• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat Hukum Terhadap Putusnya Perkawinan Campuran Antara Warga Asing Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif : Analisa Putusan Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan No.459/Pdt.G/2006/PAJS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Akibat Hukum Terhadap Putusnya Perkawinan Campuran Antara Warga Asing Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif : Analisa Putusan Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan No.459/Pdt.G/2006/PAJS"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

ISLAM DAN HUKUM POSITIF

(Analisa Putusan di Pengadilan Agama Jakarta Selata11 No. 459/ Pdt.

GI 20061

PAJS)

oleh:

DADAN MUHAMJ\1AD RAMDHAN

104043201352

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKUL T AS SY ARI' AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH

JAKARTA

(2)

!SLAM DAN HUKUM POSITIF

(Analisa Putusan di Pengadilan Agama Jakarta Se/atan No. 4S91 Pdt. GI 20061 PAJS)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I)

Pembimbing I

Oleh:

DADAN MUHAMMAD RAMDHAN Nlf\1: 102043201352

Di Bawah Bimbingan

Dra. Hj. Afidah W yuni, 1v1 .Ag NIP.150281943

Nahrowi, SH, rvtH NIP. 150293227

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SY ARI' Alfi DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAY A TULLAH JAKARTA

(3)

(Analisa Putusan di Pcngadilan Agama Jakarta Selatan No. 459/ Pdt. G/ 2006/PAJS) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas

.Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta pada tanggal 3 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

l(ctua

Sckr2taris

Pcmbimbing I Pcmbimbing II Pcnguji I Pcnguji II

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Perbandingan

Madzhab dan Hukum (PMH).

'-:Q'i

_

_l'lIP: I 50 2 I 0 422

Panitia Sidang Munaqasyah :

: DR. H. Mujar Ibnu Syarif, M. Ag. NIP. 150 275 509

: H. Muhammad Taufiki. M.Ag.

NIP. 150 290 159

: Dra. Hj. Afidah Wahyuni. M.Ag NIP. I 50 281 943

: Nahrowi, SH .. MH. NIP. I 50 293 227

セdrN@ KHA. Juaini Syukri, Les., MA. NIP. I 50 256 96()

: Dedy Nursamsi, SH., M. Hum. NIP. I 50 264 001

(4)

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT selalu terucapkan alas segala nikmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Allahumma shalli 'Ala Muhammad s.a. w yang senantiasa selalu tercural1kan untuk pemimpin umat manusia yang oleh karenanyalah ilmu dan cahaya Islam bisa dirasakan sampai saat ini.

Penulis bersyukur dengan tiada henti karena pada akhimya tugas akhir dalam jenjang pendidikan strata (SI) yang penulis hadapi telah selesai dikerjakan. Manusia tak pemah luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf bila dalam penulisan skripsi ini ada yang kurang berkenan di hati pembaca

Selain itu penulis karya ilmiah ini tidak akan bisa terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak yang telah memberikan waktu dan pikiran untuk membantu dan mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis haturkan kepada:

I. Bapak Prof Dr. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta

(5)

Nursarnsi, SH, M. Hum., yang dengan penuh kesabaran telah membimbing dan menguji penulis hingga mampu menyelesaikan karya ilmiah ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mencurahkan disiplin ilmu.

5. Teristimewa kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda dan lbunda tercinta serta kakak-kakak dan adik tercinta yang telah memberi dul·amgan baik dukungan spirituil maupun moril dengan segenap hati yang tulus dan ikhlas, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Ketua dan Staff Pengadilan Agarna Jakarta Selatan.

7. Seluruh Staff dan pegawai kepustakaan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Keluarga Besar KKS Nyalindung Sukabumi Bapak K.H Hidayat beserta keluarga

(6)

Wahyu Wibowo, Himarian Danu Magath, Andik Sulistianto, Ronald, Rizki, lkhwan Yanwar, Banu Ardi, Firman, Andika Bagja, Angga Nur Prasetyo, Panji Priangoro, Shinda Mayang Sari SKG, Ratih Tunjung Sari SKG, lntan Maharani, Yuki Paramita, Riris, Nina, Faradina Adisti, Heny, Tia, Ita, Sabrina, Bianca. Terima kasih alas segala bantuan, kritik dan saran yang semua terangla1m dalam sebuah kenangan indah yang tidak dapat penulis lupakan.

Penulis menyadari bahwasanya "Tak ada gading yang tak retak". Akan tetapi meski demikian, penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat. Akhimya penulis hanya dapat berharap dan memohon kepada Allah SWT, semoga apa yang telah dilakukan menjadi amal shaleh dan mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda Dan semoga penulis dapat bertambah wawasan. Amin.

Jakarta 8 Juni 2008 M 4 Jumadil Akhir 1429 H

(7)

DAFTAR ISi.

BAB I. PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah ..

B Perumusan dan Pembatasan Masalah ..

IV

4 C Tujuan dan Manfaat Penelitian . .. . . .. . . .. . . . .... 5 D Metode Penelitian ... . 6

E Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . .. . . ... .. . . ... .. . 7 BAB II. PENGERTIAN PERKA WINAN CAMPURAN MENURUT HUKUM

ISLAM DAN HUKUM POSITIF

A Definisi Perkawinan . 10

B Pengertian Perkawinan Campuran Menurut 1-lukum Islam ... .... .... ... 15 C Pengertian Kewarganegaraan ... .

BAB Ill. ANALISA PUTUSAN PERKAIRA NOMOR. 459/Pdt.G/2006/PAJS TENTANG PUTUSNYA PERKAWINAN CAMPURAN

37

A Putusan Perkara Perceraian Nomor: 459/Pdt.G/2006/PAJS... 44 B Analisa Putusan Nomor: 459/ Pdt. GI 2006/ P AJS Menurut Hukum

Islam dan Hukum Positif... ... ..

BAB IV. AKIBAT HUKllM TERHADAP PllTllSNYA PERKAWINAN CAMPllRAN

A Kedudukan Anak Pada Perkawinan Campuran Antar Negara

(8)

D Kedudukan Anak Sesudah BerlakunyaUndang-undang Nomor 12 Talmn 2006 Tentang Kewarganegaraan ... . E Analisis Persamaan dan Perbedaan Menurut Hukum Islam dan

Hukum Positif ... .

BABV. PENUTUP

A Kesimpulan ... . B Saran-saran .

DAFTAR PUSTAKA ... .

LAMPIRAN ... .

91

94

(9)

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan menurut Hukum Islam merupakan suatu perjanjian suc1 antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk keluarga yang bahagia. Oleh karena itu kehidupan bersama antara seorang laki-laki dengan seorang perernpuan sangatlah penting, dan hal itu biasa kita menyebutnya dengan istilah perkawinan.

Di negara Indonesia khususnya masalah yang sekarang ini telah banyak terjadi perkawinan campuran terutarna di tempat-ternpat wisatawan antara orang Indonesia dengan warga negara asing. Peristiwa perkawinan campur ini sejak dari awal permulaan telah menirnbulkan permasalahan hukum yang kompleks, perrnasalahan hukum yang timbul akibat peristiwa perkawinan tersebut tidak saja rnempunyai akibat hukum yang bersifat keperdataan, narnun rnernpunyai akibat hukum dibidang hukum publik terutama dalam bidang kewarganegaraan.

(10)

perceraian tersebut, baik yang menyangkut hubungan suam1 istri maupun yang menyangkut masalah anak.

Dalam kehidupan beragama, mengandung makna toleransi dalam agama. Agama Islam mensyari'atkan nikah sebagai satu-satunya bentuk berpasangan antara pria dan wanita yang dibenarkan, lalu dianjurkan untuk dikembangkan dalam pembentukan keluarga. Di dalam QS. Al-Hujurat ( 49): 13 Allah SWT berfirman:

s

J ,,,, ,,.. -,,"" ;f' ,. ' > ... .,. ,, ,, ,, l ,,,.. "' J ,,"',,.... セ@ セ@ .J J セ@ ,,

QセNjォAセwェ@

4Y.:.,

セェ@

jjャェヲセゥZイセ@

l:..J

セャji@

エ[ZNセ@

(

QイZᆪセ@

OオQセQI@

セセ@

:&ToJ

"µf

セiセ@

⦅ェZセヲ@

oJ

Artinya: "Hai manusia, Ses1111ggulmya kami me11ciptaka11 kamu dari seora11g laki-laki dan seorang perempuan dan menjadika11 kamu berbangsa - bangsa dan bers11k11-511k11 supaya kamu sali11g ke11al-me11ge11al. Ses1111gg11h11ya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa dia11tara kamu. Ses1111gguhnya Allah Maha me11getahui lagi Maha Me11ge11al (QS. A!-Hujurat 13)."

(11)

mengakibatkan perkawinan. khususnya perkawinan campuran antara warga negara

Indonesia dan warga negara asing.

Banyaknya individu yang berbeda kewarganegaraan yang menjalin hubungan

melalui perkawinan, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Dalam sistem hukum

..

perkawinan, Indonesia berpedoman kepada Undang-undang Nomor I Tahun 1974

dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan.

Kadang-kadang pasangan tersebut gaga! dalam usahanya disebabkan perbedaan tabi'at dan

kemauan sehingga selalu terjadi perselisihan yang mengarah kepada perceraian.

Maka perceraian tersebut harus berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor I

Tahun 1974. Permasalahan-permasalahan yang timbul tidak lain disebabkan oleh para

subjek akan melangsungkan perkawinan mempunyai perbedaan dalam hal

kewarganegaraan.

Jika terjadi percera1an, dan anak yang merupakan hasil dari perkawinan

campuran antara warga negara Indonesia dengan warga negara asmg maka status

anak tersebut harus mengikuti kewarganegaraan dari pihak suami atau bapak dari

anak yang bersangkutan.

Berangkat dari masalah tersebut, penulis merasa tertarik untuk membahasnya

dalam skripsi yang berjudul "Akibat Hukum Terhadap Putusnya Perkawman

Campuran Antara Warga Negara Indonesia Dengan Warga Negara Asing

Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif (Analisa Putusan di Pengadi\ar.

Agama Jakarta Selatan No. 459/ Pdt. GI 2006/ PAJS)". Alasannya dikarenakan di

dalam putusan di atas status hukum dan kedudukan anak yang tergolong masih di

(12)

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

l. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dan untuk

mempermudah pembahasan, maka penulis merumuskan pokok-pokok permasalahan

yang mengatur tentang putusnya perkawinan campuran sebagai berikut:

a. Bagaimanakah syarat putusnya perkawinan campuran antara warga negara

Indonesia dengan warga negara asing menurut Hukum Islam dan Hukum Positif

dan bagaimana putusan Pengadilan Agama Nomor 459/ Pdt. GI 2006/ PAJS

tentang mengenai putusnya perkawinan campuran?

b. Bagaimanakah akibat hukum putusnya perkawinan campuran antara warga negara

Indonesia dengan warga negara asing mengenai status kewarganegaraan anak,

harta bersama beserta nafkah anak dan istri?

c. Bagaimanakah persamaan dan perbedaan antara Hukum Islam dan Hukum Positif

tentang akibat putusnya perkawinan campuran antara warga negara Indonesia dan

warga negara asing?

2. Pembatasan Masalah

Dalam penyusunan skripsi ini penulis hanya membatasi terhadap bagaimana

kedudukan status kewarganegaraan anak pada perkawinan campuran antara warga

negara Indonesia dengan warga negara asing menurut Undang-undang Nomor 12

Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan, harta bersama beserta nafkah anak dan istri

(13)

Analisa ini membahas tentang perkawinan campuran yang dilaksanakan oleh

Ismail Jamail Tommas bin Edmond Jamail berkewarganegaraan Amerika dengan Rr.

Daisy Hartikti binti R. Bambang Soetikno berkewarganegaraan Indonesia. Dari hasil

perkawinan tersebut melahirkan tiga orang anak yang tergolong masih di bawah

umur. Maka akan dibahas bagaimana status anak terhadap perkawinan campuran

berdasarkan Undang-undang No.12 tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan, dan

ketiga anak yang tergolong di bawah umur hams mengikuti kekuatan hukum yang

mana?.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penulis melaksanakan kegiatan kajian ini karena adanya hal-hal yang ingin

penulis capai. Tujuan penulisan ini adalah :

a. Untuk mengetahui status anak pada perkawinan campuran antar negara

menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan.

b. Untuk mengetahui bagaimana cara-cara memperoleh kewarganegaraan

anak pada perkawinan campuran menurut Undang-undang Nomor 12

Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan.

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

I. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang luas

dan mendasar mengenai perkawinan campuran dan akibatnya apabila terjadi

perceraian, sehingga hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan

(14)

2 Bagi akademis, menambah pembendaharaan kepustakaan hukum umumnya dan hukum Islam serta membantu pihak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya bagi Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum dalam rangka pemenuhan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

D. Metode Penelitian

Untuk mengumpulkan data dalam penulisan skripsi mt, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

I . Jenis Penelitian

Adapun jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yakni deskripsi berupa kata-kata, ungkapan, norma-norma atau aturan-aturan dari fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penulis berupaya mencermati mengenai perkara putusnya perkawinan campuran antara warga negara Indonesia dan warga negara asing.

Sedangkan dari segi tujuan dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian yang bersifat deskriptif analisis yakni penelitian lapangan yang menggambarkan data dan informasi di lapangan berdasarkan fakta yang diperoleh secara mendalam1•

Dan dari seg1 tipe penelitian hukum penelitian doktriner komperatif. Penelitian ini 1uga termasuk iems penelitian kepustakaan (library reseach), penelitian kepustakaan dilakukan dengan menggunakan metode mengumpulkan

1

(15)

data-data berupa bahan-bahan atau keterangan-keterangan yang didapat dengan

cara mempelajari dari buku-buku, norma-norma baik berupa KUH Perdata,

peraturan perundang-undangan dan yurisprudensi yang berhubungan dengan

pembahasan skripsi ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan studi dokumentasi yaitu dengan mengadakan pendekatan terhadap kasus

yang berhubungan dengan judul skripsi, khususnya di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan. Adapun teknik pengumpulan datanya adalah melalui telaah terhadap

dokumentasi yang terdapat di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

3. Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul lalu dianalisa dengan analisa kualitatif lalu

diinterpretasikan sedemikian rupa dengan metode deduktif

Penelitian ini menggunakan konten analisis yaitu tekriik analisis yang

berusaha menyimpulkan dengan menarik bagian atau hal yang bersifat khusus dalam

bentuk kasus dan data-data lapangan menjadi kesimpulan umum yang berlaku secara

general.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan buku "Pedoman Penulisan

Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum U/N Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 200 7 ".

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusun menyelesaikan pembahasan secara sistematis.

(16)

disusun terdiri dari lima bab, masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang

isinya penulis uraikan sebagai berikut, yaitu:

BAB I PENDAH U LUAN meliputi: la tar belakang masalah, perumusan dan

pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II PENGERTIAN PERKA WINAN CAMPURAN MENURUT HUKUM

, ISLAM DAN HUKUM POSITIF meliputi: definisi perkawinan,

pengertian perkawinan campuran menurut hukum Islam, perkawinan

antara pria muslim dengan wanita musyrik, perkawinan antara pria

muslim dengan wanita ahli kitab, perkawinan antara pria non muslim

dengan wanita muslimah menurut pandangan ulama fiqh klasik, menurut

Undang-undang No. I Tahun 1974, menurut Hukum Perdata (BW),

pengertian kewarganegaraan, menurut Undang-undang Nomor. 12 Tahun

2006 tentang kewarganegaraan.

BAB Ill ANALISA PUTUSAN PERKARA NOMOR. 459/Pdt. GI 2006/ PAJS,

meliputi: putusan perkara Nomor. 459/ Pdt G/ 2006/ PAJS), analisis

putusan Nomor. 459/ Pdt G/ 2006/ PAJS) menurut Hukum Islam dan

Hukum Positif.

BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP PUTUSNYA PERKAWINAN

CAMPURAN, meliputi: kedudukan anak pada perkawinan campuran

antar negara menurut hukum Islam dan hukum positif, anak sah, anak

(17)

perkawinan, kedudukan anak sesudah berlakunya Undang-undang Nomor.

12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan, analisis persamaan dan

perbedaan menurut hukum Islam dan hukum positif

BAB V PENUTUP, meliputi: Kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan

(18)

A. Definisi Perkawinan

Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut

dengan dua kata, yaitu nikah (

clS.l )

dan zawaj (l!IJj ). Kedua kata ini yang terpakai dalam kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat dalam Al-Qur' an dan

hadis Nabi. Kata na-ka-ha banyak dalam Al-Quran dengan arti kawin, seperti dalam

QS. An-Nisa' (3): 4 .

...-J - ,J ,. ,.. _. • J ,,,,. ,,,., • J ,, J .;: t ,,,,

セェ@

():.

セアQZ[@ セ@

yl.b

G 1_,;s;:,1.9 :_;..:.JI

J

I_,)-.,;;·,

ZOiセ@

0jj

;,,

c.,.,

;,_w

1

Iセセセ@

ゥI⦅ゥZセ@

セヲ@ セ@

;:;µ

EJj

Artinya: "Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapal berlaku adil. Maka (kawinilah) seorang

saja (QS.An-Nisa : 3) ". 1

Demikian pula banyak terdapat kata za-wa-ja dalam Al-Qur' an dalam arti

kawin, seperti pada QS. Al-Ahzab (37): 33.

1

Prof. DR. Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat

(19)

Artinya: "Maka tatkala laid Telah mengakhiri keperluan terhadap /strinya (menceraikannya), kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka ... (QS.Al-Ahzab: 37)."

Secara arti kata nikah berarti "bergabung" ( ,....0), "hubungan kelamin"

(,..l..J) dan juga berarti "akad" ( .iic.) adanya dua kemungkinan arti ini karena kata nikah yang terdapat dalam Al-Quran memang mengandung dua arti tersebut. Kata

nikah yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah (230): 2.

en·. :

'l'/ofa.ll ) ...

セ[NNᆪ@

セェェ@

&

j;..

.h!

セ@ Iセ@

Jj.

セi@

galL

Artinya: "Kemudian jika si suami mentalaknya HNセ・ウオ、。ィ@ Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak /agi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain (QS.Al-Baqarah: 230) ''. 2

Pemikahan Dalam bahasa Indonesia kata nikah diartikan dengan kawin.

Dalam istilah fiqh Islam disebut zawaj atau at-tazwij yaitu merupakan sinonim bagi kata perkawinan. 3

Dalam Bahasa Arab perkawinan menurut bahasa berasal dari kata nakaha

( il:.;.JI

1£.'.i;i

\?I

セ@ )4yang artinya mengawini. 5 Sedangkan dalam Ensiklopedi Islam dinyatakan bahwa menurut bahasa nikah berarti menghimpun dan mengumpulkan.

2

Ibid., h.36.

'Harun Nasution, (ed), "Nikah'', Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan: 1992),

h. 74 l.

h.836.

"Al-Munjid fi al-Lughoh wa al-I'lam, "Nakaha", (Bcirnt: Dar Al-Masyriq: 1986), Cet. Ke-38,

'Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdor, "Nakaha'', Kamus Kontemporer Al-Asri Arab-Indonesia,

(20)

Dalam pengertian fiqh, nikah adalah akad yang mengandung kebolehan melakukan

hubungan suami istri dengan lafal nikah/kawin atau yang semakna dengan itu.6

Kata "az-zawaj atau "an-nikah" dalam Syari'at Islam dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu :

I. Segi lbadah

Seseorang yang melakukan perkawinan karena Allah, berarti dia telah

melakukan perintah agamanya dan mengurangi sebagian hawa nafsunya demi

menjaga dirinya.

2. Segi Hukum

Perkawinan di sampmg sebagai ibadah juga merupakan perintah Allah,

apabila perkawinan dilakukan menurut syari'at Islam sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki seseorang yang melakukannya. Oleh karena itu kebolehan melakukan

perkawinan dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh dan haram.

3. Segi sosial

Pergaulan manusia dengan masyarakat baik individu yang satu dengan yang

lainnya atau kepada masyarakat, terlebih lagi kepada lawan jenisnya, tidak hanya

terbatas kepada kegiatan masyarakat, tetapi lebih jauh dari itu sebagai makhluk

biologis. Allah SWT telah menetapkan pergaulan yang dapat menciptakan suasana

yang lebih indah dan harmonis, penuh kasih sayang yang diikat dengan sebuah tali

perkawinan. Firman Allah SWT QS. Ar-Ruum (21): 30.

6

Dewan Redaksi Ensiklopedi lslam,"Nikah", Ensiklopedilslam, (Jakarta: Ichtiar Barn Van

(21)

;::4 セ@ ' .,_, ,,._,,.. ,,,.,, .... ,., _,.. .,( ' J(. ... ,,,,_,,,,, .,t_ ...

o.;1'._.,

ヲMMZZNセNL@ 1::..

4

1:

I\

1-:<·:1

セᄋFjᄋi@ セ\@

...

.;-.1 .,..

セ@ ·.1::_

01

セTNZZNANjiセ@

·..A'

... r \ ... セMNNQ@ セ[@ セ@ • -'

r--;--

u.- _... セ@ ,,,, .. u..-...1

( n:

I"•

fr

_j) 1)

PjセLLN@

SゥlLZZNMセQ@

セᄋセ@

j

o!

lセ@セ@

.::..5j

セ@ ,.,. ,,. ...

Artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenfa11111 sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa te/1/eram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Ses1111ggulmya pada yang demikia11 itu be11ar-benar terdapat tanda-ta11da bagi kaum yang berfikir (QS. Ar-Ruum: 2 I)".

Ayat di atas mengandung suatu makna bahwa manusia sebagai makhluk Allah

diciptakan berpasang-pasangan dan dijalin dengan cinta kasih terhadap

manifestasinya dapat terealisasi melalui sebuah perkawinan, suami merasa tenang dan

tentram bersama istrinya, begitupun sebaliknya.

Adapun pengertian perkawinan menurut rumusan Undang-undang No. 1/1974

perkawinan berarti "Ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa" (Pasal 1 ).

Sedangkan di dalam ketentuan pasal-pasal yang terdapat di dalam KUHPer,

tidak memberikan pengertian mengenai perkawinan. Menurut Kompilasi Hukum

Islam Pasal 2 disebutkan, bahwa perkawinan menurut hukum Islam adalah

pemikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan gholiidhan untuk mentaati

perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. 7

7

(22)

Di samping pengertian tersebut di atas, terdapat pula pengertian perkawinan

menurut beberapa sarjana, yaitu:

a. Menurut. Prof Subekti, S.H. : Perkawinan adalah pertalian yang sah

antara seorang lelaki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama. 8

b. Menurut Prof Ali Afandi, S.H. : Perkawinan adalah suatu persetujuan

kekeluargaan. 9

c. Menurut Prof Mr. Paul Scholten: Perkawinan adalah hubungan hukum

\

antara seorang pria dengan seorang wanita untuk hidup bersama dengan

kekal, yang diakui oleh negara. 10

d. Menurut Prof Dr. R. Wirjono Procljodikoro, S.H.: Perkawinan yaitu

suatu hidup bersama dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang

memenuhi syarat-syarat yang termasuk dalam peraturan Hukum

Perkawinan.11

e. Menurut Prof Soediman Kartohadiprocijo, S.H. : Perkawinan adalah

suatu hubungan antara orang wanita dan pria yang bersifat abadi.12

8

Subekti. Pokok-pokok ffukum Perdata, (Jakarta: Intennasa: 1987), Cet. Ke-21, h.23.

9

Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Rincka Cipta:

1997), Cet. Ke-4, h. 94.

10

R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Asis Safioedin, Hukum Orang dan Hukum Keluarga.

(Bandung: Alumni: 1985), h.31.

11

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Jakarta: Sumur Bandung: l 960),

Cet. Ke-4, h.7.

12

Soediman Kartohadiprodjo, Pengantar Tata Hukum Di Indonesia, (Jakarta: Ghalia

(23)

f. Menurut K. Wanljik Saleh, S.H. : Perkawinan adalah ikatan lahir-batin

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-isteri.13

Dari uraian definisi di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud

dengan perkawinan adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan

seorang wanita untuk membentuk suatu keluarga dalam jangka waktu yang lama.

Sedangkan yang dimaksud dengan Hukum Perkawinan adalah hukum yang mengatur

mengenai syarat-syarat dan caranya melangsungkan perkawinan, beserta

akibat-akibat hukum bagi pihak-pihak yang melangsungkan perkawinan tersebut.

B, Pengertian Perkawinan Campuran Menurut Hukum Islam

1. Dalam Islam dikenal tiga macam perkawinan campuran yaitu :

I. Perkawinan antara pria muslim dengan wanita musyrik

2. Perkawinan antara pria muslim dengan wanita ahli kitab

3. Perkawinan antara pria non muslim dengan wanita muslimah.

a. Perkawinan antara muslim dengan wanita musyrik

Dalam kehidupan sehari-hari terkadang terjadi sebuah perkawinan antara pria

wanita yang berlainan agama. Al-Qur'an secara tegas melarang perkawinan dengan

orang musyrik, 14 sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah :221

( '1' '1' \ : ;;_fa.l\)

13

K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia: 1976), Cet.

Kc- 4, h.14.

14

(24)

Artinya : "Dan jangan/ah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka heriman, ses1111gguh11ya wanita hudak yang mukmin /ehih baik dari pada

wanita musyrikah walaupun dia menarik hatimu ... (Q. S. Al-Baqarah : 22 I).

Sebab turunnya ayat ini berhubungan dengan Kannaz bin Khusoin

al-Ghonawi yang diutus oleh Rasulullah untuk misi rahasia ke Makkah. Di Makkah ia

mengenal seorang wanita yang biasa dipanggil 'Anaq ( <..! 1.:.:. ) , wanita yang sangat

dicintainya sejak masa jahiliyah. Kannaz datang menemuinya dan memberitahunya

bahwa Islam telah melarang apapun yang biasa dilakukan pada masa jahiliyah,

kemudian wanita itu berkata : "Kalau begitu kawinlah padaku". Kannaz menjawab

bahwa dia akan meminta izin pada RasuluHah. Tetapi Rasulullah kemudian melarang

Kannaz mengawininya karena ia seorang muslim sedangkan 'Anaq seorang

musyrikah. 15

Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang laki-laki muslim tidak boleh kawin

dengan perempuan musyrikah. Alasannya adalah karena mereka (orang-orang

musyrik) akan menjerumuskan ke dalam neraka. Hal ini mengisyaratkan bahwa

perkawinan semacam itu mungkin akan menjerumuskan dan menyesatkan pihak

muslim menuju kemusyrikan, karena pertalian antara suami istri ini bukan hubungan

seksual semata, melainkan juga hubungan bathin dan budaya. Apalagi perbedaan

agama berarti berbeda dalam hal kepercayaan, sehingga di satu pihak mengajak ke

syurga, sedangkan di pihak lain mengajak ke neraka. Di satu pihak beriman kepada

Allah, para nabi dan hari kiamat, sedangkan di pihak lain menyekutukan Allah dan

15

Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Anshori Al-Qurtubi, Af,fami 'al-Ahkam

(25)

ingkar kepada nabi serta hari kiamat.16 Memang mungkin saja terjadi seorang mu slim

dapat mempengaruhi yang musyrik, keluarga dan keturunannya agar memeluk Islam,

namun kemungkinannya juga sama bahwa orang-orang musyrik itu dapat menyeret

pasangannya mengikuti jalannya. Yang paling mungkin dihasilkan dari perkawinan

semacam itu adalah bercampurnya antara keturunan yang Islam dan bukan Islam

dalam satu keluarga.

Sejalan dengan pernyataan para fuqoha, seorang muslim tidak boleh menikahi

wanita musyrikah, baik wanita itu merdeka ataupun budak belia, 17 ayat di atas juga

merupakan suatu peringatan agar jangan sampai hal tersebut terjadi dalam keluarga,

terdapat perbedaan akidah antara suami istri. Karena itu keluarga muslim harus

mengarahkan anak dan keturunannya agar tidak menikah dengan orang non muslim.

Kesatuan akidah dalam agama akan menjalin hubungan yang harmonis, selain itu

pula akan menghasilkan keluarga sakinah yang Islami.

b. Perkawinan antara pria muslim dengan wanita ahli kitab

Dalam Islam "ah/u kitab" adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani. Mereka

yang percaya dan meyakini kitab-kitab yang diturunkan Allah {Taurat dan Injil)

kepada Nabi-nabiNya (Taurat kepada Nabi Musa AS dan Injil kepada Nabi Isa AS).18

16

Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Al-Halal wa Al-!faramji Al-Islam, Terjemah H.

Muhammad Hamidy, (Surabaya: Bina Ilmu, 1980), h. 250.

17

TM. Hasbi as-Shiddiqie, Hukum Antar Go/ongan dalam Flqh Islam, (Jakarta: Bulan

Bin tang : 1971 ), h. 77.

18

(26)

Para ulama berbeda pendapat tentang pemikahan campuran ini. Perbedaan itu

disebabkan karena adanya perbedaan pendapat tentang kedudukan wanita ahli kitab.

Dalam hal ini, menurut Syaikh Humaidy bin Abdul Aziz al Humaidy bahwa

ada dua pendapat tentang pemikahan ini :

I. Pemikahan laki-laki muslim dengan ahli kitab dan ia sebagai

pendududuk yang berada dalam lingkungan negara Islam (ahli

dzimmah), diperbolehkan. Pendapat ini menurut jumhur ulama, baik

Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi' i maupun Hambali.

2. Seorang laki-laki tidak diperbolehkan menikahi wanita ahli kitab dan

ahli dzimmah. Pendapat ini menurut golongan Syi'ah Imamiyah, yang

menurut mereka dinukil dari pendapat Abdullah bin Amru. 19

Golongan pertama yaitu jumhur ulama berdasarkan pendapat mereka pada

beberapa dalil:

I. Firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 5 :

,, \•' •,,I' NGNセ@ 'L '.!:'.< 1 . •.!:1 'L .

'''°'

11' ,.

1 ··•

·A\,,. 1 .

w . •· ,,., 'L .J セ@ U?-

r-UU::>

.J r"' U?- Yu;>.!

y

.J c.J:l ,l.I

l'UU::>

.J . ( /:J· ·

o.liW

I) .. . ᄋNエQᄋNセ@セ@ ·. U-4 •

w

\.:iS1 \"'.

Y .J

1

UL

···.:ii

I·.· ;.:.. \S • U"'

..o:..'.J

1· .J •

-::..1..i... • •..

Y"' 11 ·· U-4

Artinya : " ... Makanan (.5embelihan) orang-orang yang diberi al-kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanila yang me1yaga kehormatan di antara wanita-wanila yang beriman dan wanita-wanita yang me1yaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi al-kitab sebelum kamu ... (Q.S. Al-Maidah :

5).

19

Syaikh Humaidy bin Abdul Aziz Al-Humaidy, Kawin Campur Dalam Syari 'at

(27)

2. Di antara sahabat ada pula yang pernah melakukan pernikahan ini. Mereka

menikahi wanita Ahli Kitab yang hidup dalam lingkungan pemerintahan Islam.

Utsman bin Affan menikahi Na'ilah binti Al-gharamidhah Al-Kalbiyah, seorang

wanita beragama Nasrani yang kemudian beragama Islam. Hudzifah juga

menikahi wanita Yahudi dari penduduk Mada'in.

3. Jabir r.a. pernah ditanya tentang pernikahan laki-laki muslim dengan wanita

Yahudi dan Nasrani. Maka ia menjawab: "Kamipun pernah nikah dengan mereka

pada waktu penaklukan Kufah bersama-sarna dengan Sa' ad bin Abi Waqqash.

4. Sabda Rasulullah SAW mengenai orang-orang Majusi : "Perlakukanlah bagi

rnereka sunnah Ahli Kitab, tanpa harus rnenikahi wanita-wanita mereka dan tidak

pula memakan sembelihan merekaw

Sedang golongan kedua yaitu Syi'ah Imamiah melandaskan pendapatnya pada

beberapa dalil :

I. Firman Allah dalarn surat Al-Baqarah ayat 221

Artinya : "Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman, sesungguhnya wanila budak yang mukmin lebih baik dari pada wanila musyrikah walaupun dia menarik hatimu ... (Q. S. Al-Baqarah : 221).

Maksudnya bahwa Allah telah mengharamkan seorang muslim menikahi

wanita rnusyrikah. Sedang wanita ahli kitab terrnasuk orang kafir. Mereka

20

(28)

menganggap wanita ahli kitab termasuk orang musyrik berdasarkan riwayat lbnu

Umar r.a, bahwa ia pernah ditanya tentang hukum menikahi wanita Yahudi dan

Nasrani. Ia menjawab : "Sesungguhnya Allah mengharamkan wanita-wanita musyrik

bagi orang-orang mukmin. Saya tidak mengetahui kemusyrikan yang lebih besar dari

pada anggapan seorang wanita (Nasrani) bahwa Tuhannya adalah Isa, padahal Isa

hanya seorang manusia dan hamba Allah.

2. Golongan ini juga melandaskan pada firman Allah :

Artinya : "Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir. "(Al-Mumtahanah: IO).

Maksudnya bahwa Allah melarang kaum muslimin berpegang kepada

perkawinan dengan wanita-wanita kafir. Sedang wanita ahlu kitab termasuk

orang-orang kafir. Larangan di sini dimaksudkan sebagai pengharaman.21

Masjfuk Zuhdi menjelaskan bahwa kebanyakan ulama berpendapat bahwa

pria muslim boleh kawin dengan wanita ahli kitab (Yahudi dan nasrani) berdasarkan

firman Allah surat Al-Maidah ayat 5. Selain itu berdasarkan Sunnah Nabi SAW. Nabi

pernah menikah dengan ahli kitab Maria a!-Qibthiyah (nasrani). Demikian pula

seorang sahabat Nabi Khuzaifah bin a!-Yaman pernah menikah dengan seorang

wanita Y ahudi, sedang para sahabat tidak ada yang menentangnya. 22

21

Ibid, h. 25

22

(29)

Selanjutnya ia menjelaskan bahwa ada sebagian ulama lain yang melarang

antara seorang pria muslim menikah dengan wanita Yahudi dan Nasrani, karena pada

hakekatnya doktrin dan praktek ibadah Yahudi dan Nasrani itu mengandung unsur

syirik yang cukup jelas, misalnya kepercayaan Uzair putra Allah bagi umat Yahudi,

ajaran Trinitas dan Mengkultuskan Nabi Isa AS dan ibunya, Maryam (Maria) bagi

umat Nasrani. 23

Imam-imam mazhab yang empat pada pnns1pnya mempunyai pandangan

yang sama bahwa wanita kitabiyah boleh dinikahi, sekalipun mereka berkeyakinan

bahwa Isa adalah Tuhan atau meyakini kebenaran Trinitas. Hal terakhir ini adalah

syirik yang nyata. Tetapi karena mereka mempunyai Kitab Samawi, mereka halal

untuk dinikahi sebagai takhsis dari ayat24 :

( ' £' · l'W I)

セ@

• .• · .,_,_,I

t: .. ·. • ·

l.S.ll

4111 •

r

·- •

··.1 •

• - (.).;,'fl Y""

<r-

U:l セ@ • セ@ (.)' ...9 • • •

Adapun pentakhsisnya adalah ayat :

セ@

1;-... ; ...

'J

1· ._ •• ,

'L • ..

1:'.kb · • .. 1:1

•1. 」NNNNLセ@

1

r •·

f •.• .:.l

1 'Gb"

...9 セ@ (,p>

r--

...9 (""""' (,p> • • _,., ...9 U:l • f' ...9 • •

( t;, ᄋ[[セwiI@. .. .

' ..

セ@ AZ|GNセ@ '· ;_, lY-' . セ@ • \'' • _,., ...9

f .,. ]

U:l •

I;.·

(.)"' セ@

\;',

a'.,,'"j

I"

...9

w

I..;..•,-' • Y'"'

I

Islam memberi kesempatan kepada laki-laki muslim untuk mengawini

perempuan ahli kitab, oleh karena adanya titik-titik pertemuan antara ajaran-ajaran

agama mereka dengan ajaran Islam. Hal ini terjadi oleh karena berasal dari satu

23

Ibid, h. 4.

24

A. AzJiar Basyir, Kawin Campur, Adopsi, Wasiat Menurut Hukum Islam, (Bandung:

(30)

sumber yaitu wahyu Allah, baik Yahudi, Nasrani maupun Islam mengajarkan iman

kepada Allah, kepada akhirat, kepada kitab-kitab Allah, kepada malaikat dan rasul. 25

Yusuf Qardhawi berpendapat; kebolehan menikah dengan kitabiyah tidak

mutlak tetapi terikat dengan ikatan-ikatan yang harus dipenuhi :

I. Kitabiyah itu benar-benar berpegang pada ajaran samawi.

2. Wanita kitabiyah yang mukhsonah (memelihara kehormatan diri dari

perbuatan zina).

3. Ia bukan kitabiyah yang kaumnya berada pada status permusuhan atau

peperangan dengan kaum muslimin.

4. Di balik pemikahan itu tidak akan terjadi "fitnah", yaitu mafsadah dan

kemudharatan. 26

Menurut Sayyid Sabiq, menikah dengan wanita ahli kitab meskipun jaiz tetapi

makruh, karena suami tidak terjamin untuk tidak terkena "fitnah" agama istrinya. 27

c. Perlrnwinan antara pria non muslim dengan wanita muslimah

Terhadap masalah ini para ulama sepakat bahwa perempuan muslimah tidak

halal kawin dengan laki-laki yang bukan muslim, baik dia musyrik maupun ahlul

kitab. Berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Mumtahanah ayat l O :

25

Al-Jaziri, Ki/ab al-Fiqh "ala al-Madzahib al-Arba 'ah. (Beirut : Dar lhya' Turats

al-Amby, 1969), Juz IV, h. 75.

26

Yusuf al-Qardhawi, Huda al-Islam Fatawa Mu 'asiroh. (Kairo : Dar Afaq al-Gal, 1978) h.

414.

27

(31)

•. \.! •. ·

w

Li GNエセ@ I

:i.:ll \ "·' ·' "

U w I 1.'. t;:, \..i.. •._._,I '.t セ|NZZNNiセ@ 11· •· I ·":il 11.'.\I_,

uMセMMᄋQ@ PQ^セ@ ..>?-'<!""' -Y"'r- . . .J-'ALH. '"ll":i,

•._•_1·.·1.-.·· ''{ ·.·.1•1. •.• ';/ li!;JI 11··· • •· "')!Jw\..i.."·' •.• ·.'.':'.t:.

. ' U&-' HNIセ@ r-1" .J

re--

(.);>-01> .) <J' . 01> .J"-':'-y ' ' Y' 01> _,....,...,....

H|ᄋZセiI@

Arlinya "Wahai orang-orang yang heriman jika datang kepadamu perempuan-perempuan mukmin yang berhijrah hendaklah mereka kamu uji lebih dahulu. Allah lehih mengetahui iman mereka. .Jika kamu telah dapat membuktikan bahwa mereka ilu benar-benar beriman. Maka janganlah mereka kembali kepada orang-orang kafir. Aiereka ini (perempuan-perempuan mukmin) tidak halal bagi laki-laki kqfir. Dan /aki-laki kafir pun tidak halal bagi mereka ... (Q.S. Al-Mumtahanah: JO)

Dan dalam surat Al-Mumtahanah ayat I 0 tersebut terdapat penegasan

( \ • : 4 ·, ... 1,,J\ ) ...

セ@

HZ[セ@

セ@

'{3

セ@

セ@

セ@

"')

Artinya : " ... Mereka ini tidak halal bagi laki-laki kafir. Dan laki-laki kqfir pun tidak halal bagi mereka ... (Q.S. Al-Mumtahanah: I 0).

Larangan mengawinkan perempuan muslimah dengan non muslim termasuk

pria ahli kitab diisyaratkan oleh Al-Qur'an, dipahami dari surat Al-Baqarah ayat 221

di atas, hanya berbicara tentang bolehnya perkawinan pria muslim dengan wanita ahli

kitab dan sedikitpun tidak menyinggung sebaliknya. Sehingga, seandainya

pernikahan semacam itu dibolehkan, maka pasti ayat tersebut akan menegaskannya. 28

Muhammad Ali Ash-Shabuni menjelaskan bahwa ayat tersebut menunjukkan

kepada keharaman perkawinan seorang laki-laki musyrik dengan wanita muslimah.

' '

28

(32)

Yang dimaksud dengan musyrik di sini adalah setiap orang kafir yang tidak beragama

Islam yang mencakup golongan Wassani, Yahudi, Nasrani dan orang murtad.29

Menu rut A. Azhar Basyir, yang dimaksud dengan "Laki-laki' dalam surat

Al-Mumtahanah ayat I 0 tersebut adalah semua orang yang tidak beriman kepada Allah,

kepada Al-Qur'an atau tidak beriman kepada Nabi Muhammad SAW sebagai nabi

dan rasul penutup. Tegasnya bukan orang Islam.30

Islam melarang perkawinan perempuan muslimah dengan laki-laki non

muslim itu dengan pertimbangan keselamatan agama perempuan yang beragama

Islam, jangan sampai dia murtad karena pengaruh suaminya. Demikian pula

anak-anak yang diperoleh dari perkawinan itu akan lebih tertarik kepada keyakinan hidup

atau agama ayah yang non muslim itu.

Pertimbangan lain dari pelanggaran tersebut adalah bahwa di tangan suamilah

kekuasaan terhadap istri dan bagi istrinya wajib taat kepada suami, berarti pula taat

kepada perintahnya yang baik ( dalam pengertian maksud dari kekuasaan suami

terhadap istri) Allah SWT berfirman :

( ' t' ·

セwi@

)

セ@

-. '· •. _,_, I '- -. • · tsl.14.111 -

t ·- - • .. 1

-• - セ@ _,... セ@ (..):! セ@ - lJ"-?-:l (.)' -' .

Artinya : " ... Dan Allah tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kqfir untuk menguasai orang-orang mukmin"(Q.S. An-Nisa: 141).

29

Ali al-Shabuni, Rawal al-Bayan Tafsir al-Ayal a/-Ahkam min Al-Qur·an, (Makkah. Tnp.,

tt). Jilid I, h. 89.

30

Basyir, A. A7Jtar, Kawin Campur, Adopsi, Wasiat Menurut Hukum Islam, (Bandung :

(33)

2. Menurut Pandangan Para Ulama Fiqh Klasik

a. Status Kewarganegaraan

Dasar kewarganegaraan seorang menu rut syari' at adalah pengakuan tunduk

kepada syariat Islam, dan tidak mengingkarinya. Dengan demikian kewarganegaraan

. seseorang dilihat dari pengakuannya terhadap Islam, apakah ia seorang Muslim,

zimmi, baik dia menjadi warganegara ataupun tidak. Kewarganegaraan seseorang

tidak dilihat di mana dia bermukim.

Penduduk Darul Harbi dianggap merupakan satu bangsa, walaupun mereka

bermukim di negara yang berlain-lainan. Syari'at Islam menganggap warga negara

Amerika Serikat sama dengan warga negara Perancis. Bila ada perbedaan antara

mereka karena perbedaan internal antara kedua negara. Bila ada hukum syari' at yang

ditetapkan kepada mereka, maka penerapan hukum itu sama baik terhadap orang

Amerika maupun terhadap orang Perancis. Namun syari'at Islam tidak melarang kita

memberikan penilaian yang berbeda terhadap kedua masyarakat tersebut, dengan

melihat kondisi ataupun situasi yang berkembang. Seperti misalnya, Pemerintah

Islam bermusuhan dengan Pemerintah Amerika, sedangkan dengan Pemerintah

Perancis ada perjanjian untuk tidak sating menyerang.

Perubahan kewarganegaraan seseorang menurut syari'at terjadi bila dia

berpindah memeluk agama Islam. Seorang Harbi dapat berkewarganegaraan Islam,

bila dia memeluk agama Islam dan berjaaji tunduk kepada ketentuan syari'at Islam.

Untuk menjadi seorang zimmi, ia harus berhijrah ke Darul Harbi. Dengan demikian

(34)

seruan Islam telah sampai ke negerinya dan penduduknya mau mengikuti syari' at

Islam. Dalam ha! ini syarat hijrah tidak diperlukan, karena tempat dia menetap sudah

menjadi Daanil Islam. Kewarganegaraan seorang Harbi berubah menjadi Muslim

bila dia memeluk agama Islam tanpa harus berhijrah ke Daarul Islam, walaupun

berhijrah dijadikan syarat oleh Abu Hanifah.

Begitu pula status kewarganegaraan seorang muslim berubah bila dia keluar

dari agama Islam (murtad), sedangkan kewarganegaraan seorang zimmi berubah jika

dia tidak lagi tunduk kepada syari' at Islam dengan tetap bermukim di Daaru/ Harbi.

Ikatan perkawinan tidak merubah status kewarganegaraan seorang istri.

Seorang muslim atau zimmi yang menikahi seorang perempuan Harbi di Daarul

Harbi, sang istri tidak mengikuti status kewarganegaraan suaminya yang muslim atau

zimmi, kecuali si Istri pindah ke Daantl Islam, karena ikatan perkawinan tersebut, si

istri menjadi seorang zimmiah

Seorang mus/a 'min yang menikah di Daarul Islam dengan zimmi, dia tidak

menjadi zimmi, dan si istri tidak menjadi harbiah karena perkawinan itu, kecuali si

musta 'min ingin menetap di Daarul Islam. Suami istri berstatus zimmi jika berhijrah

ke Daarul Islam.

Seorang perempuan harbi yang memeluk Islam karena pemikahan dengan

seorang muslim, maka status kewarganegaraan perempuan itu adalah Islam tanpa dia

harus berhijrah ke Daarul Islam. Pemikahan saja tidak mengubah status

kewarganegaraan seseorang. Syarat masuknya seseorang menjadi warga negara Islam

(35)

Bila seorang suami beralih kewarganegaraan karena perpindahan, tidak

mempengaruhi status kewarganegaraan si istri. Seorang zimmi yang berhijrah ke

Dami Harbi, beralih menjadi seorang harbi. Bila si istri tidak menyertainya, dia tetap

berstatus seorang zimmi. Seorang muslim yang murtad menjadi seorang harbi, namun

jika istrinya tidak ikut murtad, tidak mempengaruhi status kewarganegaraannya.

Anak-anak yang belum dewasa (mumaiyiz), orang gila, mengikuti status

kewarganegaraan ayahnya. Apabila suami istri memeluk agama Islam atau menjadi

zimmi, status kewarganegaraan anak-anaknya tadi mengikuti status kewarganegaraan orang tuanya. Apabila yang memeluk Islam adalah si ibu, Abu Hanifah, As-Syafi 'y

dan Ahmad, anak-anak mengikuti kewarganegaraan si ibu, namun Malik berpendapat

tetap mengikuti status kewarganegaraan sang ayah.

Anak-anak yang belum dewasa mengikuti kewarganegaraan orang tuanya,

jika ada perubahan status dari yang rendah ke yang tinggi. Menurut syari'at Islam,

kewarganegaraan Islam adalah yang tinggi seperti sabda Nabi saw.:

..!ii

J ' - ··

Y"' _)

u . .

1

J;,:;.. "

0! -セ@ J セ@

"·.-'I ' "

_)"-' J .)A'=- 0!

"

- -

,,;il<:.

'y

セ@ 0!

" - ' " -

.)A'=-

uc-·1 ..

LI\ Zlセi|@

1.i ol

)

.(J:C. t'. '{ • 1·_-.' '.)G...

"I ,'

b!

-_t.: .

.(J:C.

c,r

.r.=' Gセ@ _) J_) ,_, セ@ J Y":! (" ,11 .U"" (""""J - ,

31 ( 'I ...

ᄋセセj@

Artinya; Dari Umar bin Khotob, Aid bin Amni Al-Muzni dan Muadz bin Jabaf. Bahwa Rasulullah SAW pemah bersabda: !slam itu linggi dan tidak ada yang mengzmgulinya (HR. Daarul Quthni, At-Thabrani dan Baihaqi)

31

Abdullah bin Yusuf, Nashhu Ar-Royah Li Ahadit•i Al-Hidayah, (Dar al -Hadits: Mesir,

(36)

Namun bila perubahan kewarganegaraan dari Islam menjadi harbi, maka status kewarganegaraannya tetap tidak berubah. Anak-anak yang belum dewasa tetap

dianggap seorang muslim bila ibu dan ayahnya murtad, demikian pula bila salah

seorang tuanya yang murtad.

Inilah prinsip umum mengenai kewarganegaraan dalam Islam. Prinsip ini

kemudian menjadi prinsip yang berlaku secara intemasional. Seseorang yang

menetap di suatu negara, secara naturalisasi beralih kewarganegaraan ke negara

tempat dia bermukim. Status ini bisa berubah bila dia pindah bermukim ke negara

lain dan menetap pula di negara baru itu. Status kewarganegaraan si istri dan

anak-anaknya mengikuti kewarganegaraan ayah merupakan prinsip yang berlaku umum.

b. Asas Persamaan Dalam Syari'at Islam

Syari'at Islam sejak awal telah memperkenalkan asas persamaan antara setiap

anggota masyarakat. Syari' at Islam tidak mengenal adanya perbedaan dan

pembatasan hak antara warga negara. Setiap orang dianggap sama, begitu pula setiap

golongan dan bangsa. Islam tidak mengenal perbedaan warna kulit, apakah seseorang

berkulit hitam, berkulit putih ataupun berkulit kuning. Hal ini ditegaskan dalam QS.

Al-Hujurat (13): 49 Allah berfirman:

r:,, J. ,.._,. ,,. -,.." .::- J.J J .... .,. ... .... £ .... -: "' J ,,.., .... ,.. r: J. セ[i@ _Jf. ....

ャセェセセケェ@

セセ@

セェ@

;_s,ljf

:ir:.r

_5,2ili-

l:.J

U"GJI

t;'.:_l1"

(37)

yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesunggulmya A I/ah A1aha mengetahui lagi Maha Mengenal (QS.Al-Hujuraat: 13) ".

Islam memandang manusia itu sama, baik menyangkut hak, kewajiban dan

tanggung jawab. Perbedaan derajat manusia menurut Islam diukur dari ketaqwaan

seseorang. Namun ukuran perbedaan ini hanyalah dari kacamata Allah, bukan dari

kacamata manusia. Karenanya tidak ada seseorang untuk mengklaim dirinya yang

paling taqwa untuk memperoleh preferensi ataupun kemudahan lebih dari anggota

masyarakat yang lain. Ketaqwaan seseorang hanyalah menyangkut hubungannya dia

dengan Khalik, tidak hubungannya secara horisontal dengan sesama anggota

masyarakat yang lain. Perbedaan yang menyangkut ketaqwaan bersifat maknawi,

tidak bersifat kebendaan.32

3. Menurut Undang-undang Nomor. l Tahnn 1974

Mengenai masalah perkawinan campuran menurut Undang-undang No. I

Tahun 1974 diatur dalam (pasal 57, 58, 59, 60, 61 dan 62). Ketentuan pasal 57

Undang-undang Perkawinan mengatur perkawinan campuran yang dalam prinsipnya

disebutkan perkawinan campuran dalam undang-undang ini ialah perkawinan antara

dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan

kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan asing dan salah satu

pihak berkewarganegaraan Indonesia.

32

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum Antar Go/ongan Jnteraksi Fiqh Islam

(38)

Pasal 57 membatasi makna Perkawinan Campuran pada perkawinan antara

seorang warga negara RI dengan seorang yang bukan warga negara RI, sehingga

padanya tidak termasuk perkawinan antara sesama warga negara RI yang berbedaan

hukum dan antara sesama bukan warga negara Rl.33

Ketentuan lebih lanjut tentang perkawinan campuran ini di anut di dalam

pasal 58 sampai dengan pasal 62 Undang-undang Perkawinan. Pertama diatur tentang

perolehan kewarganegaraan yang ditetapkan bahwa bagi orang-orang yang berlainan

kewarganegaraan yang melakukan perkawinan campuran, dapat memperoleh

kewarganegaraan dari suami/istrinya dan dapat pula kehilangan kewarganegaraannya,

menurut cara-cara yang telah ditentukan dalam Undang-undang Kewarganegaraan

Republik Indonesia yang berlaku.

Kedua mengatur tentang akibat dari kewarganegaraan yang diperoleh di

dalam perkawinan yang ditegaskan :

I. Kewarganegaraan yang diperoleh sebagai akibat perkawinan atau

putusnya perkawinan menentukan hukum yang berlaku, baik

mengenai hukum publik maupun mengenai hukum perdata.

2. Perkawinan campuran yang dilangsungkan di Indonesia dilakukan

menurut Undang-undang Perkawinan ini.

Menurut Prof. Dr. Mr. Hazairin dalam tinjauannya menyebutkan pasal 59 dan

pasal 56 ayat I hendaklah dibaca dengan tidak melupakan pasal 2, yaitu bahwa bagi

33

Drs. Sudarsono, S.H., M. Si., Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta: 2005).

(39)

perempuan Islam dilarang perkawinan dengan laki bukan Islam, dan bahwa laki-laki Islam dilarang kawin dengan perempuan yang bukan Islam, kecuali perempuan kristen dan perempuan Yahudi, jika laki-laki Islam itu tidak berhasil memperoleh

1 . . I I 34 ca on 1stn yang s am."

Dali! Naqli (Nash Al-Quran) yang dimaksudkan oleh Prof. Dr. Mr Hazairin ialah :

I. QS. Al-Baqarah (221 ): 2.

M M

セ@ ,.. J .,,,,. J,.. ..,, ,.. .,. / .,,,.,, .;: ,.. ..,,,... ,.. • J .,, / J'$i,., .;: .... ,.. ,.. J .,, ,..

i.r

· ,

セセZᄋRQセ@

セNj@

セセセィ@

セセャェ@

セQ@

Jl

1y...l! 4.lJlj

セキQ@

Jl

o_y..l.!

("" \: '\' (o

_fa.]

I )

ッ⦅Ljセ@

r

gj;l

Artinya: "Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Ses1111gg11h11ya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya b11dak yang mukmin !ebih baik dari orang m11syrik, wala11pu11 dia menarik hatimu. mereka mengqjak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia, mudah-mudahan

mereka menerima peringatan (QS. Al-Baqarah: 221) ".

3

(40)

2. QS. Al-Mumtahanah (10): 60.

""

セャ・ゥ@

:&I

セ@ セセ@

_セ@

セセi@

セ[セ@

1;1

i;_:,1;

;:r,.;JT

エ[NZセ@

セ@ be &!

,.., J .::" ... -:).,,.,,,,-;:> J ,,,,.,,, . , J . ; : J JJ..,,.,...,,, セLLN@

":lj

セ@ セ@

u-1" ":}

-!L6JI

JJ

J"

セ}@

セ@

0J..

J"

セセ@

Pセ@

セスZZ@

.... J

,..-J. J J " _,.. ,;J J ,.. ( )?,,-_,. _ , , , j . / ('_e J,..f__-;: J. J. _...,"',,. ",,. J

セセQ[@

Qセ[セセ@

01

F

cl:...?-

':lj

QCQエNNイMTG⦅LZ[Q[⦅LPj^PCセ@

J ,,c..., J .... f._ .> ... ,.,.,.,;:. _ _,..>,.. ,,,,,.,, ,.. • J .,,, / (..-;:> }l

セᄋセ@

l#I

t.:

1_,1;· Jj

f;;.;·,\

L.

Q⦅LャゥZNェセャIsji@ セNGZiセ@ 'Yj

J".J_,.::-1

""

(I·:'•

OセiI@

セセZF|ェ@

GMfNセ@

ᆬAセ@

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendak/ah kamu uji (keimanan) mereka. Allah /ebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu Te/ah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman Maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (.mami-suami mereka) orang-orang kafir. mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. dan berikan/ah kepada (suami suami) mereka, mahar yang Te/ah mereka bayar. dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka mahamya. dan jangan/ah kamu tetap be1pegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang Te/ah kamu bayar; dan hendak/ah mereka meminta mahar yang Te/ah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS.Al-Mumtahanah: I 0) ".

3. QS. Al-Maidah (5): 5.

be -:: ' l:ll

セ@ セ@

セキLLェ@

jJ

セ@

yzjT

i;_,i

;:r,.;JT

rw,,j

セZ\[セQt@

セ@ セエ@

r:JT

(41)

Artinya: "Pada hari lni dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembe/ihan) orang-orang yang diberi Al Ki tab ilu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan dihalalkan mangawini) wanila yang menjaga kehormatan diantara wanita-wani/a yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bi/a kamu Te/ah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. barangsiapa yang kaflr sesudah beriman (1/dak menerima hukum-lmkum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi (QS.Al-Maidah: 5) ".

Ketiga, mengatur secara rinci tentang syarat-syarat di dalam perkawinan

tersebut antara lain :

I . Perkawinan campuran tidak dapat dilangsungkan sebelum terbukti

bahwa syarat-syarat perkawinan yang ditentukan oleh hukum yang

berlaku bagi pihak masing-masing telah dipenuhi.

2. Untuk membuktian bahwa syarat-syarat tersebut dalam ayat I telah

dipenuhi dan karena itu tidak ada rintangan untuk melangsungkan

perkawinan campuran, maka oleh mereka yang menurut hukum yang

berlaku bagi pihak masing-masing berwenang mencatat perkawinan,

diberikan surat keterangan bahwa syarat-syarat telah dipenuhi.

3. Jika pejabat yang bersangkutan menolak untuk memberikan surat

keterangan itu, maka atas permintaan yang berkepentingan, pengadilan

memberikan keputusan dengan tidak beracara serta tidak boleh

dimintakan banding lagi tentang soal apakah penolakan pemberian

(42)

4. Jika pengadilan memutuskan bahwa penolakan tidak beralasan maka

keputusan itu menjadi pengganti keterangan yang tersebut ayat 3.

5. Surat keterangan atau keputusan pengganti keterangan tidak

mempunyai kekuatan lagi jika perkawinan itu tidak dilangsungkan

dalam 6 (enam) bulan sesudah keterangan itu diberikan.

Keempat, mengatur tentang pencatatan perkawinan campuran sesuai dengan

pasal 61 Undang-undang Perkawinan bahwa:

I. Perkawinan campuran dicatat oleh pegawai pencatat yang berwenang.

2. Barang siapa melangsungkan perkawinan campuran tanpa

memperlihatkan lebih dahulu kepada pegawai pencatat yang

berwenang surat keterangan atau putusan pengganti keterangan yang

disebut dalam pasal 60 ayat (4) undang-undang ini dihukum dengan

hukum kurungan selama-lamanya I (satu) bulan.

3. Pegawai pencatat perkawinan yang mencatat perkawinan perkawinan

sedangkan ia mengetahui bahwa keterangan keterangan atau keputusan

pengganti keterangan tidak ada, dihukum dengan hukuman kurungan

selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan dihukum jabatan.

Kelima ditegaskan bahwa dalam perkawinan campuran kedudukan anak

diatur sesuai dengan pasal 59 ayat I Undang-undang ini. Ketentuan ini dimuat di

dalam pasal 62 Undang-undang Perkawinan.35

35

(43)

4. Menurut Hukum Perdata (BW)

Sebelum berlaku UU No. I Tahun 1974 di dalamnya terdapat peraturan

perundang-undangan untuk mengatur perkawinan menurut hukumnya

masing-masing, dan pada waktu itu UU perkawinan diatur dalam Regeling Op De Gemengde

Humslijken (GHR).

Dasar hukum GHR tersebut diatur dengan penetapan raja pada tanggal 29

Desember 1896 No. 23, kemudian diundangkan pada tahun itu yang kemudian

disebut dengan istilah Peraturan Perkawinan Campuran.

Adapun mengenai pengertian perkawinan campuran menurut pasal 1 GHR adalah:

"Perkawinan Campuran adalah perkawinan antara orang-orang Indonesia tunduk

pada hukum yang berlainan."

Hukum yang masing-masing menurut pasal GHR di atas disebabkan karena

perbedaan kewarganegaraan, antar tempat, antar golongan dan antar agama.36 Dan

perbedaan hukum juga dapat berlangsung dalam suasana internasional, jika kedua

orang yang hendak menikah tetapi berbeda kewarganegaraannya, maka terjadilah

suatu perkawinan campuran (perkawinan antar negara).37

Sedangkan perkawinan campuran menurut UU No. 1/1974 pasal 57 adalah

"Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam undang-undang ini adalah

perkawinan antara dua orang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena

36

Sudarga Gautmna, liukum Antar Go/ongan, Suatu Pengantar, (Jakarta: Ichtiar Barn: 1980),

h.130.

31

Sudarga Gautama, Warga Negara dan Orang Asing. (Bandung: Alumni Bandung: 1975),

(44)

perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan asmg dan

salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia."

Dengan adanya UU No. J/1974 maka peraturan mengenai perkawinan

campuran yang terdapat dalam GHR tidak berlaku karena dalam UU No. J/1974 telah

mengatumya.

Adapun unsur-unsur perkawinan campuran menurut Undang-undang No. 1/1974 ini

antara lain yaitu :

I. Perkawinan antar pasangan yang tunduk -kepada hukum perkawinan yang

berbeda karena kewarganegaraan.

2. Salah satu pihak adalah warga negara asing.

3. Pihak lainnya berwarga negara Indonesia.

4. Perkawinan dilangsungkan di Indonesia.

5. Perkawinan dilangsungkan di luar negara Indonesia (luar negeri).

Jadi pasal tersebut di atas dipertegas mengenai maksud dari perkawinan

campuran menurut hukum Indonesia yaitu hanya akan terjadi antara pasangan

mempelai yang salah satunya berkewarganegaraan Indonesia. Sedang pihak lainnya

berkewarganegaraan lain (asing). Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa

pengertian campuran dalam Undang-undang No. 1/1974 lebih sempit pengertiannya

dibandingkan dengan perkawinan campuran menurut pasal I GHR.

Jadi pengertian perkawinan campuran menurut UU No. 1/1974 itu hanya

meliputi perkawinan antar bangsa yaitu perkawinan antar dua orang di Indonesia

(45)

pihak berkewarganegaraan Indonesia. Kemudian apabila perkawinan campuran

dilaksanakan di Indonesia dengan sendirinya harus berlaku persyaratan yang berlaku

dalam perkawinan di Indonesia, seperti yang dipertegas dalam pasal 59 ayat (2)

Undang-undang No. 1/1974 yang menyatakan bahwa:

"Perkawinan campuran yang dilaksanakan di Indonesia dilakukan menurut UU

Perkawinan Indonesia".

Hal di atas telah jelas bahwa perkawinan campuran yang dilakukan harus

berdasarkan persyaratan-persyaratan yang berlaku di Indonesia terutama tentang

keabsahan perkawinan yang di dalam hukum Indonesia harus berdasarkan kepada

agama.

C. Pengertian Kewarganegaraan

1. Menurut Undang-undang Nomor. 12 Tahon 2006 Tentang

Kewarganegaraan

a. Pengertian Kewarganegaraan Secara Umum

Kewarganegaraan merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam hal

untuk mendukung suatu negara, seperti kita ketahui salah satu syarat untuk

mendirikan suatu negara yang merdeka dan berdaulat adalah adanya warga negara

atau rakyat.

Warga negara adalah sekelompok manusia yang ada dalam wewenang suatu

negara. Hubungan keduanya adalah hubungan yang timbal balik, di mana

masing-masing pihak mempunyai kewajiban dan hak. Orang-orang yang bertempat tinggal di

(46)

Setiap warga negara adalah penduduk dari negara tersebut, tetapi tidak setiap penduduk adalah warga negara yang bersangkutan. 38

Dalam ketentuan mengenai kewarganegaraan terdapat dua asas yang . 39

utama, ya1tu :·

I. Asas !us Sanguinis (Asas Keturunan) 2. Asas !us Safi (Asas Daerah Kelahiran)

Yang dimaksud dengan Asas !us Sanguinis (Asas Keturunan) adalah bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh keturunan dari orang yang bersangkutan. Misalnya adalah orang yang dilahirkan dari orang tua yang berkewarganegaraan Indonesia merupakan pula warga negara Indonesia.

Sedangkan yang di maksud dengan Asas !us Safi (As as Daerah Kelahiran) adalah bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat kelahirannya, misalnya orang yang dilahirkan di Belanda, maka ia terhitung menjadi warga negara Belanda.

Indonesia sendiri berdasarkan UU No. 62 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menitik beratkan pada Asas !us Sanguinis40. Hal tersebut

dapat kita lihat dari penjelasan umum undang-undang tersebut, di mana disebutkan bahwa keturunan dipakai sebagai suatu dasar adalah lazim. Sudah

38

Abdul Bari Azcd, Intisari Ku/iah Masa/ah Kewarganegaraan, (Jakarta: !ND-HILL-CO:

1995), h.l.

39 Ibid, h .. 4.

40

(47)

sewajarnya suatu negara menganggap seorang anak sebagai warga negara di

manapun ia dilahirkan, apabila orang tua itu warga negara itu.

Setelah kita mengetahui arti kewarganegaraan dan asas kewarganegaraan

yang dianut oleh Indonesia, maka akan kita bahas mengenai siapakah yang dapat

dikategorikan sebagai warga negara Indonesia dan siapakah yang disebut warga

negara asing.

b. Warga Negara Indonesia

Warga Negara Indonesia adalah

I. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan atau

berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara

lain sebelum Undang-undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara

Indonesia.

2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu

Warga Negara Indonesia.

3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga

Negara Indonesia dan ibu warga negara asing.

4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga

negara asing dan ibu warga negara Indonesia.

5. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga

negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau

hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada

(48)

6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah

ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga

negara Indonesia.

7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga

negara Indonesia.

8. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga

negara asing yang diakui oleh seorang ayah warga negara Indonesia

sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut

berusia 18 ( delapan be las) tahun dan atau be I um kawin.

9. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu

lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.

I 0. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik

Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui.

11. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan

ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya.

12. Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah

Berdasarkan pada hal tersebut, di dalam penelitian ini, film Taman Lawang sebagai media massa yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi khalayaknya mencoba

Dengan mengacu pada riset sebelumnya, penelitian ini mencoba untuk menemukan bukti adanya konvergensi pertumbuhan ekonomi daerah dengan cakupan wilayah yang lebih sempit:

Pintu ini juga dapat bergeser untuk membuka lubang pintu secara otomatis pada saat siang hari dan kondisi cuaca tidak hujan serta jika terdeteksi burung Merpati yang

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Media Masa Harian Pagi Riau Pos memiliki program dan alat-alat yang baik dan canggih dalam mendukung

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil dari proses penelitian saya yang telah dilakukan sesuai prosedur penelitian yang benar dengan arahan

Aliran ini sambil mengalir melakukan pengikisan tanah dan bebatuan yang dilaluinya (Ilyas, 1990 dalam Setijanto, 2005). Sungai merupakan bentuk ekosistem perairan mengalir

Bagi membangunkan Sistem Sokongan Pembelajaran Kendiri atas Talian bagi topik Growth and Reproduction ini, beberapa ciri dititikberatkan untuk menghasilkan sebuah