• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institut Pertanian Bogor

DAFTAR LAMPIRAN

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.5.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hasil yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran

terhadap kelompok objek yang sama diperoleh hasil relatif sama (aspek yang diukur belum berubah), meskipun tetap ada toleransi bila terjadi perbedaan (Suliyanto, 2005).

Menurut Umar (2005), reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Teknik yang digunakan untuk menguji reliabilitas dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha. Teknik ini digunakan untuk mecari raliabilitas instrument yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan rentang antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 0-100 atau bentuk skala 1-3, 1-5 atau 1-7 dan seterusnya.

Rumus teknik Cronbach’s Alpha ditulis sebagai berikut (Umar, 2005):

………....(4) Keterangan:

= reliabilitas instrument = banyak butir pertanyaan ∑ = jumlah varians butir

= varians total

Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden dimana reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika nilai alpha cronbach lebih dari 0,6.

3.5.3.Analisis Deskriptif

Menurut Hasan dalam Febrianti (2011), analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas satu sampel. Analisis deskriptif menggunakan satu variabel atau lebih tetapi bersifat mandiri. Oleh karena itu analisis ini tidak berbentuk perbandingan atau hubungan.

Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan pembelian konsumen terhadap produk bakery BReAD Unit melalui perhitungan

persentase jumlah responden yang disajikan dalam bentuk tabulasi sederhana.

3.5.4.Analisis Faktor

Analisis faktor dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap atribut produk bakery BReAD Unit. Menurut Suliyanto (2005), pada prinsipnya analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan beberapa variabel yang memiliki kemiripan untuk dijadikan satu faktor, sehingga dimungkinkan dari beberapa atribut yang mempengaruhi suatu komponen variabel dapat diringkas menjadi beberapa faktor utama yang jumlahnya lebih sedikit.

Menurut Widarjono (2010), tujuan analisis faktor adalah mencari seminimal mungkin faktor dengan prinsip kesederhanaan atau parsimoni (parsimony) yang mampu menghasilkan korelasi diantara indikator-indikator yang diobservasi. Untuk mendapatkan sejumlah faktor umum tersebut ada beberapa langkah yang harus diambil:

1. Langkah pertama adalah menghitung korelasi antara indikator yang diobservasi untuk mengetahui syarat kecukupan bagi data di dalam analisis faktor dengan metode Kaiser-Meyer-Olkin (KMO). Metode KMO ini mengukur kecukupan sampling secara menyeluruh dan mengukur kecukupan sampling untuk setiap indicator. Metode KMO mengukur homogenitas indikator. Metode KMO ini tidak memerlukan uji statistikal, tetapi ada petunjuk yang bisa digunakan untuk melihat homegenitas indikator sebagaimana terlihat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Ukuran Kaiser-Meyer-Olkin

No. Ukuran

KMO Rekomendasi

1 ≥ 0,9 Sangat baik (Marvelous) 2 0,80 – 0,89 Berguna (Meritorious) 3 0,70 – 0,79 Biasa (Middling)

Lanjutan Tabel 3.

4 0,60 – 0,69 Cukup (Mediocre) 5 0,50 – 0,59 Buruk (Miserable) 6 ≤ 0,50 Tidak diterima

(Unacceptable)

Secara umum tingginya KMO sangat diperlukan. Dari Tabel 2 tersebut maka disarankan untuk paling tidak di atas 0,80. Namun, di atas 0,5 biasanya masih bisa diakomodasi untuk penentuan analisis faktor.

Selain memasukkan semua indikator di dalam perhitungan korelasi, Kaiser-Meyer Olkin juga menghitung koefisien korelasi di dalam analisis faktor untuk indikator tertentu digunakan pengukuran

Measure of Sampling Adequacy (MSA). Prosedurnya adalah jika nilai MSA ≥ 0,5 maka indicator tersebut layak untuk digunakan untuk analisis faktor dan sebaliknya jika nilai MSA < 0,5 maka indikator tersebut tidak layak.

2. Langkah kedua di dalam analisis faktor adalah ekstraksi faktor (extraction). Ekstraksi faktor adalah suatu metode yang digunakan untuk mereduksi data dari beberapa indikator untuk menghasilkan faktor yang lebih sedikit yang mampu menjelaskan korelasi antara indikator yang diobservasi. Menurut Suliyanto (2005), model analisis faktor dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Principal Components Analysis, merupakan model dalam analisis faktor yang tujuannya untuk melakukan prediksi terhadap sejumlah faktor yang akan dihasilkan.

Model Principal Components Analysis:

ℓ ℓ . . . ℓ ………(5)

Syarat, m ≤ p

Jika ditulis dalam bentuk matriks adalah:

F = ℓX, dimana: F :faktor principal components (unobservable)

X : variabel yang diteliti (observable) ℓ : bobot dari kombinasi linier (loading)

2. Common Factors, merupakan model dalam analisis faktor yang tujuannya untuk mengetahui struktur dari variabel yang diteliti (karakteristik dari observasi).

Model Common Factors:

ℓ ℓ . . . ℓ ε ………..(6) Syarat, m ≤ p

Jika ditulis dalam bentuk matriks adalah:

X = ℓF + ε, dimana: F : common factors (unobservable) X : variabel yang diteliti (observable) ℓ : bobot dari kombinasi linear (loading) ε : specific factor

3. Langkah selanjutnya adalah rotasi faktor (rotation). Rotasi faktor ini diperlukan jika metode ekstraksi faktor belum menghasilkan komponen faktor utama yang jelas. Tujuan dari rotasi faktor ini agar dapat memperoleh struktur faktor yang lebih sederhana agar mudah diinterpretasikan. Ada beberapa metode rotasi faktor yang bisa digunakan yaitu:

1. Varimax Method

Varimax Method adalah metode rotasi orthogonal untuk meminimalisasi jumlah indikator yang mempunyai factor loading tinggi pada tiap faktor.

2. Quartimax Method

Quartimax method merupakan metode rotasi untuk

meminimalisasi jumlah faktor yang digunakan untuk menjelaskan indikator.

3. Equamax Method

Equamax method merupakan metode gabungan antara varimax method yang meminimalkan indikator dan quartimax method

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum BReAD Unit

4.1.1. Sejarah Singkat BReAD Unit

BReAD Unit (Baking Research And Development Unit) merupakan program kerjasama Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center dan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB dengan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk – Divisi Bogasari dalam pengadaan pelatihan pembuatan roti dan kue yang diperuntukan bagi mahasiswa, civitas Institut Pertanian Bogor (IPB) serta masyarakat sekitar. BReAD Unit diresmikan pada tanggal 29 November 2010 oleh Rektor IPB.

BReAD Unit dilengkapi dengan fasilitas fisik yang memadai dan didukung oleh sumberdaya manusia yang mempunyai keahlian di bidang teknologi pangan khususnya di bidang baking technology. Fasilitas pengolahan di BReAD Unit dilengkapi dengan instrument analisis yang lengkap berkat dukungan penuh SEAFAST Center dan Deptemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB. Fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung aktivitas pengembangan produk di BReAD Unit diantaranya, yaitu bakery processing line, Noodle processing linezer, Farinograph dan extensograph, rapid visco analyzer, texture analyzer sertalaboratorium analisis sensori.

Tenaga ahli pendukung BReAD Unit memiliki pengalaman professional dalam pengembangan berbagai produk pangan berbasis

baking technology. Profesionalisme tersebut terbentuk baik melalui pendidikan maupun pengalaman yang terbentuk selama bekerja sama baik dengan industry pangan maupun lembaga pemerintah.

Selain melakukan penelitian BReAD Unit juga menjual produk hasil produksinya dengan mendirikan outlet di Gedung PAU lantai dasar kampus IPB Dramaga Bogor. Produk yang dijual berupa bakery seperti

yang dijual BReAD Unit juga menjual minuman hangat seperti hot chocolate, good day, coffe mix, teh manis hangat dan teh tawar hangat. 4.1.2. Visi BReAD Unit

BReAD Unit memiliki visi memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai cara produksi yang baik untuk produk-produk

bakery, meningkatkan mutu produk pangan pada usaha kecil menengah, menumbuhkan jiwa kewirausahaan sejak dini khususnya untuk anak- anak usia sekolah. Selain itu BReAD Unit juga mengembangkan produk yang berbahan dasar tepung-tepungan berbasis sumberdaya lokal.

4.1.3. Struktur Organisasi

BReAD Unit memiliki struktur organisasi yang dikepalai oleh kepala pusat SEAFAST Center. Struktur organisasi ini dibuat agar setiap anggota dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Kepala pusat SEAFAST center ini dibantu oleh seorang sekartaris dalam menjalankan tugasnya. Kegiatan teknis yang dilakukan di BReAD Unit diawasi dan diatur oleh seorang manajer teknis. Untuk proses produksi bakery dilakukan oleh dua orang di bagian produksi. Keuangan dan administrasi yang terdapat di BReAD Unit dilakukan oleh seorang staf keuangan dan administrasi. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi BReAD Unit dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Struktur Organisasi BReAD Unit

Administrasi dan  Keuangan  Produksi  Manajer Teknis 

Sekertaris SEAFAST Center  Kepala Pusat SEAFAST Center

4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Pada tahap awal penelitian, kuesioner yang telah diisi responden diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian kuesioner dilakukan terhadap 30 orang responden yang telah membeli bakery

di BReAD Unit. Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hasil yang relatif sama.

Uji validitas dilakukan dengan menghitung nilai korelasi (r) antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total, dengan menggunakan metode

Product Moment Pearson yang diolah menggunakan software SPSS versi

16.0 pada taraf tingkat kepercayaan 90% (α =0,1) dengan nilai r Tabel yang dipakai adalah 0,361. Hasil pengujian validitas kuesioner menunjukkan r hitung dari setiap atribut memiliki nilai antara 0,434 sampai dengan 0,810. Butir atribut dikatakan valid apabila r hitung > r Tabel. Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai r hitung > r Tabel, berdasarkan hasil tersebut menunjukkan seluruh atribut dalam kuesioner dinyatakan valid.

Setelah dilakukan uji validitas kuesioner dan kuesioner dinyatakan valid, maka selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk pengujian reliabilitas adalah Cronbach’s Alpha dengan software SPSS versi

16.0. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika nilai alpha cronbach lebih dari 0,6. Berdasarkan hasil pengujian dengan teknik tersebut menghasilkan nilai alpha sebesar 0,941 dari 30 responden. Nilai tersebut lebih besar dari 0,6 sehingga seluruh atribut dalam kuesioner dapat dikatakan reliabel. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.

4.3. Karakteristik Konsumen produk bakery BReAD Unit

Setelah menggunakan kuesioner penelitian yang diberikan kepada 100 responden, karakteristik konsumen bakery BReAD Unit memiliki beragam karakteristik. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit dapat dilihat dari

jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, status pekerjaan, pendapatan per bulan, dan pengeluaran untuk konsumsi bakery per bulan. 4.3.1. Jenis Kelamin

Gambar 5. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa konsumen yang membeli bakery BReAD Unit didominasi oleh konsumen yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 77 persen, sedangkan konsumen laki-laki sebanyak 23 persen. Konsumen perempuan yang membeli

bakery BReAD UniT lebih banyak dibandingkan konsumen laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki kecenderungan lebih konsumtif untuk membelanjakan uangnya dan memiliki rasa keingintahuan untuk mencoba produk yang baru seperti bakery BReAD Unit dibandingkan laki-laki.

4.3.2. Usia

Gambar 6. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan usia

23%

77%

Laki‐laki Perempuan

97% 1% 1% 1% 17‐24  25‐30 31‐35 36‐40

Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit yang dilihat berdasarkan usia dari 100 responden yang diberikan kuesioner, diketahui bahwa konsumen yang membeli bakery ini mayoritas adalah orang-orang yang berusia 17-24 tahun yaitu mencapai 97 persen, kemudian diikuti konsumen dengan usia 25-30, 31-35 dan 36-40 masing-masing sebanyak 1 persen. Konsumen dengan usia 17-24 tahun memang sangat mendominasi usia konsumen pada penelitian ini karena konsumen pada usia tersebut senang untuk belanja dan memiliki rasa keingintahuan untuk mencoba suatu produk baru seperti produk bakery

yang diproduksi BReAD Unit. 4.3.3. Status Pernikahan

Gambar 7. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan status pernikahan

Berdasarkan status pernikahannya dari hasil penggunaan kuesioner kepada 100 responden didapatkan bahwa sebagian besar konsumen

bakery BReAD Unit belum menikah dengan persentase sebanyak 98 persen, sedangkan sisanya 2 persen sudah menikah. Sebagian besar konsumen berusia 17 sampai 24 tahun dimana orang-orang dalam rentang usia ini rata-rata belum menikah.

2%

98%

Menikah Belum Menikah

4.3.4. Pendidikan Terakhir

Gambar 8. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan pendidikan terakhir

Karakteristik konsumen lainnya juga dibedakan berdasarkan pendidikan terakhir dari responden. Berdasarkan hasil pengolahan data dari kuesioner yang diberikan kepada 100 responden, mayoritas konsumen bakery BReAD Unit memiliki latar belakang pendidikan terakhir SMA/SMK sebanyak 88 persen, diikuti S1 sebanyak 10 persen dan selanjutnya S2/S3 sebanyak 2 persen. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen bakery BReAD Unit didominasi oleh konsumen berpendidikan SMA/SMK.

4.3.5. Status Pekerjaan

Gambar 9. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan status pekerjaan 88% 10% 2% SMA/SMK S1 S2/S3 97% 3% Pelajar/Mahasiswa Pegawai Negeri

Berdasarkan pekerjaan, hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas konsumen bakery BReAD Unit didominasi oleh pelajar/mahasiswa yaitu sebanyak 97 persen, sedangkan sisanya sebanyak 3 persen adalah pegawai negeri. Hal ini dikarenakan outlet BReAD Unit terletak di dalam kampus Institut Pertanian Bogor yang sebagian besar populasinya adalah mahasiswa.

4.3.6. Pendapatan Per Bulan

Gambar 10. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan pendapatan per bulan

Situasi ekonomi sangat mempengaruhi daya beli seseorang. Pendapatan merupakan sumberdaya yang digunakan konsumen untuk membeli barang yang akan dibelinya. Pendapatan akan menentukan seberapa banyak konsumen dapat membeli dan mengkonsumsi barang atau jasa. Berdasarkan hasil yang didapat bahwa konsumen bakery

BReAD Unit sebagian besar berpendapatan < Rp. 1.000.000 sebanyak 70 persen, antara Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 sebanyak 24 persen, antara Rp. 2.000.001 – Rp. 5.000.000 sebanyak 4 persen, dan antara Rp. 5.000.001 – Rp. 10.000.000 sebanyak 2 persen. 70% 24% 4% 2% < Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000 ‐Rp.  2.000.000  Rp. 2.000.001 ‐Rp.  5.000.000 Rp. 5.000.001 ‐Rp.  10.000.000

4.3.7. Pengeluaran Untuk Konsumsi Bakery Per Bulan

Gambar 11. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan pengeluaran untuk konsumsi bakery per bulan

Karakteristik lain konsumen pada penelitian ini berdasarkan banyaknya pengeluaran untuk konsumsi bakery per bulannya. Hasil dari pengolahan data dari 100 responden yang diberikan kuesioner sebanyak 80 persen konsumen mengkonsumsi bakery < Rp. 50.000, selanjutnya diikuti konsumen yang memiliki pengeluaran per bulan antara Rp. 50.000 – Rp. 100.000 untuk konsumsi bakery sebanyak 16 persen. Kemudian pengeluaran per bulan untuk konsumsi bakery antara Rp. 100.001 – Rp. 200.000 sebanyak 2 persen. Selanjutnya pengeluaran per bulan untuk konsumsi bakery antara Rp. 200.001 – Rp. 500.000 dan > Rp 500.000 masing-masing sebanyak 1 persen.

4.4. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Dalam penelitian ini, konsumen harus melakukan beberapa proses pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian. Proses pengambilan keputusan konsumen terdiri dari lima tahapan proses, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.

4.4.1. Pengenalan Kebutuhan

Dalam proses pengambilan keputusan konsumen pengenalan kebutuhan merupakan tahap awal yang harus diawali oleh konsumen. Kebutuhan tersebut dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal yang menyebabkan dorongan untuk melakukan pembelian terhadap suatu barang atau jasa. Untuk mengetahui kebutuhan konsumen bakery

80% 16% 1% 2%1% < Rp. 50.000 Rp. 50.000 ‐Rp.  100.000 Rp. 100.001 ‐Rp.  200.000 Rp. 200.001 ‐Rp  500.000

BReAD Unit dilakukan dengan memberikan pertanyaan mengenai alasan/motivasi konsumen membeli bakery BReAD Unit dan manfaat utama yang dicari konsumen dari membeli bakery BReAD Unit.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar alasan konsumen untuk membeli bakery BReAD Unit adalah karena rasa yang enak dari bakery tersebut sebanyak 61 persen. Dari hasil tersebut BReAD Unit harus mempertahankan rasa dari bakery yang diproduksinya sehingga akan menjaga loyalitas konsumen serta dapat menarik konsumen baru untuk membeli bakery tersebut. Alasan/motivasi konsumen selanjutnya adalah karena ingin mencoba sebanyak 12 persen. Hal ini dikarenakan bakery BReAD Unit merupakan produk baru yang berbahan dasar tepung substitusi (tepung jagung atau tepung ubi jalar) sehingga banyak konsumen yang ingin mencoba untuk membeli bakery tersebut.

Alasan lain yang berpengaruh adalah harga yang terjangkau sebanyak 9 persen dan pengaruh teman sebanyak 7 persen. Harga yang ditawarkan BReAD Unit untuk bakery yang dijualnya terjangkau karena harga merupakan pertimbangan bagi konsumen untuk membeli suatu produk bakery. Pengaruh teman juga alasan yang menjadi dorongan dari luar dimana dari pengaruh tersebut membuat konsumen ingin membeli bakery BReAD Unit setelah mendengarkan cerita dari teman tentang bakery tersebut. Sisanya yang menjadi alasan konsumen untuk membeli bakery BReAD Unit adalah sedang merasa lapar sebanyak 5 persen, kepopuleran produk sebanyak 1 persen, kemudahan memperoleh sebanyak 2 persen dan lainnya sebanyak 3 persen.

Tabel 4. Alasan atau motivasi konsumen membeli bakery BReAD Unit

Alasan/Motivasi Persentase (%)

Rasa yang enak 61

Harga terjangkau 9

Sedang merasa lapar 5

Kepopuleran produk 1 Ingin mencoba 12 Pengaruh teman/kerabat 7 Kemudahan memperoleh 2 Lainnya 3 Jumlah 100

Selain menganalisis alasan membeli bakery BReAD Unit,dalam pengenalan kebutuhan juga menganalisis Manfaat yang dicari konsumen setalah membeli bakery BReAD Unit. Dari hasil analisis manfaat terbesar yang dicari konsumen setelah membeli bakery BReAD Unit adalah sebagai camilan sebanyak 61 persen. Manfaat selanjutnya adalah menghilangkan rasa lapar sebanyak 25 persen dan produk yang bergizi sebanyak 13 persen. Kebanyakan konsumen masih menganggap

bakery sebagai produk sampingan, selain itu konsumen beralasan

bakery BReAD Unit memiliki rasa yang enak untuk dijadikan camilan. Selain dijadikan camilan, bakery juga dianggap sebagai makanan untuk menghilangkan rasa lapar saat konsumen merasa dirinya sedang lapar. Hal lain yang menjadi nilai tambah dari bakery BReAD Unit adalah konsumen percaya produk bakery ini dapat memberikan manfaat sebagai produk yang bergizi.

Tabel 5. Manfaat utama yang dicari konsumen dari bakery BReAD Unit

Manfaat Persentase (%)

Menghilangkan rasa lapar

25

Produk yang bergizi 13

Sebagai camilan 61

Lainnya 1 Jumlah 100

4.4.2. Pencarian Informasi

Tahap kedua dari proses pengambilan keputusan pembelian konsumen adalah pencarian informasi. Informasi dapat diperoleh konsumen dari berbagai sumber. Konsumen akan mencari informasi baik secara internal atau secara eksternal untuk mendapatkan kebutuhannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, sebagian besar konsumen bakery BReAD Unit memperoleh informasi yang berasal dari teman sebanyak 63 persen. Hal ini menunjukkan informasi mengenai bakery BReAD Unit sebagian besar menyebar dari cerita konsumen kepada temannya tentang bakery BReAD Unit. Selain teman, sumber informasi selanjutnya adalah berasal dari papan nama outlet sebanyak 32 persen. Papan nama outlet dapat menjadi alat promosi karena orang akan membaca dan melihat terdapat produk yang dijual saat melintasi outlet tersebut. Sedangkan sumber informasi lainnya tentang bakery BReAD Unit berasal dari keluarga sebanyak 3 persen, iklan dan lainnya masing-masing sebanyak 1 persen.

Tabel 6. Sumber informasi mengenai bakery BReAD Unit Sumber Informasi Persentase (%)

Teman 63 Iklan 1 Keluarga 3

Papan nama outlet 32

Lainnya 1 Jumlah 100

Dalam proses pengambilan keputusan bakery BReAD Unit juga dipengaruhi oleh persepsi masing-masing konsumen terhadap kualitas produk bakery BReAD Unit jika dibandingkan dengan produk bakery

lainnya sesuai dengan apa yang mereka tahu dan rasakan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebanyak 62 persen konsumen menganggap bakery BReAD Unit lebih baik daripada bakery lainnya. Sedangkan sisanya sebanyak 38 persen konsumen menganggap bakery

Tabel 7. Persepsi konsumen mengenai kualitas bakery BReAD Unit Persepsi kualitas bakery

BReAD Unit

Persentase (%) Lebih baik daripada

bakery lainnya

62 Sama aja dengan bakery

lainnya

38

Jumlah 100

Saat konsumen mencari informasi terdapat fokus perhatian yang difokuskan konsumen mengenai produk yang akan dibelinya. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar konsumen memilih citarasa sebanyak 54 persen sebagai fokus perhatian penting terhadap bakery

BReAD Unit. Seperti produk makanan lainnya konsumen menganggap citarasa menjadi fokus perhatian penting pada bakery karena suatu produk makanan akan banyak dibeli oleh konsumen jika memiliki citarasa yang lezat dan enak saat konsumen memakannya. Fokus perhatian terbesar kedua yang dipilih konsumen adalah harga sebanyak 14 persen. Kenyaman outlet dipilih konsumen sebanyak 12 persen sebagai fokus perhatian terhadap bakery BReAD Unit. Selanjutnya lokasi dan variasi jenis yang ditawarkan menjadi fokus perhatian penting konsumen masing-masing sebanyak 7 persen. Sisanya tekstur sebanyak 4 persen, bentuk dan ukuran serta fokus perhatian lainnya masing-masing sebanyak 1 persen sebagai fokus perhatian konsumen tentang bakery BReAD Unit.

Tabel 8. Fokus perhatian konsumen mengenai bakery BReAD Unit Fokus Perhatian Persentase (%)

Harga 14 Citarasa 54

Bentuk dan ukuran 1

Tekstur 4 Lokasi 7 Kenyamanan outlet 12 Variasi jenis 7 Lainnya 1 Jumlah 100

4.4.3. Evaluasi Alternatif

Tahap selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan pembelian konsumen adalah dengan konsumen melakukan evaluasi alternatif. Konsumen akan memproses informasi yang diperolehnya dengan mengevaluasi dan memberikan penilaian terhadap informasi tersebut. Dalam mengevaluasi informasi yang diperoleh tersebut konsumen akan memberikan perhatian terbesar terhadap atribut yang memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Dari hasil penelitian dapat diketahui atribut yang dipertimbangkan banyak konsumen dalam membeli bakery BReAD Unit adalah citarasa sebanyak 52 persen. Sedangkan harga menjadi pertimbangan terbesar kedua konsumen sebanyak 25 persen. Selanjutnya pertimbangan terhadap variasi jenis menjadi pertimbangan konsumen terbesar ketiga sebanyak 10 persen. Pertimbangan terhadap tekstur, lokasi dan kenyamanan outlet memiliki persentase yang sama sebanyak 4 persen serta sisanya sebanyak 1 persen potongan harga menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli bakery BReAD Unit. Citarasa merupakan pertimbangan paling utama yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli produk bakery. Karena citarasa menjadi atribut yang menjadi penilaian penting konsumen saat ingin membeli suatu makanan. Hal ini menjadi perhatian penting BReAD Unit dalam memproduksi bakery

yang akan ditawarkannya kepada konsumen.

Tabel 9. Pertimbangan konsumen ketika membeli bakery BReAD Unit Atribut Persentase (%) Harga 25 Citarasa 52 Tekstur 4 Lokasi 4 Kenyamanan outlet 4 Variasi jenis 10 Potongan harga 1 Jumlah 100

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat prioritas pilihan konsumen menunjukkan sebanyak 51 persen konsumen menjadikan bakery BReAD Unit sebagai prioritas pilihan dibandingkan dengan produk-produk bakery lainnya. Hal ini disebabkan karena konsumen bakery BReAD Unit percaya bakery tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan produk bakery lain yang dijual disekitar lokasi

Dokumen terkait