Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
(S.Pd)
ROSMIATI NIM : 106015000474
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
Tangerang Selatan”, Skripsi, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata Kunci : Upaya Guru, Pelaksanaan Pembelajaran, Pemahaman Siswa.
Social Science Education department, Faculty of Tarbiyah and Teachers, Training Syarif Hidayatullah Jakarta.
Key word: Theacher’s Effort, Process Learning, Student Comprehension.
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori ... 7
1. Hakekat Guru ... 7
a. Pengertian Guru ... 7
b. Peranan Guru ... 8
c. Kompetensi Guru ... 11
d. Upaya Guru dalam Pembelajaran ... 17
2. Hakekat Pemahaman Siklus Akuntansi ... 34
a. Pengertian Pemahaman ... 34
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Siswa .... 35
c. Pengertian Siklus Akuntansi ... 37
d. Gambaran Umum Perusahaan Dagang ... 51
B. Kerangka Berpikir ... 60
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian ... 61
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 62
iv
Instrumen ... 66
F. Tekhnik Analisis Data ... 69
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 70
B. Deskripsi Data ... 78
C. Analisis Data ... 80
D. Interpretasi Data ... 112
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 115
B. Saran ... 117
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu proses upaya yang dilakukan secara sadar
dan sengaja untuk meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat,
dari keadaan tertentu menuju keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai
pranata pembangunan sumber daya manusia yang berperan dalam
pembentukan peserta didik agar menjadi aset bangsa yang diharapkan, supaya
menjadi manusia yang produktif.
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah
diterapkan pada Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yaitu:
Pendidikan nasional befungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, perlu ada perhatian khusus
dari berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi “profesionalisme guru,
perkembangan dan pertumbuhan peserta didik, tujuan pendidikan dan
1
UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 119.
pengajaran, program pendidikan dan kurikulum, perencanaan pembelajaran,
strategi belajar mengajar, media pembelajaran, bimbingan belajar, hubungan
antar sekolah dan masyarakat, serta manajemen pendidikan”.2
Keseluruhan aspek tersebut saling melengkapi dan berkaitan sebagai
bagian dari sistem pendidikan, sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan
harus mencakup keseluruhan aspek tersebut.
Komponen pendidikan terdiri atas guru, siswa, materi pembelajaran,
metode pembelajaran, media, sarana prasarana, kurikulum serta lingkungan.
Pengembangan pendidikan melalui tiap komponen harus benar-benar
dilakukan secara cermat dan saling berkaitan. Peningkatan kualitas
pendidikan tersebut menjadi tanggung jawab para praktisi pendidikan yaitu
pemerintah, masyarakat dan khususnya guru.
Para praktisi pendidikan (pendidik) menurut Peraturan Pemerintah RI
No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasoinal Pendidikan dalam penjelasan
Pasal 28 “adalah mereka yang berkualifikasi dan berkompetensi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong pelajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan”.3 Pihak-pihak tersebut dapat
melakukan upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui perbaikan metode
pembelajaran, kelengkapan alat bantu mengajar, pemilihan media yang
sesuai, serta penanganan-penanganan permasalahan praktis pendidikan secara
tepat.
Pentingnya peran guru dalam pendidikan tidak terlepas dari
kemampuan guru dalam menyampaikan materi pada siswa. Oleh karena itu
pada proses pembelajaran guru harus memiliki empat kompetensi yaitu
pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi pedagogik dan
profesional guru adalah kompetensi yang berhubungan dengan penyelesaian
tugas-tugas keguruan dan pembelajaran. Beberapa kemampuan tersebut
2
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHd6bb.dir/doc.pdf (Jumat, 01 Oktober 2010, 14.03 WIB).
3
adalah kemampuan penguasaan landasan kependidikan, psikologi pengajaran,
penguasaan materi pelajaran, penerapan berbagai model dan sumber belajar,
kemampuan menyusun program pembelajaran, kemampuan dalam
mengevaluasi pembelajaran, dan kemampuan mengembangkan kinerja
pembelajaran. Kompetensi sosial guru sangat diharapkan dapat memenuhi
semua alat, media, dan sumber belajar yang dibutuhkan siswa dalam belajar.
Dalam proses belajar mengajar, keaktifan peserta didik merupakan hal
yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh pakar guru sehingga proses
belajar mengajar yang ditempuh akan benar-benar mendapatkan hasil yang
optimal. Guru hanyalah merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan
bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah peserta
didik itu sendiri sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar
belakang masing-masing. Karena belajar adalah suatu proses dimana peserta
didik harus aktif.
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu
berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama, daya serap anak didik terhadap
bahan pelajaran yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada
yang sedang, dan ada yang lambat. Terhadap perbedaan daya siswa
sebagaimana kenyataan di atas, maka guru harus dapat menentukan
alat/media, serta strategi dan metode pembelajaran yang tepat disesuaikan
dengan situasi dan kondisi serta materi pelajaran yang diajarkan. Metode dan
media mengajar yang tepat haruslah memperhatikan kemauan, dorongan,
minat, potensi dan kemampuan siswa dalam melakukan suatu kegiatan dalam
suatu proses pembelajaran.
Salah satu contoh dari hasil penelitian menyatakan bahwa kondisi
pembelajaran yang seringkali disajikan guru dalam pembelajaran Akuntansi
dinilai masih belum tepat sasaran dan bahkan cenderung penerapannya masih
dibatasi dengan konteks buku tertentu saja. Dari kecerobohan pembelajaran
tersebut mengakibatkan timbulnya verbalitas serta kurang berkembangnya
wawasan maupun pengetahuan pada siswa itu sendiri. Selain itu pada mata
secara verbal dan dominasi metode ceramah. Hal ini menunjukkan bahwa
“guru masih belum memanfaatkan secara maksimal berbagai metode dan
media yang tepat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Sering
ditemukan dalam masyarakat, bahwa prestasi belajar siswa khususnya mata
pelajaran Akuntansi masih rendah”.4
Untuk tingkat SMA, pembelajaran akuntansi diberikan sebagai bagian
dari mata pelajaran ekonomi. Mata pelajaran ini mencakup berbagai
kemampuan dalam berprilaku ekonomi dan pemahaman terhadap transaksi
keuangan. Ruang lingkup pembelajaran akuntansi di SMA dimulai dari
dasar-dasar konseptual, struktur, dan siklus akuntansi.
Selama ini pembelajaran akuntansi dianggap sebagai mata pelajaran
kurang menyenangkan. Akuntansi terkesan sangat rumit dan sulit untuk di
pahami. Apalagi materi yang berkaitan dengan siklus akuntansi, mulai dari
pencatatan ke dalam jurnal umum, jurnal khusus, posting ke buku besar,
sampai pada pembuatan laporan keuangan, bagi siswa hal tersebut merupakan
materi yang sangat sulit. Apalagi selama ini siswa masih mengalami kesulitan
mengklasifikasikan jenis-jenis akun dalam pencatan transaksi. Semangat dan
minat siswa untuk mempelajari akuntansi kurang baik. Akibatnya,
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari tidak sesuai dengan tujuan
yang di harapkan.
Hal di atas sesuai dengan hasil penelitian Imas Purnamasari yang
menyatakan bahwa:
Dari sembilan materi pelajaran akuntansi yang memiliki tingkat kesulitan untuk dipahami siswa secara berurut dimulai dari pemahaman pencatatan jurnal, posting ke buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian (adjustement), neraca lajur serta laporan keuangan. Dan materi tersebut hampir 75% siswa sering mengalami kesalahan dalam memahami konsep sehingga akan berujung pada kesalahan dalam pencatatan.5
4
http://aliusmanhs.wordpress.com/2010/07/14/ptk-peningkatan-prestasi-belajar-akuntansi-dengan-metode-resitasi-melalui-bahan-ajar-lembar-kerja-siswa-student-work-sheet/ , (Rabu, 13 Oktober 2010, 12.58 WIB)
5
Melihat kondisi seperti itu maka diperlukan usaha-usaha yang dapat
meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa SMA dalam Pelajaran
Akuntansi. Hal ini merupakan tanggung jawab guru. Dengan
kompetensi-kompetensi dasar yang dimiliki, guru harus dapat mengemas pelaksanaan
proses pembelajaran, dengan menyiapkan materi dan bahan ajar yang akan
disampaikan yang dirancang dengan menggunakan metode, strategi, media
dan sumber belajar yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa, agar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, mendorong penulis untuk
meneliti tentang “Upaya Guru dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa
tentang Siklus Akuntansi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Rendahnya pemahaman siswa tentang siklus akuntansi
2. Metode yang digunakan guru kurang tepat dalam proses pembelajaran
materi siklus akuntasi.
3. Guru dalam memberikan evaluasi tidak sesuai dengan tingkat pemahaman
siswa tentang siklus akuntansi.
4. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran siklus akuntansi tidak
sesuai dengan kondisi siswa
5. Rendahnya upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang
siklus akuntansi
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah, maka batasan masalah
penelitian ini yaitu mengenai:
1. Pemahaman siswa tentang siklus akuntansi.
2. Upaya-upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat pemahaman siswa tentang siklus akuntansi di SMA
Negeri 1 Kota Tangerang Selatan?
2. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang
siklus akuntansi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini
mempunyai tujuan antara lain:
1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang siklus akuntansi di
SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.
2. Untuk mengetahui upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa
tentang siklus akuntansi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat,
baik secara teoritis maupun secara praktis kepada berbagai pihak sebagai
berikut:
1. Manfaat teoritis untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini
menjadi sebuah sumbangsih gagasan dan tawaran solusi terhadap
persoalan dalam upaya meningkatkan pemahaman siklus akuntansi dalam
proses pembelajaran.
2. Manfaat praktis kepada pihak-pihak terkait, meliputi:
a. Bagi guru IPS Akuntansi, sebagai bahan masukan dan pedoman dalam
upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi.
b. Bagi siswa, sebagai penerima ilmu lebih giat lagi dalam belajar
khusunya untuk meningkatkan pemahaman tentang siklus akuntansi.
c. Bagi sekolah, sebagai umpan balik (feed back) agar terus mendukung
upaya-upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang
siklus akuntansi.
d. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dan mengetahui
upaya-upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori 1. Hakikat Guru
a. Pengertian Guru
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh
Balai Pustaka pengertian “guru adalah orang yang pekerjaannya (mata
pencaharian, profesinya) mengajar”.1 “Kata guru yang dalam bahasa
Arab disebut mu’allim dan dalam bahasa Inggris teacher memiliki arti
sederhana, yakni A person whose occupation is teaching others,
artinya, guru ialah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang
lain”.2
jalur pe
Sedangkan di dalam BAB I mengenai ketentuan umum pasal 1
Undang-Undang RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dijelaskan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini
ndidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.3
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 288.
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 9, h. 222.
3
Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2006), Cet. I, h.2.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat penulis simpulkan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
serta didik dari semua tingkat jenjang pendidikan.
b.
etensi sebagai agen
pembel
(learning
agent)
hwa sebagian dari
waktu
engan siswanya.
Sardim
nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan,
mengevaluasi pe
Peranan Guru
Dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 28, dikemukakan bahwa: “Pendidik
harus memiliki kualifikasi akademik dan komp
ajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.4
Selanjutnya dalam penjelasannya dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan “pendidik sebagai agen pembelajaran
adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator,
pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik”.5
Sehubungan dengan fungsinya sebagai “pengajar, pendidik dan
pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri
guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah
laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa
(yang terutama), sesama guru, maupun dengan staf yang lain. Dari
berbagai interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral
bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak ba
dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses
belajar mengajar dan berinteraksi d
Ada beberapa pendapat dari para ahli yang dikutip oleh
an, adalah sebagai berikut:
1. Prey Katz, menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan
nasihat-
4
UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h.185.
5
pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan. 2. Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah
sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai
n materi
tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai
belajar mengajar, secara singkat dapat disebutkan
a.
a cara mengajar informatif, laboratorium, n dan sumber informasi kegiatan akademik
b.
semua i sedmikian rupa, sehingga dapat mencapai
c.
otivator ini penting artinya dalam an kegairahan dan pengembangan
d.
m hal ini harus dapat membimbing dan an kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan
e.
mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
3. James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangka
pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
4. Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengemukakan bahwa peranan guru di sekolah,
transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.6
Dari beberapa pendapat di atas maka secara rinci peranan guru
dalam kegiatan
sebagai berikut:
Informatif
Sebagai pelaksan studi lapanga maupun umum.
Organisator
Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar,
diorganisas
efektivitas dan efisien dalam belajar pada diri siswa. Motivator
Peranan guru sebagi m rangka meningkatk kegiatan belajar siswa.
Pengarah/director
Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dala
mengarahk
yang dicita-citakan. Inisiator
6
Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses
f.
g.
emudahan dalam proses belajar misalnya saja dengan menciptakan suasana
h.
h iatan belajar siswa. Misalnya menengah atau
i.
rjakan mata pelajaran yang diujikan, tetapi masih ada perlu
g harus dilakukan. Peran guru yang
beragam
Manan
tersebut
belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.
Transmitter
Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan
Fasilitator
Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau k
mengajar,
kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.
Mediator
Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penenga dalam keg
memberikan jalan ke luar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media. Evaluator
Kecenderungan guru dalam peranannya sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkat sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. Untuk itu guru harus hati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria keberhasilan. Dalam hal ini tidak cukup hanya dilihat dari bisa atau tidaknya menge
pertimbangan-pertimbangan yang sangat unik dan kompleks, terutama yang menyangkut perilaku dan values yang ada pada masing-masing mata pelajaran.7
Kemudian para pakar pendidikan di Barat telah melakukan
penelitian tentang peran guru yan
telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988),
(1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran
adalah sebagai berikut :
1) Guru Sebagai Pendidik, 2) Guru Sebagai Pengajar, 3) Guru Sebagai Pembimbing, 4) Guru Sebagai Pelatih, 5) Guru Sebagai Penasehat, 6) Guru Sebagai Pembaharu (Inovator), 7)
7
Guru Sebagai Model dan Teladan, 8) Guru Sebagai Pribadi, 9) Guru Sebagai Peneliti, 10) Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas, 11) Guru Sebagai Pembangkit Pandangan, 12) Guru Sebagai Pekerja Rutin, 13) Guru Sebagai Pemindah mah, 14) Guru Sebagai Pembawa Cerita, 15) Guru Sebagai
, maka dapat penulis simpulkan
bahwa peranan guru adalah sebagai informatif, organisator, motivator,
tator, mediator, evaluator, aktor,
emansi
c.
dalam Martinis, menjelaskan bahwa
“komp pilan, pengetahuan, bakat,
nilai-ni
kearah
ndakan baik dipandang dari sudut ilmu engetahuan, teknologi maupun etika. Dalam arti tindakan itu
akan menunjukan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut
Ke
Aktor, 16) Guru Sebagai Emansipator, 17) Guru Sebagai Evaluator, 18) Guru Sebagai Pengawet, 19) Guru Sebagai Kulminator. 8
Dari beberapa pendapat di atas
pengarah, inisiator, transmitter, fasili
pator, dan sebagai kulminator.
Macam-Macam Kompetensi Guru McShane dan Glinow
etensi/competencies adalah keteram
lai, pengarah, dan karakteristik pribadi lainnya yang mendorong
performansi unggul”.9
Abdul Majid Menjelaskan bahwa;
Kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggungjawab yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus diunjukan sebagai kebenaran ti
p
benar ditinjau dari sudut ilmu pengetahuan, efisien, efektif dan memiliki daya tarik dari sudut teknologi; dan baik ditinjau dari sudut etika.10
Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru
8
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Rosdakarya, 2009), Cet.ke-8, h. 37-65
9
Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2010), Cet. I, h. 1-2.
10
akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan professional
dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja
harus
kompet
: (1) penyusunan perencanaan pembelajaran;
aan tindak lanjut
komponen kompetensi penguasaan akademik yang
Untuk lebih jelasnya rincian komponen kompetensi guru dapat
dilihat pada tabel 2.
el 2.1
Ko ru
pintar tapi juga pandai mentransfer ilmunya kepada peserta
didik.
Adapun standar kompetensi guru yang meliputi tiga komponen
ensi yaitu:
Pertama, komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran
yang mencakup
(2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar; (3) penilaian prestasi belajar peserta didik; (4) pelaksan
hasil penilaian.
Kedua, komponen kompetensi pengembangan protensi yang
diorientasikan pada pengembangan profesi. Ketiga,
mencakup: (1) pemahaman wawasan kependidikan; (2) penguasaan bahan kajian akademik (Depdiknas, 2004: 9).11
1, sebagai berikut:
Tab
mpetensi Gu
Kompetensi Pengelolaan Pembelajar n a
KOMPETENSI INDIKATOR 1. Penyusunan renca
pembelajaran
rategi
media /
penilaian na a. Mampu mendeskripsikan tujuan/kompetensi
pembelajaran
b. Mampu memilih/menentukan materi c. Mampu mengorganisir materi
d. Mampu menentukan metode /st pembelajaran
lajar / e. Mampu menentukan sumber be
alat praga pembelajaran t f. Mampu menyusun perangka
g. Mampu menentukan teknik penilaian h. Mampu mengalokasikan waktu 2. Pelaksanaan in
belajar mengajar
/media teraksi a. Mampu membuka pelajaran
b. Mampu menyajikan materi c. Mampu menggunakan metode d. Mampu menggunakan alat peraga
e. Mampu menggunakan bahasan yang komunikatif
11
f. Mampu memotivasi siswa g. Mampu mengorganisasi kegiatan
h. Mampu berinteraksi dengan siswa secara
mberikan umpan balik
enggunakan waktu komunikatif
i. Mampu menyimpulkan pembelajaran j. Mampu me
k. Mampu melaksanakan penialaian l. Mampu m
3. Penilaian prestasi b peserta didik
at
emeriksa jawab
aian
laian
ilaian elajar a. Mampu memilih soal berdasarkan tingk
kesukaran
b. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda
c. Mampu memperbaiki soal yang tidak valid d. Mampu m
e. Mampu mengklasifikasikan hasil-hasil penelitian
f. Mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian
g. Mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penil
h. Mampu menentukan korelasi anatar soal berdasarkan hasil peni
i. Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian
j. Mampu menyimpulkan dari hasil pen secara jelas dan logis
4. Pelaksanaan tindak la hasil penilaian p belajar peserta didi
ram tindak lanjut hasil
siswa
kan tindak lanjut asi tindak lanjut
is hasil evaluasi program tindak njut a. Manyusun prog
restasi
b. Mengklasifikasikan kemampuan k c
penilaian
. Mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian
d. Melaksana e. Mengevalu f. Menganalis
lanjut hasil penilaian Komponen Kompetensi Pengembangan Potensi
KOMPETENSI INDIKATOR
5. Pengembangan profesi uti informasi perkembangan IPTEK
n buku pelajaran/ karya
erbagai model
seach)
n karya seni
b pelatihan terakreditasi a. Mengik
yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah
b. Mengalihbahasaka ilmiah
c. Mengembangkan b pembelajaran
d. Menulis makalah
e. Menulis/menyusun diklat pelajaran f. Menulis buku pelajaran
g. Menulis modul h. Menulis karya ilmiah
i. Melakukan penelitian ilmiah (action re j. Menemukan teknologi tepat guna k. Membuat alat praga/ media l. Menciptaka
n. Mengikuti pendidikan kualifikasi
pengembangan o. Mengikuti kegiatan
kurikulum Kompenen Kompetensi Penguasaan Akademik
KOMPETENSI INDIKATOR 6. Pemahaman wawas
um dan hasil an a. Memahami visi dan misi
b. Memahami hubungan pendidikan dan pengajaran
c. Memahami konsep pendidikan dasar dan menengah
d. Memahami fungsi sekolah
n um e. Mengidentifikasi permasalaha
oses pendidikan dalam hal pr pendidikan
f. Membangun sistem yang menunjukan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah 7. Penguasaan bahan kajian a. M
akademik
emahami struktur pengetahuan b. Menguasai substansi materi
c. Menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelajaran yang dibutuhkan siswa Sumb
petensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
petensi sosial”.13 Hal ini dipaparkan
sebagai berikut:
1)
erintah No.19 Tahun 2005 tentang
Standa
dikemu
didik, perancangan dan pelaksanaan belajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
er : (Ditentik-Depdiknas, 2004)12
Di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3, menjelaskan bahwa
kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran
jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia
dini meliputi “kom
kompetensi profesional, dan kom
Kompetensi Pedagogik
Dalam Peraturan Pem
r Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a
kakan bahwa:
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
rhadap peserta
Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru..., h. 7-9
5
Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru..., h. 6.
13
peserta didik untu
14
k mengaktualisasikan berbagai potensi
2)
ampuan kepribadian yang mantap, stabil,
awa, menjadi teladan bagi peserta didik
dan ber
3)
g memungkinkan membimbing
standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standa
4)
ra efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar”.17
yang dimilikinya.
Kompetensi Kepribadian
Dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Standar
Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “kompetensi
kepribadian adalah kem
dewasa, arif, dan berwib
akhlak mulia”.15
Kompetensi Profesional
Dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “Kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yan
peserta didik memenuhi
r Nasional Pendidikan”.16
Kompetensi Sosial
Dalam Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan ”Kompetensi sosial
adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul seca
14
UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, …, h. 252.
15
UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, …, h. 252.
16
UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, …, h.252.
17
Adapun kompetensi dasar guru menurut Sardiman adalah
ajar
jar mengajar
9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
diagnosis tingkah laku siswa, (c)
kema
g
a pilan menumbuhkan semangat belajar para siswa,
sebagai berikut:
1) Menguasai bahan
2) Mengelola program belajar meng 3) Mengelola kelas
4) Menggunakan media /sumber 5) Menguasai landasan pendidikan 6) Mengelola interaksi bela
7) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
8) Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan sekolah,
10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian kependidikan guna keperluan pengajaran.18
Menurut Grasser dalam B. Uno, mengemukakan empat
kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni “(a) menguasai bahan
pelajaran, (b) kemampuan men
mpuan melaksanakan proses pengajaran, dan (d) kemampuan
mengukur hasil belajar siswa”.19
Sementara Nana Sudjana dalam B. Uno, membagi kompotensi
uru dalam ketiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a) Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelekstual seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, dan pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya. b) Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan
guru terhadap berbagai hal berkenaan dengan tugas dan profesinya.
c) Kompetensi perilaku/performance, kemampuan guru dalam berbagai keterampilan/berprilaku, seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat abntu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, keter m
18
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, …, h.164.
19
keterampilan menyusun persiapan/perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan administrasi kelas, dan lain-lain.20
Dari sekian banyaknya kompetensi-kompetensi yang harus
dimiliki seorang guru, maka guru diharapkan dapat mampu
menjalankan tugasnya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing,
pelatih, dan penilai agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
d. Upaya Gu 1)
paikan suatu maksud atau upaya
juga d
untuk melakukan sesuatu hal atau kegiatan
belajaran untuk mencapai tujuan
2)
ion) ialah “proses atau upaya yang
dilakuk lain (dalam hal ini
murid)
n, terdiri
optimal.
ru dalam Pembelajaran Pengertian Upaya Guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “upaya adalah
usaha atau syarat untuk menyam
iartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau
kegiatan yang bertujuan”. 21
Sedangkan dalam penelitian ini upaya yang dimaksud
adalah upaya guru. Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa upaya
guru adalah usaha guru
yang bertujuan, yaitu kegiatan pem
yang telah ditentukan.
Pengertian Pembelajaran Pembelajaran (instruct
an seseorang (misal guru) agar orang
melakukan belajar”.22
Oemar Hamalik Menjelaskan, bahwa:
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapa
20
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, …, h. 131.
21
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 995.
22
dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. , meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
Prosedur
an bahwa pembelajaran
adalah
paya
yang dilakukan guru agar siswa dapat melakukan kegiatan belajar
lingkungan belajar.
3)
o adalah sebagai
ujuan, Bahan Pelajaran, Kegiatan Belajar-Mengajar,
Metode 25
a)
engajaran yang lainnya seperti bahan pelajaran,
engajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan
evalu
b)
23
Sedangkan di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003 dinyatak
”proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar”.24
Dengan demikian, berdasarkan pengertian-pengertian di
atas dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran adalah u
atau interaksi dengan sumber belajar dan
Komponen-Komponen Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem. Sebagai suatu
sistem, proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang
satu sama lain saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut
menurut Pupuh Faturahman dan Sobry Sutikn
berikut: “T
, Sumber Belajar, Alat, dan Evaluasi”.
Tujuan
Tujuan adalah “komponen yang dapat mempengaruhi
komponen p
kegiatan belajar m
26
asi”.
Bahan Pelajaran
, 1995), Cet. I. h. 57.
an Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), Cet. I, h. 13.
23
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara
24
Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), …, h. 4.
25
Pupuh Fatuhurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar; Melalui Penenman Konsep Umum d
26
Bahan pelajaran merupakan “medium untuk mencapai
pengajaran yang harus dipahami oleh peserta didik”. tujuan
c) Kegia
engajar adalah inti kegiatan dalam ndidikan, segala sesuatu yang telah diprogramkan akan
ksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam
d)
isikan bahwa metode
adala
k didik.
Deng
si dan kondisi. Penggunaan metode
27
tan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar m pe
dila
kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu peserta didiklah yang aktif, bukan guru.28
Metode
Metode pembelajaran adalah “cara-cara atau teknik
penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada
saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau
secara kelompok”.29
Syaiful Bahri Djamarah mendefin
h ”suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan”.30 Dalam kegiatan belajar mengajar metode
sangat diperlukan oleh guru, dan penggunaannya bervariasi
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku
dengan menggunakan satu metode, tetapi sebaiknya
menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran
tidak membosankan tetapi dapat menarik perhatian ana
an memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode
maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang
paling sesuai dengan situa
mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.
27
Pupuh Fatuhurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar; Melalui Penenman Konsep Umum dan Konsep Islam, … , h. 14.
28
Syaiful Bahri Djmarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 44.
29
Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar; Micro Teaching, (Ciputat: Ciputat Press, 2010), Cet. III, h. 49.
30
Oleh karena itu ada beberapa syarat yang harus
diperhatikan seorang guru dalam penggunaan metode
belajaran, antara lain: pem
tuk mewujudkan hasil karya. (4) etode harus dapat menjamin perkembangan kegiatan
kepribadian siswa.
e) Alat
pai mencapai tujuan, dan
”.
lis, batu tulis, batu kapur, gambar,
diagr
f)
a mendefinisikan bahwa “sumber belajar
adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk
(1) Metode yang digunakan harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa.
(2) Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.
(3) Metode yang digunakan harus dapat memberikan esempatan bagi siswa un
k M
(5) Metode yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha sendiri.
(6) Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap dalam kehidupan sehari-hari.31
Alat adalah “segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran. Dalam proses pengajaran
alat mempunyai fungsi sebagai perlengkapan, alat sebagai
pembantu mempermudah usaha menca
32
alat sebagi tujuan
Alat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat verbal dan alat
bantu non verbal. Alat bantu verbal berupa suruhan, perintah,
larangan, dan sebagainya. Sedangkan alat bantu non verbal
berupa globe, papan tu
am, slide, video, dan sebagainya.
Sumber Belajar
Wina Sanjay
31
Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar;, ....…, h. 49-50.
32
mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan
yang hen
Beb
ses pembelajaran di dalam
kelas dian
an
ngaja dirancang oleh , n
, sekolah, dan masyarakat)
ajalah, surat kabar, radi, TV, dan
lain-n (buku pelajaralain-n, peta, gambar, kaset,
dak dicapai”.33
erapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan oleh
guru khususnya dalam setting pro
taranya:
(1) Manusia sebagai Sumber
Manusia merupakan sumber utama dalam proses pembelajaran. Dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran, guru dapat memanfaatkan dalam setting proses belajar-mengajar.
(2) Alat dan Bahan Pelajaran
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu guru; sedangkan bahan pelajaran adalah
egala sesuatu yang mengandung pesan yang ak s
disampaikan kepada siswa. (3) Berbagai Aktivitas dan Kegiatan
Adalah segala perbuatan yang se
guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa monstrasi, simulasi, melakuka seperti diskusi, de
percobaan, dan lain sebagainya. (4) Lingkungan atau Setting
Adalah segala sesuatu yang dapat memungkinkan siswa belajar. Misalnya gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, kantin, dan lain sebagainya.34
Menurut Ny. Dr. Roestiyah, N.K. dalam Djamarah,
mengatakan bahwa sumber belajar adalah:
(1) Manusia (dalam keluarga (2) Buku/perpustakaan (3) Mass media (m
lain)
(4) Alat pengajara
tape, papan tulis, spidol, dan lain-lain)
(5) Museum (tempat penyimpanan benda-benda kuno)35
33
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta,
ina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,……., h. 175-1
Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. V, h. 174.
34
W 76.
35
Sedangkan menurut Udin Saripudin Winataputra dalam
Djamarah, berpendapat bahwa terdapat sekurang-kurangnya
lima macam sumber belajar, yaitu:
Manusia
Buku/perpustakan
g)
enurut Muhibbin Syah, evaluasi merupakan “penilaian
te
t Tardif dalam Muhibbin berarti
prestasi yang dicapai
seorang
karena
tercapa
onen dalam proses
pembelajar
proses pem
(1)
(1) (2)
(3) Media massa
(4) Alam lingkungan: alam lingkungan terbuka, alam lingkungan sejarah dan alam lingkungan manusia. (5) Media pendidikan36
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat di
mana-mana. Pemanfaatan sumber belajar tersebut tergantung
pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan
lainnya.
Evaluasi
M
rhadap keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebuah program”.37 Padanan kata evaluasi
adalah assessment yang menuru
“proses penilaian untuk menggambarkan
siswa sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.”38 Oleh
itu, evaluasi berperan sebagai barometer untuk mengukur
i atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Ahmad Bahri ada empat komp
an yang harus dilakukan seorang guru agar tujuan dari
belajaran tercapai, yaitu:
Menentukan tujuan yang spesifik
Tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara spesifik jar. Setiap pendidik dalam bentuk perilaku akhir pela
harus menyadari bahwa penentuan tujuan dalam proses pembelajaran adalah penting. Perumusan tujuan itu harus
36
Syaiful Bahri Djmarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 49-50.
37
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, …, h. 139
38
jelas yaitu bagaimana seharusnya pelajar berprilaku pada akhir pembelajaran.
(2) Mengadakan penilaian pendahuluan
ini didasarkan atas konsep belajar yang dimanifestasikan
l ini untuk mengetahui ada atau iri siswa dengan membandingkan ondisi akhir setelah belajar.
(3 an
erencanakan program
(
uk mengukur tercapai atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan. 39
4) Ta a)
rasional tentang sasaran dan rilaku
bagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan se
Dalam mengadakan penilaian pendahuluan, terlebih dahulu guru memeriksa perilaku awal siswa, langkah
dalam perubahan. Ha tidaknya perubahan d antara kondisi awal dengan k ) Merencanakan program pengajar
Pada langkah ini guru m
pembelajaran yang dapat mengantarnya untuk mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki.
Tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas sangat membantu guru dalam membuat program perencanaan. 4) Evaluasi
Evaluasi berperan sebagai barometer unt
hapan Dalam Pembelajaran Tahapan Perencanaan Pembelajaran
Wina Sanjaya berpendapat bahwa:
Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan ara
keputusan hasil berpikir sec
tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan pe serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan se
gala potensi dan sumber belajar yang ada.40
Untuk menyusun perencanaan pembelajaran perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
(a) Pemetaan standar kompetensi
(b) Penentuan topik/tema dan materi pokok pembelajaran (c) Perumusan kompetensi dasar ke dalam indikator yang
sesuai dengan topik/tema (d) Pengembangan silabus
(e) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran41
39
Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar; …, h. 33-34.
40
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. I, h. 28.
41
Perencanaan pembelajaran memainkan peranan penting
dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas profesionalnya
sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar para
siswanya. Perencanaan pengajaran juga dimaksudkan sebagai
belajaran berlangsung. Seorang
guru
b) Tahap
rupakan “proses
r mengajar di sekolah yang merupakan inti
da
pe
da
penggunaan strategi mengajar. Maksudnya ialah bahwa setiap
penggunaan strategi mengajar harus selalu merupakan rangkaian
y
pre te , sebagai berikut:
(a)
P
untuk m ajaran yang akan dilaksanakan.
langkah awal sebelum proses pem
sebelum masuk ke ruang kelas, sudah mempersiapkan
sejumlah materi dan bahan ajar yang akan disampaikan kepada
siswa, agar penyampaian suatu perencanaan yang fleksibel dan
matang.
Ahmad Sabri menjelaskan rencana pembelajaran minimal
harus memuat lima unsur, yaitu “tujuan instruksional, bahan
pembelajaran, kegiatan belajar, metode dan alat bantu, dan
evaluasi/penilaian”.42
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran me
berlangsungnya belaja
ri kegiatan kependidikan”.43 Dalam pelaksanaannya
mbelajaran harus melalui tiga tahapan, dimana tahapan-tahapan
lam proses mengajar memiliki hubungan erat dengan
ang utuh dalam tahapan-tahapan mengajar.
Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal:”
st, proses, dan post test”44
Pre Test (tes awal)
elaksanaan pembelajaran biasanya dimulai dengan pre test,
enjajagi proses pembel
42
Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …, h. 116.
43
Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …, h. 116.
44
Karena itu, pre test memegang peranan yang cukup penting
proses pembelajaran, yang berfungsi antara lain sebagai dalam
berikut:
ngetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan, dengan cara membandingkan hasil pre
(b)
dimaksudkan sebagai kegiatan inti dari pelaksanaan
ran dan pembentukan kompetensi peserta didik.
elajaran
test antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut ini:
(1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pre test maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab/kerjakan.
(2) Untuk me
test dengan pos test.
(3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran.
(4) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, kompetensi dasar mana yang telah dimiliki peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus.45
Proses
Proses
pembelaja
Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi perlu
dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu
saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam
menciptakan lingkungan yang kondusif. Proses pemb
dan pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh
peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun
sosial.
(c) Post Test
Pada umumnya proses pembelajaran diakhiri dengan pos test.
Seperti halnya pre test, pos test memilki banyak kegunaan,
terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi pos
45
(1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan hasil pre test
. Sehubungan dengan ini, apabila sebagian besar belum menguasainya maka perlu dilakukan
t kesulitan
ukan perbaikan
tiga tahapan/kegiatan dalam
pr
intru
(a)
kegiatan yang dapat dilakukan oleh
dapat dijadikan salah satu tolok ukur
tuk mengecek atau menguji kembali ingatan siswa terhadap materi pelajaran yang telah dipelajarinya.
dengan pos test.
(2) Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya
pembelajaran kembali (remedial teaching).
(3) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan serta untuk mengetahui tingka
belajar.
(4) Sebagai bahan acuan untuk melak
terhadap proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.46
Menurut Ahmad Sabri ada
oses pelaksanaan pembelajaran yaitu “tahap praintruksional,
ksional, serta tahap evaluasi dan tindak lanjut”.47
Tahap praintruksional/kegiatan pendahuluan
Tahap praintruksional adalah “langkah persiapan yang
ditempuh guru pada saat mulai memasuki kelas hendak
mengajar”.48 Beberapa
guru pada tahap ini antara lain:
(1)Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran,
kemempuan guru mengajar
(2)Guru bertanya kepada siswa sampai di mana pembahasan pelajaran sebelumnya, hal ini dilakukan oleh guru un
46
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, …, h. 106.
47
Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …, h. 4.
48
(3)Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya, hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana pemahaman siswa terhadap materi yang telah
elah diterima oleh siswa, dan menumbuhkan
nya dengan pelajaran yang
(b) Tahap
nal adalah “tahap inti dalam proses
n
pokok materi yang akan dibahas pada hari itu, yang telah disesuaikan dengan silabus dan
diberikan.
(4)Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
(5)Mengulang kembali materi pelajaran sebelumnya secara singkat tapi mencakup semua aspek bahan yang telah dibahas sebelumnya.49
Tujuan tahapan ini, pada hakikatnya adalah
mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap materi
pelajaran yang t
kondisi belajar dalam hubungan
segera akan diajarkan. Kegiatan ini penting untuk dilakukan,
sebab kegiatan belajar dan memahami materi pelajaran itu
kebanyakan bergantung pada pengenalan siswa terhadap
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan yang
akan diajarkan.
Intruksional/Kegiatan Inti
Tahap intruksio
pengajaran”.50 Pada tahap ini guru menyajikan materi
pelajaran (pokok bahan) yang disusun lengkap dengan
persiapan model, metode dan strategi mengajar yang
dianggap cocok.
Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiata
sebagai berikut:
(1)Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa
(2)Menuliskan
49
Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …, h. 3-5.
50
tujuan pembelajaran, sebab materi bersumber dari tujuan.
(3)Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi (4)Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya
diberikan contoh-contoh konkret.
(5)Penggunaan alat bantu pengajaran untuk emperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat
nya oleh para siswa.51
baiknya
(c) iatan Penutup
tang materi yang dibahas tadi, maka guru dapat memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang ada
m
diperlukan.
(6)Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi pelajaran yang telah dipelajari. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis di papan tulis untuk dicatat oleh siswa, jika waktu memungkinkan penulisan kesimpulan ada baik
Kegiatan yang ditempuh dalam tahapan ini, se
dititik beratkan kepada siswa yang harus lebih aktif
melakukan kegiatan belajar. Untuk itu haruslah dipilih
pendekatan mengajar yang berorientasi kepada cara belajar
siswa aktif.
Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut/Keg
Tahap terakhir proses mengajar terdiri atas “kegiatan evaluasi
dan tindak lanjut (follow up)”.52 Pada tahap ini guru
melakukan penilaian keberhasilan belajar siswa yang
berlangsung pada tahap intruksional.
Kegiatan pada tahapan ini antara lain:
(1)Mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa atau kepada beberapa siswa, mengenai semua pokok materi pelajaran yang telah dibahas pada tahapan kedua.
(2)Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70 % (persen), maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai oleh siswa.
(3)Untuk memperkaya pengetahuan siswa ten
r Mengajar dan Micro Teaching, …, h. 116-1
52
Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan…., h. 214.
51
hubungannya dengan topik atau pokok materi yang telah dibahas tadi.
(4)Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya. Informasi ini perlu dilakukan agar siswa dapat mempelajari bahasan tersebut dari sumber-sumber yang dimilikinya.53
tahap yang telah dibahas di atas, merupakan
sua
c)
Syah evaluasi merupakan “penilaian
terhad
ah program”.54 Sedangkan menurut Ali
uatu proses menentukan nilai
t siswa
Ketiga
tu rangkaian kegiatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu
sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur
waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga
rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh.
Evaluasi/Penilaian
Menurut Muhibbin
ap keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebu
Imron pengertian evaluasi adalah “s
seseorang dengan menggunkan patokan-patokan tertentu untuk
mencapai suatu tujuan”.55
Berdasarkan pengertian di atas, maka evaluasi memiliki
tujuan sebagai berikut:
(a)Merangsang kegia an
(b)M emukan sebab kemajuan atau kegagalan belajar
(c)Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan dan bakat masing-masing siswa
(d)Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan
(e)Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dengan metode mengajar.56
Merujuk pada tujuan evaluasi seperti dikemukakan di atas,
maka pelaksanaan evaluasi mempunyai manfaat yang sangat
en
53
Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …, h. 8-9.
54
Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan…., h. 139.
55
Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1986), Cet. I, h. 114.
56
besar
ng diberikan oleh guru.
E
man
bela
indi
alah “alat
enjadi dua macam yaitu:
pada aspek analisis, sintesis, dan
valuasi”.60
baik berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun
berkenaan dengan produk suatu pendidikan dan desain proses
belajar mengajar di masa yang akan datang, karena dengan
evaluasi kita dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan seorang
guru memberikan materi dan sejauh mana siswa dapat menyerap
materi ya
valuasi/penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh
a keberhasilan kegiatan pembelajaran berlangsung, kemajuan
jar tersebut dapat diidentifikasi dengan mengacu kepada
kator pencapaian yang telah ditentukan. Pada umumnya ada
dua tekhnik evaluasi yaitu dengan menggunakan tes dan non tes.
(a) Tes
Menurut Pupuh Fathurrohman tes ad
pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang
ditunjukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai
petunjuk itu”.57 Ditinjau dari bentuknya maka tes terbagi
atas:
(1) Tes tertulis ialah “tes yang soal dan jawaban diberikan
oleh siswa berupa bahasa tertulis”.58 Secara umum tes
tertulis dibedakan m
a) Tes essai disebut “juga tes uraian, karena menuntut
anak untuk menguraikan jawabannya dengan
kata-kata sendiri dan caranya sendiri”.59 Dan ini memiliki
keunggulan dari tes pilihan ganda, “tes essai
mengembangkan kemampuan berpikir siswa tingkat
tinggi, khusus
e
57
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 77.
58
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 79.
59
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 79.
60
b) Tes objektif ialah “tes yang itemnya dapat dijawab
eragaman dan kepastian tentang jawaban yang sesuai pertanyaan.
serta didik dapat memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Yang termasuk dalam bentuk tes ini adalah
benar-bannya menggunakan
akan mengucapkan jawaban
d
d
(b) Non
lai hasil belajar, ada yang bisa diukur dengan
men
Hal-(1)
kan hasil
engamatan terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang
rjadi.
n memilih jawaban yang sudah tersedia
gga peserta didik menampilkan keberagaman
baik yang menjawab benar maupun m data,
menjawab salah”.61 Ada dua macam tes
tif, yaitu:
Free response items
Penyusunan tes objektif, jawaban bebas secara umum sama dengan seluruh objektif, yakni munculnya kes
2) Fixed response items
Merupakan bentuk tes objektif karena butir-butir soal yang diberikan kepada peserta didik disertai dengan alternatif jawaban sehingga pe
salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan latihan penyusunan.62
(2)Tes lisan ialah “tes soal dan jawa
bahasa lisan. Peserta didik
engan kata-katanya sendiri sesuai dengan perintah yang
iberikan”.63
tes
Dalam meni
ggunakan tes dan ada pula yang tidak bisa dengan tes.
hal yang termasuk non tes seperti:
Unjuk kerja (performance)
Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasar
p
te
61
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 81.
62
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 81.
63
(2) Produk
Penilaian hasil kerja meliputi pula penilaian terhadap
kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi
nilaian produk ini tidak hanya melihat hasil
(3)
ng
arai dengan yang diwawancarai”.64
(4)
(5)
aftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang
(6)
a menilai karya-karya individu untuk
s
gaimana yang dikehendaki oleh
pembuat angket”.68
dan seni. Pe
akhirnya saja tetapi juga proses pembuatannya.
Wawancara
Wawancara adalah “komunikasi langsung antara ya
mewawanc
Skala sikap
Skala sikap merupakan “kumpulan
pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu objek”.65
Checklist
“Suatu d
akan diamati disebut dengan checklist (daftar cek)”.66
Portofolio
Portofolio adalah “kumpulan pekerjaan seseorang dalam
bidang pendidikan berarti kumpulan dan tugas-tugas
siswa. Pada dasarny
uatu mata pelajaran tertentu”.67
(7) Angket
Angket adalah “suatu instrumen yang berisi daftar
pertanyaan yang ditujukan kepada responden dengan
maksud agar responden memberikan jawaban, informasi
dan keterangan seba
64
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 86.
65
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 86.
66
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 86.
67
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, …, h. 159.
68
Dari berbagai macam evaluai di atas, evaluasi/penilaian
tertulis seperti jawaban benar-salah, isian singkat dan
menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan
berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan).
Alat pi
evaluasi/penilaian tertulis dalam bentuk
esa
mi
me
evaluasi/penilaian itu semua, maka
ktu pelaksanaannya, tes digolongkan
me
(1)
k mengetahui
k bahasan yang baru saja diberikan telah
(2)
alam waktu tertentu. Tujuannya
a
mengetahui daya serap siswa
terhadap keseluruhan pokok bahasan yang dipaketkan untuk
satu periode tertentu”.71
lihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan
mengingat dan memahami.
Sedangkan alat
i digunakan untuk menilai berbagai jenis kemampuan,
salnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan
nyimpulkan.
Untuk melakukan
dapat dilihat dari segi wa
njadi beberapa jenis penilaian, yaitu:
Penilaian formatif
Formatif adalah “jenis penilaian yang dilaksanakan setelah
selesai pokok bahasan tertentu, yaitu untu
seberapa jauh poko
diserap oleh siswa”.69
Penilaian sub-sumatif
Sub-sumatif ini meliputi “sejumlah pengajaran tertentu
yang telah diajarkan d
dalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa agar
meningkatkan hasil prestasi belajar siswa”.70
(3) Penilaian sumatif
Penilaian sumatif adalah “tes yang dilaksankan pada akhir
periode tertentu, untuk
69
Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, …, h. 140-141.
70
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 114.
71
Perlu diingat bahwa penilaian dilakukan untuk
hasil belajar siswa yang dapat
2. Hakikat Pemahaman Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang a. Pengertian Pemahaman
afektif, dan ranah psikom
man merupakan tipe
hasil
Purw
kema
konse
tidak
terhad
memperoleh informasi tentang
digunakan sebagai diagnosis dan untuk menetapkan tindak
lanjut yang perlu dilakukan guru dalam rangka meningkatkan
pencapaian kompotensi siswa.
Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis
besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu “ranah kognitif, ranah
otorik”.72 Dari ketiga ranah itu, ranah
kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah
karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran.
“Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi”.73
Dalam domain kognitif (Bloom) “pemaha
belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan”.74 Ngalim
anto menjelaskan “Pemahaman (comprehention) adalah tingkat
mpuan yang menuntut siswa mampu memahami arti atau
p, situasi serta fakta yang diketahuinya”. 75 Dalam hal ini siswa
hanya menghafal secara verbalitis, tetapi mengerti atau paham
ap konsep atau fakta yang ditanyakan.
Sedangkan Sardiman menjelaskan bahwa:
72
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdaka
didikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdaka
rya, 2009), Cet.XIV, h. 24.
73
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, …, h. 24.
74
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, …, h. 24.
75
Pemahaman atau comprehension merupakan salah satu unsur psikologis dalam belajar. Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasinya serta aplikasi-aplikasinya, sehingga me
memahami suatu situasi. Hal ini sangat
nyebabkan siswa dapat penting bagi siswa yang
sion atau sar yang
pemahaman
d
m
an ke dalam tiga kategori, yaitu:
han, yaitu , misalnya
mbedakan yang pokok dan
b. F
agian dari tipe hasil belajar yang
par
belajar. Memahami maksudnya, menangkap maksudnya, adalah tujuan akhir dari setiap belajar. Comprehen
pemahaman, memiliki arti yang sangat menda
meletakkan bagian-bagian belajar proporsinya. Tanpa itu, skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.76
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa
adalah kemampuan memaknai suatu materi atau informasi yang
ipelajari lebih dari sekedar mengingat, tetapi mampu menerapkan,
enganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.
Adapun jenis-jenis pemahaman, di mana dalam Nana Sudjana
man dapat dibedak pemaha
1. Tingkat terendah adalah pemahaman terjema mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.
2. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, me
yang bukan pokok.
3. Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman akstrapolasi.77
aktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Siswa Pemahaman sebagai b
merupakan objek penilaian guru karena berkaitan dengan kemampuan
a siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
a. Faktor Intern; faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, yaitu:
1) Faktor jasmaniah; faktor kesehatan, dan cacat tubuh.
76
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, …, h. 42.
77