• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di Komunitas Homeschooling Kak Seto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di Komunitas Homeschooling Kak Seto"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI KASUS DI KOMUNITAS HOMESCHOOLING KAK SETO)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh: Arif Rachman 109013000045

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di Komunitas Kelas VIII SMP Homeschooling

Kak Seto, Parigi Lama – Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Studi Kasus di Komunitas

Homeschooling Kak Seto mengenai Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Masalah terfokus pada Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penelitian ini dilakukan di Komunitas Homeschooling Kak Seto. Populasi penelitian adalah siswa di Homeschooling Kak Seto yang berjumlah 201 siswa. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 10% dari populasi yang ada, dengan demikian sampelnya berjumlah 20 siswa. Peneliti melakukan penyebaran angket ke 20 siswa dengan 20 item pertanyaan dan melakukan wawancara dengan salah satu siswa di Homeschooling Kak Seto.

Metode penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif analisis untuk memperoleh gambaran tentang suatu kenyataan mengenai hubungan antara persepsi siswa terhadap keterampilan pedagogik guru bahasa dan Sastra Indonesia di Komunitas Homeschooling Kak Seto Pusat dengan menggunakan rumus frekuensi relatif.

Penelitian membuktikan bahwa kompetensi pedagogik guru bahasa dan sastra Indonesia di Komunitas Homeschooling Kak Seto menunjukkan positif. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase angket pernyataan positif sebesar 60%, sedangkan pernyataan negatif sebesar 40%.

(6)

ii

Competence Indonesian Language and Literature Teacher in Community Junior High Eighth Grade Homeschooling Kak Seto”, Pondok Aren - Parigi Lama, South Tangerang. Thesis. Jakarta: Indonesian Language and Literature., Faculty of Tarbiyah and Science Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.

The purpose of this research is to determine Case Study in Homeschooling Kak Seto on Student Perceptions of the Pedagogic Competence Language and Literature Teachers Indonesia. Problem focused on Student Perceptions of the Pedagogic Competence Language and Literature Teachers Indonesia.

This research was conducted in the Community Homeschooling Kak Seto. The study population is students in Homeschooling Kak Seto totaling 201 students. In this study the authors took a sample of 10% of the population, thus the sample amounted to 20 students. Researchers conducted a questionnaire to 20 students with 20 items of questions and conduct interviews with one of the students in Homeschooling Kak Seto.

The research method used quantitative research methods descriptive analysis approach to obtain a picture of the reality of the relationship between students 'perceptions of teachers' pedagogical skills of language and Literature Indonesia in Homeschooling Kak Seto Community Centre using the formula relative frequency.

Research shows that pedagogical competence Indonesian language and literature teacher in Community Homeschooling Kak Seto showed positive. It can be seen from the percentage of positive statements questionnaire by 60%, while the negative statements by 40%.

(7)

iii

yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat, dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa

cahaya bagi kehidupan, penerang kegelapan, dan penyegar kegersangan. Semoga

kita termasuk umat yang mendapatkan syafaat di yaumil akhir. Aamiin

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari, bahwa dalam menyusun skripsi

ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang menanamkan jasa dan kebaikan budi

kepada penulis, di antaranya:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Makyun Subuki, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

3. Dona Aji Kurnia, M.A., Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

4. Dr. Nuryani, M.A., Dosen Pembimbing yang tulus memberikan arahan

dan bimbingan terhadap penyelesaian skripsi.

5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan

bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis belajar di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh petugas perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan yang telah membantu penulis dalam penyediaan

(8)

iv

SMP tersebut, memberikan bantuan dan informasi sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Orang tua tercinta Ibunda Siti Komariyah dan Ayahanda tercinta Alm.

Udin Syamsudin yang telah banyak memberikan kasih sayang, cinta,

pengertian, motivasi, dan bantuan berupa moril dan materil yang tidak

putus-putus, semua itu tidak akan pernah terbalas. Semoga Allah SWT

selalu menjaga dan membekahi mereka.

9. Kakak serta adik tercinta, Iwan Warya, S.Ap., dan Ratih Fazriyah, yang

telah rela dan ikhlas membantu memberikan motivasi, doa, dan bantuan

baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

10.Teman-teman PBSI Angkatan 2009, terlebih kepada sahabat pandawa

lima (Zaki, Zainal, Tantowi, Fadhlan, Bayu, Bohari) yang selalu

memberikan kecerian dikala penulis menemui kegundahan dan selalu

memberikan solusi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

11. Sahabat-sahabat hebatku Meri Kusriyani, S.H., yang telah memberikan

solusi dan arahan, Anggit Robby Rahmudi yang telah menemani dan

membantu penulis dalam memberikan saran dan semangat sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

12.Sahabat sekaligus keluarga di Homeschooling Kak Seto, terlebih kepada TIM HOBA (Kak Aldi, Kak Ozi, Kak Pendi, Kak Sam, Kak Mirna, Kak

Siska, Kak Erna, Kak Hanifah, Kak Ani, Kak Farida, Kak Anwar, Kak

Lina, Kak Devi, dan Kak Huda) yang selalu memberikan keceriaan,

arahan, motivasi, dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

13.Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang kalian berikan,

dapat tergantikan oleh pahala dan rezeki berupa apa pun dari Allah

(9)

v

Jakarta, 26 Juli 2016

(10)

vi

HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah... 4

D. Rumusan Masalah... 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 6

A. Kajian Teori ... 6

1. Hakikat Persepsi ... 6

a. Pengertian Persepsi... 6

b. Prinsip Persepsi ... 7

c. Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi ... 10

d. Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi ... 11

e. Perubahan Persepsi ... 14

2. Kompetensi Pedagogik ... 15

a. Pengertian Kompetensi... 15

b. Pengertian Pedagogik ... 17

c. Pengertian Guru ... 18

d. Guru Bahasa Indonesia yang Ideal ... 20

(11)

vii

A. Metode Penelitian ... 23

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

C. Populasi dan Sampel ... 23

D. Teknik Pengumpulan Data ... 24

E. Instrumen Penelitian ... 25

F. Variabel Penelitian ... 26

G. Teknik Pengolahan Data ... 26

H. Teknik Analisis dan Interpretasi Data... 27

I. Sumber Data... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Gambaran Umum Homeschooling Kak Seto... 29

1. Profil Sekolah ... 29

2. Filosofi, Visi, Misi, dan Output ... 32

B. Deskripsi dan Analisis Data ... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... ... 64 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

viii

Tabel 1 Skor Penilaian ... 26

Tabel 2 Angka Persentase ... 27

Tabel 3 Jumlah Siswa SMP Komunitas Homeschooling

Kak Seto ... 31

Tabel 4 Gambaran umum Homeschooling Kak Seto ... 32

Tabel 5 Guru SMP Komunitas Homeschooling Kak Seto ... 34

Tabel 6 Sarana dan prasarana Komunitas Homeschooling

Kak Seto ... 36

Tabel 7 Guru dekat dengan siswa baik di dalam maupun

di luar kelas ... 39

Tabel 8 Guru dapat menjalankan pembelajarandi dalam kelas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh

masing-masing siswa ... 40

Tabel 9 Guru memanfaatkan fasilitas atau media yang tersedia di dalam kelas sebagai alat atau sumber

pembelajaran ... 41

Tabel 10 Guru dapat berperan sebagai fasilitator dan

motivator baik di dalam maupun di luar kelas ... 42

Tabel 11 Guru mengetahui dan mampu memaksimalkan

bakat yang dimiliki oleh siswa... 43

Tabel 12 Guru selalu menyampaikan tujuan pembelajaran

sebelum menyampaikan materi ... 44

Tabel 13 Guru dapat membantu apabila siswa mengalami

kesulitan belajar ... 45

Tabel 14 Guru mampu memaksimalkan kreativitas siswa dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum

(13)

ix

membosankan karena selalu diselingi permainan

yang menyenangkan ... 48

Tabel 17 Guru selalu memberikan apresiasi terhadap pembelajaran yang dialami siswa baik di dalam

maupun di luar kelas ... 49

Tabel 18 Guru tidak mengetahui sifat atau kepribadian

masing-masing siswa ... 50

Tabel 19 Guru selalu menyampaikan materi yang sulit

dipahami oleh siswa ... 51

Tabel 20 Guru selalu menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga terasa

membosankan ... 52

Tabel 21 Guru hanya dapat menyampaikan materi tanpa

memperhatikan kesulitan yang dialami oleh siswa ... 53

Tabel 22 Guru tidak dapat mengembangkan bakat yang

dimiliki oleh siswa ... 54

Tabel 23 Di dalam pembelajaran, guru lebih aktif

dibandingkan siswa ... 55

Tabel 24 Hampir disetiap pembelajaran guru tidak memberikan permainan agar siswa tidak merasa

jenuh ... 56

Tabel 25 Guru jarang melibatkan siswa untuk aktif dalam

kegiatan pembelajaran ... 57

Tabel 26 Setelah kegiatan pembelajaran guru jarang

mengevaluasi pembelajaran siswa ... 59

Tabel 27 Rekapitulasi angket persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru bahasa Indonesia di

(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sangat berperan penting dalam pembinaan bahasa Indonesia.

Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia harus ditekankan di setiap bidang

pendidikan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan di Indonesia disampaikan

dengan bahasa Indonesia dalam setiap mata pelajaran. Sekolah sebagai tempat

berkumpulnya siswa yang berlatar belakang berbeda-beda antara satu dengan

lainnya, baik dari segi psikologis, seperti persepsi, bakat, dan minatnya. Maka,

akan memunculkan persepsi siswa yang berbeda terhadap pembelajaran yang

dibawakan oleh guru.

Tidak dapat disangkal bahwa dalam pembelajaran seseorang dipengaruhi

oleh banyak faktor, sehingga bagi siswa menjadi penting untuk mengetahui faktor

yang dimaksud. Hal ini menjadi lebih penting tidak hanya bagi siswa, tetapi juga

bagi guru di dalam mengatur dan mengendalikan faktor yang mempengaruhi

pembelajaran hingga dapat terjadi proses pembelajaran yang optimal.

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan pembelajaran yang

sangat penting bagi siswa, karena di dalamnya memiliki beberapa aspek yang

harus dipelajari oleh siswa. Aspek tersebut tersebut meliputi aspek mendengarkan,

aspek berbicara, aspek membaca, dan aspek menulis. Aspek-aspek tersebut

diarahkan untuk memotivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Cara untuk membuat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menjadi

menarik bagi siswa, selain media dan metode, peran seorang guru dalam

menyajikan materi pelajaran juga menjadi penentu keberhasilan belajar siswa.

Oleh karena itu, dibutuhkan guru yang memiliki kompetensi dalam menyajikan

materi yang dapat menarik perhatian belajar siswa.

Setiap siswa tentu memiliki pemikiran atau persepsi masing-masing

tentang suatu objek yang telah diamati. Persepsi bisa juga disebut dengan

pandangan atau pemahaman yang merupakan perasaan senang atau kecewa siswa

(15)

membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil dalam

hal ini bagaimana kompetensi pedagogik guru bahasa dan sastra Indonesia dalam

menyampaikan materi pelajaran.

Penulis mencoba untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap

kompetensi pedagogik guru bahasa dan sastra Indonesia. Karena dengan

mengetahui persepsi siswa itu dapat mempengaruhi proses pembelajaran,

khususnya bahasa Indonesi, sehingga guru atau semua pihak yang berkecimpung

di dunia pendidikan dapat mengetahui bahwa sebenarnya cara penyampaian

materi yang baik dan mudah dimengerti oleh siswa sehingga terjadi pembelajaran

yang efektif dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa seperti apa

dan menjadi sebuah masukan untuk para guru agar lebih baik lagi dalam

menjalankan pembelajaran di sekolah.

Peran sentral guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan sulit

diabaikan. Guru secara khusus sering diistilahkan sebagai jiwa bagi tubuh

pendidikan1. Pendidikan tidak akan berarti apa-apa tanpa kehadiran guru. Namun,

peran tenaga kependidikan lainnya tidak kalah penting. Bahkan kemampuan kerja

kolektif yang ditunjukkan oleh semua elemen tersebut menjadi kunci sukses

proses pendidikan di sekolah.

Keberadaan guru yang profesional tidak bisa ditawar-tawar lagi. Guru

yang profesional adalah guru yang memiliki sejumlah kompetensi yang dapat

menunjang tugasnya. Setidaknya ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh

seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi

kepribadian, dan kompetensi sosial. Dalam hal menyampaikan materi yang dapat

menarik perhatian belajar siswa, guru harus memiliki kompetensi pedagogik.

Sebagai unsur yang penting dalam suatu pendidikan, guru sebagai

pengajar diharapkan memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya. Hal ini

setidaknya dapat mempermudah dalam memberikan pengetahuan kepada siswa

yang dapat menjembatani rasa ingin tahu atau senang dalam belajar pada mereka.

1

(16)

Di samping tugasnya untuk menerangkan hal yang terdapat dalam buku

menjadi lebih menarik, guru juga harus mendorong dan membimbing siswa dalam

usaha mereka melakukan dan mencapai tujuan yang diinginkan sehingga guru

menjadi suri tauladan bagi siswa. Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah,

secara global dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor internal (dari dalam

siswa), faktor eksternal (dari luar siswa), dan faktor pendekatan belajar (approach learning).2 Ketiga faktor ini memiliki keunggulan tersendiri dalam peningkatan kualitas bagi seorang siswa. Namun, secara umum ketiganya dapat saling

mempengaruhi antara satu dengan yang lain.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui

persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru dalam mengajar bahasa dan

sastra Indonesia dan bagaimana hubungannya dengan kegiatan pembelajaran

siswa, yang akan diuji kebenarannya melalui penelitian. Adapun judul penelitian

ini adalah:

“Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Dan Sastra Indonesia”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka ada

beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut:

1. Persepsi siswa Homeschooling Kak Seto terhadap proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang masih kurang optimal.

2. Kurang maksimalnya guru dalam menyampaikan materi pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas.

3. Persepsi siswa Homeschooling Kak Seto terhadap kompetensi pedagogik guru dalam mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia.

2

(17)

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan masalah dalam penelitian ini lebih terarah dan fokus,

penulis membatasi masalah pada:

1. Persepsi siswa Homeschooling Kak Seto terhadap proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang masih kurang optimal.

2. Persepsi siswa Homeschooling Kak Seto terhadap kompetensi pedagogik guru dalam mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang

disebutkan di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya, yaitu “Bagaimana persepsi siswa Homeschooling Kak Seto terhadap kompetensi pedagogik guru dalam mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui persepsi siswa

Homeschooling Kak Seto terhadap kompetensi pedagogik guru dalam mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia.

2. Manfaat

a. Teoretis

Diharapkan dapat menambah atau memperkaya kepustakaan pendidikan,

khususnya mengenai persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia, serta dapat menjadi bahan masukan bagi mereka

yang berminat menindaklanjuti hasil penelitian yang berbeda dan dengan sampel

yang lebih banyak.

b. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi kepala sekolah

dan guru untuk dapat meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar Bahasa dan

(18)

yang dimiliki guru, maka makin baik pula kualitas pembelajaran yang terjadi.

Bagi siswa manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sikap dan

pandangan positif terhadap mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dengan

demikian mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dapat diaplikasikan di

(19)

6

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A.Kajian Teori

1. Hakikat Persepsi a. Pengertian Persepsi

Kata “persepsi berasal dari kata “perception” yang berarti “penglihatan,

tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu yang diawali dengan

penginderaan kemudian di transfer ke otak.”1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah “proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.”2

Persepsi dalam arti sempit ialah pengelihatan, bagaimana cara

seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah “pandangan atau

pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.”3

Alisuf Sabri mendefinisikan persepsi sebagai proses di mana individu

dapat mengenali objek, dan fakta-fakta objektif dengan menggunakan alat-alat

indera. “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan.”4

Sedangkan menurut Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab,

“persepsi didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan

sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar

akan diri kita sendiri.”5

Seseorang menangkap berbagai gejala di luar dirinya melalui lima indera

1

Jhon M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2000), Cet. 24, h. 424

2

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet. 2, h. 863

3

Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), Cet.2, h. 445 4

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung: Rosda Karya, 2008), Cet.26, h. 51 5

(20)

yang dimiliki. Proses penerimaan rangsangan ini disebut penginderaan

(sensation). Akan tetapi, pengertian akan lingkungan atau dunia di sekitarnya bukan sekedar hasil penginderaan saja, ada unsur interpretasi terhadap rangsangan

yang diterima. Interpretasi ini menyebabkan seseorang menjadi subjek dari

pengalamannya sendiri. Rangsang-rangsang yang diterima dan inilah yang

menyebabkan seseorang mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan.

Proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun

peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti disebut persepsi. “Persepsi

bukan sekedar penginderaan, karena persepsi terjadi setelah suatu penginderaan.”6

Berdasarkan definisi persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa, persepsi

adalah aktivitas yang integrated dalam diri individu. Apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, persepsi dapat

dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman individu

yang tidak sama. Dengan demikian dalam mempersepsi sesuatu stimulus atau

rangsangan, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan

individu lain. Oleh sebab itu, individu (siswa) yang persepsinya positif tentang

objek, ia akan bertingkah laku positif tentang objek itu.

Persepsi siswa terhadap pelajaran bahasa dan sastra Indonesia akan

mempengaruhi prestasi belajar, jika siswa dalam belajar berperilaku positif.

Apabila siswa memiliki persepsi yang positif atau baik terhadap mata pelajaran

bahasa dan sastra Indonesia tersebut, maka ia akan memiliki prestasi belajar yang

baik atau positif, demikian juga sebaliknya.

b. Prinsip-prinsip Persepsi

Prinsip-prinsip persepsi merupakan prinsip pengorganisasian berdasarkan

teori gestalt. Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti keseluruhan. Dalam

mengamati suatu objek sesungguhnya pikiran melihat objek itu secara

keseluruhan dan bukan mengamatinya berdasarkan unsur terkecil dari objek

tersebut. “Dalam menjelaskan persepsi ini teori gestalt memperkenalkan lima

6

(21)

buah hukum organisasi (prinsip-prinsip organisasi) sebagai berikut:”7

1) Hukum Pragnanz, hukum ini merupakan satu prinsip keseimbangan yang

mengatakan bahwa setiap pengalaman cenderung menyempurnakan dirinya

dalam keadaan sebaik mungkin, yaitu gestalt yang sempurna;

2) Hukum Kesamaan atau Persamaan, dalam persepsi situasi ransangan penuh

menyatakan bahwa benda yang sama (misalnya sama bentuk atau sama

warna) cenderung membentuk atau berkelompok sebagai satu keseluruhan;

3) Hukum Proksimiti atau Kedekatan menyatakan bahwa persepsi cenderung

menggabungkan benda-benda, peristiwa, dan hal-hal yang berkaitan satu

sama lain dalam suatu ruang dan waktu;

4) Hukum Penutupan mengatakan bahwa bidang-bidang yang tertutup

(maksudnya selesai dan wujud) lebih stabil dan lebih mudah untuk

membentuk gambar dalam persepsi dibandingkan dengan bidang terbuka

(maksudnya belum selesai dan belum berwujud);

5) Medan Kelanjutan Baik, hukum ini mengatakan bahwa persepsi kita

cenderung melengkapkan bagian yang hilang dari peristiwa atau benda yang

kita amati.

“Menurut Zikri Neni Iska ada beberapa prinsip-prinsip pengorganisasian persepsi, yaitu sebagai berikut:”8

1) Wujud dan latar, objek-objek yang diamati di sekitar kita selalu muncul

sebagai wujud (figure) dengan hal lainnya sebagai latar (ground). Misalnya, kalau kita melihat sebuah meja dalam kamar, maka meja itu akan tampil

sebagai wujud dan benda-benda lainnya di kamar itu akan menjadi latar;

2) Pola pengelompokan, hal-hal tertentu sering kita kelompokkan dalam

persepsi kita, dan bagaimana cara kita mengelompokkan akan menentukan

bagaimana kita mengamati hal-hal tersebut. Pola pengelompokkan, terdiri

dari beberapa prinsip yaitu: prinsip kedekatan, prinsip kesamaan, dan prinsip

kelangsungan.

7

Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. II, h. 101 8

(22)

Prinsip yang telah dikemukakan di atas merupakan dasar dari persepsi.

Wujud atau barang yang diamati oleh seseorang dalam pembentukan persepsi

akan menjadi dasar dalam persepsi. Pengelompokkan data yang berada pada

seseorang akan terorganisasi dengan sendirinya dalam rangsangan yang

diterimanya.

Dalam prinsip persepsi terdapat pola pengelompokkan yang dilakukan

oleh panca indera dan pembedaan objek berdasarkan wujud dan latar. Selain itu

individu biasanya berusaha melengkapi kekurangan yang terdapat pada objek

yang diamati. Karena terkadang objek yang diamati tidak terbentuk secara

sempurna. Sebagaimana pendapat Alisuf Subri, “bahwa prinsip-prinsip persepsi

dibedakan menjadi tiga hal yaitu:”9

1) Grouping

Hal-hal tertentu cenderung kita kelompokkan dalam persepsi kita, dan

bagaimana cara kita mengelompok kelompokkan itu akan menentukan

bagaimana kita mengamati hal tersebut;

2) Figure ground relation

Dalam kenyataan ternyata bahwa objek yang kita amati itu

seakan-akan timbul dari suatu latar belseakan-akang. Hal ini merupseakan-akan dasar dari segala

pengamatan objek;

3) Clousure

Pengamatan kita terhadap objek seringkali menunjukkan

kecenderungan menyempurnakan, memperlengkap, atau mengisi kekurangan

yang terdapat pada stimulus/perangsangnya.

Menurut Levie sebagaimana dikutip oleh Dewi Salma Prawiradilaga

“terdapat beberapa prinsip dasar persepsi yang perlu diketahui, yaitu:”10

9

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 47

10

(23)

1) Persepsi bersifat relatif

Prinsip relatif menyatakan bahwa setiap orang akan memberikan persepsi

yang berbeda, sehingga pandangan terhadap sesuatu hal sangat tergantung

pada siapa yang melakukan persepsi;

2) Persepsi bersifat sangat selektif

Prinsip kedua menyatakan bahwa persepsi tergantung pada pilihan, minat,

kegunaan, kesesuaiaan bagi seseorang;

3) Persepsi dapat diatur

Persepsi perlu diatur atau ditata agar lebih mudah mencerna lingkungan atau

stimulus;

4) Persepsi bersifat subjektif

Persepsi seseorang dipengaruhi oleh harapan dan keinginan tersebut.

Pengertian ini menunjukkan bahwa persepsi sebenarnya bersifat subjektif.

Subjektif merupakan suatu pandangan atau perasaan sendiri. Manusia terlahir

dengan cirinya tersendiri. Sifat, harapan, kebutuhan, dan keyakinan

menjadikannya berbeda antara individu satu dengan yang lain dalam

merespon stimulus;

5) Persepsi seseorang atau kelompok bervariasi, walau mereka berada dalam

situasi yang sama. Prinsip ini berkaitan erat dengan perbedaan karakteristik

individu, sehingga setiap individu bisa mencerna stimuli dari lingkungan

tidak sama dengan individu yang lain.

Berdasarkan prinsip-prinsip persepsi yang telah dikemukakan oleh para

ahli dapat disimpulkan bahwa adanya kecenderungan untuk mengelompokkan dan

mendekatkan makna, bentuk, ukuran, dan warna yang sama. Selain

pengelompokan seseorang cenderung untuk menyempurnakan bentuk dengan cara

melengkapi, menambahkan atau mengisi kekurangan agar menjadi bentuk yang

sempurna. Objek yang menjadi fokus dari pengamatan muncul sebagi latar.

c. Ciri - ciri Umum Dunia Persepsi

Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut

(24)

ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi:”11

1) Modalitas: rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas

tiap-tiap indera, yaitu sifat sensorisdasar dan masing-masing indera (cahaya untuk pengelihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi perasa, bunyi bagi

pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya);

2) Dimensi Ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang), kita

dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, latar depan-latar

belakang, dan lain-lain;

3) Dimensi Waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain-lain;

4) Struktur Konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala-gejala

dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan

konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu;

5) Dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Kita cenderung melakukan

pengamatan atau persepsi pada gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang

ada hubungannya dalam diri kita;

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi bukan hanya

sekedar proses penginderaan saja, tetapi ada unsur interpretasi di dalamnya.

Persepsi merupakan proses pengamatan individu terhadap segala sesuatu yang ada

di lingkungannya dengan menggunakan indera yang dimilikinya, hasil proses

pengamatan tersebut menjadikan individu sadar terhadap segala sesuatu yang ada

pada lingkungannya. Di samping itu, persepsi individu muncul karena adanya

aktivitas mengindera, menginterpretasikan dan memberi penilaian terhadap objek

fisik maupun sosial yang ada di lingkungannya.

d. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Persepsi

Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri atau terjadi

begitu saja. Akan tetapi, dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari

dalam (internal) maupun yang berasal dari luar dirinya (eksternal). Oleh karena

(25)

itu, persepsi setiap orang dapat berbeda-beda terhadap objek yang sama. Menurut

Sarlito Wirawan, “perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh perhatian, set,

kebutuhan, sistem nilai, ciri kepribadian, dan gangguan kejiwaan. Faktor-faktor

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:”12

1) Perhatian, biasanya kita dapat menangkap seluruh rangsang yang ada di

sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu atau

dua obyek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya,

menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka;

2) Set, yaitu harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul. Misalnya, pada

seorang pelari yang siap di garis start terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari;

3) Kebutuhan, kebutuhan merupakan sesuatu yang perlu untuk dipenuhi oleh

seseorang. Baik kebutuhan yang sifatnya sesaat maupun yang menetap pada

diri seseorang, dan kebutuhan tersebut dapat mempengaruhi persepsi

seseorang mengenai suatu objek;

4) Sistem nilai, sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh

pula terhadap persepsi. Suatu eksperimen di Amerika Serikat menunjukkan

bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin mempersepsi mata uang

lebih besar daripada ukuran sebenarnya. Gejala itu ternyata tidak terdapat

pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya;

5) Ciri kepribadian, masing-masing individu sudah tentu memiliki kepribadian

yang berbeda-beda. Ciri kepribadian dalam diri individu itulah yang

mempengaruhi persepsi. Misalnya, A dan B bekerja pada satu kantor yang

sama di bawah pengawasan satu orang atasan. A yang pemalu dan penakut,

akan mempersepsi atasannya sebagai tokoh yang menakutkan dan perlu

dijauhi, sedangkan B yang mempunyai kepercayaan diri tinggi, menganggap

atasannya sebagai tokoh yang dapat diajak bergaul seperti orang biasa

lainnya;

12

(26)

6) Gangguan kejiwaan, gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan

persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi, halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja.

Menurut Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab berpendapat bahwa,

faktor yang berpengaruh terhadap persepsi adalah perhatian yang selektif, ciri-ciri

rangsangan, nilai, dan kebutuhan individu, dan pengalaman dahulu. Keempat

faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Perhatian yang Selektif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

rangsangan dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus

menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu, individunya

memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan

demikian, objek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek

pengamatan;

2) Ciri-ciri Rangsang

Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih

menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di antara yang

kecil; yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangannya

paling kuat;

3) Nilai dan Kebutuhan Individu

Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam

pengamatannya dibanding seorang bukan seniman. Penelitian juga

menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin

lebih besar dari pada anak-anak orang kaya;

4) Pengalaman Dahulu

Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang

mempersepsi dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan barang baru. Akan

tetapi lain halnya bagi orang Mentawai di pedalaman Siberut atau saudara

(27)

Menurut Carole Wade, “faktor yang mempengaruhi persepsi adalah

kebutuhan, kepercayaan, emosi, dan ekspektasi. Keempat faktor tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut:”13

1) Kebutuhan

Ketika kita membutuhkan sesuatu, atau memiliki ketertarikan akan suatu

hal, atau menginginkannya, kita akan dengan mudah mempersepsikan sesuatu

berdasarkan kebutuhan ini. Sebagai contoh, orang yang lapar akan lebih cepat

melihat kata-kata yang berhubungan dengan makanan ketika kata-kata ini

ditampilkan dalam waktu singkat;

2) Kepercayaan

Apa yang kita anggap sebagai benar dapat mempengaruhi interpretasi

kita terhadap sinyal sensorik yang ambigu;

3) Emosi

Emosi dapat mempengaruhi interpretasi kita mengenai suatu informasi

sensorik. Seorang anak yang takut gelap dapat saja melihat hantu dan bukan

sebuah jubah yang tergantung pada pintu, atau sesosok monster dan bukan

boneka kesayangan;

4) Ekspektasi

Pengalaman masa lalu sering mempengaruhi cara kita mempersepsikan

dunia (Lachman, 1996). Kecenderungan untuk mempersepsikan sesuatu

sesuai dengan harapan disebut sebagai set persepsi. Set persepsi dapat

berguna, set persepsi membantu kita mengisi kata-kata dalam sebuah kalimat,

misalnya, sebelum kita mendengar kalimat tersebut;

e. Perubahan Persepsi

Persepsi itu bukan sesuatu yang statis, melainkan bisa berubah-ubah.

Proses perubahan pertama disebabkan oleh proses faal (fisiologik) dari sistem

syaraf pada indera manusia. Jika suatu stimulus tidak mengalami perubahan,

misalnya, maka akan terjadi adaptasi dan habituasi, yaitu respon terhadap

13

(28)

stimulus itu makin lama makin lemah. Habituasi menunjukkan kecenderungan

fatal dari reseptor yang menjadi kurang peka setelah banyak menerima stimulus.

Di pihak lain, adaptasi adalah berkurangnya perhatian jika stimulus muncul

berkali-kali. Stimulus yang muncul secara teratur lebih mudah diadaptasi daripada

stimulus yang munculnya tidak teratur. Perubahan selanjutnya disebabkan oleh

proses psikologik.

Proses perubahan persepsi secara psikologi antara lain dalam pembentukan

dan perubahan sikap. Pembentukan dan perubahan sikap itu dalam psikologi

biasanya diterangkan sebagai proses belajar atau proses kesadaran (kognisi).

“Dalam proses belajar, yang menjadi fokus adalah adanya rangsang dari luar (stimulus), sedangkan dalam proses kognisi yang utama adalah adanya dorongan atau kehendak dari dalam diri individu sendiri.”14

2. Kompetensi Pedagogik a. Pengertian Kompetensi

Sebagaimana diterangkan dalam UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen dalam Pasal 10 ayat 1 menegaskan bahwa “Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat

kompetensi ini saling berkaitan.

Istilah kompetensi memiliki banyak makna, ada beberapa definisi tentang

pengertian kompetensi yaitu:

a) Menurut R.M. Guion dalam Spencer and Spencer mendefinisikan bahwa

“kompetensi adalah kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya.”15

b) Broke and Stone berpendapat bahwa kompetensi guru merupakan

Descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful”, pengertian tersebut dapat diartikan bahwasannya kompetensi

14

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. 2, h. 121-123

15

(29)

guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang

penuh arti.

c) Dalam UU RI No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen berpendapat bahwa

kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru atau dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan.

Dari uraian di atas nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan

melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi guru

menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Dikatakan

rasional karena memiliki arah dan tujuan, sedangkan performance adalah perilaku nyata dalam arti tidak hanya diamati tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat

mata.

Menurut Gordon sebagaimana yang dikutip oleh E. Mulyasa, ada enam

aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu sebagai berikut:

1) “Pengetahuan, yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru

mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana

melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.

2) Pemahaman, yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu,

misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki

pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar

melaksanakan pembelajaran berjalan secara efektif.

3) Kemampuan, adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan

tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, misalnya kemampuan guru

dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberikan

kemudahan belajar kepada peserta didik.

4) Nilai, adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis

telah menyatu dalam diri seseorang, misalnya standar perilaku guru dalam

(30)

5) Sikap, yaitu perasaan (senang, tak senang, suka-tidak suka) atau reaksi

terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, reaksi terhadap krisis

ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji, dan lain-lain.

6) Minat, adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan,

misalnya minat untuk melakukan sesuatu atau untuk mempelajari sesuatu.”16

b. Pengertian pedagogik

Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld, “pedagogik adalah ilmu yang mempelajari

masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak “mampu

secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.”17 Sehingga guru dalam

menjalankan tugas yang diembannya harus memliki dan memahami serta mampu

mengaplikasikan kemampuan pedagogik agar mampu mengarahkan orang kepada

hal yang lebih baik. “Karena pedagogik dipandang sebagai suatu proses atau

aktivitas yang bertujuan agar tingkah laku manusia mengalami perubahan.”18“Hal

ini berkaitan dengan pengertai pendidikan yang sering diartikan sebagai suatu

usaha manusia untuk membimbing anak yang belum dewasa ke tingkat

kedewasaan, dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala

perbuatannya dan dapat berbuat di atas kaki sendiri.”19

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a,

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah

kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,

dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

Menurut Munif Chatib kompetensi pedagogik adalah kemampuan

mengelola pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman terhadap siswa,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

16

Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 53 17

Uyoh Sadulloh, Pedagogik, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 2

18

Dewi Gusti, Kompetensi Pedagogik, (http://dewigusti.blogspot.com. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2014)

19

(31)

pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. “Lebih

rinci, kompetensi pedagogik diuraikan sebagai:

1) Memahami karakteristik siswa

2) Memahami karakteristik siswa dengan kelainan fisik, sosial-emosional, dan

intelektual yang membutuhkan penanganan khusus

3) Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat untuk menetapkan

kebutuhan belajar siswa dalam konteks budaya yang beragam

4) Memahami cara dan kesulitan belajar siswa

5) Mampu mengembangkan potensi siswa

6) Menguasai prinsip-prinsip dasar belajar-mengajar yang mendidik

7) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan siswa dalam

pembelajaran

8) Merancang aktivitas belajar-mengajar yang mendidik

9) Melaksanakan aktivitas belajar-mengajar yang mendidik

10)Menilai proses dan hasil pembelajaran yang mengacu pada tujuan utuh

pendidikan.”20

Dari pemaparan tentang pedagogik di atas dapat kita maknai bahwa

pedagogik merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam

mendidik siswa. Guru bukan hanya terampil dalam menyampaikan ilmu, tetapi

juga harus dapat mengembangkan pribadi anak dan segala potensi yang dimiliki

olehnya demi sebuah perubahan yang lebih baik.

c. Pengertian guru

Guru bertugas dan bertanggung jawab sebagai agen pembelajaran yang

memotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan melatih siswa sehingga

menjadi manusia berkualitas yang mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya

secara optimal, pada jalur pendidikan formal jenjang pendidikan dasar, menengah,

dan termasuk pendidikan anak usia dini. Kecakapan dalam melaksanakan tugas

sangat diperlukan supaya tujuan pendidikan yang sangat berat itu dapat dicapai

20

(32)

semaksimal mungkin. Hal ini berarti bahwa guru harus benar-benar profesional

dalam melaksanakan tugasnya.

“Menurut Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, guru di Indonesia diharapkan punya empat kompetensi

dalam menjalankan profesinya, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi profesionalisme, dan kompetensi sosial.”21 “Guru

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang pekerjaannya

mengajar.”22

Guru disebut pula sebagai pendidik. “Menurut Samsul Nizar dalam buku

Filsafat Pendidikan Islam dijelaskan bahwa pendidik adalah orang yang

bertanggung jawab terhadap upaya pengembangan jasmani dan rohani peserta

didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas

kemanusiaannya baik (sebagai kholifah fil ardh dan „abd) sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.”23

Guru adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam

bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai

guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata lain “guru adalah orang

yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di

bidangnya.”24 Terdidik dan terlatih maksudnya bukan hanya memperoleh

pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di

dalam kegiatan pembelajaran serta menguasai landasan kependidikan sesuai

dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh guru.

Dari pemaparan di atas mengenai guru, dapat digarisbawahi bahwa guru

adalah seorang pengajar. Dalam bahasa Indonesia, guru pada umumnya

mempunyai tugas yang utama yaitu mendidik, mengajar, membimbing, melatih,

dan menilai peserta didik.

21

Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2013), h. 28 22

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 1989), h. 288

23

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 42 24

(33)

d. Guru Bahasa Indonesia yang Ideal

Guru ideal adalah sosok guru yang mampu menjadi panutan dan selalu

memberikan keteladanan. Guru yang mampu menguasai materi dengan baik, dan

kemudian menyampaikan materi dengan baik sehingga enak didengar dan mudah

dipahami juga merupakan sosok guru yang ideal. Guru, di satu sisi, bisa menarik

manfaat dengan memperhatikan apa yang mungkin memang merupakan strategi

umum bagi pembelajaran bahasa di berbagai konteks dan budaya. “Di sisi lain, ia

perlu selalu peduli akan kebutuhan dan variasi perseorangan dalam pembelajaran,

di luar konteks budaya.”25

Guru ideal yang diperlukan saat ini adalah guru yang memahami benar

profesinya. Profesi guru adalah profesi yang mulia, karena mendidik siswa secara

tulus tanpa mengharapkan imbalan kecuali ridho dari Tuhan.

Guru bahasa Indonesia yang ideal untuk era saat ini adalah guru yang

mampu memanfaatkan fasilitas di era globalisasi atau di era informasi ini untuk

kepentingan mengajar juga membimbing siswa untuk bisa meningkatkan

keterampilan berbahasa (membaca, mendengar, berbicara, dan menulis), karena

keterampilan berbahasa sangat diperlukan dalam setiap kegiatan. Guru bahasa

Indonesia seharusnya mampu menjadi sebuah media untuk siswanya dalam segala

hal permasalahan mengenai Bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia juga harus

bisa menanamkan manfaat dari belajar Bahasa Indonesia. Tidak hanya bermanfaat

dalam hal nilai yang dicapai di dalam kelas, tetapi juga untuk manfaat di luar

kegiatan sekolah.

1) Penguasaan Kebahasaan

Agar pembelajaran bahasa dapat dilakukan secara maksimal dengan

mengikuti kaidah bahasa yang berlaku. Setiap guru perlu melakukan analisis

terhadap unsur kebahasaan yang digunakan pada setiap kompetensi dasar.

Unsur kebahasaan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa termasuk jenis

tata bahasa pedagogis yaitu tata bahasa yang dibuat untuk kepentingan

pembelajaran.

25

(34)

2) Kemampuan Memahami

Untuk dapat berkomunikasi dengan lancar, baik secara lisan maupun

tulis, diperlukan pemahaman kebahasaan. Dalam pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia, pengetahuan, pemahaman, dan penerapan harus selalu

menjadi perhatian para guru. Ketiga ranah tersebut mendapat perhatian yang

sama dengan fokus penekanan pada penerapan atau penggunaan bahasa. Oleh

sebab itu, pembelajaran bahasa yang bersifat pengetahuan dan pemahaman

harus selalu diarahkan untuk penerapan di sekolah-sekolah.

3) Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang saling

berhubungan erat, yaitu meliputi:

a) Keterampilan menyimak: menyimak merupakan kegiatan yang cukup

kompleks karena sangat bergantung kepada unsur yang mendukung, di

antaranya pembicara, penyimak, bahan simakan, dan bahasa lisan yang

digunakan;

b) Keterampilan berbicara: Kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi

artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan;

c) Keterampilan membaca: merupakan suatu proses rekonstruksi makna

melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan pembaca, informasi

yang tersaji dalam bahasa tulis, dan konteks bacaan; dan

d) Keterampilan menulis: melukiskan lambang grafik yang menggambarkan

suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat

membaca lambang grafik tersebut yang di dalamnya mengandung pesan

yang dibawa.

B.Hasil Penelitian yang Relevan

Ada beberapa sumber yang menjadi pegangan dalam melakukan penelitian

ini. Pertama, Yuyun Mufarohah dari jurusan Pendidikan Agama Islam, yang

(35)

bagaimana guru yang seharusnya menurut siswa dalam menyampaikan materi,

sehingga siswa dapat dengan mudah memahami input yang diberikan, khususnya

pelajaran agama Islam.

Kedua, Yuli Yuni dari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

yang berjudul Persepsi Siswa SMP PGRI 1 Ciputat Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi tersebut membicarakan skripsi berdasarkan sikap, motif/keinginan, keterkaitan, harapan, karakteristik objek dan pelaksanaan

pembelajaran bahasa Indonesia. Pada penelitian ini hanya mencari tahu seberapa

besar persepsi siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia tanpa

menghubungkan dengan variabel lain;

Dari kedua penelitian yang relevan di atas terdapat beberapa poin yang

membedakan dengan penelitian yang penulis lakukan. Di antaranya adalah objek

penelitian, waktu, dan tempat penelitian. Yuyun Mufarohah meneliti tentang

persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru Agama Islam dan Yuli Yuni

meneliti tentang persepsi siswa SMP PGRI 1 Ciputat terhadap mata pelajaran

Bahasa Indonesia, sedangkan penulis meneliti tentang persepsi siswa Komunitas

kelas VIII Homeschooling Kak Seto terhadap kompetensi pedagogik guru Bahasa dan Sastra Indonesia.

C.Kerangka Berpikir

Seorang guru mata pelajaran, khususnya guru mata pelajaran bahasa dan

sastra Indonesia haruslah menguasai materi ajar, menguasai strategi pembelajaran,

dan metode pembelajaran, demi tercapainya sebuah tujuan pembelajaran. Salah

satu cara untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran adalah kompetensi pedagogik

yang dimiliki guru. Tujuan pembelajaran yang dapat dicapai tidak terlepas dari

persepsi siswa yang positif terhadap kompetensi pedagogik guru pada mata

pelajaran tersebut. Untuk itu, penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi siswa

(36)

23

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan metode

deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai fenomena

sebanyak-banyaknya sesuai realitas sosial yang ada di masyarakat. Penelitian

tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu memperoleh gambaran

tentang suatu kenyataan atau mengungkapkan data secara jelas mengenai

bagaimana persepsi siswa terhadap keterampilan pedagogik guru bahasa

Indonesia di Komunitas Homeschooling Kak Seto.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Homeschooling Kak Seto, yang beralamatkan di jalan Taman Makam Bahagia ABRI No.3A RT.003/04 Parigi

Lama-Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Adapun penelitian ini dilaksanakan selama 1 tahun (Januari 2014 - Januari

2015) mengenai bagaimana persepsi siswa dengan keterampilan pedagogik guru

bahasa dan sastra Indonesia di Homeschooling Kak Seto.

C. Populasi dan Sampel

“Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”23

Populasi siswa Homeschooling Kak Seto Program Distance Learning dan Komunitas tahun ajaran 2014-2015 berjumlah 201 siswa. Namun, peneliti tidak

akan mengambil jumlah populasi secara keseluruhan, melainkan hanya

mengambil sampel saja, agar subjek yang diteliti tidak terlalu banyak.

23

(37)

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Ada pun sampel

yang akan diteliti berjumlah 20 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan

teknik purposive sampling. Penarikan sampel secara purposif merupakan cara penarikan sampel yang dilakukan dengan memiih subjek berdasarkan kriteria

spesifik yang ditetapkan peneliti secara sengaja karena berdasarkan persyaratan

sampel yang diperlukan. Peneliti menggunakan kelas VIII Komunitas sebagai

sampel karena kelas tersebut memiliki persepsi pada kompetensi pedagogik guru

Bahasa dan Sastra Indonesia cukup baik.

D. Teknik Pengumpulan Data

“Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan masalah

penelitian.”24 Adapun dalam pengumpulan data tersebut diperlukan teknik tertentu

sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan dengan

permasalahan yang hendak dipecahkan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini bersifat

deskriptif analisis, yakni penulis menggambarkan data yang diperoleh dari hasil

penelitian yaitu berupa data dan informasi yang berkaitan dengan judul yang

diteliti.

Untuk mengangkat data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan

riset kepustakaan dan riset lapangan. Adapun teknik pengumpulan data yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Library Research (PenelitianKepustakaan), yaitu data yang diperlukan untuk skripsi ini diperoleh dengan penelitian kepustakaan yaitu membaca buku,

tulisan yang berkait dengan masalah yang diteliti. Dengan penelitian

kepustakaan ini juga diperoleh teori mengenai variabel yang diteliti.

2. Field Research (Penelitian Lapangan), yaitu penelitian yang langsung ke dalam lingkungan obyek penelitian. Teknik yang digunakan dalam penelitian

lapangan yang secara khusus penulis lakukan dalam upaya melengkapi data

24

(38)

akurat yang terkait dengan pembahasan dalam bab-bab selanjutnya. Adapun

teknik pengumpulan data tersebut adalah:

a. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang mengadakan pengamatan secara

langsung dan pencatatan sistematika terhadap fenomena yang ditelitidi

Homeschooling Kak Seto Pusat dilakukan untuk mencari data yang valid yang hendak diteliti, khususnya kelas VIII Komunitas yang menjadi subjek

penelitian.

b. Angket

“Angket merupakan serangkaian pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada siswa mengenai masalah tertentu, yang bertujuan untuk mendapatkan

pandangan dan tanggapan dari siswa tersebut.”25

Metode angket yang

penulis lakukan adalah dengan mengajukan beberapa point pertanyaan

kepada sejumlah responden penelitian yang terkait dengan masalah

penelitian. Bentuk angket yang digunakan adalah angket langsung dan

bersifat tertutup. Angket ini mengandung 20 butir pertanyaan. Setiap butir

pertanyaan memiliki 5 alternatif jawaban, yaitu sangat setuju, setuju,

ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Angket 1 – 10 merupakan butir

pernyataan positif. Angket 11 – 20 merupakan butir pernyataan negatif.

c. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara. Dalam hal ini penulis

mengadakan komunikasi langsung dengan siswa untuk mendapatkan data

yang objektif mengenai bagaimana persepsi siswa terhadap kompetensi

pedagogik guru Bahasa dan Sastra Indonesia.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini

adalah dengan memberikan angket/kuesioner tentang data persepsi siswa terhadap

25

(39)

kompetensi pedagogik guru bahasa dan sastra Indonesia. Angket/Kuesioner

persepsi terhadap kompetensi pedagogik guru Bahasa dan Sastra Indonesia

diberikan berbentuk pilihan ganda, sebuah daftar pertanyaan di mana responden

tinggal memilih salah satu jawaban yang sesuai cara mengungkapkan persepsinya

terhadap kompetensi pedagogik guru Bahasa dan Sastra Indonesia masing-masing

dengan memberi tanda ceklis () pada jawaban yang dipilih (angket terlampir).

F. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang penulis gunakan yaitu variabel bebas.

Sebagai variabel bebasnya adalah persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik

guru bahasa dan sastra Indonesia.

G. TeknikPengolahan Data

Prosedur yang dilaksanakan dalam menganalisis data sebagai berikut :

a. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuesioner yang berhasil dikumpulkan.

b. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai berikut: dalam skala ini terdapat lima kategori jawaban yaitu: sangat

setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Berikut

tabel skor penilaian:

Tabe 1

Skor Penilaian

No Alternatif Jawaban

Skor Pernyataan

Positif Negatif

1 SangatSetuju 5 1

2 Setuju 4 2

3 Ragu-ragu 3 3

4 Tidak Setuju 2 4

(40)

c. Tabulating, yaitu mentabulasi data jawaban yang telah diberikan ke dalam bentuk table. Selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan

persentase.

H. Teknik Analalisis dan Interpretasi Data

1. Teknik Analisis

“Untuk menganalisis setiap variabel digunakan teknik analisis secara deskriptif (dengan persentase), yaitu dengan menggunakan rumus frekuensi

relatif sebagai berikut:

Rumus :  100%

N f P

Keterangan :

P = angka persentase

F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)”26

100% bilangan tetap (kostanta).

Setelah didapat hasil persentase dari angket yang disebarkan kepada siswa,

maka akan menentukan kategori penilaian dari hasil penelitian tersebut, penulis

merumuskan sebagai berikut:

Tabel 2

Angka Persentase

26

Anas Sudijono,Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafido Persada, 2012), Ed. 1, h. 43

No Persentase % Penafsiran

1 100% Seluruhnya

2 90-99% Hampir Seluruhnya

3 60-89% Sebagian Besar

4 51-59% Lebih dari Setengah

5 50% Setengahnya

(41)

I. Sumber Data

Sumber data yang penulis lakukan yaitu:

1. Para Siswa

Sumber data yang diperoleh dari angket yang disebarkan kepada

responden yaitu para siswa di Komunitas Homeschooling Kak Seto tahun ajaran 2014-2015.

2. Kepala Sekolah

Sumber data yang penulis lakukan kepada kepala sekolah

mengenai kondisi objektivitas sekolah.

7 10-39% Sebagian Kecil

8 1-9% Sedikit Sekali

(42)

29

Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang berupa hasil

penghitungan akhir serta pembahasan hasil penelitian, sedangkan untuk perincian

data hasil penghitungan dapat dilihat pada bagian lampiran-lampiran. Data yang

didapat dalam penelitian ini berasal dari hasil observasi dan menyebarkan

angket.

A. Gambaran Umum Homeschooling Kak Seto

1. Profil Homeschooling Kak Seto

Seto Mulyadi atau lebih akrab dipanggil Kak Seto sudah lama

mempraktekkan homeschooling atau sekolah rumah bagi anak-anak. Konsep sekolah rumah memang unik. Menurut Kak Seto, keluarganya menerapkan

sekolah rumah bagi anak-anaknya. Awalnya, Minuk, anak pertama, mengalami

tekanan di sekolah karena dihukum gurunya ketika masih duduk di bangku

sekolah menengah pertama favorit di Jakarta.” Lalu dia menyampaikan pada

ibunya. Mula-mula dipaksa ibunya. Tetapi tetap tidak mau, dan mengatakan lebih

baik saya ke sekolah tapi tidak belajar, atau di rumah tapi saya belajar. Akhirnya,

dengan mengingat hak anak dan mengedepankan yang terbaik bagi anak, akhirnya

saya beri kesempatan Minuk tetap berada di rumah. Tetapi dia menjalankan aktivitas belajarnya,” Kak Seto menjelaskan ihwal mula mempraktekkan sekolah rumah.

Menurut Kak Seto, berkat konsep sekolah rumah dengan kurikulum yang

disusun bersama, motivasi belajar muncul dari dalam diri putrinya. Belajar sambil

bermain, membuat anak merasa nyaman, meskipun belajar sepanjang hari.

Anak-anak jadi senang belajar dengan motivasi internal, motivasi dari Anak-anak itu sendiri.

Sehingga kegiatan homeschooling ini, jika ditanya kapan belajarnya, dari bangun tidur sampai tidur lagi. Di mana belajarnya. Di mana saja bisa di kamar tidur,

ruang tengah, kamar tamu, di halaman, atau juga di luar. Mau pergi ke sawah, ke

(43)

Tapi yang penting, anak-anak dilibatkan untuk menyusun kurikulumnya, mencari

sumber belajar. Sama halnya dengan Dhea putri ke empat Kak Seto, belajar di

rumah sangat menyenangkan. Ia mengaku ingin terus belajar di rumah sampai

menyelesaikan pendidikan setara sekolah menengah atas.

Bagi kebanyakan orang, menempuh pendidikan formal masih merupakan

pilihan utama. Bahkan, lembaga pendidikan formal yang tergolong favorit masih

jadi incaran kebanyakan siswa dan orang tua. Setiap anak mempunyai hak yang

sama untuk mendapatkan pendidikan. Dan, setiap anak sedapat mungkin

memperoleh pendidikan yang layak bagi dirinya. Namun, dalam pengalaman di

lapangan menunjukkan bahwasanya banyak anak mendapatkan pengalaman

kurang menyenangkan selama bersekolah. Sebut saja, kasus Bullying, bentakan dan kekerasan dari guru bahkan pemasungan kreativitas anak. Pengalaman yang

kurang berkesan tersebut menimbulkan Phobia terhadap sekolah (school phobia) bagi anak dan orang tua. Upaya penyeragaman kemampuan dan keterampilan

anak di segala bidang turut mematikan minat dan bakat anak yang tentunya

berbeda-beda, karena setiap anak adalah unik. Lebih jauh lagi, kurikulum yang

terlalu padat dan tugas rumah yang menumpuk membuat kegiatan belajar menjadi

suatu beban bagi sebagian anak. Melihat kondisi ini, maka perlu dicarikan solusi

alternatif bagi anak-anak yang kurang cocok dengan sistem pendidikan formal,

salah satu bentuknya adalah kegiatan homeschooling (sekolah rumah). Berdasarkan alasan ini lah maka Kak Seto sebagai tokoh pendidikan anak beserta

tim, membangun komunitas sekolah rumah yang disebut dengan Homeschooling

Kak Seto (HSKS), yaitu sebuah institusi pendidikan alternatif yang senantiasa

memperhatikan hak anak atas pendidikan. Di samping itu pengalaman yang ia

dapat sendiri ketika anak tertuanya Minuk yang mengalami kesulitan sewaktu di

sekolah formal membuat Kak Seto berpikir untuk mencari sekolah alternatif yaitu

(44)

kapan saja dan dimana saja seperti ia tengah berada di rumahnya. Jadi, meski

disebut homeschooling,tidak berarti anak akan terus menerus belajar di rumah, tapi anak-anak dapat belajar dimana saja dan kapan saja asal situasi dan

kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti “at home”. “Maka dalam sistem Homeschooling, jam pelajaran bersifat fleksibel: mulai dari bangun tidur sampai berangkat tidur kembali.”1

Jenjang pendidikan pada Homeschooling Kak Seto mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Pada tingkat SD terdiri dari kelas I sampai kelas VI, pada tingkat

SMP terdiri dari kelas VII sampai dengan IX, sedangkan pada tingkat SMA terdiri

dari kelas X sampai dengan XII. Homeschooling Kak Seto secara resmi berdiri pada tanggal 4 April 2007. Kantor pusat “HOMESCHOOLING KAK SETO”

(HSKS) di Jl. Taman Makam Bahagia ABRI No. 3A Parigi Lama – Pondok Aren

Bintaro Sektor 9, Tangerang Selatan 15227.

Tabel 3

Jumlah siswa-siswi SMP komunitas Homeschooling Kak Seto Tahun Ajaran 2014-2015

Homeschooling Kak Seto diakui dan dilindungi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sesuai dengan pasal 4 dan

pasal 27 sebagai jalur pendidikan informal, yaitu pendidikan mandiri oleh

keluarga dan lingkungan. Antara jalur pendidikan formal (sekolah biasa),

nonformal (pkbm) dan informal (Homeschooling) dapat saling pindah jalur dengan berkelanjutan dan melengkapi.

1

Gambar

tabel skor penilaian:
Tabel 2 Angka Persentase
Jumlah siswa-siswi SMP komunitas Tabel 3 Homeschooling Kak Seto
Gambaran Umum Homeschooling Kak Eto
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Direktur perusahaan hadir langsung, apabila diwakilkan membawa surat tugas dan mendapat kewenangan penuh untuk mengambil keputusan. Demikian undangan ini disampaikan,

This means that, in Nicaragua and Peru, the average child in the poorest wealth quartile in rural areas has TVIP scores that are more than two standard deviations below the

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis faktor leverage, opini audit, dan laba/rugi operasi, baik secara simultan maupun secara parsial, terhadap audit delay

[r]

informasi yang berkenaan dengan rencana pelaksanaan tindakan, pendapat dari siswa dan guru terhadap penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam. pembelajaran

Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran di SMP Negeri 2 Boja sudah baik, hal ini dapat dilihat pada

m Tugas mandi ri mampu menjelaskan dan menguraikan secara rinci proses gangguan system pencernaan dan Penyakit pada sistem pencernaan mampu menjelaskan gangguan

internet pada saat bekerja memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi.. Cyberloafing juga mengurangi kejenuhan dan kecemasan karyawan