• Tidak ada hasil yang ditemukan

0713053021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "0713053021"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai salah satu sektor yang penting dalam pembangunan nasional, dijadikan landasan utama dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, dimana iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi sumber motivasi kehidupan disegala bidang.

(2)

Ditinjau dari dunia pendidikan yang ada, dalam kurikulum SD Tahun 2006 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditekankan pada 5 bidang studi pokok, salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dikenalkan pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Bahan kajian dalam IPS SD diantaranya meliputi keadaan suatu wilayah, perekonomian, dan perkembangan masyarakat Indonesia yang terjadi sejak masa lalu hingga sekarang. Kemudian Supriatna dkk (2007: 69) mengemukakan bahwa, untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional salah satunya melalui pendidikan IPS, Dalam KTSP untuk mata pelajaran IPS guru berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan para peserta didik tidak hanya belajar dari dokumen kurikulum yang ada termasuk dari buku teks melainkan juga dari sumber lain seperti lingkungan sosial- budaya tempat mereka berada.

Menurut Permen No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sehari- hari (sosial), (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan, (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, maupun global.

Untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial tersebut di atas, harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif, iklim yang dikembangkan guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa (Wahab dalam Darsono, 2007:1)

(3)

Januari 2011, diketahui bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran rendah yaitu kurang dari 50% anak tidak aktif mengikuti proses pembelajaran, ada yang main sendiri dan ada yang bermain dengan temannya. Hal ini berdampak pada hasil belajar IPS yang masih rendah dengan nilai rata-rata kelas hanya mencapai 50, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan pada mata pelajaran IPS SDN 2 Hargomuyo Lampung Timur yaitu 62. Penyebab rendahnya aktivitas maupun hasil belajar siswa tersebut disebabkan karena guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat, sehingga siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran.

(4)

Berdasarkanan penjelasan tersebut di atas, maka peneliti akan menggunakan modelcooperative learning type make a match untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SDN 2 Hargomluyo Lampung Timur.

1.2. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat di identifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Guru belum menggunakan model pembelajaran cooperative learning type make a match.

2. Aktivitas dan hasil belajar siswa rendah. 3. Siswa kurang termotivasi dalam belajar. 4. Pembelajaran kurang efektif.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dapat dirumusankan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah model cooperative learning type make a match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa SDN 2 Hargomulyo Lampung Timur dalam pembelajaran IPS di kelas V B?

(5)

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V B SDN 2 Hargomulyo Lampung Timur dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model cooperative learning type make a match.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V B SDN 2 Hargomulyo Lampung Timur dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model cooperative learning type make a match.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas V B SDN 2 Hargomulyo Lampung Timur

2. Bagi guru

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memperluas wawasan dan pengetahuan untuk meningkatkan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya menggunakan model cooperative learning type make a match, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan profesionalisme

guru SDN 2 Hargomulyo Lampung Timur. 3. Bagi sekolah

(6)

4. Bagi peneliti

Menambah pengalaman melalui penelitian tindakan kelas dengan model cooperative learning type make a match.

1.6. Ruang Lingkup

(7)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang aktif, artinya orang yang belajar itu ikut serta dalam proses belajar dengan aktif. Kegiatan belajar akan lebih berhasil, jika orang yang belajar itu aktif di dalamnya dengan cara mengalami, berbuat dan memberikan reaksi (Am, Juhri, 2010: 104). Sejalan dengan pendapat tersebut Bruner (dalam Trianto, 2009: 20) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan yang dimilikinya.

(8)

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam membangun atau mengkonstruk suatu pengetahuan baru melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.

2.2. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Momon, 2009). Selanjutnya Kunandar (2010: 277) menjelaskan bahwa, aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa, yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran.

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus saling berkaitan (M, Sardiman, 2008: 100)

Dierich (dalam Hamalik, 2009: 172) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, yaitu:

a. Kegiatan- kegiatan visual: contohnya membaca dan melihat gambar-gambar

b. Kegiatan- kegiatan lisan (oral): contohnya mengemukakan suatu fakta atau prinsip dan mengajukan pertanyaan

c. Kegiatan- kegiatan mendengarkan: contohnya mendengarkan penyajian bahan

(9)

e. Kegiatan- kegiatan menggambar: contohnya menggambar diagram peta f. Kegiatan- kegiatan metrik: contohnya menyelenggarakan permaina g. Kegiatan- kegiatan mental: contohnya memecahkan masalah

h. Kegiatan- kegiatan emosional: contohnya minat, mebedakan, berani, tenang, dan lain- lain. Kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam overlap satu sama lain.

Dari pendapat tersebut di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan disini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif sehingga diharapkan hasil belajar siswa meningkat .

2.3. Pengertian Hasil Belajar

(10)

Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif) (Kunandar, 2010: 277).

Menurut Sudjana (dalam Kunandar, 2010: 276) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S. Nasution (dalam Kunandar, 2010: 276) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.

Hasil belajar yang dicapai siswa di pengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :

1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran( http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html )

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana

(dalamhttp://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut.

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa.

2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

(11)

4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),

yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.

Dari pengertian tersebut di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Adapun hasil belajar yang akan diambil dalam penelitian ini adalah hasil ulangan harian (tes formatif) yaitu hasil nilaiPost Test.

2.4. Pembelajaran IPS SD

IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Ischak SU, dkk, 1997: 1.30)

Dalam Permen No. 22 tahun 2006 tentang standar isi mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/ MI/ SDLB sampai SMP/ MTs/ SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/ MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

(12)

fakta-fakta meski pada tingkat yang rendah, misalnya dengan menghafalkan nama-nama sungai, gunung, ibu kota, negara, propinsi dan sebagainya. Sementara itu, pembelajaran IPS sekarang dan yang akan datang, dari segi mata pelajaran difokuskan pada upaya membantu dan memfasilitasi siswa agar memiliki kemampuan untuk berprestasi sebagai warga komunitas, warga dunia dengan tingkat perubahan yang amat cepat (Sihabuddin, 2006: 112). Oleh karena itu, pembelajaran IPS harus selalu berkembang dari waktu kewaktu mengikuti perkembangan yang ada dan mengacu pada tujuan standar kurikulum yang berlaku.

Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur sedemikian rupa dengan didasarkan pada berbagai aspek, baik menyangkut aspek konsep hakikat pembelajaran, maupun ketentuan- ketentuan yuridis formal yang mengatur pelaksanaan pendidikan pada umumnya dan pembelajaran secara lebih khusus (Sukirman, 2006: 1). Senada dengan pendapat tersebut, Surya (dalam Sukirman, 2006: 6) mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(13)

Terdapat tiga prinsip pembelajaran dalam pandangan Bruner (dalam Supriatna, 2007: 38) yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPS di SD yaitu: Pertama, pembelajaran harus berhubungan dengan pengalaman serta konteks lingkungan siswa, sehingga hal itu dapat mendorong mereka untuk belajar. Kedua, pembelajaran harus berstruktur sehingga siswa bisa belajar dari hal- hal yang mudah kepada hal- hal yang lebih sulit. Ketiga, pembelajaran harus disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan para siswa dapat melakukan sendiri dalam mengkonstruksi pengetahuannya.

Dari penjelasan tersebut diatas, penulis dapat menarik kesimpulan pembelajaran IPS merupakan kegiatan yang membelajarkan berbagai aspek pengetahuan dan pengalaman yang dapat memberikan kontribusi terhadap individu untuk mengalami dan menerima berbagai konsep yang berguna bagi dirinya.

2.5. Model Pembelajaran

(14)

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Sudrajat, 2008. wordpres. com).

Dari penjelasan tersebut diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah serangkaian bentuk pembelajaran yang dilaksakan guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kemudian dalam penelitian ini menggunakan model cooperaative learning type make a match.

2.6. ModelCooperative Learning

(15)

sistematis mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, menyayangi, dan rasa tenggang rasa antar sesama siswa sebagai latihan hidup dimasyarakat nyata.

Unsur- unsur dasar dalam cooperative learning menurut Lungdern (dalam Isjoni, 2007:13- 15) sebagai berikut:

a) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka ”tenggelam atau berenang bersama-sama”

b) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, saling tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi

c) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama

d) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok

e) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok

f) Para siswa berbagi kepemimipinan sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar

g) Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Stahl (dalam Isjoni, 2007:12) menyatakan cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong- menolong dalam prilaku sosial. Diperkuat oleh pendapat Alport (dalam Suwarjo, 2003: 103) bahwa cooperative learning dikembangkan setidaknya mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu (1) hasil belajar akademik, (2) Penerimaan terhadap keberagaman, (3) Pengembangan keterampilan sosial.

Jenis- jenis model pembelajarancooperative learningyang dikembangkan Suprijono (2009: 89- 101) sebagai berikut: a) Jigsaw

b) Think- Pair- Share

(16)

Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative learning, siswa dimungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berfikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerja sama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya prilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas (Stahl dalam Isjoni, 2007: 23). Selanjutnya diperkuat oleh pendapat Slavin (dalam Suwarjo, 2008: 102) yang memberikan beberapa alasan mengapa pembelajaran cooperative learning digunakan dalam praktik pembelajaran; Pertama, bertujuan meningkatkan prestasi siswa serta hasil- hasil lainnya, seperti perbaikan hubungan kelompok, penerimaan siswa yang lemah dalam kelas secara akademik, dan peningkatan self- esteem(evaluasi diri).Kedua, membantu siswa untuk berfikir, memecahkan masalah, memadukan, dan menerapkan pengetahuan serta keterampilan. Ketiga, membantu dan mempermudah penyelesaiaan tugas pada kelas yang bersifat heterogen.

(17)

2.7. ModelCooperative Learning Type Make a Match

Model cooperative learning type make a match dimulai dari teknik yaitu siswa ditugasi mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktu yang ditetapkan dan siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Tenik pembelajarancooperative learning type make a match dikembangkan oleh Lorna Curran (dalam Ramadhan, 2008: Scribd.com.).

Ilham (dalam http://repository.upi.edu/operator/upload/s a0551 nur%27saadah yuanita cha pter2.pdf) menyebutkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran cooperative learening type make a match sebagai berikut:

a. Kelebihan

1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan.

2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa. 3. Mampu meningkatakan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan

belajar secaras klasikal 87, 50%. b. Kekurangan

1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.

2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bemain- main dalam proses pembelajaran.

3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.

Dari penjelasan tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa model belajar cooperative learning type make a match merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan kegiatan bekerjasama dengan anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, aktivitas dan hasil belajar.

2.8. Langkah- Langkah Menggunakan Model Cooperative Learning Type Make a Match

(18)

cooperative learning type make a match, agar proses pembelajaran berlangsung

secara efesien.

Langkah-langkah penerapan modelcooperative learning type make a matchyang dikembangkan Lorna Curran (dalam Ramadhan, 2008: Scribd.com.) sebagai berikut:

a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

b) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/ jawaban. c) Tiap siswa memikirkan jawaban/ soal dari kartu yang dipegang.

d) Setiap siswa mencari pasangan yang cocok dengan kartunya. Misalnya: memegang kartu yang bertuliskan tokoh yang menjahit bendera merah putih berpasangan dengan kartu yang bertuliskan Fatmawati

e) Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

f) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

g) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

h) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.

i) Guru bersama- sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Dari pendapat ahli yang telah dijelaskan di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan langkah-langkah model cooperative learning type make a match tersebut untuk dikembangkan dan digunakan dalam pembelajaran IPS pada setiap siklus.

2.9. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah kesimpulan sementara. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah ” Apabila dalam pembelajaran IPS kelas V B SDN 2 Hargomulyo

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada program belajar mengajar yang terjadi dikelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain- lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal- hal yang terjadi didalam kelas (Arikunto, 2006: 57). Selain itu, Annurrahman, dkk (2009: 3) juga berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas (clasroom action research) merupakan penelitian yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan pembelajaran.

(20)
[image:20.595.134.526.107.685.2]

Gambar: 1 Prosedur PTK Diadopsi dari Sunyono (2009: 24).

Perencanaan Tindakan

Observasi

SIKLUSI

Analisis

&Refleksi

Pelaksanaan Tindakan

Perbaikan Rencana Tindakan

Pelaksanaan

Tindakan

SIKLUSII

Observasi Analisis

&Refleksi

Pelaksanaan

Tindakan

SIKLUSIII

Analisis

&Refleksi

Observasi

Dst

(21)

3.2. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di kelas V B SDN 2 Hargomulyo Lampung Timur

2. Waktu penelitian

Kegiatan ini dilaksanakan empat bulan pada semester genap tahun pelajaran 2010/ 2011.

3.3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas V B SDN 2 Hargomulyo Lampung Timur, dengan jumlah siswa 26 orang, yang terdiri dari 16 siswa laki- laki dan 10 siswa perempuan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa aktivitas dan kinerja guru serta hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan datanya adalah sebai berikut:

1. Observasi: observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung oleh observer terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa pada mata pelajaran IPS dengan modelcooperative learning type make a match

2. Wawancara: wawancara dilakukan untuk mengetahui respon siwa terhadap pembelajaran IPS dengan modelcooperative learning type make a match. 3. Tes hasil belajar siswa: tes hasil belajar siswa dilakukan untuk mengetahui

(22)

3.5.Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data pada penelitian ini terdiri dari lembar observasi, lembar angket berupa pertanyaan- pertanyaan untuk siswa dan soal- soal tes.

3.6.Teknik Analisis Data

[image:22.595.150.508.419.509.2]

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data hasil observasi, yaitu data tentang kinerja guru dan aktivitas siswa, sedangkan analisis kuantatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Kriteria keberhasilan seperti tergambar pada tabel berikut ini:

Tabel 1: Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa dan Guru dalam (%)

No Tingkat Keberhasilan Keterangan

1 > 80 % Sangat Tinggi

2 60 - 79 % Tinggi

2 40–59 % Sedang

4 2039 % Rendah

5 < 20 % Sangat Rendah

(Sumber: Aqib dkk, 2009: 41).

3.6.1. Analisis Aktivitas Belajar Siswa

Nilai aktivitas setiap siswa diperoleh dengan rumus:

X 100% Keterangan:

(23)

100% = Bilangan tetap

Diadopsi dari Purwanto ( 2009: 102)

Untuk menghitung persentase siswa aktif secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut:

X 100%

3.6.2. Analisis Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa diperoleh dari tes formatif setiap siklus. Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah seluruh siswa satu kelas sehingga diperoleh nilai rata- rata.

Nilai rata- rata ini di dapat dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

X = Nilai rata- rata yang dicari ∑ x = Jumlah nilai siswa

N = Jumlah siswa

Diadopsi dari Muncarno (2010: 15)

(24)

3.6.3. Penilaian Kinerja Guru

Data aktivitas guru diperoleh dari lembar observasi yang diamati oleh peneliti di kelas V B. Hasil obsrvasi dianalisis perkembangannya setiap siklus sebagai bahan refleksi. Perolehan nilai kinerja guru dapat dihitung dengan:

NP x 100

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh guru

SM =Skor maksimum dari tes yang ditentukan 100% = Bilangan tetap

Diadopsi dari Purwanto ( 2009: 102)

3.7. Indikator Keberhasilan.

(25)

3.8. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus dan masing-masing siklus memiliki empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

3.8.1. Siklus 1

1. Tahap Perencanaan

a. Menetapakan materi pelajaran, yaitu materi kelas V sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini di SDN 2 Hargomulyo Lampung Timur, dengan pokok bahasan ”Masa persiapan Kemerdekaan”. b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP).

c. Menyiapkan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran ( kartu soal/ jawaban).

d. Menyusun alat tes, yaitu tes formatif untuk setiap siklus. e. Menyusun alat observasi aktivitas siswa dan guru.

f. Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan respon terhadap tindakan yang dilakukan, baik data kualitatif maupun data kuantitatif.

g. Menetapkan cara refleksi yang dilakukan oleh tim peneliti, yaitu guru dan peneliti sebagai observer secara bersama- sama, dan dilakukan setiap akhir tindakan pada setiap siklusnya.

2. Tahap Pelaksanaan

(26)

a. Kegiatan Awal

1) Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan.

2) Melalui apersepsi guru melakukan tanya jawab kepada siswa dengan tujuan untuk membawa siswa dalam kondisi siap belajar untuk menerima materi yang akan diajarkan.

3) Guru melakukan tes awal (pre test) untuk mengetahui tentang pengetahuan awal siswa sebelum materi diberikan.

b. Kegiatan Inti

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2) Guru memberikan informasi tentang aturan permainan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu mencari pasangan dengan permainan kartu (kartu soal/ kartu jawaban) dan batas waktu dalam setiap babaknya, kemudian memberi nomor ( tanda) pada kartu jawaban berupa angka 1, 2, 3 dan seterusnya jika ada soal yang mempunyai jawaban lebih dari satu.

3) Guru memperlihatkan kartu yang berisi kartu soal dan kartu jawaban kemudian meletakkan diatas meja guru.

4) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal- hal yang belum dimengerti.

(27)

6) Guru memberi batas waktu 5 menit dalam satu babaknya.

7) Setiap siswa memikirkan jawaban/ soal dari kartu yang dipegang. 8) Setiap siswa mencari pasangan yang cocok dengan kartunya.

Misalnya: memegang kartu yang bertuliskan tokoh pejuang yang membacakan teks proklamasi akan berpasangan dengan nama Ir. Soekarno.

9) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.

10) Siswa melakukan diskusi setelah menemukan pasangan kartu yang cocok dapat menunjukkan kepada guru.

11) Setiap kelompok yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu dengan benar diberi poin.

12) Guru memberi hukuman kepada siswa yang tidak dapat mencocokan kartunya dengan kartu temannya ( tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban).

13) Setelah satu babak selesai, guru meminta siswa untuk mengumpulkan kembali kartu supaya tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, untuk memulai permainan babak kedua dengan aturan yang sama dengan babak pertama begitu juga seterusnya.

(28)

pasangan kartu dan menunjukkan bukti pada buku mata pelajaran. Diawali dari yang memegang kartu soal kemudian yang memegang kartu jawaban mengikutinya dan perwakilan kelompok diminta untuk membacakan bukti pada buku mata pelajaran supaya dapat dipahami semua siswa.

15) Guru memberi penghargaan kepada kelompok yang dapat poin tertinggi yaitu dapat mencocokkan kartunya dengan benar dan cepat pada setiap babak, dan diambil 1 kelompok dalam setiap babaknya untuk mendapatkan penghargaan.

c. Kegiatan Akhir

Guru bersama- sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, sekaligus menindaklanjuti dengan membagi lembar soal pilihan ganda untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa terhadap materi pelajaran yang telah dilaksanakan.

3. Tahap Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek-aspek yang diamati adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengamatan terhadap penggunaan model cooperative learning type make a matchdalam pembelajaran IPS kelas V B. b. Mencatat pada lembar observasi setiap kegiatan dan perubahan yang

terjadi selama penelitian dalam proses pembelajaran IPS. 4. Tahap Refleksi

(29)

b. Menganalisis temuan yang didapatkan pada saat melakukan tahap observasi.

c. Menganalisis keberhasilan dan kekurangan menggunakan model cooperative learning type make a matchdalam pembelajaran IPS. d. Melakukan refleksi terhadap kesesuaian model cooperative learning

type make a matchyang digunakan dalam proses pembelajaran. e. Melakukan refleksi terhadap tes hasil belajar.

3.8.2. Siklus II

Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh semua tim peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus II. Adapun pelaksanaan siklus II ini meliputi:

1. Tahap Perencanaan

a. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II berdasarkan refleksi siklus I.

b. Menetapkan materi pelajaran, yaitu materi kelas V sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini di SDN 2 Hargomulyo Lampung Timur, dengan pokok bahasan ” Peristiwa Proklamasi”.

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP).

d. Menyiapkan media yang akan digunakan dlam proses pembelajaran ( kartu soal/ jawaban).

(30)

g. Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan respon terhadap tindakan yang dilakukan, baik data kualitatif maupun data kuantitatif

h. Menetapkan cara refleksi yang dilakukan oleh tim peneliti, yaitu guru dan peneliti sebagai observer secara bersama- sama, dan dilakukan setiap akhir tindakan pada setiap siklusnya.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan terutama skenario pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan.

a. Kegiatan Awal

1) Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan

2) Melalui apersepsi guru melakukan tanya jawab kepada siswa dengan tujuan untuk membawa siswa dalam kondisi siap belajar untuk menerima materi yang akan diajarkan.

3) Guru melakukan tes awal (pre test) untuk mengetahui tentang pengetahuan awal siswa sebelum materi diberikan.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti langkah- langkah pembelajarannya sama pada siklus Pertama.

c. Kegiatan Akhir

(31)

pilihan ganda untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa terhadap materi pelajaran yang telah dilaksanakan.

3. Tahap Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek- aspek yang diamati adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengamatan terhadap penggunaan model cooperative learning type make a matchdalam pembelajaran IPS kelas V B

b. Mencatat pada lembar observasi setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi selama penelitian dalam proses pembelajaran IPS

4. Tahap Refleksi

a. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas kelemahan atau kekurangan yang terjadi selama proses pembelajarn IPS berlangsung b. Menganalisis temuan yang didapatkan pada saat melakukan tahap

observasi

c. Menganalisis keberhasilan dan kekurangan menggunakan model cooperative learning type make a matchdalam pembelajaran IPS d. Melakukan refleksi terhadap kesesuaian model cooperative learning

type make a matchyang digunakan dalam proses pembelajaran e. Melakukan refleksi terhadap tes hasil belajar.

3.8.3. Siklus III

(32)

1. Tahap Perencanaan

a. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus III berdasarkan refleksi siklus II

b. Menetapkan materi pelajaran, yaitu materi kelas V sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini di SDN 2 Hargomulyo Lampung Timur, dengan materi pokok” Mempertahankan KemerdekaanRI”. c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP).

d. Menyiapkan media yang akan digunakan dlam proses pembelajaran ( kartu soal/ jawaban).

e. Menyusun alat tes, yaitu tes formatif untuk setiap siklus.

f. Menyusun alat observasi dan angket, baik untuk siswa maupun guru.

g. Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan respon terhadap tindakan yang dilakukan, baik data kualittif maupun data kuantitatif.

h. Menetapkan cara refleksi yang dilakukan oleh tim peneliti, yaitu guru dan peneliti sebagai observer secara bersama- sama, dan dilakukan setiap akhir tindakan pada setiap siklusnya.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan terutama skenario pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan.

a. Kegiatan Awal

(33)

2) Melalui apersepsi guru melakukan tanya jawab kepada siswa dengan tujuan untuk membawa siswa dalam kondisi siap belajar untuk menerima materi yang akan diajarkan.

3) Guru melakukan tes awal (pre test) untuk mengetahui tentang pengetahuan awal siswa sebelum materi diberikan.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti langkah- langkah pembelajarannya sama pada siklus kedua.

c. Kegiatan Akhir

Guru bersamama- sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, sekaligus menindak lanjuti dengan membagi lembar soal pilihan ganda untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa terhadap materi pelajaran yang telah dilaksanakan.

3. Tahap Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek- aspek yang diamati adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengamatan terhadap penggunaan model cooperative learning type make a matchdalam pembelajaran IPS kelas V B. b. Men catat pada lembar observasi setiap kegiatan dan perubahan

yang terjadi selama penelitian dalam proses pembelajaran IPS. 4. Tahap Refleksi

(34)

b. Merefleksikan proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning type make a match.

c. Merefleksikan hasil belajar siswa dengan penggunaan model cooperative learning type make a matchdalam pembelajaran IPS. d. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.

e. Mengumpulkan dan menyusun data hasil pelaksanaan siklus I, II, III untuk digunakan dalam setiap penyusunan hasil tindakan kelas.

Dari tahap kegiatan pada siklus I, II, dan III hasil yang diharapkan yaitu:

1) Perubahan sifat pembelajaran dari penggunaan model yang kurang tepat menjadi model yang tepat.

2) Guru memiliki kemampuan dalam merancang dan memilih model pembelajaran yang akan digunakan dalam setiap pembelajaran.

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian yang telah dilaksanakan terhadap siswa kelas V B mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SDN 2 Hargomulyo dapat disimpulkan bahwa:

1. Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model cooperative learning type make a match meningkat pada setiap siklusnya. Berdasarkan hasil pembahasan setiap siklus diperoleh rata-rata siklus 1 (55.9%), siklus 2 (67.82%), siklus 3 (87.82%). Hasil rekapitulasi peningkatan terhitung (1) dari siklus 1 ke siklus II meningkat (11.92%) dan (2) dari siklus II ke siklus III meningkat (20%).

(36)

5.2. Saran

1. Kepada siswa, untuk giat belajar dan membaca, guna memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

2. Kepada guru, untuk senantiasa menggunakan model yang tepat dalam proses pembelajaran, karena dengan adanya model pembelajaran yang tepat , maka dapat menarik minat siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

3. Kepada Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang masih belum ada agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga hasil belajar dapat meningkat.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Annurrahman, dkk.2009.Penelitian Pendidikan SD.Depdiknas. Jakarta.

AM, Juhri. 2010. Landasan dan Wawasan Pendidikan Suatu Pendekatan Kompetensi Guru. Lemlit UM Metro Press. Universitas Muhammadiyah Metro.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006.Penelitian Tindakan Kelas.Bumi Aksara. Jakarta .2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Aqib dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. CV. Yrama Widya. Bandung.

. 2007.Penelitian Tindakan Kelas.Yrama Widya. Bandung.

Darsono. 2007. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Role Playing Dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial Kelas Va SDN 5 Metro Barat Tahun 2007.Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Depdiknas. 2006.Pedoman Penyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar.Badan Standar Nasional Pendidikan: Jakarta

Djamarah, Syaiful Bahri, M. Ag. 2005. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis.PT Rineka Cipta. Jakarta. Handis, Abdul. 2008.Psikologi Dalam Pendidikan.Alfabeta. Bandung. Hamalik, Oemar. 2009.Proses Belajar Mengajar.Bumi Aksara.Jakarta. Ischak, S.U. dkk. 1997.Pendidikan IPS Di SD.Universitas Terbuka. Jakarta Isjoni.2007. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar

Bekelompok.Alfabeta. Bandung.

(38)

Karli dan Sri. 2002.Implementasi Kurikulum Berbasis kompetensi.Bina Media Informasi: Jakarta.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Momon. 2009. Bagaimana Strategi Pembelajaran Quantum Learning Dan Quantum Teaching Dapat Dilaksanakan. http://blog Unila. Ac. Id/2009/09/09/. Html

( diakses pada tanggal 03 maret 2011).

Muncarno. 2010.Bahan Ajar Statistik Pendidikan. . Metro. .

M, Sardiman A. 2008. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip Prinsip Dan Tehnik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Ramadhan, Tarmizi. 2008. http://www. Scribd.com/doc/8846497/ Pembelajaran-Kooperatif- Make-a-Match (diakses pada tanggal 03 Maret 2011).

Rumiatini, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SD.Direktorat Jendral Perguruan Tinggi. Jakarta.

Sagala, Syaiful. 2010.Konsep Dan Makna Pembelajaran.Alfabeta. Bandung.

Sudrajat, Akhmad. 2008. http;//akhmadsudrajat.

wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/.2008. (diakses pada tanggal 30 Desember 2011).

Suprijono, Agus. 2009.Cooperative Learning.Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sukirman, Dadang dan Jumhana, Nana. 2006. Perencanaan Pembelajaran. UPI

Press. Bandung.

Supriatna, Nana dkk.2007Pendidikan IPS Di SD. UPI Press. Bandung.

Sihabuddin, Rahad. 2006. Indahnya Pelangi Dalam Kesadaran Multikultur Masyarakat Indonesia.Bab VI, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Sunyono. 2009.Perencanaan PTK Dan Penulisan Karya Ilmiah.Modul 05

Universitas Lampung, Bandar Lampung.

(39)

Syarifudin, Tatang dan Nur’aini. 2006. Landasan Pendidikan. UPI Press. Bandung.

Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Wardani IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka: Jakarta.

Wioto, Adi. 2010. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Type Make a Match Dalam Pembelajaran IPS Semester Genap Kelas V SDN 2 Sidodadi Pekalongan Lampung timur2009/ 2010.Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Winataputra. Udin S, dkk.Teori Belajar Dan Pembelajaran.Universitas Terbuka. Jakarta.

http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html ( diakses pada tanggal 12 Febuari 2011).

http://belajarpsikologi.com/pengertian-model-pembelajaran/. (diakses pada tanggal 30 Desember 2011).

Gambar

Gambar: 1 Prosedur PTK
Tabel 1: Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa dan Guru dalam (%)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dan tujuan penelitian pengembangan ini adalah: (1) Mengembangkan materi dalam platform Course Networking sebagai media pembelajaran secara blended learning dalam

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Penggunaan Pendapatan Badan Layanan Umum Pusat

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan (Lembaran Negara Republik

[r]

Dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi misi Gubernur berdasarkan Undang-Undang Nomor

Kompetensi SDM mempengaruhi kepuasan kerja dan kualitas pelayanan, terbukti melalui keahlian, sifat dan motivasi dokter dan perawat yang baik, maka kualitas pelayanan

[r]

B   Informasi merupakan kebutuhan sehari- hari, sehingga harus tersedia secara. cepat, mudah,