• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL DISCOVERY LEARNING MATA PELAJARAN GEOGRAFI POKOK BAHASAN PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PADA SISWA KELAS XI IIS SMA NEGERI 1 PURBALING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL DISCOVERY LEARNING MATA PELAJARAN GEOGRAFI POKOK BAHASAN PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PADA SISWA KELAS XI IIS SMA NEGERI 1 PURBALING"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL DISCOVERY

LEARNING MATA PELAJARAN GEOGRAFI POKOK BAHASAN

PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PADA SISWA KELAS XI IIS

SMA NEGERI 1 PURBALINGGA TAHUN 2014/2015

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Indri Muldiyanto Putri NIM. 3201411137

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

 “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S Ar-rahman)

 “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri” (Ibu Kartini)

 “Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau” (Soe Hok Gie)

PERSEMBAHAN:

1. Bapak Muldiyanto dan Mama Ismiyati yang bekerja keras demi anak-anaknya, tulus mendoakan, memberi kasih sayang, memberi nasehat, dan pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran hidup.

2. Irfan Mikola Muldiyanto Putra yang selalu membuat saya termotivasi untuk senantiasa menjadi kakak yang terbaik yang ia miliki.

3. Mbah Putri dan Mbah Kakung yang selalu memberikan inspirasi kehidupan, semoga senantiasa sehat.

4. Bapak dan Ibu Guru saya yang telah membekali ilmu dan keteladanan penuh kesabaran.

5. Teman-teman Geografi angkatan 2011 yang telah memberi warna dalam hidup dan pengalaman-pengalaman yang mengesankan.

6. Teman-teman Kost45.

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Efektivitas Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning Mata Pelajaran Geografi Pokok Bahasan Pelestarian Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan Siswa Kelas XI IIS SMA Negeri 1 Purbalingga Tahun Pelajaran 2004/2015” dapat diselesaikan dengan baik sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Subagyo, M.Pd., selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., selaku Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang dan selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, pengarahan, masukan, kemudahan, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Para dosen dan karyawan jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang atas ilmu yang banyak memberikan keilmuan dan pengalaman selama menempuh studi di Universitas Negeri Semarang.

(7)

vii

6. Dwi Ninayaroh, S.Pd selaku guru mata pelajaran Geografi yang selalu mendampingi peneliti dalam proses penelitian dan memberikan pengarahan serta masukan dalam penelitian sehingga peneliti dapat belajar dengan baik.

7. Siswa SMA Negeri 1 Purbalingga, khususnya kelas XI IIS1, XI IIS2, XI 1IS 3 yang bersedia menjadi responden dalam penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat segala keterbatasan, kemampuan, dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, saran-saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, Juni 2015

(8)

viii

SARI

Putri, Indri Muldiyanto. 2015. Efektivitas Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning Mata Pelajaran Geografi Pokok Bahasan Pelestarian Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan Siswa Kelas XI IIS SMA Negeri 1 Purbalingga Tahun 2014/2015. Skripsi. Semarang: Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. 163 halaman.

Kata Kunci: Model Discovery Learning, Pendekatan saintifik, Hasil belajar

Penggunaan model pembelajaran sangat mendukung proses pemahaman siswa namun dalam proses belajar mengajar masih banyak ditemui guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional atau ceramah yang menempatkan guru sebagai pusat informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan saintifik model discovery learning

membantu siswa mencapai ketuntasan hasil belajar dan mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik model discovery learning.

Populasi penelitian adalah siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Purbalingga. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian “control group pre-test pos-test”. Sampel penelitian ini adalah 69 siswa yang terbagi menjadi 2 kelas. Penentuan sampel dengan teknik

cluster random sampling. Kelas XI IIS 1 dan XII IIS 3 terpilih sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar mata pelajaran geografi pokok bahasan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, sedangkan variabel bebasnya adalah pembelajaran dengan pendekatan saintifik model discovery learning. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif presentase dan uji perbedaan dua rata-rata (uji t).

Hasil penelitian ini menunjukan hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dibuktikan dengan Uji-t dengan hasil thitung >

ttabel yaitu 4,115 > 2,033 sehingga Ho ditolak. Pembelajaran menggunakan

pendekatan saintifik model discovery Learning diperoleh hasil posttest dengan nilai rata-rata 81,88 dan pembelajaran dengan model konvensional diperoleh nilai rata-rata 76,22. Hasil angket tanggapan siswa menyataka skor rata –rata 30,15% menyatakan setuju.

Saran dalam penelitian ini adalah penggunaan model discovery learning

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka Efektivitas Pembelajaran ... 11

Pendekatan Saintifik... 14

Discovery Learning ... 20

Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning ... 23

Belajar dan Pembelajaran ... 24

Materi Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan ... 26

(10)

x

C. Kerangka Berpikir ... 32

D. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 34

B. Lokasi Penelitian ... 36

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

D. Variabel Penelitian ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Langkah-langkah Dalam Penelitian ... 39

G. Analisis Instrumen Penelitian ... 40

H. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Purbalingga ... 54

B. Hasil Penelitian ... 57

C. Pembahasan ... 74

BAB C SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Desain Penelitian Eksperimen. ... 34

Tabel 3.2. Populasi Penelitian ... 36

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas ... 41

Tabel 3.4. Hasil Uji Daya Beda Butir Soal ... 44

Tabel 3.5. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 45

Tabel 3.6. Hasil Uji Coba Soal... 46

Tabel 3.7. Kriteria Angket Tanggapan Siswa ... 51

Tabel 3.8. Frekuensi Angket Tanggapan Siswa ... 52

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 58

Tabel 4.2. Hasil Normalitas Data Pre-test ... 65

Tabel 4.3. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre-test ... 66

Tabel 4.4. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pre-test ... 66

Tabel 4.5. Hasil Rata- rata Nilai Pre-test ... 67

Tabel 4.6. Hasil Normalitas Data Post-test ... 68

Tabel 4.7. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post-test ... 69

Tabel 4.8. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Post-test ... 69

Tabel 4.9. Hasil Rata-rata Nilai Post-test... 71

Tabel 4.10. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Post-test ... 71

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik ... 17

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir ... 33

Gambar 4.1. Pelaksanaan Pre-test pada Kelas Eksperimen ... 60

Gambar 4.2. Peserta Didik Melakukan Kegiatan Diskusi... 60

Gambar 4.3. Siswa Melakukan Observasi di Luar Ruangan ... 61

Gambar 4.4. Pelaksanaan Pre-test pada Kelas Kontrol ... 63

Gambar 4.5. Proses Pembelajaran Kelas Kontrol ... 64

Gambar 4.6. Persiapan Mengerjakan Post-test Kelas Kontrol ... 64

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba XI IIS 2 ... 86

Lampiran 2. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol XI IIS 1 ... 87

Lampiran 3. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen XI IIS 3 ... 88

Lampiran 4. Kisi-kisi Instrumen Soal Uji Coba... 89

Lampiran 5. Instrumen Penelitian Soal Uji Coba ... 91

Lampiran 6. Lembar Jawaban Uji Coba ... 99

Lampiran 7. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 100

Lampiran 8. Analisis Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, Daya Pembeda Soal Uji Coba ... 101

Lampiran 9. Perhitungan Validitas Soal ... 103

Lampiran 10. Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba ... 105

Lampiran 11. Perhitungan Daya Beda Soal ... 106

Lampiran 12. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 108

Lampiran 13. Kisi-Kisi Soal Pre-test dan Post-test ... 110

Lampiran 14. Instrumen Penelitian Soal Pre-test dan Post-test ... 112

Lampiran 15. Kunci Jawaban Soal Pre-test dan Post-test ... 117

Lampiran 16. Hasil Nilai Pre-test Kelas Kontrol XI IIS 1 ... 119

Lampiran 17. Hasil Nilai Post-test Kelas Kontrol XI IIS 1 ... 120

Lampiran 18. Hasil Nilai Pre-test Kelas Eksperimen XI IIS 3 ... 121

Lampiran 19. Hasil Nilai Post-test Kelas Eksperimen XI IIS 3 ... 122

Lampiran 20. Uji Normalitas Data Nilai Pre-test Kelas Eksperimen ... 123

Lampiran 21. Uji Normalitas Data Nilai Pre-test Kelas Kontrol... 124

Lampiran 22. Uji Kesamaan Varians Nilai Pre-test ... 125

Lampiran 23. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Hasil Pre-test Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 126

Lampiran 24. Uji Normalitas Data Nilai Post-test Kelas Eksperimen... 127

Lampiran 25. Uji Normalitas Data Nilai Post-test Kelas Kontrol ... 128

(14)

xiv

Lampiran 27. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Hasil Post-test

Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 130

Lampiran 28. Perhitungan Persentase Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen ... 131

Lampiran 29. Perhitungan Presentase Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol ... 132

Lampiran 30. Kisi-kisi Instrumen Angket ... 133

Lampiran 31. Angket Tanggapan Siswa ... 134

Lampiran 32. Rekapitulasi Perhitungan Angket Tanggapan Siswa ... 136

Lampiran 33. Silabus Kelas Eksperimen ... 138

Lampiran 34. RPP Kelas Eksperimen ... 143

Lampiran 35. RPP Kelas Kontrol... 151

Lampiran 36. Peta Lokasi Penelitian ... 158

Lampiran 37. Surat Keterangan Penetapan Dosen Pembimbing ... 159

Lampiran 38. Surat Ijin Penelitian ... 160

(15)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Suatu rumusan nasional

tentang pendidikan dalam UU RI No. 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal I

dikemukakan sebagai berikut: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan

atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.

Untuk menuju kearah efisiensi dalam mengelola pendidikan dalam

proses pengajaranya siswa harus mampu aktif dan mandiri. Peserta didik

harus dapat menemukan sendiri dan mentransformasi informasi baru

dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak

sesuai lagi (Trianto, 2007: 13). Geografi dari ilmu sosial mempunyai

bahan kajian tentang variasi keruangan di muka bumi, yang secara lebih

lengkap dikemukakan bahwa Geografi merupakan disiplin ilmu yang

menganalisis variasi keruangan dalam artian kawasan-kawasan (region)

dan hubungan antar variabel-variabel keruangan (Suharyono, 1990: 5).

Pengajaran Geografi pada hakikatnya adalah untuk mengembangkan

kemampuan siswa mengenali dan memahami gejala alam dan kehidupn

(16)

Pendidikan modern, proses pengembangan potensi dan penanaman

nilai yang dilakukan senantiasa dilakukan dengan memperhatikan

aspek-aspek perkembangan fisik, psikis dan sosial peserta. Hal ini menjadi

tantangan tersendiri di dunia pendidikan. Pendidikan harus senantiasa

dinamis seiring dengan kemajuan teknologi dan mampu mengimbangi

perubahan-perubahan yang terjadi sebagai tantangan global. Untuk

memenuhi tantangan global maka perlu diadakanya perbaikan pendidikan.

Proses belajar-mengajar yang baik adalah proses terciptanya interaksi guru

dan peserta didik. Proses interaksi dapat terjadi bila guru mampu

mendorong siswa agar terdorong oleh keinginanya sendiri guna

menerapkan dan mengamalkan materi yang disampaikan guru.

Selama ini dalam pembelajaran guru menjelaskan materi masih

banyak mengunakan ceramah, hal ini membuat siswa bersifat pasif dan

berperan sebagai pendengar. Tidak adanya keberagaman dalam

memberikan materi membuat fungsi guru hanya sebagai alat mentransfer

ilmu tanpa mengedepankan apakah murid merasa materi tersebut

bermakna dan penting. Penyempurnaan kurikulum sering dilakukan,

adanya penyempurnaan kurikulum dari tahun ke tahun. Dalam

undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

disebutkan “Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengetahuan

mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara- cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

(17)

20 tahun 2003 Kurikulum 2013 memenuhi kedua dimensi tersebut,

sebagaimana amanah yang tercantum dalam rencana pembangunan jangka

menengah nasional 2010-2014 dalam bidang pendidikan yang menyatakan

bahwa salah satu substansi inti program bidang pendidikan adalah

penataan ulang kurikulum sekolah sehingga dapat mendorong penciptaan

hasil pendidikan yang mampu menjawab kebutuhan sumberdaya manusia

untuk mendukung pertumbuhan nasional dan daerah.

Kurikulum 2013 dirancang dengan model pendekatan ilmiah

berbasis karakter dan kompetensi, salah satu kunci sukses yang

menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 menurut Mulyasa

(2013: 41) adalah kreativitas guru. Guru dituntut untuk berlaku sekreatif

mungkin demi terwujudnya satu kegiatan pembelajaran sesuai konsep dan

karakteristik kurikulum. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi

pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan

scientific.

Pendekatan scientific dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud

meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring

untuk semua mata pelajaran. Permendikbud nomor 65 tentang Standar

Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang

perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah

pendekatan saintifik/ilmiah pendekatan scientific.

Pembelajaran discovery learning merupakan suatu rangkaian

(18)

kemampuan peserta didik untuk mencari dan mnyelidiki secara sistematis,

kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan,

sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku

(Hanafiah dan Suhana, 2009: 77), dalam pembelajaran discovery learning

dituntut siswalah yang berdominasi dalam satu permasalahan dalam

pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator. Seorang mengajar dalam

model ini harus menjelaskan tugas apa yang harus peserta didik lakukan,

apa tujuan dari tugas yang diberikanya itu lalu kemana mereka harus

mencari informasi, mengolah membahas dalam kelompoknya

masing-masing (Rrosyada, 2007: 92).

Pendidikan berkembang sesuai zaman dan tuntutan global agar

tetap mengacu pada Standar Proses meliputi Eksplorasi, Elaborasi,

Konfirmasi dan tentunya tetap menjadikan siswa berpikir secara ilmiah

sesuai dengan ketentuan mengamati, menanya, menalar, merumuskan,

menyimpulkan, mengkomunikasikan. Penggabungan keduanya akan

membuat peserta didik mampu menalar materi dengan baik dan

menemukan fakta-fakta sendiri yang kompleks.

Penulis memilih SMA Negeri 1 Purbalingga sebagai objek

penelitian di karenakan SMA Negeri 1 Purbalingga merupakan salah satu

sekolah yang tetap menggunakan Kurikulum 2013. Sehingga dalam

pembelajarannya pun disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Namun dalam

pelaksanaan pendekatan saintifik ini belum sepenuhnya di kolaborasikan

(19)

menambahkan pendekatan model discovery learning dalam pendekatan

saintifik, agar menjadikan peserta didik diharapkan lebih aktif dalam

proses belajar-mengajar. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik

mengadakan penelitian dengan judul “Efektivitas pendekatan saintifik

model discovery learning mata pelajaran geografi pokok bahasan

lingkungan hidup dan pelestarianya pada siswa kelas XI IIS SMA N 1

Purbalingga Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah hasil belajar antara pembelajaran yang menggunakan

pendekatan saintifik model discovery learning dengan pembelajaran

konvensional?

2. Apakah penggunaan pendekatan saintifik model discovery learning

membantu siswa dalam mencapai ketuntasan hasil belajar pokok

bahasan pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan?

3. Bagaimana tanggapan siswa mengenai pendekatan saintifik model

(20)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Untuk mengetahui hasil belajar antara pembelajaran yang

menggunakan pendekatan saintifik model discovery learning dengan

pembelajara konvensional.

2. Untuk mengetahui penggunaan pendekatan saintifik model discovery

learning membantu siswa mencapai ketuntasan hasil belajar pokok

bahasan pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

3. Untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pendekatan saintifik

model discovery learning.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam

dunia pendidikan, sebagai tambahan referensi dibidang pendidikan,

khususnya pendekatan saintifik model discovery learning dalam proses

belajar mengajar di sekolah.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini mempu memberikan manfaat:

a. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan

(21)

geografi pokok bahasan lingkungan hidup dan pelestarianya yang

nantinya akan menjadi bekal peneliti sebagai calon tenaga

pendidik.

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan masukan dan motivasi

dalam upaya meningkatkan penerapan kurikulum 2013 dan

penerapan pendekatan saintifik model discovery learning demi

tercapainya pembelajaran yang lebih baik di masa mendatang.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan

bagi sekolah dalam rangka peningkatan kualitas hasil belajar dan

peningkatan kualitas sekolah.

E. Penegasan Istilah

Penegasan istilah digunakan untuk menghindari salah pengertian

dan penafsiran terhadap istilah yang digunakaan dalam penelitian ini,

maka diperlukan upaya penegasan istilah untuk membatasi ruang lingkup

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Efektivitas

Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai mana

seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu

ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektivitas yang di

kemukakan oleh Hidayat dalam Warsita (2008: 289), yang mengatakan

(22)

jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai dimana

makin besar persentase target yang dicapai makin tinggi

efektivitasnya”.

Dalam penelitan ini efektivitas yang di maksudkan adalah

tercapainya tujuan pembelajaran dengan menggunakan model

discovery learning dengan cara diskusi dan observasi lapangan mata

pelajaran Geografi pokok bahasan pelestarian lingkungan dan

pembangunan berkelanjutan siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1

Purbalingga.

2. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran memiliki arti suatu sudut pandang

tentang proses pembelajaran yang masih dalam arti umum yang

didalamnya dapat mewadahi, menguatkan, memberikan inspirasi.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran

yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secra aktif

mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan

mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,

menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau

(23)

3. Mata Pelajaran Geografi

Mata pelajaran Geografi membangun dan mengembangkan

pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial

masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Tujuan mata

pelajaran Geografi seperti yang tertuang dalam lampiran Permendiknas

tahun 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar

untuk jenjang pendidikan SMA sebagai berikut: Memahami pola

spasial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan,

menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi,

mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan Geografi,

menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan

memanfaatkan sumber daya alam secara arif serta memiliki toleransi

terhadap keragaman budaya masyarakat.

4. Discovery learning

Discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan

pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,

dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan,

sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku

(Hanafi, Suhana 2009: 77). Yang dimaksud discovery learning dalam

(24)

akan berpindah dari sudut teacher learning dominated menjadi student

learning dominated.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Suprijono (2010:5) adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan.

“Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh peserta

didik setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar pada suatu

sekolah atau kelas tergantung pada diri individu dan bagaimana cara

(25)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Efektivitas Pembelajaran

a. Pengertian dan Prinsip-prinsip Efektivitas Pembelajaran

Warsita (2008: 287) suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan

itu dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang

diinginkan. Efektivitas menekankan pada perbandingan antara rencana

dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itu, efektivitas pembelajaran

sering kali diukur dengan tercapainya tujuan pembelajaran, atau dapat

pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi.

Miarso dalam Warsita (287: 287) pembelajaran yang efektif adalah

belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta didik, melalui

pemakaian prosedur yang tepat. Pengertian ini mengandung dua

indikator, yaitu terjadinya belajar pada peserta didik dan apa yang

dilakukan guru. Oleh karena itu, prosedur pembelajaran yang dipakai

oleh guru dan terbukti peserta didik belajar akan dijadikan fokus dalam

usaha untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Dick dan Reiser dalam Warsita (2008: 288) pembelajaran yang

efektif memudahkan peserta didik untuk belajar sesuatu yang

bermanfaat, seperti : fakta, keterampilan, nilai, konsep, cara hidup serasi

(26)

Sutikno dalam Warsita (2008: 288) pembelajaran yang efektif

adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk

dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat tercapai tujuan

pembelajaran sesuai dengan harapan.

Pasal 19, PP No.19 Th 2005 dalam Warsita (2008: 288) proses

pembelajaran pada setiap satuan pendidikan supaya diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dengan

demikan, proses belajar peserta didik lebih menarik, manantang,

menyenangkan, dan hasilnya bertahan lama dan bermanfaat bagi proses

belajar lebih lanjut.

Mulyasa dalam Warsita (2008: 288-289) untuk menciptakan

suasana atau iklim pembelajaran yang menyenangkan, menantang, dan

kondusif dapat dilakukan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai

berikut:

a) Menyediakan alternatif pilihan bagi peserta didik yang lambat

maupun cepat dalam melakukan tugas pembelajaran.

b) Memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang kurang

(27)

c) Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman,

dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara

optimal.

d) Menciptakan kerja sama saling menghargai, baik antar peserta didik

maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelola

pembelajaran lain.

e) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses perencanaan

belajar dan kegiatan pembelajaran.

f) Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab

bersama antara peserta didik dan guru. Sehingga guru lebih banyak

bertindak sebagai fasilitator dan sebagai sumber belajar.

g) Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang

menekankan pada evaluasi diri sendiri (self evaluation).

b. Ciri-ciri Pembelajaran yang Efektif

Eggen dan Kauchak dalam Warsita (2008: 289) ada beberapa

ciri pembelajaran yang efektif, yaitu a) peserta didik menjadi pengkaji

yang aktif terhadap lingkunganya melalui mengobservasi,

membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan

perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan

kesamaan-kesamaan yang ditemukan b) guru menyediakan materi

sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran, c)

aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian, d) guru

(28)

didik dalam menganalisis informasi, e) orientasi pembelajaran

penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta

f) guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan

tujuan dan gaya pembelajaran guru.

Wottuba dan Wright dalam Warsita (2008: 289) ada tujuh indikator

yang menunjukan pembelajaran efektif, yaitu a) pengorganisasian

pembelajaran dengan baik b) komunikasi secara efektif c) penguasaan

dan antusiasme dalam mata pelajaran d) sikap positif terhadap peserta

didik e) pemberian ujian dan nilai yang adil f) keluwesan dalam

pendekatan pembelajaran g) hasil belajar peserta didik yang baik.

2. Pendekatan Saintifik

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan

keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasikan, mengukur,

meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakanya

proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru

tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya

siswa atau semakin tingginya kelas siswa (Daryanto, 2013:51)

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai

berikut.

1.Berpusat pada siswa.

2.Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep,

(29)

3.Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang

perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi

siswa.

4.Dapat mengembangkan karakter siswa.

Pendekatan saintifik/ilmiah merupakan proses pembelajaran yang

menggunakan proses berpikir ilmiah. Pendekatan ilmiah dapat dijadikan

sebagai jembatan untuk perkembangan dan pengembangan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Kemendikbud (2013)

memberikan konsepsi bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach)

dalam pembelajaran mencakup komponen: mengamati, menanya,

mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta.

a. Tujuan Pembelajaran Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada

keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan

pendekatan saintifik adalah:

1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan

berpikir tinkat tinggi siswa.

2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu

masalah secara sistematik.

3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa

belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

(30)

5. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide,

khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

6. Untuk mengembangkan karakter siswa.

b. Esensi Pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik (scientific) disebut juga sebagai pendekatan

ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses

ilmiah. Karena itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan

saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah merujuk pada

teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala,

memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan

pengetahuan sebelumnya, untuk dapat disebut ilmiah atau saintifik dalam

pembelajaran (Daryanto, 2013:55).

c. Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran

adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran berpusat pada siswa.

2. Pembelajaran membentuk student self concept.

3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.

5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir

(31)

6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi

mengajar guru.

7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan

dalam komunikasi.

8. Adanya proses validitas terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang

dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

d. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang

dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah/ saintifik.

Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses

pemebelajaran meliputi menggali informsi melalui pengamatan,

bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,

menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan manganalisis,

menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.

Gambar 2.1

(32)

1) Mengamati (Observasi)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses

pembelajaran (meaningfull learning), Metode ini memiliki

keunggulan tertentu seperti menyajikan media obyek secara nyata,

peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaanya.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu

peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan

yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta

bahwa ada hubungan antara obyek yang dinamis dengan materi

pembelajaran yang digunakan oleh guru (Daryanto, 2013: 60). Dalam

kegiatan mengamati guru membuka kesempatan secara luas agar

pesrta didik dapat melihat, menyimak, mendengar, membaca. Menurut

Permendikbud RI No 81A Tahun 2013 menjelaskan bahwa guru

memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih

mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal

yang penting dari suatu benda atau objek.

2) Menanya

Kegiatan mengamati guru membuka kesempatan secara luas

kepada pesera didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,

disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik

untuk dapat mengajukan pertanyaan, pengamatan tentang hasil

pengamatan objek yang kongkrit sampai kepada yang abstrak

(33)

abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan

yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih

menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru

untuk mengajukan pertanyaan sampai ketingkat dimana peserta didik

mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Melalui kegiatan

bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik , semakin terlatih

dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.

Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih

lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang

ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber

yang beragam.

3) Mengasosiasi/ Mengolah Informasi/ Menalar

Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam

kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam

Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, adalah memproses informasi

yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati

dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang

dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman

sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari

berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada

(34)

4) Menarik Kesimpulan

Kegiatan menarik kesimpulan dalam pembelajaran dengan

pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah

data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi

dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya

secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara

individu membuat kesimpulan.

5) Mengkomunikasikan

Pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan

kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah

mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau

menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,

mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di

kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau

kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan”

seperti yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013,

adalah penyampaian hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil

analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya (Daryanto, 2013:80).

3. Discovery learning

Oemar Hamalik dalam ilahi (2012: 29) discovery adalah proses

pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para anak

didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga

(35)

lapangan. Strategi pembelajaran yang dikembangkan pertama kali oleh

Burner ini menitikberatkan pada kemapuan anak didik dalam menemukan

sesuatu melalui proses inquiry (penelitian) secara terstruktur dan

terorganisir dengan baik. Discovery strategy merupakan strategi

pembelajaran yang menekankan pengalaman langsung di lapangan, tanpa

harus slalu bergantung pada teori-teori pembelajaran yang ada dalam

pedoman buku pelajaran (Mulyasa: 2015:10), dengan kata lain proses

pembelajaran lebih diutamakan dari pada hanya sekedar hasil akhir yang

terlihat, proses pembelajaran discovery tidak menekankan agar peserta

didik sepenuhnya menguasai materi melainkan lebih menekankan pada

pemahaman mereka. Yang dimaksud proses mental dimana siswa mampu

mengasimilasi suatu konsep atau prinsip yang dimaksud proses mental

tersebut yaitu mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,

membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan.

Fungsi pembelajaran dengan discovery learning yaitu sebagai berikut.

a. Membangun komitmen dikalangan peserta didik untuk belajar, yang

diwujudkan dengan ketertiban, kesungguhan dan loyalitas terhadap

mencari dan menemukan suatu dalam proses pembelajaran.

b. Membangun sikap, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran

dalam rangka mencapai tujuan pembelajran.

c. Membangun sikap percaya diri (Self Confidence) dan terbuka (Openess)

(36)

Adapun tahap-tahap penerapan pembelajaran discovery learning yaitu

sebagai berikut.

Tahap-tahap penerapan pembelajaran melalui metode dicovery

learning adalah :

a. Stimulus (pemberian perangsang)

Guru mulai dengan bertanya mengajukan persoalan, atau

menyuruh peserta didik membaca atau mendengarkan uraian yang

memusat permasalahan.

b. Problem Statement (Mengidentifikasi Masalah)

Peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai

permasalahan, sebanyak mungkin memilihnya yang dipandang lebih

menarik dan fleksibel untuk dipecahkan.

c. Data Colection (Mengumpulkan data)

Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya

hipotesis itu peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan

berbagai informasi yang relevan dengan jelas membaca literatur

mengamati objeknya, mencoba sendiri dan sebagainya.

d. Data Prossesing (Pengolahan data)

Semua informasi itu diolah, diacak, di klasifikasi, ditabulasi,

bahkan kalau perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada

(37)

e. Verifikan

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada

tersebut pertanyaan yang telah dirumuskan terdahulu dicek, apakah

terbukti atau tidak.

f. Generalisasi

Berdasarkan verivikasi, siswa belajar menarik generalisasi atau

kesimpulan tertentu (Rusyan, dkk, 1994: 117).

4. Pendekatan Saintifik Model Discovery Leaning

Pendekatan saintifik mengajarkan agar peserta didik aktif dan

menemukan pemecahan suatu masalah dengan mengunakan pendekatan

saintifik. Yaitu pelajaran yang berpusat pada peserta didik agar peserta

didik berusaha menemukan sendiri beragam informasi yang dibutuhkan.

Sehingga dalam proses pembelajaranya guru tidak sendirian aktif, tetapi

peserta didik didorong agar mampu menemukan informasi-informasi lewat

proses mengamati, menanya, menalar, mencoba, menginformasikan atau

menyajikan. Untuk mendukung proses belajar menggunakan pendekatan

saintifik perlu adanya pembelajaran berbasis penyikapan atau penelitian

(discovery/ inquiry learning).

Langkah-langkah pendekatan saintifik model discovery learning,

Mengamati melalui stimulus siswa diajak untuk mengamati dan menanya,

tahap problem statement siswa diajak menanya dan mengumpulkan

informasi, tahap data collection siswa diajak untuk mencoba dan

(38)

menanya dan tahap terakhir verification siswa diajak menalar, dan

mengkomunikasikan.

5. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan proses pokok dalam kegiatan mengajar di sekolah.

(Hamalik, 2007: 106). Pendapat terakhir berpendapat bahwa belajar

merupakan suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata,

proses itu sendiri berlangsung melalui serangkaian pengalaman, sehingga

terjadi modifikasi pada tingkah laku yang telah dimilikinya sebelumnya.

Jadi berdasarkan proses akan tercapai tujuan. Belajar menurut teori

behavioristik diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku. Perubahan

tersebut disebabkan oleh seringnya interaksi antara stimulasi dan respon,

inti belajar adalah kemampuan seseorang melakukan respon terhadap

stimulus yang datang kepada dirinya (Aqib, 2013: 66)

Menurut Slameto (2010: 54), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan menjadi

faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada

dalam diri individu yang sedang belajar, sedang faktor ekstern adalah

faktor yang ada di luar individu.

a. Faktor Intern

Di dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga

faktor, yaitu:

(39)

2) Faktor Psikologis, terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat,

motivasi, kematangan, kesiapan.

3) Faktor Kelelahan, dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu

kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dikelompokkan

menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor

masyarakat.

1) Faktor Keluarga, terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

perhatian orang tua, latar belakang kebudayaan.

2) Faktor Sekolah, terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan

gedung, metode belajar, tugas rumah.

3) Faktor Masyarakat, terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat,

teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pendidik

dengan peserta didik, atau antar peserta didik. Dalam proses komunikasi

itu dapat dilakukan secara verbal (lisan), dan dapat pula secara nonverbal,

seperti penggunaan media komputer dalam pembelajaran itu, esensi

(40)

6. Pokok Bahasan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan

Kompetensi dasar lingkungan hidup dan pelestarianya adalah suatu

kompetensi dasar yang berisi konsep dan informasi penting tentang

pentingnya pelestarian lingkungan hidup dalam kaitanya dengan

pembangunan berkelanjutan yang diajarkan pada siswa kelas XI IPS SMA

ataupun MA yang diajarkan pada semester genap, kompetensi ini

mempelajari beberapa sub pokok bahasan yaitu:

a. Lingkungan Hidup dan Komponenya

a) Lingkungan Hidup menurut Emil Salim

Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan

pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan

mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Batas

ruang lingkungan menurut pengertian ini bisa sangat luas, tetapi untuk

praktisnya kita batasi ruang lingkungan dengan faktor-faktor yang dapat

dijangkau oleh manusia seperti faktor alam, faktor politik, faktor

ekonomi, faktor sosial dan faktor lain-lain.

b) Lingkungan Hidup menurut UU No. 23/ 1997

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,

daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya

yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

(41)

c) Lingkungan Hidup menurut St Munajat Danusaputra

Lingkungan adalah semua benda dan kondisi, termasuk di

dalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang tempat

manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta

kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya (Darsono, 1995).

b. Komponen Lingkungan Hidup

Komponen dalam lingkungan hidup terdiri dari dua macam, yaitu

komponen biotik dan komponan abiotik.

a) Komponen Biotik

Komponan Biotik merupakan semua jenis makhluk hidup,

termasuk di dalamnya makluk hidup bersel satu (uniseluler) hingga

makhluk hidup bersel banyak (multiseluler) yang dapat langsung dilihat

oleh mata. Secara singkat, komponen biotik merupakan semua jenis

organisme atau makhluk hidup yang bernyawa, seperti segala jenis

hewan atau tumbuhan, serta manusia.

b) Komponen Abiotik

Komponen abiotik merupakan kebalikan dari komponen biotik,

yaitu segala jenis benda atau daya di muka bumi yang tidak bernyawa

atau benda mati. Komponen abiotik yang ada di muka bumi ini, meliuti

iklim, cahaya, batuan, air, tanah, kelembaban, komponen,

geomorfologi, geologi, salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan

(42)

c. Kulitas Lingkungan Hidup

a) Kualitas Lingkungan Hidup berdasarkan lingkungan Biofisik

Kualitas Lingkungan hidup berdasarkan biofisik dapat diartikan

sebagai suatu kondisi lingkungan yang terdiri atas komponen biotik

dan abiotik yang berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama

lainnya.

b) Kualitas Lingkungan Hidup Berdasarkan Lingkungan Sosial.

Ekonomi Kualitas Lingkungan Hidup berdasarkan lingkungan

sosial ekonomi diartikan sebagai suatu lingkungan manusia dalam

hubungan dengan sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kualitas lingkungan sosial ekonomi dapat dikatakan baik, jika

kehidupan manusia terpenuhi untuk kehidupan primer, sekunder, dan

kebutuhan lainnya.

c) Kualitas Lingkungan Hidup Berdasarkan Lingkungan Sosial Budaya.

Kualitas lingkungan hidup berdasarkan lingkungan sosial budaya

adalah segala kondisi, baik berupa materi (benda) maupun nonmateri

yang dihasilkan oleh manusia melalui aktivitas dan kreativitasnya.

Lingkungan budaya materi dapat berupa bangunan, peralatan, pakaian,

atau senjata. Sosial budaya yang termasuk nonmateri, yakni tata nilai,

(43)

d. Permasalahan-permasalahan Lingkungan Hidup.

a) Permsalahan Lingkungan Hidup Yang Disebabkan Oleh Faktor

Manusia.

Jenis-jenis pencemaran dapat dibedakan berdasarkan pada tempat

terjadinya, macam bahan pencemaranya, dan tingkat pencemaran.

(a) Menurut tempat terjadinya

Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi

tiga yaitu pencemaran udara, air, dan tanah.

(b) Menurut macam bahan pencemar

Macam bahan pencemar adalah sebagai berikut, bahan kimia

berupa zat radio aktif, logam, anorganik, pestisida, detergen, dan

minyak. Organisme berupa mikroorgnisme, misalnya Escherichia

coli, Entamocha coli. Sampah fisik berupa kaleng-kaleng, botol,

plastik, dan karet.

(c) Menurut tingkat pencemaran

Menurut WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat

pencemar dan waktu (lamanya) kontak. Tingkat pencemaran

dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut.

(1) Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan)

pada panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan

pada ekosistem lain.

(2) Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada tubuh dan

(44)

(3) Pencemaran yang kadar zat-zat pencemaranya demikian

besarnya sehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau

kematian dalam lingkungan.

e. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup

Usaha pelestarian lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk

melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan

dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap

mampu mendukung kehidupan dan makhluk hidup lainnya. Pelestarian

lingkungan hidup merupakan suatu upaya untuk mengelola sumber

daya lingkungan guna meningkatkan kualitas kehidupan yang tinggi

dan berkelanjutan. Upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup yang

pertama dilakukan oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah di dalam

menangani masalah lingkungan hidup agar lestari antara lain:

a) Mengeluarkan UU pokok Agraria No. 5 tahun 1969 yang mengatur

terhadap tata guna lahan.

b) Menerbitkan UU No. 23 tahun 1997, tentang pengelolaan

lingkungan hidup.

c) Memberlakukan peraturan pemerintah RI No. 24 tahun 1986

Tentang AMDAL (Analisis Pengenalan Dampak Lingkungan).

d) Pada tahun 1991, pemerintah membentuk badan pengendalian

lingkungan, dengan tujuan pokoknya.

e) Menanggulangi kasus pencemaran.

(45)

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Apriani (2014) dengan hasil

penelitianya yaitu pengaruh penggunaan model discovery learning dengan

pendekatan saintifik terhadap keterampilan berpikir kritis siswa SMA,

berdasarkan hasil penelitianya diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang diajar menggunakan

model discovery learning dengan pendekatan saintifik dengan siswa yang

diajar dengan menggunakan model cooperative learning dengan pendekatan

saintifik.

Penelitian yang berkaitan dengan model discovery learning juga diteliti

oleh sintawati dengan hasil penelitian yaitu implementasi pendekatan saintifik

model discovery learning dalam pembelajaran agama islam di SMA Negeri 1

Jetis, dalam penelitian ini hasil yang diperoleh adalah peserta didik antusias

dalam mengikuti pelajaran, rasa ingin tahu semakin berkembang dalam

pembelajaran PAI.

Hal ini menunjukan bahwa pendekatan saintifik model discovery learning

menjadikan berkembangnya kemampuan peserta didik, pemahaman peserta

(46)

C. Kerangka Berpikir

Model pembelajaran akan sangat membantu keefektifan belajar peserta

didik dalam meningkatkan hasil belajarnya. Hasil belajar akan tercapai secara

optimal apabila model pembelajaran yang disampaikan guru kepada peserta

didik menggunakna model pembelajaran yang tepat. Untuk itu peneliti

mencoba menggunakan salah satu model pembelajaran discovery learning

untuk melihat apa siswa mampu mencapai peningkatan hasil belajar atau

tidak.

Strategi pembelajaran ini membuat siswa lebih memahami

konsep-konsep dalam pembelajaran di kelas, karena adanya pengajaran langsung dari

teman serta membantu siswa menumbuhkan kemampuan siswa dalam

menemukan solusi dari permasaahan yang ada.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai keefektifan penerapan pendekatan saintifik model

discovery lerning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi

kelas XI IIS. Peneliti menyatakan bahwa jika terdapat suatu kelas dengan

menggunakan pendekatan saintifik model discovery learning maka logikanya

hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran ini akan lebih

(47)

Geografi

Pelaksanaan

Persiapan Evaluasi

Penggunaan Pendekatan Saintifik Model Discovery

Learning

Pembelajaran lebih efektif Karakteristik Pendekatan Saintifik :

 Berpusat pada siswa  Melibatkan proses sains

 Melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa

 Dapat mengembangkan karakter siswa Fungsi pembelajaran dengan discovery learning :

 Membangun komitmen untuk senantiasa belajar  Membangun sikap kreatif

 Membangun sikap percaya diri

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu teori sementara yang kebenaranya masih perlu

diuji (di bawah kebenaran) (Arikunto,2006: 71). Berdasarkan tinjauan

pustaka dan kerangka berfikir maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

pendekatan saintifik model discovery learning efektif dalam pembelajaran

(48)

34

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian dengan pendekatan

kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Eksperimen yang betul-betul (True Experiment Design) Arikunto (2010:

125-126) berpendapat True Experiment Design yaitu jenis eksperimen

yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan.

Persyaratan dalam eksperimen adalah adanya kelompok lain yang tidak

dikenal eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan. Dengan jenis

control group pre-test-post-test. Dalam design ini terdapat dua kelompok

yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi

perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok pertama diberi

perlakuan (X) disebut kelompok eksperimen, dan kelompok yang tidak

diberi perlakuan disebut kelas kontrol (Y) (Sugiyono, 2012: 112).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Control Group

Pre-test Post-Pre-test yang digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.1. Desain Penelitian Eksperimen

Kelompok Pre-test Perlakuan Post test

Eksperimen T1 X T2

(49)

Keterangan:

X : Pembelajaran Saintifik Model Discovery Learning Y : Model Ceramah

P : Peneliti T1 : Pre-test

T2 : Post-tst

Penelitian ini terdapat dua kelompok yang akan diteliti, yaitu

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Prosedur penelitian ini

meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

1. Mengambil 2 kelas penelitian, yaitu 1 kelas sebagai kelas kontrol dan

1 kelas eksperimen, dengan cara random sampling yaitu pengambilan

sampel berkelompok dengan cara acak.

2. Menyusun instrumen penelitian yang meliputi perangkat

pembelajaran, soal pre-test dan soal post-test.

3. Melakukan uji coba perangkat test, serta menghitung validitas dan

reliabilitas.

4. Memberikan perlakuan sebanding, pada kelompok eksperimen

pembelajaran ditambah dengan model pembelajaran discovery

learning.

5. Menghitung perbedaan antara hasil soal pre-test dan soal post-test

untuk masing-masing kelompok.

6. Perbandingan perbedaan-perbedaan tersebut, untuk menentukan

apakah penerapan perlakuan X itu berkaitan dengan perubahan yang

(50)

7. Kenakan uji-t untuk menentukan apakah perbedaan dalam hasil tes itu

signifikan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Purbalingga yang

terletak di Jalan Letjend. M.T. Haryono Kabupaten Purbalingga.

Bangunan SMA Negeri 1 Purbalingga terbagi atas berbagai macam

bangunan, Di dalam gedung terdapat 33 ruang teori atau kelas yang mana

untuk kelas XI IIS terbagi menjadi 3 kelas yaitu XI IIS 1, XI IIS 2, XI IIS

3.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:

130), Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri

1 Purbalingga semester genap kelas XI IIS tahun pelajaran 2014/2015

yang berjumlah 3 kelas yaitu:

Tabel 3.2. Populasi Penelitian

Kelas Jumlah

XI IIS 1 37

XI IIS 2 24

XI IIS 3 32

Jumlah 94

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono,2008: 81). Sedangkan cara pengambilan

(51)

Penelitian ini dengan menggunakan teknik random sampling,

karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara ini

dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Random sampling

digunakan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Penentuan kelas dilakukan dengan cara diundi dan dari hasil undian

tersebut kelas XI IIS 3 menjadi kelas eksperimen sedangkan kelas XI

I1S 1 menjadi kelas kontrol.

D. Variabel Penelitian 1) Variabel bebas (X)

Variabel bebas (X) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya

atau berubahnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel

bebasnya adalah pembelajaran dengan pendekatan saintifik model

discovery learning pada mata pelajaran Geografi pokok bahasan

lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan kelas XI IIS.

2) Variabel Terikat (Y) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar mata pelajaran Geografi pokok bahasan lingkungan hidup dan

pembangunan berkelanjutan. Pada penelitian ini hasil belajar yang

(52)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi atau data awal

yang berkaitan dengan populasi penelitian yang akan dijadikan objek

penelitian. Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk

mengetahui nama siswa dan jumlah siswa, serta dokumen lain yang

diperlukan dalam penelitian.

b. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok

(Arikunto, 2006: 150). Pada penelitian ini tes yang digunakan adalah

tes pilihan ganda dengan jumlah soal 25 butir soal yang

masing-masing disediakan 4 alternatif jawaban. Tes diberikan sebelum dan

setelah pokok bahasan selesai. Tes ini digunakan untuk mengetahui

hasil belajar siswa. Hasil belajar ini dibandingkan untuk menilai

tingkat evektifitas pendekatan saintifik model discovery learning.

c. Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto,

(53)

tentang pendekatan saintifik model discovery learning. Kemudian data

tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif persentase.

F. Lakah-langkah dalam Pelaksanaan Penelitian

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian sebagai berikut.

1. Menentukan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan

dengan model discovery learning untuk kelas eksperimen dan model

ceraham (konvensional) untuk kelas kontrol.

2. Membuat instrumen penelitian meliputi menyusun kisi-kisi tes dan

membuat instrumen tes uji coba berdasarkan kisi-kisi yang telah

disusun.

3. Menganalisis data hasil instrumen tes uji coba untuk mengetahui taraf

kesukaran, daya pembeda soal, validitas dan reliabilitas butir soal.

4. Menentukan Instrumen penelitian yang akan digunakan.

5. Melaksanakan pre-test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

6. Melaksanakan pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

7. Melaksanakan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kntrol.

8. Mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian pada

sampel.

9. Menganalisis atau mengolah data yang telah dikumpulkan dengan

metode yang telah ditentukan.

(54)

G. Analisis Instrumen Penelitian

Uji coba soal dilakukan di luar sampel tapi masih dalam satu

populasi, yaitu siswa kelas XI IIS 2 sebanyak 24 orang dengan jumlah

butir soal sebanyak 40 butir.

Setelah diadakan uji coba instrumen, langkah selanjutnya adalah

menganalisis hasil uji coba pada kelas XI IIS 2. Berdasarkan data yang

diperoleh kemudian dihitung validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan

tingkat kesukaran soal.

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid

atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang

kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010: 211).

Pada penelitian ini, setiap butir soal yang dijawab benar diberi nilai 1

dan apabila salah diberi nilai 0.

a. Validitas Isi

Penyusunan soal tes terlebih dahulu menyusun kisi-kisi soal tes

yang disesuaikan dengan silabus, selanjutnya instrumen yang telah

disusun dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru

pengampu.

b. Validitas butir soal

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

(55)

diteliti secara tepat (Arikunto, 2010: 211). Untuk mengetahui

kevalidan tiap butir soal menggunakan rumus yang dikemukakan oleh

Pearson. Yang dikenal dengan rumus korelasi product moment dengan

angka kasar (Arikunto, 2012: 87).

rxy =

Keterangan :

= Koefisien korelasi skor butir soal dan skor total = Banyaknya subjek

= Banyaknya butir soal J = Jumlah skor total

= Jumlah perkalian skor butir dengan skor total = Jumlah kuadrat skor butir soal

= Jumlah kuadrat skor total

Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel, jika rxy > rtabel

maka butir soal tersebut valid. Hasil analisis validitas butir soal

disajikan pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas

Kriteria Valid Tidak Valid

Butir Soal 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

Sumber: Data Penelitian 2015.

Berdasarkan perhitungan validitas soal menunjukan bahwa terdapat

25 soal yang valid dan 15 butir soal yang tidak valid. Perhitungan

analisis validitas soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 dan

(56)

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat mengumpulkan

data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak

akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih

jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya,

yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataanya, maka

berapa kali diambil pun, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada

tingkat keterandalan sesuatu . Reliabilitas artinya, dapat dipercaya, jadi

dapat diandalkan (Arikunto, 2010: 221).

Dalam menentukan reliabilitas digunakan rumus K-R 21, sebagai

berikut:

r11 =

Keterangan:

r11 : Reliabilitas tes

M : Rata-rata skor total

n : Banyaknya butir soal/ jumlah item dalam instrumen

: Varians total

Perhitungan reliabilitas akan sempurna jika hasil tersebut

dikonsultasikan dengan r product moment. Apabila r11 > r tabel, maka

instrumen tersebut reliabel. Hasil perhitungan dengan tarafnya (α) = 5

(57)

Karena r11 > rtabel maka soal tersebut reliabel. Perhitungan analisis

reliabilitas soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 10.

3. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk

membeda-bedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)

dengan siswa bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang

menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi,

disingkat D (Arikunto, 2012: 228).

Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi:

D =

B B

A A

J B J

B

= PA - PB

Keterangan:

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya jawaban benar dari kelompok atas

BB = banyaknya jawaban benar dari kelompok bawah

PA = proporsi jawaban benar dari kelompok atas

PB = proporsi jawaban benar dari kelompok bawah

Klasifikasi daya pembeda, D : 0,00 – 0,20 dikategorikan soal jelek;

D : 0,21 – 0,40 dikategorikan soal cukup; D : 0,41 – 0,70

dikategorikan soal baik; D : 0,71 – 1,00 dikategorikan soal baik sekali.

Gambar

Gambar 2.1 Langkah- langkah Pendekatan Saintifik (Daryanto, 2014: 59)
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Tabel 3.2. Populasi Penelitian
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa

Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 132) sebagaimana telah

Hence, the proposed approach belongs to the fam- ily of multivariate kriging , where LULC pattern is the primary prediction attribute, and the two other correlated

evaluasi dan penyempurnaan untuk mendapatkan produk akhir yang diharapkan. Penilaian pada penelitian bahan ajar dasar dan pengukuran listrik meliputi aspek.. kelayakan

Tulis lengkap nama perguruan tinggi dengan huruf besar Contoh: Teknik Kimia INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 13 Bidang ilmu Tulis dengan huruf kecil.. Contoh: Panas Bumi 14 No HP Tulis

Untuk itu dalam penulisan ilmiah ini penulis membuat website yang dapat memberikan informasi kepada khalayak ramai yang berhubungan dengan dunia bisnis (e-commerce) yaitu

Aplikasi penjualan komputer pada distributor PRODATA COMP digunakan untuk menghasilkan data dari kegiatan jual beli dan memudahkan mencari data barang yang diperlukan. Dan

Sehubungan dengan pelaksanaan Pengadaan Langsung Barang dilingkungan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Pesawaran Tahun Anggaran 2017 Pada Kegiatan