• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara citra merek al-azhar dengan loyalitas konsumen di sd al-azhar 15 pamulang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara citra merek al-azhar dengan loyalitas konsumen di sd al-azhar 15 pamulang"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA CITRA MEREK AL-AZHAR

DENGAN LOYALITAS KONSUMEN

DI SD AL-AZHAR 15 PAMULANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

Mardhiyah

1110018200043

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

1110018200043, Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakart4 19 Desember 2014

Yang Mengesahkan,

Pembirnbing I Pembirnbiirg

ll

M.M. Dr. Hasyim Asv'ari. M.Pd.

t{IP.19661009 199303

l

004 NIP.

-{

v
(3)

SD

Al-Azhar

15 Pamulang"

yang disusun

oleh

Mardhiyah, NIM. 1110018200043, Program Studi Manejemen Pendidikan, Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hida,vatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 20 Desember 2014.

Jakarta, 20 Desember 2014

Dosen Pembimbing I Dosen Penibimbing II

NIP.

Dr. Hasvim Asv'ari, l\{.Pd. NIP. 1e651009 199303 1{f04

(4)

Nomor Induk Mahasiswa 1110018200043, diajukan kepada Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 14 Januari 2015 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana

Sl

(S.Pd) dalam bidang Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 1 5 Januari 20 1 5

Panitia Ujian

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program

Dr. Hasyim Asy'ari. M.Pd NrP. r9661009 199303 1 004

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Dr. Zahrudin. Lc.. M.Pd NrP. 19730302200501

t

002 Penguji

I

Dr. Zahrudin. Lc.. M.Pd NIP. 19730302 200501

I

002 Penguji

II

Dra" Nurdelirya Waruwu. M.Pd. NIP. 1 9671 020 200112 2 001

Mengetahui, Munaqasah

Studi)

Tanggal

zsf

tr-oi6

.Ft...

,/,

/,

u/,-/s

(5)

Nama NIM Jurusan Alamat

Nama Pembimbing I NIP

Nama Pembimbing ll NIP

MENYATAKAN

DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang trerjutiul lluiiun$aa Antara Citra llterelr- Al-Azhar rtengan Loyalitas Konsumen di sD Al-Azhar 15 Pamulang adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

lr,f ^-.lL:-.^LIvrar uuryall

I 1 1001 8200043

Manajemen Pendidikan

Pamulang Permai V A.32/12 Rt. 003/010 Pamulang Barat Tangerang Selatan. 1 5 417

Akbar Zainudin, IVI.]VI.

Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd. 19661009 199303 1 004

Demikian surat pemyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsckriensi apabilaterbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 20 Desember 2014

\

t-Yang ldenyatakan

(6)

i ABSTRAK

Mardhiyah (NIM: 1110018200043). Hubungan Antara Citra Merek Al-Azhar dengan Loyalitas Konsumen di SD Al-Al-Azhar 15 Pamulang. Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.

Banyaknya sekolah swasta yang hadir di tengah-tengah masyarakat membuat persaingan antar sekolah dalam merekrut murid baru semakin ketat. Untuk itu diperlukan strategi pemasaran yang tepat untuk memenangkan persaingan tersebut, salah satuya melalui citra merek sekolah yang baik. Citra merek sendiri adalah persepsi yang dimiliki konsumen tentang merek tertentu. Citra merek dapat dikatakan baik jika memiliki asosiasi merek yang kuat, unik dan menguntungkan. Sedangkan loyalitas konsumen adalah orang yang memiliki hubungan yang kuat dengan objek tertentu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara citra merek Al-Azhar dengan loyalitas konsumennya. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Al-Azhar 15 Pamulang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan pola korelasional. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple ramdom sampling. Jumlah sampel penelitian yang diambil sebanyak 100 responden dari populasi sebanyak 456 orang. Analisis data kedua variabel menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan diperoleh nilai koefiesien korelasi rs sebesar 0,746. Hal ini menunjukkan bahwa citra merek

memiliki hubungan yang kuat dengan loyalitas konsumen karena berada dalam rentang 0,61 sampai dengan 0,80. Sedangkan untuk uji hipotesis digunakan uji-t diperoleh hasil thitung 11,089 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,661,

maka thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa citra merek Al-Azhar memberikan kontibusi sebanyak 55% terhadap loyalitas orang tua siswa SD Al-Azhar 15 Pamulang. Citra merek Al-Al-Azhar termasuk dalam kategori baik dan loyalitas yang dimiliki orang tua siswa dalam kategori sedang.

Berikut rekomendasi yang dapat diberikan agar citra merek Al-Azhar lebih baik. Pertama, membentuk bagian khusus Pemasaran Sekolah. Kedua,

memperbaiki program pemasaran sekolah. Ketiga, membentuk dan mengembangkan sistem Customer Relation Management.

(7)

ii ABSTRACT

Mardhiyah (NIM: 1110018200043). The Relationship Between Brand Image of Al-Azhar with Consumer Loyalty in Al-Azhar 15 Primary School. Department of Education Management Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training Syarif Hidayatullah State Islamic University 2015.

Many private schools that were present in the middle of community make competition between schools in recruiting new student become more stringent. It is necessary to appropriate marketing strategy to win competition, one of them is a

by good school’s brand image. A brand image is consumer’s perception about a

brand. A good brand image has a strong, unique and favorable brand association. Whereas consumer loyalty is the strength of the relationship between an individual and an object.

The objective of this research is to analyze the relationship between brand image of Al-Azhar with consumer loyalty. This research was held in Al-Azhar 15 Pamulang Primary School. The method that used in this research is quantitative method with correlational patterns. The sampling that used is simple random sampling technique. The sample of this research is 100 respondents with population of 456 people. The data of two variables were analyzed by using Rank Spearman correlational test and gained the values of correlation coefficient is 0,746. This value indicate the strong correlation between brand image with consumer loyalty because it is in the range 0,61-0,80. Whereas for hypothesis test is using t-test, the result is 11,089 for t-values and 1,661 for t-table with 5% of significance level. Accordingly t-values is greater than t-table. It indicates that Ho

is rejected and Ha is accepted.

Accordingly this research it can be concluded that brand image give a

contribution as much as 55% to parent’s loyalty in Al-Azhar 15 Pamulang Primary School. Brand image of Al-Azhar is in good categories and the parent’s loyalty is in medium categories.

The following recommendations are given to Al-Azhar in order to brand image of Al-Azhar be better. First, establish school marketing department. Second, improve school marketing program. Third, establish and developing Customer Relation Management system.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, anugerah dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Skripsi ini berisi tentang penelitian yang mengangkat tema Hubungan antara

Citra Merek Al-Azhar dengan Loyalitas Konsumen di SD Al-Azhar 15

Pamulang. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, beserta staf.

2. Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd., selaku Ketua Prodi Manajemen Pendidikan dan

Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan dengan sepenuh hati

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

3. Akbar Zainudin, MM., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan arahan dan selalu memberikan motivasi positif

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Drs. H. Fathi Ismail, M.M., selaku dosen Penasehat Akademik Manajemen

Pendidikan angkatan 2010 kelas A, yang telah banyak memberikan arahan dan

motivasi kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prodi

Manajemen Pendidikan.

6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan

pelayanannya dengan prima.

7. Kepala SD Al-Azhar 15 Pamulang, Ibu Yana Rodiyanah, S.Ag., beserta

dewan guru, staf dan jajarannya yang memperkenankan penulis melakukan

penelitian di sekolah.

8. Ayahanda tersayang Bapak Mardis dan Ibunda tercinta Ibu Sudiati yang telah

memberikan banyak dukungan materi dan non materi, yang tak dapat

(9)

iv

9. Bunda Linda dan Papa Arsal tersayang, yang selalu memberikan semangat,

nasihat serta berbagi pengalaman dan pengetahuan kepada penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi.

10.Maghfirah dan Marhamah yang tiada henti mencurahkan doa dan

semangatnya kepada penulis.

11.Maulana Rasyid Lubis yang telah memberikan semangat dan dorongan moral

kepada penulis.

12.Teman-teman satu bimbingan, Silvia Khairunnisa dan Abi Farhan yang selalu

memberi kabar keberadaan Dosen pembimbing dan waktu bimbingan dengan

Pak Akbar, terima kasih atas kerjasamanya.

13.Teman-teman MP-A 2010, terkhusus Evita Mawirianti, Alpina Ilham, Wulan

Sari, dan Rizky Nurmeida yang secara tidak langsung mendorong penulis

untuk segera menyelesaikan skripsinya, karena mereka sudah lebih dulu lulus.

Atas segala jerih payah dan kebaikan mereka selama ini, semoga Allah

membalasnya dengan balasan yang berlipat ganda. Amin.

Pada akhirnya, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis, dan umumnya bagi semua pembaca. Penulis sadar betul dalam

pembuatan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis berharap

adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk perbaikan dan

kemajuan penulis kedepan.

Jakarta, 20 Desember 2014

(10)

v

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR UJI REFRENSI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ...1

B.Identifikasi Masalah ...6

C.Pembatasan Masalah ...7

D.Perumusan Masalah ...7

E. Tujuan Penelitian ...7

F. Kegunaan Penelitian ...8

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.Kajian Teori 1. Pengertian Merek ...9

2. Elemen Merek ...11

3. Pengertian Citra Merek ...13

4. Pengukuran Citra Merek ...21

5. Pengertian Loyalitas Konsumen ...32

6. Jenis Loyalitas Konsumen...34

7. Pengukuran Loyalitas Konsumen ...37

8. Pengukuran Loyalitas Konsumen di Sekolah ...40

(11)

vi

C.Kerangka Berpikir ...45

D.Hipotesis Penelitian ...46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ...47

B.Metode Penelitian ...47

C.Populasi dan Sampel ...48

D.Teknik Pengumpulan Data ...49

E. Uji Coba Instrumen ...50

F. Uji Prasyarat Analisis Data ...53

G.Teknik Analisis Data ...55

H.Hipotesis Statistik ...57

I. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ...57

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Gambaran Umum Objek Penelitian ...61

B.Uji Prasyarat Analisis Data ...62

C.Deskripsi Data ...63

D.Pengujian Hipotesis ...67

E. Pembahasan Hasil Penelitian ...68

F. Keterbatasan Penelitian ...75

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ...76

B.Saran ...77

DAFTAR PUSTAKA

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Empat Jenis Loyalitas ...37

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ...47

Tabel 3.2 Jumlah Peserta Didik SD Al-Azhar 15 Pamulang ...48

Tabel 3.3 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ...56

Tabel 3.4 Variabel Citra Merek ...58

Tabel 3.5 Variabel Loyalitas Konsumen ...60

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Citra Sekolah Al-Azhar ...63

[image:12.595.115.508.171.581.2]
(13)

viii

[image:13.595.114.511.176.591.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Variabel X ...64

Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Variabel Y ...66

Gambar 4.3 Kekuatan Asosiasi Sekolah Al-Azhar ...68

Gambar 4.4 Keunikan Asosiasi Sekolah Al-Azhar ...70

Gambar 4.5 Keuntungan Asosiasi Sekolah Al-Azhar ...71

Gambar 4.6 Sikap Loyal Orang Tua Siswa SD Al-Azhar 15 Pamulang ...73

(14)

1

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang. Hal ini juga

ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan “Setiap orang

berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak

mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan

teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi

kesejahteraan umat manusia”.1

Oleh karenanya menjadi hak setiap warga negara

untuk memperoleh pendidikan yang layak sesuai dengan aspirasi dan

kebutuhannya masing-masing dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya.

Untuk menjamin hak setiap warga negaranya, maka menjadi kewajiban bagi

pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan sistem pendidikan

nasional dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa.

Penduduk Indonesia yang heterogen dan mencakup wilayahyang luas,

membuat pemerintah tidak mampu menyediakan pendidikan yang sesuai dengan

keinginan semua kelompok masyarakat. Untuk itu, pemerintah juga memfasilitasi

masyarakat untuk dapat berperan serta dalam sektor pendidikan. Peran serta

tersebut diwujudkan salah satunya dengan pendirian sekolah-sekolah swasta yang

dikelola oleh yayasan yang mandiri.

Peran serta masyarakat tersebut kemudian diperkuat pemerintah dengan

adanya landasan hukum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 16 yang menjelaskan

“Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai

perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat”.2

Dengan payung hukum tersebut, kemudian mulai berdirilah berbagai institusi

berbasis yayasan yang semakin ramai hadir di tengah-tengah masyarakat. Salah

1Republik Indonesia, “

Undang-Undang Dasar 1945”, Bab XA, pasal 28C, ayat 1. 2

(15)

satu diantaranya adalah Sekolah Al-Azhar yang dibawah naungan Yayasan

Pesantren Islam Azhar. Sebagai salah satu sekolah Islam di Indonesia,

Al-Azhar mampu menunjukkan komitmennya dalam upaya mencerdaskan kehidupan

bangsa serta pembinaan umat.

Kini Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar menjadi salah satu yayasan besar

yang bergerak di bidang pendidikan Indonesia. Al-Azhar dikenal sebagai salah

satu sekolah yang berhasil membentuk akhlak siswa-siswinya. Selain itu,

Al-Azhar juga dikenal sebagai salah satu sekolah yang berhasil menghantarkan

siswa-siswinya meraih prestasi di berbagai bidang samapi ke tingkat Nasional.

Menjelang tahun 2000, di Indonesia mulai bermunculan sekolah-sekolah baik

bercorak nasional maupun keagamaan, yang berafiliasi dengan kurikulum luar

negeri. Sekolah-sekolah ini kemudian dikategorikan sebagai sekolah berstandar

internasional. Hadir dengan fasilitas yang lengkap, serta program-program bahasa

inggris seperti kelas bahasa inggris yang dilengkapi native teacher ataupun study tour ke luar negeri dan lain sebagainya.

Kehadiran sekolah-sekolah tersebut menawarkan sesuatu yang “lebih

menarik” dalam pendidikan khususnya bagi segmen keluarga menengah ke atas.

Sekolah yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang pembelajaran yang lengkap,

menggunakan kurikulum internasional,serta biaya sekolah yang lebih terjangkau

dianggap lebih sesuai dengan kebutuhan dalam menghadapi globalisasi, serta

dipromosikan dengan baik melalui program pemasaran yang baik,

sekolah-sekolah ini dengan cepat mampu menarik perhatian orang tua. Keadaan ini

menjadi ancaman bagi sekolah-sekolah swasta yang telah hadir sebelumnya

termasuk salah satunya SD Al-Azhar 15 Pamulang.

Sementara itu sekolah-sekolah konvensional yang telah berdiri sekian lama

sebelumnya seperti SD Al-Azhar 15 Pamulang, belum memandang program

pemasaran sekolah sebagai hal yang harus ditangani secara khusus dan serius.

Banyak sekolah-sekolah seperti sekolah Al-Azhar menganggap kegiatan

pemasaran sekolah bukanlah hal yang penting, karena tidak ada kaitannya

langsung dengan peningkatan mutu pembelajaran. Padahal sebagai sekolah swasta

(16)

siswa baru dan mempertahankan siswa yang lama setiap tahunnya sehingga

pemasukan dari uang sekolah siswa dapat dijaga kestabilannya untuk mendukung

operasional sekolah. Hal inilah yang sangat disadari oleh sekolah-sekolah swasta

baru tersebut, sebagai kompetitor baru tentu peluang mereka untuk lebih dikenal

masyarakat lebih kecil dibandingkan dengan sekolah lama seperti Al-Azhar.

Namun dengan adanya program pemasaran yang baik disertai dengan promosi

yang lebih menarik mereka mampu memenangkan persaingan dalam merekrut

siswa baru.

SD Al-Azhar 15 Pamulang juga mulai merasakan dampak dari ketatnya

persaingan di sektor pendidikan. Di daerah Pamulang sendiri menjelang tahun

2000 semakin ramai sekolah-sekolah swasta yang hadir di tengah-tengah

masyarakat. Baik sekolah dengan model baru seperti berafiliasi dengan kurikulum

luar negeeri maupun sekolah yang sama dengan Al-Azhar, yakni berbasi

keagamaan. Dampak persaingan mulai dirasakan ketika Penerimaan Siswa Baru

(PSB), dimana Al-Azhar mulai kesulitan untuk menarik perhatian orang tua baru

untuk menyekolahkan anaknya di Al-Azhar. Sebagai akibatnya, sekolah yang

memiliki kapasitas untuk 30 siswa setiap kelasnya, tidak pernah terisi penuh.

Rata-rata satu kelas hanya terisi 20-25 siswa setiap kelasnya.

Sekolah-sekolah baru yang hadir di tengah-tengah masyarakat sudah tentu

memiliki penawaran yang lebih di berbagai sisi untuk menarik minat orang tua.

Salah satunya dari faktor biaya sekolah yang lebuh terjangkau oleh orang tua

siswa. Seperti kita ketahui bahwa untuk tingkat SD rata-rata orang tua siswanya

adalah keluarga baru, oleh karena itu biaya sekolah menjadi faktor yang

pertimbangan yang penting bagi orang tua untuk menyekolahkan anak mereka.

Kebanyakan sekolah-sekolah swasta baru ini menawarkan biaya sekolah yang

lebih terjangkau atau harga promosi sebagai bentuk perkenalan.

Kerjasama kompetitor baru dengan sekolah asing di luar negeri tentu

menawarkan berbagai program yang dianggap jauh lebih baik dan mendidik

dibanding sekolah konvensional seperti SD Al-Azhar 15. Seperti hadirnya

(17)

dan nilai-nilai kebudayaan sekolah yang jauh lebih modern dan berwawasan

global, para kompetitor dianggap telah mampu menyita perhatian orang tua siswa.

Kompetitor baru ini tentu sangat mengandalkan program pemasaran sekolah

yang baik. Mereka menyadari betul, bahwa mereka adalah pendatang baru dan

butuh berbagai usaha yang keras untuk dapat memenangkan persaingan dalam

menadapatkan siswa baru setiap tahunnya. Oleh karena itu salah satu program

pemasaran yang mereka andalkan adalah promosi sekolah. Salah satu program

andalan mereka adalah diskon atau keringanan biaya bagi siswa-siswi yang

memiliki saudara yang bersekolah di sekolah tersebut. Program promosi ini pada

dasarnya adalah untuk menjaga loyalitas orang tua siswa, sehingga kemungkinan

mereka untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah lain lebih kecil. Program

pemasaran seperti inilah yang belum dapat direalisasikan di SD Al-Azhar 15

Pamulang. Padahal mempertahankan konsumen yang sudah ada akan jauh lebih

mudah dibandingkan dengan mencari konsumen yang baru. Ini berarti, akan jauh

lebih mudah mempertahankan orang tua siswa yang sudah ada dibandingkan

mencari orang tua siswa yang baru pertama kali menyekolahkan anaknya di

Al-Azhar.

Masalah di atas dapat ditanggulangi dengan strategi pemasaran yang tepat.

Salah satunya adalah dengan manajemen merek sekolah. Kini Al-Azhar sudah

tidak bisa dianggap lagi hanya sebagai sebuah sekolah di bawah naungan sebuah

yayasan, tapi lebih dari itu. Al-Azhar kini dianggap sebagai sebuah merek yang

menaungi beberapa sekolah yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Al-Azhar

selain sebagai sebuah nama sekolah, Al-Azhar juga sebagai identitas sekolah

dibawah naugan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar. Untuk menarik minat orang

tua, Al-Azhar perlu membangun citra sekolah kuat. Citra sekolah yang positif

diharapkan mampu menarik minat orang tua siswa baru dan mempertahankan

siswa yang lama. Sehingga citra merek memegang peranan penting dalam

kegiatan pemasaran sekolah.

Al-Azhar merupakan sekolah yang sudah cukup lama kiprahnya di sektor

pendidikan, sehingga membentuk citra merek sekolah yang kuat dan positif akan

(18)

biasanya akan berbanding lurus dengan keberlangsungan sekolah. Ini berarti

semakin lama sebuah sekolah berdiri dan eksis di tengah-tengah masyarakat,

maka sekolah akan jauh lebih kredibel dibanding sekolah lain. Keberlangsungan

sekolah yang cukup lama tentu akan membuat sekolah semakin matang dan

memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan dengan sekolah yang baru.

Selain itu citra yayasan yang menaungi SD Al-Azhar 15 Pamulang juga akan

menjadi pertimbangan bagi orang tua siswa.

Citra merek sekolah yang positif dan kuat tentu dibentuk oleh berbagai atribut

pendukungnya. Citra merek sangat erat kaitannya dengan identitas yang ingin

dibentuk oleh sekolah, seperti visi dan misi sekolah. Citra merek juga mewakili

kepercayaan dan dapat dikatakan sebagai sebuah jaminan bagi orang tua, sehingga

orang tua percaya dengan sekolah. Jika sekolah dapat dengan baik mengelola citra

merek sekolah, Al-Azhar dapat lebih memantapkan psoisinya dan memenangkan

persaingan antar sekolah tersebut. Dengan demikian tujuan sekolah Islam

Al-Azhar dalam menyiarkan dan berdakwah melalui bidang pendidikan dapat dicapai

dengan lebih baik lagi.

Dari pemaparan berbagai masalah di atas kemudian penulis merasa perlu

menindaklanjutinya dengan meneliti lebih jauh lagi terkait masalah-masalah di

atas yang telah dipaparkan. Jika melihat masalah-masalah yang telah dipaparkan,

kasus yang terjadi di SD Islam Al-Azhar 15 Pamulang merupakan masalah yang

saling terkait dan memiliki hubungan satu sama lain. Al-Azhar sebagai sebuah

sekolah memerlukan siswa baru setiap tahunnya, mengingat keberlangsungan

Al-Azhar yang mendanai dirinya sendiri. Namun tidak selamanya merekrut siswa

baru merupakan solusi yang efektif dan efisien, karena waktu dan biaya yang

dikeluarkan untuk merekrut siswa baru tidaklah sedikit. Maka itu loyalitas

konsumen menjadi faktor penting bagi keberlangsungan sekolah. Salah satu

strateginya adalah dengan mengembangkan citra merek sekolah. Oleh karena itu

(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Tidak adanya penawaran potongan harga bagi siswa/i yang bersaudara di SD

Azhar 15 Pamulang, sehingga memungkinkan orang tua siswa SD

Al-Azhar 15 Pamulang untuk beralih ke sekolah lain.

2. Adanya anggapan bahwa program pemasaran sekolah bukanlah hal yang

penting karena tidak terkait langsung dengan peningkatan mutu pembelajaran

di sekolah, sehingga program pemasaran SD Al-Azhar 15 Pamulang belum

optimal.

3. SD Al-Azhar 15 Pamulang belum memiliki Seksi Humas Sekolah atau

Departemen Pemasaran khusus yang menangani program pemasaran sekolah.

4. Belum adanya penilaian citra merek sekolah Al-Azhar di mata konsumennya

sehingga SD Al-Azhar 15 Pamulang belum dapat menentukan program

pemasaran yang tepat.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis memberikan batasan

penelitian sebagai berikut:

1. Citra merek adalah persepsi konsumen tentang merek tertentu yang dihasilkan

dari asosiasi merek tersebut. Maka citra merek dipengaruhi oleh tiga hal,

yaitu kekuatan asosiasi merek, keunikan asosiasi merek dan keuntungan

asosiasi merek.

2. Loyalitas konsumen adalah hubungan kuat yang dimiliki konsumen pada

merek tertentu. Seseorang dapat dikatakan loyal jika menunjukkan sikap dan

perilaku yang loyal. Sikap yang loyal ditunjukkan dengan adanya kekuatan

sikap dan diferensiasi sikap yang dimiliki konsumen. Sedangkan perilaku

yang loyal ditunjukkan dengan frekuensi pembelian serta jumlah biaya yang

(20)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis dapat merumuskan

masalah ini sebagai berikut :

1. Sejauh mana tingkat loyalitas yang dimiliki orang tua SD Al-Azhar 15

Pamulang sebagai konsumen sekolah Al-Azhar?

2. Bagaimanakah citra merek sekolah Al-Azhar di mata orang tua SD Al-Azhar

15 Pamulang sebagai konsumen sekolah Al-Azhar?

3. Apakah citra merek sekolah Al-Azhar memiliki hubungan dengan loyalitas

orang tua siswa SD Islam Al-Azhar 15 Pamulang?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat loyalitas orang tua siswa SD Al-Azhar 15

Pamulang.

2. Untuk mengetahui citra merek sekolah Al-Azhar di mata orang tua siswa SD

Al-Azhar 15 Pamulang.

3. Untuk mengetahui hubungan antara citra merek sekolah dengan loyalitas

orang tua.

F. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Manfaat dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman

mengenai citra merek dan pengaruhnya terhadap loyalitas konsumen di

bidang Manajemen Pendidikan, khususnya di bidang pemasaran. Selain itu

diharapkan pula bisa menjadi dasar penelitian selanjutnya serta menambah

wawasan bagi pembaca.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah mengenai

(21)

3. Bagi Pihak Lain

Penelitian dapat dijadikan sebagai sumber pemikiran untuk perkembangan

ilmu pengetahuan khususnya di bidang pemasaran dan sebagai sarana

informasi bagi para pembaca yang akan melakukan penelitian pada bidang

(22)

9 1. Pengertian Merek

Banyaknya pilihan barang dan jasa yang hadir ditengah-tengah

konsumen menjadikan persaingan semakin ketat. Produsen dalam hal ini

harus berusaha lebih baik lagi untuk menarik perhatian konsumen agar

memilih barang atau jasa yang ditawarkannya. Oleh karena itu diperlukan

merek sebagai bentuk pembeda suatu barang atau jasa dengan yang lainnya.

Menurut American Marketing Association (AMA), merek didefinisikan

sebagai “nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu

penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para

pesaing”.3

Selaras dengan AMA, di Indonesia sendiri berdasarkan UU Merek No.

15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa “merek adalah tanda yang

berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau

kombinasi dari unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan

dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”.4

Dari pengertian tersebut

maka merek adalah bentuk konkret pembeda barang atau jasa yang dapat

berupa nama, istilah, tanda, simbol, warna atau kombinasi semuanya. Merek

menjadi sangat penting karena fungsinya sebagai pembeda yakni untuk

mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen

untuk mengevaluasi produk yang dihasilkan. Hasil evaluasi konsumen akan

sangat bergantung pada kualitas yang diberikan oleh produk tersebut. Jika

kualitas yang diberikan baik, maka konsumen akan merasa kebutuhannya

3

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas, Jilid 1, Terj. dari Marketing Management, Thirteenth Edition oleh Bob Sabran, (Jakarta : Erlangga, 2008), h. 258.

4Republik Indonesia, “

Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek,” Bab

(23)

terpenuhi dan memungkinkan konsumen untuk menggunakan produk itu

kembali.

Keller menjelaskan, “a brand is therefore more than a product, because

it can have dimension that differentiate it in some way from other products designed to satisfy the same need.”5 Berdasarkan pandangan tersebut merek bukanlah hanya sekadar produk, tapi merek lebih dari itu, karena memiliki

dimensi yang dapat membedakannya dengan produk lain, walaupun untuk

memenuhi kebutuhan yang sama. Dengan adanya merek, produk dapat

dibedakan melalui hal-hal terkait dengan tangible atau wujud merek dan

intangible atau yang tak berwujud seperti layanan, nilai atau manfaat merek. Nicolino menjelaskan mengenai unsur tangible dan intangible yang

dimiliki oleh merek. Menurutnya “merek adalah entitas yang mudah dikenali

dan menjanjikan nilai-nilai tertentu”. 6 Pengertian tersebut menggambarkan

merek sebagai barang atau jasa yang memiliki eksistensi atau lebih sering

muncul dibanding pesaing, karena memiliki ciri khasnya sebagai pembeda

dengan pesaing, sehingga mudah dikenali oleh konsumennya. Selain itu

mereka menjanjikan manfaat dari penggunaan barang atau jasa tertentu jika

konsumen menggunakannya. Disini digambarkan bahwa entitas merupakan

unsur tangible suatu merek. Sedangkan nilai atau manfaat merupakan unsur

intangible dari merek.

Hal yang senada juga disampaikan oleh Chernatony dan McDonald yang

mengatakan “A successful brand is an identifiable product, service, person or place, augmented in such way that the buyer or user perceives relevant unique added values which match their needs most closely. Futhermore its success results from being to sustain these added values in the face of competition”.7

Pengertian ini memandang merek sebagai hal yang tidak

5

Kevin Lane Keller, Strategic Brand Management Third Edition, (Upper Saddle River : Pearson Education Inc., 2008), p. 5.

6

Nicolino, Patricia F., The Complete Idiot’s Guide to Brand Management, Terj. dari The

Complete Idiot’s Guide to Brand Management oleh Sugiri, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 4. 7

(24)

terbatas pada sebuah produk atau jasa, tapi dapat juga seseorang yang

terkenal (tokoh, artis, dsb) dan tempat. Di mana mereka mudah dikenali oleh

konsumen dan juga dapat memberikan nilai lebih yang dapat memenuhi

kebutuhan konsumen. Nilai lebih inilah yang kemudian membantu

perusahaan dan mereknya untuk menghadapi kompetisi dan persaingan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa merek adalah nama, istilah,

simbol atau kombinasi dari kesemuanya yang berfungsi sebagai pembeda

sehingga produk barang atau jasa mudah dikenali oleh konsumennya

dibanding dengan pesaingnya, walaupun produk barang atau jasa tersebut

digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sama.

2. Elemen Merek

Menurut Kotler dan Keller, elemen merek didefinisikan sebagai “alat

pemberi nama dagang yang mengidentifikasikan dan mendiferensiasikan

merek”.8

Maka elemen merek adalah nama merek yang dapat membedakan

merek dengan produk pesaing. Namun, lebih dari itu Keller menjelaskan

bahwa “elemen merek adalah seperangkat ciri khas merek dagang yang

dipatenkan dan berfungsi untuk mengidentifikasi dan membedakan merek

dengan produk pesaing”.9

Dengan kata lain, elemen merek lebih dari sekadar

nama sebuah produk. Tetapi seperangkat ciri khas yang menempel pada

produk merek tertentu. Ciri khas inilah yang kemudian mampu

mengidentifikasi merek serta membedakannya dengan produk pesaing.

Adapun elemen merek atau seperangkat ciri khas merek yang dimaksud

adalah nama merek, URLs, logo, simbol, karakter, juru bicara (spokepeople), slogan, jingles, dan packages.10 Nama merek merupakan elemen paling penting bagi merek. Nama merek merupakan elemen kunci dalam

mengasosiakan produk karena merupakan informasi pertama yang dimiliki

konsumen. Nama merek haruslah yang simpel, mudah diucapkan dan familiar

agar mudah diingat. Nama merek harus mampu mewakili atau

8

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, op.cit., h. 269. 9

Kevin Lane Keller, op.cit., p. 140. 10

(25)

menggambarkan kepribadian merek, sehingga hanya dengan mendengar

nama merek, konsumen telah memiliki gambaran tentang merek.

URLs (Uniform Resource Locators) atau alamat website adalah spesifikasi lokasi halaman dari sebuah situs atau biasanya lebih dikenal

sebagai domain names. URLs menjadi sangat penting bagi sebuah merek, karena dengan adanya situs, merek menjadi lebih mudah untuk diasosiasikan

kepada konsumen, mengingat semakin banyaknya pengguna internet dewasa

ini, website menjadi salah satu media yang efektif untuk mengomunikasikan

informasi terkait produk merek. Selain itu, melalui website merek dapat membangun hubungan yang lebih intens lagi dengan pelanggannya karena

lebih mudah untuk dijangkau.

Logo biasanya berkisar pada nama perusahaan atau merek dagang yang

ditulis dengan bentuk yang berbeda, didesain secara abstrak yang mungkin

saja sama sekali tidak terkait dengan nama merek, nama perusahaan ataupun

aktivitas perusahaan. Sedangkan simbol adalah sebuah lambang yang tidak

berbentuk sebuah kata atau huruf. Dengan menggunakan logo dan simbol,

merek akan lebih mudah dikenali dan diindentifikasi oleh konsumen. Dengan

penggunaan logo dan simbol, merek dapat dengan mudah diidentifikasi oleh

konsumennya. Selain itu dengan adanya logo dan simbol, nama merek yang

mungkin saja panjang dapat dipersingkat melalui logo dan simbolnya.

Karakter adalah representasi kepribadian merek dalam bentuk sebuah

karakter baik animasi maupun nyata. Karakter merek cenderung menarik

perhatian dan sangat berguna untuk membentuk kesadaran konsumen akan

adanya merek. Namun, penggunaan karakter haruslah selalu diperbaharui

agar sesuai dengan target konsumen yang diinginkan dan sesuai dengan

perubahan jaman, mengingat karakter merupakan gambaran kepribadian

sebuah merek.

Slogan adalah beberapa frasa pendek yang dikomunikasikan secara

deskriptif atau informasi persuasif tentang merek. Slogan juga dapat

membantu konsumen untuk mengartikan sebuah merek, apakah itu dan apa

(26)

menjadi sangat penting karena slogan merupakan cara yang paling efektif

untuk mengenalkan merek tertentu kepada konsumen. Selain itu, slogan juga

biasa digunakan untuk mengomunikasikan penawaran-penawaran yang

dimiliki merek, yang mungkin konsumen tidak akan menemukannya pada

merek pesaing.

Jingles adalah pesan musik yang ditulis terkait seputar merek. Jingles

biasanya ditulis oleh penulis lagu atau komposer lagu. Jingles dibuat semenarik mungkin dan dapat mewakili sebuah merek. Dan packaging atau kemasan adalah sebuah aktivitas mendesain dan memproduksi wadah atau

pembungkus untuk sebuah produk. Kemasan menjadi penting bagi sebuah

merek, karena secara tidak langsung, kemasan dapat merepresentasikan

merek. Kemasan merek yang unik, tentu akan lebih menarik minat konsumen

dan membentuk persepsi konsumen tentang merek.

Jadi elemen merek adalah perangkat merek dagang yang

mengidentifikasi dan mendiferensiasikan merek. Elemen merek berfungsi

untuk meningkatkan pengetahuan merek dan memfasilitasi pembentukan

asosiasi merek yang kuat, menguntungkan dan unik. Elemen-elemen merek

menjadi penting peranannya dalam pembentukan citra sebuah merek karena

elemen merek merupakan medium untuk mengasosiasikan merek kepada

konsumennya.

3. Pengertian Citra Merek

Banyaknya pilihan barang dan jasa yang hadir ditengah-tengah

konsumen menjadikan persaingan semakin ketat. Produsen dalam hal ini

harus berusaha lebih keras lagi untuk menarik perhatian konsumen agar

memilih barang atau jasa yang ditawarkannya. Merek menjadi salah satu

alternatif pilihan yang digunakan produsen dalam memasarkan produk yang

ditawarkannya. Merek berfungsi sebagai pembeda produk dengan pesaing,

sehingga konsumen mampu mengidentifikasi serta mendiferensiasikan

(27)

Citra merek merupakan persepsi atau penilaian singkat konsumen

terhadap merek. Citra sendiri sering didefinisikan sebagai “total impression

of what a person or group of people think and know about an object”.11 Merek ditempatkan sebagai suatu objek yang dinilai oleh seseorang atau

sekelompok orang. Jadi citra adalah apa yang dipikirkan dan diketahui oleh

seseorang atau sekelompok orang tentang merek.

Menurut Keller “brand image is consumer’s perception about a brand,

as reflected by the brand associations held in consumer memory”.12 Yang artinya citra merek adalah persepsi yang dimiliki konsumen tentang merek

sebagai refleksi dari asosiasi merek yang ada di dalam memori konsumen.

Persepsi sendiri adalah “process of giving meaning to sensory stimuli”.13

Maka persepsi konsumen akan sangat bergantung terhadap stimulus yang

diberikan kepada konsumen. Seperti yang telah dijelaskan bahwa citra merek

adalah persepsi yang dimiliki oleh konsumen tentang merek sebagai refleksi

dari asosiasi merek. Maka dengan kata lain, asosiasi merek adalah stimulus

yang akan diartikan oleh konsumen. Maka citra merek sangat dipengaruhi

oleh asosiasi merek itu sendiri. Aaker menjelaskan bahwa “a brand association is anything that is directly or indirectly linked in the consumer’s memory to a brand”.14Artinya, asosiasi merek adalah hal-hal yang terkait langsung maupun yang tidak terkait langsung dengan merek. Merek

mengaitkan produk atau jasa yang mereka tawarkan dalam rangka untuk

memberikan kesan dan persepsi di mata konsumen mereka. Kesan serta

persepsi yang dimiliki oleh konsumen ini akan membantu konsumen dalam

menentukan pilihannya dalam membeli produk. Semakin baik asosiasi

dilakukan, maka akan semakin baik pula kesan dan persepsi yang dimiliki

11

David A. Aaker dan John G. Myers, Advertising Management, (New Delhi : Prentice Hall of India, 1983), p.134.

12

Kevin Lane Keller, op.cit., p. 51. 13

Eric Arnould, Linda Price, and George Zinkhan, Consumers, (New York: McGraw Hill, 2002), p. 310.

14

(28)

oleh konsumen. Kesan dan persepsi inilah yang kemudian menjadi petunjuk

konsumen dalam melakukan pembelian.

Menurut Roslina “citra merek merupakan petunjuk yang digunakan oleh

konsumen untuk mengevaluasi produk ketika konsumen tidak memiliki

pengetahuan yang cukup tentang suatu produk”.15

Citra merek memang

sering dijadikan sebagai acuan konsumen untuk melakukan pembelian,

dengan adanya citra merek konsumen tidak harus memiliki pengetahuan

secara keseluruhan tentang merek. Konsumen percaya jika citra merek

mampu menggambarkan merek secara keseluruhan, sehingga konsumen

dapat mengevaluasi merek secara singkat dan dengan pengetahuan merek

yang terbatas.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa citra merek

merupakan kesan, persepsi dan penilaian konsumen tentang suatu produk atau

jasa sebagai hasil dari asosiasi merek yang dilakukan oleh pemasar. Citra

merek berfungsi sebagai petunjuk bagi konsumen dalam melakukan

keputusan pembelian.

Menurut Keller asosiasi merek dapat diklasifikasikan menjadi tiga

kategori berdasarkan tingkat absraksinya, yakni atribut (attributes), manfaat (benefits) dan perilaku merek (brand attitudes).16

a. Atribut (Attributes)

Atribut merek adalah fitur deskriptif yang mencirikan produk atau jasa

sehingga membentuk karakteristik produk atau jasa terkait dengan

pembelian dan pemakaiannya. Fitur-fitur ini dibedakan berdasarkan

keterkaitannya dengan produk, yang pertama adalah atribut yang terkait

langsung dengan produk (product-related attributes) dan yang tidak terkait secara langsung dengan produk atau (non-product-related attributes).

15

Roslina, Citra Merek: Dimensi, Proses Pengembangan serta Pengukurannya, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6, 2010, h. 334.

16

(29)

Pertama, product-related attributes adalah unsur-unsur penting yang diperlukan untuk kinerja produk atau fungsi jasa yang dicari oleh

konsumen. Unsur yang dimaksud adalah komposisi fisik produk atau

syarat pelayanan jasa. Product-related attributes lebih kepada bentuk fisik yang mendukung pembentukan persepsi konsumen terhadap merek.

Kedua, non-related-product attributes adalah aspek eksternal produk atau jasa yang terkait dengan pembelian atau pemakaian konsumen. Aspek

eksternal yang dimaksud di antaranya adalah informasi harga, kemasan

atau penampilan produk, citra pengguna dan citra penggunaan. Informasi

harga menjadi atribut penting bagi produk atau jasa, namun tidak terkait

langsung. Harga menjadi sangat penting bagi pembentukan persepsi

konsumen, karena terkadang konsumen meyakini harga dapat mewakili

kualitas dari suatu barang atau jasa. Aspek eksternal yang kedua yakni

kemasan dianggap sebagai aspek yang tidak terkait langsung namun dapat

membentuk persepsi konsumen tentang merek. Bentuk dan penampilan

kemasan yang menarik dapat memengaruhi penilaian positif konsumen

tentang merek. Aspek eksternal yang lainnya adalah citra pengguna dan

pengunaan. Citra pengguna terkait dengan gambaran umum konsumen

atau orang yang biasanya membeli produk. Citra konsumen secara tidak

langsung dapat menggambarkan target konsumen dari sebuah merek.

Sedangkan citra penggunaan terkait dengan situasi atau dalam keadaan

seperti apa biasanya produk digunakan atau dibutuhkan.

b. Manfaat (Benefits)

Manfaat (benefits) adalah nilai yang dimiliki oleh produk atau jasa dapat berikan kepada konsumen. Konsumen akan melakukan pembelian

jika produk atau jasa dapat memberikan nilai lebih kepada konsumennya.

Manfaat merek dapat dibedakan menjadi tiga kategori menurut motivasi

yang mendasari mereka saling berhubungan, yakni manfaat fungsional

(30)

Manfaat fungsional (functional benefit) adalah keuntungan intrisik dari pemakaian produk atau jasa dan biasanya berhubungan dengan

product-related attributes. Misalnya, pensil memiliki manfaat fungsional sebagai alat untuk menulis. Jadi dapat dikatakan bahwa manfaat fungsional

adalah manfaat barang atau produk dalam rangka memenuhi kebutuhan

konsumen. Sedangkan manfaat pengalaman terkait dengan perasaan

konsumen ketika menggunakan produk, apakah konsumen puas dan

merasa terpenuhi kebutuhannya ketika menggunakan produk tersebut. Dan

yang terakhir adalah manfaat simbolik. Manfaat simbolik adalah

keuntungan ekstrinsik yang dimiliki produk ketika konsumen

menggunakannya. Manfaat simbolik dapat berupa penerimaan sosial atau

ekspresi personal yang didapat konsumen seperti prestise dan eksklusivitas

dari produk atau jasa tersebut.

c. Perilaku Merek (Brand Attitudes)

Perilaku merek adalah evaluasi keseluruhan yang dilakukan oleh

konsumen terhadap merek. Salah satu cara untuk mengevaluasinya melalui

model multiatribut. Model atribut menilai keyakinan yang dimiliki oleh

konsumen tentang produk atau jasa dan penilaian evaluatif dari keyakinan

tersebut. Perilaku merek menjadi sangat penting dalam pembentukan

persepsi konsumen terhadap merek karena perilaku merek dapat

membentuk perilaku dasar konsumen.

Secara singkat maka dapat disimpulkan ada tiga jenis asosiasi yang dapat

mempengaruhi persepsi konsumen terhadap merek. Yang pertama, persepsi

konsumen dapat dipengaruhi melalui asosiasi merek melalui atribut-atribut

mereknya, baik atribut yang terkait ataupun yang tidak terkait dengan merek.

Yang kedua adalah manfaat merek, baik manfaatnya secara fungsional,

pengalaman maupun manfaat simbolik. Nilai tambah yang dimiliki merek

dapat memengaruhi persepsi dan penilaian konsumen terhadap merek. Dan

yang terakhir adalah perilaku merek, dengan memengaruhi keyakinan dan

(31)

pun akan ikut terpengaruhi. Oleh karena itu, ketiga jenis asosiasi ini menjadi

sangat memengaruhi dalam pembentukan citra merek.

Menurut Aaker asosiasi merek ada beberapa macam dilihat dari

kemampuannya untuk mendiferensiasikan merek, yakni asosiasi organisasi

(organizational association), kepribadian merek (brand personality), simbol (symbol), manfaat emosional (emotional benefit) dan manfaat ekspresi diri (self-expressive benefits).17

a. Asosiasi Organisasi (Organizational Association)

Asosiasi organisasi adalah keadaan dimana pembentukan persepsi

konsumen tentang merek dibentuk dengan mengaitkan merek dengan

perusahaan pembuatnya. Penilaian konsumen akan sangat bergantung pada

citra si pembuat produk atau jasa. Bagi konsumen, kualitas suatu produk

atau jasa akan sangat bergantung pada perusahaan pembuatnya. Asosisasi

organisasi akan sangat bergantung pada orang-orang, kultur, nilai dan

program yang dimiliki organisasi atau perusahaan tersebut, bukan pada

produk atau jasanya. Citra organisasi akan jauh lebih tahan lama dan sulit

untuk ditiru oleh pesaing, sehingga memungkinkan merek tetap bertahan

di tengah-tengah persaingan.

b. Kepribadian Merek (Brand Personality)

Kepribadian merek, menggunakan kiasan merek sebagai pribadi

sesuatu yang nyata dan dapat merepresentasikan penggunanya. Sehingga

seringkali merek mengaitkannya dengan sifat-sifat yang humanity. Biasanya dengan menggunakan karakter animasi atau tokoh-tokoh yang

dapat mewakili kepribadian merek yang dipilih. Kepribadian merek

berfungsi untuk mengomunikasikan merek dan membangun hubungan

dengan pelanggan. Merek yang memiliki kepribadian biasanya cenderung

lebih mudah diingat dan menarik konsumen, sehingga lebih mudah bagi

konsumen untuk melakukan penilaian merek dan membentuk citra merek.

17

(32)

c. Simbol (Symbols)

Penggunaan simbol memberikan kohesi dan struktur merek sehingga

membuatnya lebih mudah untuk diakui dan diingat. Kehadiran simbol

dapat menjadi bahan utama dalam pengembangan merek.Peran simbol

sangatlah penting dalam pengembangan merek. Simbol dapat berupa apa

saja yang merepresentasikan merek, tapi simbol akan sangat kuat jika

divisualisasikan. Masing-masing simbol memiliki makna kiasannya

tersendiri yang dapat menggambarkan merek. Penggunaan simbol akan

membangun ingatan yang kuat di dalam memori konsumen tentang merek,

sehingga citra merek akan lebih mudah dibentuk.

d. Manfaat Emosional (Emotinal Benefits)

Manfaat emosional berhubungan dengan kemampuan merek untuk

membuat pembeli atau pengguna merasakan sesuatu selama proses

pembelian atau pemakaian. Semakin kuat identitas merek maka akan

semakin sering manfaat emosional terlibat. Perasaan yang mungkin

dirasakan oleh pengguna, seperti rasa aman, sehat,bersemangat, penting,

hangat dan sebagainya jika menggunakan merek tertentu. Manfaat

emosional biasanya terbentuk melalui pengalaman konsumen ketika

menggunakan merek. Manfaat emosional berfungsi untuk membantu

konsumen dalam menilai merek.

e. Manfaat Ekspresi Diri (Self-Expressive Benefits)

Manfaat ekspresi diri mencerminkan kemampuan pembelian dan

penggunaan merek untuk menyediakan sarana seseorang untuk

mengekspresikan dirinya. Seseorang dapat mengekspresikan konsep

dirinya menjadi seseorang yang sukses, canggih, kompeten dan lain

sebagainya jika dia membeli atau menggunakan merek tertentu. Biasanya

konsumen cenderung akan memilih merek yang dianggapnya sesuai

dengan konsep diri mereka. Konsumen beranggapan bahwa dengan

menggunakan barang atau jasa merek tertentu, maka merek tersebut telah

(33)

Dari penjelasan ini, maka terdapat beberapa persamaan konsep dengan

penjelasan sebelumnya. Yang pertama adalah persamaan konsep antara self-expressive benefits dengan symbolic benefits. Kedua manfaat ini sama-sama mengusung konsep self-concept dan personal expression. Kedua manfaat ini memandang bahwa setiap konsumen memiliki kebutuhan tempat atau sarana

untuk dapat mengeksresikan diri dengan konsep diri mereka masing-masing.

Yang kedua adalah persamaan konsep antara emotional benefits dengan

experiential benefits. Keduanya memaknai manfaat sebagai perasaan yang dimiliki konsumen selama proses pembelian atau selama pemakaian merek.

Dalam hal ini apakah merek dapat memberikan manfaat berupa pengalaman

yang baik atau buruk sehingga menimbulkan perasaan senang atau tidak

senang terhadap merek.

Yang ketiga adalah symbols sebagai bagian dari attributes, yakni atribut yang terkait langsung dengan merek (product-related attributes). Product-related attributes merupakan bahan yang diperlukan untuk menunjang kinerja produk dan jasa, dan dapat dikatakan bahwa salah satu bahan penting yang

dimaksud adalah simbol. Simbol secara langsung terkait dalam

pengembangan merek, sehingga dapat disimpulkan bahwa simbol merupakan

bagian dari atribut merek.

Maka dapat disimpulkan asosiasi merek ada lima, yakni asosiasi

organisasi (organizational associations), kepribadian merek (brand personality), atribut (attributes), manfaat (benefits) dan sikap merek (brand attitudes). Kelima hal inilah yang biasanya terkait dengan merek dan diasosiasikan kepada konsumen dalam rangka membentuk persepsi konsumen

(34)

4. Pengukuran Citra Merek

Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat

diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan,

seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.18 Pendapat lain

datang dari Malhotra yang mendefinisikan pengukuran sebagai “assigning numbers or other symbols to characteristics of objects being measured, according to predetermined rules”.19 Yang artinya pengukuran adalah pemberian nomor atau simbol lainnya untuk mengkarakteristik objek yang

diukur, berdasarkan peraturan yang telah ditentukan. Dengan kata lain

pengukuran citra merek adalah mengukur persepsi konsumen terhadap merek

untuk mengetahui karakteristiknya dengan memberikannya angka atau simbol

lainnya sesuai dengan teori yang ada.

Menurut Keller citra merek dapat diukur melalui asosiasi mereknya,

yakni kekuatan asosiasi merek (strength of brand association), asosiasi dari keuntungan merek (favorability of brand association) dan keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand association).20

a. Strength of Brand Associations

Asosiasi merek yang kuat adalah sejauh mana konsumen mengetahui

informasi produk dan mengaitkannya dengan merek. Kekuatan asosiasi

merek bergantung pada bagaimana informasi masuk kedalam ingatan

konsumen (encoding) dan bagaimana informasi itu dipertahankan sebagai

bagian dari citra merek (penyimpanan). Kekuatan adalah fungsi dari

jumlah (kuantitas) dan sifat (kualitas) informasi yang masuk. Ketika

konsumen memikirkan merek secara aktif dan mengelaborasi secara

signifikan informasi produk atau jasa, maka akan semakin kuat asosiasi

yang tercipta dalam ingatan konsumen. Dengan kata lain, kekuatan

18“Definisi Pengukuran”,

http://id.wikipedia.org/wiki/Pengukuran, 20 Agustus 2014, 21.40 WIB.

19

Naresh K. Malhotra, Basic Marketing Research, (New Jersey: Pearson Education Inc., 2009), p. 274.

20

(35)

asosiasi merek merupakan cerminan dari eksistensi merek di mata

konsumennya.

Ada dua faktor yang memengaruhi kekuatan asosiasi merek, yakni

atribut merek dan manfaat merek. Atribut merek adalah fitur deskriptif

yang mencirikan produk atau jasa. Atribut merek dibedakan menjadi dua,

yakni atribut yang terkait dengan produk (product-related attributes) dan ada juga yang tidak terkait dengan produk (non-product-related attributes). Product-related attributes adalah bahan penting untuk kinerja produk atau jasa. Yang termasuk dalam atribut ini adalah komposisi fisik

atau persyaratan layanan jasa. Sedangkan non-product-related attributes

adalah aspek eksternal dari produk atau jasa yang terkait dengan

pembelian atau pemakaian, seperti informasi harga, kemasan atau

penampilan produk, citra pengguna (seperti ciri orang yang menggunakan

produk atau jasa) dan citra penggunaan (seperti dimana dan kapan

biasanya produk atau jasa digunakan). Atribut ini berfungsi untuk

membantu konsumen mendapatkan informasi terkait produk dan

mereknya. Semakin sering atribut merek diasosiasikan, maka akan

semakin kuat informasi merek diingat oleh konsumennya.

Faktor yang kedua adalah manfaat merek, yakni nilai tambah dari

produk atau jasa yang dirasakan oleh konsumen selama menggunakan

produk atau jasa merek. Manfaat merek dibagi menjadi tiga kategori yakni

manfaat fungsional, manfaat pengalaman dan manfaat simbolik. Manfaat fungsional adalah keuntungan instrinsik yang ditawarkan merek dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Manfaat pegalaman adalah manfaat yang didapat konsumen berdasarkan pengalamannya selama

memakai produk atau jasa. Pengalaman konsumen ini akan menimbulkan

perasaan konsumen terhadap merek, apakah perasaan yang positif atau

negatif akan sangat bergantung pada pengalaman yang konsumen

(36)

biasa dikaitkan dengan prestise maupun ekslusivitas jika menggunakan

produk atau jasa merek tertentu.

b. Favorability of Brand Associations

Asosiasi merek yang menguntungkan adalah asosiasi yang dapat

meyakinkan konsumen bahwa merek memiliki atribut dan manfaat yang

dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Untuk meyakinkan

konsumen, merek harus diasosiasikan sesuai dengan harapan konsumen

(desirable) dan dapat disampaikan kepada konsumennya (delivered).

Desirablility atau keinginan adalah sejauh mana merek mengasosiasikan atributnya sesuai dengan keinginan konsumen

sasarannya. Sedangkan deliverability atau penyampaian adalah sejauh mana asosiasi merek dapat dibawakan oleh program pemasaran dengan

baik kepada konsumen sasaraanya.

1) Desirability Criteria

Menurut Keller ada tiga kriteria utama dari keinginan menurut

perspektif konsumen, yaitu relevansi (relevance), kekhasan (distinctiveness), kepercayaan (believability).21 Relevansi (relevance) adalah kesesuaian merek bagi target konsumennya. Target konsumen

dapat menemukan titik perbedaan yang relevan dan dianggap penting

secara personal. Sedangkan kekhasan (distinctiveness) adalah keunggulan yang dimiliki merek sehingga konsumen memilih merek

tersebut dibanding pesaing. Target konsumen dapat menemukan titik

perbedaan yang khas dan unggul yang tidak ditemukan pada pesaing.

Dan kepercayaan (believability) adalah penawaran yang dimiliki merek sehingga konsumen tertarik untuk memilih sebuah merek. Salah satu

caranya dengan menggunakan keunikan atribut produk, sehingga

konsumen percaya untuk memilih merek tersebut.

21

(37)

2) Deliverability Criteria

Ada tiga kriteria utama dalam menyampaikan asosiasi merek

(deliverability), yakni kelayakan (feasibility), kapasitas komunikasi (communicability), dan keberlanjutan (sustainability).22 Kelayakan (feasibility) adalah sejauh mana produk layak untuk dibeli oleh konsumen. Produk dan pemasaran harus didesain untuk mendukung

asosiasi yang diinginkan kosumen, yakni dengan memberi tahu

konsumen fakta tentang merek sehingga konsumen merasa bahwa

merek memang layak untuk dibeli.

Communicability adalah kemampuan merek untuk mengomunikasikan mereknya dan menciptakan persepsi konsumen

tentang merek. Kemampuan komunikasi dapat membentuk kepercayaan

konsumen dan kesesuian antara keinginan konsumen terhadap merek.

Keberlangsungan (sustainability) adalah kemampuan merek menempatkan posisinya, sebagai bentuk prefentif dan defensif merek

sehingga sehingga sulit diserang oleh pesaing. Kemampuan ini

bergantung pada komitmen internal dan penggunaan sumber daya

merek sebaik mungkin sebagai kekuatan pasar eksternal.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan asosiasi merek yang

menguntungkan adalah merek yang diasosiasikan sesuai dengan keinginan

konsumen dan dapat disampaikan dengan baik kepada konsumennya.

Merek yang sesuai dengan keinginan konsumen menunjukkan bahwa

merek mampu memenuhi kebutuhan konsumennya. Kemudian merek juga

harus mampu menyampaikan kepada konsumennya sehingga konsumen

mengetahuinya. Keinginan yang sesuai dan disampaikan secara baik

kepada konsumen, akan membentuk citra merek yang positif bagi

konsumen.

22

(38)

c. Uniqueness of Brand Associations

Untuk dapat bertahan di pasaran, merek haruslah memiliki

keunikannya sendiri, sehingga konsumen memiliki alasan yang menarik

untuk membeli produk atau jasa. Pemasar dapat membuat diferensisasi

yang unik secara eksplisit melalui perbandingan langsung dengan pesaing.

Atau secara implisit dengan menyorot merek tersebut. Keunikan merek

dapat berupa nilai lebih dan ciri khas yang dimiliki merek dan pesaing

tidak miliki. Keunikan yang dimiliki merek menjadi sangat pentingbagi

merek untuk membedakan diri dari pesaing dan membatasi ruang lingkup

persaingan dengan pesaing.

Keunikan asosiasi merek bergantung pada dua faktor, yakni titik

perbedaan asosiasi dan titik persamaan asosiasi. Titik perbedaan asosiasi

(point of differences associations) adalah atribut dan mafaat yang konsumen asosiasikan dengan merek, mengevaluasinya secara positif dan

mempercayai bahwa mereka tidak dapat menemukan hal yang sama

dengan merek pesaing. Sedangkan titik persamaan asosiasi (point of parity associations) adalah sejauh mana asosiasi merek memiliki kesamaan dan tidak perlu memiliki keunikan jika dibandingkan dengan merek pesaing.

1) Point of Differences (PODs) Associations

Untuk membuat titik perbedaan pada asosiasi merek membutuhkan

dua hal, yakni rencana penjualan yang unik (unique selling proposition) dan keunggulan dalam bersaing (sustanaible competitive advantages).23

Unique selling proposition atau rencana penjualan yang unik adalah keadaan dimana iklan harus memberikan alasan yang menarik yang

pesaing tidak dapat menyamainya dengan tujuan agar konsumen

membeli produk atau menggunakan jasa merek. Iklan ini didesain untuk

mengomunikasikan kekhasan produk dan manfaat produk yang unik

kepada konsumen. Sedangkan sustanaible competitive advantages atau keunggulan bersaing yang berkelanjutan adalah kemampuan dalam

23

(39)

menyampaikan keunggulan merek dalam pasar untuk jangka waktu

yang lama.

2) Point of Parity (POPs) Association

Titik persamaan asosiasi memiliki dua tipe, yakni titik persamaan

kategori merek (category points of parity) dan titik persamaan kompetitif merek (competitive points of parity). 24

Category points of parity atau titik persamaan kategori mewakili kondisi yang diperlukan bagi pilihan merek. Merek paling tidak

memiliki produk pada level produk umum (generic product) dan kemungkinan besar pada level produk yang diharapkan (expected product). Kategori titik persamaan dapat berubah dari waktu ke waktu karena kemajuan teknologi, perkembangan hukum, dan tren konsumen.

Jadi, sangat memungkinkan bagi suatu merek untuk memperluas

produk dengan menggunakan satu nama merek.

Competitive points of parity atau titik persamaan kompetitif adalah asosiasi yang didesain untuk meniadakan titik perbedaan dengan

pesaing. Merek haruslah dalam posisi yang kuat dan tidak terkalahkan

agar mampu bersaing dengan merek lainnya.

Dari penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa untuk menciptakan

citra merek yang positif maka pemasar harus menghubungkan merek ke

dalam memori konsumen melalui asosiasi yang kuat, menguntungkan dan

unik. Dengan kata lain, untuk mengukur citra merek maka kekuatan,

keuntungan dan keunikan asosiasi merek adalah dimensi dari citra merek.

Melalui dimensi ini, maka peneliti dapat mengetahui citra merek melalui

persepsi konsumen tentang merek.

Menurut Aaker, citra merek sangatlah bergantung dengan identitas merk

yang dibangun oleh perusahaan. Identitas merek dapat diukur melalui

persepsi yang dimiliki oleh konsumen terhadap merek, yakni merek sebagai

produk (brand as product), merek sebagai organisasi (brand as organization),

24

(40)

merek sebagai pribadi (brand as person), dan proposisi nilai (value proposition).25

a. Brand as Product

Konsumen memandang merek adalah sebuah produk berupa barang

ataupun jasa, oleh karena itu diperlukan asosiasi yang terkait dengan

produk (product related association). Terdapat beberapa aspek yang terkait dengan produk, di antaranya adalah ruang lingkup produk (the product scope), fungsi produk (product functions), kualitas/kinerja (quality/performance), penggunaan (uses), pengguna (users) dan negara asal (country of origin).

Pertama, aspek ruang lingkup produk (product scope) adalah kelas atau kelompok yang akan dikaitkan dengan merek. Misalnya, ketika

konsumen mendengar nama Al-Azhar maka konsumen akan

mengaitkannya dengan sekolah swasta Islam, Santa Ursula dengan sekolah

Katolik, dan seterusnya. Atau ketika konsumen diminta untuk

menyebutkan nama sekolah swasta Islam, maka konsumen akan

menyebutkan Al-Azhar.

Kedua, aspek fungsi produk (product function) adalah sejauh mana produk dapat memberikan manfaat baik fungsional maupun emosional

kepada konsumen. Konsumen akan berpikir bahwa produk ini baik ketika

kebutuhan mereka dapat terpenuhi oleh produk. Misalnya, sejauh mana

sekolah Al-Azhar dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak baik

pendidikan agama dan pendidikan secara umum.

Ketiga, aspek kualitas/kinerja (quality/performances) adalah seberapa baik dan seberapa konsistennya manfaat fungsional dan emosional

disediakan oleh merek. Merek akan dianggap baik jika mampu memenuhi

kebutuhan konsumen secara konsisten dan memuaskan konsumen

sehingga merasa senang dengan merek, maka merek telah dianggap

memiliki kualitas atau kinerja yang baik.

25

(41)

Keempat, aspek penggunaan (uses) adalah penggunaan tertentu atau aplikasi yang terkait dengan merek. Contoh seperti Al-Azhar, sekolah

spesialis untuk membentuk akhlak siswa namun tidak mengesampingkan

ilmu-ilmu pengetahuan umum. Jadi aspek penggunaan ini adalah

spesialisasi yang ingin dibentuk merek sebagai identitas merek.

Kelima, aspek pengguna (users) adalah tipe konsumen yang ditargetkan oleh merek tertentu. Misalnya, sekolah Al-Azhar yang

memiliki target konsumen yakni untuk orang tua muslim yang ingin

menyekolahkan anaknya. Aspek pengguna sangat penting mengingat

adanya spesialisasi merek, sehingga merek harus memiliki target

konsumen dan pasar yang tepat sesuai dengan identitas merek mereka.

Keenam, aspek negara asal (country of origin) adalah usaha untuk mengaitkan merek dengan negara asalnya. Dengan mengaitkan negara

asal, maka kredibilitas merek akan bertambah. Aspek ini akan sangat

bergantung pada reputasi negara itu sendiri, misalnya sekolah-sekolah

swasta yang memiliki kerjasama dengan negara-negara asal Eropa akan

dinilai lebih kredibel dibandingkan dengan sekolah-sekolah swasta yang

memiliki kerjasama dengan negara-negara asal Asia, terutama Asia

Tenggara. Hal ini sangat berkaitan erat dengan status negara Eropa yang

dikenal sebagai negara maju, sedangkan negara Asia khusunya Asia

Tenggara adalah negara berkembang.

b. Brand as Organization

Merek sebagai organisasi terdiri dari atribut merek yang menampilkan

organisasi yang memproduksi merek, baik bertentangan dengan produk

atau layanan yang terkait dengan merek (product related attributes) maupun yang tidak. Atribut merek sebagai organisasi haruslah mampu

menggambarkan citra organisasi secara tepat dan sesuai dengan yang

diinginkan. Penggambaran citra ini harus sesuai dengan keinginan

Gambar

Tabel 2.1 Empat Jenis Loyalitas ......................................................................37
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Variabel X  ....................................64
Gambar 2.1 Empat Jenis Loyalitas
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemeriksaan jumlah leukosit merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan darah dengan tujuan untuk mengetahui kelainan sel darah putih yang

Dari hasil spearman test di dapatkan ρ = 0.001 yang berarti ada hubungan antara senam osteoporosis dengan kejadian osteoporosis, dan hasil crostabulation di

Pada Gambar 12 terlihat bahwa hewan percobaan yang diberi perlakuan minuman sinbiotik dengan starter 5% memiliki jumlah limfosit yang paling rendah, jumlah neutrofil

Pada ketebalan saringan pasir 10 cm kualitas fisik air tanah dangkal di Kampus Untad Bumi Bahari telah memenuhi syarat kecuali bau dan rasa, dan pada ketebalan saringan 15 Cm, 20

Dengan demikian variabel kualitas produk dan harga terbukti mempunyai pengaruh paling dominan terhadap loyalitas pelanggan kartu prabayar Telkomsel bila dibandingkan

Perbedaan antara hasil belajar pada materi kepengurusan jenazah yang diajar menggunakan metode demonstrasi dan yang diajar menggunakan metode ceramah dapat

Jenis data merupakan data yang dikumpulan dalam penelitian. Adapun jenis data yang dikumpulkan peneliti yaitu berupa data kualitatif yang menjelaskan mengenai

Dari hasil penelitian yang telah dilakukant ersebut, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian ulang mengenai pengukurankinerja yang ada di RSU Queen Latifadi Yogyakarta