• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wisata Memancing Ikan Sebagai Daya Tarik Wisata Pulau Pandang Kabupaten Batubara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Wisata Memancing Ikan Sebagai Daya Tarik Wisata Pulau Pandang Kabupaten Batubara"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

WISATA MEMANCING IKAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI

PULAU PANDANG KABUPATEN BATUBARA

KERTAS KARYA

OLEH

ANTON GINTING

092204021

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

WISATA MEMANCING IKAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI

PULAU PANDANG KABUPATEN BATUBARA

OLEH

ANTON GINTING

092204021

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

Drs. Marzaini Manday, MSPD.

NIP. 19570322 198602 1 002 NIP.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

: WISATA MEMANCING IKAN SEBAGAI

DAYA TARIK WISATA DI PULAU PANDANG

KABUPATEN BATUBARA

Oleh

: Anton Ginting

NIM

: 092204021

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

NIP. 19511013 197603 1 001

Dr. Syahron Lubis, M.A.

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

Ketua,

(4)

ABSTRAK

Pariwisata adalah sesuatu yang bersifat abstrak,tidak Nampak (secara kasat mata) hanya dapat merasakanya, terlebih lagi pariwisata ini sebenarnya suatu konsep yang ingin diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pendukung dunia pariwisata yaitu wisata minat khusus yang ditawarkan oleh suatu daerah.Dimana wisata minat khusus ini memiliki kepuasan tersendiri untuk pecintanya.Kabupaten Batubara memiliki banyak objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan dalam dunia kepariwisataan. Salah satu objek wisata yang berpotensi di daerah Kabupaten Batubara adalah Pulau Pandang yang terletak di perairan Selat Malaka. Pulau Pandang merupakan sebuah pulau yang memiliki kekayaan laut yang begitu luar biasa.Di pulau ini terdapat aneka jenis ikan yang banyak dan terumbu karang yang masih dalam keadaan baik, karena belum banyak campur tangan manusia.Hal ini tentunya menjadi salah satu alasan wisatawan untuk memancing di tempat iniNamun sayangnya Pemerintah Kabupaten Batubara kurang memperhatikan daerah ini.Sehingga masyarakat belum sepenuhnya tertarik ke tempat ini dikarenakan kurangnya dukungan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh wisatawan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan

Karunianya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini tepat waktu. Sudah merupakan

kewajiban bagi setiap mahasiswa Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara untuk menyusun dan menyelesaikan sebuah kertas karya.Kertas karya ini untuk

melengkapi persyaratan mencapai gelar Diploma III Pariwisata Bidang Keahlian Usaha

WisataFaku ltas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya

iniadalah“Wisata Memancing Ikan Sebagai Daya Tarik Wisata Pulau Pandang Kabupaten

Batubara”.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini belum sempurna. Hal ini disebabkan oleh

keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan sumber bacaan yang diperoleh,untuk itu dengan

hati yang terbuka penulis bersedia menerima saran dan kritikan yangsifatnya membangun dari

pembaca guna penyempurnaan kertas karya ini. Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis

banyak mendapat bantuan, dorongan,semangat dan motivasi yang penulis terima dari berbagai

pihak. Pada kesempatan ini dengan rasa haru dan bangga penulis menyampaikan rasa

terimakasih kepada :

1. Dr. Syahron Lubis M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

2. ArwinaSufika, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu

BudayaUniversitas Sumatera Utara

3. Drs.Marzaini Manday,MSPD, selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk mengoreksi kertas karya ini.

(6)

5.Bapak Budi Santoso,S. Sos selaku Koordinator Praktek Jurusan Pariwisata Bidang

Keahlian Usaha Wisata yang telah dengan sabar membimbing dan mengarahkan

penulis.

6.Seluruh dosen dan Staff Administrasi Program Studi Pariwisata D III USU yang telah

membimbing dan mendidik penulis selama perkuliahan.

7.Tersayang dan tercinta Ayahanda Pengambaten Ginting dan Ibunda Pehuliken

Br.Kaban yang telah banyak memberikan dorongan moralmaupun materildan kasih

sayang yang tiada tara terhadap penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas

karya ini tepat waktu.

8.Sahabat terbaik Kamal,Nandez,Rudi,Alex yang telah mensuport dan mendukung untuk

menyelesaikan kertas karya ini

9.Kak Tri dan Kak Juli,yang telah banyak sekali membimbing dan mengarahkan penulis

untuk bisa menyelesaikan tugas kertas karya ini dengan baik

10.Sanches Elvan Sembiring,selaku teman seperjuangan dari awal hingga akhir

semuanya dilewati dengan suka dan duka semasa perkuliahan hingga akhir masa

perkuliahan.

11.Buat anak-anak UW 2009, Ayeb,Olive,Ocha,Fresly, dan semuanya terimakasih atas

kebersamaannya di USU. Penulis akan selalu ingat akan kenangan-kenangan kita.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.Semoga kertas karya

ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.Atas perhatianya penulis

(7)

Medan, April 2014 Penulis,

092204021 Anton Ginting

(8)

DAFTAR ISI

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN…………5

2.1 Pengertian Pariwisata Dan Wisatawan………...5

2.1.1 Pengertian Pariwisata ………..5

2.1.2 Pengertian Wisatawan ………6

2.2 Pengertian Industri Pariwisata………7

2.3 Pengertian Sarana Dan Prasarana Kepariwisataan ……….9

2.3.1 Sarana Kepariwisataan………..9

2.3.2 Prasarana Kepariwisataan………..11

2.4 Potensi Daya Tarik Wisata………12

2.5 Pengertian Objek Wisata Dan Atraksi Wisata………...13

2.6 Penetapan Lokasi Objek Wisata………...18

2.7 Landasan Hukum Objek Wisata………...19

2.8 Tujuan Dan Asas Pengembangan Objek Wisata………...20

2.8.1 Tujuan Pengembangan Objek Wisata………21

2.8.2 Asas Pengembangan Objek Wisata………21

(9)

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN BATUBARA………26

3.1 Letak Geografis Dan Keadaan Alam………..26

3.1.1 Sejarah Kabupaten Batubara ………..26

3.1.2 Letak Daerah………...29

3.1.3 Pembagian Wilayah Administratif………..31

3.1.4 Luas Daerah………31

3.1.5 Keadaan Alam………32

3.2 Perekonomian Dan Sosial Budaya Masyarakat………..33

3.2.1 Perekonomian………..33

3.2.2 Sosial Budaya Masyarakat………...33

3.3 Sarana Dan Prasarana Kabupaten Batubara………...34

BAB IV WISATA MEMANCING IKAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI PULAU PANDANG KABUPATEN BATUBARA………...36

4.1 Wisata Minat Khusus………..36

4.1.1 Defenisi Wisata Minat Khusus………36

4.1.2 Contoh Wisata Minat Khusus……….36

4.1.3 Prinsip-prinsip Wisata Minat Khusus……….37

4.2 Wisata Minat Khusus Di Kabupaten Batubara………..38

4.2.1 Wisata Memancing Ikan Sebagai Daya Tarik Wisata Di Pulau Pandang………..39

4.2.2 Keadaan Pulau Pandang Kabupaten Batubara……….40

BAB V PENUTUP……….42

Kesimpulan………42

Saran………..42

(10)

ABSTRAK

Pariwisata adalah sesuatu yang bersifat abstrak,tidak Nampak (secara kasat mata) hanya dapat merasakanya, terlebih lagi pariwisata ini sebenarnya suatu konsep yang ingin diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pendukung dunia pariwisata yaitu wisata minat khusus yang ditawarkan oleh suatu daerah.Dimana wisata minat khusus ini memiliki kepuasan tersendiri untuk pecintanya.Kabupaten Batubara memiliki banyak objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan dalam dunia kepariwisataan. Salah satu objek wisata yang berpotensi di daerah Kabupaten Batubara adalah Pulau Pandang yang terletak di perairan Selat Malaka. Pulau Pandang merupakan sebuah pulau yang memiliki kekayaan laut yang begitu luar biasa.Di pulau ini terdapat aneka jenis ikan yang banyak dan terumbu karang yang masih dalam keadaan baik, karena belum banyak campur tangan manusia.Hal ini tentunya menjadi salah satu alasan wisatawan untuk memancing di tempat iniNamun sayangnya Pemerintah Kabupaten Batubara kurang memperhatikan daerah ini.Sehingga masyarakat belum sepenuhnya tertarik ke tempat ini dikarenakan kurangnya dukungan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh wisatawan.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Indonesia sebagai suatu neara kepulauan terbesar di dunia memiliki kekayaan

laut.Kekayaan laut di Indonesia seperti terumbu karan dan keanekaraaman ikan yan jenisnya

diperkirakan sampai ribuan jenis.Kekayaan laut tersebut adalah salah satu daya tarik objek

wisata,denga demikian perlu beberapa upaya untuk menjaga dan melestarikan kekayaan tersebut.

Beberapa wilayah Kepulauan telah banyak dikembangkan menjadi industri pariwisata

yan dapat meningkatkan pendapatan daerah dan neara,namun tidak sedikit jua bebrapa wilayah

di Indonesia yan belum dioptimalkan sebagai objek wisata karena beberapa factor,seperti

kurangnya peran dan dukunan pemerintah,kurangnya sarana dan prasarana pendukung untuk

kemajuan suatu objek wisata dan lain-lain.

Pulau Pandang adalah salah satu objek wisatayang dianggap memiliki potensi,namun

baik pemerintah maupun masyarakat belum sepenuhnya mendukung untuk kemajuan Pulau

Pandang sebaai salah satu tujuan wisata,padahal dari beberapa media dan berita menjelaskan

bahwa Pulau Pandang disebut sebagai “Surga bagi para pemancing” dan memiliki panorama laut dan pulau yang sangat indah.

Memancin sekarang ini menjadi salah satu kegiatan wisata yang sampai saat ini banyak

digemari.Sebaian besar tujuan wisatawan yang datan ke Pulau Pandang adalah untuk memancing

ikan.Dalam wisata memancing dibutuhkan ahli-ahli memancing atau pemandu yan mempunyai

tugas dan tangung jawab untuk memberikan petunjuk dan arahan yan dibutuhkan oleh

(12)

Pulau Pandang berada di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia,tepatnya di

Kabupaten Batubara,Sumatera Utara.Keberadaan Pulau Pandang tersebut dianggap menjadi

peluang sekaligus dapat menjadi tantangan tersendiri dalam mengelolanya,sehingga sangat

dibutuhkan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat setempat.

Berkenaan dengan hal di atas penulis tertarik untuk menulis kertas karya dengan judul

“Wisata Memancing Ikan Sebagai Daya Tarik Wisata di Pulau Pandang Kecamatan

Batubara”

1.2 Batasan Masalah

Agar penulisan kertas karya ini tidak keluar jalur yang sebenarnya ,maka penulis

membatasinya dalam ruang lingkup permasalahan.Batasan masalah tersebut antara lain :

1. Apa yang menjadi alasan wisatawan memilih kegiatan wisatan memancing ikan di Pulau

Pandang?

2. Sarana dan Prasarana apa yang ditawarkan oleh pengelola objek wisata Pulau Pandang

sebagai wisatawan yang ingin memancing ikan?

Dengan memberikan batasan masalah tersebut,diharapkan pembaca dapat mengerti dan

memahami dari hal yang dijabarkan agar tercapai maksud dan tujuan penulisan.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu syarat akedemis untuk menyelesaikan pendidikan Diploma-III program

Studi Bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan perbandingan antara pengetahuan teori yang diperoleh selama perkuliahan dan

(13)

3. Untuk mengetahui alasan wisatawan memilih kegiatan wisata memancing ikan di Pulau

Pandang.

4. Untuk mengetahui sarana dan Prasarana apa saja yang ditawarkan pengelola objek wisata

Pulau Pandang bai wisatawan yang ingin memancing ikan.

5. Sebagai masukan dalam pemikiran pengembangan potensi objek wisatauntuk masa yang

akan datang.

1.4 Metode Penelitian

Kertas karya ini penulis melakukan dengan metode sebagai berikut :

1. Library Search, yaitu pengumpulan data dan informasi dari beberapa buku pedoman yang

berkaitan dengan kepariwisataan dan brosur –brosur yang sesuai dengan judul kertas karya

ini.

2. Field Research, yaitu pengumpulan data langsung ke lokasi penelitian yang terdiri dari :

Pengamatan (Observasi),yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek

penelitian dan wawancara langsung kepada pihak pihak (narasumber) yang dapat membantu

dalam melengkapi kertas karya ini.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan dalan penyusunan kertas karya ini dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini,penulis akan menguraikan tentang alasan pemilihan judul,pembatasan

masalah,tujuan penulisan,metode penulisan serta sistematika penulisan

(14)

Bab ini ,penulis menguraikan tentang beberapa pengertian Pariwisata, Daerah

Tujuan Wisata,dan Pengertian Produk Wisata,Jenis-jenis Pariwisata

BAB III : Gambaran Umum Kabupaten Batubara

Bab ini,,menguraikan tentang letak Geografis Kabupaten Batubara,pembagian

wilyh administrative,sarana dan prasarana,keadaan alam dan iklim Kabupaten

Batubara,objek wisata di Kabupaten Batubara,dan Kepariwisataan Batubara

BAB IV : WISATA MEMANCING IKAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI

PULAU PANDANG KABUPATEN BATUBARA

Bab ini menguraikan ,wisata minat khusus,prinsip prinsip wisata minat contoh

wisata minat khusus,wisata minat khusus di Kabupaten Batubara ,dan hasil

penelitian alasan pengunjung /wisatawan melakukan kegiatan memancing di

Pulau Pandang.

BAB V : Penutup

(15)

BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata dan Wisatawan

2.1.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan

ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan (Kusuma, 2011:30)

Menurut UU No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan kepariwisataan

adalah sebagai berikut:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara

sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek atau daya tarik wisata.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan

obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa.

Beberapa ahli mengemukakan pengertian pariwisata, antara lain :

1. Hornby (dalam Kesrul, 2003:3), mengartikan wisata sebagai berikut : “ tour is a journey in

which short stays are made at a number of places, and the traveller finally returns to his or her

own places.” Wisata adalah sebuah perjalanan dimana perjalanannya singgah sementara di

beberapa tempat dan akhirnya kembali lagi ke tempat asal, yang merupakan tempat ia

(16)

2. Norval (dalam Kesrul, 2003:3) menjelaskan arti wisata, yaitu “ kegiatan yang berhubungan

dengan masuk, tinggal dan bergeraknya penduduk asing di dalam atau luar suatu negara atau

wilayah.

3. Prof. Hunziger dan Kraf dari Swiss dari tahun 1942 (dalam Kesrul, 2003:3) memberikan

batasan pariwisata yang bersifat teknis, yaitu “ kepariwisataan adalah keseluruhan hubungan

dengan gejala-gejala yang timbul dari perjalanan atau tinggalnya orang asing, dimana

perjalanan tidak bersifat menetap atau dimaksudkan untuk mencari nafkah.

2.1.2 Pengertian Wisatawan

Setiap orang yang datang dari suatu Negara yang alasannya bukan untuk menetap atau

bekerja di situ secara teratur, dan yang di Negara dimana ia tinggal untuk sementara itu

membalanjakan uang yang didapatkannya di lain tempat (Norval dalam Yoeti, 1995).

Menurut Forum Internasional dilakukan pada 1937 oleh Komisi Ekonomi Liga

Bangsa-Bangsa (Economic Commission of the League of Nations). Komisi merumuskan bahwa yang bisa dianggap wisatawan adalah:

1. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan keluarga, kesehatan,

dan lain-lain.

2. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan-pertemuan atau tugas-tugas

tertentu (ilmu pengetahuan, tugas pemerintah diplomasi, agama, olahraga, dan lain-lain).

3. Mereka yang mengadakan perjalanan dengan tujuan usaha.

4. Mereka yang datang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut walaupun berada di suatu

negara kurang dari 24 jam.

(17)

1. Mereka yang datang baik dengan maupun tanpa kontrak kerja, dengan tujuan mencari

pekerjaan atau mengadakan kegiatan usaha di suatu negara.

2. Mereka yang datang untuk mengusahakan tempat tinggal tetap di suatu negara.

3. Penduduk di suatu tapal batas negara dan mereka bekerja di negara yang berdekatan.

4. Wisatawan-wisatawan yang melewati suatu negara tanpa tinggal, walaupun perjalanan

tersebut berlangsung lebih dari 24 jam. (Dalam Muljadi 2009:10).

2.2 Pengertian Industri Pariwisata

Pengertian kata industri di sini bukanlah suatu tempat untuk mengubah bahan mentah

menjadi bahan jadi. Namun pengertian kata industri di sini lebih cenderung memberikan pengertian

industri pariwisata yang artinya kumpulan dari berbagai macam perusahaan yang secara

bersama-sama menghasilkan barang dan jasa ( Goods and Service ) yang dibutuhkan wisatawan pada

khususnya dan travel pada umumnya.

Menurut pandangan para ahli industri pariwisata adalah :

1. Menurut W. Hunzieker (Yoeti,1994:38), Industri Pariwisata adalah “ Tourism enterprises are all business entities wich, by combining various means of production, provide goods and services of

a specially tourist nature ”. Maksudnya industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang

terdiri dari bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang diperlukan para wisatawan.

2. Menurut GA. Schmoll dalam bukunya Tourism Promotion (Yoeti, 1985:143) , Industri pariwisata lebih cenderung berorientasi dengan menganalisa cara-cara melakukan pemasaran dan promosi

hasil produk industri pariwisata. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi

merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa-jasa

(18)

dihasilkan tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi atau tempat kedudukan, letak secara

geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola dan metode permasalahannya.

3. Menurut Damarji (Yoeti, 1996:154), Industri Pariwisata adalah rangkuman dari berbagai bidang

usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk dan service yang nantinya secara

langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanan.

Pengertian industri akan lebih jelas apabila kita mempelajari dari jasa atau produk yang

dihasilkan atau pelayanan yang diharapkan wisatawan ketika melakukan perjalanan. Dengan

demikian akan terlihat tahap-tahap wisatawan sebagai konsumen yang memerlukan pelayan tertentu.

Industri pariwisata di Indonesia setelah dikeluarkan instruksi Presiden RI No. 9 Tahun 1969.

Pada tanggal 6 Agustus 1969, dimana dalam Bab II Pasal 3 (Yoeti, 1983:138) disebutkan :

“usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri

pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan

masyarakat dan negara”.

Sesuai dengan instruksi Presiden tersebut (Yoeti, 1983:138) dikatakan bahwa tujuan

pengembangan pariwisata di Indonesia adalah :

a. Meningkatkan pendapatan devisa p[ada khususnya dan pendapatan negara p[ada umumnya,

perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan industri sampingan

lainnya.

b. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesaia.

c. Meningkatkan persaudaraan/ persahabatan nasional dan internasional

Dengan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa usaha-usaha yang berhubungan dengan

kepariwisataan merupakan usaha yang bersifat “Comercial”. Hal tesebut dapat dilihat dari betapa

(19)

berangkat dari rumahnya sehingga kembali ke rumahnya tersebut. Jasa yang diperoleh tidak hanya

oleh satu perusahaan yang berbeda fungsi dalam proses pemberian pelayanannya.

Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri pariwisata yaitu :

1. Travel agent

2. Perusahaan angkutan (transportasi)

3. Akomodasi perhotelan

4. Bar dan restouran

5. Souvenir dan Handicraff

6. Perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan aktivitas wisatawan, seperti ; tempat orang menjual

dan mencetak film, kamera, postcard, kantor pos, money changer, bank, dan lain-lain (Yoeti,

1983: 147).

2.3 Pengertian Sarana dan Prasarana Kepariwisataan

2.3.1 Sarana Kepariwisataan

Sarana Pariwisata (tourism superstructures) adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung dan hidup

serta kehidupan perusahaan tersebut sangat tergantung pada kedatangan wisatawan. Sarana

Pariwisata dapat di bagi ke dalam tiga bagian, yaitu : sarana pokok pariwisata, sarana pelengkap

pariwisata, dan sarana penunjang pariwisata (Adi, 2008: 13)

Sarana wisata dibagi dalam tiga unsur pokok (Adi, 2008: 13), antara lain :

A. Sarana Pokok Pariwisata (Main Tourism Superstructures)

Sarana pokok pariwisata adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung

kepada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata, yaitu :

(20)

2. Perusahaan-perusahaan angkutan wisata

3. Hotel dan jenis akomodasi lainnya

4. Bar dan Restoran, serta rumah makan lainnya

5. Objek wisata dan atraksi wisata

Pada dasarnya, perusahaan-perusahaan tersebut merupakan fasilitas minimal yang harus

ada pada suatu daerah tujuan wisata, jika salah satu tidak ada maka dapat dikatakan perjalanan

wisata yang dilakukan tidak berjalan seperti yang diharapkan. Sarana pokok parwisata ini oleh

Nyoman S. Pendit disebut dengan istilah “perusahaan utama yang langsung” yang terbagi ke

dalam Objek Sentra dan Subjek Sentra sebagai berikut :

1. Objek Sentra : termasuk perusahaan akomodasi, perusahaan pengangkutan/transportasi,

tempat peristirahatanyang khusus bagi pengunjung yang sakit beserta kliniknya, perusahaan

manufaktur (kerajinan tangan atau barang-barang kesenian), toko-toko souvenir, badan usaha

yang menyajikan hiburan-hiburan (EO) atau menyediakan pemandu (guide) serta penerjemah, lembaga khusus untuk mempromosikan pariwisata.

2. Subjek Sentra : perusahaan penerbitan pariwisata yang memajukan promosi pariwisata secara

umum ataupun khusus, kantor yang membiayai pariwisata (Travel Bank, Travel Credit, Social Tourism, and Youth Travel), asuransi pariwisata (seperti kecelakaan, sakit dan biaya rumah sakit saat melakukan perjalanan).

B. Sarana Pelengkap Pariwisata (Suplementing Tourism Superstructures)

Sarana pelengkap pariwisata adalah perusahaan atau tempat-tempat yang menyediakan

fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok pariwisata, tetapi

yang terpenting adalah untuk membuat wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu daerah

(21)

pariwisata sekunder”, karena tidak seluruhnya tergantung kepada kedatangan wisatawan tetapi

juga diperuntukan bagi masyarakat setempat yang membutuhkannya. Nyoman S. Pendit

memberi contoh perusahaan pariwisata sekunder sebagai berikut :

1. Perusahaan yang membuat kapal khusus untuk wisatawan, seperti : cuiser, gerbong khusus bagi wisatawan, mobil atau bus khusus bagi wisatawan.

2. Toko pakaian (boutiques), toko perhiasan (jewellery), toko kelontongan dan toko foto (cuci-cetak).

3. Binatu, salon (barbershop), salon kecantikan, dan lain-lain.

C. Sarana Penunjang Pariwisata (Supporting Tourism Superstructures)

Sarana penunjang pariwisata adalah perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan

sarana pokok. Selain berfungsi untuk membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah

tujuan wisata, sarana penunjang pariwisata memiliki fungsi yang jauh lebih penting yaitu

membuat wisatawan lebih banyak mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di tempat yang

dikunjunginya. Misalnya night club, casinos, steambaths, dan lain-lain. Adanya sarana pelengkap dan penunjang pariwisata seperti yang telah diuraikan di atas akan mendukung

sarana-sarana pokok. Hal ini berarti bahwa ketiga sarana-sarana pariwisata tersebut, satu sama lainnya harus

saling mengisi dan melengkapi.

2.3.2 Prasarana Kepariwisataan

Prasarana (infrastrukture) kepariwisataan sesungguhnya merupakann “ tourist supply”

yang perlu disiapkan atau disediakan bila akan mengembangkan industri pariwisata, karena

kegiatan pariwisata pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu kegiatan dari sektor

(22)

menumngkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancer sedemikian rupa sehingga

dapat memudahkan manusia memenuhi kebutuhannya”. Jadi fungsi dari prasarana adalah untuk

melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana

mestinya(Yoeti, 1983:170).

Adapun beberapa prasarana yang dapat menunjang pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan,

meliputi :

1. Pelayanan makan dan minum, yang dapat menyajikan makanan dan minuman yang khas

setempat.

2. Pelayanan tenaga kerja, yang sangat dominan sekali dibutuhkan karena salah kunci

keberhasilan pembangunan objek wisata adalah kemampuan para tenaga kerja untuk

mengelola dengan baik suatu kawasan objek wisata.

3. Pelayan informasi, agar dapat mengatur pengunjung yang datang ke objek wisata.

Untuk menghidarai hal-hal yang dapat merusak unsur objek wisata yang dikunjungi, maupun

yang dapat mengganggu ketenangan pengunjung itu sendiri mengingat arus kunjungan yang datang

cenderung akan lebih meningkat.

2.4 Potensi dan Daya Tarik Wisata

Potensi dan daya tarik objek wisata merupakan salah satu unsur pokok dalam

pembangunan kepariwisataan di samping unsur-unsur yang lainnya seperti: akomodasi, restoran,

usaha jasa perjalanan, dan lainnya. Potensi daya tarik suatu objek wisata adalah suatu sifat yang

dimiliki oleh suatu objek berupa keunikan, keaslian, kelangkaan, atau lain dari pada yang lain

memiliki sifat yang menimbulkan semangat dan nilai bagi wisatawan.

Suatu tempat atau keadaan alam yang sangat menarik pasti sangat dinikmati oleh

(23)

baik harus terus dibangun dan dikembangkan, sehinnga mempunyai daya tarik agar wisatawan

puas akan objek wisata yang dikunjunginya. Potensi dan daya tarik wisata di dalam objek wisata

yang berwujud pada ciptaan Tuhan Yang Maha Esa adalah keadaan alam, beserta flora dan

faunanya. Daya tarik suatu objek wisata sebagai sumber daya wisata antara lain:

a. Daya tarik historis

b. Lokasi suatu kawasan objek wisata yang memberikan suatu pemandangan yang indah

c. Perkembangan tehnik pengelolaan yang baik.

Daya tarik suatu objek wisata yang memiliki potensi haruslah mempunyai suatu keanekaragaman

sumber daya alam hayati dan dan ditunjang oleh keadaan lingkungannya.

2.5 Pengertian Objek Wisata dan Atraksi Wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang

dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung utuk datang ke suatu daerah atau tempat

tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan merupakan sumber daya potensial dan

belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan

tertentu. Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya

tari di suatu daerah atau tempat tertentu, kepariwisataan akan sulit untuk dikembangkan.

Dalam Undang-Undang No.9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa objek

dan daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata terdiri atas :

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam, flora

dan fauna.

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala,

penilnggalan sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata guru, wisata petualangan alam, taman

(24)

Objek dan daya tarik wisata menurut Direktorat Jenderal Pemerintah dibagi menjadi tiga

macam, yaitu:

1. Objek wisata alam

Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki daya tarik bagi

pengunjung baik dalam keadaan alami, maupun setelah ada usaha budidaya. Potensi objek wisata

alam dapat menjadi empat kawasan, yaitu :

a. Flora dan fauna

b. Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya ekosistem pantai dan ekosistem hutan bakau.

c. Gejala alam, misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau.

d. Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan, usaha perikanan.

2. Objek wisata sosial budaya

Objek wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan daya tarik

wisata, meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukan, dan kerajinan.

3. Objek wisata minat khusus

Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru dikembangkan di Indonesia.

Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus. Dengan demikian,

biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian. Contohnya, berburu, mendaki gunung, arung

jeram, tujuan pengobatan, memancing, agrowisata dan lain-lain.

Perencanaan dan pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam, sosial budaya, maupun objek

wisata minat khusus harus berdasarkan kebijakan rencana pembangunan nasional maupun regional.

Jika kedua kebijakan rencana tersebut belum tersusun, tim perencana pengembangan objek daya tarik

wisata harus mampu mengasumsikan rencana kebijakan yang sesuai dengan area yang bersangkutan.

Suatu objek wisata dapat enarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi

(25)

Di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan yang dimiliki

daerah yang lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi

budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi wisatawan.

1. What to see, meliputi pemandangan alam, kegiatan kesenian, dan atraksi wisata.

2. What to do

Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus disediakan fasilitas rekreasi

yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lama di tempat itu.

3. What to buy

Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama barang souvenir dan

kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal.

4. What to arrived

Di dalamnya termasuk askesbilitas, bagaimana kita mengunjungi objek wisata tersebut, kendraan apa

yang digunakan, dan berapa lama tiba di tempat tujuan wisata tersebut.

5. What to stay

Bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara selama dia berlibur di objek wisata itu.

Diperlukan peningapan-penginapan baik hotel berbintang atau hotel non berbintang dan sebagainya.

Selain itu pada umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan atas :

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

2. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.

4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.

5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai,

(26)

6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena mempunyai nilai khusus dalam bentuk

atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah

karya manusia pada masa lampau.

1. Atraksi (attraction)

Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat,

dinikmati dan yang termasuk dalam hal ini adalah : tari-tarian, nyanyian kesenian rakyat

tradisional, upacara adapt, dan lain-lain. Dalam Oka A. Yoeti (1997:172) tourism disebut

attractive spontance, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan

daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata diantaranya

adalah:

a) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam istilah Natural

Amenities. Termasuk klompok ini adalah:

∙Iklim contohnya curah hujan, sinar matahari, panas, hujan, dan salju.

∙Bentuk tanah dan pemandangan contohnya pegunungan, perbukitan, pantai, air terjun, dan

Gunung api.

∙Hutan belukar.

∙Flora dan fauna, yang tersedia di Cagar alam dan daerah perburuan.

∙Pusat-pusat kesehatan, misalnya : sumber air mineral, sumber air panas, dan mandi Lumpur.

Dimana tempat tersebut diharapkan dapat menyembuhkan macam -macam penyakit.

b) Hasil ciptaan manusia (man made supply). Kelompok ini dapat dibagi dalam empat produk

wisata yang berkaitan dengan tiga unsur penting yaitu historical (sejarah), cultural (budaya), dan

religious (agama).

(27)

∙Acara tradisional, pameran, pestival, upacara naik haji, pernikahan, khitanan, dan lain-lain.

∙Rumah-rumah ibadah, seperti mesjid, candi, gereja, dan kuil.

2. Aksesibilitas (accesibility)

Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi karena

faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan

perjalanan wisata. Unsure yang terpenting dalam aksesbilitas adalah transportasi, maksudnya

yaitu frekuensi penggunaannya, kecepatan yang dimilikinya dapat mengakibatkan jarak

seolah-olah menjadi dekat. Selain trasnportasi yang berkaitan dengan aksesbilitas adalah prasarana

meliputi jaln, jembatan, terminal, stasiun dan bandara. Prasarana ini berfungsi untuk

menghubungkan suatu tempat dengan tempat yang lain. Keberadaan prasarana transportasi akan

mempengaruhi laju tingkat transportasi itu sendiri. Kondisi prasarana yang baik akan membuat

laju transportasi optimal.

3.Fasilitas (amenities)

Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan Karena pariwisata

tidak akan pernah berkembang tanpa penginanapan. Fasilitas wisata merupakan hal-hal

penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan

wisata. Adapun sarana-sarana penting yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata adalah

sebagai berikut :

a) Akomodasi Hotel

b) Restoran

c) Air Bersih

d) Komunikasi

(28)

f) Keamanan

Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya

tarik yang dimiliki objek tersebut dengan mengacu pada criteria keberhasilan pengembangan

yang meliputi berbagai kelayakan, yaitu diantaranya adalah :

1. Kelayakan Finansial, Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari

pembangunan objek wisata tersebut. Perkiraan untung–rugi sudah harus diperkirakan dari

awal. Berapa tenggang waktu yang dibutuhkan untuk kembali modal pun sudah harus

diramalkan.

2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional, Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah

investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memiliki dampak

social ekonomi secara regional; dapat menciptakan lapangan kerja atau berusaha, dapat

meningkatkan penerimaan devisa, dapat meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain

seperti pajak, perindustrian, perdagangan, pertanian, dan lain–lain. Dalam kaitannya dengan

hal ini pertimbangan tidak semata-mata komersial saja tetapi juga memperhatikan dampaknya

secara lebih luas (UPI, 2001:1-10)

2.6 Penetapan Lokasi Objek Wisata

Dalam menetapkan suatu lokasi objek wisata harus benar-benar diperhatikan tentang

karakteristik alam dan juga letak lokasi obyek wisata yang strategis, karena dapat mempengaruhi

minat wisatawan yang akan datang nantinya. Untuk itu perencanaan harus sesuai dengan

pembangunan pariwisata di

optimal sesuai dengan kondisi kawasan dan tidak mengganggu kegiatan komunitas di sekitar

(29)

strategis, yang nantinya dapat menarik minat pengunjung terutama bagi obyek wisata yang

berorientasi menjual suasana obyeknya dan produknya. Faktor yang menjadi pertimbangan objek

wisata, yaitu :

• Mudah dijangkau dan dekat dengan kelompok sasaran.

• Pada suatu objek wisata penetapan lokasi merupakan salah satu pendukung pariwisata yang

nantinya dapat menentukan seberapa banyaknya wisatawan yang akan datang bila ingin

menetapkan suatu lokasi objek wisata yang ingin dibangun.

2.7.1 Landasan Hukum Objek Wisata

Landasan hukum dalam pengembangan obyek wisata bertujuan untuk meningkatkan

koordinasi antara keduanya dan dalam rangka memanfaatkan potensi obyek wisata. Suatu

kegiatan dalam pengembangan suatu obyek wisata perlu adanya hukum yang turut membantu

dan mengikat serta menjaga obyek wisata dalam upaya perlindungan terhadap pelestarian dan

perawatan obyek wisata. Secara fungsional perencanaan, pemanfaatan, pembinaan, dan

pengembangan kepariwisataan menjadi tugas dan tanggung jawab Kementerian Pariwisata Dan

Ekonomi Kreatif RI. Untuk itu perlu adanya koordinasi antara kementerian ini dengan

pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan obyek wisata. Untuk itu landasan hukum ini sekaligus

sebagai wadah dan payung hukum bagi suatu obyek wisata.

Landasan hokum pengembangan objek wisata berdasarkan surat keputusan (SK) bersama

Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Menparpostel) dan Menteri Pertanian No. KM

47/PW-89 dan No.204/KPTS/HK/050/4/1989.

Sebuah lembaga hukum mempunyai kekuatan untuk dapat mengikat dan melindungi

(30)

sangat dijunjung tinggi oleh Negarasebagai negara yang berazaskan hukum maupun

mengutamakan hukum yang berlaku. Landasan hukum inilah yang menjadi pedoman masyarakat

Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

2.7.2 Tujuan dan Asas Pengembangan Objek Wisata. Tujuan pengembangan dari obyek wisata adalah :

1. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam.

2. Meningkatkan pengembangan objek wisata.

3. Memberikan nilai rekreasi.

4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan.

5. Meningkatkan keuntungan.

a. Keuntungan ekonomi bagi masyarakat daerah :

• Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat pengangguran.

• Meningkatkan pendapatan masyarakat daerah.

• Meningkatkan popularitas daerah.

• Meningkatkan produksi.

b. Keuntungan ekonomi bagi objek wisata.

• Meningkatkan pendapatan objek wisata tersebut.

• Meningkatkan gaji pegawai pengelola objek wisata.

• Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata.

• Meningkatkan sikap kesediaan dalam berperan serta untuk melestarikan potensi daerah objek

wisata dan lingkungan hidup serta manfaat yang diperoleh.

(31)

• Serta meningkatkan mutu asesilitas dan bahan-bahan promosi dalam pengembangan suatu

objek wisata.

Pengembangan obyek wisata didasarkan atas asas sebagai berikut :

1. Asas Pelestarian

Penyelenggaraan program sadar wisata terhadap suatu objek wisata yang hendak

dikembangkan dan diarahkan bertujuan untuk meningkatkan kelestarian alam dan lingkungan

objek wisata serta kesegaran udara di daerah objek wisata tersebut.

2. Asas Manfaat

Penyelenggaraan program sadar wisata diarahkan untuk dapat memberikan manfaat dan

dampak praktis baik Ekonomi, Sosial

2.9 Motif Perjalanan Wisata

McIntosh mengklasifikasikan motif-motif wisata yang dapat diduga menjadi empat (4)

kelompok, yaitu:

1. Motif Fisik, yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah, seperti

olahraga, istirahat, kesehatan dan sebagainya;

2. Motif budaya, yang harus diperhatikan disini adalah yang bersifat budaya seperti, sekedar

untuk mengenal atau memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain:

kebiasaannya, kehidupannya sehari-hari, kebudayaannya yang berupa bangunan, musik,

(32)

3. Motif Interpersonal, yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga,

teman, tetangga, atau sekedar dapat melihat tokoh-tokoh terkenal: penyanyi, penari, bintang

film, tokoh politik dan sebagainya;

4. Motif status atau motif prestise. Banyak orang beranggapan bahwa orang yang pernah

mengunjungi tempat lain itu dengan sendirinya melebihi sesamanya yang tidak bepergian.

Orang yang pernah bepergian ke daerah-daerah lain dianggap atau merasa dengan sendirinya

naik gengsinya atau statusnya.

Klasifikasi McIntosh tersebut sudah tentu dapat disubklasifikasikan menjadi

kelompok-kelompok motif yang lebih kecil. Motif-motif yang lebih kecil tersebut digunakan untuk

menentukan tipe perjalanan wisata. Misalnya, tipe wisata rekreasi, olahraga, ziarah, kesehatan.

Dibawah ini tercantum sejumlah subkelas motif wisata serta tipe wisatanya yang sering

disebut-sebut sebagai berikut:

1. Motif Bersenang-senang atau Tamasya. Motif bersenang-senang atau tamasya, melahirkan

tipe wisata tamasya. Wisatawan tipe ini ingin mengumpulkan pengalaman

sebanyak-banyaknya, mendengarkan dan menikmati apa saja yang menarik perhatian. Ia tidak terikat

pada satu sasaran yang sudah ditentukan dari rumah. Wisatawan tamasya berpindah-pindah

dari tempat yang satu ke tempat yang lain dengan menikmati pemandangan alam, adat

kebiasaan setempat, pesta rakyat, hiruk pikuk kota besar atau ketenangan tempat yang sepi,

monumen, peninggalan sejarah dan sebagainya. Wisatawan tipe ini sukar dibedakan dari tipe

wisatawan tipe berikutnya.

2. Motif Rekreasi. Motif rekreasi dengan tipe wisata rekreasi ialah kegiatan yang

menyelenggarakan kegiatan yang menyenangkan yang dimaksudkan untuk memulihkan

(33)

berkuda, mendaki gunung), membaca, mengerjakan hobi dan sebagainya; juga dapat diisi

dengan perjalanan tamasya singkat untuk menikmati keadaan di sekitar tempat menginap

(Sightseeing). Bedanya dengan wisatawan tipe wisata tamasya adalah; wisatawan tipe

rekreasi biasanya menghabiskan waktunya di satu tempat saja, sedang wisatawan tamasya

berpindah-pindah tempat.

3. Motif Kebudayaan. Dalam tipe wisata kebudayaan orang tidak hanya sekedar mengunjungi

suatu tempat untuk menyaksikan dan menikmati atraksi, akan tetapi lebih dari itu. Ia

mungkin datang untuk mempelajari atau mengadakan penelitian tentang keadaan setempat.

Seniman-seniman sering mengadakan perjalanan wisata untuk memperkaya diri, menambah

pengalaman dan mempertajam kemampuan penghayatannya. Pelukis-pelukis sering

menjelajahi daerah-daerah tertentu untuk mencari dan mengumpulkan obyek lukisan. Mereka

itu semua mengadakan perjalanan berdasarkan motif kebudayaan. Jelaslah bahwa atraksi

tidak selalu berupa kebudayaan, dapat juga berupa keindahan alam, atau seniman, atau guru

yang terkenal, untuk mengadakan wawancara, bertukar pikiran dan sebagainya. Dalam

wisata budaya itu juga termasuk kunjungan wisatawan ke berbagai peristiwa khusus (special

events) seperti upacara keagamaan, penobatan raja, pemakaman tokoh tersohor, pertunjukan

rombongan kesenian yang terkenal dan sebagainya.

4. Wisata Olahraga. Wisata olahraga ialah pariwisata di mana wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena motif olahraga. Wisata olahraga ini merupakan bagian yang penting

dalam kegiatan pariwisata. Olahraga dewasa ini merata di kalangan rakyat dan tersebar di

seluruh dunia, dengan bermacam-macam organisasi baik yang bersifat nasional maupun

internasional. Dalam hubungan dengan olahraga, harus dibedakan antara pesta olahraga atau

(34)

5. Wisata Bisnis. Bisnis merupakan motif dalam wisata bisnis. Banyak hubungan terjadi antara

orang-orang bisnis. Ada kunjungan bisnis, ada pertemuan-pertemuan bisnis, ada pekan raya

dagang yang perlu dikunjungi dan sebagainya, ada yang besar, ada yang kecil. Semua

peristiwa itu mengundang kedatangan orang-orang bisnis, baik dari dalam maupun dari luar

negeri. Arus wisatawan itu tidak hanya bertambah besar pada waktu peristiwa-peristiwa itu

terjadi.

6. Wisata Konvensi. Banyak pertemuan-pertemuan nasional maupun internasional untuk

membicarakan bermacam-macam masalah: Kelaparan dunia, pelestarian hutan,

pemberantasan penyakit tertentu, sekadar untuk pertemuan tahunan antara ahli-ahli di bidang

tertentu, dan sebagainya. Perjalanan wisata yang timbul karenanya pada umumnya disebut

wisata konvensi.

7. Motif Spiritual. Motif spiritual dan wisata spiritual merupakan salah satu tipe wisata yang

tertua. Sebelum orang mengadakan perjalanan untuk rekreasi, bisnis, olahraga dan

sebagainya, orang sudah mengadakan perjalanan untuk berziarah (pariwisata ziarah) atau

untuk keperluan keagamaan lain. Tempat-tempat ziarah di Palestina, Roma, Mekkah dan

Madinah merupakan tempat-tempat tujuan perjalanan pariwisata yang penting.

8. Motif Interpersonal. Istilah ini belum mapan dalam literatur kepariwisataan. Maksudnya

jelas, yaitu bahwa orang dapat mengadakan perjalanan untuk bertemu dengan orang lain:

orang dapat tertarik oleh orang lain untuk mengadakan perjalanan wisata, atau dengan istilah

kepariwisataan: manusia pun dapat merupakan atraksi wisata.

9. Motif Kesehatan. Wisata kesehatan (health tourism) pada zaman dahulu merupakan tipe wisata yang penting sekali. Selalu ada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

(35)

menyembuhkan penyakit. Atau wisata kesehatan seperti yang sekarang sering dilakukan

pasien Indonesia yang berobat ke Singapura, Jepang, check up ke Amerika Serikat, dan

sebagainya. Perjalanan pasien-pasien tersebut adalah perjalanan wisata kesehatan.

10.Wisata Sosial (Social Tourism). Wisata yang dimaksud bukanlah wisata yang berdasarkan motif sosial. Seperti motif wisata pada umumnya, motif wisata sosial ialah reakreasi,

bersenang-senang (pleasure tourism) atau sekadar mengisi waktu libur. Akan tetapi

perjalanannya dilaksanakan dengan bantuan pihak-pihak tertentu yang diberikan secara

sosial. Bantuan itu dapat berupa kendaraan, tempat penginapan seperti wisma peristirahatan

atau hotel, yang hanya menarik sewa yang rendah sekali. Sebagai contohnya, wisata sosial

buruh suatu pabrik untuk mengisi waktu liburan yang diberi subsidi oleh perusahaan, berupa

(36)

BAB III

Gambaran Umum Kabupaten Batubara

3.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam 3.1.1 Sejarah Kabupaten Batubara Sejarah Kabupaten Batubara

Wilayah Batu Bara telah dihuni oleh penduduk sejak tahun 1720 M, ketika itu di Batu

Bara terdapat 5 (lima) suku penduduk yaitu “Lima Laras, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh dan

Suku Boga”. Kelima suku tersebut masing-masing dipimpin oleh seorang Datuk yang juga

memimpin wilayah teritorial tertentu.

Ketika itu Batu Bara menjadi bagian dari kerajaan Siak dan Johor. Untuk mewakili

kerajaan Siak dan mengepalai Datuk-Datuk seluruh Batu Bara diangkat seorang Bendahara

secara turun temurun. Setiap Datuk kepala suku mendapat pengangkatan dan capnya dari Sultan

Siak.

Susunan pimpinan Batu Bara pada waktu itu ialah Bendahara dan di bawahnya terdapat

sebuah Dewan yang anggota-anggotanya dipilih oleh Datuk-Datuk kepala suku

bersama-sama.AnggotaDewan ini adalah :

1. Seorang Syahbandar, tetap dipilih orang yang berasal dari suku Tanah Datar.

2. Juru Tulis, dipilih yang berasal dari suku Lima Puluh.

3. Mata-Mata, dipilih orang yang berasal dari suku Lima Laras.

4. Penghulu Batangan, dipilih orang yang berasal dari suku Pesisir.

Nama Batu Bara (Batubahara) sudah tercantum dalam literatur di abad ke-16 yang

(37)

mengunjungi Batu Bara pada tahun 1823 dalam bukunya “ Mission to The Eastcoast of Sumatra”

sebagai berikut:“Di hulu sungai Batu Bara ada sebuah bangunan batu yang tidak ada tercatat bila

dibangun di kalangan penduduk. Bangunan itu dilukiskan sebagai bentuk empat persegi, dan di

salah satu sudutnya ada tiang yang sangat tinggi, mungkin tiang bendera. Lukisan relief manusia

diukir di dinding, yang mungkin dewa-dewa Hindu ...”.

Menurut Shadee, dalam bukunya “Geschiedenis van Sumatra’s Oostkust”, pada permulaan

kedatangan Belanda ke Sumatera Timur di tahun 1862, wilayah Pagurawan dan Tanjong berada

langsung di bawah jajahan Datuk Lima Puluh dari Batu Bara yang kemudian tunduk pula kepada

siak.

Dalam tahun 1885, Pemerintah Hindia Belanda membayar ganti rugi kepafa Pemerintah

Kerajaan Siak sehingga kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur Lepas dari kerajaan Siak dan

berhubungan langsung dengan Pemerintah Hindia Belanda yang diikat dengan perjanjian Politik

Contract (27 pasal). Perjanjian Politik Contract tersebut meliputi beberapa kerajaan seperti

Langkat, Serdang, Deli, Asahan, Siak, Pelalawan (Riau), termasuk juga kerajaan-kerajaan kecil

seperti Tanah Karo, Simalungun, Indragiri dan Batu Bara serta Labuhan Batu.

Pada tahun 1889 residensi Sumatera Timur terbentuk dan beribukota di Medan, residen

Sumatera Timur ini terdiri dari 5 (lima) Afdeling Yaitu :

1. Afdeling Deli yang langsung di bawah Residen di Medan.

2. Afdeling Batu Bara berkedudukan di Labuhan Ruku.

3. Afdeling Asahan berkedudukan di Tanjung Balai.

4. Afdeling Labuhan Batu berkedudukan di Labuhan Batu.

(38)

Wilayah Batu Bara saat itu merupakan Afdeling (Kabupaten) tersendiri beribukota di

Labuhan Ruku di samping Afdeling (Kabupaten) Asahan. Afdeling Batu Bara itu terdiri dari 8

(delapan) Landschap (setara dengan Kecamatan). Masing-masing landschap ini dipimpin oleh

seorang raja. Di dalam Afdeling Batu bara termasuk di dalamnya wilayah Batak di perdalaman

(Simalungun). Berdasarkan Sensus Penduduk yang diselenggarakan Pemerintah Hindia Belanda

tahun 1933, penduduk asli Batu Bara berjumlah 32.052 jiwa.

Pada saat Indonesia merdeka wilayah Batu Bara berubah nama. Sebutan Landschap menjadi

Kecamatan. Khusus Batu Bara lebih dahulu digelar namanya Kewedanan. Kewedanan Batu Bara

beribukota Labuhan Ruku yang waktu itu membawahi 5 (lima) Kecamatan yaitu: Kecamatan

Talawi, Tanjung Tiram, Lima Puluh, Air Putih dan Medang Deras. Hal ini terjadi hingga 4

(empat) masa kepemimpinan Kewedanan, nama Kewedanan dicabut sehingga yang ada hanya 5

(lima) kantor camat dan tergabung dengan wilayah Asahan dengan nama Kabupaten Asahan

yang beribukota di Kisaran.

Pada tahun 1969 masyarakat Batu Bara pernah membentuk Panitia Penuntut Otonom

Batu Bara (PPOB) yang diketuai oleh Abdul Karim AS, seorang tokoh masyarakat dan pernah

menjadi anggota DPRD Asahan. PPOB ini berkedudukan di Jalan Merdeka Kecamatan Tanjung

Tiram, tetapi karena Undang-Undang Otonomi belum dikeluarkan Pemerintah sehingga

perjuangan ini kandas sebelum berhasil terbentuk Kabupaten Batu Bara yang otonom.

Pada era reformasi lebih kurang 30 tahun setelah terbakarnya kantor PPOB di Tanjung

Tiram, dengan adanya Ketetapan MPR No.XV/MPR/1998 yang meminta kepada Presiden untuk

dilakukannya penyelenggaraan Otonomi Daerah, tepatnya pasca lahir Undang-Undang Nomor

22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999

(39)

penyelenggaraan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggungjawab serta membenarkan adanya

pemekaran atau pembentukan suatu daerah menjadi lebih satu daerah, sebagaimana tertuang

dalam pasal 6 ayat 2 yang berbunyi “Daerah dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah”.

Undang-Undang ini menjadi landasan perjuangan masyarakat Batu Bara untuk kembali menuntut

menjadi wilayah Batu Bara menjadi sebuah daerah Kabupaten yang otonom yang bisa mengatur

dirinya sendiri dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam kemandirian.

Badan Pekerja Persiapan Pembentukan Kabupaten Batu Bara (BP3KB) yang

berkedudukan di Medan berupaya untuk meneliti dan menjajaki lebih lanjut kemungkinan

terbentuknya Kabupaten Batu Bara yang otonom. Sejalan dengan itu di kecamatan-kecamatan

lahir pula gerakan masyarakat yang menuntut dibentuknya Kabupaten Batu Bara yang

menamakan diri sebagai Gemkara “Gerakan Masyarakat Menuju Kabupaten Batu Bara”.

Kabupaten Batu Bara akhirnya terbentuk setelah pihak legislatif (DPR-RI) dalam Sidang

Paripurna pada hari Jum’at tanggal 8 Desember 2006 membahas tentang pembentukan

Kabupaten Batu Bara dan dinyatakan syah menjadi sebuah Kabupaten melalui Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Batu Bara di Propinsi Sumatera Utara

dan Lampiran Negara Nomor 7 Tahun 2007.

Sumber:

Skripsi: Ahmad Akbar, NIM 03310664. Potensi Kabupaten Batu Bara Dalam Penentuan Ibukota

Kabupaten. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial UNIMED. 2008.

3.1.2 Letak Daerah

Kabupaten Batubara secara geografis,terletak antara 2°03” - 3°26” Lintang Utara serta

(40)

Provinsi Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007, yang merupakan pemekaran dari

Kabupaten Asahan. Batu Bara berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara yang berbatasan

dengan Selat Malaka. Kabupaten Batu Bara menempati area seluas 90.496 Ha yang terdiri dari 7

Kecamatan serta 100 Desa/Kelurahan Definitif.

Batubara berbatasan dengan beberapa Kabupaten dan Selat,yaitu :

Sebelah utara : Kabupaten Serdang Berdagai

Sebelah selatan : Kabupaten Asahan

Sebelah barat : Kabupaten Simalungun

Sebelah timur : Selat Malaka

KABUPATEN BATUBARA

Motto : Sejahtera Berjaya

Provinsi : Sumatera Utara

Ibukota : Lima puluh

Luas : 904,96 km2

Penduduk :

Jumlah : 382,474 jiwa

Kepadatan: : 0,42 jiwa/km2

Pembagian administratif :

(41)

Desa/Kelurahan : 93 / 7 (Sembilan Puluh Tiga / Tujuh)

Dasar Hukum : Undang-Undang No.5 Tahun 2007

Tanggal : 15 Juni 2007

Hari jadi : 15 Juni

Bupati : OK Arya Zulkarnaen,SH,MM

(Wikipedia,http://Wikipedia.com)

3.1.3 Pembagian wilayah administratif

Kabupaten Batubara terdiri atas 7 (Tujuh) Kecamatan yang di dalamnya terdapat 7

Kelurahan dan 93 desa,yaitu :

1. Kecamatan Medang Deras

Kabupaten Batubara memiliki luas wilayah keseluruhan adalah sekitar 922,2 Km2 yang terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan.

Tabel.

(42)

1

Sumber : Kantor Camat se-Kabupaten Batu Bara, 2006

3.1.5 Keadaan alam

Wilayah Kabupaten Batu Bara adalah merupakan wilayah yang bertopografi relatif datar

dan landai dengan ketinggian 0 – 80 m dpl (di atas permukaan laut). Wilayah ini terletak di tepi

pantai pulau Sumatera (Sumatera Utara), merupakan daerah endapan yang dikenal sebagai

daerah dataran rendah yang relatif datar, dimana seluruh wilayahnya sebelah utara berbatasan

dengan Selat Malaka, dengan panjang pantai ± 110 Km. Daerah ini sangat cocok untuk

dimanfaatkan sebagai daerah pusat pemukiman, perkebunan, pertanian sawah, perdagangan,

industri dan jasa.

Letak suatu daerah akan mempengaruhi keadaan iklim pada wilayah tersebut. Kemudian

lebih lanjut iklim akan mempengaruhi kehidupan yang ada di wilayah tersebut. Kabupaten Batu

Bara beriklim tropis sebagaimana iklim di Indonesia secara umumnya dengan temperatur tinggi

(43)

musim kemarau pada bulan Maret s/d September. Pada bulan Maret dan bulan September adalah

musim peralihan atau musim pancaroba. Tingkat curah hujan adalah 1.702 mm/tahun.

3.2 Perekonomian dan Sosial Budaya Masyarakat 3.2.1 Perekonomian

Sektor usaha yang memberikan peranan terbesar terhadap total pendapatan daerah adalah sektor

industri (53,14 persen), sektor perdagangan (23,54 persen) dan sektor pertanian (15,30 persen).

Peningkatan proses pembangunan dan pemberdayagunaan potensi ekonomi merupakan salah

satu tugas yang wajib dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Batubara. Adapun agenda

pembangunan dan pemberdayagunaan potensi ekonomi yang akan dilaksanakan,yaitu

meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat berbasis pertanian, industri mikro, kecil dan

menengah, serta pariwisata, meningkatkan pembangunan sumberdaya manusia yang berkualitas,

berakhlak, beriman dan bertaqwa. Selanjutnya, meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan

kuantitas infrastruktur yang terintegrasi antar sektor, meningkatkan kualitas ekosistem yang

berbasis sumberdaya lokal,meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, bermartabat,

berwibawa, amanah dan bermoral.

3.2.2 Sosial Budaya Masyarakat

Jumlah penduduk Batu Bara (termasuk Asahan) berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP)

2000 adalah 935.855 jiwa termasuk penduduk yang bertempat tinggal tidak tetap dan termasuk

urutan ketiga terbesar se-Sumatera Utara setelah Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan.

Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 1990 -2000 berdasarkan angka terakhir SP

(44)

Jumlah penduduk Batu Bara keadaan Bulan Juni Tahun 2008 diperkirakan

sebesar380.570 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 421 jiwa per km2. Sebagian besar

penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu sebesar 77,11 persen dan sisanya 22,89

persen tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga sebanyak 85.364 rumah tangga dan

setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4,5 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk

dari tahun 2008 sebesar 1,80 persen. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2008 lebih sedikit

dari penduduk perempuannya dengan persentase sebesar 49,90 persen dengan rasio jenis kelamin

sebesar 96,47 yang artinya dari 100 penduduk perempuan terdapat kirakira 99 penduduk

laki-laki.

Penduduk Batu Bara yang menganut agama Islam pada tahun 2008 sebesar 85,37 persen,

Katolik sebesar 2,27 persen, Protestan sebesar 11,59 persen, Budha sebesar 0,74 persen dan

Hindu sebesar 0,04 persen. Untuk suku bangsa yang terbanyak adalah Jawa sebesar 39,34 persen

kedua suku Melayu sebesar 37,99 persen dan urutan ketiga adalah suku Batak sebesar 18,44

persen sedangkan sisanya adalah suku Minang, Banjar, Aceh dan lainnya.

3.3 Sarana dan Prasarana Kabupaten Batubara

Sarana dan prasarana merupakan komponen yang perlu diperhatikan guna membantu

roda pembangunan dan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Beberapa sarana dan prasarana

yang sedang diprioritaskan oleh Pemerintah daerah di Kabupaten Batubara adalah :

1. Angkutan Darat

Jalan merupakan sarana yang sangat penting untuk memperlancar dan mendorong roda

perekonomian. Sarana jalan yang baik dapat meningkatkan mobilitas penduduk dan

(45)

Panjang jalan di seluruh Kabupaten Batu Bara pada tahun 2007 mencapai 523,02 km

yang terbagi atas jalan negara (47,88km), jalan propinsi (48,34 km) dan jalan kabupaten (426,8

km). Untuk jalan kabupaten sebagian besar permukaannya adalah batu yaitu sebesar 36,2 persen,

22,3 persen tanah, 19 persen aspal, 21 persen hotmix dan 1,5 persen kerikil.

Kondisi jalan di Kabupaten Batu Bara pada tahun 2007 masih memerlukan perhatian

yang serius, walaupun sudah terjadi perbaikan di beberapa ruas jalan tetapi sebagian besar jalan

di Batu Bara (63,94 persen) kondisinya masih rusak dan rusak berat terutama jalan kabupaten.

Kabupaten Batu Bara merupakan jalur lalu lintas kereta api Medan – Tanjung Balai dan

Medan–Rantau Prapat. Pada tahun 2007 dari 10 stasiun kereta api yang tercatat di Stasiun

Kisaran sebanyak 411.021 penumpang naik dan 434.286 penumpang turun. Pada tahun 2007

jumlah kendaran bermotor yang diuji UPT. UPPKB mencapai 4.187 kendaraan sedangkan

jumlah Surat Izin Mengemudi (SIM) yang dikeluarkan oleh Satlantas Polres Asahan sebanyak

34.852 buah dengan berbagai kategori SI.

2. Pos dan Telekomunikasi

Di era globalisasi ini peranan sektor pos dan telekomunikasi sangatlah penting,kemajuan

teknologi telekomunikasi akan meningkatkan arus informasi sehingga arus berita, informasi dan

data berjalan lancar. Menurut data PT Pos Indonesia Cabang Kisaran, pada tahun 2007 terdapat 6

kantor pos pembantu di wilayah Batu Bara dan sudah tidak ada lagi rumah pos jumlah. Hal ini

terjadi dikarenakan alasan efisiensi. Untuk jumlah surat yang dikirim ada sebanyak 8.371 buah

yang terdiri dari 8.308 buah surat kilat biasa dan 63 buah surat kilat tercatat. Sedangkan surat

(46)

BAB IV WISATA MEMANCING IKAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI PULAU

PANDANG KABUPATEN BATUBARA

4.1 Wisata Minat Khusus

4.1.1 Definisi Wisata Minat Khusus

Wisata minat khusus adalah bentuk perjalanan wisata, dimana wisatawan mengunjungi

suatu tempat karena memiliki minat khusus dari objek atau kegiatan di daerah tujuan wisata

(Weiler& Hall, 1992). Pariwisata minat khusus pelakunya cenderung untuk memperluas

pencariannya yang berbeda dengan mengamati orang, budaya, pemandangan, kegiatan

kehidupan sehari-hari.

Wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru dikembangkan di Indonesia.

Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus. Dengan

demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian. Wisata minat khusus tidak

memerlukan fasilitas yang mahal dan pengembangan infrastruktur dalam skala besar. Wisata

minat khusus diberikan banyak istilah seperti perjalanan aktif dan memberi pengalaman baru,

perjalanan ke pedalaman untuk bertemu masyarakat terasing atau wisata sosial, wisata

pendidikan, berwisata yang berbasis alam atau wisata yang bertujuan untuk pelestarian.

4.1.2 Contoh Wisata Minat Khusus 1. Wisata Sejarah dan Budaya

Wisata sejarah dan budaya merupakan perjalanan ke tempat-tempat atau daerah tertentu yang

memiliki aneka budaya dan nilai sejarah.

(47)

Wisata alam dan ekowisata adalah berwisata sambil menikmati kekayaan alam dengan segala

jenis flora dan faunanya.

3. Wisata Kuliner dan Belanja

Wisata kuliner dan belanja merupakan perjalanan ke tempat tertentu untuk menikmati jenis

masakan khas atau makanan khas daerah yang dikunjungi.

4. Wisata Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE)

MICE merupakan suatu kegiatan kepariwisataan yang aktivitasnya merupakan perpaduan antara

leisure dan business, biasanya melibatkan sekelompok orang secara bersama-sama, rangkaian

kegiatannya dalam bentuk meeting, incentive travel convention, congresses, conference dan

exhibition (Kesrul, 2004:3)

5. Wisata Olahraga dan Rekreasi

Wisata olahraga dan Kreasi merupakan kegiatan fisik yang dilakukan pada waktu senggang

berdasarkan keinginan atau kehendak yang timbul karena memberi kepuasan atau kesenangan.

6. Wisata Cruise Ship

Wisata cruise ship merupakan wisata untuk menyaksikan keindahan laut dan pantai dengan

menggunakan kapal pesiar.

7. Wisata Spa

Wisata spa merupakan kegiatan wisata yang berbentuk terapi yang tujuannya untuk

merelaksasikan pikiran dan tubuh agar kembali normal setelah melakukan aktifitas seharian.

Wisatawan dapat merasakan sensasi spa yang memadukan unsur modern dan tradisional.

4.1.3 Prinsip-Prinsip Wisata Minat Khusus

(48)

1. Motivasi wisatawan mencari sesuatu yang baru, otentik dan mempunyai pengalaman

perjalanan wisata yang berkualitas.

2. Motivasi dan keputusan untuk melakukan perjalanan ditentukan oleh minat tertentu/khusus

dari wisatawan dan bukan dari pihak-pihak lain.

3. Wisatawan melakukan perjalanan berwisata pada umumnya mencari pengalaman baru yang

dapat diperoleh dari obyek sejarah, makanan lokal, olah raga, adat istiadat, kegiatan di

lapangan dan petualangan alam.

Ada beberapa kriteria yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam menetapkan

suatu bentuk wisata minat khusus, yaitu adanya unsur :

1. Rewarding atau penghargaan atas sesuatu obyek dan daya tarik wisata yang dikunjungi, yang

diwujudkan oleh wisatawan untuk dapat belajar memahami atau bahkan mengambil bagian

dalam aktivitas yang terkait dengan oyek tersebut.

2. Enriching atau pengkayaan, yaitu mengandung aspek penambahan pengetahuan dan

kemampuan terhadap sesuatu jenis atau bentuk kegiatan yang diikuti wisatawan.

3. Adventure atau petualangan yaitu mengandung aspek pelibatan wisatawan dalam kegiatan

petualangan.

4. Learning atau proses belajar yaitu mengandung aspek pendidikan melalui proses belajar yang

diikuti wisatawan terhadap sesuatu kegiatan edukatif tertentu.

4.2 Wisata Minat Khusus di Kabupaten Batubara

Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang

baru terbentuk pada tahun 2007, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Asahan. Batu Bara

(49)

Kabupaten Batubara memiliki panjang pantai sepanjang ±110 km. dengan demikian

pantai-pantai yang terdapat di Kabupaten Batubara sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai produk

industry kepariwisataan.

Beberapa pantai yang menjadi objek pariwisata di Kabupaten Batubara, antara lain,

Pantai Sejarah, Pantai Bunga, Pantai Perjuangan, Pantai di Pulau Pandang dan Pantai di Pulau

Salah Nama. Sebagian besar wisatawan yang datang ke pantai di kabupaten Batubara bertujuan

untuk berekreasi keluarga untuk menikmati keindahan panorama pantai dan menikmati hiburan

pertunjukan musik.

Hampir seluruh pantai yang ada di Kabupaten Batubara memiliki potensi untuk dijadikan

sebagai objek wisata minat khusus, namun pantai di Pulau Pandang yang sampai saat ini

dianggap paling berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata khusus yakni memancing.

Selain memancing, beberapa wisatawan juga melakukan kegiatan wisata menyelam (diving) di

pulau tersebut.

4.2.1 Wisata Memancing Ikan Sebagai Daya Tarik Wisata Di Pulau Pandang

Hasil pengamatan dan wawancara langsung menjelaskan bahwa alasan pengunjung atau

wisatawan memilih melakukan kegiatan memancing di Pulau Pandang adalah :

1. Banyak jenis ikan yang difavoritkan para pemancing, seperti ikan talang, kerapu, tenggiri,

ikan kuwe (Giant Trevally), cumi, dan lain-lain

2. Para pemancing memiliki peluang besar untuk mendapatkan ikan dengan ukuran relatif besar

(monster fish).

3. Nuansa keindahan panorama yang terdapat di pulau ini seutuhnya belum ada campur tangan

(50)

4. Adanya fasilitas pendukung seperti boat berukuran kecil dan pemandu, sehingga

memudahkan pemancing menuju daerah pemancingan yang dianggap dapat mendekati

sumber ikan yang relatif banyak dengan ukuran yang besar.

5. Adanya beberapa tempat untuk mengolah ikan hasil pancingan menjadi makanan yang siap

dinikmati.

6. Pulau Pandang memiliki kedalaman pantai 110 meter pada radius 100 meter dan dikelilingi

gugusan terumbu karang.

4.2.2 Keadaan Pulau Pandang Kabupaten Batubara

Pulau Pandang adalah salah satu pulau yang terletak di kabupaten Batubara provinsi

Sumatera Utara. Pulau Pandang merupakan salah satu pulau terluar di provinsi Sumatera Utara,

sehingga pulau ini , mendapat perhatian khusus dari pemerintah karena merupakan daerah

perbatasan perairan antara Indonesia dengan Malaysia.

Pulau Pandang memiliki tiga bukit dengan betuk khas (Bappeda, 2012:34-35), yang

terdiri dari :

1. Bukit pertama terdapat sebuah batu alam besar yang terbelah dua dengan pola yang sangat

rapi. Bagian puncak di bukit ini sering digunakan orang untuk melakukan persembahan,

sedangkan di kaki bukit terdapat kawasan yang landai dengan tepi yang berbatu, dan di

kawasan ini lah tinggal para petugas navigasi.

2. Bukit kedua sangat tepat digunakan untuk memandang bebas ke sekeliling pulau, karena

bukit ini lebih tinggi dari bukit pertama. Di bukit ini tidak terdapat apa-apa kecuali rumput

(51)

3. Bukit ketiga adalah bukit tertinggi di pulau ini, sehingga menara suar didirikan di atasnya. Di

bukit ini terdapat pepohonan hutan yang lebat.

Pulau Pandang memiliki kedalaman pantai 110 meter pada radius 100 meter dan

dikelilingi gugusan terumbu karang sehingga pulau ini sangat berpotensi untuk dikembangkan

menjadi objek wisata bahari yaitu selam (diving) dan pemancingan. Di pulau ini juga terdapat

Referensi

Dokumen terkait

4.4 Potensi Pulau Mursala sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata Bahari di Kabupaten Tapanuli Tengah. Pulau – pulau kecilmerupakan kumpulan pulau-pulau (gugusan

ekosistem terumbu karang yang terdapat di perairan Pulau Berhala Kecamatan.

Hal ini desebabkan ketiga pulau tersebut terbentuk dari satu bentukan batuan gunungapi dasar laut, terdiri dari lava bantal, yang memiliki tiga tinggian dan ditumbuhi terumbu

Pulau Sangiang memiliki pemandangan alam yang luar biasa indah, pantai-pantainya yang cantik dengan pasir putih menyatu dengan birunya laut, serta aneka ragam tumbuhan dan hewan

Hal ini desebabkan ketiga pulau tersebut terbentuk dari satu bentukan batuan gunungapi dasar laut, terdiri dari lava bantal, yang memiliki tiga tinggian dan ditumbuhi terumbu

Gugus Pulau Sapeken, berada di Kabupaten Sumenep, Madura memiliki sumberdaya alam yang produktif seperti terumbu karang, padang lamun (seagrass), hutan mangrove

“Komposisi Jenis dan Sebaran Ikan Indikator Famili Chaetodontidae Kaitannya dengan Tutupan Habitat Terumbu Karang di Pulau Badi Kepulauan Spermonde” yang merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Klasifikasi Habitat Bentik Terumbu Karang Hasil klasifikasi ekosistem pesisir di Pulau Romang terdapat empat kategori, yaitu karang hidup dan atau karang lunak