ABSTRACT
EFFECT OF FERTILIZER COMPOSITION TO STEM BORER (Ostrinia furnacalis Guenee) AND COB BORER (Helicoverpa armigera Hubner) AT
CROPPING CORN (Zea mays)
By
OVIANA SURI. A
Stem borer (Ostrinia furnacalis Guenee) and cob borer (Helicoverpa armigera Hubner) was an important pest on corn. The increasing number of pests have been reported with high doses of fertilizer nitrogen (N). While the provision of fertilizers that contain the element potassium (K) can enhance plant resistance against various pests. This reshach aimed to determine the effect of manure composition with different doses of the number of stem borer (Ostrinia furnacalis Guenee) and cob borer (Helicoverpa armigera Hubner) in corn. The hypothesis advanced ware (1) Provision of fertilizer composition with a high dose of N (urea 800 kg / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 75 kg / ha could be increasing the number of stem borer (Ostrinia furnacalis Guenee) and cob borer (Helicoverpa armigera Hubner) in maize. (2) The composition of K fertilizer with a high dose (400 kg urea / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 150 kg / ha could be reduceing the number of stem borer (Ostrinia furnacalis Guenee) and pests cob borer (Helicoverpa
armigera Hubner) in corn.
Data was analyzed using the results of observations of variance (Anova), followed by the mean comparison test (LSD) with a real level 5%.
The results showed that administration of a dose of N fertilizer komposisi high (800 kg urea / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 75 kg / ha) can increase the level of pest attacks and the number of stem borer (Ostrinia furnacalis Guenee) and cob borer (Helicoverpa armigera Hubner) in maize, while giving the composition of K fertilizer with a high dose (400 kg urea / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 150 kg / ha) can reduce the attack rate and the number of stem borer (Ostrinia furnacalis
Guenee ) and cob borer (Helicoverpa armigera Hubner) in maize.
ABSTRAK
PENGARUH KOMPOSISI PUPUK TERHADAP PENGGEREK BATANG (Ostrinia furnacalis Guenee ) DAN PENGGEREK TONGKOL (Helicoverpa
armigera Hubner) PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays)
Oleh
OVIANA SURI. A
Penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan penggerek tongkol
(Helicoverpa armigera Hubner) merupakan hama penting pada tanaman jagung. Meningkatnya jumlah hama dilaporkan ada hubungannya dengan tingginya dosis pupuk nitrogen (N) yang diberikan. Sedangkan pemberian pupuk yang
mengandung unsur kalium (K) dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap berbagai hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi pupuk dengan dosis yang berbeda terhadap jumlah hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan penggerek tongkol (Helicoverpa armigera
Hubner)pada pertanaman jagung. Hipotesis yang diajukan adalah (1) Pemberian komposisi pupuk dengan dosis N tinggi (urea 800 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 75 kg/ha dapat meningkatkan jumlah hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan hama penggerek tongkol (Helicoverpa armigera Hubner)
pada pertanaman jagung. (2) Pemberian komposisi pupuk dengan dosis K tinggi (urea 400 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 150 kg/ha dapat menurunkan jumlah hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan hama penggerek tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) pada pertanaman jagung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian komposisi pupuk dengan dosis N tinggi (urea 800 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 75 kg/ha) dapat meningkatkan tingkat serangan dan jumlah hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan hama penggerek tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) pada pertanaman jagung, sedangkan pemberian komposisi pupuk dengan dosis K tinggi (urea 400 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 150 kg/ha) dapat menurunkan tingkat serangan dan jumlah hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan hama penggerek tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) pada pertanaman jagung. Kata kunci :tingkat serangan dan jumlah hama penggerek batang dan tongkol,
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan petak penelitian. ... 15
2. Jarak antar petak dan jarak tanam. ... 15
3. Gejala serangan dan larva O. furnacalis. ... 22
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... i
DAFTAR GAMBAR . ... vi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. ... 1
1.2. Tujuan Penelitian ... 3
1.3. Kerangka Pemikiran ... 4
1.4. Hipotesis ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Jagung ... 6
2.2. Syarat Tumbuh ... 8
2.3. Hama Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis Guenee) ... 9
2.4. Hama Penggerek Tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) . .... 11
2.5. Hubungan Hama dengan Pupuk ... 11
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
3.2. Alat dan Bahan ... 13
3.3. Metode Penelitian ... 13
3.4. Pelaksanaan Penelitian ... 14
3.4.1 Persiapan Lahan ... . 14
3.4.2 Pengolahan Lahan ... 14
3.4.4 Penyulaman dan Penjarangan ... 16
3.4.5 Pemupukan ... 16
3.4.6 Pemeliharaan Tanaman Jagung ... 17
3.5. Pengamatan ... 18
3.6. Analisis Data ... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis). ... 21
4.2. Penggerek Tongkol Jagung (H.armigera dan O. furnacalis) ... 24
4.3. Hubungan Hama dengan Jumlah Tongkol dan Hasil Produksi Jagung Pipilan Kering ... 28
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
5.1 Kesimpulan ... 30
5.2 Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31
“ Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan,
maka apabila kamu telah selesai (dari tugas urusan), maka
kerja keraslah kamu (urusan yang lain)”
(Al Quran Surat Insyirah, ayat 5 dan 6 )
“ Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka
Allah
akan memudahkan baginya jalan ke surga”
(H.R. Muslim)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang
Seiring do’a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT maka dengan kerendahan hati
setulusnya kupersembahkan karya ilmiah ini kepada :
Ayah dan Ibu (almh)
yang selalu memberikan motivasi dan selalu Bersabar dalam mengiringi Langkah
dengan Doa serta Materi yang tak dapat Terhitung Nilai dan Nominalnya untuk
Keberhasilanku
Adik dan Keluarga besarku yang selalu berdoa dan sabar Menanti
Keberhasilanku
Serta
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumberejo, Kecamatan Talang Padang, Kabupaten
Tanggamus pada tanggal 08 Agustus 1989, sebagai anak pertama dari dua
bersaudara dari pasangan Bapak Ahmat dan Ibu Maryamah (almarhumah).
Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Sriwijaya Sukarame
Bandar Lampung pada tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Sukarame
Bandar Lampung pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 21
Bandar Lampung pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Utama 2
Bandar Lampung pada tahun 2007.
Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Minat
Kemampuan Akademik dan Bakat ( PMKAB) dan pada tahun 2008 di
integrasikan pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Komposisi Pupuk Terhadap Penggerek Batang
(Ostrinia furnacalis Guenee ) dan Penggerek Tongkol (Helicoverpa armigera
Hubner) pada Pertanaman Jagung (Zea mays)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayah dan almarhumah Ibu tercinta, atas segala do’a, dukungan, kepercayaan
dan limpahan kasih sayang selama ini.
2. Bapak Ir. Sudi Pramono, M.P. selaku pembimbing utama atas saran, dan
kritik sejak penelitian dimulai hingga penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Ir. Nur Yasin, M.Si. selaku pembimbing kedua atas saran, dan kritik
sejak penelitian dimulai hingga penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S. selaku penguji atas saran dan koreksi
yang telah diberikan hingga penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Ir. Lestari Wibowo, M.S. selaku pembimbing akademik atas bimbingan
dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.
6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M. P., selaku Ketua Program Studi
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung atas pengetahuan dan bimbingannya selama penulis
menjadi mahasiswa.
9. Sahabat-sahabatku, Juwita, Mpeb, Lilis, Yanti , Selvi, Resma, Uus atas
semangat, kebersamaan, saran, kritik dan bantuan yang tak henti-hentinya
selama ini.
10. Keluarga besar HPT 2007 ( Alwi, Alex, Anto, Badrus, Bang Juki, Fajri,
Furqon, Jaya, Yosua, Tedy, Leo, Suparaman, Syukur, Eka, Meri, Kiki, Cici,
Ovy, Maria, Kristin, Yani, Rani, Ria, Tere, Stenia, Yuli, Wika ) atas
kekeluargaan dan kekompakannya selama ini.
11. Mba’ Uum, Mas Iwan dan Mas Rahmat yang telah membantu selama penulis
menjadi mahasiswa.
12. Semua pihak yang telah banyak membantuku selama kuliah dan penelitian
yang takkan mungkin disebut satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua.
Bandar Lampung, Juli 2012
Penulis,
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat penting. Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah padi.
Sedangkan berdasarkan urutan bahan makanan pokok dunia, jagung menduduki
urutan ketiga setelah gandum dan padi (AAK, 1993).
Jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang dapat digunakan untuk
menggantikan beras sebab jagung memiliki kandungan protein, karbohidrat dan
kalori yang hampir sama dengan beras. Oleh karena itu, distribusi penanaman
jagung terus meluas di berbagai negara di dunia termasuk di Indonesia (Rukmana,
1997).
Jagung memiliki peranan penting dalam industri berbasis agribisnis. Pada tahun
2008, Departemen Pertanian melalui Direktorat Jendral Tanaman Pangan
mengklaim produksi jagung mencapai 18 juta ton. Jagung dimanfaatkan untuk
konsumsi, bahan baku industri pangan, industri pakan dan bahan bakar.
Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring
2
Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas
jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit serta teknik budidaya yang
kurang baik. Hama yang sering dijumpai pada pertanaman jagung adalah
penggerek batang jagung, penggerek tongkol jagung, ulat grayak, lalat bibit,
belalang, dan kutu daun. Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) merupakan hama utama pada tanaman jagung yang menyerang daun dan
menggerek batang jagung. Penggerek batang ini merupakan hama penting pada
jagung karena bisa menurunkan hasil hingga 80 %. Gejala serangan larva pada
batang adalah adanya kotoran berupa serbuk yang keluar dari liang gerekan.
Serangan yang berat menyebabkan batang patah sehingga aliran makanan
terhambat. Serangan hama penggerek batang jagung mulai muncul pada tanaman
jagung sejak tanaman bermur 3-4 minggu dan berakhir sampai masaknya tongkol
(Widodo et al.,1987).
Penggerek tongkol (Helicoverpa armigera) merupakan hama penting setelah hama penggerek batang. Penggerek tongkol ini dapat menyerang tanaman muda
terutama pada malai yang dapat mengakibatkan tidak terbentuknya bunga jantan,
sehingga hasil tongkol jagung menjadi berkurang (Setiawan, 2003).
Pengendalian secara bercocok tanam mempunyai keunggulan dibandingkan
dengan cara – cara pengendalian lainnya, terutama apabila teknik – teknik telah
dikuasai oleh petani dan sarananya telah tersedia. Pengolahan tanah dan
pemupukan yang tepat akan menciptakan medium pertumbuhan yang optimal
3
Kesehatan tanaman secara langsung berhubungan dengan serangan hama.
Tanaman yang kekurangan unsur hara akan mudah terserang hama, namun
pemupukan yang berlebihan juga akan memudahkan tanaman terserang hama.
Pemberian pupuk yang berlebihan memberikan daya tarik bagi hama dan
mendorong populasi hama berkembang lebih besar, pertumbuhan tanaman akan
berlebihan tetapi rapuh terhadap serangan hama (Setiawan, 2003).
Meningkatnya populasi hama dilaporkan ada hubungannya dengan tingginya
dosis pupuk nitrogen (N) yang diberikan. Sedangkan pemberian pupuk yang
mengandung unsur silika (Si), Kalium (K) dan Calsium (Ca) dapat meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap berbagai hama dan pathogen (Makarim,2003).
Kandungan unsur N, P, K memiliki peranan yang berbeda-beda dalam bagian
tanaman. Namun belum diketahui apakah pemupukan komposisi N, P, K dengan
dosis yang berbeda dapat mempengaruhi jumlah hama penggerek batang (O. furnacalis Guenee ) dan penggerek tongkol (H. armigera Hubner) pada
pertanaman jagung. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh komposisi pemupukan dengan dosis yang berbeda terhadap jumlah
hama penggerek batang (O. furnacalis Guenee ) dan penggerek tongkol (H. armigera Hubner) pada pertanaman jagung.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi pupuk terhadap
4
1.3 Kerangka Pemikiran
Jagung merupakan salah satu komoditas pangan yang mempunyai peranan
strategis dalam perekonomian nasional Indonesia. Kebutuhan terhadap komoditas
ini terus meningkat, baik untuk pangan maupun pakan dan industri, seiring
dengan berkembangnya usaha peternakan di Indonesia akhir-akhir ini. Pada saat
produksi dalam negeri tidak mencukupi, pemerintah harus mengimpor jagung
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kendala biotik dalam produksi jagung
meliputi gangguan yang disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman (OPT),
salah satunya adalah hama (Subandi et.al., 1988).
Hama yang dominan ditemukan pada tanaman jagung adalah penggerek batang
(Ostrinia furnacalis), dan penggerek tongkol (Helicoverpa armigera) jagung. Dalam usaha untuk meningkatkan produksi jagung baik secara kuantitatif maupun
kualitatif diperlukan tindakan perbaikan teknik budidaya yang tepat seperti
pengolahan tanah yang baik, pemupukan yang sesuai, penggunaan varientas yang
unggul, pengaturan jarak tanam serta pengendalian hama dan penyakit (Effendi,
1995).
Pemberian unsur nitrogen secara berlebih akan mengakibatkan pertumbuhan
vegetatif yang sangat pesat, warna daun menjadi lebih hijau, jaringan batang
menjadi lunak, tanaman mudah rebah, menurunkan kualitas produksi tongkol dan
tanaman lebih mudah terserang hama dan penyakit. Meningkatnya populasi hama
berhubungan dengan pertanaman jagung yang diberi unsur nitrogen yang berlebih,
hal ini disebabkan hama lebih menyukai tanaman yang subur dengan jaringan
5
Menurut Setiawan (2003), kalium berperan penting dalam pembentukan bunga
dan buah, selain itu unsur ini juga merupakan unsur penting dalam proses
fotosintesis. Pemberian unsur kalium yang berlebih akan membentuk batang lebih
kuat, memperbaiki kualitas produksi tongkol serta meningkatkan ketahanan
terhadap hama dan penyakit. Serangan hama menjadi menurun pada pertanaman
jagung yang diberi unsur kalium berlebih, dikarenakan hama tidak menyukai
struktur tanaman yang keras.
Komposisi pupuk N, P dan K merupakan hara yang sangat dibutuhkan tanaman
jagung untuk tumbuh dan berproduksi. Jumlah pupuk yang diberikan untuk
mendapatkan hasil jagung yang tinggi tergantung pada besarnya kandungan hara
N, P, dan K di dalam tanah (Fitriani, 2009).
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
1. Pemberian komposisi pupuk dengan dosis N tinggi (urea 800 kg/ha +
SP-36 150 kg/ha + kcl 75 kg/ha) dapat meningkatkan jumlah hama penggerek
batang (O. furnacalis ) dan hama penggerek tongkol (H. armigera) pada pertanaman jagung.
2. Pemberian komposisi pupuk dengan dosis K tinggi (urea 400 kg/ha +
SP-36 150 kg/ha + kcl 150 kg/ha) dapat menurunkan jumlah hama penggerek
II. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Tanaman Jagung
Tanaman jagung dapat diklasifikasi sebagai berikut : kerajaan Plantae - tanaman, subkingdom Tracheobionta - tanaman vaskular, superdivision Spermatophyta - tanaman benih, divisi Magnoliophyta - tanaman berbunga, kelas Liliopsida - monokotil, subclass Commelinidae, urutan Cyperales, keluarga Poaceae - rumput keluarga, Marga Zea L.- jagung, jenis Zea mays L.- jagung ( USDA, 2012).
Tanaman jagung adalah tanaman semusim yang berbatang tinggi, tegak dan
biasanya tunggal yang dominan walupun ada beberapa tunas (anakan), kedudukan
daunnya distik (dua baris daun yang keluar dalam kedudukan berselang), dengan
pelepah-pelepah daun yang saling bertindih dan daun-daunnya lebar dan relative
panjang-panjang (Rukmana, 1997).
Sitem perakaran jagung terdiri atas akat seminal dan akar lateral. Akar utama yang
keluar dari pangkal batang jagung berjumlah antara 20-30, sedangkan akar lateral
yang tumbuh dari sini banyak sekali dengan panjang 2,5-25 cm. Bulu akar halus
sekali, terdiri dari satu sel dan dengan jumlah yang tak terhingga. Bulu akar ini
tumbuh dari ujung-ujung akar utama dan akar lateral. Fungsi akar adalah sebagai
penghisap air dan garam-garam dalam larutan serta mengeluarkan senyawa yang
Batang jagung berbeda dari batang padi-padian lainnya yaitu padat (solid). Batang
jagung beruas-ruas dengan jumlah ruas biasanya 14. Kebanyakan jagung
mempunyai ketinggian antara 1,50-3m. Batang sebelah luar merupakan jaringan
kulit yang keras dan tipis, fungsinya adalah agar batangnya kuat dan kaku. Batang
jagung dapat membesar samapi 3-4 cm diameternya (Suprapto, 1999).
Daun terdiri atas pelepah dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan
ujung daun meruncing. Antara pelepah daun dan helaian daun dibatasi oleh
spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan atau embun ke
dalam pelepah daun. Jumlah daun berkisar 10 -20 helai pertanaman. Daun berada
pada setiap ruas batang dengan kedudukan yang saling berlawanan (Suprapto,
1999).
Bunga jagung berumah satu. Letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina.
Bunga jantan berada di ujung tanaman sedangkan bunga betina berada di ketiak
daun. Bunga betina berbentuk ganda, berwarna putih, panjang, dan biasa disebut
rambut jagung. Bunga betina dapat menerima tepung sari di sepanjang rambutnya.
Penyerbukan terjadi dengan bersatunya tepung sari dan rambut. Tepung sari ini
dapat diterbangkan angin sampai sejauh satu kilo meter (Suprapto, 1999).
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung
mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi tergantung
pada jenisnya. Pada umumnya biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat
terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji, endosperm dan embrio (Rukmana,
1997).
1.2 Syarat Tumbuh
Jagung dapat hidup baik di daerah yang beriklim panas dan di daerah yang
beriklim sedang. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada temperature 23oC-27 o C.
Suhu minimum yang menghambat pertumbuhan jagung adalah 3o C dan suhu
maksimum 45o C (Suprapto, 1999).
Tanaman jagung dapat tumbuh baik pada hampir semua jenis tanah akan tetapi
tanaman ini akan dapat tumbuh lebih baik pada tanah gembur, kaya akan humus.
Tanah yang padat serta kuat menahan air tidak baik untuk ditanami jagung karena
pertumbuhan akarnya tidak baik atau akarnya akan menjadi busuk (Suprapto,
1999).
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh karena itu
waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya.
Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan (BPTP
Lampung, 2008).
Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik.
Pada umumnya tanah di Lampung miskin hara dan rendah bahan organiknya,
maka penambahan pupuk N, P dan K sangat diperlukan. Pemberian pupuk
dilakukan dengan cara membuat larikan diantara barisan tanaman kemudian
ditutup dengan tanah lalu dilakukan penyiraman secukupnya. Pupuk yang
Rekomendasi Dosis pupuk dan waktu pemberiannya pada tanaman jagung (BPTP
Lampung, 2008).
Tabel. 1 Dosis pupuk dan waktu aplikasi (rekomendasi)
Waktu Pemupukan Hari
Sumber : BPTP Lampung ,(2008).
1.3 Hama Penggerek Batang (O. furnacalis Guenee)
O. furnacalis termasuk ke dalam ordo Lepodoptera dan famili Pyralidae. Hama ini tersebar luas di Asia dan Australia dan dapat menyerang tanaman jagung baik
pada fase vegetatif maupun fase generatif. Kerusakan tanaman terjadi karena larva
menggerek bagian batang tanaman untuk mendapatkan makanan. Beberapa
peneliti mengemukakaan bahwa gerekan O. furnacalis dapat menurunkan hasil tanaman jagung (Nonci dan Baco 1987).
Imago O. furnacalis dapat meletakkan telur 300-500 butir dan umumnya meletakkan telur secara berkelompok di permukaan bawah daun pada tanaman
yang berumur 2 minggu setelah tanam terutama pada daun muda yaitu tiga daun
teratas (Fitriani, 2009). Jumlah telur tiap kelompok sangat beragam antara 30-50
butir atau bahkan dapat lebih dari 90 butir. Puncak peletakan telur terjadi pada
stadia pembentukan malai sampai keluarnya bunga jantan. Kelompok telur yang
berwarna coklat. Larvanya memberi kontribusi terbesar terhadap kerusakan
tanaman (Subandi et al., 1988).
Larva instar pertama langsung berpencar segera sesudah menetas ke bagian
tanaman yang lain. Pada stadia pembentukan malai larva instar I hingga instar III
memakan daun muda yang masih menggulung dan pada permukaan daun yang
terlindung dari daun yang telah membuka. Sekitar 67-100% dari larva instar I dan
II berada pada bunga jantan. Larva instar III sebagian besar masih berada pada
bunga jantan meskipun sudah ada pada bagian tanaman yang lain. Instar IV
hingga VI mulai menggerek pada bagian buku dan masuk ke dalam batang. Larva
masuk ke dalam batang dan menggerek ke bagian atas. Dalam satu lubang dapat
ditemukan lebih dari satu larva. Gejala visual serangan O. furnacalis pada batang adalah adanya lubang gerek pada batang serta terdapatnya kotoran larva di dekat
lubang tersebut. Apabila batang dibelah akan tampak liang gerek larva di dalam
batang (Subandi et al., 1988).
Gerekan larva pada batang menyebabkan kerusakan jaringan pembuluh sehingga
menggangu proses transportasi air dan unsur hara dan mengakibatkan
pertumbuhan terhambat yang pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil tanaman.
Selain itu, sering ditemukan juga larva instar I-III makan pada pucuk tongkol dan
rambut tongkol. Instar berikutnya makan pada tongkol dan biji. Larva yang akan
membentuk pupa membuat lubang keluar yang ditutup dengan lapisan epidermis
(Wakman, 2005).
Penggerek tongkol (H. armigera) merupakan salah satu spesies serangga hama dari ordo Lepidoptera, famili Noctuidae. Gejala serangan ulat penggerek tongkol
dimulai pada saat pembentukan kuncup bunga dan buah muda. Telur diletakkan
satu per satu di atas rambut jagung. Setelah menetas larva berpindah ke bagian
tongkol jagung yang masih muda dan memakan langsung biji-biji jagung. Seekor
betina dapat meletakkan telur hingga 1000 butir. Stadium telur 2-5 hari. Larva
yang baru menetas akan makan pada rambut tongkol dan kemudian membuat
lubang masuk ke tongkol (Daha et al., 1998).
Penggerek ini juga dapat menyerang tanaman muda terutama pada pucuk atau
malai yang dapat mengakibatkan tidak terbentuknya bunga jantan, berkurangnya
hasil dan bahkan tanaman dapat mati (Subandi et al., 1988).
1.5 Hubungan Hama dan Pupuk Tanaman
Seluruh atau sebagian tanaman yang terserang hama dapat mengalami penurunan
fungsi atau bahkan tidak berfungsi sama sekali proses metabolismenya
(fisiologis), sehingga pertumbuhannya tidak normal atau bahkan berakhir dengan
kematian tanaman (Rismunandar, 1986).
Meningkatnya populasi hama dilaporkan ada hubungannya dengan tingginya
dosis pupuk nitrogen yang diberikan. Untuk menentukan kebutuhan nitrogen
tanaman dianjurkan menggunakan bagan warna daun, sehingga pemberian pupuk
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sedangkan pemberian pupuk yang
mengandung unsur silika (Si), Kalium (K) dan Calsium (Ca) dapat meningkatkan
Peranan unsur N, P dan K sangat penting terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman, dimana interaksi dari ketiga unsur ini akan menunjang pertumbuhan
tanaman. Unsur N diperoleh dari pupuk Urea, unsur P dari SP-36 sedangkan
unsur K dari KCl. Unsur N adalah unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya pada
tanaman. Unsur ini berperan utama dalam merangsang pertumbuhan vegetatif
(batang dan daun), meningkatkan jumlah anakan dan meningkatkan jumlah
bulir/rumpun. Untuk pengaruh Unsur P terhadap tanaman sulit untuk dijelaskan
secara detail, tetapi fungsi unsur ini adalah sebagai berikut : memacu terbentuknya
bunga, bulir pada malai, menunjang perkembangan akar halus dan akar rambut;
memperkuat jerami sehingga tidak mudah rebah dan memperbaiki kualitas
tongkol. Sedangkan kalium berperan sebagai aktivator berbagai enzim, dengan
adanya unsur kalium tersedia di dalam tanah, menyebabkan antara lain : tanaman
tumbuh tegar, merangsang pertumbuhan akar dan tanaman lebih tahan terhadap
1
III. METODE PENELITIAN
1.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar
Lampung mulai bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012.
1.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, sekop, pisau, botol
film, plastik, timbangan elektrik, ember, tangki air.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih jagung Hibrida, tali
plastik, tali ukur, papan perlakuan, pupuk UREA, KCl, SP-36 dan NPK Phonska
15:15:15.
1.3 Metode Penelitian
Perlakuan dalam percobaan ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK)
terdiri atas 4 perlakuan termasuk kontrol dengan 5 kelompok/ulangan sehingga
terdapat 20 satuan percobaan. Perlakuan terdiri atas :
1. Kontrol dengan dosis pupuk urea 6,65 g/tanaman, SP-36 2,50 g/tanaman,
dan KCl 1,25 g/tanaman (p0), setara dengan dosis pupuk urea 400kg/ha,
2
2. Dosis pupuk urea 13,35 g/tanaman, SP-36 2,50 g/tanaman, dan KCl 1,25
g/tanaman (p1), setara dengan dosis pupuk urea 800kg/ha, SP-36 150 kg/ha,
dan KCl 75 kg/ha.
3. Dosis pupuk urea 6,65 g/tanaman, SP-36 2,50 g/tanaman, dan KCl 2,50
gr/tanaman (p2), setara dengan dosis pupuk urea 400kg/ha, SP-36 150 kg/ha,
dan KCl 150 kg/ha.
4. Dosis pupuk NPK Phonska sebesar 5 g/tanaman (p3), setara dengan dosis
pupuk NPK Phonskha sebesar 300 kg/ha.
1.4 Pelaksanaan Penelitian 1.4.1 Persiapan Lahan
Percobaan dilakukan di lahan praktekPoliteknik Negeri Lampung. Lahan seluas
200 m² dibuat menjadi petak percobaan sebanyak 20 petak dengan luas setiap
petak (2m x 2m) (Gambar. 1).
3.4.2 Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dimulai dengan pembersihan areal, setelah areal bersih
dilakukan pembajakan tanah sedalam + 20 cm dengan menggunakan traktor,
kemudian meratakan tanah yang telah dibajak sekaligus membersihkan gulma dan
melakukan penggemburan tanah sekaligus membuat petak-petak percobaan
dengan ukuran 2mx 2msebanyak 20 petak (4 perlakuan x 5 ulangan). Jarak antar
3
p2 p0 p2 p1 p3
p3 p2 p0 p2 p0
p0 p3 p1 p3 p1
p1 p1 p3 p0 p2
Gambar. 1 Bagan petak penelitian
Keterangan :
p0 : Pupuk dengan dosis (N = 400 kg/ha, P = 150 kg/ha, K = 75 kg/ha)
p1 : Pupuk dengan dosis (N = 800 kg/ha, P = 150 kg/ha, K = 75 kg/ha)
p2 : Pupuk dengan dosis (N = 400 kg/ha, P = 150 kg/ha, K = 150 kg/ha)
p3 : Pupuk dengan dosis (Pupuk NPK Phonska 15:15:15 300 kg/ha)
Gambar. 2 Jarak antar petak dan jarak tanaman
4
3.4.3 Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara menugal sedalam 3-4 cm. Tiap lubang
ditanami dengan 3-4 benih jagung dengan jarak tanam 70 x 50 cm.
3.4.4 Penyulaman dan Penjarangan
Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam yaitu
dengan mengganti tanaman yang mati, yang tumbuh abnormal dan tidak
berkecambah. Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu dan
setiap lubang tanam ditinggalkan 2 tanaman. Penjarangan dilakukan dengan cara
memotong salah satu tanaman.
3.4.5 Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara menarik garis di samping tanaman kemudian
menugal sedalam 3-4 cm di samping tanaman, kemudian ditutup kembali dengan
tanah dan dilakukan penyiraman secukupnya. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk
Urea, SP-36, KCl dan NPK majemuk Phonska 15:15:15. Pemupukan Urea
dilakukan tiga tahap dengan 1/3 dosis, sedangkan pupuk SP-36 dan KCl diberikan
sekaligus bersamaan pada aplikasi pertama (Tabel 2).
Dalam 1ha terdapat 30,000 lubang tanam dan terdapat 60,000 tanaman jagung
dengan jarak lubang tanam 70 x 50 cm sehingga dibutuhkan pupuk urea sebesar
400 kg, pupuk KCl 75 kg, SP-36 150 kg, dan NPK Phonska 15:15:15 300 kg.
Lahan yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 20 petak dengan ukuran
petak yaitu 2 m x 2 m ada 12 lubang tanam dan terdapat 24 tanaman jagung.
Pupuk urea yang dibutuhkan untu perlakuan p0 sebesar 6,65 g, p1 sebesar 13,35 g,
5
sebesar 2,50 g, pupuk SP-36 yang dibutuhkan pada perlakuan p0, p1 , dan p2 yaitu
sebesar 2,50 g. Untuk perlakuan p3 digunakan pupuk majemuk NPK Phonska
sebesar 5 g (Tabel 2).
Tabel 2. Waktu aplikasi dan dosis perlakuan pemupukan tanaman jagung (g/tanaman) Keterangan : p0 dosis rekomendasi (BPTP Lampung, 2008)
N = Urea, P = SP-36, K = KCL
Pupuk majemuk NPK Phonskha 15:15:15 hst = hari setelah tanam
3.4.6 Pemeliharaan Tanaman Jagung a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secukupnya satu kali dalam sehari pada waktu sore hari.
b. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dilakukan dengan tangan atau
koret. Penyiangan dilakukan saat tumbuhan penggangu mulai tumbuh dan
6
3.5 Pengamatan
Pada setiap petak percobaan dipilih secara acak dan empat titik yang dijadikan
sebagai tanaman sampel tetap pengamatan dimana satu titik sampel terdapat dua
tanaman jagung.
Dalam penelitian ini variable yang diamati meliputi jumlah ulat penggerek batang,
penggerek tongkol dan produksi tanaman jagung. Jumlah ulat penggerek batang
dan penggerek tongkol dinyatakan dengan tingkat kerusakan yang
diakibatkannya. Produksi tanaman dinyatakan dengan bobot jagung kering pipilan
g/tanaman.
3.5.1 Pengamatan Hama Penggerek Batang Jagung
Pengamatan tingkat serangan yang disebabkan oleh penggerek batang dilakukan
pada minggu ke-9, ke-10, ke-11 dan ke12 setelah tanam. Pengamatan tingkat
serangan yang disebabkan oleh penggerek batang dilakukan karena terserang
penggerek batang pada setiap petak dari empat titik sampel yang telah ditetapkan.
Tanaman menunjukkan gejala terserang penggerek batang ditandai dengan adanya
lubang gerek dibagian tengah dibawah tongkol jagung atau bagian pucuk (tangkai
bunga jantan) yang patah karena tergerek.
Untuk pengamatan jumlah hama penggerek batang dilakukan pada minggu ke-9,
ke-10, ke-11 dan ke12 setelah tanam. Pada minggu ke-9, ke-10, dan ke11 setelah
tanam apabila bagian pucuk (tangkai bunga jantan) patah karena tergerek maka
bagian pucuk tersebut dibongkar, sedangkan pengamatn pada minggu ke-12
7
jagung tersebut dibongkar seluruhnya, kemudian dihitung jumlah hama pada
setiap titik sample lalu dirata-ratakan pada setiap ulangan.
3.5.2 Pengamatan Hama Penggerek Tongkol Jagung
Pengamatan tingkat serangan yang disebabkan oleh penggerek tongkol dilakukan
pada minggu ke-10, ke-11, dan ke-12 setelah tanam. Pengamatan kerusakan
tongkol yang disebabkan oleh penggerek tongkol dilakukan dengan menghitung
tongkol-tongkol yang menunjukkan gejala terserang penggerek tongkol pada
setiap petak dari empat titik sampel yang telah ditetapkan. Tongkol yang
menunjukkan gejala terserang penggerek tongkol ditandai dengan adanya lubang
gerek dibagian ujung tongkol dan rambut-rambut tongkol jagung menjadi rusak.
Sedangkan pengamatan jumlah hama penggerek tongkol jagung dilakukan dengan
membuka bagian atas kulit jagung yang terserang penggerek tongkol kemudian
menghitung jumlah ulat yang terdapat didalamnya pada setiap titik sampel
kemudian dirata-ratakan pada setiap ulangan.
Tingkat serangan yang disebabkan oleh hama penggerek batang dan penggerek
tongkol jagung pada setiap sampel tanaman jagung dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
a
P = x 100%
a+b
dimana :
P = Persentase serangan penggerek tongkol a = Jumlah tongkol yang terserang penggerek.
8
3.5.3 Pengamatan Produksi Tanamn Jagung
Pengamatn produksi tanaman jagung dilakukan pada saat pemanenan yaitu 12
mst. Pemanenan jagung dilakuakn dengan memetik tongkol jagung. Pada setiap
sampel dihitung jumlah tongkol jagung pertanaman kemudian menghitung berat
kering jagung pipilan.
3.6 Analisis data
Data yang telah diperoleh dari penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis
ragam (Anova) yang dilanjutkan dengan pemisahan nilai tengah menggunakan uji
21
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian komposisi pupuk dengan dosis N tinggi (urea 800 kg/ha + SP-36
150 kg/ha + kcl 75 kg/ha) meningkatkan tingkat serangan dan jumlah hama
penggerek batang (O. furnacalis Guenee) dan hama penggerek tongkol (H. armigera) pada pertanaman jagung.
2. Pemberian komposisi pupuk dengan dosis K tinggi (urea 400 kg/ha + SP-36
150 kg/ha + kcl 150 kg/ha) dapat menurunkan tingkat serangan dan jumlah
hama penggerek batang (O. furnacalis Guenee) dan hama penggerek tongkol (H. armigera dan O. furnacalis) pada pertanaman jagung.
5.2 Saran
Perlu dilakuakan penelitian lanjutan mengenai pengaruh komposisi pupuk N, P, K
dengan meningkatkan dosis pupuk N dan K dua kali lipat dosis rekomendasi
21
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius, Yogyakarta Anonim. 2011. Komoditas Jagung di Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses tanggal03 Mei 2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung.2008. Teknologi Budidaya Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Tersedia di
http://www.litbang-deptan.go.id. Diakses tanggal 31Juli 2011.
Daha, L., Rauf, A., Sosromarsono, S., Kartosuwondo, U., Manuwoto, S.1998. Ekologi Helicoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) di pertanaman tomat. Buletin Hama dan penyakit Tumbuhan 10(2) : 10-16.
Effendi, S. 1995. Bercocok Tanam Jagung. Jasa Guna, Jakarta.
Fitriani, F. 2009. Hama dan Penyakit Jagung Manis Di Desa Benteng, Cibanteng Dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bogor.
Makarim, A.K., I.N. Widiarta, Hendarsih, S., dan S. Abdulrachman. 2003.
Petunjuk Teknis Pengelolaan Hara dan Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Padi Secara Terpadu. Departemen Pertanian. [jurnal on- line]. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3231042.pdf. Diakses tanggal 15 Juni 2011.
Nonci, N. dan D. Baco. 1987. Pengaruh waktu infestasi dan jumlah larva Ostrinia furnacalis Guenee terhadap kerusakan pada tanaman jagung. Agrikam, Buletin Penelitian Pertanian Maros 2(2) : 49-59.
Rismunandar. 1986. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Sinarbaru, Bandung.
Rukmana, H.R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.
Setiawan, A. 2003. Pengaruh Dosis Pupuk dan Jarak Tanam Terhadap Produksi dan Mutu Benih Jagung Manis. Skripsi. Bogor.
Suprapto, H.S. 1999. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.
22
USDA, 2012. Klasifikasi Jagung. http://id.USDA.org/Jagung. Diakses tanggal 20 Juni 2012
Wakman, B. 2005. Pengelolaan Hama dan Penyakit Jagung. [jurnal on- line]. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3231042.pdf. Diakses tanggal 15 Juni 2011.