• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi, Perilaku Menonton dan Pemanfaatan Materi Siaran Televisi oleh Petani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Motivasi, Perilaku Menonton dan Pemanfaatan Materi Siaran Televisi oleh Petani"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI, PERILAKU MENONTON DAN PEMANFAATAN

MATERI SIARAN TELEVISI OLEH PETANI

LANSA SOFIASILMY

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Motivasi, Perilaku Menonton dan Pemanfaatan Materi Siaran Televisi oleh Petani adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

LANSA SOFIASILMY. Motivasi, Perilaku Menonton dan Pemanfaatan Materi Siaran Televisi oleh Petani. Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO.

Penelitian ini bertujuan mengkaji motivasi dan perilaku petani dalam menonton televisi beserta faktor-faktor yang mengarahkan motivasi dalam hubungan dengan pemanfaatan materi siaran televisi. Penelitian ini melibatkan sejumlah petani di Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Motivasi menonton cukup tinggi di kalangan petani terutama motivasi hiburan. Perilaku petani tergolong sering dalam menonton televisi dengan durasi yang tinggi. Umumnya petani menonton pada waktu pagi dan malam hari di rumah sendiri bersama keluarga dan menonton program informasi dan hiburan. Karakteristik petani yang berhubungan nyata dengan motivasi menonton meliputi usia dan tingkat pendapatan. Motivasi menonton yang berhubungan nyata dengan perilaku menonton meliputi motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan. Perilaku menonton yang berhubungan nyata dengan pemanfaatan materi siaran televisi meliputi frekuensi menonton, durasi menonton, tempat menonton, dan kebiasaan menonton.

Kata kunci: motivasi, pemanfaatan, perilaku, petani, televisi.

ABSTRACT

LANSA SOFIASILMY. Motivation, Watching Behaviour and the Utilization of Television Broadcast Material by Farmers. Supervised by SUTISNA RIYANTO.

This study aims to examine the motivation and watching behaviour of farmers in watching television along with the factors which directs motivation in relation to the utilization of television broadcast material. This research involved a number of farmers in Karehkel Village Leuwiliang District Bogor Regency. Watching motivation is quite high among farmers, especially the motivation of entertainment. Watching behaviour of farmers is quite often with high duration. Generally farmers watch in the morning and evening at their home with family and watch information and entertainment programs. Farmers characteristics that significantly correlated to watching motivation include age and income level. Watching motivation that significantly correlated to watching behaviour include motivation of information, motivation of personal identity, motivation of integration and social interaction, and motivation of entertainment. Watching behaviour that significantly correlated to the utilization of television broadcast material include watching frequency, watching duration, watching location, and watching habits.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

MOTIVASI, PERILAKU MENONTON DAN PEMANFAATAN

MATERI SIARAN TELEVISI OLEH PETANI

LANSA SOFIASILMY

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Motivasi, Perilaku Menonton dan Pemanfaatan Materi Siaran Televisi oleh Petani

Nama : Lansa Sofiasilmy

NIM : I34090052

Disetujui oleh

Ir Sutina Riyanto, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Motivasi, Perilaku Menonton dan Pemanfaatan Materi Siaran televisi oleh Petani berhasil diselesaikan.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih dan rasa hormat yang mendalam kepada Ir Sutisna Riyanto, MS sebagai dosen pembimbing yang telah sabar dalam membimbing, memberi masukan dan membagi ilmunya, serta kepada Dr Ir Amiruddin Saleh MS, Ir Murdianto, Msi atas ketersedianya menjadi dosen penguji pada sidang skipsi. Tidak lupa penulis menyampaikan rasa hormat dan rasa terimakasih kepada keluarga tercinta, ayahanda Saeful Hufadz dan ibunda Pipih Sopiah yang selalu sabar memberi semangat, dukungan, doa, materi, dan semua pengorbanannya dengan penuh keikhlasan kepada penulis, serta kakak dan adik, Farah Laurany dan Fikrian Kasalji, terimakasih atas bantuan, doa, dan dukungannya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Pak Kades Desa Karehkel yang telah memberikan izin penelitian, Pak RT 01 RW 06 beserta para warga yang telah membantu penulis selama di lokasi penelitian. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ilham Tawakal, Santi Arisona, Karina Heza Pratama, Marwah Rahayu, Meilisa Asriani, Novia Indah L, Nita Dwi P, Meilisa Anjani, Hilda N, Shofiyatul Azimi, Tantiningsih dan seluruh Keluarga besar KPM 46 yang selalu memberi masukan, motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Televisi sebagai Media Massa 3

Penggunaan Televisi oleh Khalayak 10 Kerangka Pemikiran 16 Hipotesis Penelitian 17 Definisi Operasional 18 METODE PENELITIAN 21 Metode Penelititan 21 Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 21 21 Teknik Pengumpulan Data 21 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 22 Validitas dan Reliabilitas 23 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 Gambaran Umum Desa Karehkel 25 Gambaran Umum RT 01 RW 06 Desa Karehkel 26 Karakteristik Responden RT 01 RW 06 Desa Karehkel 26

MOTIVASI MENONTON TELEVISI 29

Motivasi Menonton 29

Hubungan Karakteristik Petani dengan Motivasi Menonton 30

PERILAKU MENONTON TELEVISI 33

Perilaku Menonton 33

Hubungan Motivasi Menonton dengan Perilaku Menonton 34

PEMANFAATAN MATERI SIARAN TELEVISI 39

(10)

Hubungan Perilaku Menonton dengan Pemanfaatan Materi Siaran

Televisi 41

SIMPULAN DAN SARAN 45

Simpulan 45

Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 50

(11)

DAFTAR TABEL

1 Perbedaan hard news dan soft news program informasi

berdasarkan sifatnya 8

2 Persentase responden menurut karakteristik petani di RT 01 RW

06 Desa Karehkel tahun 2013 26

3 Persentase responden menurut jenis motivasi menonton di RT 01

RW 03 Desa Karehkel tahun 2013 29

4 Korelasi antara karakteristik petani dengan motivasi menonton 31 5 Persentase responden menurut perilaku menonton di RT 01 RW

06 Desa Karehkel tahun 2013 33

6 Korelasi antara motivasi menonton denan perilaku menonton 34 7 Persentase responden menurut motivasi informasi dan waktu

menonton 35

8 Persentase responden menurut bidang-bidang pemanfaatan

materi di RT 01 RW 06 Desa Karehkel tahun 2013 39 9 Korelasi antara perilaku menonton dengan pemanfaatan materi

siaran televisi 41

10 Persentase responden menurut tempat menonton dan

pemanfaatan bidang ekonomi 42

11 Persentase responden menurut kebiasaan menonton dan

pemanfaatan bidang pertanian 43

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 17

2 Persentase jumlah penduduk Desa Karehkel berdasarkan jenis

pekerjaan 25

3 Persentase jumlah penduduk Desa Karehkel berdasarkan tingkat

pendidikan 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta lokasi penelitian 50

2 Jadwal pelaksanaan penelitian 51

3 Hasil uji validitas dan reliabilitas 52

4 Hasil rataan skor motivasi menonton dan pemanfaatan materi

siaran televisi 55

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini media massa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia sebagai media penyebaran berbagai informasi. Media massa memiliki kemampuan menyampaikan informasi secara cepat dan serentak, sebagaimana tergambar dalam karakteristiknya. Karakteristik media massa yaitu bersifat terbuka, melembaga, meluas dan serempak meskipun komunikasinya bersifat satu arah dan memerlukan peralatan teknis atau mekanis (Cangara 2008).

Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang banyak digunakan oleh masyarakat karena sifatnya yang audiovisual, dapat menyampaikan pesan dalam bentuk gambar dan suara sebagai kekuatan utama televisi. Media Televisi pada hakekatnya merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat, berurutan, dan diiringi unsur audio (Sutisno 1991). Menurut Santana (2005), televisi melipatgandakan efek media dalam menjalankan tugas memberikan informasi, pendidikan, hiburan, dan bimbingan.

Dunia pertelevisian tanah air mengalami perkembangan yang cukup pesat, diawali oleh satu stasiun televisi milik pemerintah yaitu TVRI. Saat ini telah banyak stasiun televisi lainnya seperti TPI, RCTI, SCTV, Trans TV, Metro TV, TV One, Indosiar, Global TV dan masih banyak lagi. Perkembangan tersebut telah menghadirkan berbagai jenis program mulai dari acara berita hingga hiburan. Stasiun televisi yang kini semakin bersaing menyajikan program siaran bagi khalayaknya akan melakukan langkah-langkah baru untuk menarik pemirsa agar menonton paket acara yang disajikan, di antaranya ialah memberikan peristiwa-peristiwa aktual yang terjadi dalam masyarakat, menyajikan berita atau informasi dengan fakta-fakta lengkap, melakukan investigasi pemberitaan yang komprehensif, dan menyajikan paket-paket hiburan yang berkualitas dari segi isi pesan maupun penggarapannya dalam film, musik, dan sinetron (Kuswandi 1996). Beragamnya program siaran memberikan banyak pilihan bagi khalayak untuk memilih acara yang akan ditontonnya. Semakin maraknya program siaran televisi, memunculkan pertanyaan tentang sampai sejauhmana perkembangan ini bermakna bagi pemberdayaan masyakarat. Pertanyaan seperti ini penting karena televisi saat ini sudah merasuk ke dalam masyarakat pedesaan, termasuk di kalangan petani. Kesejahteraan masyarakat pedesaan yang semakin membaik mendorong mereka untuk memiliki dan menikmati siaran televisi.

(14)

2

Perumusan Masalah

Motivasi, perilaku menonton dan pemanfaatan materi siaran televisi oleh petani adalah sifatnya spesifik yang berbeda antara petani satu dengan petani lainnya, karena terkait dengan berbagai faktor di dalam diri petani. Penelitian ini berusaha menjawab permasalahan berikut: bagaimana motivasi petani dalam menonton televisi dan faktor-faktor apa saja yang mengarahkan? bagaimana perilaku petani dalam menonton televisi? apakah terdapat hubungan antara motivasi menonton dengan perilaku menonton televisi? bagaimana pemanfaatan materi siaran televisi oleh petani? apakah terdapat hubungan antara perilaku menonton dengan pemanfaatan materi siaran televisi?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis motivasi petani dalam menonton televisi dan faktor-faktor yang mengarahkan.

2. Menganalisis perilaku petani dalam menonton televisi.

3. Menganalisis hubungan antara motivasi menonton dengan perilaku menonton televisi.

4. Menganalisis pemanfaatan materi siaran televisi oleh petani.

5. Menganalisis hubungan antara perilaku menonton dengan pemanfaatan materi siaran televisi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut: 1. Akademisi

Memberikan sumbangsih berupa referensi dan khasanah pengetahuan tentang motivasi, perilaku menonton dan pemanfaatan materi siaran televisi oleh petani.

2. Masyarakat

Menambah pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap program siaran televisi yang bersifat memberdayakan.

3. Pemerintah

Menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan mengenai tayangan televisi dan semakin menggalakkan sosialisasi menonton tayangan yang bersifat membangun.

4. Pengelola Televisi

(15)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Televisi sebagai Media Massa

Konsep Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa yang paling sederhana didefinisikan oleh Mulyana (2010), yaitu komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas (khususnya media elektronik). Tamburaka (2012) menyebutkan unsur-unsur penting dalam komunikasi massa, meliputi: (1) komunikator, (2) media massa, (3) informasi (pesan) massa, (4) gatekeeper, (5) khalayak (publik), dan (6) umpan balik. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan suatu organisasi formal, dan sang pengirimnya seringkali merupakan komunikator profesional. Pesannya tidak unik dan beranekaragam serta dapat diperkirakan (McQuail 1987).

Komunikasi massa memiliki karakteristik tertentu. Beberapa karaktersitik komunikasi massa menurut Widjaja (2010), yaitu:

1. Bersifat simultan, ialah bahwa walaupun komunikan berada pada jarak satu sama lain terpisah, tetapi media massa mampu membina keserempakan kontak dengan komunikan dalam penyampaian pesannya.

2. Bersifat umum, ialah pesan yang disampaikan melalui media massa ditujukan kepada umum, di samping itu juga mengenai kepentingan umum.

3. Komunikannya heterogen, sebagai konsekuensi dari penyebaran yang teramat luas (jangkauan audience-nya), maka komunikasi dari komunikasi massa terdiri dari beberapa macam, inilah menjadikannya heterogen.

4. Berlangsung satu arah, ialah bahwa feedback yang terjadi adalah delayed feedback berbeda dengan komunikasi tatap muka.

Gambel MW dan Gamble TK (1986) dalam Nurudin (2010) memperjelas tentang komunikasi massa, dimana sesuatu bisa dikatakan komunikasi massa jika mencakup:

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat ke khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan di antara media tersebut. 2. Komunikator dalam komunikasi menyebarkan pesan-pesannya bermaksud

mencoba berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan jenis komunikasi ini dengan yang lain. Ini berarti antara pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain.

(16)

4

4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan ekonomis dan bukan organisasi suka-suka atau nirlaba. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi). Artinya,

pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antarpribadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol tidak boleh sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain umpan balik bisa langsung. Misalnya, dalam komunikasi antarpersonal. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed).

Media Massa Televisi

Media massa adalah sarana yang membawa pesan yang terbagi atas media cetak dan media elektronik. Media massa adalah institusi yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat satu dengan lainnya dengan melalui produk media massa yang dihasilkan. Secara spesifik institusi media massa adalah: (1) sebagai saluran produksi dan distribusi konten simbolis, (2) sebagai institusi publik yang bekerja sesuai aturan yang ada, (3) keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima sukarela, (4) menggunakan standar profesional dan birokrasi, dan (5) media perpaduan antara kebebasan dan kekuasaan (Tamburaka 2012).

Media massa memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik media massa menurut Cangara (2008) yaitu:

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima.

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama. 4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, film dan

semacamnya.

5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.

(17)

5 Televisi merupakan media massa yang paling unggul dibandingkan media massa lainnya. Adapun karakteristik media televisi menurut Kansong (2009) adalah sebagai berikut:

1. Media pandang dengar

Televisi adalah media pandang sekaligus media dengar. Televisi berbeda dengan media cetak, yang lebih merupakan media pandang. Televisi juga berbeda dengan radio, yang merupakan media dengar. Orang memandang gambar yang ditayangkan di televisi, sekaligus mendengar atau mencerna narasi atau naskah dari gambar tersebut.

2. Mengutamakan gambar

Kekuatan televisi terletak lebih pada gambar. Gambar dalam hal ini gambar hidup, membuat televisi lebih menarik dibanding media cetak.

3. Mengutamakan kecepatan

Jika deadline media cetak 1 x 24 jam, deadline atau tenggat televisi bisa disebut setiap detik.

4. Bersifat sekilas

Jika media cetak mengutamakan dimensi ruang, televisi mengutamakan dimensi waktu atau durasi.

5. Bersifat satu arah

Televisi bersifat satu arah, dalam arti pemirsa tidak bisa pada saat itu juga memberi respons balik terhadap berita televisi yang ditayangkan kecuali pada beberapa program interaktif.

6. Daya jangkau luas.

Televisi memiliki daya jangkau luas. Ini berarti televisi menjangkau segala lapisan masyarakat, dengan berbagai latarbelakang sosial ekonomi.

Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk (Ardianto 2004). Sementara Effendy (2007) mengemukakan beberapa fungsi media massa televisi, yakni: 1. Fungsi Penerangan

Televisi dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi dengan sangat memuaskan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor yaang terdapat pada media massa audio visual tersebut, yaitu immediacy dan realism. Immediacy mengandung pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa tersebut berlangsung. Sementara realism mengandung makna kenyataan, artinya stasiun televisi menyiarkan informasi yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

2. Fungsi Pendidikan

(18)

6

3. Fungsi Hiburan

Fungsi televisi sebagai media hiburan dominan terjadi di negara yang bersifat agraris. Hal ini dapat dipahami karena televisi mampu menyajikan gambar dan suara secara bersamaan, sehingga bisa dinikmati oleh segala kalangan.

Program Siaran Televisi

Kata program berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya (Morissan 2008). Kehadiran stasiun televisi yang semakin banyak telah memunculkan beragam program siaran. Menurut Sutisno (1991), program televisi adalah bahan yang telah disusun dalam suatu format sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur audio yang secara teknis memenuhi persyaratan siar serta telah memenuhi standar estetik dan artistik yang berlaku. Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang akan dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan program siaran televisi, yaitu:

1. Landasan filosofis yang mendasari tujuan semua program.

2. Strategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan program. 3. Sasaran program.

4. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program.

5. Karakter institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai usaha yang optimum.

Ishadi (1999) mengemukakan bahwa UNESCO mengklasifikasikan program televisi di seluruh dunia ke dalam tujuh kategori:

1. Informasi: berita, public affairs, interview, sports

2. Periklanan: iklan komersial maupun layanan masyarakat 3. Pendidikan: formal maupun non formal

4. Hiburan ringan: musik pop, komedian, drama, serial quiz 5. Kesenian, kesusasteraan dan ilmu pengetahuan

6. Siaran minoritas etnik: pendidikan bahasa, acara kesenian, kebudayaan 7. Siaran untuk khalayak khusus: acara anak-anak, acara wanita, acara agama

Morissan (2008) mengemukakan bahwa berbagai jenis program dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: 1) program informasi (berita) dan 2) program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu drama, permainan (game show), musik, dan pertunjukkan. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Program Informasi

(19)

7 Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).

a. Berita keras

Berita keras adalah segala informasi penting dan atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak secepatnya. Berita keras dapat dibagi ke dalam bentuk berita sebagai berikut:

i. Straight news

Berita yang singkat dengan hanya menyajikan informasi terpenting saja yang mencakup 5W+1H (who, what, where, when, why, how) terhadap suatu peristiwa yang diberitakan.

ii. Feature

Feature adalah berita ringan namun menarik. Pengertian menarik di sini adalah informasi yang lucu, unik, aneh, menimbulkan kekaguman, dan sebagainya.

iii.Infotainment

Berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat.

b. Berita lunak

Berita lunak adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Program yang masuk ke dalam kategori berita lunak sebagai berikut:

i. Current affair

Program yang menyajikan informasi yang terkait suatu berita penting yang muncul sebelumnya namun dibuat secara lengkap dan mendalam. ii. Magazine

Program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam atau dengan kata lain magazine adalah feature dengan durasi yang lebih panjang.

iii.Dokumenter

Program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan menarik.

iv.Talkshow

Program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host).

(20)

8

Tabel 1 Perbedaan hard news dan soft news program informasi berdasarkan sifatnya

Hard news Soft news

Harus ada peristiwa terlebih dahulu Tidak musti ada peristiwa terlebih dahulu

Peristiwa harus aktual (baru terjadi) Tidak musti harus actual Harus segera disiarkan Tidak bersifat segera (timeless) Mengutamakan informasi terpenting

saja

Menekankan pada detail

Tidak menekankan sisi human interest Sangat menekankan segi human inerest

Laporan tidak mendalam (singkat) Laporan bersifat mendalam

Teknik penulisan piramida tegak Teknik penulisan piramida terbalik Ditayangkan dalam program berita Ditayangkan dalam program lainnya Sumber: Morissan (2008)

2. Program Hiburan

Segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, permainan (game), musik, dan pertunjukkan.

a. Drama

Pertunjukkan yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakteristik seorang atau beberapa orang yang diperankan oleh pemain yang melibatkan konflik dan emosi. Program drama dibagi menjadi sinetron dan film.

i. Sinetron

Drama yang menyajikan dari berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu kesimpulan.

ii. Film

Film yang dimaksud di sini adalah film layar lebar yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan film.

b. Permainan

Suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu atapun kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Program permainan dapat dibagi menjadi tiga jenis:

i. Quiz show

Merupakan bentuk program permainan yang paling sederhana di mana sejumlah peserta saling bersaing untuk menjawab sejumlah pertanyaan.

ii. Ketangkasan

Peserta dalam permainan ini harus menunjukkan kemampuan fisik atau ketangkasannya untuk melewati suatu halangan atau rintangan untuk melakukan suatu permainan.

iii. Reality show

(21)

9 c. Musik

Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu video klip atau konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan ataupun di dalam studio.

d. Pertunjukkan

Program yang menampilkan kemampuan seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio maupun di luar studio, di dalam ruangan maupun di luar ruangan.

Khalayak Siaran Televisi

Sasaran komunikasi massa adalah tersampaikannya pesan komunikasi kepada khalayaknya. Sari (1993) mendefinisikan khalayak sebagai masyarakat yang menggunakan media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bermedianya. Profil khalayak mencakup sex (jenis kelamin), age (umur), education level (tingkat pendidikan), income (pendapatan), occupation (kedudukan/jabatan), dan media ownership (sebagai pemilikan media). Sementara menurut Kriyantono (2006), khalayak merupakan masyarakat yang menggunakan media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bermedianya. Khalayak bukanlah penerima yang pasif. Mereka terdiri atas individu-individu yang menuntut sesuatu dari komunikator dan menyeleksi pesan-pesan yang disukai dan berguna baginya. Sifat khalayak di antaranya:

1. Heterogen, yaitu beraneka dalam berbagai hal, meliputi tempat tinggal, usia, jenis kelamin, ekonomi, dan sebagainya.

2. Pribadi, yaitu sesuatu pesan dapat diterima kalau sifatnya pribadi atau personal sesuai dengan situasi dimana audience itu berada.

3. Aktif, yaitu ikut serta dalam kegiatan komunikasi. 4. Selektif, yaitu dapat memilih program media sesukanya.

Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi, karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Suatu kegiatan komunikasi yang diboikot oleh khalayaknya sudah pasti komunikasi itu akan gagal dalam mencapai tujuannya. Khalayak dalam studi komunikasi massa bisa berupa individu, kelompok, dan masyarakat (Cangara 2008).

McQuail (1987) membagi khalayak (audience) menjadi empat sub kategori, yaitu:

1. Kelompok atau publik

Sejalan dengan suatu pengelompokkan sosial yang ada (misalnya komunitas keanggotaan minoritas politis, religius atau etnis) dan dengan karakteristik sosial bersama dari tempat, kelas sosial, politik, budaya dan sebagainya. 2. Kelompok kepuasan.

(22)

10

3. Kelompok penggemar atau budaya cita rasa

Terbentuk atas dasar minat pada jenis isi (atau gaya) atau daya tarik tertentu akan kepribadian tertentu atau cita rasa budaya intelektual tertentu.

4. Audience medium

Berasal dari dan dipertahankan oleh kebiasaan atau loyalitas pada sumber media tertentu, misalnya surat kabar, majalah, saluran radio atau televisi.

Segmentasi audiens adalah suatu proses untuk membagi-bagi atau mengelompokan audiens ke dalam kotak-kotak yang lebih homogen (Morissan 2008). Khalayak audiens umum memiliki sifat yang sangat heterogen, maka akan sulit bagi media penyiaran untuk melayani semuanya. Oleh karena itu, harus dipilih segmen-segmen tertentu saja. Bagian atau segmen yang dipilih adalah bagian yang homogen yang memiliki ciri-ciri yang sama dan cocok dengan kemampuan media penyiaran untuk memenuhi kebutuhan khalayak. Segmentasi audiens berdasarkan demografi pada dasarnya adalah segmentasi yang didasarkan pada peta kependudukan, misalnya: usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, agama, suku dan kebangsaan.

1. Usia

Biasanya audiens dibedakan menurut usia anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Pembagian ini masih dianggap terlalu luas.

2. Jenis kelamin

Tidak semua program dapat dibedakan menurut segmen ini. Pada umumnya wanita lebih banyak menonton televisi daripada pria. Saat ini, jumlah penduduk pria dan wanita di Indonesia tidak jauh berbeda.

3. Pekerjaan

Audiens yang memiliki jenis pekerjaan tertentu umumnya mengkonsumsi barang-barang tertentu yang berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya. Selera khalayakpun umumnya berbeda dalam mengkonsumsi program.

4. Pendidikan

Pendidikan yang berhasil diselesaikan audiens biasanya menentukan tingkat intelektualitas, yang pada gilirannya tingkat intelektualitas akan menentukan pilihan program yang akan diikutinya.

5. Pendapatan

Pendapatan seseorang akan menentukan di kelas sosial mana dia berada dan kedudukan seseorang dalam kelas sosial akan mempengaruhi kemampuannya berakses pada program acara yang akan disaksikan.

6. Agama

Segmentasi audiens berdasarkan agama telah digunakan untuk membuat program-program tertentu, misalnya sinetron religius, ceramah agama, dan sebagainya.

7. Suku dan kebangsaan

Segmentasi audiens berdasarkan yang mencolok dalam hal kebiasaan-kebiasaan dan kebutuhan-kebutuhannya bila dibandingkan dengan suku-suku lainnya.

Penggunan Televisi oleh Khalayak

(23)

11 oleh khalayak terkait dengan Teori Penggunaan dan Kepuasan atau Uses and Gratification Theory yang mengajukan gagasan bahwa perbedaan individu menyebabkan audien mencari, menggunakan dan memberikan tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda, yang disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan psikologis yang berbeda di antara individu audien. Teori ini tidak memberikan perhatian pada efek langsung media terhadap audien, tetapi memfokuskan perhatian pada motivasi dan perilaku audien terhadap media atau bagaimana dan mengapa mereka menggunakan atau mengonsumsi media (Morissan et al. 2010). Inti teori uses and gratification adalah khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi, maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya, media mampu memenuhi kebutuhan khalayak, disebut media yang efektif (Kriyantono 2006).

West dan Turner (2008) menyatakan bahwa teori kegunaan dan gratifikasi adalah perluasan dari teori kebutuhan dan motivasi Maslow. Dalam teori tersebut, Abraham Maslow menyatakan bahwa orang secara aktif berusaha untuk memenuhi hierarki kebutuhannya. Setelah mereka memperoleh tujuan yang mereka cari pada satu tingkat hierarkhi, mereka dapat bergerak ke tahap berikutnya. (Katz et al. 1974) dalam (West dan Turner 2008) menyatakan bahwa terdapat lima asumsi dasar teori kegunaan dan gratifikasi:

1. Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan.

2. Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat pada anggota khalayak.

3. Media berkompetensi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan. 4. Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka,

minat, dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut kepada para peneliti.

5. Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak.

Model uses and gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Teori kegunaan dan gratifikasi memberikan sebuah kerangka untuk memahami kapan dan bagaimana konsumen media individu menjadi lebih atau kurang aktif dan konsekuensi dari keterlibatan yang meningkat atau menurun. Teori uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut (Effendy 2003):

1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan.

(24)

12

3. Personal intergrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan hiburan.

Motivasi Menonton Televisi

Motivasi menyangkut alasan-alasan mengapa orang mencurahkan tenaga, pikiran, serta waktu untuk melakukan suatu pekerjaan (Kriyantono 2006). Beberapa tokoh memperkenalkan tentang teori motivasi, diantaranya adalah: 1. Teori Motivasi Abraham Maslow (Teori Kebutuhan)1

Dr. Abraham Maslow adalah seorang psikolog klinis yang memperkenalkan teori kebutuhan berjenjang, yang dikenal sebagai teori Maslow atau hirarki kebutuhan manusia (Maslow’s hierarchy of needs). Maslow mengemukakan lima kebutuhan manusia berdasarkan tingkat kepentingannya, mulai yang paling rendah, yaitu kebutuhan biologis (physiological or biogenic needs) sampai paling tinggi, yaitu kebutuhan (pshycogenic needs). Menurut teori Maslow, manusia berusaha memenuhi kebutuhan tingkat rendahnya terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.

2. Teori Harapan2

Teori yang dikemukakan oleh Vroom ini merupakan suatu pendekatan yang menganggap bahwa motivasi tergantung pada bagaimana orang menginginkan sesuatu dan bagaimana kemungkinan mereka untuk memperoleh keinginannya tersebut. Teori ini berdasarkan pada asumsi sebagai berikut: 1) faktor-faktor kebutuhan internal dan eksternal keduanya berpengaruh terhadap perilaku, 2) perilaku tersebut merupakan hasil kepuasan individu, 3) individu itu berbeda dalam kebutuhan, keinginan, dan tujuan, 4) individu membuat perilaku keputusan didasarkan pada persepsi mereka tentang hasil, serta 5) variabel penting dari formula motivasi Vroom harus dipertemukan dengan motivasi yang tengah berlangsung.

Motivasi berarti usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan dorongan untuk berbuat atau melakukan tindakan. Motivasi adalah sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi sesuatu kebutuhan (Meilani 2007). Keinginan dan kebutuhan masing-masing individu berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga motif juga berbeda-beda. Motif seseorang bisa bersifat tunggal bisa juga bergabung. Misalnya, motif seseorang menonton acara “Seputar Indonesia” yang disiarkan RCTI adalah untuk memperoleh informasi (motif tunggal), tapi mungkin bagi seseorang lainnya adalah untuk memperoleh informasi, sekaligus juga pemenuhan waktu luang (Ardianto 2004).

1

Ujang Sumarwan. Perilaku Konsumen. (PT Ghalia Indonesia dengan MMA IPB, 2002)

2

(25)

13 McQuail (1987) menyatakan bahwa kebutuhan, motif, penggunaan media, dan fungsi media saling berhubungan sedemikian rupa sehingga kebutuhan manusia tersebut menciptakan upaya pemenuhan kebutuhan. Sejumlah harapan dianggap akan dapat dipenuhi dengan cara mengkonsumsi media massa atau dengan sejumlah alternatif fungsional lainnya. Motivasi penggunaan media atau fungsi media bagi individu adalah sebagai berikut:

1. Informasi

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:

a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia.

b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.

c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. d. Belajar, pendidikan diri sendiri.

e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. 2. Identitas pribadi

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk: a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.

b. Mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media). c. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.

3. Integrasi dan interaksi sosial

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:

a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial. b. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki. c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial.

d. Memperoleh teman selain dari manusia. e. Membantu menjalankan peran sosial.

f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman, dan masyarakat.

4. Hiburan

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:

a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan. b. Bersantai.

c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis. d. Mengisi waktu.

e. Penyaluran emosi.

f. Membangkitkan gairah seks.

(26)

14

Motivasi khalayak dalam menonton televisi diarahkan oleh karakteristik khalayak. Berdasarkan penelusuran hasil penelitian Asmar (2009), Hendra (2011), Nurfalah (2007), Kusumah (2010), Purwatiningsih (2009), Saraswati (2008), dan Harahap (2001), dapat diidentifikasi faktor-faktor yang terbukti berhubungan dengan motivasi menonton, di antaranya:

1. Faktor jenis kelamin

Jenis kelamin memiliki hubungan dengan motivasi menonton dimana perempuan memiliki motivasi informasi, motivasi hiburan, motivasi integrasi sosial dan interaksi yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini terjadi karena perempuan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar, empati sosial, dan peran lainnya dibandingkan dengan laki-laki. Namun jenis kelamin laki-laki ternyata memiliki motivasi pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan perempuan.

2. Faktor usia

Usia memiliki hubungan positif dengan motivasi menonton, dimana semakin tinggi usia maka semakin tinggi motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial. Sementara dalam penelitian lain, usia dengan motivasi identitas pribadi dan m otivasi integrasi dan interaksi sosial memiliki hubungan yang negatif, artinya semakin rendah usia maka semakin tinggi motivasi identitas pribadi dan motivasi integrasi dan interaksi sosial yang dimiliki.

3. Faktor tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan motivasi menonton dimana semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan. Namun hasil penelitian lain menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin lemah motivasi informasi dalam menonton karena akan mendapatkan informasi dari berbagai media lain.

4. Faktor status pekerjaan

Khalayak yang bekerja memiliki motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, dan motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi dibandingkan responden pada kedua golongan lainnya. Khalayak pada golongan ibu rumah tangga, pensiunan, belum atau tidak bekerja, dan pelajar atau mahasiswa memiliki motivasi hiburan lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang bekerja.

5. Faktor tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan memiliki hubungan yang positif dengan motivasi informasi, dimana semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin tinggi pula kebutuhan informasinya. Antara tingkat pendapatan dengan motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan memiliki hubungan yang negatif, dimana semakin tinggi pendapatan maka semakin rendah motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan yang dimilikinya.

6. Faktor etnis

(27)

15 khalayak yang bukan keturunan asli daerah tersebut. Hal ini berkaitan dengan program acara yang menanyangkan informasi-informasi yang berkaitan dengan pengetahuan lokal dan lebih banyak menayangkan acara-acara yang memiliki nilai-nilai budaya lokal. Responden yang beretnis asli merasa perlu memperdalam nilai-nilai kebudayaan untuk memperkuat identitas pribadi mereka salah satunya lewat televisi lokal.

7. Faktor domisili

Domisili memiliki hubungan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial. khalayak lebih tertarik mengetahui kondisi lingkungan terdekat mereka dibandingkan dengan kondisi lingkungan yang jauh dari mereka. Mengetahui bahwa keadaan orang lain dan lingkungan daerah mereka dalam kondisi baik akan menjadi ketenangan tersendiri bagi responden.

Perilaku Menonton Televisi

Harahap (2001) menyatakan bahwa perilaku menonton khalayak adalah cara menggunakan atau memperlakukan televisi sebagai tontonan. Menurut DeFleur dan Lowery (1994), ada tiga hal yang dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk melihat perilaku penggunaan televisi, yaitu: 1) total waktu rata-rata yang

digunakan untuk menonton televisi, 2) pilihan acara yang ditonton, dan 3) frekuensi menonton televisi. Hasil penelitian lain juga menggunakan aspek

perilaku menonton lainnya. Hadiyanto (2004) menambahkan aspek kebiasaan menonton, waktu menonton, dan tempat menonton.

Hasil penelitian Nurfalah (2007) menunjukkan bahwa ibu rumah tangga di komplek perumahan lebih sedikit meluangkan waktunya untuk menonton sinetron religius (9 jam/minggu) dibandingkan dengan ibu rumah tangga di perkampungan (11 jam/minggu). Hadiyanto (2004) menunjukkan bahwa responden di desa urban jauh lebih intensif menonton televisi, terbukti dengan curahan waktu yang jauh lebih banyak untuk menonton televisi dibandingkan dengan responden di desa rural.

Hasil penelitian Kusumah (2010) menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilih acara Dinamika Bogor untuk memenuhi kebutuhan informasi dari Megaswara TV. Sementara hasil penelitian Hadiyanto (2004) menunjukkan bahwa responden di desa urban lebih menyukai acara-acara hiburan, sedangkan di desa rural selain acara hiburan, jumlah responden yang menyukai acara berita juga proporsinya cukup tinggi.

Hasil penelitian Nurfalah (2007) menunjukkan bahwa ibu rumah tangga di komplek perumahan maupun di perkampungan menonton sinetron religius rata-rata sepuluh kali menonton dalam satu minggu. Nando dan Panjaitan (2012) menunjukkan bahwa intensitas responden dalam menonton film kekerasan umumnya adalah intensitas jarang daripada intensitas sering. Intensitas sering lebih banyak terjadi pada responden perempuan, sedangkan pada intensitas jarang cenderung lebih banyak responden laki-laki.

(28)

16

tangga memilih sekitar pukul tersebut karena dekat dengan jam tidur anak-anak, sehingga anak-anak tidak ikut menonton karena dalam sinetron religius masih banyak adegan dewasa ditampilkan.

Hasil penelitian Hadiyanto (2004) menyatakan bahwa sebagian besar peternak menonton televisi bersama keluarga (85%) di desa urban dan (71.25%) di desa rural). Hanya sebagian kecil yang memiliki kebiasaan menonton televisi sendiri, apalagi dengan tetangga atau saudara. Kebiasaan menonton televisi sendirian banyak ditemui pada responden wanita/ibu yang menonton televisi pada pagi dan siang hari, ketikaanak-anak dan suami tidak berada di rumah. Bagi responden laki-laki, umumnya menonton televisi dilakukan sendirian pada malam hari. Selan itu, sebagian besar khalayak menonton di rumah sendiri. Namun bagi khalayak yang menonton televisi di tempat lain (tetangga atau saudara), hal tersebut sebagai akibat masih kecilnya pemilikan televisi.

Pemanfaatan Materi Siaran Televisi

Pemanfaatan materi siaran televisi terkait dengan konsep teori The Uses and Gratification Approach, yang merupakan pendekatan tentang kebutuhan individu terhadap pesan-pesan media berdasarkan asas manfaat dan kepuasan. Menurut pendekatan ini, komunikasi massa mempunyai kapasitas menawarkan sejumlah pesan yang dapat dimanfaatkan oleh komunikannya, sekaligus dapat memuaskan berbagai kebutuhannya. Dengan demikian, orang yang berbeda dapat menggunakan pesan-pesan media yang sama untuk berbagai tujuan atau maksud yang berbeda-beda. Jadi media massa menunjukkan peranannya (Wiryanto 2010).

Program di televisi yang kini cukup berkembang dan bervariasi memberikan manfaat tertentu bagi khalayaknya. Sadiman et al. (2006) menyatakan bahwa pada saat ini banyak siaran radio atau televisi yang bersifat pendidikan. Program-program itu disiarkan untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan tertentu.

Hasil penelitian Hendra (2011), Padmo et al. (2000), Kusumah (2010) dan Saraswati (2008) menunjukkan bahwa responden memanfaatkan media televisi sebagai media untuk memperoleh informasi maupun pendidikan. Khalayak menonton acara televisi untuk meningkatkan pengetahuan maupun pemahaman mereka akan informasi yang disiarkan oleh televisi. Acara tersebut berkaitan dengan segala informasi yang terdapat di sekitar maupun di luar lingkungan mereka. Sebagian khalayak menonton karena ingin mencari tahu tentang hal-hal tertentu, mendapatkan pengetahuan, dan mendapat bimbingan mengenai masalah sehari-hari. Selain itu, siaran televisi dimanfaatkan untuk bidang pendidikan khususnya untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Khalayak merasa bahwa program yang ditayangkan televisi dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan bidang pendidikan. Program televisi mampu menambah wawasan referensi/informasi di bidang pendidikan dengan materi-materi yang disajikannya.

Kerangka Pemikiran

(29)

17 menonton televisi yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan materi siaran diidentifikasi melalui pemanfaatan dalam aspek-aspek kehidupan. Pemanfaatan materi siaran televisi ada kaitannya dengan perilaku menonton. Perilaku menonton adalah tindakan responden dalam menonton televisi yang dilihat dari aspek pilihan acara, durasi menonton, frekuensi menonton, waktu menonton, tempat menonton dan kebiasaan menonton. Perilaku menonton khalayak tergantung dari motivasinya dalam menonton televisi. Motivasi menonton adalah dorongan dalam diri seseorang untuk menonton televisi. Motivasi menonton setiap individu berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Motivasi tersebut dapat berupa motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan. Motivasi menonton bervariasi dipengaruhi oleh karakteristik individu yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan.

Berdasarkan uraian diatas, keterkaitan berbagai variabel dalam kajian dengan motivasi menonton, perilaku menonton, dan pemanfaatan materi siaran televisi adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Berhubungan

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada hubungan nyata antara karakteristik petani dengan motivasi menonton. 2. Ada hubungan nyata antara motivasi menonton dengan perilaku menonton. 3. Ada hubungan nyata antara perilaku menonton dengan pemanfaatan materi

(30)

18

Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan untuk mengukur berbagai peubah. Masing-masing peubah terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan indikator pengukurannya. Istilah-istilah tersebut yaitu:

1. Karakteristik khalayak adalah kondisi atau keadaan spesifik individu yang berkaitan langsung dengan dirinya, meliputi:

a. Usia adalah jumlah tahun sejak responden lahir hingga penelitian dilakukan, diukur dengan menggunakan skala rasio yang dikategorikan ke dalam: dewasa awal (18-29 tahun), dewasa pertengahan (30-50 tahun), dan dewasa tua (lebih dari 50 tahun), (Havighurst 1950 dalam (Mugniesyah 2006).

b. Jenis kelamin adalah identitas responden berdasarkan faktor biologis, terdiri atas laki-laki dan perempuan, diukur dengan menggunakan skala nominal.

c. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang diikuti responden, diukur dengan menggunakan skala ordinal yang dikategorikan ke dalam: rendah (SD/sederajat), sedang (SMP/sederajat), dan tinggi (SMA/sederajat).

d. Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah yang diperoleh responden perbulan yang dihitung dengan rumus kurva sebaran normal (rata-rata pendapatan responden ± ½ standar deviasi), diukur dengan menggunakan skala ordinal yang dikategorikan ke dalam: rendah (pendapatan kurang dari sama dengan Rp627 064), sedang (pendapatan lebih dari Rp627 064 dan kurang dari Rp913 936), dan tinggi (pendapatan lebih dari sama dengan Rp913 936).

2. Motivasi menonton adalah dorongan dalam diri seseorang untuk menonton televisi, diukur dalam skala interval dengan metode semantic differential, yaitu skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub) dengan rentang skor 1-6, meliputi:

a. Motivasi informasi adalah dorongan yang menyebabkan responden menonton televisi untuk memperoleh tambahan pengetahuan, tambahan wawasan, berita tentang kejadian-kejadian penting, informasi-informasi penting, dan keadaan lingkungan sekitar.

b. Motivasi identitas pribadi adalah dorongan yang menyebabkan responden menonton televisi memperoleh contoh perilaku baik yang dapat ditiru, penguatan nila-nilai agama, penguatan norma-norma masyarakat, peningkatan potensi diri, dan kepercayaan diri.

c. Motivasi integrasi dan interaksi sosial adalah dorongan yang menyebabkan responden menonton televisi untuk memperoleh keadaan tentang orang lain, bahan percakapan dengan keluarga, teman, dan orang lain, peningkatan rasa kepedulian terhadap orang lain, peningkatan tenggang rasa terhadap oranglain, dan kesempatan untuk berkumpul dengan orang lain.

(31)

19 kesenangan/kegembiraan, pengisian waktu luang, penenangan pikiran, dan pelepasan rasa lelah setelah seharian bekerja.

3. Perilaku menonton adalah tindakan responden dalam menonton televisi, meliputi:

a. Pilihan acara yaitu program acara yang ditonton oleh khalayak, diukur dengan menggunakan skala nominal yang dikategorikan ke dalam: program informasi, program hiburan, program informasi dan hiburan (Morissan 2008).

b. Durasi menonton yaitu lama waktu yang digunakan responden untuk menonton televisi yang diukur dalam satuan jam/minggu dengan menggunakan skala ordinal, dikategorikan ke dalam: rendah (≤ 15 jam per minggu) dan tinggi (> 15 jam per minggu).

c. Frekuensi menonton yaitu tingkat keseringan khalayak dalam menonton televisi yang diukur dalam satuan kali/minggu dengan menggunakan skala ordinal, dikategorikan ke dalam: rendah (1 - 3 kali per minggu) dan tinggi (4 - 7 kali per minggu).

d. Waktu menonton adalah saat yang digunakan khalayak dalam menonton televisi, diukur dengan menggunakan skala nominal yang dikategorikan ke dalam: pagi, malam, pagi dan malam.

e. Kebiasaan menonton adalah cara menonton khalayak dengan siapa khalayak menonton televisi, diukur dengan menggunakan skala nominal yang dikategorikan ke dalam: menonton sendiri dan menonton bersama keluarga.

f. Tempat menonton adalah lokasi khalayak menonton televisi, diukur dengan menggunakan skala nominal yang dikategorikan ke dalam: di rumah sendiri dan di rumah saudara.

4. Pemanfaatan materi siaran televisi adalah penggunaan materi yang diperoleh dari hasil menonton televisi yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, diukur dalam skala interval dengan metode semantic differential, yaitu skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub) dengan rentang skor 1-6. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan indikator pemanfaatan dalam aspek-aspek kehidupan, meliputi:

a. Pendidikan keluarga yaitu penerapan materi bidang pendidikan keluarga yang meliputi mendidik anak yang baik dan benar, membantu belajar anak di rumah, memilih sekolah yang baik untuk anak, dan mencarikan bahan-bahan untuk belajar anak.

b. Kesehatan keluarga yaitu penerapan materi bidang kesehatan keluarga yang meliputi memilih makanan sehat bagi keluarga, mendeteksi gejala penyakit anggota keluarga, memilih obat bebas yang sesuai, menghindari penyakit tertular, merawat keluarga sakit di rumah, dan memanfaatkan jasa dokter dan klinik.

c. Ekonomi yaitu penerapan materi bidang ekonomi yang meliputi mengembangkan usaha keluarga, mengatur keuangan keluarga, dan menjadi konsumen cerdas.

(32)

20

melaksanakan ibadah dengan benar, dan berhubungan dengan oranglain secara harmonis.

e. Pertanian yaitu penerapan materi bidang pertanian yang meliputi memilih bibit dengan kualitas baik, memupuk tanaman dengan dosis yang benar, memberi pakan ternak/ikan dengan takaran yang benar, menangani hama/penyakit, mengolah tanah secara benar, dan menangani paska panen. f. Lingkungan yaitu penerapan materi bidang lingkungan yang meliputi

mendaur ulang sampah, menjaga dan merawat lingkungan, memisahkan sampah organik dan non-organik, dan melakukan penghijauan.

(33)

21

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif didukung dengan kualitatif. Metode yang digunakan adalah survey yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggambarkan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Unit analisa dari penelitian ini adalah individu. Penelitian ini juga bersifat eksplanatori karena menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi 2006).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan sebagian besar masyarakat di daerah tersebut berprofesi sebagai petani dan kepemilikan media massa televisi tergolong cukup tinggi.

Pengambilan data penelitian dilakukan dalam waktu 3 minggu pada bulan Maret sampai dengan April 2013.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Karehkel yang berprofesi sebagi petani sebanyak 4471 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik multistage sampling (sampling gugus bertahap) yaitu pengambilan sampel dilakukan melalui tahap-tahap tertentu (Singarimbun dan Effendi 2006) yang dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Pemilihan satu RW secara acak dari 13 RW di Desa Karehkel dan terpilih RW 06.

2. Pemilihan satu RT dari 4 RT di RW 06 secara acak dan terpilih RT 01.

3. Pemilihan 40 responden petani secara acak sebagai responden dari kerangka sampling (sampling frame) sebanyak 97 orang.

Teknik Pengumpulan Data

(34)

22

oleh kantor Desa Karehkel, serta berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yaitu buku, tesis, skripsi, jurnal penelitian dan situs internet.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu melakukan pengkodean, membuat tabel frekuensi atau tabulasi silang, dan mengedit yakni mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi atau tabulasi silang (Singarimbun & Effendi 2006). Data hasil kuesioner diolah dengan menggunakan software SPSS for Windows versi 17.0 dan Microsoft Excel 2007 dan dianalisis dengan prosedur dan pengujian hubungan. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data berupa tabel frekuensi dan tabulasi silang (crosstab). Pengujian hubungan dilakukan dengan prosedur Uji Chi-Square dan Uji Rank Spearman sebagai berikut:

1) Uji Chi-Square digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dalam skala nominal dengan rumus sebagai berikut:

2 = −

2

Keterangan:

2

: Nilai chi-kuadrat

fe : Frekuensi yang diharapkan fo : Frekuensi yang diperoleh/diamati

Keeratan hubungan antara variabel dengan rumus Kontingensi (C) berkisar antara 0-1 dan menunjukkan semakin besar C berarti hubungan antara dua variabel semakin erat (Singarimbun dan Effendi 2006).

� = 2

2 +

Keterangan:

C : Koefisien Kontingensi

2

: Kai Kuadrat n : Jumlah Data

2) Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan diantara variabel dalam skala ordinal, dengan rumus sebagai berikut:

= 1− 6 �

2

( 2−1)

Keterangan:

ρ atau rs : koefisien korelasi Rank Spearman di : determinan

(35)

23 Korelasi dapat menghasilkan angka positif yang menunjukkan hubungan yang searah antara dua variabel yang diuji atau negatif yang menunjukkan hubungan yang tidak searah. Keeratan hubungan dari koefisien rs dan C ditetapkan dari korelasi dengan kriteria yang dikemukakan Guilford (1956) dalam Rakhmat (2002) sebagai berikut:

< 0.20 : Hubungan rendah sekali; lemah sekali 0.20 – 0.40 : Hubungan rendah tetapi pasti

0.40 – 0.70 : Hubungan yang cukup berarti 0.70 – 0.90 : Hubungan yang tinggi; kuat

> 0.90 : Hubungan sangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan

Tingkat kesalahan yang biasa digunakan dalam penelitian berdasarkan pada ilmu statistik adalah 1% (p atau α 0.01) dengan tingkat kepercayaan 99%, 5% (p atau α 0.05) dengan tingkat kepercayaan 95%, dan berdasarkan pada ilmu sosial adalah 10% (p atau α 0.1) dengan tingkat kepercayaan 90%, karena dalam ilmu sosial tingkat kesalahan 10% masih bisa ditoleransi. (Rakhmat 2012). Oleh karena, itu tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 10% (p atau α 0.1) dengan tingkat kepercayaan 90%. Nilai p dibandingkan dengan taraf nyata untuk menentukan apakah hubungan antara variabel nyata atau tidak.

Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi

Validitas menunjukkan apakah instrumen yang digunakan tersebut mampu mengukur apa yang diukur dan informasi yang dikumpulkan sesuai dengan konsep yang digunakan (Kerlinger 2004). Validitas instrumen dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi product moment Pearson sebagai berikut:

= n ( xy) – ( x y)

[n x2– ( x)2] [n y2– ( y)2]

Keterangan :

r : nilai koefisien validitas n : jumlah responden x : skor pertanyaan pertama y : skor total

Secara statistik angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan nilai kritis tabel korelasi pada taraf signifikansi 5% yaitu 0.632. Hasil pengujian validitas kuesioner untuk motivasi menonton dan pemanfaatan materi siaran televisi diperoleh nilai r hitung lebih besar dibandingkan r tabel. Hasil ini menunjukkan bahwa kuesioner penelitian valid.

(36)

24

. = 2 .

1 + .

Keterangan:

r.tot : angka reliabilitas keseluruhan item

r.tt : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

(37)

25

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Desa Karehkel

Desa Karehkel termasuk dalam wilayah Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Karehkel memiliki luas wilayah sebesar 420 ha dengan lahan yang terbagi dalam dua ekosistem, yaitu ekosistem lahan sawah dan pencaharian utama sebagai petani, selebihnya penduduk bekerja sebagai pengusaha, pengrajin, buruh, pedagang, PNS, dan TNI/Polri (Gambar 2).

Gambar 2 Persentase jumlah penduduk Desa Karehkel berdasarkan jenis pekerjaan

Sumber : Data Monografi Desa Karehkel (2011)

Penduduk Desa Karehkel umumnya masih memiliki tingkat pendidikan yang tergolong rendah, mayoritas mereka hanya berpendidikan SD, sisanya hanya beberapa yang mencapai tingkat pendidikan SLTP, SLTA dan diploma/sarjana (Gambar 3).

Gambar 3 Persentase jumlah penduduk Desa Karehkel berdasarkan tingkat pendidikan

(38)

26

Gambaran Umum RT 01 RW 06 Desa Karehkel

Profil RT 01 RW 06 sebagai lokasi penelitian mewakili Desa Karehkel. RT 01 RW 06 terletak di bagian tengah ketiga RT lainnya dan dekat dengan lokasi persawahan. Desa ini terlihat cukup padat oleh penduduknya dengan rumah yang saling berdekatan. Jumlah penduduk di RT 01 RW 06 sebanyak 310 jiwa dengan 79 KK. Sebagian besar penduduk memiliki tingkat pendidikan SD dan berprofesi sebagai petani, selebihnya penduduk berprofesi sebagai pedagang, buruh, pengusaha dan lainnya. Komoditas pertanian di lokasi tersebut di dominasi oleh padi. Pelatihan bidang pertanian cukup sering dilakukan oleh Dinas Pertanian, di antaranya SLPT (Sekolah Lapang Pelatihan Terpadu), SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu), Iklim, dan pembuatan bokasi. Kepemilikan televisi masyarakat tergolong cukup tinggi, hampir setiap rumah memiliki pesawat televisi dan siaran televisi sudah dapat ditangkap di lokasi tersebut, di antaranya RCTI, SCTV, Trans TV, Trans 7, MNC TV, TVRI, Indosiar, Global TV, TV One, El-Shinta, ANTEVE, dan lainnya.

Karakteristik Responden RT 01 RW 03 Desa Karehkel

Responden penelitian sebagian besar laki-laki dengan usia dewasa pertengahan, memiliki tingkat pendidikan SD, dan memiliki tingkat pendapatan Rp627 064 hingga Rp931 936 setiap bulannya (Tabel 2).

Tabel 2 Persentase responden menurut karakteristik petani di Desa Karehkel RT 01 RW 06 tahun 2013

Sedang (SMP/sederajat) 10 25.0

Tinggi (SMA/sederajat) 3 7.5

Tingkat pendapatan

Rendah (pendapatan kurang dari

sama dengan Rp627 064) 15 37.5

Sedang (pendapatan lebih dari Rp627 064 dan kurang dari

Rp913 936) 16 40.0

Tinggi (pendapatan lebih dari sama

dengan Rp913 936) 9 22.5

(39)
(40)
(41)

29

MOTIVASI MENONTON TELEVISI

Motivasi Menonton

Motivasi utama responden dalam menonton televisi adalah motivasi hiburan, kemudian motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, dan motivasi integrasi dan interaksi sosial. Hasil ini sesuai dengan penelitian Hadiyanto (2004) yang menyatakan bahwa motif hiburan banyak diungkapkan oleh responden peternak baik di desa rural maupun di desa urban. Televisi terbukti banyak digunakan oleh responden sebagai media hiburan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Susanto (2009) yang mengungkapkan bahwa program berbagai televisi nasional, meskipun memiliki programming dengan coverage ideal seperti educational, news, dan entertainment, dan sejumlah atribut ideal lain tetapi yang sangat menonjol adalah fungsi hiburan (Tabel 3).

Tabel 3 Persentase responden menurut jenis motivasi menonton di RT 01 RW 06 Desa Karehkel tahun 2013

*rentang skor 1 - 6

Motivasi Informasi

Hasil menunjukkan bahwa responden memiliki motivasi informasi yang cukup tinggi dengan rataan skor 4.40. Siaran televisi banyak memberikan hal-hal yang berkaitan dengan informasi bagi responden. Motivasi informasi yang dominan adalah untuk mengetahui berita tentang kejadian-kejadian penting dibandingkan hanya sekedar untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitar mereka. Selain itu, responden menonton televisi untuk memperoleh informasi-informasi penting dan mendapatkan tambahan pengetahuan maupun wawasan. Hasil ini berkaitan dengan kebutuhan individual menurut Effendy (2003), dimana motivasi informasi seseorang termasuk ke dalam cognitive needs (kebutuhan kognitif), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan.

Motivasi Identitas Pribadi

Hasil menunjukkan bahwa responden memiliki motivasi identitas pribadi yang cukup tinggi dengan rataan skor 4.00. Meskipun responden tidak menonton televisi untuk meningkatkan potensi diri dan menguatkan norma-norma masyarakat, namun banyak responden menonton televisi untuk menguatkan nilai-nilai agama mereka karena mayoritas beragama muslim. Selain itu, responden dapat mencontoh perilaku baik yang dapat ditiru untuk diterapkan dalam

Jenis motivasi Sebaran (%) Rataan skor*

Rendah Tinggi

Motivasi informasi 20.0 80.0 4.40

Motivasi identitas Pribadi 27.5 72.5 4.00

Motivasi integrasi dan interaksi sosial 30.0 70.0 3.92

Motivasi hiburan 15.0 85.0 4.62

Gambar

Tabel 1 Perbedaan hard news dan soft news program informasi berdasarkan
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Gambaran Umum Desa Karehkel
Tabel 2 Persentase responden menurut karakteristik petani di Desa Karehkel RT
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga atas Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Undang-Undang No.12 Tahun 1994 tentang Pajak

Dari hasil simulasi diperoleh bahwa model hasil inversi yang didapat mendekati model sintetik yang diplot kedalam bentuk kontur berdasarkan nilai SP.. Untuk satu

Selepas melakukan ujian pra dan ujian pos bagi kedua-dua ujian iaitu lompatan menegak (vertical jump) dan lompatan berdiri (standing long jump) bagi melihat peningkatan kuasa

Kemudian ditinjau dari aspek tujuh indikator pemahaman konsep pada daya serap siswa bahwa daya serap tertinggi terdapat pada indikator mengklasifikasikan dengan

whatsapp , peserta didik dapat mengidentifikasi pesan yang tersirat dalam lagu dengan teliti secara mandiri. Setelah menyanyikan lagu bersama-sama dalam waktu yang telah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kualitas situs web jika diukur dengan menggunakan kerangka usability sehingga akan didapatkan kelebihan yang

Masyarakat menjadikan hutan lindung di Bukit Raja sebagai tempat untuk menjaga kelestarian tumbuhan yang sudah mulai langka ini.. Ada aturan adat yang tidak