PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU PRIMIGRAVIDA KALA I FASE AKTIF PERSALINAN
DI KLINIK BERSALIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELITUA
T E S I S
Oleh
NUR MALA SARI 117032007/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE INFLUENCE OF CLASSICAL MUSIC THERAPY ON PAINFUL INTENSITY AMONG PRIMIGRAVIDA MOTHERS AT THE FIRST
STAGE OF LABOR ACTIVE PHASE ATMATERNITY CLINICS IN THE WORKING AREA OF DELITUA HEALTH CENTER
THESIS
BY
NUR MALA SARI 117032007/IKM
MASTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU PRIMIGRAVIDA KALA I FASE AKTIF PERSALINAN
DI KLINIK BERSALIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELITUA
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M. Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
NUR MALA SARI 117032007/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK
TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU PRIMIGRAVIDA KALA I FASE AKTIF PERSALINAN DI KLINIK BERSALIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELITUA
Nama Mahasiswa : Nur Mala Sari
Nomor Induk Mahasiswa : 117032007
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes)
Ketua Anggota
(dr. Yusniwarti Yusad, M.Si)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada Tanggal : 27 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara M. Kes Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad M. Si
PERNYATAAN
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU PRIMIGRAVIDA KALA I FASE AKTIF PERSALINAN
DI KLINIK BERSALIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELITUA
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2013 Penulis
ABSTRAK
Nyeri persalinan dapat diatasi dengan metode farmakologis dan non farmakologis. Metode ini menggunakan obat analgesik (farmakologis) digunakan untuk menurunkan nyeri pada ibu bersalin secara umum dapat melewati plasenta, hal ini mempunyai efek pada ibu maupun janin sehingga metode non farmakologis lebih aman dilakukan pada ibu bersalin, terapi musik merupakan salah satu terapi untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin karena terapi musik dapat mengatur Adreno Cortico Tropic Hormone
(ACTH) yang menghambat transmisi nyeri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada ibu primigravida kala I fase aktif persalinan dengan menggunakan penelitian Pre-Eksperiment dengan tipe rancangan Static Group Comparison, jumlah responden sebanyak 46 orang yang dibagi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol, intensitas nyeri diukur dengan kuesioner
NRS (Numeric Rating Scale).
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri persalinan pada ibu primigravida kala I fase aktif (p = 0,0001). Pada kelompok intervensi rata – rata intensitas nyeri persalinan sebesar 4,48 (SD = 1,40) sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 7,17 (SD=1,34)
Sehingga disarankan untuk diinformasikan dan diterapkan bahwa terapi musik klasik salah satu intervensi dalam menurunkan intensitas nyeri pada ibu persalinan pada berbagai pelayanan kesehatan baik di Klinik Bersalin, Rumah Sakit, Puskesmas maupun di Masyarakat.
ABSTRACT
Pain in childbirth can be solved by pharmacological and non-pharmacological methods. The method which used analgesic medicine (pharmacological) is used to reduce pain maternal and generally can pass the placenta. This can affect the mothers and their fetuses so that non-pharmacological method is safer to be used maternal, Music therapy is one of therapies which can reduce pain in childbirth mothers because it can organize Adreno Cortico Tropic Hormone (ACTH) which construct the painful transmission.
The objective of the research was to know the influence of classical music therapy on painful intensity in childbirth at the first stage of labor active phase among primigravida mothers by using Pre-experimental research with Static Group Comparison design. There were 46 respondents that were divided into two groups: intervention group and control group and the painful intensity was measured with Numeric Rating Scale measurement questionnaire.
The result of the research showed that there was significant influence of classical music therapy on the painful intensity in childbirth at the first stage of labor active phase among primigravida mothers with the value of p = 0.0001; on the intervention group, the average painful intensity in childbirth it was 4.48 (SD=1.40), while in the control group was 7.17 (SD=1.34).
It is recommended that it should be necessary to inform and to implement the classical music therapy as one of the interventions which can reduce painful intensity in various health services in Maternity Clinics, Hospitals, Health Center and the community
Keywords: Painful Intensity, Classical Music Therapy
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat serta karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Pengaruh Terapi Musik Klasik
terhadap Intensitas Nyeri pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan di
Klinik Bersalin Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Tahun 2013”
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A.(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Dr. Drs. Surya Utama M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Evawani Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
4. Dr. Ir. Erna Mutiara M.Kes, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang selalu sabar
dan sangat teliti dalam proses pembimbingan serta petunjuk dan arahan sehingga
selesainya penulisan tesis ini.
5. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang selalu
meluangkan waktu dan memberi motivasi, bimbingan, arahan, petunjuk hingga
selesainya penulisan tesis ini.
6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi M.K.M dan dr. Yostoto B. Kaban Sp.OG yang
telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan tesis
penelitian ini.
7. dr. Riauati Sinurat selaku Kepala Puskesmas Delitua beserta seluruh staf
pegawai yang yang telah memberi izin dan membantu melakukan pengumpulan
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
8. Kepala Klinik Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Delitua yang telah banyak
membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian sehingga pengambilan data
berjalan dengan baik.
9. Para Dosen dan Staf di Lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
10. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Ayahanda (Alm
Muhammad Daud) dan Ibunda Umidiah serta keluarga besar yang telah
memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis melakukan
11. Teristimewa kepada suami tercinta Iskandar Perangin – Angin dan Ananda
Annisa Fadhillah PA serta Aiya Dara Auliya PA yang telah memberikan
semangat dan motivasi sehingga penelitian ini selesai.
12. Teman – teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan semangat dalam penyusunan tesis
ini
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian proses penelitian ini
Akhirnya saya menyadari atas keterbatasan yang ada untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan
harapan semoga tesis ini bermanfaat di pelayanan kesehatan
Medan, Oktober 2013 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nur Mala Sari yang dilahirkan di Medan Tanggal 26
Desember 1976. Anak ke tiga dari lima bersaudara dari pasangan ayahanda Alm.
Muhammad Daud dan ibunda Umidiah, menikah dengan Iskandar Perangin Angin
dan dikaruniai dua orang putri yaitu Annisa Fadhillah br PA dan Aiya Dara Aulia br
PA yang bertempat tinggal di Kompleks RSU Sembiring Jalan Besar No 77 Delitua.
Penulis menamatkan pendidikan formal di mulai dari sekolah Dasar di SD
Negeri 064979 Medan pada tahun 1984 sampai dengan tahun 1990, selanjutkan
menamatkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri Bale Seutui Aceh Utara
pada tahun 1990 sampai dengan tahun 1992, selanjutnya menamatkan Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 14 Medan pada tahun 1992 sampai dengan tahun
1995 dan melanjutkan ke Akademi keperawatan Medistra Lubuk Pakam pada tahun
1997 sampai dengan tahun 2000 dan melanjutkan ke D IV perawat pendidik pada
tahun 2002 selanjutnya pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 menyelesaikan
S1 Keperawatan dan Ners di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan
pada tahun 2008 menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan di Universitas
Prima Indonesia. Tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Ilmu
Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Kesehatan Reproduksi di Universitas
Sumatera Utara
Penulis memulai karir sejak tahun 2000 sampai saat ini sebagai staf pengajar
DAFTAR ISI
2.2.2 Penyebab Nyeri Persalinan ... 19
2.2.3 Pengukuran Intensitas Nyeri ... 20
2.2.4 Faktor - faktor yang Memengaruhi Respon terhadap Nyeri Persalinan ... 21
2.2.5 Penatalaksanaan Nyeri Persalinan ... 24
2.3 Pengaruh Terapi Musik terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ... 26
2.3.1 Defenisi Musik ... 27
2.3.2 Manfaat Musik ... 28
2.3.3 Jenis - jenis Musik ... 33
2.3.4 Durasi dan Frekuensi Mendengarkan Musik ... 35
2.3.5 Cara Kerja Musik sebagai Terapi ... 36
2.4. Landasan Teori ... 37
2.5. Kerangka Konsep ... 40
3.1 Jenis Penelitian ... 42
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 51
3.6 Metode Pengukuran ... 52
3.7 Metode Analisis Data ... 53
3.7.1 Pengolahan Data ... 53
3.7.2 Analisis Data ... 54
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 56
4.1 Gambaran Umum Puskesmas Delitua ... 56
4.2 Analisis Univariat ... 58
4.2.1 Karakteristik Responden ... 58
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Nyeri Persalinan... 59
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jawaban Item Pernyataan tentang Kecemasan dan Dukungan ... 60
4.3 Analisis Bivariat ... 70
4.3.1 Pengaruh Variabel Independen (Terapi Musik) terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ... 71
5.2 Pengaruh Variabel Independen (Terapi Musik) terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ... 78
5.3 Pengaruh Variabel Confounding (Kecemasan dan Dukungan Keluarga) Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ... 80
5.4 Keterbatasan Penelitian ... 82
5.4.1 Alat Ukur Penelitian ... 82
5.4.2 Pelaksanaan Terapi Musik ... 83
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 84
6.2 Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Intensitas Nyeri pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Delitua ... 51
3.2 Pengukuran variabel Penelitian ... 52
4.1 Data Demografi Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013. ... 57
4.2 Data Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan dan Nifas Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Juni 2012 – Mei 2013 ... 57
4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Denyut Jantung Janin (DJJ) dan Tekanan Darah (Systole dan Diastole) pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Delitua ... 59
4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri Persalinan pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Tahun 2013 ... 59
4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Tingkat Kecemasan ... 62
4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kecemasan pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Tahun 2013 ... 65
4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Dukungan Keluarga ... 67
4.8 Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Tahun 2013 .. 70
4.9 Hasil Uji Normalitas Intensitas Nyeri pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan. ... 71
4.11 Pengaruh Variabel Confounding (Kecemasan dan Dukungan Keluarga)
terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ... 73
4.12 Alternatif Model Regresi Linear ... 74
4.13 Hasil Uji Interaksi ... 74
4.14 Pemeriksaan Confounding ... 75
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Landasan Teori ... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Informed Consent ... 92
2. Lembar Persetujuan ... 94
3. Prosedur Pemberian Terapi Musik ... 95
4. Protap Penelitian ... 98
5. Lembar Observasi Eksperimen ... 99
6. Lembar Kuesioner ... 101
7. Master Data Penelitian ... 105
8. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 107
9. Hasil Analisis Univariat ... 110
10. Hasil Analisis Bivariat ... 134
11. Hasil Uji Kolinearitas ... 141
12. Hasil Uji Interaksi ... 143
13 Hasil Uji Multivariat ... 145
14 Hasil Uji Counfounding ... 147
ABSTRAK
Nyeri persalinan dapat diatasi dengan metode farmakologis dan non farmakologis. Metode ini menggunakan obat analgesik (farmakologis) digunakan untuk menurunkan nyeri pada ibu bersalin secara umum dapat melewati plasenta, hal ini mempunyai efek pada ibu maupun janin sehingga metode non farmakologis lebih aman dilakukan pada ibu bersalin, terapi musik merupakan salah satu terapi untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin karena terapi musik dapat mengatur Adreno Cortico Tropic Hormone
(ACTH) yang menghambat transmisi nyeri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada ibu primigravida kala I fase aktif persalinan dengan menggunakan penelitian Pre-Eksperiment dengan tipe rancangan Static Group Comparison, jumlah responden sebanyak 46 orang yang dibagi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol, intensitas nyeri diukur dengan kuesioner
NRS (Numeric Rating Scale).
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri persalinan pada ibu primigravida kala I fase aktif (p = 0,0001). Pada kelompok intervensi rata – rata intensitas nyeri persalinan sebesar 4,48 (SD = 1,40) sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 7,17 (SD=1,34)
Sehingga disarankan untuk diinformasikan dan diterapkan bahwa terapi musik klasik salah satu intervensi dalam menurunkan intensitas nyeri pada ibu persalinan pada berbagai pelayanan kesehatan baik di Klinik Bersalin, Rumah Sakit, Puskesmas maupun di Masyarakat.
ABSTRACT
Pain in childbirth can be solved by pharmacological and non-pharmacological methods. The method which used analgesic medicine (pharmacological) is used to reduce pain maternal and generally can pass the placenta. This can affect the mothers and their fetuses so that non-pharmacological method is safer to be used maternal, Music therapy is one of therapies which can reduce pain in childbirth mothers because it can organize Adreno Cortico Tropic Hormone (ACTH) which construct the painful transmission.
The objective of the research was to know the influence of classical music therapy on painful intensity in childbirth at the first stage of labor active phase among primigravida mothers by using Pre-experimental research with Static Group Comparison design. There were 46 respondents that were divided into two groups: intervention group and control group and the painful intensity was measured with Numeric Rating Scale measurement questionnaire.
The result of the research showed that there was significant influence of classical music therapy on the painful intensity in childbirth at the first stage of labor active phase among primigravida mothers with the value of p = 0.0001; on the intervention group, the average painful intensity in childbirth it was 4.48 (SD=1.40), while in the control group was 7.17 (SD=1.34).
It is recommended that it should be necessary to inform and to implement the classical music therapy as one of the interventions which can reduce painful intensity in various health services in Maternity Clinics, Hospitals, Health Center and the community
Keywords: Painful Intensity, Classical Music Therapy
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan atau melahirkan bayi adalah suatu proses normal pada wanita usia
subur. Persalinan merupakan peristiwa penting yang sangat di tunggu oleh setiap
pasangan suami istri. Menyambut kelahiran sang buah hati merupakan saat yang akan
sangat membahagiakan setiap keluarga. Namun mendekati proses persalinan berbagai
perasaan timbul dalam hati para ibu hamil. Bayangan rasa nyeri pada saat melahirkan
seringkali menghantui ibu hamil menjelang persalinan. Bagi ibu hamil, persalinan
mungkin menjadi saat yang mendebarkan. Ada rasa gembira karena bakal melahirkan
bayi, namun dibalik itu ada rasa takut bila mengingat rasa sakit, mulas dan nyeri yang
bakal menyertainya. Saat ini timbul trend/kecendrungan para wanita muda lebih memilih persalinan secara operasi Sectio Caesarea demi menghindari nyeri saat melahirkan pervaginam (Maryunani, 2010).
Menurut Perry dan Potter (2010) yang mengutip pendapat Davis (2002)
bahwa pengalaman nyeri merupakan suatu hal yang kompleks, mencakup aspek fisik,
emosional dan kognitif. Nyeri adalah suatu hal yang bersifat subjektif dan personal.
Stimulus terhadap timbulnya nyeri merupakan sesuatu yang bersifat fisik dan/atau
mental yang terjadi secara alami. Nyeri merupakan suatu pengalaman yang
melelahkan dan membutuhkan energi. Nyeri dapat mengganggu hubungan personal
Menurut Kastubi dkk (2011) yang mengutip Yuliatun (2008) bahwa nyeri
persalinan merupakan sensasi yang tidak menyenangkan akibat stimulasi saraf
sensorik. Pada kala I persalinan, nyeri disebabkan akibat adanya kontraksi uterus
yang mengakibatkan dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia pada uterus. Nyeri
kala I merupakan nyeri viseral yang dirasakan ibu pada bagian bawah abdomen yang
menyebar ke daerah lumbal, punggung dan paha. Rasa nyeri dipersepsikan oleh ibu
bersalin akibat respon psikis dan reflek fisik. Nyeri persalinan terdiri dari komponen
fisiologis dan psikologis. Rasa nyeri persalinan bersifat personal, setiap orang
mempersepsikan rasa nyeri berbeda terhadap stimulus yang sama tergantung ambang
nyeri yang dimilikinya.
Nyeri persalinan merupakan perhatian utama bagi setiap wanita hamil karena
jika nyeri tidak teratasi akan ada dampak pada proses persalinan. Nyeri persalinan
dapat memengaruhi karakteristik klinis seorang ibu diantaranya curah jantung,
tekanan darah, laju pernapasan, konsumsi oksigen dan tingkat katekolamin, yang
semuanya dapat membahayakan baik bagi ibu dan bayi. Nyeri persalinan dapat
mengakibatkan hilangnya kontrol emosi yang mengarah ke gangguan mood. Nyeri
persalinan juga disertai oleh rasa takut, yang terkait dengan lambatnya proses
persalinan yang menyebabkan tingginya angka operasi caesar (Taghinejad dan
Delpisheh, 2010).
Menurut Charlton (2005) bahwa nyeri persalinan dapat mengakibatkan
terjadinya hiperventilasi yang menyebabkan hipokapnia dan asidosis pernafasan,
sehingga akan semakin bermasalah pada ibu yang penyakit jantung dan pre-eklamsia,
meningkatkan sekresi katekolamin dengan risiko penyempitan uteroplasenta serta
dapat memengaruhi kerja lambung, nyeri yang berkepanjangan dapat mengakibatkan
terjadinya stress emosional.
Menurut Varney (2001) bahwa kecemasan yang timbul dapat disebabkan
karena dua faktor yaitu antara kesenangan dan rasa nyeri yang sedang dirasakan.
Salah satu bentuk kecemasannya adalah berupa ansietas primer yang timbul karena
trauma kelahiran (birth trauma), dimana merupakan dasar bagi timbulnya neurotic anxiety. Salah satu bentuknya adalah free-floating anxiety yaitu suatu keadaan cemas dimana individu selalu menantikan sesuatu yang buruk yang mungkin terjadi.
Akibatnya ibu akan selalu berada dalam keadaan cemas karena takut menghadapi
akibat yang buruk dalam situasi yang tidak menentu. Proses persalinan yang nyaman
merupakan salah satu pelayanan kesehatan reproduksi dalam ruang lingkup kesehatan
reproduksi. Ibu bersalin merupakan pendekatan siklus hidup kesehatan reproduksi
pada wanita dengan memperhatikan hak–hak reproduksi perorangan (Kumalasari dan
Andhyantoro, 2012)
Menurut defenisi dari International Association of Pain, nyeri merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan memengaruhi mental emosional
seseorang yang disertai dengan kerusakan jaringan, salah satu sakit yang paling berat
dialami oleh manusia adalah nyeri persalinan. Selama persalinan, rasa sakit yang
berlebihan menyebabkan ketakutan dan kecemasan. Ini merangsang sistem saraf
meningkatnya tekanan darah. Hal ini akan lebih memperberat rasa sakit, dan
berpotensi memperpanjang proses persalinan, sehingga mengakibatkan pengalaman
yang sangat tidak menyenangkan dari kelahiran bayi. Selain itu, dapat mengakibatkan
terjadinya komplikasi pada janin meliputi posisi janin, gangguan sirkulasi oksigen ke
janin, APGAR skor rendah dan akhirnya dapat menyebabkan kematian ibu (Dolatian
dkk, 2011).
Kematian ibu diperkirakan 287.000 terjadi di seluruh dunia pada tahun 2010,
ini berarti bahwa setiap hari sekitar 800 ibu meninggal dunia yang berhubungan
dengan kehamilan dan persalinan. Di Sub Sahara Afrika Angka Kematian Ibu (AKI)
500/100.000 kelahiran hidup, Asia Selatan AKI 188/100.000 kelahiran hidup dan
tahun 2008 di Negara – Negara ASEAN Angka Kematian Ibu di Singapura 9/100.000
kelahiran hidup, Malaysia 31/100.000 kelahiran hidup, Thailand 48/100.000 hidup,
Vietnam 56/100.000 hidup, Filipina 94/100.000 kelahiran hidup, Brunai Darussalam
21/100.000 kelahiran hidup, Myanmar 240/100.000 kelahiran hidup (WHO, 2010).
Angka Kematian Ibu di Indonesia lebih tinggi dibandingkan Negara-Negara ASEAN
lainnya (Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan data SDKI tahun 2007 bahwa angka kematian ibu di Indonesia
sebesar 228/100.000 kelahiran hidup dan jumlah kematian sejumlah 11.534 orang,
50 % terjadi di lima Provinsi yaitu Jawa Barat sebesar 19,8%, Jawa Tengah sebesar
15,3%, Nusa Tenggara Timur sebesar 5,6%, Banten 4,7% dan Jawa Timur 4,3%,
sementara di Sumatera Utara mencapai 3.6%, Kalimantan Barat 3,1%, Sulawesi
Kalimantan Selatan 2,8%, Aceh 2,5 %, Sumatera Selatan 2,4%, Riau 2,2%, Jambi
1,9%, Maluku 1,9%, Sumatera Barat 1,7%, Sulawesi Utara 1,7 %, Sulawesi Selatan
1,7%, Papua Barat 1,2%, Kalimantan Tengah 1,1%, Sulawesi Barat 1,1%,
Yogyakarta 1,1%, Gorontalo 1,1%, Bangka Belitung 1,1%, Kepulauan Riau 1,1%,
Bali 0,9%, Bengkulu 0,9% dan Jakarta 0,6% (Hernawati, 2011).
Jumlah ibu bersalin di Indonesia tahun 2010 sebesar 4.830.609 orang
(Kemenkes RI, 2011), di Sumatera Utara tahun 2010 sejumlah 302.212 orang (Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2011) dan di Kabupaten Deli Serdang jumlah ibu
bersalin tahun 2010 mencapai 36.802 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang, 2011). Menurut Ratnawati dkk (2011) dari 32 ibu bersalin kala I fase aktif,
sebagian besar (59,37%) mengalami nyeri persalinan berat. Hal ini sesuai dengan
teori Mander (2003) menyebutkan bahwa nyeri yang paling dominan dirasakan pada
saat persalinan yaitu selama kala I persalinan. Secara fisiologi nyeri persalinan mulai
timbul pada persalinan kala I fase laten dan fase aktif, timbulnya nyeri disebabkan
oleh adanya kontraksi uterus yang mengakibatkan dilatasi dan penipisan serviks.
Dengan semakin bertambahnya volume dan frekuensi kontraksi uterus, nyeri yang
dirasakan akan bertambah kuat dan puncak nyeri terjadi pada fase aktif.
Menurut Afifah dkk (2010) yang mengutip pendapat Bobak (2000) bahwa
pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat memengaruhi respon ibu terhadap
nyeri. Bagi ibu primigravida belum mempunyai pengalaman melahirkan
dibandingkan ibu multigravida. Ibu yang pertama kali melahirkan akan merasa stres
pengalaman melahirkan sehingga mampu merespon rasa nyeri tersebut. Ibu yang
melahirkan dalam keadaan rileks, semua lapisan otot dalam rahim akan bekerja sama
secara harmonis sehingga persalinan akan berjalan lancar, mudah dan nyaman.
Menurut Hasyim dkk (2012) berdasarkan penelitian yang di lakukan di Pakistan
bahwa risiko terjadinya kematian ibu lebih berisiko pada ibu primigravida di
bandingkan pada ibu multigravida.
Menurut penelitian Olayemi (2011) di Inggris mengatakan bahwa Semua
wanita mengalami nyeri selama persalinan hal ini merupakam fisiologis yang
disebabkan oleh adanya kontraksi otot-otot rahim dan pelepasan beberapa
neurotransmiter sinyal nyeri. Menurut Taghinejad dan Delpisheh (2010) di Amerika
Serikat, 63% dari wanita yang melahirkan menggunakan analgesic epidural untuk mengurangi rasa nyeri saat bersalin, 60 % primigravida dan 40 % multigravida
mengalami nyeri hebat pada fase aktif persalinan, nyeri persalinan pada ibu bersalin
menjadi perhatian lebih karena kegagalan dalam mengurangi rasa nyeri persalinan
mengakibatkan adanya dampak pada proses persalinan.
Menurut Norwitz dalam Ratnawati (2011) nyeri yang terjadi pada kala I
persalinan diakibatkan oleh dilatasi serviks dan kontraksi uterus (iskemia
miometrium). Sensasi nyeri yang dirasakan oleh ibu menjalar dari bagian bawah
abdomen tepatnya di uterus melewati saraf aferen viseral (simpatik) dan menyebar ke
daerah lumbal, punggung, dan paha. Nyeri tersebut dirasakan ibu saat kontraksi dan
Menurut Dewi dan Indarwati (2010) dalam penelitian Suhaila (2011) bahwa
salah satu alasan dilakukan operasi seksio sesarea yang dilakukan tanpa pertimbangan
dari segi medis di antaranya karena permintaan pasien. Tidak sedikit kasus yang
ditemui di rumah sakit tentang seorang ibu yang tidak ingin merasakan sakit sewaktu
melahirkan secara normal akibat kontraksi rahim, biasanya tanpa pertimbangan,
mereka meminta untuk dilakukan seksio sesarea agar ibu tidak merasakan sakit pada
saat melahirkan bayinya.
Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010
tercatat bahwa jumlah persalinan melalui bedah caesarea secara nasional berjumlah kurang lebih 15,3% dari jumlah total persalinan. Secara umum di Indonesia, jumlah
persalinan caesarea di Rumah Sakit Negeri 25% dari total persalinan, sedangkan di Rumah Sakit Swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30 – 80% dari total
persalinan. Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan termasuk rumah sakit negeri
milik pemerintah. Selama tahun 2008 tercatat terdapat 1826 persalinan baik yang
termasuk persalinan normal maupun secara sectio caesarea. Pada bulan Maret 2008, terdapat 106 ibu yang bersalin baik normal maupun Sectio Caesarea. Sekitar 75% dari 106 persalinan tersebut dilakukan secara normal (per vaginam), 20% lainnya
dilakukan dengan cara sectio caesarea dengan indikasi dan 5% sisanya dilakukan melalui sectio caesarea atas permintaan ibu hamil sendiri (Heryanti dan Dara, 2009)
Indikasi persalinan seksio sesarea di rumah sakit pemerintah dan rumah sakit
swasta di kota Medan menurut penelitian Sitorus (2007) bahwa di rumah sakit
sedangkan di rumah sakit swasta indikasi medis 30,7 % dan indikasi non medis
mencapai 70,9% dan menurut penelitian Salfariani (2012) bahwa faktor – faktor yang
memengaruhi ibu memilih persalinan seksio sesarea tanpa indikasi medis yaitu
kesepakatan suami istri 86,4%, pengetahuan 81,8%, faktor sosial 72,7%, kepercayaan
54,5%, faktor ekonomi 36,4%, pekerjaan (18,2%) dan kecemasan akan nyeri
persalinan (59,1%).
Menurut Judha dkk (2012) bahwa faktor-faktor yang memengaruhi respon
terhadap persepsi nyeri adalah budaya, kecemasan, pengalaman persalinan, dukungan
keluarga (support System) dan persiapan persalinan. Banyak metode yang di lakukan untuk mengurangi rasa nyeri, yang di bagi dalam dua kelompok utama yaitu metode
farmakologis dan non farmakologis, metode yang menggunakan obat analgesik untuk
menurunkan nyeri pada ibu bersalin secara umum dapat melewati plasenta, hal ini
mempunyai efek pada ibu maupun janin, sistem pernafasan janin menjadi lemah. Hal
yang paling penting untuk menghilangkan rasa sakit yaitu mudah untuk di lakukan,
nyaman dan mampu memelihara kesejahtraan janin, metode non farmakologi dapat
memenuhi kriteria tersebut (Dolatian dkk, 2011).
Menurut Mander (2003) penurunan nyeri persalinan dapat menggunakan
metode farmakologis yaitu dengan menggunakan obat – obatan seperti Analgesia
inhalasi dan opioid sedangkan metode non farmakologis meliputi relaksasi,
hipnoterapi, imajinasi, umpan balik biologis, psikoprofilaksis, masase, sentuhan
Selanjutnya menurut Kemper dan Danhauser (2005) dalam penelitian Dewi
(2009) menjelaskan mengenai manfaat musik, musik selain dapat meningkatkan
kesehatan seseorang juga dapat meringankan dari rasa sakit, perasaan – perasaan dan
pikiran yang kurang menyenangkan serta membantu untuk mengurangi rasa cemas.
Melalui terapi musik dapat mengurangi kecemasan dan sensasi nyeri. Relaksasi
adalah salah satu efek psikologis dari terapi musik yang dapat menurunkan denyut
jantung, laju pernapasan dan metabolisme (Taghinejad dan Delpisheh, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fulton (2005) dalam penelitian Husna
(2010) bahwa pada wanita yang mengalami nyeri persalinan kala I fase aktif
menunjukkan bahwa terjadi penurunan persepsi nyeri yang signifikan dengan
menggunakan musik sebagai terapi dibandingkan kelompok yang tidak mendapatkan
terapi musik, terapi musik juga merupakan salah satu tehnik efektif bagi wanita yang
mengalami gangguan koping dengan masalah nyeri.
Menurut Kustiningsih dan Hartati (2008) yang mengutip pendapat Nurseha
dan Djaafar (2002) menyatakan bahwa musik klasik mempunyai fungsi menenangkan
pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi dan
harmoni yang teratur dan dapat menghasilkan gelombang alfa serta gelombang beta
dalam gendang telinga sehingga memberikan ketenangan yang membuat otak siap
menerima masukan baru, efek rileks dan menidurkan. Selain itu musik klasik
berfungsi mengatur hormon–hormon yang berhubungan dengan stress antara lain
ACTH, prolaktin dan hormon pertumbuhan serta dapat menaikkan kadar endorphin
Endorfin merupakan substansi seperti morfin yang di produksi oleh tubuh
(termasuk zat kimia endogen) dan mempunyai konsentrasi kuat dalam sistem syaraf.
Endorfin ini berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri dengan memblok
transmisi impuls dalam otak dan medulla spinalis. Sel-sel inhibitori dalam karnu
dorsalis medulla spinalis menghasilkan endorphin yang akan menghambat transmisi
nyeri dan efektifitasnya bisa dipengaruhi oleh distraksi menurut Brunner dan Suddart
(2002) dalam Kustiningsih dan Hartati (2008).
Menurut Alatas (2007) dalam penelitian Hermawati (2009) dikatakan bahwa
salah satu jenis musik yang dapat untuk menurunkan rasa nyeri adalah jenis musik
klasik. Musik klasik dipromosikan sebagai sebuah produk seni yang tidak sekedar
untuk menghibur (ertertaining effect), tapi juga mempunyai efek menunjang belajar
(learning-support effect) serta efek memperkaya pikiran (encriching-mind effect),
berbagai penelitian menemukan fakta bahwa musik Mozart berefek sangat positif
bagi kesehatan manusia, sebenarnya bukan hanya musik Mozart saja yang
mempunyai efek mengagumkan tetapi semua musik yang berirama lembut serta
mampu menenangkan suasana juga diidentifikasi memiliki efek Mozart.
Puskesmas Delitua terletak di Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang,
jumlah klinik Swasta di wilayah kerja puskesmas ada 6 Klinik Bersalin dan 5 Rumah
Sakit Swasta. Berdasarkan data di Puskesmas Delitua jumlah Kunjungan K4 dari
Bulan Januari s/d Desember tahun 2012 sebanyak 896 ibu hamil dan jumlah ibu
bersalin normal sebanyak 602 orang. Setelah dilakukan observasi di Klinik Bersalin
sebanyak 602 orang dan yang dirujuk ke Rumah Sakit sejumlah 287 orang, karna
bersalin dengan tindakan seksio sesaria, dari 287 yang dirujuk 89 orang (31%)
dengan indikasi sosial (ibu melakukan seksio sesarea bukan karena indikasi medis
melainkan permintaan sendiri karena tidak tahan merasakan nyeri yang dialami pada
kala I fase aktif persalinan).
Nyeri persalinan dapat diatasi dengan metode farmakologis dan non
farmakologis, metode yang menggunakan obat analgesik (farmakologis) untuk
menurunkan nyeri pada ibu bersalin secara umum dapat melewati plasenta, hal ini
mempunyai efek pada ibu maupun janin sehingga metode non farmakologis lebih
aman dilakukan pada ibu bersalin karena metode non farmakologis tidak mempunyai
efek pada ibu maupun pada janin, metode ini mempunyai efek fisiologis dan mampu
mengatur hormon-hormon yang dapat menaikkan kadar endorphin untuk mengurangi
rasa nyeri. Terapi musik merupakan salah satu terapi non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin karena terapi musik dapat mengatur hormon
ACTH, prolaktin dan hormon lainnya untuk menaikkan kadar endorphin yang dapat
menghambat transmisi nyeri. Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan
penelitian dengan judul pengaruh terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada
ibu primigravida kala I fase aktif persalinan di Klinik Bersalin swasta wilayah kerja
1.2 Permasalahan
1.1.1. Masih banyak ibu bersalin yang merasa takut untuk bersalin normal, hal ini di
sebabkan bahwa rasa takut dan cemas terhadap nyeri persalinan sehingga ibu bersalin
tidak merasa nyaman, saat ini timbul trend/kecendrungan para wanita muda lebih
memilih persalinan secara sectio sesaria demi menghindari rasa nyeri persalinan,
maka berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang akan diteliti adalah
“Apakah ada pengaruh terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada ibu
primigravida kala I fase aktif persalinan di Klinik Bersalin Swasta Wilayah Kerja
Puskesmas Delitua tahun 2013?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik
terhadap intensitas nyeri pada ibu primigravida kala I fase aktif persalinan di Klinik
Bersalin Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Delitua tahun 2013.
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada ibu
primigravida kala I fase aktif persalinan di Klinik Bersalin Swasta Wilayah Kerja
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi bidan, penelitian ini diharapkan sebagai salah satu altenatif terapi yang
dapat di lakukan dan di terapkan oleh bidan dalam pelayanan kesehatan untuk
mengurangi terjadinya nyeri persalinan.
2. Bagi peneliti lainnya penelitian ini sebagai bahan masukan bagi penelitian
selanjutnya dan sebagai bahan pembanding untuk pengembangan penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyeri
2.1.1 Pengertian Nyeri
Menurut Assosiasi Internasional yang khusus mempelajari tentang nyeri (The International Associational for the Study of Pain /IASP) mendefinisikan nyeri sebagai suatu yang tidak menyenangkan bersifat subjektif dan berhubungan dengan panca
indra, serta suatu pengalaman emosional yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan
baik aktual maupun potensial yang di gambarkan sebagai suatu yang dapat
menyebabkan nyeri secara psikologis (Perry dan Potter, 2010).
Menurut Maryunani (2010) nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial,
sehingga menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri
tersebut. Menurut Reeder dkk (2011) nyeri adalah pengalaman pribadi, subjektif,
berbeda antara satu orang dengan orang lain dan dapat juga berbeda pada orang yang
sama diwaktu berbeda.
2.1.2 Teori Nyeri
Menurut Maryunani (2010) terdapat teori yang menjelaskan tentang nyeri
pemikiran pertama Gate Kontrol Theory adalah bahwa keberadaan dan intensitas pengalaman nyeri tergantung pada transmisi tertentu pada impuls-impuls syaraf.
Kedua, mekanisme gate/pintu sepanjang sistem syaraf mengontrol/mengendalikan transmisi nyeri. Akhirnya, jika gate terbuka, impuls yang menyebabkan sensasi nyeri
dapat mencapai tingkat kesadaran. Jika gate tertutup, impuls tidak mencapai tingkat
kesadaran dan sensari nyeri tidak dialami.
2.1.3 Sifat Nyeri
Menurut Perry dan Potter (2006) dalam penelitian Arfina (2012) Nyeri
merupakan suatu kondisi yang lebih sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh
stimulasi tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan bersifat individual. Stimulus nyeri
dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan mental. Nyeri merupakan mekanisme
fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri, apabila seseorang yang mengalami
nyeri maka perilakunya akan berubah, misalnya seseorang yang kakinya mengalami
dislokatio menghindari aktifitas mengangkat barang yang memberi beban penuh pada
kakinya untuk mencegah cidera lebih lanjut. Nyeri merupakan tanda peringatan
bahwa terjadi kerusakan jaringan, yang pertimbangan utama pada saat pengkajian
nyeri.
2.1.4 Jenis-jenis Nyeri
Nyeri dikategorikan dengan durasi atau lamanya (akut atau kronis) atau
dengan kondisi patologis. Nyeri akut/sementara bersifat melindungi, memiliki
penyebab yang dapat diindentifikasi, berdurasi pendek dan memiliki sedikit
dengan atau tanpa pengobatan setelah jaringan yang rusak sembuh. Hal ini di
sebabkan karena nyeri akut dapat diprediksi waktu penyembuhannya dan
penyebabnya dapat diidentifikasi, hal ini akan membuat tim medis merasa termotivasi
untuk segera menangani nyeri tersebut.
Nyeri kronis berlangsung lebih lama dari yang diharapkan, tidak selalu
memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi dan dapat memicu penderitaan yang
teramat sangat bagi seseorang. Seseorang dengan nyeri kronis terkadang tidak
menunjukkan gejala yang jelas dan tidak bisa beradaptasi terhadap nyeri, dengan kata
lain orang tersebut terlihat lebih menderita seiring dengan waktu dapat menyebabkan
kelelahan secara fisik dan mental. Gejala-gejala yang berhubungan dengan nyeri
kronis mencakup kelelahan, sukar tidur, anoreksia, penurunan berat badan, apatis,
merasa putus asa dan marah (Perry dan Potter, 2010)
Menurut Price dan Wilson (2005) dalam Judha dkk (2012), nyeri berdasarkan
lokasi atau sumbernya yaitu :
a. Nyeri Somatik Superfisial (Kulit)
Nyeri kulit berasal dari struktur-struktur superficial kulit dan jaringan
subkutis. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa
rangsang mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila kulit yang hanya terlibat, nyeri
sering dirasakan sebagai penyengat, tajam, meringis atau seperti terbakar, tetapi
apabila pembuluh darah ikut berperan menimbulkan nyeri, sifat nyeri menjadi
b. Nyeri Somatik Dalam
Nyeri somatik dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari otot, tendon,
ligamentum, tulang, sendi dan arteri. Struktur-struktur ini memiliki lebih sedikit
reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri kulit dan cenderung menyebar ke daerah
sekitarnya.
c. Nyeri Visera
Nyeri visera mengacu kepada nyeri yang berasal dari organ-organ tubuh.
Reseptor nyeri visera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri somatik dan
terletak di dinding otot polos organ-organ berongga. mekanisme utama yang
menimbulkan nyeri visera adalah peregangan atau distensi abnormal dinding atau
kapsul organ, iskemia dan peradangan.
d. Nyeri Alih
Nyeri alih didefenisikan sebagai nyeri berasal dari kata salah satu daerah di
tubuh tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Nyeri visera sering dialihkan ke daerah
kulit yang dipersyarafi oleh segmen medulla spinalis yang sama dengan viksus yang
nyeri tersebut berasal dari masa mudigah, tidak hanya ditempat organ tersebut berada
pada masa dewasa.
e. Nyeri Neuropati
Sistem syaraf secara normal menyalurkan rangsangan yang merugikan dari
sistem saraf tepi ke sistem saraf pusat yang menimbulkan perasaan nyeri. Dengan
gangguan atau hilangnya sensasi nyeri. Nyeri neuropatik sering memiliki kualitas
seperti terbakar, perih atau seperti tersengat listrik. Dengan demikian nyeri sering
bertambah parah oleh stress emosi atau fisik (dingin, kelelahan) dan mereda oleh
relaksasi.
2.2 Nyeri Persalinan
Nyeri dalam persalinan merupakan stimulus yang dirasakan ibu selama proses
persalinan. Respon nyeri dapat dilihat dari perubahan sikap, cemas, merintih,
menangis bahkan sampai meraung (Hutahaean, 2009). Nyeri adalah bagian integral
dari persalinan dan melahirkan menurut Melzack (1984) dikutip oleh mander (2003).
Menurut Judha dkk (2012) yang mengutip pendapat Cunningham (2004) mengatakan
bahwa nyeri persalinan sebagai kontraksi miometrium, merupakan proses fisiologis
dengan intensitas yang berbeda pada masing-masing individu.
2.2.1 Tahapan Persalinan
Menurut Maryunani (2010) proses persalinan dibagi menjadi 4 tahapan atau
dikenal dengan istilah kala yaitu :
a. Kala I atau kala pembukaan/pematangan serviks, yaitu dari saat mulai terbukanya
saluran leher rahim/serviks uteri sampai pembukaan lengkap.Kala I persalinan di
mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm), persalinan kala I di bagi 2 fase yaitu fase laten dan
fase aktif. Fase laten persalinan dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
4 cm, biasanya berlangsung hingga dibawah 8 jam. Sementara pada fase aktif
persalinan frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), serviks membuka dari 4 cm sampai
dengan 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga
pembukaan lengkap (10 cm), terjadi penurunan bagian terbawah janin. Fase aktif
dibagi menjadi 3 yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal dan fase deselerasi
(Hidayat dan Sujiyatini, 2010). Pada primigravida terjadinya kala I persalinan
pada fase laten selama 20 jam dan fase aktif selama 1,2 cm/jam sedangkan pada
multigravida terjadinya kala I persalinan fase laten selama 14 jam dan fase aktif
selama 1,5 cm/jam (Bobak, 2004)
b. Kala II disebut juga sebagai kala pengeluaran, yaitu sejak pembukaan lengkap
sampai lahirnya bayi.
c. Kala III atau kala pelepasan uri/kala pelepasan plasenta yaitu dari saat lahir bayi
sampai keluarnya plasenta.
d. Kala IV atau observasi paska persalinan, yaitu sejak plasenta dilahirkan sampai
satu jam setelah proses persalinan.
2.2.2 Penyebab Nyeri Persalinan
Menurut Judha dkk (2012) nyeri persalinan yang dialami oleh ibu yang akan
bersalin disebabkan oleh :
Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia
rahim akibat kontraksi arteri miometrium, karena rahim merupakan organ internal
maka nyeri yang timbul disebut nyeri visceral. Pada persalinan nyeri dapat dirasakan
ibu pada punggung bagian bawah dan sacrum, biasanya ibu mengalami nyeri ini
selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi.
b. Regangan Otot Dasar Panggul
Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II, tidak seperti nyeri visceral,
nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rektum dan perineum sekitar anus. Nyeri ini
disebut dengan nyeri somatik dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian
bawah akibat penurunan bagian terbawah janin.
c. Kondisi Psikologis
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Takut,
dan tegang yang memicu produksi hormon prostaglandin sehingga timbul hormon.
Kondisi hormon dapat memengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.
2.2.3 Pengukuran Intensitas Nyeri
Kata-kata deskriptif sering memiliki nilai numeris yang ditambahkan dalam
upaya untuk lebih memperjelas hubungan antara berbagai tingkat nyeri menurut
Wright (1988) dalam Prasetyo (2010). Skala pengukuran nyeri NRS (Numerical Rating Scale) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini ibu bersalin dapat di nilai nyeri persalinan dengan skala 0-10. Angka 0 diartikan kondisi
yang dirasakan, skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum
dan sesudah pemberian terapi musik (Prasetyo, 2010).
2.2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Respon terhadap Nyeri Persalinan
Faktor-faktor yang memengaruhi respon terhadap nyeri persalinan adalah :
a. Budaya
Persepsi dan ekspresi terhadap nyeri persalinan dipengaruhi oleh budaya
individu. Menurut Mulyati (2002) dalam Judha dkk (2012) menjelaskan bahwa
budaya memengaruhi ekspresi nyeri intranatal pada ibu primigravida, sehingga
penting untuk mengetahui bagaimana kepercayaan, nilai, praktik budaya
memengaruhi seorang ibu dalam mempersepsikan dan mengekspresikan nyeri
persalinan. Menurut Finnerty (2006) bahwa musik dapat memengaruhi fisiologi tubuh
dan keadaan pikiran seseorang, dalam mengatasi nyeri klinis, model biopsikososial
sangat berpengaruh saat ini sehingga budaya juga dapat memengaruhi seseorang
dalam pemilihan penggunaan musik untuk mengatasi rasa nyeri.
b. Kecemasan
Stres atau rasa takut ternyata secara fisiologis dapat menyebabkan kontraksi
uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan. Karena saat wanita dalam
kondisi inpartu tersebut mengalami stress maka secara otomatis tubuh akan
melakukan reaksi defenisif sehingga secara otomatis dari hormon tersebut
merangsang tubuh mengeluarkan hormon stressor yaitu hormon kotekolamin dan
persalinan jika calon ibu tidak bisa menghilangkan rasa takutnya sebelum
melahirkan, sehingga uterus menjadi semakin tegang, aliran darah dan oksigen ke
dalam otot – otot uterus berkurang karena arteri mengecil dan menyempit akibatnya
adalah rasa nyeri yang tidak terelakkan (Judha, 2012)
Menurut Paice (1991) dalam Marpaung (2011) menyatakan bahwa stimulus
nyeri mengaktifkan sistem limbik yang diyakini dapat mengendalikan emosi
seseorang khususnya ansietas. Kecemasan sering meningkatkan persepsi nyeri dan
nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan cemas sehingga sulit memisahkan
antara kecemasan dan persepsi nyeri, hubungan keduanya bersifat kompleks.
c. Pengalaman Persalinan
Menurut Judha (2012) bahwa Pengalaman persalinan sebelumnya juga dapat
memengaruhi respon ibu terhadap nyeri, bagi ibu yang mempunyai pengalaman yang
menyakitkan dan sulit pada persalinan sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada
pengalaman lalu akan memengaruhi sensitifitas rasa nyeri. Menurut Maryunani
(2010) bahwa pengalaman nyeri yang lalu mengubah sensitifitas ibu terhadap nyeri,
selain itu keberhasilan atau kurang berhasilnya tindakan pengurangan nyeri
memengaruhi harapan ibu terhadap penyembuhan nyeri.
d. Dukungan Keluarga (Support System)
Dukungan dari pasangan, keluarga maupun pendamping persalinan dapat
membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin, juga membantu mengatasi rasa nyeri.
Kehadiran pendamping selama proses persalinan, sentuhan penghiburan dan
saat proses persalinan. Pendamping ibu saat proses persalinan sebaiknya adalah orang
yang paling peduli pada ibu dan yang paling penting adalah orang yang diinginkan
ibu untuk mendampingi ibu selama proses persalinan (Rukiyah dkk, 2011)
e. Persiapan Persalinan
Persiapan persalinan tidak menjamin persalinan akan berlangsung tanpa nyeri.
Namun, persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan cemas dan takut
akan nyeri persalinan sehingga ibu dapat memilih berbagai tehnik atau metode latihan
agar ibu dapat mengatasi ketakutannya (Judha, 2012)
f. Terapi Musik
Terapi musik mempunyai efek positif pada nyeri dan kecemasan sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup individu. Musik dapat mengurangi denyut jantung
seseorang, tekanan darah, suhu tubuh, laju respirasi dan mampu mengalihkan
perhatian ke yang lain sehingga mampu mengurangi persepsi nyeri (Demir, 2011).
Musik selain dapat memengaruhi suasana hati, kini musik diketahui memiliki
kekuatan yang mengagumkan. Secara fisik, emosi dan spiritual. Bunyi, nada dan
ritme yang terkandung dalam musik dapat mempertajam pikiran, meningkatkan
kreativitas dan menyembuhkan penyakit dalam tubuh, bahkan musik mampu
meredakan kecemasan para calon ibu yang akan melahirkan dan membantu
mengeluarkan endorphin yaitu pemati rasa sakit alamiah yang dimiliki tubuh
sehingga mengurangi kebutuhan akan obat anastesi, menurut Campbell (2002) dalam
2.2.5 Penatalaksanaan Nyeri Persalinan
Menurut Mander (2003) bahwa penatalaksanaan nyeri ada dua yaitu secara
farmakologis dan non farmakologis :
1. Metode Farmakologis
Metode farmakologis pada nyeri persalinan meliputi analgesia yang dapat
menurunkan dan mengurangi rasa nyeri dan anastesi yang menghilangkan sensasi
bagian tubuh baik parsial maupun total menurut Pilliteri (2003) dalam Budiarti
(2011). Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis pada ibu ini diupayakan dapat
menimbulkan efek yang seminimal mungkin bagi ibu seperti kesadaran, kontraksi
uterus, kekuatan ibu mendorong dan juga pada janinnya. Penatalaksanaan secara
farmakologis ini dapat mengurangi nyeri persalinan secara efektif dengan
memberikan sensasi rasa nyeri yang minimal, rasa nyaman dan rileks.
Menurut Judha dkk (2012) untuk mengurangi rasa nyeri persalinan dengan
menggunakan metode farmakologis dapat memilih jenis obat yang digunakan antara
lain:
a. Analgesia Narkotik (Mereperidine, Nalbuphine, Butorphanol, Morfin Sulfate
Fentanyln)
b. Analgesia regional (Epidural, spinal dan kombinasinya)
c. ILA (Intra thecal Labor Analgesia)
Metode non farmakologis dapat diberikan oleh ibu bersalin oleh sebahagian
besar pemberi asuhan kesehatan baik dokter, bidan dan perawat, metode non
farmakologis lebih efektif dibandingkan dengan metode farmakologis, metode
farmakologis lebih mahal dan berpotensi mempunyai efek yang kurang baik, baik itu
bagi ibu maupun pada janin. Sementara metode non farmakologis bersifat murah,
simpel, efektif tanpa efek yang merugikan dan dapat meningkatkan kepuasan selama
persalinan karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya
(Maryunani, 2010). Hal yang penting di dalam mengurangi nyeri bukan jumlah nyeri
yang dialami oleh ibu bersalin namun bagaimana ibu bersalin tersebut dapat
memenuhi harapan dirinya sendiri dalam mengatasi nyeri persalinan (Bobak dkk,
2004)
Menurut Reeder (2011) menyatakan bahwa ada tiga sistem pereda nyeri non
farmakologis yaitu :
a. Sistem Motivasional Afektif
Sistem motivasional afektif menyebabkan respons fight-or-flight (melawan dan menghindar) terhadap nyeri, sistem pereda nyeri yang lain tidak akan
efektif jika respons fight-or-flight ini tidak ditangani namun jika ditangani akan muncul respons relaksasi fisiologis yang merupakan tujuan utama penatalaksanaan
nyeri dalam persalinan.
b. Sistem Sensori Diskriminatif
Menurut Hilbers dkk (1986) dalam Reeder (2011) bahwa untuk mengurangi
digunakan yaitu mekanoreseptor, termoreseptor, dan kemoreseptor. Ketiga reseptor
disuplai oleh serabut saraf yang memiliki kecepatan berbeda dalam
konduksi/penghantaran ke korteks. Persepsi nyeri menurun karena informasi sensori
mencapai otak sebelum informasi nyeri. Sistem sensori diskriminatif yang dapat
dilakukan pada ibu bersalin meliputi : pengaturan posisi pada ibu, stimulasi kutaneus,
panas dan dingin, masase, effleurage, TENS (Transcutaneous Electric Nerve Stimulation),acupressure, sentuhan terapeutik.
c. Sistem Kognitif Evaluatif
Menurut Turner dkk (1990) dalam Reeder (2011) bahwa penggunaan strategi
kognitif evaluatif merupakan pembelajaran respons perilaku yang baru terhadap nyeri
dan stress dapat memberi wanita rasa memiliki kemampuan untuk mengendalikan
nyeri dan menurunkan emosi, pikiran dan penilaian negatif terhadap nyeri, pada
akhirnya rasa ini dapat mengurangi nyeri, penderitaan dan perilaku nyeri. sistem
kognitif evaluatif ini dapat dilakukan dengan tehnik pernafasan, memusatkan
perhatian, imajinasi, pergerakan fisik yang berpola, bimbingan verbal, distraksi,
hypnosis dan terapi musik.
2.3 Pengaruh Terapi Musik terhadap Intensitas Nyeri Persalinan
Menurut Reeder (2011) bahwa musik merupakan salah satu penatalaksanaan
penurunan intensitas nyeri secara non farmakologis. Musik terbukti mampu
mengurangi kecemasan fisiologis pada individu yang siap menjalani perawatan serta
fasilitas musik ini menunjukkan penurunan denyut jantung, tingkat respirasi dan
kebutuhan oksigen. Musik juga dapat menimbulkan efek neuroendokrin yang berguna
bagi pasien. Musik bisa meningkatkan suatu respons seperti endorphin yang dapat
memengaruhi suasana hati, sehingga mampu menurunkan kecemasan, dalam hal ini
menurut para ahli musik mengalihkan pasien dari rasa nyeri, memecah siklus
kecemasan dan ketakutan yang meningkatkan reaksi nyeri, serta memindahkan
perhatian pada sensasi yang menyenangkan (Aizid, 2011)
2.3.1 Defenisi Musik
Musik sesungguhnya sudah dikenal sejak puluhan abad silam, jauh sebelum
peradaban manusia terbentuk. Pada dasarnya musik adalah bunyi dan segala sesuatu
yang dapat menimbulkan bunyi, inilah yang melatarbelakangi musik. Musik menurut
Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, karena
mempunyai daya terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotism. Menurut kamus
besar bahasa Indonesia, musik adalah seni menyusun nada atau suara dalam urutan,
kombinasi dan hubungan temporal atau menghasilkan komposisi (suara) yang
mempunyai kesatuan dan kesinambungan (Aizid, 2011)
Menurut Maryunani dan Sukaryati (2011) bahwa terapi musik merupakan
suatu bentuk kegiatan yang mempergunakan musik dan lagu/nyanyi secara terpadu
dan terarah didalam membimbing ibu hamil dan ibu bersalin, terapi musik adalah
bentuk terapi dengan mempergunakan musik secara sistematis, terkontrol dan terarah
dalam menyembuhkan, merehabilitasi, mendidik dan melatih anak – anak dan orang
Menurut Campbell (2001) dalam penelitian Saputra (2011) mendefinisikan
musik sebagai bahasa yang mengandung unsur universal, bahasa yang melintasi batas
usia, jenis kelamin, ras, agama, dan kebangsaan. Musik muncul di semua tingkat
pendapatan, kelas sosial dan pendidikan. Musik berbicara kepada setiap orang dan
kepada setiap spesies. Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”.
Kata “terapi” berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu
atau menolong orang. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks masalah fisik
dan mental. Kata “musik” dan terapi musik digunakan untuk menjelaskan media yang
digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi.
Menurut Djohan (2006) dalam penelitian Dewi (2009) mendefinisikan terapi
musik sebagai sebuah aktifitas terapeutik yang menggunakan musik sebagai media
untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan
emosi.
2.3.2 Manfaat Musik
Menurut Pusat Terapi Musik dan Gelombang Otak Indonesia mengatakan
bahwa manfat musik adalah :
1. Relaksasi Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran
Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah perasaan
rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi musik memberikan
kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna.
mengalami re-produksi, penyembuhan alami berlangsung, produksi hormon tubuh
diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran.
2. Meningkatkan Kecerdasan
Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia seseorang
disebut Efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara ilmiah oleh Frances Rauscher et al
dari Universitas California. Penelitian lain juga membuktikan bahwa masa dalam
kandungan dan bayi adalah waktu yang paling tepat untuk menstimulasi otak anak
agar menjadi cerdas, karena otak anak sedang dalam masa pembentukan, sehingga
sangat baik apabila mendapatkan rangsangan yang positif, jika seorang ibu yang
sedang hamil sering mendengarkan terapi musik, janin di dalam kandungannya juga
ikut mendengarkan. Otak janin akan terstimulasi untuk belajar sejak dalam
kandungan..
3. Meningkatkan Motivasi
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan mood
tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan segala kegiatan bisa
dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelenggu, maka semangat pun
menjadi luruh, lemas, tak ada tenaga untuk beraktivitas. Dari hasil penelitian, ternyata
jenis musik tertentu bisa meningkatkan motivasi, semangat dan meningkatkan level
energi seseorang.
Musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri seseorang.
karena musik yang didengarkan menentukan kualitas pribadi, orang yang punya
masalah perasaan, biasanya cenderung mendengarkan musik yang sesuai dengan
perasaannya.
5. Meningkatkan Kemampuan Mengingat
Terapi musik dapat meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal
ini bisa terjadi karena bagian otak yang memproses musik terletak berdekatan dengan
memori. Sehingga ketika seseorang melatih otak dengan terapi musik, maka secara
otomatis memorinya juga ikut terlatih. Atas dasar inilah terapi musik banyak
digunakan di sekolah-sekolah modern di Amerika dan Eropa untuk meningkatkan
prestasi akademik siswa. Sedangkan di pusat rehabilitasi, terapi musik banyak
digunakan untuk menangani masalah kepikunan dan kehilangan ingatan.
6. Kesehatan Jiwa
Terapi musik banyak digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk
mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan, gangguan mental atau gangguan
psikologis.
7. Mengurangi Rasa Sakit
Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang
bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi otak, yang
mengontrol perasaan dan emosi kedua sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap
musik, frustasi dan marah dapat menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit
secara fisik dan mental, sehingga membantu menyembuhkan dan mencegah rasa
sakit. Dalam proses persalinan, terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan
mengurangi rasa sakit. Sedangkan bagi para penderita nyeri kronis akibat suatu
penyakit, terapi musik terbukti membantu mengatasi rasa sakit.
8. Menyeimbangkan Tubuh
Stimulasi musik membantu menyeimbangkan organ keseimbangan yang
terdapat di telinga dan otak. Jika organ keseimbangan sehat, maka kerja organ tubuh
lainnya juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat.
9. Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia,
maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan sejenis hormon (serotonin) yang dapat menimbulkan rasa senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat (dengan
meningkatnya sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita menjadi lebih sehat.
10. Meningkatkan Olahraga
Mendengarkan musik selama olahraga dapat memberikan olahraga yang lebih
baik dalam beberapa cara, di antaranya meningkatkan daya tahan, meningkatkan
mood dan mengalihkan dari setiap pengalaman yang tidak nyaman selama olahraga.
Menurut Campbell (2001) dalam penelitian Dewi (2009) menerangkan bahwa
musik memiliki beberapa manfaat yaitu : (1) musik menutupi bunyi dan perasaan
yang tidak menyenangkan; (2) musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan
gelombang otak; (3) musik memengaruhi pernafasan; (4) musik memengaruhi denyut
otot dan memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh; (6) musik juga memengaruhi
suhu badan; (7) musik dapat mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stress;
(8) musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (9) musik mengubah persepsi kita
tentang waktu; (10) musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (11) musik dapat
meningkatkan produktivitas; (12) musik meningkatkan asmara dan seksualitas; (13)
musik merangsang pencernaan; (14) musik meningkatkan daya tahan; (15) musik
meningkatkan penerimaan tidak sadar terhadap simbolisme; (16) musik dapat
menimbulkan rasa aman dan sejahtera.
Musik bisa menimbulkan keadaan yang mengatasi kesadaran, menyembuhkan
dan mengembalikan keselarasan serta memurnikan jiwa (Mucci dan Mucci, 2002).
Menurut Arfina (2012) menyatakan bahwa musik merupakan sebuah rangsangan
pendengaran yang terorganisasi, terdiri atas melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk
dan gaya. ketika musik diaplikasikan menjadi sebuah terapi maka ia dapat
meningkatkan, memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual
setiap individu serta bersifat universal, nyaman dan menyenangkan. Oleh sebab itu
penggunaan terapi musik bisa diterapkan secara luas pada semua orang dalam
berbagai kondisi.
Penggunaan musik di rumah-rumah sakit masa kini mulai banyak, hal ini
disebabkan efek musik yang menenangkan dan menyenangkan pasien, sehingga
berakibat pada kondisi kesehatan khususnya jantung dan pembuluh darah. Informasi
dalam bentuk musik diyakini dapat menguntungkan karena tidak mengganggu
dibandingkan peringatan verbal dan pada pasien yang mengalami kecemasan tingkat
tinggi jika pemberian informasi yang terlalu banyak akan memperburuk nyeri
menurut Hakim (2008) dalam penelitian Hermawati (2011).
Menurut Kusuma (2009) bahwa musik memiliki banyak kegunaan di dunia
kesehatan terutama musik klasik yang banyak digunakan sebagai terapi karena musik
dapat memberikan efek yang berpengaruh terhadap kerja sistem tubuh manusia
seperti sistem saraf pusat. Musik klasik yang digunakan sebagai terapi telah banyak
dilakukan di beberapa rumah sakit dan pada umumnya menunjukkan kemajuan yang
berarti bagi penderita.
2.3.3 Jenis-jenis Musik
Menurut Aizid (2011) bahwa banyak aliran musik yang dapat digunakan
sebagai terapi kesehatan dan kecerdasan yaitu :
a. Alternative yaitu jenis musik yang bersuara keras dan meliputi musik pop dan rok yang tengah menjadi trend saat ini, banyak musik alternative yang sangat melodis, menyenangkan dan di dukung oleh lirik serta melodi yang positif dan
membangkitkan semangat, untuk itu jenis musik ini bisa dijadikan sebagai terapi
kesehatan dan kecerdasan.
b. Ambient, musik ambient adalah musik yang mengambang, digunakan sebagai musik yang bertujuan untuk rileks.
d. Baroque yaitu jenis musik yang tepat jika diasosiasikan dengan relaksasi. Musik ini sangat bergam serta dapat menggugah semangat riang dan ringan.
e. Big Band yaitu jenis musik dansa dengan orkestra yang bisa membuat semangat yang menggebu gebu.
f. Bluergrass yaitu jenis musik yang awalnya dipopulerkan oleh Bill Monroe yang biasanya mengacu pada musik country yang digunakan untuk berdansa. Musik ini bersifat sangat menghibur dengan nada – nada religious didalamnya.
g. Classical yaitu jenis musik yang banyak digunakan orang sebelum awal tahun 1900-an. Musik klasik yang terkenal adalah karangan Mozart yang memiliki
kejernihan, keanggunan dan kebeningan, jenis musik ini mampu memperbaiki
konsentrasi, ingatan, mengurangi stress dan persepsi spesial (Saputra, 2011)
h. Easy Listening yaitu musik kontemporer yang dikemas sebagai versi instrumental dengan iringan orkestra dari lagu lagu terkenal saat ini serta diproduksi untuk
relaksasi dan musik latar.
i. Jazz yaitu jenis musik yang dapat menenangkan atau sangat menggairahkan seperti berirama kompleks yang mengiringi rangkaian suara melodis dan tidak
harmonis.
j. Minimalism yaitu jenis musik yang sangat sederhana dan berulang ulang dengan sedikit variasi pada melodi atau ritmenya, efeknya bisa membuat kita rileks
sampai terhipnotis atau terhanyut jika dikemas dengan benar.
Dari sekian banyak karya musik klasik sebenarnya gubahan milik Wolfgang