• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DAYA DUKUNG TANAH ORGANIK MENGGUNAKAN ECOMIX THE STUDY OF ORGANIC SOIL BEARING CAPACITY BY USING ECOMIX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI DAYA DUKUNG TANAH ORGANIK MENGGUNAKAN ECOMIX THE STUDY OF ORGANIC SOIL BEARING CAPACITY BY USING ECOMIX"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DAYA DUKUNG TANAH ORGANIK

MENGGUNAKAN ECOMIX

(SKRIPSI)

Oleh

EFRI WIRANATA

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

STUDI DAYA DUKUNG TANAH ORGANIK MENGGUNAKAN ECOMIX

Oleh

EFRI WIRANATA

Sifat tanah organik antara lain adalah daya dukung tanahnya yang rendah untuk menahan beban diatasnya dan tingginya penurunan permukaan tanah. Salah satu cara mengatasi sifat tersebut dengan cara menstabilisasinya. Pada penelitian ini

stabilisasi dilakukan dengan menggunakan bahan tambah Ecomix dan semen.

Tanah organik yang telah distabilisasi akan di uji dalam beberapa pengujian, antara lain: uji pemadatan, uji CBR, Uji batas Atteberg, dan uji berat jenis yang

dilakukan pada sampel-sampel dengan variasi campuran Ecomix dan semen, hasil

yang didapat berupa data hasil percobaan, tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui peningkatan daya dukung tanah organik yang telah distabilisasi

menggunakan zat additive Ecomix yang dicampur dengan semen; 2) mengetahui

pengaruh batas-batas konsistensi tanah organik yang di stabilisasi dengan zat

additive Ecomix; 3) mengetahui perbandingan karakteristik fisik sampel tanah

sebelum dan sesudah dilakukan stabilisasi menggunakan zat additive Ecomix; 3)

menemukan salah satu alternatif bahan stabilisasi untuk tanah organik. Variasi penambahan Ecomix adalah 1gr, 2gr dan 3gr pada tiap sampel dan variasi kadar semen pada tiap sampel adalah 0 %, 2% dan 3% dari berat sampel tersebut.

Pada hasil uji pemadatan menunjukkan penurunan kadar air optimum dan peningkatan berat volume kering pada setiap variasi campuran dibanding dengan sebelum stabilisasi sampel. Hasil pengujian CBR rendaman mengalami

peningkatan seiring dengan penambahan Ecomix dan kadar semen. Uji CBR tanpa

rendam Ecomix meningkatkan nilai rata-rata CBR. Dengan didapatnya nilai-nilai

yang terukur dari hasil pengujian di Laboraturium, dapat disimpulkan bahwa

dengan penambahan campuran Ecomix dan semen pada sampel tanah organik

dapat meningkatkan nilai CBR, menurunkan kadar air optimum, meningkatkan

nilai berat jenis, dan menurunkan indeks plastisitas. Ecomix dapat digunakan

sebagai salah satu bahan alternatif untuk stabilisasi tanah organik.

(3)

ABSTRACT

THE STUDY OF ORGANIC SOIL BEARING CAPACITY BY USING ECOMIX

By

EFRI WIRANATA

Some of organic soil properties are lower soil bearing capacity to sustain load above it and the lowering ground surface settlement. One of efforts to overcome these properties is by stabilizing the properties. Stabilization in this research was conducted by Ecomix additional material and cement. The stabilized organic soil were tested in some tests including compaction test, CBR test, Atterberg limit test, and specific gravity test. These tests were conducted to samples containing of varying Ecomix and cement mixtures. The obtained results were treated as data of test results. The objectives of this research were: 1) to find out improvement of soil bearing capacity of the stabilized soil with Ecomix additional material and cement; 2) to find out the influences of organic soil limit consistencies of the organic soil stabilized with Ecomix additive material; 3) to find out comparisons of physical properties of soil samples before and after stabilization with Ecomix additive material; and 4) to find out a stabilizing alternative for organic soil.

The variations of Ecomix additions were 1 gr, 2 gr, and 3 gr in each sample and the variations of cement content in each sample were 0%, 2%, and 3% from the sample weight. The compaction test results showed decreased optimum water content and increased dry density of each mixture after soil stabilization. The soaked CBR test results showed improvement along with Ecomix and cement content additions. The CBR test results without soaking showed improvement of average CBR values. This research obtained measured values from the laboratory tests and the conclusion is that the Ecomix and cement addition in organic soil sample improve CBR values, reduce optimum water content, improve specific gravity values, and reduce plasticity index. Ecomix can be used as an alternative to stabilize organic soil.

(4)

Judul Skripsi : STUDY DAYA DUKUNG TANAH ORGANIK

MENGGUNAKAN ECOMIX

Nama Mahasiswa : EFRI WIRANATA

No. Pokok Mahasiswa : 0615011059

Jurusan : Teknik Sipil

Fakultas : Teknik

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Andius Dasa Putra, S.T., M.T. Iswan, S.T., M.T.

NIP. 19731018 200012 1 001 NIP. 19720608 200501 1 001

2. Ketua Jurusan

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim penguji

Ketua : Andius Dasa Putra, S.T., M.T. ( ... )

Sekretaris : Iswan, S.T., M.T. ( ... )

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Setyanto, M.T. ( ... )

2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung

Dr. Ir. Lusmelia Afriani, D.E.A. NIP. 19650510 199303 1 008

(6)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah dilakukan orang lain dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang dituliskan atau diterbitkan orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini sebagaimana disebutkan dalam daftar

pustaka. Selain itu saya menyatakan pula bahwa skripsi ini dibuat oleh saya

sendiri.

Apabila pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia dikenai sangsi sesuai

dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, 15 Mei 2013

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Liwa, Lampung Barat, pada tanggal 25 Mei

1989, merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Muhammad

Hatta dan Ibu Siti Aisyah.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 1 Liwa,

Lampung Barat yang diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan

tingkat pertama ditempuh di SLTP Negeri 1 Lampung Barat yang diselesaikan

pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMU

Al-Kautsar Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2006. Pada tahun 2006

penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil,

Universitas Lampung melalui jalur SPMB.

Selama menjadi mahasiswa penulis menjadi pengurus HIMATEKS (Himpunan

Mahasiswa Teknik Sipil) UNILA periode tahun 2008-2009. Pada bidang

akademik, penulis melaksanakan kerja praktek pada tahun 2011 di Proyek

Pembangunan Exhbition Hall Ecopark Ancol, Jakarta selama 3 bulan. Pada tahun

2012 penulis melakukan penelitian pada bidang konsentrasi tanah dengan judul

“Studi Daya Dukung Tanah Organik Menggunakan Ecomix” dibawah bimbingan

(8)

MOTTO

Kamu harus menentukan pilihan,

Ketika kamu tidak memiliki pilihan, maka

pilihanlah yang akan memilih,

walaupun terkadang pilihan harus memerlukan pengorbanan,

bahkan mengorbankan impian mu, maka

berbijaksanalah

Life would knock us down,

but we can choose wheter

(9)

Persembahan

Dengan segala kerendahan hati,

kupersembahkan karya dari buah perjuanganku dan

doa ayahandaku tercinta Muhammad Hatta dan

Ibundaku tersayang Siti Aisyah

(10)

Persembahan

Dengan segala kerendahan hati, kupersembahkan karya dari buah

perjuanganku dan doa ayahandaku tercinta Muhammad Hatta dan

Ibundaku tersayang Siti Aisyah

(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu Wata’ala yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan Rasulullah Muhammad SAW sebagai

suri tauladan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang

diharapkan.

Judul skripsi yang penulis buat adalah “Study Daya Dukung Tanah Organik Menggunakan Ecomix”. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika

Tanah Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak sekali kekurangan, hal ini

disebabkan karena keterbatasan dan kekurangan yang sangat penulis sadari. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan sebagai motivasi

agar penulis menjadi lebih baik. Namun terlepas dari keterbatasan tersebut,

penulis mengharapkan skripsi ini akan bermanfaat bagi pembaca.

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan saran dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Lusmelia Afriani, D.E.A., selaku Dekan Fakultas Teknik

(12)

2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung.

3. Bapak Andius Dasa Putra, S.T., M.T. selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan gagasan, bimbingan, masukan dan saran dalam penulisan

skripsi ini.

4. Bapak Iswan, S.T., M.T., selaku Pembimbing Pembantu yang telah

memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Ir. Setyanto, M.T., selaku dosen penguji dan dosen Pembimbing

Akademis yang telah memberikan koreksi dan saran demi kesempurnaan

penulisan skripsi ini dan telah memberikan bimbingan, pengarahan,

motivasi kepada penulis dalam menjalankan perkuliahan di Jurusan Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lampung atas ilmu bidang sipil yang telah diberikan selama perkuliahan.

7. Seluruh staf dan karyawan Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

Universitas Lampung, Udo Pardin, Mas Mis, Mas Yadi, Mas Bambang,

Mas Budi, Andi, serta staf lainnya terima kasih atas bantuan ilmu dan

bimbingannya selama ini.

8. Ayahanda tercinta Muhammad Hatta dan Ibunda tercinta Siti Aisyah untuk

setiap tetes keringat, air mata pengorbanan dan selalu berusaha untuk

keberhasilanku. Terima kasih atas doa dan kasih sayang yang tidak pernah

hilang, telah menjadi tauladan, serta dorongannya selama pengerjaan skripsi

(13)

9. Kakak dan adik-adik ku, Muhammad Dahlan, Reri Legatama, Iko

Tirtamana, Bembi Gempantara, Sindika Anastasya, Muhammad Zaki, Jefta

Reganza, Eldi Syahferi terima kasih untuk doa, senyum kasih sayang, dan

dukungannya yang selalu menyemangati di setiap langkahku, kalian adalah

segalanya bagi ku.

10. Keponakan ku tersayang Muhammad Ferdian Renaldi, Damian Zabilandri

dan Kenzo Zabilandri, terima kasih telah hadir dan memberikan senyuman

untuk hidup ku.

11. Keluarga besar Muhammad Hatta dan Siti Aisyah terima kasih untuk

dukungan selama ini.

12. Untuk Nila Yulianti terkasih dan keluarga, terima kasih atas dukungan, doa,

motivasi dan semangat yang diberikan selama ini.

13. Untuk sahabat ku Robinsar Pasaribu, Welki Saputra, Adinata, Royo N,

Helwisman, Roby Permana, Almy, Gigih, Bandha, Agung, Aditya

Revando, Feriyansyah, Sendi, Erik, Ifransyah Sanjaya, Ijal, Oka Nugraha,

Adonis, Aryajaya Putra Sumbahan terima kasih atas semangat yang kalian

berikan selama ini.

14. Teman se-angkatan 2006 Broery, Jarot Priantara, Zaki Fauzan Mugnias,

Wahyu Kurniawan, Rahmat Setiawan, Muhammad Syamroni, Adi Lesmana

Putra, Aditya Nugraha, Edi Supriyono, Rita Prihatini, Roni Rendika Putra,

Dedi Irawan, Yuliana Eka Sari, Brudul, Puja, Metro dan seluruh keluarga

besar 2006 lainnya yang berjuang bersama dalam suka duka.

15. Untuk keluarga sekaligus teman yang saya banggakan angkatan 2007 M.

(14)

Aldino Pratama S.R., Dedi Saputra S.T., Ferdi Ferdian, Gerry Bagus

Karang, Librandy Hutagaol, A. Ricky Aprinal AR., dan Hairiandi Angga

Sinnia yang memberikan dukungan teknis dan moril selama penulis berada

di almamater tercinta.

16. Untuk senior angkatan 2002, 2003, 2004, 2005, Bang Jawa, Bang Ave,

Bang Bintang, Bang Paung, Bang ucok, Bang Dewa, Bang Coky, Irwan

dkk, terima kasih atas ilmu dan pengalaman selama ini.

17. Adik – adik, keluarga, sekaligus teman yang saya banggakan angkatan

2008, 2009, 2010, 2011, 2012 yang memberikan dukungan teknis dan moril

selama penulis berada di almamater tercinta.

18. Untuk seluruh pegawai kampus Mas Roni dan Mas Yanto yang membantu

baik spirit dan moril.

19. Untuk Yuk Ani, Tante, Macan, Mang Jum dan pak de terima kasih atas

kopi, teh, bumbu dan mecin selama ini.

21. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

membantu dan memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan

semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 5 Mei 2013 Penulis

(15)

DAFTAR NOTASI

γ = Berat Volume

γd = Berat Volume Kering

γu = Berat Volume Maksimum

ω = Kadar Air

Gs = Berat Jenis

LL = Batas Cair

PI = Indeks Plastisitas

PL = Batas Plastis

q = Persentase Berat Tanah yang Lolos Saringan

Wai = Berat Tanah Tertahan

Wbi = Berat Saringan + Tanah Tertahan

Wc = Berat Container

Wci = Berat Saringan

Wcs = Berat Container + Sampel Tanah Sebelum dioven

Wds = Berat Container + Sampel Tanah Setelah dioven

Wm = Berat Mold

Wms = Berat Mold + Sampel

Wn = Kadar Air Pada Ketukan ke-n

(16)

iv

Ww = Berat Air

W1 = Berat Picnometer

W2 = Berat Picnometer + Tanah Kering

W3 = Berat Picnometer + Tanah Kering + Air

(17)

DAFTAR ISI

Sistem Klasifikasi Tanah Metode AASHTO ... 7

Sistem Klasifikasi Tanah USCS ... 10

3. Sifat Fisik Tanah ... 14

4. Stabilisasi Tanah ... 16

B. Tanah Organik ... 18

1. Proses Terjadinya Tanah Organik ... 18

2. Sifat Tanah Organik ... 18

3. Identifikasi Tanah Organik... 21

C. Bahan Tambah Zat Additive Ecomix ... 22

a. Ecomix ... 22

b. Cara Kerja Ecomix ... 23

(18)

ii

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Pengambilan Sampel ... 29

B. Peralatan ... 30

C. Benda Uji ... 30

D. Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan Ecomix ... 31

E. Pelaksanaan Pengujian ... 31 A. Hasil dan Pembahasan Pengujian Sampel Tanah Asli ... 48

B. Variasi Campuran Ecomix dan Semen ... 56

C. Hasil Pengujian Sampel Tanah di Laboratorium ... 58

1.Uji Pemadatan ... 58

2.Uji CBR ... 60

3.Uji Berat Jenis (Gs) ... 62

4.Uji Batas Atterberg... 63

D. Pembahasan... 66

1. Pengaruh Penambahan Kadar Semen dan Ecomix Pada Max Dry Density dan Kadar Air Optimum ... 66

2. Perbandingan Nilai CBR Sampel Ecomix Tanpa Semen dan Ecomix Dengan Semen ... 68

Pengaruh Ecomix dan Semen Terhadap Berat Jenis (Gs) ... 70

Perbandingan Dengan Hasil Peneltian lain ... 70

Kekurangan dan Kelebihan Ecomix ... 71

3. Contoh Perencanaan Perkerasan Full Depth (MST 8,16 ton) Dengan Metode Analisa Komponen ... 72

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN A ( Hasil Pengujian Laboratorium )

LAMPIRAN B ( Metode Analisa Komponen )

LAMPIRAN C ( Foto Alat Pengujian )

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem International ... 6

Tabel 2. Klasifikasi Tanah untuk Lapisan Tanah Dasar Jalan Raya ... 9

Tabel 3. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (Bowles, 1991). ... 11

Tabel 4. Sistem Klasifikasi Unified ... 12

Tabel 5. Penggolongan tanah berdasarkan kandungan organik ... 21

Tabel 6. Tabel Komposisi Ecomix ... 22

Tabel 7. Perbandingan Pembangunan Jalan Dengan Menggunakan Ecomix dan Pembangunan Jalan Dengan Metode Konvensional . 26 Tabel 8. Kode Pada Mold Untuk Masing-Masing Kadar Semen dan Ecomix ... 44

Tabel 9. Hasil Pengujian Kadar Air Tanah Asli ... 49

Tabel 10. Hasil pengujian berat jenis (Gs) tanah asli ... 49

Tabel 11. Hasil Pengujian Batas Atterberg Tanah Asli... 50

Tabel 12. Hasil Pengujian Analisis Saringan Tanah Asli ... 51

Tabel 13. Hasil Pengujian Sampel Tanah Asli ... 56

Tabel 14. Hasil Pengujian Pemadatan Tanah Stabilisasi ... 58

Tabel 15. Kadar Air Optimum Tanah Stabilisasi ... 59

Tabel 16. Hasil Pengujian Pemadatan Campuran Ecomix dan Semen ... 60

(20)

vi

Tabel 18. Hasil Pengujian CBR Tiap Kadar Campuran ... 62

Tabel 19. Hasil Pengujian Berat Jenis Tiap Campuran ... 62

Tabel 20. Hasil Pengujian Berat Jenis Dengan Variasi Campuran Ecomix dan Semen ... 63

Tabel 21. Hasil Pengujian Batas Cair Tiap Campuran ... 64

Tabel 22. Hasil Pengujian Batas Plastis Tiap Campuran ... 64

Tabel 23. Hasil Pengujian Indeks Plastisitas ... 65

Tabel 24. Hasil pengujian batas cair tiap kadar... 65

Tabel 25. Hasil pengujian batas cair tiap kadar... 66

Tabel 26. Hasil pengujian batas cair tiap kadar... 66

Tabel 27. Hasil Pengujian CBR Menggunakan Sekam Padi ... 70

Tabel 28. Data LHR Ruas Jabung-Asahan tahun 2005 ... 72

Tabel 35. Tebal Perkerasan untuk MST 8,16 ton Dengan Menggunakan Nomograph. ... 79

Tabel 36. Data Perhitungan Perencanaan 2 ... 80

Tabel 37. Tebal Perkerasan untuk MST 8,16 ton Dengan Menggunakan Sampel Ecomix Yang di Campur Dengan Semen. ... 83

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Bentuk Fisik Ecomix ... 22

Gambar 2.2. Cara Kerja Ecomix Secara Mikroskopis... 24

Gambar 2.3. Lapis Perkerasan Jalan ... 25

Gambar 2.4. Ecomix Untuk Pondasi ... 28

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian ... 47

Gambar 4.1. Grafik Analisis Saringan ... 52

Gambar 4.2. Klasifikasi Unified Berdasarkan IP dan LL ... 53

Gambar 4.3. Hubungan antara Berat Volume Kering dengan Kadar Air Optimum ... 54

Gambar 4.4. Hubungan antara Max Dry Density dan Kadar Air Optimum... 67

Gambar 4.5. Perbandingan Nilai CBR Pada Sampel Dengan Campuran Semen Dan Tanpa Semen Pada Kondisi Tanpa Rendam ... 68

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah

1. Definisi Tanah

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari material induk

yang telah mengalami proses lanjut, karena perubahan alami dibawah

pengaruh air, udara, dan macam - macam organisme baik yang masih

hidup maupun yang telah mati. Tingkat perubahan terlihat pada

komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan (Dokuchaev 1870).

Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan

mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan

daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua

berikut: horison-horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari

bahan asalnya sebagai hasil dari suatu proses penambahan, kehilangan,

pemindahan dan transformasi energi dan materi, atau berkemampuan

mendukung tanaman berakar di dalam suatu lingkungan alam (Soil

Survey Staff, 1999).

Tanah merupakan material yang terdiri dari agregat (butiran)

mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama

(23)

5

padat) disertai dengan zat air dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong

di antara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1995).

Pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah merupakan campuran

partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis

unsur-unsur sebagai berikut :

a. Berangkal (Boulder) adalah potongan batuan batu besar, biasanya

lebih besar dari 200-300 mm dan untuk kisaran ukuran-ukuran

150-250 mm, batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).

b. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm – 5 mm,

yang berkisar dari kasar (3 mm – 5 mm) sampai halus (< 1 mm).

c. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm –

0,074 mm.

d. Lempung (clay) adalah partikel yang berukuran lebih dari 0,002 mm,

partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi dari tanah yang

kohesif.

e. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam, berukuran lebih

dari 0,01 mm.

2. Klasifikasi Tanah

Agar dapat membedakan secara rinci mengenai jenis – jenis tanah yang

ada di alam semesta ini, perlu adanya suatu sistem yang dibuat untuk

mengatur, membagi dan menggolongkan tanah yang berbeda – beda

(24)

6

dan subkelompok berdasarkan klasifikasi tertentu kedalam sebuah data

dasar.

Maksud dilakukannya klasifikasi tanah secara umum adalah

pengelompokan berbagai jenis tanah dalam kelompok yang sesuai

dengan sifat teknik dan karakteristiknya (Shirley. L.H, 2000).

Sistem klasifikasi tanah sendiri adalah suatu sistem pengaturan beberapa

jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang sama kedalam

kelompok-kelompok dan sub-sub kelompok berdasarkan pemakaian

(Das, 1995).

Sistem klasifikasi tanah yang dikembangkan untuk tujuan rekayasa

umumnya didasarkan pada sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti

gradasi butiran tanah dan nilai-nilai batas Atterberg sebagai petunjuk

kondisi plastisitas tanah, hal ini dikarenakan tanah tidak tersementasi,

sehingga partikel-partikel tanah mudah untuk dipisah-pisahkan.

Tabel 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Internasional

No. Nama Ukuran Butiran (mm)

Lempung/liat kasar 0,002 - 0,00063

Lempung/liat medium 0,0063 - 0,0002

(25)

7

a. Sistem Klasifikasi Tanah Metode AASHTO (American Association Of

State Highway and Transportation Official) Classification

Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Hoentogler dan Terzaghi,

yang akhirnya diambil oleh Bureau Of Public Roads.

Pengklasifikasian sistem ini berdasarkan kriteria ukuran butir dan

plastisitas. Maka dalam mengklasifikasikan tanah membutuhkan

pengujian analisis ukuran butiran, pengujian batas cair dan batas

palstis.

Sistem klasifikasi AASHTO bermanfaat untuk menentukan kualitas

tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar

(subgrade). Karena sistem ini ditujukan untuk pekerjaan jalan tersebut, maka penggunaan sistem ini dalam prakteknya harus

dipertimbangkan terhadap maksud aslinya. Sistem ini membagi tanah

ke dalam 7 kelompok utama yaitu A-1 sampai dengan A-7. Tanah

yang diklasifikasikan ke dalam A-1, A-2, dan A-3 adalah tanah

berbutir di mana 35% atau kurang dari jumlah butiran tanah tersebut

lolos ayakan No. 200. Tanah di mana lebih dari 35% butirannya tanah

lolos ayakan No. 200 diklasifikasikan ke dalam kelompok A-4, A-5

A-6, dan A-7. Butiran dalam kelompok A-4 sampai dengan A-7

tersebut sebagian besar adalah lanau dan lempung. Sistem klasifikasi

(26)

8

1) Ukuran Butir

Kerikil : bagian tanah yang lolos ayakan diameter 75 mm (3

inchi) dan yang tertahan pada ayakan No. 10 (2 mm).

Pasir : bagian tanah yang lolos ayakan No. 10 (2 mm) dan yang

tertahan pada ayakan No. 200 (0,075 mm).

Lanau dan lempung : bagian tanah yang lolos ayakan No. 200.

2) Plastisitas

Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari

tanah mempunyai indeks plastis sebesar 10 atau kurang. Nama

berlempung dipakai bilamana bagian-bagian yang halus dari tanah

mempunyai indeks plastis indeks plastisnya 11 atau lebih.

3) Apabila batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) di temukan di

dalam contoh tanah yang akan ditentukan klasifikasi tanahnya,

maka batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu.

Tetapi, persentase dari batuan yang dileluarkan tersebut harus

dicatat.

Apabila sistem klasifikasi AASHTO dipakai untuk

mengklasifikasikan tanah, maka data dari hasil uji dicocokkan

dengan angka-angka yang diberikan dalam Tabel 1 dari kolom

sebelah kiri ke kolom sebelah kanan hingga ditemukan angka

(27)

9

Tabel 2. Klasifikasi Tanah untuk Lapisan Tanah Dasar Jalan Raya (AASHTO)

Klasifikasi Umum

Tanah berbutir (35% atau kurang dari seluruh contoh tanah

lolos ayakan No. 200)

Tanah lanau - lempung (lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No. 200)

Klasifikasi Kelompok

Kerikil dan pasir yang berlanau atau

berlempung Tanah berlanau Tanah berlempung

Penilaian sebagai

bahan tanah dasar Baik sekali sampai baik Biasa sampai jelek

Keterangan : ** Untuk A-7-5, PI ≤ LL – 30

(28)

10

b. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (Unified Soil Classification System/

USCS).

Klasifikasi tanah sistem ini diajukan pertama kali oleh Casagrande

dan selanjutnya dikembangkan oleh United State Bureau of

Reclamation (USBR) dan United State Army Corps of Engineer

(USACE). Kemudian American Society for Testing and Materials

(ASTM) telah memakai USCS sebagai metode standar guna

mengklasifikasikan tanah. Dalam bentuk yang sekarang, sistem ini

banyak digunakan dalam berbagai pekerjaan geoteknik. Dalam USCS,

suatu tanah diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama yaitu :

1) Tanah berbutir kasar (coarse-grained soils) yang terdiri atas

kerikil dan pasir yang mana kurang dari 50% tanah yang lolos

saringan No. 200 (F200 < 50). Simbol kelompok diawali dengan G

untuk kerikil (gravel) atau tanah berkerikil (gravelly soil) atau S

untuk pasir (sand) atau tanah berpasir (sandy soil).

2) Tanah berbutir halus (fine-grained soils) yang mana lebih dari

50% tanah lolos saringan No. 200 (F200 ≥ 50). Simbol kelompok

diawali dengan M untuk lanau inorganik (inorganic silt), atau C

untuk lempung inorganik (inorganic clay), atau O untuk lanau

dan lempung organik. Simbol Pt digunakan untuk gambut (peat),

dan tanah dengan kandungan organik tinggi.

Simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi adalah W - untuk

(29)

11

plastisitas rendah (low plasticity) dan H - plastisitas tinggi (high

plasticity).

Adapun menurut Bowles (1991) kelompok-kelompok tanah utama

pada sistem klasifikasi Unified diperlihatkan pada Tabel 3 berikut

ini :

Tabel 3. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (Bowles, 1991)

Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks

Kerikil G Gradasi baik W

Klasifikasi sistem tanah unified secara visual di lapangan

sebaiknya dilakukan pada setiap pengambilan contoh tanah. Hal

ini berguna di samping untuk dapat menentukan pemeriksaan

yang mungkin perlu ditambahkan, juga sebagai pelengkap

klasifikasi yang di lakukan di laboratorium agar tidak terjadi

kesalahan tabel.

Keterangan :

(30)

12

Tabel 4. Sistem Klasifikasi Unified

Divisi utama Simbol

il) GW Kerikil bergradasi-baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak

mengandung butiran halus GP

Kerikil bergradasi-buruk dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

GM Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau

GC Kerikil berlempung, campuran kerikil-pasir-lempung

Pasir bergradasi-baik , pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

SP

Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau SC Pasir berlempung, campuran

pasir-lempung

Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus berlanau atau berlempung

CL

Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan sedang lempung berkerikil, lempung berlanau, lempung

berlanau, lempung “kurus” (lean clays) OL Lanau-organik dan lempung berlanau

organik dengan plastisitas rendah

L diatomae, atau lanau diatomae, lanau yang elastis

CH Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung “gemuk” (

fat clays) OH Lempung organik dengan plastisitas

sedang sampai dengan tinggi Tanah-tanah dengan kandungan

organik sangat tinggi PT

(31)

13

Tabel 4. Sistem Klasifikasi Unified (Lanjutan)

Kriteria klasifikasi

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW Batas-batas Atterberg di bawah

garis A atau PI < 4 Bila batas Atterberg berada didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai double simbol

Batas-batas Atterberg di atas garis A atau PI > 7

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW Batas-batas Atterberg di bawah

garis A atau PI < 4 Bila batas Atterberg berada didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai double simbol

Batas-batas Atterberg di bawah garis A atau PI > 7

Diagram Plastisitas:

Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar.

Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol.

60

Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat dalam ASTM designation D-2488

Sumber : Hary Christady, 1996.

(32)

14

3. Sifat Fisik Tanah

Sifat- sifat fisik tanah berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak

penggunaan tanah. Kekokohan dan kekuatan pendukung, kapasitas

penyimpanan air, plastisitas semuanya secara erat berkaitan dengan

kondisi fisik tanah. Hal ini berlaku apakah tanah ini akan digunakan

sebagai bahan struktural dalam pembangunan jalan raya, bendungan, dan

pondasi untuk sebuah gedung, atau untuk sistem pembuangan limbah.

Untuk mendapatkan sifat-sifat fisik tanah, ada beberapa ketentuan yang

harus diketahui terlebih dahulu, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kadar Air

Kadar air suatu tanah adalah perbandingan antara berat air yang

terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah yang dinyatakan

dalam persen.

2. Berat Jenis

Sifat fisik tanah dapat ditentukan dengan mengetahui berat jenis

tanahnya dengan cara menentukan berat jenis yang lolos saringan No.

200 menggunakan labu ukur.

3. Batas Atterberg

Batas Atterberg adalah batas konsistensi dimana keadaan tanah

melewati keadaan lainnya dan terdiri atas batas cair, batas plastis dan

indek plastisitas.

a) Batas Cair (liquid limit)

Batas cair adalah kadar air minimum dimana tanah tidak mendapat

(33)

15

ditentukan dengan mengetahui batas cair suatu tanah, tujuannya

adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada batas

antara keadaan plastis dan keadaan cair.

b) Batas Plastis (Plastic Limit)

Batas plastis adalah kadar air minimum dimana tanah dapat

dibentuk secara plastis, maksudnya tanah dapat digulung-gulung

sepanjang 3 mm. Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air

suatu jenis tanah pada keadaan batas antara keadaan plastis dan

keadaan semi padat. Cara kerja batas-batas Atterberg menggunakan

standar ASTM D-4318, yaitu :

1. Nilai batas plastis (PL) adalah kadar air rata-rata dari ketiga

benda uji.

2. Plastis Indek (PI) dengan rumus PI = LL – PL.

4. Analisa Saringan

Tujuan dari analisis saringan adalah untuk mengetahui persentasi

butiran tanah. Caranya dapat dilakukan dengan pengayakan, setelah

itu material organik dibersihkan dari sampel tanah, lalu berat sampel

tanah yang tertahan di setiap ayakan dicatat. Tujuan akhir dari

analisanya adalah memberikan nama dan mengklasifikasikannya,

(34)

16

4. Stabilisasi Tanah

Stabilisasi tanah adalah suatu proses untuk memperbaiki sifat-sifat tanah

dengan menambahkan sesuatu pada tanah tersebut, agar dapat menaikkan

kekuatan tanah dan mempertahankan kekuatan geser. Adapun tujuan

stabilisasi tanah adalah untuk mengikat dan menyatukan agregat material

yang ada sehingga membentuk struktur jalan atau pondasi jalan yang

padat. Sifat – sifat tanah yang telah diperbaiki dengan cara stabilisasi

dapat meliputi : kestabilan volume, kekuatan atau daya dukung,

permeabilitas, dan kekekalan atau keawetan.

Teknologi stabilisasi tanah dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam

penggolongan utama, yaitu :

1. Physio - Mechanical

Pemadatan langsung dengan alat pemadat maupun aplikasi teknologi

seperti cakar ayam, tiang pancang dan geomembran atau geotextile.

2. Granulometric

Pencampuran tanah asli dengan tanah lain yang mempunyai sifat dan

karakteristik yang lebih baik lalu dipadatkan dengan alat pemadat.

3. Physio - Chemical

Pencampuran tanah asli dengan semen, kapur ataupun aspal sebagai

(35)

17

4. Electro Chemical

Ionisasi partikel tanah dengan mencampurkan bahan kimia tertentu

contohnya ISS 2500, yang bertujuan untuk merubah sifat-sifat buruk

tanah, seperti kembang susut menjadi tanah yg mudah dipadatkan dan

stabil secara permanen.

Pada umumnya cara yang digunakan untuk menstabilisasi tanah terdiri

dari salah satu atau kombinasi dari pekerjaan-pekerjaan berikut

(Bowles, 1991) :

1. Mekanis, yaitu pemadatan dengan berbagai jenis peralatan mekanis

seperti mesin gilas (roller), benda berat yang dijatuhkan, ledakan, tekanan statis, tekstur, pembekuan, pemanasan dan sebagainya.

2. Bahan Pencampur (Additive), yaitu penambahan kerikil untuk tanah

kohesif, lempung untuk tanah berbutir, dan pencampur kimiawi

seperti semen, gamping, abu batubara, gamping dan/atau semen,

semen aspal, sodium dan kalsium klorida, limbah pabrik kertas dan

lain-lainnya.

Metode atau cara memperbaiki sifat – sifat tanah ini juga sangat

bergantung pada lama waktu pemeraman, hal ini disebabkan karena

didalam proses perbaikan sifat – sifat tanah terjadi proses kimia

yang dimana memerlukan waktu untuk zat kimia yang ada didalam

(36)

18

B. Tanah Organik

1. Proses Terjadinya Tanah Organik

Tanah organik terbentuk karena pengaruh iklim dan curah hujan tinggi

yang sebenarnya cukup merata sepanjang tahun dengan topografi tidak

rata, sehingga memungkinkan terbentuknya depresi-depresi. Sebagai

akibat tipe iklim serupa itu, tidak terjadi perbedaan menyolok pada musim

hujan dan kemarau. Vegetasi hutan berdaun lebar dapat tumbuh dengan

baik sehingga menghalangi insolasi dan kelembaban yang tinggi dapat

dipertahankan di lingkungan tersebut. Pada daerah cekungan dengan

genangan air terjadi akumulasi bahan organik. Hal ini disebabkan suasana

anaerob menghambat oksidasi bahan organik oleh jasad renik, sehingga

proses humifikasi akan terjadi lebih nyata dari proses mineralisasi.

Penguraian bahan organik hanya dilakukan oleh bakteri anaerob,

cendawan dan ganggang. Kecepatan dekomposisi ini dipengaruhi oleh

jenis dan jumlah bakteri anaerob, sifat vegetasi, iklim, topografi dan sifat

kimia airnya (Yuli 2012).

2. Sifat Tanah Organik

Sifat dan ciri tanah organik dapat ditentukan dengan berdasarkan sifat fisik

dan kimianya. Adapun sifat dan ciri tersebut antara lain:

a. Warna

Umumnya tanah organik berwarna coklat tua dan kehitaman, meskipun

(37)

19

setelah mengalami dekomposisi muncul senyawa-senyawa humik

berwarna gelap. Pada umumnya, perubahan yang dialami bahan organik

kelihatannya sama yang dialami oleh sisa organik tanah mineral,

walaupun pada tanah organik aerasi terbatas.

b. Berat isi

Dalam keadaan kering tanah organik sangat kering, berat isi tanah

organik bila dibandingkan dengan tanah mineral adalah rendah, yaitu

0,2 - 0,3 merupakan nilai umum bagi tanah organik yang telah

mengalami dekomposisi lanjut. Suatu lapisan tanah mineral yang telah

diolah berat isinya berkisar 1,25 - 1,45.

c. Kapasitas menahan air

Tanah Organik mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi. Mineral

kering dapat menahan air 1/5 – 2,5 dari bobotnya, sedangkan tanah

organik dapat 2 – 4 kali dari bobot keringnya. Gambut lumut yang

belum terkomposisi sedikit leih banyak dalam menahan air, sekitar 12

atau 15 bahkan 20 kali dari bobotnya sendiri.

d. Struktur

Ciri tanah organik yang lain adalah strukturnya yang mudah

dihancurkan apabila dalam keadaan kering. Bahan organik yang telah

terdekomposisi sebagian bersifat koloidal dan mempunyai kohesi dan

plastisitasnya rendah. Suatu tanah berbahan organik yang baik adalah

(38)

20

sangat diinginkan oleh pertanian tetapi tidak baik untuk bahan

konstruksi sipil.

Sebagai akibat dari kemampuan yang besar untuk menahan air, maka

apabila terjadi perbaikan drainase dimana dengan adanya pengurangan

kadar air akan terjadi pemadatan struktur tanah organik, hal ini akan

menurunkan muka tanah dan kalau ada tumbuhan akarnya akan muncul

di atas permukaan tanah.

e. Reaksi masam

Pada tanah organik, dekomposisi bahan organik akan menghasilkan

asam-asam organik yang terakumulasi pada tubuh tanah, sehingga akan

meningkatkan keasaman tanah organik. Dengan demikian tanah organik

akan cenderung lebih masam dari tanah mineral pada kejenuhan basah

yang sama.

f. Sifat koloidal

Sifat ini mempunyai kapasitas tukar kationnya lebih besar, serta sifat ini

lebih jelas diperlihatkan oleh tanah organik daripada tanah mineral.

Luas permukaan dua hingga empat kali daripada tanah mineral.

g. Sifat penyangga

Pada tanah organik lebih banyak diperlukan belerang atau kapur yang

digunakan untuk perubahan pH pada tingkat nilai yang sama dengan

tanah mineral. Hal ini disebabkan karena sifat penyangga tanah

(39)

21

organik umumnya memperlihatkan gaya resistensi yang nyata terhadap

perubahan PH bila diandingkan dengan tanah mineral.

3. Identifikasi Organik

Terdapat dua sistem penggolongan utama yang dilakukan, yakni sistem

penanggulangan AASHTO (metode AASHTO M 145 atau penandaan

ASTM D-3282) dan sistem penggolongan tanah bersatu (penandaan

ASTM D-2487). Dalam metode AASHTO, tidak tercantum untuk gambut

dan tanah yang organik, sehingga ASTM D-2487 harus digunakan sebagai

langkah pertama pada pengidentifikasian gambut.

Tabel 5. Penggolongan tanah berdasarkan kandungan organik

KANDUNGAN

SUMBER : PEDOMAN KONSTRUKSI JALAN DI ATAS TANAH GAMBUT DAN ORGANIK, 1996

Pada penelitian ini, tanah yang digunakan adalah tanah yang berasal dari

Desa Rawa Seragi, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.

Sampel tanah yang diambil adalah tanah terganggu (disturb soil) yaitu

(40)

22

C. Bahan Tambah Zat Additive Ecomix

a. Ecomix

Ecomix adalah zat additive untuk stabilisasi dan solidifikasi tanah (soil

stabilizer technology) yang dikembangkan pertama kali di Jepang. Ecomix

dapat digunakan untuk pengerasan badan jalan / sub base di daerah yang

memiliki kondisi tanah lunak maupun keras, misalnya tanah merah, tanah

pasir, tanah kuning, tanah liat (dengan mempertimbangkan humiditas

tanah).

Gambar 2.1. Bentuk fisik Ecomix Tabel.6 Tabel Komposisi

Ecomix

Ecomix berbentuk serbuk halus dan terdiri dari komposisi logam dan

garam/mineral anorganik yang bersumber dari air laut, aman untuk

makhluk hidup dan ramah lingkungan.

Ecomix dalam praktek penggunaannya selalu dipadukan dengan unsur

tanah, semen dan air. Apabila Ecomix seberat 1 kg + 10 liter air

diformulasikan atau dicampur dengan 1 m3 tanah dan 2 sak semen (100

kg), maka campuran tersebut dan memiliki kekuatan menahan beban

(41)

23

Ecomix memiliki porositas yang baik, anti retak, tidak licin dan tidak

berdebu, konstruksi semakin kokoh apabila terkena air.

b. Cara Kerja Ecomix

Ecomix melarutkan asam humus (humic acid) yang terdapat dalam tanah, dan menghilangkan efek penghambatan ikatan ion, sehingga partikel tanah

menjadi lebih mudah bermuatan ion negatif (anion), dan kation Ca++

dapat mengikat langsung dengan mudah pada partikel tanah. Jika

pencampuran semen mengandung sulfur (SO3) dengan tanah tanpa

melibatkan Ecomix, maka ketika bercampur dengan air tanah atau terkena

air hujan, campuran tadi akan menghasilkan sulfuric acid yang

menyebabkan terjadinya keretakan.

Hal ini akan berbeda bila menggunakan Ecomix, dimana pada saat terjadi

pengikatan semen pada partikel tanah dan mengering karena reaksi

dehidrasi, akan terbentuk kristal-kristal yang muncul diantara campuran

semen yang mengikat partikel tanah, kristal-kristal tersebut menyerupai

jarum-jarum, secara intensif akan bertambah banyak dan membesar yang

nantinya membentuk rongga-rongga mikron yang dapat menyerap air

(42)

24

Cara kerja Ecomix akan ditumjukan pada Gambar dibawah ini.

Gambar 2.2. Cara Kerja Ecomix Secara Mikroskopis

c. Aplikasi Ekomix

Ecomix dapat digunakan untuk beberapa keperluan pekerjaan seperti

konstruksi jalan, memadatkan dan menstabilkan tanah serta pondasi tanah

dan perkerasan. Berikut ini adalah kegunaan dan aplikasi Ecomix.

1. Aplikasi Ecomix Untuk Konstruksi Jalan

Pekerjaan badan jalan dengan menggunakan Ecomix jauh lebih

(43)

25

Campuran Ecomix tidak memerlukan tambahan batu, pasir dan

lapisan HRS, sehingga menghemat waktu kerja dan juga biaya

pemeliharaan di kemudian hari. Jalan juga akan bersifat

higroskopis, ramah lingkungan dan tidak mudah terkikis erosi air.

Selain itu dalam waktu 14 hari pemeraman, konstruksi jalan dapat

mencapai CBR hingga 130%. Contoh konstruksi jalan

menggunakan Ecomix di tunjukan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.3. Lapis Perkerasan Jalan

Berikut ini adalah tabel perbandingan pembangunan jalan dengan

menggunakan Ecomix dan pembangunan jalan dengan metode

(44)

26

Tabel 7. Perbandingan Pembangunan Jalan Dengan Menggunakan

Ecomix dan Pembangunan Jalan Dengan Metode Konvensional

METODE

pasir pada lapisan sub base,

cukup hanya semen dan

Partikel tanah pada LPA +

LPB tidak stabil dan mudah

terkikis oleh erosi air tanah

sehingga LPA + LPB tidak

elastis dan mudah longsor

Lapisan mikro poliaktif

membuat tanah menjadi elastis

dan tahan terhadap resapan air,

dan mengurangi pengaruh

buruk dari resapan air tanah

pada LPA +LPB

pergerakan LPA + LPB jalan

Perawatan dan pemeliharaan

jalan sangat minim dan efisien

Ketebalan asphalt surface

5-7cm

Ketebalan asphalt surface

rata-rata 3cm

2. Ecomix untuk Meningkatkan Kualitas Lapisan Tanah

Selain digunakan untuk konstruksi jalan raya, Ecomix juga sangat

(45)

27

mana diatasnya akan diberikan konstruksi atau tekanan yang besar,

seperti jenis-jenis bangunan berikut:

 Pembuatan jalan tanah.

 Landasan pesawat terbang.

 Lahan parkir.

 Jalan paving.

 Lantai pabrik atau pergudangan.

 Perkerasan tanah untuk gedung, areal bermain, fasilitas olahraga

seperti lapangan, stadion dan lain sebagainya.

 Landasan bantalan rel kereta api.

 Pemadatan jalan yang rusak akibat erosi air tanah dan banjir.

3. Ecomix Untuk Pondasi

Sebuah bangunan yang kuat terbuat dari pondasi yang kuat pula,

oleh karena itu Ecomix juga sangat bisa digunakan sebagai penguat

landasan berbagai macam pondasi bangun dan konstruksi,

misalnya;

 Pekerjaan pondasi tanah.

 Pondasi untuk rumah, gedung perkantoran, pabrik, pergudangan,

mall, perumahan dan lain sebagainya

 Pondasi untuk tiang listrik, tiang telepon, pemancar dan

sejenisnya.

 Memperbaiki retakan tanah akibat gempa.

Contoh aplikasi Ecomix untuk pondasi terlihat pada gambar

(46)

28

Gambar 2.4. Ecomix Untuk Pondasi

4. Ecomix Untuk Penstabil dan Penguat Tanah Resapan

Kelebihan utama Ecomix adalah mampu mengikat permukaan

partikel tanah, sehingga tanah menjadi sangat kuat dan ramah

lingkungan sehingga Ecomix cocok digunakan untuk;

 Penstabil permukaan tanah lereng atau miring.

 Pembuatan tanggul pada sungai, danau, situ dan sejenisnya.

 Perbaikan dasar sungai, danau dan sejenisnya.

5. Pembuatan Lapisan Tanah Kedap Air

Dengan daya kedap yang tinggi Ecomix dapat digunakan sebagai

pembuatan penampungan air, kolam ikan bahkan penampungan

limbah menjadi mudah.

 Pembuatan bak penampungan air.

 Pembuatan kolam ikan, tambak ikan, tambak udang dan

sejenisnya.

 Pembuatan penampungan limbah cair industri.

(47)

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam pekerjaan suatu konstruksi jalan, ketidakstabilan tanah menjadi suatu

kendala dalam pengerjaan konstruksi tersebut, dikarenakan sifat tanah yang

terkadang tidak menguntungkan, seperti tanah organik yang memiliki sifat

daya dukung yang rendah untuk menahan beban dan tingginya penurunan

permukaan tanah, menjadikan tanah organik ini tidak dapat langsung

digunakan sebagai subgrade untuk konstruksi jalan.

Salah satu cara mengatasi sifat tanah organik diatas, adalah dengan cara

menstabilisasi tanah tersebut. Stabilisasi ini dapat dilakukan dengan cara

menambahkan zat additive ke dalam tanah tersebut.

Dalam penelitian ini digunakan metode penambahan zat additive sebagai

metode penstabilisasian tanah, yaitu penggunaan Ecomix sebagai bahan

campurannya. Produk ini merupakan soil stabilizer dan merupakan produk

penganti agregat untuk konstruksi jalan. Daya dukung tanah setelah dicampur

Ecomix dan semen akan menjadi lebih tinggi, sehingga tanah yang telah di

stabilisasi menjadi layak digunakan. Dalam penelitian ini akan dijelaskan

seberapa besar pengaruh Ecomix untuk stabilisasi tanah organik, perubahan

daya dukungnya setelah dicampur dengan semen. Sehingga pada akhirnya

dapat disimpulkan bahwa Ecomix dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan zat

(48)

2

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh

pencampuran zat additive Ecomix untuk stabilisasi jenis tanah organik dengan

kadar campuran semen yang berbeda, adakah perubahan yang dialami oleh

tanah meliputi perubahan karakteristik fisik dan mekanis tanah organik yang

telah dicampur atau distabilisasi dengan zat additive Ecomix, sehingga dapat

disimpulkan bahwa zat additive Ecomix dapat digunakan sebagai alternatif

bahan stabilisasi tanah organik.

C. Batasan Masalah

Masalah pada penelitian ini dibatasi pada sifat dan karakteristik tanah organik

sebelum dan sesudah dicampur semen dan penggunaan zat additiveEcomix

sebagai stabilizing agent dengan melaksanakan pengujian - pengujian yang

dilakukan di Laboratorium. Adapun ruang lingkup dan batasan masalah pada

penelitian ini adalah :

1. Sampel tanah yang digunakan merupakan sampel tanah terganggu

(disturbed) pada jenis tanah organik di daerah Rawa Sragi, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.

2. Bahan additive yang digunakan untuk stabilisasi tanah adalah Ecomix yang

merupakan produk stabilisasi tanah secara kimiawi.

3. Semen yang digunakan sebagai campuran Ecomix adalah semen Holcim

dalam kemasan 50 kg/zak.

4. Pengujian – pengujian yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah

(49)

3

a. Pengujian pada tanah asli meliputi :

1. Uji Analisa Saringan

2. Uji Berat Jenis

3. Uji Kadar Air

4. Uji Batas-Batas Atterberg

5. Uji Pemadatan tanah (Modified Proctor)

6. Uji CBR Laboratorium Unsoaked dan Soaked

b. Pengujian pada tanah yang telah distabilisasi meliputi :

1. Uji Berat Jenis

2. Batas-Batas Atterberg

3. Uji Pemadatan tanah (Modified Proctor)

4. Uji CBR Laboratorium Unsoaked dan Soaked

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui peningkatan daya dukung tanah organik yang telah

distabilisasi menggunakan zat additive Ecomix yang dicampur dengan

semen dengan menggunakan tes CBR.

2. Untuk mengetahui pengaruh batas-batas konsistensi tanah organik yang di

stabilisasi dengan zat additive Ecomix.

3. Mengetahui perbandingan karakteristik fisik sampel tanah sebelum dan

sesudah dilakukan stabilisasi menggunakan zat additive Ecomix.

(50)

III. METODE PENELITIAN

A. Pengambilan Sampel

Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa

Rawa Sragi, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Sampel tanah

yang diambil adalah tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah yang telah

terganggu oleh lingkungan luar, Sampel tanah tidak terganggu (undisturb

soil) diambil menggunakan tabung contoh dan untuk tanah terganggu

menggunakan karung. Sampel tanah yang diambil merupakan sampel tanah

yang mewakili tanah di lokasi pengambilan sampel.

Sampel tanah tersebut digunakan untuk pengujian analisis saringan,

batas-batas konsistensi, berat jenis, pemadatan (proctor modified), dan CBR.

Pengambilan sampel tanah terganggu (disturb) sesuai dengan kebutuhan

tanah untuk uji pemadatan (proctor modified) yaitu sebanyak 112 kg, yang di

dapatkan dari perhitungan kebutuhan sampel tanah sebagai berikut: 2,5 kg

(berat 1 sampel) x 5 (kebutuhan 1 kali uji pemadatan) x 2 (kadar campuran

semen) x 3 (jumlah kadar campuran Ecomix). Sedangkan kebutuhan tanah

untuk uji CBR laboraturium adalah 324 kg, yang didapatkan dari perhitungan

kebutuhan sampel tanah dengan perhitungan sebagai berikut : 6 kg (berat 1

(51)

30

Ecomix) x 3 (jumlah tumbukan 10x,25x,55x) x 2 (perlakuan terhadap sampel,

yaitu pemeraman dan perendaman).

B. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk uji analisis

saringan, uji berat jenis, uji kadar air, uji batas-batas konsistensi, uji proctor

modified, uji CBR dan peralatan lainnya yang ada di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil, Universitas Lampung yang telah sesuai dengan

standarisasi American Society for Testing Material (ASTM).

C. Benda Uji

1. Sampel tanah yang diuji pada penelitian ini yaitu tanah organik yang

diambil dari Desa Rawa Sragi, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi

Lampung. Meninjau dari penelitian terdahulu yang mengatakan jenis

tanah organik, salah satunya berada di lokasi tersebut. Tanah tersebut

sebelum diuji, dijemur terlebih dahulu untuk memudahkan dalam proses

penyaringan agar butirannya tidak melekat satu sama lain, kemudian

diayak lolos saringan No. 4 (4,75 mm).

2. Menggunakan air dari Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik

Sipil, Universitas Lampung.

3. Portland Cement yang digunakan adalah semen Holcim dalam kemasan 50 kg/zak.

(52)

31

D. Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan Ecomix

Metode pencampuran untuk masing-masing kadar Ecomix adalah :

1. Portland Cement dicampur dengan sampel tanah yang telah ditumbuk (butir aslinya tidak pecah) dan lolos saringan No. 4 (4,75 mm) dengan

variasi kadar campuran Portland Cement.

2. Ecomix dilarutkan dengan air pada kadar air optimum lalu dicampur pada

tanah + Semen dengan variasi kadar campuran Ecomix.

3. Tanah + Semen yang sudah tercampur Ecomix dipadatkan lalu diperam

selama 1 hari lalu dilakukan pengujian CBR, dan seterusnya berturut turut

untuk pemeraman sampai 7, begitu juga untuk pembuatan sampel dengan

perlakuan perendaman 4 hari.

E. Pelaksanaan Pengujian

Pelaksanaan pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan

Teknik Sipil, Universitas Lampung. Pengujian yang dilakukan dibagi menjadi

2 bagian pengujian yaitu pengujian untuk tanah asli dan tanah yang telah

distabilisasi, adapun pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengujian Sampel Tanah Asli

a. Pengujian Analisis Saringan.

b. Pengujian Berat Jenis.

c. Pengujian Kadar Air.

(53)

32

e. Pengujian Pemadatan Tanah (proctormodified).

f. Pengujian CBR

2. Pengujian pada tanah yang telah distabilisasi larutan Ecomix :

a. Pengujian Berat Jenis.

b. Pengujian Batas Atterberg.

c. Pengujian Pemadatan Tanah (proctormodified).

d. Pengujian CBR.

Pada pengujian tanah stabilisasi setiap sampel tanah dibuat campuran dengan

masing-masing variasi kadar semen dan distabilisasi dengan kadar Ecomix

lalu dilakukan masa pemeraman yang sama yaitu selama 7 hari, agar kondisi

tanah sudah homogen dan perendaman 4 hari, karena kondisi tanah tersebut

berada pada kondisi yang buruk, sebelum dilakukan pengujian CBR dan

pengujian yang lainnya.

1. Uji Kadar Air

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah

yaitu perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering. Pengujian

ini menggunakan standar ASTM D-2216.

Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-2216, yaitu :

(54)

33

Analisis saringan adalah mengayak atau menggetarkan contoh tanah

melalui satu set ayakan di mana lubang-lubang ayakan tersebut makin

kecil secara berurutan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui

prosentase ukuran butir sampel tanah yang dipakai. Pengujian ini

menggunakan standar ASTM D-422, AASHTO T88 (Bowles, 1991).

Langkah Kerja :

a. Mengambil sampel tanah sebanyak 500 gram, memeriksa kadar

airnya.

b. Meletakkan susunan saringan diatas mesin penggetar dan memasukkan

sampel tanah pada susunan yang paling atas kemudian menutup rapat.

c. Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin penggetar

selama kira-kira 15 menit.

d. Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang

(55)

34

Perhitungan :

a. Berat masing-masing saringan (Wci)

b. Berat masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan di

atas saringan (Wbi)

c. Berat tanah yang tertahan (Wai) = Wbi – Wci

d. Jumlah seluruh berat tanah yang tertahan di atas saringan ( Wai 

Wtot)

e. Persentase berat tanah yang tertahan di atas masing-masing saringan

(Pi)

f. Persentase berat tanah yang lolos masing-masing saringan (q) :

qi100%pi%

q

 

11 qip

 

i1 Dimana : i = l (saringan yang dipakai dari saringan dengan diameter

maksimum sampai saringan No. 200)

3. Uji Batas Atterberg

a. Batas Cair (Liquid Limit)

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis

tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian

ini menggunakan standar ASTM D-4318.

Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318, antara lain :

(56)

35

1. Mengayak sampel tanah yang sudah dihancurkan dengan

menggunakan saringan No. 40.

2. Mengatur tinggi jatuh mangkuk Casagrande setinggi 10 mm.

3. Mengambil sampel tanah yang lolos saringan No. 40, kemudian

diberi air sedikit demi sedikit dan aduk hingga merata, kemudian

dimasukkan kedalam mangkuk Casagrande dan meratakan

permukaan adonan sehingga sejajar dengan alas.

4. Membuat alur tepat ditengah-tengah dengan membagi benda uji

dalam mangkuk cassagrande tersebut dengan menggunakan

grooving tool.

5. Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang

13 mm sambil menghitung jumlah ketukan dengan jumlah ketukan

harus berada diantara 10 – 40 kali.

6. Mengambil sebagian benda uji di bagian tengah mangkuk untuk

pemeriksaan kadar air dan melakukan langkah kerja yang sama

untuk benda uji dengan keadaan adonan benda uji yang berbeda

sehingga diperoleh 4 macam benda uji dengan jumlah ketukan

yang berbeda yaitu 2 buah dibawah 25 ketukan dan 2 buah di atas

25 ketukan.

Perhitungan :

1. Menghitung kadar air masing-masing sampel tanah sesuai jumlah

(57)

36

2. Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada

grafik semi logaritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan

sumbu y sebagai kadar air.

3. Menarik garis lurus dari keempat titik yang tergambar.

4. Menentukan nilai batas cair pada jumlah pukulan ke 25.

b. Batas Plastis (Plastic limit)

Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada

keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Nilai

batas plastis adalah nilai dari kadar air rata-rata sampel. Pengujian ini

menggunakan standar ASTM D-4318.

Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318 :

1. Mengayak sampel tanah yang telah dihancurkan dengan saringan

No. 40.

2. Mengambil sampel tanah kira-kira sebesar ibu jari kemudian

digulung-gulung di atas plat kaca hingga mencapai diameter 3 mm

sampai retak-retak atau putus-putus.

3. Memasukkan benda uji ke dalam container kemudian ditimbang

4. Menentukan kadar air benda uji.

Perhitungan :

1. Nilai batas plastis (PL) adalah kadar air rata-rata dari benda uji.

2. Indeks Plastisitas (PI) adalah harga rata-rata dari sampel tanah

yang diuji, dengan rumus :

(58)

37

4. Uji Berat Jenis

Pengujian ini mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) tanah

dengan menggunakan botol piknometer. Tanah yang diuji harus lolos

saringan No. 40. Uji berat jenis ini menggunakan standar ASTM D-854.

Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-854, antara lain :

a. Menyiapkan benda uji secukupnya dan mengoven pada suhu 60oC

sampai dapat digemburkan atau dengan pengeringan matahari.

b. Mendinginkan tanah dengan Desikator lalu menyaring dengan

saringan No. 40 dan apabila tanah menggumpal ditumbuk lebih

dahulu.

c. Mencuci labu ukur dengan air suling dan mengeringkannya.

d. Menimbang labu tersebut dalam keadaan kosong.

e. Mengambil sampel tanah.

f. Memasukkan sampel tanah kedalam labu ukur dan menambahkan air

suling sampai menyentuh garis batas labu ukur.

g. Mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap di

dalam butiran tanah dengan menggunakan pompa vakum.

h. Mengeringkan bagian luar labu ukur, menimbang dan mencatat

hasilnya dalam temperatur tertentu.

(59)

38

W1 = Berat picnometer (gram)

W2 = Berat picnometer dan tanah kering (gram)

W3 = Berat picnometer, tanah, dan air (gram)

W4 = Berat picnometer dan air bersih (gram)

5. Uji Pemadatan Tanah (Proctor Modified)

Tujuannya adalah untuk menentukan kepadatan maksimum tanah dengan

cara tumbukan yaitu dengan mengetahui hubungan antara kadar air

dengan kepadatan tanah. Pengujian ini menggunakan standar ASTM

D-1557.

Adapun langkah kerja pengujian pemadatan tanah, antara lain :

a. Pencampuran

1. Mengambil tanah sebanyak 12,5 kg dengan menggunakan karung

goni lalu dijemur.

2. Setelah kering tanah yang masih menggumpal dihancurkan dengan

tangan.

3. Butiran tanah yang telah terpisah diayak dengan saringan No. 4.

4. Butiran tanah yang lolos saringan No. 4 dipindahkan atas 5 bagian,

masing-masing 2,5 kg, masukkan masing-masing bagian kedalam

plastik dan ikat rapat-rapat.

5. Mengambil sebagian butiran tanah yang mewakili sampel tanah

untuk menentukan kadar air awal.

6. Mengambil tanah seberat 2,5 kg, menambahkan air sedikit demi

(60)

39

yang diaduk telah merata, dikepalkan dengan tangan. Bila tangan

dibuka, tanah tidak hancur dan tidak lengket ditangan.

Setelah dapat campuran tanah, mencatat berapa cc air yang

ditambahkan untuk setiap 2,5 kg tanah.

7. Penambahan air untuk setiap sampel tanah dalam plastik dapat

dihitung dengan rumus :

Wwb = wb . W 1 + wb

W = Berat tanah

Wb = Kadar air yang dibutuhkan

Penambahan air : Ww = Wwb – Wwa

8. Sesuai perhitungan, lalu melakukan penambahan air setiap 2,5 kg

sampel diatas pan dan mengaduknya sampai rata dengan sendok

pengaduk.

b. Pemadatan tanah

1. Menimbang mold standar beserta alas.

2. Memasang collar pada mold, lalu meletakkannya di atas papan.

3. Mengambil salah satu sampel yang telah ditambahkan air sesuai

dengan penambahannya.

4. Dengan modified proctor, tanah dibagi kedalam 5 bagian. Bagian

pertama dimasukkan kedalam mold, ditumbuk 25 kali sampai

merata. Dengan cara yang sama dilakukan pula untuk bagian

kedua, ketiga, keempat dan kelima, sehingga bagian kelima

(61)

40

5. Melepaskan collar dan meratakan permukaan tanah pada mold

dengan menggunakan pisau pemotong.

6. Menimbang mold berikut alas dan tanah didalamnya.

7. Mengeluarkan tanah dari mold dengan extruder, ambil bagian

tanah (alas dan bawah) dengan menggunakan 2 container untuk

pemeriksaan kadar air (w).

8. Mengulangi langkah kerja b.2 sampai b.7 untuk sampel tanah

lainnya, maka akan didapatkan 6 data pemadatan tanah.

(62)

41

6. Uji CBR (California Bearing Ratio)

Tujuannya adalah untuk menentukan nilai CBR dengan mengetahui kuat

hambatan campuran tanah dengan larutan Ecomix terhadap penetrasi kadar

air optimum.

Langkah Kerja :

a. Menyiapkan 3 sampel tanah yang lolos saringan No. 4 masing-masing

sebanyak 6 kg ditambah sedikit untuk mengetahui kadar airnya.

b. Menentukan penambahan air dengan rumus :

Penambahan Air : Berat sampel x (OMC - MC)

100

dimana :

OMC : Kadar air optimum dari hasil uji pemadatan

(63)

42

e. Memasukkan sampel kedalam mold lalu menumbuk secara merata.

Melakukan penumbukan sampel dalam mold dengan 5 lapisan dan

banyaknya tumbukan pada masing-masing sampel adalah :

Sampel 1 : Setiap lapisan ditumbuk 10 kali

Sampel 2 : Setiap lapisan ditumbuk 25 kali

Sampel 3 : Setiap lapisan ditumbuk 55 kali

f. Melepaskan collar dan meratakan sampel dengan mold lalu

menimbang mold berikut sampel tersebut.

g. Mengambil sebagian sampel yang tidak terpakai untuk memeriksa

kadar air.

h. Melembabkan sampel dan setelah itu merendam sampel di dalam bak

air, setelah itu dilakukan pengujian CBR.

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Internasional
Tabel 2. Klasifikasi Tanah untuk Lapisan Tanah Dasar Jalan Raya (AASHTO)
Tabel 3. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (Bowles, 1991)
Tabel 4.  Sistem Klasifikasi Unified
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah pengaruh media sandpaper letters terhadap kemampuan menulis anak kelompok B di PAUD Cahaya Ananda Palembang.. Langkah- langkah

Secara umum tujuan dan kegunaan manajemen dakwah adalah menuntun dan memberikan arah agar pelaksanaan dakwah dapat mewujudkan secara profesional. Artinya, dakwah harus

1. Pengaruh kondisi lingkungan di sekitar cakupan wilayah Kali Banger terhadap kualitas air Kali Banger pada saat ini terbukti memperburuk kondisi air Kali

Dalam survey WHO yang dilakukan di 100 Negara secara serentak pada tahun 2004-2006 termasuk Indonesia, terungkap bahwa 12,6% pelajar setingkat SMP adalah perokok, dan sebanyak

Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah pengendalian hayati, dengan judul Pengembangan Formulasi Biopestisida Berbahan Aktif Bacillus subtilis AB89 dan Staphylococcus

Dalam rangka mendapatkan harga susu sapi segar terbaik perlu diberikan alternatif perancangan susu sterilisasi yang dapat didirikan di daerah penghasil susu dengan

[r]

Hal ini ditunjukan dengan perbedaan yang bermakna tekanan darah sistolik pada pra preload dengan menit ke-0 pasca spinal dan menit ke-0 pasca spinal dengan menit ke-3