Gambaran
Stressor
dan Koping Mahasiswa Pembelajaran
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
SKRIPSI
Yemima Dayfiventy 081101022
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara” untuk memenuhi
salah satu persyaratan mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Dedi
Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU dan Ibu Ibu Erniyati,
S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memotivasi, menuntun, dan
memberikan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku dosen penguji
I dan juga Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen penguji II yang
telah memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa-mahasiswa
angkatan 2010 dan 2011 Fakultas Keperawatan USU atas kerja sama dan
partisipasinya dalam penelitian sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta, Papa
Drs. Sastalel dan Mama Suwarta Ningsih, BSc yang senantiasa dengan penuh
untuk penulis. Terima kasih kepada Kakak Sanita Friska Sitepu, S.TP yang selalu
memotivasi yang menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan
kepada Adik Andreas Epenetus Sitepu untuk dukungan dan perhatiannya.
Terima kasih kepada teman-teman stambuk 2008, terkhusus teman-teman
praktikum Kelompok B atas kerjasamanya selama ini. Terima kasih juga kepada
sahabatku Dewi Sartika Panjaitan, Christine Handayani Siburian, Martia
Lindawaty Tondang, Juliana Pardede dan Ririn Sartika Dewi yang sudah berbagi
cerita, cinta, dan mengajarkan banyak hal selama ini.
Terima kasih kepada Yayasan Karya Salemba Empat atas bantuan dana
beasiswa yang diberikan kepada penulis selama dua tahun terakhir ini. Terima
kasih kepada teman-teman Paguyuban KSE USU, Dewi Resna, Franheit, Marina,
Angfier, Septa, Royandi dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah mengajarkan penulis banyak hal tentang tanggung jawab,
kepemimpinan, dan rasa cinta tanah air, serta mendukung penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu memberikan berkat dan
anugerah-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Penulis
berharap skripsi ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya
pendidikan keperawatan.
Medan, Juli 2012
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Skema ... vii
Daftar Tabel ... viii
Abstrak ... ix
Abstract ... x
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang .... ... 1
2. Rumusan Masalah. ... 3
3. Pertanyaan Penelitian ... 3
4. Tujuan Penelitian ... 4
5. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Stres ... 5
1.1 Pengertian Stres ... 5
1.2 Faktor-Faktor Penyebab Stres ... 6
1.3 Faktor-Faktor Penyebab Stres Akademik ... 8
1.4 Tahapan Stres ... 10
1.5 Reaksi Stres ... 13
1.6 Dampak Stresor ... 14
2. Koping ... 15
2.1 Pengertian Koping ... 15
2.2 Respon Koping ... 15
2.3 Fungsi Koping ... 17
2.4 Mekanisme Koping ... 20
3. Kurikulum Berbasis Kompetensi ... 20
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian ... 23
2. Defenisi Operasional ... 24
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 25
2. Populasi dan Sampel ... 25
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
4. Pertimbangan Etik ... 27
5. Instrumen Penelitian ... 27
6. Uji Validitas Instrumen ... 28
7. Rencana Pengumpulan Data ... 29
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian ... 31
1.1 Karakteristik Demografi ... 31
1.2 Distribusi Gambaran Stresor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU ... 32
1.3 Analisa Hasil Wawancara ... 34
1.3.1 Alasan Penyebab Stres pada Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU ... 34
1.3.2 Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU ... 36
1.3.3 Keefektifan Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU ... 37
2. Pembahasan ... 38
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 47
2. Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 51
LAMPIRAN 1. Jadwal Penelitian ... 53
2. Lembar Bimbingan ... 54
3. Lembar Persetujuan responden ... 57
4. Instrumen Penelitian ... 58
5. Tabel Hasil Penelitian ... 61
6. Curriculum Vitae ... 65
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Penelitian Gambaran Stresor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Fakultas
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Defenisi Operasional ... 24 Tabel 2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik
Responden ... 32 Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Stresor Mahasiswa Pembelajaran
KBK Fakultas Keperawatan USU ... 33 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Alasan Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK
Fakultas Keperawatan USU ... 34 Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Koping Mahasiswa Pembelajaran
KBK fakultas keperawatan USU ... 35 Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Keefektifan Fungsi Koping
Judul : Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Peneliti : Yemima Dayfiventy
NIM : 081101022
Jurusan : Keperawatan
Tahun : 2012
Abstrak
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara menerapkan sistem pembelajaran KBK pada mahasiswa pendidikan sarjana angkatan 2010 dan 2011 untuk meningkatkan kualitas lulusannya sesuai kompetensi praktik keperawatan. Tuntutan dan sistem pembelajaran KBK tersebut dapat menjadi stressor yang memicu timbulnya stres pada mahasiswa dan usaha aktif yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasinya disebut dengan koping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi Fakultas Keperawatan USU. Desain penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dengan menggunakan stratified random sampling. Besar sampel yang digunakan sebanyak 66 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner data demografi, kuesioner stressor mahasiswa dan pertanyaan terbuka mengenai koping yang digunakan mahasiswa. Pengumpulan data berlangsung pada bulan Mei sampai Juni 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa KBK mengalami stres saat mengikuti perkuliahan dan melakukan usaha tertentu untuk mengatasinya. Stressor yang dialami mahasiswa berasal dari lingkungan fisik, psikologis, dan psikososial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah stressor utama yang dikeluhakan mahasiswa KBK adalah terkait dengan mempersiapkan ujian blok (75,8%) dan fungsi koping yang digunakan adalah koping yang berfokus pada emosi yaitu escape avoidance
(59,1%). Instansi pendidikan keperawatan perlu mengadakan unit konseling untuk membantu mahasiswa yang bermasalah dalam pendidikan, membagi mahasiswa ke dalam dua kelas agar kelas tidak terlalu penuh, dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan di kelas.
Judul : Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Peneliti : Yemima Dayfiventy
NIM : 081101022
Jurusan : Keperawatan
Tahun : 2012
Abstrak
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara menerapkan sistem pembelajaran KBK pada mahasiswa pendidikan sarjana angkatan 2010 dan 2011 untuk meningkatkan kualitas lulusannya sesuai kompetensi praktik keperawatan. Tuntutan dan sistem pembelajaran KBK tersebut dapat menjadi stressor yang memicu timbulnya stres pada mahasiswa dan usaha aktif yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasinya disebut dengan koping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi Fakultas Keperawatan USU. Desain penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dengan menggunakan stratified random sampling. Besar sampel yang digunakan sebanyak 66 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner data demografi, kuesioner stressor mahasiswa dan pertanyaan terbuka mengenai koping yang digunakan mahasiswa. Pengumpulan data berlangsung pada bulan Mei sampai Juni 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa KBK mengalami stres saat mengikuti perkuliahan dan melakukan usaha tertentu untuk mengatasinya. Stressor yang dialami mahasiswa berasal dari lingkungan fisik, psikologis, dan psikososial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah stressor utama yang dikeluhakan mahasiswa KBK adalah terkait dengan mempersiapkan ujian blok (75,8%) dan fungsi koping yang digunakan adalah koping yang berfokus pada emosi yaitu escape avoidance
(59,1%). Instansi pendidikan keperawatan perlu mengadakan unit konseling untuk membantu mahasiswa yang bermasalah dalam pendidikan, membagi mahasiswa ke dalam dua kelas agar kelas tidak terlalu penuh, dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan di kelas.
Title : Stressor and Coping Description of College Student Learning Competency-Based Curriculum (CBC) Nursing Faculty University of North Sumatra
Name : Yemima Dayfiventy
NIM : 081101022
Faculty : Nursing
Year : 2012
Abstract
Nursing Faculty University of North Sumatera implement a learning system CBC on undergraduate education students in 2010 and 2011 force to improve the quality of graduates based on the competency of nursing practice. Requirements and learning system CBC could be a stressor that triggers stress occur on college students and the active efforts that conducted by college student called coping. The aim of this research was to obtain stressors and coping description of college student learning based curriculum Nursing Faculty University of North Sumatra. The research design was exploratory descriptiveby using stratified random sampling. The sample size is used as many as 66 people. Instrument of this research is demographic data questionnaire, college student questionnaires stressor and open-ended questions regarding coping used. Data collection was conducted from may until June 2012. Results showed that college students experience stress while attending CBC lectures and doing spesific effort to overcome. The conclusion of this research is a major stressor that complained by CBC college students are preparing for the block exam (75.75%) and coping functions which used are focuses on emotions that escape avoidance (59.09%). Nursing education institutions need to provide a counseling program to help college student with problems in education, divided college student into two classes so that the class is not to full and supply facilities and infrastructure needed in the classroom.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tantangan global dalam dunia pendidikan dimana setiap individu dituntut
untuk kompeten di bidangnya dan inovatif, menjadi dasar pemerintah untuk
mengubah sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Isi (KBI) menjadi menjadi
sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Sistem
pembelajaran KBI yang sifatnya searah yaitu dari dosen ke mahasiswa sudah
dianggap kurang tepat lagi, sehingga diperlukan metode yang lebih efektif, yaitu
membuat mahasiswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan sistem
pembelajaran KBK (Jogianto dalam Hanggoro, 2010).
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu
instansi pendidikan yang bergerak dalam bidang kesehatan, telah membenahi
sistem pembelajarannya dengan mulai menerapkan sistem pembelajaran
kurikulum berbasis kompetensi pada mahasiswa pendidikan sarjana sejak tahun
ajaran 2010/2011. Pelaksanaan KBK bertujuan agar kualitas lulusan dapat
menunjukkan hasil yang lebih baik lagi sesuai dengan kompetensi praktik
keperawatan yang diharapkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien
dan tuntutan pasar serta pengguna jasa keperawatan (Fathi, Nurhidayah, &
Arruum, 2011).
Mahasiswa selama mengikuti proses pembelajaran tidak terlepas dari
pembelajaran KBK. Tuntutan eksternal dapat berasal dari sistem pembelajaran
yang dijalani yaitu Problem Based Learning (PBL) yaitu proses pembelajaran yang memanfaatkan masalah, sehingga mahasiswa dituntut untuk memiliki
pengetahuan, mahir memecahkan masalah dan menganalisis strategi pemecahan
masalah (Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008).
Menurut Heiman & Kariv dalam Carolin (2011), tuntutan eksternal lainnya dapat
berupa beban pelajaran, tugas-tugas perkuliahan, tekanan menghadapi ujian,
tuntutan dari orang tua, kompetisi dalam perkuliahan dan penyesuian sosial di
lingkungan kampus. Tuntutan internal sendiri berasal dari harapan dan
kemampuan mahasiswa mengikuti perkuliahan. Masalah dan tuntutan tersebut
dapat menjadi stressor yang memicu timbulnya stres pada mahasiswa.
Stres adalah hubungan spesifik antara individu dengan lingkungannya
yang dinilai oleh individu sebagai tuntutan atau melebihi sumber dayanya dan
membahayakan kesejahteraannya (Lazarus & Folkman dalam Wahyuningsih,
2010). Lazarus dan Folkman juga mengatakan kondisi stres dapat terjadi bila
terdapat ketidakseimbangan antara kemampuan dan tuntutan yang jika tidak
dipenuhi akan menyebabkan konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi
individu. Usaha aktif untuk mengatasi tuntutan yang membuat stres (stressor) disebut dengan koping (Wade, 2007).
Stres yang tidak mampu dikendalikan dan diatasi oleh individu akan
memunculkan dampak negatif bagi dirinya. Dampak negatif ini dapat berupa
gangguan psikologis, fisiologis, kognitif dan perilaku (Heiman & Kariv dalam
masalah dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi untuk
menghindari dampak negatif yang diakibatkan dari stres yang dialaminya .
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran
stressor dan koping mahasiswa pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik
untuk mengetahui gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
3. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah:
3.1 Bagaimana gambaran stressor mahasiswa dengan pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara ?
3.2 Bagaimana gambaran koping mahasiswa dengan pembelajaran Kurikulum
Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
4. Tujuan Penelitian
4.1 Mengetahui gambaran stressor mahasiswa pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4.2 Mengetahui gambaran koping mahasiswa pembelajaran Kurikulum
Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
dalam menghadapi stres.
5. Manfaat Penelitian
5.1 Pendidikan Keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi, pertimbangan, dan
evaluasi pada mahasiswa, dosen dan pendidikan keperawatan tentang
gambaran stressor mahasiswa sistem pembelajaran KBK dalam menjalani perkuliahan dan mekanisme koping yang digunakan sehingga proses
perkuliahan dapat berlangsung dengan baik.
5.2 Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data dan acuan bagi
penelitian yang ingin melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Stres
1.1Pengertian Stres Akademik
Stres merupakan suatu fenomena yang pernah atau akan dialami oleh
seseorang dalam kehidupannya dan tidak seorang pun dapat terhindar dari
padanya. Berdasarkan terminologinya, istilah stres berasal dari bahasa Latin
“singere” yang berarti keras atau sempit (strictus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke
waktu dari straise, strest, stresce, dan stress (Yosep, 2007).
Menurut Santrock (2005), stres merupakan respon individu terhadap
keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor) yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping). Stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari, disebabkan oleh
perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat, 1998). Sarafino (1990)
mendefinisikan stres sebagai kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara
individu dengan lingkungannya yang menimbulkan persepsi jarak antara
tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya dari sistem-sistem biologis,
psikologis dan sosial seseorang.
Kuliah adalah pengalaman yang penuh dengan stres atau tekanan. Stres
akademik muncul ketika harapan untuk pencapaian prestasi akademik meningkat,
tahunnya seiring dengan tuntutan terhadap anak yang berbakat dan berprestasi
yang tidak pernah berhenti. Baumel dalam Wulandari (2011) menyatakan bahwa
stres akademik merupakan stres yang disebabkan oleh stressor akademik, yaitu yang bersumber dari proses belajar mengajar atau yang berhubungan dengan
kegiatan belajar yang meliputi lama belajar, banyak tugas, birokrasi, mendapatkan
beasiswa, keputusan menentukan jurusan, dan karir serta kecemasan ujian dan
manajemen waktu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stres di bidang
akademik adalah respon individu akibat kesenjangan antara tuntutan lingkungan
terhadap prestasi akademik dengan kemampuan untuk mencapainya sehingga
situasi tersebut mengakibatkan perubahan respon dalam diri individu tersebut,
baik secara fisik maupun psikologis.
1.2 Faktor-Faktor Penyebab Stres
Penyebab stress atau stressor adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang tersebut
terpaksa mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang timbul (Yosep, 2007). Menurut Yosep (2007), pada umumnya penyebab stres dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Perkawinan, yaitu masalah pertengkaran, perpisahan, perceraian, dan keadaan
kematian salah satu pasangan yang dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam
2. Masalah orang tua, yaitu permasalahan yang dihadapi orang tua, misalnya
tidak punya anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak yang sakit, dan
kondisi pertengkaran dengan mertua, besan, dan ipar yang tidak baik.
3. Hubungan interpersonal, berupa gangguan yang timbul dari hubungan dengan
orang terdekat seperti teman dekat, konflik dengan kekasih, konflik antara
bawahan dan atasan.
4. Pekerjaan, misalnya pekerjaan yang terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok,
jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, dan kehilangan pekerjaan.
5. Lingkungan hidup, berupa gangguan yang dialami di daerah tempat tinggal,
misalnya disebabkan oleh hidup dalam lingkungan yang tingkat
kriminalitasnya tinggi, penggusuran, dan pindah tempat tinggal.
6. Keuangan, yaitu masalah keuangan yang tidak sehat, misalnya pendapatan
jauh lebih rendah daripada pengeluaran, terlibat hutang, usaha yang gagal, dan
permasalahan warisan.
7. Hukum, yaitu keterlibatan seseorang dalam permasalahan hukum seperti
tuntutan hukum, pengadilan, dan penjara.
8. Perkembangan, yaitu gangguan yang timbul akibat perkembangan fisik dan
mental seseorang yang tidak baik sehingga menimbulkan kondisi stres, bahkan
jatuh dalam kondisi cemas dan depresi.
9. Penyakit fisik atau cedera, misalnya akibat penyakit, kecelakaan, operasi,
10.Faktor keluarga, yaitu faktor penyebab stres yang dialami oleh anak dan
remaja yang disebabkan hubungan keluarga yang tidak baik, misalnya
komunikasi orang tua dan anak yang tidak baik, kedua orang tua jarang di
rumah, orang tua kurang sabar dalam mendidik anak, dan lain sebagainya.
11.Faktor penyebab stres lainnya, seperti bencana alam, kebakaran, kehamilan di
luar nikah, dan lain sebagainya.
1.3 Faktor-Faktor Penyebab Stres Akademik
Stressor adalah situasi atau keadaan yang menimbulkan stres atau memicu terjadinya stres (Santrock, 2005). Wilks dalam Calaguas (2011), menyatakan
bahwa banyak faktor yang berkontribusi terhadap pengalaman stres mahasiswa,
tetapi secara khusus stres akademik yang dialami berkaitan dengan manajemen
waktu, masalah keuangan, interaksi dengan dosen, tujuan pribadi, kegiatan sosial,
penyesuaian dengan lingkungan sekolah, dan kurangnya dukungan.
Berdasarkan penelitian Ross dkk (1999), terdapat empat kategori sumber
stres, yaitu: 1) masalah interpersonal berupa pertengkaran dengan teman atau
masalah dengan orang tua; 2) masalah intrapersonal misalnya perubahan pola
makan dan waktu tidur; 3) masalah akademik yang berupa aktivitas yang
berhubungan dengan peningkatan beban tugas mahasiswa yang harus dikerjakan,
pindah sekolah, ketinggalan pelajaran, dan perselisihan dengan dosen; dan 4)
lingkungan, misalnya kendaraan yang mogok, komputer yang rusak, dan masalah
Kohn & Frazer (1986) mendeskripsikan pengalaman penyebab stress
menjadi tiga bagian, yaitu: 1) physical stressors berupa suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan; 2) psychological stressor berupa belajar untuk menghadapi ujian, tugas yang berlebihan, lupa mengerjakan tugas; 3)
psychosocial stressor yang terjadi akibat interaksi interpersonal.
Berdasarkan penelitian Calaguas (2011), faktor penyebab stres yang sering
dialami oleh mahasiswa di Philipina ada delapan kategori, yaitu:
1. Stressor yang berkaitan dengan pendaftaran dan penerimaan perkuliahan, yaitu mengikuti prosedur pendaftaran, mengambil/menambahkan mata
pelajaran, dan validasi mata pelajaran.
2. Stressor yang berkaitan dengan mata pelajaran, yaitu mempersiapkan ujian, melewati ujian tertulis, melewati ujian lisan, lulus dalam ujian praktek,
berpartisipasi dalam diskusi kelas, memahami diskusi kelas, melakukan
penelitian, menyelesaikan karya tulis, mencari bahan referensi, menyelesaikan
tugas, berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan.
3. Stressor yang berkaitan dengan dosen, yaitu menghadapi dosen pengajar yang
perfectionist, metode pengajaran dosen, penyesuaian dengan dosen yang memperlakukan mahasiswa dengan tidak adil, permasalahan dengan dosen.
4. Stressor yang berkaitan dengan teman sekelas, yaitu berdebat dengan teman sekelas, tidak menyukai teman sekelas, persaingan dengan teman sekelas,
5. Stressor yang berkaitan dengan jadwal kuliah, yaitu kehadiran mengikuti perkuliahan, waktu kosong yang terlalu banyak, waktu kosong yang terlalu
sedikit, partisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler, menghadiri pertemuan
organisasi dan menghadiri kegiatan kampus.
6. Stressor yang berkaitan dengan ruang kelas, yaitu kelas yang sangat penuh, ventilasi kelas yang buruk, pencahayaan kelas yang buruk, kelas yang kotor,
kelas yang bising, kelas dengan tempat yang terbatas, dan gangguan dari
dalam dan luar kelas.
7. Stressor yang berkaitan dengan keuangan, yaitu penganggaran keuangan, pengeluaran yang tidak terduga, dan penghematan uang untuk
rencana-rencana.
8. Stressor yang berkaitan dengan harapan, yaitu khawatir terhadap masa depan dan mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah, harapan dari orang tua,
harapan kerabat, harapan dosen, dan menangani harapan diri.
1.4 Tahapan Stres
Gejala-gejala stres pada seseorang seringkali tidak disadari karena
perjalanan awal tahapan stres berjalan secara lambat dan baru dirasakan saat
tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari.
a. Stres tahap I
Merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan
perasaan-perasaan semangat bekerja besar, penglihatan “tajam” tidak
sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari
biasanya tanpa menyadari cadangan energi dihabiskan, disertai rasa gugup
yang berlebihan, merasa senang dengan pekerjaan tersebut dan semakin
bertambah semangat, tetapi tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
b. Stres tahap II
Pada tahap ini dampak stres yang semula “menyenangkan” mulai menghilang
dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena kurang istirahat.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan adalah merasa letih ketika bangun
pagi, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas merasa capai menjelang
sore hari, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar), otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai.
c. Stres tahap III
Merupakan keadaan yang akan terjadi apabila seseorang tetap memaksakan
dirinya dalam pekerjaan tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres
tahap II. Keluhan-keluhan pada tahap ini seperti gangguan usus dan lambung
yang semakin nyata, ketegangan otot-otot, perasaan ketidaktenangan dan
ketegangan emosional yang semakin meningkat, gangguan pola tidur
berkonsultasi pada dokter atau terapis, beban stres hendaknya dikurangi dan
tubuh beristirahat.
d. Stres tahap IV
Tidak jarang seseorang yang memeriksakan diri ke dokter karena
keluhan-keluhan yang dialami pada stres tahap III, dinyatakan tidak sakit oleh dokter
dikarenakan tidak adanya kelainan fisik yang ditemukan pada organ tubuhnya.
Bila hal ini terjadi dan orang tersebut tetap memaksakan diri untuk bekerja
tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul. Gejalanya
adalah bosan terhadap aktivitas kerja yang semula terasa menyenangkan,
kehilangan kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate), ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan pola
tidur disertai mimpi-mimpi yang menegangkan, seringkali menolak ajakan
(negativism) karena tidak ada semangat dan kegairahan, daya konsentrasi dan daya ingat menurun dan timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak
dapat dijelaskan penyebabnya.
e. Stres tahap V
Keadaan lanjutan yang ditandai dengan keadaan kelelahan fisik dan mental
yang semakin mendalam (physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan
f. Stres tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang akan mengalami serangan
panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Stres pada tahap ini ditandai dengan gejala debaran jantung teramat keras, susah bernapas (sesak dan
megap-megap), sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran,
ketiadaan tenaga untuk melakukan hal-hal yang ringan, pingsan atau kolaps
(collapse).
1.5 Reaksi Stres
Menurut Helmi dalam Safaria & Saputra (2009), ada empat macam reaksi
stres, yaitu reaksi psikologis, fisiologis, proses berpikir dan tingkah laku. Keempat
reaksi ini dapat berwujud negatif maupun positif. Reaksi yang bersifat negatif
antara lain sebagai berikut:
1. Reaksi psikologis, biasanya lebih dikaitkan pada aspek emosi, seperti mudah
marah, sedih dan tersinggung.
2. Reaksi fisiologis, biasanya muncul dalam bentuk keluhan fisik, seperti pusing,
nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di kulit dan
rambut rontok.
3. Reaksi proses berpikir (kognitif), biasanya tampak dalam gejala sulit
4. Reaksi perilaku, biasanya tampak dari perilaku-perilaku menyimpang seperti
minum-minuman beralkohol, mengkonsumsi obat-obatan, frekuensi merokok
meningkat, dan menghindari bertemunya teman.
1.6 Dampak Stressor
Menurut Kozier dan Erb dalam Keliat (1998), dampak stressor
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
a. Sifat stressor
Jika seseorang mempersepsikan stressor sebagai keadaan yang mengancam kehidupannya dan berakibat buruk baginya, maka tingkat stres yang dialami
akan terasa berat. Namun, bila stressor yang sama dipersepsikan dengan baik, maka tingkat stres yang dialami akan lebih ringan.
b. Jumlah stressor yang dihadapi dalam waktu bersamaan
Apabila terdapat banyak stressor sedang dialami oleh seseorang, maka penambahan stressor kecil dapat menjadi pencetus yang mengakibatkan reaksi yang berlebihan.
c. Lamanya pemaparan terhadap stressor
Pemaparan yang intensif terhadap stressor dapat menyebabkan kelelahan dan ketidakmampuan menghadapi stressor.
d. Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi seseorang menghadapi stressor
yang sama. Misalnya, seseorang yang dirawat di rumah sakit satu tahun yang
cemas lagi ketika harus di rawat di rumah sakit yang sama untuk kedua
kalinya.
e. Tingkat perkembangan
Pada tingkat perkembangan tertentu, terdapat jumlah dan intensitas stressor
yang berbeda sehingga resiko terjadinya stres pada tiap tingkat perkembangan
berbeda-beda.
2. Koping
2.1Pengertian Koping
Proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi yang penuh
dengan stres. Koping adalah respon individu terhadap situasi yang mengancam
dirinya baik fisik maupun psikologis (Rasmun, 2004). Menurut Keliat (1998),
koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah,
menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi yang mengancam.
Jadi dapat dikatakan koping adalah proses dimana seseorang berusaha mengatur
ketidakcocokan antara tuntutan dan sumber yang muncul dalam situasi yang
penuh stres atau dengan kata lain cara yang dilakukan individu untuk
menyelesaikan masalahnya.
2.2Respon Koping
Koping dapat diidentifikasikan melalui respon, manifestasi (tanda dan
gejala) dan pernyataan melalui wawancara. Keliat (1998) menyatakan bahwa
a. Respon Fisiologis
Manifestasi tubuh terhadap stres dapat dirasakan melalui pelebaran pupil
mata, sekresi keringat yang meningkat, denyut nadi yang meningkat, kulit
menjadi dingin, tekanan darah meningkat, frekuensi dan kedalaman
pernapasan, pengeluaran urin yang menurun, mulut kering, kewaspadaan
mental dan ketegangan otot yang meningkat, gula darah meningkat, letargi,
dan mungkin penurunan fungsi fisiologis dan tonus otot.
b. Reaksi Psiko-Sosial
Koping yang dapat dikaji pada diri individu terkait dengan aspek psikososial
adalah:
a. Reaksi yang berorientasi pada ego yang sering disebut sebagai mekanisme
pertahanan mental, yaitu berupa reaksi penyangkalan (denial), proyeksi (menyalahkan orang lain), regresi (penolakan), mengisar (displacement), isolasi (keinginan untuk menyendiri), dan supresi (menunda
menyelesaikan masalah).
b. Reaksi yang berkaitan dengan respon verbal, seperti menangis untuk
menurunkan perasaan tegang terhadap situasi yang menyedihkan, tertawa
untuk mengurangi ketegangan, teriak sebagai respon pada ketakutan,
frustasi atau marah, memukul dan meyepak sebagai respon terhadap
ancaman fisik, menggenggam dan meremas sebagai respon untuk
mengurangi ketegangan dan perasaan sedih, mencerca sebagai respon yang
verbal tidak menyelesaikan masalah secara tuntas karena itu perlu
dikembangkan kemampuan menyelesaikan masalah.
c. Reaksi yang berorientasi pada penyelesaian masalah. Koping ini
melibatkan proses kognitif, afektif, dan psikomotor, seperti berbicara
dengan orang lain (teman maupun anggota keluarga) tentang masalahnya
dan mencari jalan keluar dari informasi orang lain, mencari tahu lebih
banyak tentang situasi yang dihadapi melalui buku atau orang yang ahli,
melakukan kegiatan ibadah yang teratur untuk meningkatkan percaya diri
dan mengembangkan pikiran positif, melakukan latihan penanganan stres,
misalnya latihan pernapasan dan meditasi, membuat berbagai alternatif
tindakan dalam menangani situasi, dan belajar dari pengalaman yang lalu
atau dengan kata lain tidak mengulang kesalahan yang sama.
2.3Fungsi Koping
Menurut Lazarus & Folkman dalam Safaria & Saputra (2009), koping
memiliki dua fungsi umum, yaitu fungsinya dapat berupa fokus ke titik
permasalahannya, serta melakukan regulasi emosi dalam merespon masalah.
Lazarus & Folkman dalam Safaria & Saputra (2009) menyatakan bahwa
koping yang berpusat pada masalah (problem-focused coping) adalah fungsi koping yang bertujuan untuk mengatur atau mengatasi masalah penyebab stres
dan mencari sumber penyelesaian masalah. Pengelolaan koping ini dapat berupa
tindakan merumuskan masalah, membuat alternatif-alternatif jalan keluar,
yang akan diambil, memilih alternatif yang terbaik, dan mengambil keputusan
untuk bertindak. Setiap hari dalam kehidupan kita secara tidak langsung koping
berpusat pada masalah sering kita gunakan, saat kita bernegosiasi untuk membeli
sesuatu di toko, saat kita membuat jadwal pelajaran, mengikuti perawatan
psikologis, atau belajar untuk meningkatkan kemampuan (kursus bahasa Inggris,
menjahit, pelatihan komputer).
Folkman & Lazarus juga mengidentifikasi beberapa aspek koping yang
berpusat pada masalah, yaitu:
1. Seeking informational support, yaitu mencoba untuk memperoleh informasi dari orang lain, seperti dokter, psikolog, atau guru
2. Confrontive coping, yaitu melakukan penyelesaian masalah secara konkrit 3. Planful problem solving, yaitu menganalisa setiap situasi yang menimbulkan
masalah serta berusaha mencari solusi secara langsung terhadap masalah yang
dihadapi.
Koping yang berpusat pada emosi (emotion-focused coping) adalah fungsi koping yang bertujuan untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang
menimbulkan masalah. Koping yang berpusat pada emosi cenderung dilakukan
apabila individu merasa tidak mampu mengubah kondisi yang stressful, sehingga yang diatur individu adalah mengatur emosinya. Sebagai contoh yang jelas, ketika
seseorang yang dicintai meninggal dunia, orang biasanya mencari dukungan
emosi dan mengalihkan diri atau menyibukkan diri dengan melakukan
pekerjaan-pekerjaan rumah atau kantor. Menurut Sarafino (1998), individu dapat mengatur
emosi dari sahabat atau keluarga, meakukan aktivitas yang disukai, seperti
olahraga atau menonton film untuk mengalihkan perhatian dari masalah, bahkan
tidak jarang dengan menggunakan alkohol dan obat-obatan.
Folkman & Lazarus dalam Safaria & Saputra (2009) juga mengidentifikasi
beberapa aspek koping yang berpusat pada emosi yang didapat dari
penelitian-penelitiannya, yaitu:
1. Seeking social emotional support, yaitu mencoba untuk memperoleh dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain
2. Distancing, yaitu mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalah atau membuat sebuah harapan positif
3. Escape avoidance, yaitu mengkhayal mengenai situasi atau melakukan tindakan atau menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan dimana individu
melakukan fantasi andaikan permasalahannya pergi dan mencoba untuk tidak
memikirkan tentang masalah dengan tidur atau menggunakan alkohol
4. Self control, yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah
5. Accepting responsibility, yaitu menerima untuk menjalankan masalah yang dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya
6. Positive reappraisal, yaitu mencoba untuk membuat suatu arti positif dari situasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan sifat
2.4 Mekanisme Koping
Menurut Keliat (1998), mekanisme koping terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif, yaitu suatu usaha yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan, yang bersifat positif, rasional, dan konstruktif.
2. Mekanisme koping maladaptif, yaitu suatu usaha yang dilakukan individu
dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan, yang bersifat negatif, merugikan dan destruktif serta tidak dapat menyelesaikan
masalah dengan tuntas.
3. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran dimana dirancang masalah-masalah yang menuntut mahasiswa mendapatkan pengetahuan
yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki
strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim
(Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008). Kurikulum
yang dikonsepkan ini, lebih didasarkan pada rumusan kompetensi yang harus
dicapai/dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi yang sesuai atau mendekati
kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat pemangku
outcomes merupakan kemampuan mengintegrasikan intellectual skill, knowledge
dan afektif dalam sebuah perilaku secara utuh (Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008).
Berdasarkan Kepmendiknas No. 232/U/200, kurikulum ini terdiri atas
kelompok-kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Mata
Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK), Mata Kuliah Keahlian Berkarya
(MKB), Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), serta Mata Kuliah Berkehidupan
Bersama (MBB). Kurikulum ini tidak hanya menekankan pada hard skill saja, namun mengembangkan soft skill sesuai bidang ilmunya.
Pola pembelajaran yang sebelumnya terpusat pada dosen dianggap kurang
memadai untuk mencapai tujuan pengajaran yang berbasis kompetensi. Berbagai
alasan yang dapat dikemukakan adalah: (i) perkembangan IPTEK dan Seni yang
sangat pesat dengan berbagai kemudahan untuk mengaksesnya merupakan materi
pembelajaran yang sulit dapat dipenuhi oleh seorang dosen, (ii) perubahan
kompetensi kekaryaan yang berlangsung sangat cepat memerlukan materi dan
proses pembelajaran yang lebih fleksibel, (iii) kebutuhan untuk mengakomodasi
demokratisasi partisipatif dalam proses pembelajaran di pergruan tinggi. Oleh
karena itu, pembelajaran ke depan di dorong menjadi berpusat pada mahasiswa
(SCL) dengan memfokuskan pada tercapainya kompetensi yang diharapkan. Hal
ini berarti mahasiswa harus didorong untuk memiliki motivasi dalam diri mereka
sendiri, kemudian berupaya keras mencapai kompetensi yang diinginkan.
Pola pembelajaran KBK memandang pengetahuan sebagai sebuah hasil
proses mencari dan membentuk/mengkonstruksi pengetahuan, jadi bersifat aktif,
dan spesifik caranya. Pola pembelajaran yang dipraktekkan adalah dosen hanya
sebagai fasilitator dan motivator dengan menyediakan beberapa strategi belajar
yang memungkinkan mahasiswa (bersama dosen) memilih, menemukan dan
menyusun pengetahuan serta cara mengembangkan ketrampilannya (method of inquiry and discovery). Dengan paradigma inilah proses pembelajaran (learning process) dilakukan.
Terdapat beragam metode pembelajaran untuk SCL, di antaranya adalah
Small Group Discussion, Role-Play & Simulation, Case Study, Discovery Learning, Self-Directed Learning, Cooperative Learning, Collaborative Learning, Contextual Instruction, Project Based Learning, dan Problem Based Learning and Inquiry. Selain model tersebut, masih banyak model pembelajaran lain yang belum dapat disebutkan satu persatu, bahkan setiap pendidik/dosen dapat pula
mengembangkan model pembelajarannya sendiri (Direktorat Akademik
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008). Metode pembelajaran KBK yang
diterapkan di Fakultas Keperawatan USU adalah metode ceramah, tutorial,
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stressor
dan koping mahasiswa pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Berdasarkan teori dan tujuan yang diteliti dalam penelitian ini maka
kerangka penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema 1: Kerangka penelitian gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan Universitas Sumetera Utara
Mahasiswa pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas
Keperawatan USU
− Stressor
2. Definisi Operasional
Tabel 1. Defenisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur
Stressor Keadaan yang menyebabkan mahasiswa mengalami stres dalam mengikuti pembelajaran KBK di Fakultas Keperawatan USU
Kuesioner dengan 23 pilihan jawaban faktor penyebab stres dan wawancara dengan 1 pertanyaan terbuka
Koping Respon atau usaha yang dilakukan oleh mahasiswa saat menghadapi stressor
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif eksploratif yang
bertujuan untuk mengetahui secara luas stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan Universitas Sumetera Utara angkatan
2010.
2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling 2.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Berdasarkan pengertian tersebut,
populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang mengikuti pembelajaran
KBK di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 dan
2011 yaitu 264 orang mahasiswa, dimana angkatan 2010 terdiri dari 128 orang
dan angkatan 2011 terdiri dari 136 orang.
2.2Sampel Penelitian dan Teknik Sampling
Sampel adalah sebagian atau yang mewakili dari populasi yang diteliti
(Arikunto, 2010). Jika jumlah populasi dalam penelitian lebih dari 100, maka
lebih baik diambil sampel sekitar 10-15%atau 20-25% dari total populasi.
Populasi terbagi atas 4 kelas berdasarkan jalur masuk fakultas keperawatan, yaitu
25% dari tiap kelas yang ada di populasi. Total populasi adalah (264 orang), dan
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 66 orang mahasiswa, yaitu 32
orang dari mahasiswa angkatan 2010 dan 34 orang mahasiswa angkatan 2011.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan stratified random sampling.
Pembagian sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Populasi dan Sampel Penelitian
Angkatan Kategori Kelas Jumlah Populasi (orang)
3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara yang beralamat di Jalan Prof. Ma’as No. 3 kampus Universitas Sumatera
Utara, Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut karena subjek penelitian
adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan lokasi
penelitian yang merupakan daerah kampus dimana peneliti berada sehingga
diharapkan akan memudahkan peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian
untuk mengidentifikasi stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan Universitas Sumetera Utara. Penelitian ini akan dimulai
4. Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian selesai diuji dan
peneliti mendapatkan persetujuan dari Fakultas Keperawatan USU. Setelah
mendapatkan izin dalam pengumpulan data, maka dilakukan pendekatan kepada
responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Nursalam
(2003), ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada penelitian ini
yaitu: 1) Right to Self Determination, responden diperlakukan secara manusiawi dan peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah
bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, 2) Informed Consent,
peneliti menanyakan kesediaan responden menjadi peserta penelitian setelah
responden mendapatkan informasi secara lengkap mengenai tujuan penelitian
yang akan dilaksanakan. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka
responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3) Anonimity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan
memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut, 4)
Confidentiality, peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi atas dua jenis, yaitu
menggunakan kuesioner (angket) dan pengambilan data melalui wawancara
berupa kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sehingga peneliti hanya
membacakan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada responden.
Bagian pertama yaitu kuesioner data demografi responden terdiri dari
pertanyaan mengenai usia, jenis kelamin, angkatan, agama, tempat tinggal dan
jalur masuk PTN. Data demografi ini berguna untuk membantu peneliti
mengetahui latar belakang responden yang mungkin ikut mempengaruhi
penelitian ini. Kuesioner juga digunakan untuk mengetahui gambaran stressor
mahasiswa pembelajaran KBK fakultas keperawatan USU, dimana responden
diminta menjawab dengan memilih dari sejumlah alternatif yang ada, tetapi tidak
menutup kemungkinan jika responden ingin memberi jawaban yang berbeda dari
alternatif pilihan yang ada karena disediakan tempat untuk menuliskan jawaban
apabila berbeda dari pilihan alternatif jawaban.
Bagian kedua digunakan metode wawancara terstruktur untuk mengetahui
stressor dan koping mahasiswa KBK dengan menggunakan 1 pertanyaan terbuka untuk mengetahui alasan penyebab stres mahasiswa dan 2 pertanyaan terbuka
untuk mengetahui koping yang digunakan mengatasi stressor. Pertanyaan stressor
dan koping mahasiswa pembelajaran KBK adalah pertanyaan-pertanyaan yang
disusun berdasarkan teori yang relevan.
6. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010). Uji validitas instrument
diukur (Notoatmojo dalam Arikunto, 2010). Kuesioner ini divalidasi dengan
menggunakan validitas isi (content validity) yang dilakukan oleh beberapa dosen berstrata magister dari Departemen Keperawatan Dasar. Pernyataan yang tidak
valid langsung diganti oleh peneliti berdasarkan saran dari penguji validitas. Uji
validitas ini dilakukan pada tanggal 27 April 2012 dan dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian ini layak untuk dipakai penelitian.
7. Rencana Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mengajukan surat
permohonan penelitian dan mendapatkan surat izin dari lokasi penelitian yaitu
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan surat
izin, peneliti mengajukan permohonan untuk mendapatkan nama-nama mahasiswa
Fakultas Keperawatan angkatan 2010 dan 2011 sesuai jalur masuk PTN. Setelah
itu, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian dengan mendatangi
responden pada saat berada di Fakultas Keperawatan dan kemudian meminta
kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti menjelaskan
tentang tujuan, manfaat, prosedur pengisian kuisioner pada calon responden dan
dua metode pengumpulan data, yaitu dengan kuesioner dan wawancara. Calon
responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Selanjutnya peneliti akan meminta responden untuk mengisi
kuesioner data demografi dan kuesioner stressor mahasiswa pembelajaran KBK. Setelah kuesioner diisi, peneliti melakukan wawancara terstruktur dengan
8. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul maka hasil penelitian dianalisa. Analisa data
yang dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas data dari responden serta memastikan bahwa
semua jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan memberi kode untuk memudahkan
peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian dilakukan pengolahan data
dengan menggunakan teknik komputerisasi.
Metode statistik deskriptif yaitu suatu prosedur untuk menganalisa data
dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian
(Polit & Hungler, 2002). Pengolahan data untuk gambaran stressor mahasiswa disajikan dalam bentuk tabel disribusi frekuensi dan persentasi. Pengolahan data
hasil wawancara terstruktur disajikan dalam bentuk narasi dan juga tabel distribusi
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran
stressor dan koping mahasiswa pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi Fakultas Keperawatan USU yang telah dilaksanakan mulai dari Mei 2012 sampai
Juni 2012 dengan jumlah responden sebanyak 66 orang. Selain menjawab
pertanyaan tentang tentang gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU, dalam bab ini juga dijabarkan
deskripsi karakteristik responden.
1.1. Karakteristik Demografi
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 66 orang. Adapun
karakteristik responden yang dipaparkan mencakup usia, jenis kelamin, angkatan,
agama, tempat tinggal, dan jalur masuk perguruan tinggi. Dari data yang diperoleh
bahwa usia mahasiswa yang paling muda yaitu 17 tahun dan yang paling tua
adalah 21 tahun dengan mayoritas responden berusia 19 tahun (45,5%).
Responden berasal dari mahasiswa angkatan 2011 yaitu sebanyak 34 orang
(51,5%) dan mahasiswa angkatan 2010 yaitu sebanyak 32 orang (48,5%).
Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 57 orang
(86,4%), beragama Kristen Protestan sebanyak 37 orang (56,1%) dan tinggal di
rumah kost, yaitu sebanyak 46 orang (69,7%). Untuk lebih jelasnya tentang
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik Responden (N=66)
Karakteristik Frekuensi Persentasi (%)
Usia
1.2 Distribusi Gambaran Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU
Penilaian faktor penyebab stres (stressor) dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk pernyataan pilihan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lima faktor yang paling banyak menyebabkan stres pada
mahasiswa pembelajaran KBK adalah mempersiapkan ujian (15,2%), jadwal
kuliah yang padat (14,2%), kondisi kelas yang terlalu penuh (12,4%), ujian skill
terkait tingkah laku teman (0%) tidak pernah dialami oleh responden. Untuk data
lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU
No Stressor Frekuensi Persentasi (%)
1 Mempersiapkan ujian 50 15,2
14 Berpartisipasi dalam diskusi kelas 7 2,1
15 Berbicara di kelas 3 0,9
16 Pertanyaan lisan dari dosen 2 0,6
17 Dosen yang perfectionist 2 0,6
18 Permasalahan dengan dosen 2 0,6
19 Persaingan dengan teman sekelas 2 0,6
20 Berdebat dengan teman sekelas 1 0,3
21 Pencahayaan kelas yang kurang 1 0,3
22 Kelas yang kotor 1 0,3
23 Lain-lain: Masalah pribadi 1 0,3
24 Tingkah laku teman sekelas 0 0
1.3 Analisa Hasil Wawancara
1.3.1 Alasan Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU Responden memiliki alasan tersendiri terhadap hal-hal yang menyebabkan
mereka berada dalam kondisi stres saat mengikuti proses pembelajaran. Tabel
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Alasan Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU
No Alasan Stressor Frekuensi
1 Mempersiapkan ujian
− Materi perkuliahan yang banyak
− Bahan kuliah yang belum didapat
− Waktu persiapan ujian yang singkat
− Waktu perkuliahan yang singkat
− Khawatir menghadapi ujian
19 14 9 4 4
2 Jadwal kuliah yang padat
− Perkuliahan tidak sesuai dengan jadwal
− Perkuliahan dari pagi sampai sore
− Tidak bisa mengikuti kegiatan di luar perkuliahan
35 9 3 3 Kelas yang terlalu penuh
− Terlalu banyak mahasiswa
− Ruangan kelas ribut
39 2 4 Ujian skill lab
− Berhadapan dengan dosen
− Prosedur harus dihapal dan dilakukan dalam waktu singkat
− Perbedaan penilaian saat belajar dan ujian
− Takut gagal
− Soal yang banyak, tidak terprediksi, dan jawabannya menjebak
− Kesulitan untuk menghapal
− Bahan ujian terlambat didapat
− Waktu ujian singkat dan khawatir gagal ujian
12 3 2 5
6 Waktu kosong yang sedikit
− Perkuliahan berlangsung setiap hari
− Kegiatan di luar kampus tidak dapat terjadwal dengan baik
− Jadwal kuliah berganti-ganti
15 3 2 7 Kelas yang Ribut
− Suasana kelas ribut sekali sehingga tidak konsentrasi belajar
− Suara dosen ketika mengajar tidak kedegaran
− Banyak perempuan
12 3 2 8 Pengeluaran yang besar
− Pembelian buku BRP
− Untuk membeli makanan di kampus
− Fotokopi bahan perkuliahan dan membeli buku
− Membeli peralatan skill lab
10 2 3 1
9 Metode pengajaran dosen (metode ceramah)
− Membosankan karena hanya membaca slide − Slide berbahasa Inggris dan kurang menarik
10 4 10 Harapan orang tua yang besar
− Anak mendapat IP tinggi dan sukses setelah tamat
− Khawatir tidak dapat membahagiakan orang tua
1.3.2 Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU
Respon atau usaha yang paling banyak dipilih mahasiswa saat menghadapi
stressor selama mengikuti perkuliahan KBK adalah mendengarkan musik, tidur, dan jalan-jalan bersama teman. Hasil wawancara ini dianalisa berdasarkan
klasifikasi koping oleh Lazarus dan Folkman (1984), yaitu seeking informational support, confrontive coping, planful problem solving, seeking social emotional support, distancing, escape avoidance, self control,accepting responcibility dan, positive reappraisal.untuk data lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Jawaban Responden Tentang Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU
No Koping Frekuensi
1 Escape avoidance
− Mendengarkan musik
− Tidak peduli terhadap masalah
6 3 1 3 Planful problem solving
− Belajar
− Mencari referensi
4 2 4 Seeking emotional support
− Bercerita dengan teman 4
5 Accepting responsibility
− Menjalaninya saja 3
6 Positive reappraisal
− Berdoa 2
7 Distancing
− Berpikir positif 1
8 Seeking informational support
− Berdskusi dengan teman dan dosen 1
1.3.3 Keefektifan Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan
USU
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, didapatkan hasil bahwa
mayoritas stres yang dialami mahasiswa teratasi dengan koping yang mereka
pilih, yaitu ada 43 responden (65,2%). Sedangkan 23 responden (34,8%) lainnya
mengatakan koping yang dimiliki hanya mampu mengurangi kondisi stres mereka
sesaat. Untuk data lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Keefektifan Fungsi Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU
Keefektifan koping Frekuensi Persentasi (%)
Stres teratasi 43 65,2
Stres berkurang 23 34,8
Stres tidak teratasi 0 0
2. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU.
2.1 Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU
Stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari,
disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat, 1998). Baumel
(2000) menyatakan stres akademik muncul ketika harapan untuk pencapaian
prestasi akademik meningkat, baik dari orang tua, guru ataupun teman sebaya dan
stress ini meningkat setiap tahunnya seiring dengan tuntutan terhadap anak yang
Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa stressor utama yang dialami oleh mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU adalah
mempersiapkan ujian (15,2%), yaitu mempersiapkan ujian blok. Hal ini
dikarenakan materi perkuliahan yang banyak, bahan perkuliahan diberikan
beberapa hari menjelang ujian, waktu mempersiapkan ujian yang singkat, bahkan
mahasiswa mengatakan waktu perkuliahan yang hanya sebentar membuat mereka
stres karena terus-terus harus mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, dan
alasan lainnya adalah kekhawatiran mahasiswa dalam menghadapi ujian. Hal ini
sesuai dengan pendapat Abouserie (1994) yang mengatakan para siswa
mengalami stres akademik pada tiap semester dengan sumber stres yang tinggi
akibat dari belajar sebelum ujian dan dari begitu banyak materi yang harus
dikuasai dalam waktu singkat. Kohn & Frazer (1986) menyebutkan salah satu
stressor akademik adalah akibat mempersiapkan ujian dan menggolongkan
stressor ini dalam psychological stressor.
Stressor kedua adalah terkait jadwal perkuliahan yang padat (14,2%) karena banyaknya jam ganti perkuliahan menjelang ujian akibat ketidakdisiplinan
dosen mengajar sesuai waktunya, sehingga menyebabkan jadwal perkuliahan
mereka menjadi padat dan berantakan. Perkuliahan yang berlangsung dari pagi
sampai sore hari juga membuat mahasiswa tidak dapat mengikuti kegiatan
organisasi di luar kampus secara rutin. Selain itu, seringnya dosen datang tidak
tepat waktu atau terlambat mengajar juga menjadi alasan mahasiswa mengeluhkan
di sekolah adalah adanya perpanjangan waktu belajar di kelas, sehingga sisiwa
merasa letih karena mendapatkan beban studi yang tidak sesuai dengan kebutuhan
(overload schedule).
Stressor terkait kelas yang terlalu penuh (12,4%) dikarenakan jumlah mahasiswa yang banyak dalam satu kelas sehingga membuat kelas tidak kondusif
saat mengikuti pelajaran. Keadaan kelas dengan mahasiswa yang jumlahnya
banyak membuat mahasiswa harus datang cepat agar dapat duduk di urutan depan,
dapat melihat slide presentasi tanpa terhalang orang yang duduk di depannya, dan dapat mendengarkan penjelasan dosen ketika mengajar karena kelas yang terlalu
penuh membuat kelas menjadi ribut juga bahkan pada saat proses belajar
mengajar berlangsung. Salah satu unsur yang mempengaruhi iklim kelas yang
efektif menurut Parson, dkk (2001) adalah lingkungan fisik kelas. Kelas harus
diatur sedemikian rupa sehingga individu-individu yang ada di kelas dapat saling
melihat saat aktivitas belajar terjadi dan tempat duduk harus diatur untuk
meningkatkan perhatian saat aktivitas belajar berlangsung.
Stressor terkait mengikuti ujian skill lab (10,6%) pada mahasiswa KBK, karena pada ujian skill lab mahasiswa harus melakukan prosedur tindakan di hadapan dosen penguji seorang diri. Hal ini menimbulkan ketegangan sendiri bagi
mahasiswa saat mengikuti ujian tersebut, ditambah lagi ekspresi wajah dosen
penguji yang tegang membuat mahasiswa yang mengikuti ujian menjadi tegang
juga. Selain itu, prosedur tindakan yang harus dihapal dan dilakukan secara
berurutan dalam waktu yang singkat juga menjadi alasan mahasiswa. Terkait
penilaian dosen ketika belajar dan ujian, beban skill lab yang berat walaupun hanya 1 SKS, dan rasa takut gagal dalam ujian menjadi alasan penyebab stres
mereka.
Stressor mengikuti ujian tertulis (6,7%) atau secara lebih spesifik lagi saat menghadapi ujian multy disciplinary examination (MDE) disebabkan banyaknya jumlah soal yang diujikan, soal yang tidak dapat diprediksi, kesulitan dalam
menghapal materi kuliah yang banyak, rasa takut menghadapi ujian, materi kuliah
yang terlambat didapat, waktu ujian yang singkat, dan ujian yang setiap blok
diadakan membuat mahasiswa mengalami stres. Mahasiswa juga mengeluhkan
pilihan jawaban yang menjebak, membuat mereka kehabisan waktu untuk berpikir
dan memilih jawaban yang tepat pada saat ujian. Olejnik dan Holschuh (2007)
menjelaskan bahwa siswa akan merasa cemas ketika mengikuti ujian karena siswa
mungkin tidak mempersiapkan diri dengan baik. Menurut Wulandari (2010),
dalam situasi ujian, banyak mahasiswa yang menjadi lupa akan apa yang telah
dipelajari sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya ketegangan dalam menghadapi
ujian, sehingga mahasiswa menjadi lupa. Ketegangan ini muncul karena adanya
situasi yang mengancam yang mengakibatkan mahasiswa menjadi cemas serta
takut gagal dalam ujian.
Berdasarkan hasil penelitian, hal lain yang menjadi stressor mahasiswa adalah terkait waktu kosong yang sedikit (6,1%). Mahasiswa mengeluhkan
perkuliahan yang berlangsung setiap hari bahkan adanya perkuliahan pada hari
Sabtu membuat mahasiswa kurang memiliki waktu untuk berekreasi dan
stressor jadwal kuliah yang padat, sehingga ada mahasiswa yang mengeluhkan jadwal kuliah yang sering berganti-ganti menyebabkan waktu kosong mereka
menjadi sedikit.
Stressor kondisi kelas yang ribut (5,2%) juga berkaitan dengan jumlah mahasiswa yang banyak dalam satu ruangan kelas, sehingga suasana kelas ribut.
Mahasiswa juga ribut saat perkuliahan berlangsung sehingga selain mengganggu
konsentrasi mahasiswa lainnya saat belajar, suara dosen ketika mengajar juga
tidak kedengaran sampai tempat duduk urutan belakang. Alasan lainnya yang
dikeluhkan adalah karena jumlah mahasiswa perempuan yang banyak membuat
kelas menjadi ribut.
Pengeluaran yang besar (4,9%) dikeluhkan sebagai stressor yang sering sekali dialami mahasiswa dengan sistem pembelajaran KBK. Hal ini terkait
dengan pembelian buku BRP yang dirasakan mahasiswa kurang bermanfaat dan
harganya mahal. Buku BRP adalah buku yang berisi tentang prasyarat mahasiswa,
tujuan pembelajaran, lingkup bahasan, daftar bahan rujukan, metoda
pembelajaran, sarana dan prasarana, evaluasi keberhasilan mahasiswa,
narasumber dan jadwal pembelajaran pada satu blok. Mahasiswa mengatakan
bahwa ada dosen yang memberikan jadwal perkuliahan kepada mereka saat
memperkenalkan blok baru, sehingga mahasiswa merasa buku BRP jadi kurang
bermanfaat. Pengeluaran lainnya yang dikeluhkan berhubungan dengan fotokopi
materi kuliah yang banyak dan pengeluaran untuk membeli makanan ketika di
pembelian alat-alat yang diperlukan untuk skill lab dan buku kesehatan juga menjadi alasan mahasiswa.
Stressor mengenai metode pembelajaran (4,2%) khususnya metode ceramah saat perkuliahan membuat mahasiswa merasa stres. Menurut mahasiswa
metode ceramah adalah metode pembelajaran yang membosankan yang mereka
ikuti, karena dosen biasanya hanya mengatakan apa yang tertera di slide
presentasi tanpa ada penjelasan yang lebih lagi, slide menggunakan bahasa Inggris yang kadang tidak diterjemahkan oleh dosen dengan baik dan tampilan slide yang kurang menarik. Hasil wawancara menyatakan adanya dosen yang kurang
membangun interaksi dengan mahasiswa membuat mahasiswa yang duduk di
belakang kurang mendapat perhatian dari dosen dan akhirnya melakukan hal lain
yang seperti ribut maupun tidur di kelas.
Stessor terkait harapan orang tua (3,9%) disebabkan oleh tuntutan orang tua terhadap keberhasilan masa depan anaknya, anaknya mendapatkan nilai indeks
prestasi (IP) yang tinggi, dan juga rasa takut mahasiswa tidak dapat memenuhi
harapan orang tua.
2.2 Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6, diperoleh hasil bahwa koping
mahasiswa dalam menghadapi keadaan stres selama mengikuti perkuliahan KBK
adalah mendengarkan musik, tidur dan jalan-jalan. Berdasarkan klasifikasi koping
oleh Lazarus dan Folkman (1984), koping yang dipilih mahasiswa termasuk ke
dimana individu melakukan fantasi andaikan permasalahannya pergi dan mencoba
untuk tidak memikirkan tentang masalah dengan menyibukkan diri dengan
kegiatan lain.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa selain memilih menggunakan
koping escape avoidance, mahasiswa memilih koping self control dan planful problem solving untuk mengatasi stres dalam perkuliahan. Koping self control
yang dilakukan mahasiswa adalah menenangkan diri dengan cara menyendiri dan
tidak menanggapi masalah yang dihadapi. Sedangkan koping yang dilakukan
mahasiswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi melalui planful problem solving adalah dengan cara fokus belajar dan mencari referensi materi perkuliahan dari internet.
Lazarus & Folkman (1984) menyatakan koping yang berpusat pada emosi
(emotion-focused coping) adalah koping yang bertujuan untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang menimbulkan masalah. Koping yang berpusat
pada emosi cenderung dilakukan apabila individu tidak mampu atau merasa tidak
mampu mengubah kondisi yang stressful, sehingga yang diatur individu adalah mengatur emosinya. Koping yang berpusat pada masalah (problem-focused coping) adalah koping yang bertujuan untuk mengatur atau mengatasi masalah penyebab stres dan mencari sumber penyelesaian masalah. Pengelolaan koping ini
dapat berupa tindakan merumuskan masalah, membuat alternatif-alternatif jalan
keluar, mempertimbangkan segala kemungkinan yang berhubungan dengan
alternatif yang akan diambil, memilih alternatif yang terbaik, dan mengambil
Berdasarkan hasil wawancara yang tertera pada tabel 7, didapatkan hasil
bahwa 53 responden (65,2%) menyatakan fungsi koping yang dilakukan dapat
mengatasi masalah responden atau stres yang dialami, sedangkan 23 responden
(34,8%) lainnya mengatakan mekanisme koping yang dimiliki hanya mampu
mengurangi stres mereka. Berdasarkan penelitian, koping yang banyak dipilih
mahasiswa adalah koping yang berfokus pada emosi dan mereka mengatakan
bahwa masalahnya teratasi dengan melakukan koping tersebut. Menurut analisa
peneliti, hasil penelitian yang didapat ini bertentangan dengan yang dikatakan
Keliat (1998), yaitu mekanisme pertahanan mental dan respon verbal tidak
menyelesaikan masalah secara tuntas, sehingga perlu dikembangkan kemampuan
menyelesaikan masalah. Lazarus & Folkman dalam Safaria & Saputra (2009) juga
mengatakan bahwa koping yang berfokus pada emosi tidak mampu mengubah
kondisi yang stressful. Jadi menurut asumsi peneliti, stres atau masalah yang dialami mahasiswa belum teratasi dengan koping yang digunakan. Oleh karena
itu, diperlukan tindakan penyelesaian masalah untuk menghasilkan mekanisme
koping yang adaptif. Keliat (1998) mengatakan bahwa usaha yang bersifat positif,
rasional, dan konstruktif yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah
adalah mekanisme koping yang adaptif, sedangkan apabila usaha yang dilakukan
individu dalam menyelesaikan masalah tidak dapat menyelesaikan masalah