HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG
SENSE OF
HUMOR
GURU DENGAN MINAT BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS II MTs N 7 "MODEL"
JAKARTA
Oleh:
ATIKA SAHARA
NIM: 103070028984
セMNMN@
-... --.. ··--... -..
MNᄋNᄋMセᄋMMMMMセ@
perABGusャMセMkQA|_ャ|n@ UT.AM.A
I
l llN "·'t .. オセゥー@ .I\
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian.p.emy.ariltan.dalallL.. _ _ · __ memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
FAKULTAS PSIKOLOGll
UIN SY ARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA
MATEMATIKA SISWA KELAS II MTs N 7 "MODEL"
JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Pembimbing I,
Oleh:
Atika Sahara
NIM : 103070028984
Dibawah Bimbingan
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULL.AH
I
PE:NGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN PERSEPSI TENT/:1NG
SENSE OF
1-/UMOR
GURU DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SlSWA
KELAS II MTs N 7 "MODEL" JAKARTA telah diajukan daiam siciang
rnunaqasyah
F akultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayalullah Jakarta pada tanggal
12
Mei
2008.
Skripsi ini telah
diterirna sebagai salah satu -syarat untuk mernperoleh gelar Sarjana
Psikologi.
Jakarta. 12 Nlei 2008
Sidang Munaqasyah
Penguji I
!
Pembimbing I
art<iti M.Si.
9 8
. Fadhilah Suralaqa. M. Si
NIP.
150 215283
Sekretaris Merangkap Anm1ota
dュzNィ」ゥセNィ@
M.SiNIP. 150 23Ei 7 3
Anggota:
Penguji II
dZィセャセoゥGセsゥ@
DptLvt.tLsw.e
cu;taL.aVi
lutjaR.L111-aV\, tjalil-0
ctapat vt.teVUA.ajuR,R,aV\,
suatu R.evwajuall\, eta"" lusuR.sesaV\,
Orang yang berinisiatif adalah
orang yang bertindak tanpa hairus menunggu
disuruh •atau didorong
Sootang ya1tg P6S3 M3S
lfet1ltiAat
K6SIAl31
AN d'-"tllfl
6'ttiap
ーッャセMᄋ@
Soo1a1tg
YaHfl OP13 M:JS lf(o/JiAat
Pltl.14.AN(j
da0tllfl
fj(tf
iap
/i.OSIAllJitanf
lWi11do11 6/UatelUOOJ
Slfripsi,
mi
diafali..an
オョエオセjゥᄃヲオ。イァ。サオ@urcinta,
saliafut-salia6at{u
KA TA PENGANTAR
Tiada kata indah selain memuji dan bersyukur kepada Allah SWT yang
dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walau dalam
menjalaninya penuh dengan perjuangan dan pengorbanan. Tak lupa
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Kanjeng Nabi
Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang
telah membimbing manusia keluar dari masa kegelapan menuju masa yang
penuh asa.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
insan-insan yang menjadi penyemangat penulis di saat--saat genting tanpa
inspirasi dan mengajarkan berbagai hal mengenai kehidupan.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatul!ah Jakarta.
2. Ora. Hj. Zahrotun Nihayah, M.Si., Pembantu Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakalta.
3. Prof. Hamdan Yasun, M.Si., Ketua Bidang Psikolo£1i Sosial Fakultas
Psikologi yang telah memberikan banyak arahan dan pengalamannya
kepada penulis.
4. lbu Fadhilah Suralaga, M.Si. Pembimbing I yang seilama ini telah
meluangkan waktunya untuk penulis dan dengan sabar memberikan
banyak masukan untuk perbaikan skripsi pada penulis.
5. lbu S. Evangeline
I.
Suady, M. Si. Psi. Pembimbing1 II yang selama iniJakarta, serta adik-adiku kelas II yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
7. lbu dan Ayah tercinta yang selalu mendampingi tanpa mengenal kata
lelah yang dengan doa dan semangatnya terus mendukung tiada henti
agar penulis cepat menyelesaikan skripsi. Terutama buat ibu yang
sering memberikan banyak nasehat dan selalu mendengarkan dengan
sabar dan ikhlas keluh kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Untuk My Sister's T'Mimin, T'ita dan Tina terima kasih atas
dukunganya dan telah menjadi seorang kakak yano sabar dan
perhatian, Mas Agung dan K'Subhan thanks ya supportnya. Dan buat
adik-adikku yang memberikan kehangatan berupa canda dan tawanya
ila, riski dan tasya dan tidal< ketinggalan keponakanku yang imut-imut
yang selalu mernbuat peneliti terasa terhibur fakhri dan dede fatih.
Penulis bersyukur dan bangga memiliki keluarga seperti kalian.
8. Seluruh staff pengajar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
bersedia memberikan secercah harapan masa depan selama proses
perkuliahan.
9. Jajaran akademik dan karyawan Fakultas Psikologi1 lbu Sri, Pak Miftah
lbu Syariah dan lbu Nur, dkk, yang sabar mendengar keluhan-keluhan
dan direpotkan dalam menyusun nilai-nilai penulis yang tak beraturan.
1 O. Yusuf As Saleh Terima kasih untuk semuanya yang selalu membuat penulis lebih bersemangat dan termotivasi serta selalu mendampingi
penulis baik susah maupun senang dan selalu mendengarkan dengan
setia keluh kesah penulis serta sering memberikan banyak masukan
sehingga penulis lebih dewasa lagi dalam menyelesaikan masalah
11. The team Kostan Family Catur, Uwa (Ramdan), !Dani, Arif, Badru,
Indra, Adit, dan Cupie. Dan semua orang-orang luar biasa angkatan
2003 kelas A,B,C dan D, bon-bon, lenong, ai, nungQ, ina, ayu, ade,
vita, qq, wiji, zora dan lain-lainnya yang banyak meimberi warna dan
kebersamaanya dalam perkuliahan. Semoga tali silaturrahmi kita tidak
putus.
12. SobatQ (Mb'ita, Mb' yeyen, Mei-mei dan Cinday) terima kasih untuk
kebersamaanya dan arti persahabatan kita.
13. Kawan-kawanku RizQ, Lisda, dan Paul (Een}
Untuk semua pihak yang turut membantu penyusunan sklipsi yang tidak
dapat disebutkan satu persatu narnanya karena keterbatasan ruang. Hanya
doa yang bisa penulis panjatkan, semoga bantuan dan keibaikan yang telah
mereka berikan rnenjadi amal ibadah yang diterima di sisi Allah SWT.
Jakarta, Mei 2008
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) Mei 2008 (C) Atika Sahara (D) 79 halaman
(E) Hubungan Persepsi Tentang Sense Of Humor Guru Dengan Minat
Belajar Matematika Siswa Kelas II MTs N 7 "Model" Jakarta
(F) Guru merupakan motivator bagi siswanya, karena guru merupakan orang pertama yang melakukan interaksi dengan siswanya ketika proses kegiatan belajar berlangsung. Karakter guru berperan besar
dalam minat belajar siswanya, salah satunya rasa humor (sense of
humof) guru. Persepsi siswa tentang sense of humor guru berbeda-beda tergantung dari bagaimana siswa mengamati, menanggapi, menilai dan merasakan humor tersebut baik (posit.if) atau buruk
(negatif). Persepsi siswa tentang sense of humortersebut merupakan
salah satu awal dari perhatian siswa yang akan menjadi sumber minat belajar siswa pada mata pelajarannya.
Adapun tujuan dari penelitian ini adafah untuk mengetahui apakah
ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi tentang sense
of humor guru dengan minat belajar matematika i;iswa?. Dan
seberapa besarkah hubungan persepsi tentang sense of humor guru
dengan minat belajar siswa pada pelajaran matematika?
Untuk mengkaji masalah tersebut maka peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif pada siswa-siswi kelas II MTs N 7 "Model" Jakarta, sampel yang digunakan sebanyak 40 responden. T eknik pengambilan sampel yang dipakai adalah dengan menggunakan random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner berbentuk skala model Likert dan diolah menggunakan
korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi tentang sense of
humor guru dengan minat belajar matematika siswa, menunjukkan angka sebesar 0, 397 dan r tabel dengan angka sebesar O, 312. Besamya hubungan antara kedua variabel tersebut dilihat dari nilai R Square=O, 158 atau 15,8%, yang artinya hanya 15,,8% varibel minat
selebihnya dipengaruhi faktor lain. Maka dapat ditarik kesimpulan kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut sangat lemah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka alangkah lebih baiknya untuk penelitian selanjutnya menggunakan populasi yang lebih banyak dengan sampel yang lebih bervariasi lagi, untuk para guru terutama guru matematika agar lebih memperhatikan lagi faktor-faktor lain dari minat dan lebih kreatif lagi dalam proses pembelajarannya sehingga siswa merasa lebih tertarik dan berminat belajar
matematika.
Halaman Judul
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Motto
Kata Pengantar ... i
Abstrak ... iv
Daftar lsi. ... vi
Daftar Tabel ... ix
Daftar Gambar ... x
Daftar Lampiran ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-15 1 . 1 . La tar Belakang Masalah ... 1
1.2. ldentifikasi Masalah ... 11
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 11
1.3.1. Batasan Masalah ... 11
1.3.2. Perumusan Masalah ... 12
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13
1.3. 1. Tujuan Penelitian ... 13
1.3.2. Manfaat Penelitian ... 13
1.5. Sistematika Penulisan ... " ... ·14
BAB 2 KAJIAN TEORI ... 16-40 2. 1. Min at Bela jar ... 16
2.1.2. Macam-macam Minat ···-···-···-···-·- 18
2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar. ... 19
2.2. Persepsi ···-···-···--·---·-···-···-·-···23
2.2.1. Definisi Persepsi ···-·-·-···-··-···-··· 23
2.2.2. Proses Terjadinya Persepsi ···-···-···-···---24
2.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi -·-···-·-···--···-··---·-25
2.3. Sense of Humor Guru ···-·-···-·-·--··-···-···-·-····--·26
2.3.1. Definisi Sense of Humor ···-···-···-·-··-···26
2.3.2. Aspek-aspek Sense of Humor. ... 29
2.3.3. Definisi Guru···-···-··· 31
2.3.4. Tugas dan Peranan Guru ... 32
2.3.5. Karakteristik Guru ····-··-·-·-···-···-·-33
2.3.6. Persepsi Siswa Tentang Sense of Humor Guru ... 36
2.4. Kerangka Berpikir ... 38
2.5. Hipotesa Penelifian ... 41
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... .42-57 3.1. Jenis Penelitian ···-··-·-·-···-···.42
3. 1.1. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian ... .42
3.1.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel.. ... .43
3.2. Pengambilan Sampel ···-·-··-···--··· ... 45
3.2.1. Populasi dan Sampel.. ... 45
3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 46
3.3. Pengumpulan Data ... 47
3.3.1. lnstrumen Penelitian ... 47
3.3.2. Teknik Uji lnstrumen Penelitian ···-···-···-··· 51
3.4. Prosedur Penelitian ... 55
4.2.1. Deskripsi Statistik Penyebaran Skor Responden ... 59
4.2.2. Deskripsi Skor Responden ... 60
4.3. Uji Persyaratan ... 64
4.3.1. Uji Normalitas ... 64
4.3.2. Uji Homogenitas ... 68
4.3.3. Uji Hipotesis ... 70
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 75-79 5.1 Kesimpulan ... 75
5.2 Diskusi ... 75
5.3 Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penskoran Skala LikerL ... .48
Tabet 3.2 Blue Print Skala Persepsi Try out ... 50
Tabel 3.3 Blue Print Skala Minat Try out ... 51
Tabel 3.4 Blue Print Skala Persepsi Tentang Sense of Humor Guru ... 53
Tabet 3.5 Blue Print Skala Minat Belajar Matematika ... 54
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden ... 58
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik ... 59
Tabel 4.3 Kategori Skar Skala Persepsi ... 62
Tabel 4.4 Kategori Skor Skala Minat ... 63
Tabel 4.5 Uji Normalitas Skala Persepsi.. ... 65
Tabel 4.6 Uji Normalitas Skala Minat.. ... 67
Tabel 4. 7 Uji Homogenitas ... 69
Tabel 4.8 Tabel Korelasi Antara Persepsi Tentang s・ョウゥセ@ of Humor Guru Dengan Minat Belajar Matematika ... 70
[image:13.518.32.438.150.535.2]Gambar 2.1. Alur Kerangka Berpikir ... 40
Gambar4.1. Q-Q Plot Persepsi Tentang Sense of Humor Guru ... 66
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2. Surat lzin Penelitian dari Fakultas Psikologi UIN Syahid
Lampiran 3. Angket Penelitian
Lampiran 4. Validitas
Lampiran 5. Reliabilitas
Lampiran 6. Kategorisasi Persepsi dan Minat
Lampiran 7. Data Hasil Pene!itian
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan menurut Muhibbin Syah (2002), merupakan suatu hal yang
sangat penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena
pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan
sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Kegiatan pengajaran
tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan jenjan£1 pendidikan yang
meliputi wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. (Mulyasa, 2002)
Mulyasa (2002) menjelaskan dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan,
khususnya pada jalur pendidikan sekolah terdapat acuan dan pedoman bagi
pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan
baik pengetahuan, keterampilan, dan sikap yaitu dengan memprogramkan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
2
Pada jenjang pendidikan banyak mata pelajaran yang diajarkan, salah
satunya mata pelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai
dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Ting£1i (PT). Di samping
itu juga matematika merupakan salah satu diantara mata pelajaran yang
diujikan dalam Ujian Nasional (UN) yang merupakan syanat bagi kelulusan
peserta didik SMP maupun SMA.
Selain mata pelajaran sekolah, matematika merupakan hal penting yang
kegunaannya juga dapat digunakan nantinya dalam kehidupan sehari-hari,
karena setiap orang tidak dapat terlepas dari kegiatan berhitung. Setiap
orang menyadari arti penting matematika, baik hari ini maupun masa yang
akan datang. Oleh karenanya setiap orang berusaha untuk dapat menguasai
bidang ini, terutama dimulai dari sekolah.
Tuntutan yang sama juga dirasakan oleh siswa-siswi di sekolah, karena
matematika juga merupakan dasar dalam menguasai mata pelajaran lainnya,
seperti ilmu sosial dan ilmu pengetahuan alam. Maka pentfog bagi siswa
untuk menguasai pelajaran matematika dengan baik. Cornelius (dalam
Abdurrahman, 1999) mengemukakan alasan perlunya siswa belajar
sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari; sarana mengenal
pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman; sarana untuk membangun
kreatifitas; dan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
Matematika dari tahun ke tahun berkembang semakin meningkat sesuai
dengan tuntutan zaman. Tuntutan zaman mendorong manusia untuk lebih
kreatif dalam mengembangkan atau menerapkan matematika sebagai ilmu
dasar. (http:l/www.suarapembaruan.com)
Zaman sekarang pembeiajaran rnatematika dalam hal metode dan proses
pembelajarannya sudah banyak perubahan, banyak cara dalam penyelesaian
rumus rnatematika dengan mudah dan lebih cepat.
Bahan ajar yang diberikan pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) antara lain mengenai faktorisasi suku aljabar sampai bangun
ruang sisi lengkung. Tuntutan yang harus dicapai pada materi tersebut agar
siswa dapat mengenal fakta, penanaman konsep dan pembuktian teorema
atau rurnus serta menyelesaikan soal-soal yang disajikan secara bervariasi
(M. Cholik, 2002). Balitbang Depdiknas (dalam Artikel Jum'at, 2004)
dapat mengembangkan secara optimal dalam proses belajar matematika,
untuk itu siswa dituntut untuk mampu: Melakukan kegiatan penelusuran pola
dan hubungan; Mengembangkan kreatifrtas dengan imajinasi, intuisi dan
penemuannya; Melakukan kegiatan pemecahan masalah;
Mengkomunikasikan pemikiran matematisnya kepada orang lain.
4
Tuntutan kurikulum mengenai rata-rata NEM nasional (paling rendah
dibanding pelajaran lainnya dan untuk sekolah menengah selalu di bawah 5.0
skala 1-10) dan untuk mata pelajaran matematika tahun /\jaran 2007-2008
siswa dituntut harus memiliki nilai di atas 5.25 (http;/fwww.duniaguru.com)
Hal ini sesuai dengan kedudukan dan peran matematika untuk
pengembangan ilmu dan pengetahuan dimana matematika merupakan induk
ilmu pengetahuan, untuk dapat mencapainya tergantung dirasakan berat atau
ditakutkan mulai dari metode pengajaran, sistem atau media pengajaran,
pendidik dan suasana pengajaran.
Sebagai tenaga pendidik, guru yang tugas utamanya mengajar sangatlah
dominan dalam menentukan keberhasilan pendidikan dan mempunyai
di lingkungan sekolah. Pada dasamya, fungsi dan peranan guru dalam
proses belajar mengajar ialah director of teaming artinya :setiap guru
dihadapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar
mencapai keberhasilan mengajar. (Muhibbin, 2002)
Dalam melaksanakan fungsi yang telah dikemukakan di atas, ada faktor
terpenting bagi seorang guru adalah bagaimana guru menerapkan metode
dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan siswa-siswinya, agar tercapai
hasil yang baik, yang sesuai dengan standar kurikulum pembelajaran yang
ada. Tetapi dalam kenyatannya, sering kita jumpai guru yang menggunakan
metode dan teknik tertentu yang kurang atau tidak cocok dengan isi atau
tujuan pengajaran. Meskipun tak jarang kita temukan guru yang mampu
memilih metode dan teknik yang tepat dalam pencapaian kegiatan belajar
mengajar. Dalam bidang pelajaran matematika biasanya guru melaksanakan
pembelajaran dengan sikap yang serius dan kaku, yang bisa lebih
. mempersulit siswa dalam menangkap pelajaran tersebut.
Melihat fenomena di atas tugas guru matematika menjadi :ganda. Pertama,
bagaimana materi ajar sampai kepada peserta didik sesuai dengan standar
kurikulum. Kedua, bagaimana proses pembelajaran berlangsung dengan
6
berlangsung dapat berjalan dengan menyenangkan. Sebuah tantangan bagi
guru matematika untuk senantiasa berpikir dan bertindak kreatif di tengah
tuntutan untuk mencapai standar kurikulum yang ada. Namun, peneliti yakin
masih banyak pendidik yang menanggapi tuntutan dengan sikap optimistik
dan penuh tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban sebagai pendidik.
Untuk itu, para pendidik harus bisa menciptakan suasana belajar yang ramah
dan menyenangkan peserta didik. Dalam hal ini, guru hams benar-benar
menyelami harapan anak, serta memahami kendala-kendala yang biasanya
muncul dari diri sendiri dan pada pribadi anak. Dengan dHmikian, guru bisa
menentukan sikap atau tindakan yang sebaiknya dilakukan.
Bambang Ari Sugianto, guru SMPN 14 Madiumlhttp://\Wlw.kompas.com)
seorang fasilitator MBE Bahasa lnggris, menyatakan bahwa pembelajaran
yang menyenangkan (joyful learning) dapat dilaksanakan pada setiap proses
pembelajaran di kelas. Dengan suasana belajar yang menyenangkan para
siswa akan dapat belajar secara optimal. Hal ini sejalan dEmgan apa yang
dikemukakan oleh Holt yakni:
" ... anak-anak itu be/ajardengan semangat, enerjik, serius, keingina11 untuk belajardan belajardengan baik; ketika mereka tidak menclapatkan paksaan saat be/ajar; mereka dapat be/ajar dengan baik ketika mereka merasa
Bambang juga menjelaskan, dengan adanya humor kegiatan belajar
mengajar lebih menyenangkan. Humor bukan berarti harus tertawa, melucu,
bernyanyi, bertepuk tangan. Karena tidak semua siswa menyukai kegiatan
tersebut. Yang ada suasana kelas akan menjadi riuh dan efektifitas belajar
mengajar akan terganggu. Humor menurut Chaplin (2004) adalah sikap
menyenangkan,ramah tamah, baik hati dan sopan santun. Jadi dengan
adanya humor dalam pembelajaran yang menyenangkan adalah dimana
siswa asyik terlibat dalam proses pembelajaran karena penugasan yang
diberikan oleh guru menantang, sesuai kebutuhannya, se1ia berada dalam
dunianya. Di lain pihak siswa merasa nyaman karena tidak pernah dimarahi
atau dicemooh ketika membuat kesalahan sehingga berani bertanya dan
tidak takut membuat kesalahan. Jadi, pembelajaran yang menyenangkan
adalah pembelajaran yang bebas dari tekanan Hウエイ・ウウMヲイ・ゥセIN@ menantang, dan
bermakna bagi siswa. (http://www.kompas.com )
Dari hasil wawancara peneliti kepada salah seorang guru matematika MTs X
pada tanggal 22 November 2007, mengenai harapan ケ。ョセj@ diinginkan dalam
proses kegiatan belajar mengajar di kelas yakni, siswa aklif dalam
berkomunikasi dengan guru saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa
dapat memahami dan mengerti materi yang disampaikan 9uru, siswa
rnernuaskan, dan siswa dapat rnengaplikasikan pelajaran tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Tetapi, pada kenyataannya yang dialarni guru
matematika MTs X rnengenai harapan-harapan tersebut, kebanyakan siswa
takut berkornunikasi dengan guru, sebagian siswa masih kurang rnernahami
materi yang disarnpaikan guru sehingga guru harus berulang kali
menjelaskannya, prestasi yang diperoleh siswa sangat rendah, di lihat dari
nilai ulangan sehari-hari siswa rnendapatkan nilai di bawah lirna.
Dilihat dari fenomena di atas, tuntutan seorang guru semakin meningkat,
apalagi tuntutan kurikulumnya yang mengharuskan siswa memperoleh nilai
yang telah ditentukan, ini merupakan beban dan tangggung jawab seorang
guru. Jadi, guru hanva terfokus dengan materi yang diajarkan saja, sehingga
kurang memperhatikan proses kegiatan belajar yang menyenangkan.
Pembelajaran yang rnenyenangkan juga bisa terjadi bila guru dan siswa
memiliki "sense
of
humor" yang baik. Bryant, dkk (dalam Atmoko, 1995)menjelaskan bahwa humor perlu digunakan dalam proses kegiatan belajar
mengajar, karena humor memiliki banyak keuntungan. Ke1Jntungan humor
antara lain adalah efektif dalam meningkatkan fungsi aspek-aspek mental,
dengan humor materi-materi pelajaran mudah ditangkap, humor dapat
merangsang minat dan perhatian dalam mengolah pesan-pesan pendidikan,
dan juga dengan humor kegiatan belajar lebih menyenangkan. Humor juga
dapat mengatasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan ketegangan
belajar yang dirasakan oleh siswa. Sesuai dengan pengeirtiannya, humor
berkaitan dengan adanya respon dalam situasi yang menyenangkan. Dengan
humor, jalur komunikasi dua arah antara murid dan guru dapat terbuka. Dari
pihak siswa sendiri, adanya humor dapat mengurangi beban ketegangan
dengan berani bertanya bila merasa sulit atau mengemukakan keluhnya
kepada gurunya. Sebaliknya dari pihak guru, unsurhumordapat memberinya
masukan pada siswa tanpa membuat siswa merasa tersinggung atau
terancam. Komunikasi yang terbuka ini menimbulkan rasa aman bagi siswa
dan memungkinkan siswa belajar matematika dengan !ebih nyaman. Kondisi
ini merupakan pengalaman subjektif baru bagi siswa yang berpotensi
merubah skema siswa mengenai pelajaran matematika.
Pengalaman yang menyenangkan juga dapat dirasakan sehingga dapat
. membentuk.suatu penilaian atau pemahamansiswa terhaidap pelajaran
matematika. Dengan demikian akan terbentuk sikap yang lebih positif
terhadap pelajaran matematika. Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan
komunikasi yang hangat serta adanya sense of humorantara guru dan
siswa-siswinya diharapkan membentuk minat yang positif terhadap pelajaran
berbeda satu sama lain, sehingga bisa berbeda pula realcsi psikologis
berkaitan dengan
minat
mereka dalam mempelajari matematika.JO
Hal tersebut senada dengan pemyataan yang dikemukari oleh salah satu
siswa MTs X dalam wawancara peneliti pada hari rabu tanggal 7 November
2007, yang menyatakan bahwa perlu diselipkannya humor dalam pelajaran
matematika, karena dengan adanya humor suasana kelas jadi terlihat tidak
menegangkan, lebih santai, dan tidak takut bertanya bila tidak mengerti.
Sebaliknya ada juga yang mengatakan dengan adanya humor pelajaran jadi
lebih sulit untuk ditangkap, yang ada terlalu banyak tertawa, suasana kefas
jadi lebih ramai dan kegiatan belajar di kelas terlihat tidak efektif.
Berdasarkan kronologi permasalahan yang diungkapkan di atas. penting
untuk diteliti bagaimana hubungan persepsi siswa tentang sense of humor
guru matematika dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran
matematika. Maka peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan dengan
judul: "Hubungan Persepsi Tentang "Sense of Humor"Guru Dengan Minat
1.2. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti
mengidentifikasi masalah yang timbul dari penelitian ini adalah:
1 . Apakah keberadaan guru di sekolah merupakan flour sentral bagi
siswa untuk menimbulkan minat belajar siswa?
2. Apakah sense of humor guru yang ditampilkan di kelas akan
berpengaruh terhadap minat belajar siswa?
3. Apakah pembelajaran yang menyenangkan efektif dilakukan di kelas?
4. Sejauhmana hubungan sense of humor guru dengan minat belajar
siswa?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Batasan Masalah
Pada penelitian ini peneliti memberikan batasan masalah pada :
1. Persepsi tentang sense of humor guru yakni suatu penilaian atau
pemahaman siswa berdasarkan ha! yang telah diamati dan dirasakan
terhadap kemampuan yang dimiliki guru matematika untuk melihat
suatu situasi, yaitu dengan cara menciptakan humor dan tawa lebih
disekitarnya. Adapun sense of humor dalam penelitian ini adalah
persepsi siswa terhadap aspek-aspek: Humor production (penciptaan
humor), Uses of humor for coping (penggunaan humor untuk
menyelesaikan masalah), Social uses of humor (penggunaan humor
dalam sosial), and Attitudes toward humor (sikap terhadap humor).
12
2. Minat belajar yakni kecenderungan dan keinginan yang besar terhadap
belajar, yang ditempuh dengan mengungkapkan seberapa tingginya
ketertarikan siswa terhadap belajar yang berkaitan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi minat belajar yakni: Keadaan individu saat belajar,
lingkungan belajar dan materi pelajaran.
3. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah MTs Negeri 7 "Model" Jakarta,
subjek pada penelitian ini difokuskan pada siswa-siswi kelas II MTs
Negeri 7 "Model" Jakarta Tahun Ajaran 2006-2007.
1.3.2
Perumusan MasalahBerkaitan dengan permasalahan yang telah diungkapkan, maka disini peneliti
membuat pertanyaan penelitian yang nantinya akan dijadikan dasar
pengumpulan data. Adapun rumusan masalahnya yakni:
1. Bagaimana persepsi siswa tentang sense of humor guru matematika
2. Bagaimana minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika?
3. Seberapa besar kontribusi "sense of humor" guru terhadap minat
belajar matematika siswa kelas?
4. Apakah ada hubungan positif yang signifikan antam persepsi tentang
"sense of humor" guru dengan minat befajar matematika siswa?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Mendapatkan gambaran tentang arah hubungan dan sebHrapa besar
hubungan antara persepsi tentang sense of humor ァエZセセᄋ@ dengan minat belajar
matematika siswa kelas II MTs.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
sangat berarti bagi perkembangan Psikologi Indonesia, khususnya bagi
Psikologi Pendidikan.
Sedangkan manfaat praktis dalam penelitian ini adalah untuk memberikan
14
efektifitas dan kreatifitas dalam proses pembelajaran sehingga siswa merasa
tertarik untuk belajar matematika yang pada akhimya akan berminat untuk
belajar matematika.
1.5 Sistematika Penelitian
Untuk memperjelas dan menggambarkan secara sistematis, maka peneliti
menggunakan Kaidah Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Bab pendahuluan ini membahas latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah penelif:ian, tujuan dan manfaat penelitian,
serta sistematika penulisan skripsi.
Bab 2 Kajian T eori
Pada bab ini teori yang digunakan peneliti, diantaranya teori persepsi,
Bab 3 Metodologi Penelitian
Pada bab ini dibahas metodologi penelitian yang terdiri dari jenis
penelitian berupa: pendekatan dan metode penelitian, definisi
konseptual dan operasional variabel; pengambilan sampel berupa:
populasi dan teknik pengambilan sampel; pengumpulan data berupa:
instrumen penelitian dan teknik uji insrument; prosedur penelitian
berupa: tahap persiapan dan tahap pelaksanaan p1;melitian; dan
terakhir teknik analisis data.
Bab 4 Presentasi dan Analisa Data
Bab ini berisi gambaran umum subjek penelitian, presentasi dan
analisis data, serta pembahasan hasil pengujian hipotesa.
Bab 5 Kesimpulan
2.1. Minat Belajar
2.1.1. Definisi Minat
BAB2
KAJIAN TEORI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) minat adal;:ih gairah,
keinginan dan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Menurut
Hurlock (1978) minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang
untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila ュ・イVAセS@ bebas memilih.
Minat menurutnya menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar.
Sedangkan yang dikutip Abror {1993), menurut Crow dan Crow dalam
bukunya Educational Psychology, hal 284, minat (interest) bisa berhubungan
dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik
pada orang, benda atau kegiatan, itu pun bisa berupa pengalaman efektif
yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat
menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalaim kegiatan.
Menurut Witherington (1999) bahwa minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu hal atau suatu situasi mengandung
sangkut paut dengan dirinya. Minat menurutnya mengandung unsur-unsur:
kognisi (mengenal), emosi (perasaan), konasi (kehendak). Dan oleh sebab itu, minat dapat dianggap sebagai respon yang sadar. Un:sur kognisi dari
minat itu didahului oleh pengetahuan dan inforrnasi mengenai objek yang
dituju oleh minat tersebut; unsur emosi dapat dilihat dalam partisipasi atau
pengalaman yang disertai perasaan tertentu (biasanya perasaan senang);
unsur konasi disini merupakan kelanjutan dari ke-2 unsur tersebut yaitu
diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu
kegiatan, termasuk kegiatan yang diselenggarakan di sekolah.
Slameto (1995), mengutip Hilgard yang memberikan rumusan tentang minat
sebagai berikut: "interest is persisting tendency to pay attEintion to end enjoy
some activity or content." Minat adalah kecenderungan yang tepat untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati
seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai denf1an rasa senang.
Jadi, berbeda dengan perhatian, karena perhatian bersifat sementara (tidak
dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang,
sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang sehingga
18
Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa minat
merupakan kesadaran seseorang akan kecenderungan atau ketertarikan hati
yang tinggi terhadap suatu objek, seseorang atau suatu kegiatan yang
mendorong seseorang untuk melakukan apa yang mereka inginkan, yang
didalamnya terdapat unsur, kognisi, emosi dan konasi.
2.1.2. Macam-macam Minat
Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, ini sangat tergantung
pada sudut pandang dan cara penggolongan, misalnya berdasarkan
timbulnya minat, berdasarkan arahnya minat, dan berdasarkan cara
mendapatkan atau mengungkapkan minat itu send1ri (Whitherington, 1999)
Minat berdasarkan timbulnya ada 2 macam yakni:
1. Minat Primitif (Biologis)
Minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh,
. .
misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan
beraktivitas dan seks.
2. Minat Kultural (Minat Sosial)
Minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung
pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai
orang yang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga ィ。セ@ ini akan
menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi lebih tinggi bagi
dirinya.
2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajatr
Untuk dapat mengetahui bagaimana minat belajar seseorang dapat ditempuh
dengan mengungkapkan seberapa dalam atau jauhnya ketertarikan
seseorang terhadap objek, aktivitas-aktivitas atau situasi yang spesifik yang
berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi dan proses
belajar yaitu: {Slameto, 1995)
1. Yang berhubungan dengan keadaan individu saat belajar, pada
perhatian, motifnya, cita-citanya, perasaan di waktu belajar,
kemampuannya, waktu belajar dan lain-lain.
2. Yang berhubungan dengan lingkungan dalam belajar, dapat diketahui
dari hubungan dengan teman-teman, guru-guru, keluarga dan orang lain
20
3. Yang berhubungan dengan materi pelajaran dan peralatannya, ini dapat
diketahui dari catatan pelajaran, buku-bukunya yang dimiliki atau yang
pemah dibacanya, perlengkapan sekolahnya serla
perlengkapan-perlengkapan lain yang diperlukan untuk belajar.
Minat besar pengaruhnya terhadap kegiatan belajar mengajar, karena bila
bahan pelajaran yang diperoleh tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak
akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. la
segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari belajar itu.
Bahan pelajaran yang menarik minat menambah kegiatan belajar siswa. Jika
siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia
mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjefaskan hal-hal yang
menarik dan berguna bagi kehidupan serla hal-hal yang bierhubungan
dengan cita-cfl:a serta kaitannya dengan pelajaran yang dipelajari
(Slameto, 1995).
Abror (1993) mengemukakan bahwa penguasaan yang se:rnpurna akan suatu
mata pelajaran atau keterampilan rnenghendaki curahan perhatian yang
demikian terinci. Dengan demikian, aspek tugas-tugas sekolah yang mungkin
dirasakan menjemukan akan dapat ditiadakan dengan menghadirkan minat
disadari terhadap bidang belajar mungkin sekali akan menjaga pikiran siswa
sehingga dia bisa menguasai dengan baik. Jadi prestasi yang baik itu akan
menambah minatnya. Dalam kenyataannya, tidak semua siswa memulai
bidang studi baru karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan
minatnya terhadap pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman
sekelasnya atau orangtuanya. Dengan demikian lama kelamaan siswa itu
mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap p:elajaran tersebut
dan mampu menggerakkan segala daya dan upaya untuk menguasainya,
dan memperoleh prestasi yang lebih baik.
Minat yang dimiliki seseorang tumbuh dan berkembang karena dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti yang diuraikan oleh Crow, L clan Crow A (1973),
terdapat tiga faktor yang rnenjadi penyebab timbulnya minat, yaitu :
1. Dorongan dari dalam diri individu, misalnya dorongan untuk makan,
ingin tahu, seks. Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat
untuk bekerja atau mencari penghasilan, minat terhadap produksi
makanan dan lain-lain. Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan
membangkitkan minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu,
melakukan penelitian dan lain-lain. Dorongan seks akan membangkitkan
minat untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis, minat terhadap
2. Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk
melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian
timbul karena ingin mendapat persetujuan atau penerimaan dan
perhatian orang lain. Minat untuk belajar atau menuntut ilmu
pengetahuan timbul karena ingin mendapat penghar9aan dari
masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan cukup
luas (orang pandai) mendapat kedudukan yang tinggi dan terpandang
dalam masyarakat.
22
3. Faktor emotional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi.
Bila seseorang mendapat kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan
perasaan senang, dan hat tersebut akan memperkuat minat terhadap
aktivitas tersebut. Sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan
minat terhadap hal tersebut.
Hal tersebut sejalan dengan Hurlock (1978) yang menyatakan bahwa
,seorang anak tidak dilahirkan fengkap dengan membawa minat tertentu,
karena minat terbentuk dari pengalaman belajar. Jenis beiajar yang
melahirkan minat itu akan menentukan seberapa lama minat bertahan dan
2.2. Persepsi
2.2.1. Definisi Persepsi
Persepsi menurut Atkinson, Rita L, Atkinson, Richard C & Higard, Ernest
(1987) adalah suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dan
menafsirkan pola stimuli dalam lingkungannya. Chaplin (2004) memandang
persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali obje'k dan kejadian
objek dengan bantuan indera. Sedangkan persepsi menurntnya bergantung
pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati
dan faktor motivasional.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia {1990) persepsi memiliki dua definisi,
pertama persepsi sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu,
serapan ; kedua, persepsi sebagai proses dimana seseorang mengetahui
beberapa ha! melalui panca inderanya. Jalaludin Rahmat (2000),
berpendapat bahwa persepsi adalah suatu pengalaman temtang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpuikan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi menurutnya dapat memberikan
makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Persepsi menurut Lerner
{dalam buku Abdurrahman 1999) yaitu batasan yang digunakan pada proses
memahami dan menginterpretasikan informasi sensori, atau kemampuan
24
Sears, 1999 berpendapat pada umumnya mereka melihat seseorang hanya
dengan sebuah potret selama beberapa menit saja, ッイ。ョセQ@ sudah cenderung
menilai sebagian besar karakteristik orang tersebut. Namun mereka
umumnya bersedia menilai intelegensi, usia, latar belakang, ras, agama,
tingkat pendidikan, kejujuran, kehangatan orang lain dan sebagainya.
Dari berbagai definisi mengenai persepsi di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa persepsi merupakan suatu penilaian atau pemahaman dari individu,
dalam hal ini kognitifnya berdasarkan apa yang dirasakannya yang akan
membentuk suatu penilaian terhadap hal-hal yang telah diamati dan
dirasakannya.
2.2.2. Proses Terjadinya Persepsi
Seseorang dalam mempersepsikan sesuatu tidak terjadi begitu saja, tetapi
ada unsur yang menyebabkan terjadinya proses persepsi. Menurut Walgito
(1994) proses terjadinya persepsi adalah, sebagai berikut:
a. Stimulus mengenai alat indra, ini merupakan proses yang bersifat
kealaman.
b. Stimulus kemudian dilangsungkan ke otak oleh syaraf sensoris. Proses
c. Otak sebagai pusat susunan urat syaraf memproses informasi yang
akhimya individu dapat menyadari atau mempersepsikan tentang apa
yang diterima melalui alat indra. Proses yang terjadi dalam otak ini
merupakan proses psikologis.
2.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Ada 2 faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor ゥョエエセュ。ャ@ dan faktor
eksternal (Rahmat, 2000}, sebagai berikut:
a. Faktor internal
1) Faktor biologis yang didasarkan pada kebutuhan seseorang termasuk di
dalamnya faktor intristik dan motif-motif biologis individu.
2) Faktor sosio psikologis dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang
pemah dialami sebelumnya yang akan membentuk nilai-nilai dalam
individu yang meliputi emosi, intelektual, kebiasaan-kebiasaan dan
kemauan dalam bertindak.
b. Faktor eksternal
1) Gerakan : seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik
pada objek-objek yang bergerak.
2) lntensitas stimuli : seseorang akan memperhatikan stimuli yang lebih
26
3) Kebaruan (Novelty) : Haf...hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda,
akan menarik perhatian seseorang.
4) Perulangan : Hal-ha! yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan
sedikit variasi, akan menarik perhatian individu.
2.3. Sense Of Humor Guru
2.3.1. Definisi Sense of Humor
Humor dalam Kamus Bahasa Indonesia (1990) adalah sesuatu yang lucu,
keadaan yang menggelikan hati, kejenakaan, dan kelucuan. Sedangkan
dalam Kamus Lengkap Psikologi, Chaplin (2004), mengartikan humor dalam
dua arti, Pertama, sikap menyenangkan, ramah-tamah, baik hati, sopan
santun. Kedua, seberang sekresi atau pengeluaran zat kelenjar atau sekresi
organ is.
Menu rut Hana Djumhana ( 1996) humor merupakan salah satu kualitas insani.
Artinya, diantara makhluk-makhluk lain, hanya manusialah yang memiliki sifat
humoris, dan mampu memandang sesuatu secara humoris pula. Selain itu,
hanya manusialah yang bisa tertawa, baik rnentertawakan hal-hal yang ada
diluar dirinya maupun menertawakan dirinya sendiri. Sarlito, 1996 (seperti
humor sebagai segala sesuatu (keadaan, perbuatan, perkataan} yang bisa
menimbulkan kesan lucu sehingga memancing reaksi tertawa. Humor ini bisa
dilakukan dengan sengaja (seperti yang dilakukan oleh PE!lawak dihadapan
penontonnya atau pelajar di depan kawan-kawannya ketika sedang
ngerumpiin gurunya) atau bisa terjadi tanpa disengaja (misalnya melihat
cicak kawin dilangit-langit yang tiba-tiba terjatuh atau menyaksikan seorang
kawan jatuh terduduk di lantai karena dia lupa bahwa dia menggeser
kursinya untuk melakukan sesuatu).
Humor dengan sense of humor menurut beberapa ahli berbeda, secara
teoritis, sense of humor yang dimiliki seseorang pastinya terbentuk dari
sejumlah elemen humor, entah itu mengandung elemen yang sedikit atau
banyak. Para ahli ini melihat sense of humor sebagai konsep yang multifaset,
universal dan memiliki banyak definisi (Horowitz, dalam Latifa 2006). Martin
yang dikutip Miller (2003} mendeskripsikan sense of humor sebagai
perbedaan kebiasaan individu dalam segala bentuk tingkah laku,
pengalaman, perasaan, sikap dan kemampuan yang dihubungkan dengan
hiburan (amusement), kesenangan, tertawa, candaan dan sejenisnya.
Disebabkan definisi yang ekstensif inilah maka sense of humor dapat diberi
label sebagai "personality trait", "stimulus variable", "emotional response", •
28
didasarkan pada satu dimensi trait atau karakteristik spesifik saja, namun
sense of humor adalah sebuah konstrak yang multifaset clan saling berkaitan
satu sama lain. Sedangkan menurut Thorson & Powell (1993) sense of
humor adalah sebuah cara memandang dunia; sebuah "gaya" tertentu,
sebagai bentuk perlindungan diri (self-protection) dalarn interaksi dengan
orang lain.
GW. Allport seorang pakar psikologi kepribadian (dalam Hana Djumhana,
1996) menyatakan bahwa humor itu terl<ait erat dengan kepribadian yang
matang dan sehat. Diantaranya, kepribadian yang mature ditandai oleh
usaha yang memperluas diri (extention of the self), hubungan ramah tamah
dengan orang lain (warm relating of self to other), rnenerirna keadaan diri (self
acceptance), bersikap realistis (realistic perception, skill, and assigments),
meyakini dan rnenghayati suatu filsafat hidup yang integrcitive {the unifying
philosophy of life), dan bersikap objektif terhadap _diri sencliri (self
objectification). Ciri terakhir ini didalarnnya terkandung pernahaman terhadap
diri sendiri (self insight) dan rasa humor (sense of humor), tennasuk
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sense of humor adalah kualitas persepsi yang dimiliki seseorang untuk melihat suatu situasi dengan
cara menciptakan humor dan tawa lebih banyak serta merespon terhadap
situasi yang ada disekitamya.
2.3.2. Aspek-aspek Sense of Humor
Menurut Martin ( dalam Miller, 2003) sense of humor merupakan
multidimensial yang terdiri dari enam elemen sebagai berikut:
1. Humor production (penciptaan humor), yakni berupa kemampuan kreatif menjadi humoris, membuat lelucon, mengidentifikasi hal yang lucu dalam
sebuah situasi serta mengkreasikan dan menghubungkan situasi tersebut
dengan cara-cara yang dapat menyenangkan orang lain.
2. Humor appreciation (penghargaan terhadap humor), yaitu berupa
apresiasi atau merespon terhadap orang-orang yang humoris dan situasi
yang penuh humor. Respon yang diberikan dapat berupa tertawa atau
paling tidak tersenyum jika ada orang yang melucu.
3. Sense of playfulness, yakni kemampuan berada dalam kondisi yang
30
4. Personal recognition of humor. berupa penggunaan humor dafam
memandang absurditas hidup dan melihat diri sendiri l:.ebagai orang yang
humoris.
5. Penggunaan humor sebagai mekanisme dalam beradaptasi, yakni
kemampuan "mentertawakan situasi" atau mengatasi situasi sulit dengan
menggunakan humor.
6. Kemampuan menggunakan humor dalam hubungan sosial dan
meredakan situasi sosial yang tegang atau kaku, meningkatkan solidaritas
dalam kelompok.
Sedangkan menurut Thorson & Powell ( 1993) sense of humor sebagai
konstruk yang multidimensi yang terdiri dari empat elemen yakni terdiri dari:
1. Humor production, berupa kemampuan kreatif menjadi humoris,
membuat lelucon, mengidentifikasi hal yang lucu dalam sebuah situasi
serta mengkreasikannya dan menghubungkan situasi tersebut dengan
cara-cara yang dapat menyenangkan orang lain.
2. Uses of humor for coping, penggunaan humor dalam menghadapi masalah atau mengatasi situasi sulit dengan menggunakan humor.
2.3.4. Tugas dan Peranan Guru
Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan individu, karena
pendidikan bertanggung jawab untuk membina dan mengembangkan potensi
sehingga individu memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Oleh
karena itu tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional
sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya
interaksi edukatif di dalam kelas yang lazim disebut proses belajar mengajar.
Guru juga bertugas sebagai administrator, evaluator, konselor, dan lain-lain
sesuai kemampuannya. (Muhibbin, 2002)
Menurut Gagne (dalam Muhibbin, 2002), se!iap guru berfungsi {berperan)
sebagai:
1) Designer of instruction (perancang pengajaran)
2) Manager of instruction (pengelola pengajaran)
3) Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa)
Peran guru menurut Slameto (1995), diantaranya:
a. Dapat menimbulkan minat dan semangat belajar siswa-siswi melalui
mata pelajaran yang diajarkan
c. Dapat menghubungkan materi pelajaran dengan pekerjaan-pekerjaan
praktis
2.3.5.
Karakteristik Guru33
Guru merupakan motivator bagi siswanya, karena guru merupakan orang
pertama yang melakukan interaksi dengan siswanya ketika proses belajar
berlangsung. Faktor terpenting dari guru yakni dilihat dari karaktemya, karena
karakter guru berperan dalam proses belajar. Cruickshank dkk, 1995 dan
Woolfolk, 1995, dan Woolfolk dkk, 2004 (yang dikutip Syaifuddin, 2005)
menyatakan karakteristik guru diantaranya:
a. Enthusiasm, antusias guru merupakan salah satu atribut guru yang
banyak dihubungkan dengan perilaku siswa yang diinginkan. Guru yang
antusias akan bisa membawa suasana belajar siswa, guru lebih yakin
dan nyaman dengan apa yang ia ajarkan.
b. Warmth and Humor, guru yang hangat dan memiliki rasa humor
merupakan faktor penting dalam mempromosikan lingkungan belajar
yang santai, menyenangkan, dan mendidik.
c.
Credibility, guru yang menciptakan suasana yang relaks dan lingkunganyang kondusif sehingga siswa akan lebih merasa nyaman dalam proses
d. High expectation for success, guru yang percaya terhadap kemampuan
dirinya untuk membantu siswanya akan mempengan;hi perilaku guru
dalam proses belajar siswa.
e. Encouraging and supportive, guru yang selalu memberikan dorongan
dan dukungan kepada siswanya dan mengarahkan s>iswanya untuk
mencapai tujuan realistis akan berpengaruh dalam pencapaian hasil
belajar siswanya.
f. Businesslike, guru yang memberikan materi dengan sistematis, jelas, dan terperinci sehingga meningkatkan pembelajaran siswa dan respon
positif siswa terhadap guru.
g. Adaptable/ fleksible, kernampuan guru untuk rnenanf1ani perubahan
dalarn kelas dengan tenang dan efisien juga mempengaruhi proses
pembelajaran di kelas
h. Knowledgeable, pengetahuan rnateri pelajaran sangatlah diperlukan
seorang guru.
Dari kedelapan karakteristik guru di atas terdapat salah satu karakter guru
yakni rasa humor guru. Guru yang dapat menampilkan sikap humor di depan
35
ketegangan belajar, membuat guru lebih percaya diri, dan mengurangi beban
perrnasalahan yang timbul akibat disiplin sekolah.
Menurut Muhibbin Syah, (2002) karakteristik kognitif pribadi guru dalam
proses kegiatan belajar mengajar yakni :
NO. GURULUWES
I
GURU KAKU1 Menunjukkan keterbukaan Tampak terlampau dikuasai oleh
dalam perencanaan kegiatan rencana pelajaran, sehingga alokasi
belajar mengajar waktu sangat kaku
2 Menjadikan materi pe1ajaran Tidak mampu memodffikasi materi
berguna bagi kehidupan nyata silabus
3 Mempertimbangkan berbagai Tidak mampu meinangani hal yang
alternatif cara terjadi secara tiba-tiba ketika
mengkomunikasikan isi pengajaran berlangsung
pelajaran kepada siswa
4 Dapat merencanakan sesuatu Terpaku pada aturan yang berlaku
5 Dapat menggunakan humor Terpaku pada isi materi dan metode
secara proposional dalam yang baku sehingga situasi proses
menciptakan situasi proses belajar mengajar monoton dan
belajar mengajar yang menarik membosankan
Menurut Hamacheek yang dikutip oleh Wasty Soemanto (1998), guru-guru
yang efektif tampaknya adalah guru-guru yang "manusiawi". Mereka
mempunyai rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis daripada autokratis,
dan mereka harus mampu berhubungan dengan mudah dan wajar dengan
para siswa, baik secara perorangan ataupun kelompok.
2.3.6. Persepsi Siswa Tentang Sense of Humor Guru
Persepsi siswa tentang sense of humor gum tergantung dari bagaimana
siswa mengamati dan menanggapi humor tersebut. Setiap siswa berbeda
dalam pemikiran dan pengalaman hidupnya, maka setiap siswa pun berbeda
dalam menilai sense of humor guru. Tanggapan atau penilain siswa terhadap
37
Sense of humor guru dalam proses pembelajaran sangat diperlukan. Adanya
humor dalam situasi belajar khususnya dalam pelajaran matematika akan
mengatasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan ketegangan belajar
yang dirasakan oleh siswa. Sesuai dengan pengertiannya, humor berkaitan
dengan adanya respon yang menyenangkan. Humor sanf1at berguna untuk
mengurangi kelelahan dan kejenuhan peserta didik di kelas. Selain itu juga
humor dapat menimbulkan ketertarikan (minat) peserta didik terhadap bidang
studi yang diajarkan. Pandangan siswanya sendiri mengenai adanya humor
dapat mengurangi beban ketegangan dengan berani bertanya bila merasa
sulit atau mengemukakan pendapat pada gurunya. Sebaliknya dari pihak
guru, unsur humor dapat memberinya masukan pada siswa tanpa membuat
siswa merasa tersinggung atau terancam. Komunikasi yang terbuka ini
menimbulkan rasa aman bagi siswa dan memungkinkan siswa belajar
matematika dengan lebih nyaman. Kondisi ini merupakan pengalaman
subjektif baru bagi siswa yang berpotensi merubah skema siswa mengenai
pelajaran matematika.
Seperti yang dikemukakan Bryant, dkk (dalam Atmoko, 1995) menjelaskan
bahwa humor perlu digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar,
1. Efektif dalam meningkatkan fungsi aspek-aspek memtal
2. Dengan humor materi-materi pelajaran mudah ditangkap
3. Humor dapat merangsang minat dan perhatian dalam mengolah
pesan-pesan pendidikan
4. Dengan humor kegiatan belajar lebih menyenangkan
2.4. Kerangka Berpikir
Menurut Slameto ( 1995) peran guru besar dalam menimbulkan minat dan
semangat belajar siswa. Salah satu peran guru yakni motivator bagi
sis·Nanya, karena guru merupakan orang pertama yang melakukan interaksi
dengan siswanya ketika proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Faktor terpenting dari guru yakni dilihat dari karaktemya, karena karakter
guru berperan dalam minat belajar siswa, diantaranya, rasa humor (sense of
humor) guru. Persepsi siswa tentang sense of humor gun.i tergantung dari bagaimana siswa mengamati, menanggapi atau menilai dan merasakan
humor tersebut. Setiap siswa berbeda dalam pemikiran dan pengalaman
hidupnya, maka tiap siswa pun berbeda dalam menilai sense of humor guru.
Sense of humor guru yang ditampilkan melalui pernyataan, tindakan dan keadaan merupakan awal dari perhatian siswa yang menjadi sumber minat
39
Minat belajar siswa disini adalah minat dalam pelajaran matematika,
matematika merupakan hal yang penting, baik dalam kegunaan sehari-hari
juga dalam pelajaran di sekolah, oleh karenanya banyak orang yang
berusaha untuk dapat menguasai bidang ini. Bagi siswa-siswi yang di
sekolah juga dituntut untuk menguasai bidang ini, tuntutan tersebul sering
kali dibarengi dengan penyajian yang menunjang. Guru dan murid biasanya
hanya sebagai pelaku mekanistis dari suatu proses belajar mengajar, tanpa
inisiatif, kondisi ini menyebabkan matematika yang merupakan pelajaran
yang memiliki unsur logika, keteraturan, ketetapan serta problem solving,
menjadi pelajaran yang tidak disukai, menegangkan dan d!ianggap sulit.
Pengalaman yang tidak menyenangkan ini menumbuhkan sikap negatif
terhadap mata pelajaran matematika.
Sense of humor yang tampak pada guru akan dipersepsikan oleh siswa.
Apabila siswa mempersepsikan sense of humor gurunya baik (positif), maka
pada diri siswa akan timbul minat belajar {minat belajar akan tinggi).
Sedangkan apabila siswa mempersepsikan sense of humor gurunya kurang
baik (negatif) maka pada diri siswa tidak akan timbul minat akan belajar
Gambar 2.1
Alur kerangka berpikir yang telah ditemukan dapat dilihat pada skema dibawah ini:
Stimulus
Guru MTK yang memiliki sense of humor
• Guru MTK saat
mengajar suka membuat ide-ide lucu yang menyenangkan
• Saat siswa ter1ihat
-jenuh guru MTK menceritakan hal-hal
yang lucu
• Saat guru MTK
menyelipkan canda
dan tawa dalam
mengajar membuat
suasana lebih akrab
• Guru MTK tertawa
saat melihat
Persepsi positif: • Siswa senang • Lebih santai • Tidak tegang
• Suasana menyenangkan • Peljaran mudah ditangkap
Minat belajar MTK tinggi • Menyukai MTK
• Suasana eazy going
• Suasana proses belajar menyenangkan • Lingkungan belajamya lebih nyaman
• Guru yang mengajar lebih nleks
Panca Indra Siswa
Hm・ャャィ。セ@
Mendengarkan &
Merasakan humor H>
guruMTK)
Persepsi siswa
tentang sense of
humor セオイオ@ MTK
Proses dal:l
Ciak/penyimpanan
--J
siswamengena:i
sense of hurnor
guruMTI\ Label (peni!aian sl guru swa tentang MTKyang
ik.i rense
humor)
me mil
of
Pc:-:-e;psl negatif:
• SisWa benci
• Suasana menjadi ramai
• Pelajaran sufd: ditangkap
• Suasana membosankan
• Peiajaran lebih monoton
Minat belajar MTK rendah
• Benci peJajaran MTK • Suasana membDsanJc.an
• Suasana proses befaJar riuh
e Lingkungan belajamya tidak nyaman
[image:54.519.25.452.152.536.2]41
Berdasarkan alur kerangka berpikir di atas dapat diduga ada hubungan yang
positif antara persepsi siswa tentang sense of humor guru dengan minat
belajar matematika dilihat dari hubungan yang positif yakni semakin baik
(positif) persepsi siswa tentang sense of humor guru, maka semakin tinggi
minat belajar siswa; dan juga sebaliknya, minat belajar siswa akan rendah
apabila siswa mempersepsikan sense of humor guru ケ。ョセQ@ ditampilkan
kurang baik (negatif).
2.5 Hipotesa Penelitian
Ho : Ada hubungan positifyang signifikan antara persepsi tentang "sense
of humor" guru dengan minat belajar siswa pada pE;lajaran matematika.
Ha : Tidak Ada hubungan positif yang signifikan antara1 persepsi tentang
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan pada
pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan
angka-angka dan melakukan a!'afisis data dengan prosedur statistik. Dengan
kata lain, data-data yang diperoleh kemudian dikuantitatifkan dengan
prosedur statistik dan dilakukan interpretasi serta analisis untuk rnembuat
kesirnpulan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metocle deskripsi dengan
jenis penelitian korelasional, yakni penelitian yang dirancang untuk
menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu
populasi. Sifat-sifat perbedaan kritis adalah usaha menaki;ir hubungan dan
bukan deskripsi saja (Fox dalam Sevilla, 1993). Pengukuran dengan korelasi
ini digunakan untuk menentukan arah hubungan dan seberapa kuatnya
hubungan antara satu variabel dengan variabel lain (Sevilla, 1993).
3.1.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Vanabel
43
Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau
sifat yang berdiri sendiri-sendiri. Kerlinger ( dalam Sevilla, 1993)
mendefinisikan variabel penelitian sebagai suatu sifat yang dapat memiliki
berbagai macam nilai, menyangkut segala sesuatu yang menjadi subjek
penelitian. Adapun definisi operasional berarti melekatkan arti pada sesuatu
yang kostruk atau variabel dengan cara menetapkan tindakan-tindakan yang
perlu untuk mengukur variabel tersebut.
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yakni variabel bebas
(independen variabeQ dan variabel terikat (dependent valiabef). Variabel bebas adalah tipe variabel yang diduga mempengaruhi variabel yang lain.
Sedangkan variabel terikat (dependent variabeQ adalah tipe variabel yang
diduga dipengaruhi oleh variabel independent. Variabef bebas (IV) pada
penelitian ini adalah persepsi siswa tentang sense of humor guru dan
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yakni variabel persepsi
tentang sense of humor guru yang disebut variabel bebas dan variabel minat belajar matematika yang disebut variabel terikat, dengan definisi operasional
sebagai berikut:
Persepsi tentang sense of humor guru yakni suatu penilaian atau pemahaman siswa berdasarkan hal yang telah diamati dan dirasakan
terhadap kemampuan yang dimiliki guru matematika untuk melihat suatu
situasi dengan cara menciptakan humor dan tawa lebih banyak serta
merespon secara baik terharfap situasi yang ada disekitarnya. Adapun sense of humor dalam penelitian ini adalah persepsi siswa terhadap aspel< dan indikator yang dikemukakan oleh Thorson & Powell (1993) : Humor
production, bagaimana kemampuan kreatif humoris, membuat lelucon, dan . mengindentifikasi hal yang lucu dalam situasi serta menglcreasikannya dan
menghubungkan situasi tersebut dengan cara ュ・ョケ・ョ。ョセQォ。ョ@ orang lain;
Uses of humor for coping, yakni penggunaan humor dalarn menghadapi masalah (coping), mengatasi situasi sulit dengan menggunakan humor;
45
toward humor; sikap-sikap individu terhadap humor dan tierhadap orang yang humoris.
Sedangkan Minat belajar yakni kecenderungan dan ォ・ゥョAセゥョ。ョ@ yang besar
terhadap belajar, yang ditempuh dengan mengungkapkan seberapa tingginya
ketertarikan siswa terhadap belajar yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi minat belajar yakni: Keadaan individu saat belajar, lingkungan
belajar, materi petajaran (Slameto, 1995). Minat belajar yang dimaksud
peneliti adalah minat dalam pelajaran matematika.
3.2.Pengambilan Sampel
3.2.1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi
sedangkan sampel adalah kelompok kecil yang akan diamati {Sevilla, 1993).
Gay (dalam Sevilla, 1993) mendetinisikan populasi sebagai kelompok di mana
peneliti akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya. Adapun dalam
penelitian ini, populasi yang akan digunakan adalah siswa-siswi kelas II
Madrasah Tsanawiyah Negeri 7 "Model" Tahun Ajaran 2007-2008, karena
mereka menjadi sampel, adapun kelas satu masih pada taraf penyesuaian
dengan lingkungan sekolah. Populasi dan sampel pada penelitian ini terdiri
dari lima ketas yaitu Vlll-1 dan Vlll-5 dengan jumlah keseluruhan 197 siswa
yang terdiri dari 94 laki-laki dan 103 perempuan. Mengenai pengambilan
jumlah sampel, Gay {dalam Sevilia, 1993) mengatakan bahwa jumlah sampel
untuk penelitian deskriptif yaitu 10% dari populasi. Untuk populasi yang
sangat kecil diperlukan 20%. Adapun untuk penelitian kor,elasi dengan jumlah
sampel minimal 30 subjek. Mengingat sangat kecilnya populasi, maka pada
penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 20% atau 40 orang dari
197 siswa-siswi MTs N 7 "Model" Jakarta.
3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam suatu penelitian perlu digunakan suatu teknik pengiambilan sampel
yang baik, sehingga data yang diperoleh merupakan repmsentatif data dari
populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang
digunal<an adalah teknil< acak (random sampling) yakni suatu metode
pemilihan ukuran sampel dari populasi mempunyai peluang yang sama dan
semua l<emungkinan penggabungannya yang diseleksi sebagai sampel
47
Dan teknik sampling yang digunakan adalah melalui urutan daftar hadir dari
seluruh kelas dan peneliti hanya mengambil urutan ganjil dalam mengambil
sampelnya.
3.3.
Pengumpulan
Data
3.3.1 lnstrumen Penelitian
Guna memperoleh data yang objektif, maka peneliti membuat instrumen
penelitian. lnstrumen disusun berdasarkan indikator variabel yang telah
ditentikan. lndikator itulah yang merupakan wakii ciri-ciri perilaku yang dite!iti.
lndikator-indikator tersebut dibuat dalam item-item pemyataan dengan
instrumen berupa skala persepsi dan skala minat. Skala menurut Kerlinger
(dalam Sevilla, 1993) adalah suatu perangkat simbol atau angka-angka
dalam bentuk simbol atau angka yang ditetapkan menurut aturan individu
(tingkah laku mereka). Setiap pemyataan sikap disepakati sebagai
pemyataan yang positif (Favorable) dan pemyataan yang negatif
Dalam merespon setiap item responden diminta memilih jawaban yang
sesuai dengannya ataupun karakter yang sesuai dengan karakter gurunya.
Rentangan dalam kategori ini bergerak dari sangat setuju sampai sangat
tidak setujui. Jawaban yang diberikan oleh responden terhadap suatu item merupakan indikasi atau merupakan atribut yang hendak diukur. Kesimpulan
akhir sebagai diagnosa baru dapat dicapai apabila semua1 item telah
direspon. Respon dari responden tidak klasifikasikan sebagai jawaban benar
atau salah. Semua jawaban yang diberikan akan diterima selama jawaban
yang diberikan secara jujur, kemudian jawaban akan diinterpretasikan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala model Likert yaitu skala
akhir subjek merupakan skor total dari 4 kategori jawaban yakni: sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setiifu (STS). Subjek diminta untuk memilih satu diantara altematif jawaban ternebut, dengan bobot
skor sebagai berikut:
Tabel
3.1
Penskoran Skala Likert
Pemyataan Sangat Setuju Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak
(SS) Setuju (STS)
[image:62.524.31.474.599.663.2]49
Unfavorable 1 2 3 4
a. Skala persepsi tentang sense of humor
Skala persepsi siswa tentang sense of humor guru dalam penelitian ini
adalah penilaian atau pemahaman siswa berdasarkan hal yang telah diamati
dan dirasakan terhadap kemampuan yang dimiliki guru matematika untuk
melihat suatu situasi dengan cara menciptakan humor dan tawa lebih banyak
serta merespon secara baik terhadap situasi yang ada disekitamya. Adapun
sense of humor dalam penelitian ini diukur dari beberapa aspek dan indikator
yang dikemukakan oleh Thorson & Powell (1993) diantaranya: Humor
pr..,duction, bagaimana kemampuan kreatif humoris, membuat lelucon, dan mengindentifikasi hal yang lucu dalam situasi serta mengkreasikannya dan
menghubungkan situasi tersebut dengan cara rnenyenangkan orang lain ;
Uses of humor for coping, yakni penggunaan humor dalam menghadapi masalah (coping), rnengatasi situasi sulit dengan menggunakan humor;
Tabel 3.2.
Tabel Blue Print Skala Persepsi Tentang Sense Of Humor Guru
No Persepsi Sens