• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI EKSPERIMEN PEMBUATAN TELUR GABUS DARI BAHAN DASAR PATI GARUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI EKSPERIMEN PEMBUATAN TELUR GABUS DARI BAHAN DASAR PATI GARUT"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI EKSPERIMEN PEMBUATAN TELUR GABUS DARI

BAHAN DASAR “PATI GARUT”

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I

untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Bondan Kartika Mustofa

5401407032

JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Dra. Wahyuningsih, M. Pd. Dra. Sri Endah W, M. Pd.

NIP. 196008081986012001 NIP. 196805281993032001

Penguji

Ir. Bambang Triatma, M. Si.

NIP.196209061988031001

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Titin Agustina, M. Kes. Pudji Astuti, S. Pd, M. Pd.

NIP.196008131986012001 NIP.197105031999032002

Mengetahui Dekan Fakultas Teknik

(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya sendiri, bukan jiplakan orang lain, baik bagian atau keseluruhan. Pendapat

atau temuan orang lain dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

(4)

iv

 Jadikan masalah itu bukan masalah tapi jadikan masalah itu sebagai motifasi

karena di setiap masalah akan ada sebuah keindahan yang kita dapatkan.

 Orang yang hanya memikirkan diri sendiri tidak akan bahagia. Pedulilah yang ada

disekitar.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan motivasi

dalam keadaan apapun dan mendo’akanku disetiap

sujudnya. Terimakasih atas perhatian dan kasih

sayangnya selama ini.

2. Anakku yang telah memberikan motivasi, dorongan dan

semangat disetiap langkahku.

3. Dosen pembimbingku yang senantiasa bersabar dalam

membimbing dan memberikan semangat.

4. Teman-temanku di salma kos dan sahabatku tersayang

yang selalu mendukungku.

(5)

v

PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan ke Hadirat Allah SWT, Nabi Muhammad

SAW,karena telah melimpahkan karunia-Nya sehingga bias diselesaikan skripsi

ini dengan judul “Study Eksperimen Pembuatan Telur Gabus Dari Bahan Dasar

Pati Garut” dengan baik.

Dalam menyusun skripsi ini sebagai syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada jurusan Tata Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang. Penyusun skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada yang

terhormat:

1. Drs. Muhammad Harlanu, M. Pd. Dekan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi

ini.

2. Dra. Wahyuningsih, M. Pd. Ketua jurusan Teknologi Jasa dan Produksi

Universitas Negeri Semarang yang t5elah memberiakn izin dalam

menyusun skripsi ini.

3. Dra.Titin Agustina,M.Kes. Dosen pembimbing I yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing, mengoreksi serta memberikan masukan dan

arahan dalam menyusun skripsi ini.

4. Pudji Astuti,S.Pd,M.Pd. dosen pembimbing II yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing, mengoreksi serta memberikan masukan dan

(6)

vi

Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan kepada peneliti selama peneliti mengikuti perkuliahan.

7. Ayah, Ibu dan Anak serta keluarga yang telah memberikan dorongan

semangat hinggaterselesaikannya skripsi ini.

8. Sahabat dan teman-teman semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan

satu persatu yang telah mendukung dan membantudalam menyelesaikan

skripsi ini.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan

balasan dari Allah SWT. Meskipun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin

denagn segala pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki untuk menyusun

skripsi ini, akan tetapi peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna namun harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua terutama masyarakat pada umumnya.

(7)

vii

ABSTRAK

Mustofa, Bondan Kartika. 2013. ”Study Eksperimen Pembuatan Telur Gabus

Dari Bahan Dasar Pati Garut”. Skripsi, Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dra. Titin Agustina, M. Kes.Pembimbing II: Pudji astuti, S. Pd, M. Pd.

Kata kunci: Telur Gabus, Pati Garut.

Telur gabus adalah kue yang termasuk jenis kudapan rasanya gurih, bentuknya kecil-kecil, teksturnya halus, tidak berlubang dan tidak pecah-pecah. Biasanya terbuat dari tapioka, telur dan keju. Salah satu alternative yang dilakukan untuk membuat telur gabus adalah mengganti bahan dasarnya dari tapioca dengan pati garut. Pati garut adalah pati yang terbuat dari garut banyak mengandung protein dan serat kasar di bandingkan dengan tapioka. Pada penelitian ini pembuatan telur gabus menggunakan bahan dasar pati garut dengan penggunaan jumlah pati yang berbeda yaitu 60%, 80% dan 100%. Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui perbedaan kualitas telur gabus dari bahan dasar pati garut dengan penggunaan jumlah pati yang berbeda yaitu 60%, 80% dan 100% ditinjau dari warna, rasa, aroma, dan tekstur, 2) Untuk mengetahui kesukaan masyarakat terhadap telur gabus dari hasil eksperimen, 3) Untuk mengetahui kandungan protein dan serat padat telur gabus hasil eksperimen. Manfaat dari hasil penelitian ini adalah menambah pengetahuan dan membuka wawasan bagi mahasiswa tentang penggunaan pati garut sebagai bahan dasar pembuatan telur gabus, memberikan sumbangan pemikiran dan menambah perbendaharaan pustaka bagi perguruan tinggi tentang pemanfaatan pati garut menjadi suatu produk olahan yaitu telur gabus, memberikan wawasan pada masyarakat terutama para petani agar memiliki pengetahuan dalam pemanfaatan umbi garut diharapkan serta agar petani dapat membudidayakan tanaman garut secara produktif karena garut juga dapat digunakan sebagai bahan makanan alternatif, yang dapat dikembangkan di berbagai daerah dan upaya penganekaragaman pangan dari tanaman garut, salah satunya adalah produk olahan makanan yaitu telur gabus.

Obyek penelitian ini adalah pati garut sebagai bahan dasar dengan penggunaan yang jumlah prosentasenya berbeda yaitu 60%, 80% dan 100%. Teknik pengumpulan data menggunakan metode penilaian secara subyektif (perbedaan kualitas dan uji kesukaan) dan penilaian obyektif (uji kandungan protein dan serat). Instumen yang digunakan panelis agak terlatih. Data dianalisis dengan varians klasifikasi tunggal dilanjut dengan uji tukay. Kesukaan konsumen dianalisis dengan deskritif presentase. Kandungan protein dan serat di uji dilaboratorium

(8)

viii

sosialisasi pemanfaatan umbi garut sebagai bahan dasar pembuatan aneka kue atau jajanan pasar. Serta perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan pati garut dengan konsentrasi yang tepat sehingga dapat dijadikan resep standar. 2) Perlu danya pengendalian variable kontrol yang baik dan benar agar tidak terjadi perbedaan kualitas misalnya dalam proses penggorengan perlu adanya pengaturan suhu. 3) Pada waktu pengambilan data uji kesukaan diharapkan ditempatkan pada ruangan khusus untuk melakukan penilaian, sehingga dalam penentuan suka atau tidak suka antar panelis tidak dapat saling mempengaruhi dalam menentukan kualitas telur gabus hasil eksperimen.

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul ... 1

B. Rumusan masalahan ... 3

C. Penegasan Istilah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan Skripsi... 7

BAB II LANDASAN TEORI A Tinjauan tentang telur gabus ... 8

1 Alat-alat pembuatan Telur Gabus ... 9

2 Bahan Pembuatan Telur Gabus ... 10

3 Formula Bahan ... 11

4 Proses Pembuatan telur Gabus ... 12

5 Formula Telur Gabus ... 16

6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Telur Gabus ... 16

B Tinjauan umum tentang Umbi Garut ... 21

1 Umbi Garut... 21

2 Pati Garut ... 24

3 Kerangka Berfikir ... 27

(10)

x

2 Pelaksanaan Eksperimen ... 36

C Metode Pengumpulan Data ... 39

1 Penilaian Subjektif ... 39

2 Penilaian Objektif ... 42

D Instrumen Pengumpulan Data ... 42

1 Panelis Agak Terlatih ... 42

2 Panelis Tidak Terlatih ... 47

E Metode Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 53

1 Hasil Uji Inderawi... 53

2 Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas ... 57

3 Hasil ANAVA Telur Gabus Hasil Eksperimen ... 60

4 Hasil Uji Tukey ... 61

5 Hasil Uji Kesukaan ... 70

6 Ringkasan Hasil Uji Kesukaan ... 78

6 Hasil Uji Kandungan Gizi ... 80

B Pembahasan Hasil Penelitian ... 82

1 Hasil Uji Inderawi... 82

2 Hasil Uji Kesukaan ... 86

3 Hasil Uji Kandungan Gizi ... 86

4 Keterbatasan Penelitian ... 88

BAB V PENUTUP A Simpulan ... 89

B Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(11)

xi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Formula Bahan Untuk Membuat Telur Gabus ... 12

2. Komposisi kimia (%) umbi garut segar ... 24

3. Komposisi gizi pati garut ... 24

4. ukuran bahan untuk membuat telur gabus………. 37

5. Interval Persentase dan kriteria ... 51

6. Penilaian panelis pada aspek warna ... 54

7. Penilaian panelis pada aspek rasa ... 55

8. Penilaian panelis pada aspek aroma ... 55

9. Penilaian panelis pada aspek warna ... 56

10. Hasil penilaian telur gabus pati garut ... 57

11. Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 58

12. Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 60

13. Ringkasan Hasil Perhitungan Analisis Klasifikasi Tunggal... 61

14. Ringkasan hasil uji tukey indikator warna ... 62

15. Ringkasan hasil uji tukey indikator rasa ... 63

16. Ringkasan hasil uji tukey indikator aroma ... 65

17. Ringkasan hasil uji tukey indikator tekstur ... 66

18. Hasil uji inderawi Keseluruhan Telur Gabus Pati Garut ... 68

19. Rerata Masing-masing Aspek uji inderawi ... 69

20. Hasil uji secara keseluruhan telur gabus bahan dasar pati garut dari 20 panelis kelompok remaja putri ... 71

21. Hasil uji secara keseluruhan telur gabus bahan dasar pati garut dari 20 panelis kelompok remaja putra ... 73

22. Hasil uji secara keseluruhan telur gabus bahan dasar pati garut dari 20 panelis kelompok ibu-ibu ... 75

23. hasil uji secara keseluruhan telur gabus bahan dasar pati garut dari 20 panelis kelompok bapak-bapak ... 76

24. hasil uji secara keseluruhan telur gabus bahan dasar pati garut dari 80 anelis... 78

(12)

xii

1. Skema Pembuatan Telur Gabus ... 15

2. Skema Pembuatan Pati Garut... 27

3. Skema Kerangka Berpikir... 29

4. Skema tahap-tahap pelaksanaan eksperimen ... 38

5. Histogram nilai mean penilaian kualitas telur gabus hasil eksperimen dilihat dari aspek warna ... 63

6. Histogram nilai mean penilaian kualitas telur gabus hasil eksperimen dari aspek rasa ... 64

7. Histogram nilai mean penilaian kualitas telur gabus hasil eksperimen dari aspek aroma ... 66

8. Histogram nilai mean penilaian kualitas telur gabus hasil eksperimen dari aspek tekstur ... 67

9. Grafik radar tingkat warna, rasa, aroma dan tekstur ... 70

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Telur Gabus merupakan jenis makanan ringan dengan ciri khas

teksturnya renyah, bentuknya bulat lonjong, bagian dalam tidak berlubang,

permukaan halus, rasanya ada yang gurih dan ada juga yang manis,sedangkan

yang memiliki rasa manis ini biasanya penyelesaiannya dengan cara “dibesto”.

Sesuai namanya, dalam pembuatan telur gabus menggunakan telur

yang cukup banyak terutama kuningnya dan menggunakan bahan dasar

tapioka.Masyarakat lebih mengenal kue ini dengan kue widaran, padahal

sebenarnya bahan dasarnya berbeda.Widaran terbuat dari tepung beras ketan

dengan menggunakan kuning telur dan air dalam jumlah yang sedikit,

sedangkan telur gabus terbuat dari tapioka.

Kue ini banyak disukai oleh masyarakat dari berbagai kalangan dari

anak-anak sampai orang tua dari ekonomi menengah sampai atas.Ini terbukti

masih banyak dijumpai kue telur gabus diwarung-warung, toko-toko kue dan

supermarket.Telur gabus ini biasanya digunakan untuk makanan cemilan

sehari-hari.

Tanaman garut (Maranta arundinacea L) banyak dikenal di seluruh

Indonesia dengan beberapa nama lokal seperti lerut (Pekalongan), angkrik

(Betawi), patat (Sunda), sagu (Ciamis dan Tasikmalaya), tarigu (Banten), sagu

Belanda (Padang, Ambon dan Aceh) atau larut, pirut, kirut (Jawa Timur).

(14)

Pangan, Holtikultura dan obat-obatan, mencanangkan program satu juta hektar

garut untuk mengurangi impor terigu.Pada akhir Pelita VII, ditargetkan

perluasan proyek garut satu juta hektar.Peta sasaran program penanaman garut

diproyeksikan di Jabar (Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar), Jateng (Ajibarang,

Wangla, Purwokerto, Sampang, Surakarta, Buntu, Banyumas, dan Pemalang),

serta Jatim (Malang, Blitar, dan Kepanjar). (Richana. 2012:82).

Garut tergolong umbi yang mudah busuk, masa simpan untuk varietas

banana hanya dapat bertahan 2 hari, sedangkan varietas Creol dapat bertahan 7

hari setelah dipanen (Sukarsa Entjo. 2011). Umbi garut yang masih muda dan

segar digunakan sebagai makanan kecil dan memiliki rasa yang khas yaitu

manis, biasanya diolah dengan cara dikukus, direbus dan dibakar terlebih

dahulu. Melihat dari masa simpan garut yang sangat singkat, apabila umbi

yang sudah tua dapat dimanfaatkan untuk pati, tepung atau untuk emping.

Tujuan pembuatan pati atau tepung garut agar dapat memiliki masa simpan

yang lama serta lebih praktis dan fleksibel dalam penggunaanya baik untuk

substitusi atau komposit dalam pembuatan aneka olahan dari garut salah

satunya adalah telur gabus.

Didalam tapioka terdapat kandungan energi sebesar 362 kilokalori,

protein 0.5%, karbohidrat 89.9%, lemak 0.3%, kalsium 0%, fosfor 0%, dan zat

besi 0%, selain itu didalam tapioka juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU,

vitamin B1 0%bdan vitamin C 0% (

(15)

3

mengandung kadar pati sebesar 83.19% dan kandungan gizi lainnya

diantaranya amilosa 31.35%, amilopektin 79%, serat kasar 0.125%, lemak

0.26%, protein 0.65%, abu 0.2% dan air 8.6%. Amilosa dan amilopektin yang

cukup tinggi pada pati garut sangat baik untuk kesehatan karena produk

pangan yang memiliki kandungan amilosa dan amilopektin tinggi akan

semakin mudah untuk dicerna. Diharapkan pembuatan telur gabus dari bahan

dasar pati garut dapat memberikan variasi rasa, aroma yang khas dan bisa

menjadi ciri dari telur gabus yang ada di pasaran.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti berinisiatif untuk melakukan

penelitian dengan judul STUDY EKSPERIMEN PEMBUATAN TELUR

GABUS DARI BAHAN DASAR “PATI GARUT” sehingga dapat

meningkatkan nilai ekonomi umbi garut, selain itu juga untuk menghasilkan

inofasi produk baru dari pemanfaatan umbi garut yang lebih berkualitas dan

dapat diminati masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Pada pembuatan telur gabus biasanya menggunakan tapioka, pada

penelitian ini pembuatan telur gabus menggunakan bahan dasar pati garut

setiap tepung memiliki sifat yang khas (dalam arti warna, aroma dan tekstur)

yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Apakah ada perbedaan kualitas telur gabus dari bahan dasar pati garut

dengan penggunaan jumlah pati yang berbeda yaitu 60%, 80% dan 100%

(16)

2. Bagaimana kesukaan masyarakat terhadap telur gabus dari hasil

eksperimen?

3. Berapakah kandungan protein dan serat pada telur gabus hasil eksperimen?

C. Penegasan Istilah

Penegasan istilah dimaksudkan supaya tidak terjadi pengertian yang

menyimpang dari “STUDY EKSPERIMEN PEMBUATAN TELUR GABUS

DARI BAHAN DASAR PATI GARUT” Oleh karena itu peneliti membatasi

ruang lingkup objek penelitian.penegasan istilah yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Study Eksperimen

Study Eksperimen adalah rangkaian kegiatan yang berupaya membuat

percobaan yang bersifat independen dan tiap percobaan dapat menghasilkan

dua macam atau lebih hasil yang berbeda (Antodajan 1996: 131). Jadi study

eksperimen dalam penelitian ini adalah suatu penelitian dalam bentuk

percobaan pembutan telur gabus untuk mendapatkan hasil yang diinginkan

baik warna, rasa, aroma maupun tekstur.

2.Telur Gabus 2

Telur Gabus adalah jenis makanan ringan dengan ciri khas teksturnya

renyah, bentuknya bulat lonjong, bagian dalam tidak berlubang, permukaan

halus dan rasanya ada yang gurih dan ada juga yang manis. Terbuat dari

tepung tapioka, telur, keju dan sedikit air dan penyelesaianya dengan cara

digoreng.

(17)

5

Pati garut yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pati yang terbuat

dari umbi garut, cara pengolahan pati garut secara umum memiliki prinsip

yang sama dengan pengolahan tapioka dari ubi kayu. Tahapan proses

meliputi persiapan, ekstrasi, pemurnian, pemisahan air, pengeringan dan

finising. Tahap persiapan dan ekstrasi merupakan tahap penghancuran

dinding sel dan pemisahan granula-granula dari bahan tidak larut seperti

kotoran dan bahan dinding sel. Pada tahap pencucian dilakukan substitusi air

terhadap cairan yang mengelilingi granula-granula pati untuk memudahkan

pemisahan. Tahap pemisahan air dan pengeringan bertujuan membuang air

sampai kering dengan kadar air tertentu. Tahap akhir adalah finising, yaitu

penghancuran pati dan pengayakan (Richana. 80:2012)

Jadi yang dimaksud pada penelitian ini adalah rangkaian kegiatan atau

percobaan pembuatan telur gabus dari bahan dasar pati garut dengan jumlah

pati garut yang berbeda yaitu 60%, 80% dan 100% yang diuji kualitasnya

berdasarkan warna, rasa,aroma dan tekstur.

D. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan kualitas telur gabus dari bahan dasar pati

garut dengan penggunaan jumlah pati yang berbeda yaitu 60%, 80% dan

100% ditinjau dari rasa, warna, tekstur dan aroma.

2. Untuk mengetahui kesukaan masyarakat terhadap telur gabus dari hasil

(18)

3. Untuk mengetahui kandungan protein dan serat pada telur gabus hasil

ekperimen.

E. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Mahasiswa :

Menambah pengetahuan dan membuka wawasan bagi mahasiswa tentang

penggunaan tepung garut sebagai bahan dasar pembuatan telur gabus.

2. Bagi Perguruan Tinggi :

Memberikan sumbangan pemikiran dan menambah perbendaharaan pustaka

bagi perguruan tinggi tentang pemanfaatan tepung garut menjadi suatu

produk olahan yaitu telur gabus.

3. Bagi Masyarakat :

Memberikan wawasan pada masyarakat terutama para petani agar memiliki

pengetahuan dalam pemanfaatan umbi garut diharapkan serta agar petani

dapat membudidayakan tanaman garut secara produktif karena garut juga

dapat digunakan sebagai bahan makanan alternatif, yang dapat

dikembangkan di berbagai daerah. Sebagai upaya penganekaragaman

pangan dari tanaman garut. Misalnya saja pada suatu produk olahan

(19)

7

E. Sistematika Skripsi

Sistematika penulisan skripsi ini meliputi tiga bagian, yaitu:

1. Bagian Awal skripsi:

Bagian awal skripsi berisi halaman judul, halaman pengesahan, halaman

motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,

daftar gambar, dan daftar lampiran.

2. Bagian isi dibagi menjadi lima bab, antara lain:

a. Bab I Pendahuluan

Berisi latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi.

b. Bab II Landasan Teori

Berisikan tentang kajian teori-teori yang mendasari dalam penulisan

skripsi ini, kerangka berpikir, dan hipotesa.

c. Bab III Metode Penelitian.

Berisikan metode penentuan objek, metode pengumpulan data,

instrument (alat pengumpul data), dan metode analisis data.

d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini meliputi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

e. Bab V Simpulan dan Saran

Berisikan simpulan dari hasil penelitian serta saran.Bagian akhir

skripsi ini adalah daftar pustaka, tabel-tabel yang digunakan, dan

lampiran-lampiran yang melengkapi uraian pada bagian isi.

3. Bagian akhir skripsi:

(20)

8

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam landasan teori ini akan diuraikan teori-teori menjadi landasan

dalam melakukan kegiatan penelitian. Landasan teori ini meliputi : tinjauan

tentang telur gabus, tinjauan tentang umbi garut, kiteria telur gabus yang baik,

proses pembuatantelur gabus, kemungkinan pemanfaatan umbi garut sebagai

bahan dasar pembuatan telur gabus.

A. Tinjauan Tentang Telur Gabus

Telur Gabus adalah jenis makanan ringan dengan ciri khas teksturnya

renyah, bentuknya bulat lonjong, bagian dalam tidak berlubang, tekstur halus dan

rasanya ada yang gurih dan ada juga yang manis.Terbuat dari tepung tapioka,

telur, keju dan sedikit air dengan penyelesaian di goreng (Mustikarasa,

1964:1060). Kudapan bernama telur gabus ini masyarakat biasanya ada yang

menyebutnya dengan cendol keju karenabentuknya menyerupai dengan cendol.

Rasanya cenderung asin dan gurih, namun ada jugatelur gabus yang memiliki rasa

yang manis ini penyelesaian akhirnya“dibesto” menggunakan gula pasir yang

diberi sedikit air kemudian dimasak menggunakan api kecil sambil diaduk-aduk

sehingga semua gula larut. Jika gula tersebut mulai “merambut” (mengental)

maka cepat-cepat kue telur gabus yang telah digoreng dimasukkan kedalam

larutan gula dan di aduk supaya gula dapat menempel pada kue dengan merata.

Dalam penelitian ini telur gabus dibuat dengan bahan dasar pati garut.

Kriteria telur gabus secara umum antara lain:

 Warna : Kuning keemasan

(21)

9

 Rasa : Gurih

 Tektur : Kering dan agak rapuh

1. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan telur gabus

Alat yang digunakan dalam pembuatan telur gabus sebagai berikut.

a. Timbangan

Digunakan untuk mengukur berat bahan yang dibutuhkan.

b. Talenan

Digunakan untuk alas keju, karena keju di iris sebelum diparut.

c. Gelas ukur

Digunakan untuk mengukur banyaknya air yang digunakan

dalampembuatan telur gabus.

d. Parutan

Diguanakan untuk memarut keju.

e. Wajan

Diguanakan untuk menggoreng adonan telur gabus.

f. Susuk

Digunakan untuk mengaduk-aduk saat proses penggorengan

g. Serok

Digunakan untuk meniriskan telur gabus yang telah matang. Agar

minyak tidak mengendap dalam kue yang telah jadi.

h. Kom plastik

Digunakan untuk mencampur semua bahan dalam proses pembuatan

(22)

i. Kantong plastik

Di gunakan untuk mengemas telur gabus.

j. Siller

Digunakan untuk mengelem kantong plastik yang telah diisi telur

gabus agar telur gabus tidak lembab dan tahan lama dalam masa

simpan.

2. Bahan dalam pembuatan telur gabus a. Tepung tapioka

Tepung kanji (tapioka) adalah pati dari umbi singkong yang

dikeringkan dan dihaluskan ( Suprapti, 2005 :27). Tepung tapioka

berfungsimembentuk kerangka dalam pembuatan telur gabus.

b.Telur

Telur merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi dan

banyak digunakan dalam pembuatan macam-macam jenis kue. Telur

yang digunakan dalam pembuatan telur gabus adalah telur yang

kualitasnya bagus artinya masih dalam keadaan utuh, kalau telur

dipecah kuning telur masih utuh berada ditengah putih telur. Telur yang

digunakan adalah telur bagian kuningnya saja, karena akan

menghasilkan telur gabus yang renyah dibandingkan

menggunakanseluruh bagian telur.

Fungsi telur disini adalah sebagai penambah nilai gizi,

(23)

11

pengguna kuning telur untuk setiap resep dasarpembuatan telur gabus

adalah 4 butir kuning telur dan 200 gram tapioca.

c. Keju

Keju diambil dari bahasa portugis “queijo” adalah makanan padat yang

terbuat dari susu sapi, kambing, domba dan mamalia lainnya. Keju

dibentuk dari susu denagn menghilangkan kandunagn airny. Bakteri

juga digunakan pada pengasaman susu untuk menambahkan tekstur dan

rasa

(http://fauzzzblog.wordpress.com/2008/08/29/segalanya-tentang-keju/). Pada keju yang digunakan dalam pembuatan telur gabus adalah

keju kraft yang kita kenal di Indonesia adalah juga jenis Cheddar.

Fungsi keju disini adalah menambah nilai gizi dan memberikan rasa

yang lezat pada telur gabus.

d.Air

Air yang digunakan dalam pembuatn telur gabus yaitu air dingin yang

pada dasarnya memiliki kriteria air yang dapat di konsumsi yaitu tidak

berasa, tidak bau dan tidak berwarna. Berfungsi sebagai pelarut

universal karena air melarutkan zat kimia.

3. Formula bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan telur gabus adalah

tapioca, keju, kuning telurdan air. Formula untuk membuat telur gabus

(24)

Tabel 1. Formula bahan untuk membuat telur gabus

Bahan Formula

Tapioka Kuning Telur Keju

Air

200 gram 4 butir 60 gram 100 ml

4. Proses dalam pembuatan telur gabus

Dalam proses pembuatan telur gabus terdiri dari beberapa tahap yaitu:

seleksi bahan, penimbangan, memarut keju, pengadukan (mixing),

membentuk adonan, penggorengan dan pengemasan. Berikut ini adalah

uraian secara singkat tahap-tahap pembuatan telur gabus:

a. Seleksi bahan

Sebelum pembuatan telur gabus dimulai, perlu adanya seleksi

bahan, bahan yang digunakan harus benar-benar yang memiliki kualitas

yang baik karena bahan yang digunakan akan mempengaruhi produk

yang dihasilkan.

b. Penimbangan

Semua bahan yang akan digunakan dalam pembutan telur gabus

harus ditimbang sesuai dengan formula. Penimbangan ini dilakukan

dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan bahan,

sedangkan air diukur menggunakan gelas ukur.Cara menimbang bahan

yang benar adalah sebelum bahan ditimbang maka jarum dalam

timbangan harus menunjukan angka nol, setelah itu bahan mulai

(25)

13

c. Memarut keju

Sebelum keju diparut mengunakan parutan keju maka keju di

potongterlebih dahulu atau untuk lebih memudahkan agar hasil parutan

memperoleh hasil yang diinginkan maka keju diparut terlebih dahulu

baru ditimbang.

d. Pengadukan (mixing)

Mixing berfungsi untuk mencampur semua bahan secara homogen

agar dapat menghasilkan hidrasi yang sempurna pada karbohidrat dan

protein, membentuk dan melunakkan gluten selain itu dapat membantu

mendapatkan gas retention (kekuatan untuk menahan gas) yang baik.

Semua bahan kering diaduk agar tercampur merata menggunakan

kecepatan speed 1. Setelah itu masukkan kuning telur satu per satu aduk

menggunakan kecepatan speed 2. Setelah tercampur rata masukan

sedikit demi sedikit air dan tingkat kecepatan speed dinaikan menjadi 3,

aduk hingga adonan menjadi kalis dan dapat dibentuk.

e. Membentuk adonan

Adoanan yang telah di mixing dan tercampur rata serta kalis,

maka adonan dapat dibentuk dengan cara dipilin sehingga bentuknya

menyerupai cendol, adonan dipilin sampai adonan habis, selama proses

ini sebaiknya adonan yang telah dipilin di masukan langsung kedalam

(26)

f. Penggorengan

Salah satu cara pengolahan makanan adalah dengan menggoreng.

Penggorengan merupakan suatu proses pemanasan bahan pangan

menggunakan medium minyak goreng yang bertujuan untuk melakukan

pemanasan bahan pangan, pemasakan dan pengeringan pada bahan yang

digoreng.

Pemanasan yang terjadi selama proses penggorengan akan

memberi efek dekstrusi panas yang dapat membunuh mikroba dan

menginaktivasi enzim dimana keduanya berperan dalam kerusakan

bahan pangan. Selain itu penggorengan juga akan menurunkan aktivitas

air yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba, sehingga bahan pangan

menjadi lebih awet.

Selama proses penggorengan akan terjadi pemasakan yang akan

meningkatkan mutu makanan (eating quality) karena adanya konversi zat

gizi ke dalam bentuk yang lebih sederhana sehingga dapat dicerna oleh

organ pencernaan manusia. Dari segi organoleptik (aroma, rasa dan

tekstur).

Adonan yang telah siap dalam penggorengan di goreng

menggunakan minyak yang banyak, dengan diawali minyak harus dalam

kondisi dingin kemudian di goreng hingga berwarna kuning keemasan.

Setelah berwarna kuning keemasan angkat dan tiriskan.Menggoreng

(27)

15

karena adonan dapat meletus dan mengakibatkan teksturnya tidak halus

(pecah-pecah).

g. Pengemasan

Setelah telur gabus dingin kemudian dikemas dalam plastik

berukuran tebal dan direkatkan menggunakan siler agar kue tahan lama

dalam penyimpanan.

Untuk lebih jelas dan singkatnya proses pembuatan telur gabus dapat

dilihat dalam skema 1 berikut ini.

Gambar 1. Skema Pembuatan Telur Gabus Seleksi bahan

Penimbangan

Memarut keju

Pengadukan (mixing)

Membentuk adonana

Menggoreng

(28)

5. Kualitas Talur Gabus

Kualitas dari telur gabus yang baik dilihat dari rasa, aroma, warna, dan

tekstur adalah sebagai berikut:

a. Rasa

Rasa telur gabus yang baik yaitu berasal dari cita rasa bahan yang

digunakan, misalnya menggunakan keju maka rasa yang dimiliki

gurihyang lebih karena menggunakan keju untuk rasa gurih dan asin.

Untuk menghasilkan cita rasa yang berbeda misalnya manis maka dapat

dilakukan denagn cara “dibesto”.

b. Aroma

Aroma telur gabus yang baik yaitu memiliki aroma yang khasdari bahan

yang digunakan.

c. Warna

Warna telur gabus yang baik yaitu memiliki warna kuning keemasan.

d. Tekstur

Tekstur telur gabus yang baik yaitu tekturnya renyah bila digigit.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Telur Gabus

Kualitas telur gabus yang baik di pengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya yaitu: faktor bahan, faktor proses pembuatan dan faktor alat.

a. Faktor Bahan

Bahan yang digunakan pada pengolahan telur gabus akan

mempengaruhi hasil. Terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan dalam

(29)

17

1) Kualitas Bahan

Kualitas bahan sangat berpengaruh terhadap hasil jadi produk

telur gabus. Jika kualitas bahan yang digunakan baik akan menghasilkan

yang baik, tetapi jika kualitas bahan yang digunakan kurang baik.

Pengaruhnya dapat diketahui dari rasa, warna, tektur, dan aroma.

a. “Pati garut” yang digunakan dalam pembuatn telur gabus yaitu pati

garut yang bersih (tidak berkutu), tidak apek, warnanya putih

keabu-abuan, teksturnya halus dan lembut, karena jika pati yang digunakan

memiliki kualitas buruk maka seperti bau apek, berjamur, berkutu,

warnanya tidak putih makatelur gabus yang dihasilkan adalah telur

gabus dengan rasa tidak enak, berbau tidak sedap dengan warna yang

kusam.

b. Tapioka yang digunakan dalam pembutan telur gabus adalah tapioka

yang berwarna putih, bersih (tidak berjamur atau berkutu), aromanya

tidak apek. Maka telur gabus yang dihasilkan akan berkualitas baik.

Namun, jika tapioka yang digunakan berkualitas buruk seperi berbau

apek, warna tidak putih maka telur gabus yang dihasilkan adalah telur

gabus dengan rasa tidak enak, berbau tidak sedap dengan warna bias

berubah menjadi kusam.

c. Keju yang digunakan adalah keju yang masih segar artinya keju

tersebut belum berjamur sehingga tekstur dan warnanya belum

berubah. Namun jika keju yang digunakan sudah berjamur maka akan

(30)

d. Telur yang baik digunakan adalah telur yang masih segar yang

memiliki masa simpan tidak terlalu lama. Serta kondisi telur masih

utuh (tidak retak dan jika di goyang-goyang tidak berbunyi) sehingga

telur gabus yang dihasilkan akan bersih dan menarik. Namun jika

telur yang digunakan sudah busuk maka yang dihasilakn telur gabus

yang aromanya kurang enak atau biasa juga aromanya bau busuk.

e. Air yang baik digunakan adalah air yang tidak berasa, tidak berbau,

dan tidak berwarna sehingga akan menghasilkan telur gabus yang

baik. Namun jika air yang digunakan tidak memiliki kriteria air bersih

(tidak berasa, tidak berbau, tidak berwana) maka akan mempengaruhi

telur gabus yang dihasilkan.

2) Formula

Kesesuaian dengan ketetapan banyaknya jumlah bahan atau ukuran

bahan pada pembuatan telur gabus dapat pula mempengaruhi hasil, untuk

lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu berikut ini.

a. Tapioka dengan jumlah yang sesuai dengan formula akan

menghasilkan telur gabus yang baik sesuai dengan kriteria telur

gabus. Namun jika jumlah tapioka yang digunakan berlebihan akan

menyebabkan telur gabus menjadi padat dan keras, sebaliknya jika

tapioka yang digunakan kurang maka adonan bias menjadi lembek

(31)

19

b. Keju

Jumlah keju yang digunakan pada formula telur gabus minimal 10:3

dengan tapioka maka hasilnya akan sesuai dengan kriteria telur gabus

yang baik. Namun sebaliknya jika jumlah keju yang digunakan dalam

pembuatan telur gabus kurang dari resep dasar telur gabus rasa telur

gabus kurang menjadi kurang gurih.

c. Telur

Telur yang digunakan dalam pembuatan telur gabus yaitu

kuningnya.Jumlah kuning telur jika sesuai dengan formula telur gabus

maka tekstur akan baik. Sebaliknya jika ukuran kuning telur yang

melebihi resep dasar pembuatan telur gabus akan mempengaruhi

tekstur telur gabus yang terlalu keras. Namun sebaliknya jika telur

yang digunakandalam pembuatan telur gabus kurang dari resep dasar

telur gabus teksturnya akanmenjadi lembek.

b. Faktor Proses Pembuatan

Pada proses pembuatan ini meliputi pencampuran bahan, pembentukan

adonan dan penggorengan.

1). Pencampuran

Pencampuran bahan jika tidak merata akan menghasilkan rasa yang

tidak sama, terdapat bagian yang terlalu asin atau sebaliknya terdapat

bagian yang tidak asin, serta memungkinkan pada saat adonan di pilin

(32)

2). Pembentukan

Pembentukan adonan sebaiknya menggunakan alat agar bentuk dan

ukuran yang dihasilkan seragam sehingga telur gabus dapat matang

secara merata. Jika tidak menggunakan alat dan hanya menggunakan

tangan manusia saja maka bentuk dan ukuran telur gabus tidak sama

ada yang berukuran besar dan ada juga yang kecil karena ukuran

tangan manusia yang berbeda sehingga hasilnyapun akan berbeda.

3). Penggorengan

Penggorengan sebelum dilakukan maka adonan yang telah dibentuk

dimasukkan kedalam minyak yang dingin lebih dulu agar pada saat

digoreng tidak meletus atau teksturnya tidak pecah-pecah.Disamping

hal tersebut dimungkinkan adanya banyak minyak yang masuk

kedalam adonan sehingga telur gabus yang dihasilkan tidak renyah.

c. Faktor alat

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan telur gabus antara lain:

1). Timbangan dan gelas ukur harus dalam keadaan baik dan tepat. Factor

yang berpengaruh apabila timbangan yang digunakan tidak baik atau

tidak tepat maka akan berpengaruh terhadap hasil kue telur gabus

yaitu kelebihan dan kekurangan bahan, hal ini akan berpengaruh

terhadap hasil telur gabus misalnya kelebihan tepung mengakibatkan

telur gabus menjadi keras, kelebihan air adonan akan menjadi lembek

namun sebaliknya apabila kekurangan tepung maka bias

(33)

21

kue mudah retak, factor kelebihan dan kekurangan bahan tersebut

diatas juga berpengaruh terhadap lama waktu penggorengan.

2). Alat-alat lain yang digunakan seperti wajan, susuk, serok, waskon,

parut keju harus dalam keadaan bersih dan kering, misalnya peralatan

(parutan keju dan waskom) dalam keadaan basah tedapat jamur hal ini

akan mengakibatkan terjadinya rasa pada telur gabus menjadi kurang

enak dan warna kurang menarik.

B.Tinjauan Umum Tentang Umbi Garut 1. umbi Garut

Garut merupakan tanaman tropis, sebagian besar terdapat di Amerika

Selatan, Brasil, Ekuador, Costarika, Meksiko, Colombia dan Venezuela.

Menurut Mcabenta dan Capina (1984) dalam Richana (2012:75) Famili

marantaceae terdiri dari beberapa spesies, seperti Calathea, Maranta, dan

Donax.

Menurut Kay (1973) dalam Richana (2012:75) Garut ialah tanaman

setahun yang termasuk jenis rumput-rumputan tegak dengan tinggi 60-80

cm, berbatang lunak, berdaun besar, dan oval seperti kepala anak panah.

Panjang daun antara 10-15 cm dengan lebar 3-10 cm. Tulang daun letaknya

sejajar. Daun berwarna hijau percak putih. Batang mulai tumbuh dari umbi,

sedikit memanjang, lurus, dan runcing. Batang ini berbentuk kumparan,

menebal kearah puncak. Kadang-kadang pelepahnya berbulu. Tanaman ini

mempunyai bunga yang berwarna putih, berjumlah sedikit, cepat hilang,

(34)

kurang dari satu inchi (2,54 cm). Bijinya berwarna merah, tetapi jarang

ditemukan (Richana. 2012: 76).

Umbi garut adalah rhidzoma yang membesar menjadi organ

berdaging, berbentuk silinder dengan tebal ± 2,5 cm dan panajng 20-45 cm.

Umbi terbagi dalam sendi-sendi sepanjang kurang lebih 2,5 cm dan tertutup

sisik berwarna coklat pucat atau putih secara teratur. Pada rhizoma garut

terdapat rambut-rambut terutama pada sisik umbi. Rambut-rambut tersebut

merupakan uniseluler, tidak bercabang dan dapat dibedakan ddengan sel-sel

sekelilingnya, karena rambut ini dibentuk dari sel-sel epidermis yang

ditonjolkan keluar (Richana. 2012:76).

Menurut Sunarto (1989) dalam Richana (2012:76),umbi garut

memiliki dinding epidermis yang tegak lurus dengan permukaan umbi

berbelok-belok serta pada lapisan permukaannya mengandung lilin, tanin,

dan lignin. Umbi garut mempunyai lapisan-lapisan penyusun, membentuk

bangun seperti silinder. Lapisan terluar adalah kulit umbi, relatif putih, dan

mempunyai ketebalan 0,5-15 mm. Lebih kedalam lagi terdapat korteks dari

umbi garut. Lapisan korteks merupakan bagian terbesar dari umbi garut,

yaitu sekitar 80% dari keseluruhan umbi garut. Korteks mengandung pati

dalam jumlah yang besar.

Tanaman garut mempunyai beberapa kultivar, yang utama ialah

kultivar creole dan banana. Kedua kultivar tersebut dapat dibedakan

berdasarkan sifatnya. Kultivarcreole mempunyai rhizoma kurus panjang,

(35)

23

Bila kultivar ini tumbuh didaerah yang kurang subur, umbinya cenderung

kurus dan sedikit mengandung pati. Keadaan ini sering disebut dengan akar

cerutu atau cigar root. Kultivar ini setelah dipanen mempunyai daya tahan

tujuh hari sebelum dilakukan pengolahan. Kultivar banana mempunyai

rhizoma lebih pendek dan gemuk dibanding kultivarcreole. Kultivar ini

tumbuh dengan umbi bergerombol dekat dengan permukaan tanah, sehingga

mudah dipanen. Kecenderungan untuk menjadi akar cerutu lebih kecil

dibandingkan dengan kultivar creole. Jumlah umbinya lebih banyak dan

kandungan seratnya lebih sedikit sehingga mudah diolah. Kekurangan dari

kultivar ini adalah rendahnya kualitas umbi selama penyimpanan. Setelah

pemanenan, umbi ini akan cepat sekali rusak sehingga harus dioplah paling

lama 48 jam setelah pemanenan (Richana 2012:77).

Di Indonesia, tanaman garut belum dibudidayakan secara intensif,

masih tumbuh liar dikebun maupun ladang atau diusahakan secara

kecil-kecilan di pekarangan atau di kebun buah-buahan. Menurut Lingga et al

(1986) dalam Richana (2012:77) tanaman garut banyak ditemukan di

Sumatera, Nias, Jawa, Madura dan bali.

Menurut Richana (2012:79) komposisi umbi garut bervariasi,

tergantung pada kultivar, umur panen dan keadaan tempat tumbuh.

(36)

Tabel 2. Komposisi kimia (%) umbi garut segar

Komposisi

Umbi segar

Creole Banana

Air 69,1 72,0

Abu 1,4 1,3

Protein 1,0 2,2

Lemak 0,1 0,1

Serat kasar 1,3 0,6

Amilosa 28,4 24,4

Sumber : Richana, 2012:79

Umbi garut yang digunakan dalam pembuatan telur gabus ini adalah

jenis garut unggul, dengan daging umbi berwarna puti. garut dipilih yang

sudah tua diolah menjadi pati garut, dan kemudian digunakan untuk

membuat telur gabus.

2. Pati Garut

Tanamangarut adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat.Potensi garut cukup tinggi,garut selain dapat digunakan untuk bahan pangan juga untuk bahan baku industri. Kandungan patinya sekitar 85,85 %, sehingga umbi garut tidak kalah dengan umbi-umbian lain yang dianggap sebagai sumber pati seperti pati ketela pohon (85%), pati ketela rambat (63%) dan pati kentang (18%).

Tabel 3.Komposisi gizi pati garut

Zat Gizi Pati Garut (%)

Pati 80,86

Amilosa 21,78

Amilopektin 59,10

Protein 0,61

Kadar air 15,48

Kadar abu 0,47

Serat kasar 0,12

ht tp:/ / bkpp.jogjaprov.go.id/ v2/ cont ent / read/ 234/ Daw et -Pat i-Garut

Pada tabel 3 dapat dilihatkomposisi pati garut memiliki kandungan

(37)

25

dimanfaatkan dan diharapkan agar dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi

yang mengkonsumsinya.Dalam hal ini pati garut dapat dimanfaatkan

sebagai bahan dasar dalam pembuatan makanan seperti bubur, kue kering /

cookies, cendol dan kerupuk dan dapat dibuat sebagai campuran pembuatan

produk yang menggunakan campuran bahan lainnya seperti udang, ikan

(krupuk/empek empek). (Alex J. Sugiono 2010).

Umbi garut merupakan bahan makanan sehat yang diolah menjadi

beraneka jenis bahan makanan.Pati dan tepung garut dapat digunakan

sebagai pengganti tepung terigu dan mengandung gizi tinggi.umbi garut

merupakan pangan yang sehat, karena memiliki kandungan serat yang

cukup tinggi, kandungan kolesterol sangat rendah, dan mengandung barium

untuk mempercepat pencernaan (Djaafar 2010),

Pati atau tepung garut bertekstur halus dan mudah dicerna sehingga

cocok untuk makanan bayi atau orang sakit yang khususnya mengalami

gangguan pada pencernaannya. Umbinya dapat digunakan sebagai bahan

kosmetik (bahan baku bedak), lem, obat tradisional yang berkhasiat

menyembuhkan diare dan eksim, juga digunakan sebagai penawar racun

lebah, penawar racun ular, obat luka, dan sebagai bahan minuman

beralkohol. Umbi garut juga baik bagi penderita diabetes karena kandungan

glikemiknya rendah. Tepung garut dapat diolah menjadi makanan

tradisional atau pun makanan olahan lain seperti layaknya terigu, seperti mi,

bahan es krim atau dapat langsung direbus atau dikukus dan langsung

(38)

pengrajin makanan ringan di sekitar Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan

Sragen.limbah olahan umbi garut dapat digunakan dalam industri kertas

tahan sobek dan bahan bakar.

Pembuatan pati garutharus diperoleh umbi yang segar kemudian

dilakukan sortasi atau pemilihan, umbi dicuci bersih lalu digiling

menggunakan mesin penggiling dan disaring guna untuk memisahkan sari

dan ampas garut sehingga diperoleh larutan pati garut yang baik, larutan pati

diendapkan agar air dan pati terpisah, dibuang airnya. Pati basah lalu dicuci

dengan menambahkan air.Pencucian pati sebaiknya dilakukan 3−4 kali agar

diperoleh pati yang berwarna putih.Kemudian dilakukan pengeringan dan

pengayakan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema pembuatan pati

(39)

27

Gambar 2. Skema Pembuatan Pati Garut

3. Kerangka Berfikir

Garut atau irut (Maranta arundinacea) adalah sejenis tumbuhan

berbentuk terna yang menghasilkan umbi yang dapat dimakan. Garut tidak

pernah menjadi sumber pangan pokok namun umbi garut ini sering kali

ditemukan di lahan pekarangan atau kebun.Garut terutama ditanam untuk

Umbi Garut Segar

Pemilihan

Pencucian

Penggilingan

Penyaringan Ampas

Larutan Pati Garut

Pengendapan

Pemisahan air dan pati

Pengeringan

Pengayakan

(40)

umbinya, yang menghasilkan pati yang berkualitas tinggi. Rimpang garut

juga dapat dijadikan sumber karbohidrat alternatif untuk menggantikan

tepung terigu. http://id.wikipedia.org/wiki/Garut_%28tumbuhan%29

Sejauh ini pemanfaatan umbi garut belum maksimal, biasanya dijual

dalam bentuk segar. Sedangkan umbi ini merupakan umbi yang cepat busuk.

Garut memiliki banyak manfaat misalnya baik untuk kesehatan serta

memiliki kandungan amilosa dan amilopektin yang cukup tinggi yang baik

untuk kesehatan karena amilosa dan amilopektin pada dasarnya memiliki

fungsi yang sama bagi kesehatan, komposisi kandungan amilosa dan

amilopektin ini akan bervariasi dalam produk pangan dimana produk pangan

yang memiliki kandungan amilopektin tinggi akan semakin mudah untuk

dicerna dalam tubuh.http://akbidfitri.blogspot.com/p/karbohidrat.html.

disamping itu umbi garut mengandung kadar pati sebesar 83.19% dan

kandungan gizi lainnya diantaranya amilosa 31.35%, amilopektin 79%, serat

kasar 0.125%, lemak 0.26%, protein 0.65%, abu 0.2% dan air 8.6%.

Salah satu alternatifnya untuk meningkatkan pemanfaatan umbi garut

dengan digunakan sebagai bahan baku pembuatan telur gabus, yang

sebelumnya dibuat pati terlebih dahulu. Dengan dibuat pati akan lebih

flexible dalam penggunaanya. Aroma dan rasa dari pati garut yang khas

diharapkan bisa menjadi ciri dari telur gabus yang dibuat.

Dalam penelitian ini akan dibuat telur gabus dengan bahan dasar pati

garut dengan jumlah yang berbeda yaitu 60%, 80% dan 100% pati garut.

(41)

29

garut mudah didapat dan harganya sangat murah. Sehingga diharapkan dapat

menghasilkan telur gabus pati garut yang berkualitas dan diminati

ma-syarakat. Secara garis besar skema kerangka berpikir pada gambar berikut.

Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir

Telur gabus

4. Dibuat dengan bahan dasar tapioka

5. Digemari banyak orang

6. Banyak dijumpai dipasaran

Pati Garut

5. Mengandung nilai gizi yang cukup tinggi seperti amilosa, amilopektin, serat dan lain-lain.

6. Umbinya mudah didapat. 7. Harga relative murah. 8. Kurang dioptimalkan.

Solusi

Memanfaatkan pati garut sebagai bahan

dasar pada pembuatan telur gabus

Permasalahan :

Ada perbedaan karakteristik telur gabus bahan dasar pati garut hasil eksperimen

Pemecahan Masalah :

Eksperimen pembuatan telur gabus bahan dasar pati garut dengan jumlah presentase yang berbeda yaitu 60%, 80% dan 100%

TELUR GABUS

Penilaian Objektif Penilaian subjektif

Uji Inderawi (warna, rasa dan aroma)

Uji Organoleptik (kesukaan) Telur gabus

1. Dibuat dengan bahan dasar tapioka

2. Digemari banyak orang

3. Banyak dijumpai dipasaran

Pati Garut

1. Mengandung nilai gizi yang cukup tinggi seperti amilosa, amilopektin, serat dan lain-lain.

2. Umbinya mudah didapat. 3. Harga relative murah. 4. Kurang dioptimalkan.

Solusi

Memanfaatkan pati garut sebagai bahan

dasar pada pembuatan telur gabus

Permasalahan :

Ada perbedaan karakteristik telur gabus bahan dasar pati garut hasil eksperimen

Pemecahan Masalah :

Eksperimen pembuatan telur gabus bahan dasar pati garut dengan jumlah presentase yang berbeda yaitu 60%, 80% dan 100%

TELUR GABUS

Penilaian Objektif Penilaian subjektif

(42)

C. HIPOTESIS

Hipotesis adalah suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap

permasalahan peneliti sampai terbukti melalui data terkumpul (Suharsimi

Arikunto, 1996:67). Berdasarkan teori yang telah diuraikan dimuka, maka

diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis Kerja (Ha)

Ada perbedaan penggunaan pati garut sebanyak 60%, 80% dan 100%

dalam pembuatan telur gabus ditijau dari segi rasa, warna, tekstur dan

aroma.

2. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada perbedaan penggunaan pati garut sebanyak 60%, 80% dan

100% dalam pembuatan telur gabus ditijau dari segi rasa, warna, tekstur

(43)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode peneltian adalah metode yang digunakan untuk mengungkap

masalah yang diteliti, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hal-hal yang akan diuraikan dalam

metode penelitian ini adalah metode penentuan objek penelitian, pendekatan

penelitian, metode dan alat pengambilan data, validitas dan realibilitas instrument,

penelitian dan analisis data.

A. Metode Penentuan Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek

yang mempunyai variasi tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulannya. Objek penelitian dalam penelitian ini adalahtelur

gabus denagn bahan dasar pati garut yang berbeda 60%, 80%, 100%.

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Suharsimi Arikunto,1996:99). Variabel yang digunakn dalam

penelitian ini adalah variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol.

Variabel selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang dapat dipengaruhi hasil

penelitian.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan pati

garut dalam pembuatan telur gabus dengan prosentase 60%, 80% dan

(44)

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang ditentukan atau dipengaruhi variabel

bebas.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas telur gabus

dengan bahan dasar pati garut dengan prosentase tertentu, sedangkan

indikator kualitas tersebut meliputi warna, rasa, aroma dan tekstrur.

c. Variabel Kontrol

Menurut Sugiyono (2008:41), Variabel kontrol adalah variabel

yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel

independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang

tidak diteliti. Dalam hal ini yang menjadi variabel kontrol adalah :

1) Jumlah dan jenis bahan yang digunakan

2) Alat yang digunakan

3) Proses pembuatan

4) Suhu dan lama penggorengan

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini diterapkan pada waktu pembautan telur

gabus.Pendekatan penelitian ini meliputi desain eksperimen dan pelaksanaan

eksperimen.

1. Desain eksperimen

Desain eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu

diambil jauh sebelum ekperimen dilakukan agar data yang semestinya

diperlukan dapat diperoleh. Dalam eksperimen ini ada kelompok lain yang

(45)

33

adanya kelompok lain yang disebut kelompok pembanding atau kelompok

kontol ini akibat yang diperoleh dari perlakuan dapat diketahui secara pasti

dengan yang tidak mendapat perlakuan (Suharsimi Arikunto, 1996:85). Desain

eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain acak

sempurna.Dimana perlakuan dikenakan sepenuhnya secara acak pada unit-unit

eksperimen.

Kelompok eksperimen adalah penggunaan pati garut sebagai bahan

dasar pembuatan telur gabus yang bervariasi yaitu 60%, 80% dan 100%

denagn kode A, B, C. Kelompok kontrol denagn kode K disini adalah

kelompok yang sama sekali tidak dikenai perlakuan yang digunakan sebagai

pembanding terhadap kelompok eksperimen. Pada penilaian ini ada 3 sampel

kelompok eksperimen yaitu A, B, C. Berikut pola desain acak sempurna:

E

X 01 02 K

Keterangan :

E : Kelompok eksperimen yaitu kelompok yanmg dikenai perlakuan K : Kelompok control yaitu kelompok yang digunakan sebagai pembanding

yang tidak dikenai perlakuan R : Random

X : Perlakuan

01 : Hasil observasi sesudah perlakuan kelompok eksperimen 02 : Hasil observasi sesudah perlakuan kelompok control (Suharsimi Arikunto, 1996 : 86).

(46)

Eksperimen dalam penelitian ini dilakukan 3 kali ulangan, artinya

dalam pembuatan telur gabus dengan bahan dasar pati garut peneliti

melakukan percobaan sebanyak 3 kali, dengan bahan dasar yang sama dan

jumlah yang sama. Pengulangan ini dilakukan supaya diperoleh hasil yang

sama dan dapat dipertanggungjawabkan.

Sampel telur gabus bahan dasar pati garut dengan kode A pembuatan

telur gabus bahan dasar pati garut 60%, sampel kode B pembuatan telur gabus

bahan dasar pati garut 80%, sampel kode C pembuatan telur gabus bahan

dasar pati garut 100%, Bagian desain eksperimen selengkapnya dapat dilihat

(47)

35

Gambar 4. Skema Kerangka Berpikir Obyek penelitian

Random Sampling Sampel

Kelompok eksperimen Kelompok kontrol

B ( 80% pati garut) A ( 60% pati garut)

D (100% Tapioka)

B1 B2 B3

A1 A2 A3

D1 D2 D3

Penilaian Obyektif Penilaian Subjektif

Uji Laboratorium Uji Kesukaan

Uji Inderawi

Data

Analisis Data

Kesimpulan

C ( 100% pati garut)

(48)

Keterangan:

D : Telur gabus bahan dasar tapioka (Kontrol)

A : Hasil pembuatan telur gabus bahan dasar pati garut 60%.

B : Hasil pembuatan telur gabus bahan dasar pati garut 80%.

C : Hasil pembuatan telur gabus bahan dasar pati garut 100%

2. Pelaksanaan Eksperimen

Adapun pelaksanaan pembuatan telur gabus bahan dasar pati garut

adalah sebagai berikut:

a. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Kapataru No.15 desa gombong Kec.

Belik Kab. Pemalang.

b. Alat dan Bahan

1) Alat-alat ayng digunakan dalam penelitain ini adalah: gelas ukur,

wajan, waskom plastic, susuk, serok, parutan keju, timbangan, dan

plastik.

2) Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pati garut,

tapioka, keju, kuning telur dan air. Ukuran bahan untuk membuat

telur gabus dengan bahan dasar pati garut dapat dilihat pada tabel

(49)

37

Tabel 4.ukuran bahan untuk membuat telur gabus dengan bahan dasar pati garut

Bahan

Formula D

100% tapioka

A

60% pati garut

B

80% Pati garut

C

100% pati garut

Pati garut Tapioka Keju Kuning telur Air

- 200 gram

60 gram 4 butir 100 ml

120 gram 80 gram 60 gram 4 butir 100 ml

160 gram 40 gram 60 gram 4 butir 100 ml

200 gram - 60 gram

4 butir 100 Ml

c. Tahap -Tahap eksperimen

Pembuatan telur gabus dengan bahan dasar pati garut melalui

beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap

penyelesaian.

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan alat-alat yang digunakan dalam pembuatan

telur gabus bahan dasar pati garut disiapkan sesuai dengn

persyaratan.Disiapkan pula bahan-bahan yang digunakan selain pati

garus seperti tapioka, keju, kuning telur dan air denagn ukuran yang

tepat.

2. Tahap Pelaksanaan

a) penimbangan tapioka, pati garut, keju, telur dan air.

b) Pengadukan semua bahan hingga bahan tercampur dan kalis.

c) Bembentukan adonan telur gabus

d) Penggorengan telur gabus selama ±10-15 menit.

e) Penirisan selama ± 15 menit.

(50)

3. Tahap Penyelesaian

Pada tahap ini telur gabus ditimbang beratnya terlebih dahulu

kemudian dimasukkan dalam kemasan plastik dan ditutup rapat

menggunakan siller.

Untuk memperjelas dan mempermudah dalam memahami, maka

penulis mencantumkan skema tahap-tahap pembuatan telur gabus dengan

bahan dasar pati garut sebagai berikut.

Gambar 5.Skema tahap-tahap pelaksanaan eksperimen telur gabus Dengan bahan dasar pati garut

Tahap Persiapan

20 menit

Tahap Pelaksanaan ±10-15 menit

15 menit

Tahap Penyelesaian

Persiapan

- Penyiapan alat dan bahan

- Menimbang bahan

Pengadukan

Pembentukan

penggorengan

penirisan

penimbangan

(51)

39

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengetahui mutu telur gabus dengan bahan dasar pati garut hasil

eksperimen, maka perlu diadakan penilaian.Penilaian yang digunakan dalam

penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu penilaian subyektif dan penilaian

obyektif.

1. penilaian Subyektif

Penilaian subyektif di dalam penelitian ini dilakukan dengan

penilaian inderawi dan penilaian organoleptik ( kesukaan).

a. Penilaian Inderawi

Penilaian inderawi merupakan cara penilaian untuk mengetahui

kualitas warna, rasa, aroma dan tekstur dari telur gabus bahan dasar

pati garut hasil eksperimen kepada panelis. Panelis disini dilakukan

oleh manusia yang berfungsi sebagai instrument atau alat untuk

mengukur kualitas dari telur gabus bahan dasar pati garut hasil

eksperimen. Tidak semua manusia biasa dijadikan sebagai panelis,

dalam hal ini harus memenuhi syarat yaitu valid dan realibel, valid dan

realibel dapat diperoleh apabila instrument yang digunakan untuk

mencari data benar-benar dapat menilai keadaan yang sebenarnya dan

hasil pengukurannya selalu ajeg. Bahan dan alat yang digunakan dalam

penilaian inderawi ini adalah telur gabus bahan dasar pati garut hasil

eksperimen. Lembar penilaian dna alat tulis. Untuk mengukur kualitas

(52)

Kriteria

Telur Gabus NILAI KODE

D A B C

1. Warna

a. Kuning keemasan b. Kuning

c. Cukup kuning d. Agak kuning e. Tidak kuning 2. Rasa

a. Sangat gurih b. Gurih c. Cukup gurih d. Agak gurih e. Tidak gurih 3. Aroma

a. Sangat harum khas telur gabus b. Harum khas telur gabus c. Cukup harum khas telur gabus d. Agak harum khas telur gabus e. Tidak harum khas telur gabus 4. Tekstur

a. Sangat renyah b. Renyah c. Cukup renyah d. Agak renyah e. Tidak renyah

5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

b. Penilaian Organoleptik(Kesukaan)

Penilaian organoleptik / uji kesukaan merupakan cara penilaian

untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap telur gabus

hasil eksperimen. Penilaian ini dilakukan dengan pengujian dimana

panelisnya mengemukakan responnya yang berupa suka atau tidak

suka terhadap sifat karakteristik bahan yang diujikan. Pada pengujian

ini digunakan panelis yang tidak terlatih, panelis diminta

mengemukakan pendapatnya secara spontan tanpa membandingkan

dengan sampel standar atau sampel-sampel yang diuji sebelumnya.

(53)

41

secara bersama-sama (Kartika, 1988: 56). Uji kesukaan yang meliputi

warna, aroma, tekstur dan rasa digunakan tingkatan kesukaan panelis

terhadap sampel dengan kriteria sebagai berikut :

Sangat suka skor 5

Suka skor 4

Cukup suka skor 3

Kurang suka skor 2

Tidak suka skor 1

Perencanaan penilaian subyektif meliputi perencanaan waktu dan

tempat penilaian, alat dan bahan penilaian serta langkah penilaian.

1. Waktu Penilaian

Penilaian subyektif dilakukan denagn menggunakan uji inderawi

dan dilaksanakan di kampus UNNES

2. Alat dan Bahan Penilaian

Alat yang digunakan dalam penilaian ini adalah formulir penilaian

sedangkan bahan yang perlukan adalah telur gabus bahan dasar

pati garut hasil eksperimen serta air minum.

3. Langkah Penilaian

a. Menyiapkan contoh telur gabus, air minum dan formulir

penilaian.

b. Membagikan telur gabus, air minum dan formulir penilaian

(54)

c. Memberikan penjelasan secara singkat tentang cara pengisian

formulir penilaian kepada panelis.

d. Pelaksanaan penilaian.

e. Pengumpulan data formulir penilaian.

2. Penilaian Obyektif

Penilaian obyektif dilakukan dengan menggunakan uji laboratorium

yang meliputi sifat kimia.Tujuan dari penilaian obyektif ini untuk

mengetahui kandunagn protein dan serat kasar.Penilaian obyektif

dilakukan di Laboratorium Biotek, Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Katolik (UNIKA) Semarang yang beralamat di Jl. Pawiyatan

luhur VI/I Bendan Duwur Semarang.

D. Instrument Pengumpulan Data

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah panelis agak terlatih

dan panelis tidak terlatih sedangkan untuk mendapatkan data dari panelis agak

terlatih dan tidak terlatih adalah dengan menggunakan lembar penilaian, jadi

lembar penilaian inilah yang disebut sebagai alat pengumpul data yang digunakan

dalam penelitian.

1. Panelis Agak terlatih

Panelis agak terlatih merupakan panelis yang terdiri dari sekelompok

orang yang sebelumnya telah mengikuti tahap seleksi dan dilatih untuk dapat

mengamati sifat-sifat dan karakteristik dari suatu bahan pangan, sebagai

panelis agak terlatih dalam penelitian ini digunakan mahasiswa Tata Boga

(55)

43

Pangan (AMP) dan lulus yang dipilih berdasarkan pada seleksi calon panelis

untuk melakukan penilaian. Panelis harus valid dan reliable. Syarat-syarat

yang harus dipenuhi oleh panelis agak terlatih adalah bahwa setiap panelis:

(a). Mengetahui sifat sensorik dari bahan yang akan dinilai.

(b). Mengetahui cara penilaian inderawi.

(c). Mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi dan telah dilatih sebelum

penilaian.

Ketiga syarat di atas harus dimiliki oleh panelis agak terlatih.Guna

mendapat panelis agak terlatih maka instrument yang digunakna harus

memenuhi syarat yaitu valid dan reliable.Panelis disebut valid dan reliable

apabila panelis tersebut dapat menunjukan kepekaan dan ketelitian serta

memiliki keajegan di dalam menialai suatu produk pada waktu yang

berbeda.Upaya yang dapat dilakukan untuk mendapatkan panelis yang valid

dan reliable sejumlah 20 orang perlu melakukan seleksi dari calon panelis

yang berjumlah 31 orang.Untuk memenuhi validitas dan reliabilitas instrumen,

maka dilakukan seleksi panelis dengan 4 tahap seleksi panelis sebagai

berikut.

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan pengisian kuesioner. Peneliti

membicarakan gambaran umum tentang pengujian yang akan

dilaksanakan. Calon panelis diminta mengisi kuesioner yang mencakup

beberapa hal yaitu identitas diri, umur, jenis kelamin, kesediaan dari calon

(56)

kondisi kesehatan, kegemaran merokok, jenis makanan yang disenangi dan

tidak disenangi, pengalaman calon panelis dan pengetahuan calon panelis

tentang produk makanan yang akan dinilai.

Dari hasil wawancara akan diperoleh validitas internal yaitu

kevalidan instrumen yang dilihat dari kondisi internal calon panelis yang

berupa faktor–faktor dari dalam diri calon panelis, sehingga akan didapat

kualifikasi calon panelis yang siap untuk melakukan tahap seleksi

berikutnya. Calon panelis yang tidak bersedia atau bersedia tetapi kondisi

internalnya tidak memenuhi syarat sebagai panelis, tidak dapat digunakan

sebagai calon panelis.

b. Penyaringan

Calon panelis yang diterima melalui seleksi wawancara dilanjutkan

ke tahap penyaringan.Pada tahap penyaringan ini calon panelis diberikan

kesempatan untuk memberikan penilaian terhadap 3 sampel telur gabus

dengan kriteria yang berbeda dari masing-masing sampel, yang dilakukan

6 kali pada waktu yang berbeda. Data hasil penilaian dihitung

menggunakan range method. Dalam range method, setiap calon panelis

diuji kemampuannya dalam memberikan penilaian pada satu seri sampel

yang bervariasi. Kemampuan memberikan penilaian secara tepat akan

terlihat dari pengujian ini sehingga dapat diketahui calon–calon mana yang

berpotensi, tidak berpotensi dan calon- calon yang perlu menjalani latihan

Gambar

Tabel 2.  Komposisi kimia (%) umbi garut segar
Gambar 2. Skema Pembuatan Pati Garut
Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir
Gambar 4. Skema Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa dan vitamin C, dan organoleptik pada biskuit dengan formulasi pati garut dan tepung waluh yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa dan vitamin C, dan organoleptik pada biskuit dengan formulasi pati garut dan tepung waluh yang

Mofidikasi yang dilakukan yaitu substitusi pati garut dan tepung terigu sebagai bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan kulit risoles serta penambahan tepung

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) resep yang tepat pada pembuatan produk I Fu Miega dengan substitusi pati garut 40%:60% (pati garut : tepung terigu),

Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan para ilmuwan mengenai potensi tepung garut sebagai sumber penghasilan bioetanol dan memberi

Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan nugget adalah jantung pisang kepok dan daging ikan gabus yang diperoleh dari pasar pagi Arengka, pati tapioka, putih telur,

Sebelum digunakan untuk pembuatan produk dilakukan analisis terlebih dahulu terhadap pati garut murni maupun pati garut yang telah dimodifikasi yang lolos ayakan

Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan nugget adalah jantung pisang kepok dan daging ikan gabus yang diperoleh dari pasar pagi Arengka, pati tapioka, putih telur,