• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konsep Diri terhadap Penerimaan Perubahan Fisik Remaja Putri pada Masa Pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Konsep Diri terhadap Penerimaan Perubahan Fisik Remaja Putri pada Masa Pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KONSEP DIRI TERHADAP PENERIMAAN PERUBAHAN FISIK REMAJA PUTRI PADA MASA PUBERTAS DI SLTP KEMALA

BHAYANGKARI 1 MEDAN

FATWIANY 095102040

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Fatwiany

Hubungan Konsep Diri terhadap Penerimaan Perubahan Fisik Remaja Putri pada Masa Pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan

ix + 40 hal + 4 tabel + 1 skema + 9 lampiran

Abstrak

Salah satu tugas dan fungsi mandiri bidan, yaitu mengkaji status kesehatan, kebutuhan anak remaja, dan melakukan bimbingan serta penyuluhan kepada remaja. Sehingga bidan harus mengetahui apa saja yang terjadi pada masa pubertas, kemudian bagaimana harus menangani remaja dalam menghadapi masa pubertas. Pubertas merupakan periode yang singkat. Namun, sebagai periode yang sulit bagi remaja dan mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis remaja di masa selanjutnya. Remaja putri tampak kurang menyukai perubahan fisik ketika beranjak remaja, khususnya mengenai pertambahan lemak tubuh. Perubahan fisik ini dapat menyebabkan remaja putri seringkali merasa malu dan menutup diri terhadap lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara konsep diri terhadap penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi, dengan populasi 167 orang dan sebanyak 117 orang yang dijadikan sebagai sampel. Analisa data menggunakan uji statistik chi-squere. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putri pada masa pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan yang konsep dirinya berada dalam kategori baik yaitu 88,03% dan sebanyak 11,97% yang konsep dirinya tidak baik. Remaja putri pada masa pubertas memiliki penerimaan yang positif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 78,63%, dan penerimaan negatif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 21,37%. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p=0,002, ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konsep diri terhadap penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas. Oleh karena itu, diharapkan kepada pelayanan kebidanan lebih memperhatikan pendidikan kesehatan pada remaja tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pubertas untuk mempersiapkan remaja dalam menghadapi masa pubertas.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmad

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan

judul “ Hubungan Konsep Diri terhadap Penerimaan Perubahan Fisik Remaja Putri pada

Masa Pubertas ” yang diajukan untuk memenuhi salah syarat dalam menyelesaikan

pendidikan pada Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan bimbingan, masukan,

dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis Ilmiah ini

tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada ;

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. dr. Murniati Manik, MSc. SpKK. selaku Ketua Program D IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep. selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis

Ilmiah.

4. Seluruh staf SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan.

5. Seluruh staf dan Dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

(4)

6. Papa, Umi dan Kakak serta Adik yang penulis cintai yang telah memberikan

dukungan serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat

Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Melia Pebrina, AMKeb dan Fenny Fernando,AMKeb yang telah membantu pada

pengumpulan data dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan

kepada penulis.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam penyusun Karya Tulis

Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk

itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa

yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, semoga penelitian

ini dapat bermanfaat bagi semua.

Medan, 30 November 2009

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... . v

DAFTAR SKEMA ... . vi

DAFTAR LAMPIRAN ... .. vii

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan... 5

2. Bagi Remaja Putri ... 5

3. Bagi Penelitian ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri ... 6

1. Pengertian Konsep Diri... ... 6

2. Komponen-komponen Konsep Diri ... 8

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 8

4. Pembentukan Konsep Diri ... 9

(6)

C. Remaja ... 10

1. Pengertian Remaja dan Pubertas ... 10

2. Kurun Waktu Masa Remaja ... 11

3. Ciri-ciri Perkembangan Remaja ... 12

4. Perubahan Fisik pada Remaja... 14

5. Penyebab Perubahan pada Masa Pubertas ... 17

III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 20

B. Hipotesis ... 21

C. Definisi Operasional ... 21

IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 23

B. Populasi dan sampel ... 23

1. Populasi ... 23

2. Sampel ... 23

C. Tempat Penelitian ... 25

D. Waktu Penelitian ... 25

E. Etika Penelitian ... 25

F. Instrumen Penelitian ... 26

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 28

1. Uji Validitas ... 28

2. Uji Reliabilitas ... 29

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 29

(7)

V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ... 31

B. Pembahsan ... 34

1.Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 34

2. Keterbatasan Penelitian ... 37

3. Implikasi terhadap Pelayanan Kebidanan ... 38

VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 39

B. Saran ... 39

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Jumlah Sampel dengan Stratified Random Sampling ... 24

Tabel 5.1. Distribusi Konsep Diri Remaja Putri di SLTP Kemala Bhayangkari

1 Medan ... 31

Tabel 5.2. Distribusi Penerimaan Perubahan Fisik Remaja Putri pada Masa

Pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan ... 32

Tabel 5.3. Hubungan Konsep Diri terhadap Penerimaan Perubahan Fisik Remaja

Putri pada Masa Pubertas ... 33

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Hubungan Konsep Diri terhadap Penerimaan Perubahan

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2 : Lembar Informed Consent

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Content Validity Index

Lampiran 5 : Lembar Hasil Uji Reliabilitas SPSS

Lampiran 6 : Master Data Penelitian

Lampiran 7 : Hasil Out Put Data Penelitian

Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 9 : Surat Pernyataan Telah Selesai Penelitian dari SLTP Kemala

(11)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Fatwiany

Hubungan Konsep Diri terhadap Penerimaan Perubahan Fisik Remaja Putri pada Masa Pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan

ix + 40 hal + 4 tabel + 1 skema + 9 lampiran

Abstrak

Salah satu tugas dan fungsi mandiri bidan, yaitu mengkaji status kesehatan, kebutuhan anak remaja, dan melakukan bimbingan serta penyuluhan kepada remaja. Sehingga bidan harus mengetahui apa saja yang terjadi pada masa pubertas, kemudian bagaimana harus menangani remaja dalam menghadapi masa pubertas. Pubertas merupakan periode yang singkat. Namun, sebagai periode yang sulit bagi remaja dan mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis remaja di masa selanjutnya. Remaja putri tampak kurang menyukai perubahan fisik ketika beranjak remaja, khususnya mengenai pertambahan lemak tubuh. Perubahan fisik ini dapat menyebabkan remaja putri seringkali merasa malu dan menutup diri terhadap lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara konsep diri terhadap penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi, dengan populasi 167 orang dan sebanyak 117 orang yang dijadikan sebagai sampel. Analisa data menggunakan uji statistik chi-squere. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putri pada masa pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan yang konsep dirinya berada dalam kategori baik yaitu 88,03% dan sebanyak 11,97% yang konsep dirinya tidak baik. Remaja putri pada masa pubertas memiliki penerimaan yang positif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 78,63%, dan penerimaan negatif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 21,37%. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p=0,002, ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konsep diri terhadap penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas. Oleh karena itu, diharapkan kepada pelayanan kebidanan lebih memperhatikan pendidikan kesehatan pada remaja tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pubertas untuk mempersiapkan remaja dalam menghadapi masa pubertas.

(12)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia

yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari

kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak-kanak dan masa

dewasa atau yang lebih kita kenal dengan pubertas. Kita semua mengetahui bahwa

antara anak-anak dengan orang dewasa ada beberapa perbedaan yang selain bersifat

biologis atau fisiologis juga bersifat psikologis. (Agustiani, 2006 hlm. 25)

Masa ini sikap individu mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun psikis.

Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat

sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan

berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan

mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai

melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran

sosialnya yang baru sebagai orang dewasa.(Al-mighwar, 2006 hlm. 19)

Pada masa pubertas dapat dikatakan bahwa ciri umum yang menonjol pada masa

remaja adalah berlangsungnya perubahan itu sendiri, yang dalam interaksinya dengan

lingkungan sosial membawa berbagai dampak pada perilaku remaja.

Pubertas merupakan periode yang singkat, namun bagi sebagian orang dianggap

sebagai periode yang sulit bagi remaja dan mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis

(13)

Remaja putri tampak kurang menyukai perubahan fisik ketika beranjak remaja,

khususnya mengenai pertambahan lemak tubuh. Perubahan fisik ini dapat menyebabkan

remaja putri seringkali merasa malu dan menutup diri terhadap lingkungan. Berbeda

dengan remaja putra yang menyukai peningkatan massa otot yang mereka alami seiring

pubertas. Namun bagaimanapun perasaan yang mengganggu itu harus secepatnya

disingkirkan. Semua itu merupakan tahapan memasuki masa pubertas yang tidak

seorang pun dapat menghindarinya. (Al-mighwar, 2006 hlm.70)

Hierarki kebutuhan Maslow menyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam

kebutuhan manusia adalah tercapainya kebutuhan aktualisasi diri. Untuk mencapai

aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat. Konsep diri seseorang tidak terbentuk

sejak lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dan pengalaman unik seseorang dalam dirinya

sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia.(Sunaryo, 2004 hlm.3)

Perubahan peran, fisik dan psikologis mempengaruhi konsep diri seseorang dan

konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui

konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah memahami tingkah laku orang tersebut.

(Agustiani,2006 hlm.138)

Konsep diri merupakan semua ide, fikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhungan dengan

orang lain. Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi

dengan orang lain dan lingkungan (Stuart & Sundeen, 1998, dalam Sipahutar, 2008,

Gangguan konsep diri ¶ 1,

oktober 2009)

Berdasarkan hasil survey yang didapatkan dari sepuluh siswi SLTP Kemala

(14)

badan yang mereka alami saat melewati masa pubertas sehingga membuat mereka

kurang percaya diri untuk tampil di depan umum, ada yang merasa takut wajahnya tidak

cantik lagi karena tumbuhnya jerawat, bahkan lima diantaranya merasa terganggu karena

perubahan bentuk tubuh mereka membuat mereka tidak bisa menarik perhatian orang

lain untuk melihatkan bakat yang dimilikinya.

Salah satu tugas mandiri bidan yaitu mengkaji status kesehatan dan kebutuhan

anak remaja dan fungsi bidan sebagai pelaksana yaitu melakukan bimbingan dan

penyuluhan kepada individu dan keluarga, serta masyarakat khususnya kaum remaja,

sehingga bidan harus mengetahui apa saja yang terjadi pada masa remaja dan bagaimana

harus menangani remaja dalam menghadapi masalah khususnya yang berhubungan

dengan perubahan fisik. (Soepardan, 2007 hlm.38)

Selain itu tugas sebagai dosen atau tenaga pendidik, yaitu mampu memberikan

bimbingan serta konseling kepada peserta didik yang menghadapi masalah di antaranya

melalui bimbingan sosial pribadi. Dengan bimbingan pribadi dan sosial ini diharapkan

dapat membantu siswa yang menghadapi masalah dalam diri siswa itu sendiri baik di

lingkungan sekolah maupun dalam berinteraksi di masyarakat.(Sukardi, 2003 hlm.37)

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai “ hubungan konsep diri terhadap penerimaan perubahan fisik

remaja putri pada masa pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan”

B.Rumusan Masalah

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dan

berdasarkan hasil survey awal yang didapatkan peneliti masih banyak siswi yang

(15)

putri pada masa pubertas, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang hubungan konsep diri terhadap penerimaan perubahan fisik remaja putri pada

masa pubertas.

C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan antara konsep diri terhadap penerimaan

perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1

Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi konsep diri remaja putri pada masa pubertas di SLTP

Kemala Bhayangkari 1 Medan.

b. Mengidentifikasi penerimaan terhadap perubahan fisik remaja putri pada masa

pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan.

c. Mengidentifikasi hubungan antara konsep diri terhadap penerimaan perubahan

(16)

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan D-IV Kebidanan

Sebagai bahan masukan untuk penambahan ilmu pengetahuan serta acuan dalam

pengembangan ilmu kebidanan yang berkaitan dengan perkembangan remaja pada

masa pubertas.

2. Bagi Remaja Putri

Sebagai bekal pengetahuan bagi remaja dalam menghadapi masa pubertas serta

mengetahui perubahan yang terjadi sehingga remaja dapat menerima serta

mengerti hal-hal yang mungkin terjadi selama masa pubertas.

3. Bagi Penelitian

Menjadi bahan referensi atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep diri

Willoughby, King & polatajko (1996, dalam Wong,et al 2009, hlm 121)

mengemukakan bahwa konsep diri adalah bagaimana individu menggambarkan dirinya

sendiri. Istilah konsep diri mencakup konsep, keyakinan, dan pendirian yang ada dalam

pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan

individu tersebut dengan orang lain. Konsep diri tidak ada saat lahir tetapi berkembang

perlahan-lahan sebagai hasil pengalaman dan dengan sesuatu yang nyata di lingkungan.

Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang

dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan

lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari

pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri individu

ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi

tingkah lakunya kemudian hari (Agustiani, 2006, hlm.138).

Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial dan spritual. Termasuk didalamnya adalah

persepsi individu tentang sifat dan potensi yang dimilikinya, interaksi individu dengan

orang lain maupun lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan

(18)

William H. Fitts (1971, dalam Agustiani, 2006, hlm 138) mengemukakan bahwa

konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang

merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Fitts mengatakan

bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan

mengetahui konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah meramalkan dan memahami

tingkah laku orang tersebut. Pada umumnya tingkah laku individu berkaitan dengan

gagasan-gagasan tentang dirinya sendiri.

Berdasarkan berbagai pendapat sebelumnya, dinyatakan bahwa konsep diri

memiliki peran yang sangat penting terlebih jika dikaitkan dengan siswa remaja yang

memiliki konsep diri yang rentan terhadap modifikasi atau perubahan. Siswa remaja

khususnya remaja putri memiliki pandangan tentang dirinya sendiri. Oleh karena itu

dapat dipahami bahwa konsep diri seseorang terutama remaja putri cenderung untuk

tidak konsisten karena perubahan kondisi fisik maupun psikologisnya dan dalam hal ini

disebabkan karena sikap orang lain yang dipersepsikannya juga mengalami perubahan

(Kartono, 2007, hlm.148).

Oleh karena itu dapat disimpulkan, bahwa konsep diri merupakan pandangan,

asumsi serta kesan siswa tentang karakteristik yang dimilikinya baik secara fisik maupun

psikis, penerimaan, penilaian, penghargaan dan keyakinan yang terdapat dalam diri

siswa yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Apabila siswa memiliki konsep diri

yang positif, maka ia akan mengembangkan sifat-sifat seperti percaya diri, rasa berharga

dan kemampuan untuk menilai dirinya secara realistis, sedangkan siswa yang memiliki

konsep diri yang cenderung negatif akan mengembangkan sikap merasa tidak mampu

dan rendah diri sehingga muncul perilaku kurang percaya diri.

(19)

Menurut Sunaryo (2004, hlm 32) mengemukakan lima komponen konsep diri,

yaitu : (a) Gambaran diri, adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar

maupun tidak sadar, meliputi : performance, potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi

dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh ; (b) Ideal diri, adalah persepsi individu

tentang perilakunya, disesuaikan dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita,

harapan, dan keinginan, tipe orang yang diidam-idamkan, dan nilai yang ingin dicapai ;

(c) Harga diri, adalah penilaian individu terhadap hasil yang ingin dicapai dengan cara

menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri. Harga

diri dapat diperoleh melalui orang lain dan diri sendiri. Aspek utama harga diri adalah

dicintai, disayangi, dikasihi, orang lain dan mendapat penghargaan dari orang lain ; (d)

Peran diri adalah pola perilaku, sikap, nilai dan aspirasi yang diharapkan individu

berdasarkan posisinya di masyarakat ; (e)Identitas diri, adalah kesadaran akan diri

pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek

konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Syamsu Yusuf (2000, hlm 76) mengemukakan terdapat delapan faktor yang

mempengaruhi perkembangan konsep diri, yaitu; (a) Kondisi fisik ; (b)Kematangan

biologis ; (c) Dampak media massa ; (d) Tuntutan sekolah ; (e)Pengalaman ajaran agama

; (f) Masalah ekonomi keluarga ; (g) Hubungan dalam keluarga ; (h) Harapan orang tua.

Menurut Fitts (1997 dalam Agustiani, 2006 hlm 139) konsep diri seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut ; (a) Pengalaman, terutama

pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga ;

(b) Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain ; (c)Aktualisasi

(20)

4. Pembentukan Konsep Diri

Masa bayi, konsep diri terutama adalah kesadaran tentang eksistensi mandiri

seseorang yang dipelajari di masa lalu sebagai hasil dari kontak sosial dan pengalaman

dengan orang lain. Anak usia sekolah lebih menyadari perbedaan di antara orang lain,

lebih sensitif terhadap tekanan sosial, dan menjadi lebih sibuk memikirkan masalah

kritikan-diri dan evaluasi-diri. Selama masa remaja awal, anak lebih berfokus pada

perubahan fisik dan emosi yang terjadi dan pada penerimaan teman sebaya. Konsep diri

diperjelas selama masa remaja akhir ketika anak muda mengatur konsep diri mereka

disekitar nilai, tujuan, dan kompetensi yang didapat selama masa kanak-kanak (Wong, et

al. 2009, hlm. 121).

Masa anak-anak konsep diri yang dipunyai seseorang biasanya berlainan dengan

konsep diri yang dipunyai ketika ia memasuki usia remaja. Pada dasarnya, konsep diri

itu tersusun atas tahapan-tahapan. Selama masa anak akhir konsep diri yang terbentuk

sudah agak stabil. Tetapi dengan mulainya masa pubertas terjadi perubahan drastis pada

konsep diri. Remaja yang masih muda mempersepsikan dirinya sebagai orang dewasa

dalam banyak cara, namun bagi orang tua ia tetap masih seorang anak-anak. Walaupun

ketidaktergantungan dari orang dewasa masih belum mungkin terjadi dalam beberapa

tahun, remaja mulai terarah pada pengaturan tingkah laku sendiri (Agustiani,2006

hlm.138).

B. Penerimaan diri

Menurut Hurlock (1973, dalam Sobur, 2003, hlm.504), penerimaan diri adalah

suatu tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala

(21)

yang tidak bermasalah dengan dirinya sendiri. Calhoun dan Acocella (1990)

menambahkan bahwa individu yang bisa menerima diri secara baik tidak memiliki

beban perasaan terhadap diri sendiri, sehingga lebih banyak memiliki kesempatan untuk

beradaptasi dengan lingkungan. Kesempatan itu membuat individu mampu melihat

peluang-peluang berharga yang memungkinkan diri berkembang.

Istilah konsep diri merujuk pada pengetahuan yang disadari mengenai berbagai

persepsi diri, seperti karakteristik fisik, kemampuan, nilai, ideal diri dan pengharapan

serta ide-ide dirinya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain. Semakin mereka

berfikir positif terhadap dirinya sendiri, semakin mereka percaya diri dalam mencoba

kembali guna meraih kesuksesan (wong,et al. 2009 hlm.567).

C. Remaja

1. Pengertian Remaja dan Pubertas

Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa

dewasa ―merupakan waktu kematangan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang cepat

pada anak laki-laki untuk mempersiapkan diri menjadi laki-laki dewasa dan anak

perempuan untuk mempersiapkan diri menjadi wanita dewasa. Batasan yang tegas pada

remaja sulit ditetapkan, tetapi periode ini biasanya digambarkan pertama kali dengan

penampakan karakteristik seks sekunder pada sekitar usia 11 sampai 12 tahun dan

berakhir dengan berhentinya pertumbuhan tubuh pada usia 18 sampai 20 tahun (Wong,et

al. 2009 hlm.585).

Pubertas adalah proses kematangan, hormonal dan pertumbuhan yang terjadi

ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai

(22)

Masa puber merupakan periode transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi

sebab pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja.

Tumpang tindih sebab beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih dimilikinya,

sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber meliputi tahun-tahun

akhir masa kanak-kanak dan tahun awal masa remaja. Menjelas anak matang secara

seksual, ia masih disebut ”anak puber”, begitu matang secara seksual ia disebut ”remaja”

atau ”remaja muda” (Al-mighwar, 2006 hlm 70).

Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih

ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Pribadi itulah yang menjadi pusat

pikirannya (Zulkifli,2005 hlm.70).

2. Kurun waktu masa remaja

Wong,et al (2009, hlm 585) mengemukakan masa remaja terdiri atas tiga subfase

yang jelas, yaitu: (a) Masa remaja awal usia 11-14 tahun ; (b) Masa remaja pertengahan

usia 15-17 tahun ; (c) Masa remaja akhir usia 18-20 tahun

Al-Mighwar (2006 hlm.20) menjelaskan masa puber terjadi secara bertahap, yaitu

: (a) Tahap Prapubertas, tahap ini disebut juga tahap pematangan yaitu pada satu atau

dua terakhir masa kanak-kanak. Pada masa ini anak dianggap sebagai ”prapuber”,

sehingga ia tidak disebut seorang anak dan tidak pula seorang remaja. Pada tahap ini,

ciri-ciri seks sekunder mulai tampak, namun organ-organ reproduksinya belum

berkembang secara sempurna ; (b) Tahap Puber, tahap ini disebut juga tahap matang,

yaitu terjadi pada garis antara masa kanak-kanak dan masa remaja. Pada tahap ini,

kriteria kematangan seksual mulai muncul. Pada anak perempuan terjadi haid pertama

dan pada anak laki-laki terjadi mimpi basah pertama kali. Dan mulai berkembang

(23)

Pascapuber, pada tahap ini menyatu dengan tahun pertama atau kedua masa remaja.

Pada tahap ini, ciri-ciri seks sekunder sudah berkembang dengan baik dan organ-organ

seks juga berfungsi secara matang

Wong,et al (2009, hlm. 585) mengatakan bahwa pubertas dibagi atas tiga tahap

yaitu: (a) Prapubertas, yaitu periode sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak

pertama kali mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan seksual ;

(b)Pubertas, merupakan titik pencapaian kematangan seksual, ditandai dengan keluarnya

darah menstruasi pertama kali pada remaja putri sedangkan pada remaja putra indikasi

seksualitasnya kurang jelas ; (c) Pascapubertas, merupakan periode 1 sampai 2 tahun

setelah pubertas, ketika pertumbuhan tulang telah lengkapdan fungsi reproduksinya

terbentuk dengan cukup baik.

3. Ciri-ciri Perkembangan Remaja

Menurut Wong,et al (2009 hlm.585) perkembangan remaja terlihat pada:

(a) Perkembangan biologis, perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas

hormonal di bawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak

pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkrmbangan

karakteristik seks sekunder ; (b) Perkembangan psikologis, teori psikososial tradisional

menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya

identitas (Erikson,1963). Pada masa remaja mereka mulai melihat dirinya sebagai

individu yang lain ; (c) Perkembangan kognitif, berfikir kognitif mencapai puncaknya

pada kemampuan berfikir abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual

yang merupakan ciri periode berfikir konkret, remaja juga memerhatikan terhadap

kemungkinan yang akan terjadi ; (d) Perkembangan moral, anak yang lebih muda hanya

(24)

memperoleh autonomi dari orang dewasa, mereka harus mengganti seperangkat moral

dan nilai mereka sendiri ; (e)Perkembangan spiritual, remaja mampu memahami konsep

abstrak dan menginterpretasi analogi serta simbol-simbol. Mereka mampu berempati,

berfilosofi dan berfikir secara logis ; (f)Perkembangan sosial, untuk memperoleh

kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan

menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari wewenang orang tua. Masa remaja adalah

masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman sebaya dan teman

dekat.

Agustiani (2006 hlm.29) mengemukakan masa remaja menjadi tiga bagian, yaitu :

(a) Masa remaja awal (12-15 tahun), pada masa ini individu mulai meninggalkan peran

sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan

tidak tergantung pada orangtua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk

dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya ; (b) Masa

remaja pertengahan (15-18 tahun), masa ini ditandai dengan berkembangnya

kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting,

namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri. Pada masa ini remaja

mulai mengembangkan kematangan tingkah laku. Belajar mengendalikan impulsivitas,

dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vaksional yang

ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu ; (c)

Masa remaja akhir (19-22 tahun), masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk

memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan

tujuan vaksional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat

untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa,

(25)

3. Perubahan fisik pada masa remaja

Awal pubertas, ekstremitas tumbuh lebih cepat daripada batang tubuh.

Pertumbuhan ekstremitas kemudian berhenti, tetapi batang tubuh terus tumbuh dengan

baik sampai remaja. Pertumbuhan batang tubuh yang paling besar biasanya pada tulang

pelvis. Lebarnya bertambah lebih cepat dari pada ukuran antero-posterior. Rongga pelvis

memanjang dan pintu panggul melebar, untuk mempersiapkan fungsi kehamilan

(Henderson, 2005 hlm.3).

Terjadi pertumbuhan yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ

reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu

melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya :

a. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks

(terjadinya haid pada remaja putri dan terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki).

b. Tanda- tanda seks sekunder, yaitu : (1) Pada remaja laki-laki terjadi perubahan

suara, timbulnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan

ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut di

sekitar kemaluan dan ketiak; (2) Pada remaja putri : panggul melebar, petumbuhan

rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar

kemaluan (pubis)

Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal di bawah

pengaruh sistem saraf pusat, walaupun semua aspek fungsi fisiologis berinteraksi secara

bersama-sama. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan

fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder. Perubahan

yang tidak tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan kematangan neurogonad yang

(26)

kelamin di tentukan berdasarkan karakteristik pembeda ; karakteristik seks primer

merupakan organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduktif (mis.,

ovarium, uterus, uterus, payudara, penis) ; karakteristik seks sekunder merupakan

perubahan yang terjadi di seluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal (mis.,

perubahan suara, munculnya rambut pubertas dan bulu pada wajah, penumpukan lemak)

tetapi tidak berperan langsung dalam reproduksi (Wong,et al. 2009 hal 585).

Menurut Al-Mighwar (2006, hlm.26) perubahan-perubahan fisik yang penting dan

terjadi selama masa remaja adalah sebagai berikut :

a. Perubahan Ukuran Tubuh

Pertumbuhan tinggi dan berat badan merupakan perubahan fisik mendasar yang

pertama pada masa pubertas. Hurlock berpendapat bahwa pertambahan tinggi badan

anak-anak perempuan mencapai rata-rata 3 inci per tahun, dalam tahun sebelum haid,

bahkan bisa saja mencapai 5 hingga 6 inci. Peningkatan berat tubuh bukan hanya

disebabkan lemak, tetapi juga semakin bertambah beratnya tulang dan jaringan otot.

Pada anak perempuan, peningkatan berat tubuh yang paling besar terjadi sesaat sebelum

dan sesudah haid. Pada awal terjadinya pertumbuhan pesat, lemak cenderung

menumpuk, terutama di sekitar perut, putting susu, pinggul, paha, pipi, leher dan rahang.

Biasanya lemak itu akan hilang dengan sendirinya pada saat akhir masa puber dan

pesatnya pertumbuhan tinggi badan.

b. Perubahan Bentuk Tubuh

Perubahan bentuk tubuh merupakan perubahan fisik mendasar kedua. Akibat

terjadinya kematangan yang lebih cepat dari daerah-daerah tubuh yang lain, sekarang

daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya kecil menjadi besar. Gejala ini tampak jelas

(27)

dewasa walaupun perubahannya terjadi sebelum akhir masa puber pada akhir masa

remaja.

c. Ciri Kelamin Primer

Pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks primer, yaitu organ-organ seks

merupakan perubahan fisik mendasar yang ketiga. Organ-organ reproduksi wanita

tumbuh selama masa puber dengan tingkat kecepatan yang bervariasi. Haid dianggap

sebagai petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi

matang. Gejala ini merupakan awal dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan

jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, dan akan berhenti saat wanita

mencapai menopause.

d. Ciri Kelamin Sekunder

Ciri-ciri seksual pada remaja putri seperti pinggul menjadi tambah lebar dan

bulat, kulit lebih halus dan pori-pori bertambah besar. Selanjutnya ciri sekunder lainnya

ditandai oleh kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif, dan sumbatan kelenjar

lemak dapat menyebabkan jerawat.

Ciri-ciri seks sekunder pada wanita antara lain : (Al-Mighwar, 2006 hlm.29)

a. Pinggul yang membesar dan membulat sebagai akibat membesarnya tulang

pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.

b. Buah dada dan putting susu semakin tampak menonjol, dan dengan

berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi semakin lebih besar dan lebih bulat

(28)

c. Tumbuhnya rambut di kemaluan, ketiak, lengan dan kaki, dan kulit wajah.

Semua rambut, kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian

menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.

d. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori-pori

bertambah besar.

e. Suara dari suara kanak-kanak menjadi merdu (melodious), suara serak dan

suara yang pecah jarang sekali terjadi.

f. Kelenjar keringat lebih aktif, dan kulit lebih menjadi kasar dibanding kulit

anak-anak. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di

ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa

haid.

g. Otot semakin kuat dan semakin besar, terutama pada pertengahan dan

menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan

tungkai kaki.

4. Penyebab Perubahan Pada Masa Pubertas

Usia mulainya pubertas dan perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai faktor

biologis, psikososial dan lingkungan. Faktor terpenting tampaknya adalah kesehatan

umum individu (Henderson,2005 hlm.3).

Santrock J (2003, hlm.84) mengemukakan berbagai riset menemukan bahwa

sebelum anak matang secara seksual, pengeluaran hormon seks jarang terjadi. Akan

tetapi, dengan semakin meningkatnya jumlah hormon yang dikeluarkan, struktur dan

fungsi organ-organ seks akan semakin matang. Hubungan yang erat antara kelenjar

pituitary yang ada pada dasar otak telah terbentuk dengan gonad atau kelanjar seks. Jadi

(29)

kelenjar pituitary memproduksi dua hormon, yaitu hormon pertumbuhan yang

berpengaruh dalam menentukan besarnya individu, hormon gonadotropik yang

merangsang gonad untuk meningkatkan aktivitasnya. Sebelum datangnya masa puber,

jumlah hormon gonadotropik bertambah secara bertahap, demikian pula kepekaan

gonad terhdadap hormon gonadotropik . Dalam kondisi itulah terjadinya

perubahan-perubahan masa puber ; (b) Peranan Gonad, seiring pertumbuhan dan perkembangan

gonad, bertambah besarlah organ-organ seks, yaitu ciri-ciri seks primer dan fungsinya

pun menjadi matang. Begitu pula ciri-ciri seks sekunder, seperti berkembangnya rambut

kemaluan ; (c) Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad, hormon yang telah diproduksi

gonad, yang telah dirangsang oleh hormon gonadotropik yang diproduksi oleh kelenjar

pituitary, kemudian bereaksi terhadap kelenjar ini dan secara berangsur-angsur

mengakibatkan penurunan jumlah hormon pertumbuhan yang diproduksi sehingga

menjadikan proses pertumbuhan terhenti. Interaksi antara hormon gonadotropik dan

gonad terus berlangsung sepanjang kehidupan reproduksi individu, kemudian berkurang

secara perlahan saat wanita mendekati menopause.

Wong,et al (2009, hlm.585) mengatakan bahwa secara umum peristiwa pubertas

disebabkan oleh pengaruh hormon dan dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior

(adenohiposis) sebagai respons terhadap stimulasi dari hipotalamus. Stimulasi gonad

memiliki fungsi ganda,yaitu: (a) Produksi dan pelepasan gamet―produksi sperma pada

pria dan kematangan serta pelepasan ovum pada wanita ; (b) Sekresi hormon seks yang

sesuai , yaitu estrogen dan progesteron dari ovarium (wanita) dan testosteron dari testis

(30)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI OPERASIONAL A.Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan

membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang

diteliti maupu n yang tidak diteliti (Nursalam, 2003 hlm.55). Variabel Independen dalam

penelitian ini adalah komponen dari konsep diri dan variabel dependen adalah

penerimaan terhadap perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas.

Variabel Independen Variabel Dependen

B.

Skema. 1. Skema kerangka konsep

B. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan konsep diri dengan penerimaan

perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas.

C. Defenisi Operasional

Komponen Konsep diri ;

• Gambaran diri

• Ideal diri

• Harga diri

• Peran diri

• Identitas diri

Perubahan fisik remaja putri pada

(31)
(32)
(33)

BAB IV

METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian

Penelitian ini, menggunakan desain penelitian deskrptif korelasional dengan

pendekatan cross sectional.

B.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pelajar putri SLTP Kemala Bhayangkari 1

Medan mulai dari kelas VII sampai kelas IX yang sudah menstruasi sebanyak 167 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi.

)

Dari rumus di atas dapat kita lihat jumlah sampel yang akan dijadikan responden pada

penelitian ini, yaitu :

117

Dengan demikian jumlah sampel minimal yang diteliti adalah 117 siswi. Sampel

pada penelitian ini diambil dari setiap kelas dilakukan dengan stratified random

sampling dari setiap kelas VII, VIII dan IX, yaitu dengan cara membagi populasi

(34)

terdapat sifat yang berbeda, kemudian dilakukan pengambilan sampel pada setiap strata

berdasarkan perimbangan (proporsional). Untuk mengetahui sampel masing-masing

kelas/strata digunakan rumus :

ni = N Ni

x n

Keterangan : ni = besar sampel disetiap strata

N = populasi keseluruhan

Penelitian dilakukan di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan, karena mudah bagi

peneliti untuk menjangkau tempat penelitian dan pada survey awal di SLTP Kemala

Bhayangkari 1 Medan masih ditemukan siswi yang kurang menyadari perubahan fisik

(35)

D.Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2010.

E.Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi

pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan

izin kepala Sekolah SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan. Dalam penelitian ini terdapat

beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu ; memberikan penjelasan

kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila

calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani

informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden

berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan

diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data

responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen

penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga

hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Instrumen penelitian

Instrumen pada penelitian ini berupa kuesioner yang dibuat oleh peneliti

berdasarkan tinjauan teoritis. Kuesioner yang dibagikan terdiri dari :

1. Data pengungkapan konsep diri sebanyak 35 pernyataan yang terdiri dari :

gambaran diri sebanyak tujuh pernyataan, ideal diri sebanyak tujuh pernyataan, harga

(36)

sebanyak tujuh pernyataan. Untuk menilai konsep diri, dilakukan penyekoran dengan

kriteria penyekoran dengan menggunakan skala Guttman yang menyediakan 2 alternatif

jawaban, yaitu ; a) Bila bentuk pernyataan positif jawabannya “ya” maka skor dari

pernyataan itu 1, namun jika jawabannya “tidak” skor dari pernyataan itu 0; b) Bila

bentuk pernyataan negatif jawabannya “ya” maka skor dari pernyataan itu 0, namun jika

jawabannya tidak maka skor dari pernyataan itu 1.

Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut :

- Menentukan skor terbesar dan terkecil

Skor terbesar : 35

Skor terkecil : 0

- Menentukan nilai rentangan (R)

Rentang = Skor terbesar – Skor tekecil

= 35-0

= 35

- Menentukan nilai panjang kelas (i)

kelas

- Menentukan skor kategori

Baik : 18 sampai 35

(37)

2. Data pengungkapan tentang penerimaan perubahan fisik remaja putri sebanyak

dua puluh enam pertanyaan. Untuk menilai penerimaan perubahan fisik diukur dari

setiap siswi yang dijadikan sampel dilakukan dengan cara mengisi kuesioner dengan

menggunakan skala likert yang menggunakan empat kategori untuk setiap pernyataan

sebagai berikut : a) Bila bentuk pernyataan positif, alternatif jawaban ; sangat setuju

(SS) skornya 4, setuju (S) skornya 3, tidak setuju (TS) skornya 2, sangat tidak setuju

(STS) skornya 1 ; b) Bila bentuk pernyataan negatif, alternatif jawaban ; sangat setuju

(SS) skornya 1, setuju (S) skornya 2, tidak setuju (TS) skornya 3, sangat tidak setuju

(STS) skornya 4. Selanjutnya variabel penerimaan perubahan fisik ini di interpretasikan

dengan menggunakan skor, yaitu :

- Menentukan skor terbesar dan terkecil

Skor terbesar : 80

Skor terkecil : 20

- Menentukan nilai rentangan (R)

Rentang = Skor terbesar – Skor tekecil

= 80-20

= 60

- Menentukan nilai panjang kelas (i)

kelas

(38)

Positif : Apabila jawaban responden lebih dari 30

Negatif : Apabila jawaban responden kurang dari 30

G.Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji Validitas dimaksudkan agar pertanyaan yang termuat dalam kuesioner bisa

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau kuesioner tersebut. Suatu

pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika

nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0.60. Uji validitas dilakukan

dengan content validity oleh dosen keperawatan jiwa Fakultas Keperawatan USU Ibu

Jenny Marlindawani Purba, S.Kep. MNS. pada tanggal 28 November 2009 dengan hasil

CVI 0.984.

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat kestabilan atau

kekonsistenan jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan dari kuesioner.

Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil

mengukur dimensi variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih dari 0.6

sudah memadai syarat reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan pada tanggal 1 desember

2009 pada 15 siswi SLTPN 9 Sunggal yang mempunyai kriteria sama dengan sampel,

lalu data diolah dengan mencari nilai koefisien reliabilitas, di dapatkan nilai Alpha

Cronbach = 0,76. Berarti instrumen sudah dinyatakan reliabel.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk

(39)

putri pada masa pubertas. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah :

mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program studi

D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara, dan

mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di SLTP Kemala

Bhayangkari 1 Medan. Setelah mendapat izin, kemudian peneliti dibantu dengan dua

mahasiswa D-IV Bidan Pendidik yaitu Melia Pebrina,AMKeb dan Fenny

Fernando,Amkeb serta guru bimbingan konseling SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan

ibu Debby dalam melaksanakan pengumpulan siswi yang menjadi sampel penelitian di

satu kelas. Sampel yang dikumpulkan adalah 41 siswi dari kelas VII, 78 siswi dari kelas

VIII dan 48 siswi dari kelas XI. Selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon

responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian meminta persetujuan dari

calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed concent,

setelah itu peneliti memberikan penjelasan tetang artinya konsep diri, penerimaan diri,

perubahan fisik dan masa remaja. Setelah memberikan penjelasan, peneliti dan dua

mahasiswa D IV bidan pendidik yang membantu peneliti memberikan kuesioner kepada

responden untuk mengidentifikasi tentang komponen dalam konsep diri dan penerimaan

remaja terhadap perubahan fisik remaja. Lembar kuesioner diisi oleh masing-masing

siswi dengan waktu 15 menit tanpa diskusi dengan siswi lainnya. Dalam pengisian

kuesioner responden diawasi oleh peneliti, Melia Pebrina,AMKeb, Fenny

Fernando,AMKeb dan ibu Debby. Selanjutnya , data yang telah terkumpul dianalisis.

I. Analisis Data

1. Analisa univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang

(40)

remaja putri pada masa pubertas. Data- data yang bersifat kategorik pada konsep diri dan

penerimaan perubahan fisik dicari frekuensi dan proporsinya. Kemudian hasil disajikan

dalam bentuk tabel.

2. Analisa bivariat

Penganalisaan secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji

statistik chi-cquere dengan derajat kepercayaan 95% . Pedoman dalam menerima

hipotesis : apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka Ho ditolak, apabila (p) > 0,05 maka

(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Dalam hasil ini disajikan hasil pengolahan data mengenai gambaran konsep diri,

komponen konsep diri, penerimaan perubahan fisik dan analisis hubungan antara

konsep diri dengan penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas.

Tabel 5.1

Distribusi Konsep Diri Remaja Putri di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan

Konsep Diri Frekuensi Persentase (%)

Baik 103 88,03

Tidak Baik 14 11,97

Jumlah 117 100

Berdasarkan tabel 5.1. dapat digambarkan bahwa remaja put ri di SLTP Kemala

Bhayangkari 1 Medan sebagian besar (88,03%) memiliki konsep diri baik dan 11,97%

(42)

Tabel 5.2

Distribusi Penerimaan Perubahan Fisik Remaja Putri pada Masa Pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan

Penerimaan Frekuensi Persentase (%)

Positif 92 78,63

Negatif 25 21,37

Jumlah 117 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat digambarkan bahwa dari 117 responden sebagian besar

(78,63%) memiliki penerimaan positif terhadap perubahan fisik dan yang

(43)

Tabel 5.3

Hubungan Konsep Diri terhadap Penerimaan Perubahan Fisik Remaja Putri pada Masa Pubertas

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat digambarkan bahwa responden yang memiliki konsep

diri baik sebanyak 83,5% menerima perubahan fisik dengan positif, konsep diri baik

sebanyak 16,5% menerima perubahan fisik dengan negatif, konsep diri tidak baik 42,9%

menerima perubahan fisik dengan positif, sedangkan konsep diri tidak baik sebanyak

57,1 % dengan penerimaan perubahan fisik negatif.

Hasil analisis diperoleh nilai p = 0,002 berarti terdapat hubungan yang signifikan

sehingga dapat disimpulkan konsep diri memiliki hubungan yang bermakna dengan

penerimaan perubahan fisik remaja putri. Di dapatkan pula nilai OR = 6,745 yang

artinya remaja yang mempunyai konsep diri baik mempunyai 6,745 kali penerimaan

perubahan fisik secara positif dibandingkan dengan remaja yang mempunyai konsep diri

(44)

B.Pembahasan

1. Interprestasi Dan Diskusi Hasil

a. Konsep Diri Remaja Putri di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan

Berdasarkan tabel 5.1 konsep diri remaja putri pada SLTP Kemala Bhayangkari

1 Medan sebagian besar (88,03%) memiliki konsep diri baik, 11,97% responden

memiliki konsep diri tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa konsep diri remaja putri di

SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan sebagian besar mungkin telah memiliki gambaran

tentang dirinya sendiri dan menyadari akan pandangan orang lain tentang dirinya. Hal

ini dapat dilihat baik dari berbagai komponen konsep diri di antaranya tentang gambaran

diri, ideal diri, harga diri, peran diri dan identitas diri, yang menyangkut perasaan

seseorang tentang dirinya, sikapnya terhadap keberadaan dirinya sekarang dan masa

depannya, sikapnya terhadap keberhargaan, kebanggaan dan keterhinaannya. (Azwar,

2007 hlm.7)

Selain itu, hal ini terjadi karena remaja putri di SLTP Kemala Bhayangkari 1

Medan telah mengetahui bagaimana seharusnya bergaul dengan orang sekitar dan

didukung dengan letak wilayah SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan yang tidak

merupakan daerah terpencil sehingga mereka bisa dengan mudah menyesuaikan diri

dengan lingkungannya.

Namun, pada penelitian ini masih ada beberapa siswa yang memiliki konsep diri

yang tidak baik, hal ini terjadi karena siswi tersebut merasa tidak mampu

mengembangkan sikap dan merasa rendah diri jika dibandingkan dengan

(45)

konflik dalam dirinya, kebimbangan dan bahkan putus asa untuk bisa menyesuaikan diri

dengan teman-temannya atau lingkungan disekitar tempat tinggalnya.

b. Penerimaan Perubahan Fisik Remaja

Berdasarkan tabel 5.2. digambarkan sebagian besar responden, memiliki

penerimaan positif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 92 responden (78,63%). Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri di SLTP Kemala Bhayangkari 1

Medan dapat menerima dirinya dengan apa yang ada pada dirinya tanpa merasa malu

atau takut dengan perubahan yang terjadi pada dirinya. Individu yang bisa menerima diri

secara baik tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri, sehingga lebih banyak

memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Kesempatan itu membuat

individu mampu melihat peluang-peluang berharga yang memungkinkan diri

berkembang. (Sobur, 2003 hlm.17)

Berdasarkan tabel 5.2 juga dapat digambarkan bahwa masih ada responden yang

memiliki penerimaan negatif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 21,37% (25

responden). Hal ini berarti masih ada siswi remaja putri memiliki penerimaan secara

negatif terhadap perubahan fisik, penerimaan diri yang negatif bisa terjadi dikarenakan

remaja tersebut merasa prihatin dan gelisah akan tubuhnya yang berubah dan merasa

tidak puas dengan penampilan dirinya juga mungkin karena adanya konflik dalam

dirinya.

c. Hubungan Konsep Diri Terhadap Penerimaan Perubahan Fisik

Berdasarkan hasil analisis chi-square pada konsep diri siswi SLTP Kemala

(46)

5% dan p-value (0,002) sehingga terdapat adanya hubungan antara konsep diri terhadap

penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas.

Hal ini juga didukung oleh Burn yang mengatakan bila seseorang diterima,

disetujui dan disukai tentang sebagai apa dia dan dia sadar akan hal ini, maka suatu

konsep diri yang positif seharusnya menjadi miliknya.

Remaja yang sedang berkembang, baik fisik maupun ciri seksualnya, akan

memperlihatkan suatu sikap dalam perubahan fisik dan biologis yang dialaminya.

Pemahaman terhadap perubahan yang terjadi pada remaja putri ini akan mempengaruhi

sikap penerimaan dirinya. Hal ini dikarenakan remaja hidup bersama dengan segala

karakter dirinya. Sikap sebagai salah satu aspek penerimaan diri, dapat diartikan sebagai

kesiapan reaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Tidak keliru bila

kesiapan dalam diri dipahami sebagai suatu kecenderungan potensial untuk bereaksi

apabila remaja dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon. (Azwar,

2007 hlm.7)

Menurut Hurlock (1994), konsep diri remaja sebelumnya cenderung memiliki

pandangan yang baik mengenai dirinya sendiri kemudian menjadi berubah memiliki

pandangan yang tidak realistik mengenai penampilan dirinya karena perubahan pada

fisiknya. Pengambilan sikap positif atau negatif dalam menghadapi perubahan fisiknya

ini ditentukan oleh sikapnya sendiri.

Hakikatnya bila seseorang diterima, disetujui dan disukai tentang sebagai apa dia

dan dia sadar akan hal ini, maka suatu konsep diri yang positif seharusnya menjadi

miliknya. Bila orang lain, orangtua, teman-teman sebayanya, guru-guru,

memperolok-olok dia, meremehkan dia, menolak dia, mengkritik dia, mengenai tingkah laku ataupun

(47)

kemungkinan besar akan timbul. Sebagaimana seseorang dinilai oleh orang lain begitu

pula dia akan menilai dirinya sendiri.

Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan antara konsep diri remaja putri terhadap

penerimaan perubahan fisik pada masa pubertas. Semakin tinggi penerimaan diri

terhadap perubahan fisiknya maka konsep dirinya semakin tinggi dan semakin rendah

penerimaan diri terhadap perubahan fisiknya maka konsep dirinya semakin rendah.

Namun, menurut Calhoun dan Acocella (1990, dalam Sobur,2003, hlm.17),

bahwa dasar dari konsep diri yang positif bukanlah kebanggaan yang besar tentang diri,

tetapi berupa penerimaan diri dan kualitas ini lebih mungkin mengarah pada kerendahan

hati dan kedermawaan daripada keangkuhan dan keegoisan. Sehingga meskipun seorang

remaja tersebut telah memiliki konsep diri yang positif tapi harus tetap menjaga agar

konsep diri tersebut tidak berubah menjadi suatu sifat yang merugikan bagi dirinya

maupun orang lain.

2. Keterbatasan Penelitian

Pemilihan responden pada penelitian ini yakni 117 orang siswi SLTP Kemala

Bhayangkari 1 Medan. SLTP Kemala Bhayangkari ini berada di pusat kota Medan yang

mana siswi remaja putri sudah banyak yang mendapatkan pengetahuan dan pendidikan

tentang masa pubertas, sehingga dari hasil penelitian diperoleh responden dominan

memiliki konsep diri baik. Maka dalam penelitian selanjutnya dianjurkan untuk melihat

hubungan konsep diri pada remaja putri di SLTP yang berada jauh dari kota, yang belum

memiliki pengetahuan yang luas tentang perubahan-perubahan pada masa pubertas

sehingga dapat membandingkan konsep diri remaja pada masa pubertas di perkotaan

(48)

3. Implikasi Terhadap Pelayanan Kebidanan

Berdasarkan hasil penelitian ini telah diketahui bahwa remaja yang mempunyai

konsep diri baik dapat menerima perubahan bentuk fisiknya secara positif saat

menghadapi masa pubertas. Jadi dalam melakukan pelayanan kebidanan pada remaja

dapat diberikan informasi mengenai perubahan yang terjadi pada masa pubertas dan jika

(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Remaja putri pada masa pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan yang konsep dirinya berada dalam kategori baik yaitu 88,03% (103 responden), dan sebanyak

11,97% (14 responden) yang konsep dirinya tidak baik.

Remaja putri pada masa pubertas memiliki penerimaan yang positif terhadap

perubahan fisik, yaitu sebanyak 78,63% (92 responden), dan penerimaan negatif

terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 21,37% (25 responden).

Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri terhadap penerimaan

perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas.

B.Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan D-IV Kebidanan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang mempunyai konsep diri

baik dapat menerima perubahan bentuk fisik pada masa pubertas secara positif.

Oleh karena itu, penting bagi pelayanan kebidanan memberikan pendidikan

tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pubertas untuk

mempersiapkan remaja dalam menghadapi masa pubertas.

2. Bagi Remaja Putri

Bagi remaja yang masih memiliki konsep diri tidak baik, sebaiknya berusaha

(50)

suatu konsep diri yang positif yang akan membawa kebaikan bagi perkembangan

kepribadian diri mereka selanjutnya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian tentang hubungan

konsep diri terhadap penerimaan perubahan bentuk fisik remaja putri pada

masa pubertas di daerah yang jauh dari kota, agar dapat dilihat perbedaan

konsep diri remaja putri yang tinggal di daerah kota dengan remaja putri yang

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2006). Psikologi perkembangan pendekatan ekologi kaitannya dengan

konsep diri, Bandung : PT.Refika Aditama.

Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi remaja, Bandung : Pustaka Setia.

Wong, D. Dkk. (2009). Buku ajar keperawatan untuk pediatrik, Jakarta: EGC.

Sunaryo. (2004). Psikologi keperawatan, Jakarta : EGC

Sukardi, DK. (2003). Pengantar pelaksanaan program bimbingan dan konseling di

sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Soepardan, S. (2007). Konsep kebidanan, Jakarta: EGC.

Yusuf, S. (2000). Psikologi perkembangan, Bandung: PT. Remaja rosdakarya.

Kartono, K. (2007). Psikologi anak, Bandung: CV.Mandar Maju.

Sipahutar. (2008). Gangguan konsep diri,

Oktober 2009.

Sobur, A. (2003). Psikologi umum dalam lintasan sejarah, Bandung : Pustaka Setia.

Henderson, C.(2005). Buku ajar konsep kebidanan, Jakarta: EGC.

Santrock, J. (2003). Adolescence perkembangan remaja, Jakarta: Erlangga.

Azwar, S.(2007). Sikap manusia teori dan pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riduan. (2007). Belajar mudah penelitian untuk guru, karyawan dan peneliti pemula, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D, Bandung:

Alfabeta.

(52)

Lampiran 2

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Fatwiany (095102040) adalah mahaiswi Program Studi D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Saat ini saya sedang

melakukan penelitian tentang “Hubungan Konsep Diri Terhadap Penerimaan Perubahan

Fisik Remaja Putri Pada Masa Pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan”.

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di

Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan siswi SLTP Kemala

Bhayangkari 1 Medan untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya

mohon kesediaannya untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur. Jika bersedia silahkan

menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan anda.

Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga anda bebas untuk

mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi anda dan semua

informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan

penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi anda dalam penelitian ini.

Medan, Januari 2010

Peneliti Responden

(53)

Lampiran 3

KUESIONER TENTANG KONSEP DIRI DAN PERUBAHAN FISIK REMAJA PUTRI PADA MASA PUBERTAS

Biodata Responden

Nama :………..

Kelas :………..

Umur :………...tahun

Umur mendapat haid pertama kali :………..tahun

Tinggi badan saat ini : ±…… …..cm

Berat badan saat ini : ±……… ..kg

Alamat :………..

………

Petunjuk :

• Berikan tanda chek list (

) pada jawaban yang saudara pilih dengan keadaan yang

sebenarnya.

• Pada setiap pernyataan terdapat 2 alternatif jawaban yaitu :

 Ya  Jika pernyataan sesuai dengan yang anda alami dan rasakan

 Tidak  Jika pernyataan tidak sesuai dengan yang anda alami dan rasakan

• Pahamilah bahwa jawaban anda merupakan kenyataan yang sesungguhnya yang anda alami, bukan merupakan rekayasa.

• Jawablah seluruh pertanyaan dengan jujur sehingga hasil yang anda dapat merupakan gambaran diri anda yang sebenarnya.

a. Kuesioner Tentang Pengungkapan Konsep Diri Siswa

NO Pernyataan

Ya Tidak Item Konsep terhadap Gambaran Diri

1. Saya merasa tinggi badan saya tidak sesuai dengan yang

diinginkan

2. Saya merasa berat badan saya sesuai dengan yang diinginkan

3. Saya merasa penampilan saya disukai banyak orang

(54)

5. Saya menyukai bentuk wajah saya

6. Saya menyukai bentuk tubuh saya saat ini

7. Saya tidak suka kalau berat badan saya bertambah

Item Konsep terhadap Ideal Diri

8. Saya berharap berat badan saya sesuai dengan tinggi badan saya

9. Saya ingin disukai oleh semua guru disekolah

10. Saya berharap mendapat predikat bintang kelas di sekolah

11. Saya berharap semua teman sekolah menyukai saya

12. Saya senang sebagai siswa disekolah ini

13. Saya ingin keluarga memberikan kasih sayang kepada saya

14. Saya ingin menjadi bagian dalam kelompok remaja di lingkungan

rumah

Item Konsep terhadap Harga Diri

15. Saya merasa semua teman sekolah menyukai saya

16. Teman-teman saya di sekolah mengatakan bahwa saya cocok

menjadi sahabat

17. Saya merasa lingkungan tempat tinggal menyukai saya

18. Saya berani bertanggungjawab atas apa yang telah saya lakukan

19. Saya merasa rendah diri karena kurang diterima di kalangan teman

sekelas

20. Saya merasa layak mendapat pujian dari orang lain

21. Saya merasa keluarga selalu memberikan dukungan kepada saya

Item Konsep terhadap Peran Diri

22. Saya merasa tidak terbebani dengan tugas-tugas sekolah

23. Saya merasa terpanggil untuk membantu pekerjaan dirumah.

24. Saya merasa dapat melakukan kewajiban saya sebagai pelajar di

sekolah

25. Saya dapat membagi waktu saya untuk mengerjakan tugas di

sekolah dengan tugas di rumah

(55)

orang lain

27. Saya selalu dibutuhkan keluarga untuk mengemukakan pendapat

28. Saya selalu ikut berpartisipasi dalam organisasi pemuda di sekitar

rumah saya

Item Konsep terhadap Identitas Diri

29. Saya bangga sebagai seorang remaja putri

30. Saya tidak pernah menyesal menjadi seorang perempuan

31. Saya senang dengan kelompok belajar saya

32. Saya senang dapat mengikuti pelajaran di sekolah

33. Saya dapat bergaul dengan tetangga di sekitar rumah

34. Saya puas dengan prestasi belajar saya saat ini

35. Saya mempunyai kelompok belajar yang handal

b. Kuesioner Tentang Perubahan Fisik Remaja Putri

NO Pernyataan SS S TS STS

1. Saya bersyukur karena tidak memiliki wajah yang cacat

2. Saya memiliki berat badan yang tidak seimbang dengan tinggi badan saya

3. Saya merasa pertumbuhan ukuran tubuh saya seperti teman yang lainnya

4. Saya merasa terganggu dengan perubahan bentuk tubuh saya

5. Saya terganggu memiliki perut yang gendut/buncit

6. Saya merasa terganggu dengan haid yang saya alami

7. Saya merasa terganggu karena pinggul yang membesar

8. Saya bangga memiliki ukuran pinggul yang ideal

9. Saya senang memiliki tinggi badan yang sesuai dengan berat badan saya

10. Saya merasa takut akan timbul jerawat sewaktu haid

11. Saya bersyukur karena tidak memiliki jerawat

12. Saya merasa senang karena telah mendapat haid

13. Saya merasa kaki saya lebih panjang daripada badan saya

(56)

15. Saya merasa suara saya berubah menjadi lebih merdu

16. Saya merasa terganggu dengan tumbuhnya rambut disekitar kemaluan

17. Saya merasa terganggu dengan perubahan suara ini

18. Saya merasa terganggu memiliki kulit yang kasar

19. Saya takut jika payudara saya akan tumbuh semakin membesar

Gambar

Tabel 4.1 Populasi
Tabel 5.1 Distribusi Konsep Diri  Remaja Putri di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan
Tabel 5.2 Distribusi Penerimaan Perubahan Fisik Remaja Putri pada Masa Pubertas di SLTP
Tabel 5.3 Hubungan Konsep Diri terhadap Penerimaan Perubahan Fisik Remaja Putri

Referensi

Dokumen terkait

Derek Adii, Saksi melihat seorang warga (yang belakangan diketahui teman Sdr. Derek Adii) berkaos merah, menghampiri Terdakwa langsung memaki-maki dan hendak

Desain dari modul SD ditekankan kepada penggunaan strategi penjualan yang sensitif terhadap perubahan yang terjadi di pasar. Prioritas utama dari penggunaan modul ini adalah

[r]

Ditemukan ketidakpatuhan material yang sama seperti yang telah diungkapkan dalam pernyataan pengurus Wajar tanpa pengecualian, dengan memodifikasi paragraf pendapat

biaya dalam proses pengolahan kopi Arabika yang dilakukan oleh setiap

Jadi variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah kinerja auditor, locus of control eksternal, intensi turnover, tekanan anggaran waktu, serta

Berkaitan dengan pengenaan pajak restoran pada usaha Bapak/Ibu, hal-hal apa saja yang menjadi keluhan Bapak/Ibu.. Sistem pembayaran pajak yang merepotkan Pengurusan pajak

(1) Perubahan Kewarganegaraan penduduk yang telah mendapat penetapan/pengesahan sesuai peraturan per Undang-Undangan yang berlaku, wajib dilaporkan kepada Instansi