• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementation of Occupational Safety and Health Management System (SMK3) at PT. Suka Jaya Makmur, West Kalimantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementation of Occupational Safety and Health Management System (SMK3) at PT. Suka Jaya Makmur, West Kalimantan"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

MAKMUR, KALIMANTAN BARAT

YULIFA DEVI DWIJAYANTI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

MAKMUR, KALIMANTAN BARAT

YULIFA DEVI DWIJAYANTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

YULIFA DEVI DWIJAYANTI. E14080073. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Dibimbing oleh EFI YULIATI YOVI.

PT. Suka Jaya Makmur sebagai salah satu perusahaan IUPHHK-HA, tidak terlepas dari aktivitas yang melibatkan tenaga kerja dengan peralatan dan metode kerja yang memiliki risiko bahaya yang cukup besar. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permenaker 05/MEN/1996). Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi K3, mengkaji penerapan SMK3, mengidentifikasi permasalahan dalam penerapan SMK3 serta membandingkan hasil kajian penerapan SMK3 dengan hasil identifikasi permasalahan dalam penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, pengisian kuesioner oleh responden, pengamatan langsung di lapangan dan studi pustaka. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dengan pengolahan data dilakukan menggunakan software Microsoft Office Excel 2007 dan Expert Choice

2000. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menggambarkan kondisi K3 dan hasil kajian penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur sedangkan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur, data dianalisis dengan menggunakan metode

Analytical Hierarchy Process (AHP). Teknik pengkajian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara wawancara kepada P2K3 yang ada di perusahaan.

Kegiatan K3 di perusahaan dilakukan melalui kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap P2K3 menunjukkan bahwa SMK3 yang sedang diterapkan oleh perusahaan merupakan kriteria emas menurut Permenaker 05/MEN/1996 yaitu sebanyak 92,17%. Berdasarkan perhitungan AHP, prinsip yang paling dominan dalam penerapan SMK3 adalah komitmen dan kebijakan yaitu sebesar 0,514. Aktor yang paling berperan adalah top management yaitu sebesar 0,619. Tujuan utama adalah pencegahan kecelakaan kerja yaitu sebesar 0,861. Alternatif tindakan berupa sosialisasi, pendidikan, dan pelatihan merupakan prioritas pertama yaitu sebesar 0,573. Perbedaan prioritas yang dimiliki oleh pihak perusahaan dapat disebabkan oleh SMK3 yang merupakan peraturan wajib oleh pemerintah.

(4)

YULIFA DEVI DWIJAYANTI. E14080073. Implementation of Occupational Safety and Health Management System (SMK3) at PT. Suka Jaya Makmur, West Kalimantan. Supervised by EFI YULIATI YOVI.

PT. Suka Jaya Makmur, one of IUPHHK-HA companies, can not be separated from the activities involving workforce with tools and working methods that have a risk of considerable danger. Such conditions may cause occupational accidents in the implementation of the company's activities. Therefore, it is necessary to have Occupational Safety and Health Management System (SMK3) in accordance with the applicable regulation (Decree of the Minister of Workforce and Transmigration 05/MEN/1996). This research was conducted to obtain information about Occupational Safety and Health (K3), review SMK3 implementation, identify problems in the implementation of SMK3 and compare the results of the study on SMK3 implementation with problem identification result in the implementation of SMK3 at PT. Suka Jaya Makmur.

The data used in this study were primary data and secondary data, which were gathered through interviews, questionnaires, direct field observation and literature. The sampling was done by purposive sampling with data processing using Microsoft Office Excel 2007 and Expert Choice 2000. The data analysis used was descriptive analysis to describe the condition of K3 and the result of SMK3 implementation at PT. Suka Jaya Makmur, while to identify problems in the implementation of SMK3 at PT. Suka Jaya Makmur, the data were analyzed by using Analytical Hierarchy Process (AHP). The study technique used in this research was the interviews with Advisory Committee on Occupational Safety and Health (P2K3) of the company.

K3 activities in the company involved planning, implementation, monitoring and evaluation. The result of the interviews with P2K3 showed that SMK3 being implemented by the company belonged to a gold criterion according to Decree of the Minister of Workforce and Transmigration 05/MEN/1996, because it was as high as 92.17%. Based on the calculation of AHP, the dominant principle in the implementation of SMK3 was commitment and policy, reaching 0.514. The actor playing the most significant role was top management with a score of 0.619. The main goal was the prevention of occupational accidents and it amounted to 0.861. Alternative measures such as socialization, education, and training was the first priority with a score of 0.573. Different priorities adopted by the company could be caused by SMK3, which is required by the government regulations.

(5)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks atau dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2012

(6)

Nama : Yulifa Devi Dwijayanti

NRP : E14080073

Menyetujui: Dosen Pembimbing,

Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc NIP. 19740724 199903 2 003

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Hutan,

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini disusun untuk memberikan suatu informasi penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) pada PT. Suka Jaya Makmur. Penerapan SMK3 yang dilakukan diharapkan sesuai dengan Permenaker 05/MEN/1996 sehingga tujuan yang diinginkan perusahaan dapat tercapai.

Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini, oleh sebab itu Penulis menyampaikan permohonan maaf dan mengharapkan saran serta kritik yang membangun. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2012

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah, pada tanggal 13 Juli 1990 dari pasangan DYS Setiabudi Achmadi dan Rinto Hastiningsih, S.Pd. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Sluke pada tahun 2002 kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Rembang dan lulus pada tahun 2005. Selanjutnya penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Rembang pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selanjutnya penulis mengambil program minor Perlindungan Hutan.

Selama masa perkuliahan, penulis ikut berpartisipasi dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Himpunan Keluarga Rembang di Bogor (HKRB). Penulis juga cukup aktif di lembaga kemahasiswaan dan berbagai kepanitiaan, yaitu sebagai staf Divisi Sosial Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor periode 2009-2010, Panitia BIMANTARA (Bina Masyarakat Sejahtera), Panitia Seminar Kehutanan Nasional "Smile of Human", Panitia Bina Corps Rimbawan 2010 serta Panitia Temu Manajer 2010. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dendrologi tahun 2010 dan Lolos seleksi PKM-P program pendanaan tahun 2011 dengan judul Studi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat di Gunung Kapur Cibadak Bogor.

Penulis telah melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan pada tahun 2010 di Cagar Alam Pangandaran dan Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Praktik Pengelolaan Hutan pada tahun 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat-Sukabumi, dan Praktik Kerja Lapang pada tahun 2012 di IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu baik secara moral maupun materiil. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak DYS Setiabudi Achmadi dan Ibu Rinto Hastiningsih, S.Pd, selaku orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan penuh agar terselesaikannya studi tepat waktu. Kedua saudaraku Qorry Ika Septiningtyas, S.Pd dan Rizki Tria Saputra serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa dan dukungannya.

2. Ibu Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, nasihat, saran, ilmu dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Ibu Dr. Ir. Arzyana Sunkar, MSc selaku dosen penguji dan Ibu Dr. Dra. Nining Puspaningsih, MS selaku ketua sidang yang bersedia meluangkan waktunya dan memberikan saran pada skripsi ini.

4. Ibu Maria, Ibu Prasti, Bapak Hendra Tambora, Bapak Joko Widiyanto, Bapak Mujoto dan seluruh pihak dari PT. Suka Jaya Makmur yang telah mengizinkan dan bersedia meluangkan waktu dan partisipasinya selama proses penelitian.

5. Teman satu PKL (Yunensih, Linda Lestari, Ramdhani dan Toni Dokles) yang telah membantu dalam pengambilan data di lapangan.

6. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Departemen Manajemen Hutan IPB. 7. Teman-teman satu bimbingan (Widya Prajawati, Muhibudin dan Reza Ahda)

untuk motivasi, kebersamaan dan kerjasamanya selama proses bimbingan dan penyusunan skripsi ini.

8. Destika Restyani, Hapriza Aprilia, Desty Sri Kurnia, Wieke Herningtyas, Yulia Devy A dan teman-teman mahasiswa MNH IPB angkatan 45 atas kerja sama, kepedulian dan kebersamaannya selama ini.

9. Sherly Andika Sari, Novita L Zahro, Septi Prima Yesti, Maika Fitriana, Nurul Hidayati, Ade Nelvia, Shaibatul Islamiah dan seluruh Wismo Ayu Crew atas doa, dukungan, kepedulian dan kebersamaannya selama ini.

10. Teman-teman HKRB 45 untuk segala semangat, kebersamaan dan kekeluargaannya selama berada di perantauan ini.

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

1.4 Rumusan Masalah ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Kecelakaan Kerja ... 4

2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 4

2.3 Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia ... 5

2.4 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ... 8

2.5 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia... 9

BAB III ... 11

METODE PENELITIAN ... 11

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

3.2 Alat Penelitian ... 11

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 11

3.4 Pengolahan dan Analisis Data ... 12

3.4.1 Statistik Deskriptif ... 12

3.4.2 Analytical Hierarchy Process (AHP)... 12

BAB IV ... 20

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 20

(11)

4.2 Kondisi Fisik ... 20

4.2.1 Iklim ... 20

4.2.2 Topografi ... 21

4.2.3 Geologi ... 21

4.2.4 Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 22

4.3 Kondisi Sumber Daya Hutan ... 22

4.4 Kondisi Sosial ... 22

4.4.1 Kependudukan... 22

4.4.2 Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) ... 23

BAB V ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1 Kondisi K3 PT. Suka Jaya Makmur ... 25

5.2 Kajian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 27

5.3 Penyusunan Struktur Hierarki ... 38

5.4 Analisis Prioritas Faktor, Aktor, Tujuan dan Alternatif ... 44

5.5 Perbandingan Hasil Kajian Penerapan SMK3 dengan Hasil Identifikasi Permasalahan Dalam Penerapan SMK3... 46

BAB VI ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

6.1 Kesimpulan ... 48

6.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Nilai skala banding secara berpasang ... 14

2 Matriks pendapat individu ... 16

3 Matriks pendapat gabungan ... 16

4 Curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur ... 21

5 Luas areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur berdasarkan kelas lereng ... 21

6 Kriteria-kriteria SMK3 menurut Permenaker 05/MEN/1996 yang diterapkan pada PT. Suka Jaya Makmur ... 27

7 Peringkat prioritas aktor pada P2K3 terhadap 5 prinsip dalam penerapan SMK3... 42

8 Peringkat prioritas aktor pada P2K3 terhadap tujuan penerapan SMK3 .. 42

9 Susunan prioritas faktor atau unsur menyeluruh terbobot ... 44

10 Susunan prioritas aktor menyeluruh terbobot ... 45

11 Susunan prioritas tujuan menyeluruh terbobot ... 45

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Hierarki identifikasi permasalahan ... 14 2 Nilai RI untuk matriks berukuran n (1−15) ... 18 3 Kerangka pemikiran penelitian... 19

4 Susunan hierarki permasalahan penerapan SMK3 pada

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Daftar pertanyaan wawancara kepada pihak PT. Suka Jaya Makmur ... 51

2 Kuesioner penelitian (AHP) ... 53

3 Pembuatan hierarki (software Expert Choice 2000) ... 62

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu tujuan sekaligus indikator kesuksesan suatu perusahaan serta merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap tenaga kerja. Menurut Suardi (2007), tujuan inti penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Perlindungan terhadap tenaga kerja meliputi perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan K3 dilakukan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja sehingga dapat bekerja dengan lebih optimal. Selain itu, dengan adanya jaminan keselamatan, keamanan dan kesehatan selama bekerja, maka tenaga kerja akan memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas mereka terhadap perusahaan. Pengaruh positif terbesar yang dapat diraih dari penerapan sistem manajemen K3 adalah mengurangi angka kecelakaan kerja.

Kondisi K3 pada suatu perusahaan dapat menentukan kinerja perusahaan tersebut. PT. Suka Jaya Makmur sebagai salah satu perusahaan Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA), tidak terlepas dari aktivitas yang melibatkan tenaga kerja dengan peralatan dan metode kerja yang memiliki risiko bahaya yang cukup besar. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan terutama pada bagian produksi dan mekanik.

(16)

Kerja (SMK3) yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain sebagai bentuk perlindungan terhadap tenaga kerja, SMK3 juga merupakan skema sertifikasi yang dapat digunakan untuk peningkatan kepercayaan dan kepuasan konsumen terhadap perusahaan. Peraturan yang mengatur mengenai penerapan SMK3 diantaranya yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 5 Tahun 1996 (Permenaker 05/MEN/1996) dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2012. Pada penelitian ini peraturan yang digunakan yaitu Permenaker 05/MEN/1996.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memperoleh informasi mengenai kondisi K3 PT. Suka Jaya Makmur. 2. Mengkaji penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur.

3. Mengidentifikasi permasalahan dalam penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur berdasarkan hierarki penyusunnya dengan Analytical Hierarchy Process (AHP).

4. Membandingkan hasil kajian penerapan SMK3 dengan hasil identifikasi permasalahan dalam penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti

Dapat memberikan suatu pengetahuan mengenai pelaksanaan dan permasalahan dalam penerapan SMK3 pada suatu perusahaan.

2. Bagi institusi

Dapat dijadikan rekomendasi bagi peningkatan kualitas dan kinerja pada suatu perusahaan.

3. Bagi peneliti lain

Dapat dijadikan rekomendasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.4 Rumusan Masalah

(17)

2. Bagaimana penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur?

3. Faktor-faktor apa yang menjadi permasalahan dalam penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur?

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak fatal. Sedangkan penyakit akibat kerja yaitu suatu penyakit yang didapatkan sebagai akibat suatu pemajanan terhadap faktor risiko yang timbul dari kegiatan pekerjaan (ILO 1998). Istilah kecelakaan akibat kerja meliputi seluruh kecelakaan yang dikarenakan oleh pekerjaan dan semua penyakit-penyakit akibat kerja. Suatu kecelakaan disebabkan oleh suatu peristiwa luar yang tiba-tiba dan tak terduga; suatu penyakit akibat kerja adalah akibat pengaruh buruk yang lama

seperti oleh getaran atau kebisingan (Suma’mur 1977).

Kecelakaan dan sakit di tempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang dilakukan badan dunia ILO menghasilkan kesimpulan bahwa setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal yang setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak ketimbang wanita karena mereka lebih mungkin melakukan pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun (Suardi 2007).

2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

(19)

1. Kesehatan kuratif, yang biasanya dilakukan oleh tenaga medis di perusahaan dan bermaksud menekan keadaan sakit menjadi sekecil-kecilnya dengan upaya kedokteran yang sebaik-baiknya serta efisien.

2. Kesehatan preventif untuk mencegah tenaga kerja mengalami gangguan kesehatan atau penyakit, baik oleh karena keadaan umum, maupun oleh akibat pekerjaan.

3. Pengamanan bahaya-bahaya oleh karena proses produksi yang mungkin berakibat buruk kepada tenaga kerja atau masyarakat luas.

4. Penserasian di antara tenaga kerja dengan pekerjaannya dengan tujuan kegairahan dan efisiensi kerja

Keselamatan kerja bertujuan, agar tenaga kerja mendapatkan perlindungan keselamatan pada pekerjaannya dari bahaya-bahaya kecelakaan yang bersumber kepada mesin dan peralatan kerja, lingkungan dan faktor-faktor manusia sendiri

(Suma’mur 1977).

2.3 Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia

Menurut Anonim (2005), berdasarkan kategorinya, peraturan K3 dibedakan menjadi 6, yaitu:

1 Undang-Undang

a Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

b Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

2 Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan dan Peredaran Pestisida

3 Peraturan Menteri

a Peraturan Tenaga Kerja, Transkop Nomor: Per.01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan

(20)

c Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.03/MEN/1978 tentang Penunjukan dan Wewenang, serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan kerja

d Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga para Medis Perusahaan

e Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.02/MEN/1980 tentang: Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja

f Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan

g Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja

h Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1982 tentang Kualifikasi Juru Las

i Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja

j Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja

k Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.02/MEN/1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja

l Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(21)

n Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kesehatan

o Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.04/MEN/1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian dan Tata Kerja Dokter Penasihat

4 Keputusan Menteri tentang K3

a Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.155/MEN/1984 tentang Penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep. 125/Men/82, tentang Pembentukan, Susunan dan Tata Kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja b Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.1135/MEN/1987 tentang

Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja

c Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja

d Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.245/MEN/1990 tentang Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional

e Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

f Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.197/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya

g Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Kep.75/MEN/2002 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SMI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja

5 Instruksi Menteri

Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins.11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran

6 Surat Edaran dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan

(22)

Kep.84/BW/1998 tentang Cara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik Kecelakaan

b Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep.331/BW/2002 tentang Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik

2.4 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

SMK3 adalah struktur, tanggung jawab, praktik dan prosedur sumber daya perusahaan untuk menerapkan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (ILO 1998). Menurut Permenaker 05/MEN/1996, definisi dari SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, untuk terciptanya tempat keja yang aman, efisien dan produktif.

Menurut Suardi (2005) terdapat tujuan dan manfaat dari penerapan SMK3, yaitu:

1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas.

2. Sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, memelihara dan meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja, merawat dan meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia, memberantas kelelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta kenikmatan bekerja.

Adapun manfaat dari penerapan SMK3 yaitu: 1. Melindungi karyawan

2. Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang 3. Mengurangi biaya

4. Membuat sistem manajemen yang efektif

(23)

2.5 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia Menurut Permenaker 05/MEN/1996, terdapat 5 prinsip dan 12 elemen yang menjadi pedoman untuk penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Lima prinsip ini merupakan siklus yang berkesinambungan, sedangkan 12 elemen sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja diterapkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Lima prinsip yang menjadi pedoman untuk penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yaitu:

1. Komitmen dan kebijakan

Salah satu bentuk komitmen sebuah perusahaan menerapkan SMK3 adalah dengan menyediakan sumber daya yang memadai.

2. Perencanaan

Perusahaan diharuskan merencanakan untuk memenuhi kebijakan, sasaran dan tujuan K3 yang telah diterapkan. Perencanaan yang baik harus memiliki kedua hal yang penting diterapkan yaitu manajemen risiko yang baik dan pemenuhan peraturan standar yang ada.

3. Penerapan

- Kemampuan menyiapkan sumberdaya yang andal dan profesional.

- Integrasi SMK3 ke dalam sistem manajemen perusahaan sehingga dapat berjalan secara selaras dan seimbang.

- Kesadaran semua pihak untuk mendukung. 4. Pengukuran dan evaluasi

Perusahaan perlu mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3. Adapun pelaksanaannya meliputi inspeksi dan pengujian peralatan, metode dan temuan yang terdapat pada pekerjaan.

5. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen

Tinjauan berkala berguna untuk meningkatkan SMK3 dengan tujuan meningkatkan kinerja K3 secara keseluruhan.

(24)

1. Tahap persiapan

Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu organisasi atau perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah personil, mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan menetapkan kebutuhan sumber daya yang diperlukan. Adapun tahap persiapan ini, antara lain:

a Komitmen manajemen puncak b Menentukan ruang lingkup c Menetapkan cara penetapan d Membentuk kelompok penerapan

e Menetapkan sumber daya yang diperlukan 2. Tahap penerapan dan pengembangan

Sistem dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh organisasi atau perusahaan dengan melibatkan banyak personil, mulai dari menyelenggarakan penyuluhan dan melaksanakan sendiri kegiatan audit internal serta tindakan perbaikannya sampai dengan melakukan sertifikasi. Adapun tahap penerapan dan pengembangan ini, antara lain:

a Menyatakan komitmen b Menetapkan cara penerapan

c Membentuk kelompok kerja penerapan d Menetapkan sumber daya yang diperlukan e Kegiatan penyuluhan

f Peninjauan sistem

g Penyusunan jadwal kegiatan

h Pengembangan sistem manajemen K3 i Penerapan sistem

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada bulan Maret sampai dengan April 2012.

3.2 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a Personal komputer yang dilengkapi softwareMicrosoft Office 2007 dan Expert Choice 2000.

b Kuesioner penelitian. c Kamera dan alat tulis.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Proses penelitian harus menggunakan data, maka data perlu dikelompok-kelompokkan terlebih dahulu sebelum digunakan dalam proses analisis. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram (Umar 2005).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer terdiri dari:

a. Data yang diperoleh langsung dengan cara wawancara semi terstruktur oleh pihak manajemen,

b. Data hasil pengamatan langsung di lapangan dan

(26)

2. Data sekunder meliputi gambaran umum perusahaan, statistik kecelakaan dan data-data lain yang berkaitan dengan objek penelitian ini.

Pengambilan sampel responden menggunakan metode purposive sampling, dimana responden ditentukan dengan maksud dan tujuan tertentu. Pemilihan responden atau informan dilakukan dengan memperhatikan tingkat jabatan pada organisasi P2K3 di PT. Suka Jaya Makmur.

3.4 Pengolahan dan Analisis Data 3.4.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data dalam bentuk kuantitatif dengan tidak menyertakan pengambilan keputusan melalui hipotesis. Data dipresentasikan ke dalam bentuk deskriptif tanpa diolah dengan teknik-teknik analisis statistik lainnya (Sarwono 2009). Digunakan metode analisis statistik deskriptif untuk mengetahui kondisi K3 dan pelaksanaan penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur.

3.4.2 Analytical Hierarchy Process (AHP)

(27)

dalam usaha mencapai konsensus. Oleh karena itu, penggunaan metode AHP untuk mengkaji masalah dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan kerangka kerja AHP, penelitian ini diawali dengan pengumpulan data dan informasi yang digunakan untuk menyusun hierarki. Hierarki disusun sesuai dengan kebutuhan serta didasarkan pada teori dalam literatur dan hasil wawancara dengan pihak perusahaan yang bertindak sebagai pengambil keputusan. Kuesioner diberikan untuk mengetahui pembobotan setiap unsur pada setiap tingkatan dalam hierarki. Data yang diperoleh dari responden kemudian diproses dengan menggunakan software Expert Choice 2000 dan softwareMicrosoft Office Excel 2007.

Langkah-langkah dalam analisis metode AHP secara umum dibagi dalam 8 langkah (Saaty 1991), yaitu:

1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan. Fokus dari analisis ini adalah strategi penerapan SMK3 pada perusahaan. Setelah ditentukan fokus analisis, selanjutnya ditentukan komponen-komponen dan pendefinisian masing-masing komponen.

(28)

Tingkat 1

Gambar 1 Hierarki identifikasi permasalahan (Saaty 1991). 3. Menyusun matriks gabungan

Matriks gabungan berpasangan adalah matriks yang membandingkan bobot unsur dalam suatu hierarki dengan unsur-unsur dalam hierarki atasnya.

4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang dilakukan dari hasil perbandingan yang diperoleh pada langkah 3.

Tabel 1 Skala banding secara berpasang

Nilai Skala Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama

penting

Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu.

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya.

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya.

5 elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen yang lainnya.

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya.

7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya.

Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya terlihat dalam praktik.

9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya.

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.

2,4,6,8 Nilai-nilai antara di antara dua pertimbangan yang berdekatan.

(29)

Lanjutan Tabel 1

Nilai Skala Penjelasan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

Sumber: Saaty (1991)

Setelah matriks perbandingan berpasangan antar unsur dibuat, selanjutnya dilakukan perbandingan berpasangan antar setiap unsur pada kolom ke-i dengan setiap unsur pada kolom ke-j, yang berhubungan dengan fokus identifikasi permasalahan. Pembandingan berpasangan antar unsur-unsur

tersebut dilakukan dengan pertanyaan: “seberapa kuat unsur pada baris ke -i d-idom-inas-i, d-ipengaruh-i, d-ipenuh-i atau d-iuntungkan oleh fokus permasalahan, dibandingkan dengan kolom ke-j?” jika unsur-unsur yang diperbandingan merupakan suatu peluang atau waktu, maka pertanyaannya

adalah “seberapa lebih mungkin suatu unsur baris ke-i dibandingkan dengan unsur kolom ke-j, sehubungan dengan fokus?”. Menurut Saaty (1991), untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 1. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri atas ke kanan bawah.

5. Memasukkan nilai-nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal

utama. Angka 1−9 digunakan bila F1 lebih mendominasi atau dipengaruhi sifat G dibandingkan dengan F2 , sedangkan F1 kurang mendominasi atau mempengaruhi dibandingkan F2 maka digunakan angka kebalikannya. 6. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam

hierarki tersebut.

Pembandingan dilakukan untuk semua unsur pada setiap tingkat keputusan yang terbatas pada hierarki, berkenaan dengan kriteria unsur di atasnya. Matriks pembandingan dalam model AHP dibedakan menjadi:

a. Matriks Pendapat Individu (MPI)

Matriks ini merupakan matriks hasil pembandingan yang dilakukan oleh individu, dengan unsur yang disimbolkan dengan aij, yaitu unsur

(30)

Tabel 2 Matriks pendapat individu

G A1 A2 A3 ... An

A1 a11 a12 a13 ... a1n

A2 a21 a22 a23 ... a2n

A3 a31 a32 a33 ... a3n

... ... ... ... ... ...

Am am1 am2 am3 ... amn

b. Matriks Pendapat Gabungan (MPG)

Matriks yang terdiri dari susunan baru yang unsurnya (gij) berasal dari

rataan geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistennya lebih kecil atau sama dengan 10% dan setiap unsur pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik (Tabel 3).

Tabel 3 Matriks pendapat gabungan

G G1 G2 G3 ... Gn

G1 g11 g12 g13 ... g1n

G2 g21 g22 g23 ... g2n

G3 g31 g32 g33 ... g3n

... ... ... ... ... ...

Gm gm1 gm2 gm3 ... gmn

Rataan geometrik dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut:

... (1)

keterangan: gij = unsur MPG baris ke-i, kolom ke-j.

aij(k) = unsur baris ke-i, kolom ke-j dari MPI ke-k

k = indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi persyaratan

= perkalian dari unsur k=1 sampai k=m 7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas.

Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap yaitu pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI maupun MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diubah secara horizontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi.

a. Pengolahan Horizontal

(31)

berada satu level di atasnya. Tahapan yang harus ditempuh sebagai berikut:

 Pengolahan baris (Zi) dengan menggunakan rumus:

... (2)

keterangan: Zi = unsur pendapat gabungan

i, j = 1, 2, 3, ..., n n = jumlah unsur.

 Perhitungan vektor prioritas dengan rumus:

...(3)

keterangan: VPi = Unsur vektor prioritas ke-i.

 Perhitungan nilai eigen maksimum dengan menggunakan rumus:

VA = aiVPi dengan VA = (VAi)

VA =

dengan VB = (VABi)

Untuk i = 1, 2, 3, ..., n ... (4)

VA = VB = Vektor antara. b. Pengolahan Vertikal

Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun proiritas pengaruh setiap unsur pada tingkat hierarki keputusan terhadap sasaran utama. Hasil akhir dari pengolahan vertikal ini merupakan bobot prioritas pengaruh setiap unsur pada tingkat keputusan paling bawah terhadap sasaran utama. Rumus yang digunakan yaitu:

NPpq = ... (5)

Untuk p = 1, 2, 3, ..., n q = 1, 2, 3, ..., n

keterangan:

NPHpq(t,q-1) = nilai prioritas pengaruh unsur ke-p tingkat ke-q

(32)

NPTt(q-1) = nilai prioritas pengaruh unsur t pada tingkat

ke-(q−1) terhadap sasaran utama

r = jumlah unsur yang ada pada tingkat ke-q s = jumlah unsur yang ada pada tingkat ke-(q−1) q = tingkat atau level dalam hierarki.

Kedua proses pengolahan di atas dapat dilakukan pada Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG). Pengolahan vertikal dapat dilakukan setelah pengolahan horizontal selesai dilakukan, dengan cara syarat MPI atau MPG memenuhi persyaratan rasio konsistensi (CR). Rasio konsistensi diperoleh dari nilai perbandingan antara indeks konsistensi (CI) dengan indeks acak

(RI). Jika rasio konsistensi (CR) ≤ 0,1 (10%), maka tingkat

konsistensinya baik dan dapat diterima.

Tingkat konsistensi (CI) dirumuskan dengan (Fewidarto 1996): ... (6)

keterangan: λmax = eigen value maksimum

n = jumlah unsur yang diperbandingkan. Nilai nisbah konsistensi diperolah dari:

... (7)

keterangan: RI = random indeks.

RI merupakan nilai yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory dari

matriks yang berorde 1−15 dengan menggunakan contoh berukuran 100.

Gambar 2 Nilai RI untuk matriks berukuran n (1−15).

Jika indeks konsistensi terlalu tinggi, maka dicari simpangan RMS

... (8)

keterangan: ai ... an = set angka hasil percobaan

bi ... bn = set angka yang diketahui

n = set jumlah unsur atau percobaan. N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

(33)

8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hierarki.

Langkah terakhir adalah mengevaluasi setiap indeks konsistensi untuk seluruh hierarki dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas utama kriteria yang bersangkutan dengan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan persyaratan sejenis menggunakan indeks inkonsistensi acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, pada setiap indeks inkonsistensi acak dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi hirarki ≤ 10%.

Umpan Balik

Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian. PT. Suka Jaya Makmur

Rekomendasi alternatif perbaikan penerapan SMK3 bagi perusahaan Kajian Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Identifikasi masalah dan kendala dalam penerapan SMK3

Analytical Hierarchy Process (AHP) Kondisi K3 di PT. Suka Jaya Makmur

Membandingkan antara hasil kajian penerapan SMK3 dengan hasil identifikasi permasalahan dalam

(34)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas

Berdasarkan Surat Keputusan Hak pengusahaan No. 106/KPTS-II/2000 tanggal 29 Desember 2000, PT. Suka Jaya Makmur diberi kepercayaan untuk mengusahakan areal hutan seluas 171.340 ha yang terletak di kelompok hutan Sungai Pesaguan-Sungai Tayap-Sungai Biya, Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan SK. IUPHHK No. 106/KPTS-II/2000, maka luas Hutan Produksi Terbatas sebesar 158.340 ha dan Hutan Produksi Tetap sebesar 13.000 ha.

Menurut pembagian wilayah administrasi pemerintahan, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur meliputi Kecamatan Tumbang Titi, Nanga Tayap, Sandai, Matan Hilir Selatan dan Sokan, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan pembagian administrasi kehutanan, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk ke dalam wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Ketapang dan Sintang Selatan, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur terletak di antara 100020’ BT-111020’ BT dan 01020’ LS-01055’ LS (PT. Suka Jaya Makmur 2011b).

4.2 Kondisi Fisik 4.2.1 Iklim

(35)

Tabel 4 Curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur

Bulan Curah hujan (mm) Hari hujan (hari)

Sumber: PT. Suka Jaya Makmur (2011b)

4.2.2 Topografi

Topografi areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur umumnya bergelombang, datar, landai hingga agak curam. Areal tersebut memiliki ketinggian minimum 300 mdpl dan maksimum 700 mdpl, dengan rata-rata ketinggian 500 mdpl dengan persentase kemiringan lapangan seperti yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Luas areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur berdasarkan kelas lereng

Sumber: PT. Suka Jaya Makmur(2011b)

4.2.3 Geologi

(36)

dengan peta tanah Provinsi Kalimantan Barat, jenis tanah yang terdapat pada areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur hampir seluruhnya terdiri atas tanah podsolik merah kuning (PT. Suka Jaya Makmur 2011b).

4.2.4 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Berdasarkan pembagian administrasi kehutanan, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk ke dalam wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Ketapang dan Sintang Selatan, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan pembagian kesatuan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk ke dalam wilayah DAS Pawan sub DAS Pesaguan (sub-sub DAS Pending, sub-sub DAS Burung), sub DAS Kerabai, sub DAS Tayap dan sub DAS Pinoh (PT. Suka Jaya Makmur 2011b).

4.3 Kondisi Sumber Daya Hutan

Kawasan hutan pada areal kerja IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk tipe hutan hujan tropika basah yang didominasi oleh jenis-jenis

Dipterocarpaceae antara lain meranti kuning, meranti merah, melapi, keruing, medang, sawang, benuang, kempas, mersawa dan jenis-jenis komersil lainnya.

Berdasarkan peta paduserasi (RTRWP & TGHK) Provinsi Kalimantan Barat dan peta penunjukan kawasan hutan dan perairan Provinsi Kalimantan Barat, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur seluas 171.340 ha terdiri atas Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 153.185 ha dan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 18.175 ha (PT. Suka Jaya Makmur 2011b).

4.4 Kondisi Sosial

4.4.1 Kependudukan

Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Hulu Sungai (Menyumbung), Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang dan Kecamatan Nanga Sokan, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat.

(37)

(93,83%), suku Melayu 87 jiwa (0,64%), suku Cina 33 jiwa (0,24%), suku Jawa 72 jiwa (0,53%) dan suku Sanganan 649 jiwa (4,76%).

4.4.2 Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH)

Keberadaan IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur sampai saat ini sangat berpengaruh sekali terhadap pelaku penduduk desa baik yang berpengaruh positif maupun negatif. Tetapi apabila dilihat dari segi manfaatnya bagi penduduk desa, maka keberadaan IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur sangat banyak membantu dan memperlancar berbagai keperluan masyarakat seperti dalam hal transportasi pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan komunikasi.

Hal ini dilihat dengan beroperasinya IUPHHK-HA, masyarakat desa dapat bepergian ke daerah lain lebih cepat dengan menggunakan fasilitas angkutan IUPHHK-HA, sehingga fasilitas angkutan air menjadi lebih banyak ditinggalkan masyarakat desa, kecuali urusan pemerintahan masih menggunakan transportasi air untuk wilayah desa yang belum ada prasarana jalan ke wilayah kecamatan. Selain mudah di dalam transportasi dan komunikasi, secara tidak disadari kawasan tersebut telah terbuka dari isolasi atau keterpencilan, sehubungan dengan dibukanya akses jalan ke wilayah desa dan jalan IUPHHK-HA menuju ibukota kecamatan.

PT. Suka Jaya Makmur selain melalui kegiatan PMDH yang ada, juga membantu di dalam pengadaan pangan masyarakat melalui koperasi yang ada atau melalui aktivitas pasar murah dan memberikan bantuan subsidi. Selain itu, dengan adanya IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur hasil pertanian atau ladang masyarakat desa bisa dipasarkan ke perusahaan dengan harga yang sesuai, juga dengan adanya IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur masyarakat diberi kesempatan untuk menjadi karyawan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Pada intinya dengan beroperasinya IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur lebih banyak memberikan pengaruh positif daripada negatifnya. Pengaruh negatif yang mungkin dikhawatirkan penduduk desa di dalam atau di sekitar areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur adalah hal-hal berikut:

(38)

2 Pelanggaran terhadap adat istiadat yang ada oleh masyarakat pendatang. 3 Pencemaran lingkungan terutama air sungai.

4 Tidak diberikan kesempatan bekerja bagi penduduk desa di dalam atau di sekitar areal IUPHHK-HA.

Hal-hal tersebut telah diantisipasi oleh pihak IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur dengan melakukan sosialisasi tentang aktivitas IUPHHK-HA dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di dalam pengelolaan hutan, baik melalui pelaksanaan program PMDH maupun melalui media lain seperti rapat dewan adat maupun tokoh-tokoh masyarakat desa serta aparat lain atau instansi terkait lainnya.

(39)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi K3 PT. Suka Jaya Makmur

Kegiatan produksi di perusahaan mengandung bahaya cukup tinggi terutama pada kegiatan penebangan, penyaradan dan pengangkutan. Selain itu, kegiatan mekanik di show room juga memiliki tingkat risiko bahaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu, perusahaan membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang menjalankan dan mengembangkan program K3 pada perusahaan. P2K3 adalah suatu panitia yang dibentuk untuk memberikan saran tentang K3. Komposisi panitia tersebut meliputi wakil pengusaha dan wakil pekerja ( ILO 1998). P2K3 dibentuk dengan usulan dari perusahaan yang diajukan ke Depnaker Ketapang kemudian diresmikan pada bulan Juni 2009 oleh petugas di Ketapang. Tujuan dari pembentukan P2K3 yaitu:

1. Agar perusahaan memiliki organisasi yang secara jelas menangani K3 di perusahaan terutama di bagian camp

2. Menunjukkan kepada pemerintah bahwa perusahaan telah melakukan penanganan K3 dengan etika yang baik

3. Untuk melindungi karyawan dari bahaya atau risiko kecelakaan kerja

4. Adanya kejelasan tugas (job description) untuk masing-masing pihak dan disosialisasikan sehingga seluruh pihak bertanggung jawab terhadap tugasnya dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang ada.

(40)

K3, manajemen membuat kebijakan tentang petunjuk kerja K3 berupa Standard Operating Procedure (SOP) TNK 47. Tujuan utama adanya SOP TNK 47 yaitu untuk mencegah kecelakaan, menjaga keselamatan serta kesehatan pekerja yang dapat merugikan dan mengganggu aktivitas produksi atau pekerjaan. SOP tersebut berisi tentang prosedur kerja untuk masing-masing kegiatan yang ada di perusahaan, prosedur tata cara evakuasi terhadap kecelakaan kerja, laporan dan evaluasi K3 serta ketentuan pemakaian APD dan sangsi pelanggarannya. Tingkat kecelakaan di PT. Suka Jaya Makmur dikategorikan atas cara penanganannya, yaitu:

1. Diobati di tempat kejadian, contoh kecelakaannya yaitu kaki tergigit lipan 2. Dibawa ke poliklinik camp, contoh kecelakaannya yaitu terpeleset di atas

crane

3. Dibawa ke Puskesmas Nanga Tayap, contoh kecelakaannya yaitu mulut terkena jack hydraulic

4. Dibawa ke Rumah Sakit Agoes Jam-Ketapang, contoh kecelakaannya yaitu terpeleset dan terkena batu

5. Dibawa ke Rumah Sakit Pontianak, contoh kecelakaannya yaitu jatuh dari sepeda motor

6. Dibawa ke rumah sakit provinsi lain, contoh kecelakaannya yaitu pinggang kena tarik jack (korban dibawa ke rumah sakit di Yogyakarta)

Sampai saat ini kecelakaan yang terjadi sebagian besar diobati di poliklinik

camp sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kecelakaan tergolong pada tingkat yang masih rendah. Perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan K3 dengan berbagai cara, seperti:

1. Membuat aturan baku tentang K3 dengan mengacu pada peraturan pemerintah. 2. Melakukan analisis dan perincian kecelakaan kerja yang mungkin terjadi

(preventif).

3. Melakukan analisis mengenai kesehatan kerja baik itu dari fisik, biologis maupun kimia.

4. Mengadakan sosialisasi mengenai pemakaian APD.

5. Melakukan monitoring di semua lingkungan kerja setiap bulannya.

(41)

5.2 Kajian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengkajian SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur mengacu pada Permenaker 05/MEN/1996 dan dilakukan pada P2K3 yang ada di perusahaan. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap P2K3, penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur yaitu:

Tabel 6 Kriteria-kriteria SMK3 menurut Permenaker 05/MEN/1996 yang diterapkan pada PT. Suka Jaya Makmur

No. Indikator Keterangan

1 Adanya kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang tertulis.

Berasal dari pimpinan perusahaan. 2 Kebijakan yang ditandatangani oleh pengusaha

dan atau pengurus.

Kebijakan ditandatangani oleh main camp manager.

3 Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus.

4 Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan dan pemasok.

5 Kebijakan khusus dibuat untuk masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang bersifat khusus.

6 Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara berkala.

7 Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkan kepada semua personil yang terkait dalam perusahaan yang telah ditetapkan harus disebarluaskan dan didokumentasikan.

8 Penunjukkan penanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja harus sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Tanggung jawab diserahkan kepada P2K3 yang telah dibentuk dan disahkan oleh main camp manager

dan pemerintah setempat. 9 Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan

bertanggung jawab atas kinerja keselamatan dan kesehatan kerja pada unit kerjanya.

10 Perusahaan mendapatkan saran-saran dari ahli bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

11 Petugas yang bertanggung jawab menangani keadaan darurat mendapatkan pelatihan.

12 Kinerja keselamatan dan dan kesehatan kerja dimasukkan dalam laporan tahunan perusahaan dan dievaluasi.

13 Pimpinan unit kerja diberi informasi tentang tanggung jawab mereka terhadap tenaga kerja kontraktor dan orang lain yang memasuki tempat kerja.

(42)

Lanjutan Tabel 6

No. Indikator Keterangan

14 Tanggung jawab untuk memelihara dan mendistribusikan informasi terbaru mengenai peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja telah ditetapkan.

15 Pengurusan tanggung jawab secara penuh untuk menjamin sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan.

16 Hasil tinjauan ulang dimasukkan ke dalam perencanaan tindakan manajemen.

Ada data dan dievaluasi. 17 Pengurus harus meninjau ulang pelaksanaan

Sistem Manajemen K3 secara berkala

18 Hasil peninjauan ulang dicatat dan didokumentasikan.

19 Keterlibatan tenaga kerja dan penjadwalan konsultasi dengan wakil perusahaan yang ditunjuk didokumentasikan.

Contoh kegiatan yang dilakukan yaitu diskusi mengenai pengadaan Alat Pelindung Diri (APD).

20 Dibuatkan prosedur yang memudahkan

konsultasi mengenai perubahan-perubahan yang mempunyai implikasi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

21 Perusahaan telah membentuk Panitia Pembina K3 (P2K3).

22 Ketua P2K3 adalah pengurus atau pimpinan puncak.

Ketua P2K3 adalah pengurus yang merupakan manajer PHLP PT. Suka Jaya Makmur.

23 Sekretaris adalah Ahli K3. √

24 P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan kebijakan dan prosedur untuk mengendalikan risiko.

25 P2K3 mengadakan pertemuan secara teratur. - 26 P2K3 melaporkan kegiatannya secara teratur. √ 27 Dibentuk kelompok-kelompok kerja dan dipilih

dari wakil-wakil kerja yang ditunjuk sebagai penanggung jawab kesealamatan dan kesehatan kerja di tempat kerjanya dan kepadanya diberikan pelatihan.

Pelaksanaan K3 juga menjadi tanggung jawab kepala kelompok organisasi terkecil yang ada pada PT. Suka Jaya Makmur.

28 Tenaga kerja diberi informasi tentang struktur kelompok kerja yang telah dibentuk.

29 Petugas yang berkompeten telah

mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang telah teridentifikasi, yang berhubungan dengan operasi.

Analisis risiko kecelakaan telah dibuat dan didokumentasikan.

30 Perencanaan strategi keselamatan dan

kesehatan kerja perusahaan telah ditetapkan dan diterapkan untuk mengendalikan potensi bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang teridentifikasi, yang berhubungan dengan operasi.

(43)

Lanjutan Tabel 6

No. Indikator Keterangan

31 Rencana khusus yang berkaitan dengan produk, proses, proyek atau tempat kerja tertentu telah dibuat.

32 Rencana didasarkan pada potensi bahaya dan insiden, serta catatan keselamatan dan kesehatan kerja sebelumnya.

33 Rencana tersebut menetapkan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan yang dapat diukur, menetapkan prioritas dan menyediakan sumber daya.

34 Manual Sistem Manajemen K3 meliputi kebijakan, tujuan, rencana, dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja untuk semua tingkatan dalam perusahaan.

35 Apabila diperlukan, telah dibuat manual khusus yang berkaiatan dengan produk, proses, atau tempat kerja tertentu.

36 Manual Sistem Manajemen K3 mudah didapat oleh semua personil dalam perusahaan.

-

Daerah operasional yang luas. 37 Informasi tentang kegiatan dan masalah

keselamatan dan kesehatan kerja disebarkan kepada seluruh tenaga kerja perusahaan.

Perusahaan juga telah melakukan pelatihan dan sosialisasi SOP K3, penyebaran slogan-slogan K3 serta pemasangan himbauan/larangan di seluruh areal kerja.

38 Catatan-catatan informasi keselamatan dan kesehatan kerja dipelihara dan disediakan untuk seluruh tenaga kerja dan orang lain yang datang ke tempat kerja.

39 Prosedur dan terdokumentasi

mempertimbangkan identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang dilakukan pada tahap melakukan perancangan atau perancangan ulang.

Analisis risiko K3 telah dibuat termasuk cara penanggulangannya.

40 Prosedur dan instruksi kerja untuk penggunaan produk, pengoperasian sarana produksi dan proses yang aman disusun selama tahap perancangan.

41 Petugas yang kompeten telah ditentukan untuk melakukan verifikasi bahwa perancangan memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang ditetapkan.

42 Semua perubahan dan modifikasi perancangan yang mempunyai implikasi terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja diidentifikasi, didokumentasi, ditinjau ulang dan disetujui oleh petugas yang berwenang.

Pembaharuan dilakukan agar menghasilkan data yang selalu relevan.

43 Prosedur yang didokumentasikan harus mampu mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan dan masyarakat, di mana prosedur tersebut digunakan pada saat memasok barang dan jasa dalam suatu kontrak.

(44)

Lanjutan Tabel 6

No. Indikator Keterangan

44 Identifikasi bahaya dan penilaian risiko dilakukan pada tahap tinjauan ulang kontrak oleh personil yang berkompeten.

45 Kontrak-kontrak ditinjau ulang untuk menjamin bahwa pemasok dapat memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja.

Kontrak pemasok dievaluasi/dinilai oleh manajemen Pontianak/Jakarta 46 Catatan tinjauan ulang kontrak dipelihara dan

didokumentasikan.

47 Dokumen keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai identifikasi status, wewenang, tanggal pengeluaran dan tanggal modifikasi.

48 Penerima distribusi dokumen tercantum dalam dokumen tersebut.

49 Dokumen keselamatan dan kesehatan kerja edisi terbaru disimpan secara sistematis pada tempat yang ditentukan.

Pengendalian dokumen yang ada dilakukan sesuai dengan SOP yang dimiliki oleh perusahaan. Dokumen dipelihara dalam jangka waktu lima tahun.

50 Dokumen usang segera disingkirkan dari penggunaannya sedangkan dokumen usang yang disimpan untuk keperluan tertentu diberi tanda khusus.

51 Terdapat sistem untuk membuat dan menyetujui perubahan terhadap dokumen keselamatan dan kesehatan kerja.

Tersedia lembar amandemen dan persetujuannya pada SOP-K3. 52 Apabila memungkinkan, diberikan alasan

terjadinya perubahan dan tertera dalam dokumen atau lampirannya.

53 Terdapat prosedur pengendalian dokumen atau daftar seluruh dokumen yang mencantumkan status dari setiap dokumen tersebut, dalam upaya mencegah penggunaan dokumen yang usang.

Terdapat SOP pengendalian dokumen.

54 Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dapat menjamin bahwa spesifikasi teknik dan informasi lain yang relevan dengan keselamatan dan kesehatan kerja telah diperiksa sebelum keputusan untuk membeli.

Terdapat SOP pemesanan dan pembelian serta pengeluaran barang

55 Spesifikasi pembelian untuk setiap saran produksi, zat kimia atau jasa harus dilengkapi spesifikasi dan standar keselamatan dan kesehatan kerja dicantumkan dalam spesifikasi pembelian.

56 Konsultasi dengan tenaga kerja yang potensial berpengaruh pada saat keputusan pembelian dilakukan apabila persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja dicantumkan dalam spesifikasi pembelian.

Perusahaan juga menerima dan mempertimbangkan masukan dari karyawan yang berpengalaman dibidangnya.

(45)

Lanjutan Tabel 6

No. Indikator Keterangan

57 Kebutuhan pelatihan, pasokan alat pelindung diri dan perubahan terhadap prosedur kerja perlu dipertimbangkan serta ditinjau ulang sebelum pembelian, dan pemakaian sarana dan bahan kimia.

58 Barang dan jasa yang telah dibeli diperiksa kesesuaiannya dengan spesifikasi pembelian.

Quality control dilakukan di bagian logistik PT. Suka Jaya Makmur. 59 Barang dan jasa yang dipasok pelanggan,

sebelum digunakan terlebih dahulu diidentifikasi potensi bahaya dan dinilai risikonya. Catatan tersebut dipelihara untuk memeriksa prosedur ini.

Contoh kegiatan yang dilakukan yaitu pengecekan part number.

60 Produk yang disediakan oleh pelanggan dapat diidentifikasikan dengan jelas.

61 Petugas yang bekompeten telah

mengidentifikasikan bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja.

Analisis risiko K3 telah dibuat termasuk cara penanggulangan-nya.

62 Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan maka upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat pengendalian.

63 Terdapat prosedur kerja yang

didokumentasikan dan jika diperlukan

diterapkan suatu sistem “Ijin Kerja” untuk

tugas-tugas yang berisiko tinggi.

Karyawan tidak diperbolehkan untuk memaksakan bekerja pada situasi yang berisiko tinggi.

64 Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara aman seluruh risiko yang teridentifikasi didokumentasikan.

65 Kepatuhan dengan peraturan, standar dan ketentuan pelaksanaan diperhatikan pada saat mengembangkan atau melakukan modifikasi prosedur atau petunjuk kerja.

Perusahaan mengacu pada UU No.1/1970 dan SOP-K3.

66 Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang berkompeten dengan masukan dari tenaga kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat untuk ditunjuk.

67 Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai.

68 Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan layak pakai sesuai dengan standar dan atau peraturan perundangan yang berlaku.

Dilakukan pengecekan sesuai dengan spek pesanan.

69 Upaya pengendalian risiko ditinjau ulang apabila terjadi perubahan pada proses kerja.

70 Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan.

(46)

Lanjutan Tabel 6

No. Indikator Keterangan

71 Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan tingkat risiko tugas.

-

Pengawasan dilakukan terhadap setiap jenis pekerjaan dan dievaluasi risikonya.

72 Pengawas ikut serta dalam mengidentifikasi bahaya dan membuat upaya pengendalian.

73 Pengawas diikutsertakan dalam pelaporan dan penyelidikan penyakit akibat kerja dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan laporan dan saran-saran kepada pengurus.

74 Pengawas ikut serta dalam proses konsultasi. √ 75 Persyaratan tugas tertentu, termasuk

persyaratan kesehatan, diidentifikasi dan dipakai untuk menyeleksi dan menempatkan tenaga kerja.

Penempatan karyawan disesuaikan dengan keahlian dan karyawan tersebut harus sehat.

76 Penugasan pekerjaan harus berdasarkan pada kemampuan dan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja.

77 Perusahaan melakukan penilaian lingkungan kerja untuk mengetahui daerah-daerah yang memerlukan pembatasan ijin masuk.

Pembatasan ijin yang ada pada perusahaan diantaranya yaitu SOP limbah, portal, pamhut dan pamwil, dan lain-lain.

78 Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan pembatasan ijin masuk.

Tidak semua orang diperbolehkan dan masuk dengan mudah ke lingkungan kerja yang berbahaya. 79 Fasilitas-fasilitas dan layanan yang tersedia di

tempat kerja sesuai dengan standar dan pedoman teknis.

80 Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat dipasang.

Rambu-rambu/petunjuk mengenai keselamatan dan tanda serta slogan K3 dipasang di tempat-tempat yang strategis.

81 Penjadwalan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana produksi serta peralatan mencakup verifikasi alat-alat pengaman dan persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundangan, standar dan pedoman teknis yang berlaku.

82 Semua catatan yang memuat data-data secara rinci dari kegiatan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan-perubahan yang dilakukan atas sarana produksi harus disimpan dan dipelihara.

83 Sarana produksi yang harus terdaftar memiliki sertifikat yang masih berlaku.

84 Perawatan, perbaikan dan setiap perubahan harus dilakukan personil yang berkompeten.

85 Apabila memungkinkan, sarana produksi yang akan diubah harus sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan yang berlaku.

Keterangan : √ = diterapkan di perusahaan

(47)

Lanjutan Tabel 6

No. Indikator Keterangan

86 Terdapat prosedur permintaan pemeliharaan yang mencakup ketentan mengenai peralatan-peralatan dengan kondisi keselamatan yang kurang baik dan perlu untuk segera diperbaiki.

Terdapat SOP pemeliharaan dan perbaikan peralatan.

87 Terdapat suatu sistem penandaan bagi alat yang sudah tidak aman lagi jika digunakan (lock out system) untuk mencegah agar sarana produksi tidak dihidupkan sebelum saatnya.

88 Apabila diperlukan, dilakukan penerapan sistem penguncian pengoperasian (lock out system) untuk mencegah agar sarana produksi tidak dihidupkan sebelum saatnya.

-

Perusahaan lebih banyak hanya memberikan tanda/label saja.

89 Prosedur persetujuan untuk menjamin bahwa peralatan produksi dalam kondisi yang aman untuk dioperasikan.

Peralatan yang telah diperbaiki

diberikan tanda “OK”.

90 Apabila perusahaan dikontrak untuk menyediakan pelayanan yang tunduk pada standar dan undang-undang keselamatan dan kesehatan kerja, maka perlu disusun prosedur untuk menjamin bahwa pelayanan memenuhi persyaratan.

Hingga saat ini perusahaan belum pernah secara resmi menyediakan pelayanan seperti disebut di atas sehingga prosedur yang disyaratkan belum ada.

91 Apabila perusahaan diberi pelayanan melalui kontrak, dan pelayanan tunduk pada standar perundangan keselamatan dan kesehatan kerja, maka perlu disusun prosedur untuk menjamin bahwa pemberian pelayanan memenuhi persyaratan.

Prosedur belum ada akan tetapi kegiatan tersebut sudah dilakukan melalui organisasi.

92 Keadaan darurat yang potensial (di dalam atau di luar tempat kerja) telah diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat tersebut telah didokumentasikan.

Contoh dari tindakan tersebut yaitu dengan adanya SOP penanganan kebakaran.

93 Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau ulang secara rutin oleh petugas yang berkompeten.

- Hanya sesekali dilakukan.

94 Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat risiko.

95 Petugas penanganan keadaan darurat diberikan pelatihan khusus.

96 Instruksi keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat diperhatikan secara jelas/menyolok dan diketahui oleh seluruh tenaga kerja perusahaan.

-

Hanya sebagian tenaga kerja.

97 Alat dan sistem keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala.

-

Perusahaan hanya melakukan perencanaan sistem dalam keadaan daruratnya.

98 Kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan darurat telah dinilai oleh petugas yang berkompeten.

Perusahaan telah menempatkan alat pemadam kebakaran dan alat-alat lainnya sesuai dengan tempatnya.

Gambar

Gambar 1  Hierarki identifikasi permasalahan (Saaty 1991).
Tabel 2  Matriks pendapat individu
Gambar 3  Kerangka pemikiran penelitian.
Tabel 4  Curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan di areal IUPHHK   PT. Suka Jaya Makmur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui gejala kerusakan dengan mengidentifikasi alat peraga ac tersebut, mengetahui pengaruh variasi massa refrigerant

Selain 3 tugas pokok tersebut, masing-masing pengelola taman nasional juga wajib melaksanakan tugas-tugas lain yang merupakan prasyarat ( prerequisite ) agar 3

Alfina Susanti warga kelurahan Mattoangin mengatakan bahwa, penyampaian informasi dari pemerintah terkait dengan pelaksanaan program Lorong Garden sangat baik, hal

Dalam rangka persiapan dan juga koordinasi dengan pihak Kementerian Luar Negeri Slowakia terkait dengan pelaksanaan FKB ke-IV di Jakarta pada tahun 2015, KBRI telah

dimaksud ditulis dengan benar 4 Sebagian besar (1-3) pengetian jenis cerita yang dimaksud ditulis dengan benar 3 Sebagian kecil (1-2) pengetian jenis cerita yang dimaksud

Halaman utama merupakan tampilan awal yang muncul saat pertama kali masuk pada sistem, sistem pakar diagnosis penyakit akibat gigitan nyamuk ini memiliki 2 macam

Tingkat kemudahan pembacaan simbol pada peta multiskala cetak dan web diperoleh hasil sebesar 74% responden memilih web cartography sebagai bentuk penyajian peta multiskala yang

Dan menurutnya lagi, sejalan dengan apa yang telah diatur dalam Q.S an-Nisa’: 25 adalah merupakan suatu tindakan yang baik dan amat bijak untuk tetap menghadirkan seorang wali