• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Keputusan Pembelian dan Preferensi Konsumen Produk Bakery BREaD Unit SEAFAST Center Institut Pertanian Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Keputusan Pembelian dan Preferensi Konsumen Produk Bakery BREaD Unit SEAFAST Center Institut Pertanian Bogor"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok dan kebutuhan yang paling mendasar untuk kehidupan setiap makhluk hidup. Makanan diperlukan untuk pembentukan energi dan untuk proses metabolisme di dalam tubuh. Dengan mengkonsumsi makanan makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang. Dengan mengkonsumsi makan manusia dapat menjalankan aktivitas sehari-harinya. Makanan yang dikonsumsi manusia dapat berupa karbohidrat seperti nasi dan terigu, jagung, umbi-umbian dan tanaman buah seperti sukun, sagu yang merupakan sumber karbohidrat. Selain itu dapat juga mengkonsumsi daging sebagai sumber protein dan buah-buahan sebagai sumber vitamin.

Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi perubahan gaya hidup dan selera akan makanan pada masyarakat. Salah satu makanan olahan yang biasa dikonsumsi manusia adalah produk bakery (roti dan kue). Masyarakat yang tadinya mengkonsumsi nasi sebagai asupan karbohidrat dapat mengkonsumsi roti dan kue sebagai pengganti asupan karbohidrat lain. Perkembangan konsumsi roti yang berbahan dasar gandum ini berfluktuasi. Hal ini diperlihatkan pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Perkembangan tingkat konsumsi produk roti/kapita/tahun No. Daerah/makanan/tahun 1993 1996 1999 2002

1 Kota

Roti tawar (kg) 1,6 - - - Roti tawar (bks kecil) - 6,2 2,9 3,7 Roti manis (potong) - 18,5 14,7 18,1

2 Desa

Roti tawar (kg) 0,1 - - - Roti tawar (bks kecil) - 1,9 1,0 1,2 Roti manis (potong) - 15,1 9,2 12,4

(2)

Berdasarkan Tabel di atas, perkembangan tingkat konsumsi roti tawar bungkus kecil di daerah perkotaan dari tahun 1996 sampai tahun 2002 menurun sedangkan tingkat konsumsi roti manis dari tahun 1996 sampai tahun 2002 terlihat stabil. Berbeda dengan tingkat konsumsi roti tawar dan roti manis di daerah pedesaan, dari tahun 1996 sampai tahun 1999 tingkat konsumsinya mengalami penurunan dan pada tahun 2002 mengalami peningkatan kembali. Sedangkan menurut data Susenas dari tahun 2005 sampai tahun 2008 konsumsi roti mengalami peningkatan. Hal ini diperlihatkan pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Perkembangan tingkat konsumsi roti per tahun

Makanan 2005 2008

Roti tawar (bungkus) 460 juta 742 juta Roti manis (potong) 4,2 miliar 6,4 miliar Sumber: Data Susenas dalam Mulyadi, 2005, 2008 (diolah)

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), yang diolah kembali, menunjukkan pada tahun 2005 konsumsi nasional roti tawar sekitar 460 juta bungkus, angka ini meningkat sebesar 61% pada tiga tahun berikutnya sehingga menjadi sekitar 742 juta bungkus. Sedangkan konsumsi roti manis pada tahun 2005 diperkirakan sekitar 4,2 miliar potong, kemudian meningkat sebesar 53% pada tahun 2008 sehingga menjadi sekitar 6,4 miliar potong. Dapat diprediksi, seiring dengan perkembangan dan perubahan gaya hidup modern di masa mendatang, konsumsi roti nasional akan terus meningkat dari tahun ke tahun (Mulyadi, 2010).

Produk bakery saat ini bukan hanya dilihat sebagai makanan sampingan, melainkan sudah menjadi makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Bahkan dikalangan remaja dan anak-anak, produk bakery sudah menggeser nasi sebagai sumber karbohidrat utama. Persentase pertumbuhan industri di tahun 2009 diperkirakan mencapai 12-15% (Ita, 2008).

(3)

rasa yang menarik perhatian konsumen. Konsumen di negeri ini pun menyambut hangat produk yang mereka tawarkan (Hermawan, 2008).

Dengan adanya trend konsumsi produk bakery, Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center dengan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk – Divisi Bogasari bekerja sama membangun program BReAD (Baking Research And Development) Unit dengan mengembangkan berbagai jenis produk bakery yang dibuat dengan mensubstitusi sejumlah tepung terigu dengan tepung lokal seperti tepung jagung dan tepung ubi jalar sampai pada level 80% diantaranya adalah muffin,

brownies, chiffon cake, ensaymada, dan roti tawar. Program tersebut bermaksud untuk mempopulerkan produk bakery dengan bahan baku tepung lokal yang digunakan. Dengan diproduksinya produk-produk bakery tersebut, BReAD Unit mengharapkan produk-produk tersebut dapat diterima oleh konsumen dan dapat dipasarkan secara luas. Maka dari itu, penelitian ini akan difokuskan pada permasalahan keputusan pembelian dan preferensi konsumen produk bakery BReAD Unit SEAFAST Center Institut Pertanian Bogor.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana karakteristik konsumen produk bakery BReAD Unit?

2. Bagaimana proses pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian produk bakery BReAD Unit?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap atribut produk bakery BReAD Unit?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen produk bakery BReAD Unit. 2. Menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian konsumen produk

(4)

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap atribut produk bakery BReAD Unit.

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak terkait, diantaranya :

1. Perusahaan, sebagai saran dan pertimbangan dalam mengevaluasi bisnisnya.

2. Penulis, sebagai sarana dan hasil penerapan ilmu yang didapatkan saat kuliah.

3. Sebagai bahan acuan untuk peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemasaran

Pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang baik dan singkat dari pemasaran adalah memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan (Kotler dan Keller, 2009).

Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola kebutuhan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya (American Marketing Association

atau AMA dalam Kotler dan Keller, 2009).

Menurut Yusuf dan Williams (2007), pemasaran adalah sebuah orientasi yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuannya dengan memfokuskan pada kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Orintasi ini didasarkan pada keyakinan bahwa semua kegiatan perencanaan dan kegiatan perusahaan harus berorientasi pada pelanggan dan terkoordinasi, dan bahwa keduanya sangat penting bagi pencapaian sasaran kinerja perusahaan.

Menurut Ansoff dalam Kotler dan Keller (2007), perusahaan pertama-tama akan mempertimbangkan apakah mereka dapat meraih pangsa pasar yang lebih besar dengan produk yang ada di pasarnya sekarang (strategi penetrasi pasar). Kemudian, mempertimbangkan apakah dapat ditemukan atau dikembangkan pasar baru untuk produk yang ada (strategi pengembangan pasar). Lalu mempertimbangkan apakah dapat menciptakan produk baru yang memberikan keunggulan potensial bagi pasar yang ada (strategi pengembangan produk). Kemudian, mempertimbangkan juga peluang untuk menciptakan produk baru di pasar yang baru (strategi diversifikasi).

2.2. Produk

(6)

kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, property, organisasi, informasi, dan ide.

Produk adalah sekumpulan atribut dasar yang dirangkai menjadi sebuah bentuk yang dapat dikenali, seperti perahu, kursi, atau hiburan. Istilah produk mencakup barang, atau benda nyata, dan jasa, barang yang kurang nyataseperti nasihat hukum dan akomodasi (Yusuf dan Williams, 2007).

Menurut Astuti (2004), produk adalah apa pun yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan manusia. Produk yang dapat dipasarkan termasuk yang benda berbentuk secara fisik, jasa, pengalaman, kejadian, orang, tempat, kepemilikan (properti), organisasi, informasi, dan ide.

2.2.1. Hierarki Produk

Menurut Kotler dan Keller (2009) dan diperjelas oleh Astuti (2004), kita dapat mengidentifikasi tujuh tingkat hierarki produk:

1. Need family, yaitu kebutuhan inti yang melandasi keberadaan

product family, misalnya keamanan.

2. Product family, yaitu semua kelas produk yang dapat memenuhi kebutuhan inti dengan efektivitas yang layak, misalnya tabungan dan pendapatan.

3. Product class, yaitu kelompok produk dalam product family yang melakukan fungsi terkait, misalnya sarana finansial

4. Product line, yaitu kelompok produk dalam satu kelas produk yang berkaitan erat karena melakukan fungsi yang sama, dijual kepada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan melalui saluran yang sama, dan berapa pada satu rentang harga yang ditetapkan, misalnya asuransi jiwa.

5. Product type, yaitu sekelompok item dalam satu lini produk yang sama-sama berada dalam satu dan beberapa kemungkinan bentuk produk, misalnya asuransi jiwa berjangka.

(7)

7. Item (product variant), yaitu unit berbeda dalam satu merek atau lini produk yang dapat dibedakan oleh ukuran, harga, penampilan, atau beberapa atribut lainnya, misalnya asuransi jiwa berjangka Prudential yang dapat diperbarui.

2.2.2. Klasifikasi Produk

Berdasarkan ketahanan, keberwujudan, dan kegunaan pemasar menggolongkan produk menjadi tiga kelompok (Kotler dan Keller, 2009) yaitu:

1. Barang-barang yang tidak tahan lama adalah barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan.

2. Barang tahan lama adalah barang-barang berwujud yang biasanya dapat digunakan untuk waktu lama.

3. Jasa adalah produk yang tak berwujud, tak terpisahkan, bervariasi, dan dapat musnah.

2.2.3. Atribut Produk

Atribut produk merupakan serangkaian manfaat yang dapat diidentifikasi. Manfaat ini mencakup layanan yang disediakan, harga yang ditawarkan, desainnya, kemasan, jaminan atau garansi, citra atau reputasi penjualan, kualitas produk, dan karakteristik fisiknya. Setiap perubahan apa pun dari atribut-atribut ini akan membentuk suatu produk baru (Yusuf dan Williams, 2007).

(8)

mana yang dianggap paling penting oleh konsumen. Pengetahuan yang lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan memudahkan konsumen untuk memilih produk yang akan dibelinya.

Menurut Garvin dalam Nasution (2001), terdapat delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas produk, yaitu sebagai berikut:

1. Performa (performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. Sebagai contoh, performa dari TV berwarna adalah memiliki gambar yang jelas, performa dari produk mobil adalah akselerasi, kecepatan, kenyamanan, dan pemeliharaan.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan atau pelengkap (features) merupakan aspek kedua dari performa yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya. Sebagai contoh, features untuk produk penerbangan adalah memberikan minuman atau makanan gratis dalam pesawat, pembelian tiket melalui telepon dan penyerahan tiket di rumah, pelaporan keberangkatan di kota dan diantar ke lapangan terbang (city check in).

3. Keandalan (reliability) berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. Dengan demikian, keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan tingkat keberhasilan dalam penggunaan suatu produk, misalnya keandalan mobil adalah kecepatan.

(9)

semua pintu mobil untuk model tertentu yang diproduksi berada dalam rentang dan toleransi yang dapat diterima.

5. Daya tahan (durability) merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan suatu produk. Sebagai contoh, pelanggan akan membeli ban mobil berdasarkan daya tahan ban itu dalam penggunaan.

6. Kemampuan pelayanan (service ability) merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta akurasi dalam perbaikan. Sebagai contoh, saat ini kita menjumpai bahwa banyak perusahaan otomotif yang memberikan pelayanan perawatan atau perbaikan mobil sepanjang hari (24 jam) atau permintaan pelayanan melalui telepon dan perbaikan mobil dilakukan di rumah.

7. Estetika (aesthetics) merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subyektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual. Dengan demikian, estetika dari suatu produk lebih banyak berkaitan dengan perasaan pribadi dan mencakup karakteristik tertentu, seperti keelokan, kemulusan, suara yang merdu, selera, dan lain-lain.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) bersifat subyektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk, seperti meningkatkan harga diri. Hal ini dapat juga berupa karakteristik yang berkaitan dengan reputasi (brand name, image). Sebagai contoh, seseorang akan membeli produk elektronik merek Sony karena memiliki reputasi sebagai produk yang berkualitas, meskipun orang itu belum pernah menggunakannya.

2.3. Merek

(10)

diingat, mudah diingat, dapat disesuaikan dengan tambahan produk, dan bisa terdaftar dan terlindungi secara hukum (Yusuf dan Williams, 2007).

Merek adalah nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing (Kotler dan Keller, 2009).

Menurut Astuti (2009), merek adalah satu nama, istilah, tanda, symbol, atau rancangan, atau satu kombinasi dari itu semua untuk mengidentifikasi barang atau jasa, dari penjual tertentu atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasinya dari pesaingnya.

2.4. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan (Kotler dan Keller, 2009).

Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2005), perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat keputusan, baik individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat keputusan-keputusan beli atau melakukan transaksi pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya.

Sumarwan (2004) mendefininisakan perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.

Perilaku konsumen mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan membuang produk, jasa, ide, atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka (Astuti, 2004).

(11)

menggambarkan bagaimana faktor-faktor baik internal maupun eksternal menyebabkan seseorang membeli dan mengkonsumsi produk serta apa yang terjadi setelah mengkonsumsi.

Gambar 1. Model Perilaku Konsumen (Prasetijo dan Ihalauw, 2005)

Gambar di atas menjelaskan seorang konsumen yang memiliki kebutuhan, pilihan, sikap, persepsi, dan gaya hidup yang dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal yang berada disekitarnya yang digunakan untuk mencari dan mengevaluasi kebutuhan yang diinginkan konsumen. Setelah dilakukan evaluasi, konsumen akan menentukan alternatif-alternatif terbaik hasil evaluasi dan akan menentukan pilihan dan melakukan pembelian. Setalah membeli akan ada proses desonansi pasca beli yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen setelah melakukan pembelian. Perilaku pasca pembelian ini akan menghasilkan perasaan puas atau tidak puas terhadap barang atau jasa yang dibelinya. Tingkat kepuasan tersebut akan menjadi faktor internal yang mempengaruhi sikap konsumen.

2.5. Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Keputusan adalah suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Dengan kata lain, orang yang mengambil keputusan harus

Puas/tidak puas

Menentukan alternatif-alternatif Mencari dan mengevaluasi

Menentukan pilihan dan memutuskanmembeli

(12)

mempunyai satu pilihan dari beberapa alternatif yang ada. Bila seseorang dihadapkan pada dua pilihan, membeli dan tidak membeli, dan kemudian dia memilih membeli, maka dia ada dalam posisi membuat suatu keputusan (Prasetijo dan Ihalauw, 2005).

Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2004), keputusan didefinisikan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternative. Jika konsumen tidak memiliki pilihan alternatif, hal ini bukanlah suatu situasi konsumen melakukan keputusan.

Menurut Kotler dan Keller (2009), proses keputusan pembelian konsumen terdiri dari lima tahap: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pascapembelian.

1. Pengenalan Masalah

Tahap dimana pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal.

2. Pencarian Informasi

Tahap dimana konsumen mencari informasi tambahan akibat dari jumlah informasi yang terbatas.

3. Evaluasi Alternatif

Tahap dimana konsumen memproses informasi merek kompetitif dan melakukan penilaian nilai akhir dari manfaat atribut suatu produk.

4. Keputusan Pembelian

Tahap dimana konsumen membeli merek yang paling disukai. Ada dua faktor umum yang dapat membandingkan antara maksud pembelian dan keputusan pembelian yaitu sikap orang lain dan faktor situasional yang tidak diantisipasi.

5. Perilaku Pascapembelian

(13)

Model lima tahap proses pembelian konsumen

Gambar 2. Proses Keputusan Pembelian Konsumen (Kotler dan Keller, 2009)

2.6. Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen merupakan pilihan kelebihsukaan oleh seseorang terhadap suatu produk yang dikonsumsi berdasarkan evaluasi terhadap berbagai atribut yang terdapat pada produk tersebut (Kotler dan Keller, 2007). Sedangkan menurut Nicholson (2001), konsep preferensi menyatakan bahwa jika seseorang mengatakan dia lebih menyukai A daripada B, ini berarti segala kondisi dibawah A tersebut disukai daripada kondisi dibawah pilihan B. hubungan preferensi konsumen biasanya diasumsiakan memiliki tiga sifat dasar (properti), yaitu:

1. Kelengkapan (Completeness)

Jika A dan B merupakan dua kondisi, maka tiap orang harus selalu harus bisa menspesifikan apakah:

a. A lebih disukai daripada B b. B lebih disukai daripada A c. A dan B sama-sama disukai 2. Transitivitas (Transitivity)

Jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, dan B lebih disukai daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C. Dengan demikian seseorang tidak bisa mengartikulasikan preferensinya yang saling bertentangan. Properti diatas mengasumsikan bahwa konsumen selalu dapat membuat peringkat atas semua situasi dan kondisi mulai dari hal yang palingdisukai hingga hal yang paling tidak disukai.

Menurut Fitz Roy dalam Dhewi (2005), preferensi adalah seperangkat objek yang dinilai sesuai atau mendekati kesesuaian dengan persyaratan yang dikehendaki konsumen.

Menurut Simatupang dan Ariani dalam Hayati, dkk (2009), Preferensi konsumen adalah konsepsi abstrak yang menggambarkan peta peningkatan

(14)

kepuasan yang diperoleh dari kombinasi barang dan jasa sebagai cerminan dari selera pribadinya. Dengan kata lain preferensi konsumen merupakan gambaran tentang kombinasi barang atau jasa yang lebih disukai konsumen apabila ia memiliki kesempatan untuk memperolehnya. Dalam teori preferensi konsumen, seorang konsumen diasumsikan mampu membedakan semua jenis komoditi yang ia hadapi, komoditi mana yang ia pilih, komoditi mana yang sama saja bila dipilih dengan komoditi lainnya atau dengan kata lain dalam teori preferensi konsumen diasumsikan setiap konsumen mampu membuat daftar urutan atau rank preference atas semua komoditi yang dihadapinya.

2.7. Analisis Faktor

Analisis faktor digunakan untuk menganalisis interaksi antarvariabel. Semua variable berstatus sama, tidak ada variable independen yang jadi prediktor bagi variable independen lain. Dalam analisis faktor tidak hanya mencari memilih salah satu variable, tetapi mencari variable baru untuk mewakili variable lainnya. Analisis faktor dapat digunakan untuk mengidentifikasi struktur hubungan antarvariabel ataupun antarresponden. Analisis faktor juga dapat digunakan untuk mengurangi data (Simamora, 2005).

Menurut Suliyanto (2005), analisis faktor adalah suatu teknik untuk menganalisis tentang saling ketergantungan dari beberapa variable secara simultan dengan tujuan untuk menyederhanakan dari bentuk hubungan antara beberapa variabel yang diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit daripada variabel yang diteliti, yang berarti dapat juga menggambarkan tentang struktur data dari suatu penelitian. Analisis faktor merupakan salah satu bentuk analisis multivariat yang tujuan umumnya adalah menemukan satu atau beberapa variabel atau konsep yang diyakini sebagai sumber yang melandasi seperangkat variabel nyata.

Fungsi dari analisis faktor digunakan untuk (Suliyanto,2005):

(15)

2. Mengidentifikasi variabel-variabel baru yang lebih kecil, untuk menggantikan variabel tidak berkorelasi dari serangkaian variabel asli yang berkorelasi.

3. Mengidentifikasi beberapa variabel kecil dari sejumlah variabel yang banyak untuk dianalisis dengan analisis miltivariat lainnya.

2.8. Penelitian Terdahulu

Penelitian Febrianti (2011) dalam penelitiannya tentang Analisis Keputusan Pembelian dan Preferensi Konsumen Pembalut Wanita “Charm” (Kasus Pada Mahasiswi Strata 1 Institut Pertanian Bogor). Penelitian ini bertujuan 1) Mengidentifikasi karakteristik konsumen pembalut wanita Charm, 2) Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan pembelian konsumen pembalut wanita Charm, 3) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap atribut pembalut wanita Charm. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif dan Analisis Faktor. Hasil dari analisis faktor terbentuk empat faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen, yaitu faktor internal produk sebesar 0,607, faktor eksternal produk sebesar 0,731, faktor inovasi produk sebesar 0,651, dan faktor ekonomi konsumen sebesar 0,644.

Penelitian Miftah (2010) dalam penelitiannya tentang Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi Konsumen terhadap restaurant Gurih 7, Bogor. Penilitian ini memiliki tujuan 1) Mengetahui karakteristik konsumen Restaurant gurih 7 2) Menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen Restaurant Gurih 7, 3) Menganalisi faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen Restaurant Gurih 7. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dan Analisis Faktor. Berdasarkan analisis faktor, hasilnya menunjukan bahwa faktor utama yang mempengaruhi adalah faktor reability sebesar 0,698, faktor responsiveness sebesar 0,611, faktor assurance 0,742, faktor tangible 0,697, dan yang terakhir adalah

emphaty sebesar 0,567.

(16)
(17)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Untuk dapat melakukan penelitian ini, langkah awalnya adalah mengetahui visi dan misi serta tujuan yang ingin dicapai oleh BReAD Unit. BReAD Unit mempunyai tujuan untuk mengembangkan produk-produk bakery yang berbahan dasar tepung-tepung berbasis sumberdaya lokal seperti tepung jagung dan tepung ubi jalar. Dari hasil pengembangan produk tersebut, perusahaan ingin melihat bagaimana reaksi penerimaan konsumen terhadap produk-produk hasil pengembangan BReAD Unit yang ditawarkan.

Perusahaan juga ingin mengembangkan skala pemasaran produk-produknya. Dalam usaha memasarkan produk tersebut, tentu saja tidak terlepas dari ancaman persaingan. Pesaing yang sudah lebih dahulu memasuki pasar tentu saja dapat menguasai pasar sasaran dengan mudah. Oleh karena itu, penting bagi BReAD Unit dalam mengetahui bagaimana keinginan dan kebutuhan konsumen sebagai acuan untuk pengembangan produk dan strategi perusahaan yang dimilikinya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik, menganalisis tahapan proses keputusan pembelian, menganalisis faktor-faktor yang dinilai penting dalam mempengaruhi preferensi konsumen terhadap produk bakery

BReAD Unit. Untuk dapat mengetahui karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan pembelian konsumen digunakan analisis deskriptif sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap atribut produk digunakan analisis faktor.

(18)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai Analisis Keputusan Pembelian dan Preferensi Konsumen Produk Bakery BReAD Unit ini dilaksanakan di BReAD unit yang terletak di Institut Pertanian Bogor di Dramaga Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja karena lokasi tersebut terdapat konsumen dari berbagai kalangan sehingga populasi yang didapat cukup beragam. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012-Maret 2012.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber utama. Sedangkan

BReAD Unit memerlukan Pengetahuan tentang Keinginan dan Kebutuhan Konsumen

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Karakteristik

Konsumen

Analisis

Deskriptif Analisis Faktor

Rekomendasi Persaingan yang Kompetitif

Produk-Produk Bakery yang Ditawarkan Tujuan BReAD Unit

(19)

data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari sumber utama dan lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain.

Data primer didapatkan melalui pengamatan langsung di lapangan (observasi), wawancara dan pemberian kuesioner kepada konsumen. Data sekunder didapatkan melalui pencarian, pengumpulan, dan penelaahan buku-buku, majalah, jurnal, internet, dan dokumen-dokumen yang terkait dengan tujuan penelitian.

3.4. Metode Penarikan Sampel

Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Dalam metode ini, sampel yang akan dipilih berdasarkan pada syarat-syarat yang telah ditentukan sebelumnya. Responden adalah konsumen yang sedang membeli atau sudah pernah membeli produk-produk bakery BReAD Unit dan minimal berusia 17 tahun ke atas karena diasumsikan responden tersebut mampu untuk menjawab pertanyaan pada kuesioner.

Penelitian ini menggunakan rumus Slovin untuk menentukan ukuran minimal sampel yang dibutuhkan dari suatu populasi sehingga mendapatkan sampel yang dapat menggambarkan serta mewakili data populasi.

N

N ………..……….(1)

Dimana: n = Jumlah contoh N = Jumlah populasi

e = Tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir (10%)

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah jumlah rata-rata konsumen yang berkunjung ke BReAD Unit setiap bulannya. Berdasarkan data kunjungan konsumen, diperoleh jumlah rata-rata kunjungan per bulan sekitar 990 kunjungan. Maka berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10% diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 responden dengan perhitungan sebagai berikut:

N

(20)

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.5.1. Uji Validitas

Menurut Umar (2005), validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sekiranya peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukur.

Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Instrumen alat ukur harus memperhatikan ketepatan dan kecermatan. Suatu instrumen mungkin tepat untuk mengukur suatu objek, tetapi belum tentu cermat. Dengan demikian valid tidaknya alat ukur hanya berlaku untuk tujuan yang spesifik (Suliyanto, 2005).

Menurut Suliyanto (2005), kriteria pengujian tes validitas dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut:

1. Jika koefisien korelasi product moment melebihi 0,3 2. Jika koefisien korelasi product moment>r-Tabel 3. Nilai Sig. .

Rumus yang digunakan adalah teknik korelasi product moment

(Umar, 2005):

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑ ………..(3)

Keterangan:

= jumlah responden

= skor masing-masing pertanyaan = skor total pertanyaan

3.5.2. Uji Reliabilitas

(21)

terhadap kelompok objek yang sama diperoleh hasil relatif sama (aspek yang diukur belum berubah), meskipun tetap ada toleransi bila terjadi perbedaan (Suliyanto, 2005).

Menurut Umar (2005), reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Teknik yang digunakan untuk menguji reliabilitas dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha. Teknik ini digunakan untuk mecari raliabilitas instrument yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan rentang antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 0-100 atau bentuk skala 1-3, 1-5 atau 1-7 dan seterusnya.

Rumus teknik Cronbach’s Alpha ditulis sebagai berikut (Umar, 2005):

………....(4)

Keterangan:

= reliabilitas instrument = banyak butir pertanyaan ∑ = jumlah varians butir

= varians total

Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden dimana reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika nilai alpha cronbach lebih dari 0,6.

3.5.3.Analisis Deskriptif

Menurut Hasan dalam Febrianti (2011), analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas satu sampel. Analisis deskriptif menggunakan satu variabel atau lebih tetapi bersifat mandiri. Oleh karena itu analisis ini tidak berbentuk perbandingan atau hubungan.

(22)

persentase jumlah responden yang disajikan dalam bentuk tabulasi sederhana.

3.5.4.Analisis Faktor

Analisis faktor dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap atribut produk bakery BReAD Unit. Menurut Suliyanto (2005), pada prinsipnya analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan beberapa variabel yang memiliki kemiripan untuk dijadikan satu faktor, sehingga dimungkinkan dari beberapa atribut yang mempengaruhi suatu komponen variabel dapat diringkas menjadi beberapa faktor utama yang jumlahnya lebih sedikit.

Menurut Widarjono (2010), tujuan analisis faktor adalah mencari seminimal mungkin faktor dengan prinsip kesederhanaan atau parsimoni (parsimony) yang mampu menghasilkan korelasi diantara indikator-indikator yang diobservasi. Untuk mendapatkan sejumlah faktor umum tersebut ada beberapa langkah yang harus diambil:

1. Langkah pertama adalah menghitung korelasi antara indikator yang diobservasi untuk mengetahui syarat kecukupan bagi data di dalam analisis faktor dengan metode Kaiser-Meyer-Olkin (KMO). Metode KMO ini mengukur kecukupan sampling secara menyeluruh dan mengukur kecukupan sampling untuk setiap indicator. Metode KMO mengukur homogenitas indikator. Metode KMO ini tidak memerlukan uji statistikal, tetapi ada petunjuk yang bisa digunakan untuk melihat homegenitas indikator sebagaimana terlihat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Ukuran Kaiser-Meyer-Olkin

No. Ukuran

KMO Rekomendasi

(23)

Lanjutan Tabel 3.

4 0,60 – 0,69 Cukup (Mediocre) 5 0,50 – 0,59 Buruk (Miserable)

6 ≤ 0,50 Tidak diterima (Unacceptable)

Secara umum tingginya KMO sangat diperlukan. Dari Tabel 2 tersebut maka disarankan untuk paling tidak di atas 0,80. Namun, di atas 0,5 biasanya masih bisa diakomodasi untuk penentuan analisis faktor.

Selain memasukkan semua indikator di dalam perhitungan korelasi, Kaiser-Meyer Olkin juga menghitung koefisien korelasi di dalam analisis faktor untuk indikator tertentu digunakan pengukuran

Measure of Sampling Adequacy (MSA). Prosedurnya adalah jika nilai MSA ≥ 0,5 maka indicator tersebut layak untuk digunakan untuk analisis faktor dan sebaliknya jika nilai MSA < 0,5 maka indikator tersebut tidak layak.

2. Langkah kedua di dalam analisis faktor adalah ekstraksi faktor (extraction). Ekstraksi faktor adalah suatu metode yang digunakan untuk mereduksi data dari beberapa indikator untuk menghasilkan faktor yang lebih sedikit yang mampu menjelaskan korelasi antara indikator yang diobservasi. Menurut Suliyanto (2005), model analisis faktor dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Principal Components Analysis, merupakan model dalam analisis faktor yang tujuannya untuk melakukan prediksi terhadap sejumlah faktor yang akan dihasilkan.

Model Principal Components Analysis:

ℓ ℓ . . . ℓ ………(5)

Syarat, m ≤ p

Jika ditulis dalam bentuk matriks adalah:

F = ℓX, dimana: F :faktor principal components (unobservable)

(24)

2. Common Factors, merupakan model dalam analisis faktor yang tujuannya untuk mengetahui struktur dari variabel yang diteliti (karakteristik dari observasi).

Model Common Factors:

ℓ ℓ . . . ℓ ε ………..(6) Syarat, m ≤ p

Jika ditulis dalam bentuk matriks adalah:

X = ℓF + ε, dimana: F : common factors (unobservable) X : variabel yang diteliti (observable) ℓ : bobot dari kombinasi linear (loading) ε : specific factor

3. Langkah selanjutnya adalah rotasi faktor (rotation). Rotasi faktor ini diperlukan jika metode ekstraksi faktor belum menghasilkan komponen faktor utama yang jelas. Tujuan dari rotasi faktor ini agar dapat memperoleh struktur faktor yang lebih sederhana agar mudah diinterpretasikan. Ada beberapa metode rotasi faktor yang bisa digunakan yaitu:

1. Varimax Method

Varimax Method adalah metode rotasi orthogonal untuk meminimalisasi jumlah indikator yang mempunyai factor loading tinggi pada tiap faktor.

2. Quartimax Method

Quartimax method merupakan metode rotasi untuk

meminimalisasi jumlah faktor yang digunakan untuk menjelaskan indikator.

3. Equamax Method

Equamax method merupakan metode gabungan antara varimax method yang meminimalkan indikator dan quartimax method

(25)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum BReAD Unit

4.1.1. Sejarah Singkat BReAD Unit

BReAD Unit (Baking Research And Development Unit) merupakan program kerjasama Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center dan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB dengan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk – Divisi Bogasari dalam pengadaan pelatihan pembuatan roti dan kue yang diperuntukan bagi mahasiswa, civitas Institut Pertanian Bogor (IPB) serta masyarakat sekitar. BReAD Unit diresmikan pada tanggal 29 November 2010 oleh Rektor IPB.

BReAD Unit dilengkapi dengan fasilitas fisik yang memadai dan didukung oleh sumberdaya manusia yang mempunyai keahlian di bidang teknologi pangan khususnya di bidang baking technology. Fasilitas pengolahan di BReAD Unit dilengkapi dengan instrument analisis yang lengkap berkat dukungan penuh SEAFAST Center dan Deptemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB. Fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung aktivitas pengembangan produk di BReAD Unit diantaranya, yaitu bakery processing line, Noodle processing linezer, Farinograph dan extensograph, rapid visco analyzer, texture analyzer sertalaboratorium analisis sensori.

Tenaga ahli pendukung BReAD Unit memiliki pengalaman professional dalam pengembangan berbagai produk pangan berbasis

baking technology. Profesionalisme tersebut terbentuk baik melalui pendidikan maupun pengalaman yang terbentuk selama bekerja sama baik dengan industry pangan maupun lembaga pemerintah.

Selain melakukan penelitian BReAD Unit juga menjual produk hasil produksinya dengan mendirikan outlet di Gedung PAU lantai dasar kampus IPB Dramaga Bogor. Produk yang dijual berupa bakery seperti

(26)

yang dijual BReAD Unit juga menjual minuman hangat seperti hot chocolate, good day, coffe mix, teh manis hangat dan teh tawar hangat. 4.1.2. Visi BReAD Unit

BReAD Unit memiliki visi memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai cara produksi yang baik untuk produk-produk

bakery, meningkatkan mutu produk pangan pada usaha kecil menengah, menumbuhkan jiwa kewirausahaan sejak dini khususnya untuk anak-anak usia sekolah. Selain itu BReAD Unit juga mengembangkan produk yang berbahan dasar tepung-tepungan berbasis sumberdaya lokal.

4.1.3. Struktur Organisasi

BReAD Unit memiliki struktur organisasi yang dikepalai oleh kepala pusat SEAFAST Center. Struktur organisasi ini dibuat agar setiap anggota dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Kepala pusat SEAFAST center ini dibantu oleh seorang sekartaris dalam menjalankan tugasnya. Kegiatan teknis yang dilakukan di BReAD Unit diawasi dan diatur oleh seorang manajer teknis. Untuk proses produksi bakery dilakukan oleh dua orang di bagian produksi. Keuangan dan administrasi yang terdapat di BReAD Unit dilakukan oleh seorang staf keuangan dan administrasi. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi BReAD Unit dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Struktur Organisasi BReAD Unit

Administrasi dan  Keuangan  Produksi  Manajer Teknis 

(27)

4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Pada tahap awal penelitian, kuesioner yang telah diisi responden diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian kuesioner dilakukan terhadap 30 orang responden yang telah membeli bakery

di BReAD Unit. Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hasil yang relatif sama.

Uji validitas dilakukan dengan menghitung nilai korelasi (r) antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total, dengan menggunakan metode

Product Moment Pearson yang diolah menggunakan software SPSS versi

16.0 pada taraf tingkat kepercayaan 90% (α =0,1) dengan nilai r Tabel yang dipakai adalah 0,361. Hasil pengujian validitas kuesioner menunjukkan r hitung dari setiap atribut memiliki nilai antara 0,434 sampai dengan 0,810. Butir atribut dikatakan valid apabila r hitung > r Tabel. Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai r hitung > r Tabel, berdasarkan hasil tersebut menunjukkan seluruh atribut dalam kuesioner dinyatakan valid.

Setelah dilakukan uji validitas kuesioner dan kuesioner dinyatakan valid, maka selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk pengujian reliabilitas adalah Cronbach’s Alpha dengan software SPSS versi

16.0. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika nilai alpha cronbach lebih dari 0,6. Berdasarkan hasil pengujian dengan teknik tersebut menghasilkan nilai alpha sebesar 0,941 dari 30 responden. Nilai tersebut lebih besar dari 0,6 sehingga seluruh atribut dalam kuesioner dapat dikatakan reliabel. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.

4.3. Karakteristik Konsumen produk bakery BReAD Unit

(28)

jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, status pekerjaan, pendapatan per bulan, dan pengeluaran untuk konsumsi bakery per bulan. 4.3.1. Jenis Kelamin

Gambar 5. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa konsumen yang membeli bakery BReAD Unit didominasi oleh konsumen yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 77 persen, sedangkan konsumen laki-laki sebanyak 23 persen. Konsumen perempuan yang membeli

bakery BReAD UniT lebih banyak dibandingkan konsumen laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki kecenderungan lebih konsumtif untuk membelanjakan uangnya dan memiliki rasa keingintahuan untuk mencoba produk yang baru seperti bakery BReAD Unit dibandingkan laki-laki.

4.3.2. Usia

Gambar 6. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan usia

23%

77%

Laki‐laki Perempuan

97% 1%

1%

1% 17‐24 

25‐30

31‐35

(29)

Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit yang dilihat berdasarkan usia dari 100 responden yang diberikan kuesioner, diketahui bahwa konsumen yang membeli bakery ini mayoritas adalah orang-orang yang berusia 17-24 tahun yaitu mencapai 97 persen, kemudian diikuti konsumen dengan usia 25-30, 31-35 dan 36-40 masing-masing sebanyak 1 persen. Konsumen dengan usia 17-24 tahun memang sangat mendominasi usia konsumen pada penelitian ini karena konsumen pada usia tersebut senang untuk belanja dan memiliki rasa keingintahuan untuk mencoba suatu produk baru seperti produk bakery

yang diproduksi BReAD Unit.

4.3.3. Status Pernikahan

Gambar 7. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan status pernikahan

Berdasarkan status pernikahannya dari hasil penggunaan kuesioner kepada 100 responden didapatkan bahwa sebagian besar konsumen

bakery BReAD Unit belum menikah dengan persentase sebanyak 98 persen, sedangkan sisanya 2 persen sudah menikah. Sebagian besar konsumen berusia 17 sampai 24 tahun dimana orang-orang dalam rentang usia ini rata-rata belum menikah.

2%

98%

Menikah

(30)

4.3.4. Pendidikan Terakhir

Gambar 8. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan pendidikan terakhir

Karakteristik konsumen lainnya juga dibedakan berdasarkan pendidikan terakhir dari responden. Berdasarkan hasil pengolahan data dari kuesioner yang diberikan kepada 100 responden, mayoritas konsumen bakery BReAD Unit memiliki latar belakang pendidikan terakhir SMA/SMK sebanyak 88 persen, diikuti S1 sebanyak 10 persen dan selanjutnya S2/S3 sebanyak 2 persen. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen bakery BReAD Unit didominasi oleh konsumen berpendidikan SMA/SMK.

4.3.5. Status Pekerjaan

Gambar 9. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan status pekerjaan

88% 10%

2%

SMA/SMK

S1

S2/S3

97% 3%

Pelajar/Mahasiswa

(31)

Berdasarkan pekerjaan, hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas konsumen bakery BReAD Unit didominasi oleh pelajar/mahasiswa yaitu sebanyak 97 persen, sedangkan sisanya sebanyak 3 persen adalah pegawai negeri. Hal ini dikarenakan outlet BReAD Unit terletak di dalam kampus Institut Pertanian Bogor yang sebagian besar populasinya adalah mahasiswa.

4.3.6. Pendapatan Per Bulan

Gambar 10. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan pendapatan per bulan

Situasi ekonomi sangat mempengaruhi daya beli seseorang. Pendapatan merupakan sumberdaya yang digunakan konsumen untuk membeli barang yang akan dibelinya. Pendapatan akan menentukan seberapa banyak konsumen dapat membeli dan mengkonsumsi barang atau jasa. Berdasarkan hasil yang didapat bahwa konsumen bakery

BReAD Unit sebagian besar berpendapatan < Rp. 1.000.000 sebanyak 70 persen, antara Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 sebanyak 24 persen, antara Rp. 2.000.001 – Rp. 5.000.000 sebanyak 4 persen, dan antara Rp. 5.000.001 – Rp. 10.000.000 sebanyak 2 persen.

70% 24%

4% 2% < Rp. 1.000.000

Rp. 1.000.000 ‐Rp.  2.000.000 

Rp. 2.000.001 ‐Rp.  5.000.000

(32)

4.3.7. Pengeluaran Untuk Konsumsi Bakery Per Bulan

Gambar 11. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan pengeluaran untuk konsumsi bakery per bulan

Karakteristik lain konsumen pada penelitian ini berdasarkan banyaknya pengeluaran untuk konsumsi bakery per bulannya. Hasil dari pengolahan data dari 100 responden yang diberikan kuesioner sebanyak 80 persen konsumen mengkonsumsi bakery < Rp. 50.000, selanjutnya diikuti konsumen yang memiliki pengeluaran per bulan antara Rp. 50.000 – Rp. 100.000 untuk konsumsi bakery sebanyak 16 persen. Kemudian pengeluaran per bulan untuk konsumsi bakery antara Rp. 100.001 – Rp. 200.000 sebanyak 2 persen. Selanjutnya pengeluaran per bulan untuk konsumsi bakery antara Rp. 200.001 – Rp. 500.000 dan > Rp 500.000 masing-masing sebanyak 1 persen.

4.4. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Dalam penelitian ini, konsumen harus melakukan beberapa proses pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian. Proses pengambilan keputusan konsumen terdiri dari lima tahapan proses, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.

4.4.1. Pengenalan Kebutuhan

Dalam proses pengambilan keputusan konsumen pengenalan kebutuhan merupakan tahap awal yang harus diawali oleh konsumen. Kebutuhan tersebut dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal yang menyebabkan dorongan untuk melakukan pembelian terhadap suatu barang atau jasa. Untuk mengetahui kebutuhan konsumen bakery

80% 16%

1% 2%1% < Rp. 50.000

Rp. 50.000 ‐Rp.  100.000

Rp. 100.001 ‐Rp.  200.000

(33)

BReAD Unit dilakukan dengan memberikan pertanyaan mengenai alasan/motivasi konsumen membeli bakery BReAD Unit dan manfaat utama yang dicari konsumen dari membeli bakery BReAD Unit.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar alasan konsumen untuk membeli bakery BReAD Unit adalah karena rasa yang enak dari bakery tersebut sebanyak 61 persen. Dari hasil tersebut BReAD Unit harus mempertahankan rasa dari bakery yang diproduksinya sehingga akan menjaga loyalitas konsumen serta dapat menarik konsumen baru untuk membeli bakery tersebut. Alasan/motivasi konsumen selanjutnya adalah karena ingin mencoba sebanyak 12 persen. Hal ini dikarenakan bakery BReAD Unit merupakan produk baru yang berbahan dasar tepung substitusi (tepung jagung atau tepung ubi jalar) sehingga banyak konsumen yang ingin mencoba untuk membeli bakery tersebut.

(34)

Tabel 4. Alasan atau motivasi konsumen membeli bakery BReAD Unit

Alasan/Motivasi Persentase (%)

Rasa yang enak 61

Harga terjangkau 9

Sedang merasa lapar 5

Kepopuleran produk 1

Ingin mencoba 12

Selain menganalisis alasan membeli bakery BReAD Unit,dalam pengenalan kebutuhan juga menganalisis Manfaat yang dicari konsumen setalah membeli bakery BReAD Unit. Dari hasil analisis manfaat terbesar yang dicari konsumen setelah membeli bakery BReAD Unit adalah sebagai camilan sebanyak 61 persen. Manfaat selanjutnya adalah menghilangkan rasa lapar sebanyak 25 persen dan produk yang bergizi sebanyak 13 persen. Kebanyakan konsumen masih menganggap

bakery sebagai produk sampingan, selain itu konsumen beralasan

bakery BReAD Unit memiliki rasa yang enak untuk dijadikan camilan. Selain dijadikan camilan, bakery juga dianggap sebagai makanan untuk menghilangkan rasa lapar saat konsumen merasa dirinya sedang lapar. Hal lain yang menjadi nilai tambah dari bakery BReAD Unit adalah konsumen percaya produk bakery ini dapat memberikan manfaat sebagai produk yang bergizi.

Tabel 5. Manfaat utama yang dicari konsumen dari bakery BReAD Unit

Manfaat Persentase (%)

Menghilangkan rasa lapar

25

Produk yang bergizi 13

Sebagai camilan 61

(35)

4.4.2. Pencarian Informasi

Tahap kedua dari proses pengambilan keputusan pembelian konsumen adalah pencarian informasi. Informasi dapat diperoleh konsumen dari berbagai sumber. Konsumen akan mencari informasi baik secara internal atau secara eksternal untuk mendapatkan kebutuhannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, sebagian besar konsumen bakery BReAD Unit memperoleh informasi yang berasal dari teman sebanyak 63 persen. Hal ini menunjukkan informasi mengenai bakery BReAD Unit sebagian besar menyebar dari cerita konsumen kepada temannya tentang bakery BReAD Unit. Selain teman, sumber informasi selanjutnya adalah berasal dari papan nama outlet sebanyak 32 persen. Papan nama outlet dapat menjadi alat promosi karena orang akan membaca dan melihat terdapat produk yang dijual saat melintasi outlet tersebut. Sedangkan sumber informasi lainnya tentang bakery BReAD Unit berasal dari keluarga sebanyak 3 persen, iklan dan lainnya masing-masing sebanyak 1 persen.

Tabel 6. Sumber informasi mengenai bakery BReAD Unit Sumber Informasi Persentase (%)

Teman 63 Iklan 1 Keluarga 3

Papan nama outlet 32

Lainnya 1 Jumlah 100

Dalam proses pengambilan keputusan bakery BReAD Unit juga dipengaruhi oleh persepsi masing-masing konsumen terhadap kualitas produk bakery BReAD Unit jika dibandingkan dengan produk bakery

lainnya sesuai dengan apa yang mereka tahu dan rasakan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebanyak 62 persen konsumen menganggap bakery BReAD Unit lebih baik daripada bakery lainnya. Sedangkan sisanya sebanyak 38 persen konsumen menganggap bakery

(36)

Tabel 7. Persepsi konsumen mengenai kualitas bakery BReAD Unit Persepsi kualitas bakery

BReAD Unit

Persentase (%)

Lebih baik daripada

bakery lainnya

62

Sama aja dengan bakery

lainnya

38

Jumlah 100

Saat konsumen mencari informasi terdapat fokus perhatian yang difokuskan konsumen mengenai produk yang akan dibelinya. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar konsumen memilih citarasa sebanyak 54 persen sebagai fokus perhatian penting terhadap bakery

BReAD Unit. Seperti produk makanan lainnya konsumen menganggap citarasa menjadi fokus perhatian penting pada bakery karena suatu produk makanan akan banyak dibeli oleh konsumen jika memiliki citarasa yang lezat dan enak saat konsumen memakannya. Fokus perhatian terbesar kedua yang dipilih konsumen adalah harga sebanyak 14 persen. Kenyaman outlet dipilih konsumen sebanyak 12 persen sebagai fokus perhatian terhadap bakery BReAD Unit. Selanjutnya lokasi dan variasi jenis yang ditawarkan menjadi fokus perhatian penting konsumen masing-masing sebanyak 7 persen. Sisanya tekstur sebanyak 4 persen, bentuk dan ukuran serta fokus perhatian lainnya masing-masing sebanyak 1 persen sebagai fokus perhatian konsumen tentang bakery BReAD Unit.

Tabel 8. Fokus perhatian konsumen mengenai bakery BReAD Unit Fokus Perhatian Persentase (%)

Harga 14 Citarasa 54

Bentuk dan ukuran 1

Tekstur 4 Lokasi 7

Kenyamanan outlet 12

Variasi jenis 7

(37)

4.4.3. Evaluasi Alternatif

Tahap selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan pembelian konsumen adalah dengan konsumen melakukan evaluasi alternatif. Konsumen akan memproses informasi yang diperolehnya dengan mengevaluasi dan memberikan penilaian terhadap informasi tersebut. Dalam mengevaluasi informasi yang diperoleh tersebut konsumen akan memberikan perhatian terbesar terhadap atribut yang memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Dari hasil penelitian dapat diketahui atribut yang dipertimbangkan banyak konsumen dalam membeli bakery BReAD Unit adalah citarasa sebanyak 52 persen. Sedangkan harga menjadi pertimbangan terbesar kedua konsumen sebanyak 25 persen. Selanjutnya pertimbangan terhadap variasi jenis menjadi pertimbangan konsumen terbesar ketiga sebanyak 10 persen. Pertimbangan terhadap tekstur, lokasi dan kenyamanan outlet memiliki persentase yang sama sebanyak 4 persen serta sisanya sebanyak 1 persen potongan harga menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli bakery BReAD Unit. Citarasa merupakan pertimbangan paling utama yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli produk bakery. Karena citarasa menjadi atribut yang menjadi penilaian penting konsumen saat ingin membeli suatu makanan. Hal ini menjadi perhatian penting BReAD Unit dalam memproduksi bakery

yang akan ditawarkannya kepada konsumen.

Tabel 9. Pertimbangan konsumen ketika membeli bakery BReAD Unit

Atribut Persentase (%)

Harga 25 Citarasa 52 Tekstur 4 Lokasi 4

Kenyamanan outlet 4

Variasi jenis 10

Potongan harga 1

(38)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat prioritas pilihan konsumen menunjukkan sebanyak 51 persen konsumen menjadikan bakery BReAD Unit sebagai prioritas pilihan dibandingkan dengan produk-produk bakery lainnya. Hal ini disebabkan karena konsumen bakery BReAD Unit percaya bakery tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan produk bakery lain yang dijual disekitar lokasi penjualan bakery BReAD Unit. Sedangkan konsumen yang tidak menjadikan bakery BReAD Unit sebagai prioritas pilihan sebanyak 49 persen. Oleh karena itu pihak BReAD Unit harus bisa meningkatkan loyalitas konsumennya dengan meningkatkan kualitas bakery yang diproduksinya.

Tabel 10. Prioritas pilihan konsumen terhadap bakery BReAD Unit Prioritas pilihan

terhadap bakery BReAD Unit

Persentase (%)

Ya 51 Tidak 49 Jumlah 100 4.4.4. Keputusan Pembelian

Setelah mengevaluasi alternatif tahap selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan pembelian konsumen adalah tahap keputusan pembelian. Pada tahap ini konsumen akan melakukan pembelian dari alternatif terbaik yang dipilih untuk memenuhi kebutuhannya. Keputusan pembelian konsumen pada penelitian ini dilihat dari bagaimana konsumen memutuskan pembelian, siapa yang mempengaruhi dalam melakukan pembelian, seberapa sering konsumen mengkonsumsinya, jenis produk bakery yang sering dibeli, dan sikap konsumen terhadap promosi produk bakery lain. Konsumen dalam memutuskan pembelian terhadap bakery BReAD Unit dilakukan dengan dua cara, yaitu direncanakan membeli dan tidak direncanakan membeli.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mayoritas konsumen

(39)

terlebih dahulu sebanyak 51 persen. Sedangkan sebanyak 49 persen konsumen tidak merencanakan pembelian sebelum membeli bakery

BReAD Unit. Kebanyakan konsumen melakukan pembelian secara terencana karena mereka sudah menentukan produk bakery yang akan dibeli sebelum mereka melakukan pembelian. Sedangkan konsumen yang tidak merencanakan pembelian sebelumnya tertarik membeli karena mendengarkan cerita orang lain atau melihat papan nama outlet dan pada saat itu juga mereka memutuskan untuk membeli bakery

BReAD Unit.

Tabel 11. Cara konsumen memutuskan pembelian bakery BReAD Unit

Cara Memutuskan Pembelian

Persentase (%)

Direncanakan membeli 51 Tidak direncanakan

membeli

49

Jumlah 100

Konsumen dalam melakukan keputusan pembeliannya biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut biasanya bisa dari teman atau kerabat, kemauan sendiri, iklan, juga bisa dari papan nama yang dimiliki outlet tersebut. Dari hasil penelitian dapat diketahui pengaruh yang sangat mempengaruhi responden dalam melakukan pembelian bakery BReAD Unit berasal dari teman sebanyak 53 persen. Berdasarkan kemauan sendiri dalam melakukan keputusan pembelian sebanyak 42 persen. Sisanya sebanyak 5 persen konsumen melakukan keputusan pembelian terhadap bakery BReAD Unit karena pengaruh dari papan nama outlet yang dilihatnya. Teman merupakan pengaruh terbesar dalam keputusan pembelian konsumen bakery BReAD Unit kerena mereka sudah terlebih dahulu membeli dan mengkonsumsi

(40)

Tabel 12. Pihak yang mempengaruhi konsumen Pihak yang

Mempengaruhi

Persentase (%)

Teman 53

Kemauan sendiri 42

Papan nama outlet 5

Jumlah 100

Selain pengaruh, analisis selanjutnya melihat seberapa sering konsumen dalam melakukan pembelian bakery BReAD Unit. Berdasarkan hasil dari penelitian diketahui sebagian besar konsumen sebanyak 28 persen mengatakan lainnya (tidak tentu). Hal tersebut dikarenakan dalam melakukan pembelian bakery BReAD Unit bukan merupakan suatu rutinitas. Konsumen membeli hanya pada saat adanya kemauan sendiri untuk membeli atau adanya pengaruh dari teman untuk membeli bakery BReAD Unit. Terbesar kedua sebanyak 25 persen konsumen melakukan pembelian satu kali sebulan. Selanjutnya terbesar ketiga sebanyak 20 persen mengatakan melakukan pembelian dua kali sebulan. Sisanya sebanyak 12 persen melakukan pembelian lebih dari 4 kali dalam sebulan, sebanyak 8 persen konsumen melakukan pembelian empat kali dalam sebulan dan sebanyak 7 persen konsumen melakukan pembelian dua kali sebulan untuk membeli bakery BReAD Unit.

Tabel 13. Frekuensi pembelian konsumen bakery BReAD Unit Frekuensi Pembelian Persentase (%)

1 kali sebulan 25

2 kali sebulan 20

3 kali sebulan 7

4 kali sebulan 8

Lebih dari 4 kali sebulan 12 Lainnya (tidak tentu) 28

Jumlah 100

(41)

kedua yang paling sering dibeli adalah muffin dan ensaymada masing-masing sebanyak 25 persen. Sisanya sebanyak 3 persen konsumen

bakery BReAD Unit membeli chiffon cake.

Tabel 14. Jenis produk bakery BReAD Unit yang sering dibeli konsumen

Jenis Produk Bakery Persentase (%)

Muffin 25

Brownies 47

Chiffon cake 3

Ensaymada 25

Jumlah 100

Dari hasil penelitian mengenai sikap konsumen jika terdapat produk

bakery lain yang mengadakan promosi berupa potongan harga, tester atau diskon sebanyak 51 persen konsumen menyatakan tidak akan beralih. Sedangkan sebanyak 49 persen konsumen menyatakan beralih ke produk bakery lain. Hal ini menunjukkan loyalitas konsumen bakery

BReAD Unit yang tergolong rendah karena perbedaan persentase antara beralih dengan tidak beralih ke produk bakery lain hampir sama.

Tabel 15. Sikap konsumen jika bakery lain mengadakan promosi Sikap Konsumen Jika 4.4.5. Perilaku Pasca Pembelian

(42)

perilaku pasca pembelian konsumen bakery BReAD Unit dilakukan dengan memberikan pertanyaan mengenai tingkat kepuasan, sikap konsumen jika bakery BReAD Unit yang ingin dibeli tidak tersedia, sikap konsumen jika harga bakery BReAD Unit naik, minat konsumen untuk membeli kembali setelah mengkonsumsi, dan niat konsumen untuk merekomendasikan dan mempromosikan kepada orang lain untuk membeli bakery BReAD Unit.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, mayoritas konsumen bakery

BReAD Unit merasa puas dengan persentase sebanyak 74 persen. Konsumen bakery BReAD Unit merasa puas karena bakery yang dikonsumsinya memberikan manfaat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen. Kepuasan tersebut akan berdampak pada pembelian kembali bakery BReAD Unit oleh konsumen. Kemudian konsumen yang merasa biasa saja setelah mengkonsumsi bakery

BReAD Unit sebanyak 16 persen. Sisanya sebanyak 10 persen konsumen merasa sangat puas setelah mengkonsumsi bakery BReAD Unit.

Tabel 16. Sikap konsumen setelah membeli bakery BReAD Unit Tingkat Kepuasan Persentase (%)

Sangat puas 10

Puas 74

Biasa saja 16

Jumlah 100

(43)

Tabel 17. Sikap konsumen jika bakery BReAD Unit yang ingin dibeli tidak tersedia

Sikap Konsumen Jika

Bakery BReAD Unit yang Ingin Dibeli Tidak

Tersedia

Persentase (%)

Membeli produk bakery

BReAD Unit lain

62

Tidak jadi membeli 33

Mencari produk bakery

lain

5

Jumlah 100

Jika terjadi kenaikan harga pada produk-produk bakery BReAD Unit, maka sebanyak 56 persen konsumen akan tetap membeli. Sedangkan sebanyak 30 persen konsumen akan membeli produk bakery

lain dan sebanyak 14 persen konsumen tidak akan membeli. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan harga pada produk bakery

BReAD Unit tidak akan mempengaruhi sebagian besar niat beli konsumen. Tetapi disisi lain terdapat konsumen yang mementingkan harga sehingga mereka akan beralih kepada produk bakery lain yang lebih murah.

Tabel 18. Sikap konsumen jika harga bakery BReAD Unit naik Sikap Konsumen Jika

Harga Bakery BReAD Unit Naik

Persentase (%)

Akan tetap membeli 56

Tidak akan membeli 14

Membeli bakery lain yang lebih murah

30

Jumlah 100

Berdasarkan hasil penelitian terhadap minat konsumen untuk melakukan pembelian ulang bakery BReAD Unit setelah mengkonsumsinya sebanyak 100 persen konsumen berminat melakukan pembelian ulang. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen yang sebelumnya sudah membeli dan mengkonsumsi bakery

(44)

puas setelah mengkonsumsi bakery BReAD Unit yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Tabel 19. Minat konsumen melakukan pembelian ulang bakery

BReAD Unit Minat Melakukan

Pembelian Ulang

Persentase (%)

Ya 100 Tidak 0 Jumlah 100

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui kesediaan konsumen untuk merekomendasikan dan mempromosikan bakery

BReAD Unit. Dari data yang didapatkan sebanyak 96 persen konsumen bersedia untuk mempromosikan bakery BReAD Unit dan hanya 4 persen konsumen yang tidak bersedia mempromosikan bakery BReAD Unit kepada orang lain. Promosi yang dilakukan berupa kesediaan konsumen untuk menceritakan bakery BReAD Unit kepada orang lain mengenai kualitas dan citarasa yang dimiliki bakery tersebut. Promosi ini akan sangat berguna bagi BReAD Unit untuk menarik konsumen baru dalam melakukan pembelian bakery BReAD Unit.

Tabel 20. Kesediaan konsumen merekomendasikan dan mempromosikan bakery BReAD Unit

Kesediaan Konsumen Mempromosikan Bakery

BReAD Unit

Persentase (%)

Ya 96

Tidak 4

Jumlah 100

(45)

Tabel 21. Hasil proses pengambilan keputusan pembelian konsumen

Tahap Proses Hasil Pengenalan

Kebutuhan

Alasan/motivasi Rasa yang enak (61%)

Manfaat utama Sebagai camilan (61%) Pencarian Informasi Sumber informasi Teman (63%)

Persepsi kualitas bakery

BReAD Unit

Lebih baik daripada produk bakery lainnya (62%)

Fokus perhatian

konsumen

Citarasa (54%)

Evaluasi Alternatif Pertimbangan atribut Citarasa (52%)

Prioritas pilihan

terhadap bakery BReAD Unit

Ya (51%)

Keputusan Pembelian Cara memutuskan pembelian

Frekuensi pembelian Lainnya (tidak tentu) (28%)

Jenis produk bakery yang sering dibeli

Brownies (47%)

Sikap konsumen jika

bakery lain mengadakan promosi

Tidak beralih (51%)

Perilaku Pasca Pembelian

Tingkat kepuasan Puas (74%)

Sikap konsumen jika

bakery BReAD Unit yang ingin dibeli tidak tersedia

Membeli produk

bakery BReAD Unit lain (62%)

Kesediaan konsumen

mempromosikan bakery

BReAD Unit

Ya (96%)

4.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen

(46)

faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap atribut-atribut yang dimiliki produk bakery BReAD Unit. Preferensi konsumen terhadap suatu produk tergantung dari selara konsumen dan manfaat yang diberikan oleh produk tersebut sehingga konsumen menjadi suka untuk mengkonsumsi produk tersebut. Dengan analisis faktor atribut-atribut yang memberikan manfaat tersebut dianalisis dan dilihat hubungannya. Atribut- atribut tersebut akan mengelompok dan akan membentuk satu faktor baru.

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen bakery BReAD Unit dinilai berdasarkan dimensi-dimensi kualitas produk. Terdapat delapan dimensi kualitas produk untuk menganalisis preferensi konsumen bakery BReAD Unit, yaitu kinerja produk (performance), keistimewaan tambahan (features), kehandalan (reliability), kesesuaian produk (conformance), daya tahan produk (durability), pelayanan (serviceability), estetika (aesthetics), kesan kualitas (perceived quality).

Langkah pertama yang dilakukan dalam analisis faktor adalah melakukan pengujian korelasi antar variabel dalam faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen menggunakan metode Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) dan pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA). Metode KMO digunakan untuk melihat syarat kecukupan data untuk analisis faktor. Dengan metode KMO atribut-atribut yang memenuhi syarat akan diolah pada tahap selanjutnya. Nilai KMO dianggap layak apabila nilai tersebut lebih besar atau sama dengan 0,5. Hasil pengujian korelasi yang didapat pada penelitian ini menghasilkan korelasi nilai KMO sebesar 0,837 dengan nilai signifikansi 0,00 (Lampiran 4). Nilai KMO yang dihasilkan lebih besar dari 0,5 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga variabel-variabel tersebut sudah layak untuk dilakukan analisis lebih lanjut.

(47)

mengikutsertakan veriabel yang tidak memenuhi syarat. Nilai MSA hasil dari pengolahan data dapat dilihat pada Tabel anti image matrices dengan melihat sejumlah angka yang membentuk diagonal bertanda “a” yang menandakan besarnya nilai MSA pada sebuah variabel. Hasil dari pengolahan data dari 30 variabel dalam penelitian ini menunjukkan nilai MSA lebih besar dari 0,5 dan tidak terdapat variabel yang memiliki nilai MSA kurang dari 0,5 (Lampiran 5). Dari hasil tersebut menunjukkan tidak ada variabel yang dikeluarkan dan variabel tersebut layak untuk dilakukan analisis lebih lanjut.

Langkah selanjutnya adalah proses ekstraksi faktor yang digunakan untuk mereduksi data dari beberapa variabel untuk menghasilkan faktor yang lebih sedikit yang mampu menjelaskan korelasi antara variabel yang dianalisis. Proses ekstraksi faktor menggunakan metode Principal Components Analysis

yang akan menghasilkan nilai communalities. Nilai communalities

menunjukkan seberapa besar faktor yang terbentuk dapat menjelaskan varian suatu variabel (Lampiran 6).

Berdasarkan Tabel Total Variance Explained (Lampiran 7) yang ditampilkan terdapat tujuh faktor yang terbentuk. Terbentuknya faktor-faktor tersebut karena memiliki nilai eigenvalue yang lebih besar dari satu dimana faktor tersebut dapat menjelaskan variabel dengan baik. Sebaliknya jika nilai

eigenvalue kurang dari satu tidak diikutsertakan dalam pembentukan faktor karena faktor tersebut tidak dapat menjelaskan variabel dengan baik. Hasil nilai eigenvalue dari masing-masing faktor pada Tabel Total Variance Explained (Lampiran 7), yaitu faktor pertama sebesar 10,488, faktor kedua sebesar 2,387, faktor ketiga sebesar 1,922, faktor keempat sebesar 1,568, faktor kelima sebesar 1,351, faktor keenam sebesar 1,198, faktor ketujuh sebesar 1,156.

Setelah melihat banyaknya faktor yang terbentuk pada Tabel Total Variance Explained langkah selanjutnya adalah melihat Tabel Component Matrix (Lampiran 8) yang menyediakan informasi variabel mana yang masuk pada faktor-faktor yang telah terbentuk. Angka yang ada merupakan besarnya

(48)

dilakukan rotasi dengan metode varimax. Metode ini akan memperjelas korelasi suatu variabel dengan faktor yang terbentuk pada besarnya angka

loading factor yang dapat dilihat pada Tabel Rotated Component Matrix

(Lampiran 9). Suatu variabel yang terdapat pada faktor yang terbentuk harus memiliki angka loading factor-nya lebih besar dari 0,5 sebagai syarat untuk masuk ke dalam faktor.

Berikut merupakan hasil analisis faktor dari variabel-variabel yang diolah dan terbentuk menjadi tujuh faktor :

Tabel 22. Hasil Analisis Faktor Faktor yang

1. Gambar dan tampilan kemasan 0,690 2. Tampilan, warna dan bentuk bakery 0,697

3. Kepopuleran produk 0,798

4. Adanya iklan/promosi produk bakery 0,724 5. Citra atau image yang baik 0,663

6. Nama merek bakery 0,738

Faktor Kedua Higiene dan Komposisi

1. Teruji secara klinis dan disahkan oleh BPOM

0,727

2. Produk bakery yang aman untuk dikonsumsi

0,829

3. Kehigienisan dan kesterilan produk

bakery

0,689

4. Kesesuaian komposisi bakery dalam pembuatannya

0,698

5. Konsumen dapat mengganti produk

bakery apabila terdapat kecacatan atau kerusakan secara gratis

0,517

Faktor Ketiga Citarasa

1. Citarasa bakery yang disajikan 0,706 2. Kekonsistenan citarasa bakery yang

enak

0,753

3. Tidak memakai bahan pengawet dan bahan yang berbahaya untuk

kesehatan

0,689

Faktor Keempat Daya Tahan

1. Daya tahan bakery ketika ingin disimpan terlebih dahulu (tidak langsung dimakan)

0,823

2. Ketahanan bakery terhadap cahaya dan suhu

0,803

3. Kekuatan kemasan, wadah dan tempat penyimpanan bakery

Gambar

Gambar 9. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan
Gambar 11. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan
Tabel 4. Alasan atau motivasi konsumen membeli bakery BReAD Unit
Tabel 6. Sumber informasi mengenai bakery BReAD Unit
+7

Referensi

Dokumen terkait

The reduction in nitrogen disappearance from the bags following lipid coating of soybean meal is in fact variable: after 8 h incubation, rumen protein degradability may be reduced

SETIAP MAHASISWA ASISTENSI STRUKTUR DAN UTILITAS UNTUK BANGUNAN TINGGI

[r]

PRESENTASI RANCANGAN

data tersebut dianalisis, selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode berfikir secara deduktif yaitu suatu pola pikir yang mendasarkan pada hal-hal yang bersifat umum

Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang memperlajari secara mendalam tantang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak

Model sebaliknya ditunjukkan oleh model persamaan regresi antara jarak dengan pH air yang terjadi akibat penambahan larutan tawas, dimana semakin semakin jauh

Dikarenakan banyaknya gedung dan ruangan yang ada dan dilakukan secara acak maka penulis membuat sebuah aplikasi jadwal perkuliahan yang tidak hanya menampilkan mata kuliah,