• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh inflasi dan investasi terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh inflasi dan investasi terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INFLASI DAN INVESTASI

TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH

DI INDONESIA

Oleh

ISTIQOMAH NIM: 106084003634

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Istiqomah

NIM : 106084003634

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH

INFLASI DAN INVESTASI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH DI INDONESIA” adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian,

pengolahan, dan analisis saya sendiri dan bukan merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atas rekapitulasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyususn skripsi baru dan kelulusan serta gelar dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 14 Februari 2011

(5)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Istiqomah

2. Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 19 November 1988 3. Alamat : Jln. Cendrawasih V No.21 Sawah

Baru – Ciputat

4. Kebangsaan : Indonesia

5. Telepon : 0856 880 1434/ 021 74630013 6. Jenis Kelamin : Perempuan

7. Agama : Islam

II. PENDIDIKAN

Pendidikan Formal

Tempat Waktu

1. SD Negeri Sawah Baru II 1994 – 2001 2. SMP Negeri 03 Ciputat 2001 – 2003 3. SMA Almubarak Pondok Aren I 2003 – 2006 4. UIN SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

(6)

ii Pendidkan Non Formal

Pelatihan/Seminar Waktu

1. Peserta Pendidikan dan Pelatihan Komputer, Cendikia Indonesia Training Center, Jakarta.

April 2006

2. Seminar Ekonomi Islam " Ekonomi Syariah sebagai Pondasi Pembangunan di Indonesia".

Juni 2007

3. Peserta Training Motivation ”Kuliah

Lancar Kerja Sukses”. Mei 2008

4. Seminar Ekonomi ”Dampak Kenaikan

BBM dari sudut pandang APBN”. Juni 2008

5. Kursus Bahasa Inggris, Practical Education Center (PEC).

2. Tempat & Tgl Lahir : Purworejo, 21 Februari 1959 3. Alamat : Jln. Cendrawasih V No.21 Sawah

Baru - Ciputat

4. Telepon : 021 74630013

5. Ibu : Parmiyah

6. Tempat & Tgl Lahir : Purworejo, 20 Oktober 1960 7. Alamat : Jln. Cendrawasih V No.21 Sawah

Baru - Ciputat

(7)

iii Abstract

Exchange rate is defined as a currency that can be exchange per unit to another currency, or the price of one currency to another currency.

The purpose of this research is to know the effect of Inflation and investment to rupiah`s exchange rate in Indonesia. Variable which is used in this research is rupiah`s Exchange Rate to US dollar`s (ER), Inflation, Domestic Direct Investment (DDI), Foreign Direct Investment (FDI), and also Dummy crisis variable (DM) of Indonesia. The data which is used in this research is time series data in 1983-2009, the sources of the data are from Central Bank of Indonesia and Indonesia Statistical Base. The writer used the OLS (Ordinary Least Square) method for analysis in Eviews 5.1 program.

The results of this research is to indicate inflation, foreign direct investment and dummy crisis that gave the positive influence to the rupiah`s exchange rate in Indonesia significantly. Meanwhile, domestic direct investment has not positive influence to the rupiah’s exchange rate in Indonesia significantly.

(8)

iv Abstraksi

Nilai tukar didefinisikan sebagai mata uang yang dapat ditukaran dengan satu unit mata uang lain, atau merupakan harga dari suatu mata uang dengan mata uang lain.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi dan investasi terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia. variabel yang digunakan adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (ER), Inflasi, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA), dan juga variabel dummy crisis (DM) di Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series yaitu periode 1983-2009, yang bersumber dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. Untuk menganalisis penulis menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) pada program Eviews 5.1.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan inflasi, penanaman modal asing, dan dummy krisis berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia. Sedangkan, penanaman modal dalam negeri berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia.

Kata kunci : nilai tukar, inflasi, PMDN, PMA dan dummy crisis

(9)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdu Lillahi Robbil ‘Alamin

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala kekuatan dan kesabaran yang diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Inflasi Dan Investasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah Di Indonesia”.

penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dwijo dan Ibu Parmiyah, sumber motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas semua doa dan dukungan yang telah diberikan padaku sampai detik ini. Semoga suatu saat aku dapat membalas kebaikan yang diberikan dan dapat menjadi kebanggan bagi Bapak dan Ibu. Amin.

2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(10)

vi

4. Pheni Chalid Sf, MA, Ph.D. selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah banyak memberikan saran dan pembelajaran kepada penulis.

5. M. Hartana I. Putra M.Si. selaku dosen pembimbing II skripsi yang juga telah banyak memberikan saran kepada penulis.

6. Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang bermanfaat yang telah diberikan, esp for: Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah memberi motivasi dan penguji seminar proposal yang luar biasa dan Ibu Lili yang begitu baik dan murah hati untuk memudahkan saya dalam urusan di akademik jurusan IESP.

7. Asri, Uwie, Fatmy dan V-bie, yang telah banyak memberikan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih karena kalian telah menjadi sahabat terbaik yang menemani hari-hari ku selama lebih dari 4 tahun ini.

8. Rekan-rekan IESP angkatan 2006 yang sama-sama berjuang untuk lulus skripsi. Terimakasih karena kalian telah memberikan banyak kenangan manis dalam catatan kehidupan penulis.

9. Teman-teman kkn green bean’09, terima kasih untuk hari-hari yang indah yang terlupakan posko Situ Daun-Bogor.

(11)

vii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih

Jakarta, Februari 2011

ISTIQOMAH

(12)

viii

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRACT ... iii

ABSTRAKSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Nilai Tukar (Kurs) ... 12

1. Pengertian Nilai Tukar... 12

2. Perubahan Nilai Tukar ... 14

3. Sistem Nilai Tukar Mata Uang ... 17

4. Perkembangan Kebijakan Sistem Nilai Tukar di Indonesia ... 20

5. Teori Nilai Tukar ... 23

B. Inflasi ... 25

1. Pengertian Inflasi ... 26

2. Penggolongan Inflasi ... 27

3. Penyebab Inflasi... 31

4. Indikator Inflasi ... 30

(13)

ix

1. Pengertian Investasi ... 32

2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ... 33

3. Penanaman Modal Asing PMA ... 34

D. Krisis Ekonomi ... 37

E. Penelitian Terdahulu ... 38

F. Kerangka Berpikir ... 45

G. Hipotesis ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 50

B. Metode Pengumpulan Sampel ... 50

C. Metode Pengumpulan Data ... 51

D. Metode Analisis ... 52

1. Uji Asumsi Klasik ... 54

a. Uji Normalitas... 54

b. Uji Autokorelasi ... 55

c. Uji Heterokedastisitas ... 56

d. Uji Linieritas ... 56

e. Uji Multikolinieritas ... 57

2. Uji Statistik ... 58

a. Uji Signifikansi Individual (uji t - Statistik) ... 58

b. Uji Fisher (uji F - Statistik)... 59

c. Uji Koefisien Determinasi ( R2)... 60

E. Operasional Variabel ... 60

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Analisis Deskriptif ... 63

1. Nilai Tukar ... 63

2. Inflasi... 66

3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ... 70

4. Penanaman Modal Asing (PMA) ... 72

5. Variabel Dummy (Krisis Ekonomi) ... 74

(14)

x

1. Uji Asumsi Klasik ... 75

a. Hasil Uji Normalitas ... 75

b. Hasil Uji Autokorelasi ... 76

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 77

d. Hasil Uji Linieritas ... 78

e. Hasil Uji Multikolinearitas ... 78

2. Hasil Uji Regresi Metode OLS ... 80

3. Uji Statistik ... 81

a. Uji Parsial (Uji-t) ... 81

b. Uji F-statistik ... 85

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)... 86

4. Interprestasi Ekonomi ... 87

a. Inflasi ... 87

b. Investasi ... 88

1).Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN). ... 88

2).Penanaman Modal Asing (PMA) ... 89

c. Dummy Krisis ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Implikasi ... 94

C. Saran ... 94

(15)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Keteangan Hal

1.1 Data Nilai Tukar, IHK dan Investasi... 4

2.1 Penelitian Terdahulu ... 39

3.1 Daerah Autokorelasi……... 55

4.1 Hasil Uji Autokorelasi……... 76

4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 77

4.3 Hasil Uji Linieritas…………... 78

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 79

4.5 Hasil Olah Data Metode OLS ... 80

(16)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Ketrangan Hal

2.1 Demand Pull Inflation... 28

2.2 Cost-Push Inflation... 29

2.3 Kerangka Berpikir………... 48

4.1 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah/Dollar AS periode 1983-2009... 64

4.2 Perkembangan IHK periode 1983-2009... 68

4.3 Perkembangan PMDN periode 1983-2009... 70

4.4 Perkembangan PMA periode 1983-2009... 72

(17)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keteangan Hal

1 Data Penelitian……... 100

2 Hasil Data Setelah Diestimasi... 102

3 Hasil Regresi Log Linier …………... 104

4 Hasil Normalitas Menggunakan JB Test ... 105

5 Hasil Uji Autokorelasi ... 106

6 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 107

7 Hasil Uji Linieritas…………... 108

8 Hasil Uji Multkolinieritas ... 109

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Uang merupakan salah satu hal penting dalam kegiatan perekonomian diseluruh dunia. Uang adalah seperangkat asset dalam perekonomian yang digunakan oleh orang secara rutin untuk membeli barang-barang atau jasa dari orang lain (Mankiw, 2006:169). Uang memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu sebagai alat tukar, satuan hitung, dan penyimpan nilai atau daya beli.

Dalam fungsinya sebagai alat tukar, manusia menggunakan uang dalam berbagai kegiatan ekonomi. Kegiatan perdagangan merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Esensi dari perdagangan adalah proses pertukaran. Setiap proses pertukaran tersebut memiliki adanya satu kesamaan yaitu penetapan nilai tukar, sehingga dibutuhkan alat pertukaran atau mata uang yang dapat diterima oleh semua pelaku ekonomi dengan mudah.

(19)

2 perdagangan tersebut mengharuskan adanya perbandingan nilai mata uang suatu negara (dalam negeri) dengan mata uang negara lain.

Setiap negara selalu menjaga agar nilai tukar mata uang domestik negaranya dalam keadaan yang stabil terhadap nilai tukar mata uang asing. Nilai tukar dapat diartikan sebagai harga dari suatu mata uang domestik terhadap mata uang negara lain. Dengan keadaan nilai tukar yang stabil diharapkan keadaan ekonomi suatu negara juga dalam keadaan yang baik. Terdepresiasinya nilai tukar mata uang domestik menyebabkan kekacauan pada berbagai bidang ekonomi.

Perekonomian Indonesia pada awal tahun 1983 mengalami pergerakan yang pasang surut, ini disebabkan karena menurunnya harga minyak dunia. Pada masa itu, perekonomian Indonesia dihadapkan pada pertumbuhan ekonomi yang menurun, dan defisit neraca pembayaran. Hal ini menyebabkan nilai tukar rupiah over-valued dan menurunkan daya saing ekspor Indonesia di luar negeri. dalam rangka meningkatkan daya saing ekspor, kebijakan nilai tukar yang dilakukan adalah mendevaluasi kembali nilai tukar rupiah pada 30 maret 1983 sebesar 38,1 persen yaitu dari Rp.702,50 menjadi Rp.970 per dollar AS. Selanjutnya pada September 1986 pemerintah kembali mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 45 persen dari Rp.1.134 menjadi Rp.1.644 per dollar AS (Simorangkir,2005:44)

(20)

3 membumbung tinggi dan inflasi meroket hingga mencapai 77,6 persen pada tahun 1998. Depresiasi nilai tukar mengakibatkan banyak industri dalam negeri mengalami kesulitan teruatama industri yang bahan bakunya berasal dari impor. Kondisi tersebut ikut diperparah dengan besarnya kewajiban hutang luar negeri perusahaan dan perbankan di Indonesia serta kerusuhan sosia. Kesemua faktor tersebut berakumulasi dan mengakibatkan kegiatan ekonomi mengalami kontraksi yang dalam hingga mencapai -13,1% pada tahun 1998 (Simorangkir, 2005:45).

Setelah krisis ekonomi, kondisi perekonomian Indonesia mulai kembali pulih dari masa keterpurukannya, tetapi dalam perjalanan tetap mengalami berbagai tantangan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, nilai tukar rupiah tetap mengalami pergerakan yang berfluktuatif. Tingkat nilai tukar mata uang rupiah per dollar AS terus berfluktuatif dan pernah mengalami depresiasi yang cukup tinggi pada tahun 2008. Hal ini disebabkan karena berbagai pengaruh ekonomi dan non ekonomi baik dari dalam negeri maupun internasional.

(21)

4 ikut berdampak pada beberapa negara lain. Krisis keuangan global tersebut memberi tekanan pada rupiah, krisis ini memicu ketatnya likuiditas global. Kemudian pada tahun 2009 kurs kembali terapresiasi menjadi Rp.9.400 per dollar AS.

Tabel 1.1

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah/Dollar AS (Kurs), Indek Harga Konsumen (IHK), Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia Periode 2005 – 2009 2005 9.830 89,49 50.577.400.000 133.484,519.000

2006 9.020 95,47 162.767.200.000 140.928.480.000

2007 9.419 101,83 188.516.400.000 225.926.060.00

2008 10.950 113,86 20.359.900.000 162.841.830.000

2009 9.400 117,03 37.799.900.000 101.662.880.000

Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia(BI) dan Indikator Ekonomi (BPS)

(22)

5 investasiperdagangan internasional dan keadaan sosial politik pada negara tersebut. Indonesia sebagai negara yang berada pada ditengah perekonomian global, juga melakukan kegiatan ekonomi internasional seperti impor, ekspor dan lain-lain. Sehingga jika Indonesia tidak dapat menjaga kestabilan nilai tukar mata uang dmestiknya, maka hal ini akan membawa dampak buruk bagi pergerakan roda perekonomian.

Mengingat besarnya dampak dari fluktuasi kurs terhadap perekonomian, maka diperlukan suatu manajemen kurs yang baik, yang menjadikan kurs stabil, sehingga fluktuasi kurs dapat diprediksi dan perekonomian dapat berjalan dengan stabil. Apabila terjadi kegagalan pada manajemen kurs, maka hal tersebut mengakibatkan gangguan terhadap kestabilan perekonomian.

Penelitian mengenai pengaruh inflasi dan investasi terhadap nilai tukar rupiah per dollar AS sangat penting dilakukan, tujuannya ialah untuk mengetahui bagaimana hubungan dan seberapa besar pengaruh inflasi dan investasi dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Pada akhirnya dapat diketahui kebijakan – kebijakan yang dapat diambil untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang berkaitan dengan variabel inflasi dan investasi.

(23)

6 terus terjadi pada tahun berikutnya yaitu menjadi 101,83 dan 113,86 pada tahun 2007 dan 2008. Kemudian pada tahun 2009 sebesar 117,03. Walaupun IHK terus meningkat dari tahun ketahun tetapi memilki tingkat selisih yang berbeda antara tahun yang satu dengan tahun yang lain.

Nilai tukar di Indonesia juga berkaitan dengan tingkat investasi yang terjadi pada negara tersebut, tingkat investasi yang tinggi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan cadangan devisa suatu negara. Sehingga dengan perekonomian yang baik diharapkan menjaga nilai tukar rupiah dalam keadaan srabil. Selain itu masuknya investasi asing ke dalam negeri juga mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang. Investasi asing yang meningkatkan akan meningkatkan permintaan uang dalam negeri, sehingga mata uang dalam negeri akan terapresiasi terhadap mata uang asing. Pada tabel 1.1 menunjukkan investasi yang ada di Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan 2009. Pada tabel diatas diatas menunjukkan bahwa tingkat investasi realisasi penanaman modal yang disetujui, baik PMDN maupun PMA memiliki pergerakan yang fluktuatif.

(24)

7 B. Rumusan Masalah

Indonesia, seperti negara-negara lainnya berusaha menjaga kestabilan nilai tukar mata uangnya. Dalam menjaga kestabilan nilai tukar mata uang tersebut Indonesia membuat berbagai kebijakan, dengan tujuan membuat nilai tukar mata uang rupiah dalam keadaan stabil. Hal ini dilakukan agar Indonesia terus berada pada perekonomian yang baik. Naik turunnya nilai tukar mata uang suatu negara di tentukan oleh berbagai faktor baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi.

Penggunaan variabel inflasi dan investasi dalam rangka menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, merupakan suatu hal menarik untuk di teliti. Karena keduanya merupakan aspek yang ikut menunjukkan keadaan maroekonomi suatu negara, selain itu juga untuk melihat bagaimana pengaruh variabel tersebut terhadap nilai tukar rupiah per dollar AS. Oleh sebab itu, perlu diadakan penelitian untuk mengetahui hubungan inflasi dan investasi terhadap nilai tukar.

(25)
(26)

9 Sehingga dampak yang ditimbulkan ialah mata uang domestik akan terapresiasi.

Sementara itu, krisis ekonomi hebat yang telah melanda Indonesia beberapa tahun lalu, juga ikut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Krisis ekonomi 1997/1998 mengakibatkan perekonomian Indonesia memburuk disegala sektor, terutama posisi nilai tukar yang terdepresiasi secara tajam pada saat itu. Depresiasi yang tinggi pada saat krisis ekonomi disebabkan oleh ketidakstabilan sosial politik di Indonesia, hal tersebut telah menurunkan tingkat kepercayaan pada perekonomian nasional. Selain itu kegiatan spekulan yang meningkat tajam telah mengakibatkan nilai tukar rupiah terus terdepresiasi secara tajam.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka pengaruh variabel inflasi dan investasi terhadap perkembangan nilai tukar rupiah per dollar AS dalam perekonomian di indonesia perlu diteliti, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh setiap variabel tersebut terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. Oleh karena itu penelitian ini akan meneliti bagaimana pengaruh dari inflasi, PMDN dan PMA terhadap nilai tukar di Indonesia pada periode 1983 – 2009. Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka permasalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah?

(27)

10 3. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Nilai

Tukar Rupiah?

4. Bagaimana pengaruh Dummy Crisis (DM) terhadap Nilai Tukar Rupiah? 5. Bagaimana pengaruh Inflasi, PMDN, PMA dan dummy crisis secara

bersama-sama terhadap Nilai Tukar Rupiah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh inflasi terhadap nilai tukar

rupiah.

b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap nilai tukar rupiah.

c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap nilai tukar rupiah.

d. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Dummy Crisis (DM) terhadap nilai tukar rupiah.

(28)

11 2. Manfaat Penulisan

a. Bagi penulis, penilitian ini merupakan tambahan wawasan bidang ekonomi, sehingga penulis dapat mengembangkan ilmu yang di peroleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi jurusan Ilmu Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai hubungan inflasi dan investasi terhadap nilai tukar rupiah dan upaya menerapkan teori dan mencari jalan keluar mengenai permasalahan nilai tukar rupiah. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan data, serta

(29)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Nilai Tukar (Kurs)

1. Pengertian Nilai Tukar

Nilai tukar menjadi sangat penting, apabila suatu negara harus melakukan transaksi ekonomi dengan negara lain. Hal ini karena pada proses tersebut digunakan dua mata uang berbeda misalnya, antara negara Indonesia dan Amerika Serikat. Amerika harus membeli rupiah untuk membeli barang atau melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia, dan juga sebaliknya. Secara sederhana nilai tukar dapat diartikan sebagai harga dari suatu mata uang domestik terhadap mata uang negara lain.

Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar (exhange rate). Kurs merupakan salah satu hal yang terpenting dalam perekonomian terbuka, karena memiliki pengaruh yang sangat besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makroekonomi lainnya. Kurs menggambarkan harga dari suatu mata uang terhadap mata uang negara lainnya, juga merupakan harga dari suatu aktiva atau harga aset (asset price) (Krugman, 2005:40).

(30)

13 lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata uang rupiah yang di tukarkan ke dalam mata uang negara lain. Contohnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, nilai tukar rupiah terhadap Euro dan lain-lain. Sedangkan nilai tukar riil ialah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara lain, nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana pelaku ekonomi dapat memperdagangkan barang – barang dari suatu negara dengan barang –barang dari negara lain.

Dalam pembayaran internasional diperlukan pertukaran mata uang, pertukaran dari satu mata uang dengan mata uang lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing. Istilah valuta asing (valas) mengacu pada mata uang asing aktual atau berbagai klaim atasnya, seperti deposito bank. Nilai tukar adalah harga suatu mata uang dalam satuan mata uang asing yaitu jumlah mata uang suatu negara asing yang harus dibayarkan untuk mendapatkan satu unit mata uang domestik. Karena nilai tukar menyatakan nilai suatu mata uang terhadap mata uang lainya, bila satu

mata uang mengalami apresiasi, maka mata uang lain pasti mengalami

depresiasi. (Richard, 1997:88).

(31)

14 sedikit, misalnya Rp.9000/dollar AS menjadi Rp.8000/dollar AS (Richard,1997:189).

Nilai tukar mata uang erat kaitannya dengan dengan konsep konvertibilitas (convertible currency). Mata uang konvertibel (convertible

currency) adalah mata uang yang bisa digunakan secara bebas dalam berbagai transaksi internasional oleh penduduk dan negara dimana pun (Krugman, 2005:292). Konsep ini menekankan pada pentingnya penggunaan mata uang yang dapat dengan mudah ditukarkan dengan mata uang negara lain. Tidak adanya konvertibel mata uang akan sangat menyulitkan bagi transaksi atau perdagangan internasional.

2. Perubahan Nilai Tukar

(32)

15 a. Kenaikan Harga Domestik Produk Ekspor

Kenaikan harga tersebut akan mendorong kenaikan atau penurunan nilai tukar, karena keduanya bergantung pada elastisitas permintaan produk dalam negeri. Apabila bersifat elastis, yang disebabkan keseragaman produk dari negara lain, keniakan harga domestik menyebabkan permintaan akan produk tersebut menurun. Hal ini menyebabkan permintaan mata uang dalam negeri akan menurun sehingga mendorong nilai tukar rupiah terdepresiasi dengan mata uang negara lain.

Sedangkan jika permintaan bersifat inelastis yang disebabkan keunikan produk dalam negeri dibandingkan produk negara lain menyebabkan permintaan akan mata uang domestik (rupiah) akan meningkat sehingga kurs rupiah akan mengalami apresiasi.

b. Kenaikan Harga Luar Negeri Produk Impor

Sama hal nya dengan kenaikan harga produk ekspor dalam negeri, kenaikan harga luar negeri juga bergantung pada elastisitas permintaan produk impor. Jika permintaan akan barang impor bersifat elastis karena kemudahan substitusi produk dengan produk negara lain atau produk dalam negeri sendiri. Hal ini menyebabkan permintaan mata uang dalam negeri akan meningkat, sehingga akan mengalami apresiasi.

(33)

16 menurun, sehingga akan menyebabkan mata uang dalam negeri terdepresiasi.

c. Perubahan Tingkat Harga Keseluruhan

Perubahan harga terjadi tidak hanya dari produk ekspor atau impor tetapi dari seluruh harga barang pada suatu negara, hal ini menyebabkan inflasi. Jika terjadi perubahan tingkat harga pada suatu negara, maka inflasi akan mendorong harga barang-barang di negara tersebut menjadi lebih mahal di bandingkan harga barang di negara lain. Hal ini menyebabkan harga akan barang-barang dalam negeri akan melonjak naik, sedangkan harga barang-barang luar negeri yang masuk ke pasar domestik akan lebih murah dan menjadi pilihan menarik bagi para konsumen. Hal ini menyebabkan tingkat penurunan permintaan mata uang domestik dan kenaikan permintaan akan mata uang asing sehingga nilai tukar mata uang domestik akan melemah atau terdepresiasi.

d. Arus Modal

Peningkatan arus modal dapat dapat mempengaruhi nilai tukar, karena arus dana investasi mengakibatkan apresiasi nilai mata uang negara pengimpor modal dan mengakibatkan depresiasi nilai mata uang negara pengekspor modal.

(34)

17 suku bunga dan spekulasi tentang nilai tukar mata uang suatu negara. Sedangkan untuk arus modal jangka panjang motif investor lebih dipengaruhi oleh harapan jangka panjang mengenai peluang keuntungan disuatu negara serta nilai jangka panjang mata uangnya.

e. Perubahan – Perubahan Struktural

Perubahan struktural sendiri merupakan perubahan pada struktur biaya, penemuan produk baru, atau hal lain yang dapat mempengaruhi keunggulan komparatif dari suatu negara.

3. Sistem Nilai Tukar Mata Uang

Sistem nilai tukar dapat diartikan sebagai suatu kebijakan, institusi, praktek, peraturan dan mekanisme yang menentukan tingkatan nilai suatu mata uang saat ditukar dengan negara lain.

Terdapat beberapa sistem nilai tukar mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu (Kuncoro,1996:23):

a. Sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate).

Sistem ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Didalam sistem nilai tukar ini terdapat dua macam sistem nilai tukar mengambang, yaitu : 1) Mengambang bebas (murni)

(35)

18 cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi nilai tukar.

Penerapan sistem nilai tukar mengambang bebas dalam suatu negara memiliki beberapa kelebihan diantarannya yaitu:

a) Terjadi koreksi otomatis terhadap ketimpangan neraca pembayaran nasional sehingga seringkali disebut stabilisator otomatis (automatic stabilizer).

b) Cadangan valuta asing disuatu negara relatif utuh, karena tidak digunakan untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing demi stabilitas kurs.

c) Relatif lebih memiliki daya lindung terhadap fluktuasi perekonomian dunia. Negara yang menerapkan sistem ini tidak akan terikat secara langsung terhadap suatu kemungkinan munculnya gejolak inflasi dunia yang tinggi. d) Pemerintah memiliki kebebasan yang besar dalam

menentukan kebijaksanaan ekonomi di dalam negerinya. e) Kondisi asimetri dan ketidakadilan ala Bretton Wood dapat

dihilangkan.

2) Mengambang terkendali

Sistem ini disebut juga managed or dirty floating exchange rate,yaitu saat otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan

(36)

19 dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar.

b. Sistem nilai tukar tertambat (pegged exchange rate).

Pada sistem ini, suatu negara mengkaitkan sistem mata uang negaranya dengan suatu mata uang negara lain, atau sekelompok mata uang, yang bisanya merupakan mata uang negara mitra dagang yang utama. Manambatkan ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi pada kenyataan yang sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain yaitu mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.

c. Sistem nilai tukar tertambat merangkak (crawling pegs).

Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik, dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentan waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah, suatu negara dapat mengatur penyesuaian nilai tukarnya dalam periode yang lebih lama dibandingkan sistem nilai tukar tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).

(37)

20 yang dimasukkan dalam ”keranjang” umunya ditentukan oleh

perananya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.

e. Sistem nilai tukar tetap (fixed echange rate).

Pada sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu nilai tukar mata uang tertentu atas nama uangnya. Kemudian menjaga nilai tukar ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada nilai tukar tersebut. Nilai tukar biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

4. Perkembangan Kebijakan Sistem Nilai Tukar di Indonesia

(38)

21 Beberapa sistem kebijakan nilai tukar yang pernah diambil indonesia diantara lain ialah:

a. Sistem Nilai Kurs Tetap (Agustus 1971 - November 1978).

Sistem ini terjadi pada tahun 1971 sampai 15 November 1978, Sistem ini dalam jangka pendek dapat menunjang stabilitas nilai tukar dan sejalan dengan strategi inward looking yang mewarnai kebijaksanaan ekonomi pada periode tersebut. sistem nilai tukar tersebut telah menyebabkan nilai tukar rupiah mengalami over-valued yang menjadi salah satu sebab menurunnya daya saing produk dalam negeri. Untuk menjaga keseimbangan nilai tukar dan mendorong ekspor nonmigas, pada November 1978 dilakukan devaluasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar 30,9 persen, dimana nilai rupiah terhadap dollar adalah tetap yaitu Rp 415 per dollar AS (Deliarnov, 2006:186).

b. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (November 1978 –

Juli 1997).

(39)

22 November 1978. Sejalan dengan kebijakan devaluasi tersebut, sistem nilai tukar juga diubah menjadi sistem nilai tukar mengambang terkendali. Dalam sisitem ini, nilai tukar rupiah diambangkan dengan sekeranjangmata uang mitra dagang utama. Secara harian ditetapkan ditetapkan kurs indikasi dan di biarkan bergerak pada kisaran kurs tertentu. Pemerintah akan melakukan intervensi apabila nilai tukar bergerak melebihi batas atas atau batas bawah yang di tetapkan (Simorangkir, 2004:43).

c. Sistem Nilai Tukar Mengambang bebas (14 Agustus 1997 sekarang).

(40)

23 menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (Simorangkir, 2004:45).

5. Teori Nilai Tukar

a. Paritas Daya Beli (Purchasing-Power Parity)

Teori ini lahir dari tulisan – tulisan para ekonom inggris pada abad ke-19, antara lain ialah David Ricardo (penemu teori keuntungan komparatif) dan Gustav Cassel, seorang ekonom asal Swedia yang aktif diawal abad ke-20, dan aktif dalam mempopulerkan PPP dengan menjadikannya sebagai intisari dari suatu teori ekonomi.

Pada intinya teori ini mencoba menjelaskan pergerakan nilai tukar antara mata uang dua negara yang bersumber dari tingkat harga setiap negara. (Krugman, 2005 :117)

Dalam teori ini dijelaskan bahwa nilai rata-rata jangka panjang nilai tukar antara dua mata uang bergantung pada daya beli relatif mereka. Jadi suatu mata uang akan memiliki nilai daya beli yang sama bila ia dibelanjakan dinegerinya sendiri dan saat dibelanjakan di negara lain setelah mata uang tersebut di konversi.

(41)

24 domestik. Hal ini mendorong menguatnya nilai mata uang domestik atau mata uang domestik terapresiasi. Tetapi jika mata uang memiliki nilai daya beli yang lebih rendah di negerinya sendiri, ini disebut overvalued. Ini menimbulkan keinginan untuk menjual mata uang

domestik dan membeli mata uang asing, jika hal ini terjadi maka mata uang domesti akan terdepresiasi (Richard, 1997: 209).

b. Teori Pendekatan Aset Terhadap Kurs

Dalam teori ini kurs adalah harga relatif dari dua aset yaitu harga uang domestik dan luar negeri. Kurs memungkinkan seseorang membandingkan harga uang domestik dan luar negeri dengan cara memperhitungkan keduanya dalam satuan (mata uang) yang sama. Nilai sekarang dari suatu aset tergantung pada apakah aset tersebut lebih bernilai dimasa depan atau tidak.

Seseorang memiliki banyak pilihan dalam menyimpan berbagai kekayaannya dalam berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menimbun kekayaan atau menabung dalam artian mengalihkan daya beli sekarang ke masa mendatang.

(42)

25 bunga yang ditawarkan dan peluang perubahan selisih kurs mata uang (depresiasi atau apresiasi) yang diminati terhadap mata uang negara lain (Krugman, 2005:41).

B. Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi disetiap negara. Inflasi berperan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada dalam suatu negara. Hal ini terjadi saat kenaikan harga atau inflasi tetapi tidak diiringi kenaikan pendapatan masyarakat sehingga pendapatan riil mereka menurun. Setiap negara selalu berupaya dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkannya, agar inflasi yang terjadi di negara berada pada batas normal yang telah ditetapkan. Inflasi yang selalu berfluktuasi menyebabkan ketidakpastian bagi kesejahteraan masyarakat dan menurunkan daya beli masyarakat akan barang dan jasa (Mankiw, 2006:216). Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan atas seluruh tingkat harga barang dan jasa.

(43)

26 2. Penggolongan Inflasi

a. Berdasarkan asalnya

Berdasarkan asalnya inflasi dapat digolongkan menjadi dua (Boediono,1989:158), yaitu

1) Inflasi berasal dari dalam negeri

Inflasi ini disebabkan karena terjadinya defisit anggaran yang hadapai oleh pemerintah, cara yang dilakukan untuk mengatasi defisit anggaran ini ialah dengan mencetak uang baru. Hal ini menyebabkan harga barang-barang dipasar menjadi mahal karena uang yang ada di masyarakat semakin banyak.

2) Inflasi berasal dari luar negeri

Inflasi ini terjadi sebagai akibat naiknya harga barang-barang impor. Hal ini dapat terjadi jika biaya produksi barang di luar negeri mengalami kenaikan atau terdapat kenaikan tarif impor barang.

b.Berdasarkan Keparahannya

Berdasarkan tingkat keparahannya inflasi dapat digolongkan menjadi beberapa golongan (Boediono, 1989:158), diantaranya yaitu : 1) Inflasi ringan (kurang dari 10%/tahun)

(44)

27 c. Inflasi Berdasarkan Cakupan Harga

Berdasarkan besarnya cakupan pengaruh inflasi terhadap harga, maka inflasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Inflasi tertutup (closed inflation)

Jika inflasi atau kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu arah atau dua arah tertentu saja.

2) Inflasi terbuka (Open Inflation)

Jika kenaikan harga terjadi pada seluruh barang secara umum. 3) Inflasi yang tidak terkendali (hiperinflasi)

Jika kenaikan harga yang terjadi sangat tinggi karena kenaikan harga terus berubah dan meningkat setiap saat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang yang terus merosot.

3. Penyebab Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu inflasi tarikan permintaan dan desakan biaya produksi :

a. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation)

(45)

28 menunjukkan tekanan permintaan digambarkan dengan AD0 dan AD1 tekanan permintaan menyebabkan output perekonomian bertambah, tetapi disertai inflasi, dilihat dari makin tingginya harga umum. Dalam inflasi tidak berarti penawaran (AS) tidak bertambah. Karena walaupun terjadi peningkatan dalam penawaran, jumlanya lebih kecil dibandingkan permintaan (Raharja,2008:265).

(46)

29 b. Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation)

Gambar 2.2 Cost-Push Inflation

(47)

30 4. Indikator Inflasi

Ada beberapa indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu (Raharja, 2008:367), diantaranya adalah :

a. Indeks Harga Konsumen (Consumer price indeks).

Indeks harga konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Nilai IHK diperoleh dengan menghitung harga berbagai komoditas yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu.

Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan mempertimbangan beberapa ratus komoditas bahan pokok. Untuk lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, maka perhitungan IHK dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu dengan mempertimbangkan tingkat inflasi di kota-kota besar, terutama ibukota propinsi-propinsi di Indonesia.

Rumus perhitungan inflasi IHK ialah

Inflasi = IHKt −IHKt−1

(48)

31 b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

IHPB melihat inflasi dari sisi yang berbeda jika dibandingkan dengan IHK, yaitu dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB sering disebut indeks harga produsen (producer price indeks).

Rumus IHPB dalam menhitung inflasi ialah

Inflasi = IHBP −IHPBt−1

IHPB�−1 X 100%

c. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)

GDP adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian dalam kurun waktu tertentu (Mankiw, 2003:16). Sedangkan GDP deflator adalah rasio GDP nominal atas GDP riil, yaitu ukuran dari keseluruahn tingkat harga yang akan menunjukkan biaya sekumpulan barang yang baru diproduksi relatif terhadap biaya kumpulan barang itu pada tahun dasar.

Rumus GDP deflator ialah

GDP defaltor = GDP Nominal GDP Riil

Sedangkan rumus untuk menghitung inflasi dengan menggunakan GDP deflator ialah

Inflasi = IHIt −IHIt−1

(49)

32 C. Investasi

1. Pengertian investasi

Kata Investasi diambil dari bahasa latin investire, berarti ”membajui”, yang merupakan bayangan yang sesuai mengenai bagaimana investasi bisnis berlangsung. Investasi memungkinkan suatu perusahaan, suatu perekonomian nasional atau suatu wilayah, untuk memperoleh aset (nyata) yang diperlukan untuk memproduksi barang dan jasa (Curry,2001:58).

Investasi sering juga disebut sebagai penanaman modal atau pembentukan modal dan merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sadono, 2003:121).

Investasi adalah pembelian (dan berarti produksi) dari kapital modal barang – barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Investasi juga merupakan suatu komponen dari PDB (http://id.wikipedia.org/wiki/Investasi).

(50)

33 Investasi ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya (Sadono, 2003,:122) ialah

a. Tingkat keuntungan yang diramalkan dan di peroleh.

b. Suku bunga dan tingkat pengembalian modal atau prospek keuntungan. c. Ramalan keadaan ekonomi di masa depan.

d. Kemajuan teknologi.

e. Tingkat pendapatan nasional, dan f. Keuntungan perusahaan.

2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimilki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang disediakan guna menjalankan sesuatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang mengatur mengenai pengertian Modal Asing.

(51)

34 perusahaan nasional, maka hal tersebut dapat dilihat dar kepemilikan modalnya. Perusahaan Nasional adalah perusahaan yang sekurang-kurangnya 51 persen dari modal dalam negeri yang ditanam di dalamnya dimiliki oleh negara atau swasta nasional. Jika dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT), maka sekurang-kuranggnya persentase 51 persen dari jumlah saham harus saham atas nama. Berdasarkan ketentuan yang berlaku, persentase itu harus selalu ditingkatkan menjadi sebesar 75 persen. Sedangkan perusahaan yang tidak memenuhi ketentuan adalah termasuk perusahaan asing.

Pengembangan investasi-investasi daerah dalam memacu pertumbuhan PMDN, sangat penting untuk di tingkatkan. Sebab PMDN merupakan bentuk arus modal yang berasal dari dalam negeri sehingga dengan meningkatnya PMDN di harapkan investor-investor dalam negeri dapat bersaing dengan investor asing.

3. Penanaman Modal Asing (PMA)

(52)

35 Investasi langsung ialah investasi yang melibatkan pihak investor secara langsung dalam menjalankan usahanya, sehingga pihak investor asing ikut ambil bagian dalam usaha menetapkan tujuan dan kebijakan perusahaan. Sedangkan investasi tidak langsung ialah investasi keuangan yang dilakukan di luar negeri. Investor membeli uang atau ekuitas, dengan harapan mendapat manfaat dari investasi tersebut. Contoh dari bentuk investasi ini adalah pembelian obligasi.

Penanaman modal asing adalah penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 1 tahun 1967 dan yang digunakan menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanam modal tersebut (Widjaya, 2000:25).

Pengertian modal asing sendiri dapat diartikan menjadi beberapa, diantaranya yaitu :

a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

(53)

36 c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1967 diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

Investasi asing langsung sangat penting peranannya bagi perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu sumber untuk peningkatan devisa negara, investasi asing langsung juga berfungsi sebagai transfer teknologi, keterampilan manajemen dan lapangan kerja baru. Investasi asing langsung juga memberikan beberapa kelebihan, antara lain ialah investasi asing lebih memberikan rasa aman bagi negera yang menjadi tuan rumah dari resiko-resiko yang terjadi akibat perkembangan perekonomian kotemporer yang seringkali dramatis, terutama akibat perubahan apresiasi mata uang.

(54)

37 menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan akan mendorong pada peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

D. Krisis Ekonomi

Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi yang cukup hebat sekitar tahun 1997-1998. Krisis finansial yang pertama terjadi di thailand pada bulan juli tahun 1997, yang menyebabkan nilai mata uang, harga saham dan asset beberapa negara merosot tajam. Terdepresiasi mata uang bath Tahiland, sebagi awal dari krisis asia yang menyebabkan kepanikan regional.

(55)

38 Krisis ekonomi tersebut juga berdampak luas pada seluruh sektor ekonomi di Indonesia, diantaranya ialah penurunan permintaan terhadap tenaga kerja khususnya pada sektor konstruksi dan manufaktur. Pemutusan hubungan kerja oleh banyak perusahaan, sehingga meningkatkan tingkat pengangguran. Pemerintah Indonesia juga berupaya untuk mengatasi tekanan spekulasi atas mata uang rupiah dengan memperlebar ambang batas intervensi (band intervention) dari 7 persen menjadi 13 persen pada juli 1997. Dan akhirnya, pemerintah Indonesia mengumumkan penggunaan sistem nilai tukar mengambang bebas pada agustus 1997. Kebijakan tersebut ditunjang dengan berbagai kebijakan lain. pengetatan uang beredar, dan menurunkan tarif impor, tetapi kebijakan tersebut dianggap masih belum untuk mengendalikan krisis ekonomi yang melanda indonesia. Untuk menanggulangi hal ini pemerintah indonesia bekerja sama dengan IMF, dan berupaya mengeluarkan berbagai solusi untuk mengatasi krisis ekonomi yang melanda indonesia ini.

E. Penelitian Terdahulu

(56)

39 Tabel 2.1

Penelitian Sebelumnya

No Peneliti, Tahun

(57)
(58)
(59)

42

Triyono (2008) dengan penelitiannya yang berjudul ”Analisis Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

(60)

43 Tri & Hidayat (2005), dengan penelitiannya yang berjudul ”Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah”, kurun waktu yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Januari 2000 sampai dengan Juni 2005, sedangkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar Rp/US$, Wholesale Price Index (WPI) Indonesia dan USA, jumlah uang beredar, PDB riil, tingkat suku bunga, dan neraca perdagangan. Penelitian ini berfokus pada identifikasi variabel-variabel penentu nilai tukar rupiah dan pemilihan model terbaik untuk untuk perkiraan nilai tukar rupiah di masa yang akan datang. Hasil dari penelitian ini adalah variabel yang berpengaruh terhadap nilai tukar Rp/dollar adalah selisih pendapatan riil Indonesia dan Amerika, selisih inflasi Indonesia dan Amerika, selisih tingkat suku bunga Indonesia dan Amerika dan nilai tukar rupiah terhadap dollar satu bulan sebelumnya (lag-1). Sedangkan selisih jumlah uang beredar Indonesia dan Amerika belum menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar.

(61)

44 Indra Suhendra (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Faktor Fundamental, Faktor resiko dan Ekspektasi Nilai Tukar terhadap Nilai Tukar Rupiah (Terhadap Dolar) Pasca Penerapan Kurs Mengambang Bebas Pada Tanggal 14 Agustus 1997. Penelitian ini dilakukan pada periode seprtember 1997 sampai dengan Desember 2001), dengan variabel penelitian yaitu nilai tukar sebagai variabel independen dan variabel dependen terbagi dua yaitu variabel dependen sebagai faktor fundamental ialah perbedaan tingkat bunga kedua negara, Tingkat harga relatif, GDP riil, penawaran uang, cadangan devisa, Investasi asing langsung, investasi asing tidak langsung, pertumbuhan utang luar negeri, pembayaran uatng swasta, total nilai ekspor dan total nili impor. Sedangkan vriabel depdende sebagai faktor resiko dan ekspektasi ialah indeks resiko negara dan Nilai tukar rupiah terhadap dolar dimasa depan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan metode error corection model (ECM). Hasil penelitian ini adalah tingkat harga, GDP riil, penawaran uang, cadangan devisa, investasi asing langsung, pertumbuhahn utang luar negeri, pembayaran uatang swasta, ekspor dan impor berpengaruh positif terhadap nilai tukar dalam jangka panjang, sedangkan untuk variabel yang berpengaruh positif dalam jangka pendek adalah tingkat harga.

Noer dkk., (2010), dalam penelitiannya yang berjudul ”hubungan antara

(62)

45 di di beberapa negara. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar, pengeluaran pemerintah, inflasi luar negeri, perubahan mata uang domestik, dan inflasi domestik.

Hafeez dkk., (2010), dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Arus

Masuk Penanaman Modal Asing Terhadap Keseimbangan Nilai Tukar Di Pakistan”. Periode penelitiannya adalah dari Juli 1993 sampai dengan Maret

2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kurs dengan Index produksi industrial, export, aliran masuk FDI, pekerja, nilai tukar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan Produksi, FDI dan pekerja berpengaruh positif terhadap nilai tukar, sedangkan export berpengaruh negatif.

Chriztoper dkk., (2010), dalam penelitiannya yang berjudul ”Inflsi dan

nilai tukar pada perekonomian terbuka kecil di Amerika Latin. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel independen berpengaruh terhadap nilai tukar.

F. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid, 2009:26).

(63)

46 kemudian investasi yang terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing. berpengaruh terhadap Nilai Tukar Rupiah sebagai variabel terikatnya. Kenaikan harga barang merupakan penyebab terjadinya inflasi. Menurut teori kuantitas paritas daya beli, naiknya harga barang menyebabkan kurs terdepresiasi. Hal ini menyebabkan berkurangnya barang dan jasa yang dapat dibeli dan menyebabkan berkurangnya mata uang lain yang dapat diperoleh.

Di sisi lain, investasi juga berpengaruh terhadap perubahan nilai tukar. Meningkatnya investasi baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri akan mendorong terapresiasinya nilai tukar. Hal ini karena kenaikan investasi tersebut akan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara sehingga dengan pertumbuhan ekonomi yang baik, diharapkan pergerakan nilai tukar rupiah juga dalam keadaan yang stabil. Selain itu masuk nya modal asing juga akan berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran nilai tukar domestik dengan nilai tukar asing. Masuknya investasi asing menyebabkan permintaan terhadap mata uang dalam negeri meningkat sehingga nilai tukar mata uang domestik akan terapresiasi.

(64)

47 Gambar 2.3

Kerangka Berpikir

Pengaruh Inflasi dan Investasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah di Indonesia

Variabel Independn : perhatian penting dalam perekonomian suatu negara, karena melemah dan menguatnya kurs akan berdampak pada variabel makro ekonomi lainnya.

Perumusan Masalah

1.Menentukan seberapa besar pengaruh Inflasi terhadap kurs.

2.Menentukan seberapa besar pengaruh Investasi (PMDN dan PMA) terhadap kurs.

3.Menentukan seberapa besar pengaruh Dummy Crisis terhadap kurs.

Tujuan

1. Mengetahui bagaimana pengaruh inflasi dan investasi secara individu terhadap nilai tukar rupiah.

2. Mengetahui bagaimana pengaruh inflasi dan investasi secara bersama-sama terhadap nilai tukar rupiah.

(65)

48 G. Hipotesis

Beradasarkan uraian perumusan masalah diatas, maka penulis mengajukan hipotesis untuk dilakukan pengujian ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dan hasil hipotesis sementara dari penelitian ini ialah :

1. Inflasi diduga berpengaruh signifikan dan positf terhadap nilai tukar rupiah. Kenaikan inflasi akan menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi terhadap dollar di Indonesia.

H1:β1 ≠ 0 Artinya, Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar rupiah.

H0:β1 = 0 Artinya, Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar

2. PMDN diduga berpengaruh signifikan dan negatif terhadap nilai tukar rupiah. Kenaikan PMDN akan menyebabkan nilai tukar rupiah terapresiasi terhadap dollar di Indonesia.

H1:β2 ≠ 0 Artinya, PMDN berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar rupiah.

H0:β2 = 0 Artinya, PMDN tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar

(66)

49 H1:β3 ≠ 0 Artinya, PMA berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

tukar rupiah.

H0:β3 = 0 Artinya, PMA tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar

4. Krisis ekonomi diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai tukar rupiah. Kenaikan krisis ekonomi akan menyebabkan nilai tukar rupiah terapresiasi terhadap dollar AS di Indonesia.

H1:β4 ≠ 0 Artinya, krisis ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar rupiah.

H0:β4 = 0 Artinya, krisis ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar

5. Inflasi, PMDN, PMA dan Krisis ekonomi diduga secara bersama-sama berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai tukar rupiah.

H1:β4 ≠ 0 Artinya, inflasi, PMDN, PMA. dan krisis ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar rupiah. H0:β4 = 0 Artinya, Inflasi, PMDN, PMA, dan krisis ekonomi tidak

(67)

50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan data kuantitatif. Dimana data kuantitatif adalah data yang bersifat numerik atau angka (Lukman,2007:4). Penelitian ini menggunakan studi literature tentang pengaruh inflasi, PMDN, PMA serta krisis ekonomi 1998 (dummy variabel) terhadap nilai tukar rupiah per dollar AS di Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi time series dari tahun 1983-2009. Serta pengolahan data dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dan dan alat pengolahan data menggunakan eviews 5.

B. Metode Pengumpulan Sampel

Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro,2003:104). Sedangkan sampling,adalah proses memilih sejumlah elemen dari sebuah populasi yang mencukupi untuk mempelajari sampel dan memahami karakteristik elemen populasi.

Sampel yang baik pada umumnya memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut ialah (Kuncoro, 2003:105) :

(68)

51 2. Sampel yang baik menidentifikasikan setiap probabilitas dari setiap unit

analisis untuk menjadi sampel.

3. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan pengaruh dalam pemilihan sampel dari pada harus melakukan sensus. 4. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung derajat

kepercayaan yang diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika.

Proses pemilihan sampel merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan. Adapun tahapan dalam penentuan sampel adalag sebagai berikut (Kuncoro, 2003:108) :

1. Penentuan Populasi

2. Penentuan Unit Pemilihan Sampel 3. Penentuan Kerangka Pemilihan Sampel 4. Penentuan Desain sampel

5. Penentuan Jumlah Sampel 6. Pemilihan Sampel

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari data-data statistik yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS).

(69)

52 D. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan model regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square), dengan rumussan model penelitian sebagai berikut :

ER = α + 1IHK + 2PMDN + 3PMA + 4DM + μi

Untuk menstandarkan data, model diatas kemudian di transformasikan kedalam bentuk persamaan logaritma natural, persamaannya adalah sebagai berikut :

LogER = α + β1LogIHK + β2LogPMDN +β3LogPMA + β4DM + μi Keterangan :

ER : Nilai Tukar Rupiah/Dollar AS IHK : Indek Harga Konsumen

PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri PMA : Penanaman Modal Asing

DM : Dummy Crisis

DM = 0 (Sebelum Krisis Ekonomi) DM = 1 (Setelah Krisis Ekonomi) α : Intercept / Konstan

i : Observasi ke i

μ : Kesalahan yang disebabkan oleh faktor acak

(70)

53 Metode pangkat kuadrat terkecil (OLS) diperkenalkan pertama kali oleh seorang ahli matematika dari jerman, yaitu Carl Fredich Gaus. Metode OLS adalah metode untuk mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan dari setiap observasi terhadap garis tersebut (Kuncoro, 2003:216).

Menurut Widarjono, 2007:23-25, metode OLS adalah metode mencari nilai residual sekecil mungkin dengan menjumlahkan kuadrat residual. Metode kuadrat terkecil akan menghasilkan estimator yang mempunyai sifat tidak bias, linier dan mempunyai varian yang minimum atau BLUE, yaitu

a. Best adalah yang terbaik

b. Linier Adalah kombinasi linier dari data sampel. Jika ukuran sampel ditambah maka hasil nilai estimasi akan mendekati parameter yang populasi sebenarnya.

c. Unbiased adalah rata-rata atau nilai harapan atau estimasi sesuai dengan nilai yang sebenarnya.

d. Efficient estimator adalah memiliki varians yang minimum diantara pemerkira lain yang tidak jelas.

(71)

54 meiliputi uji signifikansi parameter individu (uji statistik t), uji sinifikan simultan (uji statistik F), dan uji koefisien determinasi (R2).

1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah model yang diteliti mengalami penyimpangan asumsi klasik atau tidak, maka pengadaan terhadap penyimpangan asumsi klasik tersebut harus dilakukan, penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut diatas akan menyebabkan uji statistik uji t dan uji F yang dilakukan menjadi tidak valid dan secara statistik akan mengacaukan kesimpulan yang diperoleh, Uji Asumsi Klasik yang dilakukan meliputi :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual variabel dependen dan independen berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas ini menggunakan normality histogram (Insukindro, 2003:61).

(72)

55 b. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu. Karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi data masa sebelumnya. Jika data yang di analisis mengandung autokorelasi maka menyebabkan estimator bersifat LUE, tidak lagi BLUE.

Pengujian terhadap gejala auotokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW) dan uji Breusch-Godfrey. Uji Durbin Watson (DW) dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai d (yang menggambarkan koefisien DW). Nilai d akan berada pada kisaran 0 hingga 4, seperti pada tabel 3.1 di bawah ini :

(73)

56 tertentu. Jika Obs*R2 < X2 tabel maka Ho di tolak (ada autokorelasi) atau jika nilai probability > 0,05 atau α=5 persen, maka tidak ada autokorelasi (Winarno, 2007:5.25).

c. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas adalah keadaan dimana faktor penggangu tidak memilki varian yang sama (Winarno, 2007:5.8). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengetahui masalah heterokedastisitas adalah dengan uji white. Asumsi yang digunakan ialah jika nilai χ2 hitung (Obs*R-Squared) < χ2 tabel atau variabel penggangu dan persamaan regresi mempunyai varian yang sama maka uji white test tidak memiliki masalah heterokedastisitas. Atau dapat diketahui dengan melihat nilai probablity, jika nilai probability Obs*R-Sqauared > 0,05 atau α 5%, maka tidak terdapat masalah

heterokedastisitas.

d. Uji Linieritas

(74)

57 Asumsi yang digunakan ialah jika probalitas F Statistik > α = 5 pernsen (0,05), maka maka model adalah linier, dan sebaliknya jika probalitas F Statistik > α = 5 persen (0,05), maka mengandung masalah

ketidak linieran.

e. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linear antara variabel independen. Kondisi terjadinya multikolinearitas dapat ditunjukkan dengan berbagai informasi berikut, yaitu :

1) Nilai R2 tinggi, tapi variabel independen banyak yang tidak signifikan.

2) Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel independen. Apabila koefisiennya rendah maka tidak terdapat multikolinearitas. 3) Dengan melakukan regresi auxiliary. Regresi ini dapat digunakan

untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel, sebagai variabel dependen dan variabel independen lain tetap diperlakukan sebagai variabel independen.

(75)

58 antara variabel independen yang digunakan dalam model penelitian (Widarjono, 2007:117).

2. Uji Statistik

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individu dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji statistik ini meliputi Uji t, Uji F dan Koefisien Determinasi (R2).

a. Uji Siginifikansi Individual (Uji t-Statistik)

Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan variabel yang lain konstan. Untuk menguji pengaruh setiap variabel independen tersebut, maka nilai t hitung harus di bandingkan dengan nilai t tabel.

Untuk nilai t tabel dapat diperoleh dengan melihat tabel distribusi untuk α = 0,05 dan derajat n – k. Maka dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut :

Ho : βi = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen)

Ha : βi ≠ 0 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen)

(76)

59 derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai t-tabel dengan t-hitungnya. Jika nilai probability < 0,05 atau α=5 persen dan jika nilai t-hitung lebih tinggi dari t-tabel yang berarti menolak Ho dan menerima Ha dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependennya dan sebaliknya (Kuncoro, 2003:219).

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F-Stastik)

Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Widarjono,2007:73). Maka dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut :

1) Jika F-hitung < F tabel, maka Ho diterima yang berarti secara bersama-sama variabel independen secara signifikan tidak dipengaruhi variabel dependen.

2) Jika F-hitung > F tabel, maka Ha ditolak yang berarti secara bersama-sama variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Selain dengan cara diatas, uji-F juga dapat dilakukan dengan cara Quick Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaan

Gambar

Tabel 1.1 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah/Dollar AS (Kurs),
tabel 1.1 menunjukkan bahwa indeks harga konsumen pada tahun 2005 berada
tabel 1.1 menunjukkan investasi yang ada di Indonesia dari tahun 2005 sampai
Gambar 2.1 Demand Pull Inflation
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel konsep produk tidak berpengaruh dikarenakan berdasarkan model perilaku konsumen yang dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk (2004), konsep produk sebagai

membran dengan metode ini adalah polimer yang digunakan harus larut pada. pelarutnya atau

Mahapatih Gajahmada kemudian mendekati Sang Prabu Brawijaya dengan isak tangisnya sambil berkata, “Prabu, batalkan putusan Paduka Raja untuk menghukum mati putranda, Raden

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik hipotesis yang diajukkan dalam penelitian ini didukung oleh teori sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

bahwa sehubungan dengan telah dioperasikannya Terminal Bis - Kota Tasikmalaya, maka untuk terselenggaranya pelayanan angkutan penumpang umum yang memadai di Kota

Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah menentukan waktu mulai terjadinya liquid loading untuk suatu reservoir dan sistem sumur hipotetik dengan melihat laju

(2) Untuk mendapatkan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, pegawai wanita yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang

Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian, bahwa sebanyak 74,99% responden menjawab “Ya” yang terletak antara (50,01% - 100%).Sehingga hipotesis yang