PENGARUH ISU POLITIK YANG BERKEMBANG SAAT PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014
TERHADAP PREFERENSI POLITIK PEMILIH
(Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomennsen)
Albert Hutur Franklyn Simanungkalit 100906081
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
ALBERT HUTUR FRANKLYN SIMANUNGKALIT (100906081)
PENGARUH ISU POLITIK YANG BERKEMBANG SAAT PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 TERHADAP
PREFERENSI POLITIK PEMILIH (MAHASISWA UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA DAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN)
ABSTRAK
Pelaksanaan kampanye dalam berbagai bentuk akan dilakukan oleh pasangan capres dan cawapres yang maju dalam pemilihan umum. Isu politik juga turut menjadi bagian dari bentuk kampanye yang dilakukan pasangan capres dan cawapres untuk menarik perhatian para pemilih dan juga membentuk preferensi para pemilih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh isu politik yang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik pemilih. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Efek Komunikasi Masa dan juga Pilihan Rasional.
Populasi dalam penelitian ini diambil berdasarkan universitas yang paling sering dimuat di website portal berita online tentang politik yaitu mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen yang berjumlah 37.239 orang. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan selang kepercayaan 90% maka diperoleh sampel sebanyak 100 orang. Lokasi penelitian di Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen. Sementara teknik penarikan sampel menggunakan Multistage Random Sampling. Ada 2 (dua) variabel yang dikaji dalam penelitian ini yaitu Isu Politik (X), dan Preferensi Politik Pemilih (Y). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data diolah menggunakan alat bantu (Statistic Package and Social Science) 20.0 for windows.
NORTH SUMATERA UNIVERSITY
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT
ALBERT HUTUR FRANKLYN SIMANUNGKALIT (100906081)
THE INFLUENCE OF POLITICAL ISSUE THAT IS GROWING AT THE ELECTION FOR PRESIDENT AND VICE PRESIDENT IN 2014 TO POLITICAL PREFERENCES OF VOTERS (COLLEGE STUDENT OF
NORTH SUMATERA UNIVERSITY AND HKBP NOMMENSEN
UNIVERSITY)
ABSTRACT
Implementation of the campaign in various forms will be carried out by presidential and vice presidential candidates that step ahead in the general election. Political issues also become part of the form's campaign presidential and vice presidential candidates to attract the attention of voters and also establish the preferences of the voters. This research aims to determine the effect of political issue that is growing at the election for president and vice president in 2014 to political preferences of voters. The theory which is used in this research is the Mass Communications Effects and Rational Choice.
The population in this research was based on the most often published universities in the online news portal website on politics those are North Sumatra University students and University HKBP Nommensen about 37.239 people. To calculate the number of samples the researcher used Taro Yamane formula with 10% precision and 90% confidence interval of the obtained sample of 100 people. Research sites are in North Sumatra University and the University of HKBP Nommensen. While the sampling technique using Multistage Random Sampling. There are two (2) variables that were examined in this study, namely Political Issues (X), and Political Preferences of Voters (Y). Data collection tool used in this study was a questionnaire. The data is processed using tools (Statistics Package and Social Science) 20.0 for Windows.
Karya ini dipersembahkan untuk
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karuniaNya penulis diberikan kesempatan dan kesehatan untuk
menyelesaikan studi ini berupa penulisan Skripsi dari hasil penelitianyang
telah diselesaikan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Dra.T.Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu
Politik dan kepada bapak Drs. P. Antonius Sitepu selaku Sekretaris
Departemen Ilmu Politik. Penulis mengucapkan terimakasih
sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Muryanto Amin, S.Sos.,M.Si selaku
pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan berupa
masukan dan kritik yang membangun dalam penulisan skripsi.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dekan Prof. Dr.
Badaruddin M.Si serta seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu
Politik yang telah banyak membantu penulis selama menjalani masa
perkulian di Departemen Ilmu Politik. Ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya juga Penulis ucapkan kepada Mahasiswa Universitas Sumatera
Utara dan Universitas HKBP Nommensen sebagai responden dalam
penelitian, karena telah membantu memberikan data penelitian sehingga
penulis bias menyelesaikan karya ilmiah ini.
Kepada keluarga tercinta yang menjadi alas an utama penulis bias
menyelesaikan masa studi di Ilmu Politik dan menyesaikan skripsi ini.
Kepada Ayah, dr. Sahat Simanungkalit, terimakasih telah menjadi panutan
dan tokoh yang selalu menjadi inspirasi bagi penulis. Ibunda tercinta, Ibu
Dra. Lamora Harahap terimakasih telah menjadi sumber kekuatan terbesar
dan wanita tertangguh yang menjadi tempat bersandar. Saya selalu
bersyukur terlahir sebagai putra kalian. Kepada saudara-saudaraku, Benhard
Simanungkalit Abraham Simanungkalit dan Christopher Simanungkalit,
terima kasih untuk segala bantuan yang kalian berikan disaat-saat tersulit
penulis.
Untuk teman-teman seperjuangan di Ilmu Politik angkatan 2010, Ruth,
Frans, Sarah, Samuel, Rendi, Nisa, Frank. Dan teman-teman dari Candles
and The Moonlight, Andre, Andri, Veby, yang bersedia membantu dalam
lewat dukungan moral. Dengan adanya semangat yang kalian berikan setiap
waktu, karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Terimakasih
teman-teman.
Penulis menyadari bahwas kripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan
kelemahan. Tetapi dengan segala kekurangannya penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2015
DAFTAR ISI Halaman Persetujuan ...
... iv Daftar Tabel dan Gambar ...
... xi E.1. Efek Komunikasi Massa
E.3. Isu-Isu Yang Menonjol ... ... 18
E.4. Pembentukan Agenda ... ... 20 E.5. Preferensi Politik ...
... 23 E.6. Teori Pilihan Rasional ...
K. Sistematika Penulisan ... ... 49
BAB II DESKRIPSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA,
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN DAN KANDIDAT DALAM PEMILU PRESIDEN 2014
A. Universitas Sumatera Utara ……….. 50 B. Universitas HKBP Nommensen ... ... 56
B.1. Profil Universitas HKBP Nommensen ... ... 59 B.2. Visi dan Misi Universitas HKBP Nommensen ...
... 61 B.3. Lokasi Universitas HKBP Nommensen ...
... 61 C. Deskripsi Pasangan Kandidat Prabowo-Hatta ... ... 60
C.1. Profil Prabowo Subianto... ... 62 C.2. Profil Hatta Rajasa ...
... 64 C.3. Visi dan Misi Pasangan Kandidat Prabowo-Hatta ....
... 66 D. Deskripsi Pasangan Kandidat Jokowi-JK ... ... 67
D.1. Profil Joko Widodo ... ... 67 D.2. Profil Jusuf Kalla ... ... 69 D.3. Visi dan Misi Pasangan Kandidat Jokowi-JK ... ... 72
BAB III ANALISIS PENGARUH ISU POLITIK TERHADAP
A. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas ... D. Variabel (Y) Preferensi Politik ... ... 103 E. Koefisien Regresi Liniear Sederhana ... ... 114 F. Uji Hipotesis ... ... 115
F.1 Uji Signifikasnsi Parsial (Uji T) ... ... 115 F.2 Analisis Koefisien Korelasi ...
... 117 F.3 Koefisien Determinasi ... ... 118
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan
Lampiran 2 OUTPUT SPSS UNTUK UJI VALIDITAS ISU POLITIK
Lampiran 3 OUTPUT SPSS UNTUK UJI VALIDITAS PREFERENSI POLITIK Lampiran 4 OUTPUT SPSS UNTUK UJI RELIABILITAS
Lampiran 5 OUTPUT SPSS UNTUK DISTRIBUSI JAWABAN KUESIONER
RESPONDEN
Lampiran 7 FOTO CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN INDONESIA PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jumlah Sampel Tiap Kelurahan dari Setiap Kecamatan ... 40
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk, Luas Keluraham, Kepadatan Penduduk, Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012 ... 52
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk, Luas Keluraham, Kepadatan Penduduk, Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2012 ... 53
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk, Luas Keluraham, Kepadatan Penduduk, Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Barat Tahun 2012 ... 55
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk, Luas Keluraham, Kepadatan Penduduk, Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012 ... 58
Tabel 2.5 Jumlah Sarana angkutan (umum dan pribadi) tahun 2004-2009 ... 60
Tabel 2.6Jumlah Kendaraan Bermotor tahun 2004 - 2009 ... 61
Tabel 3.1Ringkasan Hasil Uji Validitas Instrumen... 64
Tabel 3.2Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 65
Tabel 3.3Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66
Tabel 3.5Deskriptif Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 67
Tabel 3.6Deskriptif Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir . 68
Tabel 3.7Sadar dengan Alat Peraga Kampanye yang ditempatkan di transportasi umum pada Daerah Pemilihan III ... 69
Tabel 3.8Sering Menemukan Alat Peraga Kampanye di Transportasi Umum di Dapil III ... 70
Tabel 3.9Lebih dari sekali melihat Alat perag Kampanye di Tranportasi Umum di Dapil III ... 71
Tabel 3.10 APK dapat mengingat kandidat atau partai DPRD Dapil III ... 72
Tabel 3.11 Spanduk pada becak bermotor ... 73
Tabel 3.12 Stiker pada angkutan umum ... 73
Tabel 3.13 Mobile Billboard yang dipasang pada angkutan umum... 74
Tabel 3.14 Membaca isi/pesan APK pada transportasi umum ... 75
Tabel 3.15 Kelengkapan isi/pesan APK... 76
Tabel 3.16 Isi/pesan Alat Peraga Kampanye tidak berbeli-beli ... 77
Tabel 3.17 Isi/pesan Alat Peraga Kampanye mencakup Promosi personal kandidat atau partai ... 78
Tabel 3.19 Mengutamakan program partai dalam Pemilu ... 79
Tabel 3.20 Tertarik dengan ideologi partai tertentu ... 80
Tabel 3.21 Analisis kebijakan atau permasalahan kandidat dan partai ... 81
Tabel 3.22 Memperhatikan seorang kandidat atau partai dari Figur kepribadiannya ... 82
Tabel 3.23 Memiliki kedekatan sosial-budaya, nalai, asal-usul, Paha, dan agama dengan kandiat atau partai ... 83
Tabel 3.24 Tidak ingin mengetahui kebijakan seorang kandidat atau Sebuah partai politik ... 84
Tabel 3.25 Menilai kandidat atau partai tidak berdasarkan visi, Misi dan kebijakannya ... 85
Tabel 3.26 Alat Peraga Kampanye di transportasi umum Mempengaruhi keputusan saya dalam memilih ... 86
Tabel 3.27 Coefficients ... 87
Tabel 3.28 Uji T (parsial) ... 88
Tabel 3.29 Model Summary ... 89
Tabel 3.30 Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ... 91
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
ALBERT HUTUR FRANKLYN SIMANUNGKALIT (100906081)
PENGARUH ISU POLITIK YANG BERKEMBANG SAAT PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 TERHADAP
PREFERENSI POLITIK PEMILIH (MAHASISWA UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA DAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN)
ABSTRAK
Pelaksanaan kampanye dalam berbagai bentuk akan dilakukan oleh pasangan capres dan cawapres yang maju dalam pemilihan umum. Isu politik juga turut menjadi bagian dari bentuk kampanye yang dilakukan pasangan capres dan cawapres untuk menarik perhatian para pemilih dan juga membentuk preferensi para pemilih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh isu politik yang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik pemilih. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Efek Komunikasi Masa dan juga Pilihan Rasional.
Populasi dalam penelitian ini diambil berdasarkan universitas yang paling sering dimuat di website portal berita online tentang politik yaitu mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen yang berjumlah 37.239 orang. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan selang kepercayaan 90% maka diperoleh sampel sebanyak 100 orang. Lokasi penelitian di Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen. Sementara teknik penarikan sampel menggunakan Multistage Random Sampling. Ada 2 (dua) variabel yang dikaji dalam penelitian ini yaitu Isu Politik (X), dan Preferensi Politik Pemilih (Y). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data diolah menggunakan alat bantu (Statistic Package and Social Science) 20.0 for windows.
NORTH SUMATERA UNIVERSITY
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT
ALBERT HUTUR FRANKLYN SIMANUNGKALIT (100906081)
THE INFLUENCE OF POLITICAL ISSUE THAT IS GROWING AT THE ELECTION FOR PRESIDENT AND VICE PRESIDENT IN 2014 TO POLITICAL PREFERENCES OF VOTERS (COLLEGE STUDENT OF
NORTH SUMATERA UNIVERSITY AND HKBP NOMMENSEN
UNIVERSITY)
ABSTRACT
Implementation of the campaign in various forms will be carried out by presidential and vice presidential candidates that step ahead in the general election. Political issues also become part of the form's campaign presidential and vice presidential candidates to attract the attention of voters and also establish the preferences of the voters. This research aims to determine the effect of political issue that is growing at the election for president and vice president in 2014 to political preferences of voters. The theory which is used in this research is the Mass Communications Effects and Rational Choice.
The population in this research was based on the most often published universities in the online news portal website on politics those are North Sumatra University students and University HKBP Nommensen about 37.239 people. To calculate the number of samples the researcher used Taro Yamane formula with 10% precision and 90% confidence interval of the obtained sample of 100 people. Research sites are in North Sumatra University and the University of HKBP Nommensen. While the sampling technique using Multistage Random Sampling. There are two (2) variables that were examined in this study, namely Political Issues (X), and Political Preferences of Voters (Y). Data collection tool used in this study was a questionnaire. The data is processed using tools (Statistics Package and Social Science) 20.0 for Windows.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memilih demokrasi sebagai sistem politik yang berlaku
untuk mengatur setiap kegiatan masyarakat. Dalam sistem demokrasi ada
pilar-pilar yang menopang berjalannya sistem tersebut, salah satunya adalah
pemilihan umum. Sistem demokrasi menetapkan pemilu sebagai salah satu
indikator kemajuan sebuah negara dan hal tersebut menyebabkan
negara-negara mulai melaksanakan pemilu. Pergantian kekuasaan merupakan
jaminan yang diberikan oleh pelaksanaan pemilu pada negara-negara dengan
sistem pemerintahan parlementer dan presidensil.
Pemilu dilaksanakan untuk mentransformasikan kekuasaan secara lebih
beradab dan melembaga. Sejarah dunia memperlihatkan perebutan
kekuasaan dilakukan dengan cara kekerasan. Kekuasaan direbut dengan
melakukan perang dan memakan korban. Pemilu dirancang untuk
menghindari hal tersebut, sehingga kekuasaan diperebutkan dengan cara
yang lebih manusiawi dan tanpa memakan korban.
Indonesia melaksanakan pemilu untuk pertama kali pada tahun 1955 setelah
menyatakan kemerdekaan pada tahun 1945. Pemilu 1955 bertujuan untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Konstituante. Pemilu kedua
pemerintahan Ir.Soekarno, pemilu hanya dilaksanakan satu kali, sebab
Soekarno membubarkan DPR hasil pemilu dan mengangkat dirinya sebagai
presiden seumur hidup. Kekuasaan Soekarno kemudian digulingkan oleh
Soeharto.
Pemilu kedua kemudian dilakukan pada tanggal 3 Juli 1971 dan kemudian
setelah pemilu tahun 1977, pemilu dilaksanakan setiap lima tahun secara
rutin, yaitu tahun 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pemilu yang dilaksanakan
dalam kurun waktu tersebut selalu dimenangkan oleh Soeharto dan
Golongan Karya. Setelah 32 tahun berkuasa, Soeharto dilengserkan dari
jabatannya sebagai presiden dan digantikan oleh wakilnya B.J. Habibie.1
Pemilu tahun 1999 menetapkan Abdurahman Wahid sebagai presiden dan
Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden. Tahun 2004 untuk pertama
kali Indonesia melaksanakan pemilihan umum presiden secara langsung dan
dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla, dan pemilu
pada tahun 2009 kembali dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono
dengan Boediono sebagai wakil presidennya.
Undang-Undang no. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden pasal 3 ayat 1 menyebutkan Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali. Berdasarkan
hal tersebut maka Indonesia kembali melaksanakan pemilihan umum
presiden dan wakil presiden pada tahun 2014. Untuk mencegah kekuasaan
1
dipegang terlalu lama dan melahirkan rezim otoriter maka masa jabatan
presiden dan wakil presiden diatur dalam UUD 1945 pasal 7 yang
menyebutkan bahwa Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan
selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan
yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Artinya seorang presiden
memiliki masa jabatan maksimal sepuluh tahun atau dua periode jabatan.
Bedasarkan konstitusi tersebut maka Susilo Bambang Yudhoyono selaku
Presiden Republik Indonesia terpilih selama dua periode pada tahun 2004
dan 2009 tidak dapat mencalonkan diri kembali sebagai calon presiden, dan
dalam pemilu tahun 2014 akan diikuti oleh calon presiden yang baru.
Rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum menetapkan hasil Pemilihan
umum DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang diikuti
12 partai politik, dan 2 partai diantaranya tidak melewati ambang batas
Parliamantary Treshold sebesar 3,5% yaitu PKPI dan PBB. Sesuai dengan Keputusan KPU no 411/kpts/KPU/2014 maka perolehan suara Pemilihan
Umum DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota sebagai
berikut:
Tabel 1.1
Perolehan Suara Pemilihan Umum DPR Tahun 2014
No Nama Partai Perolehan Suara Persentase Suara
1 Nasdem 8.402812 6,72%
2 PKB 11.298.957 9,04%
3 PKS 8.480.204 6,97%
4 PDIP 23.681.471 18,95%
5 Golkar 18.432.312 14,75%
7 Demokrat 12.728.913 10,19%
8 PAN 9.481.621 7,59%
9 PPP 8.157.488 6,53%
10 Hanura 6.579.498 5,26%
Sumber: Keputusan Hasil Pemilihan Umum Nomor: 411/Kpts/KPU Tahun 2014 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2014
Undang-Undang no. 42 tahun 2008 pasal 9 menyebutkan bahwa
pasangan calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik
peserta pemilu yang memenuhi 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi
DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional
dalam Pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden. Bersarkan Keputusan KPU no 411/Kpts/KPU tahun 2014
dan UU no 42 tahun 2008 pasal 9 maka tidak ada partai politik yang dapat
mencalonkan presiden dan wakil presiden secara tunggal sebagai partai dan
harus bergabung dengan partai lain untuk mencalonkan presiden dan wakil
presiden pada pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2014.
Pemilu 2014 memiliki dua poros kekuatan koalisi partai yang mengusung
presiden dan wakil presidennya. Koalisi yang mengusung pasangan kandidat
Prabowo-Hatta terdiri dari Partai Golkar, PPP, PAN, PBB, Partai Gerindra,
dan PKS. Koalisi yang mengusung pasangan kandidat Jokowi-JK terdiri dari
Partai Nasdem, PDIP, PKB, Partai Hanura, dan PKPI. Kedua koalisi
tersebut memiliki mesin politik yang sama-sama kuat, yang digerakkan oleh
partai dan tokoh masyarakat juga organisasi sayap partai-partai pengusung
pemilih semakin yakin dan akan memilih kandidat yang berkompetisi dalam
pemilu. Kampanye yang berlangsung akan diikuti oleh isu politik yang
berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Isu politik adalah berita ataupun masalah politik yang sedang hangat
diperbincangkan tetapi belum jelas kebenarannya.2 Isu politik merupakan
salah satu cara yang digunakan untuk memberi kesan bagus ataupun kesan
buruk terhadap objek yang dibahas dalam isu politik tersebut. Isu politik
biasanya berkembang sangat cepat ketika masa kampanye pada pemilu.
Kampanye tersebut tidak selalu diikuti oleh tujuan baik, banyak kampanye
yang bertujuan untuk merusak citra kandidat lain peserta pemilu atau sering
disebut dengan black campaign. Bentuk lain dari kampanye yang merusak citra lawan adalah negative campaign yang dilakukan dengan cara membesarkan isu kelemahan kandidat lain. Isu politik yang berkembang
dapat mempengaruhi preferensi politik seseorang dalam memutuskan
pilihan terhadap kandidat dalam pemilu. Hal ini disebabkan sebagian
masyarakat yang mendengar isu yang sedang berkembang tersebut langsung
mempercayai isu tersebut.
Preferensi atau selera adalah sebuah konsep yang digunakan pada
ilmu sosial, khususnya ekonomi. Ini mengasumsikan pilihan ralitas atau
imajiner antara alternatif-alternatif dan kemungkinan dari pemeringkatan
alternatif-alternatif tersebut berdasarkan kesenangan, kepuasan, gratifikasi,
2
pemenuhan, kegunaan yang ada.3 Cara pengurutan yang baik dalam
pemeringkatan preferensi tidak memiliki sudut pandang kesalahan. Setiap
warga negara berhak menentukan urutan preferensi berdasarkan kebutuhan
dan kepentingan mereka baik secara individu maupun kelompok
masyarakat, sehingga sebuah preferensi muncul sebagai keputusan.
Pemilu di Indonesia memiliki karakteristik berbeda di tiap pemilu yang
berlangsung, pada masa orde baru banyak pengamat politik yang
menganggap bahwa pemilu yang berlangsung di Indonesia memiliki
tingakat partisipasi yang tinggi dan memiliki pemenang tetap akibat dari
mobilisasi yang dilakukan rezim yang sedang berkuasa, bukan sebagai
bentuk kemandirian warga negara yang memiliki hak konstitusi.4
Masyarakat pada masa tersebut tidak memiliki kesempatan untuk memilih
berdasarkan preferensi politik masing-masing individu. Perbedaan
karakteristik juga terlihat pada pemilu 2014 sebab pada pemilu 2014 muncul
calon alternatif yang belum pernah mengikuti pemilu presiden, walaupun
tetap ada kandidat yang pernah mengikuti pemilu presiden periode 2004
maupun 2009. Kemunculan kandidat baru ini mengakibatkan timbulnya
preferensi politik baru di tengah-tengah masyarakat.
Cukup banyak isu yang berkembang baik untuk menaikkan citra
kandidat maupun yang dikembangkan dengan tujuan untuk merusak citra
kandidat. Peserta pemilu Presiden dan Wakil Presiden nomor 1, yaitu
3
pasangan Prabowo-Hatta diterpa isu tentang pelanggaran HAM yang
dilakukan Prabowo saat masih aktif dalam kegiatan militer. Hal tersebut
juga dialami oleh peserta pemilu Presiden dan Wakil Presiden nomor 2 yaitu
pasangan Jokowi-JK. Jokowi diisukan bukan memeluk agama Islam.
Banyak masyarakat yang menerima isu yang dilontarkan oleh
simpatisan pendukung kandidat maupun kelompok-kelompok yang tidak
menyukai kandidat tersebut. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh LSI,
ada beberapa isu yang digunakan untuk menurunkan elektabilitas Prabowo,
yaitu tentang kasus penculikan aktivis mahasiswa pada tahun 1998. Isu ini
kemudian terus melebar dengan kemunculan dokumen rahasia tentang
pemecatan Prabowo akibat kasus penculikan tersebut dan keaslian dokumen
ini juga dibenarkan oleh Agum Gumelar.5
Survei yang dilakukan oleh LSI terhadap Jokowi, beberapa isu yang
digunakan untuk menurunkan elektabilitas Jokowi yaitu tentang Jokowi
adalah capres boneka, tidak amanah karena meninggalkan jabatan Gubernur
Jakarta, indikasi keterlibatan terhadap korupsi busway, kemudian yang
paling memberi efek adalah Jokowi dikesankan keturunan non-pribumi,
beragama minoritas, bahkan keturunan PKI.6 Black campaign yang menyebutkan Jokowi bukan Islam cukup membuat kemerosotan signifikan
terhadap elektabilitas pasangan nomor 2 tersebut, hal ini terus berkembang
5
Adjie Alfaraby et al. 2014,“Akankah Laju Prabowo Terhenti? Kasus Aktivis Gate”. Lembaga Survei Indonesia. hal 5-6
6
hingga ke pelosok desa. Sekalipun berita tersebut bohong tapi cukup
memengaruhi pemilih yang datang dari segmen Muslim konservatif,
pendidikan menengah ke bawah dan ekonomi mengengah ke bawah.
Berdasarkan survei LSI sejak Januari 2014-Juni 2014, dukungan kepada
Jokowi di segmen pemilih itu merosot dari di atas 50% menjadi di bawah
40%. Padahal jumlah pemilih segmen tersebut sekitar 60%-70% populasi.7
Berikut adalah hasil survei yang dilakukan LSI sejak September 2013
terhadap Prabowo dan Jokowi:8
Tabel 1.2
Elektabilitas Prabowo dan Jokowi
Sumber: Release Hasil Quick Count Lingkaran Survei Indonesia 9 Juli 2014”People Power Dalam Kemenangan Jokowi-JK
Selisih elektabilitas sebesar 0,5% berdasarkan survei LSI
menunjukkan penurunan elektabilitas Jokowi dan kenaikan elektabilitas
Prabowo disebabkan oleh black campaign dan negative campaign yang menyebutkan Jokowi bukan Islam, keturunan non-pribumi, bahkan
keturunan PKI, dan meninggalkan jabatan sebagai Gubernur Jakarta. Hal ini
memperburuk citra Jokowi bagi kalangan tertentu, dan dapat mengalihkan
suara dari kalangan swing voters berjalan ke kubu Prabowo. Begitu juga sebaliknya, isu penculikan aktivis yang menerpa Prabowo memperburuk
citranya dan mengarahkan suara ke kubu Jokowi.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa peralihan
dukungan akibat isu yang beredar di tengah-tengah masyarakat lebih besar
dari kubu Jokowi, dan masyarakat mempercayai isu-isu tersebut. Pada Mei
2014, survei LSI menunjukkan pada segmen mahasiswa, elektabilitas
Jokowi dan Prabowo berbeda 0,5%, yaitu 26,14% kepada Prabowo-Hatta
dan 26,60% kepada Jokowi-JK.9
Tabel 1.3
Distribusi Pemilih Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta
No Kategori Prabowo-Hatta Jokowi-JK Tidak Tahu
1 Lulus SD atau
Sumber: Laporan Survei Lembaga Survei Indonesia “Head to Head Jokowi-JK Versus
Prabowo-Hatta Dan Kampanye Negatif
Dari tabel di atas dapat dilihat perbedaan kedua kandidat hanya
berbeda 0,5% yang diungguli oleh Jokowi-JK pada segmen kuliah atau di
9
atasnya. Survei Poltracking pada awal Juni menyebutkan bahwa mahasiswa
lebih memilih Prabowo daripada Jokowi. Pada segmen mahasiswa,
Prabowo-Hatta unggul dengan 48,3% dan Jokowi-JK sebesar 40,4%.10
Tabel 1.4
Sebaran Pemilih Pasangan Capres dan Cawapres Berdasarkan Kluster Profesi Pemilih
No Kluster Profesi Pemilih Prabowo-Hatta
Sumber: Laporan Survei Nasional Membaca Peta Dukungan Dan Elektabilitas Capres-Cawapres Pada Pemilu Presiden 2014
Tabel di atas memperlihatkan semakin banyak pemilih segmen mahasiswa
yang menetapkan pilihannya kepada kedua kandidat, dan keunggulan
Jokowi-JK dibalikkan oleh Prabowo-Hatta dalam waktu singkat. Pada Mei
2014 selisih kedua kandidat hanya 0,5% kemudian pada Juni 2014 selisih
tersebut melebar dan berubah menjadi 7,9%. Hal inilah yang mendasari
peneliti memilih mahasiswa sebagai objek penelitian, sebab jika dilihat dari
survei LSI dan Poltracking maka ada indikasi kenaikan elektabilitas pada
10
segmen mahasiswa terpengaruh oleh isu politik yang beredar di
tengah-tengah masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Pemuda yang dianggap sebagai kaum intelektual dan memiliki
pengetahuan yang lebih tinggi dari masyarakat pada umumnya, diharapkan
untuk dapat memilih informasi yang diterimanya dan mencari kebenaran
informasi tersebut. Mahasiswa sebagai kaum intelektual diharapkan dapat
menganalisis isu yang beredar di tengah-tengah masyarakat sehingga dapat
menjatuhkan pilihan terhadap pasangan kandidat calon Presiden dan Wakil
Presiden bukan disebabkan oleh negative campaign maupun black campaign
melainkan dengan mengedepankan hal-hal yang bersifat memecahkan
masalah yang dialami oleh negara, tidak seharusnya termakan isu-isu
tentang primordialitas. Kenyataannya berdasarkan survei LSI, sebanyak
59,2% dari segmen pemuda mempercayai isu negatif tentang penculikan
aktivis oleh Prabowo.11
Penelitian “Pengaruh Isu Politik Yang Berkembang Saat Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Terhadap Preferensi
Politik Pemilih” yang dilakukan penulis difokuskan kepada mahasiswa yang
berada di Kota Medan dengan menjadikan universitas yang berada di Kota
Medan sebagai populasinya. Penulis memilih Universitas Sumatera Utara
dan Universitas HKBP Nomensen sebagai kluster untuk penarikan sampel.
11
Pemilihan kedua universitas ini didasari oleh intensitas kegiatan
kemahasiswaan yang berkaitan dengan politik kedua universitas tersebut
merupakan yang paling sering dimuat dalam portal berita online Kota
Medan.12
Partisipasi pemilih pada pemilu terus menurun sejak tahun 2004
hingga menjelang pemilu 2014. Penurunan ini tidak hanya terjadi dalam
pemilu legislatif ataupun pemilu Presiden dan Wakil Presiden saja, namun
juga terjadi pada Pemilu Kepala Daerah di berbagai daerah di Indonesia.
Penurunan ini kemudian mengalami kenaikan pada pemilu Presiden dan
Wakil Presiden 2014. Beberapa pengamat politik memandang hal ini
disebabkan oleh munculnya capres alternatif atau capres yang belum pernah
ikut pemilu presiden dan belum pernah menjadi eksekutif pada skala negara.
Hal ini menimbulkan adanya preferensi tertentu terhadap pasangan kandidat
yang menjadi peserta pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014.
Selisih elektabilitas pasangan capres-cawapres yang begitu tipis di setiap
survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei manunjukkan bahwa
pemilih memiliki preferensinya masing-masing dalam menentukan
pilihannya.
Permasalahan penelitian ini adalah sebagai kaum intelektual yang
memiliki analisis yang lebih tajam jika dibandingkan masyarakat pada
umumnya, mahasiswa diharapkan memilih berdasarkan aspek untuk
12
pemecahan masalah yang dialami negara saat ini. Sementara kenyataannya,
berdasarkan survei yang dilakukan oleh LSI dan Poltracking, ada indikasi
mahasiswa terpengaruh oleh isu politik yang berkembang pada saat masa
kampanye, melihat lonjakan elektabilitas Prabowo yang naik sebesar 8,4%
dalam waktu singkat. Maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana pengaruh isu politik yang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik mahasiswa Kota Medan (Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen) pada pemilihan umum Presiden dan
Wakil Presiden tahun 2014?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh isu politik
peserta pemilihan umum terhadap preferensi politik mahasiswa Kota Medan
dan juga mendeskripsikan hal apa yang menjadi alasan utama mahasiswa
menentukan pilihan.
D. Manfaat Penelitian D.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang
bermanfaat bagi pengembangan ilmu politik, serta memberikan sumbangan
data empiris dan analisis ilmiah mengenai pengaruh isu politik terhadap
preferensi politik mahasiswa Kota Medan pada pemilu Presiden dan Wakil
D.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis dari segi
pemahaman dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir penulis dalam
melihat pengaruh isu politik terhadap preferensi politik pada segmen
mahasiswa di Kota Medan. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi bahan
perbandingan maupun sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi
penulis-penulis yang tertarik untuk mengadakan penelitian di bidang yang
sama.
E. Kerangka Teori
E.1 Efek Komunikasi Massa Terhadap Opini dan Sikap Publik
Opini dan sikap tidak dapat diamati secara langsung atau didefinisikan
secara cukup tepat untuk memungkinkan adanya pengukuran yang pasti.
Sikap merupakan kepribadian dasar atau perangkat mental terhadap
beberapa objek secara umum diukur dalam kaitannya dengan respons verbal
terhadap pernyataan evaluatif. Respons-respons ini biasanya diubah ke
dalam skala yang menunjukkan arah individual dan kekuatan atas
kecenderungan dalam kaitannya atas sebuah objek (misalnya partai politik
atau pemimpin atau isu).
Ada dua hal yang mencirikan bentuk utama dari komunikasi politik
yang dapat dianggap sebagai efek. Pertama, ada kampanye periodik untuk
pemilihan di mana media biasanya digunakan secara intensif oleh kandidat
berita yang membawa pesan mengenai peristiwa yang mencerminkan sifat
positif atau negatif, baik dari pemerintah maupun aktor lain di arena politik.
Hal ini menyediakan banyak kesempatan bagi iklan politik oleh aktor yang
sama yang independen dari pemilihan. Upaya spesifik juga terkadang dibuat
untuk memengaruhi opini atas isu tertentu atas nama berbagai kelompok
lobi dan tekanan melalui berbagai cara.
Partai dan kandidat yang berkampanye biasanya memilih dari
sejumlah strategi komunikasi yang tersedia, tergantung pada kondisi dan
sumberdaya, dan sering kali tergantung apakah mereka pemerintah yang
sedang berkuasa atau tidak. Mereka dapat mencoba menghubungkan diri
mereka sendiri dengan isu tertentu di mana mereka memiliki catatan atau
klaim tertentu. Di sinilah mereka dapat memberikan kerangka pada isu dan
mengatur agenda berita yang bersangkutan. Mereka dapat bertujuan untuk
mendapatkan citra menarik melalui asosiasi, gaya, atau kepribadian alih-alih
melalui kebijakan. Mereka dapat menyerang lawan berdasarkan kelemahan
apapun yang mereka tampilkan meskipun hal negatif dapat menghilangkan
motivasi para pemilih secara umum.13 McQuail memperlihatkan jika isu dikelola dengan sedemikian rupa maka pandangan pemilih dapat diarahkan
ke dalam pemahaman sesuai keinginan aktornya. Efek yang diungkapkan
McQuail menjadi dasar pemikiran dalam penelitian ini, bahwa isu berpengaruh besar kepada pemilih dalam pemilu.
13
E.2 Priming
Iyengar, Peters, dan Kinder juga menemukan cara khusus bagaimana tayangan berita televisi mungkin mempunyai dampak pada pemilihan
presiden. Dengan menentukan agenda untuk kampanye pemilihan, media
juga menentukan kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi calon-calon
presiden. Iyengar dan para koleganya menyebut proses ini priming. Priming adalah proses dimana media berfokus pada sebagian isu dan tidak pada isu
lainnya dan dengan demikian mengubah standar yang digunakan orang
untuk mengevaluasi para calon pemilihan.
Para peneliti menemukan suatu bukti priming dalam eksperimen mereka. Para subjek dalam eksperimen, di samping ukuran-ukuran yang
telah kita bahas, juga menilai Presiden Carter pada kinerjanya dalam tiga
masalah spesifik – pertahanan, polusi, dan inflasi. Mereka juga memberi
penilaian umum mengenai kinerja, kompetensi, dan integritas Carter secara
keseluruhan. Seperti yang telah diramalkan dengan konsep priming, korelasi antara penilaian keseluruhan dan penilaian dalam bidang masalah yang
spesifik adalah lebih besar bagi responden yang melihat liputan yang
menekankan bidang masalah itu daripada korelasi antara penilaian
keseluruhan dan penilaian dalam bidang masalah yang spesifik untuk
responden yang melihat liputan yang mengabaikan bidang masalah itu.
Misalnya, ketika responden melihat liputan yang menekankan inflasi,
secara keseluruhan adalah 0,63. Tapi ketika responden melihat liputan yang
mengabaikan inflasi, korelasi antara penilaian kinerja Carter pada inflasi dan
penilaian kinerjanya secara keseluruhan adalah 0,39. Dengan kata lain,
responden mengevaluasi Presiden Carter dipandang dari segi topik-topik
yang telah mereka lihat ditekankan dalam berita akhir-akhir ini. Ini
merupakan cara yang agak halus namun sangat kuat berkenaan dengan
bagaimana penentuan agenda dapat mempengaruhi pemilihan kita yang
paling penting.
Iyengar dan Simon menyelidiki priming dalam liputan berita krisis Teluk Persia pada tahun 1990 sampai dengan 1991. Pertama, mereka
menemukan dampak penentuan agenda dasar. Ketika krisis Teluk Persia
mulai mendominasi liputan berita, krisis tersebut juga muncul dalam jajak
pendapat opini publik sebagai masalah nasional yang paling penting. Tetapi
mereka juga menemukan bahwa liputan yang meningkat pada isu ini terus
memengaruhi evaluasi Presiden Bush secara keseluruhan. Selama krisis
Teluk, opini kinerja kebijakan luar negeri Bush lebih kuat berhubungan
dengan evaluasi Bush secara keseluruhan daripada opini kinerja ekonomi
Bush. Sebelum krisis Teluk, opini tentang kinerja ekonominya lebih penting
daripada opini kebijakan luar negeri.14
14
Teori ini digunakan penulis menjadi dasar bahwa jika media
berfokus pada isu tertentu maka hal tersebut akan mempengaruhi evaluasi
pemilih terhadap pasangan kandidat Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK.
Penulis menggunakan fokus isu politik sebagai sub variabel dalam
penelitian ini agar dapat menjadi salah satu alat ukur dalam penelitian ini.
Fokus isu politik yang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil
presiden dapat dibagi menjadi empat belahan yaitu:
1. Isu Pelanggaran HAM Yang Dilakukan Prabowo
2. Isu Agama Jokowi Bukan Islam
3. Isu Prabowo-Hatta Akan Mengembalikan Kekayaan Nasional
4. Isu Penguatan Rupiah Karena Pasangan Jokowi-JK
E.3 Isu-Isu Yang Menonjol
Beberapa penelitian tentang penentuan agenda yang berusaha
menunjukkan arah kausalitas dengan menggunakan penelitian panel pada dua titik
akhirnya hanya menunjukkan dampak penentuan agenda yang lemah.. Penelitian
yang dilaksanakan oleh Tipton, Haney, dan Baseheart kemudian Harold Gene Zucker15 membuat hipotesis bahwa penyebab hal ini mungkin karena penelitian-penelitian sebelumnya berdasarkan asumsi yang salah, yaitu bahwa dampak
penentuan agenda akan terjadi pada semua isu.
Zucker (1978) terus menyatakan bahwa menonjolnya isu mungkin menjadi faktor yang penting dalam apakah terjadi penentuan agenda atau tidak. Zucker menyatakan bahwa semakin kurang pengalaman langsung yang dimiliki publik berkenaan dengan
15
bidang isu tertentu, semakin besar publik harus bergantung pada media berita untuk informasi tentang bidang itu. Isu yang dialami langsung oleh publik, seperti pengangguran, adalah isu yang menonjol (obstrusive issues). Isu yang mungkin tidak dialami langsung oleh publik, misalnya polusi, adalah isu yang tidak menonjol (unobsrusive issues).
Dia mengatakan bahwa dampak penentuan agenda semestinya tampak bagi pengguna dan bukan pengguna media berita. Apabila penentuan agenda sebagian besar terjadi pada isu-isu yang tidak menonjol, maka cara orang mengetahui isu-isu tersebut hanya melalui media atau dengan berbicara dengan orang lain yang telah terekspos pada media..16
Penelitian yang dilakukan Zucker memperlihatkan isu yang berkenaan langsung dengan segmen tertentu dapat mempengaruhi
pandangan segmen tersebut terhadap para kandidat dalam pemilihan umum.
Penulis menggunakan hasil penelitian Zucker dimana pengalaman terhadap isu sebagai sub variabel untuk menjadi salah satu alat ukur dalam penelitian
ini. Pengalaman terhadap isu dalam penelitian ini berkaitan dengan dunia
pendidikan dan kepemudaan maupun kemahasiswaan, sebab segmen yang
berkenaan akan isu dalam penelitian ini adalah pemuda dan mahasiswa yang
berada dalam dunia pendidikan. Terdapat empat belahan yang menjadi
indikator pada sub variabel ini, yaitu:
1. Memilih Pasangan Prabowo-Hatta Karena Isu Perbaikan Dunia
Pendidikan
2. Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan
3. Memilih Pasangan Prabowo-Hatta Karena Isu Pembangunan Pemuda
4. Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Pembangunan Pemuda
E.4 Pembentukan Agenda 16
Peneliti Gladys Engel Lang dan Kurt Lang meneliti hubungan antara pers dan opini publik selama krisis Watergate dan menemukan bahwa gagasan asli penentuan agenda perlu diperluas untuk menjelaskan babak yang rumit dalam
sejarah Amerika. Mereka menganjurkan agar konsep penentuan agenda diperluas
menjadi konsep pembentukan agenda (agenda building), proses kolektif di mana, media, pemerintah, dan publik saling memengaruhi satu sama lain dalam
menentukan isu-isu apa yang dianggap penting. Mereka merinci proses tersebut
ke dalam enam langkah:
1. Pers menyoroti beberapa kejadian atau aktivitas dan membuat kejadian
atau aktivitas tersebut menjadi menonjol.
2. Jenis-jenis isu yang berbeda membutuhkan jumlah dan jenis liputan
berita yang berbeda untuk mendapatkan perhatian. Watergate adalah isu ambang batas tinggi (hingh-tress hold) (atau tidak menonjol), dan oleh karena itu, dia memerlukan liputan yang komperhensif untuk
mendapatkan perhatian publik.
3. Peristiwa-peristiwa dan aktivitas dalam fokus perhatian harus
“dibingkai”, atau diberi bidang makna di mana di dalamnya peristiwa
dan aktivitas tersebut dapat dipahami. Watergate semula dibingkai sebagai isu partisan dalam kampanye pemilihan, dan hal ini
membuatnya sulit untuk dilihat dalam kerangka yang berbeda, yaitu
4. Bahasa yang digunakan media dapat memengaruhi persepsi akan
pentingnya sebuah isu. Refrensi awal pendobrakan Watergate sebagai sebuah “kelakar”, yang terus ada selama berbulan-bulan, cenderung
merendahkannya. Refrensi berikutnya yang mengganti refrensi
sebelumnya dengan istilah skandal meningkatkan nilai penting isu
tersebut.
5. Media menghubungkan aktivitas atau kejadian yang telah menjadi
faktor perhatian dengan simbol-simbol sekunder yang lokasinya pada
lanskap politik mudah diketahui. Orang memerlukan dasar untuk
berpihak pada sebuah isu. Dalam kasus Watergate, mereka dibantu untuk melakukan keberpihakan ketika isu ini dihubungkan dengan
simbol-simbol sekunder seperti “keharusan menyampaikan fakta” dan
“kepercayaan pada pemerintah”.
6. Pembentukan agenda dipercepat ketika individu-individu yang terkenal
dan dapat dipercaya mulai berbicara sebuah isu. Misalnya, ketika
Hakim John Sirica berkata bahwa ada kebenaran yang disembunyikan
kepada publik dalam kasus Watergate, pertanyaan ini mempunyai dampak yang dramatis pada publik dan juga pada orang-orang dari
partai Republik, yang kemudian lebih bersedia untuk membuka
mulut.17
17
Penelitian Lang memperlihatkan ketika individu yang terkenal dan dapat dipercaya membicarakan sebuah isu, publik cenderung percaya akan
isu tersebut. Aktor yang menyebarkan isu menjadi penting dimana pada
masa sekarang ini aktor tidak lagi terbatas pada manusia tetapi bisa melalui
media lain. Peneliti menggunakan aktor yang menyebarkan isu sebagai sub
variabel dalam penelitian ini. Sub variabel aktor yang menyebarkan isu
ditetapkan oleh peneliti memiliki empat belahan yang menjadi indikator
dalam penelitian ini yaitu:
1. Televisi
2. Surat Kabar
3. Media Sosial
4. Tokoh
E.5 Preferensi Politik
Preferensi merupakan sebuah konsep yang digunakan pada ilmu
sosial, khususnya ekonomi. Ini mengasumsikan pilihan ralitas atau imajiner
antara alternatif dan kemungkinan dari pemeringkatan
alternatif-alternatif tersebut berdasarkan kesenangan, kepuasan, gratifikasi,
pemenuhan, kegunaan yang ada. Preferensi menciptakan urutan-urutan
alasan subjektif seseorang dan memberikan alternatif pilihan kepada
seseorang. Secara sederhana preferensi dapat dikatakan sebagai syarat-syarat
yang menjadi dasar seseorang untuk menetapkan pilihannya berdasarkan
Preferensi politik adalah pilihan tindakan yang berdasarkan
nilai-nilai yang diyakini untuk memberikan respon politik yang ada pada diri
seseorang.18 Tindakan politik akan diwujudkan seseorang berdasarkan
nilai-nilai politik yang diyakini orang tersebut. Hal ini yang menjadi faktor yang
menentukan untuk mengarahkan agar merespon situasi yang dihadapinya.
Nilai-nilai yang diyakini tersebut juga sering dijadikan sebagai motivasi dan
minat seseorang terhadap politik. Respon politik muncul dengan kegiatan
seseorang memutuskan memilih atau memutuskan pilihan politiknya.
Preferensi politik, tidak menunjukkan bahwa pemilih selalu menjadi
aktornya. Pemerintah juga memiliki preferensi politik dalam menjalankan
pemerintahannya, contohnya pada pemerintahan SBY, pendidikan
merupakan preferensi politiknya, hal ini dapat dilihat dari APBN Indonesia
yang menempatkan pendidikan sebagai sektor yang paling banyak mendapat
anggaran yaitu sebesar 20%.
E.6 Teori Pilihan Rasional
Dalam perspektif ekonomi politik secara umum, teori pilihan
rasional berusaha mengembangkan aksioma-aksioma tentang pilihan terbaik
dan preferensi yang sudah digagas oleh pakar-pakar Klasik dan Neoklasik
sebelumnya. Rasionalitas yang dikembangkan oleh pakar-pakar ekonomi
politik baru, terutama dalam pilihan rasional, terkait dengan konsep-konsep
18
seperti kesukaan atau preferensi (preference), kepercayaan (beliefs), peluang (opportunities), dan tindakan (action).
Menurut William H. Riker dalam Political Science and Rational Choice (1994), model pilihan rasional terdiri atas elemen-elemen berikut:
1. Para aktor dapat merangking tujuan-tujuan, nilai-nilai, selera, dan strategi-strategi mereka.
2. Para aktor dapat memilih alternatif terbaik yang bisa memaksimumkan kepuasan mereka.
Dari elemen-elemen di atas, komponen utama pilihan rasional adalah
perangkingan.
Agar lebih mudah dipahami, misalkan kita dihadapkan terhadap dua pilihan,
yaitu A dan B. Tiga cara untuk mengungkapkan preferensi antara kedua
pilihan tersebut adalah (1) A lebih baik dari B (dinotasikan A>B), (2) B
lebih baik dari A (B>A atau A<B), dan A sama baik (sama jelek) dengan B
(A=B). Kalau seandainya anda dirangking A>B; dan B>C, berdasarkan
theory of revealed preference, sesuai aksioma dan transivitas, kesimpulannya ialah A>C.
Dengan menggunakan pendekatan pilihan rasional, kita bisa
memahami rasionalitas politik dalam pemilihan. Dimana sebelum
menentukan pilihan, masyarakat sudah melakukan interpretasi politik
tentang tujuan-tujuan bersama yang ingin dicapai, tindakan yang akan
diambil untuk mencapai tujuan, sarana yang digunakan atau diperlukan,
institusi-institusi dan aktor-aktor politik yang dianggap kompeten untuk
mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. Tujuan bersamanya adalah
diharapkan mampu membawa masyarakat kearah tujuan bersama tersebut
adalah presiden dan para menteri di kabinet. Siapa yang paling dipercaya
paling mampu memimpin bangsa untuk mencapai semua tujuan bersama
tersebut, dia yang kabinetnya akan dipilih.19 Pendekatan ini bisa digunakan
dalam berbagai analisis dan perspektif, sebab teori ini cukup sederhana.
Preferensi politik dalam penelitian ini tertuju kepada pemiih dalam
menetapkan pilihannya yaitu:
1. Memilih pasangan Prabowo-Hatta
2. Memilih pasangan Jokowi-JK
3. Tidak memilih kedua pasangan tersebut.
F. Kerangka Konseptual
Konsep utama dari penelitian ini adalah pengaruh isu politik yang
sedang berkembang saat pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014
terhadap preferensi politik mahasiswa. Penelitian ini menggunakan tiga
variabel untuk menjabarkan pengaruh isu politik terhadap preferensi politik
mahasiswa. Variabel X1 pada penelitian ini adalah isu politik, variabel Y
pada penelitian ini adalah preferensi politik. Variabel ketiga yaitu variabel
X2 dari penelitian ini adalah alasan pemilih.
F.1 Isu Politik
Isu politik adalah berita ataupun masalah politik yang sedang hangat
diperbincangkan tetapi belum jelas kebenarannya. Isu politik mengandung
19
konten-konten pesan yang menjadi stimuli terhadap penerima pesan sekalipun
pesan tersebut belum dipastikan kebenarannya. Ketika berbicara tentang isu maka
hal yang akan muncul berikutnya adalah kepercayaan penerima pesan isu tersebut.
a. Fokus Isu Politik
Menurut Iyengar ketika isu difokuskan pada sebagian isu dan tidak pada isu lainnya maka hal tersebut dapat mengubah standar yang digunakan untuk
mengevaluasi para calon pemilihan.
Isu Pelanggaran HAM Yang Dilakukan Prabowo
Kepercayaan penerima pesan isu tentang hal-hal yang menyudutkan pasangan
kandidat Prabowo-Hatta seperti isu pelanggaran HAM dan
penculikan aktivis pada tahun 1998 yang menerpa Prabowo.
Isu Agama Jokowi Bukan Islam
Kepercayaan penerima pesan isu tentang hal-hal yang menyudutkan pasangan
kandidat Jokowi-JK seperti isu agama Jokowi bukan Islam.
Isu Prabowo-Hatta Akan Mengembalikan Kekayaan Nasional
Kepercayaan penerima pesan isu tentang hal-hal yang menguntungkan pasangan
kandidat Prabowo-Hatta seperti isu Prabowo akan mengembalikan
PT.Freport sepenuhnya ke Indonesia.
Kepercayaan penerima pesan isu tentang hal-hal yang menguntungkan pasangan
kandidat Jokowi-JK seperti isu penguatan rupiah terjadi karena
iklim usaha menyambut positif pencapresan pasangan Jokowi-JK.
b. Pengalaman Terhadap Isu Politik
Menurut Zucker semakin kurang pengalaman langsung yang dimiliki publik berkenaan dengan bidang isu tertentu, semakin besar publik harus bergantung pada
media berita untuk informasi tentang bidang itu. Dengan kata lain publik
akan mencari sumber informasi yang berkenaan dengan isu tersebut.
Pengalaman terhadap isu dalam penelitian ini berkaitan dengan pendidikan
dan kemahasiswaan maupun kepemudaan, segmen penelitian ini adalah
mahasiswa.
Memilih Pasangan Prabowo-Hata Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan
Pasangan Prabowo-Hatta dikabarkan akan menaikkan standart dunia pendidikan
dengan mencanangkan program 12 tahun wajib belajar dan
menyerap tenaga pengajar sebanyak-banyaknya dalam lima tahun.
Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan
Pasangan Jokowi-JK dikabarkan akan menghapuskan Ujian Nasional dan
mempermudah sistem sertifikasi guru.
Pasangan Prabowo-Hatta dikabarkan akan memberi perhatian khusus kepada
pembangunan pemuda terutama setelah adanya dukungan Ridwan
Kamil yang merupakan tokoh yang mengedepankan pergerakan
kepemudaan.
Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Pembangunan Pemuda
Pasangan Jokowi-JK dikabarkan akan memberi perhatian khusus kepada
pembangunan pemuda dengan peningkatan kesejahteraan atlet.
c. Aktor Yang Menyebarkan Isu Politik
Menurut Gladys Engel & Kurt Lang pembentukan agenda dipercepat ketika individu-individu yang terkenal dan dapat dipercaya mulai berbicara sebuah isu.
Individu dalam hal ini diperluas menjadi tidak hanya sebatas orang namun
juga media lain yang dianggap publik dapat dipercaya.
Televisi
Publik cenderung akan mempercayai isu dari saluran televisi yang menjadi
tontonan favoritnya.
Surat Kabar
Publik cenderung akan mempercayai isu yang ditulis oleh surat kabar yang lebih
sering dibacanya.
Publik cenderung akan mempercayai isu yang diunggah berulang-ulang di
media sosial.
Tokoh
Publik cenderung akan mempercayai isu yang diucapkan oleh tokoh terkenal.
F.2 Preferensi Politik
Preferensi politik adalah pilihan tindakan yang berdasarkan nilai-nilai
yang diyakini untuk memberikan respon politik yang ada pada diri seseorang.
Tindakan tersebut adalah pilihan pemilih untuk memilih kandidat atau tidak
memilih kandidat.
Memilih Pasangan Prabowo-Hatta
Memilih Pasangan Jokowi-JK
Tidak Memilih Kedua Pasangan Tersebut
G. Kerangka Operasional
Penelitian ini akan menguji apakah ada pengaruh isu politik yang
sedang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun
2014 terhadap preferensi politik pemilih (mahasiswa Universitas Sumatera
Utara dan Universitas HKBP Nommensen). Variabel yang digunakan ada
dua yaitu, isu politik, preferensi politik. Variabel X memiliki tiga sub
variabel yaitu, sub variabel X1 adalah fokus isu politik, sub variabel X2
adalah pengalaman terhadap isu, dan sub variabel X3 adalah aktor yang
menyebarkan isu. Penelitian ini juga akan memperlihatkan pada sub variabel
dilihat pada gambar bagan penelitian. Berikut adalah variabel, sub variabel
dan indikator dalam penelitian ini:
Variabel X1: Isu Politik
Sub Variabel X1: Fokus Isu Politik
- Isu Pelanggaran HAM Yang Dilakukan
Prabowo
- Isu Agama Jokowi Bukan Islam
- Isu Prabowo-Hatta Akan Mengembalikan
Kekayaan Nasional
- Isu Penguatan Rupiah Karena Jokowi-JK
Sub Variabel X2: Pengalaman Terhadap Isu
- Memilih Pasangan Prabowo-Hatta Karena Isu
Perbaikan Dunia Pendidikan
- Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu
Perbaikan Dunia Pendidikan
- Memilih Pasangan Prabowo-Hatta Karena Isu
Pembangunan Pemuda
- Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu
Pembangunan Pemuda
Sub Variabel X3: Aktor Yang Menyebarkan Isu
- Surat Kabar
- Media Sosial
- Tokoh
Variabel Y: Preferensi Politik
- Memilih Pasangan Prabowo-Hatta
- Memilih Pasangan Jokowi-JK
- Tidak Memilih Kedua Pasangan Tersebut
H. Bagan Penelitian
Gambar 1.1
Pengaruh Isu Politik Yang Sedang Berkembang Saat Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Terhadap Preferensi Politik
Mahasiswa
Variabel X: Isu Politik Variabel Y: Preferensi Politik
Sub Variabel X1: Fokus Isu
Politik:
- Isu Pelanggaran HAM Yang Dilakukan Prabowo
- Isu Agama Jokowi Bukan Islam
I. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan sementara atau jawaban
sementara terhadap masalah-masalah yang diajukan dalam suatu penelitian.
Kebenaran tersebut adalah kebenaran yang bersifat tentatif yang
keberterimaannya masih harus diuji melalui verivikasi data yang diperoleh
dari lapangan.20 Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan penulis
sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan di dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H0: Terdapat pengaruh isu politik yang sedang berkembang saat pemilihan umum Presiden
dan Wakil Presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik mahasiswa.
Ha: Tidak terdapat pengaruh isu politik yang sedang berkembang saat pemilihan umum
Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik mahasiswa.
J. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu pengkajian dalam menjawab
serta mempelajari peraturan yang terdapat dalam suatu penelitian. Ditinjau
dari sudut filsafat, metodologi penelitian merupakan epistimologi penelitian,
yaitu yang menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian.21 Metode
yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif.
J.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian
kuantitatif. Jenis penelitian ini dipilih sebab penulis meneliti hubungan
antara variabel dan memiliki jumlah populasi yang besar. Peneliti
menjabarkan dengan data statistik ada atau tidak adanya pengaruh isu politik
20
Erizal Gani. 2013. Komponen-Komponen Karya Tulis Ilmiah, Bandung; Penerbit Pustaka Reka Cipta. hal 162
21
peserta pemilihan umum terhadap preferensi politik mahasiswa Kota Medan
pada pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014.
J.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua universitas di Kota Medan yaitu
Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen. Peneliti
memilih kedua universitas ini karena merupakan universitas yang kegiatan
mahasiswanya yang berkaitan dengan politik yang paling sering dimuat di
portal berita online.
J.3 Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau
obyek dengan kausalitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.22 Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa Kota Medan. Populasi dalam penelitian ini
terfokus pada universitas yang memiliki mahasiswa aktif yang berada di
Kota Medan dan sedang menjalani pendidikan Strata 1 (S1). Terdapat 25
universitas yang berdiri di Kota Medan.23 Banyaknya jumlah populasi
menyulitkan penelitian untuk mendapatkan seluruh unsur dan komponen
yang dibutuhkan dalam penelitian, sehingga dibutuhkan penarikan sampel.
b. Sampel
22
Dr. Etta Mamang Sangadji, M.Si. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian, Yogyakarta: Penerbit Andi. hal.185
23
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Bila populasinya besar dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, waktu dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi.24 Peneliti mengambil sampel dari populasi dengan
teknik multi stage cluster sampling, yaitu unit-unit analisa dalam populasi digolongkan ke dalam gugus-gugus yang disebut clusters, dan gugus tersebut merupakan satuan-satuan dimana sampel diambil.25 Pembagian
gugus diperoleh dengan melihat universitas yang memiliki intensitas
kegiatan mahasiswa dengan portal berita online sebagai pembandingnya,
kegiatan mahasiswa dari universitas yang paling sering dimuat di berita
online akan menjadi gugus dimana sampel akan diambil, sehingga dianggap
dapat mewakili keseluruhan mahasiswa Kota Medan. Setelah melakukan
pencarian pada portal berita online Kota Medan yaitu:
medan.tribunnews.com, www.antarasumut.com, m.okezone.com,
www.tempo.co, waspadamedan.com, medanmagazine.com,
hariansumutpos.com, muncul dua nama yang paling sering dimuat dalam
portal berita online Kota Medan. Mahasiswa dari Universitas Sumatera
Utara dan Universitas HKBP Nomensen kemudian dihitung jumlah sampel
berdasarkan jumlah mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas
HKBP Nomensen. Untuk mendapatkan jumlah sampel, peneliti menghitung
24
Dr. Etta Mamang Sangadji, M.Si. Op. Cit; hal.186 25
menggunakan melalui rumus Taro Yamane. Mahasiswa yang menempuh
pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara berjumlah 28.760 orang26 dan
mahasiswa yang menempuh pendidikan S1 di Universitas HKBP Nomensen
berjumlah 8.479 orang.27
Keterangan:
n : Jumlah sampel yang dicari.
N : Jumlah populasi.
d² = Presesi ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 90 %.
responden
Jadi jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang. Berdasarkan jumlah
populasi pada kedua universitas maka pembagian sampel dibagi sebagai
berikut:
26
Lihat data Situasi Mahasiswa Terdaftar dan Aktif Universitas Sumatera Utara Semester Ganjil T.A. 2013/2014 Keadaan: November 2013. Sumber BAA USU
27
Universitas Sumatera Utara,
responden
Universitas HKBP Nomensen,
responden
Sampel yang memenuhi syarat adalah mahasiswa S1 aktif yang
berada di kedua universitas tersebut. Pengambilan sampel selanjutnya
diambil berdasarkan fakultas yang ada di masing-masing universitas.
Sampel dihitung berdasarkan jumlah mahasiswa aktif di setiap fakultas.
Setelah jumlah sampel untuk setiap fakultas didapatkan, agar seluruh sampel
dengan cara penarikan random kepada setiap jurusan yang ada di masing-masing fakultas yang akan diteliti. Hasil penarikan tersebut menjadi acuan
kuesioner akan diberikan, kemudian teknik acak sederhana dilakukan
setelah mendapatkan jurusan dan tahun ajaran sampel untuk mendapatkan
sampel yang akan menjawab isi kuesioner penelitian ini.
J.4 Sumber Data
Sumber data yang dipakai dalam peneltian ini dikelompokkan menjadi dua
bagian, yakni data primer dan data sekunder:
1. Data primer yaitu data yang diambil dari sumber data utama, seperti
penyebaran kuesioner, wawancara dari pihak terkait dan observasi
kepada objek yang diteliti;
2. Data sekunder yaitu data yang sudah tersedia sebelumnya seperti data
yang berasal dari buku, berita, Undang-Undang, jurnal dan sebagainya.
J.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik
yang relevan untuk mendapatkan data yang akurat yaitu dengan penelitian
lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library research). Dalam mengumpulkan data peneliti melakukan:
1. Penelitian Lapangan (field research): Penyebaran Kuesioner yang
diberikan kepada informan yaitu mahasiswa Universitas Sumatera Utara
dan Universitas HKBP Nomensen. Teknik pengumpulan data penelitian
pengumpulan data yang dijalankan dengan cara mengadakan penelitian
secara teliti, dengan jalan pencatatan dan pengamatan secara sistematis.28
Kemudian disertai dengan data dokumentasi yang berkaitan dengan
penelitian ini.
2. Pengumpulan data penelitian kepustakaan (library research) yaitu: dengan mendapatkan data dari buku-buku, jurnal, dokumen lembaga dan
sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian.
J.6 Teknik Pengukuran Skor
Salah satu cara yang paling sering digunakan dalam menentukan
skor adalah dengan menggunakan “Skala Likert”. Skala adalah ukuran
gabungan yang didasarkan pada sruktur intensitas pertanyaan-pertanyaan.
Dengan demikian “Skala Likert” sebenarnya bukan skala, tetapi adalah
suatu cara yang lebih sistematis untuk memberi skor pada indeks.29
Cara menggunakan pengukuran dengan “Skala Likert” adalah
menghadapkan informan atau responden dengan pertanyaan, kemudian
diminta untuk memberi jawaban dengan skor pada setiap pertanyaan yaitu:
Sangat Setuju (SS) : diberi skor 5
Setuju (S) : diberi skor 4
Ragu-ragu (R) : diberi skor 3
Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2
28
Imam Gunawan, S. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik.Jakarta: PT. Bumi Aksara. hal143
29