ANALISA KINERJA SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN ANGGARAN 2008-2012
Oleh
YOFRITA TABALINA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
ANALISA KINERJA SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN ANGGARAN 2008-2012
Oleh Yofrita Tabalina
Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan untuk merubah keadaan ke arah yang lebih baik, dengan sasaran akhir terciptanya kesejahteraan masyarakat di setiap daerah tersebut. Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara menyeluruh, terarah dan berkesinambungan untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Skala besarnya tingkat penerimaan daerah yang berasal dari PAD senantiasa
mencerminkan tingkat partisipasi masyarakat dan sekaligus mencerminkan kemampuan pemerintah daerah Kabupaten Pesawaran dalam menghimpun serta menggali potensi yang terdapat didaerah tersebut. Aspek pembiayaan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan berbagai urusan rumah tangga daerah. Sejalan dengan penggunaan dan kebutuhan dana semakin besar guna membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka pemerintah daerah setempat serta dinas yang terkait harus mampu menghimpun dana serta menggali potensi yang ada secara maksimal.
Sebagai kabupaten baru dari pecahan kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pesawaran perlu mengoptimalisasikan sumber-sumber yang memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam
pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Pesawaran, pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai birokrasi pemerintahan, dituntut untuk terwujudnya kemandirian keuangan. Oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten Pesawaran berupaya agar dapat dan mampu meningkatkan penerimaan daerah, khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta mengurangi ketergantungan sumber pembiayaan dari Pemerintah Pusat seperti Dana Perimbangan.
sumber-sumber PAD, maka dapat diketahui bahwa kinerja Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesawaran tahun anggaran 2008-2012 dengan melihat dari sumber-sumber PAD memiliki rata-rata capaian skor harapan antara 47,27% sampai 69,70%, dengan perkembangan kinerja yaitu pada tahun 2008 rata-rata capaian skor harapan sebesar 40,91%, tahun 2009 rata-rata capaian skor harapan sebesar 59,81%, tahun 2010 rata-rata skor harapan sebesar 71,82%, tahun 2011 rata-rata capaian skor harapan sebesar 65,07%, dan pada tahun 2012 rata-rata capaian skor harapan sebesar 69,09%.
Narn
MahasiswaNomor Pokok
MahasiswaJurusan
fhkultas
ASLI
DAEBAIT (PAD) ITABUPAIEN
PESAUIANAN
TtrIIUN
ANGGITRAN2o,o,4-2(Ja2
\6fi4taffatutlma
w1to21t37
Ekonomi Pembangunan
Ekonomi dan Bisnis
!!ET.IIETUJUI
1.
Komisi Pembimbing
Wltcof-Younrl Atm4fa,
S.ff,
!I.Sl.
NIP
1951,0711 198505
I
OO1DIENGESAIIITIIN
1.
Tim Pengqii
IGua
:Yournl Atmafa,
S.E ,
M.Sl.
Pengqii
BUI{an
Pembimbing
:
Bahmat,
S.E
2. Dekan
Ekonomi dan Bisnis
Bang$atmn,
3.8, !I.SL
198705.r..01L
Tanggal Lulus Ujian Skripsi
:26 Septembet
2A1.i5M,r
ffi:'34
H-iP+u*t
, ilEIT'
PERNYATAAN
BEBASPLAGIARISM
'Saya yang bertandatangan dibawah
ini meiryatakan bahwa
skripsiini tetah
.dihlis
dengan sungguh-sungguh datr tidak menrpakan penjiplakan hasil karyamg
lain. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa penryataan ini tidak benarmaka saya sanggup menerima huhman/sanksi sesuai peraturan yang berlaku".
Bandar Lamprmg, 26 September 2013
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... ii
DAFTAR LAMPIRAN... iii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Permasalahan... 9
C. Tujuan Penelitian... 10
D. Kegunaan Penelitian……….. 10
E. Kerangka Pemikiran... 10
F. Sistematika Penulisan... 13
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otonomi Daerah... 14
B. Keuangan Daerah………... 16
C. Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah... 20
D. Pendapatan asli Daerah... 22
E. Kinerja Pendapatan Asli Daerah (PAD) san Cara Pengukurannya 26
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data... 29
B. Metode Pengumpulan Data... 29
C. Alat Analisis………... 30
1. Indeks Efektifitas (Indeks Capaian Target)... 30
2. Indeks Share (IS) Sumber-Sumber PAD (Indeks Kontribusi) 31
B. Share Kinerja Pendapatan Asli daerah (PAD) Kabupaten Pesawaran 41 C. Capaian Skor Harapan dan Peringkat Sumber-sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Unggulan Kabupaten Pesawarann... 46
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan... 51 B. Saran... 52
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan
untuk merubah keadaan kearah yang lebih baik, dengan sasaran akhir terciptanya
kesejahreraan masyarakat di setiap daerah tersebut. Pembangunan merupakan
rangkaian dari program-program disegala bidang secara menyeluruh, terarah dan
berkesinambungan untuk menuju kehidupan yang lebih baik.
Dalam pelaksanaan pembangunan setiap daerah diwajibkan serta senantiasa selalu
dituntut untuk melaksanakan reformasi yang menyeluruh sehingga semua elemen
masyarakat dapat menjadi bagian dari pembangunan tersebut. Tuntutan reformasi
disegala bidang yang didukung oleh seluruh masyarakat indonesia dalam
menyikapi berbagai permasalahan daerah akan membawa dampak terhadap
hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Pelaksanaan otonomi
yang benar serta pertimbangan keuangan yang lebih adil, proposional dan
transparan pada setiap jenjang antar pemerintahan menjadi harapan serta menjadi
tuntutan yang semakin diharapkan oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
Pada dasarnya keadaan dan posisi keuangan daerah dalam menyelenggarakan
otonomi daerah sangat disadari oleh pemerintah, alternatif cara untuk mendapat
dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 sebagai berikut: “
Agar daerah dapat mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya
maka kepadanya perlu diberikann sumber pembiayaan yang cukup, tetapi
mengingat tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan kepada daerah maka
kepala daerah diwajibkan untuk menggali segala sumber keuangan sendiri
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku .” Untuk melaksanakan
urusan pemerintah yang diserahkan pemerintah pusat kepada daerah maka
pemerintah daerah setempat harus megelola secara maksimal potensi yang ada,
baik berupa sumber daya manusia, sumber daya alam serta sumber daya
ekonominya, ini merupakan salah satu sumber pendapatan yang digunakan untuk
berbagai pembiayaan guna pembangunan didaerah dan semua itu masuk dalam
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diatur dalam Undang-undang Nomor 33
tahun 2004.
Skala besarnya tingkat penerimaan daerah yang berasal dari PAD senantiasa
mencerminkan tingkat partisipasi masyarakat dan sekaligus mencerminkan
kemampuan pemerintah daerah Kabupaten Pesawaran dalam menghimpun serta
menggali potensi yang terdapat didaerah tersebut. Aspek pembiayaan merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan berbagai urusan rumah tangga
daerah. Sejalan dengan penggunaan dan kebutuhan dana semakin besar guna
membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka pemerintah
daerah setempat serta dinas yang terkait harus mampu menghimpun dana serta
Kabupaten Pesawaran yang terbentuk sebagai kabupaten dari hasil pemekaran
Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Lampung Selatan adalah daerah yang
cukup potensial untuk berkembang, masyarakat di Kabupaten ini pada umumnya
sangat mengharapkan tercapainya otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
Pengertian nyata mengandung pengertian bahwa pemberian otonomi daerah
berdasarkan faktor-faktor perhitungan, dan tindakan serta suatu kebijaksanaan
yang benar-benar menjamin daerah secara nyata mampu mengurus rumah
tangganya sendiri, sedangkan bertanggung jawab memberikan pengertian bahwa
pemberian otonomi pada daerah benar-benar sejalan dengan tujuannya yakni
dapat melancarkan usaha pembangunan yang tersebar diseluruh negara dan serasi
atau tidak bertentangan dengan pengarahan yang telah diberikan, serasi dengan
pembinaan politik dan kesatuan bangsa (Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999,
dikutip dari Ratnawati 2001 : 1). Menurut Josef Riwo Kaho (1995 : 25), suatu
daerah dapat dikatakan mampu mengurus rumah tangganya sendiri apabila
memiliki atribut sebagai berikut:
1. Mempunyai urusan tertentu yang disebut urusan rumah tangga daerah, urusan
rumah tangga daerah itu merupakan urusan yang telah diserahkan oleh
pemerintah pusat pada daerah.
2. Urusan rumah tangga itu diatur, diurus atau diselenggarakan atas inisiatif atau
prakasa dan kebijaksanaan daerah itu sendiri.
3. Untuk mengatur dan mengurus rumah tangga tersebut maka daerah
memerlukan aparatur sendiri yang terpisah dari aparatur pusat, yang mampu
4. Mempunyai sumber keuangan sendiri yang dapat menghasilkan pendapatan
yang cukup bagi daerah agar membiayai segala kegiatan dalam rangka
penyelenggaran rumah tangganya.
Dengan pertimbangan-pertimbangan diatas sudah sewajarnya bagi pemerintah
daerah harus terus berpacu dan berusaha untuk menggali potensi dan menata
sumber-sumber pendapatan yang ada secara intensif yang diharapkan mampu
memberikan porsi PAD yang lebih besar terhadap APBD. Dengan kondisi seperti
inilah fungsi desentralisasi fiskal yang merupakan peran dan tanggung jawab
pemerintah sangat diperlukan. Hubungan antara kebijakan fiskal dengan
pertumbuhan ekonomi juga merupakan faktor yang penting. Karena suatu
pendapatan kebijakan yang tepat diharapkan dapat meningkatkan potensi yang ada
guna peningkatan pertumbuhan ekonomi kabupaten Pesawaran. Implementasi dari
keuangan daerah tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). APBD terbagi atas dua sisi yaitu sisi penerimaan dan sisi pegeluaran.
Tabel 1 penerimaan daerah yang berasal dari PAD Kabupaten Pesawaran.
Tabel 1. Perkembangan Penerimaan PAD Kabupaten Pesawaran Tahun Anggaran 2008-2012 (dalam rupiah)
Tahun Jenis Pendapatan Asli Daerah Total Pertum-buhan Pajak daerah Retribusi
daerah Laba usaha Daerah Lain-lain PAD yang sah
2008 1.264.452.231 790.643.356 0 713.944.291 2.769.039.878 - 2009 1.816.121.972 1.186.257.498 89.973.444 3.073.548.431 6.165.901.343 122,67% 2010 1.426.746.472 2.539.843.008 450.423.042 2.634.747.869 7.051.760.390 14,36% 2011 2.167.263.347 2.456.786.302 516.612.520 3.557.027.074 8.697.689.243 23.34% 2012 2.704.524.443 2.833.636.609 688.235.151 5.804.499.689 12.030.895.893 38,32%
Rata-rata 49,67%
Sumber: Badan Keuangan Daerah Kabupaten Pesawaran, 2013*
Dengan memperhatikan dari tampilan Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa
sampai dengan tahun anggaran 2012 mengalami peningkatan seiring dengan
digulirkanya otonomi daerah.
Pertumbuhan yang sangat tinggi terlihat pada anggaran 2009 yaitu sebesar
122,67% ini dikarenakan pada tahun 2008 Kabupaten Pesawaran belum menerima
pendapatan dari laba usaha daerah selain itu belum maksimalnya penerimaan dari
lain-lain PAD yang sah. Rata-rata pertumbuhan PAD Kabupaten Pesawaran
sebesar 49,67%. terbesar disumbangkan dari sumber pendapatan lain-lain PAD
yang sah memberikan kontribusi yang paling besar terhadap kenaikan PAD, lalu
dari sumber retribusi daerah, dan dari sumber penerimaan pajak daerah dan laba
usaha daerah.
Perbandingan antara target dan realisasi penerimaan yang diperoleh dari PAD
Kabupaten Pesawaran Tahun Anggaran 2008-2012 dapat dilihat dari tabel 2.
Tabel 2. Target dan Realisasi PAD Kabupaten Pesawaran Tahun Anggaran 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase
2008 3.049.232.296 3.170.991.937 103,99%
2009 7.000.000.000 7.607.376.683 108,68%
2010 10.003.884.786 8.769.700.489 87,66%
2011 10.000.000.000 10.872.111.581 108,72%
2012 11.254.018.000 15.038.624.292 133,63%
Rata-rata 108,54%
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah dan Badan Keuangan Daerah Kabupaten Pesawaran, 2013*
Tabel 2 rata-rata capaian target PAD Kabupaten Pesawaran tahun anggaran
2008-2012 sebesar 108,54%. Penerimaan daerah yang diperoleh dari PAD pada tahun
2008,2009,2010,2011 dan 2012 tercapai target masing-masing sebesar 103,99 %,
108,68%, 87,66%, 108,72% dan 133,63%. Namun pada tahun 2010 target yang
yang diterima hanya sebesar Rp. 8.769.700.489,00 atau 87,66% dari target yang
sebesar Rp. 10.003.884.786,00.
Keberhasilan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besar kecilnya Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah, karena selain PDRB merupakan salah
satu indikator dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi.
PDRB juga merupakan jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh
unit kegiatan usaha yang berada di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu,
atau merupakan nilai barang dan jasa akhir yang digunakan oleh seluruh kegiatan
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, investasi, dan ekspor (BPS
Kabupaten Pesawaran, 2012 :3 ).
Dalam perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) , biasanya ada
sektor yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perkembangan
PDRB tersebut.
Sektor ekonomi yang berperan besar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten
Pesawaran pada lima periode terakhir masih didominasi oleh sektor pertanian.
PDRB Kabupaten Pesawaran berdasarkan harga konstan dapat dilihat pada tabel 3
berikut ini.
Tabel 3. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pesawaran Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000. Periode 2008-2012 (Juta Rupiah)
No Sektor 2008 2009 2010 2011 2012
1 Pertanian 1.162.672 1.206.972 1.288.889 1.358.088 1.427.968 2 Pertambangan 36.176 37.096 37.703 39.086 40.818 3 Industri pengolahan 115.322 117.476 124.589 126.925 129.849 4 Listrik & Air bersih 5.984 6.469 3.588 3.655 3.691 5 Konstruksi 119.627 124.909 129.144 140.161 150.138 6 Perdag,Hotel&Rest 290.212 304.099 323.281 334.428 360.214 7 Trans&komunikasi 53.103 60.727 67.474 72.113 77.638 8 Keuangan,persewaan 86.049 94.270 99.608 104.530 117.305 9 Jasa-jasa 180.628 183.240 207.063 210.371 213.851
PDRB 2.049.811 2.135.259 2.281.333 2.389.354 2.521.446
Dana pembangunan adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana pembangunan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai
kewenanganya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan
pemerintahan antar daerah. Dana perimbangan yang dialokasikan dari pemerintah
pusat kepada pemerintah Kabupaten Pesawaran terdiri dari atas bagian hasil pajak
dan bagi hasil bukan pajak serta penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK).
Besarnya dana perimbangan untuk Kabupaten Pesawaran tahun anggaran
2008-2012 yang diterima dari pemerintah pusat dapat dilihat dari tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Dana perimbangan Pemerintah Kabupaten Pesawaran Tahun Anggaran 2008-2012
Tahun Jenis penerimaan Total
Per-tumbuh -an % Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan pajak
DAU DAK
2008 16.060.644.631 13.510.123.678 181.361.870.313 - 210.932.638.622 - 2009 18.540.846.291 13.550.269.351 214.736.000.000 6.035.000.000 252.862.115.642 19,87 2010 19.532.126.844 11.271.704.803 235.153.000.000 9.988.000.000 275.944.831.647 8.94 2011 16.790.481.331 21.129.188.847 242.328.000.000 10.532000.000 290.779.670.178 5,27 2012 20.387.405.486 22.015.821.459 381.045.000.000 26.835.000.000 450.283.226.945 54,42
Rata-rata 22,13
Sumber : Badan Keuangan Daerah Kabupaten Pesawaran, 2013*
Dari tabel diatas terlihat bahwa dana perimbangan Kabupaten Pesawaran
didominasi oleh Dana Alokasi Umum (DAU). Besarnya dana perimbangan
Kabupaten Pesawaran dari tahun ke tahun selalu meningkat, tetapi pertumbuhan
dari total dana perimbangan Rp. 290.779.672.178,00 menjadi Rp.
450.283.226.945,00. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2011
yaitu sebesar 5,27%.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pencerminan dari potensi ekonomi
daerah, untuk itu pemerintah pusat menjadikan PAD sebagai salah satu kriteria
dalam pemberian otonomi daerah dan idealnya sumber PAD mampu
menyumbangkan bagian terbesar dari seluruh pendapatan daerah dibandingkan
dengan sumber pendapatan lainya. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat
kemampuan suatu daerah adalah dengan melihat kontribusi PAD terhadap total
penerimaan APBD. Tabel 5 dibawah ini akan memperlihatkan seberapa besar
kontribusi PAD terhadap penerimaan APBD Kabupaten Pesawaran.
Tabel 5. Kontribusi PAD Terhadap Total Penerimaan APBD Kabupaten
Pesawaran
Tabel 5. Rata-rata Kontribusi PAD pada APBD Kabupaten Pesawaran Tahun Anggaran 2008 – 2012
Tahun Total Penerimaan (Rp) PAD (Rp) Kontribusi PAD (%)
2008 226.535.302.377 2.536.793.350 1.12
2009 278.062.929.771 6.085.901.346 2,19
2010 292.248.475.573 7.015.760.391 2,40
2011 323.400.053.722 8.698.089.263 2,69
2012 483.465.408.940 11.030.899.433 2,28
Rata-rata 2,14 Sumber: Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 2013*
Dari Tabel 5 di atas menberikan gambaran bahwa di Kabupaten Pesawaran APBD
nya sangat memiliki ketergantungan yang sangat tinggi dari Dana Perimbangan
total penerimaan APBD Kabupaten, yang rata-rata hanya memberikan kontribusi
sebesar 2,14 persen saja setiap tahunnya.
Dari keadaan keuangan di Kabupaten Pesawaran ini mendorong pemerintah
kabupaten, khususnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah harus lebih mampu mencari dan menggali sumber-sumber peningkatan
PAD yang akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan.
B. Permasalahan
Sebagai kabupaten baru dari pecahan kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten
Pesawaran perlu mengoptimalisasikan sumber-sumber yang memberikan
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam pelaksanaan otonomi
daerah di Kabupaten Pesawaran, pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai birokrasi pemerintahan, dituntut untuk terwujudnya
kemandirian keuangan. Oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten Pesawaran
berupaya agar dapat dan mampu meningkatkan penerimaan daerah, khususnya
Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta mengurangi ketergantungan sumber
pembiayaan dari Pemerintah Pusat seperti Dana Perimbangan.
Berdasarkan latar belakang di atas dari gambaran rata-rata Pertumbuhan realisasi
PAD sebesar 108,54 persen, dan kontribusi PAD terhadap APBD Kabupaten
sebesar 2,14 persen pada tahun anggaran 2008 – 2012, yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah; “ Bagaimanakah Kinerja Sumber
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kinerja setiap sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Kabupaten Pesawaran Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012.
2. Dapat diketahui sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
dijadikan unggulan yang berdasarkan efektifitas, kontribusi dan
pertumbuhan.
D. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian dapat diharapkan menjadi sumbangan pemikiran yang
berdasarkan kajian ilmiah untuk masukan Pemerintah Daerah Kabupaten
Pesawaran khususnya pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Pesawaran khususnya yang berkaitan dengan upaya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)..
E. Kerangka Pemikiran
Gambaran umum dari kondisi keuangan di Kabupaten Pesawaran pada
hakekatnya adalah menjelaskan keadaan dari sisi pengeluaran dan penerimaan
keuangan di Kabupaten ini selama periode 2008 – 2012, dan kondisi ini dapat
dilihat di Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) .
Secara fungsional APBD adakah merupakan kontrak sosial antara pemerintah
daerah dengan rakyat di Kabupaten tersebut, khususnya tentang kewajiban untuk
mensejahterakan dan memenuhi kebutuhan rakyat (Marselina 2005 :31).
1. Fungsi Alokasi
Fungsi Alokasi yaitu ketika APBD digunakan untuk mengatur alokasi belanja
untuk pengadaan barang-barang dan jasa-jasa publik (public goods and services)
berdasarkan skala prioritas yang diambil pemerintah.
2. Fungsi Distribusi
Fungsi Distribusi yaitu melalui anggaran (APBD) pemerintah daerah dapat
mengusahakan agar kesenjangan pendapatan ekonomi menjadi berkurang,
pemanfaatan hasil-hasil pembangunan lebih merata di masyarakat.
3. Fungsi Stabilisasi
Fungsi Stabilisasi yaitu ketika APBD digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah kesenjangan dan gejolak ekonomi dan sosial yang terjadi dimasyarakat
seperti menekan laju inflasi dan tingginya angka pengangguran
Dalam pelaksanaan otonomi daerah dapat diwujudkan apabila disertai dengan
otonomi keuangan dan ekonomi yang baik, karena penyelenggaraan daerah yang
nyata, luas dan bertanggung jawab membutuhkan kemampuan daerah untuk
menggali sumber-sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Keadaan ini berarti secara finansial
daerah tidak hanya bergantung pada pemerintah pusat dan harus mampu menggali
sebanyak mungkin sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) .
PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk
mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai
perwujudan desentralisasi.
Pada dasarnya azas desentralisasi mensyaratkan adanya kemandirian pemerintah
subsidi dan bantuan pemerintah pusat yang dalam bentuk dana perimbangan,
pemerintah daerah dituntut untuk dapat menggali potensi yang dimilikinya untuk
meningkatkan PAD dan mengurangi ketergantungan dana dari pemerintah pusat.
Pengukuran kinerja Pendapatan Asli Daerah adalah satu cara untuk menentukan
tingkat efisiensi, efektifitas dan pencapaian pendapatan daerah yang berasal dari
pajak daerah, retribusi daerah dan sumber kutipan lain yang dipungut oleh
pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk meningkatkan kemandirian daerah, pemerintah daerah haruslah berupaya
secara terus menerus menggali dan meningkatkan sumber keuangan sendiri. Salah
satu masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) adalah kelemahan dalam hal pengukuran penilaian sumber-sumber PAD
agar dapat dipungut secara berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi
faktor-faktor produksi dan keadilan (Abdul Halim, 2001 :100). PAD Kabupaten
Pesawaran sebagai salah satu ukuran dalam kemandirian keuangan hanya
memberikan kontribusi rata-rata sebesar 2,14 persen terhadap penerimaan
Kabupaten Pesawaran pada tahun anggaran 2008 – 2012, rata-rata pertumbuhan
PAD Kabupaten Pesawaran sebesar 49,67 persen dan rata-rata capaian target PAD
sebesar 108,54 persen.
Dari latar belakang dan permasalahan yang ada , maka alasan dalam menganalisis
Perkembangan dan Kinerja Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten
Pesawaran selama tahun 2008 - 2012 antara lain dari pajak daerah, jenis-jenis
pajak daerah, retribusi daerah, jenis-jenis retribusi daerah, laba usaha daerah dan
F.Sistematika Penulisan
I : Penulisan skripsi ini diuraikan dalam lima bab yang meliputi :
Pendahuluan yaitu di dalam nya terdapat latar belakang,
permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka
pemikiran, dan sistematika pemikiran.
II : Tinjauan pustaka yang terdiri darilandasan teori yang berkaitan
dengan penulisan ini yaitu mengenai otonomi daerah, keuangan
daerah, hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah,
pendapatan asli daerah, kinerja pendapatan asli daerah (PAD) dan
cara pengukurannya.
III : Metode penelitian yaitu meliputi jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data dan alat analisis.
IV : Hasil perhitungan dan pembahasan
V : Simpulan dan saran
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Otonomi Daerah
Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah
otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Tujuan dari
pengembangan otonomi daerah adalah :
1. Memberdayakan masyarakat
2. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas
3. Meningkatkan peran serta masyarakat
4. Mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Undang-undang N0mor 33 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
menyebutkan bahwa otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban
daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pemberian otonomi luas kepada daerah diharapkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan delapan
prinsip, antara lain :
1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek
demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman.
2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi yang luas, nyata dan
bertanggung jawab.
3. Pelaksanaan otonomi yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten
dan daerah kota, sedangkan provinsi lebih merupakan otonomi yamg terbatas.
4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara, sehingga
tetap terjamin hubungan yang serasi antar pusat dan daerah.
5. Pelaksanaan otonomi daerah harus meningkatkan kemandirian daerah
otonomi.
6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peran dan fungsi
badan legislatif daerah baik seca fungsi legislatif, fungsi pengawasan maupun
fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah.
7. Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakkan di daerah provinsi pada
kedudukannya sebagai wilayah administrasi unruk melaksanakan
kewenangan.
8. Pelaksanaan tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari pemerintah
kepada daerah tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang
disertai dengan pembiayaan, sarana, prasarana serta sumber daya manusia
dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan pertanggungjawaban kepada
Penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menyebutkan bahwa prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip seluas-luasnya
dalam arti daerah diberikan kewenangan mengatur dan mengurus semua urusan
pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah pusat.
Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberikan
pelayanan, peningkatan, pean serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang
bertujuan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
B. Keuangan Daerah
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah diperlukan adanya sumber-sumber
keuangan daerah, yang merupakan sumber dana untuk pembiayaan pengeluaran
rutin dan pengeluaran pembangunan bagi pemerintah daerah, yang berhubungan
dengan tugas penyelenggaraan pemerintah di daerah. Pada prinsipnya keuangan
daerah mengandung unsure pokok yaitu :
1. Hak daerah yang dapat dinilai dengan uang
2. Kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang
3. Kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban tersebut
Konsekuensi pemberian kewenangan atas otonomi daerah, maka pemenuhan
kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di daerah adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Dalam penjelasan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,
1. Untuk menyelenggarakan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung
jawab diperlukan kewenangan dan kemampuan keuangan sendiri, yang di
dukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
serta antara provinsi dan kabupaten/kota yang merupakan prasarat dalam
sistem pemerintahan daerah.
2. Dalam menyelenggarakan otonomi daerah kewenangan keuangan
keuangan yang melekat pada semua sistem pemerintahan menjadi
kewenangan daerah.
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintahan Pusat dan Daerah, sumber keuangan daerah dapat berasal
dari:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu :
PAD nerupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD bertujuan
memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan
otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai wujud desentralisasi.
Sumber-sumber PAD berasal dari :
a. Hasil Pajak Daerah.
b. Hasil Retribusi Daerah.
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan.
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang mencakup:
- Jasa Giro.
- Pendapatan Bunga.
- Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
- Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah.
2. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan
selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai keuangannya, juga
bertujuan nuntuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintah daerah.
Dana Perimbangan terdiri dari :
a. Dana Bagi Hasil (DBH)
DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Sumber DBH berasal dari :
- Pajak, terdiri dari Pajak Buni dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan (PPh).
- Bukan Pajak (sumber daya alam), terdiri atas: hasil kehutanan,
pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi,
pertambangan gas bumi dan pertambangan panas bumi.
b. Dana Alokasi Umum (DAU)
DAU merupakan dana yang berasal dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kebutuhan daerah tertentu dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU suatu
daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Alokasi dasar
ditentukan berdasarkan jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah. Celah Fiskal
adalah Kebutuhan Fiskal dikurangi Kapasitas Fiskal. Kebutuhan Fiskal
merupakan kebutuhan pendanaan daerah dalam melaksanakan fungsi layanan
dasar umum. Kapasitas Fiskal daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang
berasal dari PAD dan DBH diluar dana reboisasi. DAU atas dasar celah fiskal
dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah provinsi/kabupaten/kota dengan
jumlah DAU seluruh daerah.
Bobot daerah provinsi/kabupaten/kota merupakan perbandingan antara celah
fiskal daerah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan dan total celah fiskal
seluruh provinsi/kabupaten/kota. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif
dan nilai celah fiskal tersebut lebih kecil dari alokasi dasar akan menerima DAU
sebesar alokasi dasar setelah dikurangi hasil celah fiskal. Daerah yang memiliki
nilai celah fiskal negatif dan nilai celah fiskal negatif tersebut sama atau lebih
besar dari alokasi dasar maka tidak menerima DAU.
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
DAK merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN dan dialokasikan
kepada daerah-daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
3. Pinjaman Daerah
Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima
dibebani untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang
lazim dalam perdagangan. Pinjaman daerah memperoleh sumber pembiayaan
dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah.
4. Lain-lain pendapatan yang sah
Lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri atas pendapatan hibah dan
pendapatan dana darurat. Lain-lain pendapatan daerah yang sah juga memberi
peluang kepada daerah untuk memperoleh pendapatan selain ketiga jenis
pendapatan di atas.
C.Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah
Biaya penyelenggaraan otonomi daerah ditanggung oleh daerah melalui Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD), maka penyerahan kewenangan pemerintah
dari pemerintah pusat kepada daerah haruslah disertai dengan penyerahan dan
pengalihan pembiayaan. Daerah harus mampu menggali sumber-sumber keuangan
yang ada di daerah, selain didukung oleh perimbangan keuangan antara
pemerintahan pusat dan daerah serta antara provinsi dan kabupaten/kota (Rozali
Abdullah, 2000:45).
Menurut H. Dasril Munir, dkk (2004:45) ciri utama yang menunjukkan suatu
daerah otonomi mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah.
Artinya daerah otonomi harus mampu memiliki kewenangan dan kemampuan
untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan
keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan
mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian sumber
keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat
dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistim pemerintahan negara.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat (3) yang
dimaksud perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah suatu
sistim pembiayaan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup
pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta pemerataan antar
daerah secara proporsional, demokratis, adil, transparan dan efisien dalam rangka
pendanaan penyelenggaraan desentralisasi dan tugas pembantuan dengan
memperhatikan potensi dan kondisi kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban
dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraaan kewenangan
tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan.
Tujuan hubungan keuangan antar pemerintah pusat dan daerah adalah:
1. Adanya pembagian wewenang yang rasional antara tingkat pemerintah
mengenai peningkatan sumber pendapataan dan penggunaan.
2. Pemerintah daerah mendapatkan bagian yang cukup dari sumber-sunber dana
sehingga dapat menjalankan tugas dan fungsi yang lebih baik.
3. Pembagian yang adil antara pembelanjaan daerah yang satu dengan yang lain.
4. Pemerintah daerah mengusahakan pendapatan (pajak dan retribusi)sesuai
D. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah sendiri yang berasal
dari pajak daerah, retribusi daerah, dan kutipan lain yang dipungut oleh
pemerintah daerah dan ditentukan berdasarkan peraturan daerah yang sesuai
dengan kondisi kepentingan daerah yang bersangkutan (Josef Riwu Kaho
1995:27).
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
menjelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah terdiri dari :
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan.
4. Lain-lain PAD yang sah.
Definisi Objek, aturan serta tarif masing-masing pajak dan retribusi daerah diatur
dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Pajak dan Retribusi
Daerah. Persoalan selama ini adalah nilai PAD masih kecil dan belum tergali
secara optimal sehingga belum mampu dijadikan sumber pembiayaan yang
potensial (Marselina Jdjajasinga 2005:43)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 yang dimaksud dengan
pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
daerah merupakan salah satu sumber keuangan yang diharapkan peranannya
dalam meningkatkan penerimaan PAD.
Untuk mendapatkan sumber penerimaan keuangan dari pajak perlu ditingkatkan
kemampuan penerimaan daerah untuk menggali potensi-potensi pajak yang ada
agar dapat menunjang penyelenggaraan pemerintah di daerah. Jenis-jenis pajak
daerah dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu:
1. Pajak Propinsi, terdiri dari:
a. Pajak kendaraan bermotor
b. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Permukaan
d. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Provinsi dapat tidak memungut salah satu atau beberapa jenis pajak yang telah
ditetapkan bagi Provinsi tersebut apabila potensi pajak di daerah tersebut
dipandang kurang memadai.
2. Pajak Kabupaten/kota, terdiri dari:
a. Pajak Hotel dan Restoran
b. Pajak Hiburan
c. Pajak Reklame
d. Pajak Penerangan Jalan
e. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
f. Pajak Parkir
Provinsi dapat tidak memungut salah satu atau beberapa jenis pajak yang telah
ditetapkan bagi Kabupaten/Kota tersebut apabila potensi pajak daerah tersebut
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2994 yang dimaksud dengan
retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
perizinan tertentu yang khusus disediakan dan atau yang diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
1. Retribusi Jasa Umum terdiri dari:
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan
b. Retribusi Pelayanan Persampahan atau Kebersihan
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan
Akte Catatan Sipil
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Penguburan Mayat
e. Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum
f. Retribusi Pelayanan Pasar
g. Retribusi Air Bersih
h. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
i. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
j. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
k. Retribusi pengujian Kapal Perikanan
2. Retribusi Jasa Usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau yang
diberikan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena
pada daerah dapat disediakan pula oleh sektor swasta. Retribusi Jasa Usaha terdiri
dari:
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
b Retribusi Pasar Grosir dan atau pertokoan
d. Retribusi Terminal
e. Retribusi Tempat Khusus Parkir
f. Retribusi Tempat Penginapan
g. Retribusi Penyedotan Tinja
h. Retribusi Rumah Potong Hewan
i. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal
j. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga
k. Retribusi Penyeberangan di atas air
l. Retribusi Pengolahan Limbah Cair
m. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
3. Retribusi Perizinan tertentu yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan
ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana atas fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan kelestarian lingkungan. Retribusi ini
terdiri dari:
a. Retribusi Izin mendirikan bangunan
b. Retribusi Tempat penjualan minuman beralkohol
c. Retribusi izin gangguan
d. Retribusi izin proyek
e. Retribusi izin peruntukan penggunaan tanah
E. Kinerja Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Cara Pengukurannya
Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang
menggunakan tingkat pencapaian tujuan atau sasaran dari suatu kegiatan.
Indikator kinerja adalah suatu cara untuk menentukan tingkat efisiensi, efektifitas
dari pencapaian tujuan atau sasaran dari tugas-tugas pemerintah daerah.
(Marselina Djajasinga 2005:91).
Menurut Josef Riwu Kaho, pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan
daerah sendiri yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah dan kutipan lain
yang dipungut oleh pemerintah daerah dan ditentukan berdasarkan peraturan
daerah yang sesuai dengan kondisi kepentingan daerah yang bersangkutan.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian kinerja PAD
adalah suatu cara untuk menentukan tingkat efisiensi, efektifitas dan pencapaian
pendapatan daerah yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah dan kutipan
lain yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Untuk meningkatkan kemandirian daerah, pemerintah daerah haruslah berupaya
secara terus menerus menggali dan meningkatkan sumber keuangan sendiri. Salah
satu masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan PAD adalah kelemahan
dalam hal pengukuran penilaian sumber-sumber PAD agar dapat dipungut secara
berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan
Ada beberapa indikator yang biasa digunakan untuk menilai pajak dan retribusi
daerah, yaitu:
1. Hasil (Yield),
yaitu memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitannya dengan berbagai
layanan yang dibiayainya: stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan besarnya
hasil pajak tersebut: perbandingan hasil pajak dengan biaya pungut dan elastisitas
hasil pajak terhadap inflasi, pertambahan penduduk, pertambahan pendapatan dan
sebagainya.
2. Keadilan (Equity)
Dalam hal ini dasar pajak dan kewajiban membayarnya harus jelas dan tidak
sewenang-wenang; pajak harus adil secara horizontal, artinya beban pajak harus
sama antara berbagai kelompok yang berbeda tetapi dengan kedudukan ekonomi
yang sama; adil secara vertikal artinya beban pajak harus lebih banyak ditanggung
oleh kelompok yang memiliki sumber daya yang lebih besar; dan pajak/retribusi
haruslah adil dari suatu daerah ke daerah lain, kecuali pelayanan sosial yang lebih
tinggi.
3. Efisiensi Ekonomi
Pajak, Retribusi daerah hendaknya mendorong atau setidak-tidaknya tidak
menghambat penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif dalam kehidupan
ekonomi; mencegah jangan sampai pilihan konsumen dan pilihan menjadi salah
arah atau orang menjadi segan bekerja atau menabung; dan memperkecil “beban
4. Kemapuan melaksanakan (Ability to Implement)
Dalam hal ini suatu pajak haruslah dapat dilaksanakan, baik dari aspek politik
maupun administratif.
5. Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah
Artinya pajak yang harus dibayarkan untuk daerah mana, dan tempat memungut
pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak; pajak tidak mudah
dihindari, dengan cara memindahkan objek pajak dari suatu daerah ke daerah lain;
pajak daerah hendaknya jangan mempertajam perbedaan-perbedaan antara daerah
dari segi potensi ekonomi masing-masing; dan pajak hendaknya tidak
III. METODE PENELITIAN
A.Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
dari berbagai sumber yang diterbitkan oleh instansi pemerintah di Kabupaten
Pesawaran. Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesawaran
Tahun 2008 - 2012
2. Ringkasan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Pesawaran Tahun 2008 – 2012
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pesawaran Tahun 2008
– 2012
4. Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
Pesawaran Tahun 2008 – 2012
B.Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode
studi dokumentasi dan penelitian kepustakaan, yaitu data yang diperoleh dari
jurnal, literatur dan laporan hasil kompilasi data dari Dinas dan Instansi
C.Alat Analisis
Alat analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif. Alat analisis kantitatif adalah suatu metode analisis yang digunakan
untuk menganalisis suatu permasalahan dan sekaligus dapat ditemukan
pemecahannya dengan cara menentukan perhitungan-perhitungan dengan bantuan
menggunakan model-model yang tepat, akurat serta menganalisis data yang telah
terkumpul.
Alat analisis yang akan digunakan untuk mengukur kinerja Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Pesawaran adalah :
1. Indeks Efektifitas (Indeks Capaian Target)
Indeks Efektifitas atau Indeks CapaianTarget dihitung dengan cara menentukan
persentase realisasi dan target sumber-sumber PAD Kabupaten Pesawaran
Tahun Anggaran 2008 – 2012. Untuk menghitungnya menggunakan rumus
sebagai berikut :
ICT atau IE =
Keterangan :
ICT atau IE = Persentase Capaian Target
PADt = Pendapatan Asli Daerah tahun tertentu
Target dikatakan baik jika realisasi yang dicapai sesuai dengan target yang
ditetapkan dengan batas toleransi 9.99% (mendekati rentang 90% - 109,99%) hal
toleransi capaian target adalah sebagai berikut: (Azmi Akhir, 1980, dikutip dari
Margaretha R. Sabrina, 2008: 29).
1. ICT bertoleransi antara 0% - 9,99% ... Sangat Baik (skor = 5)
2. ICT bertoleransi antara 10% - 19,99% ... Baik (skor = 4)
3. ICT bertoleransi antara 20% - 29,99% ... Cukup Baik (skor = 3)
4. ICR bertoleransi antara 30% - 39,99% ... Kurang Baik (skor = 2)
5. ICT bertoleransi antara 40%- 49,99% ... Tidak baik (skor = 1)
2.Indeks Share (IS) sumber-sumber PAD (Indeks Kontribusi)
IS sumber-sumber PAD dihitung drngan melihat persentase rata-rata kontribusi
sumber-sumber PAD terhadap total penerimaan PAD Kabupaten Pesawaran
periode tahun 2008 – 2012. Inti menghitung IS dari sumber-sumber PAD
digunakan rumus sebagai berikut:
IS =
Keterangan:
IS = Indeks Share
PADt = Pendapatan Asli Daerah pada tahun tertentu
Semakin besar kontribusi sumber-sumber PAD terhadap total penerimaan PAD
maka semakin baik IS. Kaidah keputusan untuk IS adalah sebagai berikut:
1. IS > Share Rata-rata ... Baik (skor = 3)
2. IS = Share Rata-rata ... Cukup Baik (skor = 2)
3.Indeks Pertumbuhan (Growth Index) IG
IG digunakan untuk menghitung Indeks Pertumbuhan dengan rumus:
IG =
Keterangan:
IG = Indeks Pertumbuhan
Xt = Realisasi penerimaan sumber-sunber PAD tahun tertentu
X(t-1) = Realisasi penerimaan sumber-sumber PAD tahun sebelumnya
Kaidah keputusan untuk Indeks Pertumbuhan adalah sebagai berikut:
1. IG > Pertumbuhan Rata-rata ... Baik (skor = 3)
2. IG = Pertumbuhan Rata-rataa .... Cukup Baik (skor = 2)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan tiga indikator kinerja Pendapatan Asli Daerah (PAD),
antara lain indeks capaian target sunber-sumber PAD, indeks share
sumber-sumber PAD, dan indeks pertumbuhan sumber-sumber-sumber-sumber PAD, maka dapat
diketahui bahwa kinerja Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesawaran
tahun anggaran 2008-2012 dengan melihat dari sumber-sumber PAD memiliki
rata-rata capaian skor harapan antara 52,27% sampai 69,70%, dengan
perkembangan kinerja yaitu pada tahun 2008 rata-rata capaian skor harapan
sebesar 40,91%, tahun 2009 rata-rata capaian skor harapan sebesar 59,81%,
tahun 2010 rata-rata skor harapan sebesar 71,82%, tahun 2011 rata-rata capaian
skor harapan sebesar 65,07%, dan pada tahun 2012 rata-rata capaian skor
harapan sebesar 69,09%.
2. Pajak daerah, retribusi daerah, retribusi pelayanan persampahan dan
kebersihan, retribusi penggantian biaya cetak, retribusi pasar, retribusi jasa
usaha pemakaian kekayaan daerah, dan retribusi izin mendapatkan peringkat
penilaian cukup unggul. Sedangkan yang mendapatkan penilaian kurang
pelayanan kesehatan, retribusi parkir ditepi jalan umum, serta laba usaha
daerah. Kemudian sumber-sumber PAD seperti pajak hotel, pajak restoran,
pajak hiburan, pajak pengambilan bahan galian golongan C, retribusi pengujian
kendaraan bermotor, retribusi jasa usaha, retribusi lain-lain, serta lain-lain PAD
yang sah mendapatkan peringkat penilaian tidak unggul.
B.Saran
1. Pemerintah Kabupaten Pesawaran harus lebih meningkatkan penerimaan
sumber-sumber PAD karena hanya memberikan kontribusi yang masih rendah
terhadap PAD, walaupun dari tahun ke tahun telah mengalami peningkatan..
Misalnya pemerintah daerah setempat dapat melakukan monitoring dan
evaluasi ke objek-objek wisata dan pertambangan. Karena keduanya memiliki
potensi yang cukup besar di daerah tersebut. Terutama potensi wisata di sana
masih banyak yang belum tergali.Selain itu, pemerintah juga dapat
meningkatkan produksi pertambangan dengan cara melakukan pembinaan
terhadap pengusaha pertambangan di daerah-daerah tersebut agar dapat terus
berproduksi dan meningkatkan hasilnya guna peningkatan PAD itu sendiri.
2. Pemerintah daerah setempat harus bisa lebih mengelola secara maksimal
potensi yang sudah ada, baik berupa sumber daya manusia, sumber daya alam
serta sumber daya ekonominya, karena ini merpakan salah satu pendapatan
yang digunakan untuk berbagai pembiayaan guna pembangunan didaerah dan
DAFTAR PUSTAKA
Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik, Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Andi. Yogyakarta
Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
Abdullah, Rozali, 2000. Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu Alternatif. P.T Raja Grafindo. Jakarta
Djayasinga, Marselina. 2005. Bedah Anggaran Daerah. Universitas Lampung. Bandar Lampung
BPS Kabupaten Pesawaran. 2005. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pesawaran 2002-2004. Kota Agung
Devas, Nick. 1987. Keuangan Pemerintah Daerah. Universitas Indonesia (UI- Press). Jakarta
Khusaini, Mohammad, 2006. Ekonomi Publik, desentralisasi Fiskal dan
Pembangunan Daerah. BPFE UNBA W. Malang
DISPENDA Kabupaten Pesawaran. Tahun Anggaran 2004-2006. Realisasi Pendapatan Asli Daerah. Kota Agung
Halim, Abdul. 2001. Manajemen Keuangan Daerah. UPP AMP YKPN. Yogyakarta
BAKUDA Kabupaten Pesawaran. Tahun Anggaran 2008-2012*. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja. Kota Agung
Ratnawati, 2001. Analisis Pendapatan Asli Daerah Propinsi Lampung Dalam Menghadapi Otonomi Daerah. Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung. Bandar lampung