• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Karakter Tokoh Pendidik Yang Terdapat Pada Novel Dunia Kecil Karya Yoyon Indra Joni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Karakter Tokoh Pendidik Yang Terdapat Pada Novel Dunia Kecil Karya Yoyon Indra Joni"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh

Rusmiatun Fitriah

109013000084

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh

RUSMIATUN FITRIAH

NIM. 109013000084

Drs. Cecep Suhendi, M. Pd.

NIP. 196010171987031001

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

109013000084, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.

Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk

diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditentukan dan ditetapkan

oleh Fakultas.

Jakarta, November 2013

Yang Mengesahkan

Drs. Cecep Suhendi, M.Pd

(4)

Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah

dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 13 Desember 2013 di

hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

(5)

NIM : 109013000084

Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : “Analisi Karakter Tokoh Pendidik yang Terdapat pada

Novel Dunia Kecil Karya Yoyon Indra Joni”

Dosen Pembimbing : Drs. Cecep Suhendi M.Pd.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya

sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis/

pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh ujian munaqasah.

Ciputat, November 2013.

Mahasiswa Ybs.

Rusmiatun Fitriah

(6)

i

ABSTRAK

RUSMIATUN FITRIAH; 10901300084: Program Studi Bahasa danSastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi, Analisis Karakter Tokoh Pendidik yang Terdapat pada Novel Dunia Kecil Karya Yoyon Indra Joni.

Pendidikan memiliki kedudukan penting dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.Pembentukan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan mengenalkan karya sastra yang mengedepankan kehidupan seorang pendidik.Pendidik adalah seorang yang membimbing, mengarahkan, mengajarkan, melatih, dan mengevaluasi anak didik.Seorang pendidik haruslah berkarakter, karena tugas seorang pendidik tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja tetapi harus mampu membimbing dan mendidik anak didiknya.Pendidik yang baik mampu merangsang anak didiknya untuk menyenangi mata pelajaran yang diampunya.Novel Dunia Kecil merupakan sebuah karya sastra yang mampu menginspirasi semua kalangan masyarakat termasuk di dalamnya para guru dengan menampilkan karakter tokoh guru yang baik dalam mendidik anak didiknya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter tokoh guru (pendidik) yang digambarkan dalam novel Dunia Kecil.Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif deskriptif.Pengumpulan data dilakukan dengan membaca novel Dunia Kecil dan dokumentasi.Analisis data dilakukan dengan menganalisis isi bacaan kemudian menarik kesimpulan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter tokoh pendidik yang terdapat dalam novel Dunia

Kecil adalah ketulusan, kesabaran, konsisten, religius, penuh kasihs ayang,

ketegasan disiplin, berwibawa, bertanggung jawab, keteladanan, bersahabat, dan menghargai.

(7)

ii

ABSTRACT

Rusmiatun Fitriah; 109013000084: Character Analysis of Education Figure in the Novel Titled Dunia Kecil Written by Yoyon Indra Joni. Skripsi of Language and Indonesian Literature, at Faculty of Tarbiyah and Teachers‟ Training of State Islamic University Syarif Hidayatullah.

Education has an important position in order to improve the quality of human resources. To establish learners characteristic can be done by introducing some literature work that describe teacher‟s life. Teacher is someone who leading, educating, directing, teaching, training, and evaluating the learner. An educator should have a good character, because teachers‟ duty is not only to transfer the knowledge to the learner but they also should be able to leas and educate their students. A good educator can stimulate their students to be interested in their course. Dunia Kecil is one of novel that can inspire the whole level of society included teachers by presenting a good character of an educator figure in teaching the students.

The purpose of this study is to know the character of a teacher figure that was described in the Dunia Kecil novel. The method that is used in this research is descriptive qualitative method. The data collection was done by reading the Dunia

Kecil novel and documentation. The data analysis was done by analyze the

content of the novel and get the conclusion.The result of the research showed that the teacher figure in the Dunia Kecil novel was honesty, endurance, consistent, religious, full of caring, firmness, discipline, having an authority in his attitude, responsible, can be a good role model to his students, friendly and appreciative.

(8)

iii

skripsi yang berjudul “Analisis Karakter Tokoh Pendidik yang Terdapat pada Novel Dunia Kecil Karya Yoyon Indra Joni”. Selawat dan salam semoga

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjauhkan kita dari jalan

kegelapan.

Skripsi ini, penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan

gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya. Dalam penulisan skripsi ini,

penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan

peran serta berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa‟i, M.A., Ph. D. Dekan FITK UIN Jakarta yang telah

mempermudah dan melancarkan penyelesaian skripsi ini;

2. Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia dan selaku dosen pembimning PPKT yang telah

memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis

selama ini;

3. Drs. Cecep Suhendi, M.Pd. Dosen pembimbing skripsi yang sangat

membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas arahan,

motivasi, bimbingan, dan kesabaran Bapak selama ini;

4. Yoyon Indra Joni. Penulis Novel Dunia Kecil yang telah memberikan

informasi dan pandangan hidupnya dalam pembuatan novel Dunia Kecil

ini;

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia yang selama ini telah membekali penulis berbagai ilmu

(9)

iv

6. Hj. Siti Emmi Nasution, ibunda penulis yang telah merawat, mendidik

penulis dengan kasih sayang tulus dan sudah memberikan dorongan baik

moril maupun materil. Ahmad Tarmizi Purba dan Muhammad Rasyid

Ridho Purba selaku kakak dan adik penulis, yang telah membantu dalam

hal penyelesaian skripsi ini;

7. Seluruh mahasiswa PBSI khususnya kelas C angkatan 2009, terima

kasihatas pengalaman dan pembelajaran berharga yang penulis dapatkan

selamaini. Terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Midi

Hardiani, Seli Mauludani, Bunga Pramita, Meidyal Fioleta, Siti

Nurhasana, Nani Frigiyawati, yang telah mendukung penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi;

8. Sahabat-sahabat tercinta; Nurfaizah, Srinelvia Edwitri, Tita Miftahul

Jannah, Hikmah Anggara Sari, Emiria Farahdina, Maryam Fauziahdan

Rachmayanti Nurfadillah yang telah menyemangati penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini;

9. Ayu Vika Juari, Nazar Asmawi Lubis, WulanWiranti, Mey Sari Utami

Harahap, Iga Adrikni Aduha, dan Ilmal Bani Hasyim yang selalu

mendukung terselesaikannya skripsi ini;

10.Teman-teman PPKT MAN 11Jakarta angkatan 2013; Nurfaizah,

Muhammad Zul Akmal, Ali Umar, Laili Khoirun Nisa, Riyana Muntika

Sari, Yanita Pratiwi, Riska Pridamulia , dan Ika Eliza Cholistyana;

11.Teman-teman Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Komunitas

Mahasiswa Sumatera Utara (KMSU) yang selalu mendukung

terselesaikannya skripsi ini.

Semoga semua bantuan, dukungan, dan partisipasi yang diberikan kepada

penulis, mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt. Amin.

Ciputat, November 2013

(10)

v

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Pengertian Pendekatan Struktural ... 7

B. Hakikat Novel ... 9

1. Pengertian Novel ... 9

2. Unsur-Unsur Pembangun Novel ... 11

C. Hakikat Karakter ... 19

1. Pengertian Karakter ... 19

D. Hakikat Guru ... 21

1. Pengertian Guru ... 21

2. Syarat-Syarat Menjadi Guru ... 23

(11)

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Metode Penelitian... 33

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 34

C. Data dan Sumber Data ... 34

D. Objek Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Validitas Data ... 36

G. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN ... 38

A. Biografi Yoyon Indra Joni ... 38

B. Sinopsis ... 38

C. Tanggapan Pengarang ... 39

D. Tanggapan Pembaca... 40

E. Analisis Struktural ... 43

F. Temuan Penelitian dan Hasil Analisis Penokohan Guru dalam Novel Dunia Kecil... 60

BAB V PENUTUP ... 72

A. Simpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN

(12)

1

Novel merupakan bagian dari karya sastra. Novel adalah karya sastra yang

dibangun oleh dua unsur yaitu unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsiknya

yaitu tema, alur, latar, penokohan, gaya bahasa, sudut pandang dan amanat,

sedangkan unsur ekstrinsiknya yaitu latar belakang tokoh, ideologi,nilai

pendidikan, sosial, budaya, dan agama. Penulis memadukan semua unsur tersebut

agar cerita yang ingin disampaikan dapat hidup atau nyata dan menarik untuk

dibaca oleh pembaca. Novel ingin dihadirkan harus menarik pembaca seperti

lewat pengolahan bahasa yang digunakan oleh penulis agar pembaca dengan

mudah memahami cerita yang ada di dalam novel.

Novel mampu memberi pelajaran serta juga dapat menambah wawasan

kepada pembacanya. Pembaca dapat belajar tentang kebudayaan yang terdapat di

dalam cerita.Bukan hanya kebudayaan saja, pembaca dapat megetahui letak

geografis, karekter,dan bahasa yang dipaparkan oleh penulis.

Novel merupakan salah satu karya sastra yang mengungkapan segala

aspek kehidupan manusia secara mendalam dan disajikan menggunakan bahasa

yang halus.Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang sangat popular di

dunia.Bentuk ini banyak beredar, karena komunikasinya yang luas pada

masyarakat. Sebuah novel mampu menampilkan tokoh-tokoh dan

peristiwa-peristiwa nyata, tetapi penampilan tersebut biasanya hanya berfungsi sebagai

bumbu belaka dan mereka dimasukkan dalam rangkaian cerita yang bersifat

rekaan atau dengan detail rekaan. Peristiwa dan tokoh-tokohnya bersifat rekaan

mereka memiliki kemiripan dengan kehidupan sebenarnya.Mereka merupakan “cerminan kehidupan nyata”.

Saat ini novel lebih banyak diminati masyarakat, tidak hanyaitu novel

merupakan salah satu karya sastra yang paling luas dibaca dibandingkan oleh

karya sastra lainnya.Dewasa ini banyak novel yang dapat dijumpai, misalnya

(13)

Seorang pendidik dapat dengan mudah menentukan pilihan bacaan untuk siswa.

Adanya novel akan dapat meningkatkan minat membaca siswa secara pribadi dan

dapat berkelanjutan untuk meningkatkan semangat mereka untuk menekuni bahan

bacaan mereka secara mendalam. Masih ada yang beranggapan bahwa ada

beberapa buah novel dianggap kurang berharga atau bias dikatakan dapat merusak

moral anak-anak. Perlu diketahui bahwa pada kenyataan yang ada kalau novel

banyak mengandung pengalaman yang memiliki nilai pendidikan yang positif.

Pendidikan memiliki kedudukan yang penting dalam rangka meningkatkan

sumber daya manusia yang berkualitas. Berdasarkan Undang-UndangNomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1, yang dimaksud

dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untu mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa,da nnegara.

Pendidikan merupakan sarana yang sangat baik dalam mengangakat harkat

dan martabat bangsa. Melalui pendidikan, seseorang akan memiliki bekal ilmu

pengetahuan untuk melanjutkan atau memasuki lapangan pekerjaan. Pendidikan

menjadikan sesorang berilmu pengetahuan. Dengan ilmu dan iman, seseorang

akan terangkat derajatnya sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah SWT dalam

Q.S. Al-Mujadalah (58: 11), yang artinya “… niscaya Allah akan meninggikan

orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Bangsa yang peduli dan mengutamakan pendidikan akan melahirkan

peradaban yang tinggi serta tidak mudah dijajah oleh bangsa lain. Karena,

pendidikan itu akan berdampak pada kemajuan suatu bangsa. Sebab, dengan

adanya pendidikan maka seseorang atau suatu bangsa akan memiliki kemapuan

dan keterampilan dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu

faktor penentu keberhasilan dan majunya pendidikan pada suatu bangsa

(14)

Di dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Pendidik dan

Dosen ditetapkan.Pendidik (guru) adalah pendidik professional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Masayarakat umum

beranggapan bahwa pendidi adalah orang yang melaksanakan pendidikan di

tempat-tempat tertentu, seperti pada lembaga formal, informal, maupun

nonformal. Dalam hal ini pendidik dapat dikatakan sebagai pendidik yang

diangkat secara resmi dengan surat keputusan oleh suatu lembaga atau yayasan

untuk mengajar atau mendidik di lembaga pendidikan formal.

Menjadi seorang pendidik itu tidak mudah dan tidak sembarang orang

dapat menjadi seorang pendidik, karena pendidik sangat dipercaya oleh orang tua

peserta didik untuk mendidik anaknya. Siapapun pasti sependapat bahwa pendidik

adalah unsur utama dalam suatu pendidikan. Pendidik merupakan titik utama atau

awal dalam suatu pendidikan, seperti yang dilakukan oleh negara Jepang. Pada

saat Hirosima dan Nagasaki diluluhlantakan oleh bom pada Perang Dunia II tahun

1945. Kaisar Jepang bertanya,“Masih adakah pendidik yang masih hidup?”

Perhatian kaisar Jepang sangat besar terhadap pendidikan dan pentingnya peran

seorang pendidik dalam pembangunan suatu bangsa.Setelah peristiwa itu, dunia

mengakui kemajuan Jepang dalam berbagi bidang kehidupan. Dari cerita tersebut

dapat disimpulkan bahwa peran seorang pendidik sangat begitu penting dalam

pembangunan suatu bangsa, tanpa pendidik yang memiliki kualitas dan

profesional, pendidikan tidak akan berhasil, karena dibutuhkan sumber daya

manusia dalam yang berkualitas dan professional dalam mengolah sumber daya

alam agar manusia di dunia makmur dan sejahtera.

Peran seorang pendidik sangat penting tidak hanya dalam pendidikan saja,

tetapi penting juga dalam upaya membentuk watak bangsa dan mengembangkan

potensi siswa dalam mewujudkan pembangunan pendidikan di

Indonesia.Tampaknya kehadiran pendidik sampai sekarang hingga akhir hayat

(15)

dan canggih, kehadiran teknologi tidak mampu menggantikan tugas seorang

pendidik yang cukup kompleks dan unik.

Fungsi pendidik sebagai pendidik merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan tujuan pendidikan, karena pendidik secara langsung berhubungan

dengan peserta didik untuk memberikan motivasi, membentuk karakter siswa, dan

memberikan bimbingan yang akan menghasilkan lulusan yang diharapkan.

Pendidik merupakan sumber utama manusia yang menjadi perencana, pelaku, dan

penentu pencapaian tujuan pendidikan. Pendidik harus berhubungan baik dengan

kepala sekolah, pendidik yang lain, masyarakat, dan peserta didik.

Pendidik merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas

pendidikan anak di sekolah. Seperti apa masa depan anak, pendidik turut

menentukan. Seorang pendidik harus seorang yang mampu memberikan motivasi

kepada peserta didik agar ia mampu menjadi yang lebih baik untuk masa

mendatang. Apapun yang dilakukan seorang pendidik kepada peserta didiknya

selama itu mendidik maka dapat diperbolehkan asalkan hal itu tidak berhubungan

dengan kekerasan. Akhir-akhir ini banyak berita yang beredar di media cetak dan

media elektronik yang memberitahukan tentang kekerasan yang dilakukan

pendidik kepada peserta didiknya dengan dalih untuk mendidik dan memberikan

pelajaran kepada anak agar mereka disiplin dan lebih bertanggung jawab. Untuk

memberikan disiplin tidak harus dengan kekerasan yang dapat menimbulkan luka

dan cacat fisik. Tidak semua persoalan yang dapat diselesaikan dengan

kekerasan.Kekerasan akan menimbulkan rasa trauma dan ketakutan yang

berkepanjangan. Hal itu juga menimbulkan rasa dendam dan benci peserta didik

kepada pendidik.

Pendidik merupakan figur yang dapat dicontoh dan diteladani peserta

didik. Pendidik yang baik tidak akan menjerumuskan peserta didiknya ke hal yang

tidak baik. Seorang pendidik dalam memberikan ilmu kepada anak didknya harus

dituntut untuk memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang diajarkan dalam

kehidupan pribadinya. Seorang pendidik harus konsisten dan memiliki komitmen

(16)

Belakangan ini banyak novel yang terbit. Novel dapat dijadikan sebagai

sebuah pendidikan, bukan hanya buku bacaan yang dibaca saat dibutuhkan dan

diperlukan. Makna yang terdapat di dalam novel dapat dijadikan sebagai pelajaran

bagi para pembaca. Novel Dunia Kecil adalah novel yang baru terbit pada tahun

2012 dan memunculkan beberapa pendidik dan siswa yang memilki bakatnya

masing-masing. Novel ini belum banyak yang membaca tetapi dengan novel ini

diharapkan kepada pendidik dan peserta didik untuk mencontoh mereka.

Dari latar belakang di atas, maka penulis mengangkat skripsi yang

berjudul “Analisis Karakter Tokoh Pendidik yang Terdapat pada Novel Dunia

Kecil Karya Yoyon Indra Joni”. Penulis berharap novel ini mampu memahami

pengaruh karakter seorang pendidik yang dapat memberikan motivasi dan

membentuk karakter peserta didik agar dapat menjadi manusia yang lebih baik di

dalam lingkungan masyarakat.

B.

Identifikasi Masalah

Permasalahan yang berkaitan dengan karakter ideal tokoh seorang

pendidik dalam membentuk karakter dan memotivasi siswa, masalah tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Masih buruknya karakter siswa dalam bertindak.

2. Karakter seorang pendidik dapat dicontoh dan berpengaruh terhadap

karakter, motivasi dan minat siswa kepada mata pelajaran tersebut.

3. Upaya untuk menunjukkan karakter tokoh seorang pendidik yang dapat

berpengaruh dalam membangun karakter dan motivasi siswa.

C.

Batasan Masalah

Pembatasan masalah pada skripsi ini fokus kepada analisis karakter tokoh

pendidik yang terdapat pada novel Dunia Kecil karya Yoyon Indra Joni.

D.

Rumusan Masalah

Untuk mendapatkan hasil yang terarah, maka diperlukan suatu perumusan

masalah dalam penelitian ini, adapun perumusan masalah dari skripsi ini, sebagai

(17)

Bagaimanakah karakter tokoh pendidik yang terdapat dalam novel Dunia

Kecil karya Yoyon Indra Joni?

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian diharapkan jelas agar tepat sasaran dan tujuan sesuai

dengan input dan pengetahuan yang bersifat teoretis dan praktis, antara lain

sebagai berikut:

Mendeskripsikan atau mengetahui karakter tokoh pendidik yang

digambarkan dalam novel Dunia Kecil karya Yoyon Indra Joni.

F.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang mencakup

aspek teoretis maupun praktis.

1. Manfaat teoretis hasil penelitian ini diharapkan mampu mengetahui

pengaruh karakter pendidik terhadap siswa.

2. Secara praktis, hasil penilitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Pendidik

Hasil penelitian ini dapat memberikan contoh teladan bagi siswa dan

pedoman untuk pendidik agar memperhatikan sikapnya saat berhubungan atau

berhadapan langsung dengan siswa.

b. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjawab dari masalah yang dirumuskan. Selain

itu, dengan selesainya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi

peneliti agar mencontoh karakter tokoh dan memiliki karakter yang ideal untuk

dicontoh siswa.

c. Peneliti yang Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bahan pijakan

(18)

7

A.

Pengertian Pendekatan Struktural

“Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia danStrukturalisme Praha.”1

Secara etmologis struktur berasal dari bahasa Latin,

yaitu structura yang berarti bentuk atau bagunan, tugas analisis struktur

membongkar unsur-unsur tersembunyi di baliknya. Analisis struktur akan

melibatkan tiga komponen utama, yaitu pencerita, karya sastra, dan pendengar.

Struktur merupakan suatu bentuk keseluruhan yang komplek yang setiap

unsur memiliki hubungan. “Sesuai dengan apa yang didefinisikan oleh Jean

Piaget, struktur adalah tatanan entitas-entitas yang secara mendasar mewujudkan

tiga gagasan yang fundamental, yaitu (a) gagasan mengenai keseluruhan, (b) gagasan mengenai transformasi, dan (c) gagasan mengenai regulasi diri.”2

Gagasan

mengenai keseluruhan mengandung pengertian adanya kepaduan internal di antara

unsur-unsur pembangun struktur.Kepaduan setiap unsur-unsur tersebut

menyebabkan adanya kaidah yang mengaturnya, sehingga masing-masing unsure

tunduk kepadanya.Gagasan transformasi mengandung struktur yang tidak statis

sehingga menyebabkan hukum struktur tersebut tidak membentuk struktur yang

mati tetapi masih terbuka untuk melakukan pembentuk aspek-aspek yang baru di

dalam struktur tersebut.Penyebab terjadinya transformasi dikarenakan adanya

struktur dalam yang harus dipahami dalam mengkaji, agar mampu berkarya atau

melakukan pengkajian. Sedangkan gagasan regulasi diri yang berkaitan dengan

struktur yang dapat berdiri sendiri dengan cara lepasa dari entitas lain, sebab

struktur itu memiliki hukum-hukum intrinsiknya yang transformatif, yang

mengatur saling berhubungan antar unsur internalnya, sehingga selain membentuk

kepaduan, juga mampu menghasilkan aspek-aspek baru.

1

Burhan Nurgiyantoro,Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 2005), h. 36.

2

Faruk., Metode Penelitian Sastra Sebuah Penjelajahan Awal (Yogyakarta: Pustaka

(19)

“Secara defenitif strukturalisme membahas mengenai unsur-unsur struktur itu sendiri dengan mekanisme antarhubungannya antar unsur satu dengan unsur

lainnya, dipihak yang lain hubungan antar unsu dengan totalitasnya.”3Secara defenitif strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsure-unsur

karya.Karya-karya sastra memiliki ciri-ciri yang khas, otonom, bisa

digeneralisasikan.Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam ketiga jenis karya

seperti prosa, puisi, dan drama.

Pandangan Abrams dalam Burhan Nurgiantoro, kaum strukturalisme

berpendapat bahwa sebuah karya sastra fiksi atau puisi adalah sebuah totalitas

yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya, struktur

karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua

bahan dan bagian yang menjadi komponennya secara bersama akan membentuk

kebulatan yang indah. Struktur karya sastra juga mengarah pada pengertian

hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbale balik, saling menentukan,

mempengaruhi, yang secara bersama membentuk atau sebuah kesatuan yang utuh. “Analisis struktural karya sastra dalam fiksi dapat diidentifikasikan dengan mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik.Setelah

diidentifiksi dan dideskripsikan serta dijelaskan fungsi masing-masing unsur

tersebut untuk menunjang makna keseluruhannya dan hubungan antarunsur secara

bersama akan membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu.”4Adapun unsur-unsur tersebut seperti peristiwa, plot, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, dan

lain-lain.

Istilah struktur dalam sastra diadopsi dari khazanah antropologi structural

yang dipelopori oleh Levi-Strauss.Beliaulah yang mempopulerkan ide

strukturalisme, yaitu teori tentang struktur. Baginya strukturalisme yang

disebutkan Foley dalam Siswantoro adalah:

“Doktrin pokok strukturalisme adalah bahwa hakikat benda tidaklah terletak pada benda itu sendiri, tetapi terletak pada hubungan-hubungan di dalam benda itu.Tidak ada unsur yang mempunyai makna pada dirinya

3

Nyoman. Kutha Ratna, S.U.,Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dan

Strukturalisme Hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 91.

4

(20)

secara otonom, kecuali terkait dengan makna semua unsur di dalam sistem struktur yang bersangkutan.”5

Teori struktural memandang karya sastra sebagai struktur yang terdiri dari

unsur-unsur yang saling berjalin erat sehingga unsur yang satu tidak akan

memiliki fungsi atau makna tersendiri jika terlepas dari yang lainnya dan makna

setiap unsur ditemukan dalam hubungan dengan unsur-unsur lain secara

keseluruhan.Dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi,

mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antrunsur intrinsik fiksi

yang bersangkutan serta bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi

dan keterkaitan antarberbagai unsur karya sastra yang secara bersama

menghasilkan sebuah kemenyeluruhan.

B.

Hakikat Novel

1.

Pengertian Novel

“Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti “sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan sebagai „cerita pendek dalam bentuk prosa‟.”6

Dalam bahasa Latin kata novel berasal novellus yang

diturunkan pula dari kata noveis yang berarti baru.Novel adalah cerita yang

disusun dengan kata yang tercetak di atas lembaran kertas yang bisa dibawa

kemana-mana sembarang waktu.Ia bisa dibaca kapan saja dan dalam situasi yang

sama sekali ditentukan oleh pembaca.7“Menurut Rahmanto, novel seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan

biasanya dibangun dari unsur-unsur yang dapat didiskusikan seperti berikut ini:

(a) Latar, (b) Perwatakan, (c) Cerita, (d) Teknik cerita, (e) Bahasa, (f) tema.”8 Novel merupakan bentuk prosa rekaan yang lebih pendek daripada

roman.“Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel diartikan sebagai karangan

prosa yang panjang, menagandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan

5

Siswantoro, Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010), h. 13.

6

Ibid., h. 9.

7

Sapardi Djoko Damono, Sastra Bandingan Pengantar Ringkas (Ciputat: Editum, 2009),

h. 130.

8

(21)

orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap

pelaku.”9Pada dasarnya novel bercerita tentang peristiwa yang terjadi pada masa-masa tertentu.Bahasa yang digunakanpun relatif mudah untuk dipahami karena

bahasanya lebih mirip menggunakan bahasa sehari-hari. “Menurut Furqonul dan

Abdul, novel merupakan sebuah genre sastra yang memiliki bentuk utama prosa,

dengan panjang yang kurang lebih bisa untuk mengisi satu atu dua volume kecil, yang menggambarkan kehidupan nyata dalam satu plot yang cukup kompleks.”10

Novel adalah cerita, dan cerita digemari manusia sejak kecil.dan tiap kali

manusia senang pada cerita, entah faktual, untuk gurauan, atau sekedar ilustrasi

dalam percakapan. Bahasa novel juga bahasa denotatif, tingkat kepadatan dan makna gandanya sedikit.Jadi novel “mudah” dibaca dan dicernakan.Juga novel kebanyakan mengandung suspense dalam alur ceritanya, yang gampang

menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya. “Data menunjukkan bahwa

bentuk sastra novel paling banyak dibaca dari bentuk yang lain. Novel Salah

Asuhan selama 50 tahun telah dicetak ulang 11 kali.Siti Nurbaya selama 57 tahun

dicetak ulang 12 kali.”11

“Novel merupakan sebuah karya yang diciptakan dengan melibatkan segenap daya imajinasi pengarang.”12

Novel yang disajikan biasanya berfungsi

sebagai sarana hiburan bagi pembaca.Apabila cerita dari novel itu menarik maka

novel itu memberikan kesan kepada pembaca. Pembaca yang membaca novel

yang ceritanya panjang akan membuat pembaca untuk terus mengulang-ulang

kembali membacanya agar selesai dan setiap kali membaca pembaca hanya

menyelesaikan bacaannya beberapa episode saja serta akan memaksa pembaca

untuk mengingat kembali cerita yang dibacanya sehingga menyebabkan

pemahaman pembaca akan bacaannya terputus-putus. Novel juga merupakan hasil

perenungan pengarang yang mana pengarang dapat berimajinasi ke tempat dan ke

9

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 141.

10

Furqonul Aziez, dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar (Bogor:

Ghalia Indonesia, 2010), h. 7.

11

Jakob Sumardjo, Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977 (Bandung: Penerbit

Alumni, 1999), h. 11.

12

(22)

masa apa pun, biasanya novel menggandung pesan-pesan apa saja yang ingin

disampaikan pengarang kepada khalayak pembacanya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah

karya sastra yang merupakan cerita fiktif dan berusaha untuk menggambarkan

kehidupan tokohnya melalui latar.Novel bukan hanya berfungsi sebagai hiburan

semata tetapi dapat juga sebagai bentuk seni yang dapat dipelajari oleh pembaca

agar mengetahui nilai-nilai moral kehidupan yang terkandung di dalam novel

tersebut sehingga dapat mengarahkan pembaca dapat berprilaku budi pekerti yang

luhur.Di dalam novel juga terdapat kemungkinan cerita yang terjadi dan ada juga

yang hanya imajinasi saja.Tetapi pengarang biasanya ingin menunjukkan realita

yang terjadi dalam kehidupan melalui cerita yang terkandung di dalam novel.

2.

Unsur-Unsur Pembangun Novel

Unsur-unsur pembangun sebuah novel yang kemudian secara bersama

membentuk sebuah totalitas itu disamping unsur formal bahasa, masih banyak lagi

macamnya.Namun, secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara

tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, walau pembagian ini tidak

benar-benar pilah.Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan

ekstrinsik.Kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam

rangka mengkaji atau membicarakan novel atau karya sastra ada umumnya.

“Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang pembangun dari dalam karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud.Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.”13

“Sedangkan, unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak

langsung mempengaruhi bagunan atau organisme karya sastra.Unsur ini secara

13

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University

(23)

lebih khusus dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangunan

cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di

dalamnya.Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya, bagaimanapun, akan

membantu dalam hal pemahaman makna karya itu mengingat bahwa karya sastra

tak muncul dari situasi kekosongan budaya.”14 Unsur ekstrinsik membahasa alam pikiran pengarang yang ditentukan oleh pengaruh susunan pemerintahan, situasi

politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, kemanaan, dan pengaruh hubungan luar

negeri, persilangan pariwisata atau perdagangan.

a. Tema

“Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita.Tema berperan sebagai penagkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang

diciptakannya.Tema merupakan kaitan hubungan antar makna dengan tujuan

pemaparan prosa rekaan oleh pengarangnya.”15 “Tema juga merupakan aspek cerita sejajar dengan „makna‟ dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat.”16 Kadangkala kita merasa bahwa pengalaman yang didapatkan secara keseluruhan akan memperjelas masalah yang

akan kita coba untuk dilacak.“Tema (theme), menurut Stanton dan Kenny, adalah

makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, ada banyak makna yang

dikandung dan ditawarkan oleh cerita (novel) itu, maka masalahnya adalah: makna khusus yang mana yang dapat dinyatakan sebagai tema itu.”17

Untuk menentukan makna pokok sebuah novel, kita perlu memiliki

kejelasan pengertian tentang makna pokok, atau tema, itu sendiri.Tema

merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang

terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan menyangkut

persamaan-persamaan atau perbedaan-perbenadaan.Tema disaring dari motif-motif yang

terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya

peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi terntentu.Tema dalam banyak hal bersifat

14

Ibid., h. 23-24.

15

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 161.

16

Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 36.

17

(24)

“mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa-konflik-situasi tertentu, termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain, karena hal-hal tersebut haruslah

bersifat mendukung kejelasan tema yang ingin disampaikan.

Tema menjadi dasar pembangun seluruh cerita, maka ia pun bersifat

menjiwai seluruh bagian cerita itu. Dengan demikian, untuk menemukan tema

sebuah karya fiksi, ia harus disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya

berdasarkan bagian tertentu cerita. “Tema, walau sulit ditentukan secara pasti, bukanlah makna yang “disembunyikan”, walau belum tentu juga dilukiskan secara eksplisit.Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi tidak (secara sengaja)

disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca.Namun,

tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia akan “tersembunyi” dibalik cerita yang mendukungnya.”18

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan istilah yang menunjuk pada orang atau pelaku cerita,

baik itu protagonis dan antagonis,.“Dalam Burhan Nurgiantoro, Abrams

berpendapat bahwa tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu

karya naratif atau drama yang ditafsirkan oleh para pembacanya sesuai dengan

kualitas moral yang disampaikan dengan ekspresi dalam ucapan dan tindakan.

Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan pencapai pesan,

amanat, moral, atau sesuatu yang ingin disampaikan kepada para pembaca.”19 Sedangkan watak, perwatakan, atau karakter merupakan istilah yang

menunjukkan pada sifat atau sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan para

pembaca yang menunjukkan pada kualitas pribadi seorang tokoh.Penokohan dan

karakteristik sering disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan yang

menunjukkan watak tokoh-tokoh yang digambarkan dalam sebuah cerita.“Seperti

yang dikatakan Jones dalam Burhan Nurgiantoro, penokohan adalah pelukisan

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah

18

Nurgiyantoro.Loc. Cit., h. 68.

19

(25)

cerita.”20Penokohan sekaligus menyaran pada teknik pewujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.“Penokohan adalah cara sastrawan

menampilkan tokoh.”21

“Menurut Aminuddin, dilihat dari watak yang dimiliki oleh tokoh, dapat dibedakan atas tokoh protagonis, dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah

tokoh yang wataknya disukai pembacanya.Biasanya, watak tokoh semacam ini

adalah watak yang baik dan positif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela,

cerdik, pandai, mandiri, dan setia kawan.Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh

yang wataknya dibenci pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai

tokoh yang berwatak buruk dan negatif, seperti pendendam, culas, pembohong,

menghalalkan sehala cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius.”22

Biasanya seorang pembaca lebih tertarik akan penafsiraan, presepsi, dan

pemahaman tokoh-tokoh yang dihadirkan pengarang.”Jika kita membaca sebuah

novel, bagian yang paling penting yang harus dilakukan ialah usaha untuk

mencari nilai yang disuguhkan pengarang pada setiap tokoh.”23 “Pelukisan karakter yang baik kalau pengarang menggambarkannya dalam setiap tahap dalam

ceritanya, sehingga pembaca melihat jelas watak pelakunya melalui semua tindak

tanduknya dalam sebuah cerita, semua yang diucapkannya dalam seluruh cerita,

semua sikap-sikapnya dalam seluruh cerita.”24

c. Latar Cerita / Setting

Setting diterjemahkan sebagai latar cerita.Latar cerita adalah tempat dan

waktu dimana cerita itu terjadi.Sebuah cerita harus jelas di mana berlangsungnya

suatu kejadian dan kapan.Pemilihan setting yang dilakukan oleh pengarang

mempertimbangkan unsur-unsur watak tokoh-tokohnya dan persoalan atau tema

yang digarapnya.Sebuah cerita menjadi kuat kalau settingnya tidak gegabah saja

dipilih oleh pengarangnya.Penggambaran setting yang baik memberi pengetahuan

20

Ibid., h. 165.

21

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 142.

22

Ibid.

23

B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra (Yogyakarta: Kanisius, 1988), h. 70.

24

(26)

untuk pembaca tentang kehidupan masyarakat tertentu. “Untuk menggambarkan setting dengan tepat dan benar, dengan sendirinya pengarang harus mengetahui

benar setting yang dipakainya dalam cerita, pengarang harus banyak membaca agar mengetahui kehidupan cerita yang akan digambarkan dalam cerita.”25

“Menurut Aminuddin memberi batasan setting sebagai latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki

fungsi fisikal dan fungsi psikologis.Menurut Abrams, mengemukakan latar cerita

adalah tempat umum (general locale), waktu kesejarahan (historical time), dan

kebiasaan masyarakat (social circumtances) dalam setiap episode atau bagian-bagian tempat.”26

Dia juga mengemukakan bahwa latar atau setting yang disebut

juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu,

dan lingkungan sosial tempat terjadinya persitiwa-persitiwa yang diceritanya. “Menurut Kenny, mengungkapkan cakupan latar cerita dalam cerita fiksi yang meliput penggambaran lokasi geografis, pemandangan, perincian perlengkapan

sebuah ruangan, pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, waktu

berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya, sebuah tahun,

lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional para tokoh.”27

“Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas.Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca, dengan demikian, merasa dipermudah untuk “mengoperasikan” daya imajinasinya, di samping dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar. Pembaca dapat merasakan dan menilai kebenaran, ketepatan, dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga merasa lebih akrab.Pembaca seolah-olah merasa menemukan dalam cerita itu sesuatu yang sebenarnya menjadi bagian dirinya.hal ini akan terjadi jika latar mampu mengangkat suasana setempat, warna lokal, lengkap dengan perwatakannya ke dalam cerita.”28

Jadi, latar adalah tempat, waktu dan susana terjadinya peristiwa yang ada

di dalam cerita. Pengarang harus tahu bagaimana gambar cerita yang

akandiceritakan. Latar mencakup kedalam penggambaran lokasi geografis,

25

Ibid., h. 60.

26

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 149.

27

Ibid.

28

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University

(27)

pemandangan, perincian perlengkapan sebuah ruangan, pekerjaan atau kesibukan

sehari-hari para tokoh, waktu berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim

terjadinya, sebuah tahun, lingkungan agama, moral, intelektual, social, dan

emosional para tokoh.

d. Alur/ Plot

“Menurut Stanton misalnya, mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara akrab,

peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

Sedangkan menurut Kenny mengemukakan plot sebagai peristiwa-peristiwa yang

ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang

menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.”29“Dan menurut Abrams, alur adalah rangakian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan

persitiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam

suatu cerita.Ada berbagai pendapat tentang tahapan-tahapan persitiwa dalam suatu

cerita.“Menurut Aminuddin membedakan tahapan-tahapan persitiwa atas

pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian.”30

Pengenalan adalah tahap peristiwa dalam suatu cerita rekaan atau drama

yang memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita. Yang dikenalkan dari tokoh

ini, misalnya, nama, asal,ciri fisik, dan sifatnya. Konflik aatau tikaian adalah

ketegangan atau pertentangan antara dua kepentingan atau kekuatan di dalam

cerita rekaan atau drama.Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri tokoh, antara

dua tokoh, antara tokoh dan masyarakat atau lingkungannya, antara tokoh dan

alam, serta antara tokoh dan Tuhan.Ada konflik lahir dan konflik

batin.Komplikasi atau rumitan adalah bagian tengah alur cerita rekaan atau drama

yang mengembangkan tikaian.Dalam hal ini, konflik yang terjadi semakin tajam

karena berbagai sebab dan berbagai kepentingan yang berbeda dari setiap tokoh.

Klimaks adalah bagian alur cerita rekaan atau drama yang melukiskan

puncak ketegangan, terutama di apndang dari segi tanggapan emosional

29

Ibid, h. 113.

30

(28)

pembaca.Klimaks merupakan puncak rumitan, yang diikuti oleh krisis atau titik

balik.Leraian adalah bagian struktur alur sesudah tercapai klimaks.Pada tahap ini

persitiwa-peristiwa yang terjadi menunjukkan perkembangan lakuan ke arah

selesaian.Dan selesaian adalahtahap akhir suatu cerita rekaan atau drama.Dalam

tahap ini semua masalah dapat diuraikan, kesalahpahaman dijelaskan; rahasia

dibuka. Ada dua macam selesaian: tertutup dan terbuka. Selesaian yang tertutup

adalah bentuk penyelesaian cerita yang diberikan oleh sastrawan.Selesaian

terbuka adalah bentuk penyelesaian cerita yang diserahkan kepada pembaca.

e. Gaya Bahasa

“Menurut Aminuddin, gaya adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta

mampu menuntaskan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual

dan emosi pembaca. Dari segi kata, karya sastra menggunakan pilihan kata yang

mengandung makna padat, reflektif, asosiatif, dan bersifat konotatif, sedangkan

kalimat-kalimatnya menunjukkan adanya variasi dan harmoni sehingga mampu

menuansakan keindahan dan bukan nuansa makna tertentu saja. Alat gaya

melibatkan masalah kiasan dan majas: majas kata, majas kalimat, majas pikiran,

majas bunyi.”31

“Seorang pengarang mungkin mempunyai gaya membawakan cerita-ceritanya secara lembut, penuh perasaan, suka melukiskan hal-hal kecil tetapi

berarti, selalu memandang dunia ini dengan cerita kasih, ungkapan bahasanya

sopan, teratur, berirama, dan lembut, susana ceritanya pun juga penuh kelembutan

dan cinta kasih. Sebaliknya ada gaya pengarang yang pemberontak, penuh bahasa

yang keras, tegas dan susaana ceritanya penuh pergolakan.”32 Seorang pengarang yang sudah berpengalaman akan mempunyai gayanya sendiri dalam mengolah

bahasanya ke dalam cerita agar disukai oleh pembaca.

“Stile, (style, gaya bahasa), adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan

31

Ibid, h. 158. 32

(29)

dikemukakan, Abrams. Stile ditandai oleh ciri-ciri formal kebahasaan seperti

pilihan kata, struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif, penggunaan kohesi,

dan lain-lain. Makna stile, menurut Leech & Short, suatu hal yang pada umumnya

tidak lagi mengandung sifat kontroversial, menyaran pada pengertian cara

penggunaan bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, untuk tujuan

tertentu, dan sebagainya. Dengan demikian, stile dapat bermacam-macam

sifatnya, tergantung konteks di mana dipergunakan, selera pengarang, namun juga

tergantung apa tujuan penuturan itu sendiri.”33

f. Sudut Pandang/ Titik Pandang/ Point of View

“Titik pandang adalah tempat sastrawan memandang ceritanya.Dari tempat itulah sastrawan bercerita tentang tokoh, peristiwa, tempat, waktu dengan

gayanya sendiri.”34 Sudut pandang, point of view, menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan

pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, berbagai

peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca yang

dikemukakan oleh Abrams. Dengan demikian, sudut pandang pada hakikatnya

merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk

mengemukakan gagasan dan ceritanya.Segala sesuatu yang dikemukakan dalam

karya fiksi, memang, milik pengarang, pandangan hidup dan tafsirannya terhadap

kehidupan.Namun, kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut

pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita.35

Macam-macam sudut pandang:

Sudut Pandang Persona

Ketiga (Dia)

Sudut Pandang Persona

Pertama (Aku)

Sudut Pandang

Campuran

Dia Mahatahu Aku Tokoh Utama -

33

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2005), h.276.

34

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 151.

35

(30)

Dia Terbatas Aku Tokoh Tambahan -

Dia Pengamat - -

g. Amanat/ Moral

Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup

pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentangan nilai-nilai kebenaran, dan

hal itulah yang ingin disampaikan pembaca.“Moral dalam cerita, menurut Kenny

biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran

moral tertentu yang bersifat praktis, ang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.Ia merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masaah

kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan.

Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat ditampilkan, atau ditemukan modelnya, dalam kehidupan nyata, sebagaimana model yang ditampilkan cerita

itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya.”36“Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra: pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca

atau pendengar. Di dalam karya sastra modern amanat ini biasanya tersirat; di

dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersurat.”37

C.

Hakikat Karakter

1.

Pengertian Karakter

Akar kata “karakter” berasal dari kata dalam bahasa Latin, yaitu “kharakter,” “kharassein,” dan “kharax,” yang memiliki makna “tool for marking,” “to engrave,” dan “pointed stake.”Pada abad ke-14 kata ini mulai banyak digunakan ke dalam bahasa Prancis sebagai “caractere”.Ketika masukn

ke dalam bahasa Inggris, kata “caractere” berubah menjadi “character.”

Selanjutnya, dalam bahasa Indonesia kata “character” ini menjadi “karakter.”

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter memiliki arti tabiat,

36

Ibid.,h. 321.

37

(31)

sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang

lain.

“Menurut Thomas Lickona (dalam Agus dan Hamrin) karakter itu merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral.Sifat

alami itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik,

jujur, bertanggung jawab, menghormati dan menghargai orang lain, dan

karakter-karakter mulia lainnya.”38Setiap orang memiliki karakter yang dapat berbeda-beda dengan yang lainnya.Karakter dapat dikatakan sebagai penanda

seseorang.“Sedangkan menurut Tadzkiroatun Musfiroh (dalam Nurla), karakter

mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi

(motivations), dan keterampilan (skills).”39 Seseorang yang memiliki karakter

yang baik akan terlihat dari dirinya yang sadar untuk berbuat yang terbaik atau

unggul, serta mampu bertindak sesuai dengan potensi dan kesadarannya. Karakter

atau karakteristik adalah perkembangan positif dalam hal intelektual, emosional,

social, etika, dan perilaku.

“Karakter menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam Agus dan Hamrin) adalah sebagai sifatnya jiwa manusia mulai dari angan-angan hingga terjelma sebagai

tenaga. Dengan adanya budi pekerti , lanjut Ki Hajar Dewantara, manusia akan

menjadi pribadi yang merdeka sekaligus berkeprinadian, dan dapat

mengendalikan diri sendiri (mandiri, zelfbeheersching).”40

“Menurut Gordon W. Allport karakter merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik individu yang menentukan tingkah laku dan

pemikiran individu secara khas.Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku

manusia. Karakter bukan sekedar sebuah kepribadian (personality) karena

karakter sesungguhnya adalah kepribadian yang ternilai (personality

evaluated).”41

38

Agus Wibowo, dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter : Strategi Membangun

Kompetensi & Karakter Guru (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 42.

39

Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah

(Jogjakarta: Laksana, 2011), h. 19.

40

Agus dan Hamrin.Loc.Cit.

41

(32)

“Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, prilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak.”42 “Senada dengan pengertian karakter, Suyono, dalam

waskitamandiribk.wordpress.com, menulis bahwa karakter adalah cara berpikir

dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.”43

Berdasarkan penjelasan di atas penulis mencoba untuk memakai

pernyataan seorang yang bernama Suyono karena beliau menyatakan bahwa

karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu

untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa,

dan negara.

D.

Hakikat Guru

1.

Pengertian Guru

“Guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti orang yang mengajar. Dengan demikian, orang-orang yang profesinya mengajar disebut guru. Baik itu guru di sekolah maupun di tempat lain.”44

Dalam paradigma

Jawa, pendidik diidentikan dengan (gu dan ru) yang berarti “digugu dan ditiru”.

Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru mempunyai seprangkat ilmu yang

memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam

melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru mempunyai

kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta didiknya. “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”45

42

Aunillah. Loc.Cit.

43

Akhmad Muhamimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia: Revitalisasi

Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 16.

44

Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan (Surabaya : Jaringpena, 2011), h. 1.

45

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(33)

“Dalam pengertian sederhana yang dikemukan oleh Syaiful, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Guru dalam

pendangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di

tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di

mesjid, di surau (musala, di rumah, dan sebagainya.”46Masyarakat memberikan kepercayaan yang harus diemban oleh guru, maka dari itu guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat.“Dalam buku “Menjadi Guru Inspiratif,” Ahmad Fuadi berpendapat bahwa baginya guru yang baik bagai petani.Mereka

menyiapkan bahan dan lahan belajar di kelas, memelihara baik-baik bibit penerus

bangsa, menyiram mereka dengan ilmu dan memupuk jiwa mereka dengan

karakter yang luhur. Bila tiba masa kelulusan, guru akan tersenyum bahagia ketika

anak didiknya meninggalkan sekolah, tumbuh besar, dan memberi manfaat buat

oaring lain. Guru yang ikhlas adalah petani mencetak peradaban.”47

“Mahmud Khalifah menuliskan (2009) tentang guru yang dirindukan: „Guru adalah orang yang bersamudrakan ilmu pengetahuan. Ia adalah cahaya yang menerangi kehidupan manusia, ia adalah musuh kebodohan, dan penghapus

kejahiliyahan. Ia juga mencerdaskan akal dan mencerahkan akhlak.‟”48 Guru merupakan orang yang berhak mendapat penghargaan dan penghormatan. Sebagai

seorang pengajar dan juga pendidik, maka guru berada di garis depan. Guru

mampu memberikan nilai lebih. Guru tidak sama dengan profesi-profesi lainnya.

Itu karena, guru bisa menentukan masa depan anak didiknya. Bahkan gurulah

yang mampu membangun sebuah bangsa menjadi lebih bermartabat.Oleh karena

itu, sebaiknya seorang guru harus lebih diperhatikan lagi kehidupannya.

Seorang guru haruslah memiliki empat kompotensi.Keempat kompetensi

itu adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

professional, dan kompetensi sosial.“Melalui keempat kompetensi yang

dimilikinya tersebut harus menjadi panutan dan mampu membangun karakter dan

46

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h. 31.

47

A. Fuadi, dkk.,Menjadi Guru Inspiratif: Menyemai Bibit Bangsa (Yogyakarta: PT

Bentang Pustaka, 2012), h. 1-2.

48

_____________, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 9 Universitas

(34)

jati dirinya. Sebagaimana visi guru yang dirumuskan Ki Hajar Dewantara, bahwa

seorag pendidik itu hendak mempunyai kepribadian: di depan menjadi teladan, di

tengah membangun karsa, dan di belakang memberi dorongan, tutu wuri handayani.”49

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahawa guru adalah

suatu profesi yang memiliki tugas utama seperti mendidik, membimbing,

mengarahkan, mengajar, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik baik itu

pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan menengah. Guru harus mampu

memahami hakikat dirinya dalam mengemban amanah suci untuk mencerdaskan

anak bangsa.

2.

Syarat-Syarat Menjadi Guru

Pekerjaan menjadi seorang pendidik tidaklah mudah, tetapi merupakan

tugas yang mulia.Tugas guru tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik. Guru

berusaha membimbing anak didiknya agar menjadi manusia yang berguna bagi

nusa dan bangsa di kemudian hari. Sebagai guru (pendidik) yang harus memenuhi

syarat-syarat yang di dalam “Undang-Undang no, 12 tahun 1954 tentang

Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia, pada pasal

15 dinyatakan tentang guru sebagai berikut: “„Syarat utama untuk menjadi guru,

selain ijazah dan syarat-syarat yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah

sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberi pendidikan dan pengajaran seperti

yang dimaksud dalam pasal 3, pasal 4, dan pasal 5 udang-undang ini.‟ Dapat

disimpulkan, maka syarat-syarat untuk menjadi guru adalah sebagai berikut: (a)

berijazah, (b) sehat jasmani dan rohani, (c) takwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik, (d) bertanggung jawab, dan (e) berjiwa nasional.”50

“Selain itu, menurut Oemar Hamalik dalam bukunya “Proses Belajar Mengajar” menjelaskan bahwa syarat-syarat menjadi guru adalah sebagai berikut:

(1) harus memiliki bakat sebagai guru, (2) harus memiliki keahlian sebagai guru,

49

Kirania Maida, Kitab Suci Guru: Motivasi Pembakar Semangat untuk Guru

(Yogyakarta: Araska, 2012), h. 16.

50

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidkan Teoretis dan Praktis (Bandung: PT Remaja

(35)

(3) memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi, (4) memiliki mental yang

sehat, (5) berbadan sehat, (6) memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas,

(7) guru adalah manusia berjiwa Pancasila, dan (8) guru adalah seorang warga

negara yang baik.”51“Sedangkan menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan kawan-kawan (dalam Syaiful Bahri Djamarah) tidak sembarangan, tetapi harus

memenuhi beberapa persyaratan seperti di bawah ini: (1) takwa kepada Allah

SWT, (2) Berilmu, (3) sehat jasmani, dan (4) berkelakuan baik.”52

3.

Kompetensi Guru

Pengertian kompetensi guru berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1, butir c, adalah sebagai berikut: “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

melakukan tugas.” Selanjutnya jenis kompetensi guru tersebut lebih ditegaskan

pada pasal 10: (1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. (2) Ketentuan

lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

“Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.”53“Menurut Zakiah Daradjat, kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar dilihat

atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau

bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya,

ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau

masalah, baik yang ringan maupun yang berat.”54

51

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 118.

52

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h. 32.

53

_________________, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 9 Universitas

Negeri Jakarta (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2012), h. 10.

54

(36)

Menjadi guru harus memiliki pribadi yang baik, perasaan dan emosinya

tidak goyah. Karena, bila emosinya tidak stabil maka dia akan mudah marah,

cemas, pemurung, penakut, dan penyedih. Pribadi peserta didiknya akan

ikut-ikutan tidak stabil dan mudah terombang - ambing, karena pertumbuhan jiwanya

masih dalam keadaan yang tidak stabil. Emosi yang tidak stabil itu juga akan

membuat peserta didik kurang paham akan pelajaran yang akan diajarkan karena

konsentrasinya diganggu oleh perasaannya yang tidak stabil. Dan, bila guru itu

pemarah dan kasar kepada peserta didiknya, maka peserta didikya akan

menyebabkan ketakutan, ketakuan itu dapat berkembang menjadi kebencian.

Apabila peserta didik membenci gurunya, maka dia tidak akan berhasil mendapat

bimbingan dan pendidikan dari guru tersebut, selanjutnya ia akan menjadi bodoh

walaupun dia memiliki kecerdasan yang tinggi.

Penampilan lain dari kepribadian seorang guru pada umumnya adalah

tingkah laku dan moralnya. Bagi peserta didk yang umurnya masih kecil

beranggapan guru adalah contoh teladan yang sangat penting dalam

pertumbuhannya, dan guru juga merupakan orang pertama setelah orang tua yang

memiliki pengaruh dalam pembinaan kepribadian peserta didik.Apabila dia dia

bertemu dengan guru yang bertingkah laku tidak baik, maka rusaklah akhlak

peserta didik tersebut karena peserta didik mudah terpengaruh oleh orang

dikaguminya.Bisa juga peserta didik menjadi cemas dan gelisah karena dia

menumukan contoh yang berlawanan dengan orang tuanya di rumah selama ini.

Guru harus memperlakukan dan mencurahkan perhatian yang sama atau

adil terhadap peserta didik lainnya. Karena sikap pilih kasih yang ditunjukkan

oleh guru akan dengan cepat dirasakan oleh peserta didik. Semua peserta didik

mengharapkan perhatian dan kasih sayang gurunya. Guru tidak boleh membenci

peserta didiknya karena alasan kelakuannya yang nakal atau kurang baik. “Guru

yang memilki kepribadian yang bijaksana tidak akan membeci peserta didiknya

yang nakal. Dia akan memperhatikannya dan berusaha mengetahui latar belakang

(37)

mungkin dengan mengajaknya bicara di kantor atau di luar jam sekolah bahkan

menghubungi orang tuanya dan sebagainya.”55

4.

Peran Guru

Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa

saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru.Semua peranan yang diharapkan

dari guru diuraikan di bawah ini.

(1) korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk; (2) inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik; (3) informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran, untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum: (4) organisator, guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya; (5) motivator, guru hendaknya mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar;(6) inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kamajuan dalam pendidikan dan pengajaran;(7) fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memugkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik, (8) pembimbing, kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap; (9) demonstator, untuk pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guruharus berusaha dengan membantunya dnegan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis; (10) pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru; (11) mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media nonmaterial maupun material; (12) supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap prosese pengajaran; dan (13) evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentyk aspek ekstrinsik dan intrinsik.56

Pandangan modern seperti yang dikemukakan oleh Adams & Dickley

bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi: guru sebagai pengajar

55

Zakiah, Op.Cit,.h. 12.

56

(38)

(teacher as aninstructor), guru sebagai pembimbing (teacher as a counselor),

guru sebagai ilmuan (teacher as a scientist), dan guru sebagai pribadi (teacher as

a person).

Gambar

Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Pak Mawardi dan Pak Muaz

Referensi

Dokumen terkait

Dat Molok cetakan pertama tahun 2010 yang dijadikan sumber dalam penelitian ini, dan menganalisis karakter masing-masing tokoh yang terdapat dalam novel Pengembaraan Hang

Novel atau cerita pendek sebagai bagian bentuk sastra, merupakan jagad realita yang didalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat

Tanggung jawab Tokoh Gian memiliki Karakter Tanggung jawab, Hal ini dapat dilihat dari salah satu kutipan teks berikut ini : -“ Aku hanya ingin menjadi anak yang baik untuk ayahku,

Adapun hal yang dihubungkan dengan sumber data dalam Novel Dunia Kecil yang Riuh karya Arafat nur meliputi: a Nilai-nilai pendidikan ketuhanan, b Nilai-nilai pendidikan moral, c