ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK DI WILAYAH
KECAMATAN CAKUNG
(Studi Empiris pada Wajib Pajak di Wilayah Kecamatan Cakung)
SURYANI TAHER 1070 8200 3361
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK DI WILAYAH
KECAMATAN CAKUNG
(Studi Empiris pada Wajib Pajak di Wilayah Kecamatan Cakung)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
SURYANI TAHER 1070 8200 3361
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Suryani Taher
2. Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 07 April 1990
3. Alamat : Rawa Terate 005/05 Cakung, Jaktim
4. Telepon : 0818 06 777 228
II. PENDIDIKAN
1. TK : TK Islam Al-Istiqomah
2. SD : SD Negeri Rawa Terate 01 Pagi
3. SMP : SMP Negeri 144 Jakarta Timur
4. SMA : SMA Negeri 107 Jakarta Timur
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Tabroni
2. Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 10 Desember 1963
3. Alamat : Rawa Terate- Cakung, Jakarta Timur
4. Ibu : Herawati
5. Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 20 Agustus 1968
6. Alamat : Rawa Terate–Cakung, Jakarta Timur
7. Anak Ke : Satu dari tiga bersaudara
ANALYSIS OF FACTORS THAT CAUSE UNCOMPLIANCE TAXPAYER IN THE CAKUNG REGION
(Empiric Study at Taxpayer In the Cakung Region)
By : Suryani Taher ABSTRACT
The aim of analysis in this research has answered the desired problem’s what are the factors cause uncompliance of taxpayers in the Cakung region. The unit of analysis of this research is in the Cakung taxpayer within the scope of micro, small and medium enterprises. Of the variables are level of education, the perception of taxpayers, the business environment, knowledge of taxation, tax rates, profitability, tax inspection, service quality, economic conditions, and the rule of law have been known what is the variables are causal factors in uncompliance of taxpayers in the Cakung region.
The results of this research indicate that the variable education level has no significant effect on uncompliance variables. But for the other variables are the perception of taxpayers, the business environment, knowledge of taxation, tax rates, profitability, tax inspection, service quality, economic conditions, and rule of laws have a significant impact on uncompliance tax payers in the Cakung region.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK DI WILAYAH KECAMATAN
CAKUNG
(Studi Empiris pada Wajib Pajak di Wilayah Kecamatan Cakung) Oleh : Suryani Taher
ABSTRAK
Analisis pada penelitian ini telah menjawab masalah yang dikehendaki yaitu faktor-faktor apa yang menyebabkan ketidakpatuhan wajib pajak di wilayah kecamatan Cakung. Unit analisis penelitian ini adalah wajib pajak di wilayah Cakung dalam lingkup usaha mikro, kecil dan menengah. Dari variabel-variabel yang di teliti yaitu tingkat pendidikan, persepsi wajib pajak, lingkungan usaha, pengetahuan perpajakan, tarif pajak, profitabilitas, pemeriksaan pajak, kualitas pelayanan, kondisi perekonomian, dan hukum yang berlaku telah diketahui variabel apa saja yang menjadi faktor penyebab ketidakpatuhan wajib pajak di wilayah Cakung.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel ketidakpatuhan. Tetapi untuk variabel lainnya yaitu persepsi wajib pajak, lingkungan usaha, pengetahuan perpajakan, tarif pajak, profitabilitas, pemeriksaan pajak, kualitas pelayanan, kondisi perekonomian, dan hukum yang berlaku memilki pengaruh yang signifikan terhadap ketidakpatuhan wajib pajak di wilayah Cakung.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberi segenap kekuatan dan pelajaran berharga kepada penulis sehingga skripsi akhirnya dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan syarat buat penulis untuk bisa memperoleh gelar sarjana ekonomi.
Dalam skripsi ini yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakpatuhan Wajib Pajak di Wilayah Kecamatan Cakung” penulis berkeinginan menganalisa faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab timbulnya sikap ketidakpatuhan wajib pajak di wilayah kecamatan Cakung .
Studi empiris ini penting untuk melihat secara ilmiah faktor yang mempengaruhi sikap ketidakpatuhan wajib pajak di wilayah kecamatan Cakung. Karena selama ini terdapat pandangan pesimis yang menimbulkan sikap ketidakpatuhan wajib pajak di wilayah Cakung. Kondisi masyarakat kebanyakan masih bersikap tidak peduli dengan kewajiban perpajakan dan bahkan mereka merasa tidak merasakan dampak positif secara langsung yang dapat mereka rasakan dari pajak yang dibayarkan.
Dengan selesainya penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu penulis. Adapun ungkapan terima kasih ini penulis tujukan
kepada:
1. Kedua orang tua saya, Bapak Tabroni dan Ibu Herawati, yang sangat
berjasa baik tenaga maupun biaya untuk keperluan skripsi saya sehingga
kuliah saya dapat berjalan lancar. Terima kasih juga atas doa, pengajaran
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Rahmawati SE, Ak,Msi. selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
4. Bapak Prof. Dr. Azzam Jasin, selaku Dosen Pembimbing I atas kesediaan
waktu, tenaga, dan pikirannya membimbing penulis dengan penuh
kesabaran.
5. Bapak Afif Sulfa SE, Ak, Msi. selaku Dosen Pembimbing II atas kesedian
waktu, tenaga, dan pikirannya membimbing penulis dengan penuh
kesabaran.
6. Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang sangat bermanfaat.
7. Adik-adikku Nur Azizah Taher dan Nabilah Wardah Taher yang selalu
kasih semangat dan memberikan banyak dukungan moril dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Keluarga besar yang tidak pernah bosan memberi motivasi dengan
pertanyaan “kapan lulus kuliahnya”.
9. Perusahaan Jo-Lado, Bapak Edi Eko, Bapak Iqbal, Bapak Husain, dan
seluruh staff Jo-Lado terima kasih atas toleransi waktu yang diberikan
untuk bimbingan ke kampus, kesempatan, motivasinya.
10.Untuk Kak Dwi Suciayu yang tidak bosan untuk membantu dan memberi
masukan sampai skripsi ini akhirnya selesai.
11.Saudaraku di kampus Faiza Khayrani, ‘Niemaz’ Sumarni, dan abang Alif
Ridwan yang mau melewatkan suka dan duka bersama waktu masih
ngekos, Ani sangat beruntung memiliki saudara seperti kalian.
12.Untuk Elen Setiyaning, Dinar Khomsah, ayu Silvy Ramalia terima kasih
dan bersilahturahmi. Buat Dina Kartika yang jauh disana semoga kita tetap
menjadi teman baik.
13.Teman-teman Akuntansi C angkatan 2007, Akuntansi Pajak A 2007 satu
perjuangan, semangat untuk masa depan yang menunggu untuk digapai.
14.Untuk para responden yang telah bersedia membantu mengisikan
kuesioner, sampai akhirnya skripsi ini selesai.
Dan untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,
terima kasih untuk bantuan, dukungan, dan doanya. Semoga kesuksesan selalu
menyertai kita semua, amin.
Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi berbagai pihak, terutama
pihak yang menaruh perhatian terhadap kemajuan di bidang perpajakan di wilayah
kecamatan Cakung. Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan penulis dalam
penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis membuka pintu selebar-lebarnya
untuk kritik, saran, serta masukan yang membangun. Semoga skripsi ini dapat
menjadi inspirasi untuk karya yang lebih baik lagi.
Jakarta, Mei 2011
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i
ABSTRACT ... ii
ABSTRAKSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
BAB II Tinjauan Pustaka A. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ... 13
1. Wajib Pajak ... 13
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ... 20
a. Fungsi NPWP ... 20
d. Lampiran yang diperlukan pada formulir pendaftaran
NPWP ... 22
3. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 24
4. Surat Ketetapan Pajak (SKP) ... 25
B. Sanksi Pajak ... 26
C. Sistem Pemungutan Pajak ... 26
D. Ketidakpatuhan Wajib Pajak ... 27
E. Variabel- Variabel Ketidakpatuhan Wajib Pajak ... 28
F. Penelitian Sebelumnya ... 35
G. Kerangka Pemikiran ... 38
H. Hipotesis ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 41
B. Metode Penentuan Sampel ... 42
C. Metode Pengumpulan Data ... 42
D. Metode Analisis ... 43
1. Statistik Deskriptif ... 45
2. Uji Realibilitas dan Validitas ... 45
a. Uji realibilitas ... 45
b. Uji validitas ... 46
3. Uji Asumsi Klasik ... 46
b. Uji Multikolonearitas ... 48
d. Uji Heteroskedastisitas ... 48
4. Analisis Regresi (Pengujian Hipotesis) ... 49
a. Koefisien Determinasi (R²) ... 49
b. Uji Statistik t ... 50
c. Uji Statistik F ... 54
E. Operasional Variabel Penelitian ... 54
1. Tingkat Pendidikan ... 54
2. Persepsi Wajib Pajak ... 55
3. Lingkungan Usaha ... 55
4. Pengetahuan Perpajakan ... 56
5. Tarif Pajak ... 56
6. Profitabilitas ... 56
7. Pemeriksaan Pajak ... 57
8. Kualitas Pelayanan ... 57
9. Kondisi Perekonomian ... 57
10. Hukum yang Berlaku ... 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 58
B. Persiapan dan Pengumpulan Data ... 59
C. Statistik Deskriptif ... 61
1. Uji Reabilitas ... 63
a. Variabel Persepsi Wajib Pajak ... 63
b. Varibel Lingkungan Usaha ... 64
c. Variabel Pengetahuan Perpajakan ... 64
d. Variabel Tarif Pajak ... 65
e. Variabel Profitabilitas ... 66
f. Variabel Pemeriksaan Pajak ... 66
g. Variabel Kualitas Pelayanan ... 67
h. Variabel Kondisi Perekonomian ... 67
i. Variabel Hukum yang Berlaku ... 68
j. Variabel Ketidakpatuhan Wajib Pajak ... 68
2. Uji Validitas ... 69
a. Variabel Persepsi Wajib Pajak ... 70
b. Varibel Lingkungan Usaha ... 70
c. Variabel Pengetahuan Perpajakan ... 71
d. Variabel Tarif Pajak ... 71
e. Variabel Profitabilitas ... 72
f. Variabel Pemeriksaan Pajak ... 72
g. Variabel Kualitas Pelayanan ... 72
h. Variabel Kondisi Perekonomian ... 73
i. Variabel Hukum yang Berlaku ... 73
j. Variabel Ketidakpatuhan Wajib Pajak ... 74
a. Uji Normalitas ... 74
b. Uji Multikolonearitas ... 76
c. Uji Heteroskedastisitas ... 78
4. Uji Hipotesis ... 79
a. Koefisien Determinasi (Adjusted R²) ... 79
b. Uji Individu (Uji t) ... 80
c. Uji Regresi Simultan (Uji F Statistik) ... 88
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 89
B. Implikasi ... 93
C. Rekomendasi ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 95
DATAR TABEL
Nomor Keterangan Hal
2.1 Perbedaan Pelaksanaan Penelitian ... 37
3.1 Pengukuran dengan skala likert 5 poin ... 43
4.1 Luas Kelurahan di Kecamatan Cakung ... 58
4.2 Distribusi Penyebaran Kuesioner ... 60
4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61
4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 62
4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 62
4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Usaha ... 63
4.7 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Wajib Pajak ... 63
4.8 Hasil Uji Reliabilitas Lingkungan Usaha ... 64
4.9 Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan Perpajakan ... 65
4.10 Hasil Uji Reliabilitas Tarif Pajak ... 65
4.11 Hasil Uji Reliabilitas Profitabilitas ... 66
4.12 Hasil Uji Reliabilitas Pemeriksaan Pajak ... 66
4.13 Hasil Uji Reliabilitas Kualitas Pelayanan ... 67
4.14 Hasil Uji Reliabilitas Kondisi Perekonomian ... 67
4.15 Hasil Uji Reliabilitas Hukum yang Berlaku ... 68
4.16 Hasil Uji Reliabilitas Ketidakpatuhan Wajib Pajak ... 69
4.17 Hasil Uji Validitas Persepsi Wajib Pajak ... 70
4.19 Hasil Uji Validitas Pengetahuan Perpajakan... 71
4.20 Hasil Uji Validitas Tarif Pajak ... 71
4.21 Hasil Uji Validitas Profitabilitas ... 72
4.22 Hasil Uji Validitas Pemeriksaan Pajak ... 72
4.23 Hasil Uji Validitas Kualitas Pelayanan ... 73
4.24 Hasil Uji Validitas Kondisi Perekonomian ... 73
4.25 Hasil Uji Validitas Hukum yang Berlaku ... 73
4.26 Hasil Uji Validitas Ketidakpatuhan Wajib Pajak ... 74
4.27 Hasil Uji Multikolonearitas ... 76
4. 28 Hasil Uji Multikolonearitas ... 77
4.29 Uji Adjusted R Square ... 79
4.30 Hasil Uji t Statistik ... 81
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Hal
2.1 Kerangka Pemikiran ……….. 39
4.1 Hasil Uji Normalitas ……...……….. 75
4.2 Hasil Uji Normalitas ……...……….. 75
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Hal
1 Lembar Kuesioner ………. 98
2 Hasil Skoring Kuesioner ………... 104
3 t tabel ……….... 105
4 F tabel statistik ………. 106
5 Hasil hitung t tabel dan r tabel ... 107
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Kewajiban untuk membayar pajak merupakan kewajiban yang harus
dilakukan oleh seluruh warga negara. Di Indonesia khususnya, aturan
mengenai perpajakan sudah diatur secara jelas di dalam Undang-undang
Ketentuan Umum Perpajakan, awalnya peraturan mengenai perpajakan ini
diatur dalam UU No. 6 Tahun 1983 yang kemudian mengalami beberapa kali
perubahan dan perubahan yang terbaru adalah UU No. 28 Tahun 2007.
Didalam UU tersebut sudah dijelaskan secara terperinci apa-apa saja yang
terkait dengan pelaksanaan pajak, serta apa saja yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar. Jelasnya peraturan yang
telah dibuat tersebut, mengartikan bahwa kewajiban perpajakan merupakan
kewajiban mutlak yang tidak dapat dihindarkan. Apabila kewajiban tersebut
diabaikan oleh warga negara maka tindakan tersebut merupakan tindakan
pelanggaran atas kewajiban yang dapat dikatakan sebagai tindakan
ketidakpatuhan masyarakat sebagai wajib pajak.
Penilaian wajib pajak bahwa ketidakpatuhan pajak merupakan tindakan
yang tidak melanggar etika dan prinsip hidup akan mempengaruhi wajib pajak
untuk berniat melakukan ketidakpatuhan pajak. Begitu juga dengan perasaan
tidak bersalah dalam melakukan ketidakpatuhan pajak. Jika wajib pajak tidak
memunculkan niat wajib pajak untuk berperilaku tidak patuh dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.
Pada dasarnya timbulnya sikap tidak patuh berasal dari diri pribadi wajib
pajak itu sendiri. Awal munculnya sikap ketidakpatuhan ini sangat tergantung
dari niat untuk tidak patuh terhadap peraturan. Sepertinya belum ada sosialisasi
ataupun tindakan penyelesaian yang mampu secara nyata dan besar
pengaruhnya untuk mengatasi masalah ketidakpatuhan ini. Karena yang
sebenarnya adalah penerimaan dari sektor pajak memiliki peranan besar untuk
kelangsungan pembangunan negara ini. Jika negara tidak atau sedikit
memperoleh pendapatan dari pajak lalu dari mana lagi negara harus
mengandalkan pembiayaannya.
Sikap ketidakpatuhan lebih rentan timbul pada diri wajib pajak orang
pribadi dibandingkan dengan wajib pajak badan. Hal tersebut dapat
dikarenakan oleh belum tertanamnya kesadaran yang tinggi untuk
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Sikap acuh akan adanya aturan pajak
juga dapat menjadi penyebab mereka menjadi tidak patuh. Apalagi sejak
beralihnya sistem pemungutan pajak dari Official Assessment System menjadi
Self Assessment system dimana wajib pajak dituntut untuk lebih mandiri dan
harus lebih sadar terhadap kewajiban pajaknya. Karena pada sistem
pemungutan pajak Self Assessment System wajib pajak dituntut untuk dapat
menghitung, membayar, menyetor, dan melaporkan pajak terutangnya sendiri.
Namun timbulnya sikap tidak patuh tersebut tidak sepenuhnya merupakan
sosialisasi dan penjelasan kepada wajib pajak juga mempengaruhi sikap patuh
atau tidaknya wajib pajak. Kelancaran dan keberhasilan dari sistem
pemungutan pajak ini sangat tergantung dari diri pribadi wajib pajaknya.
Apabila wajib pajak memiliki kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan maka penerimaan dari sektor pajak akan tinggi tapi jika
wajib pajak memiliki kesadaran pajak yang rendah maka penerimaan dari
sektor pajak juga akan rendah. Namun peran aktif dari petugas pajak dengan
memberikan penjelasan dan sosialisasi secara lebih merata ke seluruh lapisan
masyarakat juga sangat mempengaruhi keberhasilan dari sistem pemungutan
pajak ini.
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang memiliki kontribusi
terbesar dalam pembangunan negara. Negara sangat bergantung kepada
penerimaan dari sektor pajak untuk dapat meningkatkan pembangunannya.
Apabila warga negara tersebut tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik,
maka kelangsungan pembangunan negara akan terhambat. Keberhasilan
pembangunan suatu negara tidak dapat terlepas dari peranan partisipasi warga
negaranya. Oleh karena itu, sikap patuh terhadap kewajiban perpajakan sudah
seharusnya tertanam dalam diri setiap warga negara. Namun sepertinya cukup
sulit untuk dapat menerapkan sikap patuh tersebut. Terutama bagi masyarakat
yang tinggal di wilayah pinggiran kota. Masih banyak yang menutup mata
untuk kewajiban yang satu ini. Apalagi di tambah dengan maraknya kasus
korupsi yang terjadi. Belum lagi kasus tindak pidana yang dilakukan oleh
sampai saat ini. Di tambah lagi keadaan perekonomian yang semakin
mengancam kelangsungan hidup perusahaan, Banyaknya tindakan PHK yang
dilakukan, pemberlakuan sistem kontrak di berbagai perusahaan yang sangat
mengancam masyarakat dalam mendapatkan penghasilan yang mencukupi
kebutuhan hidupnya. Keadaan yang membuat masyarakat lebih memilih untuk
beralih memilih membuka lapangan pekerjaannya sendiri dengan menjadi
wirausaha. Diantara mereka ada membuka rumah makan, bengkel, membuka
jasa layanan angkutan, usaha konveksi dan lain sebagainya.
Masalah lain yang juga sangat mengkhawatirkan yaitu berlakunya sistem
pasar bebas (ACFTA / Asean – China Free Trade Area) yang menimbulkan
dampak tersendiri bagi perekonomian Indonesia. Di satu sisi mungkin negara
akan memperoleh pajak dari bea masuk barang-barang impor yang datang,
namun di sisi lain berlakunya sistem pasar bebas ini akan menjadikan
pengusaha-pengusaha lokal terutama para pengusaha kecil, mikro dan
menengah terancam gulung tikar. Masuknya barang-barang dari Cina yang
memiliki harga jauh lebih murah dari barang-barang lokal menyebabkan
produk dalam negeri semakin sedikit di lirik oleh konsumen, di tambah lagi
harga bahan baku yang naik yang berakibat makin tingginya biaya produksi
yang menyebabkan barang lokal belum mampu bersaing dengan
produk-produk dari Cina.
Hal-hal tersebut mungkin dapat menjadi salah satu pemicu masyarakat
menjadi tidak patuh terhadap kewajiban perpajakannya. Akibatnya adalah akan
pajak yang mereka bayarkan mungkin saja tidak akan sampai ke negara
melainkan akan di korupsi oleh pihak tidak bertanggung jawab. Atau mungkin
akan timbul perasaan cemas akan berkurangnya profit usaha yang diperoleh
jika harus membayar pajak di tengah kondisi tingginya biaya produksi dan
semakin menurunnya jumlah penghasilan karena ada persaingan dengan
barang-barang dari luar negeri.
Banyak penelitian sebelumnya yang telah dilakukan untuk meneliti sikap
ketidakpatuhan ini. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahyu
Santoso (2008) dalam peneliannya yang berjudul “Analisis Risiko
Ketidakpatuhan Wajib Pajak Sebagai Dasar Peningkatan Kepatuhan Wajib
Pajak”, dimana dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa risiko
ketidakpatuhan dapat dikelompokkan kedalam risiko rendah, menengah, dan
tinggi. Penelitian tersebut juga berhasil mengidentifikasi variabel-variabel yang
berpengaruh kepada ketidakpatuhan wajib pajak, dalam penelitian ini
menggunakan wajib pajak badan sebagai objek penelitian. Variabel-variabel
yang digunakan adalah tarif pajak, penalti, status pemerikasaan, struktur
permodalan (debt to equity ratio), pemegang saham, jenis usaha, skala usaha,
pajak relatif terhadap penjualan, dan kompensasi kerugian. Didalam penelitian
ini dikatakan bahwa pemilihan wajib pajak yang akan diperiksa berdasarkan
kelompok risiko ketidakpatuhan akan dapat memperbaiki efektivitas
pemeriksaan pajak dalam rangka meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Penelitian lain yang juga meneliti masalah ketidakpatuhan adalah
Herawati (2009) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang
mempengaruhi Perilaku Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di
Bangkalan”. Dimana dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah sikap
tentang ketidakpatuhan, norma subyektif, kewajiban moral, kontrol keprilakuan
yang dipersepsikan, dan niat berperilaku tidak patuh. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa sikap tentang ketidakpatuhan,norma subjektif, dan
kewajiban bermoral memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat
berperilaku tidak patuh yang dilakukan, sedangkan kontrol keprilakuan tidak
berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh. Hal ini berarti
sikap ketidakpatuhan yang timbul pada wajib pajak orang pribadi di Bangkalan
dipengaruhi oleh; pertama, sikap dari dirinya sendiri untuk tidak patuh. Kedua,
norma subyektif terhadap ketidakpatuhan dimana sikap ketidakpatuhan ada
tergantung dari kekuatan kepribadian diri wajib pajak untuk melakukan
tindakan tidak patuh. Dan ketiga kontrol keprilakuan yang dipersepsikan yang
diyakini wajib pajak orang pribadi yang akan menghambat mereka dalam
menampilkan perilaku ketidakpatuhan pajak.
Dari penelitian yang sebelumnya telah dilakukan, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian terkait dengan sikap ketidakpatuhan wajib pajak
orang pribadi dari skala usaha mikro, kecil dan menengah, dimana peneliti
ingin melihat apakah faktor-faktor yang menjadi risiko ketidakpatuhan wajib
pajak badan juga akan berpengaruh terhadap ketidakpatuhan wajib pajak orang
pribadi. Penelitian yang akan dilakukan ini akan melihat perilaku wajib orang
wilayah Cakung adalah karena wilayah kecamatan Cakung merupakan wilayah
yang terdata sebagai wilayah yang memiliki jumlah penduduk tertinggi ke dua
dari 44 kecamatan di DKI Jakarta berdasarkan hasil sensus penduduk 2010.
Selain itu karena wilayah Cakung merupakan wilayah pinggiran di Jakarta
Timur yang berbatasan dengan kota penyanggah DKI Jakarta yaitu wilayah
administrasi kota Bekasi, Jawa Barat. Wilayah Cakung sendiri merupakan
wilayah pemukiman padat dan sekaligus merupakan wilayah industri, baik
industri bagi perusahaan maupun industri perorangan. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya Kawasan Industri Pulo Gadung yang terletak di wilayah
Kelurahan Rawa Terate - Cakung yang mencakup berbagai perusahaan
manufaktur, dan adanya PIK (Pusat Industri Kecil) di wilayah kelurahan
Penggilingan – Cakung yang mencakup industri perorangan.
Disini peneliti akan melihat faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
ketidakpatuhan di wilayah Cakung berdasarkan beberapa variabel yang
sebelumnya digunakan oleh Wahyu Santoso dalam penelitiannya untuk wajib
pajak badan. Tujuannya adalah agar dapat diketahui apakah faktor-faktor
tersebut juga berpengaruh terhadap ketidakpatuhan wajib pajak di wilayah
Cakung. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian
yang sebelumnya dilakukan oleh Wahyu Santoso terletak pada objek
penelitiannya, dimana Wahyu Santoso menggunakan wajib pajak badan
sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan wajib pajak orang
pribadi dalam usaha berskala mikro, kecil, dan menengah. Selain itu penelitian
negara saat ini yaitu variabel kondisi perekonomian dan variabel hukum yang
berlaku.
Dari uraian tersebut, maka penelitian ini akan dilakukan dengan judul
“Analisis Faktor-Faktor yang Menyebabkan Ketidakpatuhan Wajib Pajak di Wilayah Kecamatan Cakung”. Diharapkan dengan penelitian ini akan diperoleh kesimpulan yang dapat dijadikan pembenahan dalam
pelaksanaan perpajakan. Artinya bahwa apabila faktor-faktor tersebut telah
diketahui dan terbukti menjadi penyebab ketidakpatuhan wajib pajak, maka
akan membantu aparat pajak khususnya di wilayah kecamatan Cakung untuk
dapat lebih fokus memperhatikan faktor-faktor tersebut untuk penyelesaian
masalah ketidakpatuhan. Namun apabila penelitian ini tidak membuktikan
adanya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap ketidakpatuhan maka akan
dapat di lihat bahwa apakah ada faktor lain yang mungkin menyebabkan
ketidakpatuhan di wilayah Cakung. Sehingga akan dapat ditemukan upaya
penyelesaian yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakpatuhan tersebut.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di dalam latar belakang, permasalahan-permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah tingkat pendidikan mempengaruhi sikap ketidakpatuhan wajib
pajak.
3. Apakah lingkungan usaha wajib pajak mempengaruhi ketidakpatuhan
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
4. Apakah pengetahuan perpajakan wajib pajak mempengaruhi sikap
ketidakpatuahan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
5. Apakah tarif pajak yang berlaku mempengaruhi sikap ketidakpatuhan
wajib pajak.
6. Apakah tingkat profitabilitas yang diperoleh wajib pajak berpengaruh
terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.
7. Apakah pemeriksaan pajak yang dilakukan akan berpengaruh terhadap
sikap ketidakpatuhan wajib pajak.
8. Apakah kualitas pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak
mempengaruhi sikap ketidakpatuhan wajib pajak.
9. Apakah kondisi perekonomian yang terjadi saat ini mempengaruhi sikap
ketidakpatuhan wajib pajak.
10. Apakah penegakan hukum yang berlaku di Indonesia berpengaruh
terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan yang dimiliki wajib
b. Untuk mengetahui pengaruh persepsi wajib pajak di daerah tersebut
terhadap timbulnya sikap ketidakpatuhan.
c. Untuk mengetahui pengaruh antara lingkungan usaha wajib pajak
dengan sikap ketidakpatuhan wajib pajak.
d. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan perpajakan yang dimiliki
oleh wajib pajak terhadap timbulnya sikap ketidakpatuhan wajib
pajak.
e. Untuk mengetahui pengaruh besarnya tarif pajak yang berlaku
terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.
f. Untuk mengetahui pengaruh besarnya profitabilitas yang diperoleh
wajib pajak terhadap timbulnya sikap ketidakpatuhan wajib pajak.
g. Untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak yang dilakukan
terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.
h. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan yang diberikan oleh
petugas pajak terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.
i. Untuk mengetahui pengaruh kondisi perekonomiaan saat ini terhadap
timbulnya sikap ketidakpatuhan wajib pajak.
j. Untuk mengetahui pengaruh penegakan hukum yang diberlakukan
2. Manfaat Penelitian
Dari tujuan diatas, diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk:
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman di
bidang perpajakan khususnya tentang faktor-faktor yang
menyebabkan ketidakpatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman teori
perpajakan dan teori yang berkaitan dengan keperilakuan tentang
bagaimana aspek perilaku yang ada pada wajib pajak dapat
mempengaruhi tingkat kepatuhan/ ketidakpatuhan wajib pajak dalam
memenuhi kewajibannya yang hasilnya dapat dijadikan pembelajaran
untuk dapat meningkatkan pengetahuan di bidang perpajakan..
b. Manfaat praktis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
praktis bagi para pembayar pajak atau wajib pajak terutama wajib
pajak orang pribadi, para penasehat atau konsultan pajak, para
pembuat Undang-undang dan peraturan perpajakan dalam
pengembangan sistem perpajakan yang lebih baik, baik dari segi
pengelolaan administrasi, maupun dari segi kewajarannya. Selain itu
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi aparat
pajak khususnya aparat pajak di wilayah Cakung untuk lebih
memahami faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan timbulnya
dalam penyelesaian permasalahan ketidakpatuhan yang terjadi serta
dapat dijadikan pertimbangan atas kinerja yang telah dilakukan yang
pada akhirnya akan timbul perbaikan-perbaikan kinerja untuk dapat
menyelesaikan masalah ketidakpatuhan yang akan berakibat baik bagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) diatur dalam UU No. 6 Tahun 1983, yang diperbaharui dengan UU No. 9 Tahun 1994, lalu di perbaharui kembali
dengan UU No. 16 Tahun 2000, dan yang terbaru adalah UU No. 28 Tahun
2007. Dasar pertimbangan penyempurnaan undang-undang tersebut adalah
untuk lebih meningkatkan kepastian hukum, yang akan mendukung tujuan
pemerintah dalam mengelola perpajakan untuk memperoleh penerimaan pajak
yang optimal dan memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat wajib pajak.
Dengan adanya Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan, maka hukum
formal telah jelas diatur, sebagai hukum yang mewujudkan aturan materil
perpajakan, guna mengatur pelaksanaan pemenuhan hak dan kewajiban
perpajakan bagi wajib pajak dan fiskus.
Dalam UU KUP diantaranya dijelaskan mengenai:
1. Wajib Pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (Pasal 1 butir 2 UU KUP).
Wajib pajak dikelompokkan menjadi:
a. Wajib pajak orang pribadi
c. Wajib pajak pemungut/pemungut.
Adapun hak dan kewajiban wajib pajak adalah sebagai berikut:
a. Kewajiban wajib pajak
1) Mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal Pajak untuk
mendapatkan NPWP.
2) Mengambil sendiri blanko SPT dan blanko perpajakan lainnya
ditempat-tempat yang telah ditentukan oleh Dirjen Pajak.
3) Mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap, jelas,
dan menandatanganinya.
4) Bagi wajib pajak yang melakukan pembukuan untuk melengkapi
SPT Tahunan dengan laporan keuangan berupa neraca dan
perhitungan rugi laba.
Hal ini ditetapkan bahwa setiap wajib pajak yang melakukan
kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas di Indonesia harus
mengadakan pembukuan.
Ketentuan-ketentuan dalam menyusun pembukuan adalah
sebagai berikut:
(a) Harus diselenggarakan di Indonesia.
(b) Harus menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
rupiah, dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang
diizinkan oleh Menteri Keuangan.
(c) Harus disusun berdasarkan suatu sistem tertentu yang lazim
(d) Minimal terdiri dari catatan tentang keadaan kas dan bank,
daftar utang piutang, daftar persediaan barang.
(e) Pada setiap akhir tahun pajak, pembukuan ditutup dengan
membuat neraca dan perhitungan laba rugi yang konsisten
dengan tahun sebelumnya.
(f) Pembukuan atau pencatatan, dokumen-dokumen yang menjadi
dasar pembukuan serta dokumen-dokumen lain yang
berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,
harus disimpan selama sepuluh tahun.
Pengecualian
Wajib pajak tidak wajib menyelenggarakan pembukuan apabila:
(a) Peredaran bruto usaha dari pekerjaan bebas yang dilakukan
kurang dari Rp 600.000.000,00 setahun.
(b) Wajib Pajak memilih menggunakan Norma Perhitungan (untuk
menghitung Penghasilan Kena Pajak), dan memberitahukan
hal tersebut kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu tiga
bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.
Walaupun wajib pajak tidak menyelenggarakan pembukuan,
wajib pajak tetap diwajibkan untuk membuat catatan peredaran
usaha ataupun penerimaan bruto dan pekerjaan bebas tersebut.
5) Apabila ada pemeriksaan maka wajib pajak yang diperiksa harus:
(a) Memperhatikan dan meminjamkan pembukuan atau
lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas wajib pajak.
(b) Memberi kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan
yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna memberikan
kelancaran.
(c) Memberikan keterangan yang diperlukan.
b. Hak wajib pajak
Adapun hak-hak wajib pajak adalah sebagai berikut:
1) Mempunyai hak untuk mengajukan penundaan pemasukan SPT
dengan syarat-syarat sebagai berikut:
(a) Permohonan diajukan secara tertulis, dengan alasan yang cukup
kuat dan tepat.
(b) Permohonan harus disertai penyertaan mengenai besarnya
pajak yang dibayar atas dasar perhitungan sementara yang
terutang dalam satu tahun pajak beserta bukti pelunasan
kekurangan pembayaran pajak.
2) Mempunyai hak melakukan pembetulan sendiri SPT yang sudah
dimasukkan ke Kantor Inspeksi Pajak, dengan syarat:
(a) Permohonan diajukan secara tertulis.
(b) Diajukan kepada Dirjen Pajak.
3)Mempunyai hak melakukan permohonan penundaan dan
pengangsuran pembayaran pajak sesuai dengan kemampuannya,
pembayaran pajak dan disertai dengan alasan yang tepat serta
jumlah pajak yang di mohon untuk ditunda.
4) Mempunyai hak mengajukan permohonan perhitungan atau
perubahan kelebihan pajak (kompensasi) serta hak memperoleh
kepastian terbitnya Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak
dan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.
Adapun prosesnya sebagai berikut:
(a) Meminta kembali kelebihan pembayaran dengan mengisi
kolom yang tersedia pada SPT atau dengan Surat Permohonan
sendiri.
(b) Dalam waktu dua belas bulan akan diterbitkan Surat
Keputusan Kelebihan Pembayaran.
(c) Kelebihan dalam Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran
langsung dikompensasikan dengan hutang pajak lainnya yang
sudah jatuh tempo pembayarannya, atau hutang pajak yang
belum jatuh tempo.
(d) Sisanya, dalam waktu satu bulan, diterbitkan Surat perintah
Membayar Kelebihan pajak (SPMKP).
5)Mempunyai hak mempeoleh bunga karena terlambat pengembalian
pembayaran pajak.
Wajib Pajak berhak untuk memperoleh bunga sebesar 2%
setiap bulan atas keterlambatan pengembalian kelebihan
sampai dengan berlakunya pembayaran kelebihan pajak atau
dihitung sejak lewat satu bulan dari tanggal Surat Keputusan
Kelebihan Pembayaran Pajak dan sampai dengan saat
diberlakukannya pembayaran kelebihan pajak tersebut.
6)Mempunyai hak untuk tidak dikenakan tambahan 100% atas Surat
Ketetapan Pajak Tambahan, apabila:
(a) Surat Ketetapan Pajak Tambahan yang dikeluarkan diakibatkan
oleh keterangan tertulis dari wajib pajak.
(b) Sepanjang Dirjen Pajak belum mulai melakukan pemeriksaan.
7)Mempunyai hak untuk mengajukan permohonan pembetulan
ketetapan pajak, apabila ditemui keadaan-keadaan berikut:
(a) Kesalahan tulis atau hitung
(b) Kekeliruan dalam penetapan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
8) Mempunyai hak untuk mengajukan surat keberatan.
Apabila Wajib Pajak merasa keberatan atas Surat Ketetapan Pajak
yang telah diterbitkan, maka Wajib Pajak tersebut dapat
mengajukan permohonan keberatan kepada Dirjen Pajak dalam
waktu tiga bulan sejak tanggal surat ketetapan, dengan persyaratan
bahwa Surat Keberatan ini diajukan untuk:
(a) Surat Ketetapan Pajak penghasilan.
(c) Surat ketetapan Kelebihan Pembayaran dan Surat Pemberitaan
atas Pajak Penghasilan.
(d) Permohonan oleh pihak ketiga atas dasar Undang-Undang
Pajak Penghasilan.
9)Mempunyai hak untuk mengajukan naik banding kepada Badan
Peradilan Pajak atas keputusan yang ditetapkan Dirjen Pajak atas
Surat Keberatan yang diajukan dengan syarat:
(a) Dalam waktu tiga bulan sejak tanggal keputusan ditetapkan.
(b) Permohonan banding tidak menunda pembayaran pajak yang
terutang.
Apabila dalam praktek pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan
wajib pajak telah dapat melaksanakan kewajibannya sesuai dengan
peraturan perpajakan yang ada, maka wajib pajak tersebut termasuk
kedalam “Wajib Pajak Patuh”. Wajib pajak patuh adalah wajib pajak yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang
memenuhi kriteria tertentu yang dapat diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak. Direktur Jenderal Pajak
menetapkan wajib pajak yang memenuhi persyaratan sebagai wajib pajak
patuh setiap bulan Januari. Bagi wajib pajak orang pribadi, Direktur
Jenderal Pajak berwenang secara jabatan (ex-officio) menetapkan status
wajib pajak patuh tanpa permohonan wajib pajak sepanjang wajib pajak
orang pribadi tersebut memenuhi persyaratan. Sedangkan bagi Pengusaha
diberikan pelayanan khusus dalam restitusi Pajak Penghasilan dan Pajak
Pertambahan Nilai berupa pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
tanpa dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Penetapan wajib pajak patuh
berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak atau NPWP adalah nomor yang diberikan
kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya (Pasal 1 butir 6 UU
KUP).
Wajib pajak yang telah wajib mempunyai NPWP adalah wajib pajak
(penghasilan). Jadi, orang atau badan yang yang bertempat tinggal di
Indonesia, yang menerima atau memperoleh penghasilan bagi perorangan
yang jumlahnya setahun melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
wajib mempunyai NPWP walaupun kepadanya belum atau tidak
dikenakan pajak atau belum atau tidak diberikan Surat Ketetapan Pajak.
a. Fungsi NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui identitas wajib pajak.
2) Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
3) Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan
sehingga semua yang berhubungan dengan dokumen perpajakan
harus mencantumkan NPWP.
4) Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan (misalnya,
dokumen impor, dokomen ekspor).
5) Untuk keperluan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) masa atau
tahunan.
6) Sebagai salah satu syarat dalam permintaan permohonan kredit di
bank.
b. Yang Wajib Mendaftarkan Diri dan Melaporkan Usaha
Wajib pajak yang telah memiliki kewajiban untuk mendaftarkan
diri dan melaporkan usahanya adalah sebagai berikut:
1) Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas dan penghasilan netonya di atas PTKP.
2) Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas apabila sampai dengan satu bulan memperoleh
penghasilan yang jumlahnya telah melebihi PTKP setahun.
3) Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha di
beberapa tempat wajib mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat-tempat kegiatan wajib pajak.
4) Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula bagi wanita kawin
yang dikenakan pajak secara terpisah karena:
b) Dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta.
5) Wajib pajak badan didirikan seperti PT, CV, Firma, Kongsi,
Yayasan, Perkumpulan, Lembaga, Koperasi, BUMN, Ormas,
Orsospol wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
PKP dan kepadanya diberikan Nomor Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (NPPKP).
c. Cara Mendaftarkan Diri
1) Wajib pajak yang akan mendaftarkan diri wajib mengisi formulir
pendaftaran wajib pajak.
2) Pengisian dan penandatanganan formulir bisa dilakukan oleh
wajib pajak sendiri atau orang lain yang diberi kuasa khusus.
3) Penyampaian formulir pendaftaran wajib pajak yang telah diisi
dan ditandatangani, dapat dilakukan oleh wajib pajak sendiri atau
orang lain yang diberi kuasa penuh.
d. Lampiran yang Diperlukan pada Formulir Pendaftaran NPWP.
1) Wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas:
a) Fotokopi KTP/KK bagi penduduk Indonesia;
b) Paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang
berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi
2) Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas:
a) Fotokopi KTP/KK bagi penduduk Indonesia;
b) Paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang
berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi
wajib pajak Orang Asing;
c) Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau
kepala desa.
3) Bendaharawan sebagai wajib pajak pemungut/pemotong:
a) Fotokopi surat penunjukan sebagai bendaharawan;
b) Fotokopi KTP bendaharawan.
4) Wajib Pajak Badan:
a) Fotokopi akta pendiri;
b) Fotokopi KTP salah satu pengurus;
c) Fotokopi SIUP/SITU dari instansi yang berwenang;
d) Surat kuasa apabila dikuasakan.
5) Joint Operation:
a) Melampirkan fotokopi perjanjian kerjasama sebagai join
operation;
b) Fotokopo NPWP masing-masing anggota join operation.
Apabila telah terdaftar diberikan surat ketrangan terdaftar (KP
maka diberi surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (KP PDIP
43-00).
3. Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak
dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Pasal 1 butir 11 UU
KUP). Jenis surat pemberitahuan ada dua macam, yaitu:
6) SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang
dalam masa pajak. Disampaikan selambat-lambatnya 20 hari setelah
akhir masa pajak.
7) SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan pembayaran terutang dalam satu tahun
pajak. Disampaikan selambat-lambatnya 3 bulan setelah akhir tahun.
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak adalah:
a. Memberikan data dan angka yang relevan dengan perhitungan kena
pajak.
b. Menentukan besarnya pajak yang harus dibayar.
c. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
lain dalam satu tahun pajak, atau bagian tahun pajak (wajib pajak
penghasilan).
d. Melaporkan pembayaran dari kegiatan pemotongan atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain (wajib pajak penghasilan).
e. Melaporkan pembayaran pajak yang dipungut dalam hal ini adalah
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah
(PPN dan PPnBM), bagi pengusaha kena pajak.
4. Surat Ketetapan Pajak (SKP)
Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah suatu keputusan yang dikeluarkan
oleh Direktorat Jenderal Pajak yang memuat besarnya pajak yang terutang,
jumlah pengurangan pajak, kekurangan pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi dan jumlah pajak yang masih harus dibayar
oleh wajib pajak.
Adapun hal-hal yang menyebabkan dikeluarkannya SKP, adalah:
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata
jumlah pajak yang terutang kurang atau tidak dibayar.
b. Apabila SPT tidak disampaikan, setelah ditegur secara tertulis tidak
disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat
Teguran.
c. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai PPh dan PPnBM,
ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak, tidak
seharusnya dikenakan tarif 0%, atau tidak seharusnya dikenakan
d. Apabila kewajiban tidak dipenuhi, sehingga tidak diketahui besarnya
pajak yang terutang.
Bagi Wajib Pajak yang tidak menyelenggarakan pembukuan atau atau
pada saat diperiksa tidak memenuhi yang diminta, sehingga tidak diketahui
besarnya pajak yang terutang, maka Dirjen Pajak bewenang menerbitkan
SKP dengan perhitungan secara jabatan, yaitu perhitungan pajak yang
didasarkan pada data yang tidak hanya diperoleh wajib pajak saja.
B. Sanksi Pajak
Sanksi pajak terdiri atas:
a. Sanksi Administrasi, yaitu hukuman yang diberikan dalam bentuk
tindakan administratif. Misalnya berupa denda, bunga, ataupun kenaikan.
b. Sanksi Pidana, yaitu hukuman yang diberikan atas kejahatan kriminal.
Contohnya pidana kurungan di Lembaga Pemasyarakatan.
C. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Official assesment system, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang. Dari definisi tersebut berarti wajib pajak
bersifat pasif dan utang pajak akan timbul setelah dikeluarkannya Surat
2. Self assessment system, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak
untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar bagi wajib pajak bersifat aktif, sedangkan peranan
fiskus hanya mengawasi.
3. Witholding System, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (pihak selain fiskus ataupun wajib pajak)
untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak.
D. Ketidakpatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan pengertian dari kata kepatuhan yang berarti mengikuti
suatu spesifikasi, standar, atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang
biasanya diterbitkan oleh lembaga atau organisasi yang berwenang dalam
suatu bidang tertentu. Maka kata ketidakpatuhan dapat diartikan sebagai
tindakan penolakan/ penyimpangan/ penyelewengan secara sengaja dari
standar, hukum, ataupun peraturan yang berlaku yang seharusnya
diterapkan atau dilakukan. Dengan demikian ketidakpatuhan wajib pajak
merupakan perilaku penolakan/ penyelewengan yang dilakukan secara
sengaja oleh wajib pajak dalam melaksansakan kewajiban perpajakannya
yang seharusnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan perpajakan yang telah ditetapkan. Sikap ketidakpatuhan pajak
yang positif terhadap ketidakpatuhan pajak. Penelitian tentang perilaku
ketidakpatuhan pajak terdahulu membuktikan bahwa terdapat pengaruh
antara sikap ketidakpatuhan pajak terhadap niat ketidakpatuhan pajak.
E. Variabel -Variabel Ketidakpatuhan Wajib Pajak 1. Tingkat pendidikan Formal
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengandalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara (UU no 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional).
Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha pengembangan SDM
yang dilakukan secara sistematis, programatis dan berjenjang agar dapat
dihasilkan manusia-manusia berkualitas yang akan dapat memberikan
manfaat dan sekaligus meningkatkan kualitas dan. Adapun tingkatan
pendidikan formal antara lain:
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 6
(enam) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan
pendidikan dasar (SMP/SMA).
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan
spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
2. Persepsi Wajib Pajak
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan (Jalaludin Rakhmat, 1998: 51). Proses pembentukan persepsi merupakan pemaknaan hasil pengamatan yang
diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap
selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation",
begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada
saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses
penyeleksian pesan tentang pesan mana yang dianggap penting dan
tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan
disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna,
sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi
tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh.
Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang
yang disebut sebagai faktor-faktor personal (Rakhmat 1998: 55).
Selanjutnya Rakhmat menjelaskan yang menentukan persepsl bukan
jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi
respon terhadap stimuli. Persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor
utama, yakni pengalaman masa lalu dan faktor pribadi.
3. Lingkungan usaha
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup
keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral,
serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam
lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti
keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Dari
pengertian tersebut berarti lingkungan usaha merupakan kombinasi
antara kondisi fisik tempat melakukan usaha dengan kelembagaan resmi
yang mengelolanya. Secara garis besar lingkungan usaha dapat dibagi
atau dikenali sebagai lingkungan pasar (market environment) dan
lingkungan bukan pasar (non-market environment). Lingkungan pasar
dicirikan oleh struktur pasar dan pola persaingan antara para pelaku
pasar, sedangkan lingkungan bukan pasar yaitu semua faktor
legal/pemerintah, politik, sosial, demografi dan lain-lain dicirikan oleh
isu-isu yang berkembang, interest perusahaan terhadap isu-isu tersebut,
institusi yang terkait dengan setiap isu dan informasi yang tersedia
Karena sifat yang saling mempengaruhi antara perusahaan dengan
lingkungan maka pemahaman terhadap perubahan lingkungan serta
kecenderungannya sangat membantu manajemen perusahaan dalam
menetapkan strategi dan kebijakan yang tepat untuk mencapai tujuan
dan sasaran perusahaan.
4. Pengetahuan Perpajakan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah
berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan
akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Dengan demikian pengetahuan perpajakan berarti informasi yang di
ketahui oleh individu tentang perpajakan, namun pengetahuan tersebut
tidak hanya berdasarkan literatur teori saja melainkan juga berdasarkan
dari pengalaman ataupun informasi lain mengenai ilmu perpajakan.
5. Tarif pajak
Secara struktural tarif pajak dibagi dalam empat jenis yaitu :
1. Tarif proporsional (a proportional tax rate structure) yaitu tarif
pajak yang presentasenya tetap meskipun terjadi perubahan dasar
pengenaan pajak.
2. Tarif regresif (a regresive tax rate structure) yaitu tarif pajak
3. Tarif progresif (a progresive tax rate structure) yaitu tarif pajak
akan semakin naik sebanding dengan naiknya dasar pengenaan
pajak.
4. Tarif degresif (a degresive tax rate structure) yaitu kenaikan
persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar pengenaan
pajaknya semakin meningkat.
Tarif pajak yang berlaku untuk Pajak Penghasilan di Indonesia
adalah tarif progressif sebagaimana diatur dalam Pasal 17
Undang-undang Pajak Penghasilan. Sedangkan untuk Pajak Pertambahan Nilai
berlaku tarif pajak proporsional yaitu 10%.
6. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perseroan untuk menghasilkan
suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka
pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas perseroan biasanya
dilihat dari laporan laba rugi perseroan (income statement) yang
menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan. Rasio profitabilitas
adalah ukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan selama periode tertentu. Dalam rasio profitabilitas ini dapat
dikatakan sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen
dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan.
7. Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang
-undangan perpajakan. Tujuan Pemeriksaan yaitu untuk:
a. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan:
1) SPT lebih bayar
2) SPT rugi
3) SPT tidak atau terlambat disampaikan.
4) SPT memenuhi kriteria yang ditentukan Direktur Jenderal Pajak
untuk diperiksa.
b. Tujuan lain, yaitu:
1) Pemberian NPWP (secara jabatan)
2) Penghapusan NPWP
3) Pengukuhan PKP secara jabatan dan pengukuhan atau pencabutan
Pengukuhan PKP
4) Wajib Pajak mengajukan keberatan atau banding
5) Pengumpulan bahan untuk penyusunan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto
6) Pencocokan data dan atau alat keterangan
7) Penentuan Wajib Pajak berlokasi di tempat terpencil
8) Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN
8. Kualitas pelayanan
pelayanan yang berkualitas disebabkan pelayanan (service) tidak hanya
sebatas mengantarkan atau melayani. Service berarti mengerti,
memahami, dan merasakan sehingga penyampaiannya pun akan mengenai
heart share konsumen dan pada akhirnya memperkokoh posisi dalam
mind share konsumen. Dengan adanya heart share dan mind share yang
tertanam, loyalitas seorang konsumen pada produk atau usaha perusahaan
tidak akan diragukan.
Kualitas pelayanan juga dapat dilihat dari responsiveness (daya
tanggap) karyawan, yang mana karyawan memiliki kemauan dan
memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan.
Memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat menunjukkan pelaku bisnis
yang profesional.
9. Kondisi Perekonomian
Kondisi perekonomian merupakan keadaan atau kondisi
perekonomian yang sedang terjadi di dalam negara yang nantinya akan
memberikan dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif.
Kondisi perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oreh perilaku atau
tingkah laku dari warga negaranya.
10.Hukum yang Berlaku
Hukum yang berlaku sama dengan proses pelaksanaan penegakan
hukum, penegakan hukum merupakan pusat dari seluruh aktivitas
kehidupan hukum yang dimulai dari perencanaan hukum, pembentukan
hakikatnya merupakan interaksi antara berbagai perilaku manusia yang
mewakili kepentingan-kepentingan yang berbeda dalam bingkai aturan
yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, penegakan hukum tidak
dapat semata-mata dianggap sebagai proses menerapkan hukum
sebagaimana pendapat kaum legalistik. Namun proses penegakan hukum
mempunyai dimensi yang lebih luas daripada pendapat tersebut, karena
dalam penegakan hukum akan melibatkan dimensi perilaku manusia.
Dengan pemahaman tersebut maka kita dapat mengetahui bahwa
problem-problem hukum yang akan selalu menonjol adalah problema
“law in action” bukan pada “law in the books”.
F. Penelitian Sebelumnya
Bedasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryadi dalam penelitiannya yang meneliti hubungan kausal antara kesadaran,
pelayanan, kepatuhan wajib pajak dan pengaruhnya terhadap kinerja
penerimaan pajak, dimana dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa
kesadaran wajib pajak akan meningkat apabila dalam masyarakat
muncul persepsi positif terhadap pajak. Dengan meningkatnya
pengetahuan perpajakan masyarakat akan berdampak positif terhadap
kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Selain itu karakteristik
dari wajib pajak yang dapat dilihat melalui kondisi, budaya, dan ekonomi
masyarakat akan dapat membentuk perilaku wajib pajak yang nantinya
Hasil penelitian juga menunjukkan, kesadaran wajib pajak yang
diukur dari persepsi wajib pajak, pengetahuan perpajakan, karakteristik
wajib pajak dan penyuluhan perpajakan tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja penerimaan pajak. Pelayanan perpajakan yang diukur
dari ketentuan perpajakan, kualitas SDM dan sistem informasi
perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan
pajak. Kepatuhan wajib pajak yang diukur dari pemeriksaan pajak,
penegakan hukum dan kompensasi pajak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja penerimaan pajak. Demikian juga ternyata ditemukan
bahwa ada perbedaan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak besar dan
kecil dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, wajib pajak besar
ternyata lebih tinggi kesadaran dan kepatuhannya dibandingkan wajib
pajak kecil (Suryadi, Jurnal Keuangan Publik Vol 4 No. 1).
Dalam penelitian lain dikatakan bahwa peningkatan pelayanan
perpajakan akan dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak. Seperti yang
diungkapkan oleh Ni Luh Supadmi dalam penelitiannya yang
mengatakan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya, kualitas pelayanan harus
ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan yang berkualitas harus
diupayakan dapat memberikan 4K yaitu keamanan, kenyamanan,
kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Selain itu Wahyu Santoso juga mengatakan dalam penelitiannya
peningkatan kepatuhan wajib pajak dimana Wahyu Santoso meneliti
pada Wajib Pajak Badan di Indonesia. Dalam penelitian tersebut
dikatakan bahwa risiko ketidakpatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi
oleh variabel-variabel, yaitu tarif efektif, penalti, pemegang saham, debt
to equity ratio, status industri, skala usaha, profitabilitas, status
kompensasi, dan status pemeriksaan, dimana dari variabel-variabel
tersebut dapat dikelompokkan risiko ketidakpatuhan wajib pajak kedalam
resiko tinggi, menengah dan rendah.
Untuk dapat lebih jelas mengenai perbedaan penelitian yang akan
dilakukan dengan penelitian yang sebelumnya dapat dilihat pada tabel
2.1 berikut:
Tabel 2.1
Perbedaan Palaksanaan Penelitian Poin
perbedaan
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini adalah tentang analisis faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan wajib pajak. Gambar 2.1
Poin perbedaan
Wahyu Santoso Suryadi Devia Agustriana Mandiri, dkk
Penelitian Selanjutnya
menyajikan kerangka pemikiran teoritis untuk pengembangan hipotesis pada penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan 11 variabel yang terdiri dari 10 variabel independen (X) dan 1 variabel dependen (Y). Variabel-variabel tersebut adalah variabel idependent (X), yang terdiri dari tingkat pendidikan, persepsi wajib pajak, lingkungan usaha, pengetahuan perpajakan, tarif pajak, profitabilitas, pemeriksaan pajak, kualitas pelayanan, kondisi perekonomian Negara, dan penegakan hukum. Dan variable dependent (Y) yaitu ketidakpatuhan wajib pajak. Gambar 2.1 akan menggambarkan kerangka pemikiran dari penilitian ini.
H. Hipotesis
Berkaitan dengan masalah pokok yang ada maka hipotesis yang akan
diambil adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan wajib pajak terhadap
ketidakpatuhan yang dilakukan oleh wajib pajak.
2. Terdapat pengaruh antara persepsi wajib pajak terhadap sikap
ketidakpatuhan yang dilakukan wajib pajak.
3. Terdapat pengaruh antara lingkungan usaha wajib pajak terhadap
ketidakpatuhan yang dilakukan oleh wajib pajak.
4. Terdapat pengaruh antara pengetahuan perpajakan wajib pajak tehadap
sikap ketidakpatuhan wajib pajak.
5. Terdapat pengaruh antara besarnya tarif pajak yang berlaku dengan sikap
ketidakpatuhan wajib pajak.
6. Terdapat pengaruh antara tingkat profitabilitas yang diperoleh wajib
pajak dengan sikap ketidakpatuhan wajib pajak.
7. Terdapat pengaruh antara pemeriksaan pajak yang dilakukan terhadap
sikap ketidakpatuhan wajib pajak.
8. Terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan perpajakan yang diberikan
terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.
9. Terdapat pengaruh antara kondisi perekonomian yang terjadi terhadap
sikap ketidakpatuhan yang dilakukan wajib pajak.
10. Terdapat pengaruh hukum yang berlaku terhadap sikap ketidakpatuhan
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada wajib pajak orang pribadi di wilayah
kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Dalam pembagian wilayah kerja, wilayah
kecamatan Cakung terbagi atas dua Kantor Penerimaan Pajak, yaitu KPP
Pratama Jakarta Cakung Satu dan KPP Pratama Jakarta Cakung Dua.
Wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Cakung Satu terdiri dari tiga kelurahan,
yaitu kelurahan Penggilingan, kelurahan Rawa Terate, dan kelurahan
Jatinegara. Sedangkan wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Cakung Dua
teridiri dari empat kelurahan yaitu kelurahan Cakung Barat, kelurahan
Cakung Timur, kelurahan Pulo Gebang, dan kelurahan Ujung Menteng.
Peneliti ini juga akan lebih melihat kepada wajib pajak dalam skala usaha
mikro, kecil, dan menengah, dimana dalam usaha yang berskala tersebut
tingkat kepatuhan wajib pajak masih sangat rentan. Penelitian yang dilakukan
akan lebih memperhatikan dari sisi variasi tingkat pendidikan wajib pajak,
persepsi wajib pajak, lingkungan usaha, pengetahuan perpajakan yang
dimiliki oleh wajib pajak, tarif pajak yang berlaku, tingkat profitabilitas,
pemeriksaan pajak yang dilakukan, kualitas pelayanan yang diberikan,
B. Metode Penentuan Sample
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling
atau judgment sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat
dilakukan dengan kriteria-kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian
(Jogiyanto, 2004). Yaitu masyarakat yang memperoleh penghasilan dari
usaha mikro, kecil dan menengah yang dilakukan di wilayah kecamatan
Cakung, Jakarta Timur.
C. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini fakta yang diungkap merupakan fakta aktual yaitu
data yang diperoleh dari subjek dengan anggapan bahwa memang subjeklah
yang lebih mengetahui keadaan sebenarnya dan peneliti berasumsi bahwa
informasi yang diberikan oleh subjek adalah benar (Azwar, 1997).
Selanjutnya, untuk mengungkap fakta aktual tersebut peneliti menggunakan
kuesioner.
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus di jawab dan atau daftar
isian yang harus diisi oleh responden. Kuesioner penelitian ini disebarkan ke
beberapa wajib pajak yang memenuhi kriteria di wilayah kecamatan Cakung.
Responden akan menilai setiap pernyataan dengan menggunakan skala Likert
5 poin, dari persepsi responden bahwa responden sangat tidak setuju, setuju,
tidak setuju, ragu-ragu, setuju ataupun sangat setuju yang ada dalam