EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL DISCOVERY
LEARNING MATA PELAJARAN GEOGRAFI POKOK BAHASAN
PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PADA SISWA KELAS XI IIS
SMA NEGERI 1 PURBALINGGA TAHUN 2014/2015
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Indri Muldiyanto Putri NIM. 3201411137
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S Ar-rahman)
“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri” (Ibu Kartini)
“Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau” (Soe Hok Gie)
PERSEMBAHAN:
1. Bapak Muldiyanto dan Mama Ismiyati yang bekerja keras demi anak-anaknya, tulus mendoakan, memberi kasih sayang, memberi nasehat, dan pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran hidup.
2. Irfan Mikola Muldiyanto Putra yang selalu membuat saya termotivasi untuk senantiasa menjadi kakak yang terbaik yang ia miliki.
3. Mbah Putri dan Mbah Kakung yang selalu memberikan inspirasi kehidupan, semoga senantiasa sehat.
4. Bapak dan Ibu Guru saya yang telah membekali ilmu dan keteladanan penuh kesabaran.
5. Teman-teman Geografi angkatan 2011 yang telah memberi warna dalam hidup dan pengalaman-pengalaman yang mengesankan.
6. Teman-teman Kost45.
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Efektivitas Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning Mata Pelajaran Geografi Pokok Bahasan Pelestarian Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan Siswa Kelas XI IIS SMA Negeri 1 Purbalingga Tahun Pelajaran 2004/2015” dapat diselesaikan dengan baik sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Subagyo, M.Pd., selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., selaku Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang dan selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, pengarahan, masukan, kemudahan, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Para dosen dan karyawan jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang atas ilmu yang banyak memberikan keilmuan dan pengalaman selama menempuh studi di Universitas Negeri Semarang.
vii
6. Dwi Ninayaroh, S.Pd selaku guru mata pelajaran Geografi yang selalu mendampingi peneliti dalam proses penelitian dan memberikan pengarahan serta masukan dalam penelitian sehingga peneliti dapat belajar dengan baik.
7. Siswa SMA Negeri 1 Purbalingga, khususnya kelas XI IIS1, XI IIS2, XI 1IS 3 yang bersedia menjadi responden dalam penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat segala keterbatasan, kemampuan, dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, saran-saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Semarang, Juni 2015
viii
SARI
Putri, Indri Muldiyanto. 2015. Efektivitas Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning Mata Pelajaran Geografi Pokok Bahasan Pelestarian Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan Siswa Kelas XI IIS SMA Negeri 1 Purbalingga Tahun 2014/2015. Skripsi. Semarang: Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. 163 halaman.
Kata Kunci: Model Discovery Learning, Pendekatan saintifik, Hasil belajar
Penggunaan model pembelajaran sangat mendukung proses pemahaman siswa namun dalam proses belajar mengajar masih banyak ditemui guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional atau ceramah yang menempatkan guru sebagai pusat informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan saintifik model discovery learning
membantu siswa mencapai ketuntasan hasil belajar dan mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik model discovery learning.
Populasi penelitian adalah siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Purbalingga. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian “control group pre-test pos-test”. Sampel penelitian ini adalah 69 siswa yang terbagi menjadi 2 kelas. Penentuan sampel dengan teknik
cluster random sampling. Kelas XI IIS 1 dan XII IIS 3 terpilih sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar mata pelajaran geografi pokok bahasan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, sedangkan variabel bebasnya adalah pembelajaran dengan pendekatan saintifik model discovery learning. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif presentase dan uji perbedaan dua rata-rata (uji t).
Hasil penelitian ini menunjukan hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dibuktikan dengan Uji-t dengan hasil thitung >
ttabel yaitu 4,115 > 2,033 sehingga Ho ditolak. Pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik model discovery Learning diperoleh hasil posttest dengan nilai rata-rata 81,88 dan pembelajaran dengan model konvensional diperoleh nilai rata-rata 76,22. Hasil angket tanggapan siswa menyataka skor rata –rata 30,15% menyatakan setuju.
Saran dalam penelitian ini adalah penggunaan model discovery learning
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
SARI ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Penegasan Istilah ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka Efektivitas Pembelajaran ... 11
Pendekatan Saintifik... 14
Discovery Learning ... 20
Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning ... 23
Belajar dan Pembelajaran ... 24
Materi Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan ... 26
x
C. Kerangka Berpikir ... 32
D. Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 34
B. Lokasi Penelitian ... 36
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36
D. Variabel Penelitian ... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ... 38
F. Langkah-langkah Dalam Penelitian ... 39
G. Analisis Instrumen Penelitian ... 40
H. Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Purbalingga ... 54
B. Hasil Penelitian ... 57
C. Pembahasan ... 74
BAB C SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 82
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 84
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Desain Penelitian Eksperimen. ... 34
Tabel 3.2. Populasi Penelitian ... 36
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas ... 41
Tabel 3.4. Hasil Uji Daya Beda Butir Soal ... 44
Tabel 3.5. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 45
Tabel 3.6. Hasil Uji Coba Soal... 46
Tabel 3.7. Kriteria Angket Tanggapan Siswa ... 51
Tabel 3.8. Frekuensi Angket Tanggapan Siswa ... 52
Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 58
Tabel 4.2. Hasil Normalitas Data Pre-test ... 65
Tabel 4.3. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre-test ... 66
Tabel 4.4. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pre-test ... 66
Tabel 4.5. Hasil Rata- rata Nilai Pre-test ... 67
Tabel 4.6. Hasil Normalitas Data Post-test ... 68
Tabel 4.7. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post-test ... 69
Tabel 4.8. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Post-test ... 69
Tabel 4.9. Hasil Rata-rata Nilai Post-test... 71
Tabel 4.10. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Post-test ... 71
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik ... 17
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir ... 33
Gambar 4.1. Pelaksanaan Pre-test pada Kelas Eksperimen ... 60
Gambar 4.2. Peserta Didik Melakukan Kegiatan Diskusi... 60
Gambar 4.3. Siswa Melakukan Observasi di Luar Ruangan ... 61
Gambar 4.4. Pelaksanaan Pre-test pada Kelas Kontrol ... 63
Gambar 4.5. Proses Pembelajaran Kelas Kontrol ... 64
Gambar 4.6. Persiapan Mengerjakan Post-test Kelas Kontrol ... 64
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba XI IIS 2 ... 86
Lampiran 2. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol XI IIS 1 ... 87
Lampiran 3. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen XI IIS 3 ... 88
Lampiran 4. Kisi-kisi Instrumen Soal Uji Coba... 89
Lampiran 5. Instrumen Penelitian Soal Uji Coba ... 91
Lampiran 6. Lembar Jawaban Uji Coba ... 99
Lampiran 7. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 100
Lampiran 8. Analisis Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, Daya Pembeda Soal Uji Coba ... 101
Lampiran 9. Perhitungan Validitas Soal ... 103
Lampiran 10. Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba ... 105
Lampiran 11. Perhitungan Daya Beda Soal ... 106
Lampiran 12. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 108
Lampiran 13. Kisi-Kisi Soal Pre-test dan Post-test ... 110
Lampiran 14. Instrumen Penelitian Soal Pre-test dan Post-test ... 112
Lampiran 15. Kunci Jawaban Soal Pre-test dan Post-test ... 117
Lampiran 16. Hasil Nilai Pre-test Kelas Kontrol XI IIS 1 ... 119
Lampiran 17. Hasil Nilai Post-test Kelas Kontrol XI IIS 1 ... 120
Lampiran 18. Hasil Nilai Pre-test Kelas Eksperimen XI IIS 3 ... 121
Lampiran 19. Hasil Nilai Post-test Kelas Eksperimen XI IIS 3 ... 122
Lampiran 20. Uji Normalitas Data Nilai Pre-test Kelas Eksperimen ... 123
Lampiran 21. Uji Normalitas Data Nilai Pre-test Kelas Kontrol... 124
Lampiran 22. Uji Kesamaan Varians Nilai Pre-test ... 125
Lampiran 23. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Hasil Pre-test Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 126
Lampiran 24. Uji Normalitas Data Nilai Post-test Kelas Eksperimen... 127
Lampiran 25. Uji Normalitas Data Nilai Post-test Kelas Kontrol ... 128
xiv
Lampiran 27. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Hasil Post-test
Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 130
Lampiran 28. Perhitungan Persentase Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen ... 131
Lampiran 29. Perhitungan Presentase Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol ... 132
Lampiran 30. Kisi-kisi Instrumen Angket ... 133
Lampiran 31. Angket Tanggapan Siswa ... 134
Lampiran 32. Rekapitulasi Perhitungan Angket Tanggapan Siswa ... 136
Lampiran 33. Silabus Kelas Eksperimen ... 138
Lampiran 34. RPP Kelas Eksperimen ... 143
Lampiran 35. RPP Kelas Kontrol... 151
Lampiran 36. Peta Lokasi Penelitian ... 158
Lampiran 37. Surat Keterangan Penetapan Dosen Pembimbing ... 159
Lampiran 38. Surat Ijin Penelitian ... 160
1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Suatu rumusan nasional
tentang pendidikan dalam UU RI No. 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal I
dikemukakan sebagai berikut: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan
atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.
Untuk menuju kearah efisiensi dalam mengelola pendidikan dalam
proses pengajaranya siswa harus mampu aktif dan mandiri. Peserta didik
harus dapat menemukan sendiri dan mentransformasi informasi baru
dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak
sesuai lagi (Trianto, 2007: 13). Geografi dari ilmu sosial mempunyai
bahan kajian tentang variasi keruangan di muka bumi, yang secara lebih
lengkap dikemukakan bahwa Geografi merupakan disiplin ilmu yang
menganalisis variasi keruangan dalam artian kawasan-kawasan (region)
dan hubungan antar variabel-variabel keruangan (Suharyono, 1990: 5).
Pengajaran Geografi pada hakikatnya adalah untuk mengembangkan
kemampuan siswa mengenali dan memahami gejala alam dan kehidupn
Pendidikan modern, proses pengembangan potensi dan penanaman
nilai yang dilakukan senantiasa dilakukan dengan memperhatikan
aspek-aspek perkembangan fisik, psikis dan sosial peserta. Hal ini menjadi
tantangan tersendiri di dunia pendidikan. Pendidikan harus senantiasa
dinamis seiring dengan kemajuan teknologi dan mampu mengimbangi
perubahan-perubahan yang terjadi sebagai tantangan global. Untuk
memenuhi tantangan global maka perlu diadakanya perbaikan pendidikan.
Proses belajar-mengajar yang baik adalah proses terciptanya interaksi guru
dan peserta didik. Proses interaksi dapat terjadi bila guru mampu
mendorong siswa agar terdorong oleh keinginanya sendiri guna
menerapkan dan mengamalkan materi yang disampaikan guru.
Selama ini dalam pembelajaran guru menjelaskan materi masih
banyak mengunakan ceramah, hal ini membuat siswa bersifat pasif dan
berperan sebagai pendengar. Tidak adanya keberagaman dalam
memberikan materi membuat fungsi guru hanya sebagai alat mentransfer
ilmu tanpa mengedepankan apakah murid merasa materi tersebut
bermakna dan penting. Penyempurnaan kurikulum sering dilakukan,
adanya penyempurnaan kurikulum dari tahun ke tahun. Dalam
undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan “Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengetahuan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara- cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
20 tahun 2003 Kurikulum 2013 memenuhi kedua dimensi tersebut,
sebagaimana amanah yang tercantum dalam rencana pembangunan jangka
menengah nasional 2010-2014 dalam bidang pendidikan yang menyatakan
bahwa salah satu substansi inti program bidang pendidikan adalah
penataan ulang kurikulum sekolah sehingga dapat mendorong penciptaan
hasil pendidikan yang mampu menjawab kebutuhan sumberdaya manusia
untuk mendukung pertumbuhan nasional dan daerah.
Kurikulum 2013 dirancang dengan model pendekatan ilmiah
berbasis karakter dan kompetensi, salah satu kunci sukses yang
menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 menurut Mulyasa
(2013: 41) adalah kreativitas guru. Guru dituntut untuk berlaku sekreatif
mungkin demi terwujudnya satu kegiatan pembelajaran sesuai konsep dan
karakteristik kurikulum. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan
scientific.
Pendekatan scientific dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud
meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring
untuk semua mata pelajaran. Permendikbud nomor 65 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang
perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah
pendekatan saintifik/ilmiah pendekatan scientific.
Pembelajaran discovery learning merupakan suatu rangkaian
kemampuan peserta didik untuk mencari dan mnyelidiki secara sistematis,
kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan,
sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku
(Hanafiah dan Suhana, 2009: 77), dalam pembelajaran discovery learning
dituntut siswalah yang berdominasi dalam satu permasalahan dalam
pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator. Seorang mengajar dalam
model ini harus menjelaskan tugas apa yang harus peserta didik lakukan,
apa tujuan dari tugas yang diberikanya itu lalu kemana mereka harus
mencari informasi, mengolah membahas dalam kelompoknya
masing-masing (Rrosyada, 2007: 92).
Pendidikan berkembang sesuai zaman dan tuntutan global agar
tetap mengacu pada Standar Proses meliputi Eksplorasi, Elaborasi,
Konfirmasi dan tentunya tetap menjadikan siswa berpikir secara ilmiah
sesuai dengan ketentuan mengamati, menanya, menalar, merumuskan,
menyimpulkan, mengkomunikasikan. Penggabungan keduanya akan
membuat peserta didik mampu menalar materi dengan baik dan
menemukan fakta-fakta sendiri yang kompleks.
Penulis memilih SMA Negeri 1 Purbalingga sebagai objek
penelitian di karenakan SMA Negeri 1 Purbalingga merupakan salah satu
sekolah yang tetap menggunakan Kurikulum 2013. Sehingga dalam
pembelajarannya pun disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Namun dalam
pelaksanaan pendekatan saintifik ini belum sepenuhnya di kolaborasikan
menambahkan pendekatan model discovery learning dalam pendekatan
saintifik, agar menjadikan peserta didik diharapkan lebih aktif dalam
proses belajar-mengajar. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik
mengadakan penelitian dengan judul “Efektivitas pendekatan saintifik
model discovery learning mata pelajaran geografi pokok bahasan
lingkungan hidup dan pelestarianya pada siswa kelas XI IIS SMA N 1
Purbalingga Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah hasil belajar antara pembelajaran yang menggunakan
pendekatan saintifik model discovery learning dengan pembelajaran
konvensional?
2. Apakah penggunaan pendekatan saintifik model discovery learning
membantu siswa dalam mencapai ketuntasan hasil belajar pokok
bahasan pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan?
3. Bagaimana tanggapan siswa mengenai pendekatan saintifik model
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui hasil belajar antara pembelajaran yang
menggunakan pendekatan saintifik model discovery learning dengan
pembelajara konvensional.
2. Untuk mengetahui penggunaan pendekatan saintifik model discovery
learning membantu siswa mencapai ketuntasan hasil belajar pokok
bahasan pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
3. Untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pendekatan saintifik
model discovery learning.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam
dunia pendidikan, sebagai tambahan referensi dibidang pendidikan,
khususnya pendekatan saintifik model discovery learning dalam proses
belajar mengajar di sekolah.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini mempu memberikan manfaat:
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan
geografi pokok bahasan lingkungan hidup dan pelestarianya yang
nantinya akan menjadi bekal peneliti sebagai calon tenaga
pendidik.
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memberikan masukan dan motivasi
dalam upaya meningkatkan penerapan kurikulum 2013 dan
penerapan pendekatan saintifik model discovery learning demi
tercapainya pembelajaran yang lebih baik di masa mendatang.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan
bagi sekolah dalam rangka peningkatan kualitas hasil belajar dan
peningkatan kualitas sekolah.
E. Penegasan Istilah
Penegasan istilah digunakan untuk menghindari salah pengertian
dan penafsiran terhadap istilah yang digunakaan dalam penelitian ini,
maka diperlukan upaya penegasan istilah untuk membatasi ruang lingkup
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Efektivitas
Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai mana
seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu
ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektivitas yang di
kemukakan oleh Hidayat dalam Warsita (2008: 289), yang mengatakan
jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai dimana
makin besar persentase target yang dicapai makin tinggi
efektivitasnya”.
Dalam penelitan ini efektivitas yang di maksudkan adalah
tercapainya tujuan pembelajaran dengan menggunakan model
discovery learning dengan cara diskusi dan observasi lapangan mata
pelajaran Geografi pokok bahasan pelestarian lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1
Purbalingga.
2. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran memiliki arti suatu sudut pandang
tentang proses pembelajaran yang masih dalam arti umum yang
didalamnya dapat mewadahi, menguatkan, memberikan inspirasi.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secra aktif
mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau
3. Mata Pelajaran Geografi
Mata pelajaran Geografi membangun dan mengembangkan
pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial
masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Tujuan mata
pelajaran Geografi seperti yang tertuang dalam lampiran Permendiknas
tahun 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar
untuk jenjang pendidikan SMA sebagai berikut: Memahami pola
spasial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan,
menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi,
mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan Geografi,
menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan
memanfaatkan sumber daya alam secara arif serta memiliki toleransi
terhadap keragaman budaya masyarakat.
4. Discovery learning
Discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan,
sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku
(Hanafi, Suhana 2009: 77). Yang dimaksud discovery learning dalam
akan berpindah dari sudut teacher learning dominated menjadi student
learning dominated.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Suprijono (2010:5) adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan.
“Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh peserta
didik setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar pada suatu
sekolah atau kelas tergantung pada diri individu dan bagaimana cara
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Efektivitas Pembelajaran
a. Pengertian dan Prinsip-prinsip Efektivitas Pembelajaran
Warsita (2008: 287) suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan
itu dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang
diinginkan. Efektivitas menekankan pada perbandingan antara rencana
dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itu, efektivitas pembelajaran
sering kali diukur dengan tercapainya tujuan pembelajaran, atau dapat
pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi.
Miarso dalam Warsita (287: 287) pembelajaran yang efektif adalah
belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta didik, melalui
pemakaian prosedur yang tepat. Pengertian ini mengandung dua
indikator, yaitu terjadinya belajar pada peserta didik dan apa yang
dilakukan guru. Oleh karena itu, prosedur pembelajaran yang dipakai
oleh guru dan terbukti peserta didik belajar akan dijadikan fokus dalam
usaha untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Dick dan Reiser dalam Warsita (2008: 288) pembelajaran yang
efektif memudahkan peserta didik untuk belajar sesuatu yang
bermanfaat, seperti : fakta, keterampilan, nilai, konsep, cara hidup serasi
Sutikno dalam Warsita (2008: 288) pembelajaran yang efektif
adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk
dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat tercapai tujuan
pembelajaran sesuai dengan harapan.
Pasal 19, PP No.19 Th 2005 dalam Warsita (2008: 288) proses
pembelajaran pada setiap satuan pendidikan supaya diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dengan
demikan, proses belajar peserta didik lebih menarik, manantang,
menyenangkan, dan hasilnya bertahan lama dan bermanfaat bagi proses
belajar lebih lanjut.
Mulyasa dalam Warsita (2008: 288-289) untuk menciptakan
suasana atau iklim pembelajaran yang menyenangkan, menantang, dan
kondusif dapat dilakukan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai
berikut:
a) Menyediakan alternatif pilihan bagi peserta didik yang lambat
maupun cepat dalam melakukan tugas pembelajaran.
b) Memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang kurang
c) Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman,
dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara
optimal.
d) Menciptakan kerja sama saling menghargai, baik antar peserta didik
maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelola
pembelajaran lain.
e) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses perencanaan
belajar dan kegiatan pembelajaran.
f) Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab
bersama antara peserta didik dan guru. Sehingga guru lebih banyak
bertindak sebagai fasilitator dan sebagai sumber belajar.
g) Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang
menekankan pada evaluasi diri sendiri (self evaluation).
b. Ciri-ciri Pembelajaran yang Efektif
Eggen dan Kauchak dalam Warsita (2008: 289) ada beberapa
ciri pembelajaran yang efektif, yaitu a) peserta didik menjadi pengkaji
yang aktif terhadap lingkunganya melalui mengobservasi,
membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan
kesamaan-kesamaan yang ditemukan b) guru menyediakan materi
sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran, c)
aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian, d) guru
didik dalam menganalisis informasi, e) orientasi pembelajaran
penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta
f) guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan
tujuan dan gaya pembelajaran guru.
Wottuba dan Wright dalam Warsita (2008: 289) ada tujuh indikator
yang menunjukan pembelajaran efektif, yaitu a) pengorganisasian
pembelajaran dengan baik b) komunikasi secara efektif c) penguasaan
dan antusiasme dalam mata pelajaran d) sikap positif terhadap peserta
didik e) pemberian ujian dan nilai yang adil f) keluwesan dalam
pendekatan pembelajaran g) hasil belajar peserta didik yang baik.
2. Pendekatan Saintifik
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasikan, mengukur,
meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakanya
proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru
tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya
siswa atau semakin tingginya kelas siswa (Daryanto, 2013:51)
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai
berikut.
1.Berpusat pada siswa.
2.Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep,
3.Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa.
4.Dapat mengembangkan karakter siswa.
Pendekatan saintifik/ilmiah merupakan proses pembelajaran yang
menggunakan proses berpikir ilmiah. Pendekatan ilmiah dapat dijadikan
sebagai jembatan untuk perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Kemendikbud (2013)
memberikan konsepsi bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach)
dalam pembelajaran mencakup komponen: mengamati, menanya,
mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta.
a. Tujuan Pembelajaran Saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada
keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan
berpikir tinkat tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
5. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide,
khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6. Untuk mengembangkan karakter siswa.
b. Esensi Pendekatan saintifik
Pendekatan saintifik (scientific) disebut juga sebagai pendekatan
ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses
ilmiah. Karena itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan
saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah merujuk pada
teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala,
memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan
pengetahuan sebelumnya, untuk dapat disebut ilmiah atau saintifik dalam
pembelajaran (Daryanto, 2013:55).
c. Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran berpusat pada siswa.
2. Pembelajaran membentuk student self concept.
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru.
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan
dalam komunikasi.
8. Adanya proses validitas terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
d. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah/ saintifik.
Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses
pemebelajaran meliputi menggali informsi melalui pengamatan,
bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan manganalisis,
menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Gambar 2.1
1) Mengamati (Observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning), Metode ini memiliki
keunggulan tertentu seperti menyajikan media obyek secara nyata,
peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaanya.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan
yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta
bahwa ada hubungan antara obyek yang dinamis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru (Daryanto, 2013: 60). Dalam
kegiatan mengamati guru membuka kesempatan secara luas agar
pesrta didik dapat melihat, menyimak, mendengar, membaca. Menurut
Permendikbud RI No 81A Tahun 2013 menjelaskan bahwa guru
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih
mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal
yang penting dari suatu benda atau objek.
2) Menanya
Kegiatan mengamati guru membuka kesempatan secara luas
kepada pesera didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,
disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik
untuk dapat mengajukan pertanyaan, pengamatan tentang hasil
pengamatan objek yang kongkrit sampai kepada yang abstrak
abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan
yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih
menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru
untuk mengajukan pertanyaan sampai ketingkat dimana peserta didik
mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Melalui kegiatan
bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik , semakin terlatih
dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.
Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih
lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang
ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber
yang beragam.
3) Mengasosiasi/ Mengolah Informasi/ Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam
kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, adalah memproses informasi
yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati
dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada
4) Menarik Kesimpulan
Kegiatan menarik kesimpulan dalam pembelajaran dengan
pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah
data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi
dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya
secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara
individu membuat kesimpulan.
5) Mengkomunikasikan
Pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah
mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di
kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau
kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan”
seperti yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013,
adalah penyampaian hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya (Daryanto, 2013:80).
3. Discovery learning
Oemar Hamalik dalam ilahi (2012: 29) discovery adalah proses
pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para anak
didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga
lapangan. Strategi pembelajaran yang dikembangkan pertama kali oleh
Burner ini menitikberatkan pada kemapuan anak didik dalam menemukan
sesuatu melalui proses inquiry (penelitian) secara terstruktur dan
terorganisir dengan baik. Discovery strategy merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan pengalaman langsung di lapangan, tanpa
harus slalu bergantung pada teori-teori pembelajaran yang ada dalam
pedoman buku pelajaran (Mulyasa: 2015:10), dengan kata lain proses
pembelajaran lebih diutamakan dari pada hanya sekedar hasil akhir yang
terlihat, proses pembelajaran discovery tidak menekankan agar peserta
didik sepenuhnya menguasai materi melainkan lebih menekankan pada
pemahaman mereka. Yang dimaksud proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasi suatu konsep atau prinsip yang dimaksud proses mental
tersebut yaitu mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan.
Fungsi pembelajaran dengan discovery learning yaitu sebagai berikut.
a. Membangun komitmen dikalangan peserta didik untuk belajar, yang
diwujudkan dengan ketertiban, kesungguhan dan loyalitas terhadap
mencari dan menemukan suatu dalam proses pembelajaran.
b. Membangun sikap, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran
dalam rangka mencapai tujuan pembelajran.
c. Membangun sikap percaya diri (Self Confidence) dan terbuka (Openess)
Adapun tahap-tahap penerapan pembelajaran discovery learning yaitu
sebagai berikut.
Tahap-tahap penerapan pembelajaran melalui metode dicovery
learning adalah :
a. Stimulus (pemberian perangsang)
Guru mulai dengan bertanya mengajukan persoalan, atau
menyuruh peserta didik membaca atau mendengarkan uraian yang
memusat permasalahan.
b. Problem Statement (Mengidentifikasi Masalah)
Peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai
permasalahan, sebanyak mungkin memilihnya yang dipandang lebih
menarik dan fleksibel untuk dipecahkan.
c. Data Colection (Mengumpulkan data)
Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis itu peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang relevan dengan jelas membaca literatur
mengamati objeknya, mencoba sendiri dan sebagainya.
d. Data Prossesing (Pengolahan data)
Semua informasi itu diolah, diacak, di klasifikasi, ditabulasi,
bahkan kalau perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
e. Verifikan
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada
tersebut pertanyaan yang telah dirumuskan terdahulu dicek, apakah
terbukti atau tidak.
f. Generalisasi
Berdasarkan verivikasi, siswa belajar menarik generalisasi atau
kesimpulan tertentu (Rusyan, dkk, 1994: 117).
4. Pendekatan Saintifik Model Discovery Leaning
Pendekatan saintifik mengajarkan agar peserta didik aktif dan
menemukan pemecahan suatu masalah dengan mengunakan pendekatan
saintifik. Yaitu pelajaran yang berpusat pada peserta didik agar peserta
didik berusaha menemukan sendiri beragam informasi yang dibutuhkan.
Sehingga dalam proses pembelajaranya guru tidak sendirian aktif, tetapi
peserta didik didorong agar mampu menemukan informasi-informasi lewat
proses mengamati, menanya, menalar, mencoba, menginformasikan atau
menyajikan. Untuk mendukung proses belajar menggunakan pendekatan
saintifik perlu adanya pembelajaran berbasis penyikapan atau penelitian
(discovery/ inquiry learning).
Langkah-langkah pendekatan saintifik model discovery learning,
Mengamati melalui stimulus siswa diajak untuk mengamati dan menanya,
tahap problem statement siswa diajak menanya dan mengumpulkan
informasi, tahap data collection siswa diajak untuk mencoba dan
menanya dan tahap terakhir verification siswa diajak menalar, dan
mengkomunikasikan.
5. Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses pokok dalam kegiatan mengajar di sekolah.
(Hamalik, 2007: 106). Pendapat terakhir berpendapat bahwa belajar
merupakan suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata,
proses itu sendiri berlangsung melalui serangkaian pengalaman, sehingga
terjadi modifikasi pada tingkah laku yang telah dimilikinya sebelumnya.
Jadi berdasarkan proses akan tercapai tujuan. Belajar menurut teori
behavioristik diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku. Perubahan
tersebut disebabkan oleh seringnya interaksi antara stimulasi dan respon,
inti belajar adalah kemampuan seseorang melakukan respon terhadap
stimulus yang datang kepada dirinya (Aqib, 2013: 66)
Menurut Slameto (2010: 54), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan menjadi
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada
dalam diri individu yang sedang belajar, sedang faktor ekstern adalah
faktor yang ada di luar individu.
a. Faktor Intern
Di dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga
faktor, yaitu:
2) Faktor Psikologis, terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motivasi, kematangan, kesiapan.
3) Faktor Kelelahan, dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dikelompokkan
menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor
masyarakat.
1) Faktor Keluarga, terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
perhatian orang tua, latar belakang kebudayaan.
2) Faktor Sekolah, terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar, tugas rumah.
3) Faktor Masyarakat, terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat,
teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pendidik
dengan peserta didik, atau antar peserta didik. Dalam proses komunikasi
itu dapat dilakukan secara verbal (lisan), dan dapat pula secara nonverbal,
seperti penggunaan media komputer dalam pembelajaran itu, esensi
6. Pokok Bahasan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan
Kompetensi dasar lingkungan hidup dan pelestarianya adalah suatu
kompetensi dasar yang berisi konsep dan informasi penting tentang
pentingnya pelestarian lingkungan hidup dalam kaitanya dengan
pembangunan berkelanjutan yang diajarkan pada siswa kelas XI IPS SMA
ataupun MA yang diajarkan pada semester genap, kompetensi ini
mempelajari beberapa sub pokok bahasan yaitu:
a. Lingkungan Hidup dan Komponenya
a) Lingkungan Hidup menurut Emil Salim
Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan
pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan
mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Batas
ruang lingkungan menurut pengertian ini bisa sangat luas, tetapi untuk
praktisnya kita batasi ruang lingkungan dengan faktor-faktor yang dapat
dijangkau oleh manusia seperti faktor alam, faktor politik, faktor
ekonomi, faktor sosial dan faktor lain-lain.
b) Lingkungan Hidup menurut UU No. 23/ 1997
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
c) Lingkungan Hidup menurut St Munajat Danusaputra
Lingkungan adalah semua benda dan kondisi, termasuk di
dalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang tempat
manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta
kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya (Darsono, 1995).
b. Komponen Lingkungan Hidup
Komponen dalam lingkungan hidup terdiri dari dua macam, yaitu
komponen biotik dan komponan abiotik.
a) Komponen Biotik
Komponan Biotik merupakan semua jenis makhluk hidup,
termasuk di dalamnya makluk hidup bersel satu (uniseluler) hingga
makhluk hidup bersel banyak (multiseluler) yang dapat langsung dilihat
oleh mata. Secara singkat, komponen biotik merupakan semua jenis
organisme atau makhluk hidup yang bernyawa, seperti segala jenis
hewan atau tumbuhan, serta manusia.
b) Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan kebalikan dari komponen biotik,
yaitu segala jenis benda atau daya di muka bumi yang tidak bernyawa
atau benda mati. Komponen abiotik yang ada di muka bumi ini, meliuti
iklim, cahaya, batuan, air, tanah, kelembaban, komponen,
geomorfologi, geologi, salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan
c. Kulitas Lingkungan Hidup
a) Kualitas Lingkungan Hidup berdasarkan lingkungan Biofisik
Kualitas Lingkungan hidup berdasarkan biofisik dapat diartikan
sebagai suatu kondisi lingkungan yang terdiri atas komponen biotik
dan abiotik yang berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama
lainnya.
b) Kualitas Lingkungan Hidup Berdasarkan Lingkungan Sosial.
Ekonomi Kualitas Lingkungan Hidup berdasarkan lingkungan
sosial ekonomi diartikan sebagai suatu lingkungan manusia dalam
hubungan dengan sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kualitas lingkungan sosial ekonomi dapat dikatakan baik, jika
kehidupan manusia terpenuhi untuk kehidupan primer, sekunder, dan
kebutuhan lainnya.
c) Kualitas Lingkungan Hidup Berdasarkan Lingkungan Sosial Budaya.
Kualitas lingkungan hidup berdasarkan lingkungan sosial budaya
adalah segala kondisi, baik berupa materi (benda) maupun nonmateri
yang dihasilkan oleh manusia melalui aktivitas dan kreativitasnya.
Lingkungan budaya materi dapat berupa bangunan, peralatan, pakaian,
atau senjata. Sosial budaya yang termasuk nonmateri, yakni tata nilai,
d. Permasalahan-permasalahan Lingkungan Hidup.
a) Permsalahan Lingkungan Hidup Yang Disebabkan Oleh Faktor
Manusia.
Jenis-jenis pencemaran dapat dibedakan berdasarkan pada tempat
terjadinya, macam bahan pencemaranya, dan tingkat pencemaran.
(a) Menurut tempat terjadinya
Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi
tiga yaitu pencemaran udara, air, dan tanah.
(b) Menurut macam bahan pencemar
Macam bahan pencemar adalah sebagai berikut, bahan kimia
berupa zat radio aktif, logam, anorganik, pestisida, detergen, dan
minyak. Organisme berupa mikroorgnisme, misalnya Escherichia
coli, Entamocha coli. Sampah fisik berupa kaleng-kaleng, botol,
plastik, dan karet.
(c) Menurut tingkat pencemaran
Menurut WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat
pencemar dan waktu (lamanya) kontak. Tingkat pencemaran
dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut.
(1) Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan)
pada panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan
pada ekosistem lain.
(2) Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada tubuh dan
(3) Pencemaran yang kadar zat-zat pencemaranya demikian
besarnya sehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau
kematian dalam lingkungan.
e. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup
Usaha pelestarian lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk
melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan
dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap
mampu mendukung kehidupan dan makhluk hidup lainnya. Pelestarian
lingkungan hidup merupakan suatu upaya untuk mengelola sumber
daya lingkungan guna meningkatkan kualitas kehidupan yang tinggi
dan berkelanjutan. Upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup yang
pertama dilakukan oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah di dalam
menangani masalah lingkungan hidup agar lestari antara lain:
a) Mengeluarkan UU pokok Agraria No. 5 tahun 1969 yang mengatur
terhadap tata guna lahan.
b) Menerbitkan UU No. 23 tahun 1997, tentang pengelolaan
lingkungan hidup.
c) Memberlakukan peraturan pemerintah RI No. 24 tahun 1986
Tentang AMDAL (Analisis Pengenalan Dampak Lingkungan).
d) Pada tahun 1991, pemerintah membentuk badan pengendalian
lingkungan, dengan tujuan pokoknya.
e) Menanggulangi kasus pencemaran.
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Apriani (2014) dengan hasil
penelitianya yaitu pengaruh penggunaan model discovery learning dengan
pendekatan saintifik terhadap keterampilan berpikir kritis siswa SMA,
berdasarkan hasil penelitianya diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang diajar menggunakan
model discovery learning dengan pendekatan saintifik dengan siswa yang
diajar dengan menggunakan model cooperative learning dengan pendekatan
saintifik.
Penelitian yang berkaitan dengan model discovery learning juga diteliti
oleh sintawati dengan hasil penelitian yaitu implementasi pendekatan saintifik
model discovery learning dalam pembelajaran agama islam di SMA Negeri 1
Jetis, dalam penelitian ini hasil yang diperoleh adalah peserta didik antusias
dalam mengikuti pelajaran, rasa ingin tahu semakin berkembang dalam
pembelajaran PAI.
Hal ini menunjukan bahwa pendekatan saintifik model discovery learning
menjadikan berkembangnya kemampuan peserta didik, pemahaman peserta
C. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran akan sangat membantu keefektifan belajar peserta
didik dalam meningkatkan hasil belajarnya. Hasil belajar akan tercapai secara
optimal apabila model pembelajaran yang disampaikan guru kepada peserta
didik menggunakna model pembelajaran yang tepat. Untuk itu peneliti
mencoba menggunakan salah satu model pembelajaran discovery learning
untuk melihat apa siswa mampu mencapai peningkatan hasil belajar atau
tidak.
Strategi pembelajaran ini membuat siswa lebih memahami
konsep-konsep dalam pembelajaran di kelas, karena adanya pengajaran langsung dari
teman serta membantu siswa menumbuhkan kemampuan siswa dalam
menemukan solusi dari permasaahan yang ada.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai keefektifan penerapan pendekatan saintifik model
discovery lerning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi
kelas XI IIS. Peneliti menyatakan bahwa jika terdapat suatu kelas dengan
menggunakan pendekatan saintifik model discovery learning maka logikanya
hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran ini akan lebih
Geografi
Pelaksanaan
Persiapan Evaluasi
Penggunaan Pendekatan Saintifik Model Discovery
Learning
Pembelajaran lebih efektif Karakteristik Pendekatan Saintifik :
Berpusat pada siswa Melibatkan proses sains
Melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
Dapat mengembangkan karakter siswa Fungsi pembelajaran dengan discovery learning :
Membangun komitmen untuk senantiasa belajar Membangun sikap kreatif
Membangun sikap percaya diri
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu teori sementara yang kebenaranya masih perlu
diuji (di bawah kebenaran) (Arikunto,2006: 71). Berdasarkan tinjauan
pustaka dan kerangka berfikir maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
pendekatan saintifik model discovery learning efektif dalam pembelajaran
34
BAB III
METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian dengan pendekatan
kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Eksperimen yang betul-betul (True Experiment Design) Arikunto (2010:
125-126) berpendapat True Experiment Design yaitu jenis eksperimen
yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan.
Persyaratan dalam eksperimen adalah adanya kelompok lain yang tidak
dikenal eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan. Dengan jenis
control group pre-test-post-test. Dalam design ini terdapat dua kelompok
yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi
perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok pertama diberi
perlakuan (X) disebut kelompok eksperimen, dan kelompok yang tidak
diberi perlakuan disebut kelas kontrol (Y) (Sugiyono, 2012: 112).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Control Group
Pre-test Post-Pre-test yang digambarkan sebagai berikut.
Tabel 3.1. Desain Penelitian Eksperimen
Kelompok Pre-test Perlakuan Post test
Eksperimen T1 X T2
Keterangan:
X : Pembelajaran Saintifik Model Discovery Learning Y : Model Ceramah
P : Peneliti T1 : Pre-test
T2 : Post-tst
Penelitian ini terdapat dua kelompok yang akan diteliti, yaitu
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Prosedur penelitian ini
meliputi langkah-langkah sebagai berikut.
1. Mengambil 2 kelas penelitian, yaitu 1 kelas sebagai kelas kontrol dan
1 kelas eksperimen, dengan cara random sampling yaitu pengambilan
sampel berkelompok dengan cara acak.
2. Menyusun instrumen penelitian yang meliputi perangkat
pembelajaran, soal pre-test dan soal post-test.
3. Melakukan uji coba perangkat test, serta menghitung validitas dan
reliabilitas.
4. Memberikan perlakuan sebanding, pada kelompok eksperimen
pembelajaran ditambah dengan model pembelajaran discovery
learning.
5. Menghitung perbedaan antara hasil soal pre-test dan soal post-test
untuk masing-masing kelompok.
6. Perbandingan perbedaan-perbedaan tersebut, untuk menentukan
apakah penerapan perlakuan X itu berkaitan dengan perubahan yang
7. Kenakan uji-t untuk menentukan apakah perbedaan dalam hasil tes itu
signifikan.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Purbalingga yang
terletak di Jalan Letjend. M.T. Haryono Kabupaten Purbalingga.
Bangunan SMA Negeri 1 Purbalingga terbagi atas berbagai macam
bangunan, Di dalam gedung terdapat 33 ruang teori atau kelas yang mana
untuk kelas XI IIS terbagi menjadi 3 kelas yaitu XI IIS 1, XI IIS 2, XI IIS
3.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:
130), Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri
1 Purbalingga semester genap kelas XI IIS tahun pelajaran 2014/2015
yang berjumlah 3 kelas yaitu:
Tabel 3.2. Populasi Penelitian
Kelas Jumlah
XI IIS 1 37
XI IIS 2 24
XI IIS 3 32
Jumlah 94
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono,2008: 81). Sedangkan cara pengambilan
Penelitian ini dengan menggunakan teknik random sampling,
karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara ini
dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Random sampling
digunakan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Penentuan kelas dilakukan dengan cara diundi dan dari hasil undian
tersebut kelas XI IIS 3 menjadi kelas eksperimen sedangkan kelas XI
I1S 1 menjadi kelas kontrol.
D. Variabel Penelitian 1) Variabel bebas (X)
Variabel bebas (X) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya
atau berubahnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel
bebasnya adalah pembelajaran dengan pendekatan saintifik model
discovery learning pada mata pelajaran Geografi pokok bahasan
lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan kelas XI IIS.
2) Variabel Terikat (Y) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar mata pelajaran Geografi pokok bahasan lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan. Pada penelitian ini hasil belajar yang
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi atau data awal
yang berkaitan dengan populasi penelitian yang akan dijadikan objek
penelitian. Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk
mengetahui nama siswa dan jumlah siswa, serta dokumen lain yang
diperlukan dalam penelitian.
b. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2006: 150). Pada penelitian ini tes yang digunakan adalah
tes pilihan ganda dengan jumlah soal 25 butir soal yang
masing-masing disediakan 4 alternatif jawaban. Tes diberikan sebelum dan
setelah pokok bahasan selesai. Tes ini digunakan untuk mengetahui
hasil belajar siswa. Hasil belajar ini dibandingkan untuk menilai
tingkat evektifitas pendekatan saintifik model discovery learning.
c. Angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto,
tentang pendekatan saintifik model discovery learning. Kemudian data
tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif persentase.
F. Lakah-langkah dalam Pelaksanaan Penelitian
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian sebagai berikut.
1. Menentukan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan
dengan model discovery learning untuk kelas eksperimen dan model
ceraham (konvensional) untuk kelas kontrol.
2. Membuat instrumen penelitian meliputi menyusun kisi-kisi tes dan
membuat instrumen tes uji coba berdasarkan kisi-kisi yang telah
disusun.
3. Menganalisis data hasil instrumen tes uji coba untuk mengetahui taraf
kesukaran, daya pembeda soal, validitas dan reliabilitas butir soal.
4. Menentukan Instrumen penelitian yang akan digunakan.
5. Melaksanakan pre-test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
6. Melaksanakan pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
7. Melaksanakan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kntrol.
8. Mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian pada
sampel.
9. Menganalisis atau mengolah data yang telah dikumpulkan dengan
metode yang telah ditentukan.
G. Analisis Instrumen Penelitian
Uji coba soal dilakukan di luar sampel tapi masih dalam satu
populasi, yaitu siswa kelas XI IIS 2 sebanyak 24 orang dengan jumlah
butir soal sebanyak 40 butir.
Setelah diadakan uji coba instrumen, langkah selanjutnya adalah
menganalisis hasil uji coba pada kelas XI IIS 2. Berdasarkan data yang
diperoleh kemudian dihitung validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan
tingkat kesukaran soal.
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid
atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010: 211).
Pada penelitian ini, setiap butir soal yang dijawab benar diberi nilai 1
dan apabila salah diberi nilai 0.
a. Validitas Isi
Penyusunan soal tes terlebih dahulu menyusun kisi-kisi soal tes
yang disesuaikan dengan silabus, selanjutnya instrumen yang telah
disusun dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru
pengampu.
b. Validitas butir soal
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
diteliti secara tepat (Arikunto, 2010: 211). Untuk mengetahui
kevalidan tiap butir soal menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Pearson. Yang dikenal dengan rumus korelasi product moment dengan
angka kasar (Arikunto, 2012: 87).
rxy =
Keterangan :
= Koefisien korelasi skor butir soal dan skor total = Banyaknya subjek
= Banyaknya butir soal J = Jumlah skor total
= Jumlah perkalian skor butir dengan skor total = Jumlah kuadrat skor butir soal
= Jumlah kuadrat skor total
Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel, jika rxy > rtabel
maka butir soal tersebut valid. Hasil analisis validitas butir soal
disajikan pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas
Kriteria Valid Tidak Valid
Butir Soal 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
Sumber: Data Penelitian 2015.
Berdasarkan perhitungan validitas soal menunjukan bahwa terdapat
25 soal yang valid dan 15 butir soal yang tidak valid. Perhitungan
analisis validitas soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 dan
2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat mengumpulkan
data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak
akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih
jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya,
yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataanya, maka
berapa kali diambil pun, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada
tingkat keterandalan sesuatu . Reliabilitas artinya, dapat dipercaya, jadi
dapat diandalkan (Arikunto, 2010: 221).
Dalam menentukan reliabilitas digunakan rumus K-R 21, sebagai
berikut:
r11 =
Keterangan:
r11 : Reliabilitas tes
M : Rata-rata skor total
n : Banyaknya butir soal/ jumlah item dalam instrumen
: Varians total
Perhitungan reliabilitas akan sempurna jika hasil tersebut
dikonsultasikan dengan r product moment. Apabila r11 > r tabel, maka
instrumen tersebut reliabel. Hasil perhitungan dengan tarafnya (α) = 5
Karena r11 > rtabel maka soal tersebut reliabel. Perhitungan analisis
reliabilitas soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 10.
3. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membeda-bedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)
dengan siswa bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang
menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi,
disingkat D (Arikunto, 2012: 228).
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi:
D =
B B
A A
J B J
B
= PA - PB
Keterangan:
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya jawaban benar dari kelompok atas
BB = banyaknya jawaban benar dari kelompok bawah
PA = proporsi jawaban benar dari kelompok atas
PB = proporsi jawaban benar dari kelompok bawah
Klasifikasi daya pembeda, D : 0,00 – 0,20 dikategorikan soal jelek;
D : 0,21 – 0,40 dikategorikan soal cukup; D : 0,41 – 0,70
dikategorikan soal baik; D : 0,71 – 1,00 dikategorikan soal baik sekali.