(STUDI KASUS DI KOMUNITAS HOMESCHOOLING KAK SETO)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh: Arif Rachman 109013000045
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di Komunitas Kelas VIII SMP Homeschooling
Kak Seto, Parigi Lama – Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Studi Kasus di Komunitas
Homeschooling Kak Seto mengenai Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Masalah terfokus pada Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa dan Sastra Indonesia.
Penelitian ini dilakukan di Komunitas Homeschooling Kak Seto. Populasi penelitian adalah siswa di Homeschooling Kak Seto yang berjumlah 201 siswa. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 10% dari populasi yang ada, dengan demikian sampelnya berjumlah 20 siswa. Peneliti melakukan penyebaran angket ke 20 siswa dengan 20 item pertanyaan dan melakukan wawancara dengan salah satu siswa di Homeschooling Kak Seto.
Metode penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif analisis untuk memperoleh gambaran tentang suatu kenyataan mengenai hubungan antara persepsi siswa terhadap keterampilan pedagogik guru bahasa dan Sastra Indonesia di Komunitas Homeschooling Kak Seto Pusat dengan menggunakan rumus frekuensi relatif.
Penelitian membuktikan bahwa kompetensi pedagogik guru bahasa dan sastra Indonesia di Komunitas Homeschooling Kak Seto menunjukkan positif. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase angket pernyataan positif sebesar 60%, sedangkan pernyataan negatif sebesar 40%.
ii
Competence Indonesian Language and Literature Teacher in Community Junior High Eighth Grade Homeschooling Kak Seto”, Pondok Aren - Parigi Lama, South Tangerang. Thesis. Jakarta: Indonesian Language and Literature., Faculty of Tarbiyah and Science Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.
The purpose of this research is to determine Case Study in Homeschooling Kak Seto on Student Perceptions of the Pedagogic Competence Language and Literature Teachers Indonesia. Problem focused on Student Perceptions of the Pedagogic Competence Language and Literature Teachers Indonesia.
This research was conducted in the Community Homeschooling Kak Seto. The study population is students in Homeschooling Kak Seto totaling 201 students. In this study the authors took a sample of 10% of the population, thus the sample amounted to 20 students. Researchers conducted a questionnaire to 20 students with 20 items of questions and conduct interviews with one of the students in Homeschooling Kak Seto.
The research method used quantitative research methods descriptive analysis approach to obtain a picture of the reality of the relationship between students 'perceptions of teachers' pedagogical skills of language and Literature Indonesia in Homeschooling Kak Seto Community Centre using the formula relative frequency.
Research shows that pedagogical competence Indonesian language and literature teacher in Community Homeschooling Kak Seto showed positive. It can be seen from the percentage of positive statements questionnaire by 60%, while the negative statements by 40%.
iii
yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat, dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa
cahaya bagi kehidupan, penerang kegelapan, dan penyegar kegersangan. Semoga
kita termasuk umat yang mendapatkan syafaat di yaumil akhir. Aamiin
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari, bahwa dalam menyusun skripsi
ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang menanamkan jasa dan kebaikan budi
kepada penulis, di antaranya:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Makyun Subuki, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
3. Dona Aji Kurnia, M.A., Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
4. Dr. Nuryani, M.A., Dosen Pembimbing yang tulus memberikan arahan
dan bimbingan terhadap penyelesaian skripsi.
5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan
bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis belajar di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh petugas perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang telah membantu penulis dalam penyediaan
iv
SMP tersebut, memberikan bantuan dan informasi sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Orang tua tercinta Ibunda Siti Komariyah dan Ayahanda tercinta Alm.
Udin Syamsudin yang telah banyak memberikan kasih sayang, cinta,
pengertian, motivasi, dan bantuan berupa moril dan materil yang tidak
putus-putus, semua itu tidak akan pernah terbalas. Semoga Allah SWT
selalu menjaga dan membekahi mereka.
9. Kakak serta adik tercinta, Iwan Warya, S.Ap., dan Ratih Fazriyah, yang
telah rela dan ikhlas membantu memberikan motivasi, doa, dan bantuan
baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
10.Teman-teman PBSI Angkatan 2009, terlebih kepada sahabat pandawa
lima (Zaki, Zainal, Tantowi, Fadhlan, Bayu, Bohari) yang selalu
memberikan kecerian dikala penulis menemui kegundahan dan selalu
memberikan solusi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
11. Sahabat-sahabat hebatku Meri Kusriyani, S.H., yang telah memberikan
solusi dan arahan, Anggit Robby Rahmudi yang telah menemani dan
membantu penulis dalam memberikan saran dan semangat sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
12.Sahabat sekaligus keluarga di Homeschooling Kak Seto, terlebih kepada TIM HOBA (Kak Aldi, Kak Ozi, Kak Pendi, Kak Sam, Kak Mirna, Kak
Siska, Kak Erna, Kak Hanifah, Kak Ani, Kak Farida, Kak Anwar, Kak
Lina, Kak Devi, dan Kak Huda) yang selalu memberikan keceriaan,
arahan, motivasi, dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
13.Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang kalian berikan,
dapat tergantikan oleh pahala dan rezeki berupa apa pun dari Allah
v
Jakarta, 26 Juli 2016
vi
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah... 4
D. Rumusan Masalah... 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI ... 6
A. Kajian Teori ... 6
1. Hakikat Persepsi ... 6
a. Pengertian Persepsi... 6
b. Prinsip Persepsi ... 7
c. Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi ... 10
d. Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi ... 11
e. Perubahan Persepsi ... 14
2. Kompetensi Pedagogik ... 15
a. Pengertian Kompetensi... 15
b. Pengertian Pedagogik ... 17
c. Pengertian Guru ... 18
d. Guru Bahasa Indonesia yang Ideal ... 20
vii
A. Metode Penelitian ... 23
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
C. Populasi dan Sampel ... 23
D. Teknik Pengumpulan Data ... 24
E. Instrumen Penelitian ... 25
F. Variabel Penelitian ... 26
G. Teknik Pengolahan Data ... 26
H. Teknik Analisis dan Interpretasi Data... 27
I. Sumber Data... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Gambaran Umum Homeschooling Kak Seto... 29
1. Profil Sekolah ... 29
2. Filosofi, Visi, Misi, dan Output ... 32
B. Deskripsi dan Analisis Data ... 39
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 62
A. Simpulan ... 62
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... ... 64 LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
Tabel 1 Skor Penilaian ... 26
Tabel 2 Angka Persentase ... 27
Tabel 3 Jumlah Siswa SMP Komunitas Homeschooling
Kak Seto ... 31
Tabel 4 Gambaran umum Homeschooling Kak Seto ... 32
Tabel 5 Guru SMP Komunitas Homeschooling Kak Seto ... 34
Tabel 6 Sarana dan prasarana Komunitas Homeschooling
Kak Seto ... 36
Tabel 7 Guru dekat dengan siswa baik di dalam maupun
di luar kelas ... 39
Tabel 8 Guru dapat menjalankan pembelajarandi dalam kelas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh
masing-masing siswa ... 40
Tabel 9 Guru memanfaatkan fasilitas atau media yang tersedia di dalam kelas sebagai alat atau sumber
pembelajaran ... 41
Tabel 10 Guru dapat berperan sebagai fasilitator dan
motivator baik di dalam maupun di luar kelas ... 42
Tabel 11 Guru mengetahui dan mampu memaksimalkan
bakat yang dimiliki oleh siswa... 43
Tabel 12 Guru selalu menyampaikan tujuan pembelajaran
sebelum menyampaikan materi ... 44
Tabel 13 Guru dapat membantu apabila siswa mengalami
kesulitan belajar ... 45
Tabel 14 Guru mampu memaksimalkan kreativitas siswa dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum
ix
membosankan karena selalu diselingi permainan
yang menyenangkan ... 48
Tabel 17 Guru selalu memberikan apresiasi terhadap pembelajaran yang dialami siswa baik di dalam
maupun di luar kelas ... 49
Tabel 18 Guru tidak mengetahui sifat atau kepribadian
masing-masing siswa ... 50
Tabel 19 Guru selalu menyampaikan materi yang sulit
dipahami oleh siswa ... 51
Tabel 20 Guru selalu menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga terasa
membosankan ... 52
Tabel 21 Guru hanya dapat menyampaikan materi tanpa
memperhatikan kesulitan yang dialami oleh siswa ... 53
Tabel 22 Guru tidak dapat mengembangkan bakat yang
dimiliki oleh siswa ... 54
Tabel 23 Di dalam pembelajaran, guru lebih aktif
dibandingkan siswa ... 55
Tabel 24 Hampir disetiap pembelajaran guru tidak memberikan permainan agar siswa tidak merasa
jenuh ... 56
Tabel 25 Guru jarang melibatkan siswa untuk aktif dalam
kegiatan pembelajaran ... 57
Tabel 26 Setelah kegiatan pembelajaran guru jarang
mengevaluasi pembelajaran siswa ... 59
Tabel 27 Rekapitulasi angket persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru bahasa Indonesia di
1
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sangat berperan penting dalam pembinaan bahasa Indonesia.
Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia harus ditekankan di setiap bidang
pendidikan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan di Indonesia disampaikan
dengan bahasa Indonesia dalam setiap mata pelajaran. Sekolah sebagai tempat
berkumpulnya siswa yang berlatar belakang berbeda-beda antara satu dengan
lainnya, baik dari segi psikologis, seperti persepsi, bakat, dan minatnya. Maka,
akan memunculkan persepsi siswa yang berbeda terhadap pembelajaran yang
dibawakan oleh guru.
Tidak dapat disangkal bahwa dalam pembelajaran seseorang dipengaruhi
oleh banyak faktor, sehingga bagi siswa menjadi penting untuk mengetahui faktor
yang dimaksud. Hal ini menjadi lebih penting tidak hanya bagi siswa, tetapi juga
bagi guru di dalam mengatur dan mengendalikan faktor yang mempengaruhi
pembelajaran hingga dapat terjadi proses pembelajaran yang optimal.
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan pembelajaran yang
sangat penting bagi siswa, karena di dalamnya memiliki beberapa aspek yang
harus dipelajari oleh siswa. Aspek tersebut tersebut meliputi aspek mendengarkan,
aspek berbicara, aspek membaca, dan aspek menulis. Aspek-aspek tersebut
diarahkan untuk memotivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Cara untuk membuat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menjadi
menarik bagi siswa, selain media dan metode, peran seorang guru dalam
menyajikan materi pelajaran juga menjadi penentu keberhasilan belajar siswa.
Oleh karena itu, dibutuhkan guru yang memiliki kompetensi dalam menyajikan
materi yang dapat menarik perhatian belajar siswa.
Setiap siswa tentu memiliki pemikiran atau persepsi masing-masing
tentang suatu objek yang telah diamati. Persepsi bisa juga disebut dengan
pandangan atau pemahaman yang merupakan perasaan senang atau kecewa siswa
membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil dalam
hal ini bagaimana kompetensi pedagogik guru bahasa dan sastra Indonesia dalam
menyampaikan materi pelajaran.
Penulis mencoba untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap
kompetensi pedagogik guru bahasa dan sastra Indonesia. Karena dengan
mengetahui persepsi siswa itu dapat mempengaruhi proses pembelajaran,
khususnya bahasa Indonesi, sehingga guru atau semua pihak yang berkecimpung
di dunia pendidikan dapat mengetahui bahwa sebenarnya cara penyampaian
materi yang baik dan mudah dimengerti oleh siswa sehingga terjadi pembelajaran
yang efektif dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa seperti apa
dan menjadi sebuah masukan untuk para guru agar lebih baik lagi dalam
menjalankan pembelajaran di sekolah.
Peran sentral guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan sulit
diabaikan. Guru secara khusus sering diistilahkan sebagai jiwa bagi tubuh
pendidikan1. Pendidikan tidak akan berarti apa-apa tanpa kehadiran guru. Namun,
peran tenaga kependidikan lainnya tidak kalah penting. Bahkan kemampuan kerja
kolektif yang ditunjukkan oleh semua elemen tersebut menjadi kunci sukses
proses pendidikan di sekolah.
Keberadaan guru yang profesional tidak bisa ditawar-tawar lagi. Guru
yang profesional adalah guru yang memiliki sejumlah kompetensi yang dapat
menunjang tugasnya. Setidaknya ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi
kepribadian, dan kompetensi sosial. Dalam hal menyampaikan materi yang dapat
menarik perhatian belajar siswa, guru harus memiliki kompetensi pedagogik.
Sebagai unsur yang penting dalam suatu pendidikan, guru sebagai
pengajar diharapkan memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya. Hal ini
setidaknya dapat mempermudah dalam memberikan pengetahuan kepada siswa
yang dapat menjembatani rasa ingin tahu atau senang dalam belajar pada mereka.
1
Di samping tugasnya untuk menerangkan hal yang terdapat dalam buku
menjadi lebih menarik, guru juga harus mendorong dan membimbing siswa dalam
usaha mereka melakukan dan mencapai tujuan yang diinginkan sehingga guru
menjadi suri tauladan bagi siswa. Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah,
secara global dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor internal (dari dalam
siswa), faktor eksternal (dari luar siswa), dan faktor pendekatan belajar (approach learning).2 Ketiga faktor ini memiliki keunggulan tersendiri dalam peningkatan kualitas bagi seorang siswa. Namun, secara umum ketiganya dapat saling
mempengaruhi antara satu dengan yang lain.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui
persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru dalam mengajar bahasa dan
sastra Indonesia dan bagaimana hubungannya dengan kegiatan pembelajaran
siswa, yang akan diuji kebenarannya melalui penelitian. Adapun judul penelitian
ini adalah:
“Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Dan Sastra Indonesia”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka ada
beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut:
1. Persepsi siswa Homeschooling Kak Seto terhadap proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang masih kurang optimal.
2. Kurang maksimalnya guru dalam menyampaikan materi pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas.
3. Persepsi siswa Homeschooling Kak Seto terhadap kompetensi pedagogik guru dalam mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia.
2
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan masalah dalam penelitian ini lebih terarah dan fokus,
penulis membatasi masalah pada:
1. Persepsi siswa Homeschooling Kak Seto terhadap proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang masih kurang optimal.
2. Persepsi siswa Homeschooling Kak Seto terhadap kompetensi pedagogik guru dalam mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang
disebutkan di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya, yaitu “Bagaimana persepsi siswa Homeschooling Kak Seto terhadap kompetensi pedagogik guru dalam mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui persepsi siswa
Homeschooling Kak Seto terhadap kompetensi pedagogik guru dalam mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia.
2. Manfaat
a. Teoretis
Diharapkan dapat menambah atau memperkaya kepustakaan pendidikan,
khususnya mengenai persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia, serta dapat menjadi bahan masukan bagi mereka
yang berminat menindaklanjuti hasil penelitian yang berbeda dan dengan sampel
yang lebih banyak.
b. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi kepala sekolah
dan guru untuk dapat meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar Bahasa dan
yang dimiliki guru, maka makin baik pula kualitas pembelajaran yang terjadi.
Bagi siswa manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sikap dan
pandangan positif terhadap mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dengan
demikian mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dapat diaplikasikan di
6
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.Kajian Teori
1. Hakikat Persepsi a. Pengertian Persepsi
Kata “persepsi berasal dari kata “perception” yang berarti “penglihatan,
tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu yang diawali dengan
penginderaan kemudian di transfer ke otak.”1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah “proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.”2
Persepsi dalam arti sempit ialah pengelihatan, bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah “pandangan atau
pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.”3
Alisuf Sabri mendefinisikan persepsi sebagai proses di mana individu
dapat mengenali objek, dan fakta-fakta objektif dengan menggunakan alat-alat
indera. “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan.”4
Sedangkan menurut Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab,
“persepsi didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar
akan diri kita sendiri.”5
Seseorang menangkap berbagai gejala di luar dirinya melalui lima indera
1
Jhon M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2000), Cet. 24, h. 424
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet. 2, h. 863
3
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), Cet.2, h. 445 4
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung: Rosda Karya, 2008), Cet.26, h. 51 5
yang dimiliki. Proses penerimaan rangsangan ini disebut penginderaan
(sensation). Akan tetapi, pengertian akan lingkungan atau dunia di sekitarnya bukan sekedar hasil penginderaan saja, ada unsur interpretasi terhadap rangsangan
yang diterima. Interpretasi ini menyebabkan seseorang menjadi subjek dari
pengalamannya sendiri. Rangsang-rangsang yang diterima dan inilah yang
menyebabkan seseorang mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan.
Proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun
peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti disebut persepsi. “Persepsi
bukan sekedar penginderaan, karena persepsi terjadi setelah suatu penginderaan.”6
Berdasarkan definisi persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa, persepsi
adalah aktivitas yang integrated dalam diri individu. Apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, persepsi dapat
dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman individu
yang tidak sama. Dengan demikian dalam mempersepsi sesuatu stimulus atau
rangsangan, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan
individu lain. Oleh sebab itu, individu (siswa) yang persepsinya positif tentang
objek, ia akan bertingkah laku positif tentang objek itu.
Persepsi siswa terhadap pelajaran bahasa dan sastra Indonesia akan
mempengaruhi prestasi belajar, jika siswa dalam belajar berperilaku positif.
Apabila siswa memiliki persepsi yang positif atau baik terhadap mata pelajaran
bahasa dan sastra Indonesia tersebut, maka ia akan memiliki prestasi belajar yang
baik atau positif, demikian juga sebaliknya.
b. Prinsip-prinsip Persepsi
Prinsip-prinsip persepsi merupakan prinsip pengorganisasian berdasarkan
teori gestalt. Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti keseluruhan. Dalam
mengamati suatu objek sesungguhnya pikiran melihat objek itu secara
keseluruhan dan bukan mengamatinya berdasarkan unsur terkecil dari objek
tersebut. “Dalam menjelaskan persepsi ini teori gestalt memperkenalkan lima
6
buah hukum organisasi (prinsip-prinsip organisasi) sebagai berikut:”7
1) Hukum Pragnanz, hukum ini merupakan satu prinsip keseimbangan yang
mengatakan bahwa setiap pengalaman cenderung menyempurnakan dirinya
dalam keadaan sebaik mungkin, yaitu gestalt yang sempurna;
2) Hukum Kesamaan atau Persamaan, dalam persepsi situasi ransangan penuh
menyatakan bahwa benda yang sama (misalnya sama bentuk atau sama
warna) cenderung membentuk atau berkelompok sebagai satu keseluruhan;
3) Hukum Proksimiti atau Kedekatan menyatakan bahwa persepsi cenderung
menggabungkan benda-benda, peristiwa, dan hal-hal yang berkaitan satu
sama lain dalam suatu ruang dan waktu;
4) Hukum Penutupan mengatakan bahwa bidang-bidang yang tertutup
(maksudnya selesai dan wujud) lebih stabil dan lebih mudah untuk
membentuk gambar dalam persepsi dibandingkan dengan bidang terbuka
(maksudnya belum selesai dan belum berwujud);
5) Medan Kelanjutan Baik, hukum ini mengatakan bahwa persepsi kita
cenderung melengkapkan bagian yang hilang dari peristiwa atau benda yang
kita amati.
“Menurut Zikri Neni Iska ada beberapa prinsip-prinsip pengorganisasian persepsi, yaitu sebagai berikut:”8
1) Wujud dan latar, objek-objek yang diamati di sekitar kita selalu muncul
sebagai wujud (figure) dengan hal lainnya sebagai latar (ground). Misalnya, kalau kita melihat sebuah meja dalam kamar, maka meja itu akan tampil
sebagai wujud dan benda-benda lainnya di kamar itu akan menjadi latar;
2) Pola pengelompokan, hal-hal tertentu sering kita kelompokkan dalam
persepsi kita, dan bagaimana cara kita mengelompokkan akan menentukan
bagaimana kita mengamati hal-hal tersebut. Pola pengelompokkan, terdiri
dari beberapa prinsip yaitu: prinsip kedekatan, prinsip kesamaan, dan prinsip
kelangsungan.
7
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. II, h. 101 8
Prinsip yang telah dikemukakan di atas merupakan dasar dari persepsi.
Wujud atau barang yang diamati oleh seseorang dalam pembentukan persepsi
akan menjadi dasar dalam persepsi. Pengelompokkan data yang berada pada
seseorang akan terorganisasi dengan sendirinya dalam rangsangan yang
diterimanya.
Dalam prinsip persepsi terdapat pola pengelompokkan yang dilakukan
oleh panca indera dan pembedaan objek berdasarkan wujud dan latar. Selain itu
individu biasanya berusaha melengkapi kekurangan yang terdapat pada objek
yang diamati. Karena terkadang objek yang diamati tidak terbentuk secara
sempurna. Sebagaimana pendapat Alisuf Subri, “bahwa prinsip-prinsip persepsi
dibedakan menjadi tiga hal yaitu:”9
1) Grouping
Hal-hal tertentu cenderung kita kelompokkan dalam persepsi kita, dan
bagaimana cara kita mengelompok kelompokkan itu akan menentukan
bagaimana kita mengamati hal tersebut;
2) Figure ground relation
Dalam kenyataan ternyata bahwa objek yang kita amati itu
seakan-akan timbul dari suatu latar belseakan-akang. Hal ini merupseakan-akan dasar dari segala
pengamatan objek;
3) Clousure
Pengamatan kita terhadap objek seringkali menunjukkan
kecenderungan menyempurnakan, memperlengkap, atau mengisi kekurangan
yang terdapat pada stimulus/perangsangnya.
Menurut Levie sebagaimana dikutip oleh Dewi Salma Prawiradilaga
“terdapat beberapa prinsip dasar persepsi yang perlu diketahui, yaitu:”10
9
Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 47
10
1) Persepsi bersifat relatif
Prinsip relatif menyatakan bahwa setiap orang akan memberikan persepsi
yang berbeda, sehingga pandangan terhadap sesuatu hal sangat tergantung
pada siapa yang melakukan persepsi;
2) Persepsi bersifat sangat selektif
Prinsip kedua menyatakan bahwa persepsi tergantung pada pilihan, minat,
kegunaan, kesesuaiaan bagi seseorang;
3) Persepsi dapat diatur
Persepsi perlu diatur atau ditata agar lebih mudah mencerna lingkungan atau
stimulus;
4) Persepsi bersifat subjektif
Persepsi seseorang dipengaruhi oleh harapan dan keinginan tersebut.
Pengertian ini menunjukkan bahwa persepsi sebenarnya bersifat subjektif.
Subjektif merupakan suatu pandangan atau perasaan sendiri. Manusia terlahir
dengan cirinya tersendiri. Sifat, harapan, kebutuhan, dan keyakinan
menjadikannya berbeda antara individu satu dengan yang lain dalam
merespon stimulus;
5) Persepsi seseorang atau kelompok bervariasi, walau mereka berada dalam
situasi yang sama. Prinsip ini berkaitan erat dengan perbedaan karakteristik
individu, sehingga setiap individu bisa mencerna stimuli dari lingkungan
tidak sama dengan individu yang lain.
Berdasarkan prinsip-prinsip persepsi yang telah dikemukakan oleh para
ahli dapat disimpulkan bahwa adanya kecenderungan untuk mengelompokkan dan
mendekatkan makna, bentuk, ukuran, dan warna yang sama. Selain
pengelompokan seseorang cenderung untuk menyempurnakan bentuk dengan cara
melengkapi, menambahkan atau mengisi kekurangan agar menjadi bentuk yang
sempurna. Objek yang menjadi fokus dari pengamatan muncul sebagi latar.
c. Ciri - ciri Umum Dunia Persepsi
Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut
ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi:”11
1) Modalitas: rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas
tiap-tiap indera, yaitu sifat sensorisdasar dan masing-masing indera (cahaya untuk pengelihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi perasa, bunyi bagi
pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya);
2) Dimensi Ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang), kita
dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, latar depan-latar
belakang, dan lain-lain;
3) Dimensi Waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain-lain;
4) Struktur Konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala-gejala
dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan
konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu;
5) Dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Kita cenderung melakukan
pengamatan atau persepsi pada gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang
ada hubungannya dalam diri kita;
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi bukan hanya
sekedar proses penginderaan saja, tetapi ada unsur interpretasi di dalamnya.
Persepsi merupakan proses pengamatan individu terhadap segala sesuatu yang ada
di lingkungannya dengan menggunakan indera yang dimilikinya, hasil proses
pengamatan tersebut menjadikan individu sadar terhadap segala sesuatu yang ada
pada lingkungannya. Di samping itu, persepsi individu muncul karena adanya
aktivitas mengindera, menginterpretasikan dan memberi penilaian terhadap objek
fisik maupun sosial yang ada di lingkungannya.
d. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Persepsi
Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri atau terjadi
begitu saja. Akan tetapi, dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari
dalam (internal) maupun yang berasal dari luar dirinya (eksternal). Oleh karena
itu, persepsi setiap orang dapat berbeda-beda terhadap objek yang sama. Menurut
Sarlito Wirawan, “perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh perhatian, set,
kebutuhan, sistem nilai, ciri kepribadian, dan gangguan kejiwaan. Faktor-faktor
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:”12
1) Perhatian, biasanya kita dapat menangkap seluruh rangsang yang ada di
sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu atau
dua obyek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya,
menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka;
2) Set, yaitu harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul. Misalnya, pada
seorang pelari yang siap di garis start terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari;
3) Kebutuhan, kebutuhan merupakan sesuatu yang perlu untuk dipenuhi oleh
seseorang. Baik kebutuhan yang sifatnya sesaat maupun yang menetap pada
diri seseorang, dan kebutuhan tersebut dapat mempengaruhi persepsi
seseorang mengenai suatu objek;
4) Sistem nilai, sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh
pula terhadap persepsi. Suatu eksperimen di Amerika Serikat menunjukkan
bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin mempersepsi mata uang
lebih besar daripada ukuran sebenarnya. Gejala itu ternyata tidak terdapat
pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya;
5) Ciri kepribadian, masing-masing individu sudah tentu memiliki kepribadian
yang berbeda-beda. Ciri kepribadian dalam diri individu itulah yang
mempengaruhi persepsi. Misalnya, A dan B bekerja pada satu kantor yang
sama di bawah pengawasan satu orang atasan. A yang pemalu dan penakut,
akan mempersepsi atasannya sebagai tokoh yang menakutkan dan perlu
dijauhi, sedangkan B yang mempunyai kepercayaan diri tinggi, menganggap
atasannya sebagai tokoh yang dapat diajak bergaul seperti orang biasa
lainnya;
12
6) Gangguan kejiwaan, gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan
persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi, halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja.
Menurut Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab berpendapat bahwa,
faktor yang berpengaruh terhadap persepsi adalah perhatian yang selektif, ciri-ciri
rangsangan, nilai, dan kebutuhan individu, dan pengalaman dahulu. Keempat
faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Perhatian yang Selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
rangsangan dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus
menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu, individunya
memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan
demikian, objek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek
pengamatan;
2) Ciri-ciri Rangsang
Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih
menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di antara yang
kecil; yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangannya
paling kuat;
3) Nilai dan Kebutuhan Individu
Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam
pengamatannya dibanding seorang bukan seniman. Penelitian juga
menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin
lebih besar dari pada anak-anak orang kaya;
4) Pengalaman Dahulu
Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang
mempersepsi dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan barang baru. Akan
tetapi lain halnya bagi orang Mentawai di pedalaman Siberut atau saudara
Menurut Carole Wade, “faktor yang mempengaruhi persepsi adalah
kebutuhan, kepercayaan, emosi, dan ekspektasi. Keempat faktor tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:”13
1) Kebutuhan
Ketika kita membutuhkan sesuatu, atau memiliki ketertarikan akan suatu
hal, atau menginginkannya, kita akan dengan mudah mempersepsikan sesuatu
berdasarkan kebutuhan ini. Sebagai contoh, orang yang lapar akan lebih cepat
melihat kata-kata yang berhubungan dengan makanan ketika kata-kata ini
ditampilkan dalam waktu singkat;
2) Kepercayaan
Apa yang kita anggap sebagai benar dapat mempengaruhi interpretasi
kita terhadap sinyal sensorik yang ambigu;
3) Emosi
Emosi dapat mempengaruhi interpretasi kita mengenai suatu informasi
sensorik. Seorang anak yang takut gelap dapat saja melihat hantu dan bukan
sebuah jubah yang tergantung pada pintu, atau sesosok monster dan bukan
boneka kesayangan;
4) Ekspektasi
Pengalaman masa lalu sering mempengaruhi cara kita mempersepsikan
dunia (Lachman, 1996). Kecenderungan untuk mempersepsikan sesuatu
sesuai dengan harapan disebut sebagai set persepsi. Set persepsi dapat
berguna, set persepsi membantu kita mengisi kata-kata dalam sebuah kalimat,
misalnya, sebelum kita mendengar kalimat tersebut;
e. Perubahan Persepsi
Persepsi itu bukan sesuatu yang statis, melainkan bisa berubah-ubah.
Proses perubahan pertama disebabkan oleh proses faal (fisiologik) dari sistem
syaraf pada indera manusia. Jika suatu stimulus tidak mengalami perubahan,
misalnya, maka akan terjadi adaptasi dan habituasi, yaitu respon terhadap
13
stimulus itu makin lama makin lemah. Habituasi menunjukkan kecenderungan
fatal dari reseptor yang menjadi kurang peka setelah banyak menerima stimulus.
Di pihak lain, adaptasi adalah berkurangnya perhatian jika stimulus muncul
berkali-kali. Stimulus yang muncul secara teratur lebih mudah diadaptasi daripada
stimulus yang munculnya tidak teratur. Perubahan selanjutnya disebabkan oleh
proses psikologik.
Proses perubahan persepsi secara psikologi antara lain dalam pembentukan
dan perubahan sikap. Pembentukan dan perubahan sikap itu dalam psikologi
biasanya diterangkan sebagai proses belajar atau proses kesadaran (kognisi).
“Dalam proses belajar, yang menjadi fokus adalah adanya rangsang dari luar (stimulus), sedangkan dalam proses kognisi yang utama adalah adanya dorongan atau kehendak dari dalam diri individu sendiri.”14
2. Kompetensi Pedagogik a. Pengertian Kompetensi
Sebagaimana diterangkan dalam UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen dalam Pasal 10 ayat 1 menegaskan bahwa “Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat
kompetensi ini saling berkaitan.
Istilah kompetensi memiliki banyak makna, ada beberapa definisi tentang
pengertian kompetensi yaitu:
a) Menurut R.M. Guion dalam Spencer and Spencer mendefinisikan bahwa
“kompetensi adalah kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya.”15
b) Broke and Stone berpendapat bahwa kompetensi guru merupakan
“Descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful”, pengertian tersebut dapat diartikan bahwasannya kompetensi
14
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. 2, h. 121-123
15
guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang
penuh arti.
c) Dalam UU RI No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen berpendapat bahwa
kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
Dari uraian di atas nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi guru
menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Dikatakan
rasional karena memiliki arah dan tujuan, sedangkan performance adalah perilaku nyata dalam arti tidak hanya diamati tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat
mata.
Menurut Gordon sebagaimana yang dikutip oleh E. Mulyasa, ada enam
aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu sebagai berikut:
1) “Pengetahuan, yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru
mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana
melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.
2) Pemahaman, yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu,
misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki
pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar
melaksanakan pembelajaran berjalan secara efektif.
3) Kemampuan, adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan
tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, misalnya kemampuan guru
dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberikan
kemudahan belajar kepada peserta didik.
4) Nilai, adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis
telah menyatu dalam diri seseorang, misalnya standar perilaku guru dalam
5) Sikap, yaitu perasaan (senang, tak senang, suka-tidak suka) atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, reaksi terhadap krisis
ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji, dan lain-lain.
6) Minat, adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan,
misalnya minat untuk melakukan sesuatu atau untuk mempelajari sesuatu.”16
b. Pengertian pedagogik
Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld, “pedagogik adalah ilmu yang mempelajari
masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak “mampu
secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.”17 Sehingga guru dalam
menjalankan tugas yang diembannya harus memliki dan memahami serta mampu
mengaplikasikan kemampuan pedagogik agar mampu mengarahkan orang kepada
hal yang lebih baik. “Karena pedagogik dipandang sebagai suatu proses atau
aktivitas yang bertujuan agar tingkah laku manusia mengalami perubahan.”18“Hal
ini berkaitan dengan pengertai pendidikan yang sering diartikan sebagai suatu
usaha manusia untuk membimbing anak yang belum dewasa ke tingkat
kedewasaan, dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala
perbuatannya dan dapat berbuat di atas kaki sendiri.”19
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Menurut Munif Chatib kompetensi pedagogik adalah kemampuan
mengelola pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman terhadap siswa,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
16
Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 53 17
Uyoh Sadulloh, Pedagogik, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 2
18
Dewi Gusti, Kompetensi Pedagogik, (http://dewigusti.blogspot.com. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2014)
19
pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. “Lebih
rinci, kompetensi pedagogik diuraikan sebagai:
1) Memahami karakteristik siswa
2) Memahami karakteristik siswa dengan kelainan fisik, sosial-emosional, dan
intelektual yang membutuhkan penanganan khusus
3) Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat untuk menetapkan
kebutuhan belajar siswa dalam konteks budaya yang beragam
4) Memahami cara dan kesulitan belajar siswa
5) Mampu mengembangkan potensi siswa
6) Menguasai prinsip-prinsip dasar belajar-mengajar yang mendidik
7) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan siswa dalam
pembelajaran
8) Merancang aktivitas belajar-mengajar yang mendidik
9) Melaksanakan aktivitas belajar-mengajar yang mendidik
10)Menilai proses dan hasil pembelajaran yang mengacu pada tujuan utuh
pendidikan.”20
Dari pemaparan tentang pedagogik di atas dapat kita maknai bahwa
pedagogik merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam
mendidik siswa. Guru bukan hanya terampil dalam menyampaikan ilmu, tetapi
juga harus dapat mengembangkan pribadi anak dan segala potensi yang dimiliki
olehnya demi sebuah perubahan yang lebih baik.
c. Pengertian guru
Guru bertugas dan bertanggung jawab sebagai agen pembelajaran yang
memotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan melatih siswa sehingga
menjadi manusia berkualitas yang mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya
secara optimal, pada jalur pendidikan formal jenjang pendidikan dasar, menengah,
dan termasuk pendidikan anak usia dini. Kecakapan dalam melaksanakan tugas
sangat diperlukan supaya tujuan pendidikan yang sangat berat itu dapat dicapai
20
semaksimal mungkin. Hal ini berarti bahwa guru harus benar-benar profesional
dalam melaksanakan tugasnya.
“Menurut Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, guru di Indonesia diharapkan punya empat kompetensi
dalam menjalankan profesinya, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesionalisme, dan kompetensi sosial.”21 “Guru
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang pekerjaannya
mengajar.”22
Guru disebut pula sebagai pendidik. “Menurut Samsul Nizar dalam buku
Filsafat Pendidikan Islam dijelaskan bahwa pendidik adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap upaya pengembangan jasmani dan rohani peserta
didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas
kemanusiaannya baik (sebagai kholifah fil ardh dan „abd) sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.”23
Guru adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai
guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata lain “guru adalah orang
yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di
bidangnya.”24 Terdidik dan terlatih maksudnya bukan hanya memperoleh
pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di
dalam kegiatan pembelajaran serta menguasai landasan kependidikan sesuai
dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh guru.
Dari pemaparan di atas mengenai guru, dapat digarisbawahi bahwa guru
adalah seorang pengajar. Dalam bahasa Indonesia, guru pada umumnya
mempunyai tugas yang utama yaitu mendidik, mengajar, membimbing, melatih,
dan menilai peserta didik.
21
Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2013), h. 28 22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 1989), h. 288
23
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 42 24
d. Guru Bahasa Indonesia yang Ideal
Guru ideal adalah sosok guru yang mampu menjadi panutan dan selalu
memberikan keteladanan. Guru yang mampu menguasai materi dengan baik, dan
kemudian menyampaikan materi dengan baik sehingga enak didengar dan mudah
dipahami juga merupakan sosok guru yang ideal. Guru, di satu sisi, bisa menarik
manfaat dengan memperhatikan apa yang mungkin memang merupakan strategi
umum bagi pembelajaran bahasa di berbagai konteks dan budaya. “Di sisi lain, ia
perlu selalu peduli akan kebutuhan dan variasi perseorangan dalam pembelajaran,
di luar konteks budaya.”25
Guru ideal yang diperlukan saat ini adalah guru yang memahami benar
profesinya. Profesi guru adalah profesi yang mulia, karena mendidik siswa secara
tulus tanpa mengharapkan imbalan kecuali ridho dari Tuhan.
Guru bahasa Indonesia yang ideal untuk era saat ini adalah guru yang
mampu memanfaatkan fasilitas di era globalisasi atau di era informasi ini untuk
kepentingan mengajar juga membimbing siswa untuk bisa meningkatkan
keterampilan berbahasa (membaca, mendengar, berbicara, dan menulis), karena
keterampilan berbahasa sangat diperlukan dalam setiap kegiatan. Guru bahasa
Indonesia seharusnya mampu menjadi sebuah media untuk siswanya dalam segala
hal permasalahan mengenai Bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia juga harus
bisa menanamkan manfaat dari belajar Bahasa Indonesia. Tidak hanya bermanfaat
dalam hal nilai yang dicapai di dalam kelas, tetapi juga untuk manfaat di luar
kegiatan sekolah.
1) Penguasaan Kebahasaan
Agar pembelajaran bahasa dapat dilakukan secara maksimal dengan
mengikuti kaidah bahasa yang berlaku. Setiap guru perlu melakukan analisis
terhadap unsur kebahasaan yang digunakan pada setiap kompetensi dasar.
Unsur kebahasaan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa termasuk jenis
tata bahasa pedagogis yaitu tata bahasa yang dibuat untuk kepentingan
pembelajaran.
25
2) Kemampuan Memahami
Untuk dapat berkomunikasi dengan lancar, baik secara lisan maupun
tulis, diperlukan pemahaman kebahasaan. Dalam pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia, pengetahuan, pemahaman, dan penerapan harus selalu
menjadi perhatian para guru. Ketiga ranah tersebut mendapat perhatian yang
sama dengan fokus penekanan pada penerapan atau penggunaan bahasa. Oleh
sebab itu, pembelajaran bahasa yang bersifat pengetahuan dan pemahaman
harus selalu diarahkan untuk penerapan di sekolah-sekolah.
3) Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang saling
berhubungan erat, yaitu meliputi:
a) Keterampilan menyimak: menyimak merupakan kegiatan yang cukup
kompleks karena sangat bergantung kepada unsur yang mendukung, di
antaranya pembicara, penyimak, bahan simakan, dan bahasa lisan yang
digunakan;
b) Keterampilan berbicara: Kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan;
c) Keterampilan membaca: merupakan suatu proses rekonstruksi makna
melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan pembaca, informasi
yang tersaji dalam bahasa tulis, dan konteks bacaan; dan
d) Keterampilan menulis: melukiskan lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat
membaca lambang grafik tersebut yang di dalamnya mengandung pesan
yang dibawa.
B.Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa sumber yang menjadi pegangan dalam melakukan penelitian
ini. Pertama, Yuyun Mufarohah dari jurusan Pendidikan Agama Islam, yang
bagaimana guru yang seharusnya menurut siswa dalam menyampaikan materi,
sehingga siswa dapat dengan mudah memahami input yang diberikan, khususnya
pelajaran agama Islam.
Kedua, Yuli Yuni dari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
yang berjudul Persepsi Siswa SMP PGRI 1 Ciputat Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi tersebut membicarakan skripsi berdasarkan sikap, motif/keinginan, keterkaitan, harapan, karakteristik objek dan pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia. Pada penelitian ini hanya mencari tahu seberapa
besar persepsi siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia tanpa
menghubungkan dengan variabel lain;
Dari kedua penelitian yang relevan di atas terdapat beberapa poin yang
membedakan dengan penelitian yang penulis lakukan. Di antaranya adalah objek
penelitian, waktu, dan tempat penelitian. Yuyun Mufarohah meneliti tentang
persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru Agama Islam dan Yuli Yuni
meneliti tentang persepsi siswa SMP PGRI 1 Ciputat terhadap mata pelajaran
Bahasa Indonesia, sedangkan penulis meneliti tentang persepsi siswa Komunitas
kelas VIII Homeschooling Kak Seto terhadap kompetensi pedagogik guru Bahasa dan Sastra Indonesia.
C.Kerangka Berpikir
Seorang guru mata pelajaran, khususnya guru mata pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia haruslah menguasai materi ajar, menguasai strategi pembelajaran,
dan metode pembelajaran, demi tercapainya sebuah tujuan pembelajaran. Salah
satu cara untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran adalah kompetensi pedagogik
yang dimiliki guru. Tujuan pembelajaran yang dapat dicapai tidak terlepas dari
persepsi siswa yang positif terhadap kompetensi pedagogik guru pada mata
pelajaran tersebut. Untuk itu, penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi siswa
23
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan metode
deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai fenomena
sebanyak-banyaknya sesuai realitas sosial yang ada di masyarakat. Penelitian
tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu memperoleh gambaran
tentang suatu kenyataan atau mengungkapkan data secara jelas mengenai
bagaimana persepsi siswa terhadap keterampilan pedagogik guru bahasa
Indonesia di Komunitas Homeschooling Kak Seto.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Homeschooling Kak Seto, yang beralamatkan di jalan Taman Makam Bahagia ABRI No.3A RT.003/04 Parigi
Lama-Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Adapun penelitian ini dilaksanakan selama 1 tahun (Januari 2014 - Januari
2015) mengenai bagaimana persepsi siswa dengan keterampilan pedagogik guru
bahasa dan sastra Indonesia di Homeschooling Kak Seto.
C. Populasi dan Sampel
“Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”23
Populasi siswa Homeschooling Kak Seto Program Distance Learning dan Komunitas tahun ajaran 2014-2015 berjumlah 201 siswa. Namun, peneliti tidak
akan mengambil jumlah populasi secara keseluruhan, melainkan hanya
mengambil sampel saja, agar subjek yang diteliti tidak terlalu banyak.
23
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Ada pun sampel
yang akan diteliti berjumlah 20 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik purposive sampling. Penarikan sampel secara purposif merupakan cara penarikan sampel yang dilakukan dengan memiih subjek berdasarkan kriteria
spesifik yang ditetapkan peneliti secara sengaja karena berdasarkan persyaratan
sampel yang diperlukan. Peneliti menggunakan kelas VIII Komunitas sebagai
sampel karena kelas tersebut memiliki persepsi pada kompetensi pedagogik guru
Bahasa dan Sastra Indonesia cukup baik.
D. Teknik Pengumpulan Data
“Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan masalah
penelitian.”24 Adapun dalam pengumpulan data tersebut diperlukan teknik tertentu
sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan dengan
permasalahan yang hendak dipecahkan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini bersifat
deskriptif analisis, yakni penulis menggambarkan data yang diperoleh dari hasil
penelitian yaitu berupa data dan informasi yang berkaitan dengan judul yang
diteliti.
Untuk mengangkat data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan
riset kepustakaan dan riset lapangan. Adapun teknik pengumpulan data yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Library Research (PenelitianKepustakaan), yaitu data yang diperlukan untuk skripsi ini diperoleh dengan penelitian kepustakaan yaitu membaca buku,
tulisan yang berkait dengan masalah yang diteliti. Dengan penelitian
kepustakaan ini juga diperoleh teori mengenai variabel yang diteliti.
2. Field Research (Penelitian Lapangan), yaitu penelitian yang langsung ke dalam lingkungan obyek penelitian. Teknik yang digunakan dalam penelitian
lapangan yang secara khusus penulis lakukan dalam upaya melengkapi data
24
akurat yang terkait dengan pembahasan dalam bab-bab selanjutnya. Adapun
teknik pengumpulan data tersebut adalah:
a. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data yang mengadakan pengamatan secara
langsung dan pencatatan sistematika terhadap fenomena yang ditelitidi
Homeschooling Kak Seto Pusat dilakukan untuk mencari data yang valid yang hendak diteliti, khususnya kelas VIII Komunitas yang menjadi subjek
penelitian.
b. Angket
“Angket merupakan serangkaian pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada siswa mengenai masalah tertentu, yang bertujuan untuk mendapatkan
pandangan dan tanggapan dari siswa tersebut.”25
Metode angket yang
penulis lakukan adalah dengan mengajukan beberapa point pertanyaan
kepada sejumlah responden penelitian yang terkait dengan masalah
penelitian. Bentuk angket yang digunakan adalah angket langsung dan
bersifat tertutup. Angket ini mengandung 20 butir pertanyaan. Setiap butir
pertanyaan memiliki 5 alternatif jawaban, yaitu sangat setuju, setuju,
ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Angket 1 – 10 merupakan butir
pernyataan positif. Angket 11 – 20 merupakan butir pernyataan negatif.
c. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Dalam hal ini penulis
mengadakan komunikasi langsung dengan siswa untuk mendapatkan data
yang objektif mengenai bagaimana persepsi siswa terhadap kompetensi
pedagogik guru Bahasa dan Sastra Indonesia.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini
adalah dengan memberikan angket/kuesioner tentang data persepsi siswa terhadap
25
kompetensi pedagogik guru bahasa dan sastra Indonesia. Angket/Kuesioner
persepsi terhadap kompetensi pedagogik guru Bahasa dan Sastra Indonesia
diberikan berbentuk pilihan ganda, sebuah daftar pertanyaan di mana responden
tinggal memilih salah satu jawaban yang sesuai cara mengungkapkan persepsinya
terhadap kompetensi pedagogik guru Bahasa dan Sastra Indonesia masing-masing
dengan memberi tanda ceklis () pada jawaban yang dipilih (angket terlampir).
F. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang penulis gunakan yaitu variabel bebas.
Sebagai variabel bebasnya adalah persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik
guru bahasa dan sastra Indonesia.
G. TeknikPengolahan Data
Prosedur yang dilaksanakan dalam menganalisis data sebagai berikut :
a. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuesioner yang berhasil dikumpulkan.
b. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai berikut: dalam skala ini terdapat lima kategori jawaban yaitu: sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Berikut
tabel skor penilaian:
Tabe 1
Skor Penilaian
No Alternatif Jawaban
Skor Pernyataan
Positif Negatif
1 SangatSetuju 5 1
2 Setuju 4 2
3 Ragu-ragu 3 3
4 Tidak Setuju 2 4
c. Tabulating, yaitu mentabulasi data jawaban yang telah diberikan ke dalam bentuk table. Selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan
persentase.
H. Teknik Analalisis dan Interpretasi Data
1. Teknik Analisis
“Untuk menganalisis setiap variabel digunakan teknik analisis secara deskriptif (dengan persentase), yaitu dengan menggunakan rumus frekuensi
relatif sebagai berikut:
Rumus : 100%
N f P
Keterangan :
P = angka persentase
F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)”26
100% bilangan tetap (kostanta).
Setelah didapat hasil persentase dari angket yang disebarkan kepada siswa,
maka akan menentukan kategori penilaian dari hasil penelitian tersebut, penulis
merumuskan sebagai berikut:
Tabel 2
Angka Persentase
26
Anas Sudijono,Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafido Persada, 2012), Ed. 1, h. 43
No Persentase % Penafsiran
1 100% Seluruhnya
2 90-99% Hampir Seluruhnya
3 60-89% Sebagian Besar
4 51-59% Lebih dari Setengah
5 50% Setengahnya
I. Sumber Data
Sumber data yang penulis lakukan yaitu:
1. Para Siswa
Sumber data yang diperoleh dari angket yang disebarkan kepada
responden yaitu para siswa di Komunitas Homeschooling Kak Seto tahun ajaran 2014-2015.
2. Kepala Sekolah
Sumber data yang penulis lakukan kepada kepala sekolah
mengenai kondisi objektivitas sekolah.
7 10-39% Sebagian Kecil
8 1-9% Sedikit Sekali
29
Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang berupa hasil
penghitungan akhir serta pembahasan hasil penelitian, sedangkan untuk perincian
data hasil penghitungan dapat dilihat pada bagian lampiran-lampiran. Data yang
didapat dalam penelitian ini berasal dari hasil observasi dan menyebarkan
angket.
A. Gambaran Umum Homeschooling Kak Seto
1. Profil Homeschooling Kak Seto
Seto Mulyadi atau lebih akrab dipanggil Kak Seto sudah lama
mempraktekkan homeschooling atau sekolah rumah bagi anak-anak. Konsep sekolah rumah memang unik. Menurut Kak Seto, keluarganya menerapkan
sekolah rumah bagi anak-anaknya. Awalnya, Minuk, anak pertama, mengalami
tekanan di sekolah karena dihukum gurunya ketika masih duduk di bangku
sekolah menengah pertama favorit di Jakarta.” Lalu dia menyampaikan pada
ibunya. Mula-mula dipaksa ibunya. Tetapi tetap tidak mau, dan mengatakan lebih
baik saya ke sekolah tapi tidak belajar, atau di rumah tapi saya belajar. Akhirnya,
dengan mengingat hak anak dan mengedepankan yang terbaik bagi anak, akhirnya
saya beri kesempatan Minuk tetap berada di rumah. Tetapi dia menjalankan aktivitas belajarnya,” Kak Seto menjelaskan ihwal mula mempraktekkan sekolah rumah.
Menurut Kak Seto, berkat konsep sekolah rumah dengan kurikulum yang
disusun bersama, motivasi belajar muncul dari dalam diri putrinya. Belajar sambil
bermain, membuat anak merasa nyaman, meskipun belajar sepanjang hari.
Anak-anak jadi senang belajar dengan motivasi internal, motivasi dari Anak-anak itu sendiri.
Sehingga kegiatan homeschooling ini, jika ditanya kapan belajarnya, dari bangun tidur sampai tidur lagi. Di mana belajarnya. Di mana saja bisa di kamar tidur,
ruang tengah, kamar tamu, di halaman, atau juga di luar. Mau pergi ke sawah, ke
Tapi yang penting, anak-anak dilibatkan untuk menyusun kurikulumnya, mencari
sumber belajar. Sama halnya dengan Dhea putri ke empat Kak Seto, belajar di
rumah sangat menyenangkan. Ia mengaku ingin terus belajar di rumah sampai
menyelesaikan pendidikan setara sekolah menengah atas.
Bagi kebanyakan orang, menempuh pendidikan formal masih merupakan
pilihan utama. Bahkan, lembaga pendidikan formal yang tergolong favorit masih
jadi incaran kebanyakan siswa dan orang tua. Setiap anak mempunyai hak yang
sama untuk mendapatkan pendidikan. Dan, setiap anak sedapat mungkin
memperoleh pendidikan yang layak bagi dirinya. Namun, dalam pengalaman di
lapangan menunjukkan bahwasanya banyak anak mendapatkan pengalaman
kurang menyenangkan selama bersekolah. Sebut saja, kasus Bullying, bentakan dan kekerasan dari guru bahkan pemasungan kreativitas anak. Pengalaman yang
kurang berkesan tersebut menimbulkan Phobia terhadap sekolah (school phobia) bagi anak dan orang tua. Upaya penyeragaman kemampuan dan keterampilan
anak di segala bidang turut mematikan minat dan bakat anak yang tentunya
berbeda-beda, karena setiap anak adalah unik. Lebih jauh lagi, kurikulum yang
terlalu padat dan tugas rumah yang menumpuk membuat kegiatan belajar menjadi
suatu beban bagi sebagian anak. Melihat kondisi ini, maka perlu dicarikan solusi
alternatif bagi anak-anak yang kurang cocok dengan sistem pendidikan formal,
salah satu bentuknya adalah kegiatan homeschooling (sekolah rumah). Berdasarkan alasan ini lah maka Kak Seto sebagai tokoh pendidikan anak beserta
tim, membangun komunitas sekolah rumah yang disebut dengan Homeschooling
Kak Seto (HSKS), yaitu sebuah institusi pendidikan alternatif yang senantiasa
memperhatikan hak anak atas pendidikan. Di samping itu pengalaman yang ia
dapat sendiri ketika anak tertuanya Minuk yang mengalami kesulitan sewaktu di
sekolah formal membuat Kak Seto berpikir untuk mencari sekolah alternatif yaitu
kapan saja dan dimana saja seperti ia tengah berada di rumahnya. Jadi, meski
disebut homeschooling,tidak berarti anak akan terus menerus belajar di rumah, tapi anak-anak dapat belajar dimana saja dan kapan saja asal situasi dan
kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti “at home”. “Maka dalam sistem Homeschooling, jam pelajaran bersifat fleksibel: mulai dari bangun tidur sampai berangkat tidur kembali.”1
Jenjang pendidikan pada Homeschooling Kak Seto mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Pada tingkat SD terdiri dari kelas I sampai kelas VI, pada tingkat
SMP terdiri dari kelas VII sampai dengan IX, sedangkan pada tingkat SMA terdiri
dari kelas X sampai dengan XII. Homeschooling Kak Seto secara resmi berdiri pada tanggal 4 April 2007. Kantor pusat “HOMESCHOOLING KAK SETO”
(HSKS) di Jl. Taman Makam Bahagia ABRI No. 3A Parigi Lama – Pondok Aren
Bintaro Sektor 9, Tangerang Selatan 15227.
Tabel 3
Jumlah siswa-siswi SMP komunitas Homeschooling Kak Seto Tahun Ajaran 2014-2015
Homeschooling Kak Seto diakui dan dilindungi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sesuai dengan pasal 4 dan
pasal 27 sebagai jalur pendidikan informal, yaitu pendidikan mandiri oleh
keluarga dan lingkungan. Antara jalur pendidikan formal (sekolah biasa),
nonformal (pkbm) dan informal (Homeschooling) dapat saling pindah jalur dengan berkelanjutan dan melengkapi.
1