• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFFECT OF NONVERBAL TO CHILDREN LANGUAGE EQUATION (A CASE STUDY ON SHAUN THE SHEEP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFFECT OF NONVERBAL TO CHILDREN LANGUAGE EQUATION (A CASE STUDY ON SHAUN THE SHEEP)"

Copied!
252
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anime berasal dari kata 'to animate’ yang berarti menggerakkan, menghidupkan. Misalkan sebuah benda yang mati, lalu digerakkan melalui perubahan sedikit

demi sedikit dan teratur sehingga memberikan kesan hidup. Animasi adalah

proses penciptaan efek gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi selama

beberapa waktu. Animasi adalah suatu hasil proses dimana obyek – obyek yang

digambarkan atau divisualisasikan tampak hidup. Kehidupan tersebut dapat

dinyatakan dari suatu proses pergerakan. Meskipun demikian animasi tidak

secara eksplisit dinyatakan pada obyek – obyek mati yang kemudian digerakkan.

Benda – benda mati, gambaran – gambaran, deformasi bentuk yang digerakkan

memang dapat dikatakan sebagai suatu bentuk animasi, akan tetapi esensi dari

animasi tidak sebatas pada unsur menggerakkan itu sendiri, jika kehidupan

memang diidentikkan dengan pergerakan, maka kehidupan itu sendiri juga

mempunyai karakter kehidupan. Dengan demikian animasi tidak semata – mata

hanyalah menggerakkan, tetapi juga memberikan suatu karakter pada obyek –

obyek yang akan dianimasikan. (Albardon.2010)

Ada berbagai macam tayangan animasi yang disajikan di media massa seperti

(3)

anak – anak dari dulu. Anak – anak biasanya akan rela menghabiskan waktunya

untuk duduk diam didepan televisi. Berbagai saluran televisi swasta telah

menyediakan tayangan animasi dari yang bersifaat pengetahuan, imajinasi,

superhero, bahkan tayangan animasi nonverbal. Di zaman modern seperti ini, didunia maya seperti internet telah menyediakan berbagai situs – situs yang

berupa link untuk dapat menonton tayangan animasi maupun komik animasi.

Tetapi kita juga harus dapat berwaspada dengan kecenderungan penggunaan

media massa ini. Televisi memiliki tiga dampak, yaitu dampak kognitif, dampak

peniruan dan dampak perilaku. Dimana dampak kognitif adalah kemampuan

seseorang untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang

melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Dampak peniruan yaitu pemirsa

dihadapkan pada trendi akurat yang ditayangan di televisi. Sedangkan dampak

perilaku, yakni proses tertanamnya nilai – nilai sosial budaya yang telah

ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari – hari.

(Kuswandi:1996)

Tayangan animasi yang kerap kali ditonton oleh anak – anak adalah berupa

animasi verbal. Namun saat ini telah muncul beberapa animasi nonverbal.

Animasi nonverbal merupakan sebuah benda atau sesuatu yang digerakkan dan

tidak menggunakan kata – kata dalam menceritakan jalan cerita. Jadi dengan

gerakan – gerakan yang telah dibuat sedemikian rupa, animasi nonverbal ini

dibuat bergerak – gerak agar penonton dapat memahami apa isi jalan ceritanya.

Studi tentang pesan nonverbal kebanyakan bersumber dari zoosemiotics (telah

(4)

menunjukkan bahwa ternyata perilaku simbolis binatang mempunyai efek

terhadap perubahan perilaku binatang lain bahkan terhadap perubahan perilaku

manusia. Ada banyak gerakan yang sama pada binatang tetapi memiliki makna

yang berbeda. Kebanyakan binatang menggunakan bahasa telepati yaitu bahasa

jiwa universal yang digunakan oleh semua spesies (Liliweri : 2012)

Tayangan animasi nonverbal yang dimaksud seperti : Shaun The Sheep, The Owl, Bernard Bear, Chaplin, Oscar dan Larva. Tayangan animasi ini tidak menggunakan kata – kata atau dialog didalamnya. Tayangan animasi itu hanya

bergerak – gerak dan memiliki makna tertentu yang dipahami oleh anak. Namun

walaupun tayangan animasi ini tidak menggunakan kata – kata, anak – anak pun

masih dapat mengerti isi cerita. Kita dapat melihatnya dari respon anak – anak

saat menonton tayangan animasi tersebut.

Shaun The Sheep contohnya. Tayangan animasi nonverbal ini, menceritakan tentang domba yang memiliki kecerdasan seperti manusia, kreativitas dan tingkah

laku dalam lingkungan peternakan. Didalam episode Shaun the Sheep selalu saja ada masalah, baik dari kawanan domba sendiri ataupun dari peternak yang

membuat Shaun menyelesaikan masalah tersebut. Berbagai adegan lucu juga

dihadirkan dalam serial animasi ini. Animasi ini sama sekali tidak ada dialog atau

percakapan dengan manusia. Tetapi ada ekspresi yang ditambahkan untuk

memperjelas makna dari tayangan tersebut.

Skinner (1904) salah satu psikolog yang memberikan contoh bagaimana psikologi

(5)

menyimpulkan tentang teori SOR. Dimana S sebagai Stimulus dan O sebagai

objek serta R adalah Respon. Teori ini mengajarkan bahwa bagaimana objek

meresponi sebuah stimulus yang telah diberikan untuk memberikan penilaian

selanjutnya. (Morissan.2009) Perilaku dapat terbentuk dengan adanya kebiasaan

yang dilakukan oleh objek yang mendapatkan stimulus secara berturut – turut.

Perubahan perilaku inilah yang merupakan respon dari anak setelah mendapatkan

stimulus yang diberikan.

Tayangan film memiliki efek yaitu (Kuswandi.1996) :

1. Acara televisi dapat mengancam nilai – nilai sosial yang ada dalam masyarakat.

2. Acara televisi dapat menguatkan nilai – nilai sosial yang ada didalam

masyarakat.

3. Acara televisi dapat membentuk nilai – nilai sosial yang baru didalam

kehidupan masyarakat.

Dari tayangan animasi nonverbal ini nantinya akan ada hubungannya dengan

pemberian tanda yang berpengaruh pada kecerdasan anak. Dimana pemberian

tanda sintaktik yang berarti pemahaman tanda yang sesuai dengan artinya. Dalam

konteks ini anak diharapkan untuk bisa memahami pesan melalui komunikasi

nonverbal. Misalnya seseorang menaruh jari telunjuk didepan bibirnya, dengan

otomatis si anak mengerti bahwa itu adalah sebuah gerakan nonverbal yang

mengartikan untuk diam. Apabila kelima jari tangan dihadapkan secara lurus

(6)

Sebuah tayangan film biasanya berupa bahasa verbal yang menggunakan dialog

atau kata – kata, namun yang menjadi permasalahan komunikasi disini adalah

tayangan animasi Shaun The Sheep ini merupakan tayangan animasi nonverbal, dimana cara penyampaian isi cerita danalur cerita yang ditampilkan hanya berupa

gerakan dan mimik wajah. Komunikasi yang efektif seharusnya menggunakan

kata – kata verbal yang dilengkapi oleh nonverbal. Dengan seperti ini apakahanak

dapat memahami tentang alur cerita dan menangkap isi pesan dari tayangan

animasi tersebut ?

Ada 8 kecerdasan menurut Howard dalam buku Multiple Intellegence, yaitu :

1. Kecerdasan matematika dan logika atau cerdas angka

Anak mampu berpikir secara induktif dan deduktif, kemampuan berpikirnya

menurut aturan logika dan menganalisis pola angka serta memecahkan masalah

melalui kemampuan berpikir.

2. Kecerdasan bahasa

Kemampuan anak menggunakan bahasa dan kata secara lisan maupun tulisan

dalam berbagai bentuk seperti tulisan maupun tanda yang ada. Kecerdasan

bahasa juga berkaitan dengan warna suara, tulisan dan kekuatan dari simbol.

3. Kecerdasan musikal

Memuat kemampuan seseorang anak untuk peka terhadap suara – suara

nonverbal yang berada di sekelilingnya, dalam hal ini adalah nada dan irama.

Anak – anak ini senang sekali mendengar nada – nada dan irama yang indah,

(7)

orkestra, atau memainkan alat musik sendiri. Mereka lebih mudah mengingat

sesuatu dengan musik.

4. Kecerdasan Gambar

Memuat kemampuan seorang anak untuk memahami secara lebih mendalam

mengenai hubungan antara objek dan ruang. Anak – anak ini memiliki

kemampuan imajinasi bentuk dalam pikirannya, atau menciptakan bentuk –

bentuk tiga dimensi.

5. Kecerdasan kinestetik atau cerdas gerak

Kemampuan seorang anak untuk secara aktif menggunakan bagian atau seluruh

tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.

Kecerdasan kinestetik melibatkan kegiatan utama, yakni membuat gerak,

mengendalikan gerak dan memodifikasi gerak. Contohnya anak yang cerdas

gerak memiliki keunggulan di bidang olahraga atau unggul dalam menari, dan

kemampuan yang melibatkan ketrampilan gerak tubuh.

6. Kecerdasan Interpersonal

Kemampuan seorang anak untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka

cenderung memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah

dalam bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya. Kecerdasan ini disebut

juga dengan kecerdasan sosial dimana seorang anak mampu menjalin

persahabatan yang akrab dengan teman – temannya, termasuk berkemampuan

(8)

7. Kecerdasan Intrapersonal

Kemampuan seorang anak untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri.

Mereka mampu mengenali kekuatan maupun kelemahan dirinya sendiri.

Beberapa diantaranya suka kesunyian dan merenung.

8. Kecerdasan Naturalis

Kemampuan seorang anak untuk peka terhadap lingkungan alam misalnya

senang berada dilingkungan alam terbuka seperti gunung, pantai dan hutan.

Mereka cenderung mengobservasi alam seperti aneka flora dan fauna.

Dari kedelapan kecerdasan anak tersebut, kecerdasan yang akan dibahas disini

berkaitan dengan kecerdasan bahasa yang memiliki pengaruh terhadap

pemahaman anak dalam memahami pesan nonverbal. Anak diharapkan mampu

untuk memahami bahasa nonverbal yang hanya berupa gerakan dan ekspresi

wajah tanpa dialog didalam tayangan animasi tersebut. Adapun batasan penelitian

yang dibuat agar lebih fokus yaitu seberapa besar pengaruh tayangan animasi

terhadap kecerdasan bahasa anak dengan permasalahan komunikasi yang ada

yaitu tentang pemahaman anak terhadap isi cerita tayangan animasi nonverbal

tanpa dialog dan hanya berupa gerakan dan ekspresi wajah.

Penulis tertarik dengan tayangan animasi Shaun The Sheep yang merupakan tayangan animasi nonverbal yang apakah akan memiliki pengaruh yang besar

terhadap anak. Selain itu, popularitas tayangan animasi ini juga besar dikalangan

anak – anak. Terbukti dari para penjual boneka dipinggir jalan yang menjual

(9)

mencoba untuk meneliti bagaimanakah pengaruh tayangan animasi nonverbal

terhadap kecerdasan bahasa anak. Kiranya penelitian ini berguna untuk penelitian

selanjutnya ataupun dapat sebagai informasi baru bagi para pembaca.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dalam

penelitian ini terumuskan rumusan masalah yaitu :

“Berapa besar pengaruh tayangan animasi nonverbal terhadap kecerdasan bahasa

anak ?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh

tayangan animasi nonverbal terhadap kecerdasan bahasa anak.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dalam penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis: Hasil peneltian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu komunikasi dan diharapkan juga dapat menjadi

referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan

pengaruh tayangan animasi nonverbal terhadap kecerdasan bahasa anak.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran penulis

dalam memberikan informasi mengenai pengaruh tayangan animasi

komunikasi nonverbal terhadap kecerdasan bahasa anak sehingga dapat

(10)

E. Batasan Penelitian

Untuk membuat penelitian ini tidak terlalu luas, maka peneliti akan

membatasi penelitian ini sebagai berikut :

1. Peneliti hanya akan meneliti hasil yang berkaitan dengan karakteristik

sampel. Sampel yang beragam atau berbeda dapat menghasilkan data

yang berbeda.

2. Peneliti hanya berfokus pada satu aspek kecerdasan, yaitu kecerdasan

bahasa.

3. Peneliti hanya akan meneliti anak berusia 10 – 11 tahun di Sekolah

Dasar Fransiskus 2 Bandar Lampung yaitu kelas 5.

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ke-3, pengaruh adalah data

yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak,

kepercayaan atau perbuatan seseorang.

Menurut De Fleur dalam Hafied Cangara, pengaruh adalah perbedaan antara yang

dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah

menerima pesan. Pengaruh biasanya terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah

laku seseorang.

Dari definisi – definisi diatas maka yang dimaksud dengan pengaruh dalam

penelitian ini adalah daya yang timbul dari perbedaan dan apa yang telah

dirasakan setelah mendapatkan suatu stimulus.

B. Tinjauan Tentang Animasi

Definisi animasi sendiri berasal dari kata 'to animate' yang berarti menggerakkan, menghidupkan. Seperti sebuah benda yang mati, lalu digerakkan melalui

perubahan sedikit demi sedikit dan teratur sehingga memberikan kesan yang

hidup. Animasi adalah proses penciptaan efek gerak atau efek perubahan bentuk

(12)

menampilkan gambar berurut sedemikian rupa sehingga penonton dapat

merasakan adanya ilustrasi gerakan pada gambar yang ditampilkan. Definisi

tersebut mengartikan bahwa benda – benda mati dapat hidup. Animasi dipandang

sebagai suatu hasil proses dimana obyek – obyek yang digambarkan atau

divisualisasikan tampak hidup. Kehidupan tersebut dapat dinyatakan dari suatu

proses pergerakan. Meskipun demikian, animasi tidak dinyatakan pada obyek –

obyek mati yang kemudian digerakkan. Benda – benda mati, gambaran –

gambaran, bentuk yang digerakkan memang dapat dikatakan sebagai suatu bentuk

animasi, akan tetapi esensi dari animasi tidak sebatas pada unsur menggerakkan

itu sendiri, jika kehidupan memang diidentikkan dengan pergerakan, maka

kehidupan itu sendiri juga mempunyai karakter kehidupan. Dengan demikian

animasi tidak semata – mata hanyalah menggerakkan, tetapi juga memberikan

suatu karakter pada obyek – obyek yang akan dianimasikan. Esensi inilah yang

kemudian dikembangkan oleh beberapa animator – animator sehingga obyek

animasinya tidak bersifat perubahan gerak, tetapi lebih daripada itu, mood, emosi,

watak tak jarang dimasukkan sebagai suatu pengembangan karakterisasi. Jadi

animasi dapat kita simpulkan secara sederhana ialah menghidupkan benda diam

diproyeksikan menjadi bergerak yang dimaksud di proyeksikan ialah dengan

menggunakan tool proyeksi atau software aplikasi. (Albardon : 2010)

Animasi berasal dari bahasa latin, anima, yang artinya jiwa, hidup, nyawa dan

semangat. Animasi adalah gambar dua dimensi yang seolah – olah bergerak.

Animasi ialah suatu seni untuk memanipulasi gambar menjadi seolah – olah hidup

dan bergerak, yang terdiri dari animasi 2 dimensi maupun 3 dimensi. Animasi 2D

(13)

Animasi 3D merupakan animasi yang dibuat dengan menggunakan model seperti

yang berasal dari lilin, clay, boneka dan menggunakan kamera animasi yang dapat

merekam frame demi frame. Ketika gambar – gambar tersebut diproyeksikan

secara berurutan dan cepat, lilin atau clay boneka tersebut akan terlihat seperti

hidup dan bergerak. Animasi 3D dapat juga dibuat dengan menggunakan

komputer.

1) Penggunaan animasi film

Penggunaan animasi film tidak terbatas hanya untuk film – film bagi anak –

anak atau film hiburan, tetapi juga dipergunakan diberbagai bidang, karena

disisi lain animasi dapat menerangkan dengan rinci sesuatu hal atau informasi

yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Berikut ini adalah contoh

penggunaan animasi film :

a) Animasi Forensik: Animasi dibuat untuk menerangkan terjadinya

kecelakaan, berdasarkan saksi mata, data – data hasil testing kendaraan.

b) Animasi Simulasi: Animasi ini digunakan untuk membantu

menggambarkan proses terjadinya suatu kejadian atau apa yang akan

dihadapi, atau bagaimana sesuatu hal akan terjadi biasa dikenal juga

dengan Infographic Animation.

c) Animasi untuk Arsitektur: Penggunaan animasi untuk bidang arsitektur

akan membantu, misalnya untuk menggambarkan struktur suatu gedung

baik gedung bertingkat sejak awal perencanaan, proses pembangunan

hingga selesai, dan tidak hanya pada gedung bertingkat saja, tetapi juga

(14)

warna dinding serta tata perlengkapannya, juga dapat memperlihatkan

bentuk irisan dan potongan melintang yang diperlukan.

d) Animasi untuk pendidikan : Berguna untuk memperjelaskan tentang

koordinasi gerak, dimana dalam satu gerakan badan diperlihatkan gerakan

tulang – tulang serta sendi tertentu serta hubungannya dengan gerak otot,

yang mana otot yang meregang serta otot mana yang melakukan gerakan

menarik.

e) Animasi untuk hiburan dan komersial: Saat ini begitu banyak film

animasi yang dibuat tidak hanya untuk anak - anak saja, tetapi juga untuk

masyarakat luas dimana dapat diciptakan karakter - karaker menarik, yang

masing - masing memiliki watak sendiri - sendiri seolah - olah

demikianlah hidup ini, juga untuk menciptakan khayalan - khayalan untuk

memperkuat visualisasi suatu adegan, dan seringkali digunakan juga

untuk keperluan iklan ditelevisi (TVCommercial) ( Kuswara, 2003:3).

2) Teknik Menciptakan Animasi

Dalam perkembangan hingga kini, terdapat beberapa teknik untuk membuat

animasi, yaitu:

a) Teknik animasi Hand Drawn: Ini adalah teknik animasi klasik yang

mengandalkan kemampuan tangan untuk membuat gambar frame per

frame secara manual, baik itu gambar tokoh karakter, maupun gambar

background digambar dengan menggunakan tangan. Setelah itu, gambar

(15)

dipotret satu persatu, hingga menghasilkan animasi yang utuh. Teknik ini

dipergunakan oleh Walt Disney dan Warner Bros hingga sekarang, seperti

yang terlihat dalam film animasi Lion King, Alladin, Beauty and the beas,

dan lain - lain, mereka memiliki goresan yang tidak dilakukan dengan

komputer.

b) Teknik animasi Stop Motion Clay Animation: Clay adalah sebutan lain

untuk tanah liat. Animasi dibuat dengan menggerakkan objek atau model

dari boneka ataupun bahan elastis yang terbuat dari clay atau tanah liat

sintetis. Obyek digerakkan sedikit demi sedikit dan kemudian diambil

gambarnya satu per satu. Setelah diedit dan disusun, dan jika rol film

dijalankan, akan memberikan efek seolah - olah boneka atau model

tersebut bergerak. Contoh animasi yang menggunakan teknik ini adalah

Nightmare Before Christmas, serta tayangan MTV: Celebrity Death

Match.

c) Teknik animasi Hand Drawn dan Computer: Pada teknik ini, gambar

sketsa kasar dibuat dengan tangan, lalu discan untuk kemudian diberi

warna dan finshing menggunakan komputer.

3) Jenis – Jenis Animasi

Diawal tahun 20-an, popularitas kartun animasi mulai menurun dan para

animator mulai cenderung mencari alternatif lain sebagai media hiburan.

Masyarakat mulai jenuh dengan konsep animasi yang pada saat itu tidak

memikirkan story line dan pengembangan si tokoh karakter. Perubahan besar

(16)

mengembangkan konsep komersialisasi dimana studio - studio besar

mengambil alih studio lokal dan menentukan standard untuk animasi. Sampai

saat ini animasi dibagi dalam kategori besar, yaitu:

i. Stop-motion animation

Stop-motion animation sering pula disebut claymation karena dalam

perkembangannya, jenis animasi ini sering menggunakan clay (tanah

liat) sebagai objek yang digerakkan. Teknik stop-motion animasi

pertama kali ditemukan oleh Stuart Blakton pada tahun 1906, yaitu

dengan menggambar ekspresi wajah sebuah tokoh kartun pada papan

tulis, diambil gambarnya dengan still camera, kemudian dihapus untuk

menggambar ekspresi wajah selanjutnya. Teknik stop-motion animasi

ini sering digunakan dalam visual effect untuk film – film di era tahun 50-60-an bahkan sampai saat ini.

ii. Animasi Tradisional (Traditional animation)

Animasi tradisional adalah teknik animasi yang paling umum dikenal

sampai saat ini. Dinamakan tradisional karena teknik animasi inilah

yang digunakan pada saat animasi pertama kali dikembangkan.

Tradisional animasi juga sering disebut cel animation karena teknik

pengerjaannya dilakukan pada celluloid tranparent yang sekilas mirip

sekali dengan transparansi OHP yang sering kita gunakan. Dengan

berkembangnya teknologi komputer, lahir tehnik animasi baru yang

seluruh pengerjaannya mengunakan komputer yang kemudian disebut

(17)

3D(imention) animation. Untuk membedakan 3D animation yang

seluruhnya dikerjakan dengan komputer, cel animation kemudian juga

disebut 2D animation.

iii. Animasi Komputer (Computer Graphics Animation)

Animasi yang dihasilkan melalui proses pembuatan yang

menggunakan aplikasi komputer. Ada dua jenis aplikasi yang

berbasis pada animasi, satu dengan visualisasi 3D seperti Maya,

3DMax, Lightwave atau berbasis visual 2 dimensi seperti Toon Boom

dan sebagainya. Beberapa rumah produksi animasi raksasa seperti

Pixar bahkan menggunakan software buatan sendiri yang khusus

digunakan didalam rumah produksinya. (Albardon:2010)

C. Tinjauan tentang Nonverbal

Manusia dalam berkomunikasi selain memakai kode verbal (bahasa) juga

memakai kode nonverbal (Cangara : 2010). Nonverbal adalah penegasan

pesan verbal berupa gerakan, body language, maupun isyarat yang telah disepakati oleh komunikan dan komunikator dalam berkomunikasi. Nonverbal

tidak menggunakan dialog atau kata – kata karena ditinjau dari dua kata yaitu

non yang berarti tidak dan verbal adalah secara langsung. (DeVito:2010)

Namun tidak keseluruhan tanda – tanda nonverbal memiliki makna yang

universal. Hal ini dikarenakan tanda – tanda nonverbal memiliki arti yang

berbeda bagi setiap budaya yang lain. Dalam hal pengaplikasian semiotika

(18)

bidang nonverbal yang berkaitan dengan benda konkret, nyata dan dapat

dibuktikan melalui indera manusia. (Junaedi : 2008)

Selain itu nonverbal memiliki informasi sebagai menggantikan atau juga dapat

menguatkan pesan.

a) Fungsi pesan non verbal (Mark :1972) :

1. Repetisi : mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan

secara verbal.

2. Subtitusi : menunjukkan perasaan dan emosi yang tak dapat

diungkapkan dengan kata – kata

3. Kontradiksi : menolak pesan nonverbal atau memberikan makna yang

lain terhadap pesan verbal.

4. Komplemen : melengkapi dan memperkaya pesan nonverbal

5. Aksentuasi : menegaskan pesan verbal

b) Klasifikasi Pesan Nonverbal

Duncan menyebutkan bahwa ada enam jenis pesan nonverbal yaitu :

kinesik, paralinguistik, proksemik, olfaksi, sensivitas kulit dan faktor

artifaktual. Pesan kinesik adalah pesan yang menggunakan gerakan tubuh

yang berarti tiga komponen utama: pesan faisal, pesan gestural dan pesan

postural. Pesan faisal menggunakan air muka untuk menyampaikan

beberapa makna seperti: kebahagiaan, ketakutan, kemarahan, rasa terkejut,

kesedihan, tekad, ketakjuban. Pesan gestural menunjukkan gerakan

sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasian

(19)

mendorong, menyesuaikan, memperhatikan, perasaan positif atau negatif.

(Rakhmat : 2008)

Pesan nonverbal memiliki kode nonverbal. Kode nonverbal adalah

sejumlah perilaku yang digunakan untuk menyampaikan makna. Jude

Burgoon menggambarkan sistem kode nonverbal sebagai memiliki

sejumlah perangkat struktural. Kode nonverbal cenderung bersifat analog

daripada digital. Beberapa kode nonverbal menyampaikan makna

universal. Selain itu kode nonverbal juga memungkinkan transmisi

sejumlah pesan secara serentak dari ekspresi wajah, tubuh, suara dan tanda

lainnya serta beberapa pesan berbeda lainnya dapat ditunjukkan sekaligus.

Biasanya tanda nonverbal ditunjukkan secara spontan. (Morissan:2009)

c) Kode nonverbal memiliki tiga dimensi yaitu :

i) semantik : dimensi yang mengacu pada makna dari suatu tanda.

ii) sintaktik : dimensi yang mengacu pada cara tanda disusun atau

diorganisir dengan tanda lainnya didalam sistem

iii) pragmatik : dimensi yang mengacu pada efek atau perilaku yang

ditunjukkan oleh tanda.

Komunikasi nonverbal adalah semua tanda yang bukan kata – kata dan

bahasa verbal. Tanda – tanda digolongkan dalam berbagai cara ( Junaedi :

2008 ) :

a. Tanda yang ditimbulkan oleh alam yang kemudian diketahui manusia

(20)

b. Tanda yang ditimbulkan oleh binatang

c. Tanda yang ditimbulkan oleh manusia, bersifat verbal dan nonverbal.

Interpretasi pesan nonverbal bahwa gerakan tubuh, ekspresi wajah, kualitas

vokal, dan isyarat nonverbal lainya tidak dapat dibuat – buat supaya tampakasli

oleh orang yang bukan ahlinya. Bahkan anak kecil juga dengan cepat

merasakan sikap dan ekspresi yang tidak spontan.

Gestur

Ekspresi wajah: wajah tanpa ekspresi adalah suatu teka – teki. Wajah manusia

dapat digambarkan dengan berbagai macam ekspresi wajah yang menafsirkan

berbagai makna tersendiri.

Gerakan tubuh: ditandai dengan sebuah tindakan yang menandakan sebuah pesan

tersendiri tanpa perlu diungkapkan dengan kata – kata.

Isyarat tangan: memiliki berbagai macam gerakan dengan tangan, yang dapat

mengartikan sesuatu yang telah diidentifikasikan oleh Desmond Morris (1979).

Proksemika

a. Jarak Intim (Intimate Distance)

Pada jarak intim delepan belas inci atau kurang, kehadiran orang lain tampak

begitu jelas dan hal ini kadang – kadang tampak berlebihan karena masukan

(21)

b. Jarak Pribadi

Hall membandingkan jarak pribadi dari satu setengah sampai empat kaki, dengan

sebuah bola perlindungan kecil gelembung yang dipertahankan oleh suatu

organisasi antara dirinya dan orang lain

c.Jarak Sosial

Jarak sosial berkisar dari empat hingga dua belas kaki, digambarkan sebagai jarak

psikologis. Suatu jarak yang mulai menggelisahkan hewan bila ia melampaui

batas jarak tersebut.

d. Jarak publik

Zona terbesar, jarak publik merupakan ruang sepanjang dua belas kaki atau lebih

dan hanya muncul dalam hubungan manusia. (Tubbs, Stewart L & Sylvia Moss :

1996 )

Sintagmatik

Menurut Thwaites (2002:77) sintagmatik adalah kesatuan tanda yang

dikombinasikan sesuai dengan aturan yang berlaku. Ferdinand de Saussure

seorang bapak linguistik menyebutkan bahwa sintagmatik adalah kombinasi unit

bahasa dalam level yang sejajar atau sama. Hubungan sintagmatik adalah

hubungan antara unsur – unsur yang terdapat dalam suatu susunan, yang tersusun

secara berurutan. Menurut Kridalaksana, hubungan sintagmatik ini bersifat linear.

(22)

D. Tinjauan tentang Kecerdasan

Ada beberapa pandangan mengenai klasifikasi kecerdasan. Ada kecerdasan

Intelektual, Emosional dan Spiritual

1. Kecerdasan Intelektual (IQ)

Kecerdasan Intelektual atau yang lebih sering disebut sebagai IQ adalah alat

pengukur kualitas seseorang pada masanya saat itu (Willian Stern: 1912) Padahal

menurut Steve Hallam berpendapat bahwa kecerdasan manusia itu 42% dan

sisanya merupakan hasil dari pembelajaran.

2. Kecerdasan Emosional (EQ)

Kecerdasan emosional digambarkan memiliki kemampuan untuk memahami

suatu kondisi perasaan seseorang, bisa terhadap diri sendiri maupun terhadap

orang lain.

3. Kecerdasan Spiritual (SQ)

Kecerdasan ini adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna untuk

menempatkan perilaku hidup kita dalam makna yang lebih luas. Kecerdasan ini

menjawab berbagai macam pertanyaan dasar dalam diri manusia.

Kecerdasan komunikasi adalah kemampuan, seperti kemampuan menalar,

merencanakan, berpikir abstrak, menggunakan bahasa yang dimana seseorang

dapat lebih cepat memahami apa yang sedang disampaikan dengan baik sehingga

(23)

Menurut Thorndike (1949) seorang ahli psikologi yang membagi kecerdasan

manusia menjadi tiga yaitu :

1. Kecerdasan abstrak : kemampuan memahami simbol matematis atau bahasa

2. Kecerdasan konkrit : kemampuan memahami objek nyata

3. Kecerdasan sosial : kemampuan untuk memahami dan mengelola hubungan

manusia yang dikatakan menjadi akar istilah kecerdasan emosional (Stephen J.C :

1994)

Pakar lain seperti Charles Handy juga menyebutkan bahwa ada kecerdasan logika

(menalar dan menghitung), kecerdasan praktek (kemampuan mempraktekkan ide),

kecerdasan verbal (bahasa komunikasi), kecerdasan musik, kecerdasan

interpersonal dan kecerdasan spasial (Inside Organization:1990)

Namun, menurut Howard Gardner yang ditulis dalam buku Multiple Intelligences

(kecerdasan ganda), kecerdasan dikelompokkan menjadi 8 jenis yaitu :

1. Kecerdasan matematika dan logika atau cerdas angka

Anak mampu berpikir secara induktif dan deduktif, kemampuan berpikirnya

menurut aturan logika dan menganalisis pola angka serta memecahkan masalah

melalui kemampuan berpikir.

2. Kecerdasan bahasa

Kemampuan anak menggunakan bahasa dan kata secara lisan maupun tulisan

dalam berbagai bentuk seperti tulisan maupun tanda yang ada. Bahasa

dituturkan dengan alat ucap, tetapi pusat kecerdasan bahasa terletak diotak

bagian kiri daerah frontal (depan) dan temporal (samping). Kecerdasan bahasa

(24)

(bagian otak kiri agak depan). Dengan demikian, cerdas berbahasa meliputi

memahami dan berekspresi melalui bahasa.

3. Kecerdasan musikal

Memuat kemampuan seseorang anak untuk peka terhadap suara -

suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, dalam hal ini adalah nada dan

irama. Anak – anak ini senang sekali mendengar nada – nada dan irama yang

indah, mulai dari senandung yang mereka lakukan sendiri dari radio, kaset,

menonton orkestra, atau memainkan alat musik sendiri. Mereka lebih mudah

mengingat sesuatu dengan musik.

4. Kecerdasan Visual Spasial atau Cerdas Gambar

Memuat kemampuan seorang anak untuk memahami secara lebih mendalam

mengenai hubungan antara objek dan ruang. Anak –

anak ini memiliki kemampuan imajinasi bentuk dalam pikirannya,

atau menciptakan bentuk – bentuk tiga dimensi. Setelah dewasa biasanya

mereka akan menjadi arsitek, pelukis, desainer dan profesi lain yang

berkaitan dengan seni visual.

5. Kecerdasan kinestetik atau cerdas gerak

Kemampuan seorang anak untuk secara aktif menggunakan bagian atau

seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.

Biasanya anak yang cerdas gerak memiliki keunggulan di bidang olahraga

atau unggul dalam menari dan kemampuan yang melibatkan ketrampilan

(25)

6. Kecerdasan Interpersonal

Kemampuan seorang anak untuk peka terhadap perasaan orang lain.

Mereka cenderung memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga

mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya. Kecerdasan

ini disebut juga dengan kecerdasan sosial dimana seorang anak mampu

menjalin persahabatan yang akrab dengan teman – temannya termasuk

berkemampuan memimpin, menangani perselisihan antar teman,

menganalisis.

7. Kecerdasan Intrapersonal

Kemampuan seorang anak untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri.

Mereka mampu mengenali kekuatan maupun kelemahan dirinya sendiri.

Beberapa diantaranya suka kesunyian dan merenung.

8. Kecerdasan Naturalis

Kemampuan seorang anak untuk peka terhadap lingkungan alam misalnya

senang berada dilingkungan alam terbuka seperti gunung, pantai dan hutan.

Mereka cenderung mengobservasi alam seperti aneka flora dan fauna.

Kecerdasan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kecerdasan

bahasa. Karena kecerdasan yang masuk dalam permasalahan disini yaitu

kecerdasan bahasa nonverbal. Dimana bahasa adalah sebuah metode

nonverbal yang digunakan untuk mengkomunikasikan ide – ide dalam

sistem, tanda dan simbol. Selain itu peneliti juga membatasi penelitian

dalam pemahaman anak tentang pesan nonverbal (O’Hair, Dan.Gustav :

(26)

Louis Hjlemslev (1966) seorang semiotik framer menyebutkan bahwa linguistik

adalah sebuah contoh metasemiotika (telaah tentang bahasa yang juga adalah

bahasa itu sendiri).

Kecerdasan Bahasa (Linguistik)

Menurut Adi W.G. dalam bukunya yang berjudul Born to be a Genius, orang dengan kecerdasan linguistik yang berkembang dengan baik mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut :

1. Mampu mendengar dan memberikan respon pada kata – kata yang diucapkan

dalam suatu komunikasi verbal.

2. Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa, serta mampu membaca dan

menulis karya orang lain.

3. Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui diskusi

atau debat.

4. Mampu mendengar dengan efektif, serta mengerti dan mengingat apa yang

telah didengar.

5. Mampu membaca dan mengerti apa yang dibaca.

6. Mampu berbicara dan menulis dengan efektif.

7. Mampu mempelajari bahasa asing.

8. Mampu meningkatkan kemampuan bahasa yang digunakan untuk komunikasi

(27)

9. Tertarik pada karya jurnalisme, berdebat, berbicara, menulis atau

menyampaikan suatu cerita atau melakukan perbaikan pada karya tulis.

10. Memiliki kemampuan menceritakan dan menikmati humor.

Kecerdasan linguistik tidak hanya meliputi membaca atau menulis. Kecerdasan

ini juga mencakup tentang berkomunikasi. Dalam buku Silent Message karya Albert Mehrabian dikatakan bahwa kita berkomunikasi dengan menggunakan tiga

komponen. Tiga komponen itu adalah kata yang digunakan, suara atau intonasi

nada yang digunakan saat menggunakan kata – kata tersebut dan bagaimana cara

kita mengekspresikan wajah dan gerakan tubuh saat menegaskan apa yang

disampaikan. Dari ketiga komponen itu ternyata pemilihan kata menempati

urutan paling kecil dalam hal efektifitas yaitu 7%. Nada suara atau intonasi

menempati urutan kedua yaitu 38%, dan yang paling berpengaruh adalah gerak

tubuh adalah ekspresi wajah dan bahasa tubuh yaitu sebesar 55%.

Komunikasi yang baik tidak hanya berbicara. Kita juga perlu berlatih keahlian

mendengar. Sering kali keahlian ini diabaikan dalam komunikasi. Orang

cenderung lebih suka berbicara daripada mendengar. Kesulitan komunikasi

biasanya disini. Dimana orang hanya memiliki satu mulut dan dua telinga

seharusnya kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Banyak mendengar

(28)

E. Tinjauan tentang Komunikasi

Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk memakai tanda –

tanda alamiah yang universal atau symbol – simbol dari hasil konvensi manusia,

simbol – simbol itu dalam bentuk verbal dan atau nonverbal yang secara sadar

atau tidak sadar digunakan demi tujuan menerangkan makna tertentu terhadap

orang lain, juga dapat mempengaruhi orang lain untuk berubah. (Liliweri, Alo ;

2012)

a) Tujuan Komunikasi

Liliweri juga merumuskan tujuan komunikasi yaitu make them SMART, yang artinya komunikasi dapat memenuhi :

1. Specific,membuat sasaran merasa diperhatikan secara khusus yang artinya mereka mendengarkan informasi dari sumber khusus, pesan khusus, media

khusus, dengan efek khusus dalam konteks khusus pula.

2. Measurable, bahwa tujuan komunikasi akan dapat dicapai jika sumber komunikasi merumuskan ukuran – ukuran bagi semua elemen dalam proses

komunikasi. Misalnya ada indikator untuk menentukan kelayakan sumber bagi

tercapainya tujuan komunikasi, indikator atau alat ukur bagi pesan, media,

sasaran, efek dan indikator bagi konteks.

3. Attainable, tujuan komunikasi adalah penetapan terhadap apa yang seharusnya dicapai dalam suatu aktivitas komunikasi, tingkat ketercapaian tujuan komunikasi

(29)

4. Result-oriented, berorientasi pada hasil bahwa tujuan komunikasi harus berorientasi pada hasil yang telah direncanakan.

5. Time-limited, komunikasi yang baik adalah komunikasi yang memiliki batasan waktu sebagai faktor untuk menentukan tercapainya tujuan komunikasi (Liliweri :

2012 )

b) Komunikasi juga memiliki beberapa komponen yakni:

- Komunikator

- Komunikan

- Pesan

- Media

- Efek

c) Selain memiliki komponen, komunikasi juga memiliki beberapa fungsi

(DeVito:2011 ) seperti :

- Menginformasikan (To inform) - Mendidik (To educate)

- Menghibur (To entertain) - Mempengaruhi (To influence)

Berkomunikasi dengan nonverbal merupakan penyampaian pesan dengan

menggunakan gerak tubuh (body language), menggunakan mimik wajah dalam mengekspresikan suatu hal dalam memberikan feedback ataupun berkomunikasi

tanpa menggunakan kata – kata atau dialog. Penyampaian komunikasi nonverbal

diharapkan tetap dapat mendapatkan respon atau feedback dari komunikan.

(30)

F. Tinjauan tentang Anak

Menurut Suhartin (1986:78) ia mendefinisikan anak sebagai mereka yang ditandai

dengan pertumbuhan fisik yang terbagi dalam tahapan-tahapan sebagai berikut :

d) Umur 0 – 1 tahun yaitu masa bayi

e) Umur 1 – 3 tahun yaitu masa balita

f) Umur 3 – 6 tahun yaitu masa pra sekolah

g) Umur 6 – 12 tahun yaitu masa sekolah

Dari kategori diatas, kategori anak-anak yang penulis teliti adalah yang masuk

dalam kategori umur 6 – 12 tahun yaitu masa sekolah.

Pada anak berusia 6 – 12 tahun yang dimana merupakan masa anak-anak sekolah,

anak – anak memiliki 3 ciri pokok yaitu :

1. Dorongan untuk keluar dari rumahnya dan masuk dalam kelompok anak – anak

yang sebaya.

2. Dorongan untuk bersifat kejasmanian untuk memasuki dunia permainan dan

dunia kerja yang menuntut ketrampilan

3. Dorongan untuk memasuki dunia orang dewasa, yaitu dunia konsep logika,

logika simbol dan komunikasi.

Pergaulan anak sekolah terutama di sekolah dasar sudah memiliki sifat – sifat dan

karakter tersebut diatas, mereka lebih cenderung bermain bersama teman –

temannya dan mulai menirukan gerakan – gerakan atau simbol – simbol

(31)

G. Teori S-O-R

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori S-O-R. Teori S-O-R

adalah Stimulus – Organism – Response. Teori ini berawal dari psikologi yang

memiliki kesamaan komponen dengan komunikasi yakni komponen kognitif,

afektif, konasi dan sikap serta efek. Stimulus yang disampaikan kepada

komunikan memiliki kemungkinan diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi

akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Ketika komunikan mengerti

maka akan terjadi proses selanjutnya yaitu memahami stimulus yang ada. Setelah

komunikan mengerti stimulus tersebut, maka akan ada kemungkinan untuk

mengubah sikap (Effendi.2003). Efek yang ditimbulkan dari sebuah stimulus

diharapkan adanya kesesuaian antara stimulus dengan reaksi komunikan.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa dalam teori stimulus respon ini memiliki 3

unsur yaitu : pesan (stimulus, S) , Komunikan (objek, O) , dan efek (respon, R).

Selain itu ada tiga variabel penting yang dikutip dari pendapat Hovlav, Janis dan

Kelley tentang sikap yaitu : perhatian, pengertian dan penerimaan.

Berikut adalah kerangka teori S-O-R :

Gambar 2. 1 Teori S-O-R

Dalam gambar diatas ditunjukkan bahwa komunikan yang menaruh

perhatian, pengertian dan menerima stimulus dengan baik akan memiliki

perubahan sikap. Apabila komunikan mendapatkan stimulus yang tepat, STIMULUS

(S)

Komunikan (O) : Anak

(32)

diharapkan nantinya akan mengalami perubahan sikap yang sesuai dengan

harapan maupun juga dapat mendapatkan yang sebaliknya.

H. Kerangka Pikir

Tayangan animasi nonverbal merupakan tayangan yang digemari oleh anak –

anak karena memiliki karakteristik unik dan lucu yang menarik perhatian anak.

Seperti tayangan animasi yangsering muncul distasiun pertelevisian swasta.

Seperti Shaun The Sheep, The Owl, Bernard Bear, Chaplin, Larva. Tayangan animasi ini tidak kalah popularitasnya dengan tayangan animasi lainnya seperti

upin – ipin, doraemon, ultraman, yang membuat anak berimajinasi dengan

tayangan seperti itu. Tentunya sebagai orangtua juga harus dapat mengawasi

secara baik tentang kegiatan anak. Karena anak kecil cukup cepat meresapi

apa yang telah dilihat. Dengan adanya tayangan animasi nonverbal ini,

diharapkan nantinya akan mempengaruhi kecerdasan pola pikir anak, dimana

pada saat anak mendapatkan stimulus berupa nonverbal maka anak akan bisa

memahami pesan yang dikirimkan dengan feedback yang diberikan berupa

respon anak.

Dengan teori S-O-R ini nantinya akan dapat kita lihat bagaimana respon

yang diberikan oleh anak terhadap stimulus yang telah diberikan, dimana

stimulus yang diberikan adalah berupa tayangan animasi nonverbal. Objeknya

adalah anak – anak dan respon yang diharapkan adalah pemahaman anak

terhadap tayangan animasi nonverbal tersebut. Berikut bagan kerangka

(33)

Bagan Kerangka Pikir

f : uji hipotesis

S O R

Stimulus (Variabel Y) Objek Respon (variabel X)

tayangan nonverbal Anak - perhatian

- pemahaman

- pengertian

I. Hipotesa

Ht : adanya pengaruh tayangan animasi nonverbal terhadap kecerdasan

bahasa anak

Ho : tidak ada pengaruh tayangan animasi nonverbal terhadap kecerdasan

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong ke dalam tipe penelitian eksplanatori dengan

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah ilmu dan seni yang

berkaitan dengan tata cara (metode) pengumpulan data, analisis data, dan

interpretasi hasil analisis untuk mendapatkan informasi guna penarikan

kesimpulan dan pengambilan keputusan. (Solimun : 2001)

Pendekatan kuantitatif ini bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis yang

ada. Nazir (1988: 63) mengemukakan bahwa tipe penelitian eksplanatori

adalah suatu penelitian yang bersifat penjelasan dan bertujuan untuk menguji

suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau

hipotesis hasil penelitian yang sudah ada. Menurut Umar (1999:36) penelitian

eksplanatori adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan –

hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu

variabel mempengaruhi variabel lainnya.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tipe penelitian

eksplanatori adalah suatu penelitian yang berusaha untuk mengklarifikasikan

mengapa dan bagaimana adanya hubungan diantara dua aspek dan dua

(35)

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.

Menurut Singarimbun (2008 : 3), metode penelitian survey adalah penelitian

yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner

sebagai alat untuk pengumpulan data yang pokok. Metode penelitian survey

ini bertujuan untuk menjelaskan dengan melihat pengaruh antara variabel –

variabel melalui pengujian hipotesa penelitian yang telah dirumuskan. Dalam

penelitian ini penulis akan menjelaskan pengaruh tayangan animasi nonverbal

terhadap kecerdasan bahasa anak.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini menggunakan variabel x dan y, dimana

x adalah variabel bebas yaitu variabel yang diduga sebagai penyebab dari

variabel lainnya, sedangkan variabel terikat yaitu akibat dari variabel yang

mendahuluinya variabel y. (Kriyanto, 2010:21).

Hubungan variabel bebas dan variabel terikat dapat berupa hubungan antara

dua variabel saja (hubungan bivariat) atau antara lebih dari dua variabel,

biasanya antara satu variabel terpengaruh dan beberapa variabel pengaruh

(hubungan multivariat). (Singarimbun dan Effendi, 2008 : 55)

Variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh

Gambar Hubungan Bivariat

(36)

Variabel bebas dalam penelitian ini menggunakan hubungan asimetris bivariat.

Variabel dalam penelitian ini yaitu komunikasi nonverbal yang ditandai

dengan variabel x dan variabel y yaitu kecerdasan bahasa anak.

D. Definisi Konseptual

Untuk memudahkan dalam memahami konsep – konsep yang digunakan dalam

penelitian ini, maka definisi konseptual pada penelitian ini adalah:

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ke-3, pengaruh

adalah data yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.

2. Definisi animasi sendiri berasal dari kata 'to animate' yang berarti menggerakkan, menghidupkan. Misalkan sebuah benda yang mati, lalu

digerakkan melalui perubahan sedikit demi sedikit dan teratur sehingga

memberikan kesan yang hidup. Animasi adalah proses penciptaan efek

gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi selama beberapa waktu.

Animasi juga merupakan suatu teknik menampilkan gambar berurut

sedemikian rupa sehingga penonton merasakan adanya ilustrasi gerakan

(motion) pada gambar yang ditampilkan. (Albardon : 2010)

3. Nonverbal adalah penegasan pesan verbal berupa gerakan, body language, maupun isyarat yang telah disepakati oleh komunikan dan komunikator

dalam berkomunikasi. Nonverbal tidak menggunakan dialog atau kata –

kata karena ditinjau dari dua kata yaitu non yang berarti tidak, dan verbal

(37)

4. Kecerdasan dibagi menjadi 8 menurut Howard Gardner didalam buku

Multiple Intellegence, yaitu kecerdasan matematika, kecerdasan bahasa, kecerdasan gerak, kecerdasan naturalis, kecerdasan interpersonal,

kecerdasan musikal, kecerdasan visual dan kecerdasan intrapersonal.

E. Definisi Operasional

Menurut Masri Singarimbun, definisi operasional adalah unsur penelitian

yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.

Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk

pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (1989:46)

Definisi operasional dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :

1) Tayangan nonverbal akan diukur dengan indikator :

a. perhatian anak terhadap tayangan nonverbal berupa animasi Shaun

the Sheep.

b. pengertian anak dalam tayangan animasi Shaun The Sheep

terhadap jalan cerita dan isi cerita.

c. pemahaman anak terhadap pesan nonverbal yang berupa gestur,

isyarat tangan, mimik wajah dan gerak tubuh dalam tayangan

animasi Shaun The Sheep. (Tubbs, Steward dan Moss : 1996)

2) Kecerdasan bahasa pada anak.

Kecerdasan bahasa anak dapat diukur dengan melalui indikator

respon teori S-O-R yaitu dengan indikator kemampuan anak terhadap

(38)

gerakan nonverbal yang telah dilihat dan dapat mengerti maksud dan

arti dari gerakan nonverbal tersebut.

Indikator yang dipakai yaitu :

1. Mampu mendengar dan memberikan respon pada kata – kata yang

diucapkan dalam suatu komunikasi verbal.

2. Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa, serta mampu membaca dan

menulis karya orang lain.

3. Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui

diskusi atau debat.

4. Mampu mendengar dengan efektif, serta mengerti dan mengingat apa yang

telah didengar.

5. Memiliki kemampuan menceritakan dan menikmati humor.

F. Populasi dan Sampel

Nazir (1988: 325) mengemukakan bahwa populasi adalah subjek penelitian

yang merupakan kumpulan dari sejumlah individu dengan kualitas serta ciri –

ciri tertentu yang telah ditetapkan. Sudjana (1989:6) mengatakan bahwa

populasi adalah semua nilai yang mungkin hasil dari menghitung atau

mengukur yang kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu

dari semua anggota kumpulan populasi yang lengkap, jelas yang dipelajari

sifat – sifatnya. Populasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah SD

(39)

apabila dijumlahkan dengan 4 kelas maka ada 108 siswa kelas 5 SD Fransiskus

Rawa Laut.

Pengambilan contoh (sampling) adalah suatu proses pemilihan suatu bagian (contoh) yang representatif dari suatu populasi. Sampel adalah sebagian dari

keseluruhan objek atau fenomena yang akan diamati. (Kriyantono, 2010 : 153)

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 79 siswa.

G. Teknik Penarikan Sampel

Sistem penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik sampel acak sederhana (simple random sampling). Sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa

sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Dalam penelitian ini,

peneliti akan melakukan penelitian terhadap siswa – siswi sekolah dasar kelas

5 Fransiskus di Bandar Lampung sejumlah. Untuk menentukan jumlah

sampel penulis menggunakan rumus perhitungan Taro Yamane.

N n =

N d² + 1

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi yang diketahui

(40)

Jumlah populasi yang diketahui berjumlah 108 siswa. Maka :

108 n =

108 (0,1)² + 1

n = 51,9237 dibulatkan menjadi 52

sehingga kira-kira diperlukan 2 kelas untuk sampel penelitian ini.

H. Sumber Data

Sumber data pada pelaksanaan penelitian ini dibedakan hanya menggunakan

data primer. Data primer adalah sumber data utama dalam penelitian. Data

yang diperoleh dari informan melalui penyebaran kuesioner dengan berisikan

pertanyaan yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti. Data ini akan

dicari melalui responden. Dalam hal ini responden penelitian adalah anak –

anak yang sedang menduduki kelas 5 Sekolah Dasar di Fransiskus 2

Bandar Lampung, karena masa kritis perkembangan bahasa terjadi antara

11-12 tahun yang bergantung pada kematangan dan periode kritis (Christina:2011-12)

Pada fase saat inilah anak-anak akan mengalami perkembangan yang lebih

signifikan yang dapat dipengaruhi juga oleh masa pubertas, sehingga dapat

dilihat bahwa anak-anak memiliki perkembangan secara fisik maupun

(41)

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada kegiatan ini adalah dengan

menggunakan kuesioner. Kuisioner yaitu teknik yang digunakan untuk

memperoleh data melalui penyebaran daftar pertanyaan secara tertulis tentang

materi yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan diteliti.

Kuisioner berisi daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden

(Kriyanto : 2010)

J. Skala Data dan Penentuan Skor

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal. Tingkat

ukuran yang memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya

dari tingkatan paling rendah ke paling tinggi. (Singarimbun, Masri : 2008)

Dalam penelitian ini skor ditentukan dengan 5 interval yaitu :

1. Jawaban sangat setuju diberi skor 5 (lima)

2. Jawaban setuju diberi skor 4 (empat)

3. Jawaban ragu-ragu diberi skor 3 (tiga)

4. Jawaban tidak setuju diberi skor 2 (dua)

5. Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1 (satu)

Dilihat dari hasil akhir persentasenya :

0%-20% = sangat lemah

21%-40% = lemah

41%-60% = cukup

61%-80% = kuat

81%-100% = sangat kuat

(42)

K. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

a) Uji Validitas

Validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang

digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur

yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. Untuk

mengukur validitas angket dalam penelitian ini digunakan rumus

Korelasi Product Moment:

√ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

r

xy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

n : Jumlah Sampel

X : Skor variabel X

Y : Skor variabel Y (Arikunto, 2003: 73)

Kriteria pengujian, apabila r hitung > r tabel maka pengukuran instrument

itu valid. Tetapi apabila r hitung < r tabel maka pengukuran angket

(43)

b) Uji Reliabilitas

Untuk mencari reliabilitas keseluruhan item adalah dengan mengoreksi

angka korelasi yang diperoleh menggunakan rumus Koefisien Alfa

CronBach yaitu:

Setelah hasil nilai Koefisien Alfa CronBach didapatkan maka nilai tersebut dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r.

Jika nilai α < dari angka kritik tabel korelasi nilai r maka

pertanyaan tersebut tidak reliabel. Sebaliknya, apabila nilai hitung

korelasi product moment lebih besar dari angka kritik tabel korelasi nilai r maka pertanyaan tersebut reliabel.

(44)

L. Teknik Pengolahan Data

Teknik yang digunakan dalam pengolahan data pada penelitian ini adalah:

1. Editing, yaitu cara yang digunakan untuk meneliti kembali data yang diperoleh di lapangan.

2. Tabulating, yaitu menyusun data ke dalam bentuk tabel yang telah diproses dan disusun ke dalam suatu pola tertentu agar sesuai

dengan tujuan penelitian yang telah dibuat.

3. Koding, yaitu mengkode data dengan cara memberi kode – kode tertentu pada jawaban peserta pada kuesioner untuk dilakukan

(45)

M . Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui apakah tayangan animasi nonverbal memiliki

pengaruh terhadap kecerdasan anak, maka teknik analisis data pada

penelitian ini menggunakan rumus regresi linear sederhana. Regresi

linear sederhana adalah regresi yang dimana variabel yang terlibat

didalamnya hanya ada 2. Bentuk persamaannya :

Y = a + bx

dimana :

Y : nilai variabel bebas yang diramalkan

a : konstanta

b : koefisien regresi dari x

x : nilai variabel terikat yang diramalkan

Untuk mencari nilai a dan b digunakan rumus sebagai berikut:

a = ∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑

b = ∑ ∑ ∑

∑ ∑

Keterangan:

y = jumlah skor dari variabel terikat

x = jumlah skor dari variabel bebas

(46)

N. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

statistik uji t sebagai berikut :

t hitung=

2

1 2

r n r

 

Keterangan :

t : hasil uji tingkat signifikansi

r : koefisien korelasi

n : jumlah data

Setelah dalam pengujian hipotesis yaitu membandingkan nilai t hitung

dengan t tabel pada signifikan 5% dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika thitung > ttabel pada taraf signifikan 5% maka koefisien regresi

signifikan maka hipotesis diterima.

2. Jika thitung < ttabel pada taraf 5% maka koefisien regresi signifikan

(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh tayangan nonverbal terhadap kecerdasan bahasa

anak, dapat dilihat dibawah ini hasil yang telah didapatkan setelah melakukan

penelitian di SD Fransiskus 2 Bandar Lampung.

1. Uji Validitas

Untuk mengetahui valid atau tidaknya sebuah instrumen penelitian maka

digunakan uji validitas. Peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen

penelitian. Uji validitas ini dilakukan dengan cara mengajukan serangkaian

pertanyaan dalam kuesioner kepada 79 responden yang dimana memiliki

karakteristik yang sama dengan sampel penelitian yaitu anak-anak yang

(48)

Tabel 5.1: Nilai Indeks Validitas Variabel X

Pertanyaan r-hitung X r-tabel pada N=78 Keterangan

1 0,458 Valid

2 0,663 Valid

3 0,380 Valid

4 0,448 Valid

5 0,339 Valid

6 0,368 Valid

7 0,273 0,268 Valid

8 0,277 Valid

9 0,351 Valid

10 0,253 Valid

Sumber : Data Primer, 2012 (lihat lampiran)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 10 dari pertanyaan untuk variabel X

yang diuji validitasnya, semua pertanyaan tersebut dinyatakan valid, artinya

terdapat 10 pertanyaan variabel X yang dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian. Pertanyaan tersebut dinyatakan valid karena memiliki nilai koefisiensi

korelasi diatas nilai r tabel yaitu 0,268 dengan taraf signifikansi 5% (lihat

(49)

Tabel 5.2 : Uji validitas variabel Y

Pertanyaan r-hitung X r-tabel pada N=78 Keterangan

1 0,573 Valid

2 0,431 Valid

3 0,356 Valid

4 0,440 Valid

5 0,472 Valid

6 0,550 Valid

7 0,583 0,268 Valid

8 0,449 Valid

9 0,587 Valid

10 0,478 Valid

Sumber : Data Primer, 2012 (lihat lampiran)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 10 pertanyaan untuk variabel Y

yang diuji validitasnya, semua pertanyaan tersebut dinyatakan valid, artinya

terdapat 11 pertanyaan variabel Y yang dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian. Pertanyaan – pertanyaan tersebut dinyatakan valid karena memiliki

nilai koefisiensi korelasi diatas nilai r tabel yaitu 0.268 dengan taraf signifikansi

5% (lihat lampiran)

2. Uji Reliabilitas Kuesioner

Dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 19, hasil uji reliabilitas

instrumen dapat menggunakan Rumus Alpha Cronbach. Reliabilitas penelitian

dibedakan menjadi dua yaitu uji reliabilitas pertanyaan – pertanyaan variabel X

dan uji pertasnyaan – pertanyaan variabel Y. Hasilnya dapat dilihat pada tabel

(50)

Tabel 5.3 : Alpha Variabel X

Cronbach’s Alpha N of Items

.442 10

Sumber : Data Primer, 2012 (lihat lampiran)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai reliabilitas untuk variabel X

yang diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan Rumus Alpha

Cronbach adalah 0.442 (> r tabel). Jadi dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang

digunakan adalah reliabel.

Tabel 5.4 : Alpha Variabel Y

Cronbach’s Alpha N of Items

.637 10

Sumber : Data Primer, 2012 (lihat lampiran)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai reliabilitas untuk variabel Y

yang diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach

(51)

3. Karakteristik Responden

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan responden berupa anak – anak

kelas 5A, 5B dan 5D di SD Fransiskus 2 Bandar Lampung yang akan dituang ke

dalam tabel seperti dibawah ini :

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber : Data Primer, 2012

Berdasarkan data diatas bisa kita lihat bahwa jumlah laki-laki lebih banyak

daripada perempuan yaitu dengan jumlah 38 siswa sebesar 51.35% berjenis

kelamin laki - laki dan 36 berjenis kelamin perempuan atau sebesar 48.65%

Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pembagian Kelas

Kelas Frekuensi Persentase (%)

5A 26 32,92

5B 28 35,44

5D 25 31,64

Jumlah 79 100

Sumber : Data Primer, 2012

Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat bahwa jumlah kelas paling banyak

adalah kelas 5B sebesar 36.5%.

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 41 51,89

Perempuan 38 48,11

(52)

4. Pengolahan Data

Pada variabel X yaitu pengaruh tayangan nonverbal memiliki indikator yang

diukur seperti perhatian anak terhadap tayangan nonverbal berupa animasi

Shaun the Sheep, pengertian anak dalam jalan cerita dan isi cerita serta

pemahaman anak terhadap pesan nonverbal yang berupa gestur, isyarat tangan,

mimik wajah dan gerak tubuh dalam tayangan animasi Shaun The Sheep.

a. Tayangan Nonverbal

1. Tanggapan anak – anak terhadap kesukaannya dengan kartun

Tanggapan anak – anak tentang kartun adalah ingin mengetahui seberapa besar

kesukaan anak – anak dengan film kartun. Berikut ini dapat dilihat distribusi

tingkat tanggapan anak – anak tentang kesukaannya terhadap kartun.

Tabel 5.7 : Tanggapan anak – anak terhadap kesukaannya dengan kartun

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Suka 66 83.55

Suka 3 3.8

Ragu-ragu 8 10.12

Tidak Suka 0 0

Sangat Tidak Suka 2 2.53

Jumlah 79 100

Sumber : Data Kuesioner, 2012

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hampir semua anak – anak

(53)

anak menjawab sangat suka sekali. Dan hanya sebesar 2.53% anak yang

menjawab tidak menyukai kartun.

2. Tanggapan anak – anak terhadap Shaun The Sheep

Tanggapan anak – anak terhadap tayangan animasi Shaun The Sheep apakah anak menyukai tayangan ini atau biasa saja dapat kita lihat melalui tabel

dibawah ini .

Tabel 5.8 : Tanggapan Anak – anak Tentang Kesukaannya Terhadap Shaun

The Sheep

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Suka 38 48.1

Suka 6 7.6

Ragu-ragu 28 35.4

Tidak Suka 0 0

Sangat Tidak Suka 7 8.9

Jumlah 79 100

Sumber : Data Kuesioner, 2012

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang

berjumlah 79 , 38 siswa menjawab bahwa sangat menyukai tayangan animasi

(54)

3. Kemampuan anak dalam menceritakan kembali isi tayangan tadi.

Kemampuan anak dalam menceritakan kembali isi tayangan tadi adalah ingin

mengetahui apakah anak – anak dapat bercerita kembali tentang video yang

telah ditampilkan tadi.

Tabel 5.9 : Kemampuan Anak Dalam Menceritakan Kembali Isi Tayangan Tadi

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Mampu 7 8.9

Mampu 3 3.8

Ragu-ragu 42 53.14

Tidak Mampu 5 6.32

Sangat Tidak Mampu 22 27.84

Jumlah 79 100

Sumber : Data Kuesioner, 2012

Berdasarkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa masih banyak anak – anak

yang ragu – ragu untuk menceritakan kembali isi tayangan tadi (52.14%).

Responden yang menjawab sangat mampu sekali berjumlah 7 siswa, yang

menjawab mampu 3 siswa, yang menjawab tidak mampu sebesar 6.32% dan

(55)

4. Kemampuan anak dalam memahami isi keseluruhan cerita video tadi.

Ingin mengetahui apakah anak – anak mampu memahami isi keseluruhan cerita

dari video tadi. Dibawah ini dapat dilihat tabel yang akan menunjukkan

seberapa besar kemampuan anak dalam memahami isi keseluruhan cerita video

tadi .

Tabel 5.10 : Kemampuan Anak Dalam Memahami Isi Keseluruhan Cerita Video

Sumber : Data Kuesioner, 2012

Dari tabel diatas, dapat dilihat jawaban responden mengenai pemahaman isi

keseluruhan cerita video itu sebanyak 20% siswa menjawab sangat paham

sekali dapat memahami isi keseluruhan cerita video tadi, 8 siswa menjawab

paham, 44 siswa menjawab ragu-ragu, 3 orang menjawab tidak paham dan 4

orang menjawab sangat tidak paham dalam memahami keseluruhan cerita

video tadi. Ada kemungkinan 4 diantara 79 siswa yang tidak dapat memahami

isi cerita tadi karena pada saat penayangan video anak – anak ini kurang

memperhatikan atau merasa terganggu oleh teman lainnya.

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Paham 20 25.31

Paham 8 10.12

Ragu-ragu 44 55.7

Tidak Paham 3 3.8

Sangat Tidak Paham 4 5.1

Gambar

Tabel 5.1: Nilai Indeks Validitas Variabel X
Tabel 5.2 : Uji validitas variabel Y
Tabel 5.4 : Alpha Variabel Y
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini, tanggal dua puluh dua bulan Juni Dua ribu dua belas, yang bertandatangan di bawah ini adalah Panitia/ Pokja ULP Kegiatan Peninjauan Kembali Dokumen RTBL

Pameran ini sangat positif sebagai sarana penyaluran hobi mahasiswa dalam fotografi //Dari photo yang dipamerkan/ masyarakat umum mengetahui lebih banyak bentuk fisik alam /

Dari enam alternatif yang diajukan pada penelitian, diperoleh bahwa alternatif 4 (pemasangan jendela kaca-ganda) adalah alternatif terbaik bagi bangunan hotel X

CAS Layanan Abstrak Kimia (layanan yang memelihara daftar paling komprehensif bahan kimia) CLP Regulasi (EC) No 1272/2008 tentang klasifikasi, pelabelan, dan pengemasan bahan

Fitri Handayani yang sedang menjalani pendidikan dokter spesialis patologi klinik di FK USU, ingin menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang penelitian yang akan saya lakukan tentang

Tempat Penelitian meliputi Pilot Plant yang ada di Pusat Antar Universitas (PAU) Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor untuk pembuatan tepung daging-tulang leher ayam

Kegiatan pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran Rolem, kemudian dilakukan analisis pada kemampuan representasi visual

Panel Scene dapat juga dipanggil dengan menggunakan shortcut dengan cara menekan tombol Shift +F2 pada keyboard.. Gambar 2.12