• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Isu Politik yang Berkembang Saat Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Terhadap Preferensi Politik Pemilih (Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomennsen)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Isu Politik yang Berkembang Saat Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Terhadap Preferensi Politik Pemilih (Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomennsen)"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ISU POLITIK YANG BERKEMBANG SAAT PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

TERHADAP PREFERENSI POLITIK PEMILIH

(Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomennsen)

Albert Hutur Franklyn Simanungkalit 100906081

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ALBERT HUTUR FRANKLYN SIMANUNGKALIT (100906081)

PENGARUH ISU POLITIK YANG BERKEMBANG SAAT PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 TERHADAP

PREFERENSI POLITIK PEMILIH (MAHASISWA UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA DAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN)

ABSTRAK

Pelaksanaan kampanye dalam berbagai bentuk akan dilakukan oleh pasangan capres dan cawapres yang maju dalam pemilihan umum. Isu politik juga turut menjadi bagian dari bentuk kampanye yang dilakukan pasangan capres dan cawapres untuk menarik perhatian para pemilih dan juga membentuk preferensi para pemilih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh isu politik yang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik pemilih. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Efek Komunikasi Masa dan juga Pilihan Rasional.

Populasi dalam penelitian ini diambil berdasarkan universitas yang paling sering dimuat di website portal berita online tentang politik yaitu mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen yang berjumlah 37.239 orang. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan selang kepercayaan 90% maka diperoleh sampel sebanyak 100 orang. Lokasi penelitian di Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen. Sementara teknik penarikan sampel menggunakan Multistage Random Sampling. Ada 2 (dua) variabel yang dikaji dalam penelitian ini yaitu Isu Politik (X), dan Preferensi Politik Pemilih (Y). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data diolah menggunakan alat bantu (Statistic Package and Social Science) 20.0 for windows.

(3)

NORTH SUMATERA UNIVERSITY

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT

ALBERT HUTUR FRANKLYN SIMANUNGKALIT (100906081)

THE INFLUENCE OF POLITICAL ISSUE THAT IS GROWING AT THE ELECTION FOR PRESIDENT AND VICE PRESIDENT IN 2014 TO POLITICAL PREFERENCES OF VOTERS (COLLEGE STUDENT OF

NORTH SUMATERA UNIVERSITY AND HKBP NOMMENSEN

UNIVERSITY)

ABSTRACT

Implementation of the campaign in various forms will be carried out by presidential and vice presidential candidates that step ahead in the general election. Political issues also become part of the form's campaign presidential and vice presidential candidates to attract the attention of voters and also establish the preferences of the voters. This research aims to determine the effect of political issue that is growing at the election for president and vice president in 2014 to political preferences of voters. The theory which is used in this research is the Mass Communications Effects and Rational Choice.

The population in this research was based on the most often published universities in the online news portal website on politics those are North Sumatra University students and University HKBP Nommensen about 37.239 people. To calculate the number of samples the researcher used Taro Yamane formula with 10% precision and 90% confidence interval of the obtained sample of 100 people. Research sites are in North Sumatra University and the University of HKBP Nommensen. While the sampling technique using Multistage Random Sampling. There are two (2) variables that were examined in this study, namely Political Issues (X), and Political Preferences of Voters (Y). Data collection tool used in this study was a questionnaire. The data is processed using tools (Statistics Package and Social Science) 20.0 for Windows.

(4)

Karya ini dipersembahkan untuk

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan

karuniaNya penulis diberikan kesempatan dan kesehatan untuk

menyelesaikan studi ini berupa penulisan Skripsi dari hasil penelitianyang

telah diselesaikan.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada Ibu Dra.T.Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu

Politik dan kepada bapak Drs. P. Antonius Sitepu selaku Sekretaris

Departemen Ilmu Politik. Penulis mengucapkan terimakasih

sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Muryanto Amin, S.Sos.,M.Si selaku

pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan berupa

masukan dan kritik yang membangun dalam penulisan skripsi.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dekan Prof. Dr.

Badaruddin M.Si serta seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu

Politik yang telah banyak membantu penulis selama menjalani masa

perkulian di Departemen Ilmu Politik. Ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya juga Penulis ucapkan kepada Mahasiswa Universitas Sumatera

Utara dan Universitas HKBP Nommensen sebagai responden dalam

penelitian, karena telah membantu memberikan data penelitian sehingga

penulis bias menyelesaikan karya ilmiah ini.

Kepada keluarga tercinta yang menjadi alas an utama penulis bias

(6)

menyelesaikan masa studi di Ilmu Politik dan menyesaikan skripsi ini.

Kepada Ayah, dr. Sahat Simanungkalit, terimakasih telah menjadi panutan

dan tokoh yang selalu menjadi inspirasi bagi penulis. Ibunda tercinta, Ibu

Dra. Lamora Harahap terimakasih telah menjadi sumber kekuatan terbesar

dan wanita tertangguh yang menjadi tempat bersandar. Saya selalu

bersyukur terlahir sebagai putra kalian. Kepada saudara-saudaraku, Benhard

Simanungkalit Abraham Simanungkalit dan Christopher Simanungkalit,

terima kasih untuk segala bantuan yang kalian berikan disaat-saat tersulit

penulis.

Untuk teman-teman seperjuangan di Ilmu Politik angkatan 2010, Ruth,

Frans, Sarah, Samuel, Rendi, Nisa, Frank. Dan teman-teman dari Candles

and The Moonlight, Andre, Andri, Veby, yang bersedia membantu dalam

lewat dukungan moral. Dengan adanya semangat yang kalian berikan setiap

waktu, karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Terimakasih

teman-teman.

Penulis menyadari bahwas kripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan

kelemahan. Tetapi dengan segala kekurangannya penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015

(7)

DAFTAR ISI Halaman Persetujuan ...

... iv Daftar Tabel dan Gambar ...

... xi E.1. Efek Komunikasi Massa

(8)

E.3. Isu-Isu Yang Menonjol ... ... 18

E.4. Pembentukan Agenda ... ... 20 E.5. Preferensi Politik ...

... 23 E.6. Teori Pilihan Rasional ...

(9)

K. Sistematika Penulisan ... ... 49

BAB II DESKRIPSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA,

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN DAN KANDIDAT DALAM PEMILU PRESIDEN 2014

A. Universitas Sumatera Utara ……….. 50 B. Universitas HKBP Nommensen ... ... 56

B.1. Profil Universitas HKBP Nommensen ... ... 59 B.2. Visi dan Misi Universitas HKBP Nommensen ...

... 61 B.3. Lokasi Universitas HKBP Nommensen ...

... 61 C. Deskripsi Pasangan Kandidat Prabowo-Hatta ... ... 60

C.1. Profil Prabowo Subianto... ... 62 C.2. Profil Hatta Rajasa ...

... 64 C.3. Visi dan Misi Pasangan Kandidat Prabowo-Hatta ....

... 66 D. Deskripsi Pasangan Kandidat Jokowi-JK ... ... 67

D.1. Profil Joko Widodo ... ... 67 D.2. Profil Jusuf Kalla ... ... 69 D.3. Visi dan Misi Pasangan Kandidat Jokowi-JK ... ... 72

BAB III ANALISIS PENGARUH ISU POLITIK TERHADAP

(10)

A. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas ... D. Variabel (Y) Preferensi Politik ... ... 103 E. Koefisien Regresi Liniear Sederhana ... ... 114 F. Uji Hipotesis ... ... 115

F.1 Uji Signifikasnsi Parsial (Uji T) ... ... 115 F.2 Analisis Koefisien Korelasi ...

... 117 F.3 Koefisien Determinasi ... ... 118

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan

Lampiran 2 OUTPUT SPSS UNTUK UJI VALIDITAS ISU POLITIK

Lampiran 3 OUTPUT SPSS UNTUK UJI VALIDITAS PREFERENSI POLITIK Lampiran 4 OUTPUT SPSS UNTUK UJI RELIABILITAS

Lampiran 5 OUTPUT SPSS UNTUK DISTRIBUSI JAWABAN KUESIONER

RESPONDEN

(11)

Lampiran 7 FOTO CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN INDONESIA PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Sampel Tiap Kelurahan dari Setiap Kecamatan ... 40

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk, Luas Keluraham, Kepadatan Penduduk, Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012 ... 52

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk, Luas Keluraham, Kepadatan Penduduk, Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2012 ... 53

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk, Luas Keluraham, Kepadatan Penduduk, Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Barat Tahun 2012 ... 55

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk, Luas Keluraham, Kepadatan Penduduk, Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012 ... 58

Tabel 2.5 Jumlah Sarana angkutan (umum dan pribadi) tahun 2004-2009 ... 60

Tabel 2.6Jumlah Kendaraan Bermotor tahun 2004 - 2009 ... 61

Tabel 3.1Ringkasan Hasil Uji Validitas Instrumen... 64

Tabel 3.2Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 65

Tabel 3.3Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

Tabel 3.5Deskriptif Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 67

Tabel 3.6Deskriptif Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir . 68

Tabel 3.7Sadar dengan Alat Peraga Kampanye yang ditempatkan di transportasi umum pada Daerah Pemilihan III ... 69

Tabel 3.8Sering Menemukan Alat Peraga Kampanye di Transportasi Umum di Dapil III ... 70

Tabel 3.9Lebih dari sekali melihat Alat perag Kampanye di Tranportasi Umum di Dapil III ... 71

Tabel 3.10 APK dapat mengingat kandidat atau partai DPRD Dapil III ... 72

Tabel 3.11 Spanduk pada becak bermotor ... 73

Tabel 3.12 Stiker pada angkutan umum ... 73

Tabel 3.13 Mobile Billboard yang dipasang pada angkutan umum... 74

Tabel 3.14 Membaca isi/pesan APK pada transportasi umum ... 75

Tabel 3.15 Kelengkapan isi/pesan APK... 76

Tabel 3.16 Isi/pesan Alat Peraga Kampanye tidak berbeli-beli ... 77

Tabel 3.17 Isi/pesan Alat Peraga Kampanye mencakup Promosi personal kandidat atau partai ... 78

(13)

Tabel 3.19 Mengutamakan program partai dalam Pemilu ... 79

Tabel 3.20 Tertarik dengan ideologi partai tertentu ... 80

Tabel 3.21 Analisis kebijakan atau permasalahan kandidat dan partai ... 81

Tabel 3.22 Memperhatikan seorang kandidat atau partai dari Figur kepribadiannya ... 82

Tabel 3.23 Memiliki kedekatan sosial-budaya, nalai, asal-usul, Paha, dan agama dengan kandiat atau partai ... 83

Tabel 3.24 Tidak ingin mengetahui kebijakan seorang kandidat atau Sebuah partai politik ... 84

Tabel 3.25 Menilai kandidat atau partai tidak berdasarkan visi, Misi dan kebijakannya ... 85

Tabel 3.26 Alat Peraga Kampanye di transportasi umum Mempengaruhi keputusan saya dalam memilih ... 86

Tabel 3.27 Coefficients ... 87

Tabel 3.28 Uji T (parsial) ... 88

Tabel 3.29 Model Summary ... 89

Tabel 3.30 Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ... 91

(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ALBERT HUTUR FRANKLYN SIMANUNGKALIT (100906081)

PENGARUH ISU POLITIK YANG BERKEMBANG SAAT PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 TERHADAP

PREFERENSI POLITIK PEMILIH (MAHASISWA UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA DAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN)

ABSTRAK

Pelaksanaan kampanye dalam berbagai bentuk akan dilakukan oleh pasangan capres dan cawapres yang maju dalam pemilihan umum. Isu politik juga turut menjadi bagian dari bentuk kampanye yang dilakukan pasangan capres dan cawapres untuk menarik perhatian para pemilih dan juga membentuk preferensi para pemilih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh isu politik yang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik pemilih. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Efek Komunikasi Masa dan juga Pilihan Rasional.

Populasi dalam penelitian ini diambil berdasarkan universitas yang paling sering dimuat di website portal berita online tentang politik yaitu mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen yang berjumlah 37.239 orang. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan selang kepercayaan 90% maka diperoleh sampel sebanyak 100 orang. Lokasi penelitian di Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen. Sementara teknik penarikan sampel menggunakan Multistage Random Sampling. Ada 2 (dua) variabel yang dikaji dalam penelitian ini yaitu Isu Politik (X), dan Preferensi Politik Pemilih (Y). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data diolah menggunakan alat bantu (Statistic Package and Social Science) 20.0 for windows.

(15)

NORTH SUMATERA UNIVERSITY

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT

ALBERT HUTUR FRANKLYN SIMANUNGKALIT (100906081)

THE INFLUENCE OF POLITICAL ISSUE THAT IS GROWING AT THE ELECTION FOR PRESIDENT AND VICE PRESIDENT IN 2014 TO POLITICAL PREFERENCES OF VOTERS (COLLEGE STUDENT OF

NORTH SUMATERA UNIVERSITY AND HKBP NOMMENSEN

UNIVERSITY)

ABSTRACT

Implementation of the campaign in various forms will be carried out by presidential and vice presidential candidates that step ahead in the general election. Political issues also become part of the form's campaign presidential and vice presidential candidates to attract the attention of voters and also establish the preferences of the voters. This research aims to determine the effect of political issue that is growing at the election for president and vice president in 2014 to political preferences of voters. The theory which is used in this research is the Mass Communications Effects and Rational Choice.

The population in this research was based on the most often published universities in the online news portal website on politics those are North Sumatra University students and University HKBP Nommensen about 37.239 people. To calculate the number of samples the researcher used Taro Yamane formula with 10% precision and 90% confidence interval of the obtained sample of 100 people. Research sites are in North Sumatra University and the University of HKBP Nommensen. While the sampling technique using Multistage Random Sampling. There are two (2) variables that were examined in this study, namely Political Issues (X), and Political Preferences of Voters (Y). Data collection tool used in this study was a questionnaire. The data is processed using tools (Statistics Package and Social Science) 20.0 for Windows.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memilih demokrasi sebagai sistem politik yang berlaku

untuk mengatur setiap kegiatan masyarakat. Dalam sistem demokrasi ada

pilar-pilar yang menopang berjalannya sistem tersebut, salah satunya adalah

pemilihan umum. Sistem demokrasi menetapkan pemilu sebagai salah satu

indikator kemajuan sebuah negara dan hal tersebut menyebabkan

negara-negara mulai melaksanakan pemilu. Pergantian kekuasaan merupakan

jaminan yang diberikan oleh pelaksanaan pemilu pada negara-negara dengan

sistem pemerintahan parlementer dan presidensil.

Pemilu dilaksanakan untuk mentransformasikan kekuasaan secara lebih

beradab dan melembaga. Sejarah dunia memperlihatkan perebutan

kekuasaan dilakukan dengan cara kekerasan. Kekuasaan direbut dengan

melakukan perang dan memakan korban. Pemilu dirancang untuk

menghindari hal tersebut, sehingga kekuasaan diperebutkan dengan cara

yang lebih manusiawi dan tanpa memakan korban.

Indonesia melaksanakan pemilu untuk pertama kali pada tahun 1955 setelah

menyatakan kemerdekaan pada tahun 1945. Pemilu 1955 bertujuan untuk

memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Konstituante. Pemilu kedua

(17)

pemerintahan Ir.Soekarno, pemilu hanya dilaksanakan satu kali, sebab

Soekarno membubarkan DPR hasil pemilu dan mengangkat dirinya sebagai

presiden seumur hidup. Kekuasaan Soekarno kemudian digulingkan oleh

Soeharto.

Pemilu kedua kemudian dilakukan pada tanggal 3 Juli 1971 dan kemudian

setelah pemilu tahun 1977, pemilu dilaksanakan setiap lima tahun secara

rutin, yaitu tahun 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pemilu yang dilaksanakan

dalam kurun waktu tersebut selalu dimenangkan oleh Soeharto dan

Golongan Karya. Setelah 32 tahun berkuasa, Soeharto dilengserkan dari

jabatannya sebagai presiden dan digantikan oleh wakilnya B.J. Habibie.1

Pemilu tahun 1999 menetapkan Abdurahman Wahid sebagai presiden dan

Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden. Tahun 2004 untuk pertama

kali Indonesia melaksanakan pemilihan umum presiden secara langsung dan

dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla, dan pemilu

pada tahun 2009 kembali dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono

dengan Boediono sebagai wakil presidennya.

Undang-Undang no. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum

Presiden dan Wakil Presiden pasal 3 ayat 1 menyebutkan Pemilu Presiden

dan Wakil Presiden dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali. Berdasarkan

hal tersebut maka Indonesia kembali melaksanakan pemilihan umum

presiden dan wakil presiden pada tahun 2014. Untuk mencegah kekuasaan

1

(18)

dipegang terlalu lama dan melahirkan rezim otoriter maka masa jabatan

presiden dan wakil presiden diatur dalam UUD 1945 pasal 7 yang

menyebutkan bahwa Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan

selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan

yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Artinya seorang presiden

memiliki masa jabatan maksimal sepuluh tahun atau dua periode jabatan.

Bedasarkan konstitusi tersebut maka Susilo Bambang Yudhoyono selaku

Presiden Republik Indonesia terpilih selama dua periode pada tahun 2004

dan 2009 tidak dapat mencalonkan diri kembali sebagai calon presiden, dan

dalam pemilu tahun 2014 akan diikuti oleh calon presiden yang baru.

Rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum menetapkan hasil Pemilihan

umum DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang diikuti

12 partai politik, dan 2 partai diantaranya tidak melewati ambang batas

Parliamantary Treshold sebesar 3,5% yaitu PKPI dan PBB. Sesuai dengan Keputusan KPU no 411/kpts/KPU/2014 maka perolehan suara Pemilihan

Umum DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota sebagai

berikut:

Tabel 1.1

Perolehan Suara Pemilihan Umum DPR Tahun 2014

No Nama Partai Perolehan Suara Persentase Suara

1 Nasdem 8.402812 6,72%

2 PKB 11.298.957 9,04%

3 PKS 8.480.204 6,97%

4 PDIP 23.681.471 18,95%

5 Golkar 18.432.312 14,75%

(19)

7 Demokrat 12.728.913 10,19%

8 PAN 9.481.621 7,59%

9 PPP 8.157.488 6,53%

10 Hanura 6.579.498 5,26%

Sumber: Keputusan Hasil Pemilihan Umum Nomor: 411/Kpts/KPU Tahun 2014 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2014

Undang-Undang no. 42 tahun 2008 pasal 9 menyebutkan bahwa

pasangan calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik

peserta pemilu yang memenuhi 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi

DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional

dalam Pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan

Wakil Presiden. Bersarkan Keputusan KPU no 411/Kpts/KPU tahun 2014

dan UU no 42 tahun 2008 pasal 9 maka tidak ada partai politik yang dapat

mencalonkan presiden dan wakil presiden secara tunggal sebagai partai dan

harus bergabung dengan partai lain untuk mencalonkan presiden dan wakil

presiden pada pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2014.

Pemilu 2014 memiliki dua poros kekuatan koalisi partai yang mengusung

presiden dan wakil presidennya. Koalisi yang mengusung pasangan kandidat

Prabowo-Hatta terdiri dari Partai Golkar, PPP, PAN, PBB, Partai Gerindra,

dan PKS. Koalisi yang mengusung pasangan kandidat Jokowi-JK terdiri dari

Partai Nasdem, PDIP, PKB, Partai Hanura, dan PKPI. Kedua koalisi

tersebut memiliki mesin politik yang sama-sama kuat, yang digerakkan oleh

partai dan tokoh masyarakat juga organisasi sayap partai-partai pengusung

(20)

pemilih semakin yakin dan akan memilih kandidat yang berkompetisi dalam

pemilu. Kampanye yang berlangsung akan diikuti oleh isu politik yang

berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Isu politik adalah berita ataupun masalah politik yang sedang hangat

diperbincangkan tetapi belum jelas kebenarannya.2 Isu politik merupakan

salah satu cara yang digunakan untuk memberi kesan bagus ataupun kesan

buruk terhadap objek yang dibahas dalam isu politik tersebut. Isu politik

biasanya berkembang sangat cepat ketika masa kampanye pada pemilu.

Kampanye tersebut tidak selalu diikuti oleh tujuan baik, banyak kampanye

yang bertujuan untuk merusak citra kandidat lain peserta pemilu atau sering

disebut dengan black campaign. Bentuk lain dari kampanye yang merusak citra lawan adalah negative campaign yang dilakukan dengan cara membesarkan isu kelemahan kandidat lain. Isu politik yang berkembang

dapat mempengaruhi preferensi politik seseorang dalam memutuskan

pilihan terhadap kandidat dalam pemilu. Hal ini disebabkan sebagian

masyarakat yang mendengar isu yang sedang berkembang tersebut langsung

mempercayai isu tersebut.

Preferensi atau selera adalah sebuah konsep yang digunakan pada

ilmu sosial, khususnya ekonomi. Ini mengasumsikan pilihan ralitas atau

imajiner antara alternatif-alternatif dan kemungkinan dari pemeringkatan

alternatif-alternatif tersebut berdasarkan kesenangan, kepuasan, gratifikasi,

2

(21)

pemenuhan, kegunaan yang ada.3 Cara pengurutan yang baik dalam

pemeringkatan preferensi tidak memiliki sudut pandang kesalahan. Setiap

warga negara berhak menentukan urutan preferensi berdasarkan kebutuhan

dan kepentingan mereka baik secara individu maupun kelompok

masyarakat, sehingga sebuah preferensi muncul sebagai keputusan.

Pemilu di Indonesia memiliki karakteristik berbeda di tiap pemilu yang

berlangsung, pada masa orde baru banyak pengamat politik yang

menganggap bahwa pemilu yang berlangsung di Indonesia memiliki

tingakat partisipasi yang tinggi dan memiliki pemenang tetap akibat dari

mobilisasi yang dilakukan rezim yang sedang berkuasa, bukan sebagai

bentuk kemandirian warga negara yang memiliki hak konstitusi.4

Masyarakat pada masa tersebut tidak memiliki kesempatan untuk memilih

berdasarkan preferensi politik masing-masing individu. Perbedaan

karakteristik juga terlihat pada pemilu 2014 sebab pada pemilu 2014 muncul

calon alternatif yang belum pernah mengikuti pemilu presiden, walaupun

tetap ada kandidat yang pernah mengikuti pemilu presiden periode 2004

maupun 2009. Kemunculan kandidat baru ini mengakibatkan timbulnya

preferensi politik baru di tengah-tengah masyarakat.

Cukup banyak isu yang berkembang baik untuk menaikkan citra

kandidat maupun yang dikembangkan dengan tujuan untuk merusak citra

kandidat. Peserta pemilu Presiden dan Wakil Presiden nomor 1, yaitu

3

(22)

pasangan Prabowo-Hatta diterpa isu tentang pelanggaran HAM yang

dilakukan Prabowo saat masih aktif dalam kegiatan militer. Hal tersebut

juga dialami oleh peserta pemilu Presiden dan Wakil Presiden nomor 2 yaitu

pasangan Jokowi-JK. Jokowi diisukan bukan memeluk agama Islam.

Banyak masyarakat yang menerima isu yang dilontarkan oleh

simpatisan pendukung kandidat maupun kelompok-kelompok yang tidak

menyukai kandidat tersebut. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh LSI,

ada beberapa isu yang digunakan untuk menurunkan elektabilitas Prabowo,

yaitu tentang kasus penculikan aktivis mahasiswa pada tahun 1998. Isu ini

kemudian terus melebar dengan kemunculan dokumen rahasia tentang

pemecatan Prabowo akibat kasus penculikan tersebut dan keaslian dokumen

ini juga dibenarkan oleh Agum Gumelar.5

Survei yang dilakukan oleh LSI terhadap Jokowi, beberapa isu yang

digunakan untuk menurunkan elektabilitas Jokowi yaitu tentang Jokowi

adalah capres boneka, tidak amanah karena meninggalkan jabatan Gubernur

Jakarta, indikasi keterlibatan terhadap korupsi busway, kemudian yang

paling memberi efek adalah Jokowi dikesankan keturunan non-pribumi,

beragama minoritas, bahkan keturunan PKI.6 Black campaign yang menyebutkan Jokowi bukan Islam cukup membuat kemerosotan signifikan

terhadap elektabilitas pasangan nomor 2 tersebut, hal ini terus berkembang

5

Adjie Alfaraby et al. 2014,“Akankah Laju Prabowo Terhenti? Kasus Aktivis Gate”. Lembaga Survei Indonesia. hal 5-6

6

(23)

hingga ke pelosok desa. Sekalipun berita tersebut bohong tapi cukup

memengaruhi pemilih yang datang dari segmen Muslim konservatif,

pendidikan menengah ke bawah dan ekonomi mengengah ke bawah.

Berdasarkan survei LSI sejak Januari 2014-Juni 2014, dukungan kepada

Jokowi di segmen pemilih itu merosot dari di atas 50% menjadi di bawah

40%. Padahal jumlah pemilih segmen tersebut sekitar 60%-70% populasi.7

Berikut adalah hasil survei yang dilakukan LSI sejak September 2013

terhadap Prabowo dan Jokowi:8

Tabel 1.2

Elektabilitas Prabowo dan Jokowi

Sumber: Release Hasil Quick Count Lingkaran Survei Indonesia 9 Juli 2014”People Power Dalam Kemenangan Jokowi-JK

Selisih elektabilitas sebesar 0,5% berdasarkan survei LSI

menunjukkan penurunan elektabilitas Jokowi dan kenaikan elektabilitas

(24)

Prabowo disebabkan oleh black campaign dan negative campaign yang menyebutkan Jokowi bukan Islam, keturunan non-pribumi, bahkan

keturunan PKI, dan meninggalkan jabatan sebagai Gubernur Jakarta. Hal ini

memperburuk citra Jokowi bagi kalangan tertentu, dan dapat mengalihkan

suara dari kalangan swing voters berjalan ke kubu Prabowo. Begitu juga sebaliknya, isu penculikan aktivis yang menerpa Prabowo memperburuk

citranya dan mengarahkan suara ke kubu Jokowi.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa peralihan

dukungan akibat isu yang beredar di tengah-tengah masyarakat lebih besar

dari kubu Jokowi, dan masyarakat mempercayai isu-isu tersebut. Pada Mei

2014, survei LSI menunjukkan pada segmen mahasiswa, elektabilitas

Jokowi dan Prabowo berbeda 0,5%, yaitu 26,14% kepada Prabowo-Hatta

dan 26,60% kepada Jokowi-JK.9

Tabel 1.3

Distribusi Pemilih Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta

No Kategori Prabowo-Hatta Jokowi-JK Tidak Tahu

1 Lulus SD atau

Sumber: Laporan Survei Lembaga Survei Indonesia “Head to Head Jokowi-JK Versus

Prabowo-Hatta Dan Kampanye Negatif

Dari tabel di atas dapat dilihat perbedaan kedua kandidat hanya

berbeda 0,5% yang diungguli oleh Jokowi-JK pada segmen kuliah atau di

9

(25)

atasnya. Survei Poltracking pada awal Juni menyebutkan bahwa mahasiswa

lebih memilih Prabowo daripada Jokowi. Pada segmen mahasiswa,

Prabowo-Hatta unggul dengan 48,3% dan Jokowi-JK sebesar 40,4%.10

Tabel 1.4

Sebaran Pemilih Pasangan Capres dan Cawapres Berdasarkan Kluster Profesi Pemilih

No Kluster Profesi Pemilih Prabowo-Hatta

Sumber: Laporan Survei Nasional Membaca Peta Dukungan Dan Elektabilitas Capres-Cawapres Pada Pemilu Presiden 2014

Tabel di atas memperlihatkan semakin banyak pemilih segmen mahasiswa

yang menetapkan pilihannya kepada kedua kandidat, dan keunggulan

Jokowi-JK dibalikkan oleh Prabowo-Hatta dalam waktu singkat. Pada Mei

2014 selisih kedua kandidat hanya 0,5% kemudian pada Juni 2014 selisih

tersebut melebar dan berubah menjadi 7,9%. Hal inilah yang mendasari

peneliti memilih mahasiswa sebagai objek penelitian, sebab jika dilihat dari

survei LSI dan Poltracking maka ada indikasi kenaikan elektabilitas pada

10

(26)

segmen mahasiswa terpengaruh oleh isu politik yang beredar di

tengah-tengah masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Pemuda yang dianggap sebagai kaum intelektual dan memiliki

pengetahuan yang lebih tinggi dari masyarakat pada umumnya, diharapkan

untuk dapat memilih informasi yang diterimanya dan mencari kebenaran

informasi tersebut. Mahasiswa sebagai kaum intelektual diharapkan dapat

menganalisis isu yang beredar di tengah-tengah masyarakat sehingga dapat

menjatuhkan pilihan terhadap pasangan kandidat calon Presiden dan Wakil

Presiden bukan disebabkan oleh negative campaign maupun black campaign

melainkan dengan mengedepankan hal-hal yang bersifat memecahkan

masalah yang dialami oleh negara, tidak seharusnya termakan isu-isu

tentang primordialitas. Kenyataannya berdasarkan survei LSI, sebanyak

59,2% dari segmen pemuda mempercayai isu negatif tentang penculikan

aktivis oleh Prabowo.11

Penelitian “Pengaruh Isu Politik Yang Berkembang Saat Pemilihan

Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Terhadap Preferensi

Politik Pemilih” yang dilakukan penulis difokuskan kepada mahasiswa yang

berada di Kota Medan dengan menjadikan universitas yang berada di Kota

Medan sebagai populasinya. Penulis memilih Universitas Sumatera Utara

dan Universitas HKBP Nomensen sebagai kluster untuk penarikan sampel.

11

(27)

Pemilihan kedua universitas ini didasari oleh intensitas kegiatan

kemahasiswaan yang berkaitan dengan politik kedua universitas tersebut

merupakan yang paling sering dimuat dalam portal berita online Kota

Medan.12

Partisipasi pemilih pada pemilu terus menurun sejak tahun 2004

hingga menjelang pemilu 2014. Penurunan ini tidak hanya terjadi dalam

pemilu legislatif ataupun pemilu Presiden dan Wakil Presiden saja, namun

juga terjadi pada Pemilu Kepala Daerah di berbagai daerah di Indonesia.

Penurunan ini kemudian mengalami kenaikan pada pemilu Presiden dan

Wakil Presiden 2014. Beberapa pengamat politik memandang hal ini

disebabkan oleh munculnya capres alternatif atau capres yang belum pernah

ikut pemilu presiden dan belum pernah menjadi eksekutif pada skala negara.

Hal ini menimbulkan adanya preferensi tertentu terhadap pasangan kandidat

yang menjadi peserta pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014.

Selisih elektabilitas pasangan capres-cawapres yang begitu tipis di setiap

survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei manunjukkan bahwa

pemilih memiliki preferensinya masing-masing dalam menentukan

pilihannya.

Permasalahan penelitian ini adalah sebagai kaum intelektual yang

memiliki analisis yang lebih tajam jika dibandingkan masyarakat pada

umumnya, mahasiswa diharapkan memilih berdasarkan aspek untuk

12

(28)

pemecahan masalah yang dialami negara saat ini. Sementara kenyataannya,

berdasarkan survei yang dilakukan oleh LSI dan Poltracking, ada indikasi

mahasiswa terpengaruh oleh isu politik yang berkembang pada saat masa

kampanye, melihat lonjakan elektabilitas Prabowo yang naik sebesar 8,4%

dalam waktu singkat. Maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana pengaruh isu politik yang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik mahasiswa Kota Medan (Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen) pada pemilihan umum Presiden dan

Wakil Presiden tahun 2014?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh isu politik

peserta pemilihan umum terhadap preferensi politik mahasiswa Kota Medan

dan juga mendeskripsikan hal apa yang menjadi alasan utama mahasiswa

menentukan pilihan.

D. Manfaat Penelitian D.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang

bermanfaat bagi pengembangan ilmu politik, serta memberikan sumbangan

data empiris dan analisis ilmiah mengenai pengaruh isu politik terhadap

preferensi politik mahasiswa Kota Medan pada pemilu Presiden dan Wakil

(29)

D.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis dari segi

pemahaman dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir penulis dalam

melihat pengaruh isu politik terhadap preferensi politik pada segmen

mahasiswa di Kota Medan. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi bahan

perbandingan maupun sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi

penulis-penulis yang tertarik untuk mengadakan penelitian di bidang yang

sama.

E. Kerangka Teori

E.1 Efek Komunikasi Massa Terhadap Opini dan Sikap Publik

Opini dan sikap tidak dapat diamati secara langsung atau didefinisikan

secara cukup tepat untuk memungkinkan adanya pengukuran yang pasti.

Sikap merupakan kepribadian dasar atau perangkat mental terhadap

beberapa objek secara umum diukur dalam kaitannya dengan respons verbal

terhadap pernyataan evaluatif. Respons-respons ini biasanya diubah ke

dalam skala yang menunjukkan arah individual dan kekuatan atas

kecenderungan dalam kaitannya atas sebuah objek (misalnya partai politik

atau pemimpin atau isu).

Ada dua hal yang mencirikan bentuk utama dari komunikasi politik

yang dapat dianggap sebagai efek. Pertama, ada kampanye periodik untuk

pemilihan di mana media biasanya digunakan secara intensif oleh kandidat

(30)

berita yang membawa pesan mengenai peristiwa yang mencerminkan sifat

positif atau negatif, baik dari pemerintah maupun aktor lain di arena politik.

Hal ini menyediakan banyak kesempatan bagi iklan politik oleh aktor yang

sama yang independen dari pemilihan. Upaya spesifik juga terkadang dibuat

untuk memengaruhi opini atas isu tertentu atas nama berbagai kelompok

lobi dan tekanan melalui berbagai cara.

Partai dan kandidat yang berkampanye biasanya memilih dari

sejumlah strategi komunikasi yang tersedia, tergantung pada kondisi dan

sumberdaya, dan sering kali tergantung apakah mereka pemerintah yang

sedang berkuasa atau tidak. Mereka dapat mencoba menghubungkan diri

mereka sendiri dengan isu tertentu di mana mereka memiliki catatan atau

klaim tertentu. Di sinilah mereka dapat memberikan kerangka pada isu dan

mengatur agenda berita yang bersangkutan. Mereka dapat bertujuan untuk

mendapatkan citra menarik melalui asosiasi, gaya, atau kepribadian alih-alih

melalui kebijakan. Mereka dapat menyerang lawan berdasarkan kelemahan

apapun yang mereka tampilkan meskipun hal negatif dapat menghilangkan

motivasi para pemilih secara umum.13 McQuail memperlihatkan jika isu dikelola dengan sedemikian rupa maka pandangan pemilih dapat diarahkan

ke dalam pemahaman sesuai keinginan aktornya. Efek yang diungkapkan

McQuail menjadi dasar pemikiran dalam penelitian ini, bahwa isu berpengaruh besar kepada pemilih dalam pemilu.

13

(31)

E.2 Priming

Iyengar, Peters, dan Kinder juga menemukan cara khusus bagaimana tayangan berita televisi mungkin mempunyai dampak pada pemilihan

presiden. Dengan menentukan agenda untuk kampanye pemilihan, media

juga menentukan kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi calon-calon

presiden. Iyengar dan para koleganya menyebut proses ini priming. Priming adalah proses dimana media berfokus pada sebagian isu dan tidak pada isu

lainnya dan dengan demikian mengubah standar yang digunakan orang

untuk mengevaluasi para calon pemilihan.

Para peneliti menemukan suatu bukti priming dalam eksperimen mereka. Para subjek dalam eksperimen, di samping ukuran-ukuran yang

telah kita bahas, juga menilai Presiden Carter pada kinerjanya dalam tiga

masalah spesifik – pertahanan, polusi, dan inflasi. Mereka juga memberi

penilaian umum mengenai kinerja, kompetensi, dan integritas Carter secara

keseluruhan. Seperti yang telah diramalkan dengan konsep priming, korelasi antara penilaian keseluruhan dan penilaian dalam bidang masalah yang

spesifik adalah lebih besar bagi responden yang melihat liputan yang

menekankan bidang masalah itu daripada korelasi antara penilaian

keseluruhan dan penilaian dalam bidang masalah yang spesifik untuk

responden yang melihat liputan yang mengabaikan bidang masalah itu.

Misalnya, ketika responden melihat liputan yang menekankan inflasi,

(32)

secara keseluruhan adalah 0,63. Tapi ketika responden melihat liputan yang

mengabaikan inflasi, korelasi antara penilaian kinerja Carter pada inflasi dan

penilaian kinerjanya secara keseluruhan adalah 0,39. Dengan kata lain,

responden mengevaluasi Presiden Carter dipandang dari segi topik-topik

yang telah mereka lihat ditekankan dalam berita akhir-akhir ini. Ini

merupakan cara yang agak halus namun sangat kuat berkenaan dengan

bagaimana penentuan agenda dapat mempengaruhi pemilihan kita yang

paling penting.

Iyengar dan Simon menyelidiki priming dalam liputan berita krisis Teluk Persia pada tahun 1990 sampai dengan 1991. Pertama, mereka

menemukan dampak penentuan agenda dasar. Ketika krisis Teluk Persia

mulai mendominasi liputan berita, krisis tersebut juga muncul dalam jajak

pendapat opini publik sebagai masalah nasional yang paling penting. Tetapi

mereka juga menemukan bahwa liputan yang meningkat pada isu ini terus

memengaruhi evaluasi Presiden Bush secara keseluruhan. Selama krisis

Teluk, opini kinerja kebijakan luar negeri Bush lebih kuat berhubungan

dengan evaluasi Bush secara keseluruhan daripada opini kinerja ekonomi

Bush. Sebelum krisis Teluk, opini tentang kinerja ekonominya lebih penting

daripada opini kebijakan luar negeri.14

14

(33)

Teori ini digunakan penulis menjadi dasar bahwa jika media

berfokus pada isu tertentu maka hal tersebut akan mempengaruhi evaluasi

pemilih terhadap pasangan kandidat Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK.

Penulis menggunakan fokus isu politik sebagai sub variabel dalam

penelitian ini agar dapat menjadi salah satu alat ukur dalam penelitian ini.

Fokus isu politik yang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil

presiden dapat dibagi menjadi empat belahan yaitu:

1. Isu Pelanggaran HAM Yang Dilakukan Prabowo

2. Isu Agama Jokowi Bukan Islam

3. Isu Prabowo-Hatta Akan Mengembalikan Kekayaan Nasional

4. Isu Penguatan Rupiah Karena Pasangan Jokowi-JK

E.3 Isu-Isu Yang Menonjol

Beberapa penelitian tentang penentuan agenda yang berusaha

menunjukkan arah kausalitas dengan menggunakan penelitian panel pada dua titik

akhirnya hanya menunjukkan dampak penentuan agenda yang lemah.. Penelitian

yang dilaksanakan oleh Tipton, Haney, dan Baseheart kemudian Harold Gene Zucker15 membuat hipotesis bahwa penyebab hal ini mungkin karena penelitian-penelitian sebelumnya berdasarkan asumsi yang salah, yaitu bahwa dampak

penentuan agenda akan terjadi pada semua isu.

Zucker (1978) terus menyatakan bahwa menonjolnya isu mungkin menjadi faktor yang penting dalam apakah terjadi penentuan agenda atau tidak. Zucker menyatakan bahwa semakin kurang pengalaman langsung yang dimiliki publik berkenaan dengan

15

(34)

bidang isu tertentu, semakin besar publik harus bergantung pada media berita untuk informasi tentang bidang itu. Isu yang dialami langsung oleh publik, seperti pengangguran, adalah isu yang menonjol (obstrusive issues). Isu yang mungkin tidak dialami langsung oleh publik, misalnya polusi, adalah isu yang tidak menonjol (unobsrusive issues).

Dia mengatakan bahwa dampak penentuan agenda semestinya tampak bagi pengguna dan bukan pengguna media berita. Apabila penentuan agenda sebagian besar terjadi pada isu-isu yang tidak menonjol, maka cara orang mengetahui isu-isu tersebut hanya melalui media atau dengan berbicara dengan orang lain yang telah terekspos pada media..16

Penelitian yang dilakukan Zucker memperlihatkan isu yang berkenaan langsung dengan segmen tertentu dapat mempengaruhi

pandangan segmen tersebut terhadap para kandidat dalam pemilihan umum.

Penulis menggunakan hasil penelitian Zucker dimana pengalaman terhadap isu sebagai sub variabel untuk menjadi salah satu alat ukur dalam penelitian

ini. Pengalaman terhadap isu dalam penelitian ini berkaitan dengan dunia

pendidikan dan kepemudaan maupun kemahasiswaan, sebab segmen yang

berkenaan akan isu dalam penelitian ini adalah pemuda dan mahasiswa yang

berada dalam dunia pendidikan. Terdapat empat belahan yang menjadi

indikator pada sub variabel ini, yaitu:

1. Memilih Pasangan Prabowo-Hatta Karena Isu Perbaikan Dunia

Pendidikan

2. Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan

3. Memilih Pasangan Prabowo-Hatta Karena Isu Pembangunan Pemuda

4. Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Pembangunan Pemuda

E.4 Pembentukan Agenda 16

(35)

Peneliti Gladys Engel Lang dan Kurt Lang meneliti hubungan antara pers dan opini publik selama krisis Watergate dan menemukan bahwa gagasan asli penentuan agenda perlu diperluas untuk menjelaskan babak yang rumit dalam

sejarah Amerika. Mereka menganjurkan agar konsep penentuan agenda diperluas

menjadi konsep pembentukan agenda (agenda building), proses kolektif di mana, media, pemerintah, dan publik saling memengaruhi satu sama lain dalam

menentukan isu-isu apa yang dianggap penting. Mereka merinci proses tersebut

ke dalam enam langkah:

1. Pers menyoroti beberapa kejadian atau aktivitas dan membuat kejadian

atau aktivitas tersebut menjadi menonjol.

2. Jenis-jenis isu yang berbeda membutuhkan jumlah dan jenis liputan

berita yang berbeda untuk mendapatkan perhatian. Watergate adalah isu ambang batas tinggi (hingh-tress hold) (atau tidak menonjol), dan oleh karena itu, dia memerlukan liputan yang komperhensif untuk

mendapatkan perhatian publik.

3. Peristiwa-peristiwa dan aktivitas dalam fokus perhatian harus

“dibingkai”, atau diberi bidang makna di mana di dalamnya peristiwa

dan aktivitas tersebut dapat dipahami. Watergate semula dibingkai sebagai isu partisan dalam kampanye pemilihan, dan hal ini

membuatnya sulit untuk dilihat dalam kerangka yang berbeda, yaitu

(36)

4. Bahasa yang digunakan media dapat memengaruhi persepsi akan

pentingnya sebuah isu. Refrensi awal pendobrakan Watergate sebagai sebuah “kelakar”, yang terus ada selama berbulan-bulan, cenderung

merendahkannya. Refrensi berikutnya yang mengganti refrensi

sebelumnya dengan istilah skandal meningkatkan nilai penting isu

tersebut.

5. Media menghubungkan aktivitas atau kejadian yang telah menjadi

faktor perhatian dengan simbol-simbol sekunder yang lokasinya pada

lanskap politik mudah diketahui. Orang memerlukan dasar untuk

berpihak pada sebuah isu. Dalam kasus Watergate, mereka dibantu untuk melakukan keberpihakan ketika isu ini dihubungkan dengan

simbol-simbol sekunder seperti “keharusan menyampaikan fakta” dan

“kepercayaan pada pemerintah”.

6. Pembentukan agenda dipercepat ketika individu-individu yang terkenal

dan dapat dipercaya mulai berbicara sebuah isu. Misalnya, ketika

Hakim John Sirica berkata bahwa ada kebenaran yang disembunyikan

kepada publik dalam kasus Watergate, pertanyaan ini mempunyai dampak yang dramatis pada publik dan juga pada orang-orang dari

partai Republik, yang kemudian lebih bersedia untuk membuka

mulut.17

17

(37)

Penelitian Lang memperlihatkan ketika individu yang terkenal dan dapat dipercaya membicarakan sebuah isu, publik cenderung percaya akan

isu tersebut. Aktor yang menyebarkan isu menjadi penting dimana pada

masa sekarang ini aktor tidak lagi terbatas pada manusia tetapi bisa melalui

media lain. Peneliti menggunakan aktor yang menyebarkan isu sebagai sub

variabel dalam penelitian ini. Sub variabel aktor yang menyebarkan isu

ditetapkan oleh peneliti memiliki empat belahan yang menjadi indikator

dalam penelitian ini yaitu:

1. Televisi

2. Surat Kabar

3. Media Sosial

4. Tokoh

E.5 Preferensi Politik

Preferensi merupakan sebuah konsep yang digunakan pada ilmu

sosial, khususnya ekonomi. Ini mengasumsikan pilihan ralitas atau imajiner

antara alternatif dan kemungkinan dari pemeringkatan

alternatif-alternatif tersebut berdasarkan kesenangan, kepuasan, gratifikasi,

pemenuhan, kegunaan yang ada. Preferensi menciptakan urutan-urutan

alasan subjektif seseorang dan memberikan alternatif pilihan kepada

seseorang. Secara sederhana preferensi dapat dikatakan sebagai syarat-syarat

yang menjadi dasar seseorang untuk menetapkan pilihannya berdasarkan

(38)

Preferensi politik adalah pilihan tindakan yang berdasarkan

nilai-nilai yang diyakini untuk memberikan respon politik yang ada pada diri

seseorang.18 Tindakan politik akan diwujudkan seseorang berdasarkan

nilai-nilai politik yang diyakini orang tersebut. Hal ini yang menjadi faktor yang

menentukan untuk mengarahkan agar merespon situasi yang dihadapinya.

Nilai-nilai yang diyakini tersebut juga sering dijadikan sebagai motivasi dan

minat seseorang terhadap politik. Respon politik muncul dengan kegiatan

seseorang memutuskan memilih atau memutuskan pilihan politiknya.

Preferensi politik, tidak menunjukkan bahwa pemilih selalu menjadi

aktornya. Pemerintah juga memiliki preferensi politik dalam menjalankan

pemerintahannya, contohnya pada pemerintahan SBY, pendidikan

merupakan preferensi politiknya, hal ini dapat dilihat dari APBN Indonesia

yang menempatkan pendidikan sebagai sektor yang paling banyak mendapat

anggaran yaitu sebesar 20%.

E.6 Teori Pilihan Rasional

Dalam perspektif ekonomi politik secara umum, teori pilihan

rasional berusaha mengembangkan aksioma-aksioma tentang pilihan terbaik

dan preferensi yang sudah digagas oleh pakar-pakar Klasik dan Neoklasik

sebelumnya. Rasionalitas yang dikembangkan oleh pakar-pakar ekonomi

politik baru, terutama dalam pilihan rasional, terkait dengan konsep-konsep

18

(39)

seperti kesukaan atau preferensi (preference), kepercayaan (beliefs), peluang (opportunities), dan tindakan (action).

Menurut William H. Riker dalam Political Science and Rational Choice (1994), model pilihan rasional terdiri atas elemen-elemen berikut:

1. Para aktor dapat merangking tujuan-tujuan, nilai-nilai, selera, dan strategi-strategi mereka.

2. Para aktor dapat memilih alternatif terbaik yang bisa memaksimumkan kepuasan mereka.

Dari elemen-elemen di atas, komponen utama pilihan rasional adalah

perangkingan.

Agar lebih mudah dipahami, misalkan kita dihadapkan terhadap dua pilihan,

yaitu A dan B. Tiga cara untuk mengungkapkan preferensi antara kedua

pilihan tersebut adalah (1) A lebih baik dari B (dinotasikan A>B), (2) B

lebih baik dari A (B>A atau A<B), dan A sama baik (sama jelek) dengan B

(A=B). Kalau seandainya anda dirangking A>B; dan B>C, berdasarkan

theory of revealed preference, sesuai aksioma dan transivitas, kesimpulannya ialah A>C.

Dengan menggunakan pendekatan pilihan rasional, kita bisa

memahami rasionalitas politik dalam pemilihan. Dimana sebelum

menentukan pilihan, masyarakat sudah melakukan interpretasi politik

tentang tujuan-tujuan bersama yang ingin dicapai, tindakan yang akan

diambil untuk mencapai tujuan, sarana yang digunakan atau diperlukan,

institusi-institusi dan aktor-aktor politik yang dianggap kompeten untuk

mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. Tujuan bersamanya adalah

(40)

diharapkan mampu membawa masyarakat kearah tujuan bersama tersebut

adalah presiden dan para menteri di kabinet. Siapa yang paling dipercaya

paling mampu memimpin bangsa untuk mencapai semua tujuan bersama

tersebut, dia yang kabinetnya akan dipilih.19 Pendekatan ini bisa digunakan

dalam berbagai analisis dan perspektif, sebab teori ini cukup sederhana.

Preferensi politik dalam penelitian ini tertuju kepada pemiih dalam

menetapkan pilihannya yaitu:

1. Memilih pasangan Prabowo-Hatta

2. Memilih pasangan Jokowi-JK

3. Tidak memilih kedua pasangan tersebut.

F. Kerangka Konseptual

Konsep utama dari penelitian ini adalah pengaruh isu politik yang

sedang berkembang saat pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014

terhadap preferensi politik mahasiswa. Penelitian ini menggunakan tiga

variabel untuk menjabarkan pengaruh isu politik terhadap preferensi politik

mahasiswa. Variabel X1 pada penelitian ini adalah isu politik, variabel Y

pada penelitian ini adalah preferensi politik. Variabel ketiga yaitu variabel

X2 dari penelitian ini adalah alasan pemilih.

F.1 Isu Politik

Isu politik adalah berita ataupun masalah politik yang sedang hangat

diperbincangkan tetapi belum jelas kebenarannya. Isu politik mengandung

19

(41)

konten-konten pesan yang menjadi stimuli terhadap penerima pesan sekalipun

pesan tersebut belum dipastikan kebenarannya. Ketika berbicara tentang isu maka

hal yang akan muncul berikutnya adalah kepercayaan penerima pesan isu tersebut.

a. Fokus Isu Politik

Menurut Iyengar ketika isu difokuskan pada sebagian isu dan tidak pada isu lainnya maka hal tersebut dapat mengubah standar yang digunakan untuk

mengevaluasi para calon pemilihan.

Isu Pelanggaran HAM Yang Dilakukan Prabowo

Kepercayaan penerima pesan isu tentang hal-hal yang menyudutkan pasangan

kandidat Prabowo-Hatta seperti isu pelanggaran HAM dan

penculikan aktivis pada tahun 1998 yang menerpa Prabowo.

Isu Agama Jokowi Bukan Islam

Kepercayaan penerima pesan isu tentang hal-hal yang menyudutkan pasangan

kandidat Jokowi-JK seperti isu agama Jokowi bukan Islam.

Isu Prabowo-Hatta Akan Mengembalikan Kekayaan Nasional

Kepercayaan penerima pesan isu tentang hal-hal yang menguntungkan pasangan

kandidat Prabowo-Hatta seperti isu Prabowo akan mengembalikan

PT.Freport sepenuhnya ke Indonesia.

(42)

Kepercayaan penerima pesan isu tentang hal-hal yang menguntungkan pasangan

kandidat Jokowi-JK seperti isu penguatan rupiah terjadi karena

iklim usaha menyambut positif pencapresan pasangan Jokowi-JK.

b. Pengalaman Terhadap Isu Politik

Menurut Zucker semakin kurang pengalaman langsung yang dimiliki publik berkenaan dengan bidang isu tertentu, semakin besar publik harus bergantung pada

media berita untuk informasi tentang bidang itu. Dengan kata lain publik

akan mencari sumber informasi yang berkenaan dengan isu tersebut.

Pengalaman terhadap isu dalam penelitian ini berkaitan dengan pendidikan

dan kemahasiswaan maupun kepemudaan, segmen penelitian ini adalah

mahasiswa.

Memilih Pasangan Prabowo-Hata Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan

Pasangan Prabowo-Hatta dikabarkan akan menaikkan standart dunia pendidikan

dengan mencanangkan program 12 tahun wajib belajar dan

menyerap tenaga pengajar sebanyak-banyaknya dalam lima tahun.

Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan

Pasangan Jokowi-JK dikabarkan akan menghapuskan Ujian Nasional dan

mempermudah sistem sertifikasi guru.

(43)

Pasangan Prabowo-Hatta dikabarkan akan memberi perhatian khusus kepada

pembangunan pemuda terutama setelah adanya dukungan Ridwan

Kamil yang merupakan tokoh yang mengedepankan pergerakan

kepemudaan.

Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Pembangunan Pemuda

Pasangan Jokowi-JK dikabarkan akan memberi perhatian khusus kepada

pembangunan pemuda dengan peningkatan kesejahteraan atlet.

c. Aktor Yang Menyebarkan Isu Politik

Menurut Gladys Engel & Kurt Lang pembentukan agenda dipercepat ketika individu-individu yang terkenal dan dapat dipercaya mulai berbicara sebuah isu.

Individu dalam hal ini diperluas menjadi tidak hanya sebatas orang namun

juga media lain yang dianggap publik dapat dipercaya.

Televisi

Publik cenderung akan mempercayai isu dari saluran televisi yang menjadi

tontonan favoritnya.

Surat Kabar

Publik cenderung akan mempercayai isu yang ditulis oleh surat kabar yang lebih

sering dibacanya.

(44)

Publik cenderung akan mempercayai isu yang diunggah berulang-ulang di

media sosial.

Tokoh

Publik cenderung akan mempercayai isu yang diucapkan oleh tokoh terkenal.

F.2 Preferensi Politik

Preferensi politik adalah pilihan tindakan yang berdasarkan nilai-nilai

yang diyakini untuk memberikan respon politik yang ada pada diri seseorang.

Tindakan tersebut adalah pilihan pemilih untuk memilih kandidat atau tidak

memilih kandidat.

 Memilih Pasangan Prabowo-Hatta

 Memilih Pasangan Jokowi-JK

 Tidak Memilih Kedua Pasangan Tersebut

G. Kerangka Operasional

Penelitian ini akan menguji apakah ada pengaruh isu politik yang

sedang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun

2014 terhadap preferensi politik pemilih (mahasiswa Universitas Sumatera

Utara dan Universitas HKBP Nommensen). Variabel yang digunakan ada

dua yaitu, isu politik, preferensi politik. Variabel X memiliki tiga sub

variabel yaitu, sub variabel X1 adalah fokus isu politik, sub variabel X2

adalah pengalaman terhadap isu, dan sub variabel X3 adalah aktor yang

menyebarkan isu. Penelitian ini juga akan memperlihatkan pada sub variabel

(45)

dilihat pada gambar bagan penelitian. Berikut adalah variabel, sub variabel

dan indikator dalam penelitian ini:

Variabel X1: Isu Politik

Sub Variabel X1: Fokus Isu Politik

- Isu Pelanggaran HAM Yang Dilakukan

Prabowo

- Isu Agama Jokowi Bukan Islam

- Isu Prabowo-Hatta Akan Mengembalikan

Kekayaan Nasional

- Isu Penguatan Rupiah Karena Jokowi-JK

Sub Variabel X2: Pengalaman Terhadap Isu

- Memilih Pasangan Prabowo-Hatta Karena Isu

Perbaikan Dunia Pendidikan

- Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu

Perbaikan Dunia Pendidikan

- Memilih Pasangan Prabowo-Hatta Karena Isu

Pembangunan Pemuda

- Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu

Pembangunan Pemuda

Sub Variabel X3: Aktor Yang Menyebarkan Isu

(46)

- Surat Kabar

- Media Sosial

- Tokoh

Variabel Y: Preferensi Politik

- Memilih Pasangan Prabowo-Hatta

- Memilih Pasangan Jokowi-JK

- Tidak Memilih Kedua Pasangan Tersebut

H. Bagan Penelitian

Gambar 1.1

Pengaruh Isu Politik Yang Sedang Berkembang Saat Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Terhadap Preferensi Politik

Mahasiswa

Variabel X: Isu Politik Variabel Y: Preferensi Politik

Sub Variabel X1: Fokus Isu

Politik:

- Isu Pelanggaran HAM Yang Dilakukan Prabowo

- Isu Agama Jokowi Bukan Islam

(47)

I. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan sementara atau jawaban

sementara terhadap masalah-masalah yang diajukan dalam suatu penelitian.

Kebenaran tersebut adalah kebenaran yang bersifat tentatif yang

keberterimaannya masih harus diuji melalui verivikasi data yang diperoleh

(48)

dari lapangan.20 Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan penulis

sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan di dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

H0: Terdapat pengaruh isu politik yang sedang berkembang saat pemilihan umum Presiden

dan Wakil Presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik mahasiswa.

Ha: Tidak terdapat pengaruh isu politik yang sedang berkembang saat pemilihan umum

Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik mahasiswa.

J. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu pengkajian dalam menjawab

serta mempelajari peraturan yang terdapat dalam suatu penelitian. Ditinjau

dari sudut filsafat, metodologi penelitian merupakan epistimologi penelitian,

yaitu yang menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian.21 Metode

yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif.

J.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian

kuantitatif. Jenis penelitian ini dipilih sebab penulis meneliti hubungan

antara variabel dan memiliki jumlah populasi yang besar. Peneliti

menjabarkan dengan data statistik ada atau tidak adanya pengaruh isu politik

20

Erizal Gani. 2013. Komponen-Komponen Karya Tulis Ilmiah, Bandung; Penerbit Pustaka Reka Cipta. hal 162

21

(49)

peserta pemilihan umum terhadap preferensi politik mahasiswa Kota Medan

pada pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014.

J.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua universitas di Kota Medan yaitu

Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen. Peneliti

memilih kedua universitas ini karena merupakan universitas yang kegiatan

mahasiswanya yang berkaitan dengan politik yang paling sering dimuat di

portal berita online.

J.3 Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau

obyek dengan kausalitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.22 Populasi dalam

penelitian ini adalah mahasiswa Kota Medan. Populasi dalam penelitian ini

terfokus pada universitas yang memiliki mahasiswa aktif yang berada di

Kota Medan dan sedang menjalani pendidikan Strata 1 (S1). Terdapat 25

universitas yang berdiri di Kota Medan.23 Banyaknya jumlah populasi

menyulitkan penelitian untuk mendapatkan seluruh unsur dan komponen

yang dibutuhkan dalam penelitian, sehingga dibutuhkan penarikan sampel.

b. Sampel

22

Dr. Etta Mamang Sangadji, M.Si. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian, Yogyakarta: Penerbit Andi. hal.185

23

(50)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Bila populasinya besar dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, waktu dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi.24 Peneliti mengambil sampel dari populasi dengan

teknik multi stage cluster sampling, yaitu unit-unit analisa dalam populasi digolongkan ke dalam gugus-gugus yang disebut clusters, dan gugus tersebut merupakan satuan-satuan dimana sampel diambil.25 Pembagian

gugus diperoleh dengan melihat universitas yang memiliki intensitas

kegiatan mahasiswa dengan portal berita online sebagai pembandingnya,

kegiatan mahasiswa dari universitas yang paling sering dimuat di berita

online akan menjadi gugus dimana sampel akan diambil, sehingga dianggap

dapat mewakili keseluruhan mahasiswa Kota Medan. Setelah melakukan

pencarian pada portal berita online Kota Medan yaitu:

medan.tribunnews.com, www.antarasumut.com, m.okezone.com,

www.tempo.co, waspadamedan.com, medanmagazine.com,

hariansumutpos.com, muncul dua nama yang paling sering dimuat dalam

portal berita online Kota Medan. Mahasiswa dari Universitas Sumatera

Utara dan Universitas HKBP Nomensen kemudian dihitung jumlah sampel

berdasarkan jumlah mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas

HKBP Nomensen. Untuk mendapatkan jumlah sampel, peneliti menghitung

24

Dr. Etta Mamang Sangadji, M.Si. Op. Cit; hal.186 25

(51)

menggunakan melalui rumus Taro Yamane. Mahasiswa yang menempuh

pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara berjumlah 28.760 orang26 dan

mahasiswa yang menempuh pendidikan S1 di Universitas HKBP Nomensen

berjumlah 8.479 orang.27

Keterangan:

n : Jumlah sampel yang dicari.

N : Jumlah populasi.

d² = Presesi ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 90 %.

responden

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang. Berdasarkan jumlah

populasi pada kedua universitas maka pembagian sampel dibagi sebagai

berikut:

26

Lihat data Situasi Mahasiswa Terdaftar dan Aktif Universitas Sumatera Utara Semester Ganjil T.A. 2013/2014 Keadaan: November 2013. Sumber BAA USU

27

(52)

 Universitas Sumatera Utara,

responden

 Universitas HKBP Nomensen,

responden

Sampel yang memenuhi syarat adalah mahasiswa S1 aktif yang

berada di kedua universitas tersebut. Pengambilan sampel selanjutnya

diambil berdasarkan fakultas yang ada di masing-masing universitas.

Sampel dihitung berdasarkan jumlah mahasiswa aktif di setiap fakultas.

Setelah jumlah sampel untuk setiap fakultas didapatkan, agar seluruh sampel

(53)

dengan cara penarikan random kepada setiap jurusan yang ada di masing-masing fakultas yang akan diteliti. Hasil penarikan tersebut menjadi acuan

kuesioner akan diberikan, kemudian teknik acak sederhana dilakukan

setelah mendapatkan jurusan dan tahun ajaran sampel untuk mendapatkan

sampel yang akan menjawab isi kuesioner penelitian ini.

J.4 Sumber Data

Sumber data yang dipakai dalam peneltian ini dikelompokkan menjadi dua

bagian, yakni data primer dan data sekunder:

1. Data primer yaitu data yang diambil dari sumber data utama, seperti

penyebaran kuesioner, wawancara dari pihak terkait dan observasi

kepada objek yang diteliti;

2. Data sekunder yaitu data yang sudah tersedia sebelumnya seperti data

yang berasal dari buku, berita, Undang-Undang, jurnal dan sebagainya.

J.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik

yang relevan untuk mendapatkan data yang akurat yaitu dengan penelitian

lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library research). Dalam mengumpulkan data peneliti melakukan:

1. Penelitian Lapangan (field research): Penyebaran Kuesioner yang

diberikan kepada informan yaitu mahasiswa Universitas Sumatera Utara

dan Universitas HKBP Nomensen. Teknik pengumpulan data penelitian

(54)

pengumpulan data yang dijalankan dengan cara mengadakan penelitian

secara teliti, dengan jalan pencatatan dan pengamatan secara sistematis.28

Kemudian disertai dengan data dokumentasi yang berkaitan dengan

penelitian ini.

2. Pengumpulan data penelitian kepustakaan (library research) yaitu: dengan mendapatkan data dari buku-buku, jurnal, dokumen lembaga dan

sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian.

J.6 Teknik Pengukuran Skor

Salah satu cara yang paling sering digunakan dalam menentukan

skor adalah dengan menggunakan “Skala Likert”. Skala adalah ukuran

gabungan yang didasarkan pada sruktur intensitas pertanyaan-pertanyaan.

Dengan demikian “Skala Likert” sebenarnya bukan skala, tetapi adalah

suatu cara yang lebih sistematis untuk memberi skor pada indeks.29

Cara menggunakan pengukuran dengan “Skala Likert” adalah

menghadapkan informan atau responden dengan pertanyaan, kemudian

diminta untuk memberi jawaban dengan skor pada setiap pertanyaan yaitu:

 Sangat Setuju (SS) : diberi skor 5

 Setuju (S) : diberi skor 4

 Ragu-ragu (R) : diberi skor 3

 Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2

28

Imam Gunawan, S. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik.Jakarta: PT. Bumi Aksara. hal143

29

Gambar

Gambar 1.1 Pengaruh Isu Politik Yang Sedang Berkembang Saat Pemilihan Presiden dan
Tabel 2.1
Tabel 2.3
Tabel 2.4 Data Pribadi Hatta Rajasa
+7

Referensi

Dokumen terkait

KECAM ATAN : TANJUNG PINANG TIM UR KELURAHAN / DESA : KAM PUNG BULANG TPS : 5 No... GATOT

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatanj secara keseluruhan.kesehatan gigi juga merupakan salah satu komponen kesehatan secara menyeluruh

Lapisan poliester akrilat bisfenol A etoksilat di- akrilat yang diiradiasi dengan sinar-UV menggunakan fo- toinisiator 2-hidroksi-2-metil-I-fenilpropanon mempunyai

Penelitian tentang pati modifikasi telah dilakukan oleh Suhery (2013) yaitu pati singkong yang difermentasi menggunakan Lactobacillus sp yang sama dengan fermentasi pada

Hasil penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi informasi dan kepustakaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu

Metode studi pustaka adalah metode pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku atau referensi yang berkaitan dengan masalah yang terjadi pada proses analisis resiko

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Prevalensi

• Krakterisasi katalis dilakukan untuk mengetahui kristalinisasi katalis pada sintesis katalis yang telah dilakukan dimana karakterisasi pada katalis dalam penilitan