• Tidak ada hasil yang ditemukan

Audit energi pada proses produksi CPO (Crude Palm Oil) di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Audit energi pada proses produksi CPO (Crude Palm Oil) di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO

(CRUDE PALM OIL)

DI PMKS PT. CONDONG GARUT, JAWA BARAT

TISAH AFIATUL INAYAH

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

TISAH AFIATUL INAYAH. Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat. Dibimbing oleh SRI ENDAH AGUSTINA.

Meningkatnya permintaan CPO (Crude Palm Oil) di pasar dunia akan meningkatkan konsumsi energi untuk memproduksi CPO. Tujuan penelitian ini adalah melakukan audit energi untuk memproduksi CPO di PT. Condong Garut, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total konsumsi energi primer sebesar 17.56 MJ/kg CPO pada kapasitas produksi pabrik 20 ton TBS/jam dengan tingkat rendemen 20.08 %. Total konsumsi energi tidak termasuk embodied

energy pada alat dan mesin serta pestisida. Input energi berasal dari biomassa

(cangkang dan serat), solar, pupuk, dan energi manusia. 64.16 % dari total energi terjadi di pengolahan, sementara kegiatan budidaya termasuk panen mengkonsumsi 34.11 % dan pengangkutan TBS adalah 1,73 %. Penghematan energi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produksi TBS, memperbaiki peralatan atau mesin-mesin produksi serta menggunakan CPO sebagai campuran solar.

Kata kunci: energi, audit energi, crude palm oil, produksi CPO

ABSTRACT

TISAH AFIATUL INAYAH. Energy Audit on CPO (Crude Palm Oil) Production in PMKS PT. Condong Garut, West Java. Supervised by SRI ENDAH AGUSTINA.

Increasing of CPO (Crude Palm Oil) demand in the world market will be increasing energy consumption for CPO production. The purpose of this research was to conduct energy auditing on CPO production in PT. Condong Garut, West Java. Result of the study shows that the total primary energy consumption is 17.56 MJ/kg CPO at production capacity of the factory about 20 ton Fresh Fruit Bunch (FFB)/hour with 20.08 % yield. The total energy consumption was not included embodied energy of tools & machines and pesticide. The energy input was supplied by biomass (shell and fiber), diesel oil, fertilizer and human (biology). 64.16 % of Total energy was consumed in processing plant, while cultivation activities included harvesting consume 34.11 % and FFB transportation consume 1.73 %. Energy savings could be done by increasing FFB production, repairing the production machines and using CPO as a diesel oil blends.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO

(CRUDE PALM OIL)

DI PMKS PT. CONDONG GARUT, JAWA BARAT

TISAH AFIATUL INAYAH

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat

Nama : Tisah Afiatul Inayah NIM : F14090049

Disetujui oleh

Ir. Sri Endah Agustina, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah Energi, dengan judul Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Ibu Ir. Sri Endah Agustina, MS yang telah banyak memberikan arahan dan saran.

2. Bapak Dr. Ir. Edy Hartulistiyoso, M.Sc dan Ibu Dr. Lenny Saulia, S.TP, M.Si sebagai dosen penguji.

3. Bapak Tanoni dan Ibu Sukaesih serta kakak-kakak tercinta Nurbaeti & Hari, Ijabah & Agus Nuh Rahmani, “Ondong” dan Iim Mauludatul Maghfiroh atas do’a, kasih sayang, dan dukungannya.

4. Ir. Ade Mahyar selaku direktur PT. Condong Garut yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di PT. Condong Garut, Jawa Barat.

5. Bapak Sumarno sebagai kepala pabrik PMKS PT. Condong Garut Jawa Barat. 6. Bapak Undang Kadarisman, SE, Bapak Sugiri, Ibu Kokom, Ibu Fitri, Ibu Elis

selaku staf PMKS PT Condong Garut yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.

7. Saudara-saudaraku di Wisma Ayu depan; Sri, Desi & Saras, Rahmi & Meyta, Sarah, Mba Puspa, Mba Dee, Mba Eka & Mba Khusnul, serta adikku Nisak atas perhatian dan kebaikan kalian semua. Semoga Allah SWT tetap menghimpun hati-hati kita dalam naungan cinta-Nya.

8. Supervisor Etos Bogor, Saudara-saudaraku di Etos Bogor khususnya etoser

Bogor 46 yaitu Cira M, Desi S, Dewi C, Herlin H, Irma L, N. Rizqiyah, Sri H, Aang H, A. Fachrudin, A. Nashih, Fajar S, Ghulam N, Ipan A, M. Saeroni, dan M. Fajri atas ukhuwah yang terjalin dengan indah.

9. Saudara satu bimbingan; Tika, Desi, Kristen dan Erlanda serta teman-teman TEP 46 khususnya Weni, Rouf, Iqbal, dan Icha.

10.Saudara-saudara di Karya Salemba Empat khususnya Beasiswa Indofood Sukses Makmur Batch 5.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

PROSES PRODUKSI CPO DI PT. CONDONG GARUT 10

METODE 20

Waktu dan Tempat Penelitian 20

Alat 20

Bahan 20

Metode Penelitian 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 28

Konsumsi Energi pada Proses Produksi CPO di PT. Condong Garut 28 Analisis Energi pada Sarana Pendukung Penyediaan Energi 40 Perbandingan Hasil Audit Energi dengan Penelitian Sebelumnya 42

Peluang Penghematan dan Konservasi Energi 46

SIMPULAN DAN SARAN 48

Simpulan 48

Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 50

LAMPIRAN 52

(11)

DAFTAR TABEL

1 Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia 1

2 Produksi minyak sawit di Indonesia 1

3 Input energi untuk beberapa operasi pertanian 7

4 Nilai kalor per unit satuan beberapa jenis bahan bakar 7 5 Kebutuhan energi biologis tenaga manusia pada kegiatan pertanian 8 6 Kebutuhan energi biologis tenaga manusia pada tahapan pemuatan

buah di loading ramp dan penyusunan lori di stasiun penebahan 8 7 Kebutuhan energi biologis tenaga manusia pada tahapan penyiangan 9 8 Hasil-hasil audit energi pada proses produksi CPO di Indonesia 10 9 Konsumsi energi primer pada produksi CPO di PT. Condong Garut 29 10 Konsumsi energi final pada produksi CPO di PMKS PT. Condong

Garut setelah biomassa dan solar pada penyediaan energi dikonversi

menjadi listrik 30

11 Konsumsi energi pada tahapan budidaya 30

12 Konsumsi energi pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO 31

13 Konsumsi energi pada sarana pendukung 31

14 Konsumsi tenaga manusia pada proses produksi CPO 33 15 Konsumsi energi pupuk pada kegiatan budidaya 34 16 Penggunaan energi untuk masing-masing jenis pupuk yang digunakan 35

17 Konsumsi energi solar 36

18 Kebutuhan bahan pestisida tiap kg CPO 36

19 Pemakaian bahan kimia pembantu pada penyediaan air dan boiler 37

20 Konsumsi energi listrik 38

21 Efisiensi teknis peralatan dan mesin pada proses pengolahan CPO 39 22 Perbandingan hasil penelitian audit energi pada budidaya,

panen dan pengangkutan TBS di PT. Condong Garut 42 23 Perbandingan hasil audit energi pada proses pengolahan TBS

menjadi CPO di PMKS PT. Condong Garut 42

24 Perbandingan hasil-hasil penelitian audit energi pada pengolahan CPO

di PT. Condong Garut 44

25 Perbedaan nilai konsumsi energi biomassa 45

26 Perbedaan persentase kandungan serat dan cangkang serta rendemen 45

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan alir budidaya kelapa sawit 3

2 Skema umum pengolahan kelapa sawit 4

3 Diagram alir kegiatan budidaya kelapa sawit di PT. Condong Garut 11 4 Diagram alir proses pengolahan TBS menjadi CPO dan PKO 12

5 Penimbangan TBS di jembatan timbang 15

6 Proses penimbunan TBS di loading ramp 15

7 Proses perebusan di sterilizer 14

8 Stasiun penebahan 14

9 Mesin pelumat (digester) 15

10 Mesin pengempa (presser) 15

(12)

12 Oil tank 16

13 Vacuum dryer dan oil dryer 17

14 Storage tank 18

15 Bagan alir penggunaan uap 18

16 Stasiun boiler 19

17 Ruang steam engine 19

18 Bagan alir penelitian 21

19 Batasan sistem yang akan diaudit 23

20 Aliran input energi pada setiap tahapan produksi CPO di PMKS PT.

Condong Garut 32

21 Aliran energi pada stasiun penyediaan energi 40

DAFTAR LAMPIRAN

22 Produksi TBS dan CPO di PT. Condong Garut 52

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditas kelapa sawit di Indonesia dewasa ini telah menjadi tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan memiliki prospek masa depan yang sangat cerah. Minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) merupakan salah satu hasil pengolahan kelapa sawit. CPO digunakan untuk bahan baku biofuel dan bahan baku berbagai industri diantaranya industri pangan, industri sabun, industri baja, industri tekstil dan industri kulit. Beragamnya industri yang menggunakan bahan CPO tersebut berpotensi meningkatkan permintaan terhadap CPO.

Luas areal kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Selain itu, lima tahun belakangan Indonesia menjadi penghasil terbesar minyak sawit di dunia. Pada tahun 2011, produksi minyak kelapa sawit di Indonesia mencapai di atas 25.4 juta ton. Karena kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai bahan baku maupun produk turunan baik di bidang pangan maupun non pangan serta dapat dimanfaatkan limbahnya secara lanjut maka permintaan CPO didunia semakin meningkat (Jurnal Parlemen Indonesia, 2012).

Tabel 1. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia (Hektar)

Provinsi

Tahun

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Aceh 308560 274822 287038 313745 329562 348438 Sumatera

Utara

979541 998966 1017574 1044854 1054849 1100820 Riau 1547942 1620882 1673553 1781900 2031817 2176864 Sumatera

Selatan

630214 682730 690729 725236 777716 826743 Jambi 568751 448899 484137 489384 488911 521759 Kalimantan

Barat

492112 451400 499548 530575 750948 783732 Sumber : Buku Statistik Perkebunan Tahun 2009–2011, Direktorat Jenderal Perkebunan-Kementrian Pertanian RI

Tabel 2. Produksi minyak kelapa sawit di Indonesia

Tahun Produksi CPO (ton)

2005 15560000

2006 16600000

2007 18000000

2008 20500000

2009 22000000

2010 23600000

2011 25400000

(15)

Penggunaan mesin-mesin dan peralatan serta teknologi pada proses produksi dan pengolahan kelapa sawit, tentunya mempengaruhi masukan energi pada setiap rangkaian proses produksi. Meningkatnya masukan energi dalam industri kelapa sawit juga dipengaruhi akibat meningkatnya produksi minyak sawit di dunia.

Terbatasnya sumber energi tentunya membutuhkan antisipasi yang tepat agar tercapai penggunaan energi yang efektif dan efisien. Perhitungan mengenai pengadaan dan penggunaan energi dalam proses produksi perlu dilakukan, karena penggunaan energi akan berbanding lurus dengan biaya produksi. Penggunaan energi secara efektif dan efisien akan mampu menekan besarnya biaya produksi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui pola penggunaan energi pada proses produksi yaitu audit energi.

Audit energi akan membantu perusahaan untuk mengetahui secara rinci kebutuhan energi dan efisiensi penggunaan alat dan mesin pada setiap tahapan produksi. Hasil audit juga dapat digunakan untuk melakukan analisis peluang penghematan energi yang dapat dilakukan dan sebagai dasar dalam perencanaan pengembangan sistem produksi oleh perusahaan tersebut.

Tujuan

Tujuan audit energi yang dilakukan pada proses produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat adalah:

1. Mengkaji jenis, jumlah dan sumber energi pada tiap tahapan proses produksi. 2. Menghitung kebutuhan energi untuk menghasilkan per satuan produk CPO

di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat.

3. Membandingkan hasil audit tersebut dengan hasil audit terdahulu.

4. Mengkaji peluang penghematan energi yang dapat dilakukan oleh PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat.

TINJAUAN PUSTAKA

Proses Produksi CPO Secara Umum

Crude Palm Oil (CPO) adalah produk utama dalam pengolahan kelapa sawit disamping minyak inti kelapa sawit. CPO didapatkan dengan melalui beberapa tahapan proses yaitu penerimaan TBS, perebusan, penebahan, pelumatan, pengempaan, serta pemurnian minyak.

Kelapa Sawit

(16)

berdasarkan tebal tipisnya cangkang (endocarp), dikenal tiga varietas/tipe, yaitu dura, pisifera, dan tenera.

Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

Menurut Fadly (2003) budidaya tanaman kelapa sawit meliputi tahap persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan.

Gambar 1. Bagan alir budidaya kelapa sawit.

1. Persiapan lahan

Persiapan lahan atau land preparation adalah kegiatan pembukaan dan pengolahan lahan hingga siap ditanami kelapa sawit. Pada umumnya, land preparation dilakukan baik pada saat pembukaan lahan baru maupun pada saat penanaman ulang (replanting). Kegiatan ini biasanya dibantu menggunakan mesin berupa excavator atau secara manual dengan tenaga manusia.

2. Pembibitan

Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu tahun sebelum penanaman di lapangan. Ada dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan tahap tunggal (single stage system) dan sistem pembibitan tahap ganda (double stage system). Sistem pembibitan tahap ganda terdiri dari dua tahap yaitu tahap pembibitan awal (pre-nursery) dan tahap pembibitan utama (main-nursery). Pembibitan pre

nursery maupun pembibitan main nursery mengonsumsi energi tenaga manusia,

solar, pupuk maupun pestisida.

3. Penanaman

Penanaman umumnya dilakukan antara Oktober sampai dengan Februari, karena pada bulan-bulan ini curah hujan sudah mencukupi kebutuhan air tanaman. Populasi tanaman sawit sekitar 143 pohon per hektar dan membutuhkan input energi berupa tenaga tenaga manusia dan pupuk.

4. Pemeliharaan

Menurut Setyamidjaja (1991) pemeliharaan tanaman terbagi kedalam dua periode yaitu pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM). Tahapan pemeliharaan tanaman membutuhkan input energi berupa tenaga manusia, pupuk serta pestisida.

5. Pemanenan

Dalam keadaan normal dan dengan dilaksanakannya pemeliharaan yang baik, memasuki umur sekitar 30 bulan, tanaman kelapa sawit umumnya telah

Persiapan Lahan Pembibitan Penanaman Pemeliharaan

(17)

menunjukan kesiapan untuk dipanen bila ukuran tandan buahnya telah mencapai berat 3 kg atau lebih. Tandan buah yang dipanen disebut tandan buah segar atau disingkat TBS (Setyamidjaja, 1991). Input energi berupa tenaga manusia.

6. Pengangkutan TBS

Pengangkutan TBS bertujuan mengirim TBS dan brondolan ke pabrik dengan menggunakan truk atau traktor. Adanya pengangkutan TBS oleh truk atau traktor membutuhkan masukan energi berupa bahan bakar minyak (solar) serta tenaga manusia.

Pengolahan Kelapa Sawit

Menurut Wibowo (2006) pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik dengan rendemen yang tinggi. Pengolahan TBS memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS dari kebun ke pabrik sampai dihasilkan minyak kelapa sawit dan hasil sampingannya.

Gambar 2. Skema umum pengolahan kelapa sawit (Bank Bumi Daya, 1988) Penimbangan

Penimbunan buah sementara Perebusan

Penebahan Pelumatan Pengempaan

Pengeringan biji Pemurnian minyak

Penyimpanan CPO Fermentasi biji

Pemisahan inti dengan cangkang Pemecahan biji

(18)

1. Penerimaan buah

TBS dari kebun diangkut dengan alat angkut yang cepat dan berkapasitas angkut besar, misalnya lori, traktor gandengan, atau truk (Setyamidjaja, 1991). Untuk mengangkut TBS dibutuhkan input energi berupa tenaga manusia dan solar.

Alat pengangkut sesampainya di pabrik harus melewati jembatan timbang. TBS kemudian dipindahkan ke dalam tempat penerimaan tandan (laoding ramp). Loading ramp ini berupa ruang-ruang kotak yang tiap ruangnya terpisah kisi-kisi. Melalui pintu hidraulik, tandan buah kelapa sawit dicurahkan ke lori (Setyamidjaja, 1991). Loading ramp menggunakan input energi berupa listrik.

2. Perebusan

Buah yang telah direbus kemudian dibawa ke stasiun penebahan. Penebahan atau perontokan bertujuan memisahkan buah dari tandannya. Prinsip kerja alat penebahan adalah membanting buah dalam drum yang berputar. Bagian dalam drum terdiri dari kisi-kisi yang akan menuju ke stasiun pelumatan dan pengempaan. Biasanya alat penebahan menggunakan tenaga listrik yang berasal dari mesin engine atau generator diesel.

4. Pelumatan

Pelumatan atau pengadukan dilaksanakan di dalam mesin pelumat (digester), yaitu bejana yang dilengkapi pisau pengaduk. Daging buah akan dilumatkan untuk memecahkan jaringan sel minyaknya. Pada proses pelumatan dilakukan pemanasan dengan uap pada suhu 85oC-95oC agar minyak tidak menjadi kental, sehingga mudah dikeluarkan pada proses pengeluaran minyak (pengempaan) (Setyamidjaja, 1991). Alat atau mesin-mesin pelumatan menggunakan tenaga listrik yang berasal dari mesin engine atau generator diesel.

5. Pengempaan

Pengempaan bertujuan untuk mengambil minyak dari hasil pelumatan

digester. Proses pengempaan terjadi karena adanya putaran screw yang menekan

bubur buah dan dari arah yang berlawanan bubur buah tersebut tertahan oleh sliding cone sehingga minyak terkempa dan terpisah dari bubur buah. Minyak dari bubur buah yang dikempa akan keluar melalui lubang-lubang press cage, sedangkan ampasnya (press cake) yang berupa serabut (fibre) dan biji (nut) keluar melalui celah antar sliding cone dan press cage (Wibowo, 2008). Semua alat atau mesin-mesin pengempaan, biasanya menggunakan tenaga listrik sebagai masukan energi.

6. Pemurnian minyak

(19)

7. Penyimpanan CPO

Minyak yang telah dimurnikan berupa minyak mentah (CPO) kemudian disimpan dalam tangki timbun (storage tank). Suhu dalam tangki dipertahankan sekitar 45oC untuk memelihara kualitas minyak (Fadly, 2008). Untuk mempertahankan suhu minyak, maka diberikan uap yang berasal dari BPV.

Sarana Pendukung Sistem Produksi

Menurut Pahan (2006) sebuah PKS memerlukan dukungan stasiun penunjang demi kelancaran operasional. Stasiun pendukung terdiri dari stasiun pembangkit tenaga, laboratorium, stasiun pengolah air, dan stasiun pengelolaan limbah.

1. Stasiun pembangkit tenaga

Kebutuhan energi di PKS dipasok dari dua sumber, yaitu ketel uap (boiler) yang menghasilkan tenaga uap dan diesel genset.

a. Ketel uap (boiler)

Ketel uap (boiler) merupakan suatu bejana yang digunakan sebagai tempat untuk memproduksi uap (steam) sebagai hasil pemanasan air pada temperatur tertentu untuk kemudian dipergunakan di luar bejana tersebut. b. Ruang mesin

Ruang mesin berfungsi sebagai tempat bagi alat-alat pembangkit tenaga listrik, baik berasal dari turbin maupun diesel genset. Menurut Wibowo (2008) di dalam ruang mesin terdapat switch board dan Back Pressure

Vessel (BPV). Switch board berfungsi untuk mendistribusikan tenaga

listrik ke stasiun-stasiun dan peralatan-peralatan di dalam pabrik yang menggunakan tenaga listrik. Sedangkan BPV adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk pengumpulan uap bekas dari turbin uap dan membagi-bagikannya ke peralatan-peralatan di pabrik yang membutuhkan uap untuk proses pemanasan.

2. Stasiun pengolahan air

Air merupakan kebutuhan vital bagi sebuah PKS karena sebagian proses pengolahan memerlukan air. Jika kurang memenuhi syarat, air harus diolah sebelum digunakan. Umumnya, air yang diperoleh dari sumbernya, seperti air hujan, air sungai, air sumur bor dan lain-lain belum memenuhi persyaratan teknis untuk keperluan PKS dan persyaratan higienis untuk keperluan air minum (Pahan, 2006).

Kebutuhan Energi dalam Proses Produksi Hasil Pertanian

Menurut Abdullah, dkk (1998), masukan energi yang dibutuhkan untuk sistem usaha pertanian terdapat beberapa macam, yaitu energi langsung dan energi tidak langsung.

1. Energi langsung

(20)

dan listrik. Peran energi langsung sangat besar dalam suatu proses produksi yang padat energi. Hal ini terkait dengan kebutuhan listrik dan bahan bakar yang cukup tinggi.

Tabel 3. Input energi untuk beberapa operasi pertanian

Operasi Energi (MJ/ha)

Membajak (kedalaman 0.2) 1180

Mengolah tanah tahap kedua 390

Mengolah tanah dengan rotary 1430

Mengolah tanah ringan 240

Membuat alur 240

Sumber: Leach (1976) dalam Pimentel (1980) dalam Wibowo (2008)

Bahan bakar yang umum digunakan pada proses produksi CPO adalah bahan bakar minyak (BBM) dan biomassa. BBM berupa bensin dan solar digunakan untuk alat dan mesin budidaya, transportasi, sarana pendukung serta pembangkit tenaga diesel. Sedangkan biomassa berupa cangkang dan serat digunakan sebagai bahan bakar ketel uap. Cangkang dan serat merupakan hasil sampingan dari pengolahan kelapa sawit (Mutiara, 2003).

Tabel 4. Nilai kalor per unit satuan beberapa jenis bahan bakar Sumber energi Unit

Sumber : Cervinca (1980) dalam Nuryanto (1998) 2. Energi tidak langsung

Energi tidak langsung merupakan energi yang digunakan untuk memproduksi suatu masukan produksi, seperti bahan kimia (pupuk, pestisida), alat dan mesin pertanian serta bahan pembantu.

(21)

Operasi di bidang pertanian tidak bisa terlepas dari peran tenaga manusia. Pengeluaran energi manusia dapat ditinjau dari segi pengeluaran total tubuh (laju metabolisme) dan pengeluaran tenaga mekanisnya. Kemampuan mengeluarkan tenaga mekanis seseorang tergantung dari lama bekerja, usia, jenis kelamin, ukuran tubuh, tingkat konsumsi makan dan oksigen, iklim dan faktor lingkungan. Kebutuhan energi manusia di berbagai kegiatan pertanian disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Kebutuhan energi biologis tenaga manusia pada kegiatan pertanian

Kegiatan kkal/menit MJ/jam

Pra panen

Membersihkan semak 6,1 1,532

Penanaman manual 3,2 0,803

Pemanenan manual 4,9 1,230

Aplikasi pestisida 6,9 1,733

Pengolahan tanah secara mekanis 4,2 1,055

Pengolahan tanah secara manual 6,9 1,733

Memupuk manual 6,9 1,733

Mengukur 2,0 0,502

Pembuatan drainase/jalan 6,1 1,532

Wiping 6,1 1,532

Pasca panen

Semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan di pabrik

1,4 0,725

Sumber: Stout (1990) dalam Rahmat (2002)

Perhitungan jumlah input tenaga manusia untuk proses produksi CPO, nilai energi biologis tenaga manusia menggunakan Tabel 5 dikarenakan kurangnya data terbaru. Namun, untuk perhitungan input energi manusia pada tahapan pemuatan buah di loading ramp dan penyusunan lori di stasiun penebahan menggunakan nilai energi kerja manusia berdasarkan penelitian yang dilakukan Fazriansyah (2008) di PT. Aneka Inti Persada, Minamas Plantation, Teluk Siak Estate, Riau. Fazriansyah (2008) mengukur nilai kerja tenaga manusia atau WEC (Work Energy Cost) yang merupakan energi seseorang hanya saat melakukan kerja atau dengan kata lain respon energi dari tubuh kita terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang. WEC didapatkan dari TEC (Total Energy Cost) dikurangi dengan BME (Basal Metabolic Energi). BME (Basal Metabolic Energy) adalah konsumsi energi yang diperlukan oleh manusia untuk menjalankan aktivitas fungsi basal organ tubuhnya. Nilai energi kerja manusia pada tahapan pemuatan buah di loading ramp dan penyusunan lori di stasiun penebahan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kebutuhan energi kerja manusia pada tahapan pemuatan buah di loading ramp dan penyusunan lori di stasiun penebahan

Kegiatan kkal/menit MJ/jam

Pemuatan buah di loading ramp 0.52 0.130

Penyusunan lori 0.24 0.060

(22)

Perhitungan jumlah input energi manusia untuk proses penyiangan secara manual, nilai energi kerja manusia menggunakan Tabel 7 berdasarkan penelitian yang dilakukan Pramana (2009).

Tabel 7. Kebutuhan energi kerja manusia pada tahapan penyiangan Penyiangan secara manual kkal/menit MJ/jam

Laki-laki 0.32 0.079

Perempuan 0.84 0.210

Rata-rata 0.57 0.144

Sumber: Pramana (2009)

Metode Audit Energi

Menurut Abdullah (1998) audit energi merupakan bentuk analisa energi untuk menghitung jumlah energi yang digunakan dalam setiap tahap di dalam suatu sistem secara keseluruhan. Langkah-langkah dalam audit energi adalah: 1. Pengumpulan data awal mengenai produksi dan energi yang digunakan dalam

proses produksi.

2. Evaluasi awal, yaitu perhitungan mengenai konsumsi energi spesifik suatu produk dan membandingkannya dengan data konsumsi energi secara internasional atau sesuai dengan pengalaman yang lalu untuk menentukan jenis energi dan tahapan proses mana yang perlu diteliti.

3. Pelaksanaan pengukuran energi, data diperoleh melalui pengukuran variabel secara detail dan dilakukan dengan sistem akuisisi data.

4. Evaluasi hasil pengukuran, untuk konversi energi didasarkan pada perbandingan antara data hasil pengukuran sesunggguhnya, sehingga dapat dihasilkan rekomendasi cara penghematan energi.

5. Realisasi penghematan energi melalui penataan, modifikasi atau pergantian proses energi sesuai dengan bagian yang perlu direnovasi dan sesuai kemampuan industri sehingga pemborosan energi dapat diatasi.

6. Kontrol unjuk kerja, untuk mencocokkan potensi penghematan energi yang sudah dihitung sebelumnya.

Metode audit energi terdiri dari dua tahapan utama yaitu audit energi awal (preliminary energy audit) berupa pengumpulan data awal dan analisis pendahuluan, serta audit energi rinci (detailed energy audit) antara lain melakukan pengukuran terhadap peralatan yang dipakai dalam suatu pabrik dan melakukan analisis alat.

Sedangkan menurut Fluck (1992) dalam Rahmat (2002) metode audit energi yang umum digunakan adalah:

1. Menentukan batasan proses, operasi, sistem dan lain-lain yang akan dianalisis, sehingga semua input dan output yang termasuk dalam batasan akan teridentifikasi.

2. Mengidentifikasi dan menghitung semua input yang termasuk dalam batasan, dengan mengacu pada selang waktu atau unit output tertentu.

(23)

5. Menghubungkan antara total energi input dengan output.

6. Menerapkan hasil analisis energi yang didasarkan pada total konsumsi energi atau produktivitas energi.

Hasil-hasil penelitian audit energi pada proses produksi CPO

Tahun 2002 Rahmat telah melakukan audit energi di perkebunan kelapa sawit unit usaha (UU) Rejosari PTP. Nusantara VII Lampung Selatan. Audit energi meliputi kegiatan budidaya tanaman sawit, pemanenan, pengangkutan buah, pengolahan TBS menjadi CPO dan kegiatan yang berlangsung pada sarana pendukung produksi. Dalam audit ini terdapat 2 macam energi primer yaitu energi langsung dan energi tidak langsung. Energi langsung berupa tenaga manusia, energi uap, energi dari solar dan energi dari biomassa. Sedangkan energi tidak langsung berupa energi pupuk dan pestisida. Besarnya konsumsi energi primer untuk menghasilkan 1 kg CPO di UU Rejosari tanpa menghitung masukan energi pestisida dan bahan kimia pembantu sebesar 15.7550 MJ/kg CPO.

Fadly (2003) melakukan penelitian tentang audit energi pada proses pengolahan TBS menjadi CPO di PKS Kwala Sawit PTPN II (persero) Medan, Sumatera Utara. Hasil audit energi tersebut adalah energi tenaga manusia sebesar 0.00745 MJ/kg CPO, energi listrik sebesar 0.32309 MJ/kg CPO, energi solar sebesar 0.21746 MJ/kg CPO dan energi biomassa sebesar 12.62 MJ/kg CPO.

Penelitian tentang audit energi pada produksi CPO juga dilakukan oleh mutiara (2003) di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat. Hasil audit energi yang dilakukan yaitu konsumsi energi untuk pengolahan TBS menjadi CPO sebesar 14.7011 MJ/kg CPO. Sebelumnya, Alfra (1999) telah melakukan penelitian audit energi di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat dengan analisis kebutuhan energi pada produksi CPO sebesar 37.320 MJ/kg CPO.

Tahun 2008 Wibowo melakukan penelitian tentang audit energi di tempat yang sama yaitu di PMKS PT. Condong Garut, hasil analisis kebutuhan energi diperoleh sebesar 23.815 MJ/kg CPO.

Tabel 8. Hasil-hasil audit energi pada proses produksi CPO di Indonesia Nama Peneliti

(Tahun penelitian)

Tempat penelitian Hasil penelitian Energi spesifik (Konsumsi energi)

Rahmat (2002) UU Rejosari 15.755 MJ/kg CPO

Fadly (2003) PKS Kwala Sawit 13.167 MJ/kg CPO Alfra (1999) PT. Condong Garut 37.320 MJ/kg CPO Mutiara (2003) PT. Condong Garut 14.701 MJ/kg CPO Wibowo (2008) PT. Condong Garut 23.815 MJ/kg CPO

PROSES PRODUKSI CPO DI PT. CONDONG GARUT

(24)

dibangun di atas area seluas 3.024 ha dengan kapasitas 20 ton TBS/jam, 160 ton/hari dengan rendemen 20.08% dengan peralatan buatan Stork Belanda.

Budidaya Kelapa Sawit

Kegiatan budidaya sawit dimulai dari pembibitan, pembukaan dan penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, serta pemanenan. Budidaya yang baik menentukan kualitas kelapa sawit yang akan diperoleh.

Gambar 3. Diagram alir kegiatan budidaya kelapa sawit di PT. Condong Garut

1. Pembibitan

Sistem pembibitan di PT. Condong Garut dengan menggunakan sistem pembibitan tahap ganda yang terdiri dua kali tahapan yaitu pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Pembibitan awal (pre nursery) dilaksanakan selama 3 bulan sedangkan pembibitan utama (main nursery) dilaksanakan selama 9 bulan di dalam polybag besar. Pada kegiatan ini membutuhkan input energi berupa solar untuk penyiraman, tenaga manusia, pupuk, serta pestisida.

2. Pembukaan dan penyiapan lahan

PT. Condong Garut sejak tahun 2003 telah melakukan kegiatan penanaman kembali atau replanting. Hal ini dilakukan karena tanaman kelapa sawit telah berumur 25 tahun sehingga produktivitas TBS menurun. Karena dilakukan dengan secara manual, maka input energi yang dibutuhkan berupa tenaga manusia.

3. Penanaman

PT. Condong Garut menggunakan jarak tanam 9mx9mx9m dengan kerapatan tanaman/ha sebanyak 143 tanaman. Penanaman dilakukan secara manual sehingga input energi yang digunakan berupa tenaga manusia serta pupuk untuk menyuburkan tanaman.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit terdiri dari 2 periode yaitu pemeliharaan TBM (tanaman belum menghasilkan) dan pemeliharaan TM (tanaman menghasilkan). Kegiatan pemeliharaan diantaranya:

Pemeliharaan Pemanenan

TBS Pembibitan

Pembukaan dan penyiapan lahan

(25)

a. Pemeliharaan TBM

Kegiatan-kegiatan TBM terdiri dari babadan, chemist piringan, eradikasi ilalang, kastrasi, serta pemupukan.

b. Pemeliharaan TM

Kegiatan-kegiatan TM umumnya sama dengan TBM. Namun ada beberapa kegiatan yang tidak dilaksanakan seperti kastrasi, chemist piringan, dan sebagainya. Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam pemeliharaan dibutuhkan input energi berupa tenaga manusia, pupuk dan pestisida.

5. Pemanenan dan Pengangkutan ke Pabrik

Alat yang digunakan unutk pemanenan berupa dodos atau egrek. Dalam proses pemanenan dibutuhkan input energi berupa tenaga manusia.

Setelah TBS dipanen selanjutnya TBS diangkut dengan menggunakan truk dan traktor sehingga dibutuhkan solar sebagai bahan bakar untuk transportasi.

Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO

Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO di PT. Condong Garut terdiri dari beberapa tahap yakni penerimaan buah, penimbunan di loading ramp, perebusan, penebahan, pelumatan, pengempaan, penyaringan, pemurnian dan penyimpanan CPO. Diagram alir proses pengolahan TBS menjadi CPO dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram alir proses pengolahan TBS menjadi CPO dan PKO TBS

CPO Penerimaan TBS

Penebahan TBS

Pelumatan dan pengempaan TBS Penimbunan di loading ramp TBS

Perebusan TBS

Pemurnian minyak

Tandan kosong

Gumpalan ampas

Ampas

biji Boiler

Pengolahan biji

(26)

1. Penerimaan buah

Kegiatan penerimaan buah terdiri dari penimbangan TBS dan penyimpanan TBS sementara di loading ramp. Stasiun penimbangan merupakan stasiun yang digunakan untuk mengetahui berat TBS yang masuk dan juga mengetahui berat produk CPO yang keluar pabrik. Penimbangan dilakukan di jembatan timbangan. Jembatan timbangan berupa plat besi dengan ukuran 9x3 m2 yang dihubungkan dengan timbangan yang ada di dalam pabrik tersebut. Proses penimbangan TBS di jembatan timbang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Penimbangan TBS di jembatan timbang

2. Penimbunan di Loading Ramp

Loading ramp merupakan tempat penimbunan TBS sementara sebelum

diolah dan sebagai saluran pemindahan TBS ke dalam lori. TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan menuang langsung dari truk. Loading ramp terdiri dari 6 kompatemen yang dilengkapi dengan pintu-pintu untuk memasukan TBS ke dalam lori. Loading

ramp berupa landasan miring dengan sudut kemiringan 35o. Untuk pengoperasian

Loading ramp menggunakan sumber tenaga listrik dari turbin uap.

Gambar 6. Proses Penimbunan TBS di Loading Ramp

3. Perebusan

PT. Condong Garut menggunakan sterilizer tipe horizontal dan terdiri dari dua unit ketel perebusan yang masing-masing mampu menampung kapasitas 6 lori atau sekitar 15 ton TBS setiap kali proses perebusan. Sterilizer dilengkapi dengan pipa pemasukan (inlet), pipa pengeluaran (outlet), pipa kondensat, dan pipa pengaman.

(27)

dengan 45 menit pertama terjadi pemasukan uap hingga mencapai tekanan 3 kg/cm2, kemudian 45 menit berikutnya untuk menjaga tekanan tetap konstan. Proses perebusan di sterilizer dapat dilihat pada Gambar 7.

4. Penebahan (threshing)

TBS yang telah direbus ditarik oleh capstand keluar dari sterilizer. Kemudian lori diangkut satu persatu ke atas dengan menggunakan hoisting crane. TBS dituang ke mulut bunch hopper secara kontinu. Untuk pengoperasian semua alat dan mesin di stasiun ini menggunakan sumber tenaga listrik dari turbin uap.

Alat penebahan kelapa sawit yaitu thresher, berfungsi untuk memisahkan brondolan dari tandan yang telah direbus. TBS yang telah direbus dimasukkan ke dalam drum penebahan yang disebut rotary drum stripper. Setelah melewati

rotary drum stripper, tandan kosong akan terbawa menuju empty bunch conveyor

untuk dibawa ke kebun, sedangkan brondolan akan lolos melalui celah kisi-kisi drum perontok dan ditampung oleh sebuah screw conveyor transfer menuju fruit elevator. Brondolan dari fruit elevator akan dibawa ke mesin pelumat (digester).

a. Bunch hopper b. Pemindahan lori dengan hoisting crane

Gambar 8. Stasiun penebahan

5. Pelumatan

Pelumatan buah dilakukan di dalam digester. Dalam digester buah akan dipotong-potong, ditekan dan dengan bantuan pemanasan steam (Naibaho, 1998).

Digester berbentuk silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya terdapat

pisau-pisau pencacah yang tegak lurus pada as (sumbu putar) dengan diameter 10 cm. Dalam prosesnya as berputar dengan kecepatan 12-13 rpm dan panas yang diberikan pada suhu 90oC. PT. Condong Garut memiliki 2 unit digester. Semua alat atau mesin-mesin di stasiun pelumatan, menggunakan tenaga listrik sebagai masukan energi. Tenaga listrik berasal dari mesin engine atau turbin uap. Digester dapat dilihat pada Gambar 9.

(28)

Gambar 9. Mesin pelumat (digester)

6. Pengempaan

Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester sudah berupa ‘bubur’. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan yang berada di bagian bawah digester. Alat yang digunakan untuk melakukan pengempaan disebut presser. PT. Condong Garut memiliki 2 unit presser. Jenis presser yang digunakan adalah screw press dengan kecepatan putar mesin sebesar 12 rpm dan kapasitas olahan sebanyak 10 ton TBS/jam. Untuk pengoperasiannya, menggunakan sumber tenaga listrik dari turbin uap. Kegiatan pengempaan oleh mesin presser dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Mesin pengempa (presser)

7. Penyaringan

Proses penyaringan bertujuan untuk memisahkan kotoran pada minyak kelapa sawit hasil pengepresan yang masih mengandung serabut (fibre), lumpur, batu, dan bahan-bahan lain yang tidak diinginkan. Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen). Vibrating screen terdiri dari dua lapis yaitu lapisan atas dengan ukuran 20 mesh dan lapisan bawah dengan ukuran 40 mesh.

(29)

8. Pemurnian

Proses pemurnian bertujuan untuk memisahkan minyak kasar dari air dan lumpur (sludge) sehingga diperoleh minyak murni. Pada stasiun pemurnian terdiri dari beberapa tahap yaitu:

a. Continous Settling Tank (CST)

Minyak yang dipompa dari COT akan ditampung dalam Continous Settling Tank (CST) atau clarifier tank. Panas pada CST dipertahankan pada suhu 95oC dengan kapasitas 12000 liter. Pemisahan minyak terjadi berdasarkan mekanisme pengendapan yang berlangsung akibat perbedaan berat jenis dan dibantu dengan pemanasan. Minyak akan berada di bagian atas kemudian akan dialirkan ke tangki penampungan minyak (oil tank), sedangkan lumpur dan air akan dialirkan menuju sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak.

Gambar 11. Clarifier tank

b. Oil tank

Setelah terjadi pengendapan, minyak yang telah terpisah saat di CST akan dialirkan ke tangki penampungan minyak (oil tank) yang berkapasitas 5000 liter dengan suhu pemanasan 85oC dengan tujuan untuk mengurangi kadar air. Minyak dalam oil tank ini masih mengandung sludge sehingga dilakukan kembali proses pengendapan. Pengaturan pembuangan sludge ini menggunakan kran, sedangkan minyaknya akan dialirkan lagi ke oil purifier untuk dimurnikan. Oil purifier di PT. Condong Garut dapat dilihat pada Gambar 12.

(30)

c. Oil purifier

Di dalam oil purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan putarannya 1500 rpm dengan kapasitas 5.000 liter/jam. Alat akan memutar minyak yang masuk, karena kotoran dan air memiliki densitas yang besar maka akan berada pada bagian yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke oil dryer dan vacuum dryer. Kotoran dan air yang melekat pada dinding menuju ke saluran pembuangan untuk dibawa ke sludge pit.

d. Oil dryer dan vacuum dryer

Prinsip oil dryer adalah menguapkan air dengan tekanan di bawah 1 atm yaitu sekitar 0.6-0.8 atm. Suhu yang diperlukan adalah 80oC. Dari oil dryer, minyak akan dialirkan ke pengeringan tekanan udara (vacuum dryer) yang berfungsi untuk memisahkan air dari minyak dengan cara penguapan hampa. Cairan minyak masuk ke tangki vakum dengan cara penyemprotan, lalu terjadi pengabutan sehingga air yang terkandung di dalamnya akan terhisap oleh pompa vakum. Tekanan dalam vacuum dryer yaitu kurang dari 0.8 kg/cm dengan suhu pemanasan 85oC. Vacuum dryer dan oil purifier di PT. Condong Garut dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Vacuum dryer (kiri) dan oil dryer (kanan)

Semua peralatan dan mesin-mesin yang berada di stasiun pemurnian menggunakan masukan energi listrik yang berasal dari mesin engine. Selain itu, dibutuhkan pula uap yang berasal dari BPV untuk proses pemurnian minyak kelapa sawit.

9. Penyimpanan

(31)

Gambar 14. Storage tank

Sarana Pendukung Produksi CPO

Sarana pendukung adalah sarana yang diperlukan untuk memperlancar jalannya proses produksi PT. Condong Garut. Sarana pendukung di PT. Condong Garut diantaranya adalah stasiun penyediaan uap (boiler), pembangkit tenaga listrik (steam engine), stasiun penyedia air (water treatment) dan stasiun pengelolaan limbah.

1. Stasiun Penyediaan Uap (boiler)

Stasiun boiler merupakan sumber energi uap yang akan digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin pabrik. Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam, dan sistem bahan bakar. Boiler yang digunakan di PT. Condong Garut terdapat dua unit yang masing-masing mengandung 250 buah pipa api di dalamnya. Kapasitas masing-masing boiler adalah 5 ton uap/jam. Bahan bakar menggunakan limbah padat hasil pengolahan kelapa sawit yaitu serat dan cangkang. Tekanan uap yang dihasilkan boiler sekitar 16-17 kg/cm2, dengan temperature  320o

C. Uap yang dihasilkan dialirkan menuju steam engine. Setelah dari steam engine, uap akan dialirkan menuju BPV untuk proses pengolahan CPO. Bagan alir penggunaan uap dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Bagan alir penggunaan uap Boiler

Uap Turbin

Uap Bekas BPV

Listrik

Uap Pengolahan CPO Generator

Instalasi pengolahan

(32)

Bagian-bagian dari boiler yaitu penduga tekanan, peluit bahaya, pipa pengeluaran (exhaust), pipa pemasukan, safety pulp dan gelas penduga.

a. Instalasi boiler b. Ruang bahan bakar boiler Gambar 16. Stasiun boiler

2. Pembangkit Tenaga Listrik (Steam engine)

Untuk mendapatkan energi listrik sebagai penggerak mesin-mesin pabrik dan sumber penerangan, PT. Condong Garut menggunakan mesin uap (steam

engine) sebagai sumber pembangkit tenaga. Ruang steam engine dapat dilihat

pada Gambar 17.

Gambar 17. Ruang steam engine.

Alur proses perjalanan uap menjadi tenaga yaitu uap dari boiler masuk ke mesin uap, untuk menggerakkan generator sehingga menghasilkan putaran dari rpm rendah sampai dengan 750 rpm dengan tegangan sebesar 380-400 volt. Tenaga tersebut digunakan untuk :

a. Penerangan pabrik dan penerangan perumahan karyawan.

b. Water treatment

c. Mesin pengolahan: screw press, clarification, bunch hopper, digester, sterilizer, threshing, pressing, dan boiler.

Uap yang berasal dari boiler dengan tekanan 16 kg/cm2 mengalir ke mesin uap untuk digunakan sebagai penggerak generator. Sisa uap akan keluar melalui pipa exhaust dan menuju ke steam distribution dengan tekanan sebesar 3 kg/cm2.

3. Pengolahan Air (water treatment)

Tujuan water treatment adalah meminimalisasi akumulasi produk korosi seperti metal oxides, mengontrol impurities seperti kalsium, magnesium, dan silika mencegah carryover dari partikel padatan. Debit yang diterima di water

treatment adalah 24 m3/jam sesuai dengan kemampuan pompa, sedangkan pompa

(33)

dalam air lalu mengangkatnya. Kemudian ditambahkan pasir kuarsa yang berfungsi untuk mengikat kotoran dalam air.

4. Pengelolaan Limbah

Limbah dari proses pengolahan kelapa sawit berupa limbah padatan dan cair. Limbah padatan yang dimaksud adalah tandan kosong yang telah melalui proses penebahan sedangkan limbah cair yang berasal dari sludge separator akan memisahkan sludge. Sludge yang memiliki berat jenis lebih besar akan terlempar ke tepi dan bergerak mengelilingi dinding, sedangkan minyak akan mengumpul di dalam pipa yang kemudian akan dialirkan menuju bak penampungan stainless

steel. Bak penampungan stainless steel berfungsi untuk menampung minyak dari

oil tank, sludge tank, dan sludge separator, serta minyak dari sludge pit (tempat

penampungan limbah cair) dengan suhu di bak sekitar 50oC. Dari bak penampungan stainless steel, minyak yang telah tertampung akan dialirkan kembali ke clarifier tank, sedangkan sludge akan dibuang ke saluran limbah.

Minyak yang diperoleh dari sludge pit sebagian terjadi karena peristiwa pengendapan dan sebagian lagi karena faktor biologis, yang terjadinya pemecahan molekul-molekul minyak sebagai akibat fermentasi. Minyak yang berasal dari

sludge pit selanjutnya dikembalikan ke bak penampungan stainless steel untuk

diendapkan kembali dan akan dialirkan kembali ke clarifier tank, sedangkan sisa lumpur dan air dialirkan ke kolam limbah.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Condong Garut, Jawa Barat dan laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2013-Mei 2013. Audit energi dilakukan pada bulan Maret 2013.

Alat

Seluruh peralatan produksi yang terpasang pada ruang mesin, alat ukur yang terpasang pada alat produksi, timbangan, tang ampere, termometer, bomb calorimeter dan kertas tisu.

Bahan

Bahan yang digunakan: TBS, CPO, cangkang, serat, air dan bahan bakar solar.

Metode Penelitian

(34)

Gambar 18. Bagan alir penelitian

Persiapan Alat dan Bahan

Tahapan pertama yang dilakukan adalah menyiapkan peralatan dan bahan penelitian yang belum terdapat di PT. Condong Garut, Jawa Barat.

Batasan Sistem

Dalam pelaksanaan audit energi, sistem yang akan diteliti perlu dibatasi. Batasan sistem yang diaudit didekati dengan asumsi bahwa proses produksi CPO dimulai dari budidaya kelapa sawit sampai tahapan pengolahannya menjadi CPO yang ditunjang oleh sarana pendukungnya. Hal tersebut dipandang sebagai satu satuan usaha pabrik. Adapun batasan-batasan lainnya sebagai berikut:

1. Proses produksi untuk menghasilkan CPO dimulai dari kegiatan budidaya sampai dengan pengolahan TBS menjadi CPO dengan ditunjang oleh sarana pendukungnya, yaitu sarana penyediaan air dan energi. Hal ini dianggap satu kesatuan sistem produksi.

2. Pengamatan terhadap proses produksi CPO dilakukan secara berurutan mengikuti proses yang berlangsung.

3. Pada saat pengamatan rinci, setiap tahapan proses produksi CPO yang diamati dianggap merupakan tahapan proses produksi yang dapat diputus dari tahapan sebelum dan sesudahnya.

4. Semua kegiatan dan jalannya proses produksi CPO dianggap tetap setiap tahunnya dan dalam keadaan normal.

5. Masukan energi biologis tenaga manusia hanya dihitung yang langsung berhubungan dengan proses produksi. Untuk pegawai administrasi di kantor tidak dihitung.

6. Pada kegiatan budidaya, energi langsung dari sinar matahari tidak diperhitungkan sebagai masukan energi.

7. Masukan energi listrik hanya dihitung untuk kegiatan yang langsung berhubungan dengan proses produksi. Penggunaan listrik untuk peralatan dan penerangan kantor serta kebutuhan listrik untuk perumahan karyawan tidak dihitung.

8. Energi yang berasal dari sistem boiler yaitu uap maupun listrik dari turbin uap dan generator diesel tidak dianggap sebagai input energi total, yang

Penentuan batasan sistem Pre Audit

Audit Rinci

(35)

diperhitungkan hanya bahan bakar dari kedua sistem pembangkit uap dan listrik tersebut. Tetapi energi uap dan listrik untuk setiap tahapan produksi tetap dihitung sebagai input energi pada tiap-tiap tahap proses produksi yang mengkonsumsinya.

9. Input energi tidak langsung dari pestisida dan bahan kimia pembantu tidak diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan energi produksi tiap kg CPO karena kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan disajikan sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit energi). 10. Dalam audit ini, semua embodied energy dari mesin dan peralatan pabrik

serta peralatan bengkel yang digunakan dalam proses produksi CPO tidak diperhitungkan sebagai masukan energi.

Batasan sistem dalam audit ini dapat dilihat pada Gambar 19.

Metode Audit

Metode penelitian ini menggunakan audit energi awal (preliminary energy audit) yang dilanjutkan ke tahap audit energi rinci (detailed energy audit). Tahapan audit awal yang dilakukan adalah persiapan kelengkapan kerja, pemeriksaan data lapangan dan evaluasi data yang dikumpulkan. Sedangkan tahapan audit rinci yang dilakukan yaitu melakukan pengukuran terhadap alat/mesin yang digunakan dalam proses produksi CPO (mulai dari produksi kelapa sawit sampai dengan pengolahan nya menjadi CPO), serta analisis energi pada sistem produksi tersebut.

Metode analisis energi yang digunakan yaitu metode analisis proses, setiap tahapan proses atau kerja dianalisis untuk menentukan masukan energi dan analisis ini merupakan suatu identifikasi terhadap jaringan kerja dan proses yang harus diikuti untuk memperoleh produk akhir.

Audit energi dimulai dengan menentukan batasan sistem yang diaudit, dilanjutkan dengan pemilihan metode audit yang sesuai, kemudian menghitung semua input yang termasuk ke dalam sistem, mengidentifikasi output yang dihasilkan dalam satuan yang sama sehingga diperoleh jumlah energi produksi dalam satuan MJ/kg CPO. Langkah selanjutnya yaitu menghitung efisiensi dari tiap tahapan proses produksi sekaligus mendeteksi bagian/peralatan yang tidak/kurang efisien, sehingga upaya penghematan dapat dilakukan.

Parameter Pengukuran

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah: 1. Kebutuhan energi manusia

Data yang digunakan meliputi jumlah tenaga kerja tiap tahapan produksi, jumlah jam kerja, jumlah produksi CPO dan nilai kalor biologis manusia. 2. Kebutuhan energi listrik

(36)

Keterangan :

Batasan sistem= Input energi langsung = Aliran proses = Input energi tidak langsung = Input listrik = Input tenaga manusia = Input uap =

Gambar 19. Batasan sistem yang akan diaudit

Turbin uap

Boiler

Water treatment Bibit

Mesin dan peralatan pertanian

Truk Mesin dan

peralatan pengolahan

Persiapan Lahan

Pembibitan

Penanaman

Pemeliharaan

Pemanenan

Pupuk

Bahan bakar

Pengangkutan TBS

Penerimaan TBS

Perebusan

Penebahan

Pelumatan dan pengempaan

Listrik Diesel

Back Pressure Vessel

Serat dan cangkang

Pemurnian minyak CPO

(37)

4. Kebutuhan energi bahan bakar solar

Data yang digunakan meliputi konsumsi solar, nilai kalor solar dan jumlah produksi CPO.

5. Kebutuhan energi pupuk

Data yang digunakan meliputi konsumsi pupuk pada kegiatan budidaya tanaman, nilai kalor jenis pupuk yang digunakan dan produksi TBS per hektar. 6. Kebutuhan energi pestisida

Data yang digunakan meliputi konsumsi pestisida pada kegiatan pemberantasan hama dan penyakit serta produksi TBS per hektar. Input energi tidak langsung dari pestisida tidak diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan energi produksi tiap kg CPO karena kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan disajikan sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit energi).

7. Efisiensi penggunaan energi

Data yang digunakan dalam menentukan efisiensi penggunaan energi adalah energi input, energi berguna, kapasitas terukur dan kapasitas terpasang pada setiap tahapan produksi.

Metode Pengambilan Data

Metoda pengambilan data terdiri dari dua, yaitu : 1. Pengumpulan data primer

a. Pengamatan dan pengukuran pada pompa penyiraman di pembibitan main nursery, data yang diambil yaitu spesifikasi alat, jumlah konsumsi solar, waktu penggunaan alat dan jumlah bibit yang disiram.

b. Pengukuran dan pengamatan pada proses pengangkutan kelapa sawit, data yang diambil yaitu jenis kendaraan, konsumsi solar, jarak tempuh, jumlah trip pengangkutan, jumlah TBS terangkut, jumlah tenaga kerja dan jam kerjanya selama 3 hari.

c. Pengamatan dan pengukuran pada peralatan yang menggunakan energi dilakukan sebanyak tiga kali pengambilan data per hari selama 3 hari. d. Pengamatan dan pengukuran pada turbin uap dilakukan tiap selang 1 jam

pengambilan data per hari selama 3 hari. Data yang diambil pada turbin uap adalah tekanan uap dan suhu uap. Alat yang digunakan adalah alat yang terpasang di ruang mesin (engine room).

e. Pengamatan dan pengukuran pada boiler dilakukan sebanyak lima kali pengambilan data per hari selama 3 hari. Data yang diambil yaitu jumlah serat dan cangkang yang digunakan sebagai bahan bakar boiler, nilai kalor cangkang dan serat, spesifikasi boiler, waktu operasi boiler, suhu uap, tekanan uap, laju uap, suhu air umpan, laju air umpan, suhu BPV, tekanan BPV, dan jumlah produksi CPO yang dihasilkan pada kurun waktu operasi boiler.

(38)

2. Pengumpulan data sekunder

a. Data produksi CPO dan pemakaian bahan bakar minyak selama lima tahun terakhir.

b. Data waktu pengolahan tahun 2012-Maret 2013

c. Nilai kalor biologis manusia, pengambilan data berdasarkan referensi Stout (1990) dalam Rahmat (2002).

d. Nilai kalor bahan bakar solar berdasarkan referensi Cervinka (1980) dalam Nuryanto (1998).

e. Data embodied energy pada pupuk dan pestisida.

Perhitungan dan Analisis Data

Perhitungan terhadap masukan energi yang digunakan pada setiap tahap yang telah ditentukan. Setiap masukan energi dikonversi ke dalam satuan energi yang sama yaitu MJ (Mega Joule).

1. Kebutuhan Energi Biologis Manusia

Kebutuhan energi biologis manusia di kebun dapat dihitung dengan persamaan berikut (Anwar, 1990 dalam Sholahuddin, 1999 dalam Wibowo 2008):

Etm = (n x T x Nem)/Jcpo *...(1)

Keterangan :

Etm = Konsumsi energi manusia total untuk memproduksi CPO (MJ/kg CPO) n = Jumlah tenaga kerja tiap tahapan produksi

T = Waktu kerja orang per hari (jam)

Nem = nilai pada Tabel 5 menurut Stout (1990) dalam Rahmat (2002) yang disesuaikan dengan jenis kerja yang dilakukan. Selain itu untuk tahapan pemuatan buah di loading ramp dan penyusunan lori di stasiun penebahan menggunakan nilai pada Tabel 6 menurut Fazriansyah (2008) dan tahapan penyiangan menggunakan nilai pada Tabel 7 menurut pramana (2009).

Jcpo = Jumlah produksi CPO per hari (kg)

* ) perhitungan kebutuhan energi manusia pada proses pengolahan TBS menjadi CPO dikali dengan 40 % sesuai dengan efektifitas manusia bekerja.

2. Kebutuhan Energi Biomassa

Jumlah energi biomassa yang digunakan untuk bahan bakar boiler dihitung dengan persamaan :

Ebb = JBB x NK...(2)

Menurut Wulandani (1991) dalam Wibowo (2008) nilai kalor suatu bahan pada kadar air tertentu dapat dihitung dengan persamaan:

NK=

...(3)

Produksi uap secara teoritis didekati dengan persamaan :

JBB = (Mu (hs-hw))/(LHVxƞk)......(4)

Keterangan:

(39)

NK = Nilai kalor bahan bakar(kJ/kg) Mu = Kapasitas uap (kg/jam)

hs = Entalpi air umpan (kJ/kg) hw = Entalpi air umpan (kJ/kg) LHV= Nilai kalor bahan bakar (kJ/kg) KA = Kadar air (%)

Ƞ = Efisiensi ketel uap (%)

3. Kebutuhan Energi Bahan Bakar Solar

Solar digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga diesel. Jumlah energi bahan bakar solar dalam kegiatan pengolahan untuk memproduksi tiap kilogram CPO adalah:

Ebs = (n x t x N)/Jcpo...(5)

Keterangan:

Ebs = Bahan bakar solar untuk memproduksi tiap kg CPO (MJ/kg CPO) n = Kebutuhan solar tiap jam (liter/jam)

t = Jam jalan pembangkit tenaga diesel (jam/hari)

N = Nilai kalor bahan bakar solar (MJ/liter); 47,78 MJ/liter (Cervinka, 1980 dalam Nuryanto, 1998)

4. Kebutuhan Energi Listrik

Besarnya energi listrik yang digunakan untuk memproduksi tiap kg CPO didekati dengan persamaan berikut:

E = (P x T x ƞ ) / Jcpo...(6)

Untuk menghitung nilai daya listrik (fasa tiga) digunakan persamaan berikut:

P = V x I x cos θ ...(7)

Keterangan:

E = Energi listrik yang diukur yang digunakan untuk memproduksi tiap kg CPO (MJ/kg CPO)

P = Daya motor/mesin terukur (kW) T = Waktu pemakaian alat (jam) 1 kWjam = 3.6 MJ

Ƞ = Efisiensi alat V = Tegangan (volt) I = Arus (ampere) Cos θ= Faktor daya 5. Kebutuhan Energi Pupuk

Besarnya energi pupuk yang digunakan pada semua tahapan produksi kelapa sawit di kebun dihitung dengan persamaan:

Epp =

...(8)

Maka jumlah energi pupuk untuk memproduksi tiap kilogram CPO dapat menggunakan persamaan :

Epp (tot) =

(40)

Keterangan:

Epp (tot) = Jumlah energi pupuk yang digunakan untuk memproduksi CPO tiap kilogram (MJ/kg CPO)

Epp = Jumlah energi pupuk yang digunakan untuk memproduksi tiap kilogram TBS (MJ/kg TBS)

Kpp (i) = Konsumsi pupuk pada tahap ke-i (kg/ha) Nepp = Embodied energy pupuk (MJ/kg)

Jtbs = Jumlah produksi TBS per hektar (kg/ha) Rd = Rendemen (%)

6. Kebutuhan Energi Pestisida

Besarnya energi pupuk yang digunakan pada semua tahapan produksi kelapa sawit di kebun dihitung dengan persamaan:

Epe =

...(10)

Maka jumlah energi pestisida untuk memproduksi tiap kilogram CPO dapat menggunakan persamaan :

Epe (tot) =

...(11)

Keterangan:

Epe (tot) = Jumlah energi pestisida yang digunakan untuk memproduksi CPO tiap kilogram (MJ/kg CPO)

Epe = Jumlah energi pestisida yang digunakan untuk memproduksi tiap kilogram TBS (MJ/kg TBS)

Kpe (i) = Konsumsi peptisida pada tahap ke-i (kg/ha) Nepe = Embodied energy pestisida (MJ/kg)

Jtbs = Jumlah produksi TBS per hektar (kg/ha)

Rd =Rendemen (%); perbandingan berat TBS yang diolah (kg) dengan berat CPO yang dihasilkan (kg), yang digunakan sebagai faktor konversi.

i = 1,2,3... 7. Penggunaan Energi

Perhitungan pada penggunaan energi adalah sebagai berikut:

a. Efisiensi riil, perbandingan antara jumlah energi berguna dengan jumlah energi input, dengan persamaannya:

Eff. Riil = (UE/IE) x 100%...(12)

Keterangan:

Eff. Riil = Efisiensi riil penggunaan energi (%) UE = Energi berguna (MJ)

IE = Input energi (MJ)

b. Efisiensi teknis, perbandingan antara kapasitas alat terukur dengan kapasitas alat terpasang, dengan persamaannya:

Efisiensi teknis =

(41)

Analisis data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap jalannya proses produksi CPO. Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam persamaan yang telah ditentukan, sehingga diperoleh nilai konsumsi energi pada tiap tahapan proses produksi. Kebutuhan total energi untuk menghasilkan tiap kg CPO merupakan jumlah konsumsi energi pada tiap tahapan produksi. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan penelitian sebelumnya pada komoditi dan lokasi yang sama untuk mengetahui perubahan penggunaan energi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Energi pada Proses Produksi CPO di PT. Condong Garut

Perhitungan konsumsi energi pada proses produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut, meliputi energi langsung yang mencakup energi manusia, energi bahan bakar solar, energi listrik, dan energi biomassa serta energi tidak langsung meliputi energi pupuk. Sedangkan untuk kegiatannya meliputi budidaya tanaman kelapa sawit, pemanenan, pengangkutan tandan buah segar (TBS), pengolahan TBS menjadi CPO di pabrik dan sarana pendukung produksi.

Besarnya konsumsi energi primer untuk menghasilkan 1 kg CPO di PMKS PT. Condong Garut tanpa menghitung masukan energi dari pestisida dan bahan kimia pembantu sebesar 17.56043 MJ. Tidak dihitungnya masukan energi dari pestisida dan bahan kimia pembantu disebabkan karena kurangnya data pendukung untuk embodied energy produksi pestisida dan bahan kimia pembantu. Konsumsi pestisida yang digunakan hanya dihitung sebagai kebutuhan bahan untuk tiap 1 ha dan kg TBS yang dihasilkan. Sedangkan konsumsi bahan kimia pembantu yang digunakan hanya dihitung sebagai kebutuhan bahan untuk tiap kg CPO yang dihasilkan. Masukan energi primer dibutuhkan untuk kapasitas pengolahan 20 ton TBS/jam dengan rendemen TBS menjadi CPO sebesar 20.08 %. Konsumsi energi primer pada produksi CPO di PT. Condong Garut dapat dilihat pada Tabel 9.

Masukan energi terbesar berasal dari biomassa sebesar 10.88276 MJ/kg CPO atau 61.97 % dari total masukan energi primer sedangkan input energi terkecil berasal dari energi solar sebesar 0.68805 MJ/kg CPO atau 3.92 % dari total masukan energi primer. Tahapan produksi yang mengkonsumsi energi primer terbesar yaitu kegiatan pengolahan TBS dan sarana pendukung sebesar 11.26633 MJ/kg CPO atau sebesar 64.16 % dari total konsumsi energi primer sedangkan tahapan produksi yang paling kecil mengkonsumsi energi yaitu tahapan pemanenan sebesar 0.00625 MJ/kg CPO atau 0.04% dari total konsumsi energi primer.

(42)

dapat menurunkan besarnya konsumsi energi tenaga manusia. Nilai konsumsi energi primer pada saat sekarang lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Wibowo (2008) di lokasi yang sama sebesar 33.699 MJ/kg CPO. Perbedaan konsumsi energi primer yang paling besar terlihat pada energi biomassa dengan selisih energi sebesar 11.886 MJ/kg CPO.

Tabel 9. Konsumsi Energi Primer Pada Produksi CPO di PT. Condong Garut

Jenis energi

*) Input energi tidak langsung dari pestisida tidak diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan energi produksi tiap kg CPO karena kurangnya data pendukung. tetapi tetap diaudit dan disajikan sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit energi) yang dapat dilihat pada Tabel 18.

Besarnya konsumsi energi pada setiap tahapan produksi setelah input energi solar dan biomassa pada stasiun penyediaan energi sudah dikonversikan menjadi energi listrik sehingga input yang diperhitungkan sudah berupa energi listrik. Konsumsi energi final pada produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut setelah biomassa dan solar pada penyediaan energi setelah dikonversi menjadi listrik sebesar 13.92604 MJ/kg CPO. Masukan energi terbesar yaitu berasal dari energi uap sebesar 7.32185 MJ/kg CPO atau sebesar 52.58 % dari total masukan energi sedangkan input energi terkecil yaitu berasal dari energi listrik sebesar 0.11172 MJ/kg CPO atau sebesar 0.80 % dari total masukan energi. Tahapan produksi yang mengkonsumsi energi paling besar yaitu tahapan budidaya sebesar 5.98367 MJ/kg CPO atau sebesar 42.97 % dari total masukan energi sedangkan tahapan produksi yang paling kecil mengkonsumsi energi yaitu tahapan pemanenan sebesar 0.00625 MJ/kg CPO atau sebesar 0.04 % dari total masukan energi. Konsumsi energi final pada produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut setelah biomassa dan solar pada penyediaan energi dikonversi menjadi listrik dapat dilihat pada Tabel 10.

(43)

energi pada kegiatan budidaya sedangkan tahapan budidaya yang paling kecil yaitu penanaman sebesar 0.01546 MJ/kg CPO atau sebesar 0.26 % dari total konsumsi energi pada kegiatan budidaya. Konsumsi energi pada tahapan budidaya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 10. Konsumsi Energi Final pada Produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut Setelah Biomassa dan Solar pada Penyediaan Energi Dikonversi Menjadi Listrik. Total 5.98367 0.00625 0.30418 6.51680 1.11514 13.92604 persentase (%) 42.97 0.04 2.18 46.80 8.01 100 *) Input energi tidak langsung dari pestisida tidak diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan energi produksi tiap kg CPO karena kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan disajikan sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit energi) yang dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 11. Konsumsi energi pada tahapan budidaya Jenis Energi

*) Input energi tidak langsung dari pestisida tidak diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan energi produksi tiap kg CPO karena kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan disajikan sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit energi) yang dapat dilihat pada Tabel 18.

(44)

uap (karena input energi uap tidak dapat dihitung perstasiun) adalah tahapan pengempaan sebesar 0.06794 MJ/kg CPO atau 1.04 % dari total konsumsi energi manusia pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO.

Tabel 12. Konsumsi Energi Pada Kegiatan Pengolahan TBS menjadi CPO Jenis

Energi

Konsumsi Energi (MJ/kg CPO)

Total % Pen.buah Perebusan Penebahan Pengempaan Pemurnian

A. Energi langsung

1. Listrik 0.00058 - 0.00808 0.06779 0.01248 0.08895 1.36

2. Uap - * - * * 6.42725 98.63

B. Energi

manusia 0.00021 0.00004 0.00007 0.00014 0.00014 0.00060 0.01 Total 0.00079 0.00004 0.00816 0.06794 0.01262 6.51680

% 0.01 0.001 0.13 1.04 0.19 100

*) Input energi uap tidak disajikan secara rinci perstasiun tetapi tetap diaudit dan dihitung secara keseluruhan untuk total energi pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO

Konsumsi energi pada sarana pendukung dapat dilihat pada Tabel 13. Stasiun penyediaan energi mengkonsumsi energi paling besar sebesar 0.91396 MJ/kg CPO atau sebesar 81.98 % dari total konsumsi energi pada sarana pendukung. Hal ini disebabkan oleh konsumsi energi uap yang cukup besar yaitu sebesar 0.89460 MJ/kg CPO. Energi uap merupakan energi terbesar yaitu sebesar 0.89460 MJ/kg CPO atau sebesar 80.25 % dari total konsumsi energi pada sarana pendukung.

Tabel 13. Konsumsi Energi Pada Sarana Pendukung

Jenis energi Konsumsi Energi (MJ/kg CPO) Total % Penyediaan air Penyediaan energi

A. Energi langsung

1. Bahan bakar solar 0.19600 - 0.19600 17.58

2. Listrik 0.00420 0.01858 0.02279 2.04

3. Uap - 0.89460 0.89460 80.25

B. Energi manusia 0.00065 0.00078 0.00143 0.13 C. Energi tidak langsung

1. Bahan kimia pembantu * * -

Total 0.20085 0.91396 1.11482

persentase (%) 18.02 81.98 100

(45)

Gambar 20. Aliran input energi pada setiap tahapan produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut

Keterangan Gambar 21:

Ma: Energi manusia (MJ/kg CPO) Pu: Energi pupuk (MJ/kg CPO) Li : Energi listrik (MJ/kg CPO) Bi: Energi biomassa (MJ/kg CPO)

So : Energi solar (MJ/kg CPO) Pes : Pestisida dalam bentuk satuan unit bahan Kim: Bahan kimia pembantu dalam bentuk satuan unit bahan

*) Uap: Energi uap tidak disajikan secara rinci perstasiun tetapi secara keseluruhan pada pengolahan TBS menjadi CPO dan pada stasiun penyediaan energi untuk air umpan

Gambar

Gambar 14. Storage tank
Gambar 19.  Batasan sistem yang akan diaudit
Tabel 9. Konsumsi Energi Primer Pada Produksi CPO di PT. Condong Garut
Tabel 11. Konsumsi energi pada tahapan budidaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila kita mendapat tunai yang lebih, kita dapat membeli hartanah yang baru, bukan hanya fikir untuk mengurangkan baki pinjaman atau memendekkan tempoh pinjaman tetapi

Contoh : jika site-site gagal dalam sebuah sistem terdistribusi, site lainnya dapat melanjutkan operasi jika data telah direplikasi pada beberapa sitev. —

urethra Cooper, 1979. Proper placement of the catheter tip is aided by palpation per rectum. After the cuff is inflated, each vesicular gland is identified, and the contents are

Dr Muzamuil Qomar dalam bukunya manajamen Pendidikan Islam, dikatakan bahwa suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati

Kepala Sekolah .....

Jika terjadi peningkatan kandungan air dalam tanah (seperti meresapnya air hujan, air sungai yang meluap, air sawah/kolam yang bocor), akan terjadi akumulasi

Pengembangan VCD Dalam Pembelajaran Koreografi Pada Mahasiswa Semester II Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar.. Seni Tari FSP

Dengan demikian hasil penelitian tersebut juga dapat mendukung bahwa bakteri probiotik yang terkandung dalam produk sari buah nanas probiotik tersebut termasuk sebagai