• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Stressor Dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Stressor Dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran

Stressor

dan Koping Mahasiswa Pembelajaran

Kurikulum Berbasis Kompetensi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI

Yemima Dayfiventy 081101022

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat

dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara” untuk memenuhi

salah satu persyaratan mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Dedi

Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU dan Ibu Ibu Erniyati,

S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memotivasi, menuntun, dan

memberikan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku dosen penguji

I dan juga Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen penguji II yang

telah memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa-mahasiswa

angkatan 2010 dan 2011 Fakultas Keperawatan USU atas kerja sama dan

partisipasinya dalam penelitian sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta, Papa

Drs. Sastalel dan Mama Suwarta Ningsih, BSc yang senantiasa dengan penuh

(4)

untuk penulis. Terima kasih kepada Kakak Sanita Friska Sitepu, S.TP yang selalu

memotivasi yang menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan

kepada Adik Andreas Epenetus Sitepu untuk dukungan dan perhatiannya.

Terima kasih kepada teman-teman stambuk 2008, terkhusus teman-teman

praktikum Kelompok B atas kerjasamanya selama ini. Terima kasih juga kepada

sahabatku Dewi Sartika Panjaitan, Christine Handayani Siburian, Martia

Lindawaty Tondang, Juliana Pardede dan Ririn Sartika Dewi yang sudah berbagi

cerita, cinta, dan mengajarkan banyak hal selama ini.

Terima kasih kepada Yayasan Karya Salemba Empat atas bantuan dana

beasiswa yang diberikan kepada penulis selama dua tahun terakhir ini. Terima

kasih kepada teman-teman Paguyuban KSE USU, Dewi Resna, Franheit, Marina,

Angfier, Septa, Royandi dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang telah mengajarkan penulis banyak hal tentang tanggung jawab,

kepemimpinan, dan rasa cinta tanah air, serta mendukung penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu memberikan berkat dan

anugerah-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Penulis

berharap skripsi ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya

pendidikan keperawatan.

Medan, Juli 2012

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Skema ... vii

Daftar Tabel ... viii

Abstrak ... ix

Abstract ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang .... ... 1

2. Rumusan Masalah. ... 3

3. Pertanyaan Penelitian ... 3

4. Tujuan Penelitian ... 4

5. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Stres ... 5

1.1 Pengertian Stres ... 5

1.2 Faktor-Faktor Penyebab Stres ... 6

1.3 Faktor-Faktor Penyebab Stres Akademik ... 8

1.4 Tahapan Stres ... 10

1.5 Reaksi Stres ... 13

1.6 Dampak Stresor ... 14

2. Koping ... 15

2.1 Pengertian Koping ... 15

2.2 Respon Koping ... 15

2.3 Fungsi Koping ... 17

2.4 Mekanisme Koping ... 20

3. Kurikulum Berbasis Kompetensi ... 20

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian ... 23

2. Defenisi Operasional ... 24

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 25

2. Populasi dan Sampel ... 25

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4. Pertimbangan Etik ... 27

5. Instrumen Penelitian ... 27

6. Uji Validitas Instrumen ... 28

7. Rencana Pengumpulan Data ... 29

(6)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ... 31

1.1 Karakteristik Demografi ... 31

1.2 Distribusi Gambaran Stresor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU ... 32

1.3 Analisa Hasil Wawancara ... 34

1.3.1 Alasan Penyebab Stres pada Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU ... 34

1.3.2 Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU ... 36

1.3.3 Keefektifan Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU ... 37

2. Pembahasan ... 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 47

2. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN 1. Jadwal Penelitian ... 53

2. Lembar Bimbingan ... 54

3. Lembar Persetujuan responden ... 57

4. Instrumen Penelitian ... 58

5. Tabel Hasil Penelitian ... 61

6. Curriculum Vitae ... 65

(7)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Penelitian Gambaran Stresor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Fakultas

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Defenisi Operasional ... 24 Tabel 2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik

Responden ... 32 Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Stresor Mahasiswa Pembelajaran

KBK Fakultas Keperawatan USU ... 33 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Alasan Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK

Fakultas Keperawatan USU ... 34 Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Koping Mahasiswa Pembelajaran

KBK fakultas keperawatan USU ... 35 Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Keefektifan Fungsi Koping

(9)

Judul : Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Peneliti : Yemima Dayfiventy

NIM : 081101022

Jurusan : Keperawatan

Tahun : 2012

Abstrak

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara menerapkan sistem pembelajaran KBK pada mahasiswa pendidikan sarjana angkatan 2010 dan 2011 untuk meningkatkan kualitas lulusannya sesuai kompetensi praktik keperawatan. Tuntutan dan sistem pembelajaran KBK tersebut dapat menjadi stressor yang memicu timbulnya stres pada mahasiswa dan usaha aktif yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasinya disebut dengan koping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi Fakultas Keperawatan USU. Desain penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dengan menggunakan stratified random sampling. Besar sampel yang digunakan sebanyak 66 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner data demografi, kuesioner stressor mahasiswa dan pertanyaan terbuka mengenai koping yang digunakan mahasiswa. Pengumpulan data berlangsung pada bulan Mei sampai Juni 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa KBK mengalami stres saat mengikuti perkuliahan dan melakukan usaha tertentu untuk mengatasinya. Stressor yang dialami mahasiswa berasal dari lingkungan fisik, psikologis, dan psikososial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah stressor utama yang dikeluhakan mahasiswa KBK adalah terkait dengan mempersiapkan ujian blok (75,8%) dan fungsi koping yang digunakan adalah koping yang berfokus pada emosi yaitu escape avoidance

(59,1%). Instansi pendidikan keperawatan perlu mengadakan unit konseling untuk membantu mahasiswa yang bermasalah dalam pendidikan, membagi mahasiswa ke dalam dua kelas agar kelas tidak terlalu penuh, dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan di kelas.

(10)

Judul : Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Peneliti : Yemima Dayfiventy

NIM : 081101022

Jurusan : Keperawatan

Tahun : 2012

Abstrak

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara menerapkan sistem pembelajaran KBK pada mahasiswa pendidikan sarjana angkatan 2010 dan 2011 untuk meningkatkan kualitas lulusannya sesuai kompetensi praktik keperawatan. Tuntutan dan sistem pembelajaran KBK tersebut dapat menjadi stressor yang memicu timbulnya stres pada mahasiswa dan usaha aktif yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasinya disebut dengan koping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi Fakultas Keperawatan USU. Desain penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dengan menggunakan stratified random sampling. Besar sampel yang digunakan sebanyak 66 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner data demografi, kuesioner stressor mahasiswa dan pertanyaan terbuka mengenai koping yang digunakan mahasiswa. Pengumpulan data berlangsung pada bulan Mei sampai Juni 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa KBK mengalami stres saat mengikuti perkuliahan dan melakukan usaha tertentu untuk mengatasinya. Stressor yang dialami mahasiswa berasal dari lingkungan fisik, psikologis, dan psikososial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah stressor utama yang dikeluhakan mahasiswa KBK adalah terkait dengan mempersiapkan ujian blok (75,8%) dan fungsi koping yang digunakan adalah koping yang berfokus pada emosi yaitu escape avoidance

(59,1%). Instansi pendidikan keperawatan perlu mengadakan unit konseling untuk membantu mahasiswa yang bermasalah dalam pendidikan, membagi mahasiswa ke dalam dua kelas agar kelas tidak terlalu penuh, dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan di kelas.

(11)

Title : Stressor and Coping Description of College Student Learning Competency-Based Curriculum (CBC) Nursing Faculty University of North Sumatra

Name : Yemima Dayfiventy

NIM : 081101022

Faculty : Nursing

Year : 2012

Abstract

Nursing Faculty University of North Sumatera implement a learning system CBC on undergraduate education students in 2010 and 2011 force to improve the quality of graduates based on the competency of nursing practice. Requirements and learning system CBC could be a stressor that triggers stress occur on college students and the active efforts that conducted by college student called coping. The aim of this research was to obtain stressors and coping description of college student learning based curriculum Nursing Faculty University of North Sumatra. The research design was exploratory descriptiveby using stratified random sampling. The sample size is used as many as 66 people. Instrument of this research is demographic data questionnaire, college student questionnaires stressor and open-ended questions regarding coping used. Data collection was conducted from may until June 2012. Results showed that college students experience stress while attending CBC lectures and doing spesific effort to overcome. The conclusion of this research is a major stressor that complained by CBC college students are preparing for the block exam (75.75%) and coping functions which used are focuses on emotions that escape avoidance (59.09%). Nursing education institutions need to provide a counseling program to help college student with problems in education, divided college student into two classes so that the class is not to full and supply facilities and infrastructure needed in the classroom.

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tantangan global dalam dunia pendidikan dimana setiap individu dituntut

untuk kompeten di bidangnya dan inovatif, menjadi dasar pemerintah untuk

mengubah sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Isi (KBI) menjadi menjadi

sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Sistem

pembelajaran KBI yang sifatnya searah yaitu dari dosen ke mahasiswa sudah

dianggap kurang tepat lagi, sehingga diperlukan metode yang lebih efektif, yaitu

membuat mahasiswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan sistem

pembelajaran KBK (Jogianto dalam Hanggoro, 2010).

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu

instansi pendidikan yang bergerak dalam bidang kesehatan, telah membenahi

sistem pembelajarannya dengan mulai menerapkan sistem pembelajaran

kurikulum berbasis kompetensi pada mahasiswa pendidikan sarjana sejak tahun

ajaran 2010/2011. Pelaksanaan KBK bertujuan agar kualitas lulusan dapat

menunjukkan hasil yang lebih baik lagi sesuai dengan kompetensi praktik

keperawatan yang diharapkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien

dan tuntutan pasar serta pengguna jasa keperawatan (Fathi, Nurhidayah, &

Arruum, 2011).

Mahasiswa selama mengikuti proses pembelajaran tidak terlepas dari

(13)

pembelajaran KBK. Tuntutan eksternal dapat berasal dari sistem pembelajaran

yang dijalani yaitu Problem Based Learning (PBL) yaitu proses pembelajaran yang memanfaatkan masalah, sehingga mahasiswa dituntut untuk memiliki

pengetahuan, mahir memecahkan masalah dan menganalisis strategi pemecahan

masalah (Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008).

Menurut Heiman & Kariv dalam Carolin (2011), tuntutan eksternal lainnya dapat

berupa beban pelajaran, tugas-tugas perkuliahan, tekanan menghadapi ujian,

tuntutan dari orang tua, kompetisi dalam perkuliahan dan penyesuian sosial di

lingkungan kampus. Tuntutan internal sendiri berasal dari harapan dan

kemampuan mahasiswa mengikuti perkuliahan. Masalah dan tuntutan tersebut

dapat menjadi stressor yang memicu timbulnya stres pada mahasiswa.

Stres adalah hubungan spesifik antara individu dengan lingkungannya

yang dinilai oleh individu sebagai tuntutan atau melebihi sumber dayanya dan

membahayakan kesejahteraannya (Lazarus & Folkman dalam Wahyuningsih,

2010). Lazarus dan Folkman juga mengatakan kondisi stres dapat terjadi bila

terdapat ketidakseimbangan antara kemampuan dan tuntutan yang jika tidak

dipenuhi akan menyebabkan konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi

individu. Usaha aktif untuk mengatasi tuntutan yang membuat stres (stressor) disebut dengan koping (Wade, 2007).

Stres yang tidak mampu dikendalikan dan diatasi oleh individu akan

memunculkan dampak negatif bagi dirinya. Dampak negatif ini dapat berupa

gangguan psikologis, fisiologis, kognitif dan perilaku (Heiman & Kariv dalam

(14)

masalah dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi untuk

menghindari dampak negatif yang diakibatkan dari stres yang dialaminya .

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran

stressor dan koping mahasiswa pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik

untuk mengetahui gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara.

3. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah:

3.1 Bagaimana gambaran stressor mahasiswa dengan pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara ?

3.2 Bagaimana gambaran koping mahasiswa dengan pembelajaran Kurikulum

Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(15)

4. Tujuan Penelitian

4.1 Mengetahui gambaran stressor mahasiswa pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4.2 Mengetahui gambaran koping mahasiswa pembelajaran Kurikulum

Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

dalam menghadapi stres.

5. Manfaat Penelitian

5.1 Pendidikan Keperawatan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi, pertimbangan, dan

evaluasi pada mahasiswa, dosen dan pendidikan keperawatan tentang

gambaran stressor mahasiswa sistem pembelajaran KBK dalam menjalani perkuliahan dan mekanisme koping yang digunakan sehingga proses

perkuliahan dapat berlangsung dengan baik.

5.2 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data dan acuan bagi

penelitian yang ingin melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Stres

1.1Pengertian Stres Akademik

Stres merupakan suatu fenomena yang pernah atau akan dialami oleh

seseorang dalam kehidupannya dan tidak seorang pun dapat terhindar dari

padanya. Berdasarkan terminologinya, istilah stres berasal dari bahasa Latin

singere” yang berarti keras atau sempit (strictus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke

waktu dari straise, strest, stresce, dan stress (Yosep, 2007).

Menurut Santrock (2005), stres merupakan respon individu terhadap

keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor) yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping). Stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari, disebabkan oleh

perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat, 1998). Sarafino (1990)

mendefinisikan stres sebagai kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara

individu dengan lingkungannya yang menimbulkan persepsi jarak antara

tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya dari sistem-sistem biologis,

psikologis dan sosial seseorang.

Kuliah adalah pengalaman yang penuh dengan stres atau tekanan. Stres

akademik muncul ketika harapan untuk pencapaian prestasi akademik meningkat,

(17)

tahunnya seiring dengan tuntutan terhadap anak yang berbakat dan berprestasi

yang tidak pernah berhenti. Baumel dalam Wulandari (2011) menyatakan bahwa

stres akademik merupakan stres yang disebabkan oleh stressor akademik, yaitu yang bersumber dari proses belajar mengajar atau yang berhubungan dengan

kegiatan belajar yang meliputi lama belajar, banyak tugas, birokrasi, mendapatkan

beasiswa, keputusan menentukan jurusan, dan karir serta kecemasan ujian dan

manajemen waktu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stres di bidang

akademik adalah respon individu akibat kesenjangan antara tuntutan lingkungan

terhadap prestasi akademik dengan kemampuan untuk mencapainya sehingga

situasi tersebut mengakibatkan perubahan respon dalam diri individu tersebut,

baik secara fisik maupun psikologis.

1.2 Faktor-Faktor Penyebab Stres

Penyebab stress atau stressor adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang tersebut

terpaksa mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang timbul (Yosep, 2007). Menurut Yosep (2007), pada umumnya penyebab stres dapat digolongkan

sebagai berikut:

1. Perkawinan, yaitu masalah pertengkaran, perpisahan, perceraian, dan keadaan

kematian salah satu pasangan yang dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam

(18)

2. Masalah orang tua, yaitu permasalahan yang dihadapi orang tua, misalnya

tidak punya anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak yang sakit, dan

kondisi pertengkaran dengan mertua, besan, dan ipar yang tidak baik.

3. Hubungan interpersonal, berupa gangguan yang timbul dari hubungan dengan

orang terdekat seperti teman dekat, konflik dengan kekasih, konflik antara

bawahan dan atasan.

4. Pekerjaan, misalnya pekerjaan yang terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok,

jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, dan kehilangan pekerjaan.

5. Lingkungan hidup, berupa gangguan yang dialami di daerah tempat tinggal,

misalnya disebabkan oleh hidup dalam lingkungan yang tingkat

kriminalitasnya tinggi, penggusuran, dan pindah tempat tinggal.

6. Keuangan, yaitu masalah keuangan yang tidak sehat, misalnya pendapatan

jauh lebih rendah daripada pengeluaran, terlibat hutang, usaha yang gagal, dan

permasalahan warisan.

7. Hukum, yaitu keterlibatan seseorang dalam permasalahan hukum seperti

tuntutan hukum, pengadilan, dan penjara.

8. Perkembangan, yaitu gangguan yang timbul akibat perkembangan fisik dan

mental seseorang yang tidak baik sehingga menimbulkan kondisi stres, bahkan

jatuh dalam kondisi cemas dan depresi.

9. Penyakit fisik atau cedera, misalnya akibat penyakit, kecelakaan, operasi,

(19)

10.Faktor keluarga, yaitu faktor penyebab stres yang dialami oleh anak dan

remaja yang disebabkan hubungan keluarga yang tidak baik, misalnya

komunikasi orang tua dan anak yang tidak baik, kedua orang tua jarang di

rumah, orang tua kurang sabar dalam mendidik anak, dan lain sebagainya.

11.Faktor penyebab stres lainnya, seperti bencana alam, kebakaran, kehamilan di

luar nikah, dan lain sebagainya.

1.3 Faktor-Faktor Penyebab Stres Akademik

Stressor adalah situasi atau keadaan yang menimbulkan stres atau memicu terjadinya stres (Santrock, 2005). Wilks dalam Calaguas (2011), menyatakan

bahwa banyak faktor yang berkontribusi terhadap pengalaman stres mahasiswa,

tetapi secara khusus stres akademik yang dialami berkaitan dengan manajemen

waktu, masalah keuangan, interaksi dengan dosen, tujuan pribadi, kegiatan sosial,

penyesuaian dengan lingkungan sekolah, dan kurangnya dukungan.

Berdasarkan penelitian Ross dkk (1999), terdapat empat kategori sumber

stres, yaitu: 1) masalah interpersonal berupa pertengkaran dengan teman atau

masalah dengan orang tua; 2) masalah intrapersonal misalnya perubahan pola

makan dan waktu tidur; 3) masalah akademik yang berupa aktivitas yang

berhubungan dengan peningkatan beban tugas mahasiswa yang harus dikerjakan,

pindah sekolah, ketinggalan pelajaran, dan perselisihan dengan dosen; dan 4)

lingkungan, misalnya kendaraan yang mogok, komputer yang rusak, dan masalah

(20)

Kohn & Frazer (1986) mendeskripsikan pengalaman penyebab stress

menjadi tiga bagian, yaitu: 1) physical stressors berupa suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan; 2) psychological stressor berupa belajar untuk menghadapi ujian, tugas yang berlebihan, lupa mengerjakan tugas; 3)

psychosocial stressor yang terjadi akibat interaksi interpersonal.

Berdasarkan penelitian Calaguas (2011), faktor penyebab stres yang sering

dialami oleh mahasiswa di Philipina ada delapan kategori, yaitu:

1. Stressor yang berkaitan dengan pendaftaran dan penerimaan perkuliahan, yaitu mengikuti prosedur pendaftaran, mengambil/menambahkan mata

pelajaran, dan validasi mata pelajaran.

2. Stressor yang berkaitan dengan mata pelajaran, yaitu mempersiapkan ujian, melewati ujian tertulis, melewati ujian lisan, lulus dalam ujian praktek,

berpartisipasi dalam diskusi kelas, memahami diskusi kelas, melakukan

penelitian, menyelesaikan karya tulis, mencari bahan referensi, menyelesaikan

tugas, berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan.

3. Stressor yang berkaitan dengan dosen, yaitu menghadapi dosen pengajar yang

perfectionist, metode pengajaran dosen, penyesuaian dengan dosen yang memperlakukan mahasiswa dengan tidak adil, permasalahan dengan dosen.

4. Stressor yang berkaitan dengan teman sekelas, yaitu berdebat dengan teman sekelas, tidak menyukai teman sekelas, persaingan dengan teman sekelas,

(21)

5. Stressor yang berkaitan dengan jadwal kuliah, yaitu kehadiran mengikuti perkuliahan, waktu kosong yang terlalu banyak, waktu kosong yang terlalu

sedikit, partisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler, menghadiri pertemuan

organisasi dan menghadiri kegiatan kampus.

6. Stressor yang berkaitan dengan ruang kelas, yaitu kelas yang sangat penuh, ventilasi kelas yang buruk, pencahayaan kelas yang buruk, kelas yang kotor,

kelas yang bising, kelas dengan tempat yang terbatas, dan gangguan dari

dalam dan luar kelas.

7. Stressor yang berkaitan dengan keuangan, yaitu penganggaran keuangan, pengeluaran yang tidak terduga, dan penghematan uang untuk

rencana-rencana.

8. Stressor yang berkaitan dengan harapan, yaitu khawatir terhadap masa depan dan mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah, harapan dari orang tua,

harapan kerabat, harapan dosen, dan menangani harapan diri.

1.4 Tahapan Stres

Gejala-gejala stres pada seseorang seringkali tidak disadari karena

perjalanan awal tahapan stres berjalan secara lambat dan baru dirasakan saat

tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari.

(22)

a. Stres tahap I

Merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan

perasaan-perasaan semangat bekerja besar, penglihatan “tajam” tidak

sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari

biasanya tanpa menyadari cadangan energi dihabiskan, disertai rasa gugup

yang berlebihan, merasa senang dengan pekerjaan tersebut dan semakin

bertambah semangat, tetapi tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

b. Stres tahap II

Pada tahap ini dampak stres yang semula “menyenangkan” mulai menghilang

dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena kurang istirahat.

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan adalah merasa letih ketika bangun

pagi, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas merasa capai menjelang

sore hari, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar), otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai.

c. Stres tahap III

Merupakan keadaan yang akan terjadi apabila seseorang tetap memaksakan

dirinya dalam pekerjaan tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres

tahap II. Keluhan-keluhan pada tahap ini seperti gangguan usus dan lambung

yang semakin nyata, ketegangan otot-otot, perasaan ketidaktenangan dan

ketegangan emosional yang semakin meningkat, gangguan pola tidur

(23)

berkonsultasi pada dokter atau terapis, beban stres hendaknya dikurangi dan

tubuh beristirahat.

d. Stres tahap IV

Tidak jarang seseorang yang memeriksakan diri ke dokter karena

keluhan-keluhan yang dialami pada stres tahap III, dinyatakan tidak sakit oleh dokter

dikarenakan tidak adanya kelainan fisik yang ditemukan pada organ tubuhnya.

Bila hal ini terjadi dan orang tersebut tetap memaksakan diri untuk bekerja

tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul. Gejalanya

adalah bosan terhadap aktivitas kerja yang semula terasa menyenangkan,

kehilangan kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate), ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan pola

tidur disertai mimpi-mimpi yang menegangkan, seringkali menolak ajakan

(negativism) karena tidak ada semangat dan kegairahan, daya konsentrasi dan daya ingat menurun dan timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak

dapat dijelaskan penyebabnya.

e. Stres tahap V

Keadaan lanjutan yang ditandai dengan keadaan kelelahan fisik dan mental

yang semakin mendalam (physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan

(24)

f. Stres tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang akan mengalami serangan

panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Stres pada tahap ini ditandai dengan gejala debaran jantung teramat keras, susah bernapas (sesak dan

megap-megap), sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran,

ketiadaan tenaga untuk melakukan hal-hal yang ringan, pingsan atau kolaps

(collapse).

1.5 Reaksi Stres

Menurut Helmi dalam Safaria & Saputra (2009), ada empat macam reaksi

stres, yaitu reaksi psikologis, fisiologis, proses berpikir dan tingkah laku. Keempat

reaksi ini dapat berwujud negatif maupun positif. Reaksi yang bersifat negatif

antara lain sebagai berikut:

1. Reaksi psikologis, biasanya lebih dikaitkan pada aspek emosi, seperti mudah

marah, sedih dan tersinggung.

2. Reaksi fisiologis, biasanya muncul dalam bentuk keluhan fisik, seperti pusing,

nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di kulit dan

rambut rontok.

3. Reaksi proses berpikir (kognitif), biasanya tampak dalam gejala sulit

(25)

4. Reaksi perilaku, biasanya tampak dari perilaku-perilaku menyimpang seperti

minum-minuman beralkohol, mengkonsumsi obat-obatan, frekuensi merokok

meningkat, dan menghindari bertemunya teman.

1.6 Dampak Stressor

Menurut Kozier dan Erb dalam Keliat (1998), dampak stressor

dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:

a. Sifat stressor

Jika seseorang mempersepsikan stressor sebagai keadaan yang mengancam kehidupannya dan berakibat buruk baginya, maka tingkat stres yang dialami

akan terasa berat. Namun, bila stressor yang sama dipersepsikan dengan baik, maka tingkat stres yang dialami akan lebih ringan.

b. Jumlah stressor yang dihadapi dalam waktu bersamaan

Apabila terdapat banyak stressor sedang dialami oleh seseorang, maka penambahan stressor kecil dapat menjadi pencetus yang mengakibatkan reaksi yang berlebihan.

c. Lamanya pemaparan terhadap stressor

Pemaparan yang intensif terhadap stressor dapat menyebabkan kelelahan dan ketidakmampuan menghadapi stressor.

d. Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi seseorang menghadapi stressor

yang sama. Misalnya, seseorang yang dirawat di rumah sakit satu tahun yang

(26)

cemas lagi ketika harus di rawat di rumah sakit yang sama untuk kedua

kalinya.

e. Tingkat perkembangan

Pada tingkat perkembangan tertentu, terdapat jumlah dan intensitas stressor

yang berbeda sehingga resiko terjadinya stres pada tiap tingkat perkembangan

berbeda-beda.

2. Koping

2.1Pengertian Koping

Proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi yang penuh

dengan stres. Koping adalah respon individu terhadap situasi yang mengancam

dirinya baik fisik maupun psikologis (Rasmun, 2004). Menurut Keliat (1998),

koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah,

menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi yang mengancam.

Jadi dapat dikatakan koping adalah proses dimana seseorang berusaha mengatur

ketidakcocokan antara tuntutan dan sumber yang muncul dalam situasi yang

penuh stres atau dengan kata lain cara yang dilakukan individu untuk

menyelesaikan masalahnya.

2.2Respon Koping

Koping dapat diidentifikasikan melalui respon, manifestasi (tanda dan

gejala) dan pernyataan melalui wawancara. Keliat (1998) menyatakan bahwa

(27)

a. Respon Fisiologis

Manifestasi tubuh terhadap stres dapat dirasakan melalui pelebaran pupil

mata, sekresi keringat yang meningkat, denyut nadi yang meningkat, kulit

menjadi dingin, tekanan darah meningkat, frekuensi dan kedalaman

pernapasan, pengeluaran urin yang menurun, mulut kering, kewaspadaan

mental dan ketegangan otot yang meningkat, gula darah meningkat, letargi,

dan mungkin penurunan fungsi fisiologis dan tonus otot.

b. Reaksi Psiko-Sosial

Koping yang dapat dikaji pada diri individu terkait dengan aspek psikososial

adalah:

a. Reaksi yang berorientasi pada ego yang sering disebut sebagai mekanisme

pertahanan mental, yaitu berupa reaksi penyangkalan (denial), proyeksi (menyalahkan orang lain), regresi (penolakan), mengisar (displacement), isolasi (keinginan untuk menyendiri), dan supresi (menunda

menyelesaikan masalah).

b. Reaksi yang berkaitan dengan respon verbal, seperti menangis untuk

menurunkan perasaan tegang terhadap situasi yang menyedihkan, tertawa

untuk mengurangi ketegangan, teriak sebagai respon pada ketakutan,

frustasi atau marah, memukul dan meyepak sebagai respon terhadap

ancaman fisik, menggenggam dan meremas sebagai respon untuk

mengurangi ketegangan dan perasaan sedih, mencerca sebagai respon yang

(28)

verbal tidak menyelesaikan masalah secara tuntas karena itu perlu

dikembangkan kemampuan menyelesaikan masalah.

c. Reaksi yang berorientasi pada penyelesaian masalah. Koping ini

melibatkan proses kognitif, afektif, dan psikomotor, seperti berbicara

dengan orang lain (teman maupun anggota keluarga) tentang masalahnya

dan mencari jalan keluar dari informasi orang lain, mencari tahu lebih

banyak tentang situasi yang dihadapi melalui buku atau orang yang ahli,

melakukan kegiatan ibadah yang teratur untuk meningkatkan percaya diri

dan mengembangkan pikiran positif, melakukan latihan penanganan stres,

misalnya latihan pernapasan dan meditasi, membuat berbagai alternatif

tindakan dalam menangani situasi, dan belajar dari pengalaman yang lalu

atau dengan kata lain tidak mengulang kesalahan yang sama.

2.3Fungsi Koping

Menurut Lazarus & Folkman dalam Safaria & Saputra (2009), koping

memiliki dua fungsi umum, yaitu fungsinya dapat berupa fokus ke titik

permasalahannya, serta melakukan regulasi emosi dalam merespon masalah.

Lazarus & Folkman dalam Safaria & Saputra (2009) menyatakan bahwa

koping yang berpusat pada masalah (problem-focused coping) adalah fungsi koping yang bertujuan untuk mengatur atau mengatasi masalah penyebab stres

dan mencari sumber penyelesaian masalah. Pengelolaan koping ini dapat berupa

tindakan merumuskan masalah, membuat alternatif-alternatif jalan keluar,

(29)

yang akan diambil, memilih alternatif yang terbaik, dan mengambil keputusan

untuk bertindak. Setiap hari dalam kehidupan kita secara tidak langsung koping

berpusat pada masalah sering kita gunakan, saat kita bernegosiasi untuk membeli

sesuatu di toko, saat kita membuat jadwal pelajaran, mengikuti perawatan

psikologis, atau belajar untuk meningkatkan kemampuan (kursus bahasa Inggris,

menjahit, pelatihan komputer).

Folkman & Lazarus juga mengidentifikasi beberapa aspek koping yang

berpusat pada masalah, yaitu:

1. Seeking informational support, yaitu mencoba untuk memperoleh informasi dari orang lain, seperti dokter, psikolog, atau guru

2. Confrontive coping, yaitu melakukan penyelesaian masalah secara konkrit 3. Planful problem solving, yaitu menganalisa setiap situasi yang menimbulkan

masalah serta berusaha mencari solusi secara langsung terhadap masalah yang

dihadapi.

Koping yang berpusat pada emosi (emotion-focused coping) adalah fungsi koping yang bertujuan untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang

menimbulkan masalah. Koping yang berpusat pada emosi cenderung dilakukan

apabila individu merasa tidak mampu mengubah kondisi yang stressful, sehingga yang diatur individu adalah mengatur emosinya. Sebagai contoh yang jelas, ketika

seseorang yang dicintai meninggal dunia, orang biasanya mencari dukungan

emosi dan mengalihkan diri atau menyibukkan diri dengan melakukan

pekerjaan-pekerjaan rumah atau kantor. Menurut Sarafino (1998), individu dapat mengatur

(30)

emosi dari sahabat atau keluarga, meakukan aktivitas yang disukai, seperti

olahraga atau menonton film untuk mengalihkan perhatian dari masalah, bahkan

tidak jarang dengan menggunakan alkohol dan obat-obatan.

Folkman & Lazarus dalam Safaria & Saputra (2009) juga mengidentifikasi

beberapa aspek koping yang berpusat pada emosi yang didapat dari

penelitian-penelitiannya, yaitu:

1. Seeking social emotional support, yaitu mencoba untuk memperoleh dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain

2. Distancing, yaitu mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalah atau membuat sebuah harapan positif

3. Escape avoidance, yaitu mengkhayal mengenai situasi atau melakukan tindakan atau menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan dimana individu

melakukan fantasi andaikan permasalahannya pergi dan mencoba untuk tidak

memikirkan tentang masalah dengan tidur atau menggunakan alkohol

4. Self control, yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah

5. Accepting responsibility, yaitu menerima untuk menjalankan masalah yang dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya

6. Positive reappraisal, yaitu mencoba untuk membuat suatu arti positif dari situasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan sifat

(31)

2.4 Mekanisme Koping

Menurut Keliat (1998), mekanisme koping terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Mekanisme koping adaptif, yaitu suatu usaha yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan, yang bersifat positif, rasional, dan konstruktif.

2. Mekanisme koping maladaptif, yaitu suatu usaha yang dilakukan individu

dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan, yang bersifat negatif, merugikan dan destruktif serta tidak dapat menyelesaikan

masalah dengan tuntas.

3. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran dimana dirancang masalah-masalah yang menuntut mahasiswa mendapatkan pengetahuan

yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki

strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim

(Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008). Kurikulum

yang dikonsepkan ini, lebih didasarkan pada rumusan kompetensi yang harus

dicapai/dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi yang sesuai atau mendekati

kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat pemangku

(32)

outcomes merupakan kemampuan mengintegrasikan intellectual skill, knowledge

dan afektif dalam sebuah perilaku secara utuh (Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008).

Berdasarkan Kepmendiknas No. 232/U/200, kurikulum ini terdiri atas

kelompok-kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Mata

Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK), Mata Kuliah Keahlian Berkarya

(MKB), Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), serta Mata Kuliah Berkehidupan

Bersama (MBB). Kurikulum ini tidak hanya menekankan pada hard skill saja, namun mengembangkan soft skill sesuai bidang ilmunya.

Pola pembelajaran yang sebelumnya terpusat pada dosen dianggap kurang

memadai untuk mencapai tujuan pengajaran yang berbasis kompetensi. Berbagai

alasan yang dapat dikemukakan adalah: (i) perkembangan IPTEK dan Seni yang

sangat pesat dengan berbagai kemudahan untuk mengaksesnya merupakan materi

pembelajaran yang sulit dapat dipenuhi oleh seorang dosen, (ii) perubahan

kompetensi kekaryaan yang berlangsung sangat cepat memerlukan materi dan

proses pembelajaran yang lebih fleksibel, (iii) kebutuhan untuk mengakomodasi

demokratisasi partisipatif dalam proses pembelajaran di pergruan tinggi. Oleh

karena itu, pembelajaran ke depan di dorong menjadi berpusat pada mahasiswa

(SCL) dengan memfokuskan pada tercapainya kompetensi yang diharapkan. Hal

ini berarti mahasiswa harus didorong untuk memiliki motivasi dalam diri mereka

sendiri, kemudian berupaya keras mencapai kompetensi yang diinginkan.

Pola pembelajaran KBK memandang pengetahuan sebagai sebuah hasil

(33)

proses mencari dan membentuk/mengkonstruksi pengetahuan, jadi bersifat aktif,

dan spesifik caranya. Pola pembelajaran yang dipraktekkan adalah dosen hanya

sebagai fasilitator dan motivator dengan menyediakan beberapa strategi belajar

yang memungkinkan mahasiswa (bersama dosen) memilih, menemukan dan

menyusun pengetahuan serta cara mengembangkan ketrampilannya (method of inquiry and discovery). Dengan paradigma inilah proses pembelajaran (learning process) dilakukan.

Terdapat beragam metode pembelajaran untuk SCL, di antaranya adalah

Small Group Discussion, Role-Play & Simulation, Case Study, Discovery Learning, Self-Directed Learning, Cooperative Learning, Collaborative Learning, Contextual Instruction, Project Based Learning, dan Problem Based Learning and Inquiry. Selain model tersebut, masih banyak model pembelajaran lain yang belum dapat disebutkan satu persatu, bahkan setiap pendidik/dosen dapat pula

mengembangkan model pembelajarannya sendiri (Direktorat Akademik

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008). Metode pembelajaran KBK yang

diterapkan di Fakultas Keperawatan USU adalah metode ceramah, tutorial,

(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stressor

dan koping mahasiswa pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan teori dan tujuan yang diteliti dalam penelitian ini maka

kerangka penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 1: Kerangka penelitian gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan Universitas Sumetera Utara

Mahasiswa pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas

Keperawatan USU

Stressor

(35)

2. Definisi Operasional

Tabel 1. Defenisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur

Stressor Keadaan yang menyebabkan mahasiswa mengalami stres dalam mengikuti pembelajaran KBK di Fakultas Keperawatan USU

Kuesioner dengan 23 pilihan jawaban faktor penyebab stres dan wawancara dengan 1 pertanyaan terbuka

Koping Respon atau usaha yang dilakukan oleh mahasiswa saat menghadapi stressor

(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif eksploratif yang

bertujuan untuk mengetahui secara luas stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan Universitas Sumetera Utara angkatan

2010.

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling 2.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Berdasarkan pengertian tersebut,

populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang mengikuti pembelajaran

KBK di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 dan

2011 yaitu 264 orang mahasiswa, dimana angkatan 2010 terdiri dari 128 orang

dan angkatan 2011 terdiri dari 136 orang.

2.2Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian atau yang mewakili dari populasi yang diteliti

(Arikunto, 2010). Jika jumlah populasi dalam penelitian lebih dari 100, maka

lebih baik diambil sampel sekitar 10-15%atau 20-25% dari total populasi.

Populasi terbagi atas 4 kelas berdasarkan jalur masuk fakultas keperawatan, yaitu

(37)

25% dari tiap kelas yang ada di populasi. Total populasi adalah (264 orang), dan

yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 66 orang mahasiswa, yaitu 32

orang dari mahasiswa angkatan 2010 dan 34 orang mahasiswa angkatan 2011.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan stratified random sampling.

Pembagian sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Populasi dan Sampel Penelitian

Angkatan Kategori Kelas Jumlah Populasi (orang)

3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara yang beralamat di Jalan Prof. Ma’as No. 3 kampus Universitas Sumatera

Utara, Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut karena subjek penelitian

adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan lokasi

penelitian yang merupakan daerah kampus dimana peneliti berada sehingga

diharapkan akan memudahkan peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian

untuk mengidentifikasi stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan Universitas Sumetera Utara. Penelitian ini akan dimulai

(38)

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian selesai diuji dan

peneliti mendapatkan persetujuan dari Fakultas Keperawatan USU. Setelah

mendapatkan izin dalam pengumpulan data, maka dilakukan pendekatan kepada

responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Nursalam

(2003), ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada penelitian ini

yaitu: 1) Right to Self Determination, responden diperlakukan secara manusiawi dan peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah

bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, 2) Informed Consent,

peneliti menanyakan kesediaan responden menjadi peserta penelitian setelah

responden mendapatkan informasi secara lengkap mengenai tujuan penelitian

yang akan dilaksanakan. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka

responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3) Anonimity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan

memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut, 4)

Confidentiality, peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi atas dua jenis, yaitu

menggunakan kuesioner (angket) dan pengambilan data melalui wawancara

(39)

berupa kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sehingga peneliti hanya

membacakan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada responden.

Bagian pertama yaitu kuesioner data demografi responden terdiri dari

pertanyaan mengenai usia, jenis kelamin, angkatan, agama, tempat tinggal dan

jalur masuk PTN. Data demografi ini berguna untuk membantu peneliti

mengetahui latar belakang responden yang mungkin ikut mempengaruhi

penelitian ini. Kuesioner juga digunakan untuk mengetahui gambaran stressor

mahasiswa pembelajaran KBK fakultas keperawatan USU, dimana responden

diminta menjawab dengan memilih dari sejumlah alternatif yang ada, tetapi tidak

menutup kemungkinan jika responden ingin memberi jawaban yang berbeda dari

alternatif pilihan yang ada karena disediakan tempat untuk menuliskan jawaban

apabila berbeda dari pilihan alternatif jawaban.

Bagian kedua digunakan metode wawancara terstruktur untuk mengetahui

stressor dan koping mahasiswa KBK dengan menggunakan 1 pertanyaan terbuka untuk mengetahui alasan penyebab stres mahasiswa dan 2 pertanyaan terbuka

untuk mengetahui koping yang digunakan mengatasi stressor. Pertanyaan stressor

dan koping mahasiswa pembelajaran KBK adalah pertanyaan-pertanyaan yang

disusun berdasarkan teori yang relevan.

6. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010). Uji validitas instrument

(40)

diukur (Notoatmojo dalam Arikunto, 2010). Kuesioner ini divalidasi dengan

menggunakan validitas isi (content validity) yang dilakukan oleh beberapa dosen berstrata magister dari Departemen Keperawatan Dasar. Pernyataan yang tidak

valid langsung diganti oleh peneliti berdasarkan saran dari penguji validitas. Uji

validitas ini dilakukan pada tanggal 27 April 2012 dan dapat disimpulkan bahwa

instrumen penelitian ini layak untuk dipakai penelitian.

7. Rencana Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mengajukan surat

permohonan penelitian dan mendapatkan surat izin dari lokasi penelitian yaitu

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan surat

izin, peneliti mengajukan permohonan untuk mendapatkan nama-nama mahasiswa

Fakultas Keperawatan angkatan 2010 dan 2011 sesuai jalur masuk PTN. Setelah

itu, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian dengan mendatangi

responden pada saat berada di Fakultas Keperawatan dan kemudian meminta

kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti menjelaskan

tentang tujuan, manfaat, prosedur pengisian kuisioner pada calon responden dan

dua metode pengumpulan data, yaitu dengan kuesioner dan wawancara. Calon

responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Selanjutnya peneliti akan meminta responden untuk mengisi

kuesioner data demografi dan kuesioner stressor mahasiswa pembelajaran KBK. Setelah kuesioner diisi, peneliti melakukan wawancara terstruktur dengan

(41)

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka hasil penelitian dianalisa. Analisa data

yang dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas data dari responden serta memastikan bahwa

semua jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan memberi kode untuk memudahkan

peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian dilakukan pengolahan data

dengan menggunakan teknik komputerisasi.

Metode statistik deskriptif yaitu suatu prosedur untuk menganalisa data

dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian

(Polit & Hungler, 2002). Pengolahan data untuk gambaran stressor mahasiswa disajikan dalam bentuk tabel disribusi frekuensi dan persentasi. Pengolahan data

hasil wawancara terstruktur disajikan dalam bentuk narasi dan juga tabel distribusi

(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran

stressor dan koping mahasiswa pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi Fakultas Keperawatan USU yang telah dilaksanakan mulai dari Mei 2012 sampai

Juni 2012 dengan jumlah responden sebanyak 66 orang. Selain menjawab

pertanyaan tentang tentang gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU, dalam bab ini juga dijabarkan

deskripsi karakteristik responden.

1.1. Karakteristik Demografi

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 66 orang. Adapun

karakteristik responden yang dipaparkan mencakup usia, jenis kelamin, angkatan,

agama, tempat tinggal, dan jalur masuk perguruan tinggi. Dari data yang diperoleh

bahwa usia mahasiswa yang paling muda yaitu 17 tahun dan yang paling tua

adalah 21 tahun dengan mayoritas responden berusia 19 tahun (45,5%).

Responden berasal dari mahasiswa angkatan 2011 yaitu sebanyak 34 orang

(51,5%) dan mahasiswa angkatan 2010 yaitu sebanyak 32 orang (48,5%).

Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 57 orang

(86,4%), beragama Kristen Protestan sebanyak 37 orang (56,1%) dan tinggal di

rumah kost, yaitu sebanyak 46 orang (69,7%). Untuk lebih jelasnya tentang

(43)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik Responden (N=66)

Karakteristik Frekuensi Persentasi (%)

Usia

1.2 Distribusi Gambaran Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

Penilaian faktor penyebab stres (stressor) dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk pernyataan pilihan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa lima faktor yang paling banyak menyebabkan stres pada

mahasiswa pembelajaran KBK adalah mempersiapkan ujian (15,2%), jadwal

kuliah yang padat (14,2%), kondisi kelas yang terlalu penuh (12,4%), ujian skill

(44)

terkait tingkah laku teman (0%) tidak pernah dialami oleh responden. Untuk data

lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

No Stressor Frekuensi Persentasi (%)

1 Mempersiapkan ujian 50 15,2

14 Berpartisipasi dalam diskusi kelas 7 2,1

15 Berbicara di kelas 3 0,9

16 Pertanyaan lisan dari dosen 2 0,6

17 Dosen yang perfectionist 2 0,6

18 Permasalahan dengan dosen 2 0,6

19 Persaingan dengan teman sekelas 2 0,6

20 Berdebat dengan teman sekelas 1 0,3

21 Pencahayaan kelas yang kurang 1 0,3

22 Kelas yang kotor 1 0,3

23 Lain-lain: Masalah pribadi 1 0,3

24 Tingkah laku teman sekelas 0 0

1.3 Analisa Hasil Wawancara

1.3.1 Alasan Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU Responden memiliki alasan tersendiri terhadap hal-hal yang menyebabkan

mereka berada dalam kondisi stres saat mengikuti proses pembelajaran. Tabel

(45)

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Alasan Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

No Alasan Stressor Frekuensi

1 Mempersiapkan ujian

− Materi perkuliahan yang banyak

− Bahan kuliah yang belum didapat

− Waktu persiapan ujian yang singkat

− Waktu perkuliahan yang singkat

− Khawatir menghadapi ujian

19 14 9 4 4

2 Jadwal kuliah yang padat

− Perkuliahan tidak sesuai dengan jadwal

− Perkuliahan dari pagi sampai sore

− Tidak bisa mengikuti kegiatan di luar perkuliahan

35 9 3 3 Kelas yang terlalu penuh

− Terlalu banyak mahasiswa

− Ruangan kelas ribut

39 2 4 Ujian skill lab

− Berhadapan dengan dosen

− Prosedur harus dihapal dan dilakukan dalam waktu singkat

− Perbedaan penilaian saat belajar dan ujian

− Takut gagal

− Soal yang banyak, tidak terprediksi, dan jawabannya menjebak

− Kesulitan untuk menghapal

− Bahan ujian terlambat didapat

− Waktu ujian singkat dan khawatir gagal ujian

12 3 2 5

6 Waktu kosong yang sedikit

− Perkuliahan berlangsung setiap hari

− Kegiatan di luar kampus tidak dapat terjadwal dengan baik

− Jadwal kuliah berganti-ganti

15 3 2 7 Kelas yang Ribut

− Suasana kelas ribut sekali sehingga tidak konsentrasi belajar

− Suara dosen ketika mengajar tidak kedegaran

− Banyak perempuan

12 3 2 8 Pengeluaran yang besar

− Pembelian buku BRP

− Untuk membeli makanan di kampus

− Fotokopi bahan perkuliahan dan membeli buku

− Membeli peralatan skill lab

10 2 3 1

9 Metode pengajaran dosen (metode ceramah)

− Membosankan karena hanya membaca slideSlide berbahasa Inggris dan kurang menarik

10 4 10 Harapan orang tua yang besar

− Anak mendapat IP tinggi dan sukses setelah tamat

− Khawatir tidak dapat membahagiakan orang tua

(46)

1.3.2 Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

Respon atau usaha yang paling banyak dipilih mahasiswa saat menghadapi

stressor selama mengikuti perkuliahan KBK adalah mendengarkan musik, tidur, dan jalan-jalan bersama teman. Hasil wawancara ini dianalisa berdasarkan

klasifikasi koping oleh Lazarus dan Folkman (1984), yaitu seeking informational support, confrontive coping, planful problem solving, seeking social emotional support, distancing, escape avoidance, self control,accepting responcibility dan, positive reappraisal.untuk data lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Jawaban Responden Tentang Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

No Koping Frekuensi

1 Escape avoidance

− Mendengarkan musik

− Tidak peduli terhadap masalah

6 3 1 3 Planful problem solving

− Belajar

− Mencari referensi

4 2 4 Seeking emotional support

− Bercerita dengan teman 4

5 Accepting responsibility

− Menjalaninya saja 3

6 Positive reappraisal

− Berdoa 2

7 Distancing

− Berpikir positif 1

8 Seeking informational support

− Berdskusi dengan teman dan dosen 1

(47)

1.3.3 Keefektifan Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan

USU

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, didapatkan hasil bahwa

mayoritas stres yang dialami mahasiswa teratasi dengan koping yang mereka

pilih, yaitu ada 43 responden (65,2%). Sedangkan 23 responden (34,8%) lainnya

mengatakan koping yang dimiliki hanya mampu mengurangi kondisi stres mereka

sesaat. Untuk data lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Keefektifan Fungsi Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

Keefektifan koping Frekuensi Persentasi (%)

Stres teratasi 43 65,2

Stres berkurang 23 34,8

Stres tidak teratasi 0 0

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk

menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU.

2.1 Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

Stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari,

disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat, 1998). Baumel

(2000) menyatakan stres akademik muncul ketika harapan untuk pencapaian

prestasi akademik meningkat, baik dari orang tua, guru ataupun teman sebaya dan

stress ini meningkat setiap tahunnya seiring dengan tuntutan terhadap anak yang

(48)

Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa stressor utama yang dialami oleh mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU adalah

mempersiapkan ujian (15,2%), yaitu mempersiapkan ujian blok. Hal ini

dikarenakan materi perkuliahan yang banyak, bahan perkuliahan diberikan

beberapa hari menjelang ujian, waktu mempersiapkan ujian yang singkat, bahkan

mahasiswa mengatakan waktu perkuliahan yang hanya sebentar membuat mereka

stres karena terus-terus harus mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, dan

alasan lainnya adalah kekhawatiran mahasiswa dalam menghadapi ujian. Hal ini

sesuai dengan pendapat Abouserie (1994) yang mengatakan para siswa

mengalami stres akademik pada tiap semester dengan sumber stres yang tinggi

akibat dari belajar sebelum ujian dan dari begitu banyak materi yang harus

dikuasai dalam waktu singkat. Kohn & Frazer (1986) menyebutkan salah satu

stressor akademik adalah akibat mempersiapkan ujian dan menggolongkan

stressor ini dalam psychological stressor.

Stressor kedua adalah terkait jadwal perkuliahan yang padat (14,2%) karena banyaknya jam ganti perkuliahan menjelang ujian akibat ketidakdisiplinan

dosen mengajar sesuai waktunya, sehingga menyebabkan jadwal perkuliahan

mereka menjadi padat dan berantakan. Perkuliahan yang berlangsung dari pagi

sampai sore hari juga membuat mahasiswa tidak dapat mengikuti kegiatan

organisasi di luar kampus secara rutin. Selain itu, seringnya dosen datang tidak

tepat waktu atau terlambat mengajar juga menjadi alasan mahasiswa mengeluhkan

(49)

di sekolah adalah adanya perpanjangan waktu belajar di kelas, sehingga sisiwa

merasa letih karena mendapatkan beban studi yang tidak sesuai dengan kebutuhan

(overload schedule).

Stressor terkait kelas yang terlalu penuh (12,4%) dikarenakan jumlah mahasiswa yang banyak dalam satu kelas sehingga membuat kelas tidak kondusif

saat mengikuti pelajaran. Keadaan kelas dengan mahasiswa yang jumlahnya

banyak membuat mahasiswa harus datang cepat agar dapat duduk di urutan depan,

dapat melihat slide presentasi tanpa terhalang orang yang duduk di depannya, dan dapat mendengarkan penjelasan dosen ketika mengajar karena kelas yang terlalu

penuh membuat kelas menjadi ribut juga bahkan pada saat proses belajar

mengajar berlangsung. Salah satu unsur yang mempengaruhi iklim kelas yang

efektif menurut Parson, dkk (2001) adalah lingkungan fisik kelas. Kelas harus

diatur sedemikian rupa sehingga individu-individu yang ada di kelas dapat saling

melihat saat aktivitas belajar terjadi dan tempat duduk harus diatur untuk

meningkatkan perhatian saat aktivitas belajar berlangsung.

Stressor terkait mengikuti ujian skill lab (10,6%) pada mahasiswa KBK, karena pada ujian skill lab mahasiswa harus melakukan prosedur tindakan di hadapan dosen penguji seorang diri. Hal ini menimbulkan ketegangan sendiri bagi

mahasiswa saat mengikuti ujian tersebut, ditambah lagi ekspresi wajah dosen

penguji yang tegang membuat mahasiswa yang mengikuti ujian menjadi tegang

juga. Selain itu, prosedur tindakan yang harus dihapal dan dilakukan secara

berurutan dalam waktu yang singkat juga menjadi alasan mahasiswa. Terkait

(50)

penilaian dosen ketika belajar dan ujian, beban skill lab yang berat walaupun hanya 1 SKS, dan rasa takut gagal dalam ujian menjadi alasan penyebab stres

mereka.

Stressor mengikuti ujian tertulis (6,7%) atau secara lebih spesifik lagi saat menghadapi ujian multy disciplinary examination (MDE) disebabkan banyaknya jumlah soal yang diujikan, soal yang tidak dapat diprediksi, kesulitan dalam

menghapal materi kuliah yang banyak, rasa takut menghadapi ujian, materi kuliah

yang terlambat didapat, waktu ujian yang singkat, dan ujian yang setiap blok

diadakan membuat mahasiswa mengalami stres. Mahasiswa juga mengeluhkan

pilihan jawaban yang menjebak, membuat mereka kehabisan waktu untuk berpikir

dan memilih jawaban yang tepat pada saat ujian. Olejnik dan Holschuh (2007)

menjelaskan bahwa siswa akan merasa cemas ketika mengikuti ujian karena siswa

mungkin tidak mempersiapkan diri dengan baik. Menurut Wulandari (2010),

dalam situasi ujian, banyak mahasiswa yang menjadi lupa akan apa yang telah

dipelajari sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya ketegangan dalam menghadapi

ujian, sehingga mahasiswa menjadi lupa. Ketegangan ini muncul karena adanya

situasi yang mengancam yang mengakibatkan mahasiswa menjadi cemas serta

takut gagal dalam ujian.

Berdasarkan hasil penelitian, hal lain yang menjadi stressor mahasiswa adalah terkait waktu kosong yang sedikit (6,1%). Mahasiswa mengeluhkan

perkuliahan yang berlangsung setiap hari bahkan adanya perkuliahan pada hari

Sabtu membuat mahasiswa kurang memiliki waktu untuk berekreasi dan

(51)

stressor jadwal kuliah yang padat, sehingga ada mahasiswa yang mengeluhkan jadwal kuliah yang sering berganti-ganti menyebabkan waktu kosong mereka

menjadi sedikit.

Stressor kondisi kelas yang ribut (5,2%) juga berkaitan dengan jumlah mahasiswa yang banyak dalam satu ruangan kelas, sehingga suasana kelas ribut.

Mahasiswa juga ribut saat perkuliahan berlangsung sehingga selain mengganggu

konsentrasi mahasiswa lainnya saat belajar, suara dosen ketika mengajar juga

tidak kedengaran sampai tempat duduk urutan belakang. Alasan lainnya yang

dikeluhkan adalah karena jumlah mahasiswa perempuan yang banyak membuat

kelas menjadi ribut.

Pengeluaran yang besar (4,9%) dikeluhkan sebagai stressor yang sering sekali dialami mahasiswa dengan sistem pembelajaran KBK. Hal ini terkait

dengan pembelian buku BRP yang dirasakan mahasiswa kurang bermanfaat dan

harganya mahal. Buku BRP adalah buku yang berisi tentang prasyarat mahasiswa,

tujuan pembelajaran, lingkup bahasan, daftar bahan rujukan, metoda

pembelajaran, sarana dan prasarana, evaluasi keberhasilan mahasiswa,

narasumber dan jadwal pembelajaran pada satu blok. Mahasiswa mengatakan

bahwa ada dosen yang memberikan jadwal perkuliahan kepada mereka saat

memperkenalkan blok baru, sehingga mahasiswa merasa buku BRP jadi kurang

bermanfaat. Pengeluaran lainnya yang dikeluhkan berhubungan dengan fotokopi

materi kuliah yang banyak dan pengeluaran untuk membeli makanan ketika di

(52)

pembelian alat-alat yang diperlukan untuk skill lab dan buku kesehatan juga menjadi alasan mahasiswa.

Stressor mengenai metode pembelajaran (4,2%) khususnya metode ceramah saat perkuliahan membuat mahasiswa merasa stres. Menurut mahasiswa

metode ceramah adalah metode pembelajaran yang membosankan yang mereka

ikuti, karena dosen biasanya hanya mengatakan apa yang tertera di slide

presentasi tanpa ada penjelasan yang lebih lagi, slide menggunakan bahasa Inggris yang kadang tidak diterjemahkan oleh dosen dengan baik dan tampilan slide yang kurang menarik. Hasil wawancara menyatakan adanya dosen yang kurang

membangun interaksi dengan mahasiswa membuat mahasiswa yang duduk di

belakang kurang mendapat perhatian dari dosen dan akhirnya melakukan hal lain

yang seperti ribut maupun tidur di kelas.

Stessor terkait harapan orang tua (3,9%) disebabkan oleh tuntutan orang tua terhadap keberhasilan masa depan anaknya, anaknya mendapatkan nilai indeks

prestasi (IP) yang tinggi, dan juga rasa takut mahasiswa tidak dapat memenuhi

harapan orang tua.

2.2 Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6, diperoleh hasil bahwa koping

mahasiswa dalam menghadapi keadaan stres selama mengikuti perkuliahan KBK

adalah mendengarkan musik, tidur dan jalan-jalan. Berdasarkan klasifikasi koping

oleh Lazarus dan Folkman (1984), koping yang dipilih mahasiswa termasuk ke

(53)

dimana individu melakukan fantasi andaikan permasalahannya pergi dan mencoba

untuk tidak memikirkan tentang masalah dengan menyibukkan diri dengan

kegiatan lain.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa selain memilih menggunakan

koping escape avoidance, mahasiswa memilih koping self control dan planful problem solving untuk mengatasi stres dalam perkuliahan. Koping self control

yang dilakukan mahasiswa adalah menenangkan diri dengan cara menyendiri dan

tidak menanggapi masalah yang dihadapi. Sedangkan koping yang dilakukan

mahasiswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi melalui planful problem solving adalah dengan cara fokus belajar dan mencari referensi materi perkuliahan dari internet.

Lazarus & Folkman (1984) menyatakan koping yang berpusat pada emosi

(emotion-focused coping) adalah koping yang bertujuan untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang menimbulkan masalah. Koping yang berpusat

pada emosi cenderung dilakukan apabila individu tidak mampu atau merasa tidak

mampu mengubah kondisi yang stressful, sehingga yang diatur individu adalah mengatur emosinya. Koping yang berpusat pada masalah (problem-focused coping) adalah koping yang bertujuan untuk mengatur atau mengatasi masalah penyebab stres dan mencari sumber penyelesaian masalah. Pengelolaan koping ini

dapat berupa tindakan merumuskan masalah, membuat alternatif-alternatif jalan

keluar, mempertimbangkan segala kemungkinan yang berhubungan dengan

alternatif yang akan diambil, memilih alternatif yang terbaik, dan mengambil

(54)

Berdasarkan hasil wawancara yang tertera pada tabel 7, didapatkan hasil

bahwa 53 responden (65,2%) menyatakan fungsi koping yang dilakukan dapat

mengatasi masalah responden atau stres yang dialami, sedangkan 23 responden

(34,8%) lainnya mengatakan mekanisme koping yang dimiliki hanya mampu

mengurangi stres mereka. Berdasarkan penelitian, koping yang banyak dipilih

mahasiswa adalah koping yang berfokus pada emosi dan mereka mengatakan

bahwa masalahnya teratasi dengan melakukan koping tersebut. Menurut analisa

peneliti, hasil penelitian yang didapat ini bertentangan dengan yang dikatakan

Keliat (1998), yaitu mekanisme pertahanan mental dan respon verbal tidak

menyelesaikan masalah secara tuntas, sehingga perlu dikembangkan kemampuan

menyelesaikan masalah. Lazarus & Folkman dalam Safaria & Saputra (2009) juga

mengatakan bahwa koping yang berfokus pada emosi tidak mampu mengubah

kondisi yang stressful. Jadi menurut asumsi peneliti, stres atau masalah yang dialami mahasiswa belum teratasi dengan koping yang digunakan. Oleh karena

itu, diperlukan tindakan penyelesaian masalah untuk menghasilkan mekanisme

koping yang adaptif. Keliat (1998) mengatakan bahwa usaha yang bersifat positif,

rasional, dan konstruktif yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah

adalah mekanisme koping yang adaptif, sedangkan apabila usaha yang dilakukan

individu dalam menyelesaikan masalah tidak dapat menyelesaikan masalah

Gambar

Tabel 1. Defenisi Operasional
Tabel 2. Populasi dan Sampel Penelitian
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik Responden (N=66)
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada activity diagram untuk menu pelaporan kerusakan prasarana yang ditunjukkan pada Gambar 7 Aplikasi dimulai dengan user melakukan login untuk masuk ke menu utama,

Apabila saudara ditunjuk sebagai pemenang, apakah saudara bersedia untuk melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai dengan spesifikasi teknis yang terdapat dalam Dokumen Lelang

لا ةرادإ( يسنودنلإا ةيروهملج ةينيد ا 0 : 1441 .) ،كلذ ىلع رظنلا عطقبو رود هل دهعلما ناك لايجلأا نيوكت في هلامآ قيقتحو عمتلمجا ءانب في يربك هب

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah bangun datar di mata pelajaran matematika dengan menggunakan metode

Perbedaan dan persamaan penelitian dengan penelitian terdahulu dapat meliputi : kerangka teori, penerapan teori dalam situasi spesifik atau populasi khusus

[r]

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulannya sebagai berikut : (1) Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian serta pendidikan yang memadai kepada individu dari