adalah Tinjauan Yuridis terhadap penerapan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor : 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen di Sektor Jasa Keuangan Terhadap Perlindungan Konsumen Perbankan di Indonesia (Studi pada Bank Mandiri Cabang Komplek Cemara Asri). Permasalahan yang di bahas dalam skripsi ini adalah Tanggung Jawab Bank terhadap perlindungan konsumen nasabah,pelaksanan dari POJK Nomor : 1/POJK.07/2013 Tentang PErlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan dan Penyelesian Sengketanya dan di lakukan penelitian pada Bank Mandiri Cabang Komplek Cemara Asri. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif-empiris, penelitian empiris dilakukan untuk memperoleh data primer dengan melakukan wawancara secara langsung kepada pihak Bank Mandiri KCP Komplek Cemara Asri sebagai pelaku usaha Perbankan. Penelitian normatif dilakukan dengan mengkaji peraturan perundang-undangan terkait serta penelitian kepustakaan dengan mempelajari buku-buku guna memperoleh data sekunder dan ensiklopedia sebagai bahan data tersier. Penerapan dari peraturan ini merupakan suatu hal yang harus di patuhi dan di pahami oleh tiap - tiap lembaga keuangan baik bank maupun non bank agar tetap menciptakan suasana kehidupan perbankan yang menjaga keamanan, kenyamanan dan kepercayaan nasabah selaku konsumen perbankan. Di perlukannya wadah yang jelas dalam masing - masing pelaku usaha jasa keuangan untuk menampung adanya pengaduan nasabah yang mengalami kerugian akibat kelalaian ataupun penyalahgunaan weweng yang di lakukan oleh pegawai maupun pengurus dari suatu lembaga keuagan. Adanya Peraturan ini dan beberapan peratura lainnya menjamin bahwa kewajiban suatu Bank untuk menyediakan suatu unit kerja khusus yang menangani pengaduan konsumen. Adanya pengaduan dapat di selesaikan baik melalui jalan di selesaikan dengan internal bank sampai dengan jalur non litigasi maupun litigasi.
Kata Kunci : Otoritas Jasa Keuangan,Perlindungan Konsumen, Nasabah
∗ Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ** Dosen Pembimbing I
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum Perbankan di Indonesia merupakan hukum yang mengatur
masalah-masalah perbankan yang berlaku sekarang di Indonesia. Dengan
demikian,berarti akan membicarakan aturan-aturan perbankan yang masih
berlaku sampai saat ini,sedangkan peraturan perbankan yang pernah berlaku
pada masa yang lalu hanya dibahas apabila keterkaitan dengan ketentuan yang
berlaku saat ini atau pembahasan dalam kerangka sejarah perbankan di
Indonesia.1
Seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan ,yurisprudensi,doktrin, dan lain-lain sumber hukum, yang menngatur masalah-masalah perbankan seperti lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari,rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank,perilaku petugas-petugasnya,hak, kewajiban,tugas , dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan,apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh bank,eksistensi perbankan, dan lain-lain yang bekenaan dengan dunia perbankan.
Hukum perbankan di Indonesia menurut penjelasan di atas merupakan
penjelasan secara luas dari ruang lingkup dan cakupan dari Hukum Perbankan
itu sendiri namum bukan merupakan definisi operasional.
Adapun Munir Fuady merumuskan hukum perbankan adalah
2
1
Djumhana,Muhammad,Hukum Perbankan di Indonesia,Cetakan ke 7,Bandung:Citra
Aditya bakti,2012.
2
Hermansyah,2011, Hukum Perbankan Nasional Indonesia,Edisi Kedua,Jakarta;Kencana
,hal 39 ,
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,kegiatan usaha,serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank secara sederhana adalah suatu wadah untuk menyimpan dan
meminjam uang yang dilakukan oleh individu maupun kelompok untuk suatu
kepentingan tertentu. Untuk itulah pengertian bank merupakan tempat
menempatkan uang bagi individu maupun kelompok yang memiliki kelebihan
uang maupun bagi individu maupun kelompok tertentu karena untuk suatu
tujuan mendesak di masa yang akan datang. Kemudian bagi individu yang
memerlukan uang dapat melakukan peminjaman sejumlah uang di bank dengan
persyaratan tertentu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,kata Bank diberikan pengertian
sebagai berikut :
Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit
dan jasa di lalu lintas pembayaran dan peredaran
Ada lima Fungsi pokok yang harus dilaksanakan bank dalam menjalankan
kewajibannya,yaitu :
1. Menghimpun Dana
2. Memberi Kredit
3. Memperlancar Lalu Lintas Pembayaran bank, pengiriman
uang,pembukuan L/C, dan inkaso.
5. Penyedia Informasi,Pemberian Konsultasi,dan Bantuan Penyelenggaran
Administrasi.3
Perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana di bank, sangat
terkait dengan masalah kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan.
Dan, lembaga perbankan adalah sangat tergantung pada kepercayaan
masyarakat. Tanpa kepercayaan dari masyarakat, bank tidak akan mampu
menjalankan kegiatan usahanya dengan baik. Sehingga tidaklah berlebihan
bila dunia perbankan harus sedemikian rupa menjaga kepercayaan dari
masyarakat dengan memberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan
masyarakat, terutama kepentingan nasabah.
Hubungan hukum antara nasabah penyimpan dan bank didasarkan atas
suatu perjanjian. Untuk itu, tentu adalah sesuatu yang wajar apabila
kepentingan dari nasabah yang bersangkutan memperoleh perlindungan
hukum, sebagaimana perlindungan yang diberikan oleh hukum kepada bank.
Tidak dapat disangkal bahwa memang telah ada political will dari pemerintah
untuk melindungi kepentingan nasabah bank, terutama nasabah penyimpan
dana. Ini dibuktikan dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 jo. Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Hukum Perlindungan Konsumen dewasa ini medapat cukup perhatian
karena menyangkut aturan-aturan guna menyejahterakan masyarakat, buka saja
masyarakat selaku konsumen saja yang mendapat perlindungan
konsumen,namun pelaku usaha juga mempunyai hak dan
kewajiban.Pemerintah berperan mengatur,mengawasi,dan mengontrol sehingga
3
tercipta sistem yang kondusif saling berkaitan satu dengan yang lain dengan
demikian tujuan menyejahterakan masyarakat secara luas dan tercapai.4
Sebagaimana diketahui,sebelum berlakunya Undang - undang n=Nomor
23 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 3
Tahun 2004,status dan kedudukan Bank Indonesia sebagai pembantu
Pemerintah.Bank Indonesia dalam menjalankan kebijakan moneter harus sesuai
dengan kebijakan pemerintah yang ditetapkan dewan moneter yang di pimpin
oleh Menteri Keuangan.Hal yang berkaitan dengan tidak tegasnya rumusan
tujuan dan tugas pokok Bank Indonesia sebagai Bank Sentral.Dalam Undang
-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tidak dirumuskan secara multi tujuan pokok
Bank Indonesia.
Nasabah selaku konsumen dan Bank selaku pelaku usaha dijamin
keamanannya dalam beroperasi melaksanakan transaksi ekonomi dan kegiatan
ekonomi lainnya dengan adanya perlindungan konsumen ini.Maka dari itu UU
Perbankan yaitu Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-undang
No. 10 Tahun 1998 menjamin para pihak dalam melaksanakan transaksi
ekonomi yang berkaitan dengan perbankan serta hak dan kewajiban dari
nasabah selaku konsumen diatur secara jelas dalam Undang - undang Republik
Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
5
Sejarah terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan adalah membentuk
lembaga khusus untuk melakukan pengawasan perbankan telah dimunculkan
semenjak diundang-undangkannya UU No.23/1999 tentang Bank Indonesia.
Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa tugas pengawasan terhadap Bank akan
4
Kristiyanti,Celina Tri Siwi,Hukum Perlindungan Konsumen,Jakarta:Sinar Grafika,2011
hal 1
5
dilakukan oleh lembaga pengawasan sector jasa keuangan yang independen,
dan dibentuk dengan Undang-Undang. Dengan melihat ketentuan tersebut,
maka telah jelas tentang pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa
keuangan independen harus dibentuk. Dan bahkan pada ketentuan selanjutnya
dinyatakan bahwa pembentukan lembaga pengawasan akan dilaksanakan
selambatnya 31 Desember 2002, dan hal tersebutlah yang dijadikan landasan
dasar bagi pembentukan suatu lembaga independen untuk mengawasi sektor
jasa keuangan.Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai tugas melakukan
pengaturan dan pengwasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor
Perbankan, sector Pasar Modal, dan sector IKNB.
Salah satu tujuan dari Otoritas Jasa Keuangan adalah Mampu melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat,maka dari itu tujuan ini sejalan dengan
keinginan Negara untuk menjamin kepastian hukum antara Nasabah selaku
konsumen dan Bank selaku pelaku usaha.
Perlindungan Konsumen di sektor jasa keuangan bertujuan untuk
menciptakan sistem perlindungan Konsumen yang andal, meningkatkan
pemberdayaan Konsumen, dan menumbuhkan kesadaran Pelaku Usaha Jasa
Keuangan mengenai pentingnya perlindungan Konsumen sehingga mampu
meningkatkan kepercayaan masyarakat pada sektor jasa keuangan.Hasil nyata
yang diharapkan antara lain Pelaku Usaha.
Karena hal tersebut di atas Otoritas Jasa Keuangan selaku badan pengawas
perbankan pengganti Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Otoritas jasa
Keuangan Nomor:1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor
kegiatan Perbankan di Indonesia. Bank Mandiri yang dikhususkan pada Bank
Mandiri Komplek Cemara asri merupakan salah satu lembaga keuangan yang
harus menerapkan peraturan yang dikeluarkan otoritas jasa keuangan.
Bank Mandiri merupakan lembaga keuangan yang sudah melaksanakan
fungsi perbankan nya sejak tahun 1998 melayani rakyat Indonesia dalam
melaksanakan aktifitas perbankan. Nasabah Bank Mandiri tersebar luas di
seluruh penjuru Indonesia dengan berbagai keperluan dan kepentingan tertentu
dan Bank Mandiri mempunyai beragam produk jasa keuangan guna memenuhi
kebutuhan dan keperluan nasabah - nasabahnya di seluruh penjuru Indonesia
maupun dalam kancah internasional.
Dengan adanya peraturan otoritas jasa keuangan nomor : 1/POJK.07/2013
tentang Perlindungan Konsumen dalam Sektor Jasa Keuangan maka Bank
Mandiri harus menerapkan serta tunduk pada peraturan tersebut dalam
melaksanakan dan melayani nasabahnya. Produk jasa yang ditawarkan juga
harus menyesuaikan degan adanya pengaturan yang ditetapkan oleh otoritas
jasa keuangan baik mengenai produk jasa, hak dan kewajiban sampai
penyelesaian sengketa apabila terjadi pengaduan nasabah.
B. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang yang telah di sebutkan diatas, maka diperoleh
beberapa masalah yang penting untuk diajukan, yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana Tanggung Jawab Bank untuk memberi Perlindungan
Konsumen pada Nasabah pada Bank Mandiri Cabang Komplek Cemara
2. Bagaimana Penerapan Peraturan Otoritas jasa Keuangan
Nomor;:1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan pada Bank Mandiri Cabang Komplek Cemara Asri?
3. Bagaimana penyelesaian yang di lakukan pihak bank apabila terjadi
permasalahan pada penerapan Peraturan Otoritas jasa Keuangan
Nomor;:1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan pada Bank Mandiri Cabang Komplek Cemara Asri ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pertanggung jawaban yang dilakukan oleh Bank
Mandiri Cabang Komplek Cemara Asri dalam menjamin perlidungan
konsumen nasabahnya.
2. Untuk mengetahui Pelaksanaan Penerapan Peraturan Otoritas jasa
Keuangan Nomor : 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen
Sektor Jasa Keuangan pada program-program yang dikeluarkan Bank
Mandiri cabang Cemara Asri.
3. Untuk mengetahui Penyelesaian sengketa yang timbul pada Bank Mandiri
Cabang Komplek Cemara Asri dalam menerapkan perlindungan
konsumennya sesuai dengan Peraturan Otoritas jasa Keuangan
Nomor:1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan.
D. MANFAAT PENULISAN
dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
Manfaat teoritis
Penulisan skripsi ini saya harapkan dapat menjadi bahan pemikiran bagi
berlangsungnya perlindungan konsumen di Indonesia khususnya bagi
perlindungan hukum dari nasabah,serta dapat menjadi sumbangsih ilmu
perlindungan konsumen khusunya di bidang perbankan di Indonesia.
Manfaat Praktis
Penulisan skripsi ini saya harapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam melaksanakan fungsinya pada praktisi perbankan di Indonesia
khususnya bank,serta dapat menjadi evaluasi bagi pengawas perbankan
Indonesia yaitu Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan tugasnya dalam
melakukan perlindungan bagi konsumen,yaitu nasabah serta pengawasan bagi
pelaku usahanya yaitu bank.
E. METODE PENELITIAN
1.Jenis Penelitian
Ada dua jenis penelitian hukum yaitu penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum empiris.Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan
Soerjono Soekanto bahwa :
Penelitian hukum itu berdasarkan tujuannya terdiri atas yang pertama,
Penelitian hukum normatif,yang mencakup penelitian terhadap asas-asas
hukum,penelitian terhadap sistematika hukum,penelitian terhadap taraf
sinkronisasi hukum,penelitian sejarah hukum,dan penelitian perbandingan
mencakup,penelitian terhadap identifikasi hukum dan penelitian efektivitas
hukum.6
2. Jenis data dan bahan hukum
Dalam skripsi ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif empiris
yaitu sebuah bentuk/ jenis penelitian yang mengandalkan data dan informasi
tentang hukum, baik bahan hukum primer berupa wawancara dan peraturan
perundang – undangan , bahan hukum sekunder berupa karya ilmiah dan buku
maupun bahan hukum tersier berupa ensiklopedia.
Adapun pembagian bahan yang di gunakan dalam penelitian dalam skripsi
ini adalah :
a. Bahan Hukum Primer : Norma atau kaedah dasar,Peraturan dasar,
Peraturan perundang-undangan , yurisprudensi, bahan hukum yang tak
dikodifikasi, traktat, bahan hukum dari zaman penjajahan
b. Bahan hukum sekunder ,yang memberikan penjelesan mengenai
bahan hukum primer,misalnya rancangan undang-undang,hasil penelitian,hasil
karya dari kalangan hukum,dan seterusnya.
c. Bahan hukum tersier, yatu bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,misalnya
kamus,ensiklopedia,indeks komulatif dan seterusnya.7
Pada skripsi ini menggunakan bahan hukum baik primer,sekunder maupun
bahan tersier.Bahan hukum primer yang digunakan antara lain peraturan
perundang-undangan yang mengenai perlindungan konsumen serta mengenai
perbankan misalnya Peraturan Otoritas jasa Keuangan Nomor:
6
Fajar,Mukti dan Achmad,Yulianto,Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris,Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2010. Hal.153
7
1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan serta
wawancara kepada Kepala Cabang dan Customer Service Bank Mandiri
Cabang Komplek Cemara Asri ,UU Perbankan yaitu Undang-undang Nomor
7 Tahun 1992 jo. Undang-undang No. 10 Tahun 1998 dan Undang - undang
Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.Bahan Hukum sekundernya meliputi karya ilmiah para ahli hukum
dan buku yang mendukung bahan hukum primer serta Bahan hukum tersier
dari ensiklopedi dan lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Dalam penelitian Hukum Normatif dilakukan dengan studi pustaka
terhadap bahan hukum primer ,sekunder dan tersier,yaitu dapat dilakukan
dengan membaca,mendengar maupun penelurusan di internet.
b. Dalam penelitian Hukum Empiris dapat dilakukan dengan 3 teknik
yaitu wawancara,kuesioner dan observasi.8
Penelitian dalam penulisan dkripsi ini menggunakan penelitian Hukum
normatif dengan cara melakukan studi kepustakaan serta penelitian hukum
empiris dengan melakukan wawancara pada pelaku usaha, yaitun dalam hal ini
Kepala Cabang dan Costumer Service Bank Mandiri cabang Komplek Cemara
Asri
4.Analisa
Analisa pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan secara perundang-undangan.Pendekatan secara
perundangan-undangan karena penulis menggunakan Peraturan Otoritas jasa Keuangan
8
Nomor: 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan sebagai acuan dalam menyelesaikan masalah terhadap konsumen
perbankan khususnya bank dan nasabahnya.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibuat secara teliti,sistematis,tegas dan jelas agar memberikan
kemudahan dalam membaca, memahami makna dan dapat pula memperoleh
manfaatnya serta dapat dijadikan bahan pemikiran dari yang membaca skripsi
ini. Keseluruhan penulisan skripsi ini merupakan satu kesatuan yang sangat
berhubungan antara satu dengan yang lainnya yang menjadi suatu bahan
pertimbangan keilmuan.Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah :
a. Bab I mengenai latar belakang dilakukannya penulisan ini serta
diuraikan permasalahan yang timbul yang berdasarkan latar belakang yang
sudah penulis uraikan. Adapun isi dari bab I ini antara lain tujuan
penulisan,manfaat penulisan,metode penulisan, sistematika penulisan dan
keaslian penulisan.
b. Bab II dibahas mengenai tinjauan umum tentang perlindungan
konsumen di Indonesia karena bahasan dalam penulisan skripsi ini menyangkut
hukum perlindungan konsumen khususnya di bidang perbankan.Isi dari bab II
ini antara lain Pengertian Konsumen dan Perlindungan Konsumen, Tujuan
Perlindungan Konsumen dalam Undang - Undang Perlindungan Konsumendan
Hak dan Kewajiban dalam Undang - Undang Perlindungan Konsumen.
c. Bab III akan membahas mengenai tinjauan umum tentang bank
Nasabah serta Hubungan Hukumnya dengan Bank, Tugas Otoritas jasa
Keuangan serta Implementasinya serta Hubungan Hukum antara Bank dan
Otoritas Jasa Keuangan serta perannya.
d. Bab IV akan dibahas mengenai penelitian yang dilakukan guna
mendukung penulisan skripsi ini yaitu membahas penerapan peraturan otoritas
jasa keuangan tentang perlindungan konsumen sektor jasa keuangan pada bank
mandiri cabang komplek cemara asri yang dapat dijabarkan menjadi tanggung
jawab bank mandiri terhadap perlindungan konsumen nasabah pada bank
mandiri cabang komplek cemara asri,penerapan peraturan otoritas jasa
keuangan nomor:1/POJK.07/2013 tentang perlindungan konsumen pada bank
mandiri cabang komplek cemara asri serta penyelesaian sengketa yang
dihadapi dalam menerapkan peraturan tersebut.
e. Bab V yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Kesimpulan diperoleh berdasarkan uraian dan penjelasan secara keseluruhan
dari bab-bab terdahulu. Sedangkan saran-saran merupakan usul dari penulis
terhadap topik yang dibahas.
G. Keaslian Penulisan
Skripsi yang berjudul Penerapan Peraturan Otoritas jasa Keuangan Nomor:
1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan
terhadap perlindungan konsumen perbankan di Indonesia (studi pada Bank
Mandiri Cabang Cemara Asri) , merupakan hasil karya dan ide penulis sendiri
tanpa ada plagiat atau meniru bahkan merekayasa penulisan skripsi yang
tentang hukum,baik media cetak maupun elektronik ,melakukan penelitian di
lapangan serta bantuan dari berbagai pihak.Dalam penulisan skrispsi ini
dituangkan segala pemikiran dan pendapat penulis dengan kelayakan dan
menjamin skripsi ini belum ada yang menulis sebelumnya.Serta sesuai surat
bebas pustaka yang sudah dikeluarkan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang menunjukan bahwa tidak ada judul skripsi yang sama dengan
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN DI INDONESIA
A. PENGERTIAN KONSUMEN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
Hukum Perlindungan Konsumen dewasa ini mendapat cukup perhatian karena
menyangkut aturan-aturan guna menyejahterakan masyarakat, bukan saja
masyarakat selaku konsumen saja yang mendapat perlindungan,namun pelaku
usaha juga mempunyai hak yang sama untuk mendapat
perlindungan,masing-masing ada hak dan kewajiban Pemerintah berperan mengatur, mengawasi, dan
mengontrol, sehingga tercipta sistem yang kondusif saling berkaitan satu dengan
yang lain dengan demikian tujuan menyejahterakan masyarakat secara luas dapat
tercapai.9
Fokus gerakan perlindungan konsumen (konsumerisme) dewasa ini
sebenarnya masih parallel dengan gerakan pertengahan abad ke 20 .Di
Indonesia,gerakan perlindungan konsumen menggema dari gerakan serupa di
Amerika Serikat.Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia yang seterusnya akan di Perhatian terhadap perlindungan konsumen,terutama di Amerika Serikat
(1960-1970 an) mengalami perkembangan yang sangat signifikan dan menjadi
objek kajian bidang ekonomi,sosial,politik dan hukum.Banyak sekali artikel dan
buku yang di tulis berkenaan dengan gerakan ini.Di Amerika Serikat bahkan pada
era tahun-tahun tersebut berhasil diundangkan banyak peraturan dan di jatuhkan
putusan-putusan hakim yang memperkuat kedudukan konsumen.
9
sebut sebagai YLKI ,yang secara popular di pandang sebagai perintis advokasi
konsumen di Indonesia berdiri pada kurun waktu itu, yaitu 11 Mei 1973.Gerakan
di Indonesia ini termasuk cukup responsif terhadap keadaan,bahkan mendahului
Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial (PBB) (ECOSOC) No. 2111 Tahun 1978
tentang perlindungan konsumen.10
1. Tahapan I (1881 - 1914)
Secara Umum,sejarah gerakan perlindungan konsumen dapat dibagi dalam
empat tahapan ,yaitu :
Kurun waktu ini titik awal munculnya kesadaran masyarakat untuk melakukan
gerakan perlindungan konsumen.Pemicunya,hysteria massal akibat novel karya
Upton Sinclair berjudul The Jungle, yang menggambarkan cara kerja pabrik
pengolahan daging di Amerika Serikat yang sangat tidak memenuhi syarat - syarat
kesehatan.
2. Tahapan II (1920 - 1940)
Pada kurun waktu ini muncul pula buku berjudul Your Money’s worth katya
Chase dan Schlink.Karya ini mampu menggugah konsumen ada hak -hak mereka
dalam jual beli.Pada kurun waktu ini muncul slogan:fair deal, best buy.
3. Tahapan III (1950 - 1960)
Pada dekade 1950-an ini muncul keinginan untuk mempersatukan gerakan
perlindungan konsumen dalam lingkup internasional.Dengan diprakarsai oleh
wakil - wakil gerakan konsumen dari Amerika Serikat, Inggris, Belanda,
Asutralia, dan Belgia, pada 1 April 1960 berdirilah Internasional Organization of
10
Consumer Union.Semula Organisasi ini berpusat di Den Haag,Belanda, lalu
pindah ke London, Inggris , pada 1993.
4. Tahapan IV (pasca 1965)
Pasca 1965 sebagai masa pemantapan gerakan perlindungan konsumen,baik di
tingkat regional maupun internasional.Sampai saat ini dibentuk lina kantor
regional , yakni Amerika Latin, dan Karibia berpusat di Cile, Asia Pasifik
berpusat di Malaysia, Afrika berpusat di Zimbabwe,Eropa Timur dan tengah
berpusat di Inggris dan Negara - Negara maju berpusat di London,Inggris.11
a. Perlindungan konsumen dari bahaya - bahaya terhadap kesehatan dan
keamanannya ;
Sejak dua dasawarsa terakhir ini perhatian dunia terhadap masalah
perlindungan konsumen semakin meningkat.Gerakan perlindungan konsumen
sejak lama dikenal di dunia barat . Negara - Negara di Eropa dan Amerika juga
telah lama memiliki peraturan tentang perlindungan konsumen. Organisasi Dunia
seperti PBB pun tidak kurang perhatiannya terhadap masalah ini.Hal ini terbukti
dengan dikeluarkannya Resolusi Perserikatan Bangsa - Bangsa No. 39 / 248
Tahun 1985. Dalam resolusi ini kepentingan konsumen yang harus dilindungi
meliputi :
b. Promosi dan perlindungan kepentingan sosial ekonomi konsumen ;
c. Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan
kemampuan mereka dalam melakukan pilihan yang tepat sesuai dengan kehendak
dan kebutuhan pribadi ;
d. Pendidikan Konsumen ;
11
e. Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif ;
f. Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen.12
Perlindungan Konsumen adalah istilah yang dipakai untuk
menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhan nya dari hal - hal yang dapat merugikan
konsumen itu sendiri. Dalam bidang hukum, istilah ini masih relatif baru,
khususnya di Indonesia, sedangkan di Negara maju , hal ini mulia dibicarakan
bersamaan dengan berkembangnya industry dan teknologi. 13
Rumusan pengertian pelindungan konsumen yang terdapat pada Pasal 1
angka 1 UU nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konusmen (selanjutnya
disebut UU Perlindungan Konsumen/UUPK) tersebut cukup memadai. Kalimat
yang menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”,
diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang- wenang yang
merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan konsumen.
Meskipun undang - undang ini disebut Undang - undang Perlindungan Konsumen
(UUPK) namun bukan berari kepentingan pelaku usaha tidak ikut menjadi
perhatian, teristimewa karena keberadaan perekonomian nasional banyak
ditentukan oleh para pelaku usaha. Kesewenang - wenangan akan mengakibatkan
ketidak pastian hukum. Oleh karena itu, agar segala upaya memberikan jaminan Dalam Pasal 1
angka 1 Undang - undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
disebutkan :
Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
12
Ibid hal 5
13
Sidabalok,Janus,Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia,Bandung,Citra Aditya
kepastian hukum, ukurannya secara kualitatif ditentukan dalam UUPK dan
undang - undang lainnya yang juga dimaksudkan dan masih berlaku unyuk
memberikan perlindungan konsumen, baik dalam bidang hukum Privaat maupun
bidang hukum Publik (Hukum Pidana dan Hukum Administrasi Negara).
Keterlibatan berbagai disiplin ilmu sebagaimana dikemukakan di atas,
memperjelas kedudukan hukum Perlindungan Konsumen.14
Perlindungan konsumen mempunyai cakupan yang luas meliputi perlindungan
terhadap konsumen barang dan jasa, yang berawal dari tahap kegiatan untuk
mendapatkan barang dan jasa hingga ke akibat - akibat dari pemakaian barang dan
jasa itu. Cakupan perlindungan konusmen dalam dua aspeknya itu, dapat
dijelaskan sebagai berikut :15
1. Perlindungan terhadap kemungkinan diserahkan kepada Konsumen barang
dan jasa yang tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati atau melanggar
ketentuan undang - undang. Dalam kaitan ini termasuk persoalan - persoalan
mengenai penggunaan bahan baku, proses produksi, proses distribusi, desain
produk dan sebagainya, apakah telah sesuai standar sehubungan keamanan dan
keselamatan konsumen atau tidak. Juga persoalan, tentang bagaimana konsumen
mendapatkan penggantian jika timul kerugian karena memakai atau mengonsumsi
produk yang tidak sesuai.
2. Perlindungan terhadap diberlakukannya kepada konsumen syarat - syarat
yang tidak adil. Dalam kaitan ini termasuk persoalan - persoalan promosi dan
periklanan , standar kontrak, harga, layanan purna jual, dan sebagainya. Hal ini
14
Miru,Ahmadi dan Yodo,Sutarman,Hukum Perlindungan Konsumen,Jakarta:Raja
Grafindo Persada,2014. Hal 1- 2
15
berkaitan dengan perilaku produsen dalam memproduksi dan mengedarkan
produknya.
Aspek yang pertama,mencakup persoalan barang dan jasa yang dihasilkan
dan diperdagangkan, dimasukan dalam cakupan tanggung jawab produk, yaitu
tanggung jawab yang dibebankan kepada produsen karena barang yang
diserahkan kepada konsumen itu mengandung cacat di dalamnya sehingga
menimbulkan kerugian bagi konsumen, misalnya karena keracunan makanan,
barang tidak dapat dipakai untuk tujuan yang diinginkan karena kualitasnya
rendah, barang tidak dapat bertahan lama karena cepat rusak, dan sebagainya.
Dengan demikian, tanggung jawab produk erat kaitannya dengan persoalan ganti
kerugian.16
Sedangkan yang kedua ,mencakup cara konsumen memperoleh barang dan
atau jasa, yang di kelompokan dalam cakupan standar kontrak yang
mempersoalkan syarat - syarat perjanjian yang diberlakukan oleh produsen
kepada konsumen pada waktu konsumen hendak mendapatkan barang atau jasa
kebutuhannya. Umumnya produsen membuat atau menetapkan syarat - syarat
perjanjian secara sepihak tanpa memperhatikan dengan sungguh - sungguh
kepentingan konsumen tidak ada kemungkinan unuk mengubah syarat - syarat itu
guna mempertahankan kepentingannya. Seluruh syarat yang terdapat pada
perjanjian, sepenuhnya atas kehendak pihak produsen barang atau jasa. Bagi
konsumen hanya ada pilihan : Mau atau tidak mau sama sekali. Karena itu, Vera
Bolger menamakannya sebagai Take it or leave it it contract.Artinya, kalau calon
konsumen setuju, perjanjian boleh dibuat; kalau tidak setuju, silakan pergi.
16
Biasanya syarat- syarat perjanjiann itu telah tertuang dalam formulir yang sudah
disiapkan terlebih dahulu yang dicetak sedemikian rupa sehingga kadang - kadang
tidak terbaca dan sulit di mengerti.17
Pengguanan istilah “pemakai” dalam rumusan Pasal 1 angka 2 UUPK tersebut
sesungguhnya kurang tepat. Ketentuan yang menyatakan, Konsumen adalah setiap
orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, apabila
dihubungkan dengan anak kalimat yang menyatakan “bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun, mahluk hidup lain”, tampak ada kerancuan
di dalamnya. Sebagai pemakai dengan sendirinya untuk kepentingan diri sendiri,
dan bukan untuk kepentingan keluarga, bijstander, atau mehluk hidup lainnya.
Demikian pula penggunaan istilah “pemakai” menimbulkan kesan barang tersebut
bukan milik sendiri, walaupun sebelumnya telah terjadi transaksi jual beli.Jika
seandainya istilah yang digunakan “setiap orang yang memperoleh” maka secara
hukum akan memberikan makna yang lebih tepat, karena apa yang diperoleh
dapat digunakan untuk kepentingan sendiri maupun untuk orang lain. Hal lain
yang juga perlu dikritisi bahwa cakupan konsumen dalam UUPK adalah
sempit.Bahwa yang dapat dikualifikasikan sebagai konsumen sesungguhnya tidak
hanya terbatas pada subjek hukum yang disebut “orang”, akan tetapi masih ada
subjek hukum lain yang juga sebagai konsumen akhir yaitu “badan hukum’ yang Pengertian Konsumen menurut UU no. 8 Tahun 1999 tentang UU
perlindungan konsumen dalam Pasal 1 atau 2, yakni :
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak diperdagangkan.
17
mengonsumsi barang dan atau jasa serta tidak untuk diperdagangkan.Oleh karena
itu, lebih tepat bila dalam pasal ini menentukan “setiap pihak yang memperoleh
barang dan atau jasa” yang dengan sendirinya tercakup orang dan badan hukum,
atau paling tidak ditentukan dalam Penjelasan Pasal 1 angka 2 tersebut.18
Istilah Konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer (Inggris -
Amerika) , atau consument / konsument (Belanda).Pengertian dari consumer atau
consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harafiah arti kata
consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang.
Tujuan penggunaan barang atau jasa nanti menentukan termasuk kelompok mana
pengguna tersebut. Begitu pula Kamus Bahasa Inggris - Indonesia memberi arti
kata consumer sebagai pemakai atau konsumen.19
Sedangkan dalam yang kedua dalam naskah final Rancangan Undang -
Undang Tentang Perlindungan Konsumen ( selanjutnya disebut Rancangan
Akademik) yang disusun oleh Fakultas Hukum Universitas Indonesia bekerja
sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Departemen
Perdagangan RI menentukan bahwa, konsumen adalah setiap orang atau keluarga
yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk dipakai dan tidak untuk Pengertian Konsumen dalam UUPK di atas lebih luas bila dibandingkan
dengan 2 (dua) rancangan UUPK lainnya, yaitu pertama dalam Rancangan UUPK
yang diajukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, yang menentukan
bahwa :
Konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat bagi kepentingan diri sendiri atau keluarganya atau orang klain yang tidak untuk diperdagangkan kembali
18
Miru,Ahmadi dan Yodo,Sutarman,Opcit, Hal. 4-5
19
Kristiyanti,Celina Tri Siwi,Hukum Perlindungan Konsumen,Jakarta:Sinar
diperdagangkan. Dapat diketahui pengertian Konsumen dalam UUPK lebih luas
daripada pengertian Konsumen pada kedua Rancangan Undang - Undang
Perlindungan Konsumen yang telah disebutkan terakhir ini, karena dalam UUPK
juga meliputi pemakaian barang untuk kepentingan mahluk hidup lain. Hal ini
berarti bahwa UUPK dapat memberikan perlindungan kepada konsumen yang
bukan manusia ( hewan , maupun tumbuh - tumbuhan).Pengertian konsumen yang
luas seperti itu, sangat tepat dalam rangka memberikan perlindungan seluas -
luasnya kepada konsumen. Walaupun begitu masih perlu disempurnakan
sehubungan dengan penggunaan istilah “pemakai” demikian pula dengan
eksistensi “badan hukum” yang tampak nya belum masuk dalam pengertian
tersebut. 20
B. TUJUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM UNDANG -
UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
Berkaitan dengan tujuan di atas ada sejumlah asas yang terkandung di dalam
usaha memberikan perlindungan hukum kepada konsumen. Perlindungan
konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama seluruh pihak yang terkait,
masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah berdasarkan asas yang menurut Pasal 2
Undang - Undang Perlindungan Konsumen Nomo 8 tahun 1999 ini adalah :
1. Asas Manfaat
2. Asas Keadilan
3. Asas Keseimbangan
4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen, serta
20
5. Asas Kepastian Hukum.21
Perlindungan Konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama
berdasarkan lima (5) asas yang relevan dalam pembangunan Nasional, yaitu :
1. Asas Manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya
dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan.
2. Asas Keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat
diwujudkan secara maksmal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan
pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara
adil.
3. Asas Keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan
antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dakam arti materiil
dan spiritual.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam
penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan atau jasa yang dikonsumsi
atau digunakan.
5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan perlindungan
konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum.22
Asas Manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat
21
Sidabalok,Janus,Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia,Bandung,Citra Aditya
Bakti,2010. Hal. 31
22
besarnya bagi konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.Asas ini
menghendaki bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen
tidak dimaksudkan untuk menempatkan salah satu pihak di atas pihak yang lain
atau sebaliknya, tetapi adalah untuk memberikn kepada masing - masing pihak,
produsen dan konsumen , apa yang menjadi haknya. Dengan demikian,
diharapkan bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen
bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat dan pada giliranya bermanfaat bagi
kehidupan berbangsa.
Asas Keadilan dimaksudkan agar partispasi seluruh rakyat dapat diwujudkan
secara maksimal dan memberikan kesempoatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajiban secara adil. Asas
ini menghendaki bahwa melalui pengaturan dan penegakan hukum perlindungan
konsumen ini,konsumen dan produsen dapat berlaku adil melalui perolehan hak
dan penuaian kewajiban secara seimbang. Karena itu, undang - undang ini
mengatur sejumlah hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha (produsen).
Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan
spiritual. Asas ini menghendaki agar konsumen, pelaku usaha dan pemerintah
memperoleh manfaat yang seimbang dari pengaturan dan penegakan hukum
perlindungan konsumen. Kepentingan antara konsumen dan produsen dan
pemerintah diatur dan harus diwujdukan secara seimbang sesuai dengan hak dan
kewajibannya masing - masing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak
ada salah satu pihak yang mendapatkan perlindungan atas kepentingannya yang
Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksdudkan untuk memberikan
jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,
pemakaian, dan pemanfaatn barang dan atau jasa yang dikonsumsi atau
digunakan. Asas ini menghendaki adanya jaminan hukum bahwa konsumen akan
memperoleh manfaat dari produk yang dikonsumsi/dipakainya, dan sebaliknya
bahwa produk itu tidak akanmengancam ketentraman dan keselamatan jiwa dan
harta bendanya. Karena itu, Undang - undang ini membebankan sejumlah
kewajiban yang harus dipenuhi dan menetapkan sejumlah larangan yang harus
dipatuhi oleh produsen dalam memproduksi dan mengedarkan produknya.
Asas kepastian hukum dimaksudkan agar, baik pelaku usaha maupun
konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum. Artinya
Undang - undang ini mengharapkan bahwa aturan - aturan tentang hak dan
kewajiban yang terkandung di dalam undang - undang ini harus diwujudkan
dalam kehidupan sehari - hari sehingga masing - masing pihak memperoleh
keadilan. Oleh karena itu, Negara bertugas dan menjamin terlaksananya undang -
undang ini sesuai dengan bunyinya.
Asas - asas hukum perlindungan konsumen yang dikelompokan dalam 3 (tiga)
kelompok di atas yaitu asas keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Dalam
hukum ekonomi keadilan disejajarkan dengan asas keseimbangan,kemanfaatan
disejajarkan dengan asas maksimalisasi, dan kepastian hukum di sejajarkan
dengan asas efisiensi. Asas kepastian hukum yang disejajarkan dengan asas
Hukum yang berwibawa berarti hukum yang efisien, di bawah naungan mana seseorang dapat melaksanakan hak - haknya tanpa ketakutan dan melaksanakan kewajibannya tanpa penyimpangan.23
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri ;
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai melalui undang - undang perlindungan
konsumen ini sebagaimana dimaksdu dalam Pasal 3 adalah :
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan atau jasa ;
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak - haknya sebagai konsumen ;
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi ;
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha ;
f. Meningkatkan kualitas barang dan atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
Mengamati tujuan dan asas yang terkandung di dalam undang - undang in,
jelaslah bahwa undang - undang ini membawa misi yang besar dan mulia dalam
mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pasal 3 Undang - undang perlindungan konsumen ini,merupakan isi
pembangunan nasional sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 sebelumnya,
karena tujuan perlindungan konsumen yang ada itu merupakan sasaran akhir yang
harus dicapai dalam pelaksanaan pembangunan di bidang hukum perlindungan
konsumen Achamd Ali mengatakan masing - masing undang - undang memeilki
tujuam khusus. Hal itu juga tampak dari pengaturan Pasal 3 Undang - undang
Perlindungan Konsumen, yang mengatur tujuan khusus perlindungan konsumen,
sekaligus membedakan dengan tujuan umum sebagaimana dikemukakan
23
berkenaan dengan ketentuan Pasal 2 di atas. Keenam tujuan khususn perlindungan
konsumen yang disebutkan di atas bila dikelompokan ke dalam tiga tujuan hukum
secara umum, maka tujuan hukum untuk mendapatkan keadilan terlihat dalam
rumusan huruf c, dan huruf e. Sementara tujuan untuk memberikan kemanfaatan
dapat terlihat dalam rumusan a dan b termasuk huruf c dan d serta huruf f.
Terakhir tujuanj khusus yang diarahkan untuk tujuan kepastian hukum terlihat
dalam rumusan huruf d.Pengelompokan ini tidak terlalu mutlak, oleh karena
seperti yang dapat kita lihat dalam rumusan pada huruf a sampai dengan huruf f
terdapat tujuan yang dapat dikualifikasikan sebagai tujuan ganda. Kesulitan
memenuhi ketiga tujuan hukum umum sekaligus sebagaimana dikemukakan
sebelumnya, menjadikan sejumlah tujuan khusus dalam huruf a sampai huruf f
dari Pasal 3 tersebut hanya dapaty tercapai secara maksimal, apabila didukung
oleh keseluruhan subsistem perlindungan konsumen yang diatur dalam undang -
undang ini, tanpa mengabaikan faislitas penunjang dan kondisi
masyarakat.Termasuk dalam hal ini substansi ketentuan pasal demi pasal yang
akan diuraikan dalam bab selanjutnya. Unsur masyarakat sebagaimana
dikemukakan berhubungan dengan persoalan kesadaran hukum dan ketaatan
hukum, yang seterusnya menentukan efektivitas Undang-undang Perlindungan
Konsumen, sebagaimana dikemukakan oleh Achmad Ali bahwa kesadaran
hukum, ketaatan hukum , dan efektivitas perundang - undangan adalag tiga unsur
yang saling berhubungan.24
24
Ibid Hal. 34 - 35.
Sampai saat ini secara universal diakui adanya hak-hak konsumen yang harus
1. Hak keamanan dan keselamatan ;
2. Hak atas informasi ;
3. Hak untu memilih ;
4. Hak untuk didengar dan ;
5. Hak atas lingkungan hidup.
Aspek - aspek hukum terhadap perlindungan konsumen di dalam era pasar
bebas, pada dasarnya dapat dikaji dari dua pendekatan, yakni dari sisi pasar
domestic dan dari sisi pasar global. Keduanya harus diawali dan sejak barang dan
jasa diproduksi,disistribusikan/dipasarkan dan diedarkan sampai barang dan jasa
tersebut dikonsumsi konsumen. Bertolak dari pemikiran di atas, pada dasarnya
Negara dapat diketahui bahwa aspek hukum perdata mempunyai peran dan
kesempatan yang sama untuk melindungi kepentingan konsumen. Aspek hukum
publik berperan dan dapat dimanfaatkan oleh Negara,pemerintahan instansi yang
mempunyai peran dan kewenangan sendiri untuk melindungi konsumen.
Kemenangan dan peran tersebut dapat diwujudkan mulai dari:
1. Political Will/kemauan politik untuk melindungi kepentingan konsumen
domestic di dalam persaingan global dan atas persaingan tidak sehat lokal.
2. Birokrasi dengan sadar dan senang hati menciptakan kondisi dengan
berbisnis jujur dalam mewujudkan persaingan sehat.
3. Di dalam hukum positif, yang sudah mengandung unsur melindungi
kepentingan konsumen antara lain :
a. UU Kesehatan
b. UU Barang
d. UU pengawasan atau edar barang
e. UU tentang wajib daftar obat
f. UU tentang produksi dan peredaran produk tertentu
g. UU perizinan , diharapkan diikuti dengan pengawasan,pembinaan dan
pemberian sanksi yang pasti dan tegas apabila terjadi pelanggaran mengenai
syarat dan operasional dari perusahaan produsen.25
C. HAK DAN KEWAJIBAN DALAM UNDANG - UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
Berkaitan dengan perlindungan konsumen ,khususnya dengan tanggung jawab
produk , perlu dijelaskan beberapa istilah terlebih dahulu untuk memperoleh
kesatuan persepsi dalam pembahasan selanjutnya. Istilah yang memerlukan
penjelasan itu adalah produsen atau pelaku usaha, konsumen ,produk dan
standarisasi produk , peranan pemerintah, serta klausula baku.26
1. Produsen atau Pelaku Usaha
Produsen sering diartikan sebagai oengusaha yang menghasilkan barang dan
jasa. Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya pembuat, grosir, leveransir, dan
pengercer professional, yaitu setiap orang/badan yang ikut serta dalam penyediaan
barang dan jasa hingga sampain ke tangan konsumen. Sifat professional
merupakan syarat mutlak dalam hal menuntut pertanggung jawaban dari
produsen. Dengan Demikian, produsen yidak hanya diartikan sebagai pihak
25
Kristiyanti,Celina Tri Siwi,Hukum Perlindungan Konsumen,Jakarta:Sinar
Grafika,2011. Hal. 89-90
26
Sidabalok,Janus,Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia,Bandung,Citra Aditya
pembuat/pabrik yang menghasilkan produk saja,tetapi juga mereka yang terkait
dengan penyampaian/peredaran produk hingga sampai ke tangan konsumen.
Dengan perkataan lain, dalam konteks perlindungan konsumen, produsen
diartikan secara luas. Sebagai contoh, dalam hubungannya dengan produk
makanan hasil industri (pangan olahan), maka produsennya adalah mereka yang
terkait dalam proses pengadaan makanan hasil industry (pangan olahan) itu
hingga sampai ke tangan konsumen. Mereka itu adalah : pabrik (pembuat),
distributor, eksportir atau importer dan pengecer baik yang berbentuk badan
hukum ataupun yang bukan badan hukum.27
Pengertian pelaku usaha dalam Pasal 1 angka 3 UU Perlindungan Konsumen
cukup luas karena meliputi grosir, leveransir, pengecer, dan sebagainya. Cakupan
luasnya pengertian pelaku usaha dalam UUPK tersebut memiliki persamaan
dengan pengertian pelaku usaha dalam masyarakat eropa terutama Negara
belanda, bahwa yang dapat dikualifikasikan sebagai produsen adalah : Pembuat Dalam Pasal 1 angka 3 UU no.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
tidak memakai istilah produsen tetapi memakai istilah lain yang kurang lebih
sama artinya, yaitu pelaku usaha yang pengertiannya adalah :
Setiap orang atau badan usaha ,baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usahadalam berbagai bidang ekonomi.
Dalam penjelasan lain undang - undang yang termasuk dalam pelaku usaha
adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi, importer, pedanag, distributor,
dan lain - lain.
27
produk jadi (finished product); penghasil bahan baku; pembuat suku cadang;
setiap orang yang menampakkan dirinya sebagai produsen, dengan jalan
mencantumkan namanya, tanda pengenal tertentu, atau tanda lain yang
membedakan dengan produk asli, pada produk tertentu; importer suatu produk
dengan maksud untuk dijualbelikan, disewakan, disewagunakan (leasing) agau
bentuk distribusi lain dalam transaksi perdagangan; pemasok (supplier) ,dalam
hal identitas dari produsen atau importer tidak dapat ditemukan. Dengan demikian
tampak bahwa pelaku usaha yang dimaksud dalam Undang - Undang Pelindungan
Konsumen sama dengan cakupan produsen yang dikenal di Belanda, karena
produsen dapat berupa perorangan atau badan hukum. Dalam pengertian pelaku
usaha tersebut akan memudahkan konsumen menuntutbgantu kerugian .
Konsumen yang dirugikan akibat penggunaan produk tidak begitu kesulitan dalam
menemukan kepada siapa tuntutan diajukan, karena banyak pihak yang dapat
digugat, namun akan lebih baik lai seandainya UUPK tersebut memberikan
rincian sebagaimana dalam Direktif ditentukan bahwa :
1. Produsen berarti pembuat produk akhir, produsen dari setiap bahan mentah ,
atau pembuat dari suatu suku cadang dan setiap orang yang memasang nama,
mereknya atau suatu tanda pembedaan yang lain pada produk, menjadikan dirinya
sebagai produsen;
2. Tanpa mengurangi tanggung gugat produsen, maka setiap orang yang
mengimpor suatu produk untuk dijual, dipersewakan, atau untuk leasing, atau tiap
bentuk pengedaran dalam usaha perdagangannya dalam masyarakat eropa, akan
dipandang sebagai produsen dalam arti Direktif ini, dan akan bertanggung gugat
3. Dalam hal produsen suatu produk tidak dikenal identitasnya, maka setiap
leveransir/supplier akan bertanggung gugat sebagai produsen,kecuali ia
memberitahukan orang yang menderita kerugian dalam waktu yang tidak terlalu
lama mengenai identitas produsen atau orang yang menyerahkan produk itu
kepadanya. Hal yang sama akan berlaku dalam kasus barang/produk yang
diimpor, jika produk yang bersangkutan tidak menunjukan identitas importer
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2), sekalipun nama produsen
dicantumkan.28
Dalam Pasal 6 UU No.8 Tahun 1999 Produsen disebut sebagai pelaku usaha
yang mempunyai hak sebagai berikut :
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
2. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik;
3. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen;
4. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
5. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Hak pelaku usaha untuk menerima pembayaran sesuai kondisi dan nilai tukar
barang dan/atau jasa yang diperdagangkan,menunjukan bahwa pelaku usaha tidak
dapt menuntut lebih banyak jika kondisi barang dan atau jasa yang diberikannya
28
Miru,Ahmadi dan Yodo,Sutarman,Hukum Perlindungan Konsumen,Jakarta:Raja
kepada konsumen tidak atau kurang memadai menurut harga yang berlaku pada
umumnya atas barang dan atau ajsa yang sama. Dalam praktek yang biasa terjadi
suatu bang dan atau jasa yang kualitasnya lebih rendah daripada barang yang
serupa, maka para pihak menyepakati harga yang lebih murah. Dengan demikian
dalam hal ini adalah harga yang wajar. Menyangkut hak pelaku usaha yang
tersebut pada huruf b, c , dan d,sesungguhnya merupakan hak - hak yang lebih
banyak berhubungan dengan pihak aparat pemerintah dan atau badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen/pengadilan dalam tugasnya melakukan
penyelesaian sengketa. Melalui hak - hak tersebut diharapkan perlindungan
konsumen secara berlebihan hingga mengabaikan kepentingan pelaku usaha dapat
dihindari. Satu - satunya yang berhubungan dengan kewajiban konsumen atas hak
- hak pelaku usaha yang disebutkan pada huruf b, c, dan d tersebut adalah
kewajiban konsumen mengikuti upaya penyelesaian sengketa sebagaimana
diuraikan sebelumnya. Terakhir tentang hak - hak yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang - undangan lainnya, seperti hak - hak yang diatur dalam
undang - undang Perbankan, UU Larangan praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat dan uu lainnya. Berkenaan dengan berbagai uu tersebut, maka
harus diingat bahwa UU Perlindungan Konsumen adalah payung bagi semua
aturan lainnya berkenaan dengan Perlindungan Konsumen.29
1. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
Kewajiban pelaku usaha menurut Pasal 7 UU Perlindungan Konsumen ,adalah :
2. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau
3. jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; 4. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
29
5. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
6. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
7. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
8. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Kewajiban pelaku usaha beritikad baik dalam melakukan kegiatan usaha
merupakan salah satu asas yang dikenal dalam hukum perjanjian. Ketentuan
tentang itikad baik ini diatur Pasal 1338 ayat 3 BW, bahwa perjanjian harus
dilaksanakan dengan itikad baik, sedangkan Arrest H.R. di Negeri Belanda
memberi peranan tertinggi terhadap iktikad baik dalam tahap pra perjanjian,
bahkan kesesatan ditempatkan di bawah asas itikad baik, bukan lagi pada teori
kehendak. Begitu pentingnya itikad baik tersebut, sehingga dalam perundingan -
perundingan atau perjanjian antara para pihak, kedua belah pihak akan
berhadapan dalam suatu hubungan hukum khusus yang dikuasai oleh itikad baik
dan hubungan khusus ini membawa akibat lebih lanjut bahwa kedua belah pihak
itu harus bertindak dengan mengingat kepnetingan - kepentingan yang wajar dari
pihak lain. Bagi masing - masing calon pihak dalam perjanjian terdapat suatu
kewajiban untuk mengadakan penyelidikan dalam batas - batas yang wajar
terhadap pihak lawan sebelum menandatangani kontrak, atau masing - masing
pihak harus menaruh perhatian yang cukup dalam menutup kontrak yang
berkaitan dengan itikad baik. 30
30
2. Konsumen
Pengertian konsumen menurut UUPK dalam Pasal 1 ayat 2 yakni :
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau ajsa yang tersedia dalam masyarakat , baik bagi kepentingan diri sendiri, keluiarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum.Oleh
karena itu , perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi
yang mendapatkan perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan terlebih-lebih
hak - haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen
sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum tentang hak -
hak konsumen. Secara umum dikenal ada 4 (empat) hak dasar konsumen , yaitu :
1. Hak untuk mendapatkan keamanan
2. Hak untuk memilih
3. Hak untuk didengar
4. Hak untuk mendapat informasi
Empat hak dasar ini di akui secara internasional. Dalam perkembangannya
organisasi - organisasi konsumen yang tergabung dalam The Internasional
Organization of Consumer Union menambahkan lagi beberapa hak,seperti hak
mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapat ganti kerugian, dan hak
mendapatkan lingkungan hidup dan sehat.
Hak - hak konsumen yang diatur dalam hukum positif di Indonesia yang
tertuang dalam UUPK terdapat pada Pasal 4 , yaitu :
1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan
2. Hak untuk memilih, serta mendapatkan barang atau jasa yang sesuai nilai
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau
jasa yangdigunakan.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sedangkan dalam Rancangan Akademi UU tentang perlindungann Konsumen
yang dikeluarkan oleh Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan Departemen
Perdagangan dikemukakan enam hak konsumen, yaitu empat dasar yang disebut
pertama, d tambah dengan hak untuk mendapatkan barang sesuai dengan nilai
tukar yang diberikannya, dan hak untuk mendapatkan penyelesaian hukum yang
patut. Memperhatikan hak - hak yang disebutkan di atas, maka secara keseluruhan
pada dasarnya dikenal 10 macam hak konsumen , yaitu :
1. Hak atas keselamatan dan keamanan ;
2. Hak untuk memperoleh informasi ;
3. Hak untuk memilih ;