PENGARUH PERINGKAT GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PASAR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA (Skripsi)
OLEH Welly Sudrajad
0641031136 .
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH PERINGKAT GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PASAR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
WELLY SUDRAJAD Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PENGARUH PERINGKAT GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PASAR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Nama Mahasiswa : Welly Sudrajad
No. Pokok Mahasiswa: 0641031136
Program Studi : S1 Akuntansi
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing
Kiagus Andi, S.E.,M.Si, Akt. Pigo Nauli, S.E.,M.Sc. NIP. 19580919 199501 1 001 NIP. 19820623 200812 1 001
2. Ketua Jurusan Akuntansi
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Kiagus Andi, S.E.,M.Si, Akt. ...
Sekretaris : Pigo Nauli, S.E.,M.Sc. ...
Penguji Utama : Susi Sarumpaet, S.E.,MBA.,Ph.D.,Akt. ...
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Prof. Dr. H. Satria Bangsawan. S.E.,M.Si. NIP. 19610904 198703 1 001
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISM
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis
dengan sungguh sungguh dan tidak merupakan penjiplakan hasil karya orang lain
apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya
sanggup menerima hukuman sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Bandar Lampung, 14 Mei 2013
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 17 Maret 1988, anak
pertama dari dua bersaudara. Putra dari Bapak Imron. Ms dan Ibu Yuliani.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di Sekolah Dasar Negeri 1
Sukarame, Bandar Lampung pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
diselesaikan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung pada tahun 2003, dan Sekolah
Menengah Umum (SMU) diselesaikan di SMU Negeri 12 Bandar Lampung pada
tahun 2006.
Pada tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung
Fakultas Ekonomi Program Studi D3 Akuntansi yang diselesaikan pada tahun
2009. Dan pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa alih program S1
MOTTO
Apa yang kita jalani belum tentu sesuai dengan apa yang kita rencanakan dan kita
cita-citakan, tapi apakah kita bisa mengambil hikmah dari semua itu untuk
PERSEMBAHAN
Sebagai ungkapan cinta, bakti dan sayang kupersembahkan skripsi ini kepada : Bapak dan Ibu Tercinta : Orang pertama dan utama dalam hidupku yang
selalu mendoakan setiap langkah dan keberhasilanku.
Adikku Tercinta : Yogi Saputra, terima kasih atas cinta dan supportnya. Saudara-saudaraku : Mama Min, Riri, Kakak VitadanSemua keluarga dan
orang-orang yang terkasih disekelilingku, yang selalu mengasihi dan menyayangiku serta mendukungku.
Uta Pristania : Yang selalu mendampingiku, mendukung dan memberi semangat selama ini.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan, petunjuk, kelancaran dan berkat karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Peringkat Good Corporate Governance Terhadap
Kinerja Pasar yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan yang penulis miliki, sehingga penulis banyak mendapat petunjuk
dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E.,M.Si. Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E.,M.Si.,Akt. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Bapak Sudrajat, S.E.,M.Acc.,Akt. Selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
5. Bapak Kiagus Andi, S.E.,M.Si, Akt. Selaku pembimbing utama yang telah
sabar dan memberikan waktu luangnya untuk membimbing penulis selama
menyusun skripsi.
6. Bapak Pigo Nauli, S.E.,M.Sc. Selaku pembimbing dua yang telah
meluangkan waktu, saran dan masukan selama menyusun skripsi.
7. Ibu Susi Sarumpaet, Ph.D.,Akt. Selaku penguji utama yang telah meluangkan
waktunya. Terima kasih atas masukan-masukan dan saran yang telah
diberikan.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
9. Sahabat terbaikku : Pandu, Mas Arif, Gopay, Olan, Faisal, Deni, Jojo, Bojes,
M, Jimmy yang telah memberikan persahabatan yang terbaik dan juga
support yang tidak ada habisnya, semoga kita bisa menggapai sukses
bersama.
10. Teman-teman satu perjuangan yang telah memberikan bantuan dan semangat
serta masukan dalam menyelesaikan skripsi ini : Tomi, Timo, Sugeng, Rika,
Rendi, Dian, Desi, Fullin, Kiki, Eva, Syahputri serta semua teman-teman Alih
Program S1 Akuntansi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang langsung
ataupun tidak langsung dalam meberikan bantuan kepada penulis.
Semoga Allah SWT akan selalu meimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Bandar Lampung, Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTTO
KATA PENGANTAR
Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 3
1.2.1. Perumusan Masalah ... 3
1.2.2. Batasan Masalah ... 4
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 4
1.3.1. Tujuan Penelitian ... 4
1.3.2. Manfaat Penelitian ... 4
1.4. Sistematika Penulisan ... 5
II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1. Pengertian Good Corporate Governance ... 6
2.2. Manfaat dan Tujuan Penerapan Good Corporate Governance ... 7
2.3. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance ... 10
2.4. Faktor Penerapan Good Corporate Governance ... 13
2.6. Peranan Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan
Manajerial ... 16
2.7. Peranan Kualitas Audit ... 18
2.8. Kinerja Pasar ... 19
2.9. Pengembangan Hipotesis ... 21
2.9.1. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Price Earning Rasio ... 21
III.METODE PENELITIAN 3.1. Sample Penelitian ... 22
3.2. Operasional Variabel Penelitian ... 23
3.3. Alat Analisis ... 24
3.3.1. Uji Regresi Linear Berganda ... 24
3.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 25
IV.ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Asumsi Klasik ... 29
4.2. Uji Regresi Simultan (Uji F) ... 34
4.3. Pengujian Hipotesis ... 35
4.3.1. Pengujian Pengaruh Corporate Governance Terhadap Price Earning Rasio (PER) ... 35
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 38
5.2. Saran ... 39
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1 Daftar Peringkat Skor CGPI Tahun 2009 - 2011 ... 22
Tabel 3.2 Klasifikasi Nilai Durbin-Watson ... 27
Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolinearitas ... 31
Tabel 4.2 Uji Autokorelasi ... 32
Tabel 4.3 Tabel Koefisien Determinasi ... 34
Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Simultan ... 34
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan
hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah
kinerja pasar. Corporate governance tidak hanya mendukung efisiensi bisnis
semata, tetapi juga memberikan kontribusi bagi penguatan transparansi dan
kebebasan berdemokrasi dalam bermasyarakat secara keseluruhan. Penerapan
good corporate governance (GCG) merupakan salah satu upaya yang cukup
signifikan untuk melepaskan diri dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
Penerapan prinsip GCG dalam dunia usaha di Indonesia merupakan tuntutan
zaman agar perusahaan-perusahaan yang ada jangan sampai terlindas oleh
persaingan global yang semakin keras.
Isu mengenai corporate governance mulai mengemuka, khususnya di Indonesia
pada tahun 1998 ketika Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan.
Banyak pihak yang mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia
disebabkan oleh sangat lemahnya corporate governance yang diterapkan dalam
perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai
memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktik corporate
2
Johnson dkk. (2000) dalam Indra dan Ivan (2006) dalam penelitiannya
membuktikan bahwa pelaksanaan corporate governance dalam sistem hukum
yang lemah menyebabkan dampak krisis ekonomi yang sangat meluas ketika
terjadinya krisis ekonomi di Asia. Kualitas pelaksanaan corporate governance
yang lemah menjadi alasan kuat bagi terjadinya krisis mata uang dan menurunnya
kinerja pasar modal selain berbagai alasan ekonomi lainnya.
Riset The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) pada tahun
2002, menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan good corporate
governance (GCG) adalah kepatuhan terhadap peraturan. Perusahaan meyakini
bahwa implementasi good corporate governance (GCG) merupakan bentuk lain
penegakan etika kerja yang sudah lama menjadi komitmen perusahaan, dan
implementasi good corporate governance (GCG) berhubungan dengan
peningkatan citra perusahaan. Perusahaan yang mempraktikkan good corporate
governance (GCG), akan mengalami perbaikan citra dan peningkatan nilai pasar.
Artinya disini GCG secara tidak langsung memiliki keterkaitan terhadap citra dan
nilai pasar itu sendiri. Dengan demikian semakin baik perusahaan tersebut
merapkan GCG secara teori maka kinerja pasar akan semakin baik.
Kemudian penelitian mengenai pengaruh GCG terhadap kinerja perusahaan telah
banyak dilakukan oleh para akademisi di Indonesia. Beragam hasil dari penelitian
tersebut cukup bervariasi, ada yang menyimpulkan bahwa GCG secara empiris
tidak berpengaruh terhadap kinerja pasar dan ada pula yang menyimpulkan bahwa
3
Penelitian yang dilakukan oleh Nahdiah (2009) mengenai Pengaruh Mekanisme
Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan
Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI pada tahun 2005 sampai dengan tahun
2007 menyimpulkan bahwa, GCG berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan terkecuali pada komponen komite audit.
Menurut Cahyani (2009) pelaksanaan corporate governance yang baik dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku akan membuat investor merespon secara positif
terhadap kinerja perusahaan dan meningkatkan nilai pasar perusahaan. Penelitian
ini bertujuan untuk menginvestigasi mengenai pengaruh Corporate Governance
Perception Index (CGPI) terhadap kinerja pasar pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan berbagai uraian yang telah dijelaskan di atas maka penulis tertarik
untuk mengambil tema penelitian mengenai Corporate Governance Perception
Index (CGPI) dengan judul “PENGARUH PERINGKAT GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PASAR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.
1.2. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian serta teori
penelitian terdahulu maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah Corporate Governance Perception Index (CGPI)berpengaruh terhadap
4
1.2.2. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih terarah, maka
peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
“Kinerja pasar yang dipakai adalah rasio keuangandengan jenis rasio pasar yang
diproksikan dengan Price Earning Ratio (PER)”.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris Corporate
Governance Perception Index (CGPI) yang ditentukan oleh karakteristik
perusahaan terhadap kinerja pasar.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. dapat memberikan manfaat kepada perusahaan bahwa dengan adanya
berbagai pemeringkatan perusahaan berdasarkan corporate governance yang
diterapkan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan keyakinan
akan kegunaan hasil pemeringkatan tersebut untuk dijadikan masukan dalam
pengambilan keputusan.
2. dapat menambah bukti empiris dari penelitian-penelitian sebelumnya
5
1.4. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dikemukakan mengenai latar belakang, pokok permasalahan, tujuan,
dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan
masalah yang dapat digunakan sebagai dasar acuan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini dikemukakan mengenai metode penelitian yang meliputi definisi
operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentu sample, metode
pengumpulan data, teknik analisis data yang digunakan serta pembatasan
penelitian.
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mengenai karakteristik sampel, deskripsi, hasil penelitian,
serta pembahasan hasil penelitian berdasarkan teknik analisis yang digunakan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab penutup yang memuat simpulan dari hasil pembahasan
pada bab sebelumnya, serta saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat dari
6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
1.1. Pengertian Good Corporate Governance
Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian
terhadap suatu hasil upaya yang memenuhi persyaratan, menunjukkan kepatutan
dan keteraturan operasional perusahaan sesuai dengan konsep corporate
governance.
Menurut profil program Corporate Governance Perception Index (2008)
corporate governance adalah serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan
mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai
dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholder). Good corporate
governance dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses yang
digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai
tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap
memperhatikan kepentikan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundangan dan norma yang berlaku.
Johnson, dkk (2000) dalam Indra dan Ivan (2006) membuktikan bahwa
pelaksanaan corporate governance dalam sistem hukum yang lemah
7
ekonomi di Asia. Kualitas pelaksanaan corporate governance yang lemah
menjadi alasan kuat bagi terjadinya krisis mata uang dan menurunnya kinerja
pasar modal selain berbagai alasan ekonomi lainnya.
Keberadaan mekanisme corporate governance diharapkan dapat menciptakan
manajemen yang efektif dan efisien dalam menjalankan suatu perusahaan,
sehingga terjadi peningkatan kapabilitas sekaligus kelancaran keadaan finansial
dari suatu perusahaan yang berjalan secara aktif. Hal ini dapat dicapai dengan
adanya penerapan prinsip-prinsip GCG secara mantap dan menyeluruh (Indra dan
Ivan, 2006).
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa good corporate
governance tersebut merupakan:
1. suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran Dewan
Komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan para Stakeholder lainnya.
2. suatu sistem pengawasan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian
perusahaan yang dapat munculnya dua peluang, yaitu pengelolaan yang salah
dan penyalahgunaan aset perusahaan.
3. suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian,
berikut pengukuran kinerjanya.
1.2. Manfaat dan Tujuan Penerapan Good Corporate Governance
Potensi resiko dan tantangan di dalam dunia bisnis kian hari semakin berpotensi
untuk semakin meningkat. Oleh karena itu penerapan dari prinsip-prinsip GCG
sangat diperlukan agar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan. Implementasi dari
8
perusahaan. GCG diharapkan mampu mengusahakan keseimbangan antara
berbagai kepentingan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan secara
menyeluruh. Berikut beberapa manfaat dari penerapan good corporate
governance:
1. mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang
saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.
Biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai
akibat penyalahgunaan wewenang (wrong-doing), ataupun berupa biaya
pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
2. mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari
pengelolaan perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana
atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring
dengan turunnya tingkat resiko perusahaan.
3. meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra
perusahaan tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang.
4. menciptakan dukungan para stakeholder (para pihak yang berkepentingan)
dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai
strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena umumnya mereka
mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaat maksimal dari
segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan
9
Penerapan sistem GCG diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi semua
pihak yang berkepentingan (stakeholders) melalui beberapa tujuan berikut:
1. meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kesinambungan suatu organisasi yang
memberikan kontribusi kepada terciptanya kesejahteraan pemegang saham,
pegawai dan stakeholders lainnya dan merupakan solusi yang elegan dalam
menghadapi tantangan organisasi kedepan.
2. meningkatkan legitimasi organisasi yang dikelola dengan terbuka, adil, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
3. mengakui dan melindungi hak dan kewajiban para share holders dan
stakeholders.
Dalam menerapkan nilai-nilai good corporate governance, perseroan
menggunakan pendekatan berupa keyakinan yang kuat akan manfaat dari
penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Berdasarkan keyakinan yang kuat,
maka akan tumbuh semangat yang tinggi untuk menerapkannya sesuai standar
internasional. Guna memastikan bahwa tata kelola perusahaan diterapkan secara
konsisten di seluruh lini dan unit organisasi. Perseroan menyusun berbagai acuan
sebagai pedoman bagi seluruh karyawan. Selain acuan yang disusun sendiri,
Perseroan juga mengadopsi peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Kamal
dan Supomo, (2008)).
Survey yang dilakukan oleh lembaga konsultan tingkat tinggi dunia seperti Mc
Kinsey dan Company menunjukkan bahwa para institutional investor lebih
10
governance dan memandang corporate governance sebagai kriteria kualitatif
penentu, menyamai kriteria kinerja keuangan dan potensi pertumbuhan.
Kalaupun Good Corporate Governance bukan satu-satunya cara untuk keluar dari
krisis, sistem ini dapat memberi dasar bagi berkembangnya sistem nilai baru yang
lebih sesuai dengan lanskap bisnis yang kini telah sangat berubah dimana
independensi, transparansi, profesionalisme, dan tanggung jawab sosial menjadi
norma dasar, Mintara (2008) dalam Priana (2010).
1.3. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance yang dikemukakan
oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) adalah sebagai
berikut:
1. Fairness (Kewajaran)
Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada
pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan
informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan
perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading). Fairness diharapkan
membuat seluruh aset perusahaan dikelola secara baik dan predunt (hati-hati),
sehingga muncul perlindungan kepentingan pemegang saham secara fair
(jujur dan adil). Fairness juga diharapkan memberi perlindungan kepada
perusahaan terhadap praktek korporasi yang merugikan seperti disebutkan di
atas. Pendek kata, fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin
perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.
Namun seperti halnya sebuah prinsip, fairness memerlukan syarat agar bisa
perundang-11
undangan yang jelas, tegas, konsisten, dan dapat ditegakkan secara baik serta
efektif.
2. Disclosure and Transparency (Pengungkapan dan Transparansi)
Transparansi bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses
pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material
dan relevan mengenai perusahaan. Dalam mewujudkan transparansi ini
sendir, perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan
tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
tersebut. Setiap perusahaan, diharapkan pula dapat mempublikasikan
informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak
signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu,
para investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara
mudah pada saat diperlukan. Ada banyak manfaat yang bisa dipetik dari
penerapan prinsip ini. Salah satunya, stakeholder dapat mengetahui risiko
yang mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan yang
diungkap secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, dan dapat
diperbandingkan, maka dimungkinkan terjadinya efisiensi pasar.
Selanjutnya, jika prinsip transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat,
akan dimungkinkan terhindarnya benturan kepentingan (conflict of interest)
berbagai pihak dalam manajemen.
3. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggung
jawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
12
adalah mandulnya fungsi pengwasan Dewan Komisaris. Atau justru
sebaliknya, Komisaris Utama mengambil peran berikut wewenang yang
seharusnya dijalankan Direksi. Padahal, diperlukan kejelasan tugas serta
fungsi organ perusahaan agar terciipta suatu mekanisme pengecekan dan
perimbangan dalam mengelola perusahaan.
4. Responsibility (Responsibilitas)
Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum
dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang
kepentingan dalam menciptakan kesejahteraan, lapangan kerja, dan
perusahaan yang sehat dari aspek keuangan. Perusahaan harus mematuhi
peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha
dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai Good Corporate
Citizen.
5. Independency (Independensi)
Yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat (Mintara (2008) dalam Priana (2010)). Untuk
melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masin-masing organ perusahaan tidak saling
13
1.4. Faktor Penerapan Good Corporate Governance
Ada beberapa faktor dalam penerapan good corporate governance menurut Kamal
dan Supomo (2008), yaitu:
1. Faktor Eksternal
Yang dimakud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar
perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Di
antaranya:
a. terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin
berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.
b. dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/lembaga pemerintahaan
yang diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean
Government menuju Good Government Governance yang sebenarnya.
c. terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang
dapat menjadi standard pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional.
Dengan kata lain, semacam benchmark (acuan):
i. terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG
di masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul
partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung
aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela.
ii. hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan
implementasi GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti
korupsi yang berkembang di lingkungan publik di mana perusahaan
beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan
14
publik sangat mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam
implementasi GCG.
2. Faktor Internal
Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek
GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor dimaksud antara
lain:
a. terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung
penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di
perusahaan.
b. berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu
pada penerapan nilai-nilai GCG.
c. manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada
kaidah-kaidah standar GCG.
d. terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan
untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e. adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap
gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik
dapat memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan
dinamika perusahaan dari waktu ke waktu.
2.5. Peranan Dewan Direksi dan Komisaris Independen
Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan
diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka
15
memiliki ukuran dewan yang besar tidak bisa melakukan koordinasi, komunikasi,
dan pengambilan keputusan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan
yang memiliki dewan yang kecil sehingga nilai perusahaan yang memiliki dewan
yang banyak lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki direksi
lebih sedikit. Faisal (2005) dalam Priana (2010) menyatakan bahwa dewan
direksi merupakan mekanisme pengendalian internal utama yang memonitor
manajer, ukuran dewan direksi yang kecil secara positif dan signifikan
mempengaruhi efisiensi pemanfaatan aktiva namun tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap pengurangan biaya keagenan yang diukur dengan beban
operasi. Semakin besar ukuran dewan direksi semakin besar beban diskresi
manajerial yang terjadi. Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa ukuran
dan komposisi dewan direksi secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja
dengan adanya penurunan biaya keagenan (agency cost).
Dewan Komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan,
terutama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance. Menurut Egon Zehnder
dalam Era (2008), Dewan Komisaris merupakan inti dari Corporate Governance
yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi
manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas. Pada intinya, Dewan Komisaris merupakan suatu mekanisme
mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada
pengelola perusahaan. Mengingat manajemen yang bertanggungjawab untuk
meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan, sedangkan Dewan Komisaris
16
merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan (Egon Zehnder
International dalam FCGI, 2006) dalam Era (2008).
2.6. Peranan Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Manajerial Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh pemilik
institusi dan kepemilikan oleh blockholder, yaitu kepemilikan individu atau atas
nama perorangan di atas 5%, tetapi tidak termasuk ke dalam golongan
kepemilikan insider. Salah satu mekanisme yang diharapkan dapat mengontrol
biaya keagenan yaitu dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance). Adrian (2009) dalam Priana (2010) menjelaskan bahwa
kepemilikan institusional yang dilandasi praktik good corporate governance
menjamin investor atau investasi yang telah ditanamkan, adanya jaminan
keamanan berarti mengurangi risiko.
Fatimah (2008) dalam Priana (2010) menyatakan corporate governance pada
dasarnya menyangkut masalah siapa (who) yang seharusnya mengendalikan
jalannya kegiatan korporasi dan mengapa (why) harus dilakukan pengendalian
terhadap jalannya kegiatan korporasi. Yang dimaksud dengan siapa adalah para
pemegang saham, sedangkan “mengapa” adalah karena adanya hubungan antara
pemegang saham dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan. Tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan
pihak investor institusional dapat membatasi perilaku para manajer, tindakan
pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong
manajer atau lebih memfokuskan perhatiaanya terhadap kinerja perusahaan
17
Kepemilikan institutsional memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tindakan
manajemen laba yang juga akan berakibat pada kinerja keuangan perusahaan,
kepemilikan institusional dapat diukur dengan menggunakan indikator persentase
jumlah saham yang dimiliki pihak institusional dari seluruh jumlah saham
perusahaan.
Kepemilikan manajerial adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki manajemen
dari total saham yang beredar. Kepemilikan saham yang besar dari segi nilai
ekonomisnya memiliki intensif menyelaraskan kepentingan dengan principles.
Adanya kepemilikan manajerial dan meningkatkan nilai perusahaan karena
semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka
manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham
yang juga termasuk dirinya (Herawaty, 2008) dalam Priana (2010). Salah satu
elemen corporate governance yang penting adalah transparansi (transparency)
atau keterbukaan. Keterbukaan adalah suatu tindakan untuk menjelaskan segala
sesuatu yang dilakukan oleh manajemen kepada publik. Keterbukaan tidak
mudah dilakukan jika manajemen memiliki kepentingan dan informasi privat
yang mendukung kepentingannya. Kondisi seperti ini dapat terjadi jika dalam
perusahaan terdapat manajemen yang memiliki andil sebagai pemilik (managerial
ownership).
Semakin besar prosentase kepemilikan manajerial, maka kemungkinan untuk
melakukan keterbukaan semakin kecil, sehingga perusahaan akan lebih memiliki
18
manajerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki manajemen dari seluruh
jumlah saham perusahaan yang dikelola.
2.7. Peranan Kualitas Audit
Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan prinsip
GCG. Komite audit ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan
pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi
direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas
penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Anggota komite audit
diharuskan memiliki keahlian yang memadai. Komite audit ini memiliki
kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan.
Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Independensi
komite audit tidak dapat dipisahkan moralitas yang melandasi integritasnya. Hal
ini perlu disadari karena komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara
eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi
pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor.
Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota
dewan komisaris. Anggota komite audit dapat berasal dari kalangan luar dengan
berbagai keahlian, pengalaman dari kualitas lainnya yang dibutuhkan guna
mencapai tujuan komite audit. Komite audit harus bebas dari pengaruh direksi,
eksternal auditor dan hanya bertanggung jawab kepada dewan komisaris.
19
1. mendorong terbentuknya struktur pengawasan intern yang memadai. Adanya
pengawasan intern ditujukan untuk mewujudkan prinsip pertanggungjawaban
(responsibility) agar organ-organ perusahaan melaksanakan fungsi dan
tanggung jawabnya berdasarkan aturan yang ada.
2. meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan. Prinsip
transparansi (transparency) dikembangkan dalam tugas ini.
3. mengkaji ruang lingkup dan ketepatan eksternal audit kewajaran, biaya
eksternal audit, serta kemandirian dan objektivitas auditor. Komite audit
dalam hal ini menjalankan prinsip akuntabilitas (accountability).
4. mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab komite audit selama
tahun buku yang sedang diperiksa eksternal audit. Hal ini terkait dengan
prinsip pertanggungjawaban (responsibility).
2.8. Kinerja Pasar
Cahyani (2009) menjelaskan kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas
perusahaan selama periode tertentu yang merupakan hasil atau prestasi yang
dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan
sumber-sumber daya yang dimiliki (Helfert, 1996).
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio pasar. Rasio ini
merupakan indikator untuk mengukur harga dari suatu saham. Rasio ini digunakan
untuk membantu investor dalam mencari saham yang memiliki potensi keuntungan
dividen yang cukup tinggi sebelum melakukan investasi. Namun rasio pasar tidak
memiliki ukuran yang menunjukkan tingkat efisiensi rasio dan juga tidak dapat
mencerminkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan apabila dilihat dari
20
Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham
dengan laba, nilai buku per saham, dan deviden. Rasio ini memberikan petunjuk
mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan dimasa lalu serta
prospek dimasa mendatang (Moeljadi, 2006). Rasio ini memberikan informasi
seberapa besar masyarakat atau para pemegang saham menghargai perusahaan,
sehingga mereka mau membeli saham perusahaan tersebut dengan harga yang
lebih tinggi dibanding dengan nilai buku saham (Sutrisno, 2003).
Rasio pasar mengukur harga saham perusahaan di pasar relatif terhadap nilai
bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak didasarkan pada sudut pandang
investor ataupun calon investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan
dalam rasio ini. Dalam penelitian ini rasio pasar yang digunakan adalah Rasio
Harga Laba (Price Earning Ratio). Price Earning Ratio (PER) menunjukkan
berapa banyak investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang
dilaporkan. Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang.
Kesediaan para investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada
prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang
tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan
21
2.9. Pengembangan Hipotesis
2.9.1. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Price Earning Rasio Price earning rasio adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih
perusahaan, dimana harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih
yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun. Karena yang menjadi fokus
perhitungannya adalah laba bersih yang telah dihasilkan perusahaan, maka dengan
mengetahui price earning rasio sebuah emiten, kita bisa mengetahui apakah harga
sebuah saham tergolong wajar atau tidak secara real dan bukannya secara future
alias perkiraan.
Pengukuran kinerja dengan price earning rasio (PER) diyakini bisa memberikan
gambaran mengenai kinerja pasar yang baik. Good corporate governance
berhubungan dengan peningkatan citra perusahaan, semakin baiknya citra
perusahaan maka semakin baik kepercayaan investor terhadap perusahaan
tersebut. Untuk meningkatkan GCG perusahaan harus meningkatkan tata kelola
dan operasional perusahaan lebih baik lagi, karena semakin banyak unsur-unsur
keunggulan operasional yang terpenuhi maka makin tinggi pencapaian kinerja
dari perusahaan dalam efisiensi produksi, volume penjualan, volume penjualan,
serta peningkatan pendapatan operasional.
Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis pertama dalam penelitian ini
adalah:
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
masuk dalam pemeringkatan The Indonesian Institute for Corporate Governance
(IICG) selama 3 tahun berturut-turut selama periode 2009-2011. Sehingga
diperoleh sebanyak 15 perusahaan dari pemeringkatan The Indonesian Institute
for Corporate Governance (IICG). Dengan skor penilaian predikat 85-100 sangat
terpercaya, 70-85 terpercaya, 55-70 cukup terpercaya (Profil Program Corporate
[image:39.595.113.516.509.749.2]Governance Perception Index, 2011).
Tabel 3.1
Daftar Peringkat Skor CGPI Tahun 2009-2011
No. Perusahaan 2009 2010 2011
1 PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. 90,65 91,67 91,81
2 PT. Bank CIMB Niaga, Tbk. 88,37 91,42 91,46
3 PT. Telkom Indonesia (Persero), Tbk. 88,67 89,04 89,10
4 PT. United Tracktors, Tbk. 85,44 86,89 87,36
23
10 PT. Bumi Resources, Tbk. 73,82 69,33 70,83
11 PT. Asuransi Jasa Indonesia(Persero) 81.59 82.74 82.77 12 PT Panorama Transportasi Tbk.s 68.71 69.97 89.10
13 PT. Garuda Indonesia 81.58 85.26 85.82
14 PT. Krakatau Steel 80.75 82.98 85.19
15 PT. Jamsostek (Persero) 80.77 82.28 83.40
Sumber: IICG
3.2. Operasional Variabel Penelitian a. Variabel Dependen
Variabel dependen dari penelitian ini adalah kinerja pasar perusahaan yang
diukur dengan price earning rasio (PER). Perbandingan antara harga saham
dengan laba bersih perusahaan, dimana harga saham sebuah emiten
dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam
setahun. Formula yang digunakan untuk menghitung besarnya nilai price
earning rasio (Sugiono, 2008) adalah sebagai berikut :
PER : Harga pasar per saham Earning Per Share (EPS)
b. Variabel Independen
Variabel independen peneliatian ini adalah good corporate governance.
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh
The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) berupa corporate
governance perception index (CGPI). CGPI berisi hasil skor hasil survey
mengenai corporate governance pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Faktor-faktor yang dinilai dalam CGPI adalah
24
kompetensi, kepemimpinan, kemampuan bekerja sama, visi, misi, dan tata
nilai (Priana, 2011).
c. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang faktornya dikontrol untuk menetralisir
pengaruhnya yang dapat mengganggu hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Variabel corporate governance memiliki
kemungkinan untuk secara endogen ditentukan oleh berbagai faktor. Dengan
mengakui sifat endogenitas dari variabel corporate governance, sehingga
hanya dapat menginterpretasikan hasil penelitian sebagai suatu hubungan
yang parsial (Priana, 2011). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan
log natural dari total aset.
3.3.Alat Analisis
3.3.1. Uji Regresi Linear Berganda
Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah regresi
linier berganda. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan model regresi
price earning rasio. Analisis regresi ini digunakan untuk mengetahui apakah
hipotesis penelitian terbukti signifikan atau tidak signifikan, dengan persamaan
sebagai berikut:
Uji Regresi Hipotesis Pertama
PER = α + β1 GCG + β2 SIZE + ε...(1)
Dimana:
25
α : Konstanta
GCG : Good corporate governance
e : Tingkat kesalahan (error)
SIZE : Ukuran perusahaan
3.3.2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan uji regresi linear berganda dilakukan uji asumsi klasik sebagai
berikut :
a. Uji Asumsi Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan variabel independen memilki distribusi normal. Model regresi yang
baik adalah yang terdistribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat
dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
grafik. Dasar pengambilan keputusan adalah :
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Asumsi Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah keadaan dimana variabel independen yang satu dengan
variabel independen yang lain dalam model regresi memiliki korelasi (hubungan)
yang erat antara yang satu dengan yang lain. Jelas bahwa Multikolinieritas adalah
suatu kondisi yang menyalah asumsi regresi liniear. Jika variabel-variabel
26
menjelaskan varian yang sama dalam mengestimasi variabel dependen. Jadi
penambahan variabel independen tidak brpengaruh apa-apa. Adanya
Multikolinieritas yang kuat akan mengakibatkan ketidaktepatan untuk mengetahui
apakah tiap-tiap variabel independen berhubungan secara linier.
Ciri-ciri yang sering ditemui apabila model regresi linier kita mengalami
gangguan Multikolinieritas adalah sebagai berikut.
1. Terjadi perubahan yang berarti pada koefisien medel regresi (misalnya nilanya
menjadi lebih besar atau kecil) apabila dilakukan penambahan atau
pengeluaran sebuah variabel bebas dari model regresi.
2. Diperoleh nilai R-square (R2) yang tinggi, Fhitung Tinggi, tetapi banyak
variabel bebas yang tidak signifikan (thitung-nya rendah).
3. Tanda positif dan negatif (+ atau -) pada koefisien regresi berlawanan dengan
yang disebutkan dalam teori atau logika. Misalnya, pada teori atau logika
seharusnya b1 bertanda (+), namun yang diperoleh justru bertanda (-).
4. Nilai standar error untuk koefisien regresi menjadi lebih besar dari yang
sebenarnya (overestimated).
Untuk mendeteksi apakah model regresi kita mengalami multikolinieritas, dapat
diperiksa melalui nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Kedua
ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana, setiap variabel
independen menjadi variabel dependen dan degrees terhadap variabel independen
27
c. Uji Asumsi Autokorelasi
Masalah autokorelasi sering timbul pada data runtut waktu (time series).
Autokorelasi sering disebut juga korelasi serial. Misalnya, data pertama
berkorelasi dengan data kedua, data kedua berkorelasi dengan data ketiga, dan
seterusnya. Penyebab utama timbulnya autokorelasi adalah kesalahan spesifikasi,
misalnya terabaikannya suatu variabel penting atau bentuk fungsi yang tidak
tepat. Pendekatan yang sering digunakan untuk menguji apakah terjadi
autokorelasi atau tidak adalah dengan uji statistik Durbin-Watson. Ketentuan
[image:44.595.144.507.348.513.2]pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2
Klasifikasi Nilai Durbin-Watson
Nilai d Keterangan
DW > dU
DW < dL
dL < DW < dU
Tidak ada autokorelasi
Terjadi auto korelasi
Tidak ada kesimpulan
d. Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan
dalam spesifikasi model regresi. Heteroskedastisitas berarti terjadi varian yang
tidak sama untuk vatiabel independen yang berbeda. Dengan kata lain,
heteroskedastisitas terjadi jika residual tidak memiliki varian yang konstan. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya gejala Heteroskedastisitas dilakukandengan melihat
grafik plot antara nilai variabel terikat (SRESID) dengan residualnya (ZPRED)
28
1. Jika titik pada grafik membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar, menyempit), maka terdapat gangguan heteroskedastisitas.
2. Jika titik-titik pada grafik tidak membentuk pola tertentu yang teratur atau
38
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1.1. Simpulan
Penelitian ini didasarkan pada pengamatan dengan menggunakan metode analisis
linier berganda untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara pemeringkatan
good corporate governance terhadap kinerja pasar. Variabel dependen pada
penelitian ini adalah Price Earning Rasio (PER) sedangkan Corporate
Governance Perception Index (CGPI) adalah variabel independen dan size atau
ukuran perusahaan adalah variabel kontrol. Analisis regresi linier berganda
tersebut digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Dari analisis dan
pembahasan terhadap hasil penelitian mengenai pengaruh pemeringkatan good
corporate governance terhadap kinerja pasar pada bab IV dapat diambil simpulan
sebagai yakni, secara statistik variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen yakni pada tingkat 0,013 < 0,05 (Tabel 4.5). Dengan
demikian H1 dapat diterima yakni good corporate governance berpengaruh
terhadap price earning rasio.
Kemudian untuk size atau ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.071 > 0.05 (lampiran 4), dengan
demikian size atau ukuran perusahaan secara statistik tidak berpengaruh terhadap
39
1.2. Saran
1. Penelitian ini mempunyai keterbatasan pada periode penelitian dan
pembentukan sampel. Pada penelitian ini periode yang diambil yaitu 3 tahun
dari tahun 2009 – 2011 dan sampel yang diambil adalah 15 perusahaan. Bagi
peneliti selanjutnya akan lebih baik jika periode penelitian diperpanjang dan
menambahkan jumlah sampel penelitian agar hasil dari penelitian lebih akurat
dan bervariasi.
2. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda untuk menganalisis
pengaruh pemeringkatan good corporate governance terhadap kinerja pasar.
Untuk penelitian yang akan datang diharapkan dapat menggunakan model
dan variabel serta metode analisis yang lain seperti SEM dan PLS sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Carningsih. 2009. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Hubungan Antara Kinerja Keuangan Dengan Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), Skripsi. Universitas Gunadarma. Jakarta.
Ghozali, Imam. 2005. Analisis Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Kedua. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Rajawali. Jakarta.
Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali.Jakarta.
Nahdiah, Nadah. 2009. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI, Skripsi. UPN Veteran. Jakarta.
Nuswandari, Cahyani. 2009. Pengaruh Corporate Governance Perception Index Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta, Skripsi.Stikubang. Semarang
Priana, Funny. 2010. Pengaruh Praktek Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Bursa Efek Indonesia), Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Rinati, Ina. 2009. Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Yang Tercantum Dalam Indeks LQ-45, Skripsi.Gunadarma.Depok.
Santoso, Singgih. 2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Elex Media Komputindo.Jakarta.
Yuniasih, Ni Wayan & Wirakusuma, Made Gede. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi, Skripsi. Universitas Udayana. Bali.
http://4aira.wordpress.com. Diunduh pada tanggal 2 Mei 2012
http://diaryintan.wordpress.com. Diunduh pada tanggal 2 Mei 2012
http://e-samuel.com. Diunduh pada tanggal 2 Mei 2012
http://ekonomibersama.blogspot.com. Diunduh pada tanggal 11 November 2012
http://idx.com. Diunduh pada tanggal 2 Mei 2012
http://pasardana.com. Diunduh pada tanggal 2 Mei 2012
http://swa.co.id. Diunduh pada tanggal 2 Mei 2012
http://teguhhidayat.com. Diunduh pada tanggal 11 November 2012