• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANCAMAN GLOBALISASI di ABAD ke 21 BAGI K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANCAMAN GLOBALISASI di ABAD ke 21 BAGI K"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANCAMAN GLOBALISASI di ABAD ke-21

BAGI KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA DITINJAU DARI SEGI SOSIOLOGI

Ahmad Salimudin

Program Studi S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

Email: salimudin16@gmail.com

Abstrak

Era globalisasi yang sedang melanda semua negara saat ini, tak terkecuali bangsa Indonesia memang sangat membawa dampak yang serius bagi kehiduapan sosial budaya masyarakat. Terlebih bagi negara berkembang seperti Indonesia yang tidak bisa jauh dari negara maju seperti Amerika ataupun negara-negara Eropa yang lainnya, pasti arus globalisasi sangatlah terasa. Indonesia sendiri tidak dapat mengisolasi dirinya dari dunia yang bergerak dengan sangat cepat karena kemajuan teknologi informasi komunikasi. Tidak hanya terasa pada fisik saja, namun jika cermati lebih dalam, maka yang tidak sadari akan tetapi penting adalah kehidupan sosial budayanya. Arus globalisasi yang semakin deras di abad ke-21 sekarang tentu membawa dampak buruk bagi kehidupan sosial budaya suatu negara, termasuk Indonesia. Tidak terasa bahwa pola kehidupan dan budaya Barat saat ini telah merajai sebagian besar kehidupan sosial budaya di Indonesia. Mulai dari makanan, pakaian, kesenian maupun politik. Namun kita tidak menyadari bahwa aspek terpenting dalam sebuah masyarakat yaitu budaya sedikit demi sedikit telah terkikis oleh masuknya budaya asing di Indonesia. Proses globalisasi muncul sebagai akibat adanya arus informasi dan komunikasi yang sering online setiap saat dan dapat di jangkau dengan biaya yang relative murah. sebagai akibatnya adalah masyarakat dunia menjadi satu lingkungan yang seolah-olah saling berdekatan dan menjadi satu sistem pergaulan dan satu sistem budaya yang sama. Karena ketidaksiapan manusia-manusia tersebut dalam menghadapi perubahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya menimbulkan adanya problema sosial. Permasalahan sosial tersebut, terutama aspek sosial budaya tentu saja sangat mengkhawatirkan bagi bangsa Indonesia. Masuknya budaya-budaya Barat yang tidak relevan ditambah tidak adanya filter dari masyarakat akan semakin menghilangkan jati diri bangsa Indonesia.

(2)

LATAR BELAKANG

Masyarakat Indonesia saat ini sangat buruk terutama di era globalisasi yng kini telah merambah masuk di semua sektor kehiupan bangsa Indonesia, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap budaya berfikir masyarakat Indonesia. Saat ini pola berfikir masyarakat Indonesia yang cenderung (tidak seluruhnya) telah banyak mengarah pada budaya-budaya Barat yang notabane cenderung mencontoh pada perilaku yang negatif. Budaya tersebut tercermin dengan menjadikan budaya Barat sebagai sebuah patron dari kemajuan peradaban berfikir manusia. Banyak saat ini generasi muda yang meniru pola kehidupan Barat, dengan berbagai gaya dan perilakunya yang negatif dalam kehidupan sehari-hari, atau saat ini dikenal dengan sebutan “anak gaul” dimanakan idedalisme kita saat globalisasi merambah masuk dalam sistem kehidupan kita. Apakah ini bentuk dari memudarnya pola berfikir generasi muda sebagai penerus bangsa.

Era globalisasi memang tidak selalu membawa dampak yang negatif bagi kita, namun dalam hal ini menurut saya eksistensi dari globalisasi tersebut lebih dominan kearah negatif, banyak contoh kasus yang dapat kita temukan, yaitu maraknya seks bebas dikalangan remaja, yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan pornografi yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan bebas dan mudah, tingkat penggunaan obat-obat terlarang yang sanagt memperhatikan. Kita sebagai negara, dunia menempatkan negara kita sebagai negara ketiga yang menjadi objek pasar dari penjualan obet terlarang internasional.

Masalah-masalah kita sebagai bangsa memang kompleks, seiring dengan makin berkembangnya dinamika zaman, seperti arus globalisasi yang mengalir sedemikian deras dan mempengaruhi sendi-sendi kehidupan bangsa. Kebudayaan Indonesia yang menjadi identitas etnis atau suku bangsa yang tadinya dianggap mempunyai batas-batas yang jelaspun kini berubah. Perubahan ini berkaitan dengan faktor geografis dan nilai-nilai yang dibagi bersama yang dianggap pengikat sebagai membentuk masyarakat. Fakor geografis berkaitan dengan wilayah geografis etnis yang tidak lagi terbatasi.

(3)

di atas tadi, dapat diketahui bahwa kebudayaan sendiri merupakan salah satu unsur pembentuk identitas nasional Indonesia. Indonesia memiliki beragam kebudayaan lokal yang membedakan negara Indonesia dengan negara lain di dunia ini. Aspek budaya yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi tiga unsur, yaitu akal budi, peradababan dan pengetahuan. [Ubaedillah: 2013]. Dewasa ini Indonesia berada di tengah era baru, yang dinamakan era reformasi. Kondisi bangsa kita di era reformasi ini, antara lain ditandai dengan beberapa fenomena yang mengemuka sebagai tantangan di berbagai bidang, baik di bidang ekonomi, politik, dan sosial budayanya.

Masalah-masalah itu semua tidak terlepas dari pengaruh arus globalisasi yang tengah melanda saat di ini, baik di Indonesia maupun di seluruh penjuru dunia. Arus globalisasi yang seiring dengan perkembangan teknologi, mengubah wajah dunia. Sehingga bukan hanya jarak yang terasa dekat, tapi juga sekat-sekat antar kebudayaan dan peradaban yang semakin tipis pula. Namun persoalannya, terjadi hegemoni terhadap satu kebudayaan terhadap kebudayaan lainnya. Dengan demikian terjadi pengikisan terhadap budaya tradisional. Parahnya kebudayaan kita mengalami Culture Shock dimana terjadi kekacauan budaya dan konfrontasi budaya. [Munawar: 2010].

Seiring dengan arus globalisasi yang semakin marak, budaya nasional Indonesia semakin terdesak oleh budaya asing. Hal ini sangatlah berbahaya bila kita tidak memfilter serta membedakan mana budaya asing yang dapat diserap dan mana yang tidak. Jika kita melihat kondisi riil masyarakat Indonesia sekarang ini, ternyata daya serap masyarakat terhadap budaya global (asing) lebih cepat dibandingkan daya serapnya terhadap budaya lokal. Ini sangatlah berbahaya, karena budaya adalah suatu identitas dan kehormatan suatu bangsa. Jika bangsa tersebut sudah meninggalkan budaya nasionalnya dan lebih melestarikan budaya asing, maka bangsa tersebut dikatakan suah hilang kepribadian dan identitasnya.

(4)

METODE

Penyusunan jurnal ilmiah ini menggunakan metode study literature ataupun kajian teoritik. Dimana dalam kajian teoritik ini memaparkan teori-teori yang berhubungan dengan judul jurnal yang dibuat. Menurut Soerjono Soekanto (1987) penelitian sosiologis dapat dikatakan proses pengungakapan kebenaran berdasarkan penggunaaan konsep-konsep dasar yang dikenal dalam sosiologi. Teori-teori dan pendapat-pendapat tersebut saya kutip dari beberapa buku rujukan yang semua tercantum di dalam daftar rujukan yang ada di akhir jurnal. Beberapa pandangan maupun teori yang ada di dalam jurnal ini berasal dari buku yang telah di alih bahasakan. Seperti pandangan Paul B. Horton&Chester L. Hunt tentang perubahan sosial, dimana “Paul B. Horton&Chester L. Hunt mengemukakan bahwa perubahan sosial merupakan perubahan dalam segi struktur sosial dan hubungan sosial” pendapat tersebut terdapat pada buku aslinya yang berjudul SOCIOLOGY, Sixth Edition, yang telah di alih bahasakan oleh Drs. Aminudin Ram, M.Ed. Selain buku tersebut, saya juga merujuk buku karangan Prof. Dr. Musa Asy’arie, Soerjono Soekanto, Drs. D. A. Wila Huky, H.A.R. Tilaar, A. Ubaedillah&Abdul Rozak, Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc, serta Soetjipto TH. Kutipan-kutipan tersebut kemudian saya uaraikan satu persatu yang kemudian saya bahas dan saya komentari.

HASIL

(5)

Malcom Waters mengemukakan globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, yang terjelma didalam kesadaran orang. Emanuel Ritcher mengemukakan globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia. [Putri Aulia Netra: 2012]

Lucian W. Pye, 1966 mengartikan globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Menurut Scholte globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain. Menurut Steger globalisasi adalah kondisi sosial yang ditandai dengan adanya interkoneksi ekonomi, politik, budaya, dan lingkungan global dan arus yang membuat banyak dari perbatasan saat ini sudah ada dan batas-batas tidak relevan.

[Putri Aulia Netra: 2012]

Menurut Achmad Suparman globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Menurut Joseph Stiglitz globalisasi adalah integrasi lebih dekat dari negara dan penduduk dunia, dibawa oleh pengurangan besar biaya transportasi dan komunikasi, dan dipatahkannya rintangan buatan untuk arus barang,jasa, modal, pengetahuan, dan orang di seluruh perbatasan. [Putri Aulia Netra: 2012]

Tylor menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan kebulatan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, tradisi dan semua kemampuan yang dibutuhkan manusia sebagai anggota masyarakat. [Prof. Dr. Musa Asy’arie: 2002].

(6)

Linton melihat kebudayaan sebagai suatu kelompok yang tersusun secara teratur dari ciri-ciri tanggapan yang dipelajari dari masyarakat utama. [Huky: 1986].

Culture menurut Mac Iver adalah ekpresi dari jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, sesni kesusastraan, agama dan hiburan.[Soekanto: 1975].

Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela akan dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem-sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya dan sistem-sistem sosial yang baru. Hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek berikut, yaitu: perubahan pola pikir masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan perubahan budaya materi.

Menurut para ahli, perubahan sosial memiliki definisi sebagai berikut. [Syafi’i: 2013].

1. Kingsley Davis mengatakan bahwa Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

2. Mac Iver mengatakan bahwa Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.

3. William F. Ogburn mengemukakan bahwa Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.

4. Gillin dan Gillin mengatakan bahwa perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru (inovasi) dalam masyarakat.

(7)

suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk di dalamnya, nila-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan pada definisi tersebut terletak pada lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan mana yang kemudian mempengaruhi segi struktur masyarakat lainnya. 6. Paul B. Horton&Chester L. Hunt mengemukakan bahwa perubahan sosial

merupakan perubahan dalam segi struktur sosial dan hubungan sosial. [Paul B. Horton&Chester L. Hunt].

Menurut Soekanto (1990), penyebab perubahan sosial dalam suatu masyarakat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor penyebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri antara lain bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk, penemuan baru, pertentangan dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan atau revolusi. Sedangkan faktor penyebab dari luar masyarakat adalah lingkungan fisik sekitar, peperangan, pengaruh kebudayaan masyarakat lain. [Syafi’i: 2013].

BAHASAN

Serangan globalisasi terhadap budaya nasional sudah sangat gencar. Serangan budaya asing melalui film, musik, produk, mode, hingga game mengenai hampir semua kalangan masyarakat. Suka tidak suka, mau tidak mau, sadar tidak sadar, serangan budaya asing terhadap budaya nasional ini akan berimbas tidak hanya kepada eksistensi sebuah budaya, tapi juga kepada eksistensi sebuah bangsa. Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat [Soetjipto. TH: 1997]. Budaya lokal (nasional) sangat membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri.

(8)

dibandingkan dengan budaya nasional. Situasi kebatinan bangsa Indonesia akhir-akhir ini sangat memprihatinkan, kita melihat adanya degradasi nilai-nilai kebudayaan lokal. “Kebudayaan lokal yang kita miliki nyaris hilang tergilas perkembangan zaman dan arus globalisasi. Degradasi nilai-nilai kebudayaan lokal yang melanda Indonesia secara tidak sadari merupakan upaya asing untuk melemahkan bangsa Indonsia dengan mengganti budaya dan etika kearian lokal dengan nilai-nilai Barat yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.” [Wardhi Pandapotan Rambe dan Hartanto: 2012].

Di masa sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita yang mulai menghilang sedikit demi sedikit. Hal ini sangatlah berkaitang dengan arus globalisasi yang tengah melanda negeri kita. Budaya lokal adalah identitas bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keasliannya maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai dengan kepribadian negara, karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di negaranya.

Begitupun H.A.R Tilaar mengemukakan bahwa pentingnya dilakukan politik kebudayaan yang afirmatif supaya kebudayaan nasional tidak tergerus oleh arus kebudayaan global. “Di dalam perubahan kebudayaan dunia dewasa ini di tengah-tengah pusaran arus globalisasi perlu segera dirumuskan dan dilaksanakan politik kebudayaan yang afirmatif agar supaya kebudayaan nasional Indonesia tidak dirongrong oleh kebudayaan global yang dapat mematikan kebudayaan nasional terutama pada generasi muda.” [H.A.R. Tilaar: 2007].

(9)

Salah satu hasil dari globalisasi adalah modernisasi. Budaya-budaya daerah di Indonesia secara umum memelihara prinsip hubungan sosial yang sangat diwarnai oleh ikatan sosial, kolektifitas, solidaritas sosial yang sangat tinggi di antara anggotanya. Dalam pola hidup masyarakat Indonesia kolektifitas dan komunalisme itu dapat dilihat dalam berbagai macam bentuk kegiatan sosial, misalnya tercermin dalam tradisi – tradisi sosial, gotong royong, upacara - upacara sosial keagamaan, dan ekspresi kesenian yang sangat beraneka ragam.

Modernisasi merupakan proses masuknya suatu kebudayaan baru yang datang dari luar, terutama dari negara industri, yaitu budaya modern yang dibawa oleh proses globalisasi. Globalisasi pada prinsipnya membawa aspek budaya modernitas yang menjunjung tinggi prinsip rasionalitas, pemuasan hidup material, dan individualisasi. Prinsip demikian itu ketika masuk kedalam sub budaya masyarakat Indonesia akan bertemu dengan prinsip kolektifitas dan komunalisme tersebut. Hubungan pengaruh mempengaruhi antara budaya modernitas dan budaya-budaya lokal di Indonesia tidak bisa dihindari.

Sebagai contoh, kita dapat melihat pengaruh televisi terhadap tradisi sosial masyarakat Indonesia yang telah menyebabkan huubungan sosial yang kompak di pedesaan menjadi terganggu. Seluruh anggota keluarga pedesaan sekarang berkumpul bersama menonton televisi bersama. Mereka menyerap budaya global modernitas yang ditunjkkan dalam gaya hidup dan perilaku pada film-film dari industri negara maju. Contoh lain dari kehancuran adat istiadat dan tradisi budaya daerah adalah dalam kegiatan pariwisata. Kegiatan pariwisata dapat disebut sebagai pintu masuknya budaya global modernitas, karena kegiatan pariwisata membawa masuk turis asing kedalam masyarakat Indonesia. Turis asing yang datang dari negara maju umumnya membawa budaya-budaya asing masuk kedalam komunitas budaya lokal di Indonesia. Dengan semakin banyaknya turis asing di Indonesia, berarti terjadi kontak-kontak budaya yang semakin intensif antara budaya global modernitas dan budaya-budaya daerah.

(10)

ekonomi, kapitalisme, individualisasi dan rasionalisasi hubungan-hubungan sosial produksi di dalam masyarakat.

Kondisi itu memunculkan permasalahan pada melunturnya warisan budaya. Bukti nyata kelunturan warisan budaya itu antara lain dapat disaksikan pada gaya berpakaian, gaya bahasa, dan teknologi informasi. Rok mini dipandang lebih indah daripada pakaian rapat. Bahasa daerah, bahkan bahasa nasional, tergeser oleh bahasa asing. Di berbagai kesempatan seringkali terlihat masyarakat lebih senang menggunakan bahasa Inggris karena dipandang lebih modern. Pola konsumsi masyarakat juga beralih pada makanan-makanan cepat saji (fastfood) yang bisa didapatkan di restoran. Pizza, spaghetti, hamburger, fried chicken dianggap lebih menarik daripada makanan lokal. Aneka makanan itu menawarkan kepraktisan. Masyarakat menilai globalisasi telah mendorong terciptanya kecepatan, efisiensi, efektivitas yang bermuara pada kepraktisan dalam segala hal. Tidak hanya dalam makanan, budaya asing yang mengglobal juga menawarkan kepraktisan dalam berpakaian dengan cukup mengenakan kemeja, kaos, celana dan rok. Sebaliknya, budaya lokal dinilai terlalu rumit. Dalam kebudayaan asli Jawa, masyarakat dianjurkan memakai beskap dan kebaya yang cara pemakaiannya memakan waktu lama.

(11)

Dewasa ini nampak jelas kesenian rakyat menjadi satu aspek yang sangat terpengaruh masuknya globalisasi. Cepatnya perkembangan globalisasi dalam kebudayaan dipengaruhi adanya akses yang mudah dalam memperoleh informasi global. Namun kenyataannya hal tersebut justru menjadi senjata makan tuan bagi bangsa Indonesia dan menjadi masalah yang krusial, karena perkembangan teknologi informasi justru dikuasai oleh negara maju, bukan negara berkembang seperti Indonesia. Dampaknya negara berkembang seperti Indonesia menjadi tertinggal dalam perkembangan globalisasi di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Kemudian juga karena perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi dikuasai oleh bangsa barat, maka muncul anggapan apa yang datang dari barat dianggap sesuatu yang lebih modern dan global. Komunikasi serta transportasi global telah menghilangkan batas-batas budaya antar bangsa. Kebudayaan bangsa cenderung pada arah globalisasi dan menjadikan peradaban global yang melibatkan manusia secara menyeluruh. Bahkan jika mau menarik sudut pandang yang lebih berani, bisa dikatakan globalisasi merupakan bentuk baru dari upaya penguasaan negeri barat dalam bentuk yang lebih luas dan modern setelah imperialism juga kapitalisme. Hingga suatu saat mungkin tujuan bangsa barat lewat globalisasi adalah membuat setiap bangsa non barat kesulitan mencari jati dirinya yang telah hilang tergerus arus globalisasi. Dimana letak jati diri sebuah bangsa yang paling penting adalah dalam kebudayaan lokalnya, terutama Indonesia yang berkebudayaan heterogen ini.

(12)

Namun seiring jalannya perkembangan globalisasi, ditambah perubahan dunia kearah liberalisme, keberadaan kebudayaan dalam masyarakat yang majemuk ini sangat mungkin bahkan pasti untuk dipengaruhi budaya global. Terutama dalam masyarakat lokal yang awalnya lebih cenderung tertutup, juga terkotak-kotak, serta memiliki ciri khas masing-masing, sekarang berubah menjadi terbuka dan berkembang kearah homogen serta ciri khas suatu masyarakat lokal berganti dengan cirri-ciri masyarakat global. Globalisasi telah menghilangkan batas-batas budaya antar bangsa yang menjadi jati diri masing-masing bangsa. Globalisasi lewat sarana komunikasi lebih sering menunjukkan kebudayaan global dari barat, missal lewat siaran TV juga layanan internet. Dan nyatanya memang muara keberadaan sarana itu berasal dari barat, sehingga bisa dikatakan yang punya kendali atas perkembangan globalisasi ini adalah mereka bangsa-bangsa maju, dalam hal ini adalah bangsa barat.

Fakta demikian ini member bukti bahwa betapa pentingnya peran bangsa maju dalam perkembangan peradaban manusia, terutama dalam bidang kebudayaaan. Dan mau tidak mau globalisasi telah merambah kesenian lokal asli kita saat ini. Padahal keberadaan kebudayaan asli kita merupakan salah satu jati diri bangsa yang perlu dijaga dan dilestarikan. Namun disisi lain tidak bisa kita cegah keberadaan sarana komunikasi yang membawa arus globalisasi, telah menyuguhkan tawaran kebudayaan yang mungkin lebih menarik ketimbang kebudayaan lokal asli kita. Indonesia yang dulu sarat dengan pemikiran primitif yang unik, dengan datangnya globalisasi telah menggeser bahkan menyingkirkan kebudayaan lokal dan berganti dengan kebudayaan global dari kebudayaan bangsa yang berkuasa atas sarana perkembangan globalisasi.

(13)

moral sekarang sedang sekarat tergantikan acara TV yang menarik bisa jadi fenomena demikian tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan dalam kebudayaan lokal di tempat lain. Sekalipun begitu bukan berarti semua kebudayaan lokal mati begitu saja dengan meluasnya globalisasi.

KESIMPULAN

Secara umum globalisasi adalah sebuah gambaran tetang semakin ketergantungan di antara sesama masyarakat dunia baik budaya maupun ekonomi. [Ubaedillah: 2013]. Globalisasi merupakan satu proses di dalam peradaban manusia yang berkembang terus menerus dalam masyarakat. Perkembangan pemikiran manusia di bidang ilmu pengetahuan membuat laju globalisasi semakin cepat. Adanya globalisasi tidak hanya menimbulkan modernisasi peradaban manusia, melainkan juga menciptakan berbagai permasalahan yang harus diselesaikan demi memanfaatkan globalisasi bagi kehidupan manusia.

Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela akan dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem-sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya dan sistem-sistem sosial yang baru.

Perubahan sosial merupakan suatu gejala yang akan selalu ada dalam masyarakat, karena masyarakat selalu berubah dalam aspek terkecil sekalipun. Perubahan sosial maupun perubahan budaya sebenarnya dua konsep yang berbeda tetapi saling berkaitan satu sama lain, di mana perubahan sosial mengacu pada perubahan struktur sosial dan hubungan sosial di masyarakat sedangkan perubahan budaya mengacu pada perubahan segi budaya di masyarakat. Terdapat berbagai teori yang dapat menjelaskan fenomena perubahan sosial di masyarakat. Tetapi semua teori itu sebenarnya saling mengisi satu sama lain, merupakan perbaikan ataupun juga memberikan sumbangan yang berarti dalam memahami fenomena perubahan sosial.

(14)

kecenderungan yang memudarkan kebudayaan asli. Kemajuan di bidang transportasi, telekomunikasi, juga teknologi mengurangi semangat untuk melestarikan kebudayaan lokal. Dulu kita akrab dengan gotong royong, dan sekarang berganti dengan budaya barat, dan konkritnya adalah remaja sekarang yang cenderung mengarah ke pergaulan bebas. Ironis memang, namun itulah kenyataanya sekarang. Sekalipun begitu bukan berarti semua kebudayaan lokal mati begitu saja dengan meluasnya globalisasi. Mengakhiri jurnal ini ada sebuah kutipan dari I Ketut Ardhana “....dapat dikatakan bahwa kemunculan nilai-nilai budaya lokal itu dapat diharapkan apabila masih ada tradisi kebudayaan sendiri yang mungkin masih dapat dihidupkan kembali...”.

DAFTAR RUJUKAN

Asy’arie, Musa. 2002. Menggagas Revolusi Kebudayaan Tanpa Kekerasan (Saifuddin Zuhri, Ed). Yogyakarta: LESFI.

Budihardjo, Eko dkk. 2014. Mozaik Budaya. Bandung: PT. Alumni.

Horton, Paul. B & Chester L. Hunt. Tanpa Tahun. Sociology: Sixth Edition (Herman Sinaga, Ed). Terjemahan Amirudin Ram. 1999. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Huky, D.A Wila. 1986. Pengantar Sosiologi. Surabaya: Usaha Nasional.

Munawar, Andi Rahmat. 2010. Peran Pendidikan dalam Melestarikan Budaya: Mencari Titik Temu Antara Aspek Pendidikan, Pelestarian Budaya dalam Menghadapi Era Global. Makalah disajikan dalam Seminar Pendidikan, Watampone, 8 Agustus 2010. Dalam Diskusi Lepas database, (online). (http://www.diskusilepas.com/2010/09/peran-pendidikan-dalam-melestarikan.html?m=1), diakses 13 April 2015.

Netra, Putri Aulia. 2012. Dampak Gobaisasi Terhadap Pandangan Hidup Generasi Muda, (online),

(http://putriaulianetra.blogspot.com/2012/12/makaah-dampak-globalisasi-terhadap.html?m=1), diakses 13 April 2015.

Rambe, Warhi Pandapotan & Hartanto. 2012. Revitalisasi Kebudayaan, (online), (http://www.edisicetak.joglosemar.co/berita/revitalisasi-kebudayaan-110087.html), diakses 13 April 2015.

(15)

(http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/arsip/read/2012/05/22/8140 7/bangkitkan-budaya-bangsa-melalui-sekolah/), diakses 13 April 2015.

Soekanto, Soerjono. 1975. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Soekanto, Soejnono. 1987. Sosiologi Sebagai Pengantar. Jakarta: Rajawali.

Soetjipto TH. 1997. Geografi Kebudayaan. Malang: IKIP Malang.

Syafi’i, Imam. 2013. Globalisasi Penyebab Perubahan Sosial, (online), (http://imamsyafe.blogspot.com/2013/01/globalisasi-penyebab-perubahan-sosial.html), diakses 13 April 2015.

Suanartha, I Komang. Edisi IV/2008. Dampak Globalisasi Terhadap Budaya Lokal dan Perilaku Masyarakat. Sinar Agung.

Tanoto, Bagas. 2014. Definisi Globalisasi Menurut Sudut Pandang Sosiologi, (online), (http://bagastanoto12ips-sosiologi.blogspot.com/?m=1), diakses 13 April 2015.

Tilaar, H.A.R. 2007. Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ubaedillah, A&Abdul Rozak. 2013. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan

Masyarakat Madani. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group bekerja sama dengan ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 1 menunjukkan bahwa usahatani kedelai peserta program Upsus Pajale di Kabupaten Sumbawa layak untuk di kembangkan atau diusahakan karena sudah efisien, hal

1) Dari hasil identifikasi risiko yang dilakukan terdapat 39 risk event yang dapat mempengaruhi keterlambatan proyek pembangunan tangki X di TTU-Tuban. Dari 39

Hasil pengamatan absorbansi dari pengaruh kadar gula terhadap pigmen antosianin ekstrak buah cengkodok dapat dilihat pada Tabel 6.. Berdasarkan nilai absorbansi

Salah satu permasalahan yang di alami oleh kaum disabilitas adalah fasilitas pemerintah dalam kelajuan transportasi lalu lintas untuk para penyandang disabilitas yang

Penurunan parasitemia karena paparan artemisinin pada P.falciparum galur 3D7 karena artemisinin dapat menyebabkan kematian parasit, gangguan pada stadium perkembangan dan

Kontribusi Terhadap Kepentingan atau Tujuan Kelompok dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan Tugu Kota Semarang Kontribusi yang diberikan oleh pemerintah untuk

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ASURANSI KESEJAHTERAAN SOSIAL OLEH LEMBAGA PELAYANAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT INDONESIA DI KELURAHAN MABAR HILIR.. KECAMATAN

belajar mengajar di dalam kelas adalah guru. Seorang guru adalah orang yang.. memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik, yang mengemban