DAN PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN (Studi pada Tahapan Adopsi IFRS di Indonesia)
CREDIT VALUE-RELEVANCE OF EARNINGS INFORMATION AND OTHER COMPREHENSIVE INCOME
(Study on the Stage of IFRS Adoption in Indonesia)
Oleh
ELSI SAFIRA 20130420413
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
RELEVANSI-NILAI KREDIT INFORMASI LABA DAN PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN (Studi pada Tahapan Adopsi IFRS di Indonesia)
CREDIT VALUE-RELEVANCE OF EARNINGS INFORMATION AND OTHER COMPREHENSIVE INCOME
(Study on the Stage of IFRS Adoption in Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
ELSI SAFIRA 20130420413
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
v
MOTTO
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya
kamu berharap.” (QS. Al-Insyirah:7-8).
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS.Al-Insyirah:5-6)
“Jikalau mereka sungguh sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan rasulNya kepada mereka dan berkata : “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan
memberiikan sebagian dari karuniaNya dan demikian pula RasulNya. Sesungguhnya kami adalah orang orang yang berharap kepada Allah,”( tentulah
yang demikian itu lebih baik baik bagi mereka).” (QS. At-Taubah : 59). “Katakanlah:”Hai hamba hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS.Az Zumar:53)
“Sesungguhnya orang orang yang mengatakan:”Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah. Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan mereka tiada pula berduka cita.” (QS.Al Ahqaaf:13)
“Tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar benarnya). Dan hanya
kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS.Al-Anbiyaa’:35)
“Sesungguhnya orang –orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudia mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat:30)
Ketika telah selesai menetapkan target hidup, maka bangkitlah, kerjakanlah, dan segera penuhilah semua yang tertulis dalam target hidup itu. Jangan menunda,
karena menunda adalah awal dari kegagalan.” (Elsi Safira)
Ingatlah, di setiap langkahku ada doa dari Bapak, Ibu, dan Mbak Cin yang selalu tercurahkan untuk kesuksesanku, maka buatlah mereka bangga dan bahagia atas
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillaahirabbil’alaamiin... Syukur ku panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan di setiap langkah hidupku, urusanku, rezekiku. Allah SWT Yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi Rizki, terimakasih Yaa Allah atas segala nikmat yang Kau berikan untukku dan keluargaku. Shalawat dan Salam untukmu wahai Rasulullah SAW, beserta keluarga dan sahabat. Berkat rasa cinta Rasulullah SAW kepada ummatnya, kita semua dapat merasakan nikmatnya zaman islam yang terang benderang ini.
Terimakasih untuk Bapak Ibuku tersayang.... Atas doa Bapak dan Ibu yang tak henti – hentinya dipanjatkan, Elsi selalu sehat, bahagia, bisa lancar kuliahnya. Semoga Allah selalu menjaga, memberikan kebahagiaan, menyayangi, memberikan kesehatan, dan membalas semua pengorbanan Bapak Ibu untuk Elsi, aamiin... pokoknya sayaaaang banget sama Bapak Ibuk deh yaaa :* :*
Mbak Cicinku sayangs... alhamdulillaah terimakasih yaa mbak Cin selalu bisa sabar membimbingku, menerima segala kekuranganku, menguatkan hati saat aku merasakan kesulitan, selalu mendengarkan cerita – ceritaku, mendampingi dan sangat memotivasi saat aku mengerjakan skripsi, dan terutama sabaaaaar banget dan berusaha menanggapi saat diajak ngobrol tentang korea (yang tadinya gak paham korea2an, sekarang jadi dikit2 tau kaaan, walaupun masih pilih2 sih tertariknya :p) wkwk. Semoga Allah SWT selalu menjagamu, memberikan kesehatan, kebahagiaan, memudahkan urusan kuliah, dan melancarkan rezeki untukmu Mbak Cin, aamiin.. love youuuuu
vii
Teruntuk om Jen, pakde Mulad, mbah Sam’ani, mbah Fatonah, Eyang Kakung, dan mas Sumono yang sudah istirahat tenang di tempat yang sudah disediakan Allah.. Yaa Allah jagalah mereka di sana, ampunilah dosanya, terangilah tempatnya, kumpulkanlah kami semua sekelurga kelak di surgaMu, aamiin..
Bu Harjanti, terimakasiiiih sudah menerima lamaranku untuk jadi anak bimbingannya Bu Harjanti dan selalu sabar membimbing. Semoga Allah membalas kebaikan Bu Harjanti ya, aamiin. Dan juga Bu Harjanti sebagai Dosen Penguji Skripsiku, bersama Bu Era dan Pak Andan... Terimakasih sudah melancarkan dan memberikan nilai yang sangat baik saat ujian pendadaran kemarin. Semoga Allah juga melancarkan urusan Bapak Ibu sekalian, aamiin.
Si krucils, upin ipin versi wirodono, hehe mas Fawaz dan dek Uzanku yang bisa memberikan suntikan semangat karena kekonyolan dan kelucuanmu, kangeeen.... mas Rafi sama dek Luqman jugaa. Sehat – sehat terus yaa dek, tambah pinter, aamiin.
Juga buat dek Opank... Semoga suatu saat Allah memberikan kita kesempatan untuk bisa ketemu lagi ya dek.. Yaa Allah jagalah dek Opank, berikan kesehatan dan lancarkanlah sekolahnya, aamiin
Hihi untuk oppa koreakuuu... Lee Jong Hyun oppa, naega saranghaneun oppa, Oppaa, teruslah berkarya bareng CNBLUE yaa, semoga suatu saat aku bisa main ke FNC atau nonton konsernya, aamiin.. Saranghaeyooouu oppaaa
Temen – temen team KKN 38 !! Hidupku semakin asdfghjk semenjak kenal kalian, wkwk sukses yaaak buat kalian juga, aamiin {}
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat
yang tidak terhingga, serta kemudahan dan kelancaran kepada penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Relevansi-Nilai Kredit Informasi
Laba dan Pendapatan Komprehensif Lain (Studi pada Tahapan Adopsi IFRS di
Indonesia”. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah
membawa ummatnya dari zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang
benderang.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini
dengan harapan dapat dijadikan bekal di masa mendatang ketika terjun ke dalam
dunia kerja.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis melantunkan doa
supaya Allah SWT membalas kebaikan semua pihak dan mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Orangtua dan Kakak tersayang, Bapak Lukito, Ibu Sri Sukarelawati, dan Kakak
Fella Cindara yang selalu menemani setiap langkah penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi, memberikan semangat, dan mengiringi
xi
2. Bapak Dr. Nano Prawoto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan
kepada penulis selama menempuh studi.
3. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si., Akt., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
yang telah memberikan kelancaran kepada penulis untuk menuntut ilmu
Akuntansi dan menyelesaikan persyaratan penulisan skripsi.
4. Ibu Dr. Harjanti Widiastuti, M.Si., Ak., CA. selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah memberikan bimbingan, motivasi, kemudahan, dan kelancaran
dengan penuh kesabaran kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi
dengan tepat waktu.
5. Semua pihak yang telah membantu kelancaran, memberikan kemudahan,
moivasi, dan semangat, serta melantunkan doa untuk penulis supaya dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memerlukan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
topik ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pembaca.
Aamiin yaa Rabbal ‘Alaamiin.
Yogyakarta, 16 Desember 2016
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
A. Latar Belakang Penelitian ...1
B. Rumusan Masalah ...5
C. Tujuan Penelitian ...5
D. Manfaat Penelitian ...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7
A. Landasan Teori ...7
1. Relevansi-Nilai Kredit...7
2. Teori Pensinyalan (Signalling Theory) ...8
3. Informasi Laba Bersih, OCI, dan Laba Komprehensif ...9
4. Obligasi dan Peringkat Obligasi ...10
5. IFRS ...13
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis ...14
C. Model Penelitian ...23
BAB III METODA PENELITIAN ...24
A. Obyek Penelitian ...24
B. Teknik Pengambilan Sampel ...24
C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ...25
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...25
E. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...30
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...30
B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...31
C. Pembahasan ...43
BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN ...49
A. Simpulan ...49
B. Keterbatasan Penelitian ...50
C. Saran...51 DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
4.1. Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian ...30
4.2. Statistik Deskriptif Variabel Independen...31
4.3 Hasil Uji Case Processing Summary ...32
4.4 Perbandingan Nilai -2LL Intercept Only dengan -2LL Final (Model Variabel Laba Bersih) ...33
4.5 Perbandingan Nilai -2LL Intercept Only dengan -2LL Final (Model Variabel OCI) ...34
4.6 Perbandingan Nilai -2LL Intercept Only dengan -2LL Final (Model Variabel Laba Komprehensif) ...34
4.7 Uji Parallel Lines Variabel Laba Bersih ...35
4.8 Uji Parallel Lines Variabel OCI ...35
4.9 Uji Parallel Lines Variabel Laba Komprehensif ...36
4.10 Uji Hipotesis Relevansi-Nilai Kredit Laba Bersih ...36
4.11 Koefisien Determinasi Variabel Laba Bersih ...37
4.12 Uji Hipotesis Relevansi-Nilai Kredit Laba Komprehensif ...38
4.13 Koefisien Determinasi Variabel Laba Komprehensif...39
4.14 Uji Hipotesis Relevansi-Nilai Kredit OCI ...39
4.15 Koefisien Determinasi Variabel OCI...40
4.16 Uji Hipotesis Peningkatan Relevansi-Nilai Kredit Laba Bersih...41
4.17 Uji Hipotesis Peningkatan Relevansi-Nilai Kredit Laba Komprehensif ...42
xiv
DAFTAR GAMBAR
viii
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji relevansi-nilai kredit informasi laba dan pendapatan komprehensif lain, serta adanya peningkatan relevansi-nilai kredit informasi laba dan pendapatan komprehensif lain (other comprehensive income,
atau dengan singkatan OCI) pada tahapan adopsi IFRS di Indonesia. Tahapan adopsi IFRS di Indonesia terdiri dari tahap awal (periode 2008 - 2011), implementasi tahap pertama (periode 2012 – 2014), dan implementasi tahap kedua (periode 2015). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian antara lain laba bersih, OCI, dan laba komprehensif, sedangkan variabel dependen penelitian adalah peringkat obligasi. Dengan metode purposive sampling, diperoleh sampel penelitian sebanyak 439 perusahaan penerbit obligasi berdenominasi rupiah dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 – 2015.
Penelitian ini membuktikan bahwa laba bersih dan laba komprehensif memiliki relevansi-nilai kredit, artinya laba bersih dan laba komprehensif berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. OCI dalam penelitian ini ditemukan tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi yang mungkin disebabkan karena nilai OCI relatif kecil dibandingkan dengan total laba perusahaan. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit laba bersih, laba komprehensif, dan OCI pada tahapan adopsi IFRS di Indonesia.
ix
earnings information and other comprehensive income, and (2) the increasing on credit value-relevance of earnings information and other comprehensive income on the stage of IFRS adoption in Indonesia. The stage of IFRS adoption in Indonesia consist of the beginning adoption (from 2008 to 2011), the first implementation (from 2012 to 2014), and the second implementation (in 2015). Independent variable of this research consist of net income, comprehensive income, and other comprehensive income. Bond rating is used in this reasearch as a dependent variable. Sample was determined by the purposive sampling method, which obtained 439 samples of listed company in Indonesia stock exchange from 2011 to 2015 which has outstanding rupiah-denominated bonds.
This research shows that net income and comprehensive income have a credit value-relevance, which means that net income and comprehensive income have a significant positive effect on bond rating. OCI in this research have no effect on bond rating. It might be due to the value of OCI is relatively small compared with the earning total of the company. The other result of the test shows that there is no increasing on credit value-relevance of net income, comprehensive income, and other comprehensive income on the stage of IFRS adoption in Indonesia.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) termasuk salah satu anggota dalam
International Federation of Accountants (IFAC). Sebagai komitmen
keanggotaanya, IAI turut serta mengadopsi IFRS sebagai standar akuntansi yang
diterapkan di Indonesia. Secara bertahap sejak tahun 2008 Indonesia mulai
melakukan adopsi International Financial Reporting Standars (IFRS). Tahapan
adopsi IFRS di Indonesia terdiri dari tahap awal (2008-2011), tahap implementasi
pertama (2012-2014), dan tahap implementasi kedua (2015). Menurut Martani
(2013), ciri utama dari IFRS antara lain principled-based, banyaknya penggunaan
pendekatan fair value sebagai dasar penilaian, dan pengungkapan dalam laporan
keuangan yang lebih banyak. Standar akuntansi yang berkaitan dengan
pengungkapan salah satunya yaitu PSAK 1. Sejak terbitnya PSAK 1 (revisi 2009)
yang mulai berlaku efektif tahun 2011, perusahaan diwajibkan untuk menyajikan
laporan laba rugi komprehensif. Laba (rugi) komprehensif terdiri dari laba (rugi)
bersih ditambah pendapatan komprehensif lain (Other Comprehensive Income).
Laba (rugi) bersih hanya mengakui pendapatan yang terealisasi selama periode
dan beban yang dikaitkan dengan pendapatan yang terealisasi tersebut, sedangkan
Other Comprehensive Income (OCI) mencakup keuntungan atau kerugian yang
Hartono (2015) menyatakan bahwa obligasi adalah utang jangka panjang
yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika
ada. Investor yang konservatif cenderung lebih berminat untuk berinvestasi pada
obligasi karena memiliki beberapa kelebihan yang terkait dengan keamanan,
yaitu: (1) daya tarik saham berkurang karena volatilitas saham lebih tinggi
dibandingkan dengan obligasi, dan (2) obligasi menawarkan tingkat return yang
positif dan memberikan income yang tetap (Faeber, 2001 dalam Purwaningsih
2008). Walaupun obligasi memiliki kelebihan dibandingkan dengan saham,
obligasi juga mengandung risiko. Menurut Hartono (2015), risiko dari obligasi
adalah kemungkinan obligasi tidak terbayar (default risk). Oleh karena itu,
pemegang obligasi membutuhkan informasi yang dapat memberikan gambaran
mengenai probabilitas perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh
tempo untuk membayar kembali obligasi beserta bunga jika ada. Peringkat
obligasi merupakan salah satu sarana yang dapat memberikan gambaran mengenai
risiko tingkat keamanan obligasi. Hartono (2015) menyebutkan bahwa peringkat
obligasi (bond rating) adalah simbol – simbol karakter yang diberikan oleh agen
peringkat untuk menunjukkan risiko dari obligasi.
Penelitian yang dilakukan untuk menguji kebermanfaatan informasi
akuntansi sering disebut sebagai studi relevansi-nilai. Studi relevansi-nilai laba
untuk tujuan pengambilan keputusan investasi saham sudah banyak dilakukan
dalam penelitian terdahulu, sedangkan studi relevansi-nilai yang berkaitan dengan
keputusan kredit (relevansi-nilai kredit) masih terbatas. Beberapa penelitian telah
3
obligasi (Kosi et al., 2010; Yuliana dkk., 2011; Estiyanti dan Yasa, 2012; Lestari
dan Yasa, 2014) dan yield obligasi (Sari dan Zuhrotun, 2006; Widiastuti, 2015).
Kosi et al. (2010) menguji dampak adopsi IFRS terhadap relevansi-nilai kredit.
Hasilnya menunjukkan bahwa relevansi-nilai kredit setelah adopsi IFRS lebih
tinggi daripada relevansi-nilai kredit sebelum adopsi IFRS. Selain itu, penelitian
di Indonesia yang menguji relevansi-nilai kredit informasi laba pernah dilakukan
oleh Yuliana dkk., (2011); Sari dan Zuhrotun (2006); Widiastuti (2015) yang
menunjukkan hasil bahwa laba memiliki relevansi-nilai kredit. Penelitian serupa
juga dilakukan oleh Estiyanti dan Yasa (2012); Lestari dan Yasa (2014) yang
memberikan hasil bahwa laba tidak berpengaruh terhadap relevansi-nilai kredit.
Adopsi IFRS di Indonesia memberikan dampak terhadap kualitas laporan
keuangan karena IFRS memiliki karakteristik tertentu, diantaranya adalah lebih
banyak menggunakan fair value dalam penilaian, menerapkan principal based
yang menuntut adanya professional judgement, dan mengharuskan adanya
pengungkapan yang lebih banyak. Penelitian yang dilakukan oleh Gonedes (1980)
dalam Nuryatno, dkk. (2007) membuktikan bahwa asimetri informasi dapat
berkurang dengan adanya peraturan mengenai pengungkapan informasi akuntansi.
Adopsi IFRS yang mensyaratkan pengungkapan dalam laporan keuangan yang
lebih banyak akan mengurangi asimetri informasi yang berpengaruh pada semakin
rendahnya risiko yang akan dihadapi perusahaan sehingga semakin baik peringkat
obligasi yang akan diberikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa IFRS
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Widiastuti (2015) yang
menguji relevansi-nilai kredit informasi laba bersih, laba komprehensif, dan OCI,
serta relevansi-nilai kredit penyajian OCI sebelum dan setelah adopsi PSAK 1
(revisi 2009). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa baik laba bersih
maupun laba komprehensif memiliki relevansi-nilai kredit, sedangkan OCI
memiliki relevansi-nilai kredit inkremental atas laba bersih secara marginal.
Selain itu penelitian tersebut juga memberikan hasil bahwa OCI memiliki
relevansi-nilai kredit pada perioda setelah adopsi PSAK 1 (revisi 2009) dan tidak
memiliki relevansi-nilai kredit pada perioda sebelum adopsi PSAK 1 (revisi
2009). Berdasarkan latar belakang tersebut serta hasil dari penelitian terdahulu,
maka penelitian ini bertujuan menguji relevansi-nilai kredit informasi laba dan
pendapatan komprehensif lain, serta adanya peningkatan relevansi-nilai kredit
informasi laba dan pendapatan komprehensif lain pada tahapan adopsi IFRS di
Indonesia. Penelitian ini perlu dilakukan karena studi relevansi-nilai kredit masih
terbatas dan masih adanya ketidakkonsistenan hasil dari penelitian terdahulu.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Widiastuti (2015) adalah pengukuran
dari variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan peringkat obligasi.
Selain itu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Widiastuti (2015) adalah fenomena yang digunakan untuk menguji perbedaan
relevansi-nilai kredit adalah tahapan adopsi IFRS, tidak spesifik pada PSAK 1
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat disusun rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah laba bersih memiliki relevansi-nilai kredit?
2. Apakah laba komprehensif memiliki relevansi-nilai kredit?
3. Apakah OCI memiliki relevansi-nilai kredit?
4. Apakah terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit laba bersih pada setiap
tahapan adopsi IFRS?
5. Apakah terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit laba komprehensif
pada setiap tahapan adopsi IFRS?
6. Apakah terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit OCI pada setiap
tahapan adopsi IFRS?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memperoleh bukti empiris tentang relevansi-nilai kredit laba bersih.
2. Memperoleh bukti empiris tentang relevansi-nilai kredit laba
komprehensif.
3. Memperoleh bukti empiris tentang relevansi-nilai kredit OCI.
4. Memperoleh bukti empiris tentang adanya peningkatan relevansi-nilai
kredit laba bersih pada setiap tahapan adopsi IFRS.
5. Memperoleh bukti empiris tentang adanya peningkatan relevansi-nilai
6. Memperoleh bukti empiris tentang adanya peningkatan relevansi-nilai
kredit OCI pada setiap tahapan adopsi IFRS.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil studi empiris, maka penelitian ini memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini memberikan informasi untuk dijadikan sebagai
bahan rujukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan studi
relevansi-nilai kredit.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan Penerbit Obligasi
Hasil penelitian memberikan informasi bagi pihak yang
berkepentingan dalam pengambilan keputusan perusahaan mengenai
informasi akuntansi yang mempengaruhi peringkat obligasi yang
diterbitkan sebagai dasar penentuan kebijakan akuntansi.
b. Bagi Pemegang Obligasi
Hasil penelitian memberikan informasi bagi pemegang obligasi
dan pihak eksternal lain supaya dapat lebih memahami informasi laba
dan pendapatan komprehensif lain yang disajikan oleh perusahaan
penerbit obligasi sehingga membantu dalam pengambilan keputusan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Relevansi-Nilai Kredit
Menurut pandangan Francis dan Schipper (1999) yang dipaparkan dalam
penelitian Cahyonowati dan Ratmono (2012), relevansi-nilai merupakan
kemampuan laporan keuangan dalam mewakili informasi yang berkaitan dengan
harga saham. Istilah relevansi-nilai yang sudah sering dipakai dalam teori dan
penelitian di bidang akuntansi mempunyai makna yang lebih spesifik pada
pengujian kebermanfaatan informasi akuntansi untuk tujuan pengambilan
keputusan investasi saham. Studi relevansi-nilai juga dapat digunakan untuk
tujuan pengambilan keputusan kredit yang disebut relevansi-nilai kredit.
Penggunaan istilah berbeda untuk studi relevansi-nilai kredit diperlukan untuk
membedakan studi relevansi-nilai untuk tujuan keputusan investasi.
Pengertian relevansi-nilai kredit seperti yang disebutkan oleh Hann et al.
(2007) adalah tingkat kemampuan laporan keuangan dalam merepresentasikan
probabilitas gagal bayar. Obligasi merupakan salah satu sekuritas yang
mengandung risiko. Menurut Hartono (2015), risiko dari obligasi adalah
kemungkinan obligasi tidak terbayar (default risk). Oleh karena itu, pemegang
obligasi membutuhkan informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai
probabilitas perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo
bukunya menyebutkan bahwa peringkat obligasi (bond rating) adalah simbol –
simbol karakter yang diberikan oleh agen peringkat untuk menunjukkan risiko
dari obligasi. Dalam penelitian Widiastuti (2015) disebutkan bahwa semakin
tinggi risiko gagal bayar maka menyebabkan peringkat obligasi yang diberikan
semakin rendah. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji
relevansi-nilai kredit yang diproksikan dengan peringkat obligasi (Hann et al., 2007; Jorion
et al., 2009; Kosi et al., 2010; Yuliana dkk., 2011; Estiyanti dan Yasa, 2012;
Lestari dan Yasa, 2014) dan yield obligasi (Sari dan Zuhrotun, 2006; Widiastuti,
2015).
2. Teori Pensinyalan (Signalling Theory)
Menurut Conelly et al. (2011), teori pensinyalan menggambarkan perilaku
dua pihak (misalnya manajemen perusahaan dengan pengguna informasi
perusahaan) ketika memiliki kepentingan yang berbeda atas informasi tertentu. Di
satu sisi, manajemen perusahaan sebagai penyedia informasi perusahaan berusaha
memilih bagaimana cara mengkomunikasikan informasi tersebut (memberikan
sinyal) berupa laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan, dan informasi
lainnya yang dibutuhkan oleh pengguna informasi perusahaan. Sedangkan
pengguna informasi perusahaan berusaha memilih bagaiamana cara
menginterpretasikan informasi tersebut.
Dalam penelitian ini teori pensinyalan menggambarkan pemberian sinyal
yang dilakukan oleh manajemen perusahaan melalui laporan keuangan kepada
9
pemeringkatan obligasi perusahaan tersebut. Estiyanti dan Yasa (2012)
menyebutkan bahwa informasi mengenai kemungkinan perusahaan tidak dapat
membayar kembali utang obligasi pada saat jatuh tempo beserta bunga jika ada
dapat dijelaskan melalui sinyal dalam bentuk peringkat obligasi yang diberikan
perusahaan kepada pemegang obligasi.
3. Informasi Laba Bersih, OCI, dan Laba Komprehensif
Sejak terbitnya PSAK 1 (revisi 2009) yang mulai berlaku efektif tahun
2011, perusahaan diwajibkan untuk menyajikan laporan laba rugi komprehensif.
Pengertian laba komprehensif menurut SFAC no. 6 (Elements of Financial
Statements: A Replacement of FASB Concepts Statement No. 3) adalah semua
perubahan ekuitas perusahaan selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi
atau peristiwa lainnya, kecuali yang dihasilkan dari investasi oleh pemilik dan
distribusi ekuitas kepada pemilik.
Laba (rugi) komprehensif terdiri dari laba (rugi) bersih ditambah
pendapatan komprehensif lain (Other Comprehensive Income). Laba (rugi) bersih
hanya mengakui pendapatan yang terealisasi selama periode dan beban yang
dikaitkan dengan pendapatan yang terealisasi tersebut, sedangkan Other
Comprehensive Income (OCI) mencakup keuntungan atau kerugian yang belum
terealisasi (unrealized gains and losses). Komponen OCI menurut PSAK 1 (revisi
2009) yang dituliskan dalam penelitian Wahyu dan Praptoyo (2014) meliputi:
a. Perubahan dalam surplus revaluasi aset tetap dan aset tidak berwujud
c. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan
dari kegiatan usaha luar negeri (selisih kurs valuta asing)
d. Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan sebagai
“tersediauntuk dijual”
e. Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai
dalam rangka lindung nilai arus kas
Wild dan Subramanyam (2010) menyatakan bahwa laba bersih (net
income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas merupakan
ukuran kinerja perusahaan, sehingga laba bersih lebih banyak merepresentasikan
perubahan kinerja operasi perusahaan. Laba bersih tidak terlalu mencerminkan
perubahan nilai pasar dan kondisi perekonomian. Perubahan nilai pasar tercermin
dalam laba komprehensif yang terdiri dari laba bersih dan pendapatan
komprehensif lain (OCI). Dalam penelitian Widiastuti (2015) dijelaskan bahwa
OCI mencakup perubahan pos aset dan liabilitas yang belum terealisasi sehingga
sangat bergantung pada perubahan nilai pasar.
4. Obligasi dan Peringkat Obligasi
Menurut Hartono (2015), obligasi adalah utang jangka panjang yang akan
dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada.
Peringkat obligasi merupakan salah satu sarana yang dapat memberikan gambaran
11
Beberapa lembaga pemeringkat obligasi yang diakui oleh Bank Indonesia
antara lain Fitch Ratings, Moody’s Investor Service, Standard and Poor’s, PT.
Fitch Ratings Indonesia, PT ICRA Indonesia, dan PT. Pemeringkat Efek
Indonesia.Brigham (2010) memaparkan dalam bukunya, bahwa kriteria peringkat
obligasi didasarkan pada faktor kualitatif dan kuantitatif, beberapa diantaranya
yaitu rasio keuangan, jatuh tempo obligasi, stabilitas kinerja perusahaan, dan
kebijakan akuntansi.
Foster (1986) berpendapat yang disebutkan dalam penelitian Raharja dan
Sari (2008), kemungkinan perusahaan penerbit obligasi mengalami kondisi
ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban keuangannya dalam rangka
membayar kembali utang obligasi dapat digambarkan dalam peringkat obligasi.
Salah satu lembaga pemeringkat obligasi yaitu PT. Pemeringkat Efek Indonesia
(PEFINDO) mendefinisikan tingkatan peringkat obligasi sebagai berikut:
AAA : Efek utang dengan peringkat tertinggi, mempunyai risiko terendah,
dan perusahaan penerbit obligasi mempunyai kemampuan sangat kuat
dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya saat jatuh tempo
AA : Efek utang dengan peringkat kredit di bawah peringkat tertinggi,
perusahaan penerbit obligasi mempunyai kemampuan kuat dalam
memenuhi kewajiban jangka panjangnya saat jatuh tempo, dan tidak
mudah terpengaruh oleh perubahan kondisi ekonomi dan bisnis
yang terjadi
A : Efek utang dengan risiko rendah, perusahaan penerbit obligasi
panjangnya saat jatuh tempo, tetapi rentan terpengaruh oleh perubahan
kondisi ekonomi dan bisnis yang terjadi
BBB : Efek utang dengan risiko cukup rendah, perusahaan penerbit obligasi
mempunyai kemampuan yang memadai dalam memenuhi kewajiban
jangka panjangnya saat jatuh tempo, tetapi lebih rentan terpengaruh
oleh perubahan kondisi ekonomi dan bisnis yang terjadi
BB : Efek utang yang menggambarkan kemampuan perusahaan penerbit
obligasi yang agak lemah dalam memenuhi kewajiban jangka
panjangnya saat jatuh tempo, serta peka terhadap pengaruh perubahan
kondisi ekonomi dan bisnis yang terjadi
B : Efek utang dengan risiko sangat rendah, perusahaan penerbit obligasi
masih mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka
panjangnya saat jatuh tempo, tetapi kemampuan tersebut dapat
berkurang akibat terpengaruh oleh perubahan kondisi ekonomi dan
bisnis yang terjadi
CCC : Efek utang yang menggambarkan ketidakmampuan perusahaan
penerbit obligasi dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya saat
jatuh tempo
D : Efek utang yang mengalami kegagalan bayar karena perusahaan
13
5. IFRS
International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan standar
yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan agar dapat diterima secara
umum. Secara bertahap sejak tahun 2008 Indonesia mulai melakukan adopsi
International Financial Reporting Standars (IFRS). Tahapan adopsi IFRS di
Indonesia terdiri dari:
a. Tahap awal (2008-2011), mencakup pengadopsian seluruh IFRS ke PSAK,
persiapan infrastruktur, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku
b. Tahap implementasi pertama (2012-2014), mencakup penerapan dan
evaluasi dampak penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap
c. Tahap implementasi kedua (2015), mencakup penerapan PSAK baru
maupun PSAK revisi dan evaluasi dampak perubahan standar
Adopsi IFRS di Indonesia memberikan dampak terhadap kualitas laporan
keuangan karena IFRS memiliki karakteristik tertentu, diantaranya yaitu:
a. Lebih banyak menggunakan sistem fair value yang mewajibkan penilaian
transaksi atau peristiwa akuntansi berdasarkan nilai sekarang atas aset,
liabilitas, dan ekuitas
b. Menerapkan principal based yang menuntut adanya professional
judgement
Adopsi IFRS di Indonesia memberikan dampak terhadap kualitas laporan
keuangan karena IFRS memiliki karakteristik tertentu, diantaranya adalah lebih
banyak menggunakan fair value dalam penilaian, menerapkan principal based
yang menuntut adanya professional judgement, dan mengharuskan adanya
pengungkapan yang lebih banyak. Penelitian yang dilakukan oleh Gonedes (1980)
dalam Nuryatno, dkk. (2007) membuktikan bahwa asimetri informasi dapat
berkurang dengan adanya peraturan mengenai pengungkapan informasi akuntansi.
Adopsi IFRS yang mensyaratkan pengungkapan dalam laporan keuangan yang
lebih banyak akan mengurangi asimetri informasi yang berpengaruh pada semakin
rendahnya risiko yang akan dihadapi perusahaan sehingga semakin baik peringkat
obligasi yang akan diberikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa IFRS
dapat memberikan dampak terhadap peningkatan relevansi-nilai kredit.
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis
1. Relevansi-Nilai Kredit Laba Bersih dan Laba Komprehensif
Dalam penjelasan pada bagian latar belakang telah disebutkan bahwa
relevansi-nilai kredit merupakan studi yang berkaitan dengan kebermanfaatan
informasi akuntansi yang berkaitan dengan keputusan kredit. Pemegang obligasi
sebagai pengguna laporan keuangan berkepentingan dengan informasi laporan
keuangan untuk memperoleh gambaran mengenai probabilitas perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo untuk membayar kembali obligasi
15
Laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan (Wild
dan Subramanyam, 2010). Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang
ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci
bagaimana laba didapat. Seperti yang disebutkan oleh Horrigan (1966) dan Burton
et al. (1998) dalam Estiyanti dan Yasa (2012) bahwa peringkat obligasi dapat
meningkat berdasarkan tingginya tingkat profitabilitas perusahaan. Profitabilitas
perusahaan yang semakin tinggi akan berdampak pada risiko gagal bayar yang
semakin rendah sehingga dapat mempengaruhi pemberian peringkat obligasi yang
semakin baik.
Berbagai kelebihan yang dimiliki oleh laba komprehensif
mengindikasikan bahwa laba komprehensif yang semakin meningkat akan
menunjukkan peningkatan dalam hal laba ditahan dan dividen yang dibagikan
(Hudayati, 1999 dalam Rejeki dan Warastuti, 2012). Menurut Riyanto (2011)
dalam Estiyanti dan Yasa (2012), laba ditahan dipandang sebagai sumber penting
dalam pembiayaan atas pertumbuhan perusahaan. Semakin kuat pertumbuhan
suatu perusahaan mengindikasikan kinerja perusahaan yang semakin baik
sehingga mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam rangka membayar pokok
pinjaman maupun bunga dengan tepat waktu yang nantinya akan berpengaruh
pada peringkat obligasi yang semakin baik.
Menurut penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa laba bersih dan laba
komprehensif sama – sama mempunyai relevansi-nilai kredit, tetapi bagi kreditor
tingkat kebermanfaatan informasi laba bersih dapat berbeda dengan laba
menunjukkan bahwa relevansi-nilai kredit laba bersih lebih tinggi daripada laba
komprehensif. Laba komprehensif mengandung untung yang belum terealisasi,
sedangkan kreditor sebagai pemegang obligasi cenderung bersifat konservatif
yang hanya fokus pada komponen rugi yang belum terealisasi daripada komponen
untung yang belum terealisasi. Dalam memperkirakan kemungkinan gagal bayar,
pemegang obligasi memperhatikan informasi laba komprehensif secara terbatas
dan lebih banyak menggunakan informasi yang tersaji dalam laba bersih.
Penelitian Kosi et al. (2010) serta Yuliana dkk. (2011) menguji pengaruh
informasi laba bersih terhadap peringkat obligasi. Kosi et al. (2010) menggunakan
sampel perusahaan yang mempunyai peringkat obligasi yang diterbitkan oleh
lembaga pemeringkat S&P dan Worldscope periode 1999 – 2009. Hasil penelitian
Kosi et al. (2010)menunjukkan bahwa laba bersih memiliki relevansi-nilai kredit.
Penelitian Yuliana dkk. (2011) memilih sampel perusahaan keuangan yang
mempunyai peringkat obligasi yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat PT.
PEFINDO periode 2009 – 2010. Hasil penelitian Yuliana dkk. (2011)
menunjukkan bahwa laba bersih memiliki relevansi-nilai kredit. Hasil serupa juga
ditunjukkan dalam penelitian Widiastuti (2015) yang menggunakan yield obligasi
sebagai proksi keputusan kredit dengan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dan menerbitkan obligasi pada tahun 2009 – 2013. Hasil
penelitian Widiastuti (2015) menunjukkan bahwa laba bersih memiliki
relevansi-nilai kredit.
Penelitian yang dilakukan Widiastuti (2015) menunjukkan bahwa laba
17
dengan adanya hubungan yang positif signifikan antara laba komprehensif dengan
yield obligasi. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1a: Laba bersih memiliki relevansi-nilai kredit
H1b: Laba komprehensif memiliki relevansi-nilai kredit
2. Relevansi-Nilai Kredit OCI
OCI merupakan perubahan nilai wajar beberapa pos aset dan liabilitas,
yaitu perubahan dalam surplus revaluasi, untung rugi aktuarial atas program
manfaat pasti dalam imbalan kerja, untung rugi dari penjabaran laporan keuangan
dari entitas asing, untung rugi pengukuran kembali aset keuangan yang
dikategorikan sebagai “tersedia untuk dijual”, dan bagian efektif dari untung rugi
instrumen lindung nilai dalam rangka “lindung nilai arus kas” (Widiastuti, 2015).
Komponen – komponen OCI tersebut mengandung informasi yang bermanfaat
bagi pemegang obligasi untuk menilai kinerja perusahaan di masa mendatang
karena OCI juga mencakup pengungkapan keuntungan dan kerugian yang belum
terealisasi (unrealized gains and losses).
OCI memiliki relevansi-nilai kredit inkremental atas laba bersih secara
marginal, yaitu memberikan informasi tambahan mengenai perubahan nilai wajar
beberapa pos aset dan liabilitas. Nilai OCI yang positif menunjukkan bahwa
perusahaan mempunyai cadangan untung yang belum terealisasi sehingga
memberikan informasi mengenai kemungkinan perusahaan mampu membayar
perusahaan cenderung mempunyai rugi yang belum terealisasi sehingga ada
kemungkinan di masa yang akan datang bahwa rugi akan terealisasi.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat argumen bahwa
relevansi-nilai kredit laba bersih lebih tinggi daripada laba komprehensif. Laba
komprehensif mengandung untung yang belum terealisasi, sedangkan kreditor
sebagai pemegang obligasi cenderung bersifat konservatif yang hanya fokus pada
komponen rugi yang belum terealisasi daripada komponen untung yang belum
terealisasi. Dalam memperkirakan kemungkinan gagal bayar, pemegang obligasi
memperhatikan informasi laba komprehensif secara terbatas dan lebih banyak
menggunakan informasi yang tersaji dalam laba bersih (Widiastuti, 2015). Dari
penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa ada kemungkinan kreditor
memperhatikan infomasi yang disajikan dalam OCI walaupun terbatas sehingga
informasi tersebut dapat dipakai untuk menilai peringkat obligasi suatu
perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Widiastuti (2015) menguji apakah OCI
memiliki relevansi-nilai. Hasil tersebut membuktikan bahwa nilai R square pada
model inkremental OCI atas laba bersih lebih tinggi dibandingkan R square
model laba bersih. Hal ini mengindikasikan bahwa OCI memiliki relevansi-nilai
kredit inkremental atas laba bersih secara marginal, walaupun OCI secara
independen berhubungan negatif signifikan dengan yield obligasi. Berdasarkan
uraian tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
19
3. Relevansi-Nilai Kredit Laba Bersih, Laba Komprehensif, dan OCI pada Tahapan Adopsi IFRS
Menurut Wild dan Subramanyam (2010), Informasi laba bersih (net
income) yang disajikan dalam laporan keuangan mengindikasikan profitabilitas
perusahaan. Seperti yang disebutkan oleh Horrigan (1966) dan Burton et al.
(1998) dalam Estiyanti dan Yasa (2012) bahwa peringkat obligasi dapat
meningkat berdasarkan tingginya tingkat profitabilitas perusahaan. Profitabilitas
perusahaan yang semakin tinggi akan berdampak pada risiko gagal bayar yang
semakin rendah sehingga dapat mempengaruhi pemberian peringkat obligasi yang
semakin baik.
Penelitian Hudayati (1999) yang dipaparkan dalam Rejeki dan Warastuti
(2012), menjelaskan bahwa laba komprehensif yang semakin meningkat akan
menunjukkan peningkatan dalam hal laba ditahan dan dividen yang dibagikan.
Menurut Riyanto (2011) dalam Estiyanti dan Yasa (2012), laba ditahan dipandang
sebagai sumber penting dalam pembiayaan atas pertumbuhan perusahaan.
Semakin kuat pertumbuhan suatu perusahaan mengindikasikan kinerja perusahaan
yang semakin baik sehingga mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam rangka
membayar pokok pinjaman maupun bunga dengan tepat waktu yang nantinya
akan berpengaruh pada peringkat obligasi yang semakin baik.
OCI mencakup pengungkapan keuntungan dan kerugian yang belum
terealisasi (unrealized gains and losses). Nilai OCI yang positif menunjukkan
bahwa perusahaan mempunyai cadangan untung yang belum terealisasi sehingga
pokok pinjaman maupun bunga dengan tepat waktu. Jika nilai OCI negatif,
perusahaan cenderung mempunyai rugi yang belum terealisasi sehingga ada
kemungkinan di masa yang akan datang bahwa rugi akan terealisasi. Kreditor
sebagai pemegang obligasi cenderung bersifat konservatif yang hanya fokus pada
komponen rugi yang belum terealisasi daripada komponen untung yang belum
terealisasi. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa ada kemungkinan
kreditor memperhatikan infomasi yang disajikan dalam OCI walaupun terbatas
sehingga informasi tersebut dapat dipakai untuk menilai peringkat obligasi suatu
perusahaan.
Adopsi IFRS di Indonesia memberikan dampak terhadap kualitas laporan
keuangan. Setelah dilakukannya adopsi IFRS secara bertahap, terdapat perubahan
tertentu pada karakteristik laporan keuangan, yaitu (1) penyajian laporan
keuangan lebih banyak menggunakan sistem fair value yang mewajibkan
penilaian transaksi atau peristiwa akuntansi berdasarkan nilai sekarang atas aset,
liabilitas, dan ekuitas; (2) menerapkan principal based yang menuntut adanya
professional judgement, dan (3) mengharuskan adanya pengungkapan yang lebih
banyak.
Adopsi IFRS di Indonesia terdiri dari tiga tahapan yaitu adopsi tahap awal
(2011), impelementasi tahap pertama (2012-2014), dan implementasi tahap kedua
(2015). Adopsi tahap awal mencakup pengadopsian seluruh IFRS ke PSAK,
persiapan infrastruktur, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku. Pada tahap
awal, kecakapan sumber daya penyusun laporan keuangan, auditor, dan
21
memadai karena masih dalam proses penyesuaian adopsi. Tahap implementasi
pertama pada tahun 2012 – 2014 mencakup penerapan dan evaluasi dampak
penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap. Kecakapan sumber daya
penyusun laporan keuangan, auditor, dan kemampuan pemahaman tentang
perubahan standar yang berlaku sudah lebih baik daripada saat adopsi tahap awal
karena sudah dilakukannya evaluasi dampak penerapan PSAK berbasis IFRS.
Tahap adopsi terakhir yaitu tahap implementasi kedua (2015), mencakup
penerapan PSAK baru maupun PSAK revisi dan evaluasi dampak perubahan
standar. Pada tahap implementasi kedua, kecakapan sumber daya penyusun
laporan keuangan, auditor, dan kemampuan pemahaman tentang perubahan
standar yang berlaku sudah dapat dikatakan sangat memadai karena adanya
penyusunan PSAK revisi yang merupakan tindak lanjut dari hasil evaluasi
penerapan PSAK berbasis IFRS.
Adanya peningkatan dalam hal kecakapan sumber daya penyusun laporan
keuangan, auditor, dan kemampuan pemahaman tentang perubahan standar yang
berlaku, dan sebagainya dari setiap tahapan adopsi IFRS menyebabkan laporan
keuangan yang dihasilkan menjadi semakin baik dan kredibel. Penyajian laporan
keuangan yang semakin baik berpengaruh terhadap peningkatan keandalan
informasi akuntansi yang akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan
sehingga menyebabkan pembuatan keputusan peringkat obligasi yang semakin
baik.
Penelitian yang dilakukan Kosi et al. (2010) menguji relevansi-nilai kredit
variabel dependen peringkat obligasi. Penelitian Kosi et al. (2010) memberikan
hasil bahwa relevansi-nilai kredit setelah adopsi IFRS lebih tinggi daripada
nilai kredit sebelum adopsi IFRS. Widiastuti (2015) menguji
relevansi-nilai kredit OCI periode sebelum dan setelah adopsi PSAK 1 (revisi 2009). Hasil
penelitian Widiastuti (2015) menunjukkan bahwa OCI memiliki relevansi-nilai
kredit pada periode setelah adopsi PSAK 1 (revisi 2009) dan tidak memiliki
relevansi-nilai kredit pada periode sebelum adopsi PSAK 1 (revisi 2009). Hal itu
dibuktikan dengan tidak adanya pengaruh OCI terhadap yield obligasi pada
periode sebelum adopsi PSAK 1 (revisi 2009) sedangkan pada periode setelah
adopsi PSAK 1 (revisi 2009) OCI secara statistis berpengaruh signifikan terhadap
yield obligasi.
Hann et al. (2007) membandingkan relevansi-nilai kredit laporan
keuangan berdasarkan model nilai wajar dan model smoothing akuntansi pensiun
(SFAS 87). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa relevansi-nilai kredit
informasi laba pada model nilai wajar menurun. Berdasarkan uraian tersebut,
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3a: Terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit laba bersih dari tahap ke tahap
H3b: Terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit laba komprehensif dari tahap ke tahap
23
C. Model Penelitian
Gambar 2.1. kerangka pemikiran hipotesis 1a, 1b, dan 2
Gambar 2.2 kerangka pemikiran hipotesis 3a, 3b, dan 3c Pendapatan Komprehensif Lain
Laba Komprehensif Laba Bersih
Peringkat Obligasi
Relevansi-Nilai Kredit
Tahun
2011
<
Tahun 2012 - 2014
Tahun 2015
24
A. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang menerbitkan obligasi
berdenominasi rupiah dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode
penelitian yaitu data tahun 2011 – 2015. Periode tersebut merupakan periode
tahapan pelaksanaan adopsi IFRS di Indonesia. Untuk penelitian yang berkaitan
dengan tahapan adopsi IFRS, periode penelitian lebih spesifik terbagi pada setiap
tahapan adopsi IFRS di Indonesia yaitu tahap awal (periode 2011), implementasi
tahap pertama (periode 2012 – 2014), dan implementasi tahap kedua (periode
2015).
B. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
metode purposive sampling. Adapun kriteria yang dipilih adalah sebagai berikut:
(1) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerbitkan obligasi
korporasi berdenominasi Rupiah yang masih diperdagangkan pada perioda
2012-2016, (2) obligasi yang diterbitkan bukan merupakan obligasi syariah, (3) obligasi
yang diterbitkan memiliki peringkat, (4) menerbitkan laporan keuangan pada
tahun 2011 – 2015, (5) laporan keuangan yang diterbitkan dinyatakan dalam
Rupiah, dan (6) memiliki pos pendapatan komprehensif lain dalam laporan
25
C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data yang
digunakan antara lain (1) laporan keuangan auditan perusahaan sampel tahun
2011 – 2015 yang diakses dari website BEI, dan (2) data peringkat obligasi dalam
idx factbook tahun 2012 – 2016 dalam website BEI.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peringkat obligasi. Dalam
penelitian ini, peringkat obligasi diukur dengan menggunakan variabel dummy.
Mengacu pada Kerwer (1999) dalam Restuti (2007), peringkat obligasi ini dibagi
dalam tiga kategori yaitu investement grade (AAA, AA, A), speculative grade
(BBB, BB, B), dan default grade (CCC, CC, C, D). Pengukuran dilakukan dengan
memberikan nilai 0 untuk default grade, nilai 1 untuk speculative grade, dan nilai
2 untuk investment grade.
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah laba bersih, laba
komprehensif, dan pendapatan komprehensif lain (OCI) tahun 2011 – 2015.
Pengukuran variabel independen penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a) Laba Bersih
Laba bersih yang digunakan yaitu laba bersih tahun berjalan setelah pajak.
komprehensif. Variabel independen laba bersih dalam penelitian ini dideflasi
dengan total aset.
b) Laba Komprehensif
Laba komprehensif terdiri dari laba bersih ditambah pendapatan
komprehensif lain (OCI). Data laba komprehensif tahun 2011-2015 dapat
diperoleh dari laporan laba rugi komprehensif. Penelitian ini mendeflasi laba
komprehensif dengan total aset.
c) Pendapatan Komprehensif Lain (OCI)
Dalam penelitian Widiastuti (2015) disebutkan bahwa OCI merupakan
perubahan nilai wajar beberapa pos aset dan liabilitas, yaitu perubahan dalam
surplus revaluasi, untung rugi aktuarial atas program manfaat pasti dalam imbalan
kerja, untung rugi dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing, untung
rugi pengukuran kembali aset keuangan yang dikategorikan sebagai “tersedia
untuk dijual”, dan bagian efektif dari untung rugi instrumen lindung nilai dalam
rangka “lindung nilai arus kas”. Data pendapatan komprehensif lain (OCI) tahun
2011-2015 dapat diperoleh dari laporan laba rugi komprehensif. Variabel
pendapatan komprehensif lain (OCI) juga dideflasi dengan total aset.
E. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Statistik Deskriptif
Ghozali (2012) menjelaskan bahwa statistik deskriptif mendeskripsikan
variabel penelitian. Analisis yang digunakan diantaranya meliputi rata – rata
27
2. Uji Kualitas Data
a. Menilai Overall Fit Model
Penilaian model fit dilakukan untuk membuktikan bahwa model yang
dihipotesiskan fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi
Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang
dihipotesiskan menggambarkan data input.
Sesuai dengan pendapat Ghozali (2005), jika terdapat penurunan nilai -2 Log
Likehood (-2LL) pada model dengan intercept saja dengan nilai -2 Log Likehood
(-2LL) akhir, maka dapat diartikan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data.
b. Uji Parallel Lines
Menurut Ghozali (2012), untuk menilai apakah setiap kategori mempunyai
parameter yang sama maka dilakukan uji Parallel Lines. Jika nilai signifikan lebih
besar dari alpha (0,05) artinya model regresi memiliki parameter yang sama
sehingga pemilihan model link function logit adalah sesuai.
3. Pengujian Hipotesis a. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan metode analisis data ordinal logistic
regression (PLUM) dengan pengolahan data melalui software SPSS (Statistical
Package for Social Science). Model regresi logistik ordinal digunakan karena
Persamaan regresi ordinal logistik adalah sebagai berikut:
P0 : Probabilitas default grade P1 : Probabilitas speculative grade
α : Konstanta
β : Koefisien variabel
NIAT : Net Income After Tax, laba bersih setelah pajak dideflasi dengan total aset
COMP : Comprehensive Income obligasi, laba komprehensif dideflasi dengan total aset
OCI : Other Comprehensive Income, pendapatan komprehensif lain dideflasi dengan total aset
: residual
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan melihat koefisien
estimasian variabel dan nilai signifikansi pada hasil uji Wald. Model (1) di atas
akan digunakan untuk menguji hipotesis 1a yaitu laba bersih memiliki
relevansi-nilai kredit. Hipotesis 1a terdukung secara empiris jika koefisien estimasian laba bersih bernilai positif dan secara statistis signifikan (nilai sig. < alpha 0,05).
Model (2) akan digunakan untuk menguji hipotesis 1b yaitu laba
komprehensif memiliki relevansi-nilai kredit. Hipotesis 1b terdukung secara empiris jika koefisien estimasian laba komprehensif bernilai positif dan secara
29
Model (3) akan digunakan untuk menguji hipotesis 2 yaitu OCI memiliki
relevansi-nilai kredit. Hipotesis 2 terdukung secara empiris jika koefisien estimasian OCI bernilai positif dan secara statistis signifikan (nilai sig. < alpha
0,05).
Hipotesis 3a, 3b, dan 3c diuji menggunakan model yang sama dengan
model di atas, tetapi masing – masing model dilakukan pengujian sebanyak tiga
kali dengan memecah periode penelitian berdasarkan tahapan adopsi IFRS, yaitu
tahap awal (periode 2011), implementasi tahap pertama (periode 2012 – 2014),
dan implementasi tahap kedua (periode 2015). Hipotesis 3a, 3b, dan 3c terdukung secara empiris jika (1) koefisien estimasian variabel pada setiap tahapan bernilai positif dan secara statistis signifikan (nilai sig. < alpha 0,05)., dan
(2) koefisien Nagelkerke’s R Square variabel pada setiap tahapan memiliki tren yang semakin meningkat dari tahap ke tahap.
b. Menilai Koefisien Determinasi
Seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen
dapat dilihat dari nilai koefisien Nagelkerke’s R Square. Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox & Snell untuk memastikan variasi nilai
ada pada rentang 0 sampai dengan 1 supaya mudah dilakukan interpretasi.
30
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang menerbitkan obligasi
korporasi berdenominasi rupiah dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sesuai dengan pemilihan sampel yang dilakukan dengan metode purposive
sampling, diperoleh sampel penelitian yang disajikan dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
2 Obligasi yang diterbitkan
merupakan obligasi syariah (2) (2) (1) (2) (3) (10)
3 Obligasi yang diterbitkan tidak
memiliki peringkat (1) (1) (1) (1) (1) (5)
Menurut pemaparan dalam tabel 4.1 total perusahaan yang menerbitkan
31
2012-2016, dan terdaftar di BEI sebanyak 499 perusahaan, tetapi berdasarkan
hasil pemilihan sampel terdapat 439 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai
sampel penelitian.
B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Statistik Deskriptif
Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa variabel laba bersih memiliki mean
sebesar 0,124918 dengan nilai maksimum 37,1224 dan minimum -0,4843.
Sementara variabel OCI menunjukkan mean sebesar 0,004693 dengan nilai
maksimum 0,5757 dan minimum -0,1069. Mean yang dimiliki oleh variabel laba
komprehensif sebesar 0,129417 dengan nilai maksimum ditunjukkan sebesar
37,1224 dan minimum -0,4919. Untuk variabel laba bersih dan laba komprehensif
nilai maksimum dimiliki oleh Panorama Sentrawisata Tbk pada tahun 2013 dan
nilai minimum dimiliki oleh Arpeni Pratama Ocean Line Tbk pada tahun 2011.
Sedangkan nilai maksimum variabel OCI dimiliki oleh Perkebunan Nusantara X
(Persero) pada tahun 2015 dan nilai minimum dimiliki oleh Arpeni Pratama
Ocean Line Tbk pada tahun 2013.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Independen Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Laba Bersih 439 -0,4843 37,1224 0,124918 1,7723624
OCI 439 -0,1069 0,5757 0,004693 0,0394183
Laba Komprehensif 439 -0,4919 37,1224 0,129417 1,7725935
Valid N (listwise) 439
2. Uji Kualitas Data
a. Case Processing Summary
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 439 perusahaan.
Variabel dependen peringkat obligasi dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
Investment Grade, Speculative Grade, dan Default Grade.Tabel 4.3 menunjukkan
jumlah perusahaan yang mempunyai peringkat obligasi dengan kategori
Investment Grade pada tahun 2011 – 2015 sebanyak 394 perusahaan atau sebesar
89,7% dari total sampel. Kemudian sebanyak 37 perusahaan atau 8,4% dari total
sampel yang mempunyai peringkat obligasi dengan kategori Speculative Grade
pada tahun 2011 – 2015. Sedangkan perusahaan yang mempunyai peringkat
obligasi dengan kategori Default Grade pada tahun 2011 – 2015 sebanyak 8
perusahaan atau sebesar 1,8% dari total sampel. Selama periode 2011 – 2015
Indonesia Eximbank dan Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk memperoleh
peringkat obligasi kategori Investment Grade dengan peringkat AAA. Peringkat
obligasi kategori Speculative Grade dengan peringkat CC dan D pada periode
2011 – 2015 didapatkan oleh Smartfren Telecom Tbk.
Tabel 4.3
Case Processing Summary
N
Marginal Percentage
Peringkat Obligasi Default Grade 8 1.8%
Speculative Grade 37 8.4%
Investment Grade 394 89.7%
Valid 439 100.0%
Missing 0
Total 439
33
b. Menilai Overall Fit Model
Penilaian overall model fit dilakukan dengan membandingkan nilai -2 Log
Likehood (-2LL) pada model intercept saja dengan nilai -2 Log Likehood (-2LL)
akhir. Jika nilai -2LL model dengan intercept saja lebih besar daripada nilai -2LL
akhir, maka model dikatakan fit dengan data empiris.
Hasil uji model fit untuk model regresi variabel laba bersih yang disajikan
pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai -2LL model dengan intercept saja
sebesar 332,347 dan nilai 2LL akhir sebesar 272,768. Adanya penurunan nilai
-2LL sebesar 59,579 dan signifikan pada 0,000 ini berarti model dengan
memasukkan variabel laba bersih lebih baik daripada model hanya dengan
intercept saja, sehingga dapat dikatakan fit dengan data.
Tabel 4.4
Perbandingan Nilai -2LL Intercept Only dengan -2LL Final (Model Variabel Laba Bersih)
untuk model regresi variabel OCI menunjukkan bahwa nilai -2LL model dengan
intercept saja sebesar 224,065 dan nilai -2LL akhir sebesar 222,435. Adanya
penurunan nilai -2LL sebesar 1,630 dan signifikan pada 0,202 ini berarti dengan
memasukkan variabel OCI lebih baik daripada model hanya dengan intercept saja,
Tabel 4.5
Perbandingan Nilai -2LL Intercept Only dengan -2LL Final (Model Variabel OCI)
Model Fitting Information
Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 224.065
Final 222.435 1.630 1 .202
Link function: Logit.
Sumber : Data diolah dengan SPSS, 2016
Pengujian untuk model regresi variabel laba komprehensif didapatkan
hasil nilai -2LL model dengan intercept saja yang dilihat dari tabel 4.6 yaitu
sebesar 332,347 dan nilai -2LL akhir sebesar 275,916. Penurunan nilai -2LL
sebesar 56,431 dan signifikan pada 0,000 ini menunjukkan bahwa model dengan
memasukkan variabel laba komprehensif lebih baik daripada model hanya dengan
intercept saja, sehingga dapat dikatakan model fit dengan data.
Tabel 4.6
Perbandingan Nilai -2LL Intercept Only dengan -2LL Final (Model Variabel Laba Komprehensif)
Model Fitting Information
Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 332.347
Final 275.916 56.431 1 .000
Link function: Logit.
35
c. Uji Parallel Lines
Berdasarkan hasil uji Parallel Lines dalam tabel 4.7 dapat diketahui bahwa
nilai signifikansi model regresi variabel laba bersih sebesar 0,754 lebih besar dari
alpha 0,05 yang artinya model sudah sesuai.
Tabel 4.7
Uji Parallel Lines Variabel Laba Bersih Test of Parallel Linesc
Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.
Null Hypothesis 272.768
General 268.705a 4.063b 1 .754
The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients) are the same across response categories.
a. The log-likelihood value cannot be further increased after maximum number of step-halving.
b. The Chi-Square statistic is computed based on the log-likelihood value of the last iteration of the general model. Validity of the test is uncertain. c. Link function: Logit.
Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016
Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji Parallel Lines variabel OCI. Nilai
signifikansi lebih besar dari alpha 0,05 yaitu sebesar 0,261 sehingga dapat
dikatakan model cocok.
Tabel 4.8
Uji Parallel Lines Variabel OCI Test of Parallel Linesc
Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.
Null Hypothesis 222.435
General 201.401a 21.034b 1 .261
The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients) are the same across response categories.
a. The log-likelihood value cannot be further increased after maximum number of step-halving.
b. The Chi-Square statistic is computed based on the log-likelihood value of the last iteration of the general model. Validity of the test is uncertain. c. Link function: Logit.
Berdasarkan hasil uji Parallel Lines dalam tabel 4.9 dapat diketahui bahwa
nilai signifikansi model regresi variabel laba komprehensif sebesar 0,651 lebih
besar dari alpha 0,05 yang artinya model sudah sesuai.
Tabel 4.9
Uji Parallel Lines Variabel Laba Komprehensif Test of Parallel Linesc
Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.
Null Hypothesis 275.916
General 264.091a 11.825b 1 .651
The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients) are the same across response categories.
a. The log-likelihood value cannot be further increased after maximum number of step-halving.
b. The Chi-Square statistic is computed based on the log-likelihood value of the last iteration of the general model. Validity of the test is uncertain. c. Link function: Logit.
Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016
3. Hasil Pengujian Hipotesis
Uji Wald dalam regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh yang
signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian
dipaparkan sebagai berikut :
a. Pengujian Hipotesis 1a
Tabel 4.10
Uji Hipotesis Relevansi-Nilai Kredit Laba Bersih Parameter Estimates
Estimate Std.
Error Wald df Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Threshold [Rating = 0] -4.194 .493 72.451 1 .000 -5.159 -3.228
[Rating = 1] -1.536 .180 72.563 1 .000 -1.889 -1.182
Location LabaBersih 28.450 4.539 39.278 1 .000 19.553 37.347
Link function: Logit.
37
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dirumuskan persamaan regresi ordinal
logistik sebagai berikut :
Hipotesis 1a menyatakan bahwa laba bersih memiliki relevansi-nilai
kredit. Hasil pengujian hipotesis yang disajikan dalam tabel 4.10 menunjukkan
bahwa variabel laba bersih memiliki koefisien positif sebesar 28,450 dan nilai Sig.
0,000 lebih kecil dari alpha 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H1a diterima yang artinya laba bersih berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. Hal ini menunjukkan bahwa laba bersih memiliki
relevansi-nilai kredit.
Tabel 4.11
Koefisien Determinasi Variabel Laba Bersih Pseudo R-Square
Cox and Snell .127
Nagelkerke .239
McFadden .179
Link function: Logit.
Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016
Pada tabel 4.11 dapat diketahui nilai Nagelkerke R Square variabel laba
bersih sebesar 0,239. Nilai tersebut mengandung arti bahwa variabel laba bersih
mampu menjelaskan variabilitas variabel peringkat obligasi sebesar 23,9%,
sedangkan sisanya sebesar 76,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar model