• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Makna Warna Identitas Sufi Hudaya Kabupaten Kuningan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Makna Warna Identitas Sufi Hudaya Kabupaten Kuningan"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

Warna adalah bagian dari kehidupan yang dihasilkan dari cahaya dan pigmen. Warna dalam kebudayaan umat manusia memiliki makna tersirat maupun tertulis. Warna merupakan komunikasi visual yang dapat memberikan identitas pada masyarakat. Identitas sufi HUDAYA adalah definisi mengenai diri sufi HUDAYA yang berbasis

Tasawuf dan memiliki hakekat yaitu Harapan Untuk Dekat dengan Allah Yang Agung. Hudaya tercipta dari Guru Mursyid Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin yang memiliki harapan bagi murid-muridnya untuk berada dalam kekhidmatan dari

ukhuwah Thareqat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah, ukhuwah Islamiah, serta

senantiasa ber-istiqomah dalam suluk-nya.

Makna warna dari identitas sufi HUDAYA adalah masyarakat Islam pada umumnya memilih warna hijau atau putih untuk merepresentasikan identitas mereka, sedangkan sufi HUDAYA memilih warna biru sebagai identitasnya.

Untuk mengungkap masalah tersebut dilakukanlah penelitian terhadap sufi

HUDAYA Kabupaten Kuningan dengan menggunakan teori makna Piliang dan teori warna Munsell. Data hasil penelitian tersebut dikumpulkan melalui teknik pengamatan dan wawancara terhadap sufi HUDAYA tentang makna warna identitasnya. Semua data kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa warna biru merupakan warna sufi karena dalam makna transenden (termasuk dalam makna konotatif) biru merupakan penghubung komunikasi dengan Allah SWT. Secara makna imanen (termasuk dalam makna denotatif) warna biru merupakan manisfestasi warna laut, langit, gunung, dan lain-lain. Kedua makna tersebut menghasilkan warna biru merupakan warna yang memberikan dzat dan tanda yang mendekatkan manusia dengan Allah SWT.

(2)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kenyataannya, warna merupakan suatu elemen penting yang sangat erat kaitannya bagi kehidupan makhluk di dunia ini. Unsur warna sangat dibutuhkan dalam berbagai hal untuk maksud dan tujuan tertentu karena warna mempunyai kekuatan untuk membuatnya menjadi lebih menarik. Banyak sekali teori-teori umum dari para seniman, Ilmuwan dan sebagainya mengenai warna, itu merupakan salah satu tanda bahwa warna sangat menarik untuk dibahas, dikaji lebih dalam sehingga bisa mendapatkan informasi pengetahuan baru mengenai warna. Dalam teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ahli, kebanyakan dipandang dari segi logika dan digunakan dalam bidang akademis untuk menunjang keilmuan tertentu. Sedikit sekali warna dilihat dari sudut lain yang melintasi batas pola pikir masyarakat umumnya. Yang menjadi masalahnya adalah belum adanya jembatan penghubung antara pemahaman pikiran dari sudut logika dengan pemahaman pikiran lain sehingga belum tercipta rangkaian pemahaman tentang warna yang bertemu dalam satu titik tertentu. Untuk saat ini, pengertian warna diambil dari para ahli terdahulu yang telah diakui kebenarannya dan dipakai untuk ilmu akademis. Namun, sesuai dengan perkembangan zaman, pola pikir manusia juga ikut berkembang dengan banyak mengeluarkan gagasan ide pemahaman mengenai warna, sehingga memungkinkan adanya perkembangan pemahaman arti dan fungsi warna yang baru.

(3)

2 nasional Indonesia tanpa disadari bisa merasakan kekuatan warna yang menembus kedalam diri hanya dengan melihat, memakai warna baju kebanggan tim nasional Indonesia. Dalam hal tersebut, warna membantu memberikan kekuatan mental psikologis bagi yang melihat dan yang memakainya. Para supporter klub sepak bola yang bangga dengan ciri khas warna klub yang dibelanya sampai bisa menimbulkan efek perselisihan dengan kelompok supporter lainnya yang bisa menimbulkan efek kebencian terhadap warna tertentu karena dari perbedaan warna di daerah kelompok tersebut dan menimbulkan pertikaian. Partai–partai politik di Indonesia yang dibedakan salah satunya dengan warna seperti contoh partai dari golongan umat Islam yang identik dengan warna hijau. Dalam hal ini warna berfungsi sebagai tanda dari suatu golongan komunitas tertentu. Ketika dalam sebuah peperangan, sebuah kelompok perang yang kalah dan menyerah memberikan pesan atau tanda kibaran bendera warna putih kepada musuhnya yang bertanda memilih menyerah dalam perang. Dalam arti kiasan pun seseorang yang terlahir dari kasta teratas atau orang kaya ditandai dengan golongan darah biru padahal kenyataanya manusia darahnya berwarna merah. Di dalam program komputer, salah satu program desain, warna mempunyai kode-kode angka tertentu untuk pemilihan warna, dalam sebuah karya desain warna pun dipertanyakan keberadaannya, kegunaannya, maksud dan tujuannya, bahkan bisa menimbulkan efek yang bisa berpengaruh terhadap karya tersebut. Beberapa contoh diatas menunjukan kelebihan tentang warna yang digunakan manusia.

(4)

3 sehingga para biksu menggunakan jubah berwarna kuning (Darmaprawira, 2002)..

Dari contoh tersebut, di agama lain ada kesamaan dalam memperlakukan warna ketika dipertemukan dengan masalah agama walaupun arti dan pemahamannya berbeda. Dalam agama Islam telah ditunjukkan pula warna-warna kebesaran dalam Islam yang telah dibuktikan dalam Al-Qur’an dan Hadist mengenai warna. Contoh warna-warna di atas selain sebagai identitas bisa juga menjadi pesan Tuhan sebagai makna transenden (termasuk ke dalam makna konotasi) dari pemaknaan warna-warnanya.

Sebagian besar organisasi Islam di Indonesia memakai warna hijau dan putih sebagai identitas mereka. Banyak masyarakat memiliki persepsi bahwa warna hijau dan putih merupakan representasi dari Islam. Namun hal itu tidak terjadi pada organisasi Islam sufi HUDAYA yang memakai warna biru sebagai identitas mereka.

HUDAYA (Himpunan Pemuda Suryalaya) Kabupaten Kuningan merupakan sebuah wadah organisasi pemuda yang mempelajari, mengamalkan ilmu

tasawuf dengan berdasarkan pada ajaran Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin atau yang biasa akrab dipanggil Abah Anom. Abah Anom adalah pimpinan Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya dengan ajaran tasawuf Thareqat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah, namun tidak semua murid atau ikhwan beliau masuk menjadi anggota tersebut. HUDAYA yang mempunyai arti hakekat adalah Harapan Untuk Dekat Allah Yang Agung dan itulah yang diharapkan bisa tertanam dalam diri para anggotanya.

(5)

4 1.2 Identifikasi Masalah

Warna merupakan salah satu bagian elemen penting dalam sebuah karya desain untuk menambah kekuatan tampilan dan pesan yang akan disampaikan. Sebuah organisasi, partai politik, iklan dari suatu produk, bendera negara, seragam militer, baju Pramuka, seragam sebuah perusahaan, semuanya menggunakan warna dan mempunyai makna-makna yang sesuai dengan visi misi-nya sehingga pesan yang disampaikan kepada target yang dituju akan tercapai, selain itu juga warna bisa memberikan kesan tertentu bagi siapa saja yang melihatnya. Selain untuk menambah kekuatan sebuah karya desain, pesan, kesan, rasa, warna bisa menjadi salah satu identitas dari sebuah produk, perusahaan, atau bahkan dari setiap individu tertentu. Dalam hal ini juga, warna bisa bermakna dalam bagi kalangan tertentu seperti sufi

HUDAYA Kabupaten Kuningan yang memaknai warna sesuai dengan pengetahuannya, keadaan rohaninya, tingkatan rohaninya.

Permasalahan yang diidentifikasi dari hal tersebut antara lain :

1. Adanya makna khusus mengenai warna identitas dari sufi HUDAYA. 2. Warna dari identitas sufi HUDAYA menjadi gambaran pemahaman

tujuan hidup bagi anggotanya.

3. Warna identitas sufi HUDAYA bisa menjadi salah satu media komunikasi sufi HUDAYA dengan Sang Pencipta.

(6)

5 1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

- Apa deskripsi dari makna warna biru identitas sufi HUDAYA Kabupaten Kuningan yang menggambarkan tujuan pengamalan ajaran

tasawuf-nya dan menjadi salah satu media komunikasi dengan Sang Pencipta?

1.4 Batasan Masalah

Penelitian ini menjadikan para sufi HUDAYA Kabupaten Kuningan sebagai objek penelitian. Fokus penelitian yaitu mengenai pengertian pemahaman warna yang terdapat dalam identitas sufi HUDAYA Kabupaten Kuningan yaitu warna biru, merah, kuning, hijau, putih dan hitam.

1.5 Metode Penelitian

(7)

6 Pengumpulan data yang digunakan adalah dengan dokumentasi (berupa foto), studi pustaka dan wawancara. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Selain teknik wawancara, digunakan juga teknik observasi partisipatif. Susan Stainback (1988) menyatakan dalam observasi partisipasif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Teknik observasi partisipatif yang digunakan adalah observasi partisipatif lengkap (complete partisipation), dalam observasi ini peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi, suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelititan.

Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan analisa menggunakan teori makna Piliang dan teori warna Munsell untuk mendapatkan keterkaitan antara data dan teori yang telah ada. Dalam penelitian ini adalah mengenai makna warna yang ada dalam identitas sufi HUDAYA Kabupaten Kuningan. Identitas tersebut berupa baju kaos yang didalamnya terdapat warna-warna yang menjadi bahasan penelitian (biru, putih, merah, kuning, hijau, hitam). Setelah dianalisa dengan teori makna Piliang, selanjutnya digabungkan dengan teori warna Munsell untuk mendapatkan kecocokan fungsi lainnya dari warna identitas sufi HUDAYA tersebut.

(8)

7 1.6 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan baru yang telah ada mengenai makna warna dari segi agama yang dihubungkan dengan pengetahuan warna secara umum sehingga terciptanya informasi pemahaman pengertian baru mengenai warna hasil gabungan dari keduanya.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui makna yang sesunguhnya dari masing–masing warna yang terdapat pada identitas sufi HUDAYA Kabupaten Kuningan. Meninjau korelasi warna sebagai pesan Tuhan di kalangan sufi

HUDAYA Kabupaten Kuningan. 1.7 Manfaat Penelitian

(9)

8 1.8 Kerangka Pemikiran

Kerangka penelitian di atas merupakan sebuah tahapan untuk mendapatkan persepsi tentang makna warna identitas di kalangan sufi HUDAYA.

Analisa penelitian diarahkan ke identitas sufi HUDAYA yaitu warna yang ada pada identitas baju kaos HUDAYA. Jemaah sufi HUDAYA yang hadir dalam acara pengajian di Mesjid Al-Akhyar menjadi ruang lingkup bahan penelitian untuk melengkapi data yang dibutuhkan

warna

Makna Imanen Makna Transenden

DKV Tasawuf

Pemaknaan Warna

Sufi HUDAYA Kabupaten Kuningan

Analisa

Kesimpulan

(10)

9 1.9 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan

Isi bab ini adalah tentang penjelasan latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, metode penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Makna dalam Warna dan Identitas

Bab ini menguraikan tentang teori-teori / penjelasan secara umum mengenai makna, warna dan identitas.

Bab III Identitas Sufi Hudaya Kabupaten Kuningan

Bab ini akan menguraikan penjelasan tentang sufi, Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya dan juga sejarah adanya HUDAYA Kabupaten Kuningan

Bab IV Kajian Makna Warna Identitas Sufi Hudaya Kabupaten Kuningan

Bab ini akan menguraikan tentang makna warna yang terdapat dalam identitas sufi HUDAYA Kabupaten Kuningan.

Bab V Kesimpulan

(11)

10 BAB II

MAKNA DALAM WARNA DAN IDENTITAS

2.1 Pengertian Makna

2.1.1 Makna Denotatif dan Konotatif

Spradley (1997:122) menjabarkan makna denotatif meliputi hal-hal ang ditunjuk oleh kata-kata (makna referensial). Piliang (1998:14) mengartikan makna denotatif adalahj hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas pertandaan tahap denotatif. Misalnya ada gambar manusia, binatang, pohon, rumah. Warnanya juga dicatat seperti merah, kuning, biru, putih, dan sebagainya. Pada tahapan ini hanya informasi data yang disampaikan. Sedangkan dalam catatan Saussure menyebutkan bahwa makna konotatif adalah makna-makna lebih dalam (ideologis, mitologis, teologis) yang melatari bentuk-bentuk fisik. (Tinarbuko, 2003)

Spradley (1997:123) menyebut makna konotatif meliputi semua signifikansi sugestif dari simbol yang lebih daripada arti referensialnya. Menurut Piliang (1998:17), makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi. Contohnya gambar wajah orang tersenyum dapat diartikan sebagai suatu keramahan dan kebahagiaan. Tetapi sebaliknya, bisa saja tersenyum diartikan sebagai ekspresi penghinaan terhadap seseorang.

(12)

11 kedua makna tersebut, makna transenden lebih condong termasuk ke makna konotasi, sedangkan makan imanen lebih condong termasuk ke makna denotasi. Hal tersebut digunakan utuk mempermudah pengertian makna transenden dan imanen yang digunakan oleh sufi

HUDAYA Kabupaten Kuningan dalam memaknai setiap warna yang terdapat di identitasnya.

2.2 Pengertian Warna

Dalam buku Dasar-Dasar Tata Rupa dan Desain, Sadjiman Ebdi Sanyoto (2005). Menjelaskan bahwa warna dapat didefinisikan secara obyektif/fisik sebagai sifat dari cahaya yang dipancarkan, atau secara subyektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera pengelihatan. Secara obyektif atau fisik, warna dapat diberikan oleh panajang gelombang. Dilihat dari panjang gelombang, cahaya yang tampak oleh mata merupakan salah satu bentuk pancaran energi yang merupakan bagian yang sempit dari gelombang elektromagnetik (Sanyoto 2005).

Sebagai bagian dari elemen tata rupa, warna memegang peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari sebuah karya desain. Dalam perencanaan identitas korporasi, warna mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas. Lebih lanjut dikatakan oleh Henry Dreyfuss bahwa warna digunakan dalam simbol-simbol grafis untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut (Sanyoto 2005).

(13)

12 Marial L. David dalam bukunya Visual Design in Dress, menggolongkan warna menjadi dua, warna ekternal dan internal. Warna ekternal adalah warna yang bersifat fisika dan faali, sedangkan warna internal adalah warna sebagai persepsi manusia, cara manusia melihat warna kemudian mengolahnya di otak dan cara mengekspresikannya. (Darmaprawira, 2002 : 30). Seperti halnya sufi HUDAYA yang memaknai warna identitasnya secara internal yang menurut pemahamannya warna identitas tersebut di ambil dari warna-warna alam yang terlihat secara fisik menurut persepsi sufi HUDAYA sendiri yang kemudian dimaknai sesuai dengan tingkatan keimanannya, pengetahuannya, keadaan rohaninya.

2.2.1 Warna dalam Al-Qur’an

Mengutip dari tulisan Ahmad Mansur Suryanegara di surat kabar PIKIRAN RAKYAT pada hari Kamis 15 April 2004 yang diposting dalam halaman website Forum Diskusi Teknik Arsitektur Universitas Brawijaya, bahwa: Di Indonesia pada saat ini kurang menyadari tentang arti warna hijau, terutama bagi umat Islam. Warna hijau sebagai warna yang terkait dengan warna kubah makam Rasulullah SAW di Madinah, keranda jenazah, bendera wabah di Kesultanan Yogyakarta, meja kehakiman, ruang serta busana operasi dokter. Meja pengadilan yang berwarna hijau bermakna tempat diputuskannya hukuman mati, ruang operasi dan busana dokter dalam operasi sebagai lambang bertarungnya dokter dengan kematian. Dan ada salah satu bendera Kesultanan Yogyakarta namanya Kyai Tunggul Wulung yang warna dasar bendera tersebut adalah hijau. Bendera tersebut diarak keliling kota untuk mencegah wabah yang berdampak kematian massal. Menurut isi Al-Qur’an dalam Surah Al-Kahfi ayat 31 dan Surah Al-Insan ayat 21 yang menyebutkan bahwa, orang yang beriman dan beramal shaleh akan memperoleh surga yang kekal, dan

busananya dari sutera berwarna hijau yang halus dan tebal serta

(14)

13 dijadikan inspirasi partai politik umat Islam di Indonesia untuk warna benderanya. Disebutkan dalam Al-Qur’an warna hijau sebagai warna busana surga, yang artinya dipakai sesudah wafat. Seperti dalam budaya masyarakat Islam setiap pembangunan rumah, pada kerangka atap suhunan dikibarkan Merah Putih, dengan harapan mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW.

Demikian pula makna warna dari busana militer di Indonesia dengan warna hijaunya. Hal itu memberikan pengertian sebagai penyesuaian pada lingkungan fisik Indonesia yang serba hijau dengan banyaknya hutan rimba, bukit, dan sawah. Selain itu juga bermakna dalam menegakkan keamanan negara dan bangsa yang berkemungkinan besar berhadapan dengan perang dan kematian.

2.2.2 Teori Warna Teori Munsell

Warna merupakan elemen penting dalam semua lingkup disiplin seni rupa, bahkan secara umum warna merupakan bagian penting dari segala aspek kehidupan manusia. Hal tersebut dapat dilihat dari semua benda yang dipakai oleh manusia, semua peralatan, pakaian, bahkan alam disekeliling merupakan benda yang berwarna. Begitu pentingnya peranan warna bagi kehidupan manusia, warna sering dipakai sebagai representasi dari alam, dan sebagai komunikasi. (dikutip dari alamat blog www.daniarwikan.blogspot.com milik Stef. Daniar Wikan Setyanto, dosen fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro Semarang lulusan DKV ISI Jogjakarta 2008)

(15)

14 Contoh warna hijau untuk menggambarkan daun, rumput; dan biru untuk laut, langit dan sebagainya. Warna dalam hal ini lebih mengacu pada sifat-sifat alami dari obyek tertentu misalnya padat, cair, jauh, dekat (Adi Kusrianto). Pemaknaan warna dalam identitas sufi

HUDAYA juga diambil dari sifat objek secara nyata terutama warna biru yang diambil dari warna laut, langit dan gunung yang menurut persepsi sufi HUDAYA berwarna biru.

Warna menempatkan dirinya sebagai bagian dari simbol (symbol). Warna merupakan lambang atau sebagai perlambang sebuah tradisi atau pola tertentu. Warna sebagai komunikasi seringkali dapat dilihat dari obyek-obyek seperti bendera, logo perusahaan, fashion. Warna merupakan sebuah perwakilan atau bahkan sebuah obyek pengganti bahasa formal dalam mengkomunikasikan sesuatu misalnya: merah perlambang kemarahan, patriotisme, seksualitas; kemudian putih sebagai perlambang kesucian, kebersihan, kebaikan (Adi Kusrianto). Warna-warna yang ada di identitas sufi HUDAYA menjadi sebuah alat komunikasi untuk mewakili bahasa formal seperti warna merah yang berartikan cinta namun memiliki perluasan makna yang lebih luas ketika dihubungkan dengan ajaran tasawuf-nya yang berarti secara transenden cinta kepada Sang Pencipta.

2.3 Pengertian Identitas

(16)

15 teori peran (dikutip dari WordPress.com yang dikirim tanggal 12 Mei 2009 pada pukul 1:54 am).

Teori Stryker mengkombinasikan konsep peran (dari teori peran) dan konsep diri/self (dari teori interaksi simbolis). Bagi setiap peran yang ditampilkan dalam berinteraksi dengan orang lain, mempunyai definisi tentang diri sendiri yang berbeda dengan diri orang lain, yang oleh Stryker dinamakan “identitas”. Jika setiap individu memiliki banyak peran, maka bisa juga memiliki banyak identitas. Perilaku setiap individu dalam suatu bentuk interaksi, dipengaruhi oleh harapan peran dan identitas diri, begitu juga perilaku pihak yang berinteraksi dengan setiap individu tersebut (dikutip dari WordPress.com yang dikirim tanggal 12 Mei 2009 pada pukul 1:54 am). Ketika manusia bertanya tentang keberadaan dirinya, disitulah sebenarnya manusia telah berupaya membedakan dirinya dengan yang lain, atau kita dengan mereka. Dalam perbedaan tersebut timbul pula identitas aku, mereka, dan yang lain. Identitas bisa berbentuk kebangsaan, ras, etnik, kelas pekerja, agama, umur, gender, suku, keturunan.

Identitas diri seseorang dapat dipahami dari ciri khasnya mulai dari fisik, kemampuan dalam suatu bidang pekerjaan, keahliaan, sifat, gaya hidup, cara berpakaian, cara berbicara, bahasa.

(17)

16 Suatu individu akan berusaha mendekatkan dirinya kepada karakter kelompok mana dia merasa lebih memiliki di tengah-tengah identitas diri yang banyak (Campbel, 1958; Hamilton & Sherman, 1996; Lickel et al., 2000: dalam Stangor, 2004).

(18)

17

BAB III

IDENTITAS SUFI HUDAYA KABUPATEN KUNINGAN

3.1 Pengertian dalam Sufi

Sufi tidak lepas dari ilmu tasawuf, karena tasawuf adalah akhlak yang terpuji, yang tampak di masa yang mulia, bersama dengan orang-orang yang mulia. Jadi, sufi adalah seorang hamba yang setiap waktu meningkat kebaikannya, di muliakan dan dicintai Allah karena kebersihan hatinya dari selain Allah. Bagi orang-orang sufi, kejelekan banyak alasannya, tetapi kebaikan bukan merupakan kebanggan mereka. Mereka menghormati seseorang karena kebaikan. Sufi adalah orang yang ahli ilmu tasawuf, mereka adalah orang-orang yang telah diberi Allah sehingga dilimpahi dengan nikmat-nikmat-Nya dan hal-hal yang luar biasa. Mereka tenang bersama Allah, mereka tidak berpaling dari Allah. Dzun Nun Al-Mishri mengatakan, sufi yaitu orang-orang yang mengutamakan Allah daripada lainnya, sehingga Allah lebih mengutamakan mereka daripada lainnya. Sufi adalah orang yang mencabut semua kejelekan sampai ke akarnya, dan menggantinya dengan apa saja yang benar (Hamka,1993)

Sedangkan ilmu tasawuf adalah disiplin ilmu yang lebih banyak berbicara tentang persoalan-persoalan bathin ataupun kondisi rohani. Berbagai pendapat mengenai tasawuf, ada yang berkata bahwasanya kalimat tasawuf

itu diambil dari kata shafw yang artinya bersih, sehingga orang-orang sufi

(19)

18 - Menurut penyelidik Barat sebagai Von Harmer mengeluarkan pendapat yang lebih baru dari ambilan logat itu. Kalimat Tasawuf itu diambil dari dua kata Yunani, yaitu theo dan sofos. Theo artinya Tuhan, Sofos artinya Hikmat. Jadi, tasawuf menurut mereka adalah Hikmat Ketuhanan (Al-Hikmatul Ilahiyah). Tasawuf ialah ingat kepada Allah walaupun dalam beramai-ramai, rindu kepada Allah dan sudi mendengarkan, dan beramal dalam lingkungan mengikuti yang dicontohkan oleh Rasulullah. (Hamka,1993).

- Menurut Al-Junaid, tasawuf ialah membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal (instink) manusia, memadamkan sifat-sifat kelemahan diri sebagai manusia, menjauhi segala seruan dari hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, dan bergantung kepada ilmu-ilmu hakikat, memakai yang penting terlebih kekal, menaburkan nasehat kepada sesama ummat manusia, memegang teguh janji dengan Allah dalam hal hakekat, dan mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syari’at (Hamka,1993).

Dalam Islam, ada jasmani dan rohani, dimana jika ingin kaafah islamnya, maka harus beribadah kepada Allah. Dari sinilah muncul yang namanya syareat, thareqat, hakikat dan ma’rifat. Syareat adalah yang mengatur ibadah jasmani, seperti gerakan shalat dan lain-lain. Ilmunya disebut fiqih, ulamanya disebut fuqoha dan mahzab-nya banyak, namun ada empat yang terkenal, yaitu Maliki, Hambali, Hanafi dan Syafe’i.

Untuk mengatur ibadah rohani yaitu thareqat yang artinya jalan rohani

manusia menuju kepada Allah. Ilmunya disebut tasawuf, ulamanya disebut

(20)

19 Di zaman Wali Songo dulu, mursyidnya adalah Sunan Ampel. Sunan Gunung Djati adalah mursyid Satoriyyah, dan wali lainnya yang ditunjuk oleh Allah menjadi mursyid. Di zaman sekarang, mursyid thareqat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah adalah Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin (Abah Anom), Suryalaya, dan mursyid thareqat Saziliyyah adalah Habib Lutfi, Pekalongan , dan masih banyak lagi mursyid-mursyid dari tharekat lainnya. Oleh mursyid itulah seseorang yang ingin menjadi wali, dibimbing mulai dari pelaksanaan syareat, thareqat (yang akan mengantarkan pada pengenalan akan Allah), sampai memahami hakekat kebenaran Islam dengan seyakin-yakinnya tanpa keraguan dan perdebatan lagi dalam hati, hingga mencapai ma’rifat. Jika semua itu telah bisa tercapa dengan sempurna, maka jadilah orang itu sebagai pengamal tasawuf sejati yang disebut sufi, yang artinya orang yang sudah bersih hatinya dari segala pengaruh buruk setan dan hawa nafsu, sehingga jadilah dia seorang wali Allah.

3.2 Basis Thariqat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah : Pesantren Suryalaya

Gambar 3.1 Ki-ka : Abah Sepuh (Alm), Abah Anom, putra pertama Abah Anom (Kang Haji Alm.)

Sumber :HUDAYA Kab. Kuningan

(21)

20 dan Gunung Sawal di hulu Sungai Cintandui Jawa Barat. Didirikan oleh Almarhum Syekh Haji Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad yang biasa akrab dengan panggilan Abah Sepuh pada hari Kamis 7 Rajab Hijriah (5 September 1905), pesantren ini merupakan pusat ajaran thareqatQodiriyyah Naqsabandiyyah. Cabang-cabangnya telah tersebar di seluruh Indonesia, bahkan telah menembus sejumlah negara di Asia, seperti : Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Jepang dan China, serta perwakilannya di beberapa negara di dunia, seperti : Amerika Serikat, Kanada, Rusia, Afrika Selatan, Arab Saudi dan negara-negara lainnya. Abah Sepuh adalah murid Syekh Tolhah Kalisapu, Cirebon. Pada masa perjuangan kemerdekaan, Pondok Pesantren Suryalaya pernah menjadi tempat persembunyian para pejuang, antara lain A.H. Nasution, Solihin G. P dan Umar Wirahadikusumah.

Gambar 3.2 Suasana saat mengantri bertemu Abah Anom Sumber : HUDAYA Kab. Kuningan

(22)

21 beberapa cabang tempat pembinaan ini seperti di Bandung dan Jakarta. Pondok INABAH resmi didirikan tahun 1980.

Di tangan Abah Anom, thareqat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah mengalami kemajuan yang sangat pesat dan luas di dalam maupun luar negeri hingga sekarang ini. Murid-muridnya hingga saat ini telah mencapai jutaan orang yang tersebar di seluruh dunia dan berasal dari berbagai macam kalangan, suku, ras, dan strata sosial. Mulai dari petani kecil, pedagang, pengusaha, artis, bahkan pejabat negara, baik pusat maupun daerah. Dari sekian banyak murid, ada juga yang telah membentuk organisasi dan perhimpunan, salah satunya adalah HUDAYA Kabupaten Kuningan Jawa Barat.

Gambar 3.3 Ki-ka : Gerbang Puncak Suryalaya Makam Abah Sepuh dan foto Abah Anom dengan para

wakil talqin di rumah Abah. Sumber : HUDAYA Kab. Kuningan

3.3 HUDAYA Kabupaten Kuningan

Dalam arti syariat HUDAYA adalah Himpunan Pemuda Suryalaya, namun

(23)

22

waridloka mathlubi, a’thini mahabbataka wama’rifataka. Dan yang

diharapkan menjadi yang mulia adalah orang-orang itu sendiri yang memiliki harapan itu, yang diharapkan oleh Maha Guru Syekh Mursyid menjadi orang-orang yang berada dalam kemuliaan dan dimuliakan Allah SWT.

HUDAYA tercipta dari arif dan bijaksananya seorang Maha Guru yang tercinta bagi mereka muridnya, penghamba jalan menuju pusat cahaya di atas cahaya. Pengetahuan Maha Guru, Sayyidi Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin yang tinggi, yang mengetahui apa yang pantas, yang ada, dan yang akan ada termasuk HUDAYA bagi murid-muridnya yang dicintai agar berada dalam kekhidmatan dan tak terelakkan dari ukhuwah thareqat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah,ukhuwah Islamiyyah, serta senantiasa ber-istiqomah dalam

suluk-nya.

Gambar 3.4 Jemaah HUDAYA Kab. Kuningan Sumber : HUDAYA Kab. Kuningan

(24)

23 Muhammad SAW yang berpangkal pada rahmat Ar-Rohman, Al-Fattah, membuka siratan keindahan dari warna dan nama yang ada. Segala sesuatunya bermakna, tidak ada yang tersia-sia, semuanya sempurna dari Al Mursyid Kamil wa Mukamil.

3.3.1 Identitas Sufi HUDAYA Kabupaten Kuningan

Kostumnya berbentuk t-shirt atau baju kaos yang dalam bahasa-sunda bermakna hakekat ka-aos (terbaca). Modelnya yang sederhana mengikuti ajaran Rasulullah SAW, lengannya panjang mengartikan tuntas, sempurna, dan tidak setengah-setengah. Dihiasi dua strip warna putih pada sepasang pergelangan tangan dan badan bawah yang menunjukan kesempurnaan, seimbang (syareat dan hakekat). Strip putih sendiri berarti berpegang teguh pada Al-Quran dan Al-Hadist, serta menyimbolkan penyatuan dua thareqat, Qodiriyyah dan Naqsyabandiyyah.

Gambar 3.5 Kaos HUDAYA tampak depan dan lambang HUDAYA

Sumber : HUDAYA Kab. Kuningan

(25)

24 derajat wali adalah berwarna biru. Biru adalah warna keagungan, kebesaran, sebagaimana manisfestasi warna laut, langit, gunung, yang menyiratkan suatu yang dalam, tinggi, luas dan besar. Tulisan HUDAYA berwarna kuning berarti mulia seperti halnya cahaya mahkota dari para raja, outline warna hitam (warna kamilin) berarti kesempurnaan, berlatarkan warna merah yang berarti mahabbah

(cinta).

Gambar 3.6 Tulisan HUDAYA yang berada di kaos HUDAYA bagian belakang

Sumber : HUDAYA Kab. Kuningan

Lambang Pondok Pesantren Suryalaya di dada kiri (jantung) menyiratkan Suryalaya sebagai jantung/pusatnya dan sketsa orang bersila tawajjuh, kepala tunduk pada latifatul akhfa (bashiroh), menyiratkan kerendahan hati, kepasrahan, kekhidmatan dan kekhusuan pada Allah SWT. Dua tangan memegang lutut berarti memegang dengan seimbang antara Al-Quran dan Al-Hadits, syareat

dan hakekat, Qodiriyyah dan Naqsyabandiyyah. Kaki kanan di atas kaki kiri menunjukkan kebenaran dan kebaikan di atas keburukan. Sorban yang melingkar di kepala berarti mengikat pikirannya dari segala sesuatu selain Allah dan sebagai simbol mahkota kebesaran

(26)

25 pemaknaan dari anggota sufi HUDAYA yang telah disetujui pemaknaanya oleh pimpinan sufi HUDAYA.

3.3.2 Makna Warna di Kalangan Sufi HUDAYA

Di kalangan sufi, apapun bisa menjadi sebuah petunjuk untuk jalan kehidupan jasmani rohani, alamat akan adanya suatu kejadian, pertanda suatu informasi tentang keadaan diri sendiri maupun sekitarnya. Semua itu tercipta karena kepekaan diri terhadap pesan Sang Pencipta yang tentunya didasari oleh keyakinan adanya Sang Pencipta yang Maha segalanya dan tidak ada sesuatu apapun yang mampu menandinginya. Setiap agama di dunia ini, cara komunikasi terhadap Sang Pencipta yaitu melalui ibadah wajib, ibadah sunah, berdoa dan sebagainya. Seperti contohnya sebuah mimpi, sebuah kejadian, sebuah bentuk, cahaya, yang datang kepada diri merupakan salah satu cara Sang Pencipta dalam melakukan komunikasi dengan makhluknya.

(27)

26 seseorang terlihat cahaya warna pelangi, itulah pertanda bahwa orang tersebut telah nampak cahaya kewaliannya walaupun masih balita. Ketika bermimpi melihat mahkota berwarna kuning keemasan berarti akan menjadi mulia atau melihat seseorang memakai mahkota kuning keemasan berarti orang tersebut mulia dan dimuliakan atau mempunyai jabatan yang mulia. Kebanyakan pesan tersebut melalui mimpi bagi yang masih awam atau belum bersih rohaninya/bathinnya, karena mimpi datang dari alam bawah sadar atau kebenaran diri yang sesungguhnya tetapi harus tetap dipilah-pilah agar pesan tersebut benar adanya bukan dari hawa nafsu. Namun ada juga yang melalui bentuk-bentuk atau benda yang bisa dilihat secara kasat mata.

Menurut salah satu anggota sufi HUDAYA yaitu Ustad Tito Taufiqurrahman yang dibenarkan pendapatnya oleh pimpinan sufi

(28)

27 Bentuk logo dari HUDAYA yang bergambar orang bersila dengan kaki kanan di atas kaki kiri, kepala menunduk kearah jantung memakai baju taqwa dan memakai ikat sorban dikepala. Makna dari ikat sorban dikepala adalah berarti pikirannya telah diikat oleh ilmu agama karena sorban identik dengan para ulama, kaki kanan di atas kaki kiri bermakna langkah yang bagus yaitu dengan memulai kaki kanan sehingga kaki kebaikan yang harus berada di atas agar bisa terus dalam kebaikan dan kaki kiri yang harus ditekan agar langkah yang kurang bagus bisa ditekan dengan kebaikan. Baju taqwa adalah pakaian yang dikenakannya adalah ketaqwaan yang berarti juga semoga bisa menjadi manusia taqwa. Kepala ditundukan kearah jantung sebelah kiri yang berarti tunduk kepada sang maha guru karena tepat pada jantung terdapat logo Pesantren Suryalaya, makna kedua adalah kita harus tunduk kepada hati kita karena hati adalah tempat jatuhnya pandangan Allah.

(29)

28 Nama dari sebuah warna juga bisa menjadi sebuah singkatan dari pesan yang disampaikan, baik itu nama warna dari bahasa daerah, bahasa nasional atau bahasa asing. Seperti contoh warna hitam yang bahasa sunda-nya hideung yang bermakna hideng (mengerti, dewasa), hitam (hidup tentram, hitungan amal, dsb). Warna merah yang bisa bermakna : memendam amarah, mengukir sejarah, mendapat anugrah, mencari arah, melawan arah, menyimpan/mendapat/mencari rahasia, mendapat rahmat, meraih / merangkai hati, merancang hati/hari, dsb. Warna coklat yang diplesetkan singkatannya ke bahasa sunda, cocok ngagurat (cocok, sesuai yang telah digoreskan dalam takdir atau nasib, dalam hal ini biasanya dalam pesan tentang jodoh atau pasangan hidup). Warna biru (bimbingan rohani/rutin, bintang baru/rupawan). Ada juga warna yang menyatu dalam sebuah bentuk tulisan seperti beberapa contoh dari kata hitam yang berwarna hijau yang bisa bermaksud pesan bahwa jika ingin hidup tentram harus sabar, ikhlas, atau jika bisa hidup ikhlas, sabar maka hidup akan tentram. Kalimat putih yang berwarna hitam bermakna bersih adalah kesempurnaan atau jika sudah sempurna rohaninya berarti telah bersih hatinya. Semua singkatan nama warna maupun yang lainnya itu bisa dicerna dan dipahami walau berbeda dari tiap-tiap individu karena tergantung dari pengetahuannya, kepekaannya, tingkatan rohani, kondisi rohaninya, makna warna ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Warna Makna dalam sufi HUDAYA

Merah

Cinta (mahabbah), keberanian, semangat (ghirah),

amarah, sombong.

Putih

(30)

29 Biru

Keagungan, ketinggian, keluasan, kebesaran, awal cahaya kewalian.

Kuning

Keanehan, tanda Wara’ (hati-hati), keemasan (mulia).

Coklat Rendah hati, kepasrahan.

Hijau

Sabar/kesabaran, muda, salah satu cahaya kenabian.

Hitam

Kesempurnaan (kamil/kamilin), gelapnya hati, banyaknya dosa, ketegasan, kekuatan.

Ungu Kesedihan, kerinduan.

Pink / Jingga Kesucian cinta/cinta suci, bahagia, ceria.

Abu-abu Keragu-raguan (ragu-ragu), bimbang.

Oranye Keinginan, kecurigaan, pura-pura.

(31)

30 Dari pemaknaan di atas, beberapa makan warna yang terdapat dalam identitas sufi HUDAYA adalah :

(32)
(33)

32 Outline

hitam

Kesempurnaan, tegas.

Makna–makna identitas tersebut merupakan cermin dari tujuan para

sufi HUDAYA untuk mencapai yang diharapkan sebagai seorang sufi

sejati dan makna tersebut diharapkan bisa ada dalam setiap anggota

sufi HUDAYA.

(34)

33 BAB IV

KAJIAN MAKNA WARNA IDENTITAS SUFI HUDAYA KABUPATEN KUNINGAN

4.1 Warna di Kalangan Umat Islam pada Umumnya

Di kalangan umat Islam pada umumnya, warna yang digunakan adalah menggunakan warna putih dan hijau, hal itu terjadi karena persepsi dikalangan umat Islam pada umumnya putih itu identik dengan kesucian dan hijau identik dengan warna yang selama ini dilekatkan dengan Rasulullah sebagai Nabi dan Rasul pembawa ajaran agama Islam, dan hal ini kemudian membentuk persepsi bahwa warna putih dan hijau atau keduanya secara bersamaan adalah warna Islam. Hal ini bisa dilihat dari bendera-bendera negara yang mayoritas Islam atau identik dengan Islam seperti Arab Saudi dimana yang dianggap sebagai pusat Islam dunia dan asal agama Islam itu memakai warna dasar hijau dan bertuliskan arab serta gambar pedang dan pohon kurma berwarna putih.

Warna-warna yang terdapat dalam tempat-tempat ibadah umat Islam pun, yaitu dalam masjid-masjid, khususnya yang ada di Indonesia umumnya memakai warna putih dan hijau. Warna tersebut digunakan pada bangunan masjid; dinding/tembok masjid, lantai, serambi masjid, karpet, atau pada kubah masjid-nya hingga nama masjidnya, paling tidak warna putih dan hijau hampir selalu digunakan dan menghiasai (mewarnai) di setiap tempat-tempat Ibadah (mesjid). Serta penggunaan warna putih atau hijau mendominasi sekolah-sekolah atau instansi Islam pada umumnya seperti pesantren-pesantren yang bisanya memakai warna cat bangunan, jas almamater atau lambang pesantren dengan dominasi hijau atau putih.

(35)

34 ajaran tasawuf) lainnya. Dalam thariqat lain seperti thariqat Naqsyabandiyyah Haqqoniyyah yang untuk saat ini dipimpin oleh Syekh

Nadhim Adil Haqqani, seorang Mursyid (Guru spiritual/pemimpin Thariqat), warna yang digunakan dalam thariqat tersebut adalah warna putih. Warna tersebut terdapat pada sorban ikat kepala (imamah) yang dipakai oleh seseorang yang telah mencapai tingkatan tertentu dalam kelompok tersebut, dan pakaiannya berbentuk jubah dengan menggunakan warna-warna cenderung gelap, seperti abu-abu, coklat tua, hitam, hijau tua.

Warna putih juga digunakan oleh thareqatIdrisiyyah, yang mana thariqat ini dibuat dan dipimpin oleh Muhammad bin Idris dari belah wilayah Afrika. Sebagai contoh yang lebih dekat, yaitu jamaahnya yang ada di Indonesia adalah Majelis Adz-Dzikra pimpinan M. Arifin Ilham yang setiap pengajianya memakai pakaian taqwa (koko), sarung, peci dan sorban berwarna putih, paling tidak warna putih yang paling dominan, sekalipun memiliki corak dan ornamen berwarna lain.

Selain itu, warna yang digunakan oleh organisai- organisasi masyarakat Islam yang ada di Indonensia, seperti Nahdiatul Ulama (N.U), Muhammadiyyah, dan Persatuan Islam (PERSIS) pada umunya menggunakan warna hijau sebagai warna identitasnya. Bahkan hingga partai-partai berbasis Islam sebagai perpanjangan dari organisasi besarnya seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Bintang Reformasi (PBR), kesemuanya memakai warna hijau dalam identitas kepartaiannya, walaupun hanya berbeda sedikit dalam segi cerah dan gelapnya, atau muda dan tua warna hijaunya.

4.2 Pengertian dalam Memaknai Warna di Identitas Sufi HUDAYA

(36)

35 bisa menjadi salah satu komunikasi dengan Sang Pencipta sebagai pesan Tuhan, karena untuk faham tentunya harus tahu dan mengerti pesan yang telah disampaikan oleh pembimbing maupun yang datang langsung secara tidak sadar kepada setiap anggotanya. Sebagian besar anggota tersebut hanya sebatas tahu dan sebagian yang lainnya sudah bisa faham tentang hal tersebut, namun ada juga yang tahu dan belum mengerti atau faham akan hal tersebut dari keterangan yang dijelaskan oleh pembimbing, tetapi percaya tentang yang disampaikannya mengenai makna warna identitas tersebut yang bisa menjadi pesan Tuhan. Hal seperti ini terjadi karena untuk mempelajari

tasawuf butuh keyakinan kepada pembimbing yang sudah terlebih dahulu tahu, mengerti dan faham tentang perjalanan tasawuf dan keilmuannya. Keyakinan sebagian anggota tersebut terhadap pemaknaan yang telah disampaikan oleh pembimbing adalah wajar terjadi, seperti halnya para seniman atau pada umumnya yang menyetujui mengikuti pemaknaan warna dari para seniman terdahulu atau para ahli di bidangnya. Setiap individu sesungguhnya bisa memaknai atau mengartikan semua warna yang ada sesuai dengan kemampuannya, namun semua itu tidak lepas dari pemaknaan warna yang telah dikemukakan oleh para ahli terdahulu dan menjadi tolak ukur untuk pemaknaan setiap warna. Seperti halnya di kalangan sufi HUDAYA yang menjadi tolak ukurnya adalah pembimbing sufi HUDAYA dan Guru

Mursyid-nya.

(37)

36 maupun yang dirasa oleh setiap makhluk sesungguhnya berasal dari kehendak–Nya.

Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Sadjiman Ebdi Sanyoto bahwa warna biru sebagai warna yang dapat menimbulkan kesan dalamnya sesuatu (dediepte), sifat yang tidak terhingga dan transenden, disamping itu memiliki sifat tantangan. Warna HUDAYA didominasi oleh warna biru seperti pendapat dari Sadjiman Ebdi Sanyoto bahwa warna biru dapat menimbulkan kesan dalam dan hubungannya dengan HUDAYA adalah ajaran tasawuf-nya yang mengajarkan lebih dalam ke inti hati yaitu tempat jatuhnya pandangan Allah.

Dalam pemaknaan warna identitas sufi HUDAYA dibagi dua yaitu makna

(38)

37 4.2.1 Makna Warna Biru di Identitas Sufi HUDAYA

Gambar

Keterangan Baju kaos tampak depan

Warna Biru (termasuk warna primer menurut teori Brewster)

Makna Imanen

(39)

38 Makna Transenden

Dalam perjalanan tasawuf, warna biru adalah warna cahaya awal jika menapaki maqom

(tingkatan rohani) kewalian. Warna dasar biru menyiratkan kesufian sesuai dengan pengalamannya dalam mengamalkan ajaran

tasawuf bahwa orang yang mencapai derajat wali (sufi) akan dipakaikan jubah kebesaran yang berwarna biru.

4.2.2 Makna Warna Merah di Identitas Sufi HUDAYA

Gambar

Keterangan

Terdapat pada tulisan HUDAYA Kab. Kuningan di bagian belakang baju kaos HUDAYA

Warna Merah (termasuk warna primer menurut teori Brewster)

Makna Imanen

(40)

39 hasrat, erotisme, keberanian, simbol dari api, pencapaian tujuan, darah, resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perhatian, perang, bahaya, kecepatan, panas, kekerasan

Makna Transenden

Cinta yang dimaksud adalah cinta kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, para sahabat Nabi, para Waliyullah dan orang– orang yang sungguh-sungguh mencintai Allah. Mencintai segala sesuatunya karena Allah tanpa ada selain Allah.

Berani menghadapi cobaan ujian, berani melawan kemungkaran, berani dalam berjuang demi mendapatkan cinta Allah, berani menyampingkan kesenangan dunia untuk beribadah kepada Allah.

Semangat dalam melaksanakan pengamalan

tasawuf, semangat dalam perjalanan menuju jalan Allah. Semangat dalam memperbaiki diri menjadi lebih baik.

(41)

40 Gambar

Keterangan

Terdapat pada logo Pondok Pesantren Suryalaya yang ada di dada kiri baju kaos HUDAYA bagian depan.

Warna Merah (termasuk warna primer menurut teori Brewster)

Makna Imanen

Cinta, keberanian, semangat, kemakmuran, hangat menggambarkan kemarahan, malu dan kebencian, panas. kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian, simbol dari api, pencapaian tujuan, darah, resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perhatian, perang, bahaya, kecepatan, panas, kekerasan

Makna Transenden

Cinta (mahabbah) yang dimaksud adalah cinta kepada Allah. Warna dari Thareqat

Qodiriyyah. Salah satu warna bendera

Indonesia.

(42)

41 4.2.3 Makna Warna Kuning di Identitas Sufi HUDAYA

Gambar

Keterangan

Terdapat pada tulisan HUDAYA Kab. Kuningan di bagian belakang baju kaos HUDAYA

Warna Kuning (termasuk warna primer menurut teori Brewster)

Makna Imanen

Keanehan, tanda hati-hati, keemasan (mulia), pencerahan Intelektualitas, optimisme, akal. matahari, ingatan, imajinasi logis, energi sosial, kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan, loyalitas, tekanan mental, persepsi, pemahaman, kebijaksanaan, penghianatan, kecemburuan, penipuan, kelemahan, penakut, aksi, idealisme, optimisme, imajinasi, harapan, musim panas, filosofi, ketidak pastian, resah dan curiga.

Makna Transenden

(43)

42 mengendalikan diri sendiri atau mengalahkan nafsu negatif dalam diri, karena menurut sabda Rasulullah SAW bahwa perang terbesar adalah perang melawan diri sendiri.

Gambar

Keterangan

Terdapat pada logo Pondok Pesantren Suryalaya yang ada di dada kiri baju kaos HUDAYA bagian depan.

Warna Kuning (termasuk warna primer menurut teori Brewster)

Makna Imanen

(44)

43 optimisme, imajinasi, harapan, musim panas, filosofi, ketidak pastian, resah dan curiga.

Makna Transenden

Pengharapan yang diwakili melalui makna warna kuning adalah harapan untuk bisa menjadi manusia yang mulia di sisi Allah, menjadi manusia yang berharga, mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk mengendalikan diri sendiri atau mengalahkan nafsu negatif dalam diri, karena menurut sabda Rasulullah SAW bahwa perang terbesar adalah perang melawan diri sendiri.

4.2.4 Makna Warna Putih di Identitas Sufi HUDAYA

Gambar

(45)

44 dan bagian belakang

Warna Putih (termasuk warna netral menurut teori Brewster)

Makna Imanen

Suci / kesucian, kejujuran, dasar (awam), bersih / kebersihan, dingin. kedamaian, Permohonan maaf, pencapaian diri, spiritualitas, kedewaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kesempurnaan, kebersihan, cahaya, takbersalah, keamanan, persatuan.

Makna Transenden

Dasar yang dimaksud adalah menunjukan kesempurnaan yang seimbang yaitu dimulai dari dasar syareat dan hakekat. Dasar ilmu

tasawuf dari penyatuan dua thareqat yaitu

Qodiriyyah dan Naqsyabandiyyah

Suci yang dimaksud adalah berpegang teguh pada kitab suci Al-Quran dan Al-Hadist. Bersih yang dimaksud adalah bersih jasmani dan rohaninya.

Jujur yang dimaksud adalah jujur dalam setiap ucapan dan tindakannya. Jujur dalam pengamalannya.

(46)

45 Gambar

Keterangan

Garis lambang HUDAYA yang terdapat di tengah-tengah baju kaos HUDAYA bagian depan

Warna Putih (termasuk warna netral menurut teori Brewster)

Makna Imanen

Suci/kesucian, kejujuran, dasar (awam), bersih / kebersihan, dingin. kedamaian, Permohonan maaf, pencapaian diri, spiritualitas, kedewaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kesempurnaan, kebersihan, cahaya, takbersalah, keamanan, persatuan.

Makna Transenden

Bersih yang dimaksud adalah bersih dari niat selain Allah. Jujur yang dimaksud adalah jujur dalam perkataan dan tindakan.

(47)

46 4.2.5 Makna Warna Hijau di Identitas Sufi HUDAYA

Gambar

Keterangan

Logo Pondok Pesantren Suryalaya yang ada di dada kiri baju kaos HUDAYA bagian depan.

Warna Hijau (termasuk warna sekunder menurut teori Brewster)

Makna Imanen

Sabar/kesabaran, muda, salah satu cahaya kenabian, sejuk, warna bumi, muda, kesuksesan materi, pembaharuan, daya tahan, keseimbangan, ketergantungan dan persahabatan

Makna Transenden

Sabar yang dimaksud adalah sabar dalam menuju jalan Allah, sabar dalam mengamalkan ajaran tasawuf, sabar dalam menghadapi setiap cobaan,

Maksud dari makna salah satu cahya kenabian yaitu berharap selalu dapat syafaat

dari Nabi Muhammad SAW dan mewarisi sifat-sifat Nabi salah satunya sabar.

(48)

47 4.2.6 Makna Warna Hitam di Identitas Sufi HUDAYA

Gambar

Keterangan Terdapat pada tulisan HUDAYA dan Logo Ponpes Suryalaya

Warna Hitam (termasuk warna netral menurut teori Brewster)

Makna Imanen

Misteri, gelapnya hati, banyaknya dosa, ketegasan, kekuatan. perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif, mengikat, kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan, ketakutan, kejahatan, ketidak bahagiaan, perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu yang melanggar (underground), modern music, harga diri, anti kemapanan

Makna Transenden

Ketegasan yang dimaksud adalah tegas dalam bersikap, bertindak dalam pengamalan ajaran

tasawuf

(49)

KAJIAN MAKNA WARNA IDENTITAS SUFI HUDAYA

KABUPATEN KUNINGAN

DK 38315 Skripsi Semester II 2009/2010

Oleh:

Maulana Hidir 51906208

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(50)

iii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

KOSAKATA ………...viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Batasan Masalah ... 5

1.5 Metode Penelitian ... 5

1.6 Tujuan Penelitian ... 7

1.7 Manfaat Penelitian ... 7

1.8 Kerangka Penelitian ... 8

1.9 Sistematika Penulisan ... 9

(51)

iv

2.1.1 Makna Denotatif dan Konotatif ... 10

2.2 Pengertian Warna ... 11

2.2.1 Warna Dalam Al-Qur’an ... 12

2.2.2 Teori Warna ... 13

2.3 Pengertian Identitas ... 14

BAB III IDENTITAS SUFI HUDAYA KABUPATEN KUNINGAN 3.1 Pengertian Dalam Sufi………. ... 17

3.2 Basis Thareqat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah ... 19

3.3 Hudaya Kabupaten Kuningan ... 21

3.3.1 Identitas Sufi Hudaya Kabupaten Kuningan ... 23

3.3.2 Makna Warna di Kalangan Sufi Hudaya Kabupaten Kuningan ... 25

BAB IV KAJIAN MAKNA WARNA IDENTITAS SUFI HUDAYA KABUPATEN KUNINGAN 4.1 Warna di Kalangan Umat Islam Pada Umumnya ... 33

4.2 Pengertian dalam Memaknai Warna di Identitas Sufi HUDAYA... 34

4.2.1 Makna Warna Biru di Identitas Sufi Hudaya ... 37

4.2.2 Makna Warna Merah di Identitas Sufi Hudaya ... 39

4.2.3 Makna Warna Kuning di Identitas Sufi Hudaya ... 41

(52)

v

4.2.5 Makna Warna Hijau di Identitas Sufi Hudaya ... 46

4.2.6 Makna Warna Hitam di Identitas Sufi Hudaya ... 47

BAB V KESIMPULAN... 48

(53)

1 DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ebdi Sanyoto, Sadjiman, Drs. (2005) Dasar-Dasar Tata Rupa dan Desain.

Yogyakarta.

Faruq, Umar. (1998). Risalah Qusyairiyah Sumber Kajian Ilmu Tasawuf. Jakarta : Pustaka Amani.

Hamka, Prof. Dr. (1993) Tasawuf perkembangan dan pemurniannya. Jakarta. Pustaka Panjimas.

Kusrianti, Adi, (2007) Pengantar Desain Komunikasi Visual. Bandung: 2007, Hal. 48

Salimuddin, (2006) Thareqat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Suryalaya. Kuningan : Bulletin HUDAYA.

Syahiddin Al-Haq, Ahmad. (2006) Menjadi Wali dengan Tasawuf. Kuningan : Bulletin HUDAYA.

Taufiqurrahman, Tito, (2006) Menjadi Wali dengan Tasawuf. Kuningan : Bulletin HUDAYA.

Internet:

http://idhamputra.wordpress.com/2008/10/21/teori-identitas-sosial/ http://id.netlog.com/minardikitong/blog/blogid=19809

http://www.infoskripsi.com/Tip-Trik/Instrumen-dan-Teknik-Pengumpulan-Data.html

http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/116-metode-penelitian-kualitatif.html

(54)

2 www.daniarwikan.blogspot.com

www.google.com/makna warna/makna warna merah putih/forum diskusi arsitektur universitas brawijaya.

(55)

ii KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabbil alamin, dengan berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, syafaat Nabi Muhammad SAW, karomah barokah dan doa restu Guru Mursyid Syekh

Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin Q.s, doa tulus dan ikhlas Ibu tersayang, izin dan doa Pimpinan sufi Hudaya Syekh Ahmad Syahiddin Al-Haq, bimbingan skripsi dari Ibu Tiara Isfiaty M.Sn, dukungan doa semangat dari keluarga, pacar, sahabat dan teman seperjuangan, akhirnya Makalah Akademik ini bisa diselesaikan yang berjudul

Kajian Makna Identitas Sufi Hudaya Kabupaten Kuningan. Makalah Akademik ini mengkaji makna warna yang terdapat di identitas sufi HUDAYA Kabupaten Kuningan yang memilki makna transenden yang menjadi gambaran tujuan pengamalan ajaran tasawuf-nya. Mohon maaf jika mungkin makalah ini masih jauh dari sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan kekurangan pasti dimiliki setiap makhluknya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca dan yang mempelajarinya terutama bagi yang menciptakan makalah ini. Terima kasih.

Bandung, 2 Agustus 2010

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1
Gambar 3.2 Suasana saat mengantri bertemu Abah Anom
Gambar 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh konsentrasi EP pada kinerja emulsi menunjukkan beda nyata pada taraf kepercayaan 95 % pada semua parameter kinerja, yaitu PDP, ESI, ROCC, ROC, RCC dan hanya TAM yang

huruf a dan huruf b, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241/PMK:Oll/2008 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah Atas

Pemberdayaan ibu rumah tangga non produktif di kelurahan Sobo kabupaten Banyuwangi dapat dilakukan melalui koperasi rumah tangga yang bergerak di bidang Koperasi

Kata program berasal dari bahasa Inggris, programme atau program yang artinya rencana atau acara. Setiap harinya, televisi menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya

Pelatihan pengembangan media pembelajaran multimedia dengan pemanfaatan program Powerpoint yang akan dikembangkan dan diterapkan bagi para guru SMA ini

pemrograman OOP baik dari sisi user dengan menggunakan pemrograman Java atau dari sisi server dengan menggunakan pemrograman PHP sangatlah membantu dalam proses

Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel mendapatkan Eksekutif , developer, otokratis yang baik dan birokrat berpengaruh

Dasar Manajemen Risiko bertujuan untuk memastikan risiko-risiko yang dihadapi1. Bank maupun anak-anak usaha dapat dikenali, diukur, dikendalikan,