• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerapan Critical Non-Essential (CNE) dan Dampaknya terhadap Tingkat Kenyamanan Konsumen Salon Kecantikan di Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penerapan Critical Non-Essential (CNE) dan Dampaknya terhadap Tingkat Kenyamanan Konsumen Salon Kecantikan di Bogor"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

KONSUMEN SALON KECANTIKAN DI BOGOR

Oleh

NURUL MURSYIDAH

H24070042

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

NURUL MURSYIDAH. H24070042.Analisis PenerapanCritical Non-Essential (CNE) dan Dampaknya terhadap Tingkat Kenyamanan Konsumen Salon Kecantikan di Bogor. Di bawah bimbinganPRAMONO D FEWIDARTO.

Persaingan yang semakin meningkat dalam industri salon kecantikan membuat usaha salon kecantikan tidak bisa hanya mengandalkan kualitas jasa yang baik untuk memenuhi kepuasan dan kenyamanan konsumen. Salon kecantikan harus terus meningkatkan kepuasan dan kenyamanan konsumen agar konsumen kembali datang untuk mengkonsumsi jasa salon kecantikan tersebut. Peningkatan kepuasan dan kenyamanan dapat dilakukan dengan memberi perhatian lebih terhadap aspek pelayanan jasa non-essential dari jasa salon kecantikan, yang biasa disebutCritical Non-Essential(CNE).

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mempelajari penerapan Critical Non-Essential (CNE) pada salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah, (2) menganalisis keinginan dan harapan konsumen terhadap fasilitas dalam penerapan Critical Non-Essential(CNE) pada salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah, dan (3) Menganalisis efektifitas fasilitas dalam penerapan Critical Non-Essential (CNE) dan dampaknya terhadap tingkat kenyamanan konsumen pada salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsung dan wawancara kepada pemilik salon kecantikan serta penyebaran kuesioner kepada konsumen salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah. Data sekunder diperoleh dari studi literatur di perpustakaan, internet, skripsi terdahulu, dan beberapa literatur yang terkait. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Kesenjangan (gap), Analisis Deskriptif, danCross Tabdengan bantuanMicrosoft Excel 2007.

(3)

KONSUMEN SALON KECANTIKAN DI BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

NURUL MURSYIDAH

H24070042

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Analisis Penerapan Critical Non-Essential (CNE) dan Dampaknya terhadap Tingkat Kenyamanan Konsumen Salon

Kecantikan di Bogor

Nama : Nurul Mursyidah

NIM : H24070042

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

(Ir. Pramono D. Fewidarto, MS) NIP : 19580202 198403 1 003

Mengetahui :

Ketua Departemen

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP : 19610123 198601 1 002

(5)

iv

Penulis dilahirkan di Jakarta 4 November 1989. Penulis merupakan anak

pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Achmad Damiri dan Ibu

Suhaemi. Penulis mengawali jenjang pendidikan di Taman Kanak-Kanak Gunung

Jati Tangerang pada tahun 1995. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2001

di SD Islam Al-Istiqamah Tangerang, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP

Negeri 9 Tangerang dan lulus pada tahun 2004, serta mengikuti pendidikan di

SMA Negeri 8 Tangerang dan lulus pada tahun 2007. Selama mengikuti

pendidikan di SMA Negeri 8 Tangerang, penulis juga mengikuti pendidikan di

LBPP LIA dari tahun 2005 hingga 2006.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Program

Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2007 melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis

tercatat sebagai anggota Com@ (Center Of Management). Selama mengikuti

perkuliahan, penulis menjadi staf pengajar KUMULASI dengan mata kuliah

Metode Kuantitatif pada tahun 2008-2009 dan mata kuliah Manajemen Produksi

dan Operasi tahun 2009-2010. Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di

Giant Botani Square sebagai staf HRD pada bulan Juni-Juli 2009, kemudian

mengikuti kegiatan magang di Perum Perhutani Banjarsari pada bulan Agustus

2010, dan terpilih sebagai peserta dalam program Coop Telkom 2011 sebagai

analis kredit macet UMKM. Selain itu, pernah memperoleh beasiswa BKM pada

tahun 2010.

Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi

(6)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik. Skripsi ini

berjudul Analisis Penerapan Critical Non-Essential (CNE) dan Dampaknya terhadap Tingkat Kenyamanan Konsumen Salon Kecantikan di Bogor dan

bertujuan untuk mempelajari pelayanan yang sifatnya non-essential di salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini masih mengandung kekurangan, sehingga

kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan untuk bahan

perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT.

Bogor, Juli 2011

(7)

vi

Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan, bantuan dan kerjasama

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, petunjuk, pertolongan, dan tidak

pernah meninggalkanku bahkan disetiap detik nafas ini berhembus.

2. Kedua orang tua, Bapak Drs. Achmad Damiri dan Ibu Dra. Suhaemi yang

selalu memberikan doa, nasihat, materi, semangat, dukungan, pengertian dan

kasih sayang yang tiada henti. Adik-adikku Muhammad Fadhli Karim,

Muhammad Fariz Basir, Muhammad Farhan Mufti, dan Muhammad Fatih

Nazori yang selalu memberi bantuan, menjadi penghibur di rumah, dan

menjadi motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Ir. Pramono D. Fewidarto, MS sebagai dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, bimbingan, dan arahan

kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Kalimat

motivasi yang akan selalu diingat oleh penulis, “Jika ingin melihat

pemandangan yang semakin indah, maka dakilah gunung tersebut semakin

tinggi”.

4. Pihak salon-salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah yang tidak bisa

disebutkan satu persatu atas bantuan dan kesediaannya untuk dijadikan objek

penelitian.

5. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Nur Hadi Wijaya, S.TP, MM sebagai

penguji dalam sidang skripsi yang telah memberikan masukan pada skripsi ini.

6. Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, FEM IPB

dan seluruh staf pengajar dan karyawan Departemen Manajemen, FEM IPB.

7. Seluruh keluarga yang telah memberi doa dan dukungan yang tiada henti.

8. Ahmad Lazuardi, ST yang selalu memberikan dukungan, materi, hiburan,

semangat dan doa kepada penulis selama hampir 5 tahun dan menjadi motivasi

(8)

vii

9. Emilya Norita sebagai sahabat seperjuangan dalam menghadapi tantangan,

rintangan, cobaan, suka maupun duka dalam proses penyusunan dan

penyelesaian skripsi ini.

10. Diah Putri Dani, Resty Fauziah Arnes, dan Fahrurozi sebagai teman satu

bimbingan yang saling memberikan dukungan, semangat, dan doanya.

11. Putri Anugrah, Devi Cinta Resmi, Eka Intinawati, Disa Rusdiana, dan Ryta

Melati Dewi yang telah menjadi teman yang terbaik dan selalu memberikan

dukungan kepada penulis.

12. Rohmani Susilowaty sebagai sahabat yang selalu memberi bantuan tanpa

diminta.

13. Tri Utami Ratna Puri, Halimah Riyanti, dan Wa Hesti yang tetap setia menjadi

teman dan memberi dukungan kepada penulis.

14. Teman-teman di kosan Dwi Regina yang selalu menghibur.

15. Semua pihak yang tidak disebutkan namanya dalam kesempatan ini yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan oleh

semua pihak baik yang tersebutkan maupun yang tidak tersebutkan dalam

penyusunan skripsi. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan

kelemahan dalam penyusunan skripsi ini, tetapi berharap dapat memberikan

(9)

viii RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP... iv

KATA PENGANTAR... v

UCAPAN TERIMAKASIH... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Pemasaran Jasa ... 5

2.2. Kulitas Jasa... 5

2.3. Konsumen... 7

2.4. Salon Kecantikan... 8

2.5. Critical Non-Essential(CNE) ... 9

2.5.1. Konsep Dasar CNE ... 9

2.5.2. Penerapan dan Keuntungan CNE... 10

2.5.3. Langkah-langkah Menciptakan CNE... 11

2.5.4. Kriteria Salon Kecantikan yang Menerapkan CNE 12 2.6. Metode Pengambilan Sampel ... 13

2.7. Uji Validitas dan Reabilitas Alat Ukur... 14

2.8. Analisis Deskriptif ... 15

2.9. Analisis Kesenjangan (gap)... 16

2.10. Penelitian Terdahulu... 16

III. METODE PENELITIAN ... 18

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual... 18

3.2. Tahapan Penelitian ... 19

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian... 21

3.4. Metode Penelitian... 23

(10)

ix

3.4.2. Metode Pengambilan Sampel ... 23

3.4.3. Alat Pengumpulan Data... . 24

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

4.1. Gambaran Umum Salon Kecantikan... 26

4.2. Penerapan CNE... 28

4.3. Kepuasan dan Kenyamanan Konsumen Terkait Karakteristik Konsumen... ... 37

4.3.1. Kepuasan Konsumen Terhadap Pelayanan EssentialSalon Kecantikan... 38

4.3.2. Kenyamanan Konsumen Terkait Pengelompokan Konsumen... 39

4.3.3. Kenyamanan Konsumen Terkait Demografi Konsumen... 43

4.3.4. Kenyamanan Konsumen Terkait Pengetahuan dan Pengalaman Konsumen ... 49

4.3.5. Karakteristik Konsumen tiap Kelas Salon Kecantikan... 58

4.4. Analisis Gap Penyediaan dan Harapan Fasilitas Ruang Tunggu ... 59

4.5. Efektifitas Fasilitas dalam Penerapan CNE ... 69

4.6. Implikasi Manajerial... 71

KESIMPULAN DAN SARAN... 74

DAFTAR PUSTAKA... 75

(11)

x

No. Halaman

1. Rasio Jumlah Penduduk Perempuan per Jumlah Salon

Kecantikan di Kota Bogor ... 1 2. Distribusi Penyebaran Salon Kecantikan per Kelurahan... ... 26 3. Persentase Salon Kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah yang

Menyediakan Fasilitas Media Komunikasi danEntertainment... 29 4. Persentase Salon Kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah yang

Menyediakan Fasilitas Ruangan di Ruang Tunggu ... 31 5. Persentase Salon Kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah yang

Menyediakan Fasilitas Penunjang di Ruang Tunggu ... 32 6. Pengelompokkan Salon Kecantikan... ... 37 7. Frekuensi Tingkat Kepuasan PelayananEssentialSetiap Kelas

Salon Kecantikan... ... 38 8. Penyebaran Konsumen Sesuai Jumlah Kunjungan Konsumen

Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan... ... 39 9. Penyebaran Konsumen Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan

Sesuai Jumlah Kunjungan Konsumen... ... 40 10. Tingkat Kenyamanan (Non-essential) Terkait Jumlah

Kunjungan Konsumen dan Kelas Salon Kecantikan ... 40 11. Penyebaran Konsumen Sesuai Kontinuitas Kedatangan

Konsumen Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan... 41 12. Penyebaran Konsumen Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan

Sesuai Kontinuitas Kedatangan Konsumen... 42 13. Tingkat Kenyamanan (Non-essential) Terkait Kontinuitas

Kedatangan Konsumen dan Kelas Salon Kecantikan... 42 14. Penyebaran Konsumen Sesuai Pengeluaran Khusus Untuk

Salon Kecantikan Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan.... ... 43 15. Penyebaran Konsumen Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan

Sesuai Pengeluaran Khusus Untuk Salon Kecantikan... .. 43 16. Tingkat Kenyamanan (Non-essential) Terkait Pengeluaran

Khusus Untuk Salon Kecantikan dan Kelas Salon Kecantikan... 44 17. Penyebaran Konsumen Sesuai Pekerjaan Konsumen Pada

Setiap Kelas Salon Kecantikan... 45 18. Penyebaran Konsumen Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan

Sesuai Pekerjaan Konsumen... ... 46 19. Tingkat Kenyamanan (Non-essential) Terkait Pekerjaan

Konsumen dan Kelas Salon Kecantikan... 46 20. Penyebaran Konsumen Sesuai Pendidikan Terakhir

Konsumen Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan... ... 47 21. Penyebaran Konsumen Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan

(12)

xi

22. Tingkat Kenyamanan (Non-essential) Terkait Pendidikan

Terakhir Konsumen dan Kelas Salon Kecantikan... 48 23. Penyebaran Konsumen Sesuai Frekuensi Kunjungan

Konsumen Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan... ... 49 24. Penyebaran Konsumen Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan

Sesuai Frekuensi Kunjungan Konsumen... ... 50 25. Tingkat Kenyamanan (Non-essential) Terkait Frekuensi

Kunjungan Konsumen dan Kelas Salon Kecantikan... ... 50 26. Penyebaran Konsumen Sesuai Lamanya Waktu Mengetahui

Keberadaan Salon Kecantikan Pada Setiap Kelas Salon

Kecantikan... ... 51 27. Penyebaran Konsumen Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan

Sesuai Lamanya Waktu Mengetahui Keberadaan Salon

Kecantikan... ... 51 28. Tingkat Kenyamanan (Non-essential) Terkait Lamanya Waktu

Mengetahui Keberadaan Salon Kecantikan dan Kelas Salon

Kecantikan... ... 52 29. Penyebaran Konsumen Sesuai Sumber Informasi Mengetahui

Salon Kecantikan Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan... ... 53 30. Penyebaran Konsumen Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan

Sesuai Sumber Informasi Mengetahui Salon Kecantikan... 54 31. Tingkat Kenyamanan (Non-essential) Terkait Sumber

Informasi Mengetahui Salon Kecantikan dan Kelas Salon

Kecantikan... 54 32. Penyebaran Konsumen Sesuai Alasan Utama Memilih Salon

Kecantikan Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan... 54 33. Penyebaran Konsumen Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan

Sesuai Alasan Utama Memilih Salon Kecantikan... 55 34. Tingkat Kenyamanan (Non-essential) Terkait Alasan Utama

Memilih Salon Kecantikan dan Kelas Salon Kecantikan... 55 35. Penyebaran Konsumen Sesuai Waktu Tunggu Konsumen

Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan... 56 36. Penyebaran Konsumen Pada Setiap Kelas Salon Kecantikan

Sesuai Waktu Tunggu Konsumen... 57 37. Tingkat Kenyamanan (Non-essential) Terkait Waktu Tunggu

Konsumen dan Kelas Salon Kecantikan... 57 38. Rentang Nilai Total Tingkat Kepentingan dan Hasil Penilaian

Kondisi Fasilitas untuk Media Komunikasi dan

Entertainment... 60 39. Rentang Nilai Total Tingkat Kepentingan dan Hasil Penilaian

Kondisi Fasilitas untuk Fasilitas Ruangan dan Fasilitas

(13)

xii

No. Halaman

1. Hubungan antara Harapan, Kepuasan, dan Kualitas Jasa yang

dipersepsikan ... 8 2. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 20 3. Tahapan Proses Penelitian ... 22 4. Struktur Organisasi Salon Kecantikan di Kecamatan Bogor

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Tabel Pengolahan dan Analisis Data ... 77

2. Kuesioner Penelitian untuk Pihak Salon Kecantikan ... 78

3. Kuesioner Penelitian untuk Konsumen Salon Kecantikan... 81

4. Hasil Uji Validitas Kuesioner... ... 87

5. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner... 88

6. Hasil Pengelompokan Salon Kecantikan………. 89

7. Hasil PengolahanJumlah Konsumen…………... 90

8. Hasil Pembobotan Fasilitas……….. 93

(15)

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan sektor jasa berlangsung pesat dalam beberapa dekade

terakhir seiring dengan perkembangan perekonomian. Salah satu sektor jasa

yang terus berkembang di Indonesia hingga saat ini adalah industri salon

kecantikan. Hal ini dikarenakan salon saat ini menjadi salah satu alternatif

untuk perawatan kecantikan dan relaksasi yang sesuai dengan gaya hidup

perempuan modern yang serba cepat dan praktis. Perkembangan industri

salon kecantikan di Kota Bogor dapat dilihat dari rasio jumlah penduduk

perempuan per jumlah salon kecantikan di Kota Bogor yang mengalami

penurunan dari tahun ke tahun.

Tabel 1. Rasio Jumlah Penduduk Perempuan per Jumlah Salon Kecantikan di Kota Bogor

Tahun Jumlah Penduduk Perempuan

Jumlah Salon Kecantikan

Rasio Penduduk Perempuan / Salon Kecantikan

2006 424.530 jiwa 44 9648,41

2007 432.610 jiwa 52 8319,42

2008 440.360 jiwa 63 6989,84

2009 447.410 jiwa 72 6214,03

2010 453.630 jiwa 85 5336,82

Sumber : Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bogor dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat (2010)

Semakin banyak salon kecantikan dan semakin meningkat pula

penduduk perempuan di Kota Bogor membuat persaingan yang semakin

meningkat dalam industri jasa salon kecantikan. Terutama pada Kecamatan

Bogor Tengah yang memiliki jumlah salon kecantikan terbanyak, yaitu 27

salon kecantikan dan mempunyai laju pertumbuhan penduduk terendah dari

kecamatan-kecamatan lainnya di Kota Bogor, yaitu sebesar 1,15 persen. Oleh

karena itu, pihak salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah dituntut

untuk lebih inovatif dalam meningkatkan kepuasan dan kenyamanan

(16)

2

Kepuasan dan kenyamanan konsumen saat ini tidak hanya dipengaruhi

oleh kualitas pelayanan jasa utama atau jasa essential yang diberikan oleh salon kecantikan. Kepuasan dan kenyamanan konsumen juga sangat

dipengaruhi oleh pelayanan yang sifatnyanon-essential, yaitu pelayanan lain selain pelayanan jasaessentialdari salon kecantikan.

Konsumen datang ke salon kecantikan untuk mendapatkan pelayanan

dari jasa utama atau jasaessential salon kecantikan. Jasa-jasa yang tergolong sebagai jasa utama atau essential salon kecantikan adalah jasa pemangkas dan perawatan rambut, jasa perawatan kecantikan; seperti perawatan kulit

muka (facial), perawatan tubuh (lulur), manicure, pedicure, makeup, dan

perawatan kecantikan lainnya (KBLI, 2005).

Proses atau waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan pelayanan jasa

utama atau essential salon kecantikan sering tidak sesuai dengan keinginan konsumen. Konsumen ingin secepatnya mendapatkan pelayanan jasa utama

atau essential salon kecantikan, namun konsumen sering diharuskan untuk menunggu. Hal ini dikarenakan pemberian pelayanan jasa utama atau

essential salon kecantikan kepada konsumen memerlukan waktu yang cukup lama. Selain itu, konsumen diharuskan menunggu karena adanya

keterbatasan sumberdaya manusia atau pegawai salon kecantikan yang ada

untuk melayani konsumen.

Konsumen yang merasakan kepuasan terhadap kualitas jasa utama yang

pihak salon kecantikan berikan, belum tentu akan kembali datang untuk

mengkonsumsi jasa salon kecantikan tersebut. Keengganan konsumen untuk

datang kembali bisa dikarenakan kejenuhan dan ketidaknyamanan yang

dirasakan saat menunggu giliran untuk mendapatkan pelayanan jasa utama

dari salon kecantikan tersebut.

Hal yang dapat dilakukan pihak pemilik salon untuk mengurangi

kejenuhan konsumen saat menunggu adalah dengan memberikan perhatian

lebih terhadap penyediaan pelayanan tambahan atau pelayanan yang sifatnya

non-essential. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menyediakan fasilitas

(17)

yang mendukung, seperti fasilitas alat pendingin ruangan, media komunikasi,

bacaan,entertainment, sofa ruang tunggu yang nyaman, dan lain-lain.

Pelayanan yang sifatnya non-essential tersebut dinamakan sebagai Critical Non-Essential (CNE), yaitu hal-hal kecil di luar bisnis inti yang menambahkan banyak nilai bagi konsumen maupun pelaku bisnis sehingga

pada akhirnya dapat menentukan keberhasilan suatu bisnis. Hal ini yang

menyebabkan mengapa perlu dilakukannya analisis mengenai penerapan

Critical Non-Essential (CNE) dan dampaknya terhadap tingkat kenyamanan konsumen salon kecantikan di Bogor.

1.2. Perumusan Masalah

Salon kecantikan pada umumnya membutuhkan waktu untuk

memberikan pelayanan jasa utama atau essential kepada konsumennya. Hal ini dikarenakan keterbatasan karyawan atau sumberdaya manusia yang

tersedia. Oleh karena itu, konsumen diharuskan menunggu untuk mendapat

giliran pelayanan jasa utama atauessentialyang diinginkan.

Konsumen sering kali merasa jenuh dan bosan saat menunggu karena

pihak salon kecantikan kurang memperhatikan kondisi yang diinginkan

konsumen saat menunggu. Pihak salon kecantikan harus memberi perhatian

lebih terhadap pelayanan pendukung atau non-essential, yaitu pada penyediaan fasilitas-fasilitas di ruang tunggu untuk mengurangi kejenuhan

konsumen. Hal ini disebut dengan Critical Non-Essential (CNE), yaitu pelayanan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan jasa utama. Oleh

karena itu, penting untuk diketahui bagaimana penerapan Critical Non-Essential (CNE) dan bagaimana dampaknya terhadap tingkat kenyamanan konsumen salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka penelitian yang

dilakukan ini bertujuan untuk :

(18)

4

2. Menganalisis keinginan dan harapan konsumen terhadap fasilitas dalam

penerapan Critical Non-Essential (CNE) pada salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah

3. Menganalisis efektifitas fasilitas dalam penerapan Critical Non-Essential (CNE) dan dampaknya terhadap tingkat kenyamanan konsumen pada

salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah

1.4. Ruang Lingkup

Analisis penerapan Critical Non-Essential (CNE) dan dampaknya terhadap tingkat kenyamanan konsumen salon kecantikan di Bogor

dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2011. Penelitian ini hanya

dilakukan di salon-salon kecantikan yang berada di Kecamatan Bogor

Tengah. Hal ini dikarenakan persaingan jasa salon kecantikan di Kecamatan

Bogor Tengah sangat tinggi, dilihat dari jumlah salon kecantikan terbanyak

dan laju pertumbuhan penduduk terendah ada di Kecamatan Bogor Tengah.

Penelitian ini berfokus pada penerapan Critical Non-Essential (CNE), yaitu

pelayanan dibagian non-inti dari bisnis salon kecantikan. Hasil penelitian

hanya untuk mengetahui sejauhmana Critical Non-Essential (CNE) diterapkan di salon kecantikan dan bagaimana dampaknya terhadap tingkat

kenyamanan konsumen.

1.5. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sarana bagi penulis untuk

mengaplikasikan ilmu secara langsung yang diperoleh selama kuliah.

2. Bagi usaha jasa salon kecantikan, penelitian ini diharapkan bisa memberi

masukan dan sumber pemikiran baru di bidang pelayanan kepada

pelanggan.

(19)

2.1. Pemasaran Jasa

Pemasaran adalah proses pemberian kepuasan kepada konsumen untuk

mendapatkan laba. Dan lebih rincinya pemasaran merupakan proses social

dan manajerial dimana individu dan kelompok memeperoleh apa yang

mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk

serta nilai dengan pihak lain (Kotler, 2007). sedangkan asosiasi pemasaran

dalam Kotler (2007) mendefinisikan pemasaran sebagai proses perencanaan

dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran

gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi

sasaran-sasaran individu dan organisasi.

Menurut Gronroos dalam Rambat Lupiyoadi (2008), jasa adalah

kegiatan atau serangkaian kegiatan tidak berwujud, terjadi dalam interaksi

antar karyawan dan pelanggan atau sumber daya fisik dan sistem penyedia

layanan, yang disediakan sebagai solusi untuk masalah pelanggan.

Pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk. Pertama,

pemasaran jasa lebih bersifat intangible dan immaterial karena produknya

tidak kasat mata dan tidak dapat diraba. Kedua, produksi jasa dilakukan saat

konsumen berhadapan dengan petugas sehingga pengawasan kualitasnya

dilakukan dengan segera. Ketiga, interaksi antara konsumen dan petugas

adalah penting untuk mewujudkan produk yang dibentuk. Tujuan manajemen

jasa pelayanan adalah untuk mencapai tingkat kualitas pelayanan tertentu.

Karena erat kaitannya dengan pelanggan, tingkat ini dihubungkan dengan

tingkat kenyamanan dan kepuasan konsumen (Rangkuti, 2008)

2.2. Kualitas Jasa

Rangkuti (2008) mendefinisikan kualitas jasa sebagai penyampaian jasa

yang akan melebihi tingkat kepentingan pelanggan. Keberhasilan suatu bisini

jasa tentu sangat bergantung dari kualitas yang diperlihatkan, apakah sesuai

dengan harapan dan keinginan konsumen. Kualitas jasa dipengaruhi oleh dua

(20)

6

diharapkan (expected service). Bila persepsi konsumen tentang layanan jasa

yang diberikan lebih besar dari jasa yang diharapkan tentu konsumen akan

merasa puas dan mungkin tertarik untuk menggunakan perusahaan atau

penyedia jasa yang bersangkutan. Sedangkan bila yang terjadi adalah

sebaliknya, dimana persepsi tentang jasa yang diterima konsumen lebih kecil

dari harapan mereka tentu mereka akan merasa kecewa sehingga cenderung

menjadi tidak tertarik pada penyedia jasa yang bersangkutan.

Penelitian mengenaicustomer-perceived quality pada industri jasa oleh Leonard dan Zeithaml dalam Rangkuti (2008), mengidentifikasikan 5

kesenjangan (gap) yang memnyebabkan kegagalan penyampaian jasa kepada

pelanggan, yaitu :

1. Kesenjangan tingkat kepentingan konsumen dan persepsi manajemen.

Pada kenyataan pihak manajemen suatu perusahaan tidak selalu dapat

merasakan atau memahami secara tepat apa yang diinginkan oleh para

pelanggannya. Akibatnya, manajemen tidak tidak mengetahui bangaimana

produk jasa seharusnya didesain dan jasa-jasa pendukung (sekunder) apa

jasa yang diinginkan oleh konsumen.

2. Kesenjangan antara persepsi manajemen terhadap tingkat kepentingan

konsumen dan spesifikasi kualitas jasa. Kadangkal manajemen mampu

memahami secara tepat apa yang diinginkan oleh pelanggan. Tetapi

kurang bisa menyusun standar kinerja yang jelas. Hal ini biasanya terjadi

karena tiga factor, pertama tidak adanya komitmen yang jelas dan total

dari pihak manajemen terhadap kualitas, kedua kuranganya sumber daya

baik sumber daya SDM nya maupun sumberdaya material pendukung, dan

yang terakhir disebabkan oleh adanya kelebihan permintaan.

3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa.

Adanya beberapa pemicu terjadinya kesenjangan ini, diantaranya sumber

daya manusia yang kurang terlatih atau karyawan belum bisa menguasai

tugasnya, beban kerja yang melampaui batas, kegagalan dalam mencapai

(21)

4. Kesenjangan antara penyampaian jasa komunikasi eksternal. Seringkali

tingkat ekpektasi atau kepentingan pelanggan cenderung dipengaruhi oleh

iklan dan pernyataan atau janji yang dibuat oleh perusahaan. Dari janji

tersebut akan menjadi resiko bagi perusahaan tersebut apabila janji

tersebut tidak dapat dipenuhi, yang nanti akan berimplikasi pada persepsi

negatif pelanggan terhadap kualitas jasa perusahaan.

5. Kesenjangan antara jasa yang yang dirasakan dan jasa yang diharapkan.

Kesenjangan ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja atau prestasi

perusahaan dengan cara dan sudut pandang yang berbeda, atau pelanggan

keliru dalam mempersepsikan kualitas jasa yang diterimanya.

2.3. Konsumen

Menurut Yamit (2004) pelanggan dan konsumen memang sangat sulit

untuk dibedakan, namun terdapat perbedaan nyata dalam frekuensi

penggunaan suatu produk atau jasa. Konsumen menggunakan jasa atau

produknya hanya untuk memenuhi kebutuhan sesaat, sedangkan pelanggan

merupakan konsumen yang melakukan pembelian ulang atas produk dan jasa

yang dihasilkan perusahaan.

Harapan konsumen terdiri atas beberapa elemen, termasuk jassa yang

diinginkan, jasa yang memadai, jasa yang dipahami, dan zona toleransi yang

berkisar antara tingkat-tingkat jasa yang diinginkan dan memadai. Menurut

Lovelock dan Wright (2007) jasa yang diinginkan (desired service) adalah

jenis jasa yang diharapkan pelanggan akan mereka terima. Sedangkan tingkat

harapan lebih rendah disebut jassa yang memadai (adeguate service) yaitu

tingkat jasa minimum yang dapat diterima pelanggan tanpa merasa tidak

puas.

Menurut Oliver dalam Husein Umar (2003) kepuasan dan kenyamanan

konsumen adalah sebagai evaluasi purnabeli, dimana persepsi terhadap

kinerja alternatif jasa yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum

pembelian. Pelanggan mengalami berbagai tingkat kepuasan atau

ketidakpuasan setelah mengalami masing-masing jasa sesuai dengan sejauh

(22)

8

keadaan emosional, reaksi mereka dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan,

kejengkelan, netralitas, kegembiraan atau kesenangan.

Kepuasan dan kenyamanan konsumen adalah indikator utama dari

standar suatu fasilitas kesehatan dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan

kepuasan pelanggan yang rendah akan berdampak terhadap jumlah

kunjungan yang akan mempengaruhi provitabilitas fasilitas kesehatan

tersebut. Para pelanggan akan merasa berdaya didalam dirinya jika mereka

merasakan kenyamanan secara psikologis, dan penyedia pelayanan pelanggan

akan dapat menyajikan kenyamanan psikologis dengan cara menawarkan

keandalan dan prediktabilitas pelayanan mereka.

Keunggulan jasa

Gambar 1. Hubungan antara Harapan, Kepuasan, dan Kualitas Jasa yang dipersepsikan (Lovelock et al, 2005)

2.4. Salon Kecantikan

Industri jasa salon kecantikan disebut juga industri repeat business, artinya usaha ini mengandalkan para langganan untuk kembali secara teratur

ke salon kecantikan tersebut di samping terus menerus mencari pelanggan

baru (Endar Sugiarto, 1999:86). Sedangkan jasa pemangkas rambut dan salon

(23)

Ukuran-rambut, kumis, jambang maupun jenggot, termasuk jasa perawatan

kecantikan, seperti: perawatan kulit muka (facial), perawatan tubuh (lulur),

manicure, pedicure, makeup, dan perawatan kecantikan lainnya (KBLI, 2005).

2.5.Critical Non-Essential(CNE)

2.5.1. Konsep dasarCritical Non-Essential(CNE)

Pandangan tradisional dalam dunia bisnis (Lund, 2007):

1. Konsumen mengerti dan menilai bagian inti dari bisnis berdasarkan

kegiatan dari bisnis tersebut.

2. Konsumen menilai keahlian suatu bisnis berdasarkan kualitas

pelayanan yang baik yang konsumen terima.

3. Daerah diluar inti bisnis (kemasan umum, dekorasi dll) tidak lebih

penting untuk konsumen dibandingkan dengan daerah inti bisnis.

Pandangan moderen dalam dunia bisnis :

1. Sekarang, pengusaha harus menyadari bahwa konsumen

tidak mengerti banyak tentang apa yang perusahaan lakukan,

sehingga konsumen menilai kualitas pekerjaan jauh berbeda dari

yang perusahaan lakukan untuk konsumen.

2. Pendapat pelanggan tentang mutu dilihat dari banyak hal, bisnis

yang sebenarnya atau bagian inti dari bisnis hanya menjadi bagian

yang kecil

3. Bagian non-inti dari bisnis adalah kontributor yang sangat penting

untuk persepsi masyarakat dari apa yang perusahaan lakukan.

Critical Non-Essential (CNE) merupakan bagian non-inti dari bisnis, yang seolah-olah tidak terlalu penting tetapi dalam

kenyataannya penting bagi keberhasilan bisnis. Critical Non-Essential (CNE) adalah hal-hal yang berada di luar bagian yang diperlukan atau

inti dari bisnis dan konsumen tidak memerlukan tambahan biaya untuk

(24)

10

Kualitas produk dan layanan harus tetap menjadi tujuan dasar

dalam berbisnis. Jika hanya menggunakan Critical Non-Essential (CNE) untuk mempromosikan citra sebuah 'bisnis yang berkualitas'

kepada pelanggan, maka pelanggan tidak akan menemukan kualitas

dari bsinis tersebut dan pelanggan akan merasa sangat tertipu. Setiap

orang dalam bisnis perlu mengetahui apa saja yang mereka lakukan

jika menginginkan lebih dari kesuksesan jangka pendek. Namun tidak

cukup jika hanya mengetahui secara teknis kompeten di bagian inti

dari bisnis , karena ada hal-hal lain yang bahkan lebih penting untuk

membangun sebuah bisnis yang sukses dan menguntungkan.

2.5.2. Penerapan dan KeuntunganCritical Non-Essential(CNE)

Critical Non-Essential (CNE) mudah dibangun dalam suatu bisnis jika pelaku bisnis dapat memahami empat prinsipCritical Non-Essential (CNE) dan bagaimana Critical Non-Essential (CNE) diterapkan dalam bisnis (Lund, 2007), yaitu:

1. Daerah di luar bisnis inti lebih mudah ditangani, diamati dan

memberikan manfaat yang lebih kepada konsumen.

2. Perhatian terhadap detail dalam hal-hal kecil menciptakan kesan

positif yang kuat dari kompetensi teknis inti.

3. Semua orang dalam tim harus ikut berkontribusi pada pengerjaan

hal-hal kecil yang sangat penting.

4. Dampak dari upaya yang dilakukan pada daerah-daerah non-inti,

didasarkan pada bagusnya konsistensi yang dihasilkan.

Menerapkan Critical Non-Essential (CNE) dalam bisnis memberikan banyak keuntungan, yaitu :

1. CNE memberikan kejelasan konfirmasi tentang kompetensi yang

dimiliki oleh bisnis tersebut.

2. CNE membuat jumlah konsumen meningkat pada bisnis tersebut

dan membuat konsumen memberikan penghargaan terhadap apa

(25)

3. CNE membuat konsumen merasa sangat diperhatikan dan

diutamakan daripada sebelumnya.

4. CNE membuat situasi bisnis membaik, dan konsumen

menunjukkan apresiasi nyata terhadap keterampilan para pelaku

bisnis.

5. CNE membuat konsumen kembali datang untuk menggunakan

kembali jasa dari bisnis tersebut sehingga menyebabkan

keuntungan perusahaan meningkat.

6. Pada akhirnya CNE dapat mempermudah pelaku bisnis untuk

mencapai kesuksesannya, membuat suasana kerja menjadi lebih

nyaman, konsumen dan karyawan merasa nyaman terlibat dalam

bisnis tersebut, sehingga semua pihak yang terlibat dalam bisnis

tersebut merasa ”happy”.

2.5.3. Langkah-langkah MenciptakanCritical Non-Essential(CNE)

Langkah-langkah menciptakanCritical Non-Essential(CNE) :

1. Pilih area yang benar-benar menarik.Critical Non-Essential(CNE) harus menyenangkan bagi pelanggan.

2. Pilih area yang mempunyai jarak (tetapi tidak terlalu jauh) dari inti

bisnis.

Fokus pada objek atau tugas yang kelihatannya jauh dari

produk inti, pelayanan dan keterampilan bisnis dan profesi. Itulah

yang membuat Critical Non-Essential (CNE) begitu berkesan. Namun, Critical Non-Essential (CNE) harus memiliki beberapa hubungan dengan inti dari bisnis. Sebuah Critical Non-Essential (CNE) harus dilihat sebagai sesuatu yang tidak benar-benar harus

dilakukan sebagai bagian dari bisnis biasa.

3. Pilih sesuatu yang sangat terlihat

Membuat Critical Non-Essential (CNE) jelas dan mudah terlihat. Pastikan bahwa perusahaan dapat memperlihatkan CNE

untuk konsumen sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh

(26)

12

4. Pilih area yang menjadi perhatian pelanggan

Critical Non-Essential (CNE) sangat berguna untuk menghilangkan kekhawatiran yang kemungkinan akan membuat

konsumen marah.

5. Pilih sesuatu yang sulit muncul, tetapi sebenarnya tidak

Harus jelas kepada konsumen bahwa perusahaan telah

mengambil perhatian besar dengan menciptakan dan menerapkan

Critical Non-Essential(CNE).

6. AmbilCritical Non-Essential(CNE) ke ekstrim.

Tidak peduli seberapa baik mengikuti prinsip-prinsip Critical

Non-Essential (CNE), jika tidak melakukan CNE untuk tingkat selanjutnya, maka dampak yang ditimbulkan oleh CNE sebagai alat

pemasaran tidak akan maksimal.

2.5.4. Kriteria Salon Kecantikan yang Sudah Menerapkan Critical Non-Essential (CNE) dan yang Belum Menerapkan Strategi Critical Non-Essential(CNE)

Salon kecantikan yang hanya memberikan jasa kecantikan

terbatas hanya pada kesesuaian dengan standar dan kualitas jasa

utama kecantikan saja belum bisa dikatakan menerapkan strategi

Critical Non-Essential (CNE). Pelayanan salon kecantikan yang

hanya berfokus pada pengetahuan dan kompetensi teknis, hanya

mementingkan atau terlalu berfokus pada tingkat pengetahuan dan

kompetensi teknis yang dimiliki oleh penyedia jasa salon kecantikan,

keahlian dan skill penyedia jasa salon kecantikan, dan juga pelalatan

teknis yang berhubungan dengan penyediaan jasa salon kecantikan.

Bisnis salon kecantikan yang sudah menerapkan Critical Non-Essential (CNE) akan berfokus pada penciptaan memorable experience bagi konsumennya, dimana tidak lagi berfokus pada essential dari pelayanan jasa salon kecantikan. Menyediakan pelayanan yang memang tidak penting untuk kelansungan bisnis

namun disadari apabila diterapkan akan membawa manfaat ganda

(27)

yang nyaman dilengkapi dengan AC, sofa yang membuat konsumen

merasa lebih dimanjakan. Penyediaan fasilitas entertain dan media komunikasi yang bisa membuat konsumen menjadi lebih relax dan

nyaman sehingga mereka mendapat pengalaman yang luar biasa dari

sebuah transaksi jasa yang mereka lakukan.

Bagian pelayanan non-essential pada salon-salon kecantikan yaitu:

1. Media komunikasi dan entertainment, seperti televisi, koran,

majalah, radio, dan musik.

2. Fasilitas ruangan, seperti sofa dan sejenisnya, pendingin ruangan,

kenyamanan dan kebersihan, dan penataan interior dan eksterior.

3. Fasilitas penunjang di ruang tunggu, seperti toilet, penjualan

makanan dan minuman,wifi, dansmoking area.

Bagian pelayananessentialpada salon-salon kecantikan yaitu: 1. Kualitas jasa utama, seperti jasa pemangkas dan perawatan rambut,

jasa perawatan kecantikan; seperti perawatan kulit muka (facial),

perawatan tubuh (lulur), manicure, pedicure, makeup, dan perawatan kecantikan lainnya.

2. Kualitas karyawan, saperti keterampilan karyawan, keramahan

karyawan, dan lain-lain.

3. Kualitas peralatan dan perelengkapan jasa utama, seperti peralatan

pemangkas dan perawatan rambut, peralatan perawatan kecantikan;

seperti peralatan perawatan kulit muka (facial), peralatan

perawatan tubuh (lulur), manicure, pedicure, makeup, dan peralatan perawatan kecantikan lainnya.

2.6. Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan untuk melakukan pengambilan sampel yaitu

dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2003).

N

n= ……… (1)

(28)

14

Dimana :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang dapat ditolerir. Dalam penelitian ini kelonggaran ketidaktelitian

yang diambil sebesar 10 persen.

2.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa

yang ingin diukur. Langkah-langkah dalam menguji validitas kuesioner

adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur. Konsep

yang akan diukur hendaknya dijabarkan terlebih dahulu, sehingga

operasionalnya dapat dilakukan.

2. Melakukan uji coba pengukuran tersebut pada sejumlah responden.

Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada.

Disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30 orang.

Dengan jumlah minimal 30 orang ini, distribusi skor (nilai) akan lebih

mendekati kurva normal.

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

4. Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pernyataan

dengan skor total, dan menggunakan rumus teknik korelasi product moment, yaitu (Umar, 2003):

n(∑ XY) –(∑ X∑ Y)

rhitung = ……… (2) [n∑ X2–(∑ X)2] [n∑ Y2–(∑ Y)2]

Dimana:

X = Skor pernyataan

Y = Skor total pernyataan

n = Jumlah responden

(29)

Hipotesis:

H0 : Instrumen dinyatakan tidak valid (α= 0)

H1: Instrumen dinyatakan valid (α ≠ 0)

Setelah dihitung, nilai korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan

angka kritik tabel korelasi nilai r, dengan n = 30 dan taraf signifikansi sebesar

5 persen diperoleh nilai r tabel 0,361. Jika nilai korelasi yang diperoleh lebih

besar dari 0,361 maka H0ditolak dan H1diterima.

Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat

pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Suatu alat pengukuran

dikatakan reliabel, jika alat tersebut memiliki hasil pengukuran yang

konsisten dari dua kali pengukuran pada gejala yang sama. Teknik yang

digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen adalah teknik Alpha Cronbach(Umar, 2003) dengan rumus sebagai berikut:

k ∑ b2

r11= ( )(1 - ) ……….. (3)

k–1 t2

Dimana:

r11 = reliabilitas instrument

k = banyak butir pertanyaan

t2 = varian total

∑ b2 = jumlah varian butir

2.8. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk

menguji generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas satu sampel.

Analisis deskriptif ini dilakukan melalui pengujian hipotesis deskriptif. Hasil

analisisnya adalah apakah hipotesis penelitian dapat digeneralisasikan atau

tidak. Jika hipotesis nol (H0) diterima, berarti hasil penelitian dapat

digeneralisasikan. Analisis deskriptif ini menggunakan satu variabel atau

lebih tapi bersifat mandiri. Analisis deskriptif bertujuan mengubah kumpulan

data mentah menjadi mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih

(30)

16

memiliki nilai observasi yang cukup beragam sehingga akan sulit maka data

yang diperoleh dihitung persentasenya yang paling dominan dari dari

masing-masing variabel yg diteliti (Rangkuti, 2008). Dapat dirumuskan sebagai

berikut:

………. (4)

Keterangan :

P = Persentase responden yang memilih kategori tertentu

fi = Jumlah responden yang memilih kategori tertentu

fi = Total jawaban

2.9. Analisis Kesenjangan (gap)

Gap analisis merupakan salah satu alat yang digunakan untuk

mengukur kesenjangan antara kondisi aktual dengan harapan dan keinginan

konsumen. Hasil dari analisis ini memberikan informasi mengenai seberapa

besar suatu atribut jasa telah memenuhi harapan konsumen. Analisis gap dilakukan untuk menilai tingkat kenyamanan konsumen terhadap fasilitas

yang disediakan dalam penerapan Critical Non-Essential (CNE), serta

mengidentifikasi bagian yang dianggap penting dan bagian yang memerlukan

perbaikan (Rangkuti, 2008).

Rumus perhitungangap:

Ngi = [(Nki x Bi)–(Npi x Bi)] ... (5) Keterangan : Ngi = Nilaigapsetiap fasilitas

Nki = Nilai tingkat kepentingan setiap fasilitas

Npi = Nilai penilaian kondisi setiap fasilitas

Bi = Bobot setiap fasilitas

2.10. Penelitian Terdahulu

Rahmawati (2008), mengadakan penelitian mengenai Analisis

Kepuasan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan Salon Dina Lee Bogor.

Tujuan penelitian adalah mengidentifilkasi karakteristik pelanggan Salon

Dina Lee, mengetahui hubungan antara tingkat kinerja mutu dengan jasa

(31)

antara tingkat kepentingan pada atribut-atribut kualitas pelayanan menurut

pelanggan dengan kinerja Salon Dina Lee, menganalisis tingkat kepuasan

pelanggan terhadap kualitas pelayanan Salon Dina Lee Bogor, dan

merekomendasikan upaya alternatif peningkatan kepuasan pelanggan di

Salon Dina Lee. Penelitian dilakukan dengan responden 100 orang dengan

metode penarikan sampel menggunakan accidental sampling. Metode analisis yang digunakan adalah Importance and Performance Analysis, Customer Satisfaction Index, dan AnalisisChi Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelanggan Salon Dina Lee

Bogor sudah “Puas” dengan kualitas pelayanan Salon Dina Lee Bogor dan

karakteristik responden berdasarkan pekerjaan memiliki hubungan negatif

terhadap penilaian kinerja atribut kualitas pelayanan jasa Salon Dina Lee

Bogor. Prioritas utama untuk atribut kualitas jasa, yaitu ketersediaan

peralatan salon, kebersihan dan kerapihan salon, lokasi salon, kualitas

peralatan salon, kualitas produk salon. Pertahankan prestasi, yaitu suasana

lingkungan salon yang nyaman, tarif salon, pelayanan yang cepat dan tepat,

kemampuan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, karyawan cepat

dalam respon keluhan pelanggan, kejujuran karyawan salon, kepekaan

karyawan salon terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan. Prioritas

rendah, yaitu penataan interior dan eksterior salon, kebersihan dan kerapihan

karyawan, adanya pendingin ruangan (AC), pemberian layanan terhadap

semua pelanggan tanpa pilih-pilih. Berlebihan, yaitu fasilitas salon, adanya

(32)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Bisnis salon kecantikan merupakan bisnis yang menjual jasa kepada

konsumennya, dan biasanya hanya mengutamakan kualitas jasa inti dari jasa

yang diberikan kepada konsumen. Persaingan yang semakin meningkat

dalam industri salon kecantikan membuat para pebisnis salon kecantikan

sadar akan betapa pentingnya pelayanan lainnya selain pelayanan jasa inti

dari jasa salon kecantikan. Hal ini dikarenakan tidak bisa hanya

mengandalkan kualitas jasa yang baik untuk memenuhi kepuasan dan

kenyamanan konsumen dalam mengkonsumsi jasa yang diberikan.

Bisnis salon kecantikan harus terus meningkatkan kepuasan dan

kenyamanan konsumen agar konsumen kembali datang untuk mengkonsumsi

jasa salon kecantikan. Peningkatan kepuasan dan kenyamanan dapat

dilakukan dengan memberi perhatian lebih terhadap aspek pelayanan jasa

non-essential dari jasa salon kecantikan, yang biasa disebut Critical Non-Essential(CNE). Aspek pelayanan jasanon-essentialyang harus diperhatikan dalam penerapan Critical Non-Essential(CNE) dibedakan menjadi 3 bagian

yaitu, media komunikasi dan entertainment, fasilitas ruangan, dan fasilitas penunjang di ruang tunggu.

Penerapan Critical Non-Essential (CNE) dapat membuat konsumen puas dan nyaman saat menunggu giliran mendapatkan pelayanan jasa inti

salon kecantikan yang konsumen inginkan. Selain itu, penerapan Critical

Non-Essential(CNE) dalam bisnis juga dapat memberikan pengalaman yang luar biasa kepada konsumen. Pengalaman yang membuat konsumen ingat

akan bisnis salon kecantikan, dan menambah kepercayaan konsumen akan

jasa yang diberikan. Penerapan Critical Non-Essential (CNE) akan

membedakan bisnis salon kecantikan dari bisnis pesaing dan hal-hal yang

tidak perlu dilakukan tetapi ketika diterapkan maka akan membuat

(33)

Usaha jasa salon kecantikan memperoleh keuntungan dari promosi yang

dilakukan konsumen secara tidak langsung lewat ’Word of Mouth’ ketika

konsumen menceritakan pengalamannya kepada orang lain.

Analisis penerapanCritical Non-Essential(CNE) pada salon kecantikan dilakukan berdasarkan penerapan aktual Critical Non-Essential (CNE) dan

berdasarkan keinginan konsumen terhadap Critical Non-Essential (CNE) yang diterapkan. Analisis penerapan Critical Non-Essential (CNE) pada salon kecantikan dilakukan untuk mengetahui fasilitas apa saja dalam

penerapan Critical Non-Essential (CNE) yang efektif berdampak pada peningkatan kenyamanan konsumen.

Analisis penerapan Critical Non-Essential (CNE) dan dampaknya terhadap tingkat kenyamanan konsumen dilakukan pada salon-salon

kecantikan yang berada di Kecamatan Bogor Tengah. Analisis penerapan

Critical Non-Essential (CNE) pada salon kecantikan memungkinkan untuk

melihatgapatau kesenjangan antara penerapanCritical Non-Essential(CNE) aktual dengan keinginan konsumen terhadap penerapan Critical Non-Essential(CNE).

Penerapan Critical Non-Essential (CNE) yang sesuai antara realita dengan keinginan konsumen berdampak pada tingkat kenyamanan

konsumen. Kajian terhadap penerapan Critical Non-Essential (CNE) pada

salon kecantikan memungkinkan pihak salon kecantikan mendapatkan

informasi dan bahan analisa dalam mengambil keputusan selanjutnya.

Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian diawali dengan mengkaji permasalahan penelitian

dan menentukan ruang lingkup penelitian. Langkah selanjutnya adalah

menentukan tujuan akhir dari penelitian dan memberikan bahan informasi

dan analisis bagi pihak perusahaan berupa kesimpulan akhir penelitian.

Kesimpulan akhir penelitian dapat digunakan perusahaan untuk mengambil

keputusan perusahaan selanjutnya dalam penerapan Critical Non-Essential

(34)

20

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual Peningkatan Persaingan Industri Jasa

Salon Kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah

Peningkatan Pelayanan Jasa Lainnya atau jasa non-Inti (Critical Non-Essential) di

Salon Kecantikan Kecamatan Bogor Tengah

Realita dan Keinginan Konsumen Terhadap PenerapanCritical

Non-Essential(CNE) pada Salon Kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah

Kepuasan dan Kenyamanan Konsumen Salon Kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah Peningkatan Pelayanan

Jasa Inti atauEssential Salon Kecantikan di

Kecamatan Bogor Tengah

Kompetensi dan Keahlian Karyawan Salon Kecantikan di Kecamatan Bogor

Tengah

Loyalitas Konsumen dan Promosi ‘Word of

Mouth

Salon Kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah Tumbuh dan

(35)

Kegiatan selanjutnya dari penelitian adalah mencari dan mengumpulkan

teori-teori yang terkait dengan masalah yang dihadapi melalui kaji pustaka

dan studi literatur. Dengan mengetahui teori-teori yang terkait dengan

masalah, akan semakin mudah untuk memahami permasalahan penelitian.

Proses penentuan jenis, sumber dan metode pengumpulan data yang

dibutuhkan untuk kepentingan penelitian juga semakin mudah dan terarah.

Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi bagian-bagian non-essential pada bisnis salon-salon kecantikan di Bogor Tengah. Kemudian mengkaji penerapan Critical Non-Essential (CNE) pada salon-salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah. Kemudian menganalisis keinginan

dan harapan konsumen terhadap fasilitas dalam penerapan Critical Non-Essential (CNE) pada salon-salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah. Pada akhirnya, fasilitas-fasilitas yang efektif berdampak pada peningkatan

kenyamanan konsumen dapat diketahui.

Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara kepada

pemilik salon, dan penyebaran kuesioner kepada konsumen. Data-data yang

didapat dari hasil penelitian akan dianalisa menggunakan metode-metode

yang sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis penerapanCritical Non-Essential(CNE), mengetahui keinginan dan harapan konsumen terhadap penerapan Critical Non-Essential (CNE), dan menganalisis efektifitas

fasilitas dalam penerapan Critical Non-Essential (CNE) serta dampaknya terhadap tingkat kenyamanan konsumen. Untuk lebih jelasnya, tahapan

proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salon-salon kecantikan yang terletak di

Kecamatan Bogor Tengah. Hal ini dikarenakan persaingan jasa salon

kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah sangat tinggi, dilihat dari jumlah

salon kecantikan terbanyak dan laju pertumbuhan penduduk terendah ada di

Kecamatan Bogor Tengah. Penelitian dilakukan pada bulan April hingga Mei

(36)

22

NO YES

Gambar 3. Tahapan Proses Penelitian Identifikasi PenerapanCritical Non-Essential(CNE) di salon kecantikan

Kecamatan Bogor Tengah Kajian literatur dan studi pustaka

Pengolahan dan Analisis Data : 1. PenerapanCritical Non-Essential

(CNE) di salon kecantikan Kecamatan Bogor Tengah (Analisis Deskriptif) 2. Analisis realita dan keinginan

konsumen terhadap fasilitas yang disediakan dalam penerapanCritical Non-Essential(CNE) di salon

kecantikan Kecamatan Bogor Tengah (Analisisgap)

(37)

3.4. Metode Penelitian

3.4.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penyelesaian penelitian ini dibagi

kedalam dua bentuk yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

merupakan data yang langsung dikumpulkan dari perusahaan, yaitu

data jumlah konsumen perbulan tiap salon kecantikan yang menjadi

objek penelitian, serta data mengenai tingkat kenyamanan, tingkat

kepentingan, dan penilaian kondisi aktual oleh konsumen terhadap

fasilitas dalam penerapan Critical Non-Essential (CNE). Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku, literatur

terdahulu maupun dari internet, serta Badan Pusat Statistik dan Dinas

Perijinan Kota Bogor mengenai data jumlah penduduk wanita dan data

jumlah salon kecantikan di Kota Bogor.

Data primer diperoleh melalui observasi, penyebaran kuesioner

kepada konsumen dan dengan melakukan wawancara pada pemilik

salon kecantikan. Data sekunder dikumpulkan melalui studi literatur

dan internet serta pengumpulan data historis mengenai salon

kecantikan.

3.4.2. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam pemilihan

salon kecantikan adalah judgement sampling. Dengan cara ini setiap

salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah yang memenuhi kriteria

yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian dipilih menjadi

anggota sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk

konsumen adalah accidental sampling. Cara ini merupakan cara yang

tergantung pada situasi dan kondisi pada saat dilakukan penelitian.

Jumlah konsumen yang akan dijadikan responden ditentukan

menggunakan rumus Slovin. Jumlah konsumen pada setiap salon

kecantikan yang dijadikan sampel ditetapkan berdasarkan jumlah

(38)

24

Informasi yang diperoleh dari Dinas Perijinan Terpadu Kota

Bogor, bahwa pada tahun 2010 jumlah salon kecantikan yang berada di

Kecamatan Bogor Tengah berjumlah 27 salon kecantikan. Dari 27

salon kecantikan tersebut, 12 salon kecantikan terletak di dalam pusat

perbelanjaan dan 15 salon kecantikan tidak terletak di dalam pusat

perbelanjaan/berdiri sendiri.

Seluruh salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah yang tidak

terletak di dalam pusat perbelanjaan ditetapkan untuk dijadikan sampel

penelitian. Hal ini dikarenakan konsumen salon kecantikan tersebut

tidak mempunyai alternatif lain untuk menghabiskan waktu tunggunya

selain di ruang tunggu salon kecantikan tersebut, sehingga ruang

tunggu digunakan lebih efektif oleh konsumen. Kemudian 15 salon

kecantikan tersebut dikelompokkan berdasarkan tingkat keramaian

konsumennya. Pengelompokan salon kecantikan ditentukan dari

jumlah konsumen perbulan setiap salon kecantikan. Kelompok salon

kecantikan terdiri dari, salon kecantikan kelas ramai, sedang, dan sepi.

Jumlah konsumen yang dijadikan responden berbeda-beda di tiap

salon kecantikan. Berdasarkan rumus Slovin, diperoleh 100 konsumen

yang akan dijadikan responden. Dari 100 responden tersebut,

kemudian ditentukan jumlah responden untuk 15 salon kecantikan

tersebut berdasarkan jumlah konsumen perbulan tiap salon kecantikan.

Semakin banyak konsumen perbulan suatu salon kecantikan, maka

semakin banyak konsumen salon kecantikan tersebut yang dijadikan

responden.

3.4.3. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalan penelitian ini

adalah kuesioner dengan pertanyaan terbuka dan kuesioner dengan

skala likert. Kuesioner dengan pertanyaan terbuka digunakan untuk

memperoleh data dari pihak salon kecantikan, sedangkan kuesioner

dengan skala likert digunakan untuk memperoleh data dari konsumen

(39)

Kuesioner terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya

menggunakanMicrosoft Excel2007 dansoftwareSPSSversi16.0 for windows. Uji validitas terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam

mendefinisikan suatu variabel. Hasil dari uji validitas akan

dibandingkan dengan rtabelbernilai 0,361. Kuesioner yang ditampilkan

dalam penelitian ini berupa pernyataan. Uji coba kuesioner dilakukan

terhadap 30 responden. Terdapat 14 pernyataan pada kuesioner, yang

terdiri dari tiga bagian. Dari hasil uji validitas diperoleh bahwa seluruh

butir-butir pernyataan pada kuesioner dinyatakan valid karena nilai

rhitung > rtabel, dimana nilai rtabel sesuai dengan tingkat kesalahan 10

persen adalah 0,361.

Uji reliabilitas kuesioner dilakukan untuk mengetahui kestabilan

dan konsistensi responden dalam menjawab kuesioner apabila

instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek. Uji

reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha.

Dari hasil perhitungan 30 kuesioner yang disebar, maka diperoleh hasil

untuk uji reliabilitas variabel tingkat kepentingan adalah 0,773 dan

0,837 untuk variabel kondisi penilaian fasilitas. Dari hasil uji

reliabilitas, nilai Alpha Cronbach’s > 0,6, maka kuesioner dapat

diandalkan atau reliabel.

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan data pada penelitian analisis penerapan Critical Non-Essential (CNE) dan dampaknya terhadap tingkat kenyamanan konsumen salon kecantikan di Bogor adalah dengan menggunakan Metode

(40)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Salon Kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah

Kota Bogor memiliki 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor Utara,

Bogor Timur, Bogor Selatan, Bogor Barat, Bogor Tengah, dan Tanah Sareal.

Kecamatan Bogor Tengah mempunyai luas 813 hektar dan didiami oleh lebih

kurang 102.203 jiwa. Bogor Tengah merupakan kecamatan dengan tingkat

kepadatan penduduk paling tinggi, yaitu sebanyak 12.791 jiwa per kilo meter

persegi dan memiliki laju pertumbuhan terendah yaitu sebesar 1,15 persen.

Kecamatan Bogor tengah memiliki potensi sebagai pusat perdagangan

dan jasa termasuk jasa salon kecantikan. Bogor Tengah merupakan

kecamatan dengan jumlah salon kecantikan terbanyak dibandingkan dengan

kecamatan-kecamatan lainnya di Kota Bogor. Terdapat 27 salon kecantikan

yang tersebar di kelurahan-kelurahan dalam Kecamatan Bogor Tengah.

Tabel 2. Distribusi Penyebaran Salon Kecantikan per Kelurahan

No. Jumlah Salon Kecantikan Kelurahan

1 3 Gudang

2 7 Babakan

3 3 Sempur

4 9 Kebon Kelapa

5 2 Pabaton

6 0 Tegallega

7 0 Belong

8 3 Ciwaringin

9 0 Panaragan

10 0 Cibogor

11 0 Paledang

12 0 Babakan Pasar

Jumlah 27 salon kecantikan

Sumber : Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bogor (2010)

Salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah memiliki luas tempat

usaha mulai dari 25 m2 hingga 176 m2. Modal awal usaha yang digunakan

oleh pihak salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah mulai dari Rp.

30.000.000,- hingga Rp. 300.000.000,-. Jumlah konsumen perbulan berbeda

tiap salonnya, mulai dari 50 orang perbulan hingga 600 orang perbulan.

(41)

hingga 20 orang. Banyaknya tenaga kerja yang digunakan tergantung dari

skala usaha dan keramaian salon kecantikan.

Salon kecantikan memiliki bermacam-macam jasa essential yaitu, pangkas rambut, perawatan rambut, perawatan wajah, perawatan tangan dan

kaki, perawatan tubuh, dan make up sanggul. Tarif pelayanan jasa essential

yang ditetapkan oleh pihak salon berbeda-beda antar salon yang satu dengan

yang lainnya. Hal ini dikarenakan alat dan bahan yang digunakan untuk

memproduksi jasa essential berbeda-beda setiap salonnya. Semakin bagus dan canggih alat dan bahan yang digunakan maka semakin besar biaya yang

dibebankan ke konsumen, sehingga tarif yang ditetapkan semakin tinggi.

Pangkas rambut, perawatan rambut, dan perawatan tubuh adalah 3 jenis

jasaessential yang lebih diminati konsumen dibandingkan dengan perawatan tangan dan kaki, perawatan tubuh, dan make up sanggul. Dari ketiga jenis jasa essential tersebut hanya satu jasa yang paling diminati oleh konsumen

salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah, yaitu perawatan rambut

khususnya creambath. Konsumen dari 53,33 persen salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah sebagian besar mengkonsumsi jasa perawatan

rambut, yaitu creambath. Tarif perawatan rambut khususnya creambath berkisar antara Rp. 10.000,- hingga Rp. 80.000,-.

Bentuk umum usaha salon kecantikan yaitu, franchise dan bukan

franchise. Salon kecantikan yang berbentuk franchise, dalam pengelolaan usahanya mengikuti aturan dan standard operational yang ditetapkan oleh pihak franchise. Sebanyak 73,33 persen salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah berbentuk bukanfranchise.

Seperti usaha-usaha lainnya, usaha salon kecantikan juga memiliki

struktur organisasi. Struktur organisasi salon kecantikan di Kecamatan Bogor

Tengah tergantung dari besar kecilnya skala usaha salon. Semakin besar skala

usaha, struktur organisasinya pun semakin kompleks. Struktur organisasi

yang dimiliki salon-salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah cukup

(42)

28

Gambar 4. Struktur Organisasi Salon Kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah

Penanganan operasional salon kecantikan dipegang oleh seorang

supervisor. Sebanyak 40 persen salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah, jabatan supervisor diduduki oleh owner atau pemilik usaha salon kecantikan itu sendiri. Salon kecantikan yang sudah memiliki cabang lebih

dari satu dan atau berbentukfranchise, jabatansupervisortidak diduduki oleh owner. Di Kecamatan Bogor Tengah terdapat 60 persen salon kecantikan

yang jabatansupervisortidak diduduki olehowner.

Supervisor membawahi 4 bagian divisi, yang keempat divisi tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Divisi stylish bertanggung jawab atas kelangsungan dari segi penataan rambut. Divisi

beauticianbertanggung jawab atas kelangsungan segi tata rias wajah, seperti

make up dan perawatan wajah. Divisi capster bertugas dalam pencucian rambut dan perawatan tangan dan kaki. Cashier bertanggung jawab atas administrasi pembayaran.

4.2. PenerapanCritical Non-Essential(CNE)

Analisa penerapan Critical Non-Essential (CNE) dalam penelitian ini

dilakukan di salon-salon kecantikan yang ada di Kecamatan Bogor Tengah.

Dari seluruh salon kecantikan yang ada di Kecamatan Bogor Tengah, 15

salon kecantikan dijadikan objek penelitian. Salon kecantikan yang dijadikan

objek penelitian dipilih berdasarkan kriteria tertentu, yaitu salon kecantikan

yang letaknya tidak di dalam pusat perbelanjaan. Salon kecantikan yang

menjadi objek penelitian diantaranya, Salon Rudy RH, Salon Rengganis,

Salon Rose, Salon Joy, Salon MD, Salon Fatria Ayu, Salon Martha Tilaar, Owner

Supervisor

(43)

Salon Bellevue, Salon Tina, Salon Arminy, Salon Green, Salon Jonvantien,

Salon Bubble, Salon Rudi Bron, dan Salon Yuvie.

Critical Non-Essential (CNE) diterapkan oleh pihak salon kecantikan yang menjadi objek penelitian dengan menyediakan pelayanan yang tidak

terkait dengan jasa utama dari salon kecantikan tersebut, seperti penyediaan

fasilitas-fasilitas dalam ruang tunggu. Namun, salon kecantikan di

Kecamatan Bogor Tengah yang menjadi objek penelitian umumnya tidak

mengetahui istilah Critical Non-Essential (CNE). Hal ini dikarenakan Critical Non-Essential (CNE) merupakan istilah baru dalam dunia pemasaran, sehingga masih banyak orang yang belum mengetahui istilah ini.

Penyediaan fasilitas di ruang tunggu yang memadai, nyaman, dan

dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung mengindikasikan

bahwa salon-salon kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah telah menerapkan

Critical Non-Essential (CNE). Namun, kondisi penerapan Critical Non-Essential (CNE) setiap salonnya berbeda-beda. Hal ini bisa terlihat dari

fasilitas-fasilitas apa saja yang disediakan di ruang tunggu setiap salon

kecantikan.

Fasilitas-fasilitas yang tersedia diruang tunggu salon kecantikan di

Kecamatan Bogor Tengah terdiri dari tiga bagian, yaitu media komunikasi

danentertainment, fasilitas ruangan, dan fasilitas penunjang di ruang tunggu.

Masing-masing bagian mempunyai macam-macam fasilitas yang

berbeda-beda. Semua fasilitas yang tergabung dalam 3 bagian berjumlah 14 fasilitas.

Tabel 3. Persentase Salon Kecantikan di Kecamatan Bogor Tengah yang Menyediakan Fasilitas Media Komunikasi danEntertainment Media Komunikasi danEntertainment Jumlah Salon

Kecantikan

Persentase (%) 1. Audio

a. Radio 2 13,33

b. Musik 11 73,33

2.Visual

a. Keragaman Majalah 15 100 b. Konten Majalah (Tingkat Kebaruan) 15 100 3.Audio Visual

a. Televisi 9 60,00

Gambar

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual
Gambar 3. Tahapan Proses Penelitian
Tabel 2. Distribusi Penyebaran Salon Kecantikan per Kelurahan
Gambar 4. Struktur Organisasi Salon Kecantikan di Kecamatan BogorTengah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan kajian ini adalah untuk meneroka faktor-faktor kejayaan PERHEBAT sebagai institusi latihan dalam melahirkan usahawan dan dijadikan panduan kepada organisasi atau institusi

undercover. Berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh informan yang ditemu bual, informan menganggap pengetahuan undang-undang adalah penting dalam menjalankan tugas

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah mendapatkan jaringan pertukaran massa dengan 2-rich stream dan 2-lean stream pada proses absorpsi dari beberapa variabel

Variasi corak kantong berupa bintik-bintik merah, sayap dan renda bervariasi, kantong atas tidak bersayap, yang bersayap umumnya kantong bawah dan ber- renda,

Even more upsetting is the opposite possibility: that people won’t ignore the Methodology, but will instead do exactly what it says to do, even when they know doing so will lead

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manisan basah kunir putih yang disukai adalah dengan perlakuan perebusan dan perendaman dalam larutan gula 3 hari, mempunyai RSA 42,94 %,

Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Berkebutuhan Khusus (Tunagrahita) di SLB M. Surya Gemilang Kec. Semarang: Program Strata I Jurusan Pendidikan

Seperti sedia maklum setiap kajian perlu mempunyai pendekatan metodologi tersendiri. Kajian ini lebih memberi lebih tumpuan kepada kajian perpustakaan dan sedikit