EVALUASI PENERAPAN PAKET TEKNOLOGI
PETERNAKAN AYAM BROILER
(Studi kasus: Desa Amandamai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat)
SKRIPSI
Oleh :
IRFANDI ARITONANG
070309038
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
EVALUASI PENERAPAN PAKET TEKNOLOGI
PETERNAKAN AYAM BROILER
(Studi kasus: Desa Amandamai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian
Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
( Ir. Lily Fauzia, M.Si.)
(Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si
NIP. 196308221988032003 NIP. 196509261993031002
)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
IRFANDI ARITONANG (070309038) dengan judul Penelitian Evaluasi Penerapan Paket Teknologi Peternakan Ayam Broiler (Studi kasus Desa Amandamai Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat).
Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui paket teknologi ayam broiler apa saja yang diterapkan, untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam broiler atau ras pedaging, untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi peternak dalam pelaksanaan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler, untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani dalam melaksanakan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler di daerah penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk Daerah penelitian ditentukan sacara Purposive (secara sengaja), untuk metode penelitian sampel digunakan metode Quota Sampling dimana sampel ditarik 50% dari 21 populasi. Sampel tersebut terbagi dalam 2 strata dimana strata I dibagi berdasarkan jumlah ternak ≥2000 ekor yang mewakili jumlah sampel adalah 8 peternak, dan strata II dibagi berdasarkan jumlah ternak <2000 ekor yang mewakili jumlah sampel adalah 3 peternak. Total sampel adalah 11 peternak. Penelitian dilakukan di Desa Amandamai. Populasi sampel di Desa Amandamai adalah 730 KK. Metode analisis data yang digunakan adalah secara metode deskriptif.
Dari hasil penelitian diperoleh; Terdapat penerapan paket teknologi perkandangan, peralatan, pembibitan, perawatan bibit dan calon induk, pemberian pakan, pemberian minum, pembuatan bokhasi pakan ternak ; tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam broiler atau ras pedaging adalah sedang (sebagian besar paket teknologi diterapkan); masalah yang dihadapi peternak dalam pelaksanaan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler yaitu masalah serangan penyakit, sulitnya sistem pemeliharaan dan minimnya keterampilan beternak, serta masalah keamanan ; Upaya mengatasi masalah serangan penyakit yaitu dengan memberikan obat-obatan, vitamin, dan vaksin secara teratur yang sesuai dengan dosis yang telah dianjurkan ; upaya dalam mengatasi masalah sulitnya sistem pemeliharaan dan minimnya keterampilan beternak yaitu peternak rajin mengikuti setiap penyuluhan penerapan paket teknologi ayam broiler yang telah dianjurkan oleh dinas peternakan setempat ; upaya dalam mengatasi keamanan yaitu peternak mampu bersosialisasi kepada pemuda setempat sehingga pencurian ternak ayam broiler tidak terjadi.
RIWAYAT HIDUP
Irfandi Aritonang, lahir di Medan pada Tanggal 12 Mei 1989, sebagai anak yang pertama dari 2 bersaudara, anak dari Bapak Warlin Aritonang dan Ibu
Pinta Rolina Saragi, Spd.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 020267 Binjai, dan lulus
SD pada Tahun 2001.
2. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri
3 Binjai, dan lulus SLTP pada Tahun 2004.
3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 2 Binjai,
dan lulus SMA pada Tahun 2007.
4. Tahun 2007, diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB).
5. Tanggal 27 Juni - 27 Juli 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Desa Sei Suka Kecamatan Talaei Kabupaten Batubara.
6. Bulan Januari 2012 - April 2012 melaksanakan penelitian skripsi di Desa
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena
atas berkat, rahmat, serta anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Judul skripsi ini adalah “Evaluasi Penerapan Paket Teknologi Peternakan Ayam Broiler (Studi kasus Desa Amandamai kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat)”. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui paket teknologi ayam broiler apa saja yang diterapkan, untuk
mengetahui tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam broiler, untuk
mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi peternak dalam pelaksanaan
sistem penerapan paket teknologi ayam broiler, untuk mengetahui upaya-upaya
apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani
dalam melaksanakan penerapan paket teknoligi ayam broiler di daerah penelitian.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir.Hj.Lily Fauzia, M.Si, selaku ketua pembimbing skripsi dan kepada
Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si., selaku anggota pembimbing
skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Salmiah MS. dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara, M.Ec., selaku ketua
dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU.
4. Ayah dan Ibunda tercinta, Warlin Aritonang dan Pinta Rolina Saragi, selaku
orang tua penulis yang telah memberikan dukungan doa dan motivasi yang
sangat luar biasa kepada penulis.
5. Yolanda Aritonang, selaku adik yang turut memberikan dukungan doa
kepada penulis.
6. Kepada adinda tersayang, Nila Farisa Sinambela yang selalu setia
memberikan motivasi dan doa kepada penulis.
7. Teman-teman seperjuangan, Jaka Rannez Manik, Randy Silitonga, Rizky,
Arpan Dalimunthe, Holong Hasugian, Erwinsyah Putra, Ahmad Nurdin,
Bambang Syahputra, Dendy Trifonius, dan lain-lain yang tidak bisa penulis
sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan semangat kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang besifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2012
DAFTAR ISI
1.2 Identifikasi Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ... 7
1.5 Hipotesis Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8
2.1.1 Budidaya Ayam Ras Potong ... 8
2.1.2 Penerapan Teknologi Ayam Broiler ... 13
1. Penerapan Komponen Teknologi Dasar ... 13
2. Penerapan Komponen Teknologi Pilihan ... 18
2.2 Landasan Teori ... 21
2.2.1 Evaluasi ... 21
2.2.2 Penyuluhan Pertanian ... 22
2.2.3 Tingkat Adopsi Petani/ Peternak Terhadap Paket Teknologi ... 23
2.3 Kerangka Pemikiran ... 26
III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 29
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 29
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 30
3.4 Metode Analisis Data ... 30
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 34
3.5.1 Defenisi ... 34
3.5.2 Batasan Operasional ... 35
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Wilayah ... 37
4.2 Tinggi Tempat dan Keadaan Topografi Wilayah ... 37
4.4 Kelembagaan Ekonomi ... 41 4.5 Sarana Penunjang Usahatani/ Peternakan ... 42 4.6 Tingkat Penerapan Teknologi ... 42
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Paket Teknologi Ayam Broiler ... 44 5.2 Tingkat Penerapan Paket Teknologi Ayam Broiler Di Daerah
Penelitian ... 60 5.3 Masalah Yang Dihadapi Dalam PemeliharaanAyam Broiler di Daerah
Penelitian ... 64 5.4 Upaya Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Masalah Pemeliharaan
Ayam Broiler Di Daerah Penelitian ... 65
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 67 6.2 Saran ... 68
DAFTAR TABEL
No
Tabel. Judul Hal
1. Jumlah Populasi Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Langkat Tahun
2008 ... 5
2. Jumlah Sampel per Strata dalam Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Serapit, Kabupaten Langkat Tahun 2011 ... 30
3. Penilaian Skoring Paket Teknologi Ayam Broiler Terhadap Usahaternak Ayam Broiler di Daerah Penelitian ... 31
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Rumah Tangga dan KK Masing-Masing Desa Tahun 2011 ... 38
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Dan Keyakinan Yang Dianut ... 38
6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tahun 2011 ... 39
7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2011 ... 40
8. Jumlah Kelembagaan Ekonomi Yang Mendukung Usahatani/ Peternakan ... 41
9. Jenis dan Jumlah Sarana Penunjang Usahatani/ Peternakan ... 42
10.Tingkat Penerapan Teknologi (Intenfikasi) Usaha Peternakan Desa Amandamai Tahun 2011 ... 42
11.Tingkat Penerapan Paket Teknologi Ayam Broiler di Daerah Penelitian ... 60
DAFTAR GAMBAR
No
Gambar. Judul Hal.
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
1. Parameter Penerapan Paket Teknologi
2. Parameter Penerapan Paket Teknologi Perkandangan
3. Parameter Penerapan Paket Teknologi Peralatan
4. Parameter Penerapan Paket Teknologi Pembibitan
5. Parameter Penerapan Paket Teknologi Perawatan Bibit dan Calon Induk
6. Parameter Penerapan Paket Teknologi Pemberian Pakan
7. Parameter Penerapan Paket Teknologi Pemberian Minum
ABSTRAK
IRFANDI ARITONANG (070309038) dengan judul Penelitian Evaluasi Penerapan Paket Teknologi Peternakan Ayam Broiler (Studi kasus Desa Amandamai Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat).
Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui paket teknologi ayam broiler apa saja yang diterapkan, untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam broiler atau ras pedaging, untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi peternak dalam pelaksanaan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler, untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani dalam melaksanakan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler di daerah penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk Daerah penelitian ditentukan sacara Purposive (secara sengaja), untuk metode penelitian sampel digunakan metode Quota Sampling dimana sampel ditarik 50% dari 21 populasi. Sampel tersebut terbagi dalam 2 strata dimana strata I dibagi berdasarkan jumlah ternak ≥2000 ekor yang mewakili jumlah sampel adalah 8 peternak, dan strata II dibagi berdasarkan jumlah ternak <2000 ekor yang mewakili jumlah sampel adalah 3 peternak. Total sampel adalah 11 peternak. Penelitian dilakukan di Desa Amandamai. Populasi sampel di Desa Amandamai adalah 730 KK. Metode analisis data yang digunakan adalah secara metode deskriptif.
Dari hasil penelitian diperoleh; Terdapat penerapan paket teknologi perkandangan, peralatan, pembibitan, perawatan bibit dan calon induk, pemberian pakan, pemberian minum, pembuatan bokhasi pakan ternak ; tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam broiler atau ras pedaging adalah sedang (sebagian besar paket teknologi diterapkan); masalah yang dihadapi peternak dalam pelaksanaan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler yaitu masalah serangan penyakit, sulitnya sistem pemeliharaan dan minimnya keterampilan beternak, serta masalah keamanan ; Upaya mengatasi masalah serangan penyakit yaitu dengan memberikan obat-obatan, vitamin, dan vaksin secara teratur yang sesuai dengan dosis yang telah dianjurkan ; upaya dalam mengatasi masalah sulitnya sistem pemeliharaan dan minimnya keterampilan beternak yaitu peternak rajin mengikuti setiap penyuluhan penerapan paket teknologi ayam broiler yang telah dianjurkan oleh dinas peternakan setempat ; upaya dalam mengatasi keamanan yaitu peternak mampu bersosialisasi kepada pemuda setempat sehingga pencurian ternak ayam broiler tidak terjadi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangPerunggasan termasuk subsektor yang penting dalam peternakan. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia
sebagian besar berasal dari unggas. Jika dibandingkan dengan protein nabati,
kandungan asam amino dari protein hewani lebih tinggi sehingga lebih bergizi.
Secara tidak langsung perunggasan ini membantu pembangunan kualitas bangsa
karena dengan konsumsi protein yang baik dapat mempengaruhi tingkat kesehatan
dan kecerdasan seseorang (Desianto, 2010).
Selain berperan dalam pembangunan kualitas bangsa, perunggasan juga
mampu menumbuhkan ekonomi pedesaan karena sebagian besar peternakan
berada di desa. Industri perunggasan dapat menciptakan lapangan kerja yang
besar sehingga pendapatan masyarakat pedesaan juga meningkat (Desianto,
2010).
Industri perunggasan memberikan efek ganda yang sangat besar dalam
sektor pertanian. Karena hampir seluruh bahan baku pakan terdiri dari hasil
pertanian seperti jagung, dedak, bungkil kelapa sawit/kopra, tepung gaplek, dll.
Menteri Pertanian menyatakan bahwa peternakan adalah tulang-punggung
pembangunan. Bahkan akhir-akhir ini dikatakan bahwa peternakan (unggas) dapat
digunakan sebagai sarana untuk pengentasan kemiskinan
(Desianto, 2010).
Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan peranan yang cukup besar
dalam perekonomian secara keseluruhan. Akhir-akhir ini telah timbul kesadaran
bahwa pertanian yang terintegrasi dalam suatu sistem agribisnis merupakan salah
satu sektor tangguh yang mampu bertahan dalam kondisi kritis. Pertanian juga
merupakan sumber mata pencaharian utama penduduk, sehingga sektor pertanian
dapat dijadikan motor penggerak untuk meningkatkan pendapatan masyarakat,
menciptakan kesempatan kerja dan berusaha (Mardikanto, 2009).
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan
hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas
tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini
baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan
mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu
semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat
Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen.
Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka
banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai
wilayah Indonesia. Ayam telah dikembangkan sangat pesat disetiap negara. Di
Indonesia usaha ternak ayam pedaging juga sudah dijumpai hampir di setiap
provinsi (Anonimous, 2011).
Beberapa pakar ekonomi menyatakan bahwa saat ini Indonesia sedang
mengalami “Revolusi Peternakan”, dimana dalam beberapa dasawarsa terakhir
terjadi lonjakan permintaan produk peternakan yang sangat tajam. Hal ini
diindikasikan salah satunya oleh meningkatnya jumlah populasi ayam ras yang
akibat beberapa faktor, antara lain peningkatan jumlah penduduk, peningkatan
pendapatan masyarakat, perbaikan tingkat pendidikan dan kesadaran gizi,
urbanisasi serta arus globalisasi yang menyebabkan terjadinya perubahan gaya
hidup dan pola konsumsi. Lonjakan permintaan produk peternakan unggas ini
merupakan peluang yang sangat baik untuk berkembangnya usaha dan industri
perunggasan di dalam negeri (Departemen Pertanian, 2005).
Industri perunggasan di Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan
perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi
usaha yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan produk dari produk-produk
unggas luar negeri. Produk unggas, yakni daging ayam dan telur, dapat menjadi
lebih murah sehingga dapat menjangkau lebih luas masyarakat di Indonesia.
Pembangunan industri perunggasan menghadapi tantangan yang cukup berat baik
secara global maupun lokal karena dinamika lingkungan strategis di dalam negeri.
Tantangan global ini mencakup kesiapan daya saing produk perunggasan,
utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan,
yang merupakan 60-70 persen dari biaya produksi karena sebagian besar masih
sangat tergantung dari impor (Departemen Pertanian, 2005).
Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi
apabila para pengelola usahataninya lebih terbuka sikapnya dan mampu
melaksanakan anjuran penggerak perubahan terdapat hal-hal yang baru.
Pengelolaan usahatani dimana saja dan kapan saja pada hakekatnya akan
dipengaruhi oleh perilaku usahatani yang melakukan usahatani. Perilaku orang
dari petani itu sendiri, tingkat kebudayaan bangsa dan masyarakatnya juga dari
kebijakan pemerintah (Van dan Hawkins, 1999).
Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera
Utara yang cukup di warnai nilai sejarah. Sektor peternakan merupakan salah satu
sektor dominan dalam perekonomian Kabupaten langkat. Kabupaten ini
merupakan salah satu daerah andalan Provinsi Sumatera Utara sebagai penghasil
Berikut ini tabel jumlah populasi dan banyaknya usaha ternak ayam ras
pedaging di Kabupaten Langkat.
Tabel 1. Jumlah Populasi Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Langkat Tahun 2010
No Kecamatan Populasi (ekor)
1 Bahorok -
Sumber : Biro Pusat Statistik, 2010
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa Kecamatan Sirapit merupakan salah satu
daerah penghasil daging cukup tinggi dengan menerapkan dan melaksanakan
paket teknologi peternakan ayam ras pedaging/ broiler. Untuk mengetahui
keberhasilan dari pelaksanaan sistem peternakan tersebut di Kecamatan Serapit
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian lataar belakang sebelumnya dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Paket teknologi ayam broiler apa saja yang diterapkan di daerah penelitian?
2. Bagaimana tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam broiler di
daerah penelitian?
3. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi peternak dalam pelaksanaan
system penerapan paket teknologi ayam broiler/ras pedaging di daerah
penelitian?
4. Upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi peternak dalam melaksanakan sistem penerapan paket teknologi
ayam broiler/ras pedaging di daerah penelitian ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui paket teknologi ayam broiler apa saja yang diterapkan
di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam
broiler/ ras pedaging di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi petani dalam
pelaksanaan sistem penerapan paket teknologi ayam broiler di daerah
4. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi petani dalam melaksanakan sistem
penerapan paket teknologi ayam broiler/ras pedaging di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Sebagai pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait terhadap
pengembangan tingkat adopsi peternak terhadap paket teknologi ayam
broiler.
2. Bahan masukan bagi pemerintah dan lembaga terkait lainnya dalam
pengambilan keputusan atau kebijakan yang berkaitan dengan usaha
peternakan ayam ras pedaging.
3. Bahan studi, referensi, dan perbandingan antara teori yang didapat
mahasiswa di bangku kuliah dengan praktek/penelitian di lapangan.
1.5 Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah, maka disusun hipotesis penelitian sebagai
berikut:
1. Tingkat keberhasilan penerapan paket teknologi ayam broiler di daerah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Budidaya Ayam Ras Pedaging
Budidaya ayam broiler merupakan salah satu budidaya yang utama di
Indonesia Karena merupakan kebutuhan pokok sebagian besar masyarakat
Indonesia. Berbagai cara dilakukan petani/peternak maupun penyuluh dalam hal
peningkatan produksi daging sekaligus untuk peningkatan kesejahteraan petani/
peternak itu sendiri, maka sangat diperlukan berbagai macam usaha untuk
meningkatkan produksi daging. Salah satu usaha tersebut adalah menerapkan
sistem paket teknologi pada ayam broiler yaitu dengan pengelolaan ayam broiler
sesuai dengan anjuran lembaga penelitian maupun penyuluh lapangan pertanian/
peternakan.
Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan jenis unggas yang arah
kemampuan utamanya adalah untuk menghasilkan daging dengan kecepatan
pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam waktu 5-6 minggu ayam broiler sudah
memiliki bobot tubuh hingga 2 kg. Ayam ini merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi terutama
dalam memproduksi daging.
Peternak ayam broiler harus mengusahakan agar ternaknya tetap hidup
dengan memenuhi segala kebutuhan hidup ternaknya. Makanan sebagai syarat
broiler yang terganggu bahkan kematian juga dapat terjadi apabila makanannya
tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisinya.
Lokasi untuk peternakan tidak berada di dalam kota atau di tepi kota.
Lokasi ini harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :
1. Lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
2. Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.
3. Lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh
keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan.
(Anonimous, 2010).
Dalam suatu usaha peternakan ayam broiler secara terpadu, kemampuan
peternak dalam berbisnis, pengelolaan dan pemahaman akan teknis beternak harus
seimbang dan selaras. Sehingga untuk menjadikan peternak sukses, peternak
harus memiliki tiga unsur yaitu teknis, produksi manajemen, dan pemasaran
(Rasyaf, 2004).
Tipe kandang ayam ras pedaging ada dua, yaitu bentuk panggung dan
tanpa panggung (litter). Tipe panggung memiliki lantai kandang lebih bersih
karena kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang sehingga
pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang lebih besar. Tipe litter
lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah
(Anonimous, 2008).
Keunggulan ayam broiler akan terbentuk bila didukung oleh
lingkungannya karena sifat genetis saja tidak menjamin keunggulan ayam.
Menurut Rasyaf (2004), hal-hal yang mendukung keunggulan ayam broiler adalah
1. Makanan
Pemberian makanan sebaiknya memperhatikan kualitas dan kuantitasnya.
Pertumbuhan yang sangat cepat tidak akan tampak bila tidak didukung dengan
ransum yang mengandung protein dan asam amino yang seimbang sesuai
kebutuhan ayam.
2. Temperatur lingkungan
Ayam broiler akan tumbuh optimal pada temperatur lingkungan 19°-21°c.
Ayam akan mengurangi beban panas dengan banyak minum dan tidak makan
karena temperatur lingkungan di Indonesia yang lebih panas, apalagi di daerah
pantai. Hal ini mengakibatkan sejumlah unsur nutrisi dan keperluan nutrisi
utama yang berasal dari makanan menjadi tidak masuk ke dalam tubuh ayam.
Temperatur ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap kemampuan ayam
broiler untuk bertahan hidup.
3. Pemeliharaan
Bibit yang baik membutuhkan pemeliharaan yang baik pula. Ayam
memerlukan perawatan dan makanan yang baik. Perawatan ini termasuk
vaksinasi yang baik dan benar. Jika vaksinasinya tidak benar maka akan timbul
penyakit yang akan mengakibatkan kematian.
4. Pemilihan DOC (Day Old Chicken)
DOC adalah anak ayam umur sehari yang akan dibesarkan dan dipelihara
menjadi ayam ras pedaging. Dalam memilih bibit DOC yang baik ada beberapa
pedoman yang harus diperhatikan yakni:
b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya.
c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
d. Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik.
e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f. Tidak ada letakan tinja diduburnya.
5. Hama dan Penyakit
5.1 Hama (Tungau/ Kutuan)
Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan
bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.
Pengendalian: (1) sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan
ayam yang sakit dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin
dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan
dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan
dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau
pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine
sulfat atau Black leaf 40.
5.2 Penyakit
5.2.1 Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi,
bulu kusam menggigil kedinginan. Pengendalian: (1) menjaga kebersihan
lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule
diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum
5.2.2 Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok,
lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang
spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu
dan lumpuh. Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan
yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera
dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal
peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi
NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh
ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi yang paling penting
dilakukan adalah vaksinasi ND/tetelo. Vaksinasi ini terbagi 2 yakni vaksin ND
strain B1 dan vaksin ND Lasotta. Vaksin ND strain B1 dilaksanakan pada umur 4
hari dengan metode tetes mata dan vaksin ND Lasotta dilaksanakan pada umur 21
hari melalui suntikan atau air minum (Anonimous, 2008).
2.1.2 Penerapan Teknologi Ayam Broiler
Untuk meningkatkan produksi daging dalam rangka pencapaian
swasembada daging, diperlukan upaya terobosan rekayasa teknologi, sosial,
ekonomi dan kelembagaan yang dapat diterapkan dalam waktu segera. Salah
satunya adalah peningkatan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan
penerapan ayam broiler. Beberapa komponen teknologi budidaya ayam broiler
1. Penerapan Komponen Teknologi Dasar - Penyiapan Sarana dan Peralatan 1) Perkandangan
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi:
persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar
antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang
ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan
arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam,
untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box,
untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box
yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal ataupun
kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang
mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama
2) Peralatan
- Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor
dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi
10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit
kapur dan pasir secukupnya, atau hasil serutan kayu dengan panjang antara 3–5
cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
- Indukan atau brooder
Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan 1-3 m
dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang
- Tempat bertengger (bila perlu)
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan
diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat
tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat
bertelur.
- Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu,
almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk
tempat grit dengan kotak khusus.
- Alat-alat rutin
Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi,
pisau potong operasi kecil, dan lain-lain.
- Pembibitan
Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya
- pertumbuhan dan perkembangannya normal
- ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya.
- tidak ada lekatan tinja di duburnya
1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old
Chicken)/ayam umur sehari:
- Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
- Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya
- Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik
- Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram
- Tidak ada letakan tinja diduburnya
2) Perawatan Bibit dan Calon Induk
Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi
perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas
Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di daerah yang
bersangkutan.
- Pemeliharaan
1) Pemberian Pakan dan Minuman
Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter
(umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak
2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME
2800-3500 Kcal. Kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat)
golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu
kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari)
66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu
b. Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%;
lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan
energi (ME) 2900-3400 Kcal.
Kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu:
minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut
37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146
gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi
total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam
2 (dua) fase yaitu:
a. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada
masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu
ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5
liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah
air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6
liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi
tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula
yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu
yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43
dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57
hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
2) Pemeliharaan Kandang
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan
usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang
ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak
dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup.
Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang
perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek
apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali.
Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi
persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara (Anonimous, 2008).
2. Penerapan Komponen Teknologi Pilihan Pembuatan Bahan Organik
1) Pupuk Kompos
Bahan-bahan : Jerami, dedak, dedaunan dan bahan organik lainnya.
Cara Membuat :
Bahan Organik disusun berlapis-lapis. Lapisan berturut-turut dari bawah
adalah: jerami, kotortan hewan, dedaunan dan dedak. Setiap lapisan disiram
dengan MOL. Ketebalan masing-masing lapisan 10 s/d 15 Cm. Tumpukan
Bahan Organik ini ditutup dengan plastik. Pengadukan dilakukan setiap 10
hari. Untuk mempercepat pengomposan ditambahkan starter. Ciri-ciri kompos
2) Bokashi Pakan Ternak Dari Kotoran Hewan
Manfaat: Untuk pakan ternak ayam, itik, babi. Dapat menekan biaya pakan
ternak lebih dari 30%.
Syarat : Kotoran ayam, kambing, sapi dalam keadaan kering.
- Formula A: Bahan:
1. Kotoran ayam, 2 bagian
2. Kotoran kambing, 1 bagian
3. EM4 (10 ml)
4. Dedak secukupnya Gula pasir 2 sendok makan atau molases/ tetes tebu
10 ml
5. Air secukupnya
6. Kadar air 30%
7. Tanah subur yang bersih 1 genggam.
- Formula B:
Bahan : 10 bagian sebagaimana Formula A ditambah dengan dedak 5
bagain, konsentrat 2 bagian dan jagung 2 bagian.
Cara Pembuatan : Formula A dan Formula B dicampur menjadi satu
kemudian dapat langsung digunakan sebagai pakan ternak.
Cara Penggunaan Bokashi Pakan Ternak dan Pakan Ternak Tambahan:
1. Untuk ayam petelur diberikan setelah ayam berumur 3 bulan
2. Pemberian larutan EM4 dapat dilakukan setiap hari pada air minum ternak
dengan konsentrasi 0,5 s/d 1 ml setiap 1 liter air minum ternak
Awal masa produksi atau hari pertama produksi merupakan masa awal
DOC mulai dipelihara di kandang. Produksi DOC setelah berumur tujuh hari
kemudian disebut satu minggu produksi. Apabila minggu produksi itu
berlangsung hingga kurun waktu 5 atau 6 kali minggu produksi atau kurang lebih
35 hingga 42 hari maka masa tersebut dinamakan masa produksi. Pada masa ini
ayam sudah siap dijual karena ayam sudah mencapai bobot tubuh yang ideal
untuk dipanen. Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan masa produksi yang baru.
Antara satu masa produksi dengan satu masa produksi berikutnya dilakukan
pengosongan kandang selama dua minggu. Pengosongan ini bertujuan untuk
memutuskan siklus penyakit produksi sebelumnya ke masa produksi berikutnya
(Rasyaf, 1995).
Kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan sehingga energi yang
diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan. Kepadatan kandang yang
ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2. Suhu kandang
akan cepat meningkat terutama pada siang hari jika kepadatan kandang melebihi
angka tersebut. Hal ini akan berdampak pada konsumsi pakan ternak yang
menurun karena ayam semakin banyak minum, kemudian ayam menjadi stress
sehingga pertumbuhannya terhambat dan mudah terserang penyakit (Anonimous,
2008).
Peternakan unggas tidak memerlukan tenaga kerja yang terlalu banyak.
Hal ini disebabkan oleh sifat kerja di peternakan unggas ini yang periodik dengan
frekuensi yang tetap dan monoton. Satu orang tenaga kerja mampu menangani
kerja yang berpengalaman kerja di peternakan mampu menangani ayam
2500-3000 ekor (Rasyaf, 1995).
Menurut Yunus (2009) persoalan biaya merupakan aspek yang paling
penting dalam suatu perencanaan produksi untuk dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan tentang biaya yang akan dikeluarkan. Berbagai biaya
variabel dalam penelitian ini adalah: biaya bibit ayam (DOC), pakan, vaksin, obat
dan vitamin, tenaga kerja, listrik, dan bahan bakar. Biaya pakan merupakan biaya
terbesar dari total biaya usaha. Biaya ini mencapai hingga 70% dari total biaya.
Yang termasuk biaya tetap adalah pajak serta penyusutan kandang dan peralatan.
Biaya tetap ini memiliki persentase yang kecil dari total biaya produksi.
2.2 Landasan teori 2.2.1 Evaluasi
Evaluasi adalah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang
relevan tentang sejauh mana tujuan program penyuluhan di suatu wilayah dapat
dicapai sehingga dapat ditarik kesimpulan dan digunakan untuk mengambil
keputusan. Evaluasi merupakan proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral,
positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu
dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai
atau manfaatnya (Alwi,
Cakupan kegiatan evaluasi yaitu antara lain; (1) pengamatan dan
pengumpulan serta analisa data atau fakta tentang keadan, peristiwa, gejala alam
membandingkan hasil pengamatan dengan pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki, (4) pengambilan keputusan.
Jenis-Jenis evaluasi antara lain; (1) evaluasi awal (Pre Evaluation)
dimaksudkan sebagai alat analisis guna memperbaiki rencana kegiatan. (2)
evaluasi proses atau pelaksanaan (On Going Evaluation) dilaksanakan pada saat
kegiatan dilaksanakan. (3) evaluasi akhir (Post Evaluation) digunakan untuk
mengetahui pencapaian hasil secara keseluruhan sesuai yang direncanakan
hubungannnya dengan efisiensi dan efektivitas. (4) evaluasi dampak (Expost
Evaluation) dilakukan setelah kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan cara
analisis yang mendalam sehingga diperoleh umpan balik.
Adapun prinsip–prinsip evaluasi adalah evaluasi harus berdasarkan fakta,
evaluasi merupakan bagian integral dari proses kegiatan evaluasi dilakukan dalam
hubungannya dengan tujuan dari program, menggunakan alat ukur yang berbeda
untuk tujuan yang berbeda, evaluasi dilakukan terhadap metode penyuluhan yang
digunakan, dilakukan terhadap hasil-hasil kuantitatif maupun kualitatif dan
evaluasi harus dijiwai oleh prinsip mencari kebenaran (Tayibnapis, 2008).
2.2.2 Penyuluhan Pertanian
Pengajaran dibidang penyuluhan merupakan suatu proses yang dirancang
untuk membantu petani di dalam mengembangkan dirinya agar dapat atau mampu
mencapai tujuan yang diinginkanya. Dengan demikian hal ini yang sangat penting
pada waktu menyelenggarakan kegiatan penyuluhan adalah menumbuh semua
belajar yang menyenangkan dan menumbuhkan pengalaman yang baru, berupa
mereka guna memecahkan masalah yang dihadapi di lapangan maupun di rumah
tangganya (Suhardiyono, 1992).
Kegiatan penyuluhan merupakan salah satu cara untuk
mengkomunikasikan berbagai informasi dan teknologi baru kepada masyarakat
dalam segala bidang, khususnya bidang pertanian. Penyuluhan pertanian
merupakan ujung tombak dalam pembangunan pertanian, karena melalui kegiatan
penyuluhan, segala informasi dan penemuan baru disampaikan kepada petani.
Bukan hanya sekedar menyampaikan, seorang penyuluh juga harus mampu
mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidup petani yang sifatnya tertutup
menjadi lebih terbuka dan akhirnya mau mengadopsi untuk digunakan dalam
kehidupan sehari-hari (Soekartawi, 1994).
Penyuluhan peternakan merupakan pendidikan non formal bagi petani
beserta keluarganya agar mereka mau dan mampu untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka. Sebagai pendidikan non formal, pendidikan bagi
masyarakat pedesaan karena terbatasnya pendidikan formal yang ada pada waktu
yang sama dapat meningkatkan produktifitas serta kualitas usahatani dalam
meningkatkan standart hidup mereka (Suhardiyono, 1992).
2.2.3 Tingkat adopsi petani/ peternak terhadap paket Teknologi
Proses Adopsi merupakan perubahan kelakuan yang terjadi dalam diri
petani malalui penyuluhan biasanya berjalan lambat. Hal ini disebabkan karena
dalam penyuluhan hal hal yang disampaikan sebelum dapat diterima dan diaopsi,
memerlukan keyakinan dalam diri petani bahwa hal hal baru ini akan berguna.
Bila dalam diri petani telah timbul keyakinan akan manfaat dari teknologi baru
Menurut Junaidi (2007), adopsi inovasi mengandung pengertian yang
kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi
sebenarnya adalah menyangkut proses pengambilan keputusan, dimana dalam
proses ini banyak faktor yang mempengaruhinya. Adopsi inovasi merupakan
proses berdasarkan dimensi waktu. Dalam penyuluhan pertanian, banyak
kenyataan petani biasanya tidak menerima begitu saja, tetapi untuk sampai
tahapan mereka mau menerima ide ide tersebut diperlukan waktu yang relatif
lama.
Perubahan perilaku yang diusahakan melalui penyuluhan pertanian pada
diri petani pada umumnya berjalan dengan lambat, hal ini disebabkan tingkat
pengetahuan yang rendah dan penyuluhan hal hal yang disampaikan hanya akan
diterima dan dipraktekan (diterapkan, diadopsi) setelah para petani mendapat
gambaran nyata atau keyakinan bahwa hal hal baru yang diterima penyuluhan
akan berguna, memberikan keuntungan, peningkatan hasil bila dipraktekan atau
tidak menimbulkan kerugian terhadap apa yang sedang dilakukan. Petani yang
mengikuti penyuluhan harus mendapat keyakinan terlebih dahulu akan manfaat
dari teknologi atau hal hal yang baru. Selanjutnya mereka selain akan aktif
mengikuti penyuluhan penyuluhan berikutnya juga mangajak petani sesama
lainya, sehingga adopsi (penerapan) teknologi atau hal hal baru akan meluas dan
berkembang (Kartasapoetra, 1993).
Tingkat adopsi dipengaruhi oleh petani/peternak tentang ciri ciri inovasi
dan perubahan yang di kehendaki oleh inovasi di dalam pengelolaan pertanian
dari keluarga petani. Inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena :
2. Kompatibilitas/ keselarasan dengan nilai, pengalaman dan kebutuhan
3. Tidak rumit
4. Dapat dicoba
5. Dapat diamati
Pada dasarnya proses adopsi pasti melalui tahap–tahapan sebelum
masyarakat mau menerima dan menerapkan dengan keyakinanya sendiri,
meskipun selang waktu antar tahapan satu dengan yang lainya itu tidak selalu
sama. Tahap-tahap proses adopsi sebagai berikut :
1. Minat, yaitu tumbunya mianat yang sering kali ditandai oleh keinginanya
untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak/jauh tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
2. Penilaian (Evaluation), yaitu penilaian terhadap baik / buruk atau manfaat
inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada
penilaian ini, masyarakat sasarannya tidak hanya melakukan penilaian
terhadap aspek teknisnya saja tetapi juga aspek ekonomi, maupun aspek –
aspek sosial budayanya.
3. Mencoba (trial), mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan
penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.
4. Adopsi (adoption), yaitu menerima atau menerapkan dengan penuh
keyakinanya berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah
dilakukan/diamatinya sendiri
(Mardikanto, 2009).
Dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan
penggunaan teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju.
Perubahan mengatakan ala biasa karena biasa, ini betul tetapi apakah petani itu
cukup hanya mengetahui saja tanpa sekaligus mengerti dan menghayati segala apa
yang dilakukanya (Slamet, 2003).
Rasyaf (2004) menjelaskan bahwa dalam suatu usaha peternakan ayam
broiler secara terpadu, kemampuan peternak dalam berbisnis, pengelolaan dan
pemahaman akan teknis beternak harus seimbang dan selaras. Sehingga untuk
menjadikan peternak sukses, peternak harus memiliki tiga unsur yaitu teknis
produksi, manajemen, dan pemasaran.
2.3 Kerangka Pemikiran
Penyuluhan peternakan dilaksanakan untuk menambah wawasan para
peternak dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat memenuhi keinginan
mereka. Jadi penyuluhan pertanian/peternakan tujuannya adalah perubahan,
keterampilan dan pengetahuan sehingga mereka dapat memperbaiki cara
beternaknya, lebih beruntung usaha ternaknya dan lebih layak hidupnya, atau
yang sering dikatakan keluarga tani/ternak maju. Bila keluarga tani/ternak itu
maju, maka kaum taninya juga akan dinamis, yaitu penuh responsif terhadap
hal-hal yang baru.
Paket teknologi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil ternak
dan efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya
alam secara bijak. Komponen teknologi yang dapat di terapkan dalam
pengembangan penerapan paket teknologi ayam broiler diantaranya yaitu :
1. Paket komponen teknologi dasar: penyiapan sarana dan peralatan,
2. Penerapan komponen teknologi pilihan : pembuatan bahan organik.
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan sistem paket teknologi ayam
broiler ini maka perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud dalam
penelitian adalah melihat apakah tingkat penerapan paket teknologi ayam broiler
tinggi, sedang atau rendah serta melakukan pengamatan kepada peternak apakah
semua paket teknologi ayam broiler yang diterapkan peternak sepenuhnya. Untuk
mengetahui Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi peternak dalam melaksanakan penerapan paket teknologi ayam broiler di
daerah penelitian. Dengan demikian, kegiatan ini merupakan proses untuk
memperbaiki dan memyempurnakan efektifitas yang sedang berjalan. Untuk itu
perlu dilakukan penelitian secara ilmiah. Berdasarkan penjelasan maka dapat
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan Gambar :
: Menyatakan Hubungan Penyuluh
Peternak Ayam Broiler
Paket Teknologi Ayam Broiler
1. Paket komponen teknologi dasar:
- Penyiapan sarana dan peralatan
- Pembibitan - Pemeliharaan
2. Penerapan komponen pilihan: - Pembuatan bahan organik
Penerapan Paket Teknologi Ayam Broiler
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu berdasarkan
pertimbangan tertentu yang direncanakan dengan tujuan penelitian (Singarimbun
dan Sofian Efendi, 1995).
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Amandamai Kecamatan Sirapit
Kabupaten Langkat dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sirapit salah satu
sentra ayam ras pedaging/broiler yang memiliki peternakan ayam ras
pedaging/broiler yang tinggi dalam mengembangkan serta meningkatkan produksi
daging ayam broiler di wilayah tersebut. Dan alasan memilih Desa Amandamai
karena desa ini merupakan salah satu Desa yang sedang melaksanakan teknologi
penerapan ayam broiler pada pembudidayaan ayam broiler.
3.2. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah peternak ayam broiler yang memiliki
jumlah ternak antara 1500-8000 ekor yaitu sebanyak 21 peternak. Metode
pengambilan sampel diambil secara quota sampling dimana sampel ditarik 50%
dari 21 populasi yang ada sehingga jumlah sampel adalah 11 sampel. Jumlah
tersebut diambil peneliti dikarenakan kesulitan dalam menemui semua populasi.
Sampel tersebut terbagi dalam dua strata sesuai kuota yang diinginkan peneliti
dan strata disusun berdasarkan jumlah ternak dan jumlah sampel sehingga
berbagai subgrup dalam populasi dapat terwakili (Kuncoro, 2009).
Tabel 2. Jumlah Sampel per Strata dalam Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Serapit, Kabupaten Langkat, Tahun 2011
Strata Populasi
(KK)
Jumlah Sampel ( KK )
I ( ≥ 2000 ) II ( < 2000 )
15 6
8 3
Jumlah 21 11
Sumber : Penyuluh pertanian lapangan, 2012
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
skunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui survey lapangan dengan
wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner)
yang dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data skunder merupakan data pelengkap
yang diperoleh dari Dinas Pertanian, BPTP, dan lembaga terkait serta literatur
yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk identifikasi masalah 1 yaitu paket teknologi apa saja yang
diterapkan dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan teknologi apa saja dan
bagaimana cara pelaksanaan dalam penerapan paket teknologi di daerah
penelitian.
Untuk menganalisis hipotesis yaitu bagaimana tingkat keberhasilan
penerapan teknologi ayam broiler di Desa Amandamai dianalisis secara deskriptif
yaitu dengan melihat besarnya jumlah dari skoring. Penilaian skoring paket
teknologi ayam broiler terhadap usahaternak ayam broiler di Desa Amandamai,
Tabel 3. Penilaian Skoring Paket Teknologi Ayam Broiler Terhadap Usahaternak Ayam Broiler di Daerah Penelitian
Paket Teknologi Parameter Skor
A.Komponen Teknologi Dasar
- Penyiapan sarana dan peralatan: 1. Perkandangan
-Temperature 32-35°c
-kelembapan 60-70%
-letak kandang mendapat sinar matahari pagi dan
tidak melawan arah angin
-model kandang disesuaikan dengan umur ayam
- Menerapkan semua ketentuan pembuatan kandang
- Menerapkan 2-3 ketentuan pembuatan kandang
- Hanya menerapkan 1 atau tidak sama sekali ketentuan pembuatan kandang.
3
2
1
2. Peralatan
Alas lantai (litter) dalam keadaan kering, tebal litter 10cm, bahan litter dari campuran sekam sedikit kapur dan pasir.
- Menyediakan semua peralatan
- Menyediakan 2 peralatan untuk kandang
- Menyediakan 1 atau tidak sam sekali peralatan di kandang.
3
2
1
- Pembibitan:
3. Pemilihan bibit dan Calon Induk
- anak ayam berasal dari induk yang sehat
- bulu tampak halus dan penuh - tidak cacat
- nafsu makan baik - ukuran badan normal
(35-40 gram)
- tidak ada letakan tinja diduburnya
- Mengikuti semua ketentuan pemilihan bibit dan induk - Mengikuti 3-5 ketentuan
pemilihan bibit dan induk - Hanya mengikuti 1-2 atau tidak sam sekali ketentuan pemilihan bibit dan induk
3
2
1
4. Perawatan Bibit dan Calon Induk
- dilakukan setiap saat/ setiap hari
- bila ada gejala kelainan pada ayam diberikan pengobatan sesuai petunjuk
- pemberian vaksin dengan
merek dan dosis yang sesuai.
- Melakukan semua ketentuan perawatan
- Melakukan 2 ketentuan perawatan bibit 2 induk - Hanya melakukan 1 atau
tidak sama sekali perawatan terhadap bibit dan induk
3
2
- Pemeliharaan: 5. Pemberian pakan
Fase starter:
- kandungan gizi pakan terdiri dari protein 22-24% ,
lemak 2,5%, serat kasar 4%, kalsium 1%, phosphor.
- kuantitas pakan umur (1- 7 hari)17 gram/ekor.
- umur (8-14 hari) 43 gram/ekor - umur(15-21hari) 60 gram/ekor - umur(22-24 hari)
91 gram/ekor.
Fase finisher:
- kandungan gizi terdiri dari protein 18-21%, lemak 2,5%,
-Menerapkan 3-4 ketentuan pemberian pakan
-Menerapkan 2 ketentuan pemberian pakan
-Menerapkan 1 atau tidak sama sekali ketentuan pemberian pakan.
3
2
6. Pemberian Minum stress. Untuk gula 50 gram/liter
air.
-Menerapkan semua
ketentuan dalam penberian minum ayam.
-Menerapkan 2 ketentuan dalam pemberian minum ayam.
-Hanya menerapkan 1 atau tidak sama sekali ketentuan pemberian minum ayam broiler
3
2
1
B. Komponen Teknologi pilihan
- Pembuatan Bokhasi pakan ternak dari kotoran.
- Pembuatan dan pemberian Bokhasi pakan ternak dari kotoran hewan.
- Pembuatan dan pemberian formula A sesuai anjuran.
- Pembuatan dan pemberian pakanformula B sesuai anjuran. - Formula A dan B dicampur. - Untuk ayam petelur diberikan
setelah berumur 3 bulan.
-Menerapkan 3-4 teknologi pembuatan dan pemberian bokhasi pakan ternak. -Menerapkan 2 teknologi
pembuatan dan pemberian Bokhasi pakan ternak -Menerapkan hanya 1 atau
tidak sama sekali teknologi pembuatan dan pemberian bokhasi pakan.
3
2
1
Sumber : Penyuluh pertanian lapangan, 2012
Penilaian skoring paket teknologi ayam broiler di desa Amandamai, Kecamatan
Sirapit, Kabupaten Langkat dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
1. Mengikuti semua teknologi sesuai dengan anjuran penerapan, skor 3
3. Melakukan perlakuan teknologi tertentu tidak sesuai anjuran penerapan,
skor 1
Tingkat penerapan teknologi ayam broiler di Desa Amandamai dapat
diukur dengan kriteria diatas, maka skor tingkat penerapannya berada antara skor
7- 21 dengan range 5, sehingga dapat ditentukan kategori tingkat penerapan
peternak ayam broiler terhadap paket teknologi ayam broiler desa Amandamai,
Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat berdasarkan skor, sebagai berikut :
7– 12 adalah rendah.
13-17 adalah sedang.
18-21 adalah tinggi.
Untuk identifikasi masalah 3 dan 4 yaitu masalah masalah yang di hadapi
peternak dalam menerapkan paket teknologi ayam broiler dan upaya yang
dilakukan untuk mengatasi masalah dalam menerapkan paket teknologi ayam
broiler dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan
menjelaskan masalah – masalah dan upaya yang dilakukan di daerah penelitian.
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran maka beberapa
defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1 Definisi
1. Sistem usaha peternakan adalah suatu cara untuk memadukan faktor – faktor
produksi untuk memperoleh hasil produksi.
2. Penerapan paket teknologi adalah salah satu jenis teknologi pada budidaya
3. Sampel adalah peternak ayam broiler yang mengikuti paket teknologi ayam
broiler.
4. Paket teknologi ayam broiler adalah suatu teknologi baru yang sudah
diterapkan petani secara sadar dan tanpa paksaan/seluruh lagi pada usaha
ternak ayam broiler.
5. Tingkat adopsi/ penerapan adalah tingkat skor petani mengalikasikan
teknologi budidaya yang diterima dalam usaha ternaknya dengan ukuran
tinggi, sedang dan rendah.
6. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai dampak dari kegiatan dalam
kaitannya dengan pencapaian tujuannya.
7. Masalah adalah faktor faktor yang dapat menghalangi atau mengurangi
kelancaran dalam proses adopsi/ penerapan teknologi ayam broiler di daerah
penelitian
8. Upaya adalah usaha yang dilakukan guna mengatasi permasalahan yang ada
dalam proses adopsi/ penerapan teknologi ayam broiler di daerah penelitian.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Desa Amandamai Kecamatan Sirapit Kabupaten
Langkat.
2. Waktu penelitian adalah 2012.
3. Sampel adalah peternak ayam ras pedaging yang menggunakan paket
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Letak Wilayah
Desa Amandamai merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Sirapit, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara dan memiliki luas daerah
588 ha. Secara administratif Desa Amandamai memiliki batas-batas wilayah
sebagai berikut :
- Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan bahorok
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Selesai dan Kecamatan Wampu
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Salapian dan Kecamatan
Kuala
Terletak pada posisi 3,31º – 3,36º LU dan 98,35º- 98,50º BT .
Wilayah Kecamatan Sirapit Kabupaten Langkat yang meliputi 10 desa yaitu:
- Desa Gunung Tinggi
- Desa Tj.Keriahan
- Desa Amandamai
- Desa Siderejo
- Desa Sirapit
- Desa Sumber Jaya
- Desa Sebertung
- Desa Perkebunan Amal Tani
- Desa Pulau semikat
Pusat Pemerintahan Kecamatan Sirapit terletak di desa Siderejo dengan
jarak tempuh ke ibukota Kabupaten Langkat ± 47 km.
4.2 Tinggi Tempat dan Keadaan Topografi Wilayah
Kecamatan Sirapit berada pada ketinggian ± (100-110) meter dari
permukaan laut . keadaan topografinya secara umum meliputi 60% lahan datar
dan 40% lahan berelombang sampai berbukit-bukit.
Lahan datar umumnya merupakan areal perkebunan baik swasta maupun
rakyat, areal persawahan, perladangan dan pemukiman penduduk. Sedangkan
lahan gelombang sampai berbukit cenderung didominasi oleh tanaman
perkebunan kelapa sawit, kakao dan karet serta tanaman keras lainnya.
4.3 Data Penduduk
Jumlah penduduk tahun 2011 sebanyak 18096 jiwa terdiri dari 8972 jiwa
laki-laki dan 9124 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga 3986 KK
dengan rincian sebagai berikut :
a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin , Rumah Tangga , KK, Masing-Masing Desa Tahun 2011.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Rumah Tangga dan KK Masing-Masing Desa Tahun 2011.
No Desa Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah KK Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Gunung Tinggi 1029 1074 2103 360
2 Tj.keriahan 888 922 1810 360
3 Amandamai 1358 1409 2767 730
4 Siderejo 686 720 1406 426
5 Sirapit 1132 1163 2295 430
6 Sumberjaya 1173 1121 2294 435
7 Sebertung 889 920 1809 460
8 Perk.Amal tani 982 950 1932 440 9 Pulau Semikat 602 588 1190 209
10 Sukapulung 233 257 490 150
Sumber : BPP dan profil desa dalam Kecamatan Sirapit
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki di desa
Amandamai adalah 1.358 orang dan perempuan sebanyak 1.409 orang dengan
jumlah penduduk sebesar 2.767 orang. Penduduk terbanyak berdasarkan jenis
kelamin di desa Amandamai adalah perempuan sebanyak 1.409 orang laki-laki
sebanyak 1.358 orang dengan jumlah keseluruhan kepala keluarga/ KK adalah
730 KK.
b.Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Dan Kepercayaan Yang Dianut.
Tabel 5. Jumlah penduduk berdasarkan agama dan keyakinan yang dianut.
No Desa Islam (org) Kristen (org) Khatolik (org) Hindu (org) Budha (org) Jumlah (org)
1 Gunung Tinggi 1970 108 17 - 10 2767 2 Tj.Keriahan 1448 308 44 - 12 1810
3 Amandamai 2213 258 286 - 10 2767
4 Siderejo 1353 53 - - - 1406
5 Sirapit 1874 365 48 - 8 2295
6 Sumberjaya 1980 281 19 - 14 2294 7 Sebertung 1947 242 - 7 13 1809 8 Perk.Amal Tani 1645 218 58 - 11 1932 9 Pulau semikat 1012 119 69 - - 1190
10 Sukapulung 392 90 8 - - 490
Jumlah 15434 2040 539 7 76 18096
%tase 85,29% 11,27% 2,98% 0,04% 0,42 100%
Sumber: BPP dan profil desa kecamatan Sirapit
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa agama yang dianut oleh penduduk di desa
Amandamai adalah agama Islam, Protestan, Khatolik, dan Budha. Jumlah
penduduk berdasarkan penganut agama yaitu penganut agama Islam sebanyak
2.213 orang atau sebesar 85,29%, penganut agama Protestan sebanyak 258 jiwa
atau sebesar 11,27%, penganut agama khatolik 286 orang atau sebesar 2,98%. Di
tersebut, hal ini menunjukkan penduduk desa Amandamai mayoritas adalah
penganut agama Islam.
c. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku-Bangsa.
Tabel 6. Jumlah penduduk berdasarkan suku-bangsa tahun 2011
Sumber: BPP dan profil desa kecamatan sirapit
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan suku
bangsa yang ada di desa Amandamai adalah suku Jawa, Karo, Melayu, Batak,
Padang, Tamil/india. Suku Jawa sebanyak 2.628 orang, suku Karo sebanyak 83
orang, suku Melayu sebanyak 36 orang, suku Batak sebanyak 2 orang, suku
padang sebanyak 12 orang, dan suku Kalimantan sebanyak 6 orang. Berdasarkan
jumlah keseluruhan jumlah penduduk tersebut menunjukkan bahwa penduduk
d.Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pencaharian Tahun 2011
Sumber: BPP dan Profil Desa Kecamatan Sirapit
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk bermata pencaharian
sebagai petani sebanyak 437 orang, penduduk bermata pencaharian sebagai buruh
352 orang, penduduk bermata pencaharian sebagai pedagang 124 orang,
penduduk bermata pencaharian sebagai PNS sebanyak 10 orang, penduduk
bermata pencaharian TNI/POLRI sebanyak 8 orang, jasa sebanyak 130 orang, dan
sebanyak 17 orang memiliki mata pencaharian yang lain. Berdasarkan jumlah
tersebut, penduduk di desa Amandamai adalah sebagian besar bermata
4.4 Kelembagaan Ekonomi
Tabel 8. Jumlah Kelembagaan Ekonomi Yang Mendukung Usahatani/ Peternakan
No Jenis Kelembagaan
Ekonomi Jumlah Lokasi/ Desa
Bidang Kegiatan/
b.Koperasi Tani (Koptan) c.Koperasi Non KUD
lainnya di masyarakat 1
Sumber: BPP dan profil desa kecamatan sirapit
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah kelembagaan ekonomi yang ada di
desa Amandamai adalah satu jenis kelembagaan ekonomi yang bergerak dalam
bidang usaha/kegiatan pembelian gabah dari petani.
4.5 Sarana Penunjang Usahatani / Peternakan
Tabel 9. Jenis dan Jumlah Sarana Penunjang Usahatani/ Peternakan
No Jenis dan Jumlah Sarana Lokasi/Desa Jumlah Peran/Fungsi dalam Usahatani/peternakan
1 Kios Sarana Produksi Pertanian / Peternakan
Gunung Tinggi Amandamai
2 1
Pengadaan pupuk / pakan / obat-obatan
2 RMU / Kilang Padi
Dari tabel 9 dapat dilihat jenis dan jumlah sarana penunjang
usahatani/peternakan di desa Amandamai memiliki satu Kios Sarana Produksi
Pertanian/Peternakan yang berperan dalam pengadaan pupuk, pakan dan
obat-obatan serta memiliki 1 unit RMU/kilang padi yang berperan fungsi dalam
penyimpanan, penggilingan gabah maupun tempat penghasil dedak.
4.6 Tingkat Penerapan Teknologi
Tabel 10. Tingkat Penerapan Teknologi (Intensifikasi) Usaha Peternakan Desa Amandamai Tahun 2011
No
Jenis Ternak
TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI (INTENSIFIKASI) Bibit
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa penerapan paket teknologi bibit ternak ayam
broiler di daerah penelitian mencapai 90%, tata laksana kandang mencapai 75%,
pengaturan pakan 80 %, perawatan kesehatan ternak 75 %, penanganan
reproduksi ternak 0 %, perawatan ternak 80 %, panen dan pasca panen 80 % dan
rata-rata yang diperoleh dari keseluruhan penerapan teknis budidaya adalah
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Paket Teknologi Ayam Broiler1. Teknologi perkandangan - Secara Umum
Teknologi perkandangan ayam broiler yang digunakan pada umumnya
yaitu dibuat dengan model rumah gudang, yaitu kotak persegi empat dengan atap
dua sisi menyamping, dan lantai yang rendah terutama karena mempergunakan
sistem alas litter. Namun, beberapa kandang ayam broiler model terbaru dibuat
dengan konsep seperti rumah panggung, dengan menerapkan sistem lantai
renggang atau alas berlubang, di mana jarak terendah lantai dari tanah sekitar
100-170 cm. Dengan model panggung ini, maka kotoran ayam dan sisa pakan maupun
air minum yang tumpah akan langsung turun ke bawah lantai sehingga tidak
terlalu mengotori lantai dan mudah untuk dikumpulkan atau dibersihkan.
Untuk menyikapi terbatasnya lahan, ada juga peternak yang memakai
kandang baterai atau cage (sangkar), yakni kandang dengan bentuk kotak
memanjang dimana setiap ekor ayam dimasukkan dalam satu kandang kecil dan
masing-masing kandang sudah dilengkapi dengan tempat air minum dan pakan.
Hanya saja, sekalipun juga bisa dipakai untuk ayam pedaging, namun kandang
baterai ini memang lazim dipakai pada ayam petelur. Perbedaannya, kandang
baterai untuk ayam broiler tidak menyertakan tempat penadah telur dan lantainya
dibuat datar dengan sistem lantai jarang.
Kandang dibuat dari bahan yang kuat, tahan lama, namun tetap
memakai balok kayu seperti kayu gelugu (batang pohon kelapa). Untuk
penyangga atapnya dari bilah bambu atau lembaran kayu. Sedangkan untuk
dindingnya memakai anyaman bilah bambu atau kawat kasa. Untuk sekat-sekat
kandangnya bisa memakai bilah bambu, lembaran seng, atau lembaran triplek.
Atap kandang mempergunakan bahan-bahan yang tidak menhantarkan
panas seperti genting, rumbia, ataupun anyaman daun kelapa. Paling disarankan
adalah memakai atap dari genting karena tidak mudah bocor, tahan lama, daya
refleksi terhadap panas matahari cukup bagus, dan tidak menjadi sarang tikus
sebagaimana bila menggunakan atap dari daun kelapa. Namun, bila menggunakan
atap dari bahan yang bisa menghantarkan panas seperti seng, maka di bawahnya
dilapisi dengan bahan-bahan yang bisa menyerap panas seperti bambu atau kayu.
Atap ditata dengan kemiringan tertentu agar suhu kandang tidak terlalu
panas. Selain itu, bentuk atap dibuat ganda dengan lubang angin yang disebut
dengan sistem monitor dengan tujuan agar pertukaran udara di dalam kandang
lebih terjaga. Namun, bisa juga dengan memakai sistem atap tunggal dengan
lubang udara yang disebut sistem semimonitor.
Dinding kandang dibuat sistem semiterbuak agar pertukaran udara dalam
kandang bisa berjalan dengan baik sehingga bau kotoran atau pakan bis akeluar
atau berganti dengan udara segar. Bahan yang dipergunakan untuk dinding
kandang pada bagian bawah (dinding gedhek), sedangkan bagian atasnya dibuat
dari potongan bambu yang dibelah atau dihaluskan, atau dengan menggunakan
kawat ram. Bila menggunakan bilah bambu, jarak antara bilah satu dengan yang
lain kira-kira selebar dua jari orang dewasa atau 5-6 cm, yang dipasang dalam