PENGARUH INFLASI, BIRATE, DANA PIHAK KETIGA (DPK),NON
PERFORMING LOAN(NPL) DANCAPITAL ADEQUACY RATIO(CAR)
TERHADAP PENYALURAN KREDIT
(Studi Kasus pada 10 Bank Terbesar di Indonesia Berdasarkan Kredit)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat- Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh: Ati Astuti NIM: 109081000027
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ati Astuti
2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 11 April 1991
3. Alamat : Jalan Madrasah I RT 007 RW 009 No. 27
Sukabumi Utara, Kebon Jeruk
Jakarta-Barat 11540
4. Telepon : 087788841532
5. E-mail : echykecil@ymail.com
II. PENDIDIKAN
1. SDI Al-Falah II Pagi Tahun 1997-2003
2. MTS. Al-Falah Tahun 2003-2006
3. SMAN 32 Jakarta Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Asmuni
2. Ibu : Herti
3. Alamat : Jalan Madrasah I RT 007 RW 009 No. 27
Sukabumi Utara, Kebon Jeruk
Jakarta-Barat 11540
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
ABSTRACT
The purpose of the research is to analyze the influence Inflation, BI Rate, Volume of Deposits, Non Performing Loan, and Capital Adequacy Ratio to Bank Lending. Research object counted 10 Biggest Banks in Indonesia by volume loan with research period during 6 years start from 2006 untill 2011. Methode analyze in this research is data panel regression with the random effect model.
Empiris result of this research indicated value of Adjusted R Square 96.39% with the used independent variables that an effect simultan or parsial, where Inflation and Volume of Deposits have an effect positive to Bank Lending with probability of 0.0101 and 0.0000. BI Rate, Non Performing Loan, and Capital Adequacy Ratio have an effect negative to Bank Lending with probability of 0.000, 0.0494 and 0.0281.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Inflasi, BI Rate, Dana Pihak Ketiga, Non Performing Loan, dan Capital Adequacy Ratio terhadap penyaluran kredit. Sampel penelitian dilakukan pada 10 bank terbesar di Indonesia berdasarkan jumlah kredit yang disalurkan dengan periode penelitian selama 6 tahun mulai tahun 2006-2011. Metode penelitian ini menggunakan regresi data panel dengan modelrandom effect.
Hasil penelitian ini menghasilkan nilai Adjusted R Squaresebesar 96,39% dengan variabel independen yang digunakan berpengaruh signifikan secara parsial maupun simultan terhadap penyaluran kredit, dimana Inflasi dan Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit dengan masing-masing probabilitas sebesar 0.0101 dan 0.0000 sedangkan BIRate,Non Performing Loan, dan Capital Adequacy Ratio berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit dengan masing-masing probabilitas sebesar 0.000, 0.0494 dan 0.0281.
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikumwr. wb
Alhamdulillahirabbil’alamiin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Shalawat serta salam
tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita, nabi Muhammad SAW sehingga
penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Inflasi, BI
Rate, Dana Pihak Ketiga, Non Performing Loan, dan Capital Adequacy Ratio Terhadap Penyaluran Kredit” (Studi Kasus pada 10 Bank Terbesar di Indonesia Berdasarkan Kredit) sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini dibuat dengan ruang lingkup Bank Umum Go Publik di
Indonesia periode 2006-2011. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi demi terwujudnya
skripsi ini:
1. Ibu dan Bapak ku tercinta, terima kasih banyak atas segala doa dan
dukungannya sehingga aku dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah
ini. Semoga Allah SWT selalu melindungi kalian.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Dosen Pembimbing I yang
telah sabar membimbing penulis. Meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan kepada penulis.
3. Bapak Dr. Arief Mufriyani, Lc. M.Si selaku Dosen Pembimbing II
& dosen mata kuliah seminar perbankan yang telah memberikan
arahan dan pengetahuan mengenai tata cara penulisan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Ibu Leis Suzanawaty, SE. M.Si selaku Pudek I, Ibu Yulianti
selaku Pudek II dan Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku
5. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi Bashori, MA selaku Ketua Jurusan
Manajemen dan Ibu Titi Dewi M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Manajemen.
6. Bapak Dr. Lukman, M.Si, Bapak Ade Suherlan, SE., MM. MBA
dan Ibu Amalia, SE., M.SM selaku dosen penguji komprehensif.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih banyak
atas ilmu yang telah kalian berikan kepada penulis. Semoga
bermanfaat sampai kapanpun.
8. Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih untuk
segalanya.
9. Keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan dukungan
moral, fasilitas dan doa kepada penulis.
10. Sahabat-sahabatku. Selfi Stefani, Yesika Al Istiqomah, Raissa
Andrawina, Imas Atik Aisyah, Rizanty Amanda, Tria Raina, Suci
Ramida, dan Tsurumi Bunga. Terima kasih atas kebersamaannya
selama ini.
11. Tryas Ardyansyah. Terima kasih untuk segala dukungan dan
doanya.
12. Teman-temanku. Nurfitriana, Alvia, Fitria, Rizky Chairani,
Fauziah, dan Ardillah terima kasih atas segala dukungan dan doa
nya. Semoga kita semua sama-sama sukses kedepannya. Aamiin.
13. Teman-teman seperjuangan saat ujian komprehensif: Tria Raina,
Marina, Alinda, Ridhwan, dan Rizky. Terima kasih untuk
keceriannya saat belajar maupun saat hari ujian berlangsung.
14.Nur’aini,Yesika, Nurlailiyah, Wulan Fauzyni dan Egi terima kasih atas semangat dan bantuannya serta kakak kelas yang telah berbagi
pengalaman.
15. Teman-teman Manajemen A dan Manajemen Perbankan. Terima
kasih untuk kebersamaannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat beberapa kekurangan atau
kesalahan baik dari segi tata cara penulisan maupun penyusunan. Oleh karena itu,
segala saran dan masukan dari semua pihak selalu diharapkan untuk perbaikan
dan penyempurnaannya.
Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak dan
dapat menambah wawasan bagi yang membacanya, dan untuk semua orang yang
telah berperan dalam penyusunan skripsi ini, semoga selalu dalam perlindungan
Allah SWT. Atas segala kontribusi, kebaikan dan peran kalian semua saya
ucapkan terima kasih.
Jakarta, 28 Agustus 2013
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... v
ABSTRACT... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ...viii
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL...xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian. ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori... 11
1. Bank ... 11
2. Manajemen Kredit... 11
a. Definisi Kredit... 12
b. Unsur-unsur Kredit... 13
c. Fungsi Kredit... 14
d. Jenis-jenis Kredit... 16
e. Persyaratan Umum Untuk Mengajukan Kredit... 18
f. Prinsip Dasar Pemberian Kredit... 19
4. BIRate. ... 23
5. Dana Pihak Ketiga... 24
6. Non Performing Loan... 26
a. Faktor Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah ... 28
b. Penyelamatan Kredit Bermasalah. ... 29
7. Capital Adequacy Ratio... 29
8. Hubungan Antar Variabel ... 31
B. Penelitian Terdahulu ... 35
C. Kerangka Berpikir ... 39
D. Hipotesis ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 42
B. Metode Penentuan Sampel... 42
C. Metode Pengumpulan Data ... 44
D. Metode Analisis Data... 44
1. Analisis Data Panel ... 44
2. Model Data Panel ... 46
3. Pemilihan Model Data Panel... 47
4. Uji Asumsi Klasik ... 48
5. Uji Hipotesis ... 52
E. Operasional Variabel Penelitian... 54
1. Variabel Independen ... 54
2. Variabel Dependen ... 57
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 58
B. Analisis dan Pembahasan ... 68
1. Analisis Deskriptif Variabel... 68
5. Analisis Regresi Data Panel ... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...100
B. Saran...101
DAFTAR PUSTAKA...103
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu 35
3.1 Sampel Bank 43
4.1 Jumlah Kredit (Jutaan Rupiah) 68
4.2 Tingkat Inflasi (%) 69
4.3 Tingkat BIRate(%) 70
4.4 Jumlah DPK (Jutaan Rupiah) 71
4.5 Tingkat NPL (%) 72
4.6 Tingkat CAR (%) 73
4.7 Hasil Uji ModelCommon Effect 74
4.8 Hasil Uji ModelFixed Effect 76
4.9 Hasil Uji ModelRandom Effect 79
4.10 Hasil Uji Hausman 80
4.11 Korelasi Antar Variabel Bebas 82
4.12 Hasil Uji Park 84
4.13 Hasil Uji Autokorelasi 85
4.14 Hasil Uji F (Simultan) 86
4.15 Hasil Uji t (Parsial) 89
4.16 Hasil Nilai Adjusted R2 92
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Grafik Perkembangan Kredit yang disalurkan 2
2.1 Kerangka Pemikiran 40
3.1 Karakteristik Sampel 43
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Data Variabel Penelitian 107
2. Model Regresi Data Panel 111
3. Uji Asumsi Klasik 114
4. Uji Hipotesis 116
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri perbankan merupakan bagian penting dalam perekonomian
mengingat perannya sebagai perantara keuangan yang mempertemukan pihak
yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Selain itu berperan
pula dalam memperlancar lalu lintas pembayaran. Bank menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan disalurkan kembali dalam bentuk kredit
kepada perusahaan maupun perorangan.
Dari sudut pandang pemerintah, perbankan merupakan agent of development. Posisi perbankan sebagai lembaga perantara memungkinkan ia mampu membagi alokasi finansial yang dimiliki sesuai dengan pihak-pihak yang
membutuhkan. Maka diharapkan suatu perbankan dapat menyalurkan kredit
kepada kelompok yang dianggap layak dan mampu memanfaatkan dana tersebut
pada sektor bisnis yang produktif (Fahmi dan Lavianti, 2010:38).
Pentingnya kredit perbankan dalam pembiayaan perekonomian nasional
dan penggerak pertumbuhan ekonomi, menjadikan penyaluran kredit sebagai
fokus utama perbankan dalam menjalankan perannya. Ketersediaan kredit
memungkinkan rumah tangga untuk melakukan konsumsi yang lebih baik dan
memungkinkan perusahaan untuk melakukan investasi yang tidak bisa dilakukan
Berikut ini akan ditampilkan mengenai data perkembangan jumlah kredit
yang disalurkan oleh Bank Umum Desember 2006-Desember 2011 (Miliar
Rupiah).
Gambar 1.1
Grafik Perkembangan Kredit yang disalurkan Tahun 2006-2011
Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia 2006- 2011, data diolah
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa kredit yang disalurkan bank
umum meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan
masyarakat tidak terbatas, yang menjadikan akan selalu membutuhkan uang untuk
memenuhi kebutuhannya. Mengajukan kredit adalah salah satu cara masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan mereka dan sudah menjadi tugas bank umum untuk
melayani masyarakat tersebut.
Berkaitan dengan kredit yang disalurkan, sektor perbankan di Indonesia
Rp. 234,6 triliun dan berkembang menjadi Rp. 487,4 triliun pada akhir tahun
1998. Pada tahun 1995 bank swasta nasional merupakan kelompok bank dengan
pangsa kredit yang paling besar, yaitu sebesar 48% dari total kredit perbankan.
Rekor ini berturut-turut diikuti oleh kelompok bank pemerintah dengan pangsa
pasar sebesar 39,84%, bank asing dan campuran sebesar 10,33%, dan BPD
sebesar 2,23% (Kuncoro dan Suhardjono, 2011:26).
Terjadinya krisis moneter pada tahun 1997, telah menyeret perbankan
dalam kondisi diambang batas kehancuran yang menjadikan permodalan bank
menurun cukup besar (Siamat, 2005:249). Hal sedemikian rupa disebabkan oleh
penyaluran kredit yang dilakukan secara tidak efektif sehingga meningkatnya
kredit macet pada dunia perbankan menjadikan pendapatan menurun dan
melemahkan kemampuan likuiditas bank bersangkutan.
Dengan semakin parahnya krisis yang terjadi, kegiatan intermediasi di
sektor keuangan terutama perbankan menjadi tersendat. Hal tersebut
mengakibatkan kegiatan ekonomi mengalami kontraksi yang tajam sehingga
secara keseluruhan PDB pada tahun 1998 merosot tajam hingga -13,68%
dibanding tahun 1997 yang mencapai 4,65%. Kerapuhan tersebut terkait dengan
kondisi ekonomi makro yang tidak stabil terutama gejolak nilai tukar rupiah dan
tingginya tingkat suku bunga (Siamat, 2005:103).
Hal serupa dialami pula saat terjadinya krisis global pada tahun 2008 yang
menyebabkan indikator ekonomi makro seperti meningkatnya Inflasi diikuti pula
perekonomian Indonesia karena mendominasi keseluruhan sektor keuangan baik
dari segi kepemilikan aset, pengumpulan dana maupun penyaluran dana (Pohan,
2008:85).
Perekonomian yang memiliki sektor perbankan menguntungkan akan lebih
mampu menahan guncangan negatif dan memberikan kontribusi positif pada
stabilitas sistem keuangan (Athanasoglou et. al, 2005). Namun dalam praktiknya,
perbankan diklasifikasikan sebagai suatu bisnis yang memiliki tingkat risiko yang
tinggi karena sifat bisnisnya berdasarkan pinjaman, membutuhkan pengelolaan
serta pengawasan lebih mendalam atas berbagai aktivitas yang dilakukan dalam
menunjang keberhasilan kinerjanya. Bank merupakan institusi dengan leverage
tinggi dan peningkatan tingkat kegagalan peminjam akan berdampak pada
penurunan modal secara cepat (Hardanto, 2006:106).
Dalam ekonomi makro, Inflasi dan BI Rate turut mempengaruhi peningkatan atau penurunan simpanan masyarakat dan kredit yang disalurkan.
Apabila laju inflasi tinggi dan tidak dapat dikendalikan, upaya perbankan dalam
menghimpun dana masyarakat terganggu sehingga kegiatan penyaluran kredit
menjadi tersendat.
Penyaluran kredit yang tersendat menjadikan pendapatan bank menurun.
Sebab sumber utama pendapatan bank sebagian besar berasal dari kredit yang
disalurkan. Dengan inflasi yang tinggi, pemerintah mengatasi beredarnya uang
Tingginya bunga simpanan yang ditawarkan tentu akan menarik hasrat
masyarakat untuk menyimpan dananya di bank, dengan begitu akan banyak kredit
yang dapat disalurkan. Sedangkan tingginya bunga pinjaman yang ditetapkan
selain berdampak pada keuntungan yang didapat berdampak pula pada penurunan
penyaluran kredit. Sebab keputusan tersebut akan menimbulkan peningkatkan
kredit bermasalah sehingga bank enggan dalam menyalurkan kreditnya.
Selain variabel ekonomi makro yaitu Inflasi dan BI Rate sebagai faktor eksternal. Maka Dana Pihak Ketiga,Non Performing LoandanCapital Adequacy Ratio turut mempengaruhi bank dalam menyalurkan kredit. Dalam usahanya, bank menetapkan strategi untuk menarik masyarakat agar menyimpan uangnya di
bank. Antara lain dengan suku bunga simpanan yang ditawarkan, pelayanan yang
memuaskan, promosi yang menarik dan lain sebagainya. Sebab, kegiatan
penghimpunan dana yang dilakukan bank sebagian besar bersumber dari
simpanan nasabah dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito berjangka.
Pentingnya simpanan nasabah dengan kata lain dana pihak ketiga
mengindikasikan bahwa aktivitas yang dilakukan bank membutuhkan dana
masyarakat (Kuncoro dan Suhardjono, 2011:68) salah satunya adalah
menyalurkan kredit yang menjadi sumber utama pendapatan bank umum. Dengan
meningkatnya dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun akan semakin banyak
kredit yang dapat disalurkan.
Dengan kredit yang disalurkan, bank telah meningkatkan taraf hidup
masyarakat karena kredit tersebut dapat digunakan untuk melakukan investasi
penting dalam perekonomian suatu negara, pihak manajemen bank tidak mungkin
berkehendak sendiri untuk memperbesar volume perkreditan karena ada hal lain
yang harus dipenuhi yang menjadi kewajibannya (Latumaerissa, 1999:46), yaitu
tetap menjaga likuiditas bank bersangkutan.
Mengenai unsur penyaluran kredit yang sehat, pihak bank selalu sadar
bahwa sebagian dana yang mereka salurkan berasal dari dana masyarakat yang
dipercayakan untuk dikelola. Oleh karena itu, manajemen bank harus menerapkan
prinsip kehati-hatian dalam setiap aktivitas yang salah satunya adalah
menyalurkan kredit. Sebab lalai sedikit dalam melakukan perannya, akan
menurunkan keuntungan bahkan dapat merusak kelangsungan hidup bank itu
sendiri. Contohnya adalah terjadinya salah satu risiko yang keberadaannya selalu
diantisipasi karena dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan usaha bank, yaitu
risiko kredit. Risiko ini dicerminkan dengan rasioNon Performing Loan.
Bank yang mengalami kondisi kredit bermasalah menyebabkan citra
kesehatan operasi bank tersebut menurun di mata masyarakat, dunia perbankan
dan bank sentral (Sutojo, 2000:185). Upaya yang dilakukan sebagian besar bank
umum untuk memperkecil risiko kredit tersebut adalah dengan mengalokasikan
sejumlah persentase tertentu dari saldo aktiva produktifnya untuk dijadikan
cadangan penghapusan kredit (Sutojo, 2008:213). Apabila cadangan kerugian
kredit sudah tidak mencukupi, maka akan dibebankan kepada modal bank.
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan usaha.
Suhardjono, 2011:529). Berkaitan dengan yang sudah dipaparkan sebelumnya,
dapat disimpulkan baik faktor internal maupun faktor eksternal berperan penting
dalam peningkatan atau penurunan penyaluran kredit.
Dengan merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sri
Haryati (2009) mengenai “Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia:
Intermediasi dan Pengaruh Variabel Makro Ekonomi”, penelitian ini mencoba
melengkapi dengan menganalisis pengaruh Inflasi, BI Rate, Dana Pihak Ketiga,
Non Performing Loan dan Capital Adequacy Ratio terhadap Penyaluran Kredit dengan menggunakan metode regresi data panel.
Objek penelitian ini dilakukan pada 10 Bank besar di Indonesia
berdasarkan jumlah kredit, dengan tujuan untuk mengetahui kinerja Bank Persero
dan BUSN Devisa dalam melaksanakan perannya sebagai lembaga intermediasi
yang ditinjau pula oleh kondisi ekonomi dengan kata lain kondisi diluar
perusahaan yang turut serta mempengaruhi peningkatan atau penurunan
penyaluran kredit bank tersebut.
Berkaitan dengan terjadinya krisis global pada periode 2008 dengan masa
pemulihan setelahnya menyebabkan perkembangan kinerja bank berfluktuasi
seiring terjadinya krisis tersebut. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya
inflasi pada tahun 2008 dan mulai menurun pertengahan periode 2009 diikuti
dengan periode berikutnya.
Meskipun demikian, pihak manajemen bank yakin masih ada harapan
untuk memperbaiki kondisi ekonomi melalui kredit yang disalurkan apabila
manajemen bank tersebut. Oleh karena itu perlu diteliti faktor apa saja yang
menyebabkan hal tersebut dapat terjadi. Sebab keberhasilan perekonomian
nasional tidak akan terlepas dari meningkatnya pembangunan disegala sektor.
Semakin baik perbankan berperan sebagai lembaga intermediasi,
perkembangan perekonomian suatu negara akan tumbuh lebih cepat. Apabila
kegiatan penyaluran kredit ini berhasil dengan baik maka pendapatan yang berasal
dari pendapatan bunga dan provisi kredit merupakan pendapatan terbesar
operasional bank yang akan meningkatkan profitabilitas (Kuncoro dan
Suhardjono, 2011:206).
Melihat kondisi tersebut, penulis merasa tertarik untuk menganalisa faktor
apa saja yang mempengaruhi penyaluran kredit bank umum sesuai dengan
perannya sebagai lembaga intermediasi. Sehingga penulis membuat judul
penelitian ini “Pengaruh Inflasi, BI Rate, Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan(NPL) danCapital Adequacy Ratio(CAR) Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada 10 Bank Terbesar di Indonesia Berdasarkan Kredit)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka permasalahan yang
dirumuskan adalah:
a. Bagaimana pengaruh Inflasi, BIRate, Dana Pihak Ketiga,Non Performing LoandanCapital Adequacy Ratioterhadap penyaluran kredit?
b. Variabel Independen mana diantara Inflasi, BI Rate, Dana Pihak Ketiga,
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan pada permasalahan diatas, maka tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi, BI Rate, Dana Pihak Ketiga, Non Performing LoandanCapital Adequacy Ratioterhadap penyaluran kredit. b. Untuk menganalisis variabel independen diantara Inflasi, BI Rate, Dana
Pihak Ketiga, Non Performing Loan, dan Capital Adequacy Ratio yang paling dominan mempengaruhi bank dalam menyalurkan kredit.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Perusahaan perbankan
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan pihak
perbankan sebagai bahan evaluasi serta pertimbangan dalam pengambilan
keputusan yang berkenaan dengan perannya sebagai lembaga intermediasi
dengan menjalankannya secara efektif dan efisisen demi memajukan
profitabilitas perbankan itu sendiri.
b. Investor
Bagi pihak investor sendiri, diharapkan nantinya hasil dari
penelitian tersebut bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
seberapa besar menginvestasikan dananya pada bank yang dikehendaki,
c. Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan oleh penulis sebagai media untuk
mengaplikasikan teori yang didapat di bangku perkuliahan terhadap
kenyataan sebenarnya yang terjadi di industri perbankan dan menguji
seberapa besar pengaruh Inflasi, BI Rate, Dana Pihak Ketiga, Non Performing Loan dan Capital Adequacy Ratio terhadap penyaluran kredit yang dilakukan oleh 10 bank terbesar di Indonesia berdasarkan jumlah
kredit.
d. Serta pihak lain
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan kepada pihak lain atau masyarakat mengenai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Bank
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 mengenai perbankan, bank
merupakan “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.”
Definisi bank di atas memberikan tekanan bahwa usaha utama bank
adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber
dana bank. Demikian pula dari segi penyaluran dananya, hendaknya bank
tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi
pemilik tetapi kegiatannya itu harus diarahkan pula pada peningkatan taraf
hidup masyarakat (Siamat, 2005:276).
Ismail (2010:4) menyatakan bahwa bank merupakan lembaga
keuangan yang fungsi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan
pelayanan dalam bentuk jasa perbankan.
2. Manajemen Kredit
Manajemen kredit adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
suatu lembaga atau institusi dengan mempergunakan sumber daya yang
memimpin sehubungan dengan ruang lingkup dan berbagai kebijakan yang
berhubungan dengan kredit beserta aturannya (Fahmi dan Lavianti, 2010:3).
Diterapkannya manajemen kredit, bertujuan agar segala kegiatan
dibidang perkreditan dapat dikelola secara baik sesuai dengan visi misi yang
telah ditetapkan oleh bank bersangkutan. Walaupun bank telah merencanakan
untuk menjalankan kebijaksanaan perkreditan secara sehat, tidak berarti bank
terlepas dari suatu risiko. Risiko pasti ada dalam setiap kegiatan perbankan
yang nantinya dapat menimbulkan kerugian jika tidak dikelola sebagaimana
mestinya.
a. Definisi Kredit
Dalam bahasa latin, kredit disebut “credere” yang artinya
percaya. Maksudnya kreditur percaya kepada debitur bahwa kredit yang
disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi
debitur berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban
untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka
waktunya (Kasmir, 2003:72).
Berdasarkan UU No. 10 tahun 1988 tentang perubahan atas UU
No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan kredit
adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
Menyalurkan kredit merupakan salah satu kegiatan bank umum
yang bersumber dari dana masyarakat yang berhasil dihimpun dalam
rangka menjalankan tugasnya sebagai lembaga intermediasi. Sebelum
kredit disalurkan kepada pihak yang membutuhkan, bank terlebih dahulu
harus menilai kelayakan usaha para debiturnya untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan semacam munculnya risiko kredit (kredit
bermasalah) yang dapat merugikan kelangsungan hidup bank itu sendiri.
b. Unsur-Unsur Kredit
Dari pengertian di atas, menurut Ismail (2010:94) maka
unsur-unsur kredit adalah sebagai berikut:
1) Kreditur
Kreditur merupakan pihak yang memberikan kredit kepada
pihak lain yang mendapat pinjaman. Pihak tersebut bisa perorangan
atau badan usaha.
2) Debitur
Debitur merupakan pihak yang membutuhkan dana, atau pihak
yang mendapat pinjaman dari bank.
3) Kepercayaan
Kreditur memberikan kepercayaan kepada debitur, bahwa
debitur akan memenuhi kewajibannya untuk membayar pinjamannya
4) Perjanjian
Perjanjian merupakan suatu kesepakatan yang dilakukan antara
kreditur (pihak pemberi pinjaman) dengan debitur (pihak yang
mendapat pinjaman).
5) Risiko
Setiap dana yang disalurkan oleh bank selalu mengandung
adanya risiko tidak kembalinya dana. Risiko adalah kemungkinan
kerugian yang timbul atas penyaluran kredit bank.
6) Jangka waktu
Jangka waktu merupakan lamanya waktu yang diperlukan oleh
debitur untuk membayar pinjamannya kepada kreditur.
7) Balas Jasa
Sebagai imbalan atas dana yang disalurkan oleh kreditur, maka
debitur akan membayar sejumlah uang tertentu sesuai dengan
perjanjian. Imbalan ini dikenal dengan sebutan bunga bank bagi bank
konvensional, dan bagi hasil untuk bank syariah.
c. Fungsi Kredit
Irham dan Lavianti (2010:50) menyatakan fungsi kredit perbankan
dalam aktivitas perekonomian suatu negara adalah sebagai berikut:
1) Fungsi kredit berusaha memposisikan uang sebagai alat pertukaran
yang efektif
menganggur dengan menyalurkan dana tersebut kepada pihak yang
membutuhkan dan yang mampu mengelolanya, yaitu mengelola uang
tersebut untuk membeli barang dan jasa sesuai kebutuhan.
2) Fungsi kredit sebagai penyalur dana dan pembina bagi dunia usaha
Dunia usaha adalah pihak yang paling dominan dalam
menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sehingga dengan bantuan kredit yang disalurkan perbankan,
diharapkan akan mampu mengatasi kekurangan dana yang selama ini
tidak tercukupi untuk membeli kebutuhan yang sudah direncanakan.
3) Fungsi kredit untuk menciptakan pemerataan pendapatan
Para pebisnis yang berencana memperluas usahanya, akan
membuat pengangguran sedikit berkurang karena akan ada tenaga
kerja baru yang diharapkan mengelola bisnis tersebut. Sehingga
dengan tertampungnya tenaga kerja baru diharapkan pendapatan
pemerataan akan tercipta.
4) Fungsi kredit sebagai salah satu alat dalam menggairahkan bisnis
internasional
Setiap pelaku bisnis yang terlibat dalam perdagangan
internasional yang juga melakukan tindakan ekspor dan impor, maka
kebutuhan akan kredit dalam bentuk mata uang asing akan meningkat.
Dimana pada saat proyek yang dikerjakan membutuhkan mata uang
asing, maka perbankan perlu mempunyai simpanan dan menyalurkan
kegairahan pebisnis untuk masuk ke pasar tradisional akan lebih
mudah.
5) Fungsi kredit untuk meningkatkan aktivitas penggunaan barang dan
jasa
Dana yang diperoleh pebisnis dari perbankan akan membuat
mereka dapat membeli bahan baku dan melakukan prosesnya hingga
menjadi barang jadi. Tindakan ini diharapkan akan meningkatkan nilai
barang tersebut, begitupun dari segi jasa.
6) Fungsi kredit sebagai pendorong dan pencipta stabilitas ekonomi
Pada saat suatu negara mengalami masalah perekonomian,
diharapkan kredit ini dapat mengembalikan stabilitas perekonomian
tersebut dengan cara mengendalikan inflasi, menciptakan pembukaan
lapangan pekerjaan, memenuhi kebutuhan pokok rakyat dan
mendukung dunia usaha khususnya bidang ekspor dan impor.
d. Jenis-Jenis Kredit
1) Dilihat dari segi kegunaannya, sebagai berikut:
a) Kredit modal kerja
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh: kredit
modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji
pegawai atau biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi
b) Kredit investasi
Yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan
untuk keperluan membangun suatu proyek baru dengan masa
pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih panjang dan
dibutuhkan modal yang besar pula. Misalnya untuk membangun
pabrik atau membeli mesin-mesin.
2) Sedangkan dilihat dari segi tujuan kredit, adalah sebagai berikut:
a) Kredit produktif
Merupakan kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha
yang akan menghasilkan barang dan jasa. Kredit ini pada umumnya
diajukan oleh mereka yang bergerak dalam dunia usaha, dimana
mereka membutuhkan dana untuk berekspansi bisnis atau bertujuan
untuk meningkatkan hasil grafik yang telah diperoleh saat ini untuk
menjadi lebih baik lagi (Fahmi dan Lavianti,2010:8).
b) Kredit konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan dalam rangka pengadaan
barang atau jasa untuk tujuan konsumsi, dan bukan sebagai barang
modal dalam kegiatan usaha nasabah. Jadi kredit konsumtif ini
lebih dipergunakan untuk kebutuhan pribadi seperti membeli
sepeda motor, mobil, rumah, peralatan rumah tangga dan
c) Kredit perdagangan
Merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan
perdagangan dan kredit ini sering diberikan kepada supplier yang
akan membeli barang dalam jumlah tertentu.
e. Persyaratan Umum Untuk Mengajukan Kredit
Untuk mengajukan pinjaman kredit ke suatu lembaga perbankan.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon debitur sebagai
syarat administrasi, yaitu:
1) Fotocopy KTP (Kartu Identitas Pemohon). Fotocopy KTP istri jika
pemohon adalah suami, begitu pula sebaliknya.
2) Fotocopy KK (Kartu Keluarga).
3) SK 80% dan 100% (Untuk 80% khusus bagi PNS, namun jika pegawai
swasta juga memilikinya agar turut menyertakannya).
4) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
5) Sertifikat kepemilikan rumah dan tanah sebagai jaminan, atau BPKB
kendaraan.
6) Buku tabungan baik di bank tersebut maupun di bank lain.
7) Surat keterangan tempat bekerja (bagi pegawai kontrak).
8) Slip gaji 3 atau 4 bulan terakhir.
9) Mengisi formulir pengajuan kredit sesuai permintaan. Contohnya
mengisi formulir pengajuan kredit KPR bila ingin mengambil
10) Surat keterangan sanggup membayar cicilan kredit dengan baik jika
masa pensiun kerja semakin dekat.
f. Prinsip Dasar Pemberian Kredit
Jaminan kredit yang diberikan nasabah kepada bank hanya
merupakan tambahan terutama untuk melindungi kredit macet yang
disebabkan suatu hal. Oleh karena itu, bank harus menerapkan prinsip
kehati-hatian dalam pemberian kreditnya. Ismail (2010:112) menyatakan
prinsip pemberian kredit tersebut dapat dianalisis dengan 5C yaitu sebagai
berikut:
1) Character
Character menggambarkan watak dan kepribadian calon debitur. Bank perlu melakukan analisis terhadap karakter calon
debitur tersebut yang tujuannya untuk mengetahui bahwa calon
debitur mempunyai keinginan untuk memenuhi kewajiban membayar
pinjamannya sampai dengan lunas.
2) Capacity
Bank perlu mengetahui dengan pasti kemampuan calon debitur
tersebut. Semakin baik kemampuan keuangan calon debitur, maka
akan semakin baik pula kemungkinan kualitas kreditnya dimana dapat
dipastikan kredit tersebut dapat dibayar secara tepat waktu.
3) Capital
meyakinkan bank akan keseriusan calon debitur dalam mengajukan
kredit.
4) Collateral
Collateral merupakan jaminan yang diberikan oleh calon debitur atas kredit yang diajukan. Jaminan merupakan sumber
pembiayaan kedua kalau debitur tidak dapat membayar angsurannya.
Hendaknya jaminan tersebut melebihi jumlah kredit yang diberikan.
5) Condition of Economic
Bank perlu mempertimbangkan sektor usaha calon debitur
dikaitkan dengan kondisi ekonomi, apakah kondisi ekonomi tersebut
akan berpengaruh pada usaha calon debitur di masa yang akan datang.
3. Inflasi
Inflasi menurut Pohan (2008:158) adalah suatu keadaan dimana harga
meningkat secara terus menerus yang terjadi pada seluruh kelompok barang
dan jasa. Dengan mempertimbangkan faktor lain dalam perekonomian, pada
saat inflasi meningkat Bank Indonesia meminimalisir dengan meningkatkan
BIRate. Begitupun sebaliknya.
Peningkatan BI rate direspon bank umum dengan menaikkan suku bunga pinjaman lebih tinggi daripada suku bunga simpanan, sehingga
menghasilkan NIM yang positif. Ketika inflasi meningkat sangat tinggi,
kenaikan suku bunga simpanan akan diikuti oleh kenaikan suku bunga
Dalam kondisi seperti itu, masyarakat lebih memilih menempatkan
dananya di bank daripada melakukan peminjaman, sebab mereka
mengharapkan bunga simpanan atas dana yang dihimpun. Namun hal tersebut
membuat bank mempunyai biaya operasional yang lebih besar. Dengan
meningkatnya suku bunga simpanan, suku bunga pinjaman pun ikut
meningkat. Dengan penetapan suku bunga pinjaman yang tinggi
menyebabkan para debitur kesulitan dalam melunasi pinjamannya.
Febrina (2009) mengatakan bahwa inflasi yang tinggi menyebabkan
ketidakstabilan makro yang mengakibatkan meningkatnya risiko bank dan
selanjutnya berdampak pada pendapatan bank. Kenaikan inflasi yang terjadi
terus menerus telah menimbulkan beberapa dampak buruk kepada
masyarakat, para nasabah, kreditur/debitur, ataupun kegiatan perekonomian
secara keseluruhan. Dampak inflasi terhadap individu dan masyarakat
menurut Rahardja dan Manurung (2004:169), antara lain sebagai berikut:
a. Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat
Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menjadi berkurang,
apalagi bagi orang-orang yang berpendapatan tetap. Kenaikan upah tidak
secepat kenaikan harga-harga, maka inflasi akan menurunkan upah riil
setiap individu yang berpendapatan tetap.
b. Memperburuk distribusi pendapatan
Bagi masyarakat yang berpendapatan tetap akan menghadapi
kemerosotan nilai riil dari pendapatannya dan pemilik kekayaan dalam
pemilik kekayaan tetap seperti tanah atau bangunan, mereka dapat
mempertahankan atau justru menambah nilai riil kekayaannya.
Menurut Rahardja dan Manurung (2004) suatu perekonomian
dikatakan telah mengalami inflasi jika terjadi kenaikan harga yang
bersifat umum dan berlangsung terus-menerus. Ada beberapa indikator
yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu perekonomian
sedang dilanda inflasi atau tidak. Indikator tersebut diantaranya:
a. Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks Harga Konsumen adalah indeks harga yang paling
umum dipakai sebagai indikator inflasi. Indeks Harga Konsumen
mempresentasikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
masyarakat dalam suatu periode tertentu.
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang
menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang
diperdagangkan pada tingkat produsen di suatu daerah pada periode
tertentu. Pada Indeks Harga Perdagangan Besar yang diamati adalah
barang-barang mentah dan barang setengah jadi yang merupakan input
bagi produsen.
c. GDP Deflator
GDP Deflator merupakan perbandingan antara tingkat
4. BIRate
Bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh bank dan
nasabah sebagai balas jasa atas transaksi antara mereka (Ismail, 2010:131).
Suku bunga juga dapat diartikan sebagai pendapatan yang diterima kreditur
atas kredit yang telah disalurkan yang disebut bunga pinjaman serta
kewajiban bank dalam memberikan imbalan kepada masyarakat atas dana
yang telah mereka himpun yang disebut dengan bunga simpanan.
Berdasarkan www.bi.go.id, BIRatemerupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank
Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan
diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia
melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran
operasional kebijakan moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada
perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar BankOvernight. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia
pada umumnya akan menaikkan BIRateapabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan
menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan (www.bi.go.id).
Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate
kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih besar terhadap
pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI Rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps (www.bi.go.id).
5. Dana Pihak Ketiga
Dalam rangka mendukung aktivitas operasional bank yang kaitannya
dengan penyaluran dana, bank perlu memperoleh sumber dana yang cukup
untuk mendukung kegiatan tersebut. Salah satunya adalah dana masyarakat
yang merupakan mayoritas dari seluruh dana yang dihimpun oleh bank dalam
kegiatan usaha sehari-hari (Kuncoro dan Suhardjono, 2011:68). Dengan kata
lain, dana pihak ketiga berperan sebagai input dalam menyalurkan kredit.
Dana Pihak Ketiga merupakan dana simpanan masyarakat dalam
bentuk giro, tabungan dan deposito. Dengan sumber dana ini, bank
memanfaatkannya sebagai ladang yang dapat menghasilkan pendapatan bagi
bank yang salah satunya adalah menyalurkan kredit. Ismail (2010:43)
mengatakan sumber dana yang berasal dari pihak ketiga ini antara lain:
a. Giro
Giro merupakan simpanan yang berasal dari dana pihak ketiga
yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan
sarana penarikan berupa cek, bilyet giro, dan sarana penarikan lainnya.
Giro sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam melakukan transaksi
bisnisnya, karena memberikan kemudahan tersendiri. Memiliki rekening
b. Tabungan
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 mengenai
perbankan, bahwa tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau alat lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu.
c. Deposito
Deposito merupakan jenis simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan
antara bank dan nasabah. Deposito dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
deposito berjangka, sertifikat deposito, dandeposito on call.
Deposito berjangka merupakan simpanan berjangka yang dapat
dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang disepakati. Pemegang deposito
berjangka akan mendapat bilyet deposito sebagai bukti hak
kepemilikannya. Sertifikat Deposito adalah simpanan dalam bentuk
deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan
atau diperjualbelikan.
Sedangkan Deposit on Call adalah jenis simpanan berjangka yang penarikannya perlu memberitahukan terlebih dahulu kepada bank penerbit
6. Non Performing Loan(NPL)
Non Performing Loan/kredit bermasalah merupakan suatu kedaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh
kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikannya. Kredit
bermasalah menurut Bank Indonesia merupakan kredit yang digolongkan ke
dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet (Kuncoro dan
Suhardjono, 2011:420).
Kredit bermasalah merupakan rasio dari risiko kredit, dimana NPL
ini adalah sebuah kondisi yang sangat ditakuti oleh setiap pegawai bank.
Karena dengan kredit bermasalah tersebut akan menyebabkan menurunnya
pendapatan bank yang selanjutnya memungkinkan terjadinya penurunan
laba (Kuncoro dan Suhardjono, 2011:427).
Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terlebih
dahulu terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali
kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan pengawasan
dan pembinaan atas tahap-tahap pemberian kredit yang dilakukannya
(Kuncoro dan Suhardjono, 2011:243).
Sutojo (2008:13) mengatakan, Bank Indonesia menggolongkan
kredit bermasalah di Indonesia ke dalam tiga kelompok antara lain sebagai
berikut:
1) Kredit Kurang Lancar. Dalam paket Peraturan Pemerintah bulan
untuk KPR, kredit tanpa angsuran dan kredit yang diselamatkan.
Dimana terdapat tunggakan pembayaran pokok dan bunga
melampaui 90 hari-180 hari.
2) Kredit yang diragukan adalah kredit tersebut tidak dapat
diselamatkan, tetapi nilai jaminan kreditnya tidak kurang dari
100% nilai kredit dan bunga yang tertunggak. Dimana terdapat
tunggakan pembayaran pokok dan bunga melampaui 180 hari-270
hari (PBI No.7/2/PBI/2005, 27 November 2005).
3) Kredit Macet adalah kredit yang tidak memenuhi kriteria kredit
lancar, kurang lancar dan kredit diragukan. Dapat memenuhi
kriteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka waktu 21 bulan
semenjak masa penggolongan kredit diragukan belum terjadi
pelunasan pinjaman atau usaha penyelamatan kredit.
Batas rasio NPL yang diperbolehkan Bank Indonesia maksimal
5%, jika melebihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan
bank bersangkutan. Tingkat NPL yang semakin besar menunjukkan bank
tersebut tidak profesional dalam mengelola kredit (Riyadi, 2006:161).
Apabila rasio NPL menurun, menandakan telah dilaksanakan
perbaikan kualitas kredit yang diikuti dengan tingginya penyaluran kredit
perbankan. Perbaikan kualitas kredit perbankan tidak terlepas dari upaya
restrukturisasi maupun hapus buku yang dilakukan bank. Untuk
mengantisipasi peningkatan risiko kredit, bank dapat melakukan
keseluruhan risikonya menurun (Prayudi, 2011:14). Perhitungan NPL
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Faktor Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah
Arthesa dan Edia (2006:182) memberikan penjelasan
mengenai penyebab terjadinya kredit bermasalah, antara lain sebagai
berikut:
1) Pihak Debitur
a) Manajemen usaha yang menunjukkan perubahan, misalnya
terjadi penggantian pengurus, perselisihan, ketidakmampuan
menangani ekspansi usaha dan lainnya.
b) Operasional usaha yang semakin memburuk, seperti
kehilangan pelanggan, berkurangnya bahan pasokan, rusaknya
mesin-mesin, dan lain-lain.
c) Iktikad yang kurang baik dari pihak debitur, misalnya mereka
sudah berniat untuk melakukan tindakan moralhazard. 2) Pihak Bank
a) Keterbatasan kemampuan sumber daya manusia, misalnya
pejabat bank kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam mengelola perkreditan.
c) Iktikad yang kurang baik dari pejabat bank, misalnya terjadi
kolusi dengan pihak debitur demi kepentingan pribadi.
3) Pihak Lainnya
a) Terjadinya faktor eksternal diluar kemampuan debitur, seperti
bencana alam, kebakaran, perampokan dan lain-lain.
b) Kondisi perekonomian yang tidak stabil dalam perkembangan
iklim usaha, Misalnya terjadi krisis moneter.
b. Penyelamatan Kredit Bermasalah
Siamat (2005:363) mengatakan upaya menangani kredit
bermasalah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Rescheduling(Penjadwalan Ulang) 2) Reconditioning(Persyaratan Ulang) 3) Restructuring(Penataan Ulang) 4) Serta Eksekusi Barang Jaminan
7. Capital Adequacy Ratio(CAR)
Dalam perusahaan perbankan, segala proses produksi dapat
berlangsung apabila memiliki sejumlah modal yang memadai. Penggunaan
modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna
menunjang kegiatan operasi bank. Namun dalam praktiknya, menetapkan
berapa besarnya batas wajar kebutuhan modal suatu bank merupakan tugas
yang cukup kompleks. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan
dipertahankan oleh setiap bank, yang mana ketentuan pemenuhan permodalan
minimum bank disebut denganCapital Adequacy Ratio(Siamat, 2005:287). Rasio kecukupan modal merupakan ukuran modal bank. Dimana rasio
ini berperan untuk mengamankan para deposan, mendukung kestabilan,
konsistensi serta efisiensi bank (Siddiqui, 2008). Untuk saat ini, minimal
CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), atau
ditambah dengan risiko pasar dan risiko operasional, tergantung kondisi bank
bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, mengacu pada
standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking For International Settlement (Riyadi, 2006:161). Perhitungan CAR dapat dituliskan sebagai berikut:
Tersedianya modal bank yang melebihi kecukupan yang telah
ditentukan akan menjaga tingkat profitabilitas bank. Karena modal ini juga
berfungsi sebagai penutup kerugian usaha akibat salah satu atau kombinasi
usaha perbankan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hassan dan Bashir (2003)
yang menyatakan CAR berfungsi mengurangi biaya dari segi pendanaan dan
risiko.
Berdasarkan sudut pandang deposan, modal bank memegang peranan
penting tersendiri dimana para penitip uang pada umumnya menuntut agar
bank mempunyai modal yang cukup untuk menutupi risiko usaha yang
tidak selalu berjalan mulus, dengan kata lain tidak semua pinjaman yang
diberikan dapat ditagih kembali.
8. Hubungan Antar Variabel
a. Pengaruh Inflasi terhadap penyaluran kredit
Inflasi menurut Pohan (2008:158) adalah suatu keadaan dimana
harga meningkat secara terus menerus yang terjadi pada seluruh kelompok
barang dan jasa. Inflasi merupakan variabel ekonomi makro yang dapat
dikatakan mempunyai pengaruh atas kredit yang disalurkan bank. Sebab
dengan meningkatnya inflasi, pemerintah mengambil kebijakan dengan
menaikkan BIRate yang berdampak pada kenaikan suku bunga simpanan maupun suku bunga kredit bank umum.
Kenaikan suku bunga simpanan tersebut akan memacu keinginan
masyarakat untuk menyimpan dananya di bank, dengan begitu akan
banyak dana pihak ketiga yang dihimpun kemudian diputar kembali
dengan menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan. Disisi
lain, peningkatan suku bunga pinjaman akan menghambat bank dalam
menyalurkan kreditnya. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Sujati (2007) menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap
penyaluran kredit.
b. Pengaruh BIRateterhadap penyaluran kredit
BI Rate merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
peningkatan. Dengan ditetapkannya BI Rate sebagai solusi masalah atas meningkatnya inflasi, maka suku bunga simpanan meningkat dan diikuti
dengan suku bunga pinjaman agar tidak terjadinegative spread.
Dengan meningkatnya suku bunga pinjaman, tentu masyarakat
tidak mau melakukan peminjaman dan menyebabkan bank tersendat dalam
menyalurkan dananya. Pada tahun 1997-1998 suku bunga kredit yang
tidak pernah diperkirakan akan melampaui 20% setahun, ternyata naik
menjadi di atas 60% atau lebih yang mengakibatkan banyaknya kredit dari
berbagai sektor menjadi bermasalah (Kuncoro dan Suhardjono, 2011:419).
Hal tersebut dapat mengurangi kemampuan bank dalam menyalurkan
kreditnya. Model teoritis ini juga didukung oleh hasil penelitian terdahulu
yang dilakukan Haryati (2009) yang menunjukkan bahwa BI Rate
berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit.
c. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran kredit
Dalam melakukan kegiatan usahanya sehari-hari, bank harus
mempunyai dana agar dapat memberikan kredit kepada masyarakat. Salah
satunya adalah dana masyarakat yang merupakan mayoritas dari seluruh
dana yang dihimpun oleh bank dalam kegiatan usaha sehari-hari (Kuncoro
dan Suhardjono, 2011:68). Dana pihak ketiga merupakan sumber dana
masyarakat yang dihimpun bank yang terdiri dari giro, tabungan dan
deposito.
dalam menyalurkan kredit kepada pihak yang membutuhkan. Hasil
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Haryati (2009), Hasanudin
(2010), dan Pratama (2010) menyatakan bahwa dana pihak ketiga ini
berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit.
d. PengaruhNon Performing Loanterhadap penyaluran kredit
Non Performing Loan/kredit bermasalah merupakan rasio dari risiko kredit, dimanaNon Performing Loanini adalah sebuah kondisi yang sangat ditakuti oleh setiap pegawai bank. Karena dengan kredit
bermasalah tersebut akan menyebabkan menurunnya pendapatan bank
yang selanjutnya memungkinkan terjadinya penurunan laba (Kuncoro dan
Suhardjono, 2011:427).
Bank yang dalam kegiatan menyalurkan kreditnya tidak
memperhatikan prinsip kehati-hatian bank, kemungkinan akan berpotensi
terjadinya Non Performing Loan (kredit bermasalah). Terjadinya Non Performing Loan ini akan memperburuk kondisi kesehatan bank sekaligus menyebabkan ketidakmampuan bank dalam menyalurkan kreditnya. Hasil
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pratama (2010) menyatakan
bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit.
e. PengaruhCapital Adequacy Ratioterhadap penyaluran kredit
Capital Adequacy Ratio merupakan rasio dari kecukupan modal. Dengan modal yang dimiliki, bank dapat menggunakannya untuk kegiatan
operasional. Salah satunya adalah menyalurkan kredit. Ketika persediaan
dibantu dengan modal. Begitupun ketika terjadi risiko kredit (Non Performing Loan), dapat diatasi dengan modal tersebut. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Pratama (2010), Satria dan bagus (2010)
menyatakan bahwa rasio kecukupan modal (CAR) berpengaruh positif
B. Penelitian Terdahulu
Sebagai landasan dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian yang
dahulu pernah dilakukan oleh peneliti lain, diantaranya sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Metode Penemuan
No Peneliti Judul Variabel Metode Penemuan
Kerangka berpikir merupakan suatu proses berawal dari peneliti
memperoleh data kemudian mengolah data tersebut dan menginterpretasikan hasil
data yang telah diolah. Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berfikir
yang penulis bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses dari penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
10 Bank Umum di Indonesia periode 2006-2011
Uji Model Regresi Data
Panel
Uji Chow
Variabel Independen: Inflasi BIRate
DPK NPL CAR
Uji asumsi klasik: Normalitas Multikolinearitas Heteroskedastisitas
Autokorelasi
Common Effect Random Effect
Uji t Uji F
Fixed Effect
Variabel Dependen:
Kredit
Uji Hausman
Regresi PanelRandom Effect
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu penjelasan sementara mengenai perilaku,
fenomena, atau suatu keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi yang
merupakan pernyataan penelitian tentang hubungan antara variabel dalam
penelitian serta merupakan pernyataan paling spesifik. Dengan kata lain, hipotesis
merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara yang disusun oleh peneliti
yang akan dibuktikan kebenaranya setelah data empiris diperoleh.
Berdasarkan kerangka pemikiran mengenai “Pengaruh Inflasi, BI Rate, Dana Pihak Ketiga, Non Performing Loan dan Capital Adequacy RatioTerhadap Penyaluran Kredit pada 10 bank terbesar di Indonesia berdasarkan kredit”, maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Ha1:Inflasi berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit
2. Ha2:BI Rateberpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit
3. Ha3: Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif terhadap penyaluran
kredit
4. Ha4: Non Performing Loan berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini menganalisis pengaruh Inflasi, BIRate, Dana Pihak Ketiga, Non Performing Loan (NPL) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap penyaluran kredit yang dilakukan pada 10 Bank terbesar di Indonesia
berdasarkan jumlah kredit yang disalurkan pada tahun 2011 dengan menggunakan
data laporan keuangan yang diperoleh dari Bank Indonesia.
Penelitian ini dilakukan selama 6 tahun terhitung mulai tahun 2006-2011.
Perhitungan dan pengelolaan data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi data panel melaluisoftwareEviews 6.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum
Konvensional yang mempublikasikan laporan keuangannya kepada Bank
Indonesia. Untuk penarikan sampel digunakan pendekatan “Non Probability
Random Sampling”dengan teknik “Purvosive Sampling”yaitu teknik penentuan
sampel dengan menggunakan beberapa pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2003:122). Adapun karakteristik yang ditetapkan penulis untuk dijadikan sampel
Gambar 3.1 Karakteristik Sampel
Setelah ditetapkannya karakteristik tersebut, didapatkan 10 Bank terbesar
di Indonesia yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, antara lain sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Sampel Bank
No Bank Jumlah Kredit (Jutaan Rupiah)
1 Bank Rakyat Indonesia Rp. 283.586.497
2 Mandiri Rp. 273.962.101
3 Bank Central Asia Rp. 202.268.608
4 Bank Negara Indonesia Rp. 158.164.743
5 Bank Niaga Rp. 120.219.882
6 Bank Danamon Rp. 86.699.835
7 Panin Bank Rp. 70.793.812
8 Permata Bank Rp. 65.859.107
9 Bank Internasional Indonesia Rp. 62.574.123
10 Bank Tabungan Negara Rp. 59.337.756
Bank Umum
Konvensional
Bank yang Telah Menjadikan Dirinya Go
Publik
Termasuk 10 Bank Terbesar di Indonesia
Berdasarkan Jumlah Kredit tahun 2011
Telah Mempublikasikan Laporan Keuangannya kepada Bank
C. Metode Pengumpulan Data
Pada saat melakukan sebuah penelitian, dibutuhkan data dan informasi
yang relevan untuk dianalisis. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
merupakan data sekunder dengan cara mengumpulkan dokumen atau laporan
terkait dengan penelitian yang dilakukan. Data sekunder ini diambil dari data
keuangan yang dipublikasikan Bank Indonesia dengan mengunjungi situs
www.bi.go.id, www.idx.co.id disertai dengan riset kepustakaan pada Bank
Indonesia.
Riset kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dalam penelitian
yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data sekunder yang akan
digunakan sebagai landasan teoritis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
dengan cara mempelajari buku-buku, jurnal serta sumber lain yang relevan dengan
masalah yang dibahas dalam penelitian. Adapun website jurnal yang digunakan
dalam penelitian ini adalah www.google.com dan www.proquest.com.
D. Metode Analisis data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Data Panel
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi data
panel yang merupakan gabungan antara time series (periode penelitian) dengan cross section (perusahaan). Gujarati (2003) menjelaskan beberapa keuntungan penelitian dengan menggunakan regresi data panel.
banyak variasi, sedikit kolinearitas antar variabel, lebih banyakdegree of freedomdan lebih efisien.
b) Dengan mempelajari observasi cross section yang berulang-ulang, data panel paling cocok untuk mempelajari dinamika perubahan.
c) Data panel paling baik digunakan untuk mendeteksi dan mengukur
dampak yang secara sederhana tidak bisa dilihat pada data cross sectionmurni atau time series murni.
d) Data panel memudahkan untuk mempelajari model perilaku yang
rumit.
Rumus regresi data panel:
Yit= b0+ b1X1it+ b2X2it+ b3X3it+ b4X4it+ b5X5it+ εit
Model regresinya dalam bentuk log log, adalah sebagai berikut:
lnYit= b0+ b1lnX1it+ b2lnX2it+ b3lnX3it+ b4lnX4it+ b5lnX5it+ εit
Keterangan:
Y: Variabel Dependen: Kredit
b0: Konstanta
X1: Inflasi
X2: BIRate
X3: Dana Pihak Ketiga
X4:Non Performing Loan(NPL) X5:Capital Adequacy Ratio(CAR)
b (1,2,3,4,5) : Koefisien regresi masing-masing variabel independen
i : perusahaan
ε:error term
2. Model Data Panel
Nachrowi dan Usman, (2006:311) mengatakan ada beberapa
metode yang biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi dengan
menggunakan data panel yaitu dengan model Ordinary Least Square, modelFixed Effects, dan modelRandom Effects.
Ordinary Least Square merupakan metode paling sederhana dalam melakukan pengolahan data panel. Pendekatan ini biasa digunakan untuk
mengolah data berbentuk pool. Kelemahan yang dimiliki Ordinary Least Square ini adalah tidak memperlihatkan perbedaan, baik antar individu mapupun antar waktu. Diestimasikan bahwa perilaku antara perusahaan,
sama dalam beberapa kurun waktu.
Fixed Effect merupakan teknik mengestimasi data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan
intersep. Sedangkan Random Effect ini dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan model efek tetap yang menggunakan variabel semu sehingga
model mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel dummy,
model Random Effect menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar objek. Namun salah satu syarat untuk
3. Pemilihan Model Data Panel
Pemilihan jenis model dalam data panel, adalah sebagai berikut:
a. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk membandingkan apakah model
Fixed Effect atau Common Effect yang lebih sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini rumus uji Chow yang mengacu
kepada Widarjono (2009:238).
Dimana:
RSSı:Residual sum of squares Common Effect
RSS₂:Residual sum of squares Fixed Effect
m :dfuntuknumerator
n : Jumlahobservasi
k: Jumlah parameter dalam modelFixed Effect
Hipotesis yang digunakan adalah:
Ho :Common Effectmodel H1:Fixed Effectmodel
Berdasarkan hipotesis yang telah dibuat, apabila hitung <
F-tabel, maka Ho diterima sehingga dalam penelitian ini menggunakan
Common Effect (OLS) dan tidak perlu melakukan Hausman test.
Namun sebaliknya, apabila F-hitung > F-tabel maka model yang tepat
b. Uji Hausman
Uji Hausman ini digunakan untuk menguji apakah dalam
penelitian ini lebih baik menggunakan model Fixed Effect atau
Random Effect. Berikut ini hipotesis yang digunakan: H0:Random Effectmodel
H1:Fixed Effectmodel
Statistik uji hausman ini mengikuti distribusi statistik chi-square dengan df sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel independen. Jika nilaichi-squarestatistik hausman >chi-squaretabel, maka H0 ditolak dan model yang lebih tepat adalah model Fixed
Effect, begitupun sebaliknya. Bila nilai chi-squarestatistik hausman <
chi-square tabel, maka model yang lebih tepat adalah modelRandom Effect(Widarjono, 2009:241).
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi data panel, variabelnya berdistribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data
normal. Uji normalitas ini dapat diketahui dengan melihat kepada
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu kondisi adanya hubungan
linear antar variabel independen. Melibatkan beberapa variabel
independen, menjadikan multikolinearitas tidak akan terjadi pada
persamaan regresi sederhana (satu variabel dependen dan satu
variabel independen).
Dalam model regresi data panel jika terjadi korelasi antara
masing-masing variabel independen, maka dikatakan terjadinya
gejala multikolinearitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak
terjadi korelasi antar variabel independennya. Pengujian ada
tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilakukan dengan
menghitung koefisien korelasi antar variabel independen (Winarno,
2007:108).
Suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah
tingkat korelasinya kurang dari 0,85. Jika mempunyai korelasi
melebihi 0,85 maka ada kemungkinan mengandung unsur
multikolinearitas (Widarjono, 2010:77). Dimana nilai R2 tinggi namun banyak variabel independen yang tidak signifikan terhadap
variabel dependen, maka hal ini merupakan gejala terdapatnya
multikolinearitas dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Suliyanto (2011:95) uji Heteroskedastisitas
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut Heteroskedastisitas. Data yang baik adalah data
yang bersifat homoskedastisitas. Homoskedastisitas terjadi jika
varian variabel pada model regresi memiliki nilai yang konstan.
Model regresi yang baik akan meninggalkan residu (error) yang diasumsikan terdistribusi normal, yang tidak saling
berkorelasi atau tidak menunjukkan pola tertentu. Untuk menguji
apakah model mengandung heteroskedastis atau tidak dapat
menggunakan salah satunya adalah uji Park. Uji Park merupakan
cara untuk menguji masalah heteroskedastisitas data. Uji Park ini
dikembangkan oleh Park tahun 1966 (Winarno, 2009:118).
Langkahnya sebagai berikut:
ln (residual²) = b0+ b1X1it + ε
Ln merupakan ln dari variabel residual²
b0= Konstanta
X1= Variabel independen
Lalu lihat hasil regresi dan lihat koefisien parameter untuk
masing-masing variabel. Apabila masing-masing variabel
independen memiliki tingkat signifikansi > 0,05 maka dinyatakan